definisi dismenore.docx
DESCRIPTION
llolTRANSCRIPT
1. Definisi Dismenore
Beberapa definisi dismenore yaitu:
a. Dismenore adalah sakit saat menstruasi sampai dapat mengganggu aktivitas sehari –
hari (Manuaba, 2001).
b. Dismenore adalah nyeri di perut bagian bawah ataupun di pungung bagian bawah
akibat dari gerakan rahim yang meremas – remas (kontraksi) dalam usaha untuk
mengeluarkan lapisan dinding rahim yang terlepas (Faizah, 2000).
c. Dismenore adalah nyeri saat haid yang terasa di perut bagian bawah dan muncul
sebelum, selama atau setelah menstruasi. Nyeri dapat bersifat kolik atau terus menerus.
Dismenore timbul akibat kontraksi disritmik lapisan miometrium yang menampilkan satu
atau lebih gejala mulai dari nyeri ringan hingga berat pada perut bagian bawah, daerah
pantat dan sisi medial paha (Badziad, 2003).
d. Dismenore atau nyeri haid adalah gejala-gejala ginekologik yang paling sering
dijumpai. Bahkan wanita-wanita dengan dismenore cenderung untuk mendapat nyeri haid
rekurens secara periodik yang menyebabkan pasien mencari pengobatan darurat
(Greenspan dan Baxter, 2000).
2. Klasifikasi Dismenore
Nyeri haid dapat digolongkan berdasarkan jenis nyeri dan ada tidaknya kelainan yang
dapat diamati. Berdasarkan jenis nyeri, nyeri haid dapat dibagi menjadi, dismenore
spasmodik dan dismenore kongestif.
a. Nyeri Spasmodik
Nyeri spasmodik terasa di bagian bawah perut dan berawal sebelum masa haid atau
segera setelah masa haid mulai. Banyak perempuan terpaksa harus berbaring karena
terlalu menderita nyeri itu sehingga ia tidak dapat mengerjakan apa pun. Ada di antara
mereka yang pingsan, merasa sangat mual, bahkan ada yang benar-benar muntah.
Kebanyakan penderitanya adalah perempuan muda walaupun dijumpai pula pada
kalangan yang berusia 40 tahun ke atas. Dismenore spasmodik dapat diobati atau paling
tidak dikurangi dengan lahirnya bayi pertama walaupun banyak pula perempuan yang
tidak mengalami hal seperti itu.
b. Nyeri Kongestif
Penderita dismenore kongestif yang biasanya akan tahu sejak berhari-hari sebelumnya
bahwa masa haidnya akan segera tiba. Dia mungkin akan mengalami pegal, sakit pada
buah dada, perut kembung tidak menentu, beha terasa terlalu ketat, sakit kepala, sakit
punggung, pegal pada paha, merasa lelah atau sulit dipahami, mudah tersinggung,
kehilangan keseimbangan, menjadi ceroboh, terganggu tidur, atau muncul memar di paha
dan lengan atas. Semua itu merupakan simptom pegal menyiksa yang berlangsung antara
2 dan 3 hari sampai kurang dari 2 minggu. Proses menstruasi mungkin tidak terlalu
menimbulkan nyeri jika sudah berlangsung. Bahkan setelah hari pertama masa haid,
orang yang menderita dismenore kongestif akan merasa lebih baik.
Sedangkan berdasarkan ada tidaknya kelainan atau sebab yang dapat diamati, nyeri haid
dapat dibagi menjadi, dismenore primer dan dismenore sekunder.
a. Dismenore Primer
Dismenore primer adalah nyeri haid yang dijumpai tanpa kelainan pada alat – alat
genital yang nyata. Dismenore primer terjadi bersamaan atau beberapa waktu setelah
menarche biasanya setelah 12 bulan atau lebih, oleh karena siklus – siklus haid pada
bulan – bulan pertama setelah menarche umumnya berjenis anovulator yang tidak
disertai dengan rasa nyeri. Rasa nyeri timbul tidak lama sebelumnya atau bersama –
sama dengan permulaan haid dan berlangsung untuk beberapa jam walaupun pada
beberapa kasus dapat berlangsung beberapa hari. Sifat rasa nyeri adalah kejang,
biasanya terbatas pada perut bawah tetapi dapat menyebar ke daerah pinggang dan paha.
Bersamaan dengan rasa nyeri dapat dijumpai rasa mual, muntah, sakit kepala, diare dan
iritabilitas (Wiknjosastro, 1999). Dismenore primer sering dimulai pada waktu
perempuan mendapatkan haid pertama dan sering dibarengi rasa mual, muntah, dan
diare. Gadis dan perempuan muda dapat diserang nyeri haid primer. Dinamakan
dismenore primer karena rasa nyeri timbul tanpa ada sebab yang dapat dikenali. Nyeri
haid primer hampir selalu hilang sesudah perempuan itu melahirkan anak pertama,
sehingga dahulu diperkirakan bahwa rahim yang agak kecil dari perempuan yang belum
pernah melahirkan menjadi penyebabnya, tetapi belum pernah ada bukti dari teori itu.
Nyeri haid yang disebabkan karena kelainan yang jelas dinamakan dismenore sekunder.
Nyeri haid yang baru timbul 1 tahun atau lebih sesudah haid pertama dapat dengan
mudah ditemukan penyebabnya melalui pemeriksaan yang sederhana. Jika pada usia 40
tahun ke atas timbul gejala nyeri haid yang tidak pernah dialami, penting sekali baginya
untuk memeriksakan diri.
b. Dismenore Sekunder
Dismenore sekunder adalah nyeri haid yang disertai kelainan anatomis genitalis
(Manuaba, 2001). Sedangkan menurut Hacker (2001) tanda – tanda klinik dari
dismenore sekunder adalah endometriosis, radang pelvis, fibroid, adenomiosis, kista
ovarium dan kongesti pelvis. Umumnya, dismenore sekunder tidak terbatas pada haid,
kurang berhubungan dengan hari pertama haid, terjadi pada perempuan yang lebih tua
(tiga puluhan atau empat puluhan tahun) dan dapat disertai dengan gejala yang lain
(dispareunia, kemandulan dan perdarahan yang abnormal).
3. Gejala Dismenore
Dismenore menyebabkan nyeri pada perut bagian bawah, yang bisa menjalar ke
punggung bagian bawah dan tungkai. Nyeri dirasakan sebagai kram yang hilang-timbul
atau sebagai nyeri tumpul yang terus menerus ada. Biasanya nyeri mulai timbul sesaat
sebelum atau selama menstruasi, mencapai puncaknya dalam waktu 24 jam dan setelah 2
hari akan menghilang. Dismenore juga sering disertai oleh sakit kepala, mual, sembelit
atau diare dan sering berkemih. Kadang sampai terjadi muntah. Menurut Maulana (2008)
mengatakan bahawa gejala dan tanda dari dismenore adalah nyeri pada bagian bawah
yang bisa menjalar ke punggung bagian bawah dan tungkai. Nyeri dirasakan sebagai kram
yang hilang timbul atau sebagai nyeri tumpul yang terus menerus ada. Biasanya nyeri
mulai timbul sesaat sebelum atau selama menstruasi, serta mencapai puncaknya dalam 24
jam dan setelah 2 hari akan menghilang. Dismenore juga sering disertai oleh sakit kepala,
mual, sembelit, diare dan sering berkemih. Kadang terjadi sampai muntah. Sedangkan
menurut Taber (1994) mengatakan bahwa gejala dismenore dapat diperoleh dari data
subjektif atau gejala pada saat ini dan data objektif.
a. Data Subjektif
Nyeri abdomen dapat mulai beberapa jam sampai 1 hari mendahului keluarnya darah
haid. Nyeri biasanya paling kuat sekitar 12 jam setelah mulai timbul keluarnya darah, saat
pelepasan endometrium maksimal. Nyeri cenderung bersifat tajam dan kolik biasanya
dirasakan di daerah suprapubis. Nyeri juga dapat meliputi daerah lumbosakral dan bagian
dalam dan anterior paha sampai daerah inervasi saraf ovarium dan uterus yang dialihkan
ke permukaan tubuh. Biasanya nyeri hanya menetap sepanjang hari pertama tetapi nyeri
dapat menetap sepanjang seluruh siklus haid. Nyeri dapat demikian hebat sehingga pasien
memerlukan pengobatan darurat. Gejala- gejala haid, haid biasanya teratur. Jumlah dan
lamanya perdarahan bervariasi. Banyak pasien menghubungkan nyeri dengan pasase
bekuan darah atau campakkan endometrium. Gejala- gejala lain seperti nausea, vomitus
dan diare mungkin dihubungkan dengan haid yang nyeri. Gejala- gejala seperti ini dapat
disebabkan oleh peningkatan prostaglandin yang beredar yang merangsang hiperaktivitas
otot polos usus. Riwayat penyakit terdahulu pasien dengan dismenore mungkin
menceritakan riwayat nyeri serupa yang timbul pada setiap siklus haid. Kadang- kadang
pasien mengungkapkan riwayat kelelahan yang berlebihan dan ketegangan saraf.
b. Data Objektif
Pemeriksaan fisik abdomen dan pelvis. Pada pemeriksaan abdomen biasanya lunak tanpa
adanya rangsangan peritonium atau suatu keadaan patologik yang terlokalisir dan bising
usus normal. Sedangkan pada pemeriksaan pelvis, pada kasus- kasus dismenore primer
pemeriksaan pelvis adalah normal dan pada dismenore sekunder pemeriksaan pelvis dapat
menyingkap keadaan patologis dasarnya sebagai contoh, nudul- nodul endometriotik
dalam kavum Dauglasi atau penyakit tubaovarium atau leiomiomata. Sedangkan untuk tes
laboratorium yang meliputi pemeriksaan darah lengkap yang normal dan urinalisis
normal.
4. Faktor Penyebab dan Faktor Resiko
Menurut Wiknjosastro (2007) terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
dismenore antara lain:
a. Faktor Kejiwaan
Pada gadis- gadis yang secara emosional tidak stabil, apalagi jika mereka tidak mendapat
penerangan yang baik tentang proses haid, mudah timbul dismenore. Dismenorea primer
banyak dialami oleh remaja yang sedang mengalami tahap pertumbuhan dan
perkembangan baik fisik maupun psikis. Ketidak siapan remaja putri dalam menghadapi
perkembangan dan pertumbuhan pada dirinya tersebut, mengakibatkan gangguan psikis
yang akhirnya menyebabkan gangguan fisiknya, misalnya gangguan haid seperti
dismenore (Hurlock, 2007). Wanita mempunyai emosional yang tidak stabil, sehingga
mudah mengalami dismenore primer. Faktor kejiwaan, bersamaan dengan dismenore
akan menimbulkan gangguan tidur (insomnia).
b. Faktor Konstitusi
Faktor konstitusi berhubungan dengan faktor kejiwaan sebagai penyebab timbulnya
dismenore primer yang dapat menurunkan ketahanan seseorang terhadap nyeri. Faktor ini
antara lain:
1) Anemia
Anemia adalah defisiensi eritrosit atau hemoglobin atau dapat keduanya hingga
menyebabkan kemampuan mengangkut oksigen berkurang. Sebagian besar penyebab
anemia adalah kekurangan zat besi yang diperlukan untuk pembentukan hemoglobin,
sehingga disebut anemia kekurangan zat besi. Kekurangan zat besi ini dapat menimbulkan
gangguan atau hambatan pada pertumbuhan baik sel tubuh maupun sel otak dan dapat
menurunkan daya tahan tubuh seseorang, termasuk daya tahan tubuh terhadap rasa nyeri.
2) Penyakit menahun
Penyakit menahun yang diderita seorang perempuan akan menyebabkan tubuh kehilangan
terhadap suatu penyakit atau terhadap rasa nyeri. Penyakit yang termasuk penyakit
menahun dalam hal ini adalah asma dan migrain (Wiknjosastro, 1999).
c. Faktor Obstruksi Kanalis Servikalis
Teori tertua menyatakan bahwa dismenore primer disebabkan oleh stenosis kanalis
servikalis. Pada perempuan dengan uterus dalam hiperantifleksi mungkin dapat terjadi
stenosis kanalis servikalis, akan tetapi hal ini sekarang tidak dianggap sebagai factor yang
penting sebagai penyebab dismenore. Banyak perempuan yang menderita dismenore
tanpa stenosis servikalis dan tanpa uterus dalam hiperantifleksi. Sebaliknya terdapat
perempuan tanpa keluhan dismenore, walaupun ada stenosis servikalis dan uterus terlatak
dalam hiperantifleksi atau hiperretofleksi. Mioma submukosum bertangkai atau polip
endometrium dapat menyebabkan dismenore karena otot- otot uterus berkontraksi keras
dalam usaha untuk melainkan kelainan tersebut.
d. Faktor Endokrin
Kejang pada dismenore primer disebabkan oleh kontraksi yang berlebihan. Hal ini
disebabkan karena endometrium dalam fase sekresi memproduksi prostaglandin F2 α
yang menyebabkan kontraksi otot-otot polos. Jika jumlah prostaglandin F2 α berlebih
akan dilepaskan dalam peredaran darah, maka selain dismenore, dijumpai pula efek
umum, seperti diare, nausea, dan muntah.
e. Faktor Alergi
Teori ini dikemukakan setelah adanya asosiasi antara dismenore primer dengan urtikaria,
migren atau asma bronkial. Smith menduga bahwa sebab alergi ialah toksin haid.
Menurut Bare & Smeltzer (2002), faktor resiko terjadinya disminore primer adalah:
a. Menarche pada usia lebih awal
Menarche pada usia lebih awal menyebabkan alat-alat reproduksi belum berfungsi secara
optimal dan belum siap mengalami perubahan-perubahan sehingga timbul nyeri ketika
menstruasi.
b. Belum pernah hamil dan melahirkan
Perempuan yang hamil biasanya terjadi alergi yang berhubungan dengan saraf yang
menyebabkan adrenalin mengalami penurunan, serta menyebabkan leher rahim melebar
sehingga sensasi nyeri haid berkurang bahkan hilang.
c. Lama menstruasi lebih dari normal (7 hari)
Lama menstruasi lebih dari normal (7 hari), menstruasi menimbulkan adanya kontraksi
uterus, terjadi lebih lama mengakibatkan uterus lebih sering berkontraksi, dan semakin
banyak prostaglandin yang dikeluarkan. Produksi prostaglandin yang berlebihan
menimbulkan rasa nyeri, sedangkan kontraksi uterus yang turus menerus menyebabkan
suplai darah ke uterus terhenti dan terjadi disminore.
d. Umur
Perempuan semakin tua, lebih sering mengalami menstruasi maka leher rahim bertambah
lebar, sehingga pada usia tua kejadian disminore jarang ditemukan.
Sedangkan menurut Medicastore (2004), wanita yang mempunyai resiko menderita
disminore primer adalah:
a. Mengkomsumsi alkohol
Alkohol merupakan racun bagi tubuh kita, dan hati bertanggungjawab terhadap
penghancur estrogen untuk disekresi oleh tubuh. Fungsi hati terganggu karena adanya
komsumsi alkohol yang terus menerus, maka estrogen tidak bisa disekresi dari tubuh,
akibatnya estrogen dalam tubuh meningkat dan dapat menimbulkan gangguan pada pelvis
b. Perokok
Merokok dapat meningkatkan lamanya mensruasi dan meningkatkan lamanya disminore.
c. Tidak pernah berolah raga
Kejadian disminore akan meningkat dengan kurangnya aktifitas selam menstruasi dan
kurangnya olah raga, hal ini dapat menyebabkan sirkulasi darah dan oksigen menurun.
Dampak pada uterus adalah aliran darah dan sirkulasi oksigen pun berkurang dan
menyebabkan nyeri.
d. Stres
Stres menimbulkan penekanan sensasi saraf-saraf pinggul dan otot-otot punggung bawah
sehingga menyebabkan disminore.
5. Derajat Dismenore
Setiap menstruasi menyebabkan rasa nyeri, terutama pada awal menstruasi namun dengan
kadar nyeri yang berbeda-beda. Dismenore secara siklik dibagi menjadi tiga tingkat
keparahan. Menurut Manuaba (2001), dismenore dibagi 3 yaitu:
a. Dismenore Ringan
Dismenore yang berlangsung beberapa saat dan dapat melanjutkan kerja sehari– hari.
b. Dismenore Sedang
Pada dismenore sedang ini penderita memerlukan obat penghilang rasa nyeri, tanpa perlu
meninggalkan kerjanya.
c. Dismenore Berat
Dismenore berat membutuhkan penderita untuk istirahat beberapa hari dan dapat disertai
sakit kepala, kemeng pinggang, diare dan rasa tertekan.
Dismenore (Nyeri Haid)
Dismenore atau nyeri haid adalah perasaan nyeri pada saat haid yang
biasanya dialami oleh remaja yang baru mengalami menstruasi pertama. Tetapi,
tidak menutup kemungkinan dismenore atau nyeri haid juga di alami oleh
perempuan dewasa.
Pengertian Dismenore (Nyeri Haid)
Ada beberapa pendapat tentang pengertian Dismenore, antara lain:
1. Menurut Surtiretna (2001), Dismenore adalah rasa sakit yang menyerupai
kejang, terasa di perut bagian bawah, dan biasanya dimulai 24 jam
sebelum haid, dan berlangsung sampai 12 jam pertama dari masa haid.
2. Menurut Dianawati (2003), Dismenore merupakan kekakuan atau kejang
di bagian bawah perut dan terjadi pada waktu menjelang atau selama
menstruasi.
3. Menurut Ramaiah (2006), Dismenore adalah nyeri atau kram pada perut
yang dirasakan sebelum dan selama menstruasi.
4. Menurut Prawirohardjo (2007), Dismenore atau nyeri haid merupakan
suatu rasa tidak enak di perut bawah sebelum dan selama menstruasi dan
sering kali disertai rasa mual.
5. MIMS Petunjuk Konsultasi (2007/2008) mengatakan bahwa Dismenore
adalah rasa nyeri yang timbul menjelang dan selama menstruasi, ditandai
dengan gejala kram pada abdomen bagian bawah. Gejala ini disebabkan
karena tingginya produksi hormon Prostaglandin. Dismenore merupakan
rasa nyeri yang hebat yang dapat mengganggu aktivitas sehari-hari
(Wijayanti, 2009).
6. Menurut Proverawati & Misaroh (2009), Dismenore adalah nyeri
menstruasi yang memaksa wanita untuk istirahat atau berakibat pada
menurunnya kinerja dan berkurangnya aktifitas sehari-hari. Istilah
Dismenore (dysmenorrhoea) berasal dari bahasa “Greek” yaitu dys
(gangguan atau nyeri hebat/ abnormalitas), meno (bulan) dan rrhoea yang
artinya flow (aliran). Jadi Dismenore adalah gangguan aliran darah
menstruasi atau nyeri menstruasi.
Dari beberapa pendapat mengenai Dismenore, maka dapat diambil suatu
kesimpulan bahwa Dismenore atau nyeri haid adalah rasa nyeri yang timbul
menjelang dan selama menstruasi yang dapat menggangggu aktivitas sehari-
hari, ditandai dengan gejala kram pada abdomen bagian bawah. Gejala ini
disebabkan karena tingginya produksi hormon Prostaglandin.
Klasifikasi Dismenore (Nyeri haid)
Dismenore Primer
Dismenore primer, (disebut juga Dismenore idiopatik, esensial, intrinsik)
adalah nyeri menstruasi tanpa kelainan organ reproduksi (tanpa kelainan
ginekologik). Terjadi sejak menarche dan tidak terdapat kelainan pada alat
kandungan (Proverawati & Misaroh, 2009).
Dismenore primer timbul sejak haid pertama dan akan pulih sendiri
dengan berjalannya waktu. Tepatnya saat lebih stabilnya hormon tubuh atau
perubahan posisi rahim setelah menikah dan melahirkan (Wijayanti, 2009).
Dismenore primer terjadi beberapa waktu setelah menarche biasanya
setelah 12 bulan atau lebih, oleh karena siklus-siklus haid pada bulan-bulan
pertama setelah menarche umumnya berjenis anovulatuar yang tidak disertai
rasa nyeri. Rasa nyeri tidak timbul lama sebelumnya atau bersama dengan
permulaan haid dan berlangsung untuk beberapa jam, walaupun pada beberapa
kasus dapat berlangsung beberapa hari (Prawirohardjo, 2006).
Dismenore primer biasanya dimulai 6 bulan hingga 1 tahun setelah
seorang gadis mendapatkan menstruasi pertamanya. Ini adalah waktu ketika sel
telur mulai matang setiap bulan dalam ovarium. Pematangan sel telur disebut
ovulasi. Dismenore tidak ada pada siklus jika ovulasi belum terjadi. Dismenore
primer jarang terjadi setalah usia 20 tahun (Ramaiah, 2006).
Menurut Prawirohardjo (2006), ada beberapa faktor peranan sebagai penyebab
Dismenore primer, antara lain;
1. Faktor kejiwaan --- Pada gadis-gadis yang secara emosional tidak stabil,
apalagi jika mereka tidak mendapat penerangan yang baik tentang proses
haid, mudah timbul Dismenore.
2. Faktor kostitusi --- Faktor ini erat hubungannya dengan faktor di atas
karena dapat menurunkan ketahanan terhadap rasa nyeri, misalnya
anemia, penyakit menahun, dan sebagainya yang dapat mempengaruhi
timbulnya Dismenore.
3. Faktor obstruksi kanalis servikalis --- Salah satu teori yang paling tua
untuk menerangkan terjadinya Dismenore primer adalah stenosis canalis
servikalis.
4. Faktor alergi --- Teori ini dikemukakan setelah memperhatikan adanya
asosiasi antara Dismenore dengan urtikaria, migrane atau asam
bronkhiale, bahwa sebab alergi adalah toksi haid.
Dismenore Sekunder
Dismenore sekunder, (disebut juga sebagai Dismenore ekstrinsik,
acquired) adalah nyeri menstruasi yang terjadi karena kelainan ginekologik,
misalnya endometriosis (sebagian besar), fibroids, adenomyosis. Terjadi pada
wanita yang sebelumnya tidak mengalami Dismenore (Proverawati dkk, 2009).
Dismenore sekunder merupakan nyeri yang disebabkan oleh kelainan
ginekologi seperti salpingitis kronika, endometriosis, adenomiosis uteri, stenosis
uteri dan lain-lain (Prawirohardjo, 2006).
Dismenore sekunder biasanya didapati pada wanita berusia diatas 20
tahun meskipun dalam beberapa kasus bisa mulai tampak pada usia kurang dari
20 tahun (Ramaiah, 2004).
Tanda dan Gejala Dismenore (Nyeri Haid)
Gejala Dismenore yang paling umum adalah nyeri mirip kram dibagian
bawah perut yang menyebar ke punggung dan kaki. Gejala terkait lainnya adalah
muntah, sakit kepala, cemas, kelelahan, diare, pusing dan rasa kembung atau
perut terasa penuh. Beberapa wanita mengalami nyeri sebelum menstruasi
dimulai dan bisa berlangsung beberapa hari (Ramaiah, 2004).
Dismenore atau nyeri haid mungkin merupakan suatu gejala yang paling
sering menyebabkan wanita-wanita muda pergi ke dokter untuk konsultasi dan
pengobatan. Karena gangguan ini sifatnya subyektif, berat atau intensitasnya
sukar dinilai. Walaupun frekuensi Dismenore cukup tinggi dan lama dikenal,
namun sampai sekarang patogenesisnya belum dapat dipecahkan dan
memuaskan. Oleh karena itu hampir semua wanita mengalami rasa tidak enak
diperut bagian bawah sebelum dan selama haid dan sering kali rasa mual,
muntah, sakit kepala, diare, dan iritabilitas sehingga memaksa penderita untuk
istirahat dan meninggalkan pekerjaan atau cara hidupnya sehari-hari
(Prawirohardjo, 2006).
Penanganan Dismenore (Nyeri Haid)
Beberapa pendapat tentang upaya penanganan untuk mengatasi Dismenore:
Upaya penanganan Dismenore menurut Yatim (2001):
1. Olahraga atau latihan, psikoterapi untuk meyakinkan perempuan bahwa
keluhannya tidak membahayakan kehidupan, dan akan berlalu begitu
darah keluar dengan lancar.
2. Obat-obatan anti sakit (analgetik) sebaiknya bukan golongan narkotik
seperti Morfin dan Codein.
3. Obat-obatan penghambat pengeluaran hormon Prostaglandin, seperti
Aspirin, Endometasin, dan Asam Mefenamat
Upaya penanganan Dismenore menurut Proverawati & Misaroh (2009) dan
Wijayanti (2009):
1. Kompres dengan botol dingin (hangat tepat pada bagian yang terasa kram
(bisa di perut atau pinggang bagian belakang).
2. Minum-minuman hangat yang mengandung kalsium tinggi.
3. Menghindari minum-minuman yang beralkohol, kopi dan es krim.
4. Menggosok-gosok perut atau pinggang yang sakit.
5. Ambil posisi menungging sehingga rahim tergantung ke bawah.
6. Tarik nafas dalam-dalam secara perlahan untuk relaksasi.
7. Obat-obatan yang digunakan harus atas pengawasan dokter. Boleh
minum analgetik (penghilang rasa sakit) yang banyak dijual di toko obat,
asal dosisnya tidak lebih dari 3 kali sehari.
Upaya penanganan Dismenore menurut Dianamawih (2003):
1. Olahraga ringan.
2. Mengonsumsi buah dan sayur.
3. Mengurangi kadar gula dan kafein.
4. Minum obat yang mengandung aspirin dan ibuprofen.
Upaya penanganan Dismenore menurut Prawirohardjo (2006):
1. Penerangan dan nasihat --- Perlu dijelaskan kepada penderita bahwa
Dismenore adalah gangguan yang tidak berbahaya untuk kesehatan.
Hendaknya diadakan penjelasan mengenai cara hidup, pekerjaan,
kegiatan, dan lingkungan penderita. Kemungkinan salah informasi
mengenai haid atau adanya tabu atau takhayul mengenai haid perlu
dibicarakan. Nasihat-nasihat mengenai makanan sehat, istirahat yang
cukup, dan olahraga mungkin berguna.
2. Pemberian obat analgesik --- Jika rasa nyerinya berat, diperlukan istirahat
di tempat tidur dan kompres panas pada perut bawah untuk mengurangi
penderitaannya. Obat analgesik yang sering diberikan adalah preparat
kombinasi Aspirin, Fenasetin, dan Kafein. Obat-obat paten yang beredar di
pasaran antara lain Novalgin, Ponstan, Acep-aminopen dan sebagainya.
3. Terapi hormonal --- Tindakan ini bersifat sementara dengan maksud untuk
membuktikan bahwa gangguan benar-benar Dismenore primer atau untuk
memungkinkan penderita melakukan pekerjaan penting pada waktu haid
tanpa gangguan. Tujuan ini dapat dicapai dengan pemberian salah satu
jenis pil kombinasi kontrasepsi.
4. Terapi dengan obat nosteroid anti prostaglandin --- Termasuk disini
indometasin, ibuprofen, dan naproksen hendaknya pengobatan diberikan
sebelum haid mulai, 1-3 hari sebelum haid, dan pada hari pertama haid. e)
Dilatasi canalis servikalis Dapat memberikan keringanan karena
kemudahan pengeluaran darah haid dan prostaglandin di dalamnya.