decompensasi cordis (elly n)

18
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konsep Dasar 1.1.1 Pengertian Decompensasi curdis adalah suatu keadaan patofisiologis adanya kelainan fungsi jantung berakibat jantung gagal memompakan darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan dan atau kemampuannya ada hanya kalau diseratai peninggian tekanan pengisian ventrikel kiri. (IPD Ilmu Penyait Dalam, 1996) 1.1.2 Etiologi Faktor predisposisi; penyakit menimbulkan penurunan fungsi ventrikel, seperti : - Penyakit arteri koroner - Hipertensi - Kardiomiometri - Penyakit pembuluh darah - Penyakit jantung kongenital Dan keadaan yang membatasi pengisian ventrikel, seperti: stenosis mitral, kardiomiopati, penyakit kardial. Faktor pencetus Meningkatnya asupan garam, ketidakpatuhan menjalani pengobatan anti gagal jantung, infark miokard akut (mungkin yang tersembuyi), serangan hipertensi, aritmia akut, ionfeksi atau demam, embuli paru, anemia, tirotuksikosis, kehamilan, dan endokurditis infektif.

Upload: ridwan-conan

Post on 21-Oct-2015

32 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

decom

TRANSCRIPT

Page 1: Decompensasi Cordis (Elly N)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Konsep Dasar

1.1.1 Pengertian

Decompensasi curdis adalah suatu keadaan patofisiologis adanya

kelainan fungsi jantung berakibat jantung gagal memompakan darah untuk

memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan dan atau kemampuannya ada

hanya kalau diseratai peninggian tekanan pengisian ventrikel kiri. (IPD Ilmu

Penyait Dalam, 1996)

1.1.2 Etiologi

Faktor predisposisi; penyakit menimbulkan penurunan fungsi ventrikel,

seperti :

- Penyakit arteri koroner

- Hipertensi

- Kardiomiometri

- Penyakit pembuluh darah

- Penyakit jantung kongenital

Dan keadaan yang membatasi pengisian ventrikel, seperti: stenosis mitral,

kardiomiopati, penyakit kardial.

Faktor pencetus

Meningkatnya asupan garam, ketidakpatuhan menjalani pengobatan anti

gagal jantung, infark miokard akut (mungkin yang tersembuyi), serangan

hipertensi, aritmia akut, ionfeksi atau demam, embuli paru, anemia,

tirotuksikosis, kehamilan, dan endokurditis infektif.

Page 2: Decompensasi Cordis (Elly N)

1.1.3 Patofisiologi

Kerusakan otot jantung Beban terhadap ventrikel meningkat Hambatan pengisian ventrikel

Peninggian tekanan pengisisan :(preload), aktivitas dari :- Sistem simpatis - Nerinangiotensin- Sistem adrenal - Hormon antidiuretik- Intensifikasi oleh ginjal- Resorpsi air dan Na diproksimal

Peninggian tek. Pemb sistemikAktivitas dari :- Sistem simpatis- Nerinangiotensin- Sistem adrenal

Peninggian beban akhir

Stroke volume menurun

Diastolik / beban akhir meningkat Penurunan sistolik

Paru

Cardiac output menurun

Otak

Penurunan O2

Resiko cedera

Disorentasi

Gi tract

Penurunan kesadaran

Lambung

H menurun, HCL meningkat

- Mual- Muntah

Nutrisi

Tekanan akhir diastonik meningkat

Sesak ronchi

Tekanan vena pulmunal meningkat

Tekanan atrium kiri

Gangguan pertukaran gas

Usus

Kontraktilitas usus menurun

Obstipasi Intoleransi aktivitas

Kelelahan

2 ATP + As laktat

Metabolisme anaerob

Ekstremitas

Gangguan eliminasi

Produksi urine menurun

GFR menurun

Ginjal

Flow renal menurun

Peningkatan ADH

Flow renal menurun

Retensi Na

Reabsorbsi cairan

Peningkatan volume cairan (oedem)

Page 3: Decompensasi Cordis (Elly N)

1.1.4 Manifestasi Klinis

Berdasarkan bagian jantung yang mengalami kegagalan pemompaan,

gagal jantung terbagi atas gagal jantung kiri, gagal jantung kanan dan gagal

jantung kongestif.

Pada gagal jantung kiri terjadi dypsnea, d’efford, fatig, ortopnea,

dispnea nokturnal, proksimal, batuk pembesaran jantung, irama derap,

ventrikular heaving, bunyi derap S3 – S4, pernafasan ceyne stokes, takikardi,

pulse alternons, ronky dan kongesti vena pulmunalis. Pada gagal jantung

kanan timbul fatig, edema, liver engurgement, anureksia, dan kembung. Pada

pemeriksaan fisik bisa didapatkan hipertrofi jantung kanan, heaving ventrikel

kanan, irama derap atrium kanan, murmur, tanda penyakit kronik, paru

kronijk, tekanan vena juguolaris meningkat, bunyi P2 mengeras, asites,

hidrotoraks, peningkatan tekanan vena, hepatomegali dan edema pitting.

Sedang, pada gagal jantung kengestif terjadi menifestasi gabungan gagal

jantung kiri dan kanan.

New York heart association (NYHA) membuat klasifikasi fungsional

dalam 4 kelas :

a. Kelas 1 : bila pasien dapat melakukan aktivitas berat tanpa keluhan.

b. Kelas 2 : bila pasien tidak dapat melakukan aktivitas lebih berat dari

aktivitas sehari-hari tanpa keluhan.

c. Kelas 3 : bila pasien tidak dapat melakukan aktivitassehari-hari tanpa

keluhan.

d. Kelas 4 : bila pasien sama sekali tidak dapat melakukan aktivitas apapun

dan harus tirah baring.

1.1.5 Diagnosa Banding Gagal Jantung (kriteria Framingham).

Kriteria mayor.

a. Dispnea nokturnal paroksismal atau ortopnea.

b. Peningkatan tekanan vena jugalaris.

c. Ronki basah tidak nyaring.

d. Kardiomegali.

e. Edema paru akut.

f. Irama derap S3

g. Peningkatan tekanan vena > 16 cm H2O.

h. Refluks hepatojugular.

Page 4: Decompensasi Cordis (Elly N)

Kriteria minor.

a. Edema pergelangan kaki.

b. Batauk malam hari.

c. Dyspne d’effort.

d. Hepatomegali.

e. Effusi pleura.

f. Kapasitas vital berkurang menjadi 1/3 maksimum.

g. Takikardi (> 120 x/menit)

Diagnosis ditegakkan dari 2 kriteria mayor; atau 1 kriteria minor dan

2 kriteria minor harus ada pada saat yang bersamaan.

1.1.6 Penatalaksanaan

a. Meningkatkan oksigenasi dan pemberian oksigen dan menurunkan

konsumsi O2 melalui istirahat / pembatalan aktivitas

b. Memperbaiki kontraktilitas otot jantung

Mengatasi keadaan yang reversibel, termasuk tirotoksikosis,

miksedema, dan aritmia

Digitalisasi

1 Dosis digitalisasi

- Ditoksin oral untuk digitalisasi cepat 0.5 – 2 mg dalam 4 – 6

dosis selama 24 jam damn dilanjutkan 2 x 0.5 mg selama 2 – 4

hari

- Ditoksin IV 1.2 – 1.6 mg dalam 24 jam

- Sedilanid ® IV 1.2 – 1.6 mg dalam 24 jam

2 Dosis penunjang untuk gagal jantung : ditoksin 0.25 mmg sehari.

Untuk pasien usila dan gagal ginjal disesuaikan.

3 Dosis penunjang ditoksin untk fibrilasi atrium 0.25 mg

4 Digitalisasi cepat diberikan untuk mengatasi ederma pulmunak

akut yang berat.

- Ditoksin : 1 – 1.5 mg IV perlahan-lahan

- Cedilonid® 0.4 – 0.8 mg IV perlahan-lahan

c. Menurunkan beban jantung

1. Diet rendah garam

2. Diuretik

Yang berupa furosemid 40 – 80 mg. Dosis penunjang rata-rata 20 mg,

diuretik yang lain dapat digunakan: hidroklorotiazid, klortalidun,

triamteren, amilorid, dan asam efaktronad.

Page 5: Decompensasi Cordis (Elly N)

3. Vasudialtor

- Nitrogliserin 0.4 – 0.6 mg sublingual atau 0.2 – 2 ug / kg BB/

menit IV

- Nitroprusid 0.5 – 1 ug / kg BB / menit IV

- Prozosin peroral 2 – 5 mg

- Penghambat ACE kaptopril 2 x 6.25 mg

1.2 Asuhan keperawatan

1.2.1 Pengkajian meliputi

a. Identitas klien

- Nama

- Umur

- Jenis kelamin

- Suku bangsa

- Pekerjaan

- Pendidikan

- Alamat

- Tanggal mrs

- Diagnosis

b. Keluhan utama : yang dirasakan klien sebelum mrs dan saat mrs.

Biasanya klien mengeluh sesak nafas, taki kardi, nyeri dada, dll.

c. Riwayat kesehatan

Riwayat kesehatan sekarang

Bagaimana serangan itu timbul, lokasi, kualitas, dan faktor yang

mempengaruhi dan memperberat keluhan sehingga dibawa ke Rumah

Sakit.

Riwayat kesehatan dahulu

Mengkaji apakah klien pernah sakit seperti yang dirasakan sekarang

dan apakah pernah menderita HT atau penyakit keturunan lainnya

yang dapat mempengaruhi proses penyembuhan klien.

Riwayat kesehatan keluarga

Gambaran mengenai kesehatan keluarga dan adakah penyakit

keturunan atau menular.

d. Pola- pola fungsi kesehatan

Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat

Perubahan penatalaksanaan dan pemeliharaan kesehatan sehingga

dapat menimbulkan peratatan diri.

Page 6: Decompensasi Cordis (Elly N)

Pola nutrisi dan metabolisme

Pada klien PC akan terjadi gangguan nutris karena kehilangan nafsu

makan, mual / muntah, penambahan berat badan signifikan.

Pola eliminai

Klien akan menunjukkan menurunnya laju fltrasi glomerulus

(menurunnya curah jantung / meningkatkan produksi ADH dan retensi

Na / air) sehingga menyebabkan penurunan jumlah urine dan juga

menyebabkan diare / kontipasi.

Pola aktivitas dan latihan

Pada klien PC akan terjadi keletihan / kelemahan terus menerus

sepanjang hari, insumnia, nyeri dada dengan aktivitas, dispnea pada

aktivitas.

Pola persepsi dan konsep diri

Klien tidak dapat menjalankan tugasnya sehari-hari yang disebabkan

oleh karena perawatan yang lama.

Pola sensori dan kognitif

Kurangnya pengetahuan akan menyebabkan gagal jantung yang

berulang.

Pola reproduksi dan seksual

Tidak terjadi dalam gangguan pola reproduksi dan seksual.

Pola hubungan peran

Dengan adanya perawatan yang lama maka akan terjadi hambatan

dalam menjalankan perannya seperti semula.

Pola penanggulangan stres

Bagaimana cara klien mengatasi masalahnya.

Pola tata nilai kepercayaan

Tidak terjadi gangguan pada pola tata nilai dan kepercayaan.

e. Pemeriksaan fisik

Status kesehatan umum

Biasanya keadaan Kx lemah karena Kx merasa sesak akibat kegagalan

jantung memompa O2 keseluruh tubuh.

Sistem respirasi

Pada sistem respirasi akan ditemukannya oedem paru, dispnea suatu

aktivitas, tidur sambil duduk, batuk dengan / tanpa sputum, terdengar

suara nafas tambahan (ronchi).

Sistem kardiovaskuler

Page 7: Decompensasi Cordis (Elly N)

Inspeksi : liver engurgement, cheyne stokes, orthopnea, dispnea,

edema.

Palpasi : peningkatan vena jugalaris, hepatumegali.

Perkusi : irama derap.

Auskultasi : bunyi S3-S4, suara murmur.

Sistem gastrointestinal.

Pada sistem gastrointestinal didapatkan penurunan nafsu makan, mual,

muntah.

Sistem persyaratan

Ditemukan adanya nyeri dada, nyeri abdumen kanan atas, kelemahan,

pusing, lethargi, disorientasi dan mudah tersinggung.

Sistem genitu urianaria

Terjadi penurunan berkemih, urine, berwarna gelap, diare / konstipasi.

f. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan tata thuraks dapat mengarah ke cardiomegali, curakan

vaskuler paru, menggambarkan kranialisasi, garis karley A/B, infiltrat

perikordial kedua paru, dan efusi pleura. Fungsi elektrokardiografi (ERG)

untuk melihat penyakit yang mendasari seperti infarkmiokard dan aritmia.

Pemeriksaan lain seperti pemeriksaan hemoglobin, elektrolit,

elektrokardiogrfi, fungsi ginjal.

1.2.2 Diagnosa keperawatan

Penurunan curah jantung sehubungan dengan perubahan kontraktilitas

ditandai dengan nyeri dada, sesak nafas, peningktan frekuensi jantung

(takikardi), disritmia; perubahan gambaran EKG, perubahan tekanan

darah, bunyi jantung S3 S4, ortopnea.

Kelebihan volume cairan sehubungan dengan perubahan kontraktilitas

miokardinal ditandai dengan ortopnea, hipertensi, peningkatan BB, bunyi

jantung, S3, oliguria, distres pernafasan bunyi jantung abnormal.

Intoleransi aktivitas sehubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai

O2 / kebutuhan ditandai dengan dispnea, kelemahan, kelelahan, pucat,

perubahan tanda vital, adanya disritmia.

Resiko tinggi kerusakan pertukaran gas berhubungan perubahan membran

kapiler-kapiler.

Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit.

1.2.3 Perencanaan

Page 8: Decompensasi Cordis (Elly N)

Setelah merumuskan diagnosa perawatan maka intervensi

keperawatan perlu untuk mengurangi, menghilangkan, dan mencegah

masalah pasien. Dalam tahap perencanaan perawat mengguanakan

ketrampilan pemecahan masalah dan menentukan masalah pasien.

* Diagnosa keperawatan 1

Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas

miokardia ditandai dengan nyeri dada, sesak nafas, peningkatan frekuensi

jantung (takikardi), disritmia; perubahan gambaran EKG, perubahan

tekanan darah, bunyi jantung S3, S4, ortopnea.

Tujuan : peningkatan curah jantung

Kriteria hasil :

TTV dalam batas normal

Keluaran urine adekuat

Disritmia terkontrol / hilang

Bebas gagal jantung

* Intervensi

a. Kaji perubahan sensori, misal: letargi, bingung, emosi

b. Kaji / palpasi nadi perifer

c. Kaji kulit terhadap pusat dan sianosis

d. Observasi TTV tiap satu jam

e. Anjurkan klien untuk istirahat dan berikan semi fouler

f. Ciptakan lingkungan yang tenang dan klien menghindari situasi stres

g. Berikan O2 tambahan dengan kanulue nasal atau masker sesuai

indikasi

h. Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian terapi

* Rasional:

a. Perubahan sensori menuunjukkan tidak adekuatnya perfusi serebral

sekunder terhadap penurunan curah jantung

b. Penurunan curah jantung dapat menunjukkan penurunan nadi

radial, popliteal, dorsolis pedis, dan posttibial. Nadi mungkin cepat,

hilang atau tidak teratur.

c. Pucat menunjukkan penurunan perfusi perifer sekunder terhadap

tidak adekuatnya curah jantung vasokontriksi dan anemia.

d. Menunjukkan perubahan klien secara dini

e. Istirahat fisik harus dipertahankan selama gagal

jantung dan menurunkan O2 miokard dan kerja

berlebihan.

Page 9: Decompensasi Cordis (Elly N)

f. Stres emosi mengahasilkan vasokonstriksi yang

meningkatkan tekanan darah dan meningkatkan

tekanan darah dan meningkatkan frekuensi / kerja

jantung.

g. Meningkatkan sediaan O2 untuk kebutuhan miokard

untuk melawan efek hipoksia.

h. Mempercepat proses penyembuhan.

* Diagnosa keperawatan 2

Kelebihan volume cairan berhubungan dengan menurunnya laju filtrasi

glomerulus

Tujuan : mempertahankan volume cairan

Kriteria hasil :

Intake dan output seimbang

TTV normal

Tidak ada oedem

Bunyi nafas bersih / jelas.

* Intervensi

a. Pantau keluaran urine, catat jumlah, dan warna urine

b. Pantau output dan intake caiaran selama 24 jam

c. Pertahankan duduk atau tirah baring dengan posisi semi fowler selama

fase akut

d. Pantau TTV tiap jam

e. Ukur lingkar abdomen sesuai indikasi

f. Auskultsi bunyi nafas, catat penurunan frekuensi pernafasan atau

bunyi tambahan

g. Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian terapi

* Rasional

a. Keluaran urin mungkin sedikit dan pekat karena penurunan perfusi

ginjal. Posisi terlentang membantu deuresis sehingga pengeluaran

urine dapat ditingkatkan pada malam hari / selama tirah baring.

b. Terapi diuretis dapat disebabkan oleh kehilangan caiaran tiba-tiba atau

berlebihan meskipun edema / ascites masih ada.

c. Posisi terlentang meningkatkan filtrasi ginjal dan menurunkan

produksi ADH sehingga meningkatkan deuresis.

d. Hipertensi menunjukkan kelebihan volume cairan dan dapat

menunjukkan terjadinya peningkatan kongesti paru, gagal jantung.

Page 10: Decompensasi Cordis (Elly N)

e. Pada gagal jantung kanan lanjut cairan dapat berpindah

ke dalam area peritoneal, menyebabkan

meningkatkannya lingkar abdomen.

f. Kelebihan volume cairan sering menimbulkan kongesti

paru, gejala odema paru dapat menunjukkan gagal

jantung kiri akut. Gejala pernafasan pada gagal jantung

kanan (dispnea, batuk, orthopnea) dapat timbul lambat

tapi sulit membaik.

g. Mempercepat proses penyembuhan .

Diagnosa keperawatan 3

Intoleransi aktifitas berhubungan dengan seimbang antara suplai O2 atau

kebutuhan.

Tujuan :

Kriteria hasil :

Memenuhi kebutuhan perawatan diri.

Tanda vital DBN selama aktivitas.

Intervensi

1. Periksa TTV sebelum dan segela setelah aktivitas, khusunya pasien

menggunakan vasodilator diuretik, penyekat beta.

2. Kaji presipitator / penyebab kelemahan contoh pengobatanb, nyeri

otot.

3. Evaluasi peningkatan intoleran aktvitas.

4. Berikan bantuan dalam aktivitas perawatan diri sesuai dengan

indikasi.

5. Kolaborasi dengan tim medis rehabilitasi.

Rasional

1. Hipotensi ortostatik dapat terjadi dengan aktivitas karena efek obat

(vasodilasi), perpindahan cairan (diuretik) atau pengaruh fungsi

jantung.

2. Kelemahan adalah efek samping beberapa obat, nyeri dan program

penuh stress juga memerlukan energi dan menyebabkan kelemahan.

3. Dapat menunjukkan peningkatan decomp daripada kelebihan

aktivitas.

4. Pemenuhan kebutuhan perawatan diri pasien tanpa mempengaruhi

stres miokord / kebutuhan O2 berlebihan.

Diagnosa keperawatan 4

Page 11: Decompensasi Cordis (Elly N)

Resiko tinggi kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan membran

kapiler-kapiler.

Tujuan : Oksigenasi adekuat.

Kriteria hasil

Mendemonstrasikan ventilasi.

Bebas gejala distress pernapasan.

Intervensi :

1. Auskultasi bunyi napas.

2. Anjurkan pasien batuk efektif, napas dalam.

3. Dorong perubahan sering.

4. Pertahankan duduk dikursi / tidah baring dengan kepala lebih tinggi

20-30 derajat.

5. Kolaborasi dengan tim medis.

Rasional :

1. Menyatakan adanya kongesti paru / penumpukan sekret.

2. Membersihkan jalan napas dan memuahkan aliran oksigen.

3. Membantu mencegah atelaktasis dan pneumonia.

4. Menurunkan konsumsi O2 / kebutuhan dan menigkatkan inflamasi

paru maksimal.

Diagnosa keperawatan 5.

Resiko tinggi terhadap kerusakan intergritas kulit berhubungan dengan

tidah baring lama.

Tujuan : mempertahankan integritas kulit.

Kriteria hasil :

Intervensi :

1. Kaji kulit, lihat penonjolan tulang adanya edema.

2. Ubah posisi sering ditempat tidur.

3. Berikan perawatan kulit sering, meminimalkan dengan kelembaban.

4. Pijat area kemerahan atau yang memutih.

5. Kolaborasi dengan tim medis.

Rasional

1. Kulit berrisiko karena gangguan sirkulasi perifer.

2. Memperbaiki sirkulasi / menurunkan waktu satu area yang

menggangu aliran darah.

Page 12: Decompensasi Cordis (Elly N)

3. Terlalu kering atau lembab merusak kulit dan mempercepat

kerusakan.

4. Meningkatkan aliran darah, meminimalkan hipoksia jaringan.

1.2.4 Pelaksanaan / implementasi

Pada tahap ini ada pengolahan dan perwujudan dari rencana

perawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan keperawatan yang telah

ditentukan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan secara optimal.

1.2.5 Evaluasi

Evaluasi adalah perbandingan yang sistematik dan terencana tentang

kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan dan dilakukan dengan

cara berkesinambungan dengan melibatkan pasien dan tenaga kesehatan lain.

Page 13: Decompensasi Cordis (Elly N)

DAFTAR PUSTAKA

Arif Mansjoer. dkk, Kapita Selekta Kedokteran, Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia, Jakarta, 2000.

Diane C. Baughman. Joann C. Haskley, Keperawatan Medikal Bedah, EGC, Jakarta,

2000.

Lily Ismudiati Rilantono. dkk, Buku Ajar Kardiologi, FKUI, Jakarta, 1996.

Marlyn Duenges, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakarta.