definisi dan syarat media
DESCRIPTION
Definisi Dan Syarat MediaTRANSCRIPT
1. Definisi dan syarat media.
Definisi :
Media adalah suatu substrat yang diperlukan untuk menumbuhkan dan
mengembang biakan mikroba.
Syarat :
a) mengandung semua unsur hara yang diperlukan untuk pertumbuhan dan
perkembang biakan mikroba.
b) Mempunyai tekanan osmotik, tegangan permukaan dan pH yang sesuai
dengan kebutuhan mikroba.
c) Steril, sebelum ditanami mikroba tidak ditumbuhi oleh mikroba lain yang
tidak diharapkan.
2. Jenis media.
Media dapat digunakan berdasarkan :
a) Bentuknya.
Dengan ada tidaknya bahan tambahan berupa zat pemadat seperti agar-agar atau
gelatin, dikenal 3 bentuk media yaitu :
1) Media padat; media yang ditambahi tepung agar-agar sebanyak 12-15 %.
Media ini umumnya digunakan untuk pertumbuhan bakteri atau kapang.
2) Media semi padat atau semi cair; media yang ditambahi tepung agar-agar
hanya 50% atau kurang dari yang seharusnya. Umumnya digunakan untuk
pertumbuhan mikroba yang banyak memerlukan air dan hidup anaerobik atau
fakultatif.
3) Media cair; media yang tidak ditambahi bahan pemadat, umumnya digubakan
untuk pertumbuhan mikroalga.
b) Komposisi/susunannya
Berdasarkan komposisinya media terbagi atas :
1) Media alami; yaitu media yang disusun dari bahan-bahan alami seperti
kentang, tepung, daging, telur, ikan sayur dsb.
2) Media semi sintetis; yaitu media yang disusun dari bahan-bahan alami dan
bahan-bahan sintetis . Contoh:
Kaldu nutrisi disusun dari :
Pepton 10,0 gram
Ekstrak daging 10,0 gram
NaCl 5,0 gram
Aquadest 1000 ml
3) Media sintetis; yaitu media yang disusun dari senyawa kimia.
Contoh media untuk pertumbuhan bakteri Clostridium disusun dari :
K2HPO4 0,5 gram
KH2PO4 0,5 gram
MgSO4 7 H2O 0.1 gram
NaCl 0.1 gram
FeSO4 7H2O 0.01 gram
MnSO4 7H2O 0.01 gram
CaCO3 seangin
c) Sifatnya.
Berdasarkan pengaruh zat yang ditambahkan ke dalamnya maka media dapat
dibedakan menjadi :
1) Media umum (general medium)
Media yang dipergunakan untuk pertumbuhan satu atau lebih kelompok mikroba.
Misalnya kaldu nutrisi untuk bakteri, agar kentang dekstrosa untuk jamur dsb.
2) Media perkayaan (enrichment medium).
Media yang umumnya mengandung bahan-bahan tertentu untuk memberikan
kesempatan tumbuh lehih cepat didalam satu bahan. Contoh; kaldu selenit atau
kaldu tetrationat untuk memisahkan bakteri Salmonella thyposa dari dari tinja.
3) Media selektif.
Media yang digunakan untuk menunjang pertumbuhan mikroba tertentu,
sementara pertumbuhan mikroba yang lainnya terhambat. Misalnya Mc Conkey
agar dan Eosin methylen Blue agar (EMB) mengandung zat warna yang dapat
menghambat bakteri gram positif tetapi bakteri gram negatifnya tetap dapat
tumbuh.
4) Media diferensial.
Media yang digunakan untuk pertumbuhan mikroba tertentu serta sifat-sifatnya,
mengandung indikator untuk membedakan mikroba berdasarkan penampilan pada
media tersebut. Contoh , Mc monkey agar yang mengandung sejenis gula dan
suatu zat warna yang akan menjadi merah bila pH turun sampai di bawah 6.8
(mikroba yang dapat memfermentasi laktosa akan menghasilkan asam yang dapat
menurunkan pH dan menyebabkan koloni berwarna merah).
5) Media penguji.
Media yang digunakan untuk menguji senyawa tertentu denganbantuan mikroba.
6) Media identifikasi
Media yang digunakan untuk mempelajari atau membuktikan satu atau lebih
fungsi metabolik khas dari mikroba yang diperlukan untuk diidentifikasi. Contoh
Triple Sugar Iron Agar (TSIA) untuk identifikasi enterobakter.
7) Media Perhitungan.
Media yang digunakan untuk menghitung jumlah mikroba pada suatu bahan
(dapat berupa media umum, selektif ataupun media diferensial dan penguji)
SEJARAH
4.1.1 Uraian dan Contoh
Mikrobiologi adalah ilmu yang mempelajari bentuk, sifat dan kehidupan
jasad- hidup yang termasuk mikroba (jasad-renik, mikrobia, mikroorganisme).
Bidang ilmu ini merupan salah satu pembahasan dari kelompok besar jasad hidup
yang mempunyai bentuk dan ukuran sangat kecil, serta sifat hidup yang berbeda
dengan umumnya jasad lain. Karenanya tanpa menggunakan alat pembesaran
seperti lup atau mikroskop, bentuknya akan sulit untuk dapat dilihat dan
dipelajari.
Dunia mikroba walaupun sudah sejak lama dikenal kehadiran dan
peranannya, baru “terbuka” setelah Anthony van Leeuwenhoek (1632-1723)
menciptakan mikroskop sederhana. Disebut sederhana karena mikroskop tersebut
hanya terdiri dari satu lensa dengan mencapai pembesaran kurang dari 200 kali.
Tetapi dengan adanya mikroskop sederhana tersebut maka rahasia dan pertanyaan
besar tentang bentuk mikroba yang belum terungkap sebelumnya, mulai terbuka
(gambar 1.1)
Dunia mikroba lebih terungkap kembali setelah Louis Pasteur (1822-1895)
seorang ahli kimia Perancis, menemukan prinsip-prinsip dasar yang berkaitan
dengan sifat hidup mikroba ; sehingga banyak masalah dan pertanyaan yang
tadinya belum terungkap, setelah penemuan-penemuan Pasteur menjadi terjawab.
Gambar 1.1 Contoh Beberapa Mikroskop
(a) (b)
Keterangan : (a) Mikroskop monokuler (b) Mikroskop binokuler yang sudah
maju.
Tampil pula sarjana lain yang banyak jasanya di dalam bidang
mikrobiologi yaitu Robert Koch (1843-1910) seorang dokter Jerman. Atas
penemuan dan penelitian yang bersangkutan, kalau kemudian kaitan dan peranan
mikroba sebagai jasad penyebab penyakit dapat terjawab dan diterangkan secara
jelas. Sehingga salah satu batasan (postulat) yang telah di susunnya saat itu, masih
tetap berlaku sampai sekarang ini, yang umum dikenal dengan nama Postulat
Koch, yang terdiri dari 4 atau 5 masalah.
Berbicara tentang sejarah mikrobiologi, maka sebaiknya diungkapkan
berdasarkan periode perkembangan bidang tersebut mulai dari periode yang
paling awal hingga yang modern sesuai dengan kemajuan yang telah dicapai,
yaitu :
(1) Periode Spekulasi dan Perintisan : Dari zaman Prasejarah sampai 1850
Pada periode ini para ahli mencoba mencari jawaban dari berbagai
permasalahan yang timbul di lingkungannya yang mungkin berkaitan dengan
peranan mikroba, misalnya :
(a) Bagaimana dan dari mana kehidupan ini berasal (masalah biogenesis)
(b) Apa yang terjadi dengan bahan-makanan yang kemudian menjadi busuk atau
berbau (masalah pembusukan, pelendiran)
(c) Mengapa dan bagaimana suatu penyakit dapat menular dan menyebar
(masalah kontagion)
(d) Apa yang terjadi dengan pelukaan yang kemudian membengkak dan
mengeluarkan nanah (masalah supurasi)
(e) Bagaimana proses fermentasi dapat terjadi.
Pada periode inilah timbul dan lahir banyak fenomena, batasan, ataupun
postulat tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan mikrobiologi secara
umum ataupun secara khusus.
Adalah hal yang bisa dimengerti mengingat tingkat kemajuan ilmu
pengetahuan dan sarana peralatan yang ada saat itu, kalau pada zaman dahulu
orang mempercayai adanya generatio spontanea (generasi spontan) atau teori
abiogenesis. Yaitu bahwa suatu kehidupan atau hadirnya mahluk hidup dapat
terjadi secara spontan atau tiba-tiba dari benda mati. Seperti misalnya :
(a) Kita menempatkan air jernih pada sebuah gelas, kemudian disimpan dan
dikenai cahaya matahari. Selang beberapa waktu, timbullah kehidupan di
dalamnya : jentik-jentik kecil ataupun jasad-bewarna hijau atau hijau-kebiruan
yang menempel pada pinggiran gelas. Padahal tadinya di dalam air tidak ada
jasad-hidup seperti itu. Jawaban perkiraan yang bisa dicapai saat itu ialah
jentik-jentik dan jasad berwarna tersebut timbul langsung dari air (benda
mati).
(b) Kita menyimpan bahan-makanan, misalnya daging yang masih segar pada
tempat biasa tanpa penutup yang bersih. Maka timbullah pada permukaan
daging tersebut makhluk-makhluk kecil yang makin lama nampak membesar :
menjadi belatung atau tumbuhan melebar membentuk lendir. Padahal
sebelumnya pada permukaan daging tersebut tidak nampak adanya kehidupan.
Jawaban-perkiraan yang dapat dicapai saat itu ialah bahwa belatung dan lendir
berasal dari daging secara langsung.
Banyak lagi contoh-contoh kejadian seperti di atas yang pada umumnya
mempunyai jawaban yang sama : bahwa makhluk hidup dapat secara langsung
berasal dari benda/jasad mati.
Percobaan Redi (16266-1697) seorang ahli pengetahuan dan kedokteran
Italia yang mula-mula “meruntuhkan” teori abiogenesis. Yaitu dengan
memanaskan terlebih dahulu benda-benda yang mau disimpan, sehingga
kemungkinan besar kalaupun sudah menempel “bibit” jasad-hidup pada
permukaan benda/barang akibat sentuhan tangan, hembusan angin ataupun dicuci
dengan air biasa, akan mati. Ternyata dengan penyimpanan lama setelah
pemanasan, benda atau bahan tersebut tidak ditumbuhi oleh jasad-hidup.
Juga percobaan Spallanzani (1729-1799) yang memasukkan
substrat/bahan berupa senyawa organik ke dalam botol-labu yang bagian atasnya
ditutup rapat, kemudian dipanaskan. Ternyata walaupun botol labu itu kemudian
disimpan lama, adanya kehidupan di dalam bahan tidak nampak dan terjadi.
Tetapi berbeda hasilnya dengan botol lain yang diisi dengan bahan yang sama
tetapi hanya ditutup dan tidak dipanaskan didalamnya telah ditumbuhi oleh jasad
hidup.
Untuk masa berpuluh-puluh tahun tetap dianut adalah tentang proses
fermentasi, misalnya fermentasi cairan buah anggur menjadi minuman anggur
beralkohol. Proses tersebut adalah proses kimia, karena jasad pemrosesannya
tidak nampak, serta kalaupun kemudian adanya pertumbuhan jasad (misal ragi)
pada permukaan larutan dianggap sebagai akibat proses tersebut. Tetapi berkat
penelitian tiga orang ahli, antara lain Pasteur pada tahun 1830, dapat diketahui dan
dipastikan bahwa proses fermentasi adalah proses biologis dimana mikroba (ragi)
yang berperan.
Juga di dalam bidang ilmu penyakit, walaupun sejak jaman dulu sudah
banyak ahli yang mempunyai keyakinan bahwa penyebab penyakit dapat
berpindah tempat dan menyebar dari satu orang ke orang lain, baik melalui udara,
melalui air, ataupun melalui pembawa lainnya. Baru oleh Fracastorius (1478-
1553) dasar-dasar yang meyakinkan tentang perpindahan dan penyebaran jasad
penyebab penyakit, mulai diungkapkan. Serta lebih kurang satu setengah abad
kemudian oleh Kircher (1602-1680) cara-cara yang pasti tentang penularan,
penyebaran, dan perpindahan jasad-penyebab penyakit tersebut diuraikan dengan
lebih terperinci.
Uraian, bahasan, dan batasan Kircher inilah yang kemudian dapat
mengungkapkan berbagai jenis penyebab penyakit serta cara penyebaran dan
penularannya, seperti oleh Panum (1820-1885) ahli kedokteran Denmark untuk
penyakit campak, Snow (1813-1858) dan Budd (1811-1880) tentang epidemi
kolera Asia, dan sebagainya.
Pada periode perintisan dan spekulasi, yang paling banyak diteliti adalah
masalah mikrobiologi bidang penyakit/kedokteran, karena masalah ini secara
langsung menyangkut mati-hidup orang.
Juga pada periode ini tentang terjadinya gejala pembengkakan pada luka
yang dibiarkan, diketahui kemudian, disebabkan oleh adanya pertumbuhan
mikroba “pengubah” darah menjadi nanah yang kemudia banyak hidup di sekitar
dan di dalam luka.
(2) Periode keemasan : 1850 sampai 1910
Berkat penemuan dan penelitian selama periode sebelumnya, maka masa
antara tahun 1850-1910 dinamakan periode keemasan. Hal ini dikaitkan dengan :
(a) Penemuan Robert Koch pada tahun 1881 tentang metode isolasi (pemisahan),
pembuatan preparat dan identifikasi biakan mikroba secara murni.
(b) Penemuan Petri (salah seorang assisten Koch) untuk cawan-petri (petri-disk)
di dalam cara-teknik mikroba.
(c) Penemuan Gram di tahun 1844 untuk sistem perwarnaan bakteri sehingga
“terbagi” menjadi dua kelompok besar : Gram-positif dan Gram-negatif.
(d) Penemuan Chamberland pada tahun 1887 untuk sistem saringan/filter guna
keperluan sterilisasi secara fisik.
Nama-nama seperti Ehrlich (1854-1915), Von Behring dan Kitasato
(1890), Metchnikkoff (1883), Loeffer (1884), Park (1894) dan banyak nama-nama
ahli di bidang mikrobiologi, merupakan nama yang ditulis dengan tinta emas di
dalam sejarah perkembangan mikrobiologi. Seperti secara khusus untuk bidang
penyebab penyakit sipilis, pes, kolera, tifus, dan difteri di Amerika Serikat oleh
Rush (1813), Webster (1843), Spencer (1851), Welch (1894), McCoy (1910).
Khusus mengenai Robert Koch yang sampai sekarang namanya tetap
dikenang dan dihargai karena jasa-jasanya besar di bidang mikrobiologi
kedokteran dan kemanusiaan. Berkat penelitian Koch ini maka ihwal dan
penyebab penyakit TBC, tifus, difteri, kolera dan gonorhu serta anthraks, dapat
terungkap dan dipisahkan secara murni. Yang paling penting adalah Postulat
Koch yang menjadi dasar bagi seseorang ahli untuk mencari, menemukan, dan
mengetahui jasad penyebab suatu penyakit di dalam suatu wabah yang sedang
berkecamuk. Tahap-tahap kerja Postulat tersebut sebagai berikut :
(a) Bahwa mikroba yang disangka penyebab harus selalu didapatkan pada semua
penderita dan tidak didaptkan pada bukan penderita (misal yang sehat).
(b) Bahwa mikroba penyebab harus dapat dibiakkan secara murni di dalam media
tanpa kehadiran bagian/jaringan jasad yang tadinya dikenai.
(c) Bahwa biakan jasad yang sudah dibiakkan, bila diinokulasikan (disuntikkan)
kepada hewan percobaan, akan menimbulkan gejala penyakit yang sama
seperti pada (a).
(d) Bahwa biakan jasad yang sudah diinokulasikan, dapat diisolasi/dipisahkan
kembali serta kalau kemudian dibiakkan akan mempunyai bentuk yang sama
seperti asal/seperti (a).
(3) Periode modern : 1910 sampai sekarang
Periode ini ditandai dengan dipergunakannya metode dan peralatan yang
mutakhir, di bidang mikrobiologi seperti misalnya elektron-mikroskop,
khromatografi-gas dan sebagainya. Sehingga masalah-masalah pelik yang
sebelumnya belum terungkap, misalnya masalah antibiotika, vaksin, serum, virus,
dan sebagainya, dapat diketahui.
Virus misalnya, sudah sejak Pasteur dan Koch melakukan penelitian,
masalahnya sudah ada dan berusaha untuk diketahui. Tetapi baru ketika hasil
penelitian Iwanowski sarjana-mikroba Rusia di umumkan (1892), penyebab
penyakit aneh pada daun tembakau (yang dikenal dengan nama TMV/tobacco
mosaic virus) dan sebagainya lebih dikenal. Diketahui nama-nama ahli seperti
Buist (1887), Negri (1903), Ricketts (1906), Woodruff dan Goodpasture (1930),
Stanley (1937) dan sebagainya, banyak berkecimpung di dalam penelitian virus.
Periode modern ditandai pula dengan diraihnya beberapa hadiah Nobel
oleh para ahli mikrobiologi yang bergerak dalam bidang pengobatan dan
kedokteran, seperti oleh Domagk (1939) untuk penemuan obat-obat sulfa sebagai
obat ampuh untuk infeksi bakteri, oleh Flemming, Florey dan Chain (1945) untuk
penemuan antibiotika : penisilin, oleh Waksman (1952) untuk penemuan
antibiotika : streptomisin, oleh Stanley (1946) Beadle (1954) untuk penemuan
virus poliomyelitis sehingga pembuatan vaksin polio memungkinkan untuk
dilakukan.