definisi kalkulus (1)

9
Kandungan Saliva Sekresi saliva normal adalah 800-1500 ml/hari. Pada orang dewasa kecepatan sekresi saliva normal saat stimulasi adalah 1-2 ml/menit, sedangkan saat tidak terstimulasi sekitar 0,32 ml/menit. Komponen-komponen saliva dalam keadaan larut disekresi oleh kelenjar saliva, dapat dibedakan atas komponen organik dan anorganik. Namun demikian, kadar tersebut masih terhitung rendah dibandingkan dengan serum karena pada saliva bahan utamanya adalah air yaitu sekitar 99,5%. Komponen anorganik saliva antara lain sodium, kalsium, kalium, magnesium, bikarbonat, khlorida, rodanida, dan thiocyanite, fosfat, potassium, dan nitrat. Sedangkan komponen organik pada saliva meliputi protein yang berupa enzim amilase, maltase, serum albumin, asam urat, kretinin, musin, vitamin C, beberapa asam amino, lisosim, laktat, dan beberapa hormon seperti testoterone dan kortisol (Hashim, 2010). 1. Komponen Anorganik Dari kation-kation, sodium (Na+) dan kalium (K+) mempunyai konsentrasi tertinggi dalam saliva. Disebabkan perubahan di dalam muara pembuangan, Na+ menjadi jauh lebih rendah di dalam cairan mulut daripada di dalam serum dan K+ jauh lebih tinggi. Ion khlorida merupakan unsurpenting untuk aktifitas enzimatik α-

Upload: desi-basuki

Post on 02-Feb-2016

214 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

definisi kalkulus pada kedokteran gigi

TRANSCRIPT

Page 1: Definisi Kalkulus (1)

Kandungan Saliva

Sekresi saliva normal adalah 800-1500 ml/hari. Pada orang dewasa

kecepatan sekresi saliva normal saat stimulasi adalah 1-2 ml/menit, sedangkan

saat tidak terstimulasi sekitar 0,32 ml/menit.

Komponen-komponen saliva dalam keadaan larut disekresi oleh kelenjar

saliva, dapat dibedakan atas komponen organik dan anorganik. Namun demikian,

kadar tersebut masih terhitung rendah dibandingkan dengan serum karena pada

saliva bahan utamanya adalah air yaitu sekitar 99,5%. Komponen anorganik saliva

antara lain sodium, kalsium, kalium, magnesium, bikarbonat, khlorida, rodanida,

dan thiocyanite, fosfat, potassium, dan nitrat. Sedangkan komponen organik pada

saliva meliputi protein yang berupa enzim amilase, maltase, serum albumin, asam

urat, kretinin, musin, vitamin C, beberapa asam amino, lisosim, laktat, dan

beberapa hormon seperti testoterone dan kortisol (Hashim, 2010).

1. Komponen Anorganik

Dari kation-kation, sodium (Na+) dan kalium (K+) mempunyai

konsentrasi tertinggi dalam saliva. Disebabkan perubahan di dalam

muara pembuangan, Na+ menjadi jauh lebih rendah di dalam cairan

mulut daripada di dalam serum dan K+ jauh lebih tinggi. Ion khlorida

merupakan unsurpenting untuk aktifitas enzimatik α-amilase. Kadar

kalsium dan fosfat dalam saliva sangat penting untuk remineralisasi

email dan berperan penting pada pembentukan karang gigi dan plak

bakteri. Kadar fluorida di dalam saliva sedikit dipengaruhi oleh

konsentrasi fluoride dalam air minum dan makanan. Rodanide dan

thiosianat apenting sebagai agen anti bakterial yang bekerja dengan

sistem laktoperosidase. Bikarbonat adalah ion buffer terpenting dalam

saliva yang menghasilkan 85% dari kapasitas buffer (Hashim, 2010).

2. Komponen Organik

Komponen organik dalam saliva yang utama adalah protein. Protein

yang secara kuantitatif penting adalah α-amilase, protein kaya prolin,

musin dan imunoglobulin. Berikut adalah fungsi protein dalam saliva:

Page 2: Definisi Kalkulus (1)

a. α-amilase

mengubah tepung kanji dan glikogen menjadi kesatuan karbohidrat

yang kecil. Juga karena pengaruh α-amilase, polisakarida mudah

dicernakan (Hashim, 2010).

b. Lisozim

Mampu membunuh bakteri tertentu sehingga berperan dalam

sistem penolakan bakterial (Hashim, 2010).

c. Kalikren

Dapat merusak sebagian protein tertentu, di antaranya faktor

pembekuan darah XII dan dengan demikian berguna bagi proses

pembekuan darah (Wong, 2008)

d. Laktoperoksidase

Mengkatalisis oksidasi thiosianat menjadi hypothio yang mampu

menghambat pertukaran zat bakteri dan pertumbuhannya (Hashim,

2010).

e. Protein kaya prolin

Membentuk suatu kelas protein dengan berbagai fungsi penting:

membentuk bagian utama pelikel muda pada email gigi (Hashim,

2010).

f. Musin

Membuat saliva menjadi pekat sehingga tidak mengalir seperti air

disebabkan musin mempunyai selubung air dan terdapat pada

semua permuakaan mulut maka dapat melindungi jaringan mulut

terhadap kekeringan. Musin juga untuk membentuk makanan

menjadi bolus (Elizabeth, 2008)

Kalkulus gigi adalah bentuk dari proses kalsifikasi dalam lingkungan

rongga mulut di mana kalsium (Ca) dan fosfor (P) ion yang berasal dari air liur

memainkan peran utama. Kalkulus ini terjadi melalui interaksi dengan plak gigi,

yang merupakan komunitas mikroorganisme yang ditemukan pada permukaan

gigi sebagai biofilm (PD, Marsh. 2004). Dalam lingkungan mulut yang sehat, air

liur jenuh dengan Ca dan P, namun, tanpa pengendapan. Meskipun demikian,

Page 3: Definisi Kalkulus (1)

ketika keseimbangan ini terganggu, kalkulus gigi terbentuk ditingkatkan dengan

peningkatan pH saliva (C, Dawes. 2006). Kalkulus gigi terbentuk dengan empat

kristal yang berbeda dari Ca-P; brushite, octa Ca-P, hidroksiapatit dan whitlockite

di mana kristal yang paling banyak adalah hidroksiapatit dan octa Ca-P (Lang NP,

etc. 2008)

Komposisi kalkulus terdiri dari 80% masa anorganik, air, matriks organik

(protein dan karbohidrat), sel-sel epitel deskuamasi, dan leukosit. Masa anorganik

terutama terdiri dari fosfat, kalsium, dalam bentuk hidroksiapatit, brushite, dan

oktakalsium. Selain itu, juga terdapat sejumlah kecil kalsium karbonat,

magnesium, fosfat, dan florida.

Komposisi kalkulus dipengaruhi oleh lokasi kalkulus dalam mulut serta

waktu pembentukan kalkulus. Tingkat kalkulus dan lokasi pembentukan kalkulus

dipengaruhi oleh kebiasaan dalam menjaga kebersihan rongga mulut, diet, usia,

penyakit sistemik, waktu terakhir membersihkan gigi, dan penggunaan obat resep.

Kalkulus gigi merupakan suatu lapisan deposit mineral berwarna kuning

atau coklat pada gigi karena plak pada gigi yang keras. Struktur permukaan

kalkulus yang kasar memudahkan timbunan plak gigi (PD, Marsh. 2004).

Proses pembentukan kalkulus

Beberapa penelitian menunjukkan, penyebab dari beberapa masalah

rongga mulut adalah plak gigi. Setelah kita menyikat gigi, pada permukaan gigi

akan terbentuk lapisan bening dan tipis yang disebut pelikel. Pelikel ini belum

ditumbuhi kuman. Apabila pelikel sudah ditumbuhi kuman, maka disebut dengan

plak gigi. Plak ini selain menempel pada permukaan gigi, juga dapat menempel

pada gusi dan lidah. Plak gigi ini merupakan kumpulan dari sisa makanan, bakteri,

sejumlah protein dan air ludah. Plak gigi selalu berada di dalam mulut dan

pembentukannya dapat terjadi setiap saat, akan hilang dengan menggosok gigi

atau dengan benang khusus (dental floss). Plak yang dibiarkan, lama-kelamaan

akan terkalsifikasi (berikatan dengan kalsium) dan mengeras menjadi kalkulus

(karang gigi). Mineralisasi ini terjadi dalam waktu 24-72 jam (Mcdonald, RE.

2004).

Page 4: Definisi Kalkulus (1)

Kalkulus (karang gigi) menyebabkan permukaan gigi menjadi kasar dan

membuat plak gigi mudah menempel kembali sehingga lama kelamaan akan

mengendap, tebal, dan menjadi sarang kuman. Kalkulus ini dapat berwarna

kekuningan atau kehitaman, warna kehitaman terjadi akibat bercampur dengan

rokok, teh, dan zat lain yang dapat meninggalkan warna pada gigi. Jika dibiarkan,

kalkulus ini dapat meresorbsi tulang alveolar penyangga gigi dan mengakibatkan

gigi mudah goyang dan tanggal.

Kalkulus atau karang gigi ini mengandung banyak kuman yang dapat

menyebabkan penyakit lain di sekitar gigi. Bila tidak dibersihkan, maka akan

memicu infeksi pada daerah penyangga gigi tersebut. Setelah terjadi infeksi, maka

akan timbul masalah lebih lanjut. Penderita akan mengeluh gusi gatal, mulut

berbau tidak sedap, sikat gigi sering berdarah, bahkan gigi dapat lepas sendiri dari

jaringan penyangganya. Infeksi yang mencapai lapisan dalam gigi (tulang

alveolar) akan menyebabkan jaringan penyangga gigi menipis sehingga

perbandingan gigi yang tertanam dan pada tulang dan tidak tertanam adalah 1:3,

gigi akan goyang dan mudah tanggal (C, Dawes. 2006).

Selain mengakibatkan gigi tanggal, kuman infeksi jaringan penyangga gigi

juga dapat menyebar ke seluruh tubuh. Melalui aliran darah, kuman dapat

menyebar ke organ lain seperti jantung (PD, Marsh. 2004).

Metode kandungan dalam saliva

Untuk mengetahui kandungan dalam saliva maka dilakukan metode. Hal

yang pertama dilakukan adalah mengumpulkan saliva. Cara mengumpulkan saliva

yang digunakan adalah dengan metode draining. Metode ini diperkenalkan oleh

Navazesh. Metode ini merupakan suatu metode yang pasif, dimana pasien atau

subjek disuruh untuk mengalirkan salivanya keluar dari dalam mulut ke dalam

tabung berskala (saliva collection cup). Metode ini digunakan karena telah teruji

kesahihan dan keterandalannya. Metode ini juga paling sederhana dan paling

besar menghasilkan sejumlah saliva yang diperlukan untuk pengukuran (Hashim,

2010).

Page 5: Definisi Kalkulus (1)

Kandungan anorganik saliva (kalsium dan fosfat)

Prosedur tes meliputi :

Pertama saliva yang tidak terstimulasi dikumpulkan dari seratus orang

dewasayang sehat ( laki-laki dan perempuan)

kemudian saliva dirangsang dengan interval satu jam

Sampel dibagi menjadi tiga kelompok ( ringan , sedang dan berat ) menurut

volpe manhold

Ion kalsium dinilai dengan menggunakan  Atomic Absorption

Spectrophotometer 

Pengukuran kalsium di dalam saliva dilakukan dengan menggunakan metil-timol blue.

Kalsium dan metil-timol blue menghasilkan warna yang sebanding dengan ion kalsium di

dalam larutan. (Shahrabi, 2008)

  Anorganik fosfat konsentrasi ion ditentukan dengan metode

 Molybdenum-Vanadatemenggunakan Ulteaviolet visible spectrophotometer.

Pengukuran fosfat dilakukan dengan menggunakan metode UV, yaitu dengan

mengukur densitas optic dari kompleks fosfor dan ammonium molibdat.

Pengukuran dilakukan pada panjang gelombang 340 nm. (Shahrabi, 2008)

1. Marsh PD. Dental plaque as a microbial biofilm. Caries Res 2004;38:204-211.

Page 6: Definisi Kalkulus (1)

2. Dawes C. Why does supragingival calculus form preferentially on the lingual

surface of the 6 lower anterior teeth? J Can Dent Assoc 2006;72:923-926.

3. Lang NP, Mombelli R, Attstrom R. Oral biofilms and calculus.

In: Linde J, LangNP, Karring T, editors. Clinical Periodontology and Implant

Dentistry. Oxford, UK:Blackwell Munksgaard; 2008. p. 197-205.

4. McDonald RE, Avery DR, Weddel JAGingivitis and periodontal diseases.

In:McDonald RE, Avery DR, Dean JA, editors. Dentistry for the Child and

Adolescent.St Louis, MO: Mosby; 2004. p. 449-450.

5. Hashim, Azmi Bin. 2010. Saliva Sebagai Media Diagnosa.FKG USU.

6. Elizabeth.M. 2007.The Role of Saliva In Oral health. Supportive Oncology.

pp.215-225. Available at www.medical look.com

7. Wong.D.T.2008. Salivary Diagnostic.NIH Public.pp.100