demokrasi dari perspektif etika

12
Hamza Baharuddin Eksistensi Moral dan Etika dalam Perspektif Demokrasi Islam AL-FIKRVolume 15 Nomor 2 Tahun 2011 156 EKSISTENSI MORAL DAN ETIKA DALAM PERSPEKTIF DEMOKRASI ISLAM Hamza Baharuddin Fakultas Hukum dan Pascasarjana Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar Email: Abstrak Dalam perspektif Islam demokratisasi nilai-nilai moral dan etika meletakkan suatu kebebasan sampai kepada kemandirian individu, untuk menerapkan ajaran Al-Quran dan Sunnah. Islam memerintahkan agar persoalan-persoalan kaum muslimin ditanggulangi melalui syura atau konsultasi timbal-balik (musyawarah). Demokratisasi dalam kaitan ini juga diartikan sebagai proses emansipasi (In deze zin wordt democratie ook wel begrepen al seen emencipatie prosesi). Keywords: Moral, etika, Demokrasi, Islam I. Pendahuluan erdapat dua terma penting yang harus dipahami dalam kajian ini. Pertama, pengertian ‘moraladalah kualitas dalam perbuatan manusia yang menunjukkan bahwa perbuatan itu benar atau salah, baik atau buruk. Moralitas mencakup pengertian tentang baik-buruknya perbuatan manusia. 1 Karena moral memberi makna bahwa manusia bebas dan bertanggung jawab, mampu memilih tindakan-tindakannya. Apa yang tidak ada selama ini agar ada kemungkinan konkret bagi moralitas, ialah kemampuan orang untuk menentukan atau mendorong perilakunya sendiri. Di sini pengaruh skeptisisme sangat besar. Banyak orang yang mencoba menjelaskan perilaku “immoral”-nya sendiri, dan kadang perilaku “immoral”- orang lain, berdasarkan hal-ihwal di luar kendali mereka. Bukan diri kita sendiri yang kita salahkan sehubungan dengan berbagai kebiasaan buruk kita melainkan berbagai trauma pada masa kecil yang pernah kita alami. Kita berpaling ke lingkungan hidup kita, ke lingkungan sosial kita, ke dalam keadaan ekonomi kita, ke berbagai pembawaan biologis atau genetis kita dan sebagainya, untuk menjelaskan apa yang kita lakukan. Namun barangkali mengherankan, ada alasan untuk mengatakan bahwa moralitas dapat hidup berdampingan dengan ilmu pengetahuan. Alasan ini T

Upload: nadia-rinda

Post on 02-Oct-2015

33 views

Category:

Documents


26 download

DESCRIPTION

etika administrasi publik

TRANSCRIPT

  • Hamza Baharuddin Eksistensi Moral dan Etika dalam Perspektif Demokrasi Islam

    AL-FIKRVolume 15 Nomor 2 Tahun 2011156

    EKSISTENSI MORAL DAN ETIKADALAM PERSPEKTIF DEMOKRASI ISLAM

    Hamza BaharuddinFakultas Hukum dan Pascasarjana

    Universitas Muslim Indonesia (UMI) MakassarEmail:

    AbstrakDalam perspektif Islam demokratisasi nilai-nilai moral dan etikameletakkan suatu kebebasan sampai kepada kemandirian individu,untuk menerapkan ajaran Al-Quran dan Sunnah. Islam memerintahkanagar persoalan-persoalan kaum muslimin ditanggulangi melalui syuraatau konsultasi timbal-balik (musyawarah). Demokratisasi dalam kaitanini juga diartikan sebagai proses emansipasi (In deze zin wordt democratieook wel begrepen al seen emencipatie prosesi).

    Keywords: Moral, etika, Demokrasi, Islam

    I. Pendahuluanerdapat dua terma penting yang harus dipahami dalam kajian ini.Pertama, pengertian moral adalah kualitas dalam perbuatan manusiayang menunjukkan bahwa perbuatan itu benar atau salah, baik atau

    buruk. Moralitas mencakup pengertian tentang baik-buruknya perbuatanmanusia.1 Karena moral memberi makna bahwa manusia bebas danbertanggung jawab, mampu memilih tindakan-tindakannya. Apa yang tidakada selama ini agar ada kemungkinan konkret bagi moralitas, ialahkemampuan orang untuk menentukan atau mendorong perilakunya sendiri.Di sini pengaruh skeptisisme sangat besar. Banyak orang yang mencobamenjelaskan perilaku immoral-nya sendiri, dan kadang perilaku immoral-orang lain, berdasarkan hal-ihwal di luar kendali mereka. Bukan diri kitasendiri yang kita salahkan sehubungan dengan berbagai kebiasaan buruk kitamelainkan berbagai trauma pada masa kecil yang pernah kita alami. Kitaberpaling ke lingkungan hidup kita, ke lingkungan sosial kita, ke dalamkeadaan ekonomi kita, ke berbagai pembawaan biologis atau genetis kita dansebagainya, untuk menjelaskan apa yang kita lakukan.

    Namun barangkali mengherankan, ada alasan untuk mengatakan bahwamoralitas dapat hidup berdampingan dengan ilmu pengetahuan. Alasan ini

    T

  • Eksistensi Moral dan Etika dalam Perspektif Demokrasi Islam Hamza Baharuddin

    AL-FIKRVolume 15 Nomor 2 Tahun 2011 157

    terutama muncul setelah ada peninjauan kembali atas pemahaman kitamengenai ilmu pengetahuan sebagai wilayah umum dalam perhatianmanusia.

    Pertama, ilmu pengetahuan tidak sama dan sebangun dengan ilmu fisikamekanik. Pandangan usang ini memang mengharuskan setiap perilaku hanyapatuh pada satu hukum tertentu. Pandangan ini juga mengatakan bahwa padaakhirnya segalanya dijelaskan hanya berdasarkan satu faktor, yakni materifisik yang bergerak. Seperti kata ahli neurofisika pemenang hadiah NobelRoger Sperry dalam bukunya, Science and Moral Priority, berbagai kemajuanpengetahuan kita mengenai mekanisme syaraf otak dan kesadaran dalamsetengah abad terakhir meratakan jalan bagi pendekatan rasional dalambidang nilai-nilai. Ia menjelaskan bahwa model otak yang dikemukakannyabaru-baru ini :

    ... memberikan kekuatan mental dan kemampuan kepada manusiauntuk menentukan perilakunya sendiri. Selain itu, juga kebebasan dariberbagai kekuatan luar dan kemampuan menguasai kekuatan molekulkekuatan dan atom di dalam tubuh. Dengan kata lain, model itumemungkinkan terwujudnya kemauan bebas kita artikan menentukansendiri segalanya. Setiap orang memang menentukan sendiri dalampikirannya apa yang akan dilakukannya, dan sering harus memilihdiantara berbagai alternatif.2Tampaknya bila dipahami secara wajar, ilmu pengetahuan tidak

    bertentangan dengan moralitas. Ilmu pengetahuan tentang kehidupanmanusia menunjukkan bahwa selama tidak lumpuh total, manusia dilihatsebagai makhluk yang bertanggung jawab, makhluk bermoral-dan memangbenar. Tentu, masih banyak hal yang harus digali mengenai bagaimanapersisnya cara menyelaraskan temuan-temuan di berbagai cabang ilmupengetahuan seperti fisiologi, neurofisika, psikologi persepsi, kimia organik,dan sebagainya, dengan apa yang disebut ilmu-ilmu moral, seperti ekonomi,sosiologi, politik, dan etika. Namun ada hal yang menggembirakan, duapersoalan yang tampaknya tetap ada dalam kehidupan manusia, yaitu caramemahami dunia dan keharusan untuk berbuat baik di dalam dunia itu,tampaknya, tidak bertentangan satu sama lain.

    Kedua, pengertian etika adalah sama dengan kata kesusilaan, katadasarnya adalah susila kemudian diberi awalan ke dan akhiran an. Susilaberasal dari bahasa Sansekerta, su berarti baik, dan sila berarti normakehidupan. Jadi etika berarti menyangkut kelakuan yang menuruti norma-norma kehidupan yang baik. Asal kata etika itu sendiri sebenarnya berasal

  • Hamza Baharuddin Eksistensi Moral dan Etika dalam Perspektif Demokrasi Islam

    AL-FIKRVolume 15 Nomor 2 Tahun 2011158

    dari perkataan Yunani Ethos yang berarti watak atau adat. Kata ini identikdengan asal kata moral dari bahasa Latin mos (bentuk jamaknya adalahmores). Yang juga berarti adat atau cara hidup. Jadi kedua kata tersebut (etikadan moral) menunjukkan cara berbuat yang menjadi adat karena persetujuanatau praktek sekelompok manusia.3

    Menurut W. Banning.4In de ethiek is dus de vraag, wat is het juiste levensgedrag, wat behoor ik te doenen te laten, wil dit gedrag zakelijk goed kunnen heten.Apa yang dikemukakan W. Banning, pada prinsipnya bahwa dalam etika

    dipermasalahkan tentang tata tertib, bagaimana cara hidup yang baik,bagaimana memilah arah yang seharusnya dan yang tidak boleh dilakukan,apa yang baik dana mana yang jahat.

    Pemerintah yang bersih (clean government) terkait erat denganakuntabilitas administrasi publik dalam menjalankan tugas, fungsi dantanggungjawabnya. Apakah dalam menjalankan tugas, fungsi dan wewenangyang diberikan kepadanya, mereka tidak melakukan tindakan yangmenyimpang dari etika administrasi publik (mal-administrasi). Jelasnya mal-administrations, merupakan suatu tindakan administrasi publik yangmenyimpang dari nilai-nilai administrasi publik. Etika administrasi publik,merupakan seperangkat nilai yang dapat digunakan sebagai acuan, referensibagi administrasi publik dalam menjalankan tugas, fungsi dan kewenanganyang diberikan kepadanya, dan sekaligus dapat digunakan sebagai standarpenilaian untuk menilai apakah tindakan administrasi publik nilai baik atauburuk. Wujud konkrit tindakan administrasi publik yang menyimpang darietika administrasi publik (mal-administration) adalah melakukan tindakankorupsi, kolusi, nepotisme dan sejenisnya.

    Tom Fletcher, Paula Gordon, dan Shirley Hentzell menyusun suatutipologi perilaku pemerintahan. Tipologi mereka agak diubah dengan tujuanuntuk memberi kerangka analisis pencocokan koruptor, fungsionaris dan sipenghayat etika dengan perilaku mereka.

    Pola-Pola Perilaku (S. Steinberg dan David T. Austern)5

    Koruptor Tanpa Etika Fungsionaris Netral Nilai atauBeretika RelatifPenghayat Etika

    berdasarkan NilaiMembuat orang engganberkomunikasi dengan terusterang dan terbuka sehinggamenyebabkan tertahannyainformasi atau nasihat yangmungkin sekali tidak disukai.

    Mengutamakan fakta,penalaran, dan kebenaran yangberlaku dari sudut pandangempiris, sambil cenderungmemisahkan semua kepedulianakan kejujuran dan keterbukaan

    Memupuk komunikasi yangjujur dan terbuka sertapengungkapan diri dengancara memberikan contohmenentukan nada penerapancara lain yang layak.

  • Eksistensi Moral dan Etika dalam Perspektif Demokrasi Islam Hamza Baharuddin

    AL-FIKRVolume 15 Nomor 2 Tahun 2011 159

    dari tujuan kemasyarakatanyang lebih besar

    Membuat orang engganbekerja dengan baik

    Mendasarkan sistem insentifpada suatu definisi yang sangatsempit mengenai penilaianbekerja dengan baik

    Membuat orang termotivasiuntuk bekerja dengan baik

    Menghambat perkembangandan sumbangan orang lain

    Dengan efektif menghambatperkembangan dan sumbanganorang lain

    Memupuk perkembangan dansumbangan orang lain.

    Memastikan bahwa merekayang tidak bekerja demikepentingan umumdisingkirkan sebagai pegawainegeri bila mereka tidakmengubah cara mereka

    Tidak menganut konsepkebaikan untuk berdasarkankepentingan umum dan tidakmelihat adanya cara yang sahuntuk menetapkan persyaratanyang didasarkan pada penilaianuntuk menentukan kepentinganumum dan non kepentinganumum

    Memastikan bahwa merekayang tidak bekerja demikepentingan umumdisingkirkan sebagai pegawainegeri bila mereka tidakmengubah cara mereka

    Menggunakan kekuasaandengan cara otoriter,memaksa, atau sewenang-wenang.

    Memandang kekuasaan dalamkerangka keadilan setaradengan menyamakan tatahubungan kekuasaan, bersikaplebih peduli pada proseskeadilan daripada tujuanmanusiawi dan sosial yanghendak dicapai.

    Memandang kekuasaansebagai tenaga yang kreatif danpembangkit diri yang harusdigunakan secara konstruktifdan harus disebarkan,digunakan dan dipupukdengan menggunakan strategi-strategi pendidikan dannormatif.

    Tidak mampu memecahkanatau tidak berusahamemecahkan bentrokan-bentrokan nilai pribadi secaraetis dan sah

    Mengutamakan proses danhukum dalam penyelesaianbentrokan, bahkan mungkindengan mengandalkan kondisietika.

    Berusaha menyelesaikanbentrokan-bentrokan nilaipribadi secara etis dan sahtanpa mengorbankan kejujuran.

    Dituntut oleh berbagaianggapan mentalitas utamatentang pemaksaan,kompromi dan persainganketat

    Dituntut oleh paduan tidaksempurna anggapan mentalitasutama dan anggapan mentalitaskedua

    Dituntut oleh anggapanmentalitas kedua tentang kerjasama untuk mencapai mufakat

    Mempermainkan informasi,menahan atau melencengkaninformasi untuk menghindarihukum atau tujuanperundang-undangan,menyembunyikan informasiyang diperlukan orang laindalam pemerintahan, bahkanuntuk umum atau siapa punyang berhak mendapatkannya

    Menempuh cara yang berbeda-beda sesuai dengan arus yangberlaku

    Mempertahankan kejujurandan keterbukaan dalammengkomunikasikan informasidan menahan informasi, hanyabila dianggap perlu menuruthukum atau etika.

    Tidak tertarik untukmengetahui secara terperincikejadian-kejadian sehari-hariatau untuk memahami benar-benar apa yang perludilakukan untuk melindungiatau melayani kepentinganumum

    Tidak merasa terikat atauberkewajiban untuk melayanikepentingan umum menurutpengertian kebaikan dan konsepkepentingan umum. Sebaliknyatertarik pada pengaplikasianpengetahuan dan pemahamanyang mempertegas nilai-nilaibisnis dan nilai-nilai ilmupengetahuan beserta proses

    Merasa terikat atauberkewajiban untuk melayanikepentingan umum, bertindakdemikian rupa sehinggamempertinggi nilai-nilai hidup,kesehatan, dan kebebasanindividu dan masyarakat.

  • Hamza Baharuddin Eksistensi Moral dan Etika dalam Perspektif Demokrasi Islam

    AL-FIKRVolume 15 Nomor 2 Tahun 2011160

    masing-masingMemamerkan ataumengabaikan keputusan-keputusan pengadilan haka-hak konstitusional, baik asasimanusia, dan nilai-nilaimanusia

    Secara efektif tidakmemperdulikan hakkonstitusional dan hak asasimanusia

    Bertindak sesuai denganhukum dan hak-hakkonstitusional serta norma-norma hak asasi manusia

    Menghapus, mengabaikanatau melecehkan nilai-nilaihidup, kesehatan dankebebasan

    Menghapus, mengabaikan ataumelecehkan nilai-nilai hidup,kesehatan dan kebebasan secaraefektif

    Bertindak sesuai dengankepentingan umum sehingganilai-nilai hidup, kesehatan,dan kebebasan individumaupun masyarakat teraplikasidengan maksimal.

    Mengabaikan ataumenurunkan nilai kebebasan

    Secara efektif mengabaikan ataumenurunkan dan merongrongnilai-nilai kebebasan

    Mendasarkan tindakannyapada penghormatan tegas padakebebasan individu dankebebasan masyarakat

    Menjalankan tugas,memberikan pelayanan jasa,menangani masalah-masalahkemasyarakatan dengan carayang buruk, tidak manusiawicara ilmiah yang netral nilai,dan tidak efektif. Akibatnya,memboroskan pemanfaatansumber daya manusia, alam,dan atau keuangan danmaterial. Pada akhirnya,pengaplikasian ilmupengetahuan dan teknologitidak melayani tujuankemanusiaan dan dipandangsebagai tujuan tersendiri

    Menjalankan tugas, memberikanpelayanan jasa, menanganibermacam masalah kemasyarakatan seolah-olahdituntut oleh nilai produktivitasbisnis dan nilai kemanusiaandemi produktivitas

    Menjalankan tugas,memberikan pelayanan,menangani masalah-masalahkemasyarakat dengan baiksecara manusiawi, penuhtanggap, efektif sehinggamenghemat sumber dayamanusia, alam dan ataukeuangan dan material. Dengandemikian, pengaplikasian ilmupengetahuan dan teknologimelayani tujuan kemanusiaanyang digunakan dengan cara-cara yang manusiawi.

    Membiarkan usaha-usahaorganisasi yang ditandai olehbiropatologi, di mana prosesdianggap lebih pentingdaripada tujuan, kewenanganlebih penting daripadakenyataan, bahkanmenganggap presiden lebihpenting daripada kesesuaian.

    Memastikan bahwa usaha-usahaorganisasi-organisasidipusatkan pada proses, bukanpada tujuan organisasi karenakeinginan untuk menerapkannilai-nilai yang ada dalam bisnisdaripada melayani kepentinganumum dengan maksimal

    Memastikan bahwa usaha-usaha organisasi ditandai olehkesehatan organisasi ataubirokrasi, dimana tujuan,pelayanan, kenyataan, dankesesuaian lebih pentingdaripada proses kewenangan,bentuk atau presiden.

    Mengutamakan prosedursedemikian rupa sehinggamenghadiri tanggung jawabatau merintangi tujuanprosedur

    Lebih mengutamakan prosesdaripada tujuan, bahkanmengutamakan proses untukmencapai kebaikan umumdaripada makna kebaikanumum

    Mengutamakan tujuan,pengabdian, kenyataan, dankemampuan menyesuaikan danmengutamakan pengabdianpada kebaikan umum

    Membiarkan kewenanganorganisatoris, usahapembuatan keputusan,pelaksanaan, pemecahanmasalah dan pengaturankeruwetan sehinggapelaksanaan pemerintahandan pemecahan masalah sertapemenuhan kebutuhan

    Membiarkan penitikberatkanproses dan struktur yangmerintangi penindakan tegasdan pemecahan ataupengurangan masalah-masalahmasyarakat yang rumit

    Pengaturan dan pembagiantugas dan permasalahan denganbaik sehingga urusanpemerintah dapat dilaksanakandengan baik, tanggap, danefektif.

  • Eksistensi Moral dan Etika dalam Perspektif Demokrasi Islam Hamza Baharuddin

    AL-FIKRVolume 15 Nomor 2 Tahun 2011 161

    manusia dan masyarakat tidakmungkin dapat dilakukansecara layakMengutamakan tujuan danpengabdian meskipun kurangmenekankan tanggung jawabdan kewajiban negeri untukmelayani kepentinganmasyarakat

    Terlalu banyak memperhatikanproses permasalahan sehinggaproses menjadi tujuantersendiri, mengutamakankeikutsertaan dan desentralisasisehingga kedua hal tersebutmenjadi tujuan tersendiri danmenimbulkan demokratisasiganda: memajukan beberapaproses yang melekat padademokrasi perwakilan, namunmerintangi proses-proses yanglain. Selain itu, tidakmemperhitungkan masalahpertanggungjawaban danperlunya memberikan tanggungjawab pada tindakanpemerintah terhadap pegawainegeri, mengutamakan proses-proses yang diperkirakanmenjamin pertanggungjawaban,bukan inti pertanggungjawabandan pengabdian kepentinganumum.

    Memastikan bahwa tujuan danpengabdian lebih pentingdaripada proses, menekankantanggung jawab dankewajibanpara pegawai negeri untukmelayani kepentingan umum,selain menunjukkan cara-carauntuk memastikanpertanggungjawaban.

    Mendorong atau ikut dalampermainan birokratif untukkeuntungan pribadi ataubirokrasi

    Memperhalus aturan-aturanmain menurut jalur-jalurberorientasikan ilmiah, yaitudengan mendefinisikan ilmusebagai pemisahan liku,rasionalisme, dan empirismedari nilai-nilai dan kepedulianmanusia

    Mengekang atau menghindaripermainan birokrasi untukmeraih keuntungan pribadi ataubirokrasi

    Tidak berusaha memecahkanmasalah-masalah mengenaikepentingan umum

    Mengambil pendekatan yangmengutamakan keseluruhanatau berorientasi pada prosespendekatan kepentingan umum,bukan pendekatan yangmengutamakan kebaikan umum

    Mencari pemecahan masalahyang memfokuskankepentingan umum; mengambilpendekatan bagi kepentinganumum, dengan mempedulikanpemeliharaan dan peningkatankesehatan perseorangan danmasyarakat.

    Tidak mencari pemecahankarena mungkin ataudiperkirakan pemecahan itutidak akan disenangi atauakan membawa akibat yangtidak diinginkan

    Menangani masalah, bila hal inisecara pragmatis dan politismungkin membiarkanefektivitas dan efisien nilai-nilaimendominasi pemilihanmasalah-masalah yang harusditangani

    Dituntut oleh kejujuran dankesadaran yang idealis sertamelakukan pemecahan masalah

  • Hamza Baharuddin Eksistensi Moral dan Etika dalam Perspektif Demokrasi Islam

    AL-FIKRVolume 15 Nomor 2 Tahun 2011162

    Melaksanakan rodapemerintahan tanpamempertimbangkanketanggapan dan sikap kritispemerintah terhadapkepentingan umum ataumembuat pemerintah tidakmelayani atau tidak peduliterhadap kepentingan umum.Mementingkan kepeduliaansemua politik, yakni membuatkepentingan sendiri ataukepentingan kelompokmenjadi suatu pola netral nilaiatau nihilistik (tanpa nilai,tujuan, atau arti)

    Melaksanakan pemerintahansedemikian rupa sehinggapemerintah menjadi tidaktanggap terhadap kebaikanumum dalam arti bahwa padadasarnya pemerintah tidakpeduli terhadap apa yang baikuntuk umum

    Melaksanakan tugaspemerintahan denganmemperhatikan nilai-nilaisosial sehingga membuatpemerintah tanggap terhadapkebutuhan dan kepentinganumum. Bahkan, membantupemerintah melayanikepentingan umum denganmemaksimalkan nilai-nilaihidup, kesehatan dankebebasan individu danmasyarakat sambil berusahauntuk menggunakan sumberdaya sebaik-baiknya dalammencapai tujuan-tujuantersebut.Menekankan hal-hal politis danmenangani kebutuhan danmasalah kemanusiaan sertanilai-nilai kemanusiaan dandemokratis yang diperlukanbagi masyarakat bebas dankebebasan di dunia.

    Tidak melakukan tindakanapa pun untuk menanggapiinformasi, pengertian danpengetahuan yang timbuluntuk mencegah hilangnyajiwa dan bahaya-bahayaterhadap kesehatandankebebasan. Tidakbertindak ketika dimulainyapemecahan suatu masalahyang sedang berkembangdalam masyarakat.

    Tidak melindungi danmemelihara serta memajukankepentingan umum.Memperlihatkan sikap yangpilih-pilih perhatian terhadapsemua jenis informasi,pengertian, dan pengetahuanyang berpengaruh padapemeliharaan nilai-nilaikemanusiaan dan pemecahanmasalah kemanusiaan.

    Bertindak untuk melindungidan memelihara sertamemajukan kepentinganumum

    Tidak bersikap sebagaipanutan dan penanggungjawab untuk melindungi,memelihara dan memajukansumber daya manusia danalam

    Bersikap acuh tak acuh atautidak peduli akan masalahkemanusiaan

    Bersikap sebagai panutan danpenanggung jawab untukmelindungi, memelihara danmemajukan sumber dayamanusia dan alam

    Tidak memiliki kemampuanuntuk menanggulangi krisis-krisis. Selain itu, tidak dapatmenduga datangnya krisis-krisis dan mengambil langkah-langkah pencegahan sebelumkrisis-krisis itu muncul.Dengan kata lain tidak dapatmenumbuhkan kemampuanpencegahan atau tindakanpreventif

    Lebih banyak memperhatikanproses dan struktur masalahdari pada tujuan dan inti yanghendak dicapai

    Mampu mengambil berbagaicara dan tindakan untukmenanggulangi krisis-krisis.Bahkan, telah merencanakantindakan preventif sebelumkrisis-krisis itu timbul

    Menyemarakkan suasanakompetisi tidak sehatsehingga ikut menyebabkan

    Sesungguhnya, golongan initidak punya arah, kosong, tanpatujuan jangka panjang. Pada

    Bersifat mendukungpemerintahan yang berorientasipada perubahan dan

  • Eksistensi Moral dan Etika dalam Perspektif Demokrasi Islam Hamza Baharuddin

    AL-FIKRVolume 15 Nomor 2 Tahun 2011 163

    makin rumitnyapenyelesaiannya masalah-masalah dan memperlemahsusunan masyarakat

    umumnya, menganut pahampeningkatan yang terpotong-potong yang sama sekali tidakberkaitan dengan tujuanpengembangan secarakeseluruhan.

    perkembangan yang sehat, yaitubekerja sama dengan merekayang ada dalam lingkunganpemerintahan. Mereka punbertindak sebagai perantara/pemikir yang juga berperanuntuk memecahkan masalahmasyarakat.

    Tidak tanggap terhadapkeluhan masyarakat bahwapemerintah tidak mengabdipada kepentingan umum.

    Mengutamakan proses untukbersikap tanggap, namun tidakmerasa terikat untuk melayanikepentingan umum, bahkanmelayani kebaikan dalam artiapa yang baik untuk umum

    Tanggap terhadap mereka yangberada dalam lingkunganpemerintahan maupun merekayang berada di luarnya yangmerasa bahwa kepentinganumum tidak dilayani denganbaik.

    Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pemerintahdihadapkan pada tuntutan banyak perubahan menyangkut; responsibilitaspersonal, isu-isu kualitas, orientasi pada pengguna, orientasi pada hasillayanan, menjalankan penegakan hukum, orientasi ke budaya inovasi dandiversifikasi. Melihat dari adanya beberapa kriteria yang dibutuhkan dalamperbaikan manajemen pemerintahan tersebut menunjukkan bahwa nilai-nilaimoral dan etika adalah merupakan kata kunci dalam upaya meningkatkankualitas dan etika pelayanan atau proses modernisasi sektor publik, disampingsecara normatif ditentukan pula oleh keputusan politik pemerintah sebagaikonsekuensi proses demokratisasi.

    II. Demokrasi dalam Konsep IslamSecara etimologi, demokrasi berarti pemerintahan rakyat atau rakyat

    berkuasa. Dalam Dictionary of American Ploitics,6 demokrasi diartikan sebagaipemerintahan oleh rakyat atau rule by the people atau pemerintahan dengandasar persetujuan dan persamaan politik (as government by consent and politicalequality). Demikian pula dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia7, demokrasiadalah pemerintahan rakyat, dalam bentuk pemerintahan negara yangsegenap rakyat ikut serta pemerintah dengan perantaraan wakil-wakilnya.Dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan pula bahwa demokrasimenunjukkan adanya peran serta atau partisipasi aktif rakyat dalampemerintahan.

    Al-Quran8 menetapkan prinsip syura untuk memadukan prosespengambilan keputusan masyarakat. Namun sayang sekali, selama berabad-abad telah tumbuh kesalahpahaman di kalangan orang-orang muslimmenyangkut watak syura yang disebabkan praktik-praktik dan struktur-struktur yang menyesatkan dan salah jalan yang diambil dari luar tanpa

  • Hamza Baharuddin Eksistensi Moral dan Etika dalam Perspektif Demokrasi Islam

    AL-FIKRVolume 15 Nomor 2 Tahun 2011164

    memperhatikan etos islam. Orang pada umumnya berpendapat bahwa artisyura adalah seseorang, penguasa, bermusyawarah dengan orang-orang yangdalam penilaiannya, merupakan gudang kearifan, tanpa ada kewajiban untukmelaksanakan nasehat mereka. Pertama-tama, gambaran tersebut mengubahsama sekali struktur syura. Al-Quran memandang orang-orang yang berimansebagai orang-orang yang urusan-urusannya diputuskan melaluimusyawarah (amruhum syura bainahum) (QS. 42:38). Jadi, syura bukan berartibahwa seseorang meminta nasehat kepada orang lain, melainkan nasihattimbal-balik melalui diskusi bersama. Hal ini secara langsung menunjukkanbahwa kepala eksekutif tidak dapat sama sekali menolak keputusan yangdiambil melalui syura.

    Akan tetapi, sebagaimana dikemukakan diatas, lembaga syura(permusyawaratan) itu memberikan kebebasan seluas-luasnya untukmengemukakan kritik agar kritik tersebut bertujuan baik dan bersifatmembangun. Pemerintahan melalui permusyawaratan sama sekali tidakberarti bahwa di dalamnya tidak ada peluang untuk mengajukan kritikterhadap kebijakan-kebijakan pemerintah serta pelaksanaannya. Tak satusuara pun boleh didiamkan begitu saja dan tak satu pun pendapat bolehditekan asal terpenuhi satu-satunya syarat : bahwa kritik atau oposisi itumasih ada dalam kerangka saling percaya mempercayai dan bertujuankonstruktif dan menguntungkan. Yang tidak dapat dibenarkan adalah sikapyang bernada subversif, menimbulkan kebencian dan menghasut rakyat untukmenggulingkan pemerintah dengan cara-cara yang tidak konstitusional ataumenanamkan perasaan putus asa pada rakyat (QS. 4:83). Perbuatan-perbuatanseperti inilah yang dianggap sebagai kejahatan-kejahatan yang paling besarterhadap negara. Semua hak asasi manusia yang diakui secara universal sudahbarang tentu harus diberikan dan dijamin oleh pemerintah atas dasar syuraitu, yaitu dengan percaya-mempercayai. Memang dalam pemerintahansemacam itu, pernyataan pemberian hak-hak asasi manusia kepada rakyatterdengar agak aneh atau bahkan berlebih-lebihan. Sebab, saling percaya-mempercayai berarti saling harga-menghargai hak-hak orang lain untukmenentukan pilihan secara bebas, memperoleh kehidupan yang layak, hakmilik, hak untuk dihormati, dan sebagainya. Memberikan atau menjaminhak-hak asasi manusia agaknya merupakan gejala baru yang muncul di Baratsebagai reaksi kekuasaan tanpa batas dan sewenang-wenang (total despotism)yang berlaku di Barat pada zaman pertengahan. Sebagaimana halnya dengansekularisme, jaminan terhadap hak-hak asasi manusia pun mempunyai

  • Eksistensi Moral dan Etika dalam Perspektif Demokrasi Islam Hamza Baharuddin

    AL-FIKRVolume 15 Nomor 2 Tahun 2011 165

    kaitan dengan sejarah, dan dalam kaitan itulah ia memperoleh maknanya yangutuh. Justru karena adanya latar belakang sejarah inilah perundang-undangandi Barat berbicara tentang hak-hak asasi manusia dan bukan tentangkewajiban-kewajiban warga negara. Bagi negara Islam, hak dan kewajibanmerupakan dua sisi dari sebuah mata uang yang satu sama lain salingberhubungan; karena salah satu di antaranya tidak dapat dipahami tanpamelihat yang satunya lagi.9

    Demokrasi yang islami adalah proses perubahan menuju pemerintahanyang lebih demokratis. Tapahan pertama meliputi pergantian rezim non-demokratis. Pada tahapan kedua, elemen-elemen tertib demokrasi sudahterbangun. Tahap ketiga, yaitu tahap konsolidasi, negara-negara demokrasibaru lebih berkembang; akhirnya, praktek-praktek demokrasi menjadi bagiandari nilai-nilai moral dan etika yang berpegang pada Al-Quran dan Hadist.

    Dalam perspektif demokrasi Islam nilai-nilai moral dan etika selalumenjadi ukuran penting bagi kemajuan partisipasi politik masyarakat, karenadengan partisipasi politik tersebut diterjemahkan sebagai dukungan terbuka(overt support) terhadap kepentingan demokrasi yang dianggap memilikipolitical efficaci (efektifitas pengaruh politik yang melegitimasi). Partisipasipolitik dalam bentuknya yang tertutup (covert support) menjadi kurangpopuler, karena sifatnya yang tidak atraktif terhadap nilai-nilai moral danetika. Hal ini tergambar dari ciri-ciri masyarakat tradisional yang lebih sukadengan hal-hal yang demonstarif, dan kompresif, yang dalam konteksdemokratisasi adalah kecenderungan untuk mencapai modernitas demokrasidalam waktu yang sesingkat-singkatnya.

    Aktualisasi nilai-nilai moral dan etika, tidak dapat ditawar dalam hal-haluniversal yang mencerminkan idealisme terbaik dalam sejarah peradabanmanusia. Nilai-nilai moral dan etika sebagai bagian esensial dari demokrasi,merupakan pilihan normatif politik dari sebuah hak untuk menggapai yangbenar dan menolak apa yang salah, yang jika dilihat dalam konteks negarahukum demokratis dapat memperlihatkan motif dan perilaku bangsa. Tatkalapemerintahan yang otoriter mempertontonkan wujudnya sebagai instrumenvulgar yang eksploitatif demi langgengnya kekuasaan, maka persoalan moraldan etika segera saja muncul ke depan. Dan moralitas dan etikal spiritnyaitulah yang harus lebih didominasikan. Buah dari moralitas dan etikal spirititu adalah wujud demokratisasi yang menampakkan pemerintahan yang jujur,bersih, yang selalu mencegah prilaku inmoral dan tidak etis. Dan padaakhirnya dengan moralitas dan etikal spiritnya itulah akan menghasilkan

  • Hamza Baharuddin Eksistensi Moral dan Etika dalam Perspektif Demokrasi Islam

    AL-FIKRVolume 15 Nomor 2 Tahun 2011166

    kesejahteraan rakyat (promote the general welfare). Dalam kaitan inilah Mackie10mengatakan The coherent view out lined is there fore no more than a bare theoreticalpossitibility and we shall in the end have to fall back on a purely secular morality.

    Dalam Surah Al-Nisa ayat 59 yang artinya Wahai orang-orang yangberiman taatilah Allah dan taatilah Rasul-Nya dan orang-orang yang memegangkekuasaan di antara kamu.

    III. PenutupSecara konsepsional dapat dibangun sebuah proposisi dasar bahwa,

    aktualisasi nilai-nilai moral dan etika merupakan wujud demokratisasi dalamperspektif Islam adalah bahwa kaum muslim merupakan suatu masyarakategalitarian dan efektif atau suatu persaudaraan yang sederajat.

    Perintah syura bainahum harus diputuskan melalui diskusi dankonsutasi bersama, bukan diputuskan oleh seorang individu atau golongan elityang tidak mereka pilih atau setujui.

    Endnotes ;

    1 Mandeville, Enquiry into the Origin of Moral Virtue, (New York: Prometheus Books,1989), h.17.

    2 Ibid.3 Inu Kencana Syafiie at.al, Ilmu Administrasi Publik dalam H.Muhammad Said, Etika

    Masyarakat Indonesia,( Jakarta: Rineka Cipta, 1999), h. 215.4 Banning, Typen van Zedeleer, Gravenhage, Boekencentrum, Sebagaimana dikutip oleh

    Inu Kencana Syafiie, dkk, Ibid, h. 216.5 Sheldon S. Steinberg dan Davit T. Austern, Government, Ethics and Managers,

    Penyelewengan Aparat Pemerintahan, Penerjemah R. Suroso, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,1999), h. 75-83.

    6 Smith and Zurcher, Dictionary of American Politics (Barnes & Nobles, INC, 1966), h. 144.7 W.J.S. Purwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, t.th.), h.

    239.8 Fazlur Rahman, Cita-cita Islam (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000), h. 164-165.9 Ishomuddin, Melacak Arkeologi dan Kontroversi Pemikiran Politik dalam Islam, (Unmuh

    Malang, 2001), h. 84-85.10 J.L. Mackie Ethics, Penguin Books, 1990). h. 232.

    DAFTAR PUSTAKA

    Al-Quran al Karim

    Banning, Typen van Zedeleer, Gravenhage, Boekencentrum, 1984.

    C.F. Strong, Modern Political Constitutuons : An Introduction to the ComparativeStudy of Their History and Existing Form, Sidgwick & Jakson Limited,London, 1963.

  • Eksistensi Moral dan Etika dalam Perspektif Demokrasi Islam Hamza Baharuddin

    AL-FIKRVolume 15 Nomor 2 Tahun 2011 167

    Fazlur Rahman, Cita-cita Islam, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2000

    H.Muhammad Said, Etika Masyarakat Indonesia, Pradnya Paramita, Jakarta, 1960

    Ifran Fachruddin, Pengawasan Peradilan Administrasi Terhadap TindakanPemerintah, PT. Alumni, Bandung.

    Ishomuddin, Melacak Arkeologi dan Kontroversi Pemikiran Politik dalam Islam,Unmuh Malang, 2001

    Inu Kencana Syafiie, dkk, Ilmu Administrasi Publik, Rineka Cipta, 1999

    J.L. Mackie Ethics, Penguin Books, 1990.

    Mandeville, Enquiry into the Origin of Moral Virtue, Published. 1989, byPrometheus Books, Buffalo, New York.

    Sheldon S. Steinberg dan Davit T. Austern, Government, Ethics and Managers,Penyelewengan Aparat Pemerintahan, Penerjemah R. Suroso, PT. RemajaRosdakarya, Bandung, 1999.

    Smith and Zurcher, Dictionary of American Politics, Barnes & Nobles, INC, 1966

    Syed Amir Ali, The Spirit of Islam, London : Cristoper, t. th.

    W.J.S. Purwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia.