penggunaan media animasi berbasis … filepenggunaan media animasi berbasis pendekatan komunikasi...

111
PENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS PENDEKATAN KOMUNIKASI TOTAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN PADA ANAK TUNARUNGU KELAS DASAR V DI SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2009/2010 Skripsi Oleh : Basten Yuni Artika K 5106012 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

Upload: buikhue

Post on 15-Feb-2018

241 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS … filePENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS PENDEKATAN KOMUNIKASI TOTAL ... Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan

i

PENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS PENDEKATAN KOMUNIKASI TOTAL

UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN

PADA ANAK TUNARUNGU KELAS DASAR V

DI SLB-B YRTRW SURAKARTA

TAHUN AJARAN 2009/2010

Skripsi

Oleh :

Basten Yuni Artika

K 5106012

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

Page 2: PENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS … filePENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS PENDEKATAN KOMUNIKASI TOTAL ... Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan

ii

PENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS PENDEKATAN KOMUNIKASI TOTAL

UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN

PADA ANAK TUNARUNGU KELAS DASAR V

DI SLB-B YRTRW SURAKARTA

TAHUN AJARAN 2009/2010

Oleh :

Basten Yuni Artika

K 5106012

SKRIPSI

Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Luar Biasa Jurusan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2010

Page 3: PENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS … filePENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS PENDEKATAN KOMUNIKASI TOTAL ... Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan

iii

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji

Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

Persetujuan Pembimbing

Dosen Pembimbing I

Drs. Abdul Salim Choiri, M. Kes NIP. 19570901 198203 1 002

Dosen Pembimbing II

Priyono, S. Pd. M. Si

NIP. 19710902 200501 1 001

Page 4: PENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS … filePENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS PENDEKATAN KOMUNIKASI TOTAL ... Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan

iv

PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima

untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Pada hari :.Rabu................................

Tanggal :.7 April 2010....................

Tim Penguji Skripsi:

Nama Terang Tanda tangan

Ketua : Drs Rusdiana Indianto, M. Pd .........................

Sekretaris : Drs Maryadi, M. Ag ...........................

Anggota I : Drs. Abdul Salim Choiri, M. Kes .........................

Anggota II : Priyono, S. Pd, M. Si ............................

Disahkan oleh

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret

Dekan,

Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd

NIP. 19600727 198702 1 001

Page 5: PENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS … filePENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS PENDEKATAN KOMUNIKASI TOTAL ... Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan

v

ABSTRAK Basten Yuni Artika. PENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS PENDEKATAN KOMUNIKASI TOTAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN PADA ANAK TUNARUNGU KELAS DASAR V DI SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN AJARAN 2009/2010. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Maret, 2010.

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman melalui penggunaan media animasi berbasis pendekatan komunikasi total pada anak tunarungu kelas Dasar V SLB B YRTRW Surakarta Tahun Ajaran 2009 / 2010.

Penelitian ini berbentuk Classroom Action Research / Penelitian Tindakan Kelas merupakan pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Penelitian ini berupa kolaborasi atau kerjasama antara peneliti, guru, dan siswa. Sumber data penelitian ini adalah peristiwa proses pembelajaran membaca pemahaman yang berlangsung di kelas dengan informan (guru dan siswa), serta dokumen. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik observasi, wawancara, tes dan analisis dokumen. Untuk menguji validitas data penulis menggunakan triangulasi teknik dan review informan. Teknis analisis yang digunakan adalah dengan analisis kritis dan analisis deskriptif komparatif. Data kualitatif dianalisis dengan teknik analisis kritis sedangkan data yang berupa tes diklasifikasikan sebagai data kuantitatif. Data tersebut dianalisis secara deskriptif komparatif, yakni membandingkan nilai tes antar siklus dengan indikator pencapaian.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penggunaan media animasi berbasis pendekatan komunikasi total dalam pembelajaran Bahasa Indonsia dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman pada anak tunarungu kelas Dasar V SLB B YRTRW Surakarta tahun ajaran 2009/2010.

Page 6: PENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS … filePENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS PENDEKATAN KOMUNIKASI TOTAL ... Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan

vi

ABSTRACT

Basten Yuni Artika. IMPLEMENTING OF THE ANIMATION MEDIA BASED ON TOTAL COMMUNICATION APPROACH TO INCREASE THE ABILITY OF COMPREHENSION READING TOWARD THE HEARING EMPAIRMEN STUDENT AT THE GRADE V IN SLB B YRTRW SURAKARTA ACADEMIC YEAR OF 2009/2010. Thesis. Surakarta: Theacher Training and Education, University of Sebelas Maret Surakarta, March, 2010.

The goal of this research is to increase the ability of ccomprehension reading trough the implementation of animation media based on total ccommunication approach toward the hearing impairment student at the grade V in SLB B YRTRW Surakarta academic year of 2009/2010.

This research is in the form of Classroom Action Research is deep concerning about the learning activity that is an action consciously appear and happen in the classroom altogether. This research is a collaboration or cooperation between researcher, teacher and student. The data source of this research are learning process of a comprehension reading which is happen in the classroom with informant (teacher and student) and document. The data collection technique that is use are observation technique, interview, test and document analysis. To verify the data validity the writer use triangulation technique and review informant. Aanalysis technique which is use are by critical and descriptive comparative analysis. The qualitative data is analyzed using the critical analyzing mean while the data in form of test is classified as quantitative data. Those data are analyzed descriptive comparatively that is by comparing the test score between the sycle and the achievement indicator.

According to the research result can be concluded that the Implementation of animation media based on total communication approach in the learning of Bahasa Indonesia can increase the ability of comprehension reading toward the hearing impairment student at the grade V in SLB B YRTRW Surakarta academic year of 2009/2010.

Page 7: PENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS … filePENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS PENDEKATAN KOMUNIKASI TOTAL ... Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan

vii

MOTTO

Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan,

“ Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah

(nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti

azab-Ku sangat berat”.

( Terjemahan Al Qur’an Surat Ibrahim :7 )

Page 8: PENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS … filePENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS PENDEKATAN KOMUNIKASI TOTAL ... Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan

viii

PERSEMBAHAN Karya ini kupersembahkan

Kepada:

1. Ibu dan Bapak tercinta, Tutik Wahyuningsih

dan Suyitno atas pancaran doa dan kasih

sayangnya.

2. Adik-adikku, Dwi Setianingsih tersayang

atas segala bantuan serta motivasi dalam

penelitian, dan Chaesar Dewa Tama yang

selalu memberikan semangat.

3. Bapak dan Ibu Dosen PLB yang telah

banyak memberikan ilmu.

4. Almamater.

Page 9: PENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS … filePENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS PENDEKATAN KOMUNIKASI TOTAL ... Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan

hidayah-Nya skripsi ini akhirnya dapat terselesaikan untuk memenuhi sebagian

persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan, motivasi dan bimbingan

dari berbagai pihak, oleh karena itu dengan penuh kerendahan hati penulis

ucapkan terimakasih kepada:

1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta, Bapak Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd, yang telah

memberikan izin dalam melakukan penelitian;

2. Pembantu Dekan I Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas

Maret Surakarta, Bapak Prof. Dr.rer.nat. Sajidan, M.Si yang telah memberikan

izin dalam melakukan penelitian;

3. Pembantu Dekan III Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas

Maret Surakarta, Bapak Drs. Amir Fuady, M.Hum yang telah memberikan izin

dalam melakukan penelitian;

4. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret Surakarta, Bapak Drs. Rusdiana Indianto, M.Pd;

5. Ketua Program Studi Pendidikan Luar Biasa Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Bapak Drs.

Abdul Salim Choiri, M.Kes dan sekaligus Pembimbing I yang telah memberikan

bimbingan dalam penyusunan skripsi;

6. Sekretaris Program Studi Pendidikan Luar Biasa Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta,

Bapak Drs. Maryadi, M.Ag ;

7. Bapak Priyono, S. Pd, M. Si selaku Pembimbing II yang telah memberikan

bimbingan dalam penyusunan skripsi;

8. Bapak Misdi S. Pd, selaku Kepala Sekolah SLB-B YRTRW Surakarta yang telah

memberikan izin untuk melakukan penelitian;

Page 10: PENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS … filePENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS PENDEKATAN KOMUNIKASI TOTAL ... Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan

x

9. Ibu Dra. Sri Sumarsih, selaku guru kelas Dasar V SLB B YRTRW Surakarta,

yang telah banyak membantu, memberikan masukan serta kerjasama dalam

bentuk kolaborasi dengan penulis dalam penelitian ;

10. Seluruh bapak dan ibu guru SLB B YRTRW Surakarta yang telah ikut

memberikan semangat dan bantuan selama pelaksanaan penelitian;

11. Siswa kelas Dasar V SLB B YRTRW Surakarta yang telah membantu pelasanaan

penelitian;

12. Teman-teman kos Samuri ( Dwi Setianingsih, mbak Winda, Miranti, Reni, mbak

Anif, Ajeng, mbak Lilis, Denis, Ias, Cilla, Wahyu, Fadil, Tini, Evillina, Mbak

Hesti dan Isti ), terimakasih untuk persaudaraan, dukungan dan semangatnya

dalam menyelesaikan skripsi ini;

13. Keluarga besar JN UKMI UNS atas segala pelajaran bermakna dan ukhuwah

yang terjalin indah;

14. Teman-teman PLB 2006 (Ajeng, Mbak Ipunk, Hastati, Selvy Dwi, Tse-tse,

Aman, Mbak Nita, Drajat, De Aziz, Fitri, Ham_id, Helga, Mbak Restix,

Yippy, Inay, Ka Chipa, Selviana, Reni Retno, Nita, Mbak Lulut, Reni Puji,

Ricun, Natan, Ifah, Poyan, Wahyu, Pras, Mbak Heni, Anita, Sasi, Titus,

Tunang dan Yonas) atas semangat dan dukungan;

15. Sahabat terbaikku Trias Ayu Nugraheny, atas segala motivasi dan doanya;

16. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu

peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis

khususnya dan pembaca pada umumnya.

Surakarta, Maret 2009

Penulis

Page 11: PENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS … filePENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS PENDEKATAN KOMUNIKASI TOTAL ... Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan

xi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .................................................................................. i

HALAMAN PENGAJUAN........................................................................... ii

HALAMAN PERSETUJUAN....................................................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ iv

HALAMAN ABSTRAK ............................................................................. v

HALAMAN MOTTO ................................................................................. vi

HALAMAN PERSEMBAHAN..................................................................... vii

KATA PENGANTAR ..................................................................... viii

DAFTAR ISI.................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN.................................................................... xiii

DAFTAR TABEL ............................................................................ xiv

DAFTAR BAGAN .......................................................................... xv

DAFTAR GRAFIK ........................................................................ xvi

DAFTAR GAMBAR ...................................................................... xvii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah......................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................. 6

C. Tujuan Penelitian .................................................................. 6

D. Manfaat Penelitian ................................................................. 6

BAB II LANDASAN TEORI ................................................................. 8

1. Tinjauan Tentang Anak Tunarungu.................................................... 8

a. Pengertian Anak Tunarungu...................................................... 8

b. Faktor Penyebab Tunarungu..................................................... 9

c. Klasifikasi Anak Tunarungu...................................................... 11

d. Karakteristik Ketunarunguan .................................................. 16

2. Tinjauan Tentang Membaca Pemahaman..................................... 18

a. Pengertian Membaca................................................................. 18

b. Pengertian Membaca Pemahaman............................................ 19

c. Membaca Pemahaman untuk Anak Tunarungu........................ 22

Page 12: PENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS … filePENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS PENDEKATAN KOMUNIKASI TOTAL ... Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan

xii

Halaman

3. Tinjauan Tentang Media...............................................................

a. Pengertian Media......................................................................

b. Ciri-ciri Media Pendidikan........................................................

c. Fungsi dan Manfaat Media Pendidikan.....................................

d. Pemilihan Media Pengajaran......................................................

e. Klasifikasi Media dan Jenis Media............................................

f. Media Animasi............................................................................

4. Tinjauan Tentang Komunikasi Total..............................................

a. Pengertian Komunikasi Total...................................................

b. Faktor-Faktor yang Mendorong Perkembangan

KomunikasiTotal......................................................................

c. Penerapan Komunikasi Total...................................................

d. Metode Komunikasi yang Dikenal dalam Pendidikan

AnakTunarungu......................................................................

C. Kerangka Berfikir..............................................................................

D. Hipotesis Tindakan.........................................................................

BAB III METODOLOGI PENELITIAN......................................................

A. Tempat dan Waktu Penelitian ...........................................................

B. Pendekatan penelitian .....................................................................

C. Subjek Penelitian................................................................................ D. Teknik Pengumpulan Data.................................................................

E. Sumber Data.......................................................................................

F. Uji Validitas Data...............................................................................

G. Teknik Analisis Data...........................................................................

H. Indikator Ketercapaian........................................................................

I. Prosedur Penelitian...............................................................................

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................

A. Pelaksanaan Tindakan ............................................................

1. Siklus Pertama .................................................................

23

23

24

25

28

30

32

33

34

35

36

39

42

43

44

44

44

45

45

48

49

49

50

50

53

53

53

Page 13: PENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS … filePENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS PENDEKATAN KOMUNIKASI TOTAL ... Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan

xiii

Halaman

a. Perencanaan Tindakan ............................................ 53

b. Tindakan I ............................................................... 55

c. Pengamatan ............................................................. 57

d. Refleksi .................................................................. 57

2. Siklus Kedua ................................................................. 58

a. Perencanaan Tindakan II ......................................... 58

b. Tindakan II .............................................................. 60

c. Pengamatan ............................................................. 62

d. Refleksi ................................................................... 62

3. Siklus Ketiga ................................................................. 63

a. Perencanaan Tindakan III ........................................ 63

b. Tindakan III ............................................................ 65

c. Pengamatan ............................................................. 66

d. Refleksi ................................................................... 66

B. Hasil Penelitian ...................................................................... 67

C. Pembahasan Hasil Penelitian.................................................. 80

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN .......................... 92

A. Simpulan ............................................................................... 92

B. Implikasi ................................................................................ 92

C. Saran ..................................................................................... 93

DAFTAR PUSTAKA......................................................................... 95

Page 14: PENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS … filePENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS PENDEKATAN KOMUNIKASI TOTAL ... Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 : Hasil Wawancara Observasi Awal............................................ 98

Lampiran 2 : Daftar nilai ulangan harian membaca pemahaman .................... 101

Lampiran 3 : Lembar Observasi Awal Keaktifan Siswa................................. 102

Lampiran 4 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I............................. 103

Lampiran 5 : Silabus SLB B Kelas Dasar V .................................................. 110

Lampiran 6 : Kisi-Kisi Soal Test Prestasi Belajar Siklus I ............................. 111

Lampiran 7 : Bacaan Post-Test I ................................................................... 112

Lampiran 8 : Soal-Soal Post-Test I ................................................................ 113

Lampiran 9: Penilaian Menceritakan Kembali Siklus 1 .................................. 114

Lampiran 10 : Lembar Observasi Keaktifan Siswa Siklus 1 .......................... 115

Lampiran11 : Lembar Observasi Kemampuan Guru Menjelaskan Siklus 1 .... 116

Lampiran 12 : Lembar Observasi Kemampuan Mengelola Kelas Siklus 1 ..... 117

Lampiran 13 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ......................... 122

Lampiran 14 : Kisi-Kisi Soal Test Prestasi Belajar Siklus II .......................... 124

Lampiran 15 : Bacaan Post-Test II ................................................................ 125

Lampiran 16 : Soal-Soal Post-Test II............................................................. 126

Lampiran 17 : Penilaian Menceritakan Kembali Siklus II .............................. 127

Lampiran 18 : Lembar Observasi Keaktifan Siswa Siklus II .......................... 128

Lampiran 19 : Lembar Observasi Kemampuan Guru Menjelaskan Siklus II .. 129

Lampiran 20 : Lembar Observasi Kemampuan Mengelola Kelas Siklus II .... 130

Lampiran 21 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus III ........................ 131

Lampiran 22 : Kisi-Kisi Soal Test Prestasi Belajar Siklus III ......................... 136

Lampiran 23 : Bacaan Post-Test III ............................................................... 137

Lampiran 24 : Soal-Soal Post-Test III ........................................................... 138

Lampiran 25 : Penilaian Menceritakan Kembali Siklus III ............................ 139

Lampiran 26 : Lembar Observasi Keaktifan Siswa Siklus III......................... 140

Lampiran 27 : Lembar Observasi Kemampuan Guru Menjelaskan Siklus III . 141

Lampiran 28 : Lembar Observasi Kemampuan Mengelola Kelas Siklus III ... 142

Lampiran 29 : Dokumentasi Observasi Awal ................................................ 143

Page 15: PENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS … filePENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS PENDEKATAN KOMUNIKASI TOTAL ... Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan

xv

Lampiran 30 : Dokumentasi Siklus 1............................................................. 144

Lampiran 31 : Dokumentasi Siklus 2............................................................. 145

Lampiran 32 : Dokumentasi Siklus 3............................................................. 146

Lampiran 33 : Surat Permohonan Izin Research Kepada Rektor .................... 147

Lampiran 34 : Surat Permohonan Izin Research Kepada Kepala Sekolah ...... 148

Lampiran 35 : Surat Permohonan Izin Menyusun Skripsi .............................. 149

Lampiran 36 : Surat Keputusan Dekan FKIP ................................................. 150

Lampiran 37 : Surat Keterangan telah Melaksanakan Penelitian ................... 151

Page 16: PENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS … filePENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS PENDEKATAN KOMUNIKASI TOTAL ... Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan

xvi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 : Daftar Nilai Ulangan Harian Aspek Membaca Pemahaman

Siswa KelasV SLB B YRTRW Surakarta Tahun Ajaran

2009/2010 Semester Genap ......................................................

Tabel 2 : Keterampilan Membaca Pemahaman ........................................

Tabel 3 : Hubungan Media dengan Tujuan Belajar ..................................

Tabel 4 : Rincian Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian............................

Tabel 5 : Deskripsi Indikator Ketercapaian ..............................................

Tabel 6 : Kemampuan Awal Membaca Pemahaman Siswa Kelas Dasar

SLB B YRTRW Surakarta Tahun Ajaran 2009 / 2010

Semester Genap .......................................................................

Tabel 7 : Hasil Observasi Kondisi Awal Keaktifan Siswa ........................

Tabel 8 : Hasil Tes Membaca Pemahaman Siklus 1 .................................

Tabel 9 : Keaktifan Siswa Pada Kegiatan Belajar Mengajar Siklus II ......

Tabel 10 : Hasil Tes Membaca Pemahaman Siklus 2 .................................

Tabel 11 : Hasil Observasi Keaktifan Siswa Siklus 2 .................................

Tabel 12 : Hasil Tes Membaca Pemahaman Siklus 3 .................................

Tabel 13 : Hasil Observasi Keaktifan Siswa Siklus 3 .................................

Tabel 14 : Peningkatan Nilai Tes Membaca Pemahaman Tiap Siklus ........

Tabel 15 : Peningkatan Keaktifan Siswa Kelas Dasar V SLB B YRTRW

Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010 Tiap Siklus ......................

Tabel 16 : Hubungan Media dengan Tujuan Belajar..................................

2

21

31

44

50

67

68

69

70

71

72

73

74

75

77

81

Page 17: PENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS … filePENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS PENDEKATAN KOMUNIKASI TOTAL ... Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan

xvii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1: Alur Kerangka Berpikir ................................................... 42

Gambar 2: Prosedur Penelitian Tindakan Kelas ................................ 45

Gambar 3: Triangulasi teknik ........................................................... 49

Gambar 4: Grafik Tabulasi Nilai Membaca Pemahaman ................... 76

Gambar 5: Grafik Tabulasi Keaktifan Siswa ..................................... 78

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Ketunarunguan adalah satu istilah umum yang menggambarkan suatu

kondisi dimana indera pendengaran anak mengalami gangguan. Istilah ini

menggambarkan adanya kerusakan atau gangguan secara fisik. Akibat dari

adanya kerusakan itu akan mengakibatkan gangguan pada fungsi pendengaran.

Anak mengalami kesulitan untuk memperoleh dan mengolah informasi yang

bersifat auditif, sehingga dapat menimbulkan hambatan dalam melakukan

aktifitas berbahasa dan komunikasi secara verbal.

Kehilangan pendengaran adalah ancaman utama, bukan saja terhadap pendengaran, tetapi juga kepada kehidupan pribadi dan sosial. Ketidakmampuan mendengar penuturan bahasa, musik, dan bunyi-bunyian alam sekeliling berkaitan dengan masalah, psikologi sosial yang memberi pengaruh terhadap fungsi dan kualitas kehidupan sehari-hari. Lindblade (dalam Jamila K. A Muhammad, 2008 : 56).

Akibat dari keadaaan tersebut, tentu saja akan berpengaruh kepada

kemampuan berbahasa anak tunarungu yang terdiri dari keterampilan menulis,

menyimak, berbicara, dan membaca. Hal ini merupakan dampak yang secara

langsung dialami oleh anak tunarungu. Mengingat dari semua keterampilan

tersebut, sangatlah mengandalkan indera pendengaran sebagai penerima

Page 18: PENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS … filePENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS PENDEKATAN KOMUNIKASI TOTAL ... Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan

xviii

informasi. Sejak kecil dunia mereka begitu sunyi, perolehan informasi dan

pengetahuan hanya mengandalkan pada indera visual.

Dari keempat keterampilan berbahasa tersebut, membaca

merupakan keterampilan yang paling sulit untuk anak tunarungu. Lerner (dalam

Mulyono Abdurrahman, 2003 : 200) mengemukakan bahwa, “Kemampuan

membaca merupakan dasar untuk menguasai berbagai bidang studi”.

Sebagai proses visual membaca merupakan proses menerjemahkan

simbol tulis ke dalam kata-kata lisan. Sebagai suatu proses berfikir, membaca

mencakup aktivitas pengenalan kata, pemahaman literal, interpretasi, membaca

kritis dan pemahaman kreatif.

Untuk membaca teknis, sebagian besar anak tunarungu tidak

mengalami kesulitan, tetapi untuk membaca pemahaman banyak anak

tunarungu yang mengalami kesulitan. Berkaitan dengan definisi membaca

pemahaman (Comprehension Reading), Mile A. Tinker dan Constance Mc

Cullough (1975:9), mengutip beberapa pengertian membaca pemahaman yang

diterjemahkan secara bebas dengan memperhatikan taksonomi Barrett

berpendapat bahwa aspek dalam membaca pemahaman meliputi: (1)

komprehensif literal, (2) pengingatan, (3) pengorganisasian, (4) komprehensif

inferensial, (5) evaluasi, dan (6) apresiasi.

Uraian di atas menggambarkan bahwa begitu rumitnya proses

membaca. Sebagian besar anak tunarungu tidak mengalami kesulitan dalam hal

membaca teknis, disisi lain banyak pula yang mengalami kesulitan dalam

membaca pemahaman. Kemiskinan kosakata membuat anak tuna rungu

kesulitan dalam memahami suatu bacaan.

M. Cem Girgin (2008:27) mengemukakan bahwa, “The aim of training

children with hearing impairment in the auditory oral approach is to develop

good speaking abilities. However, children with profound hearing-impairment

show a wide range of spoken language abilities, some having highly intelligible

speech while others have unintelligible speech”.

Page 19: PENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS … filePENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS PENDEKATAN KOMUNIKASI TOTAL ... Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan

xix

Tujuan melatih anak tunarungu dengan pendekatan auditory oral adalah

untuk mengembangkan kemampuan berbicara yang baik. Akan tetapi, anak

dengan tingkat tunarungu yang parah menunjukkan rentan perbedaan

kemampuan berbahasa yang luas. Beberapa dari mereka dapat berbicara dengan

mudah dimengerti, sementara yang lain mengucapkan kata-kata yang tidak

mudah dipahami.

Pendapat tersebut menjelaskan bahwa tujuan dari pendidikan anak

tunarungu dalam pendekatan auditory oral adalah pada berkembangnya

kemampuan bicara yang baik. Pendekatan auditory oral disini adalah pendekatan

pembelajaran yang berbasis pada kemampuan bicara /oral anak tunarungu. Anak

tunarungu dengan kategori berat akan menunjukkan kesulitan dalam berbicara

bahasa, beberapa mempunyai kemampuan yang lebih bila dibandingkan dengan

anak tunarungu lainnya.

Tidak mengherankan bahwa kesulitan membaca pada anak-anak

tunarungu sebagai akibat dari kehilangan pendengaran. Banyak

anak tunarungu memperoleh pendidikan dengan menggunakan bahasa lisan.

Demikian halnya dengan yang terjadi di kelas Dasar V SLB-B YRTRW Surakarta

Tahun Ajaran 2009 / 2010. Beberapa pertanyaan yang jawabannya terdapat

dalam bacaan saja mereka mengalami kesulitan. Terlebih lagi jika ada perintah

untuk menceritakan kembali isi bacaan. Bahasa lisan mereka sangat berantakan

dalam menyusun kalimat isi bacaan. Seharusnya hal ini menjadi dasar bagi siswa

dalam memahami bacaan-bacaan yang juga banyak terdapat pada mata

pelajaran di luar Bahasa Indonesia.

Dari hasil nilai ulangan tes semester genap mata pelajaran Bahasa

Indonesia, dalam aspek membaca pemahaman nilai siswa adalah sebagai

berikut:

Tabel 1. Daftar Nilai Ulangan Harian Aspek Membaca Pemahaman Siswa KelasV

SLB B YRTRW Surakarta Tahun Ajaran 2009 / 2010 Semester Genap

No Nama Siswa Nilai

Page 20: PENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS … filePENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS PENDEKATAN KOMUNIKASI TOTAL ... Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan

xx

1 Ri 50

2 And 40

3 Dn 50

4 Fr 40

5 Anj 50

6 As 50

7 Nr 40

Dari tabel 1 tersebut, terlihat ada 3 siswa dari 7 siswa secara keseluruhan

yang mendapat nilai 40 atau sebesar 42,85% dan 4 siswa yang lain mendapat nilai 50 atau sebesar 57,14%. Bila dianalisis dengan meninjau KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang telah ditetapkan untuk Bahasa Indonesia yaitu ≥ 60, belum ada dari ke 7 siswa tersebut yang mencapai ketuntasan. Jadi dapat disimpulkan bahwa kemampuan awal siswa dalam membaca pemahaman adalah 0%.

Hal ini juga ditegaskan oleh hasil wawancara dengan guru kelas, bahwa

memang kendala utama dalam bahasa anak tunarungu adalah dalam membaca

pemahaman. Semua siswa di kelas Dasar V yang berjumlah 7 siswa mengalami

kesulitan dalam membaca pemahaman. Begitu juga dalam proses observasi

awal, dalam meninjau aspek keaktifan siswa menunjukkan keaktifan yang kurang

dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Dalam aspek pemahaman, guru harus

bekerja keras dan berfikir kreatif agar anak dapat memahami isi dari bacaan.

Selama ini guru mengandalkan gambar dan pengalaman siswa sehari-hari,

diangkat menjadi topik pembicaraan.

Proses belajar mengajar akan lebih variatif dan kreatif jika

menggunakan media pembelajaran. Begitu pula dalam mata pelajaran Bahasa

Indonesia, terlebih lagi bagi anak tunarungu. Mereka sangat membutuhkan

media sebagai alat bantu dalam memvisualkan hal-hal yang bersifat abstrak,

terutama yang terkandung dalam bacaan.

Hamalik (dalam Azhar Arsyad, 2005 : 15) mengemukakan bahwa, “Pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa”.

Page 21: PENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS … filePENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS PENDEKATAN KOMUNIKASI TOTAL ... Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan

xxi

Azhar Arsyad, (2005 : 15) yang menyatakan bahwa, ”Dalam suatu

proses belajar mengajar, ada dua unsur yang amat penting adalah metode

mengajar dan media pembelajaran”. Berdasarkan paparan di atas, maka penulis

berinisiatif untuk menggunakan suatu media pembelajaran visual animasi

berbasis pendekatan komunikasi total. Pada dasarnya animasi adalah

menciptakan gerakan, dan cara termudah adalah dengan menggambar rangkaian

gerakan, seperti yang sering dilihat di televisi maupun dilayar lebar. Animasi

tidak hanya untuk film kartun saja, dapat juga kita gunakan untuk media

pendidikan, informasi, dan media pengetahuan lainnya. Animasi juga dapat

dijadikan media untuk menarik perhatian siswa agar tetap fokus dan semangat

saat proses belajar mengajar berlangsung.

Perlakuan khusus pada penggunaan media animasi untuk pembelajaran

anak tunarungu adalah peran serta guru sebagai fasilitator pengganti suara yaitu

dengan komunikasi total. Komunikasi total merupakan cara berkomunikasi

dengan melibatkan bahasa verbal, bahasa isyarat dan bahasa tubuh. Dalam

kaitannya dengan pemanfaatan media animasi ini yang paling penting adalah

kejelasan bahasa verbal guru. Artikulasi harus benar-benar jelas dan terlihat

perbedaan tiap-tiap huruf.

Dengan media ini sistem pengajaran diharapkan dapat lebih efektif dan

membantu anak tunarungu dalam membaca pemahaman. Ilustrasi animasi/

gambar bergerak diharapkan dapat menghidupkan pemahaman siswa dalam

memahami jalan cerita serta makna yang terkandung dalam suatu bacaan.

Thomas Wibowo (2005: 82) mengemukakan bahwa, “Keberhasilan

menggunakan media dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan hasil

belajar tergantung pada (1) isi pesan, (2) cara menjelaskan pesan, dan (3)

karakteristik penerima pesan. Dengan demikian dalam memilih dan

menggunakan media, perlu diperhatikan ketiga faktor tersebut”. Beberapa aspek

tersebut akan lebih meningkatkan hasil belajar siswa jika disertai dengan

kemampuan guru dalam mengelola kelas.

Page 22: PENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS … filePENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS PENDEKATAN KOMUNIKASI TOTAL ... Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan

xxii

Seperti yang dikemukakan oleh Andyarto Surjana, (2002: 65) bahwa,

“Upaya yang dilakukan guru untuk mengkondisikan kelas dengan

mengoptimalisasikan berbagai sumber (potensi yang ada pada diri guru, sarana

dan lingkungan belajar di kelas) yang ditujukan agar proses belajar mengajar

dapat berjalan sesuai dengan perencanaan dan tujuan yang ingin dicapai”.

Atas dasar latar belakang tersebut, muncul ketertarikan dalam diri

penulis untuk melakukan penelitian dan mengkaji lebih lanjut ke dalam skripsi

dengan judul “ Penggunaan Media Animasi Berbasis Pendekatan Komunikasi

Total untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman pada Anak

Tunarungu Kelas Dasar V di SLB-B YRTRW Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010

“.

B. Rumusan Masalah

Apakah penggunaan media animasi berbasis pendekatan komunikasi

total dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa kelas Dasar

V SLB B YRTRW Surakarta Tahun Ajaran 2009 / 2010 ?

C. Tujuan Penelitian

Untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman melalui

penggunaan media animasi berbasis pendekatan komunikasi total pada anak

tunarungu kelas Dasar V SLB B YRTRW Surakarta Tahun Ajaran 2009 / 2010.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis yang diharapkan dari penelitian ini adalah

bertambahnya reverensi menuju perkembangan kualitas pembelajaran Bahasa

Indonesia khususnya dalam keterampilan membaca pemahaman bagi anak

Page 23: PENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS … filePENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS PENDEKATAN KOMUNIKASI TOTAL ... Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan

xxiii

tunarungu. Selain itu, penelitian ini bisa dijadikan sebagai dasar dalam

melakukan penelitian selanjutnya dengan variabel yang lebih kompleks.

2. Manfaat Praktis

a. Guru

1) Sebagai gambaran penerapan media pembelajaran animasi berbasis

pendekatan komunikasi total dalam meningkatkan kemampuan

membaca pemahaman siswa tunarungu kelas Dasar V SLB B YRTRW

Surakarta, sekaligus memberikan alternatif solusi pada kesulitan

membaca pemahaman pada siswa dalam pelaksanaan pembelajaran

Bahasa Indonesia.

2) Sebagai salah satu pilihan untuk menerapkan salah satu media

pembelajaran yang disesuaikan dengan karakteristik siswa untuk

meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa tunarungu

kelas Dasar V SLB B YRTRW Surakarta.

b. Siswa tunarungu kelas Dasar V SLB B YRTRW Surakarta

1) Sebagai alternatif media belajar untuk meningkatkan kemampuan

membaca pemahaman siswa.

2) Sebagai salah satu sarana untuk membantu siswa dalam memahami isi

suatu bacaan dalam belajar membaca pemahaman.

c. Bagi peneliti selanjutnya

1) Sebagai salah satu referensi untuk melakukan kajian-kajian lebih lanjut

mengenai suatu rancangan pembelajaran membaca pemahaman

dengan media pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan

karakteristik siswa.

2) Menjadi salah satu bahan kajian yang relevan dalam penelitian lanjutan

dengan variabel yang sama, di sekolah dan kondisi yang berbeda.

Page 24: PENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS … filePENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS PENDEKATAN KOMUNIKASI TOTAL ... Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan

xxiv

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN

HIPOTESIS TINDAKAN

A. Kajian Pustaka

1. Tinjauan Tentang Anak Tunarungu

a. Pengertian Anak Tunarungu

Tunarungu dapat diartikan sebagai suatu keadaan kehilangan

pendengaran yang mengakibatkan seseorang tidak dapat menangkap berbagai

rangsangan terutama melalui indera pendengarannya. Batasan pengertian anak

tunarungu telah banyak dikemukakan oleh para ahli yang semuanya itu pada

dasarnya mengandung pengertian yang sama. Di bawah ini dikemukakan

beberapa definisi anak tuna rungu.

Kehilangan pendengaran adalah ancaman utama, bukan saja terhadap pendengaran, tetapi juga kepada kehidupan pribadi dan sosial. Ketidakmampuan mendengar penuturan bahasa, musik, dan bunyi-bunyian alam sekeliling berkaitan dengan masalah, psikologi sosial yang memberi pengaruh terhadap fungsi dan kualitas kehidupan sehari-hari. (Lindblade dan McDonald, 1995, Saunders 1994, Taylor 1993 dalam Jamila K. A Muhammad, 2008 : 56).

Andreas Dwidjosumarto (dalam Sutjihati Somantri 1996:74)

mengemukakan bahwa “Seseorang yang tidak atau kurang mampu mendengar

suara dikatakan tunarungu. Ketunarunguan dibedakan menjadi dua kategori, yaitu

tuli (deaf) dan kurang dengar (hard of hearing)”. Tuli adalah mereka yang indera

pendengarannya mengalami kerusakan dalam taraf berat sehingga

pendengarannya tidak berfungsi lagi. Sedangkan kurang dengar adalah mereka

yang indera pendengarannya mengalami kerusakan, tetapi masih dapat berfungsi

untuk mendengar, baik dengan maupun tanpa menggunakan alat bantu dengar

(hearing aids).

Anak tunarungu adalah yang mengalami kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar yang disebabkan oleh kerusakan atau tidak berfungsinya sebagian atau seluruh alat pendengaran sehingga ia mengalami hambatan dalam perkembangan bahasanya. Ia memerlukan bimbingan dan pendidikan khusus untuk mencapai kehidupan lahir batin yang layak. Mufti Salim, (dalam Sutjihati Somantri, 1996:74)

Page 25: PENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS … filePENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS PENDEKATAN KOMUNIKASI TOTAL ... Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan

xxv

Dari berbagai pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa tunarungu

merupakan suatu keadaan dimana fungsi indera pendengaran mengalami

gangguan, baik dengan taraf kurang mendengar ataupun karena kerusakan indera

pendengaran, sehingga berpengaruh terhadap keterampilan berbahasa serta dalam

menerima berbagai informasi terutama yang mengandalkan auditoris. Informasi

yang ada hanya dapat mengandalkan indera penglihatan dan pengalaman nyata.

b. Faktor Penyebab Tunarungu

Jamila K. A Muhammad (2008 : 57) mengungkapkan beberapa faktor-

faktor penyebab masalah pendengaran ini bersumber dari berbagai faktor,

sebelum lahir, dan setelah lahir, seperti sebagai berikut :

1. Sebelum masa kelahiran a. Penyakit turunan yang disebabkan oleh gen b. Bukan penyakit turunan

1) Sakit selama hamil, terutama oleh virus seperti rubela, demam glandular, dan selesma.

2) Semasa hamil, sang ibu mengidap penyakit yang disebabkan oleh pola makan, seperti beri-beri dan kencing manis.

3) Selama hamil, sang ibu mengkonsumsi obat ataupun bahan kimia seperti kuanin dan streptomycin.

4) Sang ibu menderita toksemia pada masa akhir kehamilan. 5) Sering hamil

2. Saat melahirkan a. Masa melahirkan yang terlalu lama atau bayi sulit keluar yang

menyebabkan terjadinya tekanan yang kuat pada bagian telinga. b. Kelahiran prematur c. Cedera pada saat dilahirkan, terutama pada telinga d. Penyakit hemolisis yang sering kali disebabkan oleh faktor Rh.

3. Setelah Kelahiran a. Anak mengidap penyakit yang disebabkan oleh bakteri dan virus,

seperti gondok dan campak. b. Kecelakaan yang mencederai bagian telinga c. Pengkonsumsian antibiotik, seperti streptomycin. d. Menangkap bunyi yang terlalu keras dalam jangka waktu yang lama

M. Tholib, 2009 (dalam http://bintangbangsaku.com/artikel/2009/02/anak-

tunarungu/) mengemukakan pendapat tentang faktor penyebab tunarungu sebagai

berikut:

1. Penyebab Tunarungu Tipe Konduktif:

Page 26: PENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS … filePENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS PENDEKATAN KOMUNIKASI TOTAL ... Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan

xxvi

a. Kerusakan/gangguan yang terjadi pada telinga luar yang dapat disebabkan antara lain oleh:

1) tidak terbentuknya lubang telinga bagian luar (atresia meatus akustikus externus), dan

2) terjadinya peradangan pada lubang telinga luar (otitis externa). b. Kerusakan/gangguan yang terjadi pada telinga tengah, yang dapat

disebabkan antara lain oleh hal-hal berikut: 1) Ruda Paksa, yaitu adanya tekanan/benturan yang keras pada

telinga seperti karena jatuh tabrakan, tertusuk, dan sebagainya. 2) Terjadinya peradangan/infeksi pada telinga tengah (otitis media). 3) Otosclerosis, yaitu terjadinya pertumbuhan tulang pada kaki

tulang stapes. 4) Tympanisclerosis, yaitu adanya lapisan kalsium/zat kapur pada

gendang dengar (membran timpani) dan tulang pendengaran. 5) Anomali congenital dari tulang pendengaran atau tidak

terbentuknya tulang pendengaran yang dibawa sejak lahir. 6) Disfungsi tuba eustaschius (saluran yang menghubungkan rongga

telinga tengah dengan rongga mulut), akibat alergi atau tumor pada nasopharynx.

2. Penyebab Terjadinya Tunarungu Tipe Sensorineural a. Disebabkan oleh faktor genetik (keturunan), b. Disebabkan oleh faktor non genetik antara lain:

1) Rubena (Campak Jerman) 2) Ketidaksesuaian antara darah ibu dan anak. 3) Meningitis (radang selaput otak ) 4) Trauma akustik

Brown seperti yang dikutip oleh Heward & Orlansky (dalam Muljono Abdurrahman, 2003: 71 ) memberikan contoh penyebab kerusakan pendengaran yaitu :

1) Materna Rubella (campak), pada waktu ibu mengandung muda terkena penyakit campak sehingga dapat menyebabkan rusaknya pendengaran anak.

2) Faktor keturunan, yang tampak dari adanya beberapa anggota keluarga yang mengalami kerusakan pendengaran.

3) adanya komplikasi pada saat dalam kandungan dan kelahiran prematur, berat badan kurang, bayi lahir biru, dan sebagainya.

4) Meningitis (radang otak), sehingga ada semacam bekteri yang dapat merusak sensitifitas alat dengar di bagian dalam telinga.

5) Kecelakaan / trauma atau penyakit. Dari beberapa uraian di atas, penulis menyimpulkan bahwa memang

ada banyak faktor yang menyebabkan ketunarunguan, baik ditinjau dari waktu

terjadinya kerusakan ataupun tempat kerusakan indera pendengaran. Semua faktor

tersebut saling berkaitan, belum tentu bayi yang dalam masa kehamilan ibu sangat

sehat sampai proses kelahiranpun lancar, tetapi di masa post natal terjadi hal-hal

Page 27: PENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS … filePENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS PENDEKATAN KOMUNIKASI TOTAL ... Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan

xxvii

yang menyebabkan ketunarunguan, sangat mungkin anak tersebut mengalami

ketunarunguan. Tetapi jika ketunarunguan terjadi sejak lahir, sangat kecil

kemungkinan anak tersebut akan normal pada tahap perkembangan selanjutnya.

c. Klasifikasi Anak Tunarungu

Jamila K. A Muhammad (2008: 59) berpendapat bahwa, “Terdapat

berbagai faktor yang berkaitan dengan klasifikasi masalah pendengaran,

yaitu tahap kehilangan pendengaran, usia ketika kehilangan pendengaran

dan jenis-jenis masalah kehilangan pendengaran”.

Puesche, seperti dikutip oleh Boothroyd (dalam Muljono

Abdurrahman, 2003: 64 ) mengemukakan bahwa,” Klasifikasi anak tuna

rungu berdasarkan pada (1) tingkat ketunarunguan dan (2) tempat kerusakan

dalam telinga”. Dari kedua pendapat tersebut penulis menyimpulkan bahwa

klasifikasi anak tunarungu dapat dikelompokkan berdasarkan :

1) Tahap Kehilangan Pendengaran

Jamila K. A Muhammad (2008: 59) menjelaskan lebih lanjut tentang klasifikasi berdasarkan tahap kehilangan pendengaran sebagai berikut:

a) Masalah pendengaran (1) Ringan (mild)

(a) Tingkat kehilangan pendengaran antara 27 hingga 40 dB (b) Memahami percakapan (c) Mengalami kesulitan mendengar bunyi-bunyi yang pelan dan

jauh (d) Memerlukan terapi penuturan

(2) Sedang (moderate) (a) Tingkat kehilangan pendengaran antara 41 hingga 70 dB (b) Dapat mendengar bunyi pada jarak satu hingga 1,5 meter

darinya (c) Memahami percakapan (d) Sulit untuk ikut dalam perbincangan dalam kelas (e) memerlukan alat bantu dengar (f) Memerlukan terapi penuturan

(3) Menengah Serius (Moderate-severe) (a) Tahap kehilangan pendengaran antara 56 hingga 70 dB (b) Memerlukan alat bantu dengar dan latihan pendengaran (c) Memerlukan latihan penuturan dan komunikasi (d) Orang yang ingin berbicara dengan mereka harus berbicara

dengan keras

Page 28: PENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS … filePENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS PENDEKATAN KOMUNIKASI TOTAL ... Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan

xxviii

(e) Penuturan mereka mungkin akan tidak sempurna karena pengalamannya dalam mendengar pembicaraan terbatas

b) Tuli 1) Serius (Severe)

(a) Tingkat hilangnya pendengaran antara 71 hingga 90 dB (b) Dapat mendengar bunyi yang keras pada jarak antara nol sampai

30,5 cm darinya (c) Mungkin hanya dapat membedakan sebagian dari bunyi saja. (d) Memiliki masalah dalam penuturan (e) Membutuhkan pendidikan khusus, alat bantu dengar, dan latihan

penuturan dan komunikasi 2) Sangat serius (profound)

a) Tingkat kehilangan pendengaran lebih dari 90dB b) Sulit untuk mendengar bunyi, walaupun keras. c) Memerlukan alat bantu pendengaran dan terapi penuturan d) Usia ketika kehilangan pendengaran. e) Anak-anak yang kehilangan pendengarannya sebelum dapat

bertutur dan berbahasa berada dalam kategori tuli pralingual yang biasanya menyebabkan masalah dalam pembelajar. Kehilangan pendengaransetelah dapat bertutur dan berbahasa disebut sebagai tuli pascalingual.

Puesche et al, seperti dikutip oleh Boothroyd (dalam Muljono Abdurrahman, 2003: 64 ) menjelaskan tentang tingkat ketunarunguan sebagai berikut :

a) Kehilangan pendengaran ringan berarti bahwa suara-suara dengan kekuatan sampai dengan 25-40 dB dan diatasnya tidak dapat didengar. Seseorang yang kehilangan pendengaran ringan dapat mendengar dan berpartisipasi dalam percakapan, akan tetapi mempunyai kesulitan dalam mendengar suara-suara dan bunyi-bunyi yang lembut. Namun demikian, biarpun mereka mungkin terlambat dalam perkembangan bahasabya, akan tetapi bicara dan artikulasinya normal.

b) Kehilangan pendengaran sedang berarti bahwa suara-suara dengan kekuatan 45-70 dB tidak dapat didengar. Pada tingkatan ini, percakapan yang normal sukar diikuti dan artikulasinya kurang baik. Perkembangan bahasa anak semacam ini biasanya terbelakang.

c) Kehilangan pendengaran berat berarti tidak dapat mendengar suara-suara sampai kekuatan 70-90 dB. Mereka sama sekali tidak dapat mengikuti percakapan yang normal. Sebagian besar apa yang diucapkan orang tidak didengar. Alat bantu dengar sangat menolong baik bagi anak yang kehilangan pendengaran sedang maupun berat.

d) Bagi orang yang kehilangan pendengaran sangat berat, suara-suara harus mempunyai kekuatan 90 dB atau lebih agar dapat didengar. Tidak mungkin untuk dapat mendengar suara percakapan yang normal dan alat bantu dengar sedikit sekali manfaatnya. Anak-anak yang tuli berat, biasanya belajar sistem komunikasi yang lain seperti bahasa isyarat atau menggunakan tulisan dalam berkomunikasi.

Page 29: PENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS … filePENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS PENDEKATAN KOMUNIKASI TOTAL ... Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan

xxix

Meninjau dari kedua pendapat tentang tingkat ketunarunguan di atas,

penulis membuat kesimpulan, bahwa katunarunguan memang dapat

diklasifikasikan berdasarkan taraf kehilangan pendengaran. Dasar klasifikasi ini

adalah yang paling berguna dalam pemberian tindak lanjut dalam pemberian

layanan maupun pendidikan bagi anak tunarungu. Dengan mengetahui berapa dB

kehilangan pendengaran anak, maka baik orangtua maupun guru di sekolah dapat

menyesuaikan segala bentuk cara berkomunikasi dengan anak yang lebih efektif.

2). Berdasarkan Letak Gangguan Pendengaran

Berdasarkan letak gangguan pendengaran ketunarunguan Somad dan

Didi Tarsidi dalam http://bintangbangsaku.com/artikel/2009/02/anak-

tunarungu/ mengemukakan bahwa Tunarungu dapat di- klasifikasikan sebagai

berikut:

a) Conductive loss, yaitu ketunarunguan yang terjadi bila terdapat gangguan pada bagian luar atau tengah telinga yang menghambat dihantarkannya gelombang bunyi ke bagian dalam telinga.

b) Sensorineural loss, yaitu ketunarunguan yang terjadi bila terdapat kerusakan pada bagian dalam telinga atau syaraf pendengaran yang mengakibatkan terhambatnya pengiriman pesan bunyi ke otak.

c) Central auditory processing disorder, yaitu gangguan pada sistem syaraf pusat proses pendengaran yang mengakibatkan individu mengalami kesulitan memahami apa yang didengarnya meskipun tidak ada gangguan yang spesifik pada telinganya itu sendiri. Anak yang mengalami gangguan pusat pemerosesan pendengaran ini mungkin memiliki pendengaran yang normal bila diukur dengan audiometer.

Puesche et al, seperti dikutip oleh Boothroyd (dalam Muljono Abdurrahman, 2003: 69 ) mengemukakan bahwa,” Kerusakan pendengaran dapat disebabkan kelainan-kelainan pada tiga komponen pendengaran, baik satu komponen saja ataupun gabungan di antara ketiganya, yaitu:

a) Kerusakan konduktif Kerusakan pendengaran yang terjadi apabila bagian luar dan bagian tengah telinga tidak meneruskan getaran suara ke bagian dalam telinga. Ini biasa disebut dengan tuli konduktif. Umumnya pada anak-anak disebabkan karena otitis media (infeksi atau peradangan pada telinga bagian tengah). Tuli konduktif kurang sensitif terhadap suara dan biasanya sampai 50-60 dB. Apabila hal ini terjadi pada masa anak sebelum sekolah, dapat berpengaruh pada perkembangan perseptualnya dan dapat berakibat kesukaran tingkah laku atau kesukaran belajar pada waktu ia masuk sekolah. Ini dapat disembuhkan melalui pengobatan atau melalui pembedahan.

Page 30: PENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS … filePENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS PENDEKATAN KOMUNIKASI TOTAL ... Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan

xxx

b) Kerusakan sensori Kerusakan pendengaran yang disebabkan karena kerusakan sensori, biasanya disebut dengan tuli sensoris atau tuli reseptif. Kerusakan sensori ini terjadi karena cochlea ( rumah siput ) tidak cukup mampu menghantarkan informasi mengenai macam-macam suara yang diterima dari bagian tengah telinga. Kemungkinan yang paling kuat sebab kerusakan sensori ini adalah karena kerusakan beberapa atau semua bagian yang halus pada cochlea. Anak yang tuli sensori atau tuli reseptif , akan kehilangan kemampuan dalam membedakan frekuensi suara, juga berkurangnya kemampuan dalam mengidentifikasi frekuensi-frekuensi suara yang sangat kompleks. Dengan demikian informasi yang disampaikan ke otak tidak rinci.

c) Kerusakan saraf Kerusakan saraf ini menyebabkan gangguan dalam memusatkan perhatian, mengingat, mengenal kembali, asosiasi, dan dalam memahami. Ini dapat disebabkan karena kerusakan langsung pada mekanisme saraf atau kerusakan tak langsung sebagai akibat dari kerusakan sensorik. Dari kedua penjelasan tersebut, penulis menyimpulkan bahwa

berdasarkan letak gangguan pendengaran, tunarungu dapat diklasifikasikan

menjadi tiga kategori yaitu tunarungu konduktif, sensori dan saraf. Masing-

masing jenis menunjukkan letak kerusakan yang mengakibatkan ketunarunguan.

Dengan klasifikasi ini, akan sangat membantu dalam penanganan secara medis

terhadap upaya penyembuhan atau pemaksimalan fungsi organ pendengaran anak.

Sehingga dapat menunjang segala aspek dalam kehidupan anak, baik secara

individu maupun sosial.

3). Berdasarkan Tingkat Keberfungsian Telinga

Somad dan Didi Tarsidi dalam (http://www.slbmuh-

palu.net/index.php?menu=news&id_news=828) mengemukakan klasifikasi

Anak tunarungu berdasarkan tingkat keberfungsian telinga dalam mendengar

bunyi, ketunarunguan dapat diklasifikasikan ke dalam empat kategori, yaitu:

a) Ketunarunguan ringan (mild hearing impairment), yaitu kondisi di mana orang masih dapat mendengar bunyi dengan intensitas 20-40 dB (desibel). Mereka sering tidak menyadari bahwa sedang diajak bicara, mengalami sedikit kesulitan dalam percakapan

b) Ketunarunguan sedang (moderate hearing impairment), yaitu kondisi di mana orang masih dapat mendengar bunyi dengan intensitas 40-65 dB. Mereka mengalami kesulitan dalam percakapan tanpa

Page 31: PENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS … filePENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS PENDEKATAN KOMUNIKASI TOTAL ... Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan

xxxi

memperhatikan wajah pembicara, sulit mendengar dari kejauhan atau dalam suasana gaduh, tetapi dapat terbantu dengan alat bantu dengar (hearing aid).

c) Ketunarunguan berat (severe hearing impairment), yaitu kondisi di mana orang hanya dapat mendengar bunyi dengan intensitas 65-95 dB. Mereka sedikit memahami percakapan pembicara bila memperhatikan wajah pembicara dengan suara keras, tetapi percakapan normal praktis tidak mungkin dilakukannya, tetapi dapat terbantu dengan alat bantu dengar.

d) Ketunarunguan parah (profound hearing impairment), yaitu kondisi di mana orang hanya dapat mendengar bunyi dengan intensitas 95 dB atau lebih keras. Percakapan normal tidak mungkin baginya, ada yang dapat terbantu dengan alat bantu dengar tertentu, sangat bergantung pada komunikasi visual.

Untuk kepentingan pendidikan Andreas Dwidjosumanto (dalam Sutjihati Somantri 1996 :74) mengemukakan klasifikasi berdasarkan tingkat keberfungsian telinga, sebagai berikut :

1. Tingkat I : Kehilangan kemampuan mendengar antara 35 sampai 54 dB, penderita hanya memerlukan latihan berbicara dan bantuan mendengar secara khusus.

2. Tingkat II: Kehilangan kemampuan mendengar antara 55 sampai 69 dB. Penderitanya kadang-kadang memerlukan penempatan sekolah secara khusus dalam kebiasaan sehari-hari memerlukan latihan berbicara, dan bantuan latihan berbahasa secara khusus.

3. Tingkat III : Kehilangan kemampuan mendengar antara 70 sampai 89 dB

4. Tingkat IV :Kehilangan kemampuan mendengar 90 dB ke atas Dari beberapa pendapat tentang klasifikasi anak tunarungu di atas, penulis

menyimpulkan bahwa, pada dasarnya anak tunarungu memang luas cakupannya

dan memang harus ditinjau dariberbagai sisi dalam proses klasifikasi. Di atas telah

disebutkan ada 4 aspek yang menjadi dasar klasifikasi, yaitu berdasarkan tahap

kehilangan pendengaran, letak gangguan pendengaran, taraf ketidakberfungsian

telinga, dan berdasarkan kebutuhan pendidikan dan budaya.

Klasifikasi tersebut bertujuan untuk mempermudah dalam pemberian

layanan dan pendidikan khusus bagi anak tunarungu, agar dalam kehidupan baik

individu serta sosial dapat berjalan dengan lancar dan meminimalkan bantuan dari

oranglain. Masing-masing dasar klasifikasi tersebut masih dapat diperluas lagi

nantinya, seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi.

Page 32: PENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS … filePENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS PENDEKATAN KOMUNIKASI TOTAL ... Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan

xxxii

d. Karakteristik Anak Tunarungu

1) Perkembangan Bahasa Anak Tunarungu

Perkembangan bahasa dan bicara berkaitan erat dengan ketajaman pendengaran. Akibat terbatasnya ketajaman pendengaran anak tunarungu tidak mampu mendengar dengan baik. Dengan demikian pada anak tunarungu tidak terjadi proses peniruan suara setelah perkembangan bahasa dan bicara anak tunarungu memerlukan pembinaan secara khusus dan intensif sesuai dengan kemampuan dan taraf ketunarunguannya. Sutjihati Somantri (1996:76) Mohammad Efendi (2006:75) mengemukakan bahwa, ”Ada dua hal

penting yang menjadi ciri khas hambatan anak tunarungu dalam aspek kebahasaannya. Pertama, konsekuensi akibat kelainan pendengaran (tunarungu) berdampak pada kesulitan dalam menerima segala macam rangsangan bunyi yang ada di sekitarnya. Kedua, akibat keterbatasannya dalam menerima rangsang bunyi pada penderita akan mengalami kesulitan dalam memproduksi suara atau bunyi bahasa yang ada di sekitarnya”.

In spite of consistent field research to the contrary there still exists within both the educational community and the general public a perception that traditional literacy, the ability to read and write, may not be an instructional priority for the student with Severe Speech And Physical Disabilities. Victoria Zascavage (2009:131)

Pendapat di atas menjelaskan bahwa, dalam beberapa penelitian

tentang kelompok pendidikan dan persepsi masyarakat awam menununjukkan

bahwa kemampuan membaca dan menulis pada anak tunarungu dalam kategori

serius mungkin kurang mendapat prioritas.

Andreas Dwidjosumarto(1996: 36) mengemukakan bahwa, “Karena anak tunarungu tidak bisa mendengar bahasa, kemampuan berbahasanya tidak akan berkembang bila ia tidak dididik atau dilatih secara khusus. Akibat dari ketidakmampuannya dibandingkan dengan anak yang mendengar dengan usia yang sama, maka dalam perkembangan bahasanya akan jauh tertinggal”.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa

perkembangan bahasa anak tunarungu memang sangat terbatas. Baik itu dari segi

perkembangan membaca, bahasa tulis dan ujaran. Hal ini merupakan dampak dari

kerusakan dan ketidakberfungsian organ pendengaran yang mereka alami. Akibat

dari adanya kerusakan itu akan mengakibatkan gangguan pada fungsi

pendengaran. Anak mengalami kesulitan untuk memperoleh dan mengolah

Page 33: PENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS … filePENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS PENDEKATAN KOMUNIKASI TOTAL ... Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan

xxxiii

informasi yang bersifat auditif. Sehingga dapat menimbulkan hambatan dalam

melakukan aktifitas berbahasa dan komunikasi secara verbal.

2) Perkembangan Emosi Anak Tunarungu

Herth dalam http://biokristi.sabda.org/biografi_helen_keller mengutip

perkataan Hellen Keller, yang buta dan tuli, di dalam otobiografinya menyatakan

bahwa “jika dia diberi kesempatan untuk memilih antara buta dan tuli, dia rela

memilih sebagai orang yang buta. Ini karena orang yang tuli akan merasa

terasing”.

Perkembangan sosial dan emosi anak yang memiliki masalah pendengaran sangat dipengaruhi oleh pengalaman mereka, perlakuan yang diterima, dan melalui kemampuan perkembangan mereka sendiri untuk membuat mereka mampu untuk mengungkapkan permasalahan mereka, keinginan, kebutuhan, dan untuk memahami perasaan oranglain. Jamila K. A Muhammad (2008:68)

Dari kedua pendapat di atas, maka penulis berpendapat bahwa masalah

komunikasi memberi implikasi terhadap kemandirian, kemampuan untuk bermain,

dan berbagi dengan rekan sebayanya. Kekurangan akan pemahaman akan bahasa

lisan atau tulisan seringkali menyebabkan anak tunarungu menafsirkan sesuatu

secara negatif atau salah dan hal ini sering menyebabkan tekanan pada emosinya.

Tekanan pada emosinya itu dapat menghambat perkembangan

pribadinya, dengan menampilkan sikap menutup diri, bertindak agresif atau

sebaliknya menampakkan kebingungan atau keragu-raguan.

Emosi anak tunarungu selalu bergolak di satu pihak karena kemiskinan

bahasanya dan di sisi lain karena pengaruh dari luar yang diterimanya. Anak

tunarungu bila ditegur oleh orang yang tidak dikenalnya akan tampak resah,

gelisah.

3) Perkembangan Sosial Anak Tunarungu

Jamila K. A Muhammad (2008: 68) berpendapat bahwa,” Perkembangan sosial dan emosi anak yang memiliki masalah pendengaran sangat dipengaruhi oleh pengalaman mereka, perlakuan yang diterima, dan melalui kemampuan perkembangan mereka sendiri untuk membuat mereka mampu untuk mengungkapkan permasalahan mereka, keinginan, kebutuhan, dan

Page 34: PENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS … filePENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS PENDEKATAN KOMUNIKASI TOTAL ... Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan

xxxiv

implikasi terhadap kemandirian, kemampuan untuk bermain, dan berbagi dengan rekan sebayanya”.

Sutjihati Somantri ( 1996 : 74 ) mengemukakan bahwa “Sudah menjadi

kejelasan bagi kita bahwa hubungan sosial banyak ditentukan oleh komunikasi

antara satu orang dengan oranglain”. Namun bagi anak tunarungu tidaklah

demikian karena anak ini mengalami hambatan dalam berbicara. Kemiskinan

bahasa membuat dia tidak mampu terlibat secara baik dalam situasi sosialnya.

Dan sebaliknya oranglain sulit memahami perasaan dan pikirannya.

Melihat kedua paparan di atas penulis menyimpulkan bahwa manusia

sebagai makhluk sosial yang selalu memerlukan kebersamaan dengan oranglain.

Demikian pula anak tunarungu tidak terlepas dari kebutuhan tersebut. Akan tetapi

dikarenakan mereka memiliki kelainan dalam segi fisik yang biasanya akan

menyebabkan suatu kelainan dalam penyesuaian diri terhadap lingkungan. Pada

umumnya lingkungan melihat mereka sebagai individu yang memiliki kekurangan

dan menilainya sebagai seorang yang kurang berkarya

2. Tinjauan Tentang Membaca Pemahaman

a. Pengertian Membaca

Meskipun media noncetak (televisi) telah banyak menggantikan

media cetak (buku), kemampuan membaca masih memegang peranan

penting dalam kehidupan manusia modern. Dengan kemajuan ilmu dan

tenologi yang sangat pesat, manusia harus terus-menerus memperbaharui

pengetahuan dan ketarampilannya.

Pengertian membaca dalam KBBI diartikan sebagai (1) proses melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis atau dengan melisankan atau hanya dalam hati.(2). Mengeja atau melafalkan apa yang ditulis.(3). Mengucapkan.

Puji santosa, (dalam Muhammad Rohmadi, 2008:63) mengemukakan bahwa, “membaca dapat diartikan pula proses menyuarakan yang bertujuan untuk mengembangkan minat baca dan memahami bahasa tulis”.

Menurut Harris seperti yang dikutip oleh Mercer (dalam Muljono Abdurrahman, 2003:201) menjelaskan bahwa, “ada lima tahap perkembangan membaca, yaitu (1) kesiapan membaca, (2) membaca permulaan (3) keterampilan membaca cepat (4) membaca luas, dan (5) membaca yang sesungguhnya”.

Page 35: PENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS … filePENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS PENDEKATAN KOMUNIKASI TOTAL ... Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan

xxxv

Kemampuan membaca merupakan dasar untuk menguasai berbagai bidang studi. Jika anak pada usia sekolah permulaan tidak segera memiliki kemampuan membaca, maka ia akan mengalami banyak mengalami kesulitan dalam mempelajari berbagai bidang bidang studi pada kelas-kelas berikutnya. Oleh karena itu, anak harus belajar membaca agar ia dapat membaca untuk belajar. Lerner (dalam Muljono Abdurrahman, 2003: 200).

Meskipun membaca merupakan suatu kemampuan yang sangat

dibutuhkan, tetapi ternyata tidak mudah untuk menjelaskan hakikat membaca.

Muljono Abdurrahman, (2003: 203) merangkum pengertian membaca menurut

beberapa ahli, antara lain:

1) A.S. Broto (1975:10) mengemukakan bahwa “membaca bukan hanya mengucapkan bahasa tulisan atau lambang bunyi bahasa, melainkan juga menanggapi dan memahami isi bahasa tulisan”.

2) Soedarso (1983: 4) mengemukakan bahwa “membaca merupakan aktivitas kompleks yang memerlukan sejumlah besar tindakan terpisah-pisah mencakup penggunaan pengertian, khayalan, pengamatan, dan ingatan. Manusia tidak mungkin dapat membaca tanpa menggerakan mata dan menggunakan pikiran”.

3) Bond (1975:5) mengemukakan bahwa “membaca merupakan penggenalan simbol-simbol bahasa tulis yang merupakan stimulus yang membantu proses mengingat apa yang di baca, untuk membangun suatu pengertian melalui pengalaman yang telah dimiliki”.

Berdasarkan berbagai pendapat tentang pengertian membaca di atas,

penulis menyimpulkan bahwa membaca merupakan suatu proses yang sangat

kompleks. Bukan hanya sekedar penggenalan simbol-simbol bahasa tulis, tetapi

lebih kepada stimulus yang membantu proses mengingat apa yang di baca, untuk

membangun suatu pengertian melalui pengalaman yang telah dimiliki.

Membaca sangatlah penting, terutama dalam proses pencarian informasi

secara visual. Dengan banyak membaca, pengetahuan akan bertambah dan

cakrawala pandang mengenai berbagai hal yang sedang berkembang terutama

dalam ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat.

b. Pengertian Membaca Pemahaman

Daryanto (1997: 101) mengemukakan bahwa “Dalam hubungan dengan

satuan pelajaran, ranah kognitif memegang peran paling utama “. Yang menjadi

tujuan pengajaran di SD, SMP, dan SMA pada umumnya adalah peningkatan

Page 36: PENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS … filePENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS PENDEKATAN KOMUNIKASI TOTAL ... Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan

xxxvi

kemampuan siswa dalam aspek kognitif . Aspek kognitif dibedakan atas enam

jenjang menurut taksonomi Bloom (1956). Salah satu diantaranya adalah aspek

pemahaman (comprehension).

Daryanto (1997:106) berpendapat bahwa Kemampuan memahami

dapat dijabarkan menjadi tiga, yaitu :

a Menerjemahkan ( translation ) Pengertian menerjemahkan disini bukan saja pengalihan (translation) arti bahasa yang satu ke dalam bahasa yang lain. Dapat juga dari konsepsi abstrak menjadi suatu model, yaitu model simbolik untuk mempermudah orang mempelajarinya. Pengalihan konsep yang dirumuskan dengan kata-kata ke dalam gambar grafik dapat dimasukkan dalam kategori menerjemahkan.

b Menginterpretasikan Kemampuan ini lebih luas dari pada menerjemahkan. Ini adalah kemampuan untuk mengenal dan memahami.

c Mengekstrapolasi Agak lain dari menerjemahkan dan menafsirkan, tetapi lebih tinggi sifatnya. Ia menuntut kemampuan intelektual yang lebih tinggi.

Menurut Ekwall seperti yang dikutip oleh Hargrove dan Poteet (dalam Mulyono Abdurrahman, 2003: 194) ada tujuan kemampuan yang ingin dicapai melalui membaca pemahaman, yaitu:

a) mengenal ide pokok suatu bacaan b) mengenal detail yang penting c) mengembangkan imajinasi visual d) meramalkan hasil e) mengikuti petunjuk f) mengenal organisasi kerangan g) membaca kritis Untuk melatih anak membaca pemahaman, guru biasanya menugaskan

kepada anak untuk membaca yang dikenal dengan membaca dalam hati. Dengan

demikian, tujuan membaca dalam hati pada hakikatnya sama dengan membaca

pemahaman. Perbedaannya, anak-anak yang masih duduk di SD, tampaknya

masih sulit untuk mencapai tujuan seperti yang dikemukakan oleh Ekwall di atas.

Menurut Hragrove dan Poteet (dalam Mulyono Abdurrahman, 2003: 169)

ada sepuluh perilaku yang manjadi indikator kesulitan belajar membaca dalam

hati. Kesepuluh indikator tersebut adalah :

a) menunjuk tiap kata yang sedang dibaca dengan jari b) menelusuri baris yang sedang dibaca dari kiri ke kanan dengan jari c) menelusuri baris-baris yang sedang dibaca dari atas ke bawah d) membaca dengan berbisik

Page 37: PENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS … filePENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS PENDEKATAN KOMUNIKASI TOTAL ... Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan

xxxvii

e) mengucapkan kata dengan keras f) menggerakkan kepala, bukan mata g) menempatkan buku dengan cara yang aneh h) menempatkan buku pada jarak pandang yang terlalu dekat. i) sering melihat gambar, jika ada j) hanya memandang secara sekilas dan kemudian berkata, “saya sudah

selesai”. Ruddell seperti dikutip oleh Hargrove dan Poteet (dalam Mulyono

Abdurrahman, 2003: 195) telah mengembangkan kerangka kerja lain tentang

bermacam-macam keterampilan membaca pemahaman. Kerangka kerja tersebut

mengkonseptualitaskan pemahaman sebagai suatu kontinum dari taraf faktual,

taraf interpretasi, hingga taraf aplikatif. Untuk sampai pada taraf faktual, anak

harus mengidentifikasi dengan mengingat data atau informasi yang ada dalam

bacaan. Untuk memilih pemahaman pada taraf interpretatif, anak harus melakukan

analisis, rekonstruksi atau pengujian, dan untuk sampai pada taraf aplikatif, anak

harus menggunakan atau mengaplikasikan data pada situasi baru.

Tabel. 2. Keterampilan Membaca Pemahaman

No Kompetensi Katerampilan Taraf Pemahaman

Faktual Interpretatif Aplikatif

1 Detail

a. Mengidentifikasi √ √

b. Membandingkan √ √ √

c. Mengklasifikasi √ √

2. Urutan √ √ √

3. Sebab dan akibat √ √ √

4. Ide Pokok √ √ √

5. Meramalkan hasil √ √

6. Mengevaluasi

a. Pertimbangan Pribadi √ √ √

b. Identifikasi Karakter √ √

c. Identifikasi Motif Pengarang √ √

7. Pemecahan masalah √

Page 38: PENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS … filePENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS PENDEKATAN KOMUNIKASI TOTAL ... Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan

xxxviii

Dari beberapa pendapat tentang membaca pemahaman di atas, penulis

berpendapat bahwa pemahaman atau comprehension dapat diartikan menguasai

sesuatu dengan pikiran. Karena itu maka belajar berarti harus mengerti secara

mental makna filosofisnya, maksud dan implikasi serta aplikasi-aplikasinya,

sehingga menyebabkan siswa dapat memahami suatu situasi. Memahami

maksudnya, menangkap maknanya, adalah tujuan akhir dari setiap belajar.

Pemahaman atau comprehension memiliki arti yang sangat mendasar yang

meletakkan bagian-bagian belajar pada proporsinya. Tanpa itu, maka skill

pengetahuan dan sikap tidak akan bermakna.

Kemampuan ini umumnya mendapat penekanan dalam proses belajar-

mengajar. Siswa dituntut memahami atau mengerti apa yang diajarkan,

mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan dan dapat memanfaatkan isinya

tanpa keharusan menghubungkannya dengan hal-hal lain. Bentuk soal yang sering

digunakan untuk mengukur kemampuan ini adalah pilihan ganda atau uraian.

c. Membaca Pemahaman untuk Anak Tunarungu

Cruickshank (dalam Mohammad Efendi 2006 :79 ) mengemukakan

bahwa “anak tunarungu seringkali memperlihatkan keterlambatan dalam belajar

dan kadang-kadang tampak ter-belakang”. Kondisi ini tidak hanya disebabkan

oleh derajat gangguan pendengaran yang dialami oleh anak, melainkan juga

tergantung kepada potensi kecerdasan yang dimilikinya. Rangsangan mental serta

dorongan dari lingkungan sekitar dapat memberikan kesempatan bagi anak

tunarungu untuk mengembangkan kecerdasannya.

Menyiasati masalah prestasi akademik yang dicapai oleh rata-rata anak tunarungu, Pusat Studi Demografi Univeritas Gallaudet ( Universitas yang mahasiswanya sebagian besar penderita tunarungu) yang berkedudukan di Amerika Serikat melakukan sebuah riset. Berdasarkan hasil kajiannya yang setiap tahun menyelenggarakan tes prestasi Stanford bagi anak tunarungu, dapat disimpulkan bahwa anak tunarungu berusia 10 tahun memiliki kemampuan setingkat dengan anak kelas II dalam membaca dan berhitung. Sedangkan anak tunarungu berusia 17 tahun memiliki kemampuan setingkat dengan anak kelas IV dalam hal berhitung. Masih menggunakan tes yang sama ( tes prestasi Stamford ). Gentile, (dalam Mohammad Efendi 2006 :79)

Page 39: PENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS … filePENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS PENDEKATAN KOMUNIKASI TOTAL ... Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan

xxxix

Jensema (dalam Mohammad Efendi 2006 :80) mencatat bahwa anak tunarungu yang memasuki periode usia 10 tahun dari usia 8-10 tahun, rata-rata yang memasuki periode usia 10 tahun dari usia 8-10 tahun, rata-rata yang mengalami penambahan kosakata sebanyak pada murid-murid yang normal pendengarannya antara permulaan taman kanak-kanak hingga akhir kelas II. Ditambah pula, kemampuan membaca anak tunarungu usia 14 tahun setingkat dengan anak kelas III.

Trybus dan Kurchmer (dalam Mohammad Efendi 2006 :80) melaporkan

hasil penelitiannya tentang kemajuan membaca dan berhitung pada 1.543 anak

tunarungu usia 3 tahun. Ia menemukan bahwa pemahaman membaca anak

tunarungu usia 9 tahun setingkat anak kelas II, dan pada usia 20 tahun setingkat

dengan anak normal kelas V.

Telah banyak pemaparan tentang membaca pemahaman, penulis

berpedapat bahwa membaca pemahaman pada anak tunarungu memang sangat

sulit. Keterbatasan pendengaran membuat anak tunarungu mengalami hambatan

dalam perkembangan bahasa, terutama dalam membaca pemahaman. Sangat

kompleksnya aspek-aspek yang terlibat didalamnya, yang membutuhkan juga

peran indera pendengaran dalam menangkap informasi auditif.

Kemampuan membaca mereka sangat tertinggal dibanding dengan anak

normal seusianya. Kemampuan mereka sebagian besar setara dengan anak normal

yang usianya berada di bawah mereka. Kemiskinan kosakata membuat anak tuna

rungu kesulitan dalam memahami suatu bacaan

3. Kajian Tentang Media

a. Pengertian Media

Proses belajar mengajar akan lebih variatif dan kreatif jika

menggunakan media pembelajaran. Azhar Arsyad ( 2005 : 3) menyatakan

bahwa ”Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah

berarti ’tengah’, ’perantara’ atau ’pengantar’. Dalam bahasa Arab, media

adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima”.

Gerlach & Ely ( dalam Azhar Arsyad, 2005 : 3 ) berpendapat bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Dalam pengertian ini, guru, buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan media. Secara lebih khusus,

Page 40: PENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS … filePENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS PENDEKATAN KOMUNIKASI TOTAL ... Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan

xl

pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal.

Pengertian lain dikemukakan oleh Mc Luhan (dalam Basuki Wibawa,

2001: 11) bahwa ”Media sangat luas sehingga mencakup semua alat

komunikasi dari seseorang ke oranglain yang tidak ada di hadapannya”.

Sedangkan menurut pendapat Romiszowski (dalam Basuki Wibawa, 2001: 12)

” Media adalah pembawa pesan yang berasal dari suatu sumber pesan ( yang

berupa orang atau benda ) kepada penerima pesan.

Dari beberapa pendapat di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa

media memang memiliki makna yang luas. Tetapi bila ditinjau dari bidang

pendidikan utamanya dalam proses belajar mengajar, penerima pesan itu

adalah siswa, pembawa pesan (media) itu berinteraksi dengan siswa melalui

indera mereka. Siswa dirangsang oleh media itu untuk menggunakan

inderanya untuk menerima informasi.

b. Ciri-ciri Media Pendidikan

Perolehan pengetahuan dan keterampilan, perubahan-perubahan sikap

dan tingkah laku dapat terjadi karena interaksi antara pengalaman baru dengan

pengalaman yang pernah dialami sebelumnya. Menurut Bruner ( dalam Azhar

Arsyad, 2005 : 7 ) ”Ada 3 tingkatan utama modus belajar, yaitu pengalaman

langsung (enactive), pengalaman piktorial / gambar ( iconic), dan pengalaman

abstrak (symbolic)”.

Gerlach & Ery ( dalam Azhar Arsyad, 2005 : 12 ) mengemukakan tiga ciri media yang merupakan petunjuk mengapa media digunakan dan apa-apa saja yang dapat dilakukan oleh media yang mungkin guru tidak mampu (atau kurang efisien) melakukannya. Adapun ciri-ciri tersebut antara lain : 1) Ciri Fiksasi ( Fixative Property)

Ciri ini menggambarkan kemampuan media merekam, menyimpan, melestarikan, dan merekonstruksi suatu peristiwa atau objek. Suatu peristiwa atau objek dapat diurut dan disusun kembali dengan media seperti fotografi, video tape, audio tape, disket komputer, dan film.

2) Ciri Manipulatif Kemampuan media dari ciri manipulatif memerlukan perhatian

sungguh-sunguh karena apabila terjadi kesalahan dalam pengaturan

Page 41: PENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS … filePENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS PENDEKATAN KOMUNIKASI TOTAL ... Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan

xli

kembali urutan kejadian atau pemotongan bagian-bagian yang salah, maka akan terjadi pula kesalahan penafsiran yang tentu saja akan membingungkan dan bahkan menyesatkan sehingga dapat mengubah sikap mereka ke arah yang tidak diinginkan.

3) Ciri Distributif Ciri distributif dari media memungkinkan suatu objek atau

kejadian ditransformasikan melalui ruang, dan secara bersamaan kejadian tersebut disajikan kepada sejumlah besar siswa dengan stimulus pengamatan yang relatif sama mengenai kejadian itu.

Dari beberapa pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa ciri-ciri

media pendidikan tidak dapat terlepas dari peran media tersebut dalam membantu

proses belajar mengajar. Ciri dasar media pembelajaran adalah menurut penulis

antara lain :(1) Bersifat nyata dan dapat terbuat dari bahan apapun, (2) Membantu

siswa dalam lelahami sesuatu yang bersifat rumit (3) Memberikan pengalaman

belajar yang berbeda dan bervariasi.

c. Fungsi dan Manfaat Media Pendidikan

Azhar Arsyad, (2005 : 15) berpendapat bahwa, ” dalam suatu proses

belajar mengajar, ada dua unsur yang amat penting adalah metode mengajar dan

media pembelajaran”. Kedua aspek ini memang sangat berkaitan satu sama lain.

Pemilihan metode mengajar tertentu akan mempengaruhi jenis media yang

digunakan oleh seorang guru dalam proses pembelajaran.

Hamalik (dalam Azhar Arsyad, 2005 : 15) mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa.

Basuki Wibawa, ( 2001: 12 ) berpendapat bahwa ”media dapat digunakan

dalam proses belajar mengajar dengan dua arah cara, yaitu sebagai alat bantu

mengajar dan sebagai media belajar yang dapat digunakan oleh siswa sendiri”.

Levie & Lentz (dalam Azhar Arsyad, 2005 : 16) mengemukakan empat

fungsi media pembelajaran, khususnya media visual, yaitu :

1) Fungsi atensi Media visual merupakan inti, yaitu menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran.

2) Fungsi afeksi

Page 42: PENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS … filePENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS PENDEKATAN KOMUNIKASI TOTAL ... Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan

xlii

Media visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan siswa ketika belajar (atau membaca) teks yang bergambar. Gambar atau lambang visual dapat menggugah emosi dan sikap siswa, misalnya informasi yang menyangkut masalah sosial atau ras.

3) Fungsi kognisi Media visual terlihat dari temuan-temuan penelitian yag mengungkapkan bahwa lambang-lambang atau gambar memperlancar pencapaan tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar.

4) Fungsi kompensatori Media pembelajaran terlihat dari hasil penelitian bahwa media visual yang memberikan konteks untuk memahami teks membantu siswa yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatnya kembali. Dengan kata lain, media pembelajaran berfungsi untuk mengakomodasikan siswa yang lemah dan lambat menerima dan memahami isi pelajaran yang disajikan dengan teks atau disajikan secara verbal.

Media pembelajaran menurut Kemp & Dayton ( 1985:28 ), dapat

memenuhi tiga fungsi utama apabila media itu digunakan untuk perorangan,

kelompok, atau kelompok pendengar yang besar jumlahnya, yaitu:

1) Memotivasi minat atau tindakan Untuk tujuan memotivasi media pembelajaran dapat direalisasikan dengan teknik drama atau hiburan. Hasil yang diharapkan adalah melahirkan minat dan merangsang para siswa atau pendengar untuk bertindak.

2) Menyajikan informasi Untuk tujuan informasi, media pembelajaran dapat digunakan dalam rangka penyampaian informasi di hadapan sekelompok siswa. Isi dan bentuk penyajian bersifat amat umum, berfungsi sebagai pengantar, ringkasan laporan, atau pengetahuan latar belakang.

3) Memberi instruksi Media berfungsi untuk tujuan istruksional di mana informasi yang terdapat dalam media itu harus meliatkan siswa baik dalam benak atau mental maupun dalam bentuk aktivitas yang nyata sehingga pembelajaran dapat terjadi.

Kemp & Dayton (1985:3-4 dalam Azhar Arsyad, 2005 : 21-23) juga

mengemukakan beberapa hasil penelitian yang menunjukkan dampak positif dari

penggunaan media sebagai bagian integral pembelajaran di kelas atau bagaimana

cara utama pembelajaran langsung sebagai berikut :

1) Penyampaian pelajaran menjadi lebih baku 2) Pembalajaran bisa lebih menarik

Page 43: PENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS … filePENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS PENDEKATAN KOMUNIKASI TOTAL ... Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan

xliii

3) Pembelajaran menjadi lebih interaktif dengan diterapkannya teori belajar dan prinsip-prinsip psikologis yang diterima dalam hal partisipasi siswa, umpan balik, dan penguatan.

4) Lama waktu pembelajaran yang diperlukan dapat dipersingkat karena kebanyakan media hanya memerlukan waktu singkat untuk mengantarkan pesan-pesan dan isi pelajaran dalam jumlah yang cukup banyak dan kemungkinannya dapat diserap oleh siswa lebih besar.

5) Kualitas hasil belajar dapat ditingkatkan bila mana integrasi kata dan gambar sebagai media pembelajaran dapat mengkomunikasikan elemen-elemen pengetahuan denga cara yang terorganisasikan dengan baik, spesifik dan jelas.

6) Pembelajaran dapat diberikan kapan dan di mana diinginkan atau diperlukan terutama jika media pembelajaran dirancang untuk penggunaan secara ndividu.

7) Sikap positif siswa terhadap apa yang mereka pelajari dan terhadap proses belajar dapat ditingkatkan.

8) Peran guru dapat berubah ke arah yang lebih positif. Sudjana & Rivai (1992 : 2 dalam Azhar Arsyad, 2005 : 24-25),

mengemukakan manfaat media pembelajaran dalam proses belajar siswa, yaitu :

1) Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar

2) Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran.

3) Metode mengajarkan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi kalau guru mengajar pada setiap jam pelajaran.

4) Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, memerankan, dan lain-lain. Basuki Wibawa, ( 2001: 14 ) berpendapat bahwa, ”media itu dapat

membantu guru memberikan informasi dengan lebih baik :

1) Media mampu memperlihatkan gerak cepat yang sulit diamati dengan cermat oleh mata biasa

2) Media dapat memperbesar benda-benda keci yang tak dapat dilihat oleh mata telanjang

3) Sebuah objek yang sangat besar tentu saja tidak dapat dibawa ke dalam kelas

4) Objek yang terlalu kompleks misalnya mesin atau jaringan radio dapat disajikan dengan menggunakan diagram atau model yang disederhanakan.

Page 44: PENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS … filePENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS PENDEKATAN KOMUNIKASI TOTAL ... Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan

xliv

5) Media dapat menyajikan suatu proses atau pengalaman hidup yang utuh.

Dari beberapa pendapat tentang fungsi dan manfaat media, penulis

menyimpulkan bahwa media memiliki berbagai fungsi dan manfaat yang sangat

penting dalam pembelajaran. Media ibarat jembatan penghubung antara dua jalan

yang terputus. Jalan yang satu adalah materi yang diberikan oleh guru yang

dianggap sulit bagi siswa, sedangkan jalan yang kedua adalah pemahaman siswa.

Dengan media sebagai jembatan penghubung tersebut, terlihat jelas bahwa fungsi

dan manfaat media sangatlah besar. Terutama dalam memahamkan siswa terhadap

sesuatu yang memang sangat rumit dan perlu penjelasan riil.

d. Pemilihan Media Pengajaran

Azhar Arsyad, (2005 : 72-74) menjelaskan bahwa,”dari segi teori belajar,

berbagai kondisi dan prinsip-prinsip psikologis yang perlu mendapat

pertimbangan dalam pemilihan dan penggunaan media adalah sebagai berikut:

1) Motivasi. Harus ada kebutuhan, minat, atau keinginan untuk belajar dari pihak siswa sebelum memperhatikannya untuk mengerjakan tugas dan latihan. Lagi pula, pengalaman yang dialami siswa harus relevan dengan dan bermakna baginya. Oleh karena itu, perlu untuk melahirkan minat itu dengan perlakuan yang memotivasi dari informasi yang terkandung dalam media pembelajaran itu.

2) Perbedaan individual. Siswa belajar dengan cara dan tingkat kecepatan yang berbeda-beda. Faktor-faktor seperti kemampuan dan kesiapan siswa untuk belajar. Tingkat kecepatan penyajian informasi melalui media hanya berdasarkan kepada tingkat pemahaman.

3) Tujuan pembelajaran. Jika siswa diberitahukan apa yang diharapkan mereka pelajari melalui pembelajaran itu, kesempatan untuk berhasil dalam pembelajaran semakin besar. Tujuan ini akan menentukan bagian isi yang mana yang harus mendapatkan perhatian pokok dalam media pembelajaran.

4) Organisasi isi. Pembelajaran akan lebih mudah jika isi dan prosedur atau keterampilan fisik yang akan dipelajari diatur dan diorganisasikan ke dalam urutan-urutan yang bermakna. Siswa akan memahami dan mengingat lebih lama materi pelajaran yang secara logis disusun dan diurut-urutkan secara teratur. Dengan cara seperti itu, tingkatan materi yang akan disajikan ditetapkan berdasarkan kompleksitas dan tingkat kesulitan materi itu. Dengan cara seperti ini dalam pengembangan dan penggunaan media, siswa dapat dibantu untuk secara lebih baik mensintesis dan memadukan pengetahuan yang akan dipelajari

Page 45: PENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS … filePENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS PENDEKATAN KOMUNIKASI TOTAL ... Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan

xlv

5) Persiapan sebelum belajar. Siswa sebaiknya telah menguasai secara baik pelajaran dasar atau memiliki pengalaman yang diperlukan secara memadai yang mungkin merupakan prasyarat untuk penggunaan media dengan sukses. Dengan kata lain, ketika merancang materi pelajaran, perhatian harus ditujukan kepada sifat dan tingkat persiapan siswa.

6) Emosi. Pembelajaran yang melibatkan emosi dan perasaan pribadi serta kecakapan amat berpengaruh dan bertahan. Media pembelajaran adalah cara yang sangat baik untuk menghasilkan respons emosional seperti takut, cems, empati, cinta kasih, dan kesenangan.

7) Partisipasi. Agar pembelajaran berlangsung dengan baik, seorang siswa harus menginternalisasi informasi, tidak sekedar diberitahukan kepadanya. Oleh karena itu, belajar memerlukan kegiatan. Partisipasi aktif oleh siswa jauh lebih baik daripada mendengarkan dan menonton secara pasif.

8) Umpan balik. Hail belajar dapat meningkat apabila secara berkala siswa diinformasikan kemajuan belajarnya. Pengetahuan tentang hasil belajar, pekerjaan yang baik, atau kebutuhan untuk perbaikan pada sisi-sisi tertentu akan memberikan sumbangan terhadap motivasi belajar yang berkelanjutan.

9) Penguatan ( reinforcement ). Apabila siswa berhasil belajar, ia didorong untuk terus belajar. Pembelajaran yang didorong oleh keberhasilan amat bermanfaat dapat membangun keprcayaan diri, dan secara positif mempengaruhi perilaku di masa-masa yang akan datang.

10) Latihan dan pengulangan. Agar sesuatu pengetahuan atau keterampilan dapat menjadi bagian kompetensi atau kecakapan intelektual seseorang, haruslah pengetahuan atau keterampilan itu sering diulangi dan dilakukan dalam berbagai konteks.

11) Penerapan. Hasil belajar yang diinginkan adalah meningkatkan kemampuan seseorang untuk menerapkan atau mentransfer hasil belajar pada masalah atau situasi baru.

Azhar Arsyad, (2005 : 75) mengungkapkan bahwa, ”Seperti telah diuraikan di atas, kriteria pemilihan media bersumber dari konsep bahwa media merupakan bagian dari sistem instruksional secara keseluruhan. Untuk itu, ada beberapa kriteria yang patut diperhatikan dalam memilih media:

1) Sesuai dengan tujaun yangingin dicapai 2) Tepat untuk mendukung isi pelajaran yang bersifat fakta, konsep,

prinsip, atau generalisasi. 3) Praktis, luwes, dan bertahan 4) Guru terampil menggunakannya 5) Pengelompokan sasaran 6) Mutu teknis

Page 46: PENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS … filePENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS PENDEKATAN KOMUNIKASI TOTAL ... Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan

xlvi

Dari beberapa pendapat di atas, penulis berpendapat bahwa kriteria yang

paling utama dalam pemilihan media bahwa media harus disesuaikan dengan

tujuan pembelajaran atau kompetensi yang ingin dicapai. Contoh : bila tujuan atau

kompetensi peserta didik bersifat menghafalkan kata-kata tentunya media audio

yang tepat untuk digunakan. Jika tujuan atau kompetensi yang dicapai bersifat

memahami isi bacaan maka media cetak yang lebih tepat digunakan. Kalau tujuan

pembelajaran bersifat motorik (gerak dan aktivitas), maka media film dan video

bisa digunakan. Di samping itu, terdapat kriteria lainnya yang bersifat melengkapi

(komplementer), seperti: biaya, ketepatgunaan; keadaan peserta didik;

ketersediaan; dan mutu teknis.

e. Klasifikasi dan Jenis Media

Azhar Arsyad, (2005 : 65) mengungkap klasifikasi dan jenis media,

antara lain:

1) Media audio Media audio berfungsi untuk menyalurkan pesan audio dari sumber ke

penerima pesan. Ada beberapa jenis media yang dapat kita kelompokkan dalam media audio antara lain radio, piringan audio, tape recorder, phonograph, telepon, laboratorium bahasa, public address system, dan rekaman tulisan jauh.

2) Media visual Media visual dibedakan menjadi dua, yaitu : a). Media visual diam antara lain : foto, ilustrasi, flash card, gambar

pilihan dan potongan gambar, film rangkai, transparansi, proyector, dan tachitoscopes, serta grafik, bagan, gambar katun, peta, dan globe.

b). Media visual bergerak meliputi gambar-gambar proyeksi bergerak seperti film bisu dan sebagainya.

3) Media audio visual Media ini menjadi lebih efektif penggunaannya bila dibandingkan dengan media pesan visual saja. Kemampuannya akan meningkat lagi bila media pesan visual ini dilengkapi dengan karakteristik gerak. Media yang terakhir ini tidak saja dapat menyampaikan pesan-pesan yang lebih rumit, tapi juga lebih realistis. Salah satu contoh media audio visual adalah Film. Adapun kelebihan film untuk pembelajaran antara lain : a). Lebih mendekati realistis b). Lebih menarik perhatian siswa c). Dapat mengatasi keterbatasan indera penglihatan d). Dapat diputar ulang

Page 47: PENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS … filePENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS PENDEKATAN KOMUNIKASI TOTAL ... Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan

xlvii

Demikian juga bermain peran, verja lapangan, relajar dengan bantuan komputer, memiliki kerakteristik yang sangat berbeda dengan media audio, visual, dan audio visual.

Terdapat berbagai jenis media belajar Menurut Akhmad Sudrajat

(dalam http://garengs-sofian.blogspot.com/2009/08 ), diantaranya:

1. Media Visual : grafik, diagram, chart, bagan, poster, kartun, komik 2. Media Audial : radio, tape recorder, laboratorium bahasa, dan sejenisnya 3. Projected still media : slide; over head projektor (OHP), in focus dan

sejenisnya 4. Projected motion media : film, televisi, video (VCD, DVD, VTR),

komputer dan sejenisnya. Sejalan dengan perkembangan IPTEK penggunaan media, baik yang

bersifat visual, audial, projected still media maupun projected motion media bisa

dilakukan secara bersama dan serempak melalui satu alat saja yang disebut Multi

Media. Contoh : dewasa ini penggunaan komputer tidak hanya bersifat projected

motion media, namun dapat meramu semua jenis media yang bersifat interaktif.

Hubungan antara media dengan tujuan pembelajaran menurut Allen (dalam Akhmad Sudrajat http://garengs-sofian.blogspot.com/2009/08/), sebagaimana terlihat dalam tabel di bawah ini:

Tabel.3. Hubungan Media dengan Tujuan Belajar

Jenis Media 1 2 3 4 5 6 Gambar Diam S T S S R R Gambar Hidup S T T T S S Televisi S S T S R S Obyek Tiga Dimensi R T R R R R Rekaman Audio S R R S R S Programmed Instruction S S S T R S Demonstrasi R S R T S S Buku teks tercetak S R S S R S

Keterangan : R = Rendah S = Sedang T= Tinggi 1 = Belajar Informasi faktual 2 = Belajar pengenalan visual 3 = Belajar prinsip, konsep dan aturan 4 = Prosedur belajar 5 = Penyampaian keterampilan persepsi motorik 6 = Mengembangkan sikap, opini dan motivasi

Dari beberapa pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa pada

dasarnya klasifikasi dan jenis media dibagi berdasarkan sifat dan tujuan belajar.

Page 48: PENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS … filePENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS PENDEKATAN KOMUNIKASI TOTAL ... Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan

xlviii

Keterangan : R = Rendah S = Sedang T= Tinggi 1 = Belajar Informasi faktual 2 = Belajar pengenalan visual 3 = Belajar prinsip, konsep dan aturan 4 = Prosedur belajar 5 = Penyampaian keterampilan persepsi motorik 6 = Mengembangkan sikap, opini dan motivasi

Dari beberapa pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa pada

dasarnya klasifikasi dan jenis media dibagi berdasarkan sifat dan tujuan belajar.

Berdasarkan sifatnya ada media audio, visual,dan audio visual. Sedangkan

berdasarkan tujuan belajar ada gambar diam, gambar hidup, televisi, obyek tiga

dimensi, rekaman audio, programmed instruction, demonstrasi, buku teks

bercetak, dan lain-lain. Dari semua jenis dan klasifikasi ini, memang sangat

diperlukan dalam pengenalan masing-masing fungsinya, yang akan

mempermudah guru dalam mencari solusi dalam memecahkan permasalahan

dalam mengajar yang memerlukan media.

f. Media Animasi

Pengertian animasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ( Depdiknas,

1990: 53 ) tersurat bahwa “Animasi adalah acara televisi yang berbentuk

rangkaian lukisan atau gambar yang digerakkan secara mekanik elektronis

sehingga tampak di layar menjadi bergerak”.

Menurut Reiber (dalam http://biologi-staincrb.web.id/blog/artikel-

pendidikan) “bagian penting lain pada multimedia adalah animasi. Animasi dapat

digunakan untuk menarik perhatian peserta diklat jika digunakan secara tepat,

tetapi sebaliknya animasi juga dapat mengalihkan perhatian dari substansi materi

yang disampaikan ke hiasan animatif yang justru tidak penting”.

Membahas tentang animasi, tidak akan terlepas dari bantuan komputer

dan multimedia. Tinjauan mengenai hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian yang

dilakukan oleh Coldbeck (dalam Gene L Wilkinson, 1984 : 25) telah mengkaji

150 orang siswa sekolah menengah negeri yang tergabung dalam enam kelompok.

Kelompok pertama belajar dengan buku teks yang terprogram (programmed text),

kelompok kedua dengan pengajaran kelas biasa, kelompok ketiga belajar dengan

Page 49: PENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS … filePENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS PENDEKATAN KOMUNIKASI TOTAL ... Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan

xlix

kombinasi kelas biasa dan teks terprogram. Ternyata kelompok ketiga mencapai

hasil yang secara signifikan lebih baik dari pada dua kelompok lainnya.

Suatu variasi pembelajaran terprogram adalah dengan menggunakan

komputer untuk menyajikan bahan-bahan pembelajarannya sebagai pengganti

buku teks, disebut pembelajaran dengan bantuan komputer ( Computer Assisted

Instruction ). Atkinson (dalam Gene L Wilkinson, 1984 : 26) meneliti pengajaran

membaca yang diberikan dengan memakai terminal komputer selama 20 menit

perhari bagi siswa kelas 1. Hasilnya menunjukkan bahwa 0 dari 10 perbandingan

mencapai hasil yang lebih baik secara signifikan pada tes akhir yang telah

distandarkan daripada mereka yang tidak menggunakan komputer.

Dari beberapa pendapat di atas penulis berpendapat bahwa, animasi

biasanya identik dengan gambar, meski tidak menutup

kemungkinan untuk membuat animasi melalui medium lainnya seperti

fotografi ataupun objek. Hal ini terutama karena pada dasarnya

animasi adalah menciptakan gerakan, dan cara termudah adalah dengan

menggambar rangkaian gerakan. Sehingga bisa dikatakan bahwa animasi

adalah media berbasis kartun. Kesamaan dalam visualisasi antara komik

strip (yang dikenal juga sebagai kartun strip) dengan animasi membuat

istilah film kartun menjadi semakin lekat dengan animasi.

Animasi dapat membantu proses pelajaran jika peserta didik dapat

melakukan proses kognitif dibantu dengan animasi, sedangkan tanpa animasi

proses kognitif tidak dapat dilakukan. Berdasarkan penelitian, peserta didik yang

memiliki latar belakang pendidikan dan pengetahuan rendah cenderung

memerlukan bantuan, salah satunya animasi, untuk menangkap konsep materi

yang disampaikan.

4. Tinjauan Tentang Komunikasi Total

Anak tuna rungu tidak bisa berkomunikasi dengan mengandalkan

bahasa lisan atau oral saja, karena bahasa lisan anak tunarungu tidak dapat

berkembang secara wajar. Mereka miskin dalam lambang bahasa, terutama

Page 50: PENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS … filePENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS PENDEKATAN KOMUNIKASI TOTAL ... Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan

l

lambang bahasa lisan. Sebagai akibatnya, mereka menggunakan cara lain sebagai

pengganti bahasa lisan yaitu dengan bahasa isyarat.

Isyarat-isyarat yang mereka gunakan sangat beranekaragam, sehingga

sulit dipahami oleh lawan bicaranya yang normal. Masyarakat mendengar

mengalami kesulitan dalam memahami isyarat yang mereka gunakan, sehingga

anak tunarungu mengalamikesulitan dalam penyesuaian diri dengan masyarakat.

Komunikasi total pada prinsipnya menekankan bahwa setiap anak tuna

rungu berhak atas segala sarana komunikasi yaitu bicara, membaca ujaran,

menulis “mendengar”, membaca, ejaan jari, isyarat dan sebagainya. Komunikasi

total bukanlah merupakan suatu konsep yang sama sekali baru, tetapi lebih

merupakan suatu ide atau konsep lama yang kemudian mendapat perumusan baru

setelah diperkuat dengan data penelitian dan perkembangan ilmu pengetahuan.

a. Pengertian Komunikasi Total

Andreas Dwijosumarto (1996: 167) merangkum beberapa definisi

tentang komtal telah dikemukakan oleh para ahli yang masing-masing memberi

penekanan yang berbeda, antara lain :

1) Denton (1970) sebagai tokoh Komtal merupakan keseluruhan spektrum dari modus bahasa yakni isyarat yang dibuat anak, bahsa isyarat baku, bicara, membaca ujaran, menulis dan sisa pendengaran. Brill (1986) dalam seminar di london mengemukakan :

“ Komtal meliputi penggunaan salah satu modus atau semua cara komunikasi yaitu menggunakan sistem isyarat, ejaan jari, bicara, baca ujaran, amplifikasi, gesti, pantomimik, menggambar, menulis serta pemanfaatan sisa pendengaran sesuai kebutuhan dan kemampuan perorangan.

2) Garretson (1976) mengemukakan : “Komtal bukan merupakan suatu metode ataupun cara mengajar tertentu melainkan merupakan suatu pendekatan falsafah yang memungkinkan terciptanya suatu iklim komunikasi yang luwes bagi anak tunarungu”.

3) “Komtal menggambarkan suatu falsafah tentang komunikasi bukan suatu metode suatu pengajaran atau cara komunikasi melainkan dapat diumpamakan sebagai tujuan pendidikan. Tujuannya adalah mengungkapkan bahasa yang digunakan masyarakat dalam berbagai cara (meliputi bicara, baca ujaran, isyarat, ejaan jari, membaca dan menulis) sehingga memungkinkan komunikasi yang lengkap “. (Hide, M Gravatt, Australia, 1983)

Page 51: PENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS … filePENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS PENDEKATAN KOMUNIKASI TOTAL ... Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan

li

4) “Komtal adalah salah satu falsafah yang mencakup cara komunikasi oral, aural dan manual sehingga terjadi komunikasi yang efektif dengan dan diantara kaum tunarungu”.

Dari beberapa pendapat dimuka maka Andreas Dwijosumarto dapat

menyimpulkan bahwa, “Komtal adalah konsep pendidikan bagi kaum tunarungu

yang menganjurkan digunakannya semua bentuk media komunikasi untuk

meningkatkan keterampilan berbahasa. Secara singkat dapat dikatakan bahwa

dalam komtal dapat dibedakan antara bentuk komunikasi ekspresif meliputi

bicara, berisyarat, ejaan jari, menulis dan pantomimik. Sedangkan komponen

komunikasi reseptif , meliputi : membaca ujaran, membaca isyarat, ejaan jari serta

mimik, pemanfaatan sisa pendengaran (dengan ABD), dan membaca”.

Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas, penulis menyimpulkan

bahwa pengertian komunikasi total adalah suatu bentuk media komunikasi yang

bertujuan untuk membantu anak tunarungu dalam memahami bahasa yang

digunakan masyarakat dalam berbagai cara (meliputi bicara, baca ujaran, isyarat,

ejaan jari, membaca dan menulis) sehingga memungkinkan komunikasi yang

lengkap. Terutama dalam pembelajaran, komunikasi total sangat penting

mengingat banyak sekali media pembelajaran yang dapat digunakan dalam upaya

menerapkan pendekatan komunikasi total agar anak tunarungu dapat terbantu.

b. Faktor-Faktor yang Mendorong Perkembangan Komunikasi Total

Andreas Dwijosumarto (1996: 167) Konsep komunikasi total ini dapat diterima berdasarkan beberapa alasan antara lain:

1) Anak tunarungu mempunyai hak memilih media komunikasi yang cocok sesuai dengan keadaan fisiknya karena kemampuan mendengar yang terbatas, maka media komunikasi yang cocok bagi mereka adalah media yang tidak terlalu menuntut penggunaan pendengaran.

2) pemakaian media komunikasi yang cocok meningkatkan keberhasilan berkomunikasi. Hal ini akan mempertebal rasa percaya diri anak tunarungu.

3) salah satu bentuk media yang digunakan dalam komunikasi total adalah isyarat yang memiliki perbedaan makna visual.

Depdikbud (dalam Sutjihati Somantri, 1996: 77) menguatkan

pendapat di atas dengan mengemukakan bahwa, “Bahasa mempunyai fungsi dan peranan pokok sebagai media untuk komunikasi. Dalam fungsinya dapat pula dibedakan berbagai peran bahasa, antara lain:

1) Bahasa sebagai wahana untuk mengadakan kontak/hubungan 2) Untuk mengungkapkan perasaan kebutuhan dan keinginan

Page 52: PENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS … filePENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS PENDEKATAN KOMUNIKASI TOTAL ... Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan

lii

3) Untuk mengatur dan menguasai tingkah laku oranglain 4) Untuk pemberian informasi 5) Untuk memperoleh pengetahuan

Menurut Andreas Dwijosumarto (1996: 168) secara garis besar faktor

pendorong perkembangan komunikasi total ada lima faktor, yaitu :

1) ketidak puasan dengan hasil pendidikan yang diproleh melalui metode oral yang telah terungkap melalui berbagai penelitian.

2) penelitian tentang penggunaan komponen manual dalam komunikasi dengan anak tunarungu ternyata tidak merugikan penggunaan bahasa mereka.

3) hasil penelitian bahasa isyarat yang megakibatkan perubahan pandangan orang terhadap bahasa isyarat tersebut.

4) bertambahnya kesadaran mayoritas (orang dengar) untuk menghargai keikhasan kelompok minoritas (anak tunarungu).

5) Bertambahnya pengetahuan tentang fase-fase pertama perkembangan bahasa anak dengar dan bahasa anak tunarungu.

Dari beberapa pendapat tentang faktor-faktor pendorong perkembangan

komunikasi total di atas, penulis menyimpulkan bahwa,” Faktor pendorong

berkembangnya komunikasi total merupakan suatu hal yang memang menjadi

keunggulan sistem komunikasi jenis ini. Menurut penulis keunggulan yang

menjadi faktor pendorong berkembangnya komunikasi total antara lain: sistem

komunikasi total sangat membantu anak tunarungu dalam memahami komunikasi

dengan masyarakat umum, perpaduan antara berbagai komunikasi membuat

komunikasi menjadi kompleks dan memberi satu alternatif pilihan

mediakomunikasiyang dianggap paling efektif untuk dipadukan menjadi

komunikasi total.

c. Penerapan Komunikasi Total

Bila ditinjau sejarah perkembangan metode komunikasi untuk anak tunarungu yang sejak dahulu digunakan maka sebenarnya Komtal bukanlah konsep yang sama sekali masih baru. Sejak dahulu sebenarnya baik di dalam maupun di luar negeri sudah banyak ahli atau para pendidik anak tunarungu yang telah mengembangkan bicara dengan isyarat ejaan jari untuk komunikasi atau mengajar anak tunarungu. Maka lebih tepat dikatakan bahwa komtal merupakan suatu ide atau konsep lama yang kemudian mendapat perumusan baru setelah diperkuat oleh data penelitian

Page 53: PENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS … filePENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS PENDEKATAN KOMUNIKASI TOTAL ... Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan

liii

dan perkembangan ilmu pengetahuan yang mutakhir. (Andreas Dwijosumarto, 1996: 168)

Mohammad Efendi (2006: 78) mengemukakan bahwa, ”Sejak tahun 1960 mulai diperkenalkan kombinasi pendekatan oral dan isyarat”. Beberapa penelitian diketahui, bahwa pemakaian kombinasi metode dapat meningkatkan pencapaian pendidikan umum ( Stevenson, 1964) kemampuan membaca ujaran (Stuckless dan Birch, 1966), dan kemampuan bahasa tulis dan kematangan sosial (Meadow, 1968). Penguasaan kemampuan memperoleh kosakata anak tunarungu serta kemampuan mengungkapkan dalam berbicara dengan menggunakan metode kombinasi isyarat dan oral rata-rata mencapai 66%. ( Mulyana, 1993).

Asikin (dalam Mohammad Efendi, 2006: 79) mengemukakan bahwa,

“Demikian pula dalam hal kecepatan membaca efektif, anak tunarungu yang dididik dengan menggunakan komunikasi total (kombinasi metode oral dan isyarat) memiliki kecepatan membaca efektif yang lebih baik dari pada anak tunarungu yang dididik menggunakan metode oral”.

Andreas Dwijosumarto (1996: 169) menjelaskan tentang penerapan komunikasi total yang mencakup struktur, strategi dan tahapan dalam penerapan komunikasi total, sebagai berikut :

1) Struktur Penerapan Komtal Dalam penerapan penggabungan berbagai komponen komtal perlu diperhatikan apakah menggunakan komunikasi simultan atau komunikasi serempak. maka timbul permasalahan, yaitu : a) bagaimana keseremapakan atau hubungan yang ada antara bentuk

lisan dan isyarat? apakah ditekankan pada hubungan atau pengendalian bentuk yang persis sama antara bentuk lisan dan isyarat, yaitu setiap kata serta fonem dialihkan dalam bentuk isyarat (pendekatan secara struktural) ? atau pendekatan konsseptual dimana penekanannya lebih pada pengalihan makna yang sama dan kurang diutamakan dalam pengalihan bentuk.

b) bagaimana proses yang dialami anak tunarungu dengan komunikasi serempak ini?

2) Strategi dalam Penerapan Komtal Berikut ini akan dibahas proses perkembangan anak tuna rungu yang dididik dengan komtal berdasarkan pandangan L. Evans : a) anak sedini mungkin diperkenalkan dengan isyarat untuk

menunjang perkembangan bahasa batini dan aspek kognitifnya fase alamiah diperkuat dengan kosa kata dasar isyarat yang masih sederhana dan primitif ini makin ditingkatkan menjadi isyarat pada taraf lambang dan aturan sintaksisnya. Bersamaan dengan penyajian isyarat anak juga selalu disapa dengan bicara melalui pemanfaatan sisa pendengaran serta baca ujaran sebagai persiapan komunikasi simultan dan agar terbuka alternatif baginya bila ia ternyata memiliki bakat untuk berkomunikasi secara oral.

Page 54: PENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS … filePENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS PENDEKATAN KOMUNIKASI TOTAL ... Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan

liv

Kemampuan berisyarat dapat merupakan dasar untuk melatih kemampuan berbicara.

b) Kemampuan berisyarat makin ditingkatkan dengan penerapan sistem isyarat formal melalui pemanfaatan ejaan jari untuk mengisyaratkan kata-kata fungsi dan gejala tata bahasa lainnya (seperti awalan dan akhiran) sebagai mana berlaku dalam bahasa indonesia. Menurut pengamatan L. Vans hal ini sudah dapat dilaksanakan sewaktu anak berusia 3 tahun.

c) Dalam tahap perkembangan berikutnya menggunakan ejaan jari semakin dapat ditingkatkan sehingga penerapannya semakin mewakili struktur bahasa Indonesia, hal ini dilaksanakan dalam hubungan yang erat dengan kemampuan membaca dan menulis.

d) Untuk selanjutnya perkembangan bahasa indonesia dengan tulisan akan merupakan dasar yang baik bagi perkembangan membaca ujaran. Semakin anak memahami konteks kalimat ia akan semakin dapat menerka ucapan melalui baca ujaran. Yang perlu mendapat perhatian dalam keseluruhan proses ini adalah sikap pendidik atau metoda yang perlu digunakan untuk membantu anak meningkatkan kemampuan komunikasinya.

3) Tahapan dalam komtal a) Sewaktu anak masih pada taraf permulaan , teknik yang digunakan

adalah teknik “menangkap” pesan yang ingin disampaikan dan memberikan isyarat yang diperlukan untuk berkomunikasi. Selanjutnya anak diberi penguatan negatif, yaitu anak tidak dihiraukan bila ia sebenarnya sudah menguasai isyarat tertentu dan diberi penguatan positif bila anak berkomunikasi dengan isyarat.

b) anak pada permulaan tidak dituntut untuk bicara walaupun mereka tetap dirangsang agar mau mencoba menggerakkan mulutnya seaktu berisyarat.

c) Anak yang berada pada tahap penggabungan antara isyarat dan taraf ungkapan dua isyarat diperlakukan dengan suatu sikap yang dinamakan “ Communication Blocking” atau penghalang komunikasi. Yaitu mengambil sikap pura-pura tidak mengerti ungkapan anak sehingga merangsang mereka untuk makin memperpanjang atau memperluas ungkapannya dengan isyarat.

d) kesukaran paling besar bagi guru adalah untuk mengubah pola ucapan anak yang masih salah menjadi ungkapan dendan struktur bahasa Indonesia yang benar. untuk mencapai hal itu digunakan 2 cara yaitu : (1) Penyajian Bahasa Indonesia Secara Informal

Dimaksudkan bahwa guru dalam setiap kegiatan belajar meng ajar selalu berkomunikasi dengan bahasa isyarat formal artinya selalu berisyarat menurut struktur bahasa indonesia yang baku.

(2) Penyajian bahasa secara formal Penyajian formal dilakukan seaktu pengajaran bahasa seperti misalnya pada waktu pelajaran membaca. Selain mengulang

Page 55: PENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS … filePENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS PENDEKATAN KOMUNIKASI TOTAL ... Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan

lv

kembali ungkapan mereka dalam struktur bahasa Indonesia yang baku, perbendaharaan kosa isyaratnya sewaktu mereka membutuhkannya untuk komunikasi.

Dari beberapa pendapat tentang penerapan komunikasi total, maka

penulis menyimpulkan bahwa, ” Komunikasi total dalam penerapannya dapat

dikatakan sebagai suatu proses menuju perbaikan pola komunikasi bagi anak

tunarungu. Mulai dari tahun 1960an, dibuktikan dengan beberapa penelitian yang

tersebut di atas, komunikasi total menjadi salah satu alternatif dalam

pegembangan dalam bidang komunikasi bagi anak tunarungu. Maka lebih tepat

dikatakan bahwa komtal merupakan suatu ide atau konsep lama yang kemudian

mendapat perumusan baru setelah diperkuat oleh data penelitian dan

perkembangan ilmu pengetahuan yang mutakhir.

d. Metode Komunikasi yang Dikenal dalam Pendidikan Anak Tunarungu

Tanggapan dan opini umum berpendapat bahwa berkomunikasi secara lisan adalah media utama dan cara termudah untuk mempelajari dan menguasai bahasa. Berkomunikasi melalui berbicara adalah cara terbaik. Namun bagi anak-anak yang memiliki masalah pendengaran (karena kerusakan pendengaran), cara komunikasi lain menggantikan fungsi berbicara. Terdapat berbagai cara berkomunikasi untuk anak-anak yang memiliki masalah pendengaran, yaitu metode auditory oral, membaca bibir, bahasa isyarat, dan komunikasi universal. Penggunaan metode-metode tersebut bergantung pada tingkat masalah pendengaran dan penanganan awal yang telah dilakukan”. Jamila K. A Muhammad (2008 : 71) 1) Metode Auditory Oral

Metode ini menekankan pada proses mendengar serta bertutur kata dengan menggunakan alat bantu yang lebih baik, seperti penggunaan alat bantu pendengaran, penglihatan, dan sentuhan. Metode ini tidak menggunakan bahasa isyarat atau gerakan jari tetapi lebih menekankan pada metode pembacaan gerak bibir (lip reading). Metode ini menggunakan bantuan bunyi untuk mengembangkan kemampuan mendengar dan bertutur kata, membutuhkan latihan pendengaran yang dapat melatih anak-anak untuk mendengar bunyi dan mengklasifikasikan bunyi-bunyi yang berbeda.

2) Membaca Bibir Komunikasi dengan metode ini baik untuk mereka yang mampu

berkonsentrasi tinggi pada bibir penutur bahasa. Metode ini juga menekankan pada penglihatan yang baik. Menurut John Tracy, anak-

Page 56: PENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS … filePENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS PENDEKATAN KOMUNIKASI TOTAL ... Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan

lvi

anak tunarungu mendengar melalui mata, “ a deaf child to listen with his eye”. Metode ini mengharuskan anak-anak selalu melihat gerakan bibir penutur bahasa dengan tepat dan dalam situasi ini penutur bahasa dengan tepat dan dalam situasi ini penutur bahasa harus barada di tempat yang terang dan dapat terlihat dengan jelas.

3) Bahasa Isyarat Pada umumnya, bahasa isyarat digunakan secara mudah dengan

menggabungkan perkataan dengan makna dasar. Terdapat berbagai bahasa isyarat, contohnya American Sign Language, Pidgin Sign English(PSE), Seeing Essential English (SEEI), Signing Exact English (SEE II), dan di Malaysia adalah Kod Tangan Bahasa Melayu (KTBM).

4) Komunikasi Universal Metode komunikasi universal adalah salah satu metode yang

menggabungkan gerakan jari, isyarat, pembacaan gerak bibir, penuturan dan implikasi auditoris atau yang dikenal juga dengan bahasa isyarat manual-verbal. Elemen penting dalam metode ini adalah penggunaan isyarat dan penuturan secara bersamaan. Melalui metode ini, anak-anak dapat memahami hal yang disampaikan menurut kemampuan masing-masing.

5) Penuturan isyarat Metode ini dikembangkan dari metode pembacaan bibir.

Menggunakan simbol-simbol tangan untuk memandu bunyi-bunyian. Simbol-simbol tangan yang dilambangkan ditentukan dengan bentuk-bentuk tangan yang menentukan maksud perkataan. Terdapat delapan simbol tangan yang ditentukan menurut konsonan yang berbeda dan empat simbol tangan untuk menentukan bunyi yang menyimbolkan huruf vokal.

Pendapat lain tentang metode komunikasi yang dikenal dalam pendidikan anak tunarungu dikemukakan oleh Yulmia Efni (dalam http://yulmiku yulmiku.blogspot.com/2007/12/memahami-komunikasi-total.html). Yulia berpendapat bahwa, “Secara umum, ada, ada tiga metode komunikasi yang dikenal dalam pendidikan anak tunarungu.

1) Bahasa isyarat yang menggunakan gerakan-gerakan tangan tertentu ataupun bahasa tubuh. Bahasa isyarat sendiri dikenal menjadi dua jenis yaitu SIBI (Sistem Isyarat Bahasa Indonesia) dan isyarat lokal, keduanya diibaratkan seperti bahasa Indonesia sesuai EYD dan bahasa Indonesia yang berkembang di kalangan atau komunitas tertentu sesuai dengan kebutuhan untuk berkomunikasi (seperti bahasa gaul).

2) Oral, metode ini menuntut anak tunarungu untuk dapat berbicara dengan artikulasi yang cukup jelas dan dapat dimengerti oleh lawan bicara juga menuntut agar bisa membaca bahasa bibir.

3) Komunikasi total, intinya menggunakan/ menggabungkan berbagai metode ataupun media apapun yang bisa digunakan, yang penting anak dapat berkomunikasi dan memahaminya

Page 57: PENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS … filePENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS PENDEKATAN KOMUNIKASI TOTAL ... Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan

lvii

Penulis menyimpulkan dari beberapa pendapat di atas bahwa, “Metode

komunikasi yang dikenal dalam pendidikan anak tunarungu memang terdiri dari

bermacam-macam jenis. Karena sudah ada komtal, bukan berarti kemampuan

bicara tidak perlu dikembangkan lagi. Kemampuan berbicara tetaplah sebuah

modalitas yang sangat tidak boleh diabaikan. Karena setelah keluar dari sekolah,

anak-anak tersebut diharapkan dapat hidup mandiri ditengah-tengah masyarakat,

yang notabene bisa mendengar dan berbicara. Tentu saja mereka harus bisa

melakukan komunikasi dengan cara yang telah biasa digunakan oleh masyarakat,

yaitu berbicara. Bahasa isyarat mungkin efektif digunakan di kalangan tunarungu

sendiri, tapi belum tentu masyarakat umum memahami bahasa isyarat dan mau

mempelajarinya.

Page 58: PENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS … filePENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS PENDEKATAN KOMUNIKASI TOTAL ... Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan

lviii

B. Kerangka Berpikir

Ketunarunguan adalah satu istilah umum yang menggambarkan suatu

kondisi dimana indera pendengaran anak mengalami gangguan. Akibat dari

adanya kerusakan itu akan mengakibatkan gangguan pada fungsi pendengaran.

Anak mengalami kesulitan untuk memperoleh dan mengolah informasi yang

bersifat auditif, sehingga dapat menimbulkan hambatan dalam melakukan aktifitas

berbahasa dan komunikasi secara verbal.

Kemampuan berbahasa anak tunarungu yang terdiri dari keterampilan

menulis, menyimak, berbicara, dan membaca akan mengalami gangguan. Dari

keempat keterampilan berbahasa tersebut, membaca merupakan keterampilan

yang paling sulit untuk anak tunarungu. Kemampuan membaca merupakan dasar

untuk menguasai berbagai bidang studi, oleh karena itu kemampuan anak

tunarungu dalam membaca pemahaman sangat perlu untuk ditingkatkan.

Proses belajar mengajar akan lebih variatif dan kreatif jika menggunakan

media pembelajaran. Begitu pula dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia, terlebih

lagi bagi anak tunarungu. Media yang digunakan pada penelitian ini adalah

animasi berbasis pendekatan komunikasi total. Animasi menjadi media untuk

memvisualisasikan bacaan, sedangkan komunikasi total oleh guru dapat

menggantikan suara yang tidak bisa didengar oleh anak. Selain itu, media ini juga

sangat menarik perhatian siswa sehingga dapat menjaga konsentrasi dan fokus

siswa dalam menerima pelajaran membaca pemahaman.

Skema 1. Alur Kerangka Berpikir

Anak tunarungu mengalami hambatan dalam pendengaran yang mengakibatkan ketermpilan berbahasa kurang maksimal , terutama dalam membaca pemahaman.

Kondisi akhir setelah tindakan Kemampuan siswa dalam membaca pemahaman meningkat.

Pembelajaran membaca pemahaman dengan menggunakan media animasi berbasis komunikasi total.

Page 59: PENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS … filePENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS PENDEKATAN KOMUNIKASI TOTAL ... Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan

lix

C. Hipotesis Tindakan

Penerapan media pembelajaran animasi berbasis pendekatan komunikasi

total sangat membantu siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia dengan

Kompetensi Dasar menjawab pertanyaan tentang isi cerita. Berdasarkan hal

tersebut, maka dapat dirumuskan hipotesis, “Penggunaan media animasi berbasis

pendekatan komunikasi total dapat meningkatkan kemampuan membaca

pemahaman pada siswa kelas Dasar V SLB-B YRTRW Surakarta tahun ajaran

2001/2010”.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Tempat yang dipilih dalam penelitian ini adalah SLB-B YRTRW

Surakarta pada kelas Dasar V. Terletak di desa Gumunggung RT 1 / II

Kelurahan Gilingan, Kecamatan Banjarsari, Surakarta.

2. Waktu Penelitian

Rencananya tahap persiapan hingga tahap pelaporan membutuhkan

waktu kurang lebih lima bulan, terhitung sejak Novenber 2009. Berikut

rincian jadwal kegiatan penelitian:

No Kegiatan Bulan Nov Des Jan Feb Mar

1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5

1 Penyusunan proposal

2 Skripsi Bab I,II,III

3 Penyusunan Instrumen

Page 60: PENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS … filePENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS PENDEKATAN KOMUNIKASI TOTAL ... Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan

lx

Tabel. 4. Rincian Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian

B. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini berbentuk penelitian tindakan kelas (classroom action

research). Penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang didasarkan

adanya masalah yang dihadapi oleh guru dan siswa pada proses pembelajaran.

Pada penelitian ini diterapkan solusi yang berusaha untuk memecahkan

permasalahan yang dihadapi dalam kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu,

dalam penelitian ini melibatkan partisipasi aktif peneliti, guru, dan siswa.

Prosedur penelitian tindakan kelas mencakup langkah-langkah: (1)

persiapan, (2) studi/ survey awal, (3) pelaksanaan siklus, dan (4) penyusunan

laporan. Prosedur penelitian tindakan kelas secara rinci dapat dilihat pada

gambar berikut:

4 Perijinan

5 Pelaksanaan penelitian

6 Analisis data

7 Penyusunan laporan

Permasalahan

Permasalahan baru hasil

Apabila permasalahan

belum terselesaikan

Perencanaan tindakan I

Perencanaan tindakan II

Refleksi I

Refleksi II

Pelaksanaan tindakan I

Pengamatan/ mengumpulkan data

pelaksanaan tindakan II

Pengamatan/ mengumpulkan

data II

Page 61: PENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS … filePENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS PENDEKATAN KOMUNIKASI TOTAL ... Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan

lxi

Skema 2. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas

(Suharsimi Arikunto, Suhardjono, dan Supardi, 2006: 74)

C. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas Dasar V SLB-B YRTRW

Surakarta tahun ajaran 2009/2010. Siswa kelas ini berjumlah 7 orang yang terdiri

dari 4 putri dan 3 putra. Sebagian besar dari mereka mengalami kesulitan dalam

hal membaca pemahaman.

D. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini menerapkan teknik pengumpulan data sebagai

berikut:

1. Observasi

Sutrisno Hadi (dalam Sugiyono, 2008:203) mengemukakan bahwa

“Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang

tersusun dari pelbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantara yang

terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan”.

Sugiyono (2008:203) mengemukakan bahwa, “Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu wawancara dan kuesioner. Kalau wawancara dan kuesioner selalu berkomunikasi dengan orang, maka observasi tidak terbatas pada orang, tetapi juga obyek-obyek alam yang lain”.

Dari segi proses pelaksanaan pengumpulan data, observasi dapat

dibedakan menjadi participant observation (observasi berperan serta) dan non

participant observation (observasi non partisipan). Dalam penelitian ini, yang

digunakan adalah non participant observation (observasi non partisipan).

Peneliti pada tahap ini tidak terlibat secara langsung dalam kegiatan yang

dilakukan siswa dan guru. Fokus observasi penelitian ini adalah pada kegiatan

pembelajaran Bahasa Indonesia kelas V semester II dalam kompetensi dasar

membaca pemahaman.

Dilanjutkan ke siklus berikutnya

Page 62: PENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS … filePENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS PENDEKATAN KOMUNIKASI TOTAL ... Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan

lxii

Dalam pelaksanaan siklus, observasi dilakukan bersamaan dengan

pelaksanaan kegiatan pembelajaran membaca pemahaman. Observasi

dilakukan di dalam kelas tanpa mempengaruhi kegiatan pembelajaran.

Observasi terhadap siswa, difokuskan pada keaktifan siswa dalam belajar dan

kesungguhan siswa dalam menyelesaikan tugas. Sedangkan observasi terhadap

guru difokuskan dalam kemampuan guru dalam menjelaskan dan mengelola

kelas

Peneliti disini juga bertindak sebagai peleksana kegiatan pembelajaran

saat itu, jadi untuk observasi terhadap kemempuan guru dalam menjelaskan

dan mengelola kelas, dibantu oleh guru kelas yang bersangkutan.

2. Wawancara

Esterberg (dalam Sugiyono, 2008:317) mendefinisikan wawancara

sebagai berikut, “Wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk

bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat

dikonsultasikan makna dalam suatu topik tertentu”.

Sugiyono (2008:194) mengemukakan bahwa, “ Wawancara digunakan

sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi

pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga

apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam

dan jumlah respondennya sedikit/kecil.

Sutrisno Hadi (dalam Sugiyono, 2008:194) mengemukakan bahwa anggapan yang perlu dipegang oleh peneliti dalam menggunakan metode wawancara adalah sebagai berikut :

a) Bahwa subyek (responden) adalah orang yang paling tahu tentang dirinya sendiri

b) Bahwa apa yang dinyatakan oleh subyek kepada peneliti adalah benar dan dapat dipercaya

c) Bahwa interpretasi subyek tentang pertanyaan-pertanyaan yang diajukan peneliti kepadanya adalah sama dengan apa yang dimaksudkan oleh peneliti.

Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur maupun tidak

terstruktur, dan dapat dilakukan melalui tatap muka (face to face) maupun

dengan tidak langsung. Peneliti menggunakan wawancara terstruktur melalui

Page 63: PENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS … filePENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS PENDEKATAN KOMUNIKASI TOTAL ... Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan

lxiii

tatap muka, yaitu teknik pengumpulan data bila peneliti telah mengetahui

dengan pasti tentang informasi yang akan diperolehnya serta dilakukan secara

langsung melalui tatap muka tidak melalui perantara apapun. Oleh karena itu,

dalam melakukan wawancara, peneliti telah menyiapkan instrumen penelitian

berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis.

Teknik wawancara ini digunakan untuk mengetahui permasalan yang

dihadapi guru dan siswa dalam kegiatan pembelajaran membaca pemahaman.

Wawancara ditujukan kepada guru kelas Dasar V SLB B YRTRW Surakarta,

untuk mencari informasi tentang kesulitan dalam pembelajaran membaca

pemahaman yang dihadapi dan alternatif penyelesaiannya.

3. Teknik tes

Sarwiji Suwandi (2008:68) mengemukakan bahwa, “Pemberian tes

dimaksudkan untuk mengukur seberapa jauh hasil yang diperoleh siswa setelah

kegiatan pemberian tindakan. Dengan perkata lain, tes disusun dan dilakukan

untuk mengetahui tingkat perkembangan kemampuan siswa sesuai dengan

siklus yang ada”.

Teknik tes ini dilakukan untuk mengetahui perubahan hasil belajar

siswa setelah diadakan pembelajaran membaca pemahaman dengan media

animasi berbasis komunikasi total. Tes yang dipilih adalah tes tertulis dan tes

perbuatan. Langkah-langkah yang ditempuh peneliti dalam pengambilan data

menggunakan tes adalah dengan menyiapkan instrumen tes, menilainya, dan

mengolah data yang diperoleh. Tes dilakukan dua kali yakni, tes sebelum

dilakukakan tindakan untuk mengetahui kemampuan awal siswa dan tes

setelah dilakukakan tindakan untuk mengetahui kemampuan siswa yang telah

mengalami perlakuan.

4. Teknik Analisis Dokumen

Page 64: PENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS … filePENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS PENDEKATAN KOMUNIKASI TOTAL ... Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan

lxiv

Dokumen bisa memiliki beragam bentuk, dari yang tertulis sederhana

sampai yang lebih lengkap dan kompleks. Dalam penelitian ini dokumen yang

akan dianalisis antara lain : data nilai siswa, RPP yang telah dibuat oleh guru,

silabus, daftar presensi siswa, dan buku induk siswa.

E. Sumber data

Sumber data penelitian ini antara lain:

1. Peristiwa proses pembelajaran membaca pemahaman yang berlangsung di

kelas Dasar V SLB-B YRTRW Surakarta tahun ajaran 2009/2010.

2. Informan , yaitu guru kelas Dasar V SLB-B YRTRW Surakarta tahun ajaran

2009/2010.

3. Dokumen

Data yang dikumpulkan, antara lain: silabus, rencana pelaksanaan

pembelajaran (RPP), hasil tes siswa, serta hasil wawancara dengan guru dan

beberapa siswa kelas Dasar V.

F. Uji Validitas Data

Uji validitas data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan triangulasi teknik, yaitu mengecek data yang telah diperoleh dari

sumber yang sama dengan teknik yang berbeda yakni dicek dengan wawancara

mendalam, observasi partisipatif, dan dokumentasi. Selain itu juga menggunakan

review informan kunci yakni menginformasikan data atau interpretasi temuan

kepada informan kunci sehingga diperoleh kesepakatan antara peneliti dan

informan tentang data tersebut. Hal ini dilakukan melalui kegiatan diskusi setelah

kegiatan pengamatan maupun kajian dokumen.

Observasi partisipatif

Wawancara mendalam

Sumber data sama

Page 65: PENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS … filePENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS PENDEKATAN KOMUNIKASI TOTAL ... Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan

lxv

Skema 3. Triangulasi teknik

(Sugiyono, 2008 : 331)

G. Teknik Analisis Data

Sarwiji Suwandi (2008:70) mengemukakan bahwa, “Teknik analisis yang

digunakan untuk menganalisis data-data yang telah berhasil dikumpulkan

antaralain dengan teknik deskriptif komparatif (statistik deskriptif komparatif )

dan teknik analisis kritis”.

Teknik statistik deskriptif komparatif untuk menganalisis data

kuantitatif, misalnya hasil tes siswa tiap siklus kemudian dilakukan perbandingan.

Statistik deskriptif dapat digunakan untuk mengolah karakteristik data yang

berkaitan dengan menjumlah, merata-rata, mencari titik tengah, mancari

persentase, dan menyajikan data yang menarik, mudah dibaca,dan diikuti alur

berfikirnya (grafik, tabel, chart).

Teknik analisis kritis digunakan untuk menganalisis data kualitatif,

misalnya dari hasil wawancara, observasi, dan analisis dokumen. Teknik analisis

kritis mencakup kegiatan untuk mengungkap kelemahan dan kelebihan kinerja

siswa dan guru dalam proses pembelajaran berdasarkan kriteria normatif yang

diturunkan dari kajian teoritis maupun dari ketentuan yang ada.

H. Indikator Ketercapaian

Pada siklus terakhir sekurang-kurangnya siswa kelas Dasar V SLB B

YRTRW Surakarta Tahun Ajaran 2009 / 2010 dapat mencapai:

Tabel 5. Deskripsi Indikator Ketercapaian

No Variabel Indikator Keterangan

Dokumentasi

Page 66: PENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS … filePENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS PENDEKATAN KOMUNIKASI TOTAL ... Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan

lxvi

1 Keaktifan siswa dalam

pembelajaran membaca

pemahaman.

5 dari 7 siswa

termasuk dalam

kategori aktif.

Skor 10–20= kurang aktif

Skor 21–30 = cukup aktif

Skor 31–40 = aktif

Dengan 10 aspek yang

diamati, dengan

penilaian kriteria:

4= Sering,

3= Kadang-kadang,

2= Pernah

1= tidak pernah.

2

Ketuntasan belajar siswa

dalam pembelajaran

membaca pemahaman.

5 dari 7 siswa

mampu mendapat

nilai

≥ 60.

KKM (Kriteria Ketuntasan

Minimal) Mata Pelajaran

Bahasa Indonesia adalah

≥ 60.

I. Prosedur Penelitian

Untuk memperoleh hasil penelitian yang diharapkan, maka peneliti

menggunakan prosedur penelitian sebagai berikut:

1. Persiapan

Pada tahap ini peneliti berkunjung ke SLB-B YRTRW Surakarta dan

menemui kepala sekolah. Peneliti meminta ijin kepada kepala sekolah untuk

mengadakan penelitian di sekolah yang beliau ampu. Peneliti meminta ijin

dengan disertai surat ijin penelitian/ research dari Dekan FKIP UNS dilampiri

proposal penelitian. Pada tahap ini peneliti juga menemui guru kelas

Dasar V SLB B YRTRW Surakarta untuk mempersiapkan kegiatan survei awal.

2. Studi / Survei Awal

Page 67: PENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS … filePENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS PENDEKATAN KOMUNIKASI TOTAL ... Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan

lxvii

Pada tahap ini peneliti melakukan survei awal pada siswa kelas Dasar V

untuk mengenal kemampuan siswa dalam proses pembelajaran membaca

pemahaman. Survei ini dilakukan dengan mengamati proses pembelajaran

membaca pemahaman dan memeriksa hasil tes sebelum dilakukan tindakan.

3. Pelaksanaan Siklus

Pelaksanaan penelitian ini, mekanisme kerjanya diwujudkan dalam

bentuk siklus, yang setiap siklus mencakup empat kegiatan, yaitu (1)

perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) observasi , dan (4) analisis dan refleksi.

Adapun secara rinci empat tahap pelaksanaan diuraikan sebagai berikut:

a. Perencanaan meliputi kegiatan meninjau silabus dan membuat

rancangan pelaksanaan pembelajaran (RPP) mata pelajaran Bahasa

Indonesia dengan standar kompetensi membaca pemahaman

menggunakan media animasi berbasis komunikasi total. Selain itu

peneliti juga menyiapkan berbagai sarana yang diperlukan selama

pembelajaran seperti kertas HVS, alat tulis, lembar observasi, dan

dokumentasi.

b. Pelaksanaan, dilakukan dengan menerapkan pembelajaran

menggunakan media animasi berbasis komunikasi total yang telah

disepakati antara peneliti dengan guru. Peneliti melaksanakan rencana

pelaksanan pembelajaran (RPP) yang telah dibuat sebelumnya dengan

sistematis.

Adapun skenario pembelajarannya adalah sebagai berikut:

1) Peneliti memperlihatkan cerita pendek melalui layar kepada

siswa

Dengan bantuan media laptop yang dihubungkan dengan LCD,

maka di layar putih akan muncul film animasi layaknya sedang

menonton di bioskop. Film animasi ini memiliki rangkaian cerita

yang nantinya memerlukan pemahaman siswa.

2) Siswa memperhatikan cerita tersebut

Page 68: PENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS … filePENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS PENDEKATAN KOMUNIKASI TOTAL ... Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan

lxviii

3) Peneliti membagikan teks cerita

Peneliti meminta siswa untuk membaca

4) Peneliti menayangkan cerita sekali lagi

Pada tahap ini, pendekatan komunikasi total mulai dilakukan.

Yaitu dengan membantu siswa memahami isi film dengan

penjelasan guru melalui membaca bibir (lip reading). Artikulasi

guru harus jelas disertai dengan ekspresi yang sesuai agar

pemahaman siswa meningkat.

5) Peneliti memberikan pertanyaan lisan kepada siswa

Pertanyaan lisan ini dilakukan untuk mengetahui secara cepat

bagaimana pemahaman siswa pasca mendapat tindakan. Dengan

pertanyaan lisan diharapkan akan memperkecil kemungkinan

siswa dalam melihat jawaban teman lain, seperti jika tes

dilakukan secara tertulis.

6) Setelah selesai, peneliti meminta anak untuk menceritakan

kembali isi bacaan ke depan kelas secara bergantian

c. Tahap observasi dilakukan dengan mengamati proses pembelajaran

(aktivitas guru dan siswa). Kegiatan ini diarahkan pada pokok-pokok

penting yang telah ditetapkan pada pedoman observasi. Selain itu,

peneliti juga melakukan wawancara dengan guru dan siswa agar data

lebih lengkap dan akurat.

4. Analisis dan refleksi dilakukan oleh peneliti dan guru dengan cara

menganalisis hasil observasi, hasil pekerjaan siswa, serta hasil wawancara.

Dengan demikian, analisis dilakukan terhadap proses dan hasil pembelajaran

yang dilakukan.

5. Tahap Pengamatan

Pada tahap ini peneliti melakukan pengamatan pada proses

pembelajaran di setiap siklus yang diterapkan oleh guru. Peneliti mengamati

guru dan siswa saat pembelajaran membaca pemahaman berlangsung.

6. Tahap Pelaporan

Page 69: PENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS … filePENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS PENDEKATAN KOMUNIKASI TOTAL ... Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan

lxix

Pada tahap ini peneliti menyusun laporan dari semua kegiatan yang

telah dilakukan selama penelitan.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Penelitian

1. Siklus 1

a. Perencanaan

Kegiatan perencanaan ini dilaksanakan pada hari Jum’at, 8 Januari 2010. Peneliti melakukan diskusi dengan guru kelas terkait dengan segala sesuatu terkait dengan penelitian yang akan dilakukan di kelas Guru tersebut. Diskusi ini merupakan tindak lanjut dari diskusi sebelumnya yang dilakukan peneliti dengan guru kelas saat peneliti dalam masa PPL (Program Pengalaman Lapangan) di sekolah yang sama.

Peneliti dan guru kelas mendiskusikan rancangan tindakan yang akan dilakukan dalam proses penelitian. Dari hasil identifikasi dan penetapan masalah, peneliti kemudian mengajukan solusi alternatif untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa berupa penggunaan media animasi berbasis komunikasi total . Dalam tahap ini peneliti menunjukkan proposal penelitian yang akan menjadi bahan acuan lanjutan dalam tahap perencanaan. Tahap perencanaan tindakan I meliputi kegiatan sebagai berikut: 1) Peneliti dan guru menyusun RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)

dan kisi-kisi soal dengan Kompetensi Dasar menjawab pertanyaan

tentang isi cerita.

2) Peneliti mempersiapkan film animasi yang akan dinarasikan menjadi

bentuk bacaan, kemudian membuat pertanyaan berdasarkan kisi-kisi

yang telah disepakati.

3) Peneliti memberikan deskripsi tentang media animasi yang akan

digunakan dalam penelitian kepada Guru kelas agar terjalin sebuah

kesamaan persepsi. Kemudian menyepakati skenario pembelajaran

yang akan dilaksanakan pada tahap tindakan I.

a) Langkah-langkah (skenario) pada pertemuan pertama:

Page 70: PENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS … filePENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS PENDEKATAN KOMUNIKASI TOTAL ... Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan

lxx

7) Peneliti memperlihatkan cerita pendek melalui layar kepada

siswa

Dengan bantuan media laptop yang dihubungkan dengan LCD,

maka di layar putih akan muncul film animasi layaknya sedang

menonton di bioskop. Film animasi ini memiliki rangkaian cerita

yang nantinya memerlukan pemahaman siswa.

8) Siswa memperhatikan cerita tersebut

9) Peneliti membagikan teks cerita

Teks ini adalah narasi tertulis dari film animasi yang telah siswa

lihat di layar. Alur cerita harus sama dengan yang di film, agar

anak tidak merasa bingung. Setelah anak benar-benar

menemukan kesamaan cerita, anak diharapkan akan mampu

memahami bacaan dengan mudah. Hal ini dikarenakan telah ada

ilustrasi kongkret tentang bacaan melalui film animasi.

10) Peneliti meminta siswa untuk membaca

11) Peneliti menayangkan cerita sekali lagi

Pada tahap ini, pendekatan komunikasi total mulai dilakukan.

Yaitu dengan membantu siswa memahami isi film dengan

penjelasan guru melalui membaca bibir (lip reading). Artikulasi

guru harus jelas disertai dengan ekspresi yang sesuai agar

pemahaman siswa meningkat.

12) Peneliti memberikan pertanyaan lisan

kepada siswa

Pertanyaan lisan ini dilakukan untuk mengetahui secara cepat

bagaimana pemahaman siswa pasca mendapat tindakan. Dengan

pertanyaan lisan diharapkan akan memperkecil kemungkinan

siswa dalam melihat jawaban teman lain, seperti jika tes

dilakukan secara tertulis. Jadi, kemampuan siswa sebenarnya

dapat diukur.

Page 71: PENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS … filePENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS PENDEKATAN KOMUNIKASI TOTAL ... Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan

lxxi

13) Peneliti memberikan soal tertulis kepada

siswa

14) Setelah selesai, peneliti meminta anak

untuk menceritakan kembali isi bacaan ke depan kelas secara

bergantian.

b) Langkah-langkah (skenario) pertemuan kedua:

(1) Peneliti membagikan lagi lembar bacaan, soal dan jawaban siswa

(2) Siswa membawa pekerjaan sendiri yang telah dinilai oleh guru

(3) Peneliti memutar film sekali lagi untuk mengingatkan kembali

(4) Siswa memperhatikan jawaban dari pertanyaan sendiri yang

dikerjakan pada pertemuan sebelumnya.

(5) Peneliti menjelaskan kembali isi film dengan komunikasi total

(6) Peneliti memulai membacakan lisan soal nomor 1 kemudian

memancing siswa untuk memberikan jawaban secara lisan.

Kemudian membenarkan jika jawaban siswa salah.

(7) Siswa menulis jawaban yang benar di buku tulis masing-masing.

4) Peneliti menyiapkan sarana yang dipakai saat pembelajaran yaitu laptop, LCD, kamera digital, lembar observasi, dan alat tulis.

b. Tindakan

Siklus I terdiri dari dua pertemuan bersamaan dengan jadwal Bahasa Indonesia di kelas Dasar V, yaitu pada 26 dan 28 Januari 2010. Dalam tahap ini dilakukan tindakan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. 1) Pertemuan pertama

Pelaksanaan pertemuan pertama adalah pada tanggal 26 Januari 2010. Tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pelaksanakan pembelajaran membaca pemahaman dengan media animasi berbasis pendekatan komunikasi total. Peneliti berkolaborasi dengan guru, sehingga antara peneliti dan guru memiliki tugas masing-masing.

Peneliti melaksanakan pembelajaran membaca pemahaman dengan media animasi berbasis pendekatan komunikasi total dikelas. Peneliti juga melakukan observasi terhadap keaktifan siswa saat pembelajaran berlangsung. Guru berperan dalam melakukan observasi terhadap kemampuan peneliti dalam menjelaskan dan mengelola kelas.

Pada tahap pertama peneliti menayangkan film animasi yang

berjudul Berkebun, yang terdiri dari 25 kalimat dengan 6 tokoh yang

Page 72: PENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS … filePENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS PENDEKATAN KOMUNIKASI TOTAL ... Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan

lxxii

berperan di dalamnya. Kemudian dibagikan kepada siswa teks narasi

dari film tersebut. Langkah selanjutnya barulah siswa diberikan soal

tertulis siklus I. Soal ini akan mengungkap kemampuan membaca

pemahaman siswa, yang menurut R.B Ruddell seperti dikutip oleh

Hargrove & Poteet (1984: 195) terdiri dari dari 3 pemahaman, yaitu:

a) Pemahaman faktual yaitu proses mengidentifikasi dengan

mengingat data atau informasi yang ada dalam bacaan.

b) pemahaman interpretatif yaitu proses analisis, rekonstruksi atau

pengujian.

c) pemahaman aplikatif yaitu proses menggunakan atau

mengaplikasikan data pada situasi baru.

Setelah selesai mengerjakan, siswa bersiap untuk maju ke depan kelas

untuk menceritakan kembali isi bacaan tersebut.

2) Pertemuan Kedua Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari kamis tanggal 28 Januari

2010. Pertemuan ini merupakan lanjutan dari pertemuan pertama. Fokus dalam pertemuan ini adalah pada pengungkapan jawaban yang benar terhadap pertanyaan pada pertemuan pertama.

Sesuai dengan RPP yang telah dibuat, awalnya peneliti membagikan lagi lembar bacaan, soal dan jawaban kepada siswa. Siswa membawa pekerjaan sendiri yang telah dinilai oleh peneliti. Kemudian peneliti memutar film sekali lagi untuk mengingatkan kembali isi film yang berjudul Berkebun. Siswa memperhatikan jawaban dari pertanyaan sendiri yang dikerjakan pada pertemuan sebelumnya.Selanjutnya peneliti menjelaskan kembali isi film dengan komunikasi total.

Peneliti memulai membacakan lisan soal nomor 1 kemudian memancing siswa untuk memberikan jawaban secara lisan. Kemudian membenarkan jika jawaban siswa salah. Siswa menulis jawaban yang benar di buku tulis masing-masing, hal ini bertujuan agar siswa paham benar mengenai penggunaan kata tanya beserta jawaban yang tepat. Sehingga kemampuan membaca pemahaman siswa juga akan meningkat.

c. Pengamatan

Tahap pengamatan siklus I dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan yaitu pada tanggal 26 dan 28 Januari 2010. Pada saat pembelajaran Bahasa Indonesia berlangsung peneliti sebagai partisipan aktif. Mengamati kegiatan belajar mengajar dari awal sampai akhir dan

Page 73: PENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS … filePENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS PENDEKATAN KOMUNIKASI TOTAL ... Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan

lxxiii

mencatat hasil siklus I di dalam kelas. Dikatakan partisipasi aktif, karena peneliti terlibat langsung dalam kegiatan yang dilakukan oleh anak dalam kegiatan belajar mengajar sebagai guru. Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Selasa, 26 Januari 2010 dan berlangsung selama 2x45 menit. Peneliti mengawali pembelajaran dengan melakukan apersepsi terhadap siswa, mengabsen siswa, dan memberikan pertanyaan pancingan yang mengarah ke pelajaran.

Peneliti berkolaborasi dengan guru, sehingga antara peneliti dan guru memiliki tugas masing-masing. Peneliti melaksanakan pembelajaran membaca pemahaman dengan media animasi berbasis pendekatan komunikasi total dikelas. Peneliti juga melakukan observasi terhadap keaktifan siswa saat pembelajaran berlangsung. Guru berperan dalam melakukan observasi terhadap kemampuan peneliti dalam menjelaskan dan mengelola kelas.

d. Refleksi

Pada tahap refleksi ini diawali dengan poses analisis terlebih dahulu, peneliti bersama dengan guru kelas mengadakan diskusi terkait pelaksanaan tindakan 1. Analisis yang dimaksud adalah terhadap hasil observasi, serta hasil pekerjaan siswa. Secara umum terdapat beberapa kelemahan yang terjadi saat proses belajar mengajar yaitu: 1) Film yang dipilih terlalu panjang, dan terlalu lama sehingga siswa merasa

bosan dan tidak aktif dalam pembelajaran.

2) Tokoh dalam cerita terlalu banyak, dalam waktu singkat siswa belum

mampu mengingat ke enam tokoh dalam cerita.

3) Tema kurang begitu dekat dengan kehidupan siswa, sehingga siswa agak

sulit dalam memahami.

4) Jenis film lebih baik memakai bahasa indonesia, hal ini bertujuan agar

siswa yang masih memiliki sisa pendengaran dapat menangkap makna

percakapan dalam cerita, sedangkan untuk yang tidak memiliki sisa

pendengaran bisa mengandalkan lip reading (membaca bibir) dari tokoh

yang sedang berbicara.

Bertolak dari hasil analisis tersebut, maka guru dan peneliti

merumuskan refleksi sebagai berikut:

Page 74: PENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS … filePENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS PENDEKATAN KOMUNIKASI TOTAL ... Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan

lxxiv

1) Agar siswa lebih antusias, aktif dan sungguh-sungguh dalam

mengikuti pembelajaran, sebaiknya film yang dipilih jangan terlalu

panjang, supaya tujuan dari pembelajaran itu sendiri dapat tercapai.

2) Pilih film yang tokoh dalam cerita tidak terlalu banyak, sehingga

memudahkan siswa untuk dapat fokus pada peran dan karakter

masing-masing tokoh.

3) Pilih film yang bertema dekat dengan kehidupan siswa, sehingga

siswa mudah memahami.

4) Jenis film lebih baik memakai bahasa Indonesia, hal ini bertujuan agar

siswa yang masih memiliki sisa pendengaran dapat menangkap

makna percakapan dalam cerita, sedangkan untuk yang tidak

memiliki sisa pendengaran bisa mengandalkan lip reading (membaca

bibir) dari tokoh yang sedang berbicara.

2. Siklus 2

a. Perencanaan

Kegiatan perencanaan ini dimulai pada hari Sabtu 30 Januari 2010. Perencanan ini sangat berdasar pada refleksi dari siklus1, sehingga diharapkan segala kekurangan dapat dihindari dalam pelaksanaan siklus 2 ini. Adapun kegiatan perencanaan adalah mencakup langkah-langkah sebagai berikut: 1) Peneliti dan guru menyusun RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) dan

kisi-kisi soal dengan Kompetensi Dasar menjawab pertanyaan tentang isi

cerita.

2) Peneliti mempersiapkan film animasi yang akan dinarasikan menjadi bentuk

bacaan, kemudian membuat pertanyaan berdasarkan kisi-kisi yang telah

disepakati.

3) Peneliti dan guru menyepakati skenario pembelajaran yang akan

dilaksanakan pada tahap tindakan siklus 2.

a) Langkah-langkah (skenario) pembelajaran pada tindakan siklus 2

pertemuan pertama:

(1) Peneliti memperlihatkan cerita pendek melalui layar kepada siswa

Page 75: PENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS … filePENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS PENDEKATAN KOMUNIKASI TOTAL ... Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan

lxxv

Dengan bantuan media laptop yang dihubungkan dengan LCD,

maka di layar putih akan muncul film animasi layaknya sedang

menonton di bioskop. Film animasi ini memiliki rangkaian cerita

yang nantinya memerlukan pemahaman siswa.

(2) Siswa memperhatikan cerita tersebut

(3) Peneliti membagikan teks cerita

Teks ini adalah narasi tertulis dari film animasi yang telah siswa lihat

di layar. Alur cerita harus sama dengan yang di film, agar anak tidak

merasa bingung. Setelah anak benar-benar menemukan kesamaan

cerita, anak diharapkan akan mampu memahami bacaan dengan

mudah. Hal ini dikarenakan telah ada ilustrasi kongkret tentang

bacaan melalui film animasi.

(4) Peneliti meminta siswa untuk membaca

(5) Peneliti menayangkan cerita sekali lagi

Pada tahap ini, pendekatan komunikasi total mulai dilakukan. Yaitu

dengan membantu siswa memahami isi film dengan penjelasan

guru melalui membaca bibir (lip reading). Artikulasi guru harus jelas

disertai dengan ekspresi yang sesuai agar pemahaman siswa

meningkat.

(6) Peneliti memberikan pertanyaan lisan kepada siswa

Pertanyaan lisan ini dilakukan untuk mengetahui secara cepat

bagaimana pemahaman siswa pasca mendapat tindakan. Dengan

pertanyaan lisan diharapkan akan memperkecil kemungkinan siswa

dalam melihat jawaban teman lain, seperti jika tes dilakukan secara

tertulis. Jadi, kemampuan siswa sebenarnya dapat diukur.

(7) Peneliti memberikan soal tertulis kepada siswa

(8) Setelah selesai, peneliti meminta anak untuk menceritakan kembali

isi bacaan ke depan kelas secara bergantian

b) Langkah-langkah (skenario) tindakan silkus 2 pertemuan kedua: 1) Peneliti membagikan lagi lembar bacaan, soal dan jawaban siswa

Page 76: PENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS … filePENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS PENDEKATAN KOMUNIKASI TOTAL ... Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan

lxxvi

2) Siswa membawa pekerjaan sendiri yang telah dinilai oleh guru

3) Peneliti memutar film sekali lagi untuk mengingatkan kembali

4) Siswa memperhatikan jawaban dari pertanyaan sendiri yang

dikerjakan pada pertemuan sebelumnya.

5) Peneliti menjelaskan kembali isi film dengan komunikasi total

6) Peneliti memulai membacakan lisan soal nomor 1 kemudian

memancing siswa untuk memberikan jawaban secara lisan.

Kemudian membenarkan jika jawaban siswa salah.

7) Siswa menulis jawaban yang benar di buku tulis masing-masing.

4) Peneliti menyiapkan sarana yang dipakai saat pembelajaran yaitu laptop, LCD, kamera digital, lembar observasi, dan alat tulis.

b. Tindakan

Siklus 2 terdiri dari dua pertemuan bersamaan dengan jadwal Bahasa Indonesia di kelas Dasar V, yaitu pada 2 dan 4 Februari 2010. Dalam tahap ini dilakukan tindakan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. 1) Pertemuan pertama

Pelaksanaan pertemuan pertama adalah pada tanggal 2 Februari 2010. Tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pelaksanakan pembelajaran membaca pemahaman dengan media animasi berbasis pendekatan komunikasi total. Peneliti berkolaborasi dengan guru, sehingga antara peneliti dan guru memiliki tugas masing-masing.

Peneliti melaksanakan pembelajaran membaca pemahaman dengan media animasi berbasis pendekatan komunikasi total dikelas. Peneliti juga melakukan observasi terhadap keaktifan siswa saat pembelajaran berlangsung. Guru berperan dalam melakukan observasi terhadap kemampuan peneliti dalam menjelaskan dan mengelola kelas.

Pada tahap pertama peneliti menayangkan film animasi yang

berjudul Berangkat Sekolah, yang terdiri dari 18 kalimat dengan 4 tokoh

yang berperan di dalamnya. Kemudian dibagikan kepada siswa teks narasi

dari film tersebut. Langkah selanjutnya barulah siswa diberikan soal

tertulis siklus 2. Setelah selesai mengerjakan, siswa bersiap untuk maju ke

depan kelas untuk menceritakan kembali isi bacaan tersebut.

2) Pertemuan Kedua Pelaksanaan pertemuan kedua dilaksanakan pada hari kamis

tanggal 4 Februari 2010. Pertemuan ini merupakan lanjutan dari

Page 77: PENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS … filePENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS PENDEKATAN KOMUNIKASI TOTAL ... Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan

lxxvii

pertemuan pertama. Fokus dalam pertemuan ini adalah pada pengungkapan jawaban yang benar terhadap pertanyaan pada pertemuan pertama.

Sesuai dengan RPP yang telah dibuat, awalnya peneliti membagikan lagi lembar bacaan, soal dan jawaban kepada siswa. Siswa membawa pekerjaan sendiri yang telah dinilai oleh peneliti. Kemudian peneliti memutar film sekali lagi untuk mengingatkan kembali isi film yang berjudul Berangkat Sekolah. Siswa memperhatikan jawaban dari pertanyaan sendiri yang dikerjakan pada pertemuan sebelumnya. Selanjutnya peneliti menjelaskan kembali isi film dengan komunikasi total.

Peneliti memulai membacakan lisan soal nomor 1 kemudian

memancing siswa untuk memberikan jawaban secara lisan. Kemudian

membenarkan jika jawaban siswa salah. Siswa menulis jawaban yang

benar di buku tulis masing-masing, hal ini bertujuan agar siswa paham

benar mengenai penggunaan kata tanya beserta jawaban yang tepat.

Sehingga kemampuan membaca pemahaman siswa juga akan

meningkat.

c. Pengamatan

Tahap pengamatan siklus 2 dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan yaitu pada tanggal 2 dan 4 Februari 2010. Pada saat pembelajaran Bahasa Indonesia berlangsung peneliti sebagai partisipan aktif. Mengamati kegiatan belajar mengajar dari awal sampai akhir dan mencatat hasil siklus 2 di dalam kelas. Dikatakan partisipasi aktif, karena peneliti terlibat langsung dalam kegiatan yang dilakukan oleh anak dalam kegiatan belajar mengajar sebagai guru.

Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Selasa, 2 Februari 2010 dan berlangsung selama 2x45 menit. Peneliti mengawali pembelajaran dengan melakukan apersepsi terhadap siswa, mengabsen siswa, dan memberikan pertanyaan pancingan yang mengarah ke pelajaran.

Peneliti berkolaborasi dengan guru, sehingga antara peneliti dan guru memiliki tugas masing-masing. Peneliti melaksanakan pembelajaran membaca pemahaman dengan media animasi berbasis pendekatan komunikasi total dikelas. Peneliti juga melakukan observasi terhadap keaktifan siswa saat pembelajaran berlangsung. Guru berperan dalam melakukan observasi terhadap kemampuan peneliti dalam menjelaskan dan mengelola kelas.

d. Refleksi

Page 78: PENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS … filePENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS PENDEKATAN KOMUNIKASI TOTAL ... Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan

lxxviii

Pada tahap refleksi ini, peneliti bersama dengan guru kelas mengadakan diskusi terkait pelaksanaan tindakan 2 untuk melakukan proses analisis. Analisis yang dimaksud adalah terhadap hasil observasi, serta hasil pekerjaan siswa. Secara umum terdapat beberapa kelemahan yang terjadi saat proses belajar mengajar yaitu: 1) Dalam menjelaskan kurang adanya penekanan terhadap inti dari bacaan.

2) Keaktifan dan antusias siswa saat maju untuk menceritakan kembali

kurang.

Berdasar pada hasil analisis tersebut, maka guru dan peneliti merumuskan refleksi untuk dilaksanakan pada siklus berikutnya, sebagai berikut: 1) Agar siswa lebih memahami isi bacaan dengan mudah, diusahakan

dalam menjelaskan dilakukan penekanan yaitu dengan klik tombol

pause (berhenti sementara waktu) pada bagian-bagian yang penting

guna menjelaskan secara lebih mendalam.

2) Perlu ada reward untuk siswa yang berani maju ke depan menceritakan

kembali dengan kemauan sendiri. Walaupun akhirnya semua siswa

akan mendapatkan reward.

3. Siklus 3

a. Perencanaan

Kegiatan perencanaan ini dimulai pada hari Senin, 8 Februari 2010. Perencanan ini sangat berdasar pada refleksi dari siklus 2, sehingga diharapkan segala kekurangan dapat dihindari dalam pelaksanaan siklus 3 ini dan indikator ketercapaian akan terpenuhi. Adapun kegiatan perencanaan adalah mencakup langkah-langkah sebagai berikut:

1) Peneliti dan guru menyusun RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)

dan kisi-kisi soal dengan Kompetensi Dasar menjawab pertanyaan

tentang isi cerita.

2) Peneliti mempersiapkan film animasi yang akan dinarasikan menjadi

bentuk bacaan, kemudian membuat pertanyaan berdasarkan kisi-kisi

yang telah disepakati.

3) Peneliti dan guru menyepakati skenario pembelajaran yang akan

dilaksanakan pada tahap tindakan siklus 3.

a) Langkah-langkah (skenario) pada tindakan siklus 3 :

Page 79: PENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS … filePENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS PENDEKATAN KOMUNIKASI TOTAL ... Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan

lxxix

(1) Peneliti memperlihatkan cerita pendek melalui layar kepada siswa

Dengan bantuan media laptop yang dihubungkan dengan LCD,

maka di layar putih akan muncul film animasi layaknya sedang

menonton di bioskop. Film animasi ini memiliki rangkaian cerita

yang nantinya memerlukan pemahaman siswa.

(2) Siswa memperhatikan cerita tersebut

(3) Peneliti membagikan teks cerita

Teks ini adalah narasi tertulis dari film animasi yang telah siswa

lihat di layar. Alur cerita harus sama dengan yang di film, agar anak

tidak merasa bingung. Setelah anak benar-benar menemukan

kesamaan cerita, anak diharapkan akan mampu memahami

bacaan dengan mudah. Hal ini dikarenakan telah ada ilustrasi

kongkret tentang bacaan melalui film animasi.

(4) Peneliti meminta siswa untuk membaca

(5) Peneliti menayangkan cerita sekali lagi

Pada tahap ini, pendekatan komunikasi total mulai dilakukan.

Yaitu dengan membantu siswa memahami isi film dengan

penjelasan guru melalui membaca bibir (lip reading). Artikulasi

guru harus jelas disertai dengan ekspresi yang sesuai agar

pemahaman siswa meningkat.

(6) Peneliti melakukan penekanan penjelasan yaitu dengan klik

tombol pause (berhenti sementara waktu) pada bagian-bagian

yang penting guna menjelaskan secara lebih mendalam.

(7) Peneliti memberikan pertanyaan lisan kepada siswa

Pertanyaan lisan ini dilakukan untuk mengetahui secara cepat

bagaimana pemahaman siswa pasca mendapat tindakan. Dengan

pertanyaan lisan diharapkan akan memperkecil kemungkinan

siswa dalam melihat jawaban teman lain, seperti jika tes dilakukan

secara tertulis. Jadi, kemampuan siswa sebenarnya dapat diukur.

Page 80: PENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS … filePENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS PENDEKATAN KOMUNIKASI TOTAL ... Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan

lxxx

(8) Peneliti memberikan soal tertulis kepada siswa

(9) Setelah selesai, peneliti meminta anak untuk menceritakan

kembali isi bacaan ke depan kelas secara bergantian dengan

memberikan reward kepada siswa yang berani maju tanpa

paksaan.

4) Peneliti menyiapkan sarana yang dipakai saat pembelajaran yaitu laptop, LCD, kamera digital, lembar observasi, dan alat tulis.

b. Tindakan

Pelaksanaan tindakan siklus 3 adalah pada tanggal 18 Februari 2010. Tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pelaksanakan pembelajaran membaca pemahaman dengan media animasi berbasis pendekatan komunikasi total. Peneliti berkolaborasi dengan guru, sehingga antara peneliti dan guru memiliki tugas masing-masing.

Peneliti melaksanakan pembelajaran membaca pemahaman dengan media animasi berbasis pendekatan komunikasi total dikelas. Peneliti juga melakukan observasi terhadap keaktifan siswa saat pembelajaran berlangsung. Guru berperan dalam melakukan observasi terhadap kemampuan peneliti dalam menjelaskan dan mengelola kelas.

Pada tahap pertama peneliti menayangkan film animasi yang

berjudul Berangkat Sekolah, yang terdiri dari 18 kalimat dengan 4 tokoh

yang berperan di dalamnya. Sengaja judul bacaan dan film yang

digunakan sama dengan bacaan pada saat siklus 2, karena judul bacaan

tersebut dirasa sudah sangat dekat dengan kegiatan sehari-hari siswa.

Hanya saja pertanyaannya dirubah agar kemampuan siswa dalam

membaca pemahaman benar-benar dapat terlihat peningkatannya.

Kemudian dibagikan kepada siswa teks narasi dari film tersebut. Langkah

selanjutnya barulah siswa diberikan soal tertulis siklus 3. Setelah selesai

mengerjakan, siswa bersiap untuk maju ke depan kelas untuk

menceritakan kembali isi bacaan tersebut.

c. Pengamatan

Page 81: PENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS … filePENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS PENDEKATAN KOMUNIKASI TOTAL ... Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan

lxxxi

Tahap pengamatan siklus 3 dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan yaitu pada tanggal 18 Februari 2010. Pada saat pembelajaran Bahasa Indonesia berlangsung peneliti sebagai partisipan aktif. Mengamati kegiatan belajar mengajar dari awal sampai akhir dan mencatat hasil siklus 3 di dalam kelas. Dikatakan partisipasi aktif, karena peneliti terlibat langsung dalam kegiatan yang dilakukan oleh anak dalam kegiatan belajar mengajar sebagai guru.

Pertemuan siklus 3 ini dilaksanakan pada hari Kamis, 18 Februari 2010 dan berlangsung selama 2x45 menit. Peneliti mengawali pembelajaran dengan melakukan apersepsi terhadap siswa, mengabsen siswa, dan memberikan pertanyaan pancingan yang mengarah ke pelajaran.

Peneliti berkolaborasi dengan guru, sehingga antara peneliti dan guru memiliki tugas masing-masing. Peneliti melaksanakan pembelajaran membaca pemahaman dengan media animasi berbasis pendekatan komunikasi total dikelas. Peneliti juga melakukan observasi terhadap keaktifan siswa saat pembelajaran berlangsung. Guru berperan dalam melakukan observasi terhadap kemampuan peneliti dalam menjelaskan dan mengelola kelas.

d. Refleksi

Pada tahap refleksi ini, peneliti bersama dengan guru kelas mengadakan diskusi terkait pelaksanaan tindakan 3 untuk melakukan proses analisis. Analisis yang dimaksud adalah terhadap hasil observasi, serta hasil pekerjaan siswa. Menurut pendapat guru, kekurangan pada 2 siklus sebelumnya sudah tidak terjadi pada siklus ke 3. Terbukti juga dengan adanya peningkatan pada semua aspek penilaian.

B. Hasil Penelitian

a. Deskripsi Kondisi Awal

Kondisi awal siswa kelas Dasar V SLB B YRTRW Surakarta yang akan

dideskripsikan adalah pada kemampuan membaca pemahaman dan

keaktifan siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia pada Kompetensi

Dasar menjawab pertanyaan tentang isi cerita. Dari hasil wawancara,

observasi, dan analisis dokumen yang berupa nilai ulangan harian Bahasa

Page 82: PENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS … filePENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS PENDEKATAN KOMUNIKASI TOTAL ... Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan

lxxxii

Indonesia aspek membaca pemahaman siswa, terlihat bahwa siswa kelas

Dasar V SLB B YRTRW Surakarta mengalami kesulitan dalam membaca

pemahaman.

Penelitian yang telah dilakukan tidak memakai (pretest) tes sebelum

tindakan. Nilai yang dipakai sebagai acuan adalah nilai yang diperoleh

peneliti dari guru kelas pada saat mengadakan observasi awal. Data ini

berupa daftar nilai ulangan harian Bahasa Indonesia aspek membaca

pemahaman siswa kelas Dasar V SLB B YRTRW Surakarta Tahun Ajaran 2009

/ 2010 Semester Genap.

Tabel. 6.Kemampuan Awal Membaca Pemahaman Siswa Kelas Dasar V SLB B YRTRW Surakarta Tahun Ajaran 2009 / 2010 Semester Genap.

Nama Siswa

Nilai Tes Tertulis

Nilai Tes Perbuatan

Nilai akhir

Ri 55 45 50

And 40 40 40

Dn 55 45 50 Fr 45 35 40

Anj 50 50 50

As 65 45 50

Nr 40 40 40 Nilai dalam tabel 6 tersebut, diperoleh dari hasil ulangan harian yang

dilaksanakan oleh guru bersamaan dengan observasi awal peneliti. Guru menuliskan bacaan di papan tulis, yang merupakan hasil dari tindak lanjut apersepsi guru. Saat itu ada yang tidak masuk sekolah tanpa keterangan. Dibuatlah tema ini menjadi judul bacaan yaitu Tidak Berangkat Sekolah. Kemudian guru memberikan 10 pertanyaan tertulis yang akan mengungkap tingkat kemampuan membaca pemahaman siswa. Setelah semua pertanyaan telah selesai dijawab, secara bergantian siswa maju ke depan kelas untuk menceritakan kembali isi bacaan.

Dari tabel 6 tersebut, terlihat ada 3 siswa dari 7 siswa secara keseluruhan yang mendapat nilai 40 atau sebesar 42,85% dan 4 siswa yang lain mendapat nilai 50 atau sebesar 57,14%. Bila dianalisis dengan meninjau KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang telah ditetapkan untuk Bahasa Indonesia yaitu ≥ 60, belum ada dari ke 7 siswa tersebut yang mencapai ketuntasan. Jadi dapat disimpulkan bahwa kemampuan awal siswa dalam membaca pemahaman adalah 0%.

Observasi awal penelitian ini selain meninjau nilai siswa, peneliti juga melakukan observasi terhadap keaktifan siswa. Dalam tahap observasi ini,

Page 83: PENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS … filePENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS PENDEKATAN KOMUNIKASI TOTAL ... Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan

lxxxiii

peneliti menggunakan sistem observasi non partisipan. Peneliti tidak terlibat secara langsung dalam kegiatan belajar mengajar serta mengusahakan sebisa mungkin untuk tidak mempengaruhi proses alami dari kegiatan belajar mengajar pada hari itu. Adapun hasil observasi terhadap keaktifan siswa seperti tertuang dalam tabel berikut:

Tabel. 7. Hasil Observasi Kondisi Awal Keaktifan Siswa

Dari hasil observasi

terhadap keaktifan siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia pada tanggal 12 Januari 2010, terdapat 2 siswa dalam kategori aktif atau sebesar 28,57%, 4 siswa cukup aktif atau sebesar 57,14%, dan 1 siswa kurang aktif atau sebesar 14,28%. Adapun aspek observasi terhadap keaktifan siswa tersebut, secara garis besar mencakup perhatian terhadap penjelasan dan perintah guru serta perhatian terhadap teman saat bercerita di depan kelas. Jadi observasi terhadap siswa ini, harus mulai dipantau sejak pelajaran dimulai sampai tes terakhir yaitu menceritakan kembali selesai.

b. Siklus I

1) Hasil Tes Membaca Pemahaman Siklus 1 Dari tes yang mengungkap kemampuan membaca pemahaman

siswa, yang terdiri dari dua tes yaitu tes tertulis dan tes perbuatan, hasilnya tertuang dalam tabel 8 berikut:

Tabel. 8. Hasil Tes Membaca Pemahaman Siklus 1

P

ada tabel 8 di atas menunjukkan bahwa siswa dengan kategori baik dalam

Nama Kondisi awal

Kategori

Dn 34 Aktif

As 33 Aktif

And 24 Cukup aktif

Nr 25 Cukup aktif

Fe 19 Kurang aktif

Ri 25 Cukup aktif

Anj 30 Cukup aktif

Nama Nilai Tes Tertulis

Nilai Tes Perbuata

n

Nilai Akhir

Kategori Kriteria Ketuntasan

Minimal (KKM) Dn 65 70 67,5 Cukup Tuntas

As 65 75 70 Baik Tuntas

And 60 45 52,5 Kurang Belum

Nr 60 50 55 Cukup Belum

Ri 55 55 55 Cukup Belum

Fe 25 70 47,5 Kurang Belum

Anj 40 75 57,5 Cukup Belum Persentase tuntas 28,57%

Page 84: PENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS … filePENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS PENDEKATAN KOMUNIKASI TOTAL ... Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan

lxxxiv

membaca pemahaman hanya 1 siswa dari keseluruhan 7 siswa atau sebesar 14,28%, siswa dalam kategori cukup ada 4 siswa atau sebesar 57,14%, dan siswa dalam kategori kurang ada 2 siswa atau sebesar 28,57%. Jika meninjau dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), siswa yang mencapai nilai ≥ 60 atau tuntas dari KKM ada 2 siswa atau sebesar 28, 57%, sedangkan 5 siswa yang lain belum tuntas atau sebesar 71,42%. Jadi dapat disimpulkan bahwa pada pelaksanaan tindakan siklus 1 ini, terjadi peningkatan kemampuan membaca pemahaman siswa dari kondisi awal yaitu sebesar 28,57%.

2) Hasil Observasi Keaktifan Siswa Berdasarkan observasi peneliti pada pelaksanaan tindakan siklus

1, dengan pengamatan terhadap keaktifan siswa saat pembelajaran Bahasa Indonesia melalui lembar observasi diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel. 9. Hasil Observasi Keaktifan Siswa Siklus 1

Pada tabel 9

di atas, menunjukkan

bahwa siswa dengan

kategori aktif dalam pembelajaran Bahasa Indonesia sebanyak 3

siswa dari keseluruhan 7 siswa atau sebesar 42,85%, sedangkan 4

siswa yang lain dalam kategori cukup aktif atau sebesar 57,14%.

Mulai ada peningkatan keaktifan pada pelaksanaan tindakan pada

siklus 1 ini jika dibandingkan dengan kondisi awal yang baru

mencapai 2 siswa dari keseluruhan 7 siswa dalam kategori aktif atau

sebesar 28,57%. Jadi ada peningkatan 14,28% dibandingkan dari

kondisi awal.

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap proses belajar mengajar Bahasa Indonesia pada tindakan 1, diperoleh hasil sebagai berikut: a) Siswa yang aktif selama kegiatan belajar mengajar berjumlah 3

siswa dari 7 siswa secara keseluruhan

Nama Siklus 1 Kategori Dn 36 Aktif

As 35 Aktif

And 26 Cukup aktif

Nr 27 Cukup aktif

Fe 21 Cukup aktif

Ri 28 Cukup aktif

Anj 32 Aktif

Page 85: PENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS … filePENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS PENDEKATAN KOMUNIKASI TOTAL ... Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan

lxxxv

b) Siswa yang cukup aktif dalam kegiatan belajar mengajar

berjumlah 3 siswa dari 7 siswa secara keseluruhan.

c) Siswa yang kurang aktif dalam kegiatan belajar mengajar

berjumlah 1 siswa dari 7 siswa secara keseluruhan.

d) Peneliti sebagai guru dalam kemampuan menjelaskan mendapat

kategori baik dengan skor 38 dari skor maksimal 48.

e) Peneliti sebagai guru dalam kemampuan mengelola kelas

mendapat kategori baik dengan skor 76 dari skor maksimal 80.

Berdasarkan hasil tes membaca pemahaman pada siklus 1, siswa yang mencapai ketuntasan minimal ada 2 siswa dari keseluruhan 7 siswa atau sebesar 28, 57%. Siswa yang aktif dalam pembelajaran ada 3 siswa dari keseluruhan 7 siswa atau sebesar 42,85%. Jadi, jika ditinjau dari indikator ketercapaian yang telah ditentukan yaitu 5 dari 7 siswa mendapat nilai ≥ 60 dan 5 dari 7 siswa aktif dalam pembelajaran, maka pada siklus 1 ini belum berhasil mencapai indikator ketercapaian, maka akan diadakan siklus 2.

c. Siklus II

1) Hasil Tes Membaca Pemahaman Siklus 2 Dari tes yang mengungkap kemampuan membaca pemahaman

siswa, yang terdiri dari dua tes yaitu tes tertulis dan tes perbuatan, hasilnya tertuang dalam tabel 10 berikut:

Tabel. 10. Hasil Tes Membaca Pemahaman Siklus 2

P

ada tabel 10 di atas menunjukkan bahwa siswa dengan kategori baik dalam membaca pemahaman ada 2 siswa dari keseluruhan 7 siswa atau sebesar 28,57%, siswa dalam kategori cukup ada 4 siswa atau sebesar 57,14%, dan siswa dalam kategori kurang ada 1 siswa atau sebesar 14,28%. Jika meninjau dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), siswa yang mencapai nilai ≥ 60 atau tuntas dari KKM ada 4 siswa atau sebesar 57,14%, sedangkan 3 siswa yang lain belum tuntas atau sebesar

Nama Nilai Tes Tertulis

Nilai Tes Perbuata

n

Nilai Akhir

Kategori Kriteria Ketuntasan

Minimal (KKM) Dn 75 67 71 Baik Tuntas

As 90 60 75 Baik Tuntas

And 80 29 57,5 Cukup Belum

Nr 70 43 56,5 Cukup Belum

Ri 80 50 65 Cukup Tuntas

Fe 70 36 53 Kurang Belum

Anj 75 50 62,5 Cukup Tuntas Persentase tuntas 57,14%

Page 86: PENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS … filePENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS PENDEKATAN KOMUNIKASI TOTAL ... Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan

lxxxvi

42,85%. Jadi dapat disimpulkan bahwa pada pelaksanaan tindakan siklus 2 ini, terjadi peningkatan kemampuan membaca pemahaman siswa dari siklus 1 yaitu sebesar 28,57%.

2) Hasil Observasi Keaktifan Siswa

Berdasarkan observasi peneliti pada pelaksanaan tindakan siklus 2, dengan pengamatan terhadap keaktifan siswa saat pembelajaran Bahasa Indonesia melalui lembar observasi diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel. 11. Hasil Observasi Keaktifan Siswa Siklus 2

Pada tabel 11 di atas,

menunjukkan

bahwa siswa dengan

kategori aktif dalam pembelajaran Bahasa Indonesia sebanyak 5 siswa

dari keseluruhan 7 siswa atau sebesar 71,42%, sedangkan 2 siswa yang

lain dalam kategori cukup aktif atau sebesar 28,57%. Terlihat lagi adanya

peningkatan keaktifan pada pelaksanaan tindakan pada siklus 2 ini jika

dibandingkan dengan siklus 1 yang mencapai 3 siswa dari keseluruhan 7

siswa atau sebesar 42,85%. Jadi pada siklus 2 ini ada peningkatan

28,57% dibandingkan dari siklus 1.

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap proses belajar mengajar Bahasa Indonesia pada tindakan 2, diperoleh hasil sebagai berikut:

a) Siswa yang aktif selama kegiatan belajar mengajar berjumlah 5 siswa dari 7 siswa secara keseluruhan

b) Siswa yang cukup aktif dalam kegiatan belajar mengajar berjumlah 2 siswa dari 7 siswa secara keseluruhan.

c) Siswa yang kurang aktif tidak ada. d)Peneliti sebagai guru dalam kemampuan menjelaskan mendapat kategori

baik dengan skor 46 dari skor maksimal 48. e) Peneliti sebagai guru dalam kemampuan mengelola kelas mendapat

kategori baik dengan skor 79 dari skor maksimal 80. Berdasarkan hasil tes membaca pemahaman pada siklus 2, siswa

yang mencapai ketuntasan minimal ada 4 siswa dari keseluruhan 7 siswa

Nama Siklus 2 Kategori Dn 37 Aktif

As 37 Aktif

And 33 Aktif

Nr 32 Aktif

Fe 28 Cukup aktif

Ri 29 Cukup aktif

Anj 34 aktif

Page 87: PENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS … filePENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS PENDEKATAN KOMUNIKASI TOTAL ... Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan

lxxxvii

atau sebesar 57,14%, sedangkan 3 siswa yang lain belum tuntas atau sebesar

42,85%. Siswa yang aktif dalam pembelajaran ada 5 siswa dari keseluruhan 7

siswa atau sebesar 71,42%. Jadi, jika ditinjau dari indikator ketercapaian

yang telah ditentukan yaitu 5 dari 7 siswa mendapat nilai ≥ 60 dan 5 dari 7

siswa aktif dalam pembelajaran, maka pada siklus 2 ini belum berhasil

mencapai indikator ketercapaian, maka akan diadakan siklus 3.

d. Siklus III

1) Hasil Tes Membaca Pemahaman Siklus 3 Dari tes yang mengungkap kemampuan membaca pemahaman

siswa, yang terdiri dari dua tes yaitu tes tertulis dan tes perbuatan, hasilnya tertuang dalam tabel 12 berikut:

Tabel. 12. Hasil Tes Membaca Pemahaman Siklus 3

P

ada tabel 12 di atas menunjukkan bahwa siswa dengan kategori baik dalam membaca pemahaman ada 4 siswa dari keseluruhan 7 siswa atau sebesar 57,14%, sisanya siswa dalam kategori istimewa ada 3 siswa atau sebesar 42,85%. Jika meninjau dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), siswa yang mencapai nilai ≥ 60 atau tuntas dari KKM semua siswa telah mencapai KKM atau 100%. Jadi dapat disimpulkan bahwa pada pelaksanaan tindakan siklus 3 ini, terjadi peningkatan kemampuan membaca pemahaman siswa dari siklus 2 yaitu sebesar 42,86%.

2) Hasil Observasi Keaktifan Siswa Berdasarkan observasi peneliti pada pelaksanaan tindakan siklus 3,

dengan pengamatan terhadap keaktifan siswa saat pembelajaran Bahasa Indonesia melalui lembar observasi diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel. 13. Hasil Observasi Keaktifan Siswa Siklus 3

Nama Nilai Tes Tertulis

Nilai Tes Perbuata

n

Nilai Akhir

Kategori Kriteria Ketuntasan

Minimal (KKM)

Dn 80 88 84 Baik Tuntas

As 90 100 95 Sempurna Tuntas

And 80 60 70 Baik Tuntas

Nr 70 100 85 Sempurna Tuntas

Ri 80 100 90 Sempurna Tuntas

Fe 70 88 79 Baik Tuntas

Anj 80 86 84 Baik Tuntas Persentase tuntas 100%

Nama Siklus 3 Kategori Dn 38 Aktif

As 38 Aktif

Page 88: PENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS … filePENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS PENDEKATAN KOMUNIKASI TOTAL ... Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan

lxxxviii

Pada tabel 13 di atas, menunjukkan bahwa siswa dengan

kategori aktif dalam pembelajaran Bahasa Indonesia sebanyak 7 siswa

dari keseluruhan 7 siswa atau sebesar 100%. Terlihat lagi adanya

peningkatan keaktifan pada pelaksanaan tindakan pada siklus 3 ini jika

dibandingkan dengan siklus 3 yang mencapai 7 siswa dari keseluruhan 7

siswa atau sebesar 100% Jadi pada siklus 3 ini ada peningkatan 57,15%

dibandingkan dari siklus 2.

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap proses belajar mengajar Bahasa Indonesia pada tindakan 3, diperoleh hasil sebagai berikut:

a) Semua siswa aktif dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. b) Peneliti sebagai guru dalam kemampuan menjelaskan mendapat

kategori baik dengan skor 47 dari skor maksimal 48. c) Peneliti sebagai guru dalam kemampuan mengelola kelas mendapat

kategori baik dengan skor 80 dari skor maksimal 80. Berdasarkan hasil tes membaca pemahaman pada siklus 3, siswa yang mencapai ketuntasan minimal ada 7 siswa dari keseluruhan 7 siswa atau sebesar 100%, sedangkan siswa yang aktif dalam pembelajaran ada 7 siswa dari keseluruhan 7 siswa atau sebesar 100%. Jadi, jika ditinjau dari indikator ketercapaian yang telah ditentukan yaitu 5 dari 7 siswa mendapat nilai ≥ 60 dan 5 dari 7 siswa aktif dalam pembelajaran, maka pada siklus 3 ini telah berhasil mencapai indikator ketercapaian.

Penyajian data hasil penelitian akan lebih jelas peningkatannya bila

menampilkan hasil tes dan observasi pada tiap siklusnya baik dalam bentuk tabel

maupun grafik . Peningkatan keterampilan siswa dalam membaca pemahaman

dengan media animasi berbasis komunikasi total pada tiap siklusnya dapat dilihat

pada tabel 14 dan disajikan dalam bentuk grafik 1 berikut ini:

Tabel 14. Peningkatan Nilai Tes Membaca Pemahaman Tiap Siklus

And 35 Aktif

Nr 34 Aktif

Fe 31 Aktif

Ri 32 Aktif

Anj 36 Aktif

Nama Kemampuan awal

Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3 Keterangan

Page 89: PENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS … filePENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS PENDEKATAN KOMUNIKASI TOTAL ... Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan

lxxxix

D

ata

pada tabel 14 di atas merupakan rekapitulasi hasil tes membaca

pemahaman dimulai dari kemampuan awal siswa, siklus 1, siklus 2, dan

siklus 3. Pada tabel tersebut terlihat adanya peningkatan sejak diadakan

siklus 1, siklus 2 dan siklus 3. Dari daftar nilai guru yang digunakan sebagai

acuan dalam penentuan kemampuan awal, terlihat bahwa dari semua siswa

belum ada yang mencapai ketuntasan atau ketuntasan baru mencapai 0%.

Pada hasil tes siklus 1, persentase tuntas mencapai 28,57%, atau terjadi

peningkatan 28,57% bila dibandingkan dengan kemampuan awal. Pada hasil

tes siklus 2, persentase tuntas sebesar 57,14%, atau terjadi peningkatan

28,57% bila dibandingkan dengan hasil tes siklus 1. Bila membandingkan

hasil siklus 2 dengan kemampuan awal, maka peningkatan hasil adalah

sebesar 57,14%. Pada hasil tes siklus 3, persentase tuntas adalah sebesar

100%, atau terjadi peningkatan bila dibandingkan dengan hasil tes siklus 2

sebesar 42,86%. Bila membandingkan hasil siklus 3 dengan kemampuan

awal, maka peningkatan hasil adalah sebesar 100%.

Grafik 1 berikut juga akan menggambarkan adanya peningkatan

nilai tes membaca pemahaman siswa kelasa Dasar V, sebagai berikut :

Dn 50 67,5 71 84 Meningkat

As 50 70 75 95 Meningkat

And 40 52,5 57,5 70 Meningkat

Nr 40 55 56,5 85 Meningkat

Ri 50 55 65 90 Meningkat

Fe 40 47,5 53 79 Meningkat

Anj 50 57,5 62,5 84 Meningkat

% Tuntas 0% 28,57% 57,14% 100% Meningkat

% Peningkatan 28,57% 28,57% 42,86%

Page 90: PENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS … filePENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS PENDEKATAN KOMUNIKASI TOTAL ... Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan

xc

Grafik 1. Tabulasi Nilai Membaca Pemahaman

Grafik 1 di atas merupakan bentuk penyajian lain dari tabel 14.

Hanya saja dengan grafik, diharapkan peningkatan hasil tes dapat terlihat

secara jelas. Pada hasil tes siklus 1, persentase tuntas mencapai 28,57%.

Pada hasil tes siklus 2, persentase tuntas sebesar 57,14%. Pada hasil tes

siklus 3, persentase tuntas adalah sebesar 100%.

Peningkatan keaktifan siswa saat pembelajaran Bahasa Indonesia

dengan media animasi berbasis komunikasi total dapat dilihat pada tabel 15

dan disajikan dalam bentuk grafik 2 berikut ini:

Tabel 15. Peningkatan Keaktifan Siswa Kelas Dasar V SLB B YRTRW Surakarta

Tahun Ajaran 2009/2010 Tiap Siklus

Nama Kondisi

Awal

Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3 Keterangan

Dn 34 36 37 38 Meningkat

As 33 35 37 38 Meningkat

And 24 26 33 35 Meningkat

Nr 25 27 32 34 Meningkat

Ri 19 21 28 31 Meningkat

0%

28,57%

57,14%

100%

0%10%20%30%40%50%60%70%80%90%

Kemampuan awal

Post Test I Post Test II Post Test III

100%%

Page 91: PENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS … filePENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS PENDEKATAN KOMUNIKASI TOTAL ... Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan

xci

Data pada tabel 15 di atas merupakan rekapitulasi observasi

keaktifan siswa saat pembelajaran Bahasa Indonesia, dimulai dari

kemampuan awal siswa, siklus 1, siklus 2, dan siklus 3. Pada tabel tersebut

terlihat adanya peningkatan sejak diadakan siklus 1, siklus 2 dan siklus 3.

Pada hasil observasi kondisi awal, persentase keaktifan adalah sebesar

28,57%. Pada hasil observasi siklus 1, persentase keaktifan mencapai

42,85%, atau terjadi peningkatan 14,28% bila dibandingkan dengan kondisi

awal. Pada hasil observasi siklus 2, persentase keaktifan sebesar 57,14%, atau

terjadi peningkatan 14,29% bila dibandingkan dengan hasil observasi siklus 1.

Bila membandingkan hasil observasi siklus 2 dengan kemampuan awal, maka

peningkatan hasil adalah sebesar 28,57%. Pada hasil observasi siklus 3,

persentase aktif adalah sebesar 100%, atau terjadi peningkatan bila

dibandingkan dengan hasil tes siklus 2 sebesar 42,86%. Bila membandingkan

hasil siklus 3 dengan kemampuan awal, maka peningkatan hasil adalah

sebesar 71,43%.

Grafik 2 berikut juga akan menggambarkan adanya peningkatan

nilai tes membaca pemahaman siswa kelasa Dasar V, sebagai berikut :

Fe 25 28 29 32 Meningkat

Anj 31 32 34 36 Meningkat

% Aktif 28,57% 42,85% 57,14% 100% Meningkat

% Peningkatan 14,28% 14,29% 42,86%

Page 92: PENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS … filePENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS PENDEKATAN KOMUNIKASI TOTAL ... Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan

xcii

Grafik 2. Tabulasi Keaktifan Siswa

Grafik 2 di atas merupakan bentuk penyajian lain dari tabel 15. Hanya

saja dengan grafik, diharapkan peningkatan hasil observasi dapat terlihat

secara jelas. Pada kondisi awal, tercatat persentase siswa yang aktif sebesar

28,57%. Pada hasil observasi siklus 1, persentase keaktifan mencapai

42,85%. Pada hasil observasi siklus 2, persentase keaktifan sebesar 71,14%.

Pada hasil observasi siklus 3, persentase keaktifan adalah sebesar 100%.

Bila ditinjau dari hasil observasi terhadap kemampuan peneliti sebagai guru dalam kemampuan menjelaskan dalam siklus 1 mendapat kategori baik dengan skor 38 dari skor maksimal 48. Peneliti sebagai guru dalam kemampuan mengelola kelas pada siklus 1 mendapat kategori baik dengan skor 76 dari skor maksimal 80. Pada siklus 2 peneliti sebagai guru dalam kemampuan menjelaskan mendapat kategori baik dengan skor 46 dari skor maksimal 48. Peneliti sebagai guru dalam kemampuan mengelola kelas mendapat kategori baik dengan skor 79 dari skor maksimal 80. Pada siklus 3 peneliti sebagai guru dalam kemampuan menjelaskan mendapat kategori baik dengan skor 47 dari skor maksimal 48. Peneliti sebagai guru dalam kemampuan mengelola kelas mendapat kategori baik dengan skor 80 dari skor maksimal 80.

Berdasarkan paparan hasil penelitian di atas, terlihat bahwa nilai tes

membaca pemahaman dari kondisi awal, kemudian dalam pelaksanaan tiap-

tiap siklus mangalami peningkatan. Begitu pula dengan keaktifan siswa,

terlihat pula adanya peningkatan dari kondisi awal sampai pelaksanaan

28,57%

42,85%

71,14%

100%

0%10%20%30%40%50%60%70%80%90%

Kondisi awal Post Test I Post Test II Post Test III

100%%

Page 93: PENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS … filePENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS PENDEKATAN KOMUNIKASI TOTAL ... Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan

xciii

siklus 3. Peran guru dalam keterampilan mengelola kelas dan menjelaskan

juga sangat membantu tercapainya peningkatan kemampuan membaca

pemahaman siswa. Dari beberapa pernyataan tersebut, dapat disimpulkan

bahwa, “Penggunaan media animasi berbasis komunikasi total dapat

meningkatkan kemampuan membaca pemahaman pada siswa kelas Dasar V

SLB B YRTRW Surakarta tahun ajaran 2009/2010.

C. Pembahasan Hasil Penelitian

Pembahasan dalam skripsi ini meliputi penjabaran mengenai

peningkatan keterampilan membaca pemahaman bacaan serta peningkatan

keaktifan siswa saat pembelajaran Bahasa Indonesia menggunakan media

animasi berbasis pendekatan komunikasi total pada siswa kelas Dasar V SLB B

YRTRW Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010. Melalui penguraikan lebih lanjut

berdasarkan data hasil penelitian yang dikuatkan dengan teori yang relevan.

Disertai pembahasan tentang kendala-kendala yang dihadapi dalam peningkatan

kemampuan membaca pemahaman dengan penggunaan media animasi berbasis

komunikasi total.

1. Peningkatan Keterampilan Membaca Pemahaman Siswa Kelas Dasar V

SLB B YRTRW Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010

Page 94: PENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS … filePENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS PENDEKATAN KOMUNIKASI TOTAL ... Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan

xciv

Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterampilan siswa kelas Dasar

V dalam membaca pemahaman mengalami peningkatan setelah mengikuti

pembelajaran dengan menggunakan media animasi berbasis komunikasi

total.

Dari tabel 14 dan grafik 4 di atas, merupakan bukti konkret adanya

peningkatan kemampuan membaca pemahaman siswa kelas Dasar V SLB B

YRTRW Surakarta setelah mendapat perlakuan yaitu dengan menggunakan

media animasi berbasis pendekatan komunikasi total. Hasil tersebut relevan

dengan pendapat Azhar Arsyad, (2005 : 15) yang menyatakan bahwa,

”Dalam suatu proses belajar mengajar, ada dua unsur yang amat penting

adalah metode mengajar dan media pembelajaran”. Dari kedua unsur

tersebut, yang akan dikaji lebih lanjut yaitu pada media pembelajaran, sesuai

dengan variabel penelitian skripsi ini. Media dikatakan sangat penting dalam

suatu proses belajar mengajar karena media dalam penelitian ini menjadi

alat bantu yang akan mempermudah siswa dalam memahami bacaan.

Terlebih bagi siswa tunarungu, mereka memiliki keterbatasan dalam

penerimaan informasi auditif. Keterbatasan ini, membuat proses belajar

mereka akan terhambat pula. Media akan membantu mereka dalam

pembelajaran. Dengan media, semua informasi yang seharusnya

tersampaikan dalam bentuk audio dapat disajikan dalam bentuk lain yang

tentu saja lebih efektif. Lebih lanjut dijelaskan pula fungsi utama media

pembelajaran, yang dikemukakan oleh Kemp & Dayton (1985:28), bahwa

fungsi utama media pembelajaran ada tiga, yaitu: 1) Memotivasi minat atau

tindakan, 2) Menyajikan informasi, 3) Memberi instruksi.

Fungsi memotivasi minat atau tindakan merupakan fungsi yang

pertama. Mengandung arti bahwa media dalam pembelajaran dapat

meningkatkan semangat dan antusias siswa dalam belajar. Dalam penelitian

ini fungsi tersebut terbukti dengan meningkatnya keaktifan siswa saat

pembelajaran Bahasa Indonesia menggunakan media animasi. Film animasi

Page 95: PENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS … filePENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS PENDEKATAN KOMUNIKASI TOTAL ... Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan

xcv

sebagai media pembelajaran sangat menarik perhatian siswa. Mereka

seolah-olah melihat serial kartun yang biasa mereka lihat di rumah. Masa

usia mereka memang masih sangat tertarik kepada media visual yang

terkesan tidak kaku dan tidak memberatkan. Suasana ini tentulah membuat

proses belajar menjadi lebih bersemangat dalam menerima penjelasan dari

guru.

Berkenaan dengan penelitian ini, media animasi berfungsi dalam

menyajikan informasi. Untuk tujuan informasi, media pembelajaran dapat

digunakan dalam rangka penyampaian informasi di hadapan sekelompok

siswa. Penyajian informasi yaitu berupa gambar bergerak atau animasi, yang

mengilustrasikan bacaan yang nantinya akan dipahami siswa. Terlebih

karena siswa yang menjadi subyek penelitian ini adalah anak tunarungu.

Ketunarunguan membuat informasi dalam bentuk audio kurang dapat

dimanfaatkan siswa, terutama pada anak tunarungu total.

Fungsi utama media dalam pembelajaran yang ketiga adalah untuk

memberi instruksi. Media memegang peran yang penting dalam proses

pemberian tugas atau beberapa perintah dari guru. Aplikasi dalam penelitian

ini adalah pada penggunaan media animasi berbasis komunikasi total dalam

pemberian istruksi. Komunikasi total menerapkan prinsip kejelasan artikulasi

dalam penyampaian informasi. Bahasa oral dan artikulasi yang jelas

membuat komunikasi dengan anak tunarungu menjadi lebih efektif.

Kemampuan siswa dalam menerima instruksipun semakin meningkat

karenanya. Dengan demikian pembelajaran menjadi lebih efektif.

Jensema (dalam Mohammad Efendi 2006 :80) mencatat bahwa anak

tunarungu yang memasuki periode usia 10 tahun dari usia 8-10 tahun, rata-

rata yang memasuki periode usia 10 tahun dari usia 8-10 tahun, rata-rata

yang mengalami penambahan kosakata sebanyak pada murid-murid yang

normal pendengarannya antara permulaan taman kanak-kanak hingga akhir

kelas II. Ditambah pula, kemampuan membaca anak tunarungu usia 14

Page 96: PENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS … filePENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS PENDEKATAN KOMUNIKASI TOTAL ... Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan

xcvi

tahun setingkat dengan anak kelas III. Jadi, menurut penulis, media yang

paling efektif bagi anak tunarungu adalah media visual yang dimodifikasi

dengan pendekatan komunikasi total. Penjelasan ini didukung dengan

pendapat Akhmad Sudrajat yang menggambarkan hubungan media dengan

tujuan belajar dalam tabel berikut:

Tabel.16. Hubungan Media dengan Tujuan Belajar

Jenis Media 1 2 3 4 5 6

Gambar Diam S T S S R R

Gambar Hidup S T T T S S

Televisi S S T S R S

Obyek Tiga Dimensi R T R R R R

Rekaman Audio S R R S R S

Programmed Instruction

S S S T R S

Demonstrasi R S R T S S

Buku teks tercetak S R S S R S

Keterangan : R = Rendah , S = Sedang , T= Tinggi

1 = Belajar Informasi faktual

2 = Belajar pengenalan visual

3 = Belajar prinsip, konsep dan aturan

4 = Prosedur belajar

5 = Penyampaian keterampilan persepsi motorik

6 = Mengembangkan sikap, opini dan motivasi

Dari tabel 15 di atas, yaitu tentang hubungan media dengan tujuan

belajar dapat terlihat bahwa media yang dipakai peneliti merupakan media

yang paling banyak kategori tingginya. Media animasi dapat disejajarkan

dengan gambar hidup, yang memiliki kategori tinggi pada 3 aspek yaitu (2)

belajar pengenalan visual, (3) belajar prinsip, konsep dan aturan, serta (4)

prosedur belajar. Aspek pemahaman merupakan wujud dari aspek nomor 3

yaitu belajar prinsip, konsep dan aturan. Dengan media animasi, pemahaman

siswa akan lebih mudah untuk diwujudkan. Pendapat ini tentu saja semakin

Page 97: PENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS … filePENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS PENDEKATAN KOMUNIKASI TOTAL ... Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan

xcvii

menguatkan hasil penelitian yaitu penggunaan media animasi dapat

meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa.

Pendapat Ruddell seperti dikutip oleh Hargrove dan Poteet (1984:

195) telah mengembangkan kerangka kerja tentang bermacam-macam

keterampilan membaca pemahaman. Kerangka kerja tersebut

mengkonseptualitaskan pemahaman sebagai suatu kontinum dari taraf

faktual, taraf interpretasi, hingga taraf aplikatif. Untuk sampai pada taraf

faktual, anak harus mengidentifikasi dengan mengingat data atau informasi

yang ada dalam bacaan. Untuk memilih pemahaman pada taraf interpretatif,

anak harus melakukan analisis, rekonstruksi atau pengujian, dan untuk sampai

pada taraf aplikatif, anak harus menggunakan atau mengaplikasikan data pada

situasi baru. Teori inilah yang digunakan penulis sebagai acuan dalam

pembuatan instrumen tes membaca pemahaman. Dari ketiga taraf di atas

harus terpenuhi untuk dapat mendapat kategori baik dalam membaca

pemahaman.

Taraf faktual teraplikasikan dalam beberapa pertanyaan pada

instumen tes membaca pemahaman setelah dilakukan tindakan. Pertnyaan ini

mengungkap beberapa informasi yang jawabannya berisi tentang fakta-fakta

yang terdapat dalam bacaan. Taraf ini belum melibatkan kedalaman

pemahaman, mengingat jawaban dari pertanyaan ini tersurat dengan jelas di

dalam bacaan. Contoh pertanyaan dari taraf ini adalah yang menggunakan

kata tanya siapa, kapan, di mana, dan apa. Semua kata tanya tersebut

mengungkap pemahaman siswa dalam taraf faktual.

Taraf interpretatif dalam instrumen penelitian ini teraplikasikan pada

beberapa pertanyaan yang dapat mengungkap kemampuan analisis dan

mengingat kembali informasi yang belum tentu tersurat dalam bacaan. Taraf

ini akan memerlukan pemahaman siswa yang lebih mendalam bila

dibandingkan dengan taraf pemahaman faktual. Informasi yang tidak tersurat

dalam bacaan membuat siswa berfikir dan menganalisis isi bacaan guna

Page 98: PENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS … filePENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS PENDEKATAN KOMUNIKASI TOTAL ... Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan

xcviii

mencari jawaban yang relevan dari pertanyaan yang ditentukan. Contoh

pertanyaan yang mengungkap pemahaman taraf interpretatif ini adalah

penggunaan kata tanya bagaimana dan mengapa. Dua kata tanya ini

membutuhkan penjelasan dan penguraian yang lebih rumit.

Taraf pemahaman aplikatif terlihat dalam beberapa pertanyaan yang

membuat anak harus menggunakan atau mengaplikasikan informasi dari

bacaan pada situasi baru. Taraf ini merupakan yang tertinggi dalam

pemahaman. Kemampuan siswa dalam taraf ini dapat tercapai jika

pemahaman sudah mendalam dan luas mengarah pada kehidupan sehari-hari

siswa. Penguasaan kosakata yang baik juga sangat mempengaruhi

pemahaman taraf ini. Mengingat banyak redaksi kata yang tidak tersurat

dalam bacaan, dan memerlukan kekayaan kosakata dalam menjawab

pertanyaan taraf ini.

Penggunaan media animasi berbasis pendekatan komunikasi total ini,

merupakan hasil modifikasi yang sangat menunjang bagi pembelajaran Bahasa

Indonesia terutama dalam keterampilan membaca pemahaman. Komunikasi

total memang sangat kompleks, seperti yang dikemukakan oleh Andreas

Dwijosumarto (1996: 167) merangkum beberapa definisi tentang komtal telah

dikemukakan oleh para ahli yang masing-masing memberi penekanan yang

berbeda, antara lain : Denton (1970) sebagai tokoh Komtal merupakan

keseluruhan spektrum dari modus bahasa yakni isyarat yang dibuat anak,

bahasa isyarat baku, bicara, membaca ujaran, menulis dan sisa pendengaran.

Brill (1986) dalam seminar di London mengemukakan “ Komtal meliputi

penggunaan salah satu modus atau semua cara komunikasi yaitu

menggunakan sistem isyarat, ejaan jari, bicara, baca ujaran, amplifikasi, gesti,

pantomimik, menggambar, menulis serta pemanfaatan sisa pendengaran

sesuai kebutuhan dan kemampuan perorangan.

Dalam penelitian ini wujud komunikasi total ini terlihat pada

penjelasan guru yang mengandalkan media animasi, membaca bibir (lip

Page 99: PENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS … filePENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS PENDEKATAN KOMUNIKASI TOTAL ... Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan

xcix

reading), teks cerita, dan baca ujaran. Kolaborasi semua cara komunikasi ini,

akan membuat siswa mudah memahami bacaan yang disajikan. Agar siswa

lebih memahami isi bacaan dengan mudah, diusahakan dalam menjelaskan

dilakukan penekanan yaitu dengan klik tombol pause (berhenti sementara

waktu) pada bagian-bagian yang penting guna menjelaskan secara lebih

mendalam.

Mohammad Efendi (2006: 78) mengemukakan bahwa, ”Sejak tahun

1960an mulai diperkenalkan kombinasi pendekatan oral dan isyarat”.

Beberapa penelitian diketahui, bahwa pemakaian kombinasi metode dapat

meningkatkan pencapaian pendidikan umum ( Stevenson, 1964) kemampuan

membaca ujaran (Stuckless dan Birch, 1966), dan kemampuan bahasa tulis

dan kematangan sosial (Meadow, 1968). Penguasaan kemampuan

memperoleh kosakata anak tunarungu serta kemampuan mengungkapkan

dalam berbicara dengan menggunakan metode kombinasi isyarat dan oral

rata-rata mencapai 66%. ( Mulyana, 1993). Hal ini menguatkan hasil

penelitian skripsi ini, dengan bukti peningkatan nilai membaca pemahaman

seperti yang telah dijelaskan di atas.

Komtal meliputi penggunaan salah satu modus atau semua cara

komunikasi yaitu menggunakan sistem isyarat, ejaan jari, bicara, baca ujaran,

amplifikasi, gesti, pantomimik, menggambar, menulis serta pemanfaatan sisa

pendengaran sesuai kebutuhan dan kemampuan perorangan. Dalam

penelitian ini aplikasi komunikasi total adalah pada pemanfaatan baca ujaran,

gesti, sistem isyarat, ejaan jari dan pemanfaatan sisa pendengaran.

2. Peningkatan Keaktifan Siswa saat Pembelajaran Bahasa Indonesia Siswa

Kelas Dasar V SLB B YRTRW Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010

Hasil penelitian menunjukkan bahwa keaktifan siswa kelas Dasar V

saat pembelajaran Bahasa Indonesia mengalami peningkatan setelah

Page 100: PENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS … filePENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS PENDEKATAN KOMUNIKASI TOTAL ... Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan

c

mengikuti pembelajaran dengan menggunakan media animasi berbasis

komunikasi total.

Adanya peningkatan nilai membaca pemahaman dan keaktifan siswa pada setiap siklus ini, tidak terlepas dari keterampilan guru dalam mengelola kelas dan dalam menjelaskan.

a. Keterampilan menjelaskan

Keterampilan menjelaskan dalam pengajaran adalah keterampilan menyajikan informasi secara lisan yang diorganisasi secara sistematis untuk menunjukkan adanya hubungan satu bagian dengan yang lain, misalnya antara sebab dan akibat, definisi dengan contoh atau dengan sesuatu yang belum diketahui. Penyajian informasi yang terencana dengan baik dan disajikan dengan urutan yang cocok merupakan ciri utama kegiatan menjelaskan.

Keterampilan guru dalam menjelaskan sebagai hasil observasi awal, menunjukkan bahwa guru kelas menunjukkan kategori baik dalam menjelaskan. Guru terlihat sangat luwes dan santai dalam menjelaskan, karena dengan cara yang demikian siswa dapat lebih nyaman dalam pembelajaran. Guru sangat cermat dalam mencari alternatif metode dan media pembelajaran.

Pada pelaksanaan siklus 1, dimana peneliti yang berperan sebagai guru, juga terlihat bahwa kemampuan peneliti dalam menjelaskan yang dinilai dari hasil observasi guru kelas mendapat kategori baik. Peneliti dalam menjelaskan menekankan pada komunikasi total. Komunikasi total merupakan keseluruhan spektrum dari modus bahasa yakni isyarat yang dibuat anak, bahasa isyarat baku, bicara, membaca ujaran, menulis dan sisa pendengaran. Peneliti memanfaatkan kejelasan artikulasi agar siswa dalam proses lip reading (membaca bibir) dapat menangkap penjelasan guru dengan mudah. Teks cerita juga digunakan oleh peneliti, selain itu dimanfaatkan pula media animasi yang memvisualkan apa yang terdapat pada teks bacaan.

Tujuan dari keterampilan menjelaskan memang sangat kompleks,

namun yang menjadi tujauan utama adalah untuk meningkatkan kualitas dari

kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terlepas dari

tujuan utama tersebut, Parwoto (tt : 55) menyatakan bahwa, keterampilan

menjelaskan juga digunakan sebagai upaya membimbing murid memahami

materi yang dipelajari. Dalam kaitannya dengan penelitian ini, memang aspek

yang menjadi tujuan adalah pada peningkatan membaca pemahaman siswa.

Parwoto (tt : 55) menambahkan bahwa, melibatkan murid untuk berfikir

dengan memecahkan masalah atau pertanyaan juga menjadi tujuan dari

keterampilan menjelaskan.

Page 101: PENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS … filePENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS PENDEKATAN KOMUNIKASI TOTAL ... Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan

ci

Komponen-komponen dalam ketarampilan menjelaskan terdiri dari

perencanaan dan penyajian suatu penjelasan. Pada tahap perencanaan

penjelasan yang diberikan oleh guru perlu direncanakan dengan baik,

terutama yang berkenaan dengan isi pesan dan penerima pesan. Berkenaan

dengan isi pesan atau materi meliputi penganalisisan masalah secara

keseluruhan, penentun jenis hubungan yang ada diantara unsur-unsur yang

dikaitkan dan penggunaan hukum, rumus, atau generalisasi yang sesuai

dengan hubungan yang telah ditentukan. Mengenai yang berhubungan

dengan penerima pesan, dalam hal ini adalah siswa hendaknya diperhatikan

hal-hal atau perbedaan-perbedaan sesuai dengan kemampuan siswa.

Perencanaan pada penelitian ini, yang menjadi titik utama dalam

keterampilan menjelaskan adalah pada proses pause saat animasi telah

berjalan. Dapat pula diartikan, proses pause ini adalah pemenggalan terhadap

bagian-bagian yang penting untuk mendapat waktu yang lebih lama dalam

menjelaskan. Pembagian pemenggalan inilah yang harus direncanakan

dengan baik, agar pemahaman siswa terhadap cerita benar-benar dapat

meningkat.

Komponen kedua dalam keterampilan menjelaskan adalah penyajian

suatu penjelasan. Penyajian suatu penjelasan dapat ditingkatkan hasilnya

dengan memperhatikan kejelasan, penggunaan contoh dan ilustrasi,

pemberian tekanan, dan penggunaan balikan. Komponen tersebutlah yang

menjadi dasar penilaian pada guru dan peneliti dalam observasi kemampuan

menjelaskan.

1) Kejelasan

Kejelasan merupakan komponen yang paling penting dalam menjelaskan

kepada siswa tunarungu. Mengingat keterbatasan mereka dalam

pendengaran, pengoptimalan dapat dilakukan dengan memanfaatkan

kejelasan artikulasi. Peneliti memanfaatkan kejelasan artikulasi agar siswa

dalam proses lip reading (membaca bibir) dapat menangkap penjelasan

Page 102: PENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS … filePENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS PENDEKATAN KOMUNIKASI TOTAL ... Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan

cii

guru dengan mudah. Bagi anak tunarungu, perlu dihindari gerak isyarat

ataupun gerak bibir yang tidak berarti, karena semua gerak isyarat dan

gerak bibir akan diterjemahkan siswa. Jangan sampai siswa salah dalam

menerjemahkan hanya karena gerak isyarat ataupun gerak bibir yang

tidak berarti.

2) Penggunaan contoh dan ilustrasi

Penggunaan contoh dan ilustrasi sangat penting pula dalam

menunjang keterampilan menjelaskan. Dalam memberikan penjelasan

sebaiknya menggunakan contoh-contoh yang memang relevan dan ada

hubungannya dengan sesuatu yang dapat ditemui oleh siswa dalam

kehidupan sehari-hari siswa. Hal ini diwujudkan peneliti dengan memilih

tema bacaan yang akan menjadi bahan ajar yang memang dekat dengan

siswa.

3) Pemberian tekanan

Komponen pemberian tekanan pada penjelasan merupakan upaya lain

dalam peningkatan pemahaman siswa saat guru menjelaskan. Pada

penelitian ini, yang penerapan pemberian tekanan terlihat pada proses

pause saat animasi telah berjalan. Dapat pula diartikan, proses pause ini

adalah penekanan terhadap bagian-bagian yang penting untuk mendapat

waktu yang lebih lama dalam menjelaskan.

4) Penggunaan balikan

Proses pemberian balikan ialah memberi kesempatan kepada siswa untuk

menunjukkan pemahaman, keraguan, atau ketidakmengertian siswa

ketika penjelasan itu diberikan. Hal ini dapat dilakukan dengan

mengajukan beberapa pertanyaan lisan yang harus langsung dijawab oleh

siswa. Peneliti pada saat pelaksanaan tindakan juga sudah melaksanakan

hal ini, guna mengetahui sejauh mana tingkat pemahaman siswa.

b. Keterampilan Mengelola Kelas

Page 103: PENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS … filePENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS PENDEKATAN KOMUNIKASI TOTAL ... Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan

ciii

Pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan

memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi

gangguan dalam proses belajar mengajar. Dengan kata lain keterampilan

mengelola kelas adalah kegiatan-kegiatan untuk menciptakan dan

mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar

mengajar. Adapun komponen-komponen yang digunakan sebagai acuan

dalam observasi terhadap kemampuan pengelolaan kelas antara lain:

(1) Menunjukkan sikap tanggap

Tanggap terhadap perhatian, keterlibatan, dan ketidakterlibatan

siswa dalam tugas-tugas di kelas. Siswa merasa bahwa guru hadir

bersama mereka dan tahu apa yang mereka perbuat. Kesan

ketanggapan ini dapat ditunjukkan dengan berbagai cara seperti berikut:

(a) Memandang secara seksama

Memandang secara seksama dapat mengundang dan melibatkan

siswa dalam kontak pandang serta interaksi antap pribadi yang

dapat ditampakkan dalam pendekatan guru untuk bercakap-cakap,

bekerjasama dan menunjukkan rasa persahabatan. Guru dan

peneliti sudah menerapkan hal ini. Terlihat saat observasi awal,

guru sangat memperhatikan siswa dengan penuh persahabatan.

(b) Gerak mendekati

Gerak mendekati dalam posisi mendekati kelompok kecil atau

individu menandakan kesiagaan, minatdan perhatian guru yang

diberikan terhadap tugas serta aktifitas siswa. Gerak mendekati

hendaknya dilakukan secara wajar, bukan untuk menakut-nakuti,

mengancam, atau memberi kritikan dan hukuman. Pengaplikasian

komponen ini dalam penelitian ditunjang dengan jumlah siswa yang

hanya berjumlah 7 dan ruangan kelas yang kecil.

(c) Teguran

Page 104: PENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS … filePENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS PENDEKATAN KOMUNIKASI TOTAL ... Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan

civ

Pada pelaksanaannya, guru dan peneliti juga menerapkan hal

tersebut. Hanya saja, teguran kepada siswa tunarungu tidak efektif

jika secara verbal. Teguran diberikan dengan sentuhan disertai

penjelasan dengan bahasa isyarat ataupun membaca bibir (lip

reading).

(2) Membagi perhatian

Pengelolaan kelas yang efektif terjadi bila guru mampu membagi

perhatiannya kepada beberapa kegiatan yang berlangsung dalam waktu

yang sama. Membagi perhatian dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:

b. Visual

Mengalihkan pandangan dari satu kegiatan kepada kegiatan yang

lain dengan kontak pandang terhadap kelompok siswa atau

seorang siswa secara individual.

c. Verbal

Guru dapat memberikan komentar, penjelasan, pertanyaan dan

sebagainya terhadap aktifitas seorang siswa sambil memimpin

kegiatan siswa yang lain.

(3) Memusatkan perhatian kelompok

Kegiatan siswa dalam kelompok belajar dapat dipertahankan apabila

dari waktu ke waktu guru mampu memusatkan perhatian terhadap

tugas-tugas yang diberikan. Dalam pelaksanaan tindakan, peneliti selalu

berusaha memusatkan perhatian, agar tidak terjadi ketidakefektifan

pembelajaran.

(4) Memberikan petunjuk yang jelas

Hal ini berhubungan dengan cara guru dalam memberikan petunjuk agar

jelas dan singkat dalam memberikan pelajaran sehingga tidak terjadi

kebingungan pada diri siswa. Petunjuk hendaknya disampaikan dengan

bahasa komunikasi siswa. Pada hal ini, peneliti memanfaatkan kejelasan

artikulasi agar siswa dalam proses lip reading (membaca bibir) dapat

Page 105: PENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS … filePENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS PENDEKATAN KOMUNIKASI TOTAL ... Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan

cv

menangkap penjelasan guru dengan mudah. Teks cerita juga digunakan

oleh peneliti, selain itu dimanfaatkan pula media animasi yang

memvisualkan apa yang terdapat pada teks bacaan.

(5) Menegur

Apabila terjadi tingkah laku siswa yang mengganggu kelas atau

kelompok dalam kelas, hendaknya guru menegur. Ada beberapa hal

yang perlu diperhatikan dalam pemberian teguran, antara lain: tegas

dan jelas tertuju kepada siswa yang mengganggu serta tingkah lakunya

menyimpang, menghindari peringatan yang kasar dan menyakitkan atau

yang mengandung penghinaan, serta menghindari ejekan yang

berlebihan. Pada pelaksanaannya, guru dan peneliti juga menerapkan

hal tersebut. Hanya saja, teguran kepada siswa tunarungu tidak efektif

jika secara verbal. Teguran diberikan dengan sentuhan disertai

penjelasan dengan bahasa isyarat ataupun membaca bibir (lip reading).

(6) Memberi penguatan

Dalam hal ini guru dapat menggunakan penguatan non verbal

mengingat keterbatasan siswa. Guru dan peneliti menggunakan acungan

jempol, belaian, tepuk tangan dan sesekali memberikan hadiah kepada

siswa.

3. Kendala-Kendala yang Dihadapi dalam Peningkatan Kemampuan Membaca

Pemahaman dengan Penggunaan Media Animasi Berbasis Komunikasi Total

Dalam proses belajar mengajar sering terjadi kendala yang dapat

menghambat keberjalannya dalam mencapai tujuan pembelajaran. Kendala

ini bisa bersumber dari guru, siswa, maupun faktor-faktor lain yang tentu

saja berbeda antara sekolah satu dengan sekolah yang lain. Adapun kendala

yang dihadapi peneliti dalam peningkatan kemampuan membaca

pemahaman dengan penggunaan media animasi berbasis komunikasi total di

kelas Dasar V SLB B YRTRW Surakarta antara lain:

Page 106: PENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS … filePENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS PENDEKATAN KOMUNIKASI TOTAL ... Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan

cvi

a. Sarana penunjang penggunaan media animasi berbasis komunikasi total

yang berupa komputer/laptop, LCD dan layar LCD yang belum

dimanfaatkan dengan maksimal di sekolah tersebut. Sebenarnya sarana

tersebut sudah dimiliki oleh yayasan, tetapi penggunaannya baru sebatas

saat acara-acara tertentu saja, belum dipergunakan dalam kegiatan

belajar mengajar.

b. Guru belum terbiasa menggunakan media animasi dalam pembelajaran.

Jadi dalam pelaksanaannya, peneliti harus memberikan pengarahan dan

penyamaan konsep terlebih dahulu kepada guru tentang penggunaan

media tersebut agar menjadi alternatif pemecahan masalah yaitu

kurangnya kemampuan siswa dalam membaca pemahaman.

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa,

penggunaan media animasi berbasis pendekatan komunikasi total dalam

pembelajaran Bahasa Indonsia dapat meningkatkan kemampuan membaca

pemahaman pada anak tunarungu kelas Dasar V SLB B YRTRW Surakarta tahun

ajaran 2009/2010.

B. Implikasi

Penelitian ini memberikan gambaran bahwa dalam pembelajaran,

sangatlah diperlukan adanya pemikiran yang kreatif dalam memecahkan suatu

masalah. Bukan hanya masalah pada membaca pemahaman saja, namun begitu

pula pada permasalahan lain yang sering terjadi dalam proses belajar mengajar.

Salah satu wujud pemikiran kreatif tersebut dapat berupa penggunaan media

dalam pembelajaran. Media terbukti efektif dalam menunjang pembalajaran.

Page 107: PENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS … filePENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS PENDEKATAN KOMUNIKASI TOTAL ... Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan

cvii

Baik pembelajaran eksak, seperti matematika dan IPA, ataupun pembelajaran

non eksak seperti Bahasa Indonesia dan IPS.

Berkaitan dengan pemilihan media pembelajaran yang diharapkan

mampu meningkatkan prestasi siswa, upaya yang dilakukan dengan media

animasi berbasis pendekatan komunikasi total membuktikan terjadinya

peningkatan kemampuan membaca pemahaman siswa kelas Dasar V SLB B

YRTRW Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010 sehingga hal tersebut mempengaruhi

kualitas proses dan hasil pembelajaran. Penggunaan media animasi berbasis

pendekatan komunikasi total dalam penelitian ini merupakan salah satu upaya

yang dilakukan untuk menghadirkan media pembelajaran yang baru dalam

pembelajaran Bahasa Indonesia. Sehingga media ini dapat dijadikan

pertimbangan bagi guru yang ingin menyampaikan materi pelajaran Bahasa

Indonesia. Media ini juga dapat digunakan sebagai suatu cara alternatif untuk

meningkatkan keaktifan siswa tunarungu dalam pembelajaran Bahasa Indonesia

karena media ini secara tampilan fisik saja sangat menarik, serta sesuai dengan

perkembangan anak yang sedang gemar melihat media yang bersifat menghibur.

Untuk itu media animasi berbasis pendekatan komunikasi total perlu diterapkan

terutama pada Kompetensi Dasar menjawab pertanyaan tentang isi cerita.

C. Saran

Berkaitan dengan simpulan di atas, maka peneliti dapat mengajukan

saran-saran sebagai berikut :

1. Saran kepada Kepala Sekolah:

a. Dalam upaya pengembangan media pembelajaran yang efektif dan

menunjang proses belajar mengajar, hendaknya diadakan sosialisasi dan

pembekalan rutin kepada guru.

b. Pihak sekolah sebaiknya menambah fasilitas dalam kelas, misalnya LCD,

Laptop, serta VCD pembelajaran yang akan sangat menunjang

Page 108: PENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS … filePENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS PENDEKATAN KOMUNIKASI TOTAL ... Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan

cviii

peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah, khususnya bagi siswa

tunarungu.

2. Saran kepada Guru:

a. Guru sebaiknya lebih berusaha menciptakan suasana pembelajaran yang

menyenangkan dan menarik sehingga siswa merasa nyaman dan aktif

dalam mengikuti pembelajaran.

b. Untuk lebih mengefektifkan pembelajaran Bahasa Indonesia, guru

hendaknya senantiasa berupaya mengoptimalkan kemampuan

menjelaskan dan mengelola kelas.

c. Guru sebaiknya selalu berfikir kreatif dalam menciptakan media

pembelajaran, sejalan dengan perkembangan IPTEK yang semakin pesat.

3. Saran kepada siswa:

a. Siswa hendaknya selalu terlibat secara aktif saat kegiatan belajar

mengajar, sehingga siswa akan terbiasa terlibat aktif saat proses kegiatan

belajar mengajar.

b. Siswa sebaiknya mampu mengekspresikan dirinya dengan berani dengan

ikut berpartisipasi dalam kegiatan belajar mengajar yang diadakan oleh

guru.

4. Saran kepada Peneliti selanjutnya:

Diharapkan ada penelitian lanjutan yang membahas tentang kaitan media animasi berbasis komunikasi total dengan kemampuan membaca pemahaman di sekolah yang berbeda.

Page 109: PENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS … filePENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS PENDEKATAN KOMUNIKASI TOTAL ... Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan

cix

DAFTAR PUSTAKA Andreas Dwijosumarto. 2006. Ortopedagogik Anak Tunarungu. Jakarta : Dirjen DIKTI Andyarto Surjana. 2002. Efektivitas Pengelolaan Kelas. Jurnal Pendidikan

Penabur - No.01 / Th.I / Maret 2002. http://www.bpkpenabur.or.id/id/jurnal

Azhar Arsyad. 2005. Media Pembelajaran. Raja Grafindo Persada: Jakarta Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Standar Kompetensi dan Kompetensi

Dasar Sekolah Luar Biasa Tunarungu (SDLB-B). Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional

Basuki Wibawa , Farida Mukti. 2001. Media Pengajaran. Maulana : Bandung Cartono dan Toto Sutarto G. Utari. 2006. Penilaian Hasil Belajar Berbasis Standar.

Prisma Press: Bandung Daryanto. 1997. Evaluasi Pendidikan. Rineka Cipta: Jakarta Dendi Sugono. 2003. Buku Pedoman Praktis Bahasa Indonesia 2 .Jakarta. Pusat

Bahasa Depdiknas. Departemen Pendidikan Nasional. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai

Pustaka : Jakarta Diginnovac, dkk. 2002. Menggambar dan Menganimasi Menggunakan Flash.

Jakarta : Gramedia.

Page 110: PENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS … filePENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS PENDEKATAN KOMUNIKASI TOTAL ... Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan

cx

Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa. 2007. Identifikasi Anak Berkebutuhan Khusus. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional

Ela. 2009. Pengertian Dan Klasifikasi Gangguan Pendengaran. http://ela4019.blogspot.com/2009/06/pengrtian-dan-klasifikasi-gangguan.html.

Gail Meyer Rolka.2005. Biografi Helen Keller (1880--1968) http://biokristi.sabda.org/biografi_helen_keller.

Gene L. Wilkinson. 1984. Media dalam Pembelajaran. Rajawali : Jakarta Hapsari, Dyah Mareta . 2009. Pembelajaran Membaca Pemahaman di Kelas VII

SMP Negeri I Kedungwaru Tulungagung.http://sastra.um.ac.id/wp-content/uploads/2009/10/Pembelajaran-Membaca-Pemahaman-di-Kls-7-SMPN-I-Kedungwaru-Tulungagung-Dyah-Mareta-2006s.pdf

Henry Guntur Tarigan. 2008.Membaca. Bandung : Angkasa I Dewa Putu Wijana. 2004. KARTUN Studi Tentang Permainan Bahasa.

Jogjakarta : Ombak IGAK Wardani. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Universitas Terbuka Igk. Masidjo. 1995. Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Siswa di Sekolah. Kanisius :

Yogyakarta Iim Imandala. 2009. Remedial Membaca Dengan Metode Fernald Bagi

Anak Disleksia. http://pendidikankhusus.wordpress.com/2009/05/19/remedial-membaca-dengan-metode-fernald-bagi-anak-disleksia/.

Jamila K. A Muhammad. 2008. Special Aducation for Special Children. Jakarta:

Hikmah Johnson LouAnne. 2008. Pengajaran yang Kreatif dan Menarik. Jakarta:Macanan

Jaya Cemerlang Mohammad Efendi. 2006. Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan. Jakarta:

Bumi Aksara M. Cem Girgin, 2008. Speech Rates Of Turkish Prelingually Hearing-Impaired

Children. International Journal Of Special Education Vol 23 No 2. www.internationaljournalofspecialeducation.com

Page 111: PENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS … filePENGGUNAAN MEDIA ANIMASI BERBASIS PENDEKATAN KOMUNIKASI TOTAL ... Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan

cxi

Muhammad Rohmadi, dkk. 2008. Teori dan Aplikasi bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi. Surakarta. UNS Press.

Mulyono Abdurrahman. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta

: Rineka Cipta. Noor Aini Wulandari . 2007. Peningkatan Keterampilan Membaca Pemahaman

Bacaan Berbahasa Jawa Dengan Strategi DRTA (Directed Reading Thingking Activity) Pada Siswa Kelas V SD N Wonorejo 01 Karanganyar Demak.

Parwoto. tt. Pedoman Pelaksanaan Program Pengalaman Lapangan (PPL)

Program Studi PGPLB. Jakarta: Depdikbud Pusat Bahasa Departemen Nasional. 2003. Buku Praktis Bahasa Indonesia 2.

Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Nasional Sardiman A.M. 2001. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta:

RajaGrafindo persada. Sarwiji Suwandi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan Penulisan Karya

Ilmiah. Surakarta: Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13 Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta Suharsimi Arikunto, Suhardjono, dan Supardi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas.

Jakarta: Bumi Aksara Sutjihati Somantri. 1996. Psikologi Anak Luar Biasa. Jakarta: Dirjen DIKTI Thomas Wibowo Agung Sutjiono. 2005. Pendayagunaan Media Pembelajaran.

Jurnal Pendidikan Penabur - No.04 / Th.IV / Juli 2005. http://www.bpkpenabur.or.id/id/jurnal

Victoria Zascavage. 2009. Definition, Literacy, And The Student With Severe Speech And Physical

Disabilities (SSPD). International Journal Of Special Education Vol 24 No 2. www.internationaljournalofspecialeducation.com