deformasi landasan pacu bandara tjut nyak dien...

16
DEFORMASI LANDASAN PACU BANDARA TJUT NYAK DIEN , MEULABOH Oleh : Wisyanto Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Pengelolaan Sumberdaya Lahan dan Kawasan (P3TPSLK), TPSA - BPPT. Gd II. BPPT Lt. 18. JI.M.H.Thamrin No. 8 Jakarta 10340 Email: [email protected] ABSTRAK Gempabumi Aceh yang terjadi pada 26 Desember 2004 jam 07.59 pada 9 SR telah merusak Wilayah Aceh dan Sekitarnya. Salah satu kota yang terkena dampaknya adalah Kota Meulaboh. Peta geologi hasil penelitian di Daerah Meulaboh sebelumnya tidak menunjukkan adanya struktur geologi yang berkembang dengan baik di daerah ini. Hal ini diduga karena sebagian wilayahnya ditutupi oleh endapan lepas, sehingga ban yak struktur geologi yang tidak terekspresikan kepermukaan. Dengan memanfaatkan kejadian gempa besar yang barn saja terjadi, diharapkan sesar-sesar yang tidak sampai kepermukaan akan tersingkap sampai kepermukaan. Melalui pengamatan landas pace Bandara Tjut Nyak Dien, diketahui bahwa telah terjadi deformasi pada landas pacu tersebut. Deformasi yang terjadi dapat dibagi menjadi 2 jenis yang keduanya bersifat extensional, yaitu fracture berarah N3 15 ° E dan N48 ° E. Hasil analisis terhadapnya menunjukkan bahwa sebagian dari deformasinya melalui bidang-bidang sesar orde I yang sebelumnya tidak tersingkap sampai kepermukaan. Informasi ini diharapkan dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan dalam merencanakan pembangunan kedepan, yaitu dengan menghindari pembangunan fasilitas penting memotong struktur tersebut. 1. PENDAHULUAN . 1. Latar Belakang Kondisi Wilayah Indonesia sangat dinamis. Dinamisnya bumi di wilayah ini disebabkan oleh adanya interaksi dari beberapa lempeng bumi. Hasil dari Interaksi pertemuan lempeng ini berbeda-beda tergantung dari sifat, kecepatan, arah dan jumlah lempeng yang terlibat. Mengingat hal tersebut, Wilayah Indonesia dapat dibedakan menjadi dua bagian utama, yaitu Wilayah barat dan timur. Wilayah barat, tatanan tektoniknya dapat dikatakan relatif sederhana dan wilayah timur Iebih rumit. Tatanan tektonik Indonesia di wilayah timur, meskipun relatif sederhana yaitu dengan hanya melibatkan 2 lempeng besar (Lempeng Eurasia dan Lempeng Hindia YEAR BOOK MITIGASI BENCANA 2004 19

Upload: trandieu

Post on 07-Mar-2019

230 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

DEFORMASI LANDASAN PACU BANDARATJUT NYAK DIEN , MEULABOH

Oleh :

WisyantoPusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Pengelolaan

Sumberdaya Lahan dan Kawasan (P3TPSLK), TPSA - BPPT.

Gd II. BPPT Lt. 18. JI.M.H.Thamrin No. 8 Jakarta 10340

Email: [email protected]

ABSTRAK

Gempabumi Aceh yang terjadi pada 26 Desember 2004 jam 07.59 pada 9 SR

telah merusak Wilayah Aceh dan Sekitarnya. Salah satu kota yang terkena

dampaknya adalah Kota Meulaboh. Peta geologi hasil penelitian di Daerah

Meulaboh sebelumnya tidak menunjukkan adanya struktur geologi yang

berkembang dengan baik di daerah ini. Hal ini diduga karena sebagian wilayahnya

ditutupi oleh endapan lepas, sehingga ban yak struktur geologi yang tidak

terekspresikan kepermukaan.

Dengan memanfaatkan kejadian gempa besar yang barn saja terjadi, diharapkansesar-sesar yang tidak sampai kepermukaan akan tersingkap sampaikepermukaan. Melalui pengamatan landas pace Bandara Tjut Nyak Dien,diketahui bahwa telah terjadi deformasi pada landas pacu tersebut. Deformasiyang terjadi dapat dibagi menjadi 2 jenis yang keduanya bersifat extensional, yaitufracture berarah N3 15 ° E dan N48 ° E. Hasil analisis terhadapnya menunjukkanbahwa sebagian dari deformasinya melalui bidang-bidang sesar orde I yangsebelumnya tidak tersingkap sampai kepermukaan. Informasi ini diharapkandapat dipakai sebagai bahan pertimbangan dalam merencanakan pembangunankedepan, yaitu dengan menghindari pembangunan fasilitas penting memotongstruktur tersebut.

1. PENDAHULUAN

. 1. Latar Belakang

Kondisi Wilayah Indonesia sangat dinamis. Dinamisnya bumi di wilayah inidisebabkan oleh adanya interaksi dari beberapa lempeng bumi. Hasil dari Interaksipertemuan lempeng ini berbeda-beda tergantung dari sifat, kecepatan, arah dan jumlahlempeng yang terlibat. Mengingat hal tersebut, Wilayah Indonesia dapat dibedakanmenjadi dua bagian utama, yaitu Wilayah barat dan timur. Wilayah barat, tatanantektoniknya dapat dikatakan relatif sederhana dan wilayah timur Iebih rumit.

Tatanan tektonik Indonesia di wilayah timur, meskipun relatif sederhana yaitu

dengan hanya melibatkan 2 lempeng besar (Lempeng Eurasia dan Lempeng Hindia

YEAR BOOK MITIGASI BENCANA 2004 19

Australia) tetapi menghasilkan satuan-satuan tektonik yang penting dan sangatberpengaruh terhadap keberlangsungan hidup manusia. Akibat dari pertemuan dualempeng besar di atas telah menghasilkan wilayah yang sangat dinamis. Disatu sisi,akibat dari adanya proses penunjaman muncul aktifitas magma dan menghasilkanrangkaian gunungapi dan disisi lain dengan adanya gaya yang relatif berlawanan arah(pertemuan lempeng) telah menghasil sesar-sesar besar yang aktif. Akibat dari gayaberlawanan arah ini telah menghasilkan sistem tegasan yang makin lama makin besar.Pembentukan energi potensial dari sistem tegasan ini sangat tergantung dari dimensidan sifat batuan (kuat geser) sampai pada suatu limit elastisitas tubuh batuannya. Sifatdan dimensi batuan yang mudah kandas tidak akan menghasilkan energi potensial yangbesar, hal ini sering diekspresikan dengan daerah-daerah yang sering terjadi gempadengan frekuensi tinggi dan besaran rendah. Lain halnya dengan dimensi dan sifat yangmenyebabkan batuannya tidak mudah kandas, maka akan jarang muncul gempa ataudapat dikatakan dengan wilayah seismik gap. Wilayah-wilayah inilah yang harusdiidentifikasi dan dikaji secara mendalam demi kepentingan hidup manusia.

Berdasarkan sejarah kegempaan di Indonesia, Wilayah Indonesia sangat rawandengan bencana gempabumi. Dari pengalaman peristiwa gempabumi, diketahui bahwagempa-gempa yang merusak sangat tergantung pada besaran, lokasi, jarak dan obyekyang terancam. Besaran gempa 5,5 SR pun dapat bersifat merusak dan sudahmengancam jiwa bila jarak titik episentrumnya dekat dan kualitas obyek terancam(pemukiman). rendah.

Gempabumi tektonik yang sangat dahsyat telah terjadi di Aceh pada hariMinggu tanggal 26 Desember 2004 jam 07.59 WIB dengan kekuatan 9 SR. Gempatersebut telah memicu terjadinya gelombang tsunami dan telah mengakibatkansedemikian besar korban, baik harta maupun jiwa. Tidak sedikit rumah yang seharusnyakuat menahan laju gelombang tsunami, tetapi karena telah digoncang oleh getarangempanya menjadikan rentan terhadap terjangan gelombang tsunami. GempabumiAceh ini telah mengakibatkan rusaknya berbagai fasilitas masyarakat. Tingkat kerusakanakan semakin besar pada zona-zona lemah. Mengingat zona lemah tersebut tidak selaludapat diidentifikasi dari permukaan, maka identifikasi deformasi lapisan batuan padapermukaan dalam suatu peristiwa gempa yang telah terjadi dapat dijadikan sarana bantudalam mengidentifikasi zona lemah yang tidak muncul sampai permukaan.

I.2.Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah mempelajari deformasi batuan ataupermukaan tanah (jalan atau landasan pacu pesawat) yang dihasilkan oleh peristiwagempa (besar), untuk mengidentifikasi zona-zona lemah yang tidak terdeteksisebelumnya. Sehingga hasil identifikasi zona lemah tersebut dapat dijadikan dasar untukmengatur atau mengantisipasi kegagalan bangunan akibat gempabumi dimasamendatang .

YEAR BOOK MITICASI BENCANA 2004 20

I.3.Metode Penelitian

Metode penetitian yang digunakan untuk mencapai tujuan dari penelitianini,adalah sebagai berikut :

1. Pengumpulan seluruh informasi yang berkaitan dengan dampak gempabumi Aceh26 Desember 2004.

2. Pengamatan lapangan terhadap deformasi landasan pacu Lapangan Terbang TjutNyak Dien dan jalan raya di Meulaboh.

3. Analsis data lapangan dan data struktur geologi yang sudah ada.4. Penentuan zona Iemah di Daerah Meulaboh.5. Pembuatan konsep mitigasi yang berkaitan dengan diketahuinya zona Iemah

tersebut.

II. GEOLOGI DAERAH MEULABOH

Kota Meulaboh sebagian besar menempati daerah yang retatif landai danmemanjang dari arah baratlaut sampai ke tenggara. Sisi baratdaya/barat dari KotaMeulaboh dibatasi oleh taut, sedangkan dibagian timurlaut/timur kota mulaimenunjukkan adanya peningkatan etevasi dengan morfologi bergetombang.

Susunan batuan di Kota Meulaboh terdiri dari 3 satuan batuan, yaitu EndapanAluvial (endapan lempung, pasir, kerikil) ; Formasi Meulaboh (kerakal yang telahtertransport, pasir, lempung yang berumur Pleistosen) dan Formasi Tutut (kongtomeratyang betum terlitifikasi sempurna, batupasir, batulumpur yang mengandung lignit, lignittipis dan batubara). Sebaran batuan Formasi Meulaboh adatah memanjang mengikutiarah panjang taut. Aluvial tersebar dan memotong panjang sebaran satuan FormasiMeulaboh, khususnya pada bagian-bagian disepanjang sungai yang membetah KotaMeulaboh. Satuan batuan dari Formasi Tutut tersebar dan terletak dibagian timur darisatuan Formasi Meulaboh, membentuk morfologi bergetombang. Sedangkan strukturgeologi yang berkembang didaerah Kota Meulaboh tidak terlihat pada peta geologiyang sudah ada. Hal ini tidal menutup kemungkinan adanya struktur geologi didaerahini, tetapi mengingat satuan batuan diatasnya terdiri dari material yang lepas, sehinggafenomena struktur yang berkembang sulit teramati atau tidal terekspresikan padasatuan batuan ini.

YEAR BOOK MIT!CASI BENCANA 2 004 21

Gambar I . Peta Geologi Daerah Meulaboh

Iii. DEFORMASI LANDASAN TJUT NYAK DIEN

Berbicara tentang gempabumi, tidal akan terlepas dari masalah sesar ataudilatasi dari suatu obyek sebelumnya merupakan satu kesatuan yang utuh. Hal ini jugaberlaku pada peristiwa gempabumi tektonik di Aceh (26 Desember 2004). Sumberenergi dari gempabumi tektonik adalah energi keterakan elastis (elastic strain energy)yang tersimpan dalam batuan. Ketika tekanan terus bekerja dan terhimpun dalam tubuhbatuan, dimana setelah melampaui batas elastisitasnya, akan mengalami pergerakancepat melalui bidang lemahnya, yang selanjutnya akan diikuti oleh gerakan balik dariblok-blok batuan yang bergerak untuk menuju kesetimbangan baru. Peristiwa inilahyang menghasilkan gelombang gempabumi menjadi gempabumi utama dansususulannya.

Sebagai contoh yang sangat jelas dan telah dimonitoring secara balk adalahpergeseran dari jajaran pohon yang memotong Bidang Sesar San Andreas. Setelahterjadi gempabumi California tahun 1906, jajaran pohon tersebut bergeser dan terjadioffset dari jajaran pohon pada masing-masing blok yang dipisahkan oleh Sesar SanAndreas. Urutan kejadiannya dapat dilihat pada gambar 2, dibawah:

YEAR BOOK MITIGASI BENCANA 2004 22

Gambar 2. Pergeseran jajaran pohon (XY) oleh sesar SanAndreas menjadi X'O'-O"Y' pada saatgempabumi California tahun 1906

Peristiwa gempabumi Aceh 26 Desember 2004 berpusat pada titik 95,78°E

dan 3,298° N atau ±150 km baratdaya Kota Meulaboh. Gelombang gempa dengan

magnitudo 9 SR ini, selain telah merusak banyak daerah, juga telah merusak berbagai

fasilitas yang ada di Daerah Meulaboh. Gelombang gempa ini akan lebih efektif

melewati zona-zona lemah dan akan membawa dampak hebat pada permukaan

tanahnya. Seperti telah disinggung pada bab sebelumnya, bahwa ada kemungkinan

struktur sesar tidal muncul/nampak sampai ke permukaan tanah karena struktur ini

kurang dapat berkembang pada satuan material lepas dan mungkin akan dapat terlihat

setelah terjadi gempabumi. Dengan mendasarkan pada hal tersebut, dapat dikatakan

bahwa adanya respon yang berbeda pada tempat satu dengan lainnya terhadap

gelombang gempa menunjukkan adanya sifat fisik yang berbeda. Perbedaan ini mungkin

berupa perbedaan kekuatan fisik bangunan, komposisi tanah pendukung, atau adanya

zona lemah dibawahnya.

Perbedaan respon (kerusakan) terhadap gelombang gempabumi Aceh 26Desember 2004 hanya teramati pada bangunan jalan atau landas pacu bandara TjutNyak Dien. Sedangkan efek gempabumi terhadap bangunan rumah atau fasilitas lainnyasudah dikacaukan oleh gelombang tsunami. Dari penelitian di lapangan, hanya ada duakenampakan deformasi jalan yang sangat nyata, yaitu deformasi jalan dekat jembatanpada Sungai Krueng Meurebo dan deformasi landasan pacu di Bandara Tjut Nyak Dien.

YEAR BOOK MITICASI BENCANA 2004 23

Deformasi pada landasan Tjut Nyak Dien dapat dibedakan menjadi duakelompok struktur utama, yaitu deformasi landas pacu berupa fracture yang searahdengan arah panjang landas pacu, yaitu N315°E clan fracture melintang landas pacudengan arah N48°E. Deformasi pada bagian ujung tenggara landas pacu dapatdigambarkan sebagai berikut :

Gambar 3. Sketsa fracture yang berkembang diujung tenggara landaspacu Bandara Tjut Nyak Dien

)'AR BOOK MITICAS7 BENCANA 2004 24

Foto I . Deformasi landas pacu Bandara Tjut Nyak Dien, fracture

adalah fracture C pada gambar 3

Foto 2. Penulis sedang mengamati pola regangan pada fracture yang

searah dengan arah landas pacu bandara.

25YEAR BOOK SIlTIGiISI BENOINA 2004

Foto 3. Pada fracture terlihat adanya bagian-bagian yang terangkat(membumbung) bergantian dari satu tempat ke tempat lainnya.Nampak juga fracture yang memotong landas pacu berbentuk lurus

Foto 4. Struktur regangan yang membelah jalan dan berlanjut ke tanah. Hal ini

menunjukkan deformasi terjadi bukan semata-mata (<arena kualitas badan

jalan, tetapi mungkin karena adanya zona lemah dibawahnya (regional).

26}FAR BOOK MITICASI BENCANA 2004

Foto 5. Kelanjutan struktur regangan foto 4, yang membelahtanah jauh keluar landasan

Foto 6. Foto A pada gambar 3, arah umum fracture sejajar dengan

arah panjang landasan

)'EAR BOOK MITICASI BENCANA 2004 27

Foto 7. Fracture B pada gambar 3, arah umum fracture sejajar dengan

arah panjang landas pacu bandara

IV. ANALISIS DEFORMASI LANDAS PACU BANDARA TJUT NYAK DIEN

Struktur regangan yang terjadi disepanjang landasan pacu Bandara Tjut Nyak

Dien didominasi oleh struktur yang berarah N315°E atau searah dengan arah panjang

landas pacu . Di beberapa tempat, struktur ini dipotong secara tegak lurus oleh struktur

yang berarah N48°E. Bila diamati secara lebih detail, ternyata pada kedua struktur yang

saling tegak lurus ini terdapat berbedaan bentuk yang sangat nyata . Perbedaan bentuk

ini adalah pada bentul< garis fracturenya , dimana struktur yang searah landas pacu

bentuknya relatif bergerigi (berkelok-kelok ), sedangkan struktur yang tegak lurus

terhadapnya berbentuk garis lurus (straight lines) (Foto 3 clan Foto 8.).

YE; I R BOOK MIT/CAS! BENCANA 2004 28

Foto 8. Fracture dengan arah melintang landas pacu, berbentukgaris lurus (dikutip dari Djamaluddin, 2005)

Ada empat hal penting yang harus diperhatikan dalam peristiwa deformasi(rupturing) (Billings, 1979) yaitu peristiwa yang mendahului rupture, kondisi fisik saatterjadi rupture, gaya yang menyebabkan rupture dan arah fracture terhadap gaya yangmenyebabkannya. Kembali pada masalah Gempa Aceh yang telah mengakibatkandeformasi landasan pacu bandara, peristiwa yang mendahului deformasi adalah adanyagaya kompresi yang bekerja di wilayah ini (regional) sebagai akibat dari adanyapertemuan dua lempeng berlawanan arah. Meskipun Lempeng Hindia-Australiabergerak relatif Ice utara, tetapi karena bidang pertemuaannya tidal tegak lurus,melainkan oblique, maka gaya yang berkembang sebagai resultan gayanya akan berarahrelatif timurlaut-baratdaya (orde II). Sehingga selama gaya kompresi ini bekerja, akanterjadi proses pemendekan searah dengan arah gaya kompresinya, yaitu ± N45°E.Seperti pada konsep kekandasan batuan, maka kondisi ini akan membentuk potensialfracture berupa extension, shear dan release fracture.

Selama gaya kompresi arah baratdaya-timurlaut terus bekerja, maka akanterjadi proses pemendekan wilayah (batuan) di daerah timurlaut dari bidang pertemuanlempeng atau antara palung dengan Sesar Sumatera. Banyak struktur yang berkembangdi daerah ini. Mengingat wilayah Meulaboh secara dominan ditutupi oleh material lepas,maka kenampakan strukturnya kurang dapat teramati. Pada saat terjadi pelepasanenergi melalui dilatasi cepat pada bidang sesar (focal mechanism) dalam peristiwaGempabumi Aceh 26 Desember 2004, terjadi pelenturan balik dari massa batuan yangsebelumnya mengalami pemendekan. Peristiwa pelenturan balik (rebounding) inilahyang telah mengakibatkan deformasi landasan pacu Bandara Tjut Nyak Dien dan

YEAR BOOK MITIGASI BENCANA 2004 29

deformasi badan jalan lainnya. Seperti halnya pada uji laboratorium terhadap

kekandasan batuan, maka dengan dihentikannya gaya kompresi yang bekerja maka akan

terbentuk release fracture yang arahnya tegaklurus arah gaya kompresi dan bentuk

bidangnya relatif tidal rata (berkelok). Kenampakan ini sama dengan apa yang terjadi

pada Gempabumi Aceh, dimana terjadi deformasi jalan yang arahnya tegaklurus arah

gaya kompresi (N3 15°E) dengan bentuk bidangnya yang berkelok. Fracture dengan arah

inilah yang mendominasi proses deformasi landasan pacu Bandara Tjut Nyak Dien.

Selain fracture diatas, juga ditemukan fracture yang berarah tegaklurusdengannya. Disamping arahnya yang berbeda, bentuknya juga relatif lurus (straightlines). Melihat pada bentuk dan arahnya, fracture ini besar kemungkinan merupakanjejak dari shear fracture orde I yang tidak berkembang dengan balk. Baik fracture yangberarah N315°E maupun yang berarah N45°E, keduanya bersifat membuka. Hal inidiperkirakan karena pengaruh tarikan akibat peristiwa pelenturan balik (rebounding).Sedangkan lokasi fracturenya berkaitan erat dengan bidang lemah (struktur) dibawahnyayang tidak sampai muncul kepermukaan (sebelum peristiwa gempa). Pada fracture,khususnya yang berarah N315°E terjadi pembubungan dari satu tempat ketempatlainnya secara bergantian (foto 3.). Hal ini tidak ada kaitannya dengan blok naik/turunyang terjadi peristiwa pensesaran naik/turun. Pada sesar naik/turun, prosesdisplacementnya diakibatkan oleh gaya kompresi, sedangkan disini, gaya yang bekerjaadalah gaya tensional. Pembubungan terjadi diakibatkan oleh kerja gelombanggempanya. Pembubungan disebabkan oleh pengaruh gelombang gempa longitudinal dankemudian disusul oleh gelombang transversal yang telah mengakibatkan terjadinyapembukaan (perekahan) pada fracture tersebut. Dimensi rekahan bervariasi, yaitu lebarrekahan 5-150 cm, panjang 30-200 m dan pembubungan mencapai 25 cm. Selaindeformasi pada landasan pacu, juga ditemukan deformasi yang sama, yaitu pada badanjalan dekat jembatan Sungai Krueng Meurebo. Disini, fracture yang terjadi ada dua jenis,yaitu yang searah dengan jalan (N320°E, Foto 9.) dan yang melintang jalan (N50°E,Foto 10).

Upaya mitigasi bencana gempa meliputi proses pengevaluasian resiko bencana

dan penentuan kebijakan dalam pengurangan resikonya (Blair et.al., 1979). Sedangkan

bahaya gempabumi itu sendiri meliputi banyak bentuk, seperti pensesaran i di

permukaan, goncangan gempabumi, tsunami, likuifaksi, gerakan tanah dan bahaya

ikutan lainnya. Resiko bahaya gempa adalah besar potensi kerugian/kerusakan yang

diakibatkan oleh kejadian gempabumi. Kedahsyatan dari goncangan gempabumi

bergantung pada besaran, jenis gerakan, jarak dari struktur sesar dan kondisi geologi

lokal. Pada umumnya, efek goncangan terparah terjadi dekat struktur sesar dan

intensitasnya akan berkurang sebanding dengan penambahan jaraknya.

YEAR BOOK MIT/CAS! BENCANA 2 004 30

Foto 9. Fracture bukaan searah dengan arah jalan. Lokasi dekat

jembatan Sungai Krueng Meurebo

Foto 10. Badan jalan seperti teriris oleh fracture yang melintang

jalan. Lokasi dekat jembatan Sungai Krueng Meurebo

)'LA R BOOK MIT!CASI BENCANA 2004 31

Meskipun demikian, kondisi geologi lokal juga memegang peranan penting dan

akan memodifikasi tingkat efek goncangannya. Pada endapan tak terkonsolidasi akan

menciptakan amplifikasi pergerakan batuan dasar dan menghasilkan goncangan kuat.

Mengingat hal tersebut, adalah sangat penting untuk melakukan pemetaan struktur

geologi secara detail. Bahkan jika perlu juga dilakukan penyelidikan, tidak hanya

penyelidikan permukaan melainkan juga penyelidikan bawah permukaan, khusus untul<

daerah padat (prioritas lainnya). Sehingga akan dapat dibuat peta detail struktur geologi

Daerah Meulaboh bagi keperluan penyususan rencana tata ruang untuk menghindari

proses pembangunan (khususnya fasilitas fital/umum) disekitar jalur sesar.

V. KESIMPULAN

Deformasi landasan pacu Bandara Tjut Nyak Dien dapat dibagi menjadi dua

jenis, yaitu fracture yang searah dengan arah panjang landasan pacu (N3 150E) dengan

bentuk berkelok dan fracture yang melintang tegakiurus landasan pacu (N48°E) dengan

bentuk lurus (straight lines).

Fracture yang berarah N3 15°E merupakan release fracture akibat dilatasi cepat

pada peristiwa Gempabumi Aceh 26 Desember 2004, sedangkan fracture N48°E

merupakan shear fracture yang kurang berkembang pada orde I.

Mengingat sangat pentingnya informasi sesar pada peristiwa gempabumi,diperlukan pemetaan detail struktur geologi, tidak hanya penyelidikan permukaantetapi juga penyelidikan bawah permukaan. Akhirnya informasi tersebut dapat dijadikandasar membuat rencana tata ruang wilayah.

Perlu adanya evaluasi bahaya ikutan dari peristiwa gempabumi, seperti bahayatsunami, likuifaksi, gerakan tanah, bahkan sampai pada masalah kebakaran dan kesulitanair pada situasi darurat.

DAFTAR PUSTAKA

Agrawal, P.N., 1991, Engineering Seismology, Oxford and IBH Publishing Co.Pvt.Ltd,New Delhi, Bombay, Calcutta.

Blair,M.l., W.E. Spangle and W.Spangle, 1979, Seismic Safety and Land-use Planning -

Selected Examples from California, Geological Survey Professional Paper 941 -B, United States Government Printing Office, Washington.

Cameron, N.R., J.D.Bennett, D.McC.Bridge, A.Djunuddin, S.A. Ghozali, H.Harahap,D.H. Jeffrey, W.Kartawa, W.Keats, N.M.S.Rocks dan R.Whandoyo, 1982, Peta

Geologi Lembar Meulaboh, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi,

Bandung.

)FAR BOOK MITIGASI BENCANA 2004 32

Djamaluddin, R., 2005, Operasi Bakti Teknologi Aceh 2005, Balai Teknologi SurveiKelautan, Badan Pengkajian clan Penerapan Teknologi.

Lloyd, G.E., C.C. Ferguson and K. Reading, 1982, A Stress-Transfer Model for TheDevelopment of Extension Fracture Boudinage, Journal of Structural Geology, v.4,No.3.

YEAR BOOK MITIGASI BENCtINA 2004 33

I Iu mmi iuu i m i u iii