definisi syirkah

Download Definisi Syirkah

If you can't read please download the document

Upload: iqbalulloh

Post on 11-Nov-2015

36 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

Definisi Syirkah

TRANSCRIPT

19

BAB IPENDAHULUANA. LATAR BELAKANGMuslim dewasa ini menghadapi suatu masalah yang sangat dilematis. Meskipun berpartisipasi aktif dalam dunia bisnis, namun dalam pikiran mereka juga ada semacam ketidakpastian apakah praktek-praktek bisnis mereka benar menurut pandangan Islam.Yang menjadi masalah yaitu bentuk-bentuk baru, institusi, metode atau teknik-teknik bisnis yang sebelumnya belum pernah ada telah menyebabkan keraguan tersebut, sehingga dalam beberapa kasus, mereka tetap mengikuti sistem tersebut dengan perasaan bersalah karena mereka merasa tidak menemukan jalan keluar.Semua bentuk organisasi bisnis yang didalamnya dua orang atau lebih bekerjasama dalam hal dana, kewiraswastaan, ketrampilan, dan niat baik untuk menjalankan suatu usaha oleh para fuqaha dikategorikan dalam bentuk organsisasi mudharabah ataupun syirkah.Syirkah menurut bahasa berarti percampuran. Sedangkan menurut istilah Syirkah berarti kerja sama antara dua orang atau lebih, dalam berusaha yang keuntungan dan kerugiannya ditanggung bersama.Secara etimologis, syirkah berarti mencampurkan dua bagian atau lebih sedemikian rupa sehingga tidak dapat lagi dibedakan satu bagian dengan bagian lainnya. Adapun menurut makna syariat, syirkah adalah suatu akad antara dua pihak atau lebih, yang bersepakat untuk melakukan suatu usaha dengan tujuan memperoleh keuntungan.Jadi dapat disimpulkan bahwa syirkah adalah suatu akad antara dua pihak atau lebih untuk melakukan kerjasama untuk melakukan suatu usaha dengan tujuan memperoleh keuntungan dan kerugiannya ditanggung bersama.Syirkah dilihat sebagai perjanjian atas dasar uqud al-amanah (saling percaya), ketulusan dan kejujuran mempunyai peran sentral dalam terlaksananya kerjasama ini. Perintah kerja harus benar-benar dapat dipercaya agar dapat saling menguntungkan dan setiap upaya untuk melakukan kecurangan dan pembagian pendapatan yang tidak jujur harus didasari sebagai pelanggaran atas ajaran-ajaran Islam.Kalau si pemilik uang telah merelakan uangnya itu untuk syirkah dengan orang lain, maka dia harus berani menanggung segala resiko karena syirkahnya itu. Dalam sebuah sistem perekonomian dengan perbedaan-perbedaan kekayaan yang begitu substansial, dan pemberian pinjaman modal yang menginginkan keuntungan tanpa terlibat resiko bisnis, adalah irrasional untuk dapat memberikan pinjaman kepada orang miskin sama banyaknya seperti halnya yang diberikan kepada orang-orang kaya, atau mengulurkan pinjaman sama banyaknya karena persyaratan yang sama bagi keduanya, seperti tingkat suku bunga yang sama atau bahkan lebih tinggi kepada pengusaha kecil dari pada yang dikenakan kepada pengusaha besar, dan keharusan memiliki kolateral (jaminan) dengan nilai yang lebih tinggi dari pinjaman modal dengan mengabaikan kenyataan apakah mereka akan menghasilkan keuntungan di atas rata-rata dari investasi modal mereka. Hal ini merupakan sesuatu yang buruk bagi masyarakat karena akan mengakibatkan pemihakan kepada satu kelas sosial tertentu saja, dan menimbulkan kegagalan masyarakat dalam memanfaatkan bakat wirausahanya secara maksimal.B. RUMUSAN MASALAHApakah definisi syirkah ?Apakah dasar hukum syiirkah ?Apakah syarat dan rukun syirkah ?Apakah macam macam syirkah ?Apakah hukum syirkah ?Apakah hal hal ayng membatalkan syirkah ?

C. TUJUANMengetahui definisi syirkahMengetahui dasar hukum syirkahMengetahui syarat dan rukun syirkahMengetahui macam macam syirkahMengetahui hukum syirkahMengetahui hal hal yang membatalkan syirkah

BAB IIPEMBAHASANDefinisi Syirkah

Syirkah secara bahasa berarti Al ikhtilath, yang artinya adalah campur atau percampuran. Istilah percampuran di sini mengandung pengertian pada seseorang yang mencampurkan hartanya denga harta orang lain, sehingga tidak mungkin untuk dibedakan. Qamarul Huda, Fiqh Mumalah, hlm. 99Secara etimologi, syirkah ataau perkongsian berarti : percampuran, yakni bercampurnya salah satu dar dua harta dengan harta lainnya, tanpa dapat dibedakan antara keduanyaMenurut terminologi, ulama fiqh beragam pendapat dalam mendefinisikan syirkah, antara lain :Menurut Malikiyah : Wahbah Zuhaili, Al Fiqh Al Islam Wa Adillatuhu,juz 4, hlm. 792

Artinya : Perkongsian adalah izin untuk mendayagunakan ( tasharruf ) harta yang dimilki dua orang secara bersama sama oleh keduanya, yakni keduanya saling mengizinkan kepada salah satunya untuk mendayagunakan harta milik keduanya, namun masing - masing memiliki hak unutk bertasharruf.Menurut Hanabilah :

Artinya : Perimpunan adalah hak ( kewenangan ) atau pengolahan harta ( tasharruf ) .Menurut Syafiiyah :

Artinya : Ketetapan hak pada sesuatu yang dimilki dua orang atau lebih dengan cara yang masyhur ( diketahui ) Menurut Hanafiyah :

Artinya : Ungkapan tentang adanya tranaksi ( akad ) antara dua orang yang bersekutu pada pokok harta dan keuntungan.

Apabila diperhatikan secara seksama, definisi yang terakhir dapat dipandang paling jelas, karena mengungkapkan hakikat perkongsian, yaitu transaksi ( akad ) . Adapun pengertian lainnya tampaknya hanya menggambarkan tujuan, pengaruh, dan hasil perkongsian. Rachmat Syafei, Fiqh Muamalah, hal. 185Dasar Hukum SyirkahLandasan syirkah ( perseroan ) terdapat dalam Al Quran, Al Hadits , dan Ijma, sebagai berikut :

Al Quran

Mereka bersekutu dalam yang sepertiga ( QS. An Nisa : 12 )

... Sesungguhnya kebanyakan dari orang orang yang bersrikat itu sebagian mereka berbuat zhalim kepada sebagian yang lain, kecuali orang orang yang beriman dan beramal shaleh dan amat sedikitlah mereka ini. ( QS . Shad : 24 )As Sunnah

.. : : ( ) Dari Abu Hurairah yang dirafakan kepada Nabi SWT berfirman Aku adalah yang ketiga pad dua orang yang bersekutu selama salah seorang dari keduanya tidak mengkhianati temannya, Aku akan keluar dari persekutuan tersebut apabila salah seorang mengkhianatinya ( HR. Abu Dawud dan Hakim dan menyahihkan sanadnya ).Maksudnya, Allah SWT akan menjaga dn menolong dua orang yang bersekutu dan menurunkan berkah pada pandngan mereka. Jika salah seorang yang bersekutu itu mengkhianati temannya , Allah SWT akan menghilangkan pertolongan dan keberkahan tersebut.Legalitas perkongsian pun diperkuat, ketika Nabi diutus , masyarakat sedang melakukan perkingsian. Beliau besabda : Kekuasaan Allah selalu berada pada dua orang yang bersekutu selama keduanya tidak berkhianat ( HR. Bukhari dan Muslim ).Al Ijma

Umat Islam sepakat bahwa syirkah dibolehkan. Hanya saja, mereka berbeda pendapat tentang jenisnya.Rukun dan Syarat SyirkahRukun Syirkah diperselisihkan oleh para Ulama, menurut ulama hanafiyah bahwa rukun syirkah ada dua, yaitu ijab dan qabul sebab ijab dan qabul (akad menentukan adanya syirkah. Adapun yang lain seperti dua orang atau pihak yang berakad dan harta berada di luar pembahasan akad. Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, hlm. 127

Menurut Al-jaziri, ada tiga pokok rukun syirkah, yakni:a. Akad (ijab-kabul), disebut juga shighat.b. Dua pihak yang berakad (qidni), syaratnya harus memiliki kecakapan (ahliyah) melakukan tasharruf (pengelolaan harta).c. Obyek akad (mahal), disebut juga maqd alayhi, yang mencakup pekerjaan (amal) dan/atau modal (ml).Sedangkan untuk syarat sahnya akad ada dua, yaitu:a.Obyek akadnya berupa tasharruf, yaitu aktivitas pengelolaan harta dengan melakukan akad-akad, misalnya akad jual-beli.b.Obyek akadnya dapat diwakilkan (wakalah), agar keuntungan syirkah menjadi hak bersama di antara para syark (mitra usaha).

Macam macam SyirkahMenurut Ulama Hanafiyah, perkongsian terbagi menjadi dua : Abdurrahman Al Jaziri, Kitabul Fiqh Alal Madzahib Al Arbaah, Juz III ,hal 60 65, (Beirut : Darul Kutub Al Ilmiyah), 2003

Perkongsian Amlak , adalah dua orang atau lebih yang memiliki barang tanpa adanya akad. Perkongsian ini terbagi menjadi dua, yaitu :

Syirkah Jabariyah, yaitu perkongsian yang ditetapkan kepada dua orang atau lebih yang bukan didasarkan atas perbuatan keduanya , seperti A dan B menerima warisan sebuah rumah. Dalam contoh ini rumah tersebut dimiliki bersama oleh A dan B secara otomatis ( paksa ), dan keduanya tidak bisa menolak.Syirkah Ikhtiyariah, yaitu perkongsian yang muncul karena adanya kontrak dari dua orang yang bersekutu. Contoh A dan B membeli sebidang tanah. Dalam hal ini pembeli yaitu A dan B bersama sama memiliki tanah tersebut secara sukarela tanpa ada paksaan dari pihak lain.

Perkongsian Uqud, adalah bentuk transaksi yang terjadi antara dua orang atau lebih untuk bersekutu dalam harta dan keuntungannya.

Ulama Hanafiyah membagi syirkah menjadi tiga bagian, yaitu :Syirkah amwal

Mufawadhahinan

Syirkah amal

MufawadhahInan

Syirkah Wujuh

MufawadhahInan

Menurut Malikiyah dan Syafiiyah, syirkah terbagi menjadi 4 bagian , yaitu :

Syirkah InanSyirkah MufawadhahSyirkah AbdanSyirkah Wujuh Ibn Rusyd, Bidayah Al Mujtahid wa Nihayah Al Muqtashid, juz II , hlm. 248

Ulama fiqh sepakat bahwa perkongsian inan diperbolehkan , sedangkan bentuk bentuk lainnya masih diperselisihkan.Ulama Syafiiyah, Zhahiriyah, dan Imamiyah membatalkan semua syirkah kecuali syirkah inan dan mudharabah.Ulama Hanabilah membolehkan semua syirkah kecuali syirkah mufawadhah. Ulama Malikiyah membolehkan semua syirkah kecuali syirkah wujuh dan mufawadhah yang disebutkan ulama Hanafiyah.Pada bagian ini akan dijelaskan jenis jenis syirkah menurut Syafiiyah, yang meliputi :Syirkah Inan

Definisi syirkah inan sebagaimana dikemukakan oleh Sayyid Sabiq adalah sebagai berikut : Syirkah inan adalah suatu perssekuutan atau kerja sama antara dua pihak dengan harta ( modal ) untuk diperdagangkan dan keuntungan dibagi di antara mereka. Sayid Sabiq, Fiqh Sunnah, Juz III, Dar Al Fikr, Beirut, cet III , 1981, hlm . 295Dari definisi tersebut, dapat dipahami bahwa syirkah inan adalah persekutuan dalam modal dan keuntungan, termasuk kerugian. Dengan demikian, dalam syirkah inan seorang persero tidak hanya dibenarkan bersekutu dalam keuntungan saja, sedangkan dalam kerugian ia dibebaskan.Dalam hal modal yang diinvestasikan sama, maka keuntungan yang dibagikan boleh sama antarampara peserta dan boleh pula berbeda. Hal tersebut tergantung pada ksepakatan yang dibuat oleh para peserta pada waktu terbentuknya akad. Adapun dalam hal kerugian maka perhitungannya disesuaikan pada modal yang diinvestasikan. Hal ini sesuai dengan kaidah yang berbunyi : , Keuntungan diatur sesuai dengan syarat yang mereka sepakati, sedangkan kerugian tergantung pada besarnya modal yang diinvesatsikannya. Wahbah Zuhaili, Al Fiqh Al Islam Wa Adillatuhu,juz 4, hlm. 797Contoh : A dan B pengrajin atau tukang kayu. A dan B sepakat menjalankan bisnis dengan memproduksi dan menjualbelikan meubel. Masing-masing memberikan konstribusi modal sebesar Rp.50 juta dan keduanya sama-sama bekerja dalam syirkah tersebut.Dalam syirkah ini, disyaratkan modalnya harus berupa uang (nuqd); sedangkan barang (urdh), misalnya rumah atau mobil, tidak boleh dijadikan modal syirkah, kecuali jika barang itu dihitung nilainya pada saat akad. Keuntungan didasarkan pada kesepakatan, sedangkan kerugian ditanggung oleh masing-masing mitra usaha (syark) berdasarkan porsi modal. Jika, misalnya, masing-masing modalnya 50%, maka masing-masing menanggung kerugian sebesar 50%.

Syirkah Mufawadhah

Muwafadhah dalam arti bahasa adalah al musawah , yang artinya persamaan . Syirkah yang kedua ini dinamakan syirkah muwafadahah karena di dalamnya terdapat unsur persamaan dalam modal, keuntungan, melakukan tasharruf, dan lain lainnya.Menurut satu pendapat, mufawadhah diambil dai kata at tafwidh ( penyerahan ), karena masing masing peserta menyerahkan hak untuk melakukan tsharruf kepada teman serikat yang lainnnya Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, Juz III, hlm. 296 .Dalam arti istilah, syirkah mufawadhah didefinisikan oleh Wahbah Zuhaili sebgai berikut : : ( ) .Syirkah mufawadhah menurut istilah adalah suatu akad yang dilakukan oleh dua orang atau lebih untuk bersekutu ( bersama sama ) dalam mengerjakan sesuatu perbuatan dengan syarat keduanya sama dalam modal, tasarruf, dan agamanya, dan masing masing peserta modal menjadi penanggung jawab atas yang lainnya di dalam hal hal yang wajib dikerjakan , baik berupa penjualan maupun pembelian. Wahbah Zuhaili, Al Fiqh Al Islam Wa Adillatuhu,juz 4, hlm. 798Dari defiinisi tersebut juga dapat diketahui bahwa dalam syirkah mufawadhah terdapat syarat syarat yang harus diketahui , yaitu :Persamaan dalam modal. Apabila salah satu peserta modalnya lebih besar daripada peserta yang lainnya. Misalnya A modal yang ditanamnya Rp. 10.000.000,00 sedangkan B hanya Rp. 5.000.000,00 , maka syirkah hukumya tidak sah.Persamaan dalam hak tasarruf. Maka tidak sah syirkah mufawadhah antara anak yang masih di bawah umur dan orang dewasa. Karena hak tasarruf keduanya tidak sama.Persamaan dalam agama. Dengan, tidak sah syirkah mufawadhah antara orang Muslim dan orang kafir.Tiap tiap peserta harus menjadi penanggung jawab atas peserta yang lainnya dalam hak dan kewajiban sekaligus sebagai wakil. Dengan demikian, tindakan hukuk peserta yang satu tidak boleh lebih besar daripada tindakan peserta hukum yang lainnya. Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, Juz III, hlm. 296

Menurut Hanafiah dan Malikiyah, syirkan mufawadhah ini hukumnya dibolehkan. Hal ini karena syirkah mufawadhah banyak dilakukan oleh orang selama beberapa waktu, tetapi tidak seorangpun yang menolaknya. Sedangkan Imam Syafii tidak membolehkannya. Beliau mengatakan : Apabila syirkah mufawadhah tidak dianggap batal, maka tidak ada lagi sesuatu yang batal yang saya ketahui di dunia ini Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, Juz III, hlm. 296

Syafii berpendapat bahwa syirkah mufawadhah adalah suatu akad yang tidak ada dasrnyya dalam syara. Untuk mewujudkan persamaan dalam berbagai hal merupakan hal yang sulit, karena di dalamnya da unsur gharar ( tipuan ) dan ketidakjelasan. Sedangkan hadits yang digunakan sebagai dasar oleh Hanafiah, merupak hadits yang tidak shahih dan tidak dapat diterima.Syirkah Wujuh

Syirkah wujuh didefinisikan oleh Sayyid Sabiq adalah " pembelian yang dilakukan oleh dua orang atau lebih tanpa menggunakan modal, dengan berpegang pada penampilan mereka dan kepercayaan para pedagang terhadap mereka, dengan ketentuan mereka bersekutu dalam keuntungan.Dari defiinisi tersebut, dapat dipahami bahwa syirkah wujuh adalah suatu syirkah atau kerja sama antara dua orang atau lebih untuk membeli suatu barang tanpa menggunakan modal. Mereka berpegang pada penampilan mereka dan kepercayaan para pedagang tehadap mereka. Dengan demikin, transaksi yang dilakukan adalah dengan cara berutang dengan perjanjian tanpa pekerjaan dan tanpa harta ( modal ).Menurut Hanafiyah,, Hanabilah, Zaidiyah, syirkah wujuh hukumnya boleh, karena bentuknya berupa satu jenis pekerjaan. Kepemilikan terhadap barang yang dibeli boleh berbeda antara satu peserta dengan peserta lainnnya. Sedangkan keuntungan dibagi natara para peserta, sesuai dengan besar kecilnya bagian masing masing dalam kepemilikan atas barang yang dibeli. Akan tetapi, Malikiyah, Syafiiyah, dan Zhahiriyah berpendapat bahwa syirkah wujuh hukumnya batal. Alasan mereka adalah bahwa syirkah selalu berkaitan dengan harta dan pekerjaan, sedangkan dalam syirkah wujuh, keduanya ( harta dan pekerjaan ) tidak ada. Yang ada hanya penampilan para anggota serikat, yang diandalkan untuk mendapatkan kepercayaan dari para pedagang. Wahbah Zuhaili, Al Fiqh Al Islam Wa Adillatuhu,juz 4, hlm. 802Syirkah Abdan

Syirkah abdan didefinisikan oleh Sayyid Sabiq adalah kesepakatan antara dua orang atau lebih untuk menerima suatu pekerjaan dengan ketentuan upah kerjanya dibagi di antara mereka sesuai dengan kesepakatan.Dari definisi tersebut dapat dipahami bahwa syirkah abdan ( syirkah amal ) adalah suatu bentuk kerja sama antara dua orang atau lebih untuk mengerjakan suatu pekerjaan bersama sama, dan upah kerjanya dibagi di antara mereka sesuai dengan kesepakatan yang disepakati bersama. Contohnya, tukang batu dengan beberapa temannya berserikat ( bekerja sama ) dalam mengerjakan pembangunan sebuah gedung sekolah. Kerja sama tersebut bisa dalam satu jenis pekerjaan yang sama, seperti tukang dengan tukang batu, dan bisa juga dalam jenis pekerjaan yang berbeda. Misalnya kerja sama antara tukang batu dengan tukang kayu dalam mengerjakan pembangunan sebuah gedung kantor.Menurut Malikiyah, Hanafiah, Hnabilah, dan Zaidiyah, syirkah abdan hukumnya boleh, karena tujuan utamanya adalah memperoleh keuntungan. Dalil dibolehkannya syirkah abdan adalah hadits Ibnu Masud : : , Dari Abdillah Ibnu Masud ia berkata : Saya , Ammar, dan Saad bersekutu dalam hasil yang diperoleh pada Perang Badar. Maka Saad datang dengan membawa dua orang tawanan, sedangkan saya dan Ammar tidak memperoleh apa apa ( HR. An Nasai ).Hadis ini menggambarkan tentang kerja sama antara para sahabat dalam hasil harta rampasan perang. Kerja sama tersebut dilakukan dengan menggunakan tenaga, tidak menggunakan ( modal ). Ini menunjukkan bahwa syirkan abdan itu dibolahkan. Hanya saja Malikiyah mengajukan beberapa syarat untuk keabsahan syirkah abdan ini, yaitu :Pekerjaan atau profesi antara para peserta harus sama. Apabila para profesinya berbeda maka hukumnya tidak boleh, kecuali garapan pekerjaannya saling mengikat. Misalnya, tukang kayu dan tukang batu mengerjakan sebuah rumah. Dalam contoh ini hukum syirkah nya dibolehkan karena pekerjaan yang satu bergantung pada pekerjaan yang lainnya.Tempat pekerjaannya juga harus satu lokasi. Apabila lokasi keduanya berbeda, maka syirkahnya tidak sah.Pembagian upah harus sesuai dengan kadar pekerjaan yang disyaratkan bagi setiap anggota serikat. Wahbah Zuhaili, Al Fiqh Al Islam Wa Adillatuhu,juz 4, hlm. 803 - 804

Menurut Syafiiah, Imamiyah, dan Zufar dari Hanafiah, syirkah abdan hukumnya batal, karena menurut mereka syirkah itu hanya khusu dalam modal saja, bukan dalam pekerjaan.Syarat Syarat Syirkah UqudUlama Hanafiah menetapkan syarat syarat untuk syirkah uqud. Sebagian dari syarat syarat tersebut ada yag berlaku umum untuk semua jenis syirkah uqud, dan sebagian lagi berlaku khusus untuk masing masing jenis syirkah. Syarat syarat itu adalah sebagai berikut :

Syarat syarat umum syirkah uqud

Untuk keabsahan syirkah uqud harus dipenuhi syarat syarat sebagai berikut:Tasarruf yang menjadi objek akad syirkah harus bisa diwakilkan

Dalam syirkah uqud keuntungan yang iperoleh merupakan milik bersama yang harus dibagi sesuai dengan kesepakatan. Kepemilikan bersama dalam keuntungan tersebut menghendaki agar setiap anggota serikat menjadi wakil dari anggota serikat lainnya dalam pengelolaan harta ( modal ) , di samping bertindak atas namanya sendiri. Atas dasar itu maka setiap anggota serikat memberikan kewenangan kepada anggota serikat lainnya untuk melakukan tasarruf, baik dalam hal penjualan, pembelian maupun penerimaan kontarak kerja. Dengan demikian, masing masing peserta menjadi wakil bagi peserta lainnya.Pembagian keuntungan harus jelas

Bagian keuntungan untuk masing - masing anggota serikat nisabnya harus ditentukan dengan jelas, misalnya 20 %, 10 %, 30 %, atau 40 %. Apabila pembagian keuntungan tidak jelas, maka syirkah menjadi fasid, karena keuntungan merupakan salah satu maqud alaih.Keuntungan harus merupakan bagian yang dimilki bersama secara keseluruhan, tidak ditentukan untuk A 100, B 200 misalnya. Apabila keuntungan telah ditentukan, maka akad syirkah menjadi fasid. Hal itu karena syirkah mengharuskan adanya penyertaan dalam keuntungan, sedangkan penentuan kepada orang tertentu akan menghilangkan hakikat perkongsian.

Syarat khusus untuk syirkah Amwal

Untuk keabsahan syirkah amwal, baik syirkh inan maupun syirkah mufawadhah, harus dipenuhi beberapa syarat yang khusus, sebagai berikut :Modal syirkah harus berupa barang yang ada

Menurut Jumhur fuqaha modal syirkah harus berupa barang yang ada, baik pada waktu akad maupun pada waktu jual beli. Dengan demikian, modal tidak boleh berupa utang, atau harta yang tidak ada di tempat akad. Hal ini karena tujuan syirkah adalah memperoleh keuntungan yang didapatkan melaui tasharruf, sedangkan tasarruf tidak bisa dengan utang atau barang yang tidak ada di tempat akad.Menurut Hanafiyah, Malikiyah, dan Hanabilah, modal dari para peserta tidak harus dicampur menjadi satu, karena menurut mereka dalam syirkah yang penting akdnya, bukan hartanya. Akan tetapi, menurut Zufar, Syafiiyah, Zhahiriah, Zaidiyah, dan Imamiyah, modal dari para peserta harus dicampur menjadi satu, sehingga tidak bisa dibedakan antara modal yang satu dengan yang lainnya. Hal tersebut dikarenakan arti syirkah adalah ikhthilath ( campur ), dan percampuran tidak akan terwujud apabial harta masih dibedakan antara yang satu dengan yang lain. Wahbah Zuhaili, Al Fiqh Al Islam Wa Adillatuhu,juz 4, hlm. 806 - 807Modal syirkah harus berharga secara mutlak

Ulama madzhab empat sepakat bahwa modal syirkah harus berupa sesuatu yang bernilai secara mutlak, seperti utang. Oleh karena itu, tidak sah modal syirkah dengan modal barang barang, baik berupa benda tetap maupun benda bergerak. Hal ini karena syirkah dengan modal barang, bukan uang menyebabkan ketidakjelasan dalam pembagian keuntungan, dan hal itu memicu terjadinya perselisihandan pertentangan di antara para peserta. Menurut Imam Malik, odal syirkahtidak mesti beruoa uang, melainkan juga boleh dengan barang yang diperkirakan nilainya, baik jenisnya sama atu berbeda. Alasannya adalah bahwa syirkah adalah dilakukan dengan modal yang jelas, sehingga mirip dengan uang. Wahbah Zuhaili, Al Fiqh Al Islam Wa Adillatuhu,juz 4, hlm. 808Syarat untuk Syirkah Mufawadhah

Ulama Hanafiah mengemukakan syarat syarat untuk syirkah mufawadhah sebagai berikut :Masing - masing anggota serikat memilki kecakapan untuk melakukan wakalah dan kafalah, yaitu harus merdeka, baligh, berakal, dan cerdas.Persamaan dalam modal, baik ukyran maupun harganya, sejak awal sampai akhir.Segala sesuatu yang layak menjadi modal dari salah seorang anggota serikat harus dimasukkan ke dalam syirkahPembagian keuntungan harus sama. Apabila pembagian keuntungan tidak sama, maka syirkahnya bukan mufawadhahPersamaan dalam kegiatan perdagangan. Ulama Hanafiyah dan Muhammad mensyaratkan syirkah mufawadhah antara sesama Muslim, dan tidak boleh dengan orang kafir.Dalam melakukan transaksi ( akad ) harus menggunakan kata mufawadhah. Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalah,hlm. 355

Syarat syarat yang disebutkan tadi harus dipenuhi untuk syirkah mufawadhah. Apabila salah satu syarat tidak ada, maka syirkah akan berubah menjadi syirkah inan, karena syarat syarat tersebut tidak diperlukan dalam syirkah inan. Dengan demikian, dalam syirkah inan tidak disyaratkan kecakapan dalam wakalah, persamaan dalam mdal dan keuntungan, dan persamaan dalam kegiatan perdagangan, sebagaimana yang disyaratkan dalam syirkah mufwadhah.Syarat syarat Syirkah Amal ( Abdan )

Apabila bentuk syirkah amal ini mufawadhah maka berlakulah syarat syarat syirkah mufawadhah, sebagaimana yang telah disebutkan di atas. Apabila bentuk syirkah inan maka tidak ada persyaratan syirkah mufawadhah tersebut, kecuali kecakapan dalam wakilah. Oleh karena itu, Imam Abu Hanifah mengatakan setiap akad yang di dalamnya dibolehkan kafalah dibolehkan pula syirkah, dan apa yang tidak boleh wakalah, maka tidak boleh pula syirkah. Wahbah Zuhaili, Al Fiqh Al Islam Wa Adillatuhu,juz 4, hlm. 814

Apabila pekerjaan memerlukan alat, sedangkan alat itu dipakai oleh salah seorang anggota serikat maka hal itu tidak mempengaruhi syirkah, dengan ketentuan alat itu tidak disewakan untuk orang lain. Apabila alat itu disewakan unuk menggarap pekerjaan lain maka upahnya untuk orang yang memilki alat, dan syirkah menjadi fasid.Syarat syarat Syirkah wujuh

Apabila bentuk syirkah ini mufawadhah maka berlakulah syarat syarat syirkah mufawadhah ( persamaan dalam berbagai hal ). Akan tetapi, apabila bentuknya syirkah inan maka tidak ada persyaratan syirkah mufawadhah, seperti persamaan dalam tasarruf, pembagian keuntungan, dan sebagainya.

Hukum Syirkah UqudHukum syurkah uqud ada dua macam :

ShahihFasid

Syirkah shahih adalah syirkah yang syarat syarat sahnya terpenuhi. Sedangkan syirkah fasid adalah syirkah yang syarat syaratnya tidak terpenuhi atau rusak. Secara garis besar, menurut Hanafiyah, Syafiiyah, dan Hanabilah, apabila syirkah fasid maka keuntungan dibagi di antara para peserta, sesuai dengan modal masing masing. Di bawah ini akan di jelaskan hukum hukum syirkah yang shahih, sesuai dengan jenis syirkahnya yang meliputi syirkah inan, mufawadhah, wujuh, dan abdan.Hukum Syirkah Inan

Syarat pekerjaan

Dalam syirkah inan para anggota serikat dibolehkan membuat persyaratan persyaratan di antara mereka berkaitan dengan kegiatan usaha. Misalnya A dan B berserikat dan keduanya melakukan jual beli yang hasilnya dibagi berdua dengan syarat syarat sesuai kesepakatan. Atau salah satu anggota serikat melakukan jual beli, sedangkan yang lainnya tidak.Pembagian keuntungan

Pembagian keuntungan disesuaikan dengan besanya modal yang diinvestasikan, baik sama besarnya atau berbeda. Apabila modal yang diinvestasikan sama maka keuntungan juga dibagi dengan kadar yang sama. Akan tetapi, apabila modalnya berbeda maka keuntngannya juga berbeda. Contohnya, A dan B berkongsi dengan masing masing menanamkan modal Rp. 10.000.000,00. Apabila usahanya mendapatkan keuntungan Rp. 4.000.000,00, maka A dan B masing masing mendapat bagian 50 % dari keuntungan, yaitu Rp. 2.000.000,00. Akan tetapi, apabila A menanamkan modal Rp. 20.000.0000,00 sedangkan B Rp.10.000.000,00 dan keuntunagan yang diperoleh Rp.4.500.000,00, maka pembagian keuntungan diperhitungkan dengan modal yang diinvestasikan, yaitu A : 2/3 x Rp. 4.500.000,00 = Rp. 3.000.000,00, sedangkan B : 1/3 x Rp.4.500.000,00 = Rp. 1.500.000,00.Dalam keadaan modal yang diinvestasikan sama, menurut Ulama Hanfiyah kecuali Zufar, boleh ditetapkan pembagian keuntungan bagi salah satu anggota serikat berbeda ( lebih besar ) , namun dengan syarat harus disertai dengan imbalan pekerjaan yang lebih besar daripada angoota serikat lainnya. Hal tersebut dikarenakan menurut mereka pemberian keuntungan didasatkan atas mal ( modal ), oekerjaan ( amal ), dan tanggung jawab ( dhaman ). Dalam hal ini keuntungan disebabkan oleh tambahan pekerjaan. Hanabilah dan Zaidiyah sama pendapatnya dengan Hanafiyah, yaitu dibolehkan pembagian keuntungan yang lebih besar kepada anggota serikat. Adapun dalam hal kerugian, ulama sepakat dibagi sesuai dengan besar kecilnya modal. Wahbah Zuhaili, Al Fiqh Al Islam Wa Adillatuhu,juz 4, hlm. 816Menurut Malikiyah, Syafiiyah, Zhahiriyah, Imamiah, dan Zufar dari Hanafiyah, unntuk sahnya syirkah inan disyaratkan keuntungan dan kerugian diperhitungkan nisbahnya dengan modal yang ditanamnya, karena keuntungan merupakan tambahan atas harta ( modal ) dan kerugian merupakan pengurangan atas harta ( modal ). Dengan demikian, kerugian mnyerupai keuntungan.Rusaknya Harta Syirkah

Menurut Hnafiyah dan Syafiiyah, apabila harta ( modal ) syirkha seluruhnya atau salah satunya rusak atau hilang sebelum digunakan untuk membeli atau sebelum dicampur, maka syirkah menjadi batal. Hal tersebut dikarenakan maqud alaih ( objek ) akad syirkah adalah harta ( modal ). Apabila maqud aai rusak maka akad menjadi batal. Apabila kerusakan terjadi setelah dibelanjakan maka akad syirkah tidak batal, dan apa yang dibelanjakan menjadi tanggungan para peserta syirkah, karena mereka melakukan pembelian dalam konteks syirkah.Menurut Hanabilah, syirkah terjadi karena semata mata telah dilakukannya akad, dan secara otomatis semua modal peserta menyatu menjadi modal syirkah. Apabila odal yang dimiliki oleh salah seorang peserta rusak atau hilang sebelum dicampur atau dibelanjakan, maka kerusakan atau kehilangan tersebut diangap sebagai kerusakan sebagian modal syirkah dan tidak membatalkan akad syirkah.Melakukan Tasarruf dengan Harta Syirkah

Setiap anggota serikat dalam syirkah inan berhak melakukan jual beli dengan harta syirkah karena dengan telah dilakukannya akad syirkah, setiap anggota mengizinkan kepada anggota lainnya untuk menjual harta syirkah. Di samping itu, syirkah mengandung unsur wakalah, sehingga setiap anggota serikat bisa mewakili anggota serikat lainnya dalam melakukan jual beli.Di samping itu, setiap anggota serikat boleh menjual harta syirkah dengan tunai atau utang, sesuai dengan kebiasaan yang berlaku di kalangan para pedagang. Akan tetapi, ulama Syafiiyah tidak membolehkan jual beli utang dengan modal syirkah. Sedangkan di kalangan ulama Hanabilah dengan pendpat yang rajih membolehkan jual beli utang dengan harta syirkah. Muwafiquddin bin Qudamah, Al Mughni, juz 5 , Dar al Kutub Al Ilmiyah, Beirut, hlm 129Di antara bentuk bentuk tasarruf yang boleh dilakukan menggunakan harta syirkah, yaitu :Membelanjakan dan menitipkan hrta syirkahMemberikan modal kepada seseorang dengan cara mudharabahMemberkan kuasa kepada orang lain untuk melakukan jual beliMenggadaikan dan menerima gadaiMelakukan hiwalah ( pemindahan utang )Menggunakan untuk ongkos perjalanan Wahbah Zuhaili, Al Fiqh Al Islam Wa Adillatuhu,juz 4, hlm. 819-820

Hukum Syirkah Mufawadhah

Semua ketentuan ketentuan yang berlaku dan boleh dilaksanakan oleh para anggota serikat dalam syirkah inan, juga boleh berlaku dalam syirkah mufawadhah. Demikian pula hal hal yang menjadi syarat sahsyirkh inan juga menjadi syarat sah syirkah mufawadhah, dan segala hal yang menyebabkan rusak atau batalnya syirkah inan, juga mneyebabkan rusaknya syirkah mufawdhah. Hal ini karena syirkah mufawadhah itu adalah syirkah inan dengan diberi tambahan.Adapun ketentuan ketentuan khusus yang berlaku untuk syirkah mufawadhah dalah sebagai berikut:Pengakuan utang, dibolehkan atas dirinya atau rekannyaPenetapan kesamaan utangHarus ada peminjaman hartaMasing masing memiliki hak menuntut segala aturan yang berkaitan dengan pembelian atau penjualanSegala perbuatan yang tidak berhubungan dengan perkongsian tidak boleh diambil dari perkongsian, seperti membayar denda, mahar, dan lain lain.

Hukum Syirkah Wujuh

Dua orang yang bersekutu dalam syirkah wujuh, baik mufawadhah maupun inan, dia berada pada posisi syirkah amwal, baik dalam hal perkara yang wajib dikerjakan oleh keduanya atau yang boleh dikerjakan oleh salah satunya. Apabila syirkah dimutlakkan, ia menjadi syirkah inan, sebab syirkah mutlak mengaruskan inan.Jika syirkah wujuh berbentuk mufawadhah berarti berbagai hal yangg berkaitan dengan jual beli, harus sama. Sebab mufawadhah melarang ketidaksamaan.Ulama Hanabilah meskipun membolehkan syirkah wujuh, mereka mensyaratkan harus berbentuk syirkah inan. Jika melarang syirkah yang berbentuk mufawadhah, tidak ada ketetapan syara sebab mengandung unsur penipuan, seperti pada jual beli gharar.Hukum Syirkah Amal

Berbentuk mufawadhah

Apabila syirkah amal berbentuk mufawadhah, setiap orang yang bersekutu diwajibkan menanggung segala sesuatu yang berhubungan dengan perkongsian. Contoh syirkah mufawadhah, dua orang menerima suatu pekerjaan dengan cara bersekutu, maka keduanya harus menanggung pekerjaan tersebut secara seimbang. Begitu pula dalam keuntungan dan kerugian. Selain itu, hendaklah seorang di antara mereka dapat menjadi penjamin rekannya.Berbentuk inan

Ketetapan pada syirkah inan sebenarnya sama dengan syirkah mufawadhah di atas apabila dihubungkan denagn keharusan menanggung pekerjaan secara baik. Satu pihak boleh saja menyuruh rekannya kapan saja, sebagimana rekannya juga dapat meminta upah kapan saja. Segi kebaikan dari syirkah ini adalah dapat menuntut pekerjaan dari salah seorang yang bersekutu, untuk selanjutnya menjadi tanggung jawab bersama.Pembagian laba

Pembagian laba pada syirkah ini bergantung ada tanggungan bukan pada pekerjaan, apabila salah seorang pekerja, sedang lainnnya tidak sakit atau pergi, maka upah tetap diberikan sesuai dengan persyaratan yang mereka tetapkan.Penanggungan Kerugian

Menanggung kerugian pada syirkah juga bergantung jaminan yang mereka berikan.

Hal Hal Yang Membatalkan SyirkahHal hal yang membatalkan syirkah ada yang sifatnya umum dan berlaku untuk semua syirka, dan ada yang khusus untuk syirkah tertentu, di antaranya :

Sebab sebab yang membatalkan syirkah secara umum

Pembatalan oleh salah seorang anggota serikat. Hal tersebut dikarenakan akad syirkah merupakan akad jaiz dan ghairu lazim, sehingga memungkinkan untuk difasakh.Meninggalnya salah seorang anggota serikat.

Apabila salah seorang anggota serikat meninggal dunia, maka syirkah menjadi batal atau fasakh karena batalnya hak milik, dan hilangnya kecakapan untuk melakukan tasarruf karena meninggal, baik anggota serikat lainnya mengetahu atau tidak.Murtadnya salah seorang anggota serikat dan berpindah ke darul harb. Hal ini disamakan dengan kematian.Gilanya peserta yang terus menerus, karena gila menghilangkan status wakil dari wakalah, sedangkan syirkah mengandung unsur wakalah.

Sebab sebab yang membatalkan syirkah secara khusus

Rusaknya harta syirkah seluruhnya atau harta salah seorang anggota serikat sebelum digunakan untuk membeli barang dalam syirkah amwal. Alasannya, karena yang menjadi barang transaksi adalah harta, maka kalau rusak akan menjadi batal sebagaimana yang terjadi pada transaksi jual beli.Tidak ada kesamaan modal

Apabila tidak ada kesamaan modal dalam syirkah mufawadhah pada awal transaksi, perkongsian batal. Sebab hal itu merupakan syarat syirkah mufawadhah. Rachmat Syafei, Fiqh Muamalah, hal. 201

STUDI KASUSKerja sama dalam Investasi modal untuk pembangunan sebuah hotel agar mendapat keuntungan yang berakhir pada penentian laba yang tak kunjung datang. Semua modal telah terkumpul dan hotel belum dibangun. Pihak pihak yang berinvestasi akhirnya melaporkan kasus ini. Dalam hal ini, beberapa pihak penginvestasi menyatakan untuk keluar dari kerja sama ini.Analisis kami, bahwa syirkah dalam kasus ini adalah batal. Karena berdasarkan hal hal yang membatalkan syirkah secara umum adalah pembatalan oleh salah satu anggota serikat.Untuk pihak yang masih melanjutkan syurkah, maka harus dilangsungkan akad baru dan dengan kesepakatan baru.

BAB IIIPENUTUPKESIMPULAN

syirkah adalah suatu akad antara dua pihak atau lebih untuk melakukan kerjasama untuk melakukan suatu usaha dengan tujuan memperoleh keuntungan dan kerugiannya ditanggung bersama.Landasan hukum syirkah adalah :

... Sesungguhnya kebanyakan dari orang orang yang bersrikat itu sebagian mereka berbuat zhalim kepada sebagian yang lain, kecuali orang orang yang beriman dan beramal shaleh dan amat sedikitlah mereka ini. ( QS . Shad : 24 )Rukun Syirkah diperselisihkan oleh para Ulama, menurut ulama hanafiyah bahwa rukun syirkah ada dua, yaitu ijab dan qabul sebab ijab dan qabul (akad menentukan adanya syirkah. Adapun yang lain seperti dua orang atau pihak yang berakad dan harta berada di luar pembahasan akad.Macam macam Syirkah adalah syirkah amlak, inan, mufawadhah, abdan, dan wujuh.

Sebab sebab yang membatalkan syirkah secara umum adalah :

Pembatalan oleh salah seorang anggota serikat. Hal tersebut dikarenakan akad syirkah merupakan akad jaiz dan ghairu lazim, sehingga memungkinkan untuk difasakh.Meninggalnya salah seorang anggota serikat.

Apabila salah seorang anggota serikat meninggal dunia, maka syirkah menjadi batal atau fasakh karena batalnya hak milik, dan hilangnya kecakapan untuk melakukan tasarruf karena meninggal, baik anggota serikat lainnya mengetahu atau tidak.Murtadnya salah seorang anggota serikat dan berpindah ke darul harb. Hal ini disamakan dengan kematian.Gilanya peserta yang terus menerus, karena gila menghilangkan status wakil dari wakalah, sedangkan syirkah mengandung unsur wakalah.

DAFTAR PUSTAKASyafii, Rahmat, Fiqh Muamalah, Bandung : CV. Pustaka Setia, 2001Zuaili, Wahbah, Al Fiqh Al Islam wa Adillatuhu, Beirut : Dar Al Fikr, 1989Sabiq, Sayyid, Fiqh As Sunnah, Beirut : Dar Al Fikr, 1981 Suhendi, Hendi, Fiqh Muamalah, Jakarta : PT. Raja Grafindo, 2007Qudamah ,Muwafiquddin , Al Mughni, Beirut : Dar al Kutub Al IlmiyahIbn Rusyd, Al Hafiz, Bidayah Al Mujtahid wa Nihayah Al Muqtashid, Beirut : Dar Al FikrMuslich, Ahmad Wardi, Fiqh MuamalahAbdurrahman Al Jaziri, Kitabul Fiqh Alal Madzahib Al Arbaah, Juz III ,hal 60 65, (Beirut : Darul Kutub Al Ilmiyah), 2003Huda, Qamarul, Fiqh Muamalah, Yogyakarta : Teras, 2011