definisi sistem politik
DESCRIPTION
sistem politik di indonesia yang duadhterdapat definisi dari berbagai ahlisejarahddffffffTRANSCRIPT
A. DEFINISI POLITIK
Politik berasal dari kata Yunani polis yang berarti kota atau negara kota. Kemudian
arti itu berkembang menjadi polites yang berarti warganegara, politeia yang berarti semua
yang berhubungan dengan negara, politika yang berarti pemerintahan negara dan politikos
yang berarti kewarganegaraan. Dari segi kepentingan penggunaan, kata politik mempunyai
arti yang berbeda-beda. Beberapa arti politik dari segi kepentingan penggunaan, yaitu :
(Budiarjo, 2003)
a. Dalam arti kepentingan umum (politics).
Politik dalam arti kepentingan umum atau segala usaha untuk kepentingan umum,
baik yang berada dibawah kekuasaan negara di pusat maupun di daerah. Politik
(politics) artinya suatu rangkaian asas/prinsip, keadaan serta jalan, cara dan alat yang
akan digunakan untuk mencapain keadaan yang diinginkan.
b. Dalam arti kebijaksanaan (policy).
Politik adalah penggunaan pertimbangan-pertimbangan tertentu yang dianggap lebih
menjamin terlaksananya suatu usaha, cita-cita atau keadaan yang dikehendaki. Titik
beratnya adalah proses pertimbangan, menjamin terlaksananya suatu usaha dan
pencapaian cita-cita. Jadi politik adalah tindakan dari suatu kelompok individu
mengenai suatu masalah dari masyarakat atau negara.
Pada umumnya dapat dikatakan bahwa politik (politics) adalah bermacam-macam
kegiatan dalam suatu sistem politik (atau negara) yang menyangkut proses menentukan
tujuan-tujuan dari sistem tersebut. Politik merupakan upaya atau cara untuk memperoleh
sesuatu yang dikehendaki. Politik menyangkut kegiatan berbagai kelompok, termasuk partai
politik dan kegiatan-kegiatan perseorangan (individu) (Budiarjo, 2003).
Kehidupan politik mencakup bermacam-macam kegiatan yang memengaruhi
kebijakan dari pihak yang berwenang yang diterima oleh suatu masyarakat dan yang
memengaruhi cara untuk melaksanakan kebijakan itu. Dalam ilmu politik selalu ada
kekuasaan atau kekuatan. Idrus Affandi mendefinisikan: “Ilmu politik ialah ilmu yang
mempelajari kumpulan manusia yang hidup teratur dan memiliki tujuan yang sama dalam
ikatan negara.” (Budiarjo, 2003)
Masih banyak pengertian tentang politik dan atau ilmu politik yang disampaikan para
ahli. Sedangkan secara praktis, politik mempelajari negara sebagai suatu lembaga yang
bergerak dengan fungsi-fungsi dan tujuan-tujuan tertentu (negara sebagai lembaga yang
dinamis) (Budiarjo, 2003).
B. DEFINISI SISTEM POLITIK
Dalam suatu sistem harus terdapat unsur input = proses, output dan umpan balik. Kata
politik berasal dari bahasa Yunani “Polis” yang artinya kata yang berstatus negara/ negara
kota yang kegiatannya untuk kelstarian dan perkembangan kotanya. Secara umum
kegiatan politik menyangkut kemaslahatan hidup seluruh warga negara (tujuan
masyarakat), bukan tujuan pribadi. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa sistem
politik adalah bermacam-macam kegiatan dalam suatu sistem bernegara yang
menyangkut proses penentuan tujuan-tujuan dari sisten itu dan melaksanakan tujuan-
tujuan tersebut . Konsep-konsep pokok politik yang terbentuk ke dalam suatu sistem
politik adalah sebagai berikut : (Abdulkarim, 2006)
1. Negara (state)
2. Kekuasaan (power)
3. Pengambilan Keputusan (decision making)
4. Kebijakan (policy, beleid)
5. Pembagian (distribution) atau alokasi (alocation)
Pengertian politik menurut para tokoh politik (Abdulkarim, 2006):
1. J. Barents berpendapat bahwa politik adalah ilmu yang mempelajari kehidupan negara
yang merupakan bagian dari kehisupan masyarakat.
2. Dr. Wirjono P., S.H. berpendapat bahwa politik adalah penggunaan kekuasaan
(macht) oleh suatu golongan anggota masyarakat terhadap golongan lain.
3. Joyce Mitchell berpendapat bahwa politik adalahpengambilan keputusan kolektif atau
pembuatan kebijakan umum untuk masyarakat seluruhnya.
Definisi sistem politik menurut para tokoh politik (Abdulkarim, 2006):
1. David Easton mendefinisikan sistem politik sebagai interaksi yang diabstraksikan dari
seluruh tingkah laku sosial sehingga nilai-nilai tersebut diabaikan secara otoritatis
kepada masyarakat.
2. Almond mendefinisikan sistem politik adalah sebagai interaksi yang ditemui dalam
masyarakat merdeka serta mejalankan fungsi integrasi dan adaptasi.
3. Sukarno mendefinisikan sistem politik adalah suatu tata cara untuk mengatur atau
mengolah bagaimana memperoleh kekuasaan dalam negara mengatur hubungan
pemerintah dan rakyat atau sebaliknya, pengaturan negara dengan negara atau negara
dengan rakyatnya.
Berdasarkan definisi di atas dapat kita simpulkan bahwa sistem politik berarti membicarakan
kehidupan politik masyarakat (social political life, infrastrukture) dan pemerintah
(governmental politikal life, suprastukture) sehingga membentuk suatu struktur politik
nasional (Abdulkarim, 2006).
C. STRUKTUR POLITIK
Struktur politik terdiri dari suprastruktur dan infrastruktur (Abdulkarim, 2006)..
1. Suprastruktur
Suprastruktur poitik pemerintah merupakan bentuk konpleks dari hal-hal yang
bersangkut paut dengan kehidupan lembaga-lembaga negara yang ada, kekuasaan
antara lembaga yang satu dengan yang lain. Suprastruktur politik di Indonesia diatur
dalam UUD 1945 dan berbagai macam UU. Berdasarkan ketentuan UUD 1945 hasil
amandemen, bidang suprastruktur politik / sistem organisasi pemerintahan terdiri
komponen-kompnen serikut :
a. MPR, merupakan penjelmaan seluruh rakyat, sekaligus lembaga yang melantik
presiden dan wakil presiden.
b. Anggota MPR terdiri dari anggota DPR dan DPD yang dipilih melalui pemilu.
c. Presiden penyelenggara pemerintahan negara yang tertinggi di bawah pengawasan
MPR.
d. DPR yang bersama-sama presiden mejalankan “Legislatif power” dalam negara
e. Badan pemeriksa keuangan (BPK)
f. MA yang besama-sama badan kehakiman lainnya, yaitu Mahkamah melakukan
kekuasaan kehakiman.
Suprastruktur politik memiliki peranan menjalankan fungsi-fungsi output antara lain
sebagai berikut :
a. fungsi pengambilan keputusan, dijadikan oleh lembaga legistik dan eksekutif
b. Fungsi pelaksanaan keputusan, dijalankan oleh eksekutif dan aparat birokrasi.
c. Fungsi pengawasan pelaksanaan keputusan, dijalankan oleh yudikatif (badan-
badan kehakiman).
2. Infrastruktur
Merupakan kompleksitas dari hal-hal yang bersangkut paut dengan pengelompokkan
warga negara atau anggota masyarakat ke dalam berbagai macam golongan yang
biasanya disebut sebagai “kekuatan sosial politik” dalm masyarakat.
Kompnen-komponen infrastruktur dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Partai Politik (Political Party)
Yaitu partai politik yang secara formal diakui oleh pemerintah dan ikut serta
menjadi kontestan dalam pemilihan umum. Partai politik ini memiliki peranan
untuk memadukan dan mengajukan beberapa usulan politik atau aspirasi
anggotanya/massa penduduknya.
b. Kelompok Kepentingan (Interest Group)
Contohnya organisasi buruh, tani, golongan pedagang, pegawai negeri, dan
golongan cendekiawan yang memiliki peran sangat besar dalam menyalurkan
aspirasi dan usulan politik.
c. Kelompok Penekan (Pressure Group)
Kelompok ini meiliki peranan untuk mengajukan kepentingan atau aspirasi
masyarakat. Misalnya golongan mahasiswa, kelompok-kelompok kontemporer.
d. Alat Komunikasi Politik (Politik Communication Media)
Yaitu media massa yang dapat dijasikan sebagai penyalur sekaligus sebagai
pembawa suara rakyat dalam aktifitas politik maupun penciptaan opini publik
yang bertema politik dalam arti luas.
e. Tokoh Politik (Political Figure)
Merupakan tokoh-tokoh masyarakat yang memperoleh petunjuk langsung dari
presiden / pemerintah untuk duduk dalam lembaga-lembaga tertinggi dan tinggi
negara atau kabinet. Bagaimana tokoh politik sebagai figur dari sebuah partai
politik
D. FUNGSI SISTEM POLITIK
Secara garis besar fungsi-fungsi pokok politik yang harus berjalan dalam sebuah
sistem politik/ negara adalah (Abdulkarim, 2006):
a) Fungsi perumusan kepentingan
Yaitu fungsi menyusun dan mengungkapkan tuntutan politik dalam suatu negara.
Orang per orang atau kelompok-kelompok dalam sayarakat harus menentukan apa
yang menjadi kepentingan mereka, atau apa yang ingin mereka dapatkan dari negara/
politik. Fungsi ini seharusnya terutama dijalankan oleh lembaga swadaya masyarakat
(LSM) atau kelompok-kelompok kepentingan.
b) Fungsi pemaduan kepentingan
Yaitu fungsi menyatupadukan tuntutan-tuntutan politik dari berbagai pihak dalam
suatu negara dan mewujudnyatakannya ke dalam berbagai alternatif kebijakan. Pihak
yang paling bertanggungjawab untuk memadukan kepentingan adalah partai politik.
Namun demikian, proses pemaduan kepentingan juga terjadi di lembaga-lembaga
legislatif dan eksekutif.
c) Fungsi pembuatan kebijakan umum
Yaitu fungsi untuk mempertimbangkan berbagai alternatif kebijakan yang diusulkan
oleh partai politik dan pihak-pihak lain, untuk dipilih salah satu di antaranya sebagai
satu kebijakan pemerintahan. Pelaku fungsi ini adalah lembaga legislatif dan eksekutif
(pembuatan undang-undang) atau lembaga eksekutif sendiri (pembuatan peraturan
pemerintah).
d) Fungsi penerapan kebijakan
Yaitu fungsi melaksanakan berbagai kebijakan yang telah ditetapkan oleh pihak yang
berwenang. Pelaksana kebijakan pemerintah adalah aparat birokrasi pemerintah di
bawah pimpinan pejabat eksekutif.
e) Fungsi pengawasan pelaksanaan kebijakan
Yaitu fungsi mengadili pelanggar hukum. Pelaku peran untuk mengadili adalah
lembaga peradilan, yakni Mahkamah Agung beserta lembaga peradilan di bawahnya
dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan perdilan
militer, dan lingkungan peradilan tata usaha negara, dan oleh sebuah Mahkamah
Konstitusi.
Di samping itu, juga terdapat fungsi-fungsi politik yang lain, yaitu:
a) Fungsi komunikasi politik
Adalah proses penyampaian informasi mengenai politik dari masyarakat kepada
pemerintah dan juga dari pemerintah kepada masyarakat.
b) Fungsi sosialisasi politik
Adalah proses pembentukan sikap dan orientasi politik anggota masyarakat. Proses
sosialisasi berlangsung seumur hidup dan terjadi baik secara sengaja (melalui
pendidikan formal, nonformal, dan pendidikan informal), maupun secara tidak
sengaja melalui pengalaman sehari-hari baik dalam kehidupan keluarga, tetangga,
teman sepergaulan, sekantor maupun berbagai aspek kegiatan kehidupan lainnya.
c) Fungsi rekrutmen politik
Adalah proses menyeleksi orang-orang yang akan dipilih atau diangkat sebagai
pejabat dari jabatan-jabatan yang ada dalam suatu negara atau partai politik. Misalnya
sebagai anggota DPR/DPRD I/DPRD II, presiden, menteri, gubernur, bupati/
walikota, hakim, jaksa, dan lain-lain.
E. SISTEM POLITIK DI DUNIA
Ramlan Subarki mengklasifikasikan sistem politik menjadi 4 (Budiarjo, 2003) :
1. Sistem Politik Otokrasi Tradisional
a. Faktor pemahaman dua hal yaitu persamaan dan kebebasan politik individu.
Selain itu terdapat dua macam perbandingan yaitu kebutuhan material dan
kolektivisme dengan individualisme. Sistem ini kurang menekan pada persamaan,
tetapi menekankan pada stratifikasi ekonomi.
b. Identitas bersama
Faktor yang mempersatukan masyarakat dalam sistem politik, yaitu sistem
primordial seperti agama, suku bangsa, dan ras. Dengan demikian pemimpin
menjadi lambang kebersamaan.
c. Hubungan kekuasaan
Kekuasaan dalam sistem ini cenderung berdifat pribadi, negatif dan sebagian kecil
bersifat konsensus. Meskipun otokrat menyerahkan kekuasaan kepada para
pejabat pemerintah, tetapi kualitas pribadinya sangat menentukan cara cotak
kekuasaan dalam sistem ini.
d. Legitimasi kewenangan
Kewenangan otokrat bersumber dan berdasarkan tradisi. Ia meiliki kewenangan
karena ia merupakan keturunan dari pemimpin terdahulu. Masyarakat mengakui
dan menaati kewenangan otokrat, karena tradisi secara turun-temurun.
e. Hubungan ekonomi dan politik
Contoh. Massa petani hanya sebagai penggarap yang dikuasai tuan tanah yang
merupakan kaki tangan otokrat, sehingga distribusi tanah sebagai sumber ekonomi
dan kekuasaan sangat pincang.
2. Sistem Politik Totaliter (Dictator)
Sistem politik ini menekankan pada konsensus total dalam masyarakat baik konflik
denganmusuhnya di dalam maupun di luar negeri yang tidak hanya dengan
indroktrinasi ideologi saja, tetapi juga menggunakan cara-cara paksaan. Sistem politik
ini dapat dibedakan menjadi 2 yaitu, politik komunis dan fasis. Menurut Carl J.
Frieriech dan Zbiegniew Brzezinski ciri-ciri pemerintahan diktator modern sebagai
berikut :
a. Negara memiliki sebuah ideologi resmi yang mencakup semua aspek keberadaan
manusia baik kehidupan fisik maupun rohani.
b. Negara hanya memiliki satu partai massa tunggal dengan satu orang pemimpin
sekaligus penafsiran tunggal ideologi.
c. Pemerintah mengawasi seluruh kegiatan penduduk dan menjalankan sistem teror
melalui sistem pengawasan polisi rahasia yang berteknologi moder.
d. Monopoli semua media massa oleh penguasa dan partai penguasa
e. Kontrol yang kuat melalui kekuatan militer
f. Pengendalianm terpusat melalui jajaran birokasi
Sistem politik ini dianut oleh negara-negara fasis dan komunis. Misalnya Jepang
sebelum perang dunia ke II.
3. Sistem Politik Demokrasi
Secara struktural sistem ini secara ideal adalah sistem politik yang memelihara
keseimbangan antara konflik dan konsensus. Sistem ini menyediakan mekanisme dan
prosedur yang mengatur konflik, menyalurkan konflik serta identitas bersama,
hubungan kekuasaan, legitimasi, kewenangan dan hubungan politik ekonomi.
4. Sistem Politik di Negeri Berkembang
Dalam pola pengembangan dan pembangunan politik di Indonesia, perlu adanya
partisipasi politik dari seluruh masyarakat. Hal ini bertujuan agar segala aspek yang
berkaitan dengan pembangunan politik beserta polanya dapat dilaksanakan. Namun
konsep ini tidak didukung adanya partisipasi politik rakyat, maka pelaksanaan
pembangunan politik tidak berhasil dengan baik. Bentuk partisipasi politik dapat
dibedakan menjadi 2 yaitu partisipasi konversional dan non konversional. Tidak
satupun sistem politik yang bisa berlaku secara universal, karena pelaksanaan suatu
sistem politik suatu bangsa harus disesuaikan dengan kepribadian, pandangan hidup,
latar belakang sejarah itu sendiri.
F. PERAN SERTA MASYARAKAT INDONESIA DALAM SISTEM POLITIK
a. Peran serta masyarakat secara umum
Peran masyarakat secara umum yaitu ikut bertanggung jawab dalam pelaksanaan dan
pengembangan demokrasi pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. (Budiarjo, 2003)
b. Peran serta peserta didik
Peserta didik merupakan tunas-tunas potensial sebagai calon-calon genarasi harapan
bangsa. Peran dan fungsi peserta didik sebagai oposisi, harus dijaga kenetralannya
(steril) dari pengaruh politik. Peran peserta didk diantaranya yaitu sebagai pengkritik
setia kelompok kepentingan dan sebagai kontrol sosial (Budiarjo, 2003).
1. Mariam Budiarjo, dkk. 2003. Dasar-dasar ilmu Politik. Gramedia : jakarta
2. Abdulkarim, Aim. 2006. Pendidikan Kewarganegaraan. Grafindo : jakarta
3.