dasarpenulisanilmiah-140418110024-phpapp01.docx

Upload: ian-afri-wijaya

Post on 08-Jan-2016

230 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

DASAR PENULISAN ILMIAH

Kelompok: 10Nama: 1. Ana Septiani13312185 2. Atiek Fitriani Rasyid13312303 3. Bella Angriani13312294 4. Edhu Wiranatha13312181 5. Sangsang Egi Pamungkas13312318Kelas: TI A SPMata Kuliah: Bahasa Indonesia

TEKNIK INFORMATIKASEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA & KOMPUTERPERGURUAN TINGGI TEKNOKRATBANDAR LAMPUNG2013

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. WbPuji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini membahas Dasar Penulisan Ilmiah.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Olehnya itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, semoga bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian.Wassalamualaikum Wr. Wb

Bandar Lampung, 11 Desember 2013

Penulis

DAFTAR ISI

Kata PengantariDaftar Isiii

BAB I PENDAHULUAN1.1. Latar Belakang11.2. Rumusan Masalah21.3. Tujuan Penulisan2BAB II PEMBAHASAN2.1. Definisi Topik dan judul32.2. Definisi Tema dan Tesis42.3. Kerangka (Outline) Karangan62.4. Bentuk Kerangka Karangan72.5. Pola Penyusunan Kerangka Karangan102.5.1. Pola Alamiah112.5.2. Pola Logis132.6. Pengertian Mengarang dan Karangan162.7. Penggolongan Karangan Menurut Bobot Isinya172.7.1. Karangan Ilmiah, Semiilmiah, dan Nonilmiah172.7.2. Ciri Karangan Ilmiah dan Semiilmiah182.8. Penggolongan Karangan menurut Cara Penyajian dan Tujuan Penulisannya192.8.1. Karangan Deskripsi202.8.2. Karangan Narasi222.8.3. Karangan Eksposisi (Pemaparan)252.8.4. Karangan Argumentasi (Pembahasan)282.8.5. Karangan Persuasi (Pengajakan)302.8.5.1. Persuasi Politik302.8.5.2. Persuasi Pendidikan332.8.5.3. Persuasi Advertensi/Iklan342.8.5.4. Persuasi Propaganda352.8.6. Karangan Campuran37BAB III PENUTUP3.1. Simpulan393.2. Saran39DAFTAR PUSTAKA40

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar BelakangMenulis pada hakekatnya dalah suatu kegiatan yang dapat dengan mudah dilakukan oleh setiap orang terutama bagi yang telah bebas B3, yaitu Buta Huruf, Buta Aksara dan Buta Pengetahuan Dasar. Namun kenyataannya banyak orang yang mengaku tidak bisa atau tidak pandai menulis, meskipun dia adalah seorang sarjana. Hal ini dapat dipahami sebab menulis bukan semata-mata aktivitas untuk merangkaikan huruf menjadi kata, dan merangkaikan kata menjadi kalimat. Lebih dari itu, menulis adalah upaya merangkaikan ide, gagasan dan atau pemikiran kedalam kalimat secara permanen, sehingga dapat dimengerti/dipahami oleh pihak lain, bahkan dapat digunakan untuk mempengaruhi ide, gagasan dan atau pemikiran orang lain. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa menulis merupakan suatu aktivitas yang gampang-gampang susah. Artinya untuk sekedar memindahkan ide, gagasan atau bahasa lisan kedalam bahasa tulisan adalah sesuatu yang cukup mudah. Namun untuk mampu menyusun sistematika pemikiran, penggunaan ejaan dan tanda baca yang baik serta kedalaman dan ketajaman materi adalah sesuatu yang sangat sulit. Untuk itu keterampilan dan kemampuan menulis harus terus dibina/dilatih dengan disertai pengetahuan dan kemampuan yang memadai dalam aspek-aspek yang terkait dengan penulisan.Dalam hal ini menulis sebuah karya ilmiah tidaklah mudah karena dibutuhkan ketekunan, ketelitian, kesabaran, usaha yang maksimal, kerja keras dan kemauan dalam mencari berbagai sumber informasi yang sesuai sehingga dapat menghasilkan sebuah tulisan yang baik dan bermanfaat untuk orang lain.

1.2 Rumusan Masalah1. Apa saja yang perlu diperhatikan dalam membuat suatu kerangka karangan?2. Bagaimana bentuk dan pola dari suatu karangan?3. Bagaimanakah cara menulis sebuah karangan?4. Apa sajakah penggolongan dari suatu karangan?

1.3 Tujuan Penulisan1. Mengetahui definisi dari Topik, Tema dan Kerangka Karangan2. Dapat membedakan bentuk dan pola karangan berdasarkan jenisnya3. Menjelaskan perbedaan mengarang dan karangan4. Mengetahui penggolongan dari suatu karangan beserta jenis dan contoh karangannya.

BAB IIPEMBAHASAN

2.1 Definisi Topik dan JudulTopik berarti pokok pembicaraan, pokok permasalahan, atau masalah yang dibicarakan, sedangkan topik karangan adalah suatu hal yang akan digarap menjadi karangan. Topik karangan merupakan jawaban atas pertanyaan Masalah apa yang akan ditulis? atau Hendak menulis tentang apa? Sangat banyak permasalahan disekitar kita yang dapat dijadika topik dalam menulis sebuah karangan seperti: putus sekolah, pengangguran, kenaikan harga, keluarga berencana, polusi, kenakalan ramaja, dan sebagainya. Ciri khas topik terletak pada permasalahannya yang bersifat umum dan belum terurai. Perlu diketahui, topik karangan ilmiah harus tentang sesuatu yang nyata, tidak boleh abstrak.Adapun judul karangan pada dasarnya adalah perincian atau penjabaran dari topik. Judul lebih spesifik bila dibandingkan dengan topik dan sering telah menyiratkan permasalahan atau variabel yang akan dibahas. Dari uraian tersebut dapat diketahui persamaan dan perbedaan antara topik dan judul. Topik dan judul dapat memiliki persamaan dalam hal sama-sama dapat menjadi judul karangan. Namun, antara keduanya terdapat perbedaan. Topik adalah payung besar yang bersifat umum dan belum menggambarkan sudut pandang penulisnya, sedangkan judul lebih spesifik dan telah mengandung permasalahan yang lebih jelas atau lebih terarah dan sering telah menggambarkan sudut pandang penulisnya.Dalam penggarapan karangan ilmiah misalnya skripsi, judul memang ditetapkan pada awal proses penulisan, yaitu pada waktu pengajuan outline. Untuk diketahui, sebenarnya proses pembuatan judul itu tetap berawal dari pemilihan

topik. Dalam hal ini, disiplin ilmu, jurusan, bidang spesifikasi/kajian yag diambil oleh mahasiswa penyusun skripsi itulah yang menjadi topik utama skripsinya. Perhatikan contoh topik dan judul berikut ini.TopikJudul

1. Pertandingan Sepak Bola PSMS Melawan Persiba. PSMS dan Persib akan Menggoyang Stadion Senayanb. Ini Dia, Dua Musuh Bebuyutan Adu Kekuatan di Senyan

2. Putus Sekolaha. Kiat Menekan Tingginya Angka Putus Sekolahb. Masalah Angka Putus Sekolah, PR bagi Ahli Pendidikan

2.2 Definisi Tema dan TesisTema berarti pokok pemikiran, ide, atau gagasan tertentu yang akan dituangkan oleh penulis dalam karangannya. Tema adalah sesuatu yang melatarbelakangi dan mendorong seseorang menuliskan karangannya. Ide yang kita tangkap setelah membaca tulisan seseorang terlepas dari kita menyetujui atau menolak pemikiran penulisnya, itulah yang disebut tema. Tema yang kita peroleh serelah selesai membaca karangan seseorang disebut tema akhir. Dalam karya ilmiah mahasiswa, tema harus dirumuskan sejak awal untuk diketahui oleh dosen pembimbing karya tulis. Tema seperti itu disebut tema awal.Tesis adalah pernyataan singkat tentang maksud dan tujuan penulis. Karena itu, tesis sering disebut pengungkapan maksud. Dalam karangan ilmiah murni, tesis sering disebut dengan istilah hipotesis, yaitu pernyataan yang masih rendah,

dan oleh karena itu perlu dibuktikan kebenarannya. Perhatikan contoh dibawah ini.1) Topik: Cara Mengemukakan Pendapat yang EfektifTesis: Cara mengemukakan pendapat secara logis dan sistematis dengan menggunakan bahasa yang tepat dan cocok. 2) Topik: Dampak Buruk AborsiTesis: Dampak buruk aborsi ditinjau dari sudut pandang kesehatan, moral, dan agama.3) Topik: Kelangkaan BBM di beberapa kota di IndonesiaTesis : Kelangkaan BBM di beberapa kota disebabkan oleh kelemahan manajemen pertamina.

Dalam contoh berikut ini tampak jelas kedudukan tema dalam suatu kerangka karangan.Topik: Kemacetan Lalu-lintasSubtopik: Upaya Mengatasi Kemacetan Lalu-lintasJudul: (dapat dirancang sesuai dengan selera asal relevan dengan topik), misalnya1. Macet Lagi, Macet Lagi, ... Pusing!2. Lalu-lintas Macet, Penyakit Modernisasi3. Kemacetan Lalu-lintas Dapat Memicu Stres.Tema: Upaya mengatasi kemacetan lalu-lintas bukanlah semata-mata menjadi tanggung jawab aparat kepolisian, melainkan juag menjadi tanggungjawab seluruh warga masyarakat pemakai jalan. Permasalahan lalu lintas tidak mungkin dipecahkan tanpa bantuan semua pihak yang terkait. Dalam hal ini yang paling diperlukan adalah kesadaran berlalu-lintas secara baik, teratur, sopan, dan bertanggungjawab.

Perumusan tema seperti contoh di atas pasti akan memudahkan penulis menyusun kerangka karangan. Penyusunan pokok-pokok bahasan dalam kerangka karangan akan lebih sulit dilakukan jika hanya berpatokan pada judul, apalagi pada topik, sebab topik dan judul belum terurai.

Tema yang dirumuskan itu bukanlah satu-satunya yang dapat diketengahkan dari topik diatas. Masih banyak tema lain yang dapat dituangkan sesuai dengan pokok pikiran dan tujuan yang hendak dicapai oleh penulis. Seperti halnya topik, tema pun perlu dibatasi dan diarahkan pada fokus atau titik perhatian tertentu.

2.3 Kerangka (Outline) Karangan

Kerangka karangan adalah rencana teratur tentang pembagan dan penyusunan gagasan. Fungsi utama kerangka karangan adalah mengatur hubungan antara gagasan-gagasan. Melalui kerangka karangan pengarang dapat melihat kekuatan dan kelemahan dalam perencanaan karangannya. Dengan cara ini pengarang dapat mengadakan penyesuaian sebelum menulis (bandingkan dengan blue print atau cetak biru pembangunan gedung).

Kerangka karangan mengandung rencana kerja menyusun karangan. Kerangka karangan akan mengarahkan penulis menggarap karangan secara teratur. Kerangka juga akan membantu penulis membedakan mana ide utama dan mana ide tambahan.

Kerangka karangan dapat mengalami perubahan terus-menerus untuk mencapai suatu bentuk yang lebih sempurna. Kerangka karangan dapat berbentuk catatan-catatan sederhana, tetapi dapat juga mendetail. Kerangka karangan yang

belum final disebut outline atau kerangka sementara, sedangkan kerangka yang sudah tersusun rapi dan lengkap disebut outline final atau kerangka mantap.

Dalam proses penyusuna karanga ada tahapan yang harus dijalani, yaitu memilih topik dan tema, mengumpulkan data/informasi, mengatur strategi penempatan gagasan, dan menulis karangan itu sendiri. Pengaturan gagasan itulah yang dapat diumpamakan sebagai kerangka. Di dalam kerangka karangan terdapat strategi penempatan ide dan gagasan.

Secara terinci kerangka karangan dapat membantu pengarang/penulis dalam hal-hal sebagai berikut (Gorys Keraf, 1988:195-196).a) Kerangka karangan akan mempermudah pengarang menuliskan karangannya dan dapat mencegah pengarang mengolah suatu ide sampai dua kali, serta mencegah pengarah keluar dai sasaran yang sudah ditetapkan.b) Kerangka karangan akan membantu pengarang mengatur atau menempatkan klimaks yang berbeda-beda di dalam karangannya.c) Bila kerangka karangan telah rapi tersusun, berarti separuh karangan sudal selesai karena semua ide sudah dikumpul, dirinci, dan diruntun dengan teratur. Pengarang tinggal menyusun kalimat-kalimatnya saja untuk menyembunyikan ide dan gagasannya.d) Kerangka karangan merupakan miniatur dari keseluruhan karangan. Melalui kerangka karangan, pembaca dapat melihat intisari ide serta struktur karangan secara menyeluruh.

2.4 Bentuk Kerangka KaranganKerangka karangan ada dua macam, (1) kerangka topik, (2) kerangka kalimat.

Kerangka topik terdiri atas kata, frasa, dan klausa yang ditandai dengan kode yang sudah lazim untuk menyatakan hubungan antargagasan. Tanda baca akhir (titik) tidak diperlukan karena kalimat lengkap tidak dipakai dalam kerangka topik.Kerangka kalimat lebih bersifat resmi dan unsur-unsurnya tampil berupa kalimat lengkap. Pemakaian kalimat lengkap menunjukkan diperlukan pemikiran yang lebih luas dan lebih rinci dari kerangka topik.Kerangka dibentuk dengan sistem tanda atau kode tertentu. Hubungan di antara gagasan yang ditunjukkan oleh kerangka karangan dinyatakan dengan serangkaian kode berupa huruf dan angka. Perhatikan pemakaian kode kerangka karangan berikut ini.Gabungan Angka dan HurufAngka Arab (digit)

I. ..................................................A. ............................................1. ......................................a.................................... 1) ..............................I. ......................................................A...................................................B...................................................1. ................................................2..................................................II. ......................................................A....................................................1...................................................2...................................................a. ................................................b..................................................B....................................................1.............................................................1.1..........................................................1.1.1.......................................................1.1.1.1....................................................1.1.1.1.1.................................................1.............................................................1.1..........................................................1.2..........................................................1.2.1.......................................................1.2.2.......................................................2.............................................................2.1..........................................................2.1.1.......................................................2.1.2.......................................................2.1.2.1....................................................2.1.2.2....................................................2.2..........................................................

Agar karangan terstruktur rapi, pengarang harus membagi-bagi gagasan dan menempatkannya sedemikian rupa dalam bab dan subbab. Kaidah pembagian yang perlu diingat adalah segala sesuatu yang terdapat dibawah suatu tanda harus berhubungan langsung dan takluk kepada yang membawakannya. Tanda-tanda yang dipakai (huruf atau angka) harus ada pasangannya, minimal satu. Perhatikan contoh berikut ini.

BenarSalah

I. ..........................................................II. .........................................................A. ..................................................1. ............................................2. ............................................B. ..................................................C. ..................................................III. ........................................................I........................................................ A. ...............................................*)II......................................................A. .................................................B. .................................................1. ........................................*)C. .................................................III....................................................

*) salah karena tidak ada pasangannya

Contoh pengodean (kodefikasi) kerangka topik

1. Gabungan Angka dan HurufI. SEBAB-SEBAB KERESAHAN BURUHA. Finansial1. Gaji Pokoka. Buruh Terampilb. Buruh Kasar2. Perumahana. Buruh yang Sudah Berkeluargab. Buruh yang Belum Berkeluarga3. Pemeliharaan Kesehatan

a. Buruh Lelakib. Buruh PerempuanB. Politik1. Pengaruh Serikat Buruh Perusahaana. Pengaruh pada Buruh Terampilb. Pengaruh pada Buruh Kasar2. Pengaruh dari Luar Perusahaana. Organisasi Politikb. Partai Politik

2. Angka Arab (digit)II. SEBAB-SEBAB KERESAHAN BURUH2.1 Finansial2.1.1 Gaji Pokok2.1.1.1 Buruh Terampil2.1.1.2 Buruh Kasar2.1.2 Perumahan2.1.2.1 Buruh yang Sudah Berkeluarga2.1.2.2 Buruh yang Belum Berkeluarga2.1.3 Pemeliharaan Kesehatan2.1.3.1 Buruh Lelaki2.1.3.2 Buruh Perempuan2.2 Politik2.2.1 Pengaruh Serikat Buruh Perusahaan2.2.1.1 Pengaruh pada Buruh Terampil2.2.1.2 Pengaruh pada Buruh Kasar2.2.2 Pengaruh dari Luar Perusahaan2.2.2.1 Organisasi Politik2.2.2.2 Partai Politik

2.5 Pola Penyusunan Kerangka KaranganAda dua pola terpenting yang lazim dipakai untuk menyusun kerangka karangan, yaitu (1) pola alamiah, dan (2) pola logis. Pola pertama disebut alamiah karena penyusunan unit-unit bab dan subbabnya memakai pendekatan alamiah

yang esensial, yaitu ruang (tempat) dan waktu. Pola kedua dianamakan pola logis karena memakai pendekatan berdasarkan jalan pikiran atau cara berpikir manusia yang selalu mengamati sesuatu berdasarkan logika (masuk akal atau tidak).2.5.1 Pola Alamiah

Sejalan dengan uarain diatas, penyusunan kerangka karangan yang berpola alamiah mengikuti keadaan alam yang berdimensi ruang dan waktu. Oleh karena itu, urutan bab dan subbab dalam kerangka karangan berpola alamiah dapat dibagi dua yaitu (1) urutan ruang, dan (2) urutan waktu. Yang dimaksud dengan urutan ruang adalah pola penguraian yang menggambarkan keadaan suatu ruang; dari kiri ke kanan, dari atas ke bawah, dan seterusnya; sedangkan urutan waktu adalah penguraian berdasarkan urutan kejadian suatu peristiwa atau rangkaian peristiwa secara kronologis.

a) Urutan RuangUrutan ruang dipakai untuk mendeskripsikan suatu tempat atau ruang, umpamanya kantor, gedung, stadion, lokasi/wilayah tertentu. Deskripsi suatu gedung dapat dimulai dari lantai dasar sampai ke lantai tertinggi. Berikut ini adalah contoh kerangka karangan dengan urutan ruang.Topik: Laporan Lokasi Banjir di IndonesiaI. Banjir di Pulau JawaA. Banjir di Jawa Barat1. Daerah Ciamis2. Daerah GarutB. Banjir di Jawa Tengah1. Daerah Pekalongan2. Daerah SemarangII. Banjir di ...

b) Urutan WaktuUrutan waktu dipakai untuk menarasikan (menceritakan) kronologi peristiwa/kejadian, baik yang berdiri sendiri maupun yang merupakan rangkaian peristiwa. Perhatikan contoh kerangka karangan dengan urutan waktu dibawah ini.Topik: Riwayat Hidup Rabindranath Tagore1. Jatidiri Rabindranath Tagore2. Pendidikan Rabindranath Tagore3. Karier Rabindranath Tagore4. Akhir Hidup Rabindranath TagoreBerdasarkan kerangka itu dapat dibuat karangan singkat yang terdiri atas satu alinea; dapat diperluas menjadi empat alinea; bahkan dapat diperluas menjadi satu buku yang terdiri dari empat bab. Begitulah pentingnya membuat kerangka karangan sebelum mengarang. Perhatikan contoh karangan singkat yang terdiri atas satu alinea yang disusun berdasarkan kerangka diatas.Rabindranath Tagore, pujangga tanah Hindustan lahir pada tanggal 7 Mei 1861. Ia putra keluarga brahmin, pecinta seni, taat beragama, pembaharu masyarakat, dan kaya. Tahun 1877 ia belajar ilmu hukum ke Inggris, tetapi segera kembali ke India untuk mengurusi tanah ayahnya serta terjun dalam pergerakan sosial di samping menulis nyanyian, sajak, cerpen, dan drama. Tahun 1913 ia mendapat Hadiah Nobel di bidang kesusasteraan atas karyanya yang terkenal, Gitanjali. Setelah usianya mencapai delapan puluh tahun, tepatnya tanggal 7 Agustus 1941, Rabindranath Tagore meninggal dunia.

2.5.2 Pola Logis

Pola logis memakai pendekatan berdasarkan cara berpikir manusia. Cara berpikir manusia ada beberapa macam dan pendekatannya berbeda-beda bergantung pada sudut pandang dan tanggapan penulis terhadap topik yang akan ditulis. Itulah sebabnya dalam kerangka berpola logis timbul variasi penempatan unit-unit. Adapun macam-macam urutan logis adalah klimaks-antiklimaks, sebab-akibat, pemecahan masalah, dan umu-khusus. Amatilah contoh kerangka karangan berikut ini. Contoh 1 (Urutan Klimaks)Topik: Kejatuhan SoehartoI. Praktik KKN MerajalelaII. Keresahan di Tengah MasyarakatIII. Kerusuhan Sosial di Mana-manaIV. Kejatuhan yang TragisContoh 2 (Urutan SebabAkibat)Topik: Pemukiman Tanah Tinggi Terbakar1. Kebakaran di Tanah Tinggi2. Penyebab Kebakaran3. Kerugian yang Diderita Masyarakat dan Pemerintah4. Rencana Rehabilitasi FisikContoh 3 (Urutan Pemecahan Masalah) Topik: Bahaya Ecstasy dan Upaya Mengatasinya1. Apakah Ecstasy2. Bahaya Ecstasy

2.1 Pengaruh Ecstasy terhadap Syaraf Pemakainya2.2 Pengaruh Ecstasy terhadap Masyarakat2.3 Gangguan Kesehatan Masyarakat2.4 Gangguan Kriminalitas3. Upaya Mengatasi Bahaya Ecstasy4. Simpulan dan SaranContoh 4 (Urutan UmumKhusus)Topik: Komunikasi LisanI. Komunikasi dan BahasaII. Komunikasi Lisan dan PerangkatnyaA. Kemampuan Kebahasaan1. Olah Vokal2. Volume dan Nada SuaraB. Kemampuan Akting1. Mimik Muka2. Gerakan Anggota TubuhIII. Praktik Komunikasi LisanIV. .....Sebagai rangkuman uraian tentang topik, tema, dan kerangka karangan, di bawah ini dibuatkan bagan langkah-langkah penulisan yang seyogianya ditempuh oleh para penulis dalam upaya memproduksi sebuah karangan.Berikut adalah Langkah-Langkah Menulis Karangan.

PilihPemilihan Topik

pokok bahasan tertentu dan tentukan ruang lingkupnya

TetapkanPerumusan Tema

sasaran dan target, serta rumusan pokok pikiran Anda

Sesuaikan

bentuk dan jenis karangan dengan metode penelitian Penyusunan Outline

Pengumpulan Datapenelitian kepustakaan dan atau penelitian lapanganLaksanakan

Penulisan Draf

Klasifikasikandata; lalu susun menjadi wacana

Penyuntingan Wacana

kaidah bahasa, diksi, kalimat, dan alinea Suntinglah

PENULISAN AKHIR

2.6 Pengertian Mengarang dan KaranganSebelum merumuskan pengertian karangan, perlu dipahami terlebih dahulu makna kata mengarang, sebab dari kegiatan yang disebut mengarang itulah dihasilkan suatu karangan. Mengarang berarti menyusun atau merangkai. Karangan bunga adalah hasil dari pekerjaan menyusun/merangkai bunga. Rangkaian bunga adalah hasil dari kegiatan merangkai bunga. Tanpa ada orang yang merangkai melati, misalnya, tidak akan ada rangkaian melati.Sebenarnya mengarang tidak hanya dan tidak harus tertulis. Seperti hanya berkomunikasi, kegiatan mengarang yang juga menggunakan bahasa sebagai mediumnya dapat berlangsung secara lisan. Seseorang yang berbicara, misalnya dalam sebuah diskusi atau berpidato secara serta-merta (impromtu), otaknya terlebih dahulu harus mengarang sebelum mulutnya berbicara. Pada saat berbicara, sang pembicara itu sebetulnya bekerja keras mengorganisasikan isi pembicaraannya agar teratur, terarah/terfokus, sambil memikir-mikirkan susunan kata, pilihan kata, sruktur kalimat; bahkan cara penyajiannya (misalnya deduktif atau induktif; klimaks atau antiklimaks). Apa yang didengar atau yang ditangkap orang dari penyajian lisan itu, itulah karangan lisan. Akan tetapi, karena tujuan penguraian dalam bab ini terutama mengenai karangan tertulis, pembicaraan tentang karangan lisan tidak dilanjutkan di dalam makalah ini. Uraian singkat tentang mengarang secara lisan tadi dimaksudkan untuk membantu pemahaman akan arti kata mengarang.Bertalian dengan uraian di atas penulis berpendapat bahwa mengarang adalah pekerjaan merangkai kata, kalimat, dan alinea untuk menjabarkan dan atau mengulas topik dan tema tertentu guna memperoleh hasil akhir berupa karangan (bandingkan dengan pekerjaan merangkai bunga dengan hasil akhir berupa rangkain bunga). Untuk perbandingan, di sini dikutipkan pendapat Widyamartaya dan Sudiarti (1997:77). Menurut keduanya, mengarang adalah keseluruhan

rangkaian kegiatan seseorang untuk mrngungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami. Setiap karangan yang ideal pada prinsipnya merupakan uraian yang lebih tinggi atau lebih luas dari alinea.2.7 Penggolongan Karangan menurut Bobot Isinya

2.7.1 Karangan Ilmiah, Semiilmiah, dan NonilmiahBerdasarkan bobot isinya, karangan dapat dibagi atas tiga jenis, yaitu (1) karangan ilmiah (2) karangan semiilmiah atau ilmiah populer, dan (3) karangan nonilmiah. Contoh karangan yang tergolong sebagai karangan ilmiah antara lain disertai, makalah, skripsi, tesis; yang tergolong sebagai karangan semiilmiah antara lain artikel, berita, editorial, feature, laporan, opini, tips; dan yang tergolong sebagai karangan nonilmiah antara lain anekdot, cerpen, dongeng, hikayat, naskah drama, novel, puisi.Ketiga jenis karangan tersebut memiliki karakteristik yang berbeda. Karangan ilmiah memiliki aturan baku dan sejumlah persyaratan khusus yang menyangkut metode dan penggunaan bahasa. Kebalikan dari karangan ilmiah adalah karangan nonilmiah, yaitu karangan yang tidak terikat pada aturan baku tadi; sedangkan karangan semiilmiah berada di antara keduanya.Karangan yang akan dibahas dalam makalah ini hanya dua jenis, yaitu karangan ilmiah dan semiilmiah karena kedua jenis inilah yang banyak diperlukan oleh mahasiswa. Beberapa karangan semiilmiah seperti artikel, laporan, opini dapat menjadi karangan ilmiah bila memenuhi kriteria karangan ilmiah. Berikut adalah tabel perbedaan karangan ilmiah, semiilmiah, dan nonilmiah.

Perbedaan Karangan Ilmiah, Semiilmiah, NonilmiahKarakteristikKarangan IlmiahKarangan SemiilmiahKarangan Nonilmiah

sumberpengamatan, faktualpengamatan, faktualnonfaktual (rekaan)

sifatobjektifobjektif+subjektifsubjektif

alursistematis, metodissistematis, kronologis, kilas balik (flashback)bebas

bahasadenotatif, ragam baku, istilah khusus(denotatif+konotatif) semiformaldenotatif/konotatif. semiformal/informal/ istilah umum/daerah

bentukargumentasi, campuran eksposisi, persuasi, deskripsi, campurannarasi, deskripsi, campuran

2.7.2 Ciri Karangan Ilmiah dan SemiilmiahSebelum merinci karangan ilmiah dan semiilmiah, ada baiknya jika dipahami terlebih dahulu batasan kedua jenis karangan tersebut. Karangan ilmiah adalah tulisan yang berisi argumentasi penalaran keilmuan yang dikomunikasikan lewat bahasa tulis yang formal dengan sistematis-metodis, dan sistematis-analitis (Suriasumantri, 1995: 307). Adapun karangan semiilmiah adalah tulisan yang berisi informasi faktual yang diungkapkan dengan bahasa semiformal, namun tidak sepenuhnya mengikuti metode ilmiah sintetis-analitis karena seringdibumbui opini pengarang yang terkadang subjektif.

Ada tiga ciri karangan ilmiah. Pertama, karangan ilmiah harus merupakan pembahasan suau hasil penelitian (faktual objektif). Faktual objektif berarti faktanya sesuai dengan objek yang diteliti.Kedua, tulisan ilmiah bersifat metodis dan sistematis. Artinya, dalam pembahasan digunakan metode atau cara tertentu dengan langkah-langkah yang teratur (sistematis) dan terkontrol melalui proses pengidentifikasian masalahdan penentuan strategi.Ketiga, dalam pembahasannya tulisan ilmiah menggunakan laras ilmiah. Laras ilmiah harus baku dan formal. Selain itu, laras ilmiah bersifat lugas agar tidak menimbulkan penafsiran dan makna ganda (ambigu). Ciri lain laras ilmiah adalah menggunakan istilah spesifik yang berlaku khusus dalam disiplin ilmu tertentu.2.8 Penggolongan Karangan menurut Cara Penyajian dan Tujuan PenulisannyaBerdasarkan cara penyajian dan tujuan penulisannya, karangan dapat dibedakan atas enam jenis, yaitu:1) Deskripsi (perian)2) Narasi (kisahaan)3) Eksposisi (paparan)4) Argumentasi (bahasan)5) Persuasi (ajakan)6) Campuran/kombinasiDalam praktiknya, karangan murni yang dapat berdiri sendiri sebagai karangan yang lengkap adalah narasi, eksposisi, dan persuasi; sedangkan deskripsi dan argumentasi sering dipakai untuk melengkapi atau menjadi bagian dari karangan lain. Contoh narasi yang bersiri sendiri adalah hikayat atau kisah.

Contoh karangan eksposisi yang berdiri sendiri sangat banyak jumlahnya. Berita-berita dalam surat kabar adalah contoh eksposisi. Adapun contoh karangan persuasi yang utuh adalah iklan atau lembar promosi lainnya seperti leaflet, brosur, dan advertorial.2.8.1 Karangan DeskripsiDeskripsi diambil dari bahasa Inggris description yang tentu saja berhubungan dengan kata kerja to describe (melukiskan dengan bahasa). Karangan deskripsi merupakan karangan yang lebih menonjolkan aspek pelukisan sebuah benda sebagaimana adanya. Penggambaran sesuatu dalam karangan deskripsi memerlukan kecermatan, pengamatan, dan ketelitian. Seorang penulis deskripsi harus memiliki kata yang tepat sesuai dengan penggambaran objek yang sebenarnya sehingga melahirkan imajinasi yang hidup dan segar tentang ciri-ciri, sifat-sifat, atau hakikat dari objek yng dideskripsikan itu.Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan deskripsi adalah bentuk tulisan yang bertujuan memperluas pengetahuan dan pengalaman pembaca dengan jalan melukiskan hakikat objek yang sebenarnya.Supaya karangan sesuai dengan tujuan penulisnya, diperlukan suatu pendekatan. Pendekatan adalah cara penulis meneropong atau melihat sesuatu yang akan dituliskan. Penulis perlu mengambil sikap tertentu untuk dapat memperoleh gambaran tentang objek yang akan ditulis. Ada dua cara pendekatan yang dimaksud, yaitu pendekatan realistis dan pendekatan impresionistis.1) Pendekatan RealistisDalam pendekatan realistis penulis dituntut memotret hal/benda seobjektif mungkin sesuai dengan keadaan yang dilihatnya. Berikut adalah kutipan sebagai contoh.

Predikat IDT (Inpres Desa Tertinggi) bagi Desa Tunggulturus, Tulungagung, hampir lenyap sama sekali. Rumah warga yang dahulunya berdinding anyaman bambu, kini hanya berjumlah hitungan jari. Yang ada kini rumah tembok bercorak modern, bertiang beton berukir dan berjendela kaca riben. Di atas genting berwarna-warni terpancang antena televisi, bahkan perabola. Rumah-rumah di sana rata-rata berlantai keramik dan kamar mandinya pun tak lagi beratapan langit.(Disunting dari Potret Desa Pemasok TKI di Tulungagung,Arif Purbadi, Media Indonesia, 12 Agustus 2002)

2) Pendekatan ImpresionistisImpresionistis adalah pendekatan yang berusaha menggambarkan sesuatu secara subjektif sesuai dengan impresi penulis. Isi tulisan tetap harus memberikan sesuatu, namun cara pengungkapannya boleh dengan gaya atau cara pandang pribadi penulisnya. Dengan pendekatan ini dimaksudkan agar setiap penulis bebas dalam memberi pandangan dan interpretasi terhadap bagian-bagian yang dilihat, dirasakan, atau dinikmatinya. Simaklah contoh dibawah ini.Lampu-lampu jalanan mengakhiri aktivitasnya. Sinar-sinarnya mulai menghilang dari pandangan mata. Sayup-sayup suara unggas mulai memecah kesunyian. Riang gembira kicaunya memanggil sang surya. Di sela-sela dahan sang surya mulai menampakkan sinarnya. Kehangatan sinarnya mencairkan embun di pucuk-pucuk dedaunan. Persada tampak ceria secerah sang penantang pagi yang menggantungkan harapannya.Tulisan ini menggambarkan betapa penulis merasakan cerahnya pagi. Penulis berusaha mengekspresikan keindahan yang dirasakannya dengan melukiskan matahari terbit.

2.8.2 Karangan NarasiKarangan narasi (berasal dari narration = bercerita) adalah suatu bentuk tulisan yang berusaha menciptakan, mengisahkan, merangkaikan tindak-tanduk perbuatan manusia dalam sebuah peristiwa kronologis atau yang berlangsung dalam suatu kesatuan waktu.Dari segi sifatnya karangan narasi dapat dibedakan atas dua macam: (1) narasi ekspositoris/ narasi faktual dan (2) narasi sugestif/ narasi berplot. Narasi yang hanya bertujuan untuk memberi informasi kepada pembaca agar pengetahuannya bertambah luas disebut narasi narasi ekspositoris, sedangkan narasi yang mampu menyimpulkan daya khayal mpembaca, mampu menyampaikan makna kepada para pembaca melalui daya khayal disebut narasi sugestif. Contoh narasi sugestif adalah novel dan cerpen. Sedangkan contoh narasi ekspositoris adalah kisah perjalanan, otobiografi, kisah perampokan, dan cerita tentang peristiwa pembunuhan. Kutipan di bawah ini adalah contoh karangan narasi ekspositoris atau narasi faktual.KHALIL GIBRANKhalil Gibran lahir di kota Bsharre yang dibanggakan sebagai pengawal Hutan Cedar Suci Lebanon, tempat Raja Sulaeman mengambil kayu untuk membangun kuil di Yerussalem. Ia lahir dari keluarga petani miskin. Ayaknya bernama Khalil bin Gibran dan ibunya bernama Kamila.Ketika lahir, orang tuanya memberi nama Gibran, sama seperti nama kakek dari ayahnya. Hal ini merupakan kebiasaan orang-orang Libanon pada masa itu. Maka lengkaplah namanya menjadi Gibran Khalil Gibran, yang kemudian lebih dikenal denal dengan Khalil Gibran. Atas anjuran para gurunya di Amerika yang mengagumi kejeniusannya nama yang sekarang sekaligus mengubah letak huruf h dari nama yang diberikan orang tuanya.

Kahlil Gibran yang lahir pada 6 Januari 1883, dikenal sangat dekat dengan ibunya. Bahkan guru Gibran yang pertama adalah ibunya sendiri. Dari janda Hanna Abdel Salam inilah mula-mula Gibran mengenal kisahkisah terkenal Arabia dari jaman kalifah Harun Al-Rasyid: Seribu Satu Malam dan Nyanyian-Nyaian Perburuan Abu Nawas. Ibunya ini pulalah yang menanamkan andil besar dalam membentuk Gibran sebagai penulis dan pelukis dunia.Sejak Gibran kecil, Kamila, sang ibu sudah berusaha menciptakan lingkungan yang membangkitkan perhatian Gibran pada kegiatan menulis dan melukis dengan memberinya buku-buku cerita serta satu jilid buku kumpulan reproduksi lukisan Leonardo da Vinci. Hal ini boleh jadi karena ibunya seorang yang terpelajar yang menguasai beberapa bahasa Suryani seperti bahasa Perancis dan bahasa Inggris.Karena himpitan ekonomi yang tak tertahankan, maka pada tahun 1895, Gibran dibawa keluarganya ke Boston, Amerika Serikat. Selama dua setengah tahun Gibran memasuki sekolah negeri di Boston yang dikhususkan bagi anak laki-laki. Selanjutnya ia pindah ke sekolah malam selama setahun untuk memperdalam pengetahuan umumnya.Untuk biaya pendidikan di sana, saudara tirinya Peter dan ibunya berjuang keras untuk itu. Atas permintaannya sendiri, Gibran dikirim kembali oleh ibunya ke Lebanon untuk mengembangkan bahasa Ibunya. Ia lantas masuk Madrasah al-Hikmat (sekolah filsafat) dari tahun 1898 hingga 1901. Di sekolah ini ia mengikutyi berbagai kuliah antara lain, hukum internasional, musik, kedokteran, dan sejarah agama.Gibran menamatkan pendidikannya di Madrasah al-Hikmat pada tahun 1901 dalam usia delapan belas tahun dengan mendapat pujian (cumlaode).

Sebelumnya yaitu pada tahun 1900, Gibran tercatat sebagai redaktur majalah sastra dan filsafat Al-Hakikat (kebenaran).Masa kepenyairan Gibran dibagi daalam dua tahap, yaitu tahap pertama dimulai tahun 1905 dengan karya-karya antara lain: Sekilas tentang Seni Musik (Nubdzahfi Fann al-Musiqa, 1905), Puteri-puteri Lembah (Arais al- Muruj, 1906), Jiwa-jiwa Yang Memberontak (Al-Arwah Al-Muttamarridah, 1908), Sayap-sayap Patah (Al-Ajnihal Muttakassirah, 1910), Air Mata dan Senyum (Damahwa ibtisamah, 1914). Tahap ini disebut tahap kepenyairan Gibran dalam bahasa Arab. Adapun tahap kedua dari tahap kepenyairan dimulai pada tahun 1918 dan disebut sebagai tahap kepenyairan dalam bahasa Inggris. Karya-karyanya antara lain: Si Gila (The Madman, 1918), Sang Nabi (The Prophet, 1923), Pasir dan Buih (Sand and Foam, 1926) dan masih banyak lagi.Pada akhirnya ia memang tercatat pula berhasil dalam bidang seni lukis.Malah seorang sahabatnya yaitu Henry de Boufort, memberi komentar atas kemampuannya dalam seni lukis dengan berkata Dunia pasti mengharap banyak dari penyair, pelukis Lebanon ini, yang sekarang telah menjadi William Blake abad ke-20.Hari-hari terakhir Gibran dihabiskannya dengan kegiatan menulis dan melukis di sebuah studio pertapaannya di New York. Di sini ia hanya ditemani oleh saudara perempuannya yang masih hidup, Mariana.Gibran meninggal dunia pada tanggal 10 April 1931 karena sakit lever dan paru-paru. Jasad bekunya dibawa pulang ke Lebanon dan dimakamkan di lembah Kadisya.(Disunting dari Kahlil Gibran Pantas Dikenang, tulisan Kamser Silitonga, Kompas, 10 April 1993).

2.8.3 Karangan Eksposisi (pemaparan)

Kata eksposisi diambil dari kata bahasa Inggris exposition sebenarnya berasal dari bahasa Latin yang berarti membuka atau memulai. Memang karangan eksposisi merupakan wacana yang bertujuan untuk memberi tahu, mengupas, menguraikan, atau menerangkan sesuatu.

Dalam karangan eksposisi, masalah yang dikomunikasikan terutama adalah pemberitahuan atau informasi. Informasi seperti ini dapat kita baca sehari-hari dalam media masa, berita di ex-pose atau dipaparkan kepada pembaca dengan tujuan memperluas panmdangan atau pengetahuan pembaca. Pembaca tidak dipaksa untuk menerima pendapat penulis, tetapi setiap pembaca sekedar diberi tahu bahwa ada orang yang berpendapat demikian. Karena jenis karangan eksaposisi hanya bersifat memaparkan sesuatu, eksposisi juga dapat disebut karangan paparan. Sebagai contoh marilah kita simak isi kutipan karangan di bawah ini.Contoh 1 Karangan EksposisiRASA TAKUTPernahkan Anda menghadapi situasi tertentu dengan perasaan takut ? Bagaimana cara mengatasinya ? Rasa Takut adalah rasa dimana seseorang merasa bahwa dirinya sedang mengalami situasi atau suasana yang menghilangkan rasa percaya diri mereka akan sesuatu. Di bawah ini ada lima jurus untuk mengatasi rasa takut tersebut.Pertama, persipakan diri Anda sebaik-baiknya bila menghadapi situasi atau suasana tertentu. Dengan memperiapkan diri saat menghadapi situasi atau

suasana tertentu Anda akan merasa siap bahkan merasa bahwa Anda telah melewati situasi dan suasana tersebut.Kedua, pelajari sebaik-baiknya bila menghadapi situasi tersebut. Anda harus mempelajari baik-baik situasi apa yang sedang Anda hadapi baik ditempat sepi maupun dikeramaian. Karena Anda akan merasa siap dengan segala suasana dan situasi yang telah Anda pelajari.Ketiga, pupuk dan binalah rasa percaya diri.kepercaya dirian merupakan kunci utama anda dalam mengatasi rasa takut. Dengan percaya diri Anda merasa bahwa Anda mampu melewati situasi dan suasana yang akan Anda lalui tanpa terhalang oleh rasa takut.Keempat, setelah timbul rasa percaya diri, pertebal keyakinan Anda. Keyakinan Anda dalam mengadapi rasa takut harus dipertebal agar Anda mapu dan yakin bahwa rasa takut iu akan hilangdengan kepercayaan diri yang kuat dan keyakinan yang tinggiKelima, untuk menambah rasa percaya diri, kita harus menambah kecakapan atau keahlian melalui latihan atau belajar sungguh-sungguh. Anda juga haarus memiliki keahlian dan kecakaapan dalam suatu bidang, agar rasa percaya diri anda kuat dan menghilangkan rasa takut yang melanda Anda.Contoh 2 Karangan EksposisiMEMELIHARA IKANIkan merupakan salah satu binatang yang biasa dipelihara oleh manusia. Ikan sangat beragam mulai dari warna, jenis juga harganya. Dengan memelihara ikan, akan memberikan ketenangan,kesegaran bagi pemiliknya begitu juga orang melihatnya. Dalam memelihara ikan kita harus berhati-hati, karena jika

perawatannya tidak sesuai maka ikan air tawar, jenis dan warna ikan air laut juga lebih beragam.Untuk memelihara ikan, hal pertama yang harus disiapkan yaitu akuarium. Akuarium harus ditata seindah mungkin dan sesuai dengan keadaan sebenarnya, dengan begitu ikan-ikan akan merasa betah. Setelah akuarium diisi dengan air, selanjutnya ikan dimasukan ke akuarium tersebut. Dalam memilih ikan sebaiknya yang masih segar, dan kondisinya baik tanpa ada cacat ataupun goresan.Dalam memberi makan ikan harus teratur,jangan terlalu banyak karena akan membuat air keruh, oleh dan ikan akan mati. Memberi makanikan sebaiknya dilakukan tiga atau sampai empat kali sehari, pilihlah makanan ikan yang sesuai dan bergizi.Air untuk ikan air tawar makin lama makin keruh, oleh karena itu harus diganti minimal sekali dalam seminggu. Ketika mengganti air akuarium, ikan-ikan harus dipindahkan terlebih dahulu ke dalam ember yang berisi air bersih.Hati-hati dalam memilih jenis ikan, jangan sampai ikan yang besar disatukan dengan ikan kecil, bisa-bisa ikan besar tersebut memangsa ikan kecil. Akuarium juga dapat diletakan diruang tamu, hal ini dapat memberikan nilai tambahyaitu membuat asri suasana dan juga memberikan kesegaran bagi orang yang melihatnya. Kesegaran yang diberikan oleh pemandangan di akuarium dapat membuat orang yang stress menjadibugar,dan bersemangat kembali.tak heranlah banyak orang yang mempunyai hobi memelihara ikan, baik ikan air tawar maupun ikan air laut.

2.8.4 Karangan Argumentasi (pembahasan)

Tujuan utama karangan argumentasi adalah untuk meyakinkan pembacan agar menerima atau mengambil suatu doktrin, sikap, dan tingkah laku tertentu. Syarat utama untuk menulis karangan argumentasi adalah penulisnya harus terampil dalam bernalar dan menyusun ide yang logis.Karangan argumentasi memiliki ciri:1. Mengemukakan alasan atau bantahan sedemikian rupa dengantujuan mempengaruhi keyakinan pembaca agar menyetujuinya.2. Mengusahakan pemecahan suatu masalah.3. Mendiskusikan suatu persoalan tanpa perlu mencapai suatu penyelesaian.

Contoh Karangan ArgumentasiADOPSI ANAK INDONESIA OLEH ORANG ASING, MENGAPA TIDAK ?Sebuah survey dan studi perlu dilakukan untuk meneliti dampak sosial, budaya, dan psikologis dari praktek adopsiini sebelum orang-orang keburu menilai yang jelek-jeknya saja. Oleh karena itu, kalau kita memang ingin konsekuen menjadi bangsa yang berkepribadian yangmandiri, mungkin praktek-praktek seperti pinjaman dari luar negeri, penanaman modal asing, studi keluar negeri dan segala bentuk hubungan serta produkyang berbau luar negeri lebih baik dijauhkan. Hal ini tentu saja mustahil. kalau kita mau jujur tentang keberadan bangsa dan negara kita, kita ini sebenarnya masih jauh sekali dari impian mejadi negara yang mandiri, yang sejahtera dan mampu tampil sebagai negara yang menetukan di dalam percaturan dunia.

Prosedur pengangkatan anak yang benar dan bertanggung jawab akan diulai dengan mendeteksi keberadaan calon orang tua angkat, untuk memperolehdata mengenai kemungkinan jaminan kehidupan dan tunjangan pendidikan yang layak bagi anak yang akan diadopsi itu. Keinginan dan kerinduan untuk memelihara dan menyayangi anak itu sendiri pun dapat pula dipakai sebagai pegangan bahwa anak itu tidak akan ditelantarkan, apa lagi jika kita lihat kegigihan calon orang tua memperjuangkan anak mereka selama ini. dengan kata lain, hari depan yang lebih cerah diajanjikan disana, dibandingkan jika anak-anak itu tetap tinggal disini. tentunya ini tidak berlaku bagi keluarga-keluarga yang mapan. Tetapi bagaimana dengan keluarga yang tidak mampu, yang broken home, anak-anak diluar nikah, serta ribuan anak lain yang tidak mempunyai jaminan masa depan yang cerah dinegeri sendiri? salahkah jika ada pihak asing yang denan tulus bersedia mengasuh mereka?Adopsi anak Indonesia oleh orang asing seperti ini bukanlah pelarian tanggung jawab sosial di negara kita. Hal ini sebaiknya dipandang sebagai salah satualternatif pemecahan-pemecahan masalah-masalah besar yang kita hadapi, seperti peledakan jumlah penduduk, peningkatan kesejahteraan keluarga yang tidak mampu, serta perluasan kesempatanbagi sebagian anak untuk hidup lebih baik.Dari hal-hal yang yang diuraikan diatas, agaknya dapatlah ditarikkesimpulan bahwa sebaiknya kita kita tidak terburu-buru menilai adopsi anak Indonesia oleh orang asing itu merupakan tindakan yang memalukan seluruh bangsa,dan oleh karena itu harus dicegah. perlulahkita mengadakan berbagai penelitian dan pemikiran kembali, karena sebenarnya dalam hal itu masih banyak terdapat hal-hal positif, yang justru membantu kita menyelesaikan beberapa masalah yang mendesak. ini, kalau kita mau sedikit jujur pada diri kita sendiri.

2.8.5 Karangan Persuasi (pengajakan)

Dalam bahasa Inggris kata to persuade berarti membujuk atau meyakinkan. Bentuk nominanya adalah persuation yang kemudian menjadi kata pungut bahasa Indonesia: persuasi.Karangan persuasi adalah karangan yang bertujuan membuat pembaca percaya, yakin, dan terbujuk akan hal-hal yang dikomunikasikan yang mungkin berupa fakta, suatu pendirian umum, suatu pendapat/gagasan ataupun perasaan seseorang. Dalam karangan persuasi, fakta-fakta yang relevan dan jelas harus diuraikan sedemikian rupa sehingga kesimpulannya dapat diterima secara meyakinkan. Di Samping itu, dalam menulis karangan persuasi harus pula diperhatikan penggunaan diksi yang berpengaruh kuat terhadap emosi atau perasan pembaca.Dalam uraian dibawah ini disajikan macam-macam persuasi ditinjau dari segi medan pemakainya. Dari segi pemakainya karangan persuasi digolongkan menjadi empat macam, yaitu (1) persuasi politik, (2) persuasi pendidikan, (3) persuasi advertensi, (4) persuasi propaganda.2.8.5.1 Persuasi PolitikSesuai dengan namanya, persuasi politik dipakai dalam bidang politik oleh orang-orang yang berkecimpung dalam bidang politik dan kenegaraan. Para ahli politik dan kenegaraan sering menggunakan pesuasi jenis ini untuk keperluan politik dan negaranya. Kita akan bisa memahami persuasi politik lebih baik lagi, bila kutipan berikut ini kita kaji dengan teliti. Naskah persuasi politik berikut ini berkombinasi dengan eksposisi.

BILA SIDANG ISTIMEWA MPR HANYA BAGI-BAGI KEKUASAAN RENDRA DAN EEP SERUKAN PEMBANGKANGAN

Setiap orang Indonesia yang sadar hak-haknya haruslah siap melakukan gerakan Indonesia pembanggkangan warga negara. Itu perlu, terutama bila agenda nasional berupa Sidang Istimewa (SI) MPR mendatang ini akhirnya hanya merupakan forum konstitusional bagi para elit politik untuk berbagi kekuasaan antar mereka hingga melupakan kepentingan umum masyarakat.Dramawan W.S. Rendra bersama pengamat politik Eep Saefullah Fatah disertai sejumlah praktisi ekonomi dan seniman dengan lantang menyerukan itu dalam sebuah konfrensi pers di Kantor Dewan Kesenian Jakarta Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Kamis(19/7) siang.Seruan agar masyarakat melakukan pembanggkangan warga negara ini, kata Eep dan Rendra, diungkap sebagai wujud keprihatinan mereka sebagai warga negara atas terjadinya arus utama politik dan ekonomi yang terus menerus menempatkan rakyat sebagai korbannya.Pembangkangan warga negara diperlukan, demikian argumen Eep terutama bila proses transisi ke arah demokrasi sudah menjadi makin elitis dan mengarah pada pembajakan demokrasi oleh kekuatan maupun pikiran yang berpihak pada otoritarianisme.Menurut Eep, hal inilah yang kini membayangi proses transisi yang tengah bergulir di negara ini, terutama jika menyaksikan si MPR yang kini telah dipersiapkan tak lebih sebagai arena pertaruhan politik kanak-kanak. Perhelatan mahal ini dibuat demi upaya bisa melakukan pergantian kekuaasan. Sementara agenda mendasar yang perlu dikerjakan bisa membuat rakyat bisa keluar dari

krisis ekonomi yang mencekik dan krisis politik yang memuakkan, justru diabaikan, jelas Eep.Lebih menyedihkan lagi,tambahnya,ketika arus politik dan ekonomi yang telah menempatkan rakyat sebagai korbannya ini seolah-olah hanya dilawan oleh pembangkangan militer dan polisi. Citra yang terbangun oleh pemberitaan pers bahkantelah menempatkan parlemen-parlemen seolah-olah sebagai pahlawan yang ingin melawan arus itu.Padahal, sesungguhnya jutru DPR-lah yang telah ikut mengalirkannya, ujar mahasiswa Ohaio State University AS ini.W.S Rendra menambahkan, gerakan ini jauh dari sikap anarkis. Gerakan ini ibarat sebuah obat mujarap yang mampu mengobati kelesuan jiwa agar mampu merebut masa depan yang baik. Karena itu, ia berpendapat perlu dibangun konsolidasi antar sesama warga negara dan aturan-aturan main yang demokratis. Dari perspektif kebudayaan, situasi sekarang ini menjadi tidak menentu akibat tidak adanya aturan-aturan yang benar. Apalagi rakyat sering dianggap sebagai massa bukan lagi insan manusia yang juga warga negara, jelas tokoh pendiri Bengkel Teater ini berapi-api.Penggiat seni, Edi Haryono, yang membaca naskah Seruan bagi Gerakan Pembangkitan Warga Negara, menyebutkan, proses sosial, ekonomi, dan politik sekarang ini berjalan ditengah ketiadaan aturan main bernegara yang demokratis telah membiarkan tatanan hidup bernegara dikelola dipolitika dan ekonomi telah membiarkan tatanan hidup bernegara dikelola di atas aturan main yang compang-camping, tidak utuh dan belum demokratis.(Kompas, 26 Juli 2001)

2.8.5.2 Persuasi PendidikanPersuasi pendidikan dipakai oleh orang-orang yang berkecimpung dalam bidang pendidikan dan digunakan untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan. Seorang guru, misalnya, bisa menggunakan persuasi ini untuk mempengaruhi anak supaya mereka giat berlajar, senang membaca dan lain-lain. Seorang motivator atau inovator pendidikan bisa memanfaatkan persuasi pendidikan dengan menampilkan konsep-konsep baru pendidikan untuk bisa dilaksanakan oleh pelaksana pendidikan. Kutipan artikel berita ini dapat dijadikan bahan menelaah karangan persuasi pendidikan.KERAPIAN BERBAHASA BERKORELASI DENGAN KECERMATAN PENALARANKeterampilan berbahasa perlu diposisikan berbanding sejajar dengan kerapian berbahasa. Artinya, kepiawaian berbahasa seseorang harus didukung bahkan ditentukan oleh kerapian atau keapikan bahasa yang digunakannya.Mengenai hal ini ada pandangan yang menyebutkan bahwa kerapian berbahasa sangat berkorelasi dengan kecermatan penalaran, kata Dr. Hasan Alwi, mantan kepala pusat bahasa, di sela-sela seminar nasional XI Bahasa dan Sastra indonesia, di Denpasar (Bali) yang berlangsung 10-12 juli 2001.Menurut Hasan Alwi, pemakaian bahasa yang rapi dan dilandasi oleh penalaran yang cermat merupakan syarat mutlak dalam keterampilan berbahasa. Dua hal ini sekaligus akan sangat membantu kemudahan dan kelancaran dalam berkomunikasi. Akan tetapi, kenyataan menunjukkan perpaduan ideal itu masih jauh dari harapan. Hal ini terlihat dari penggunaan bahasa indonesia-baik tulis maupun lisan- dikalangan masyarakat indonesia yang masih terkesan sembrono, serta mengabaikan prinsip-prinsip dasar bahasa indonesia yang baik dan benar.

Jika ditinjau dari segi kerapian bahasa dan kecermatan bernalar, mutu pemakaian bahasa indonesia yang dihasilkan itu sering sekali membuat para pakar dan pengamat bahasa berkecil hati, kata Hasan Alwi.(Kompas, 10 Juli 2001)2.8.5.3 Persuasi Advertensi/IklanPersuasi iklan dimanfaatkan terutama dalam dunia usaha untuk memperkenalkan suatu barang atau bentuk jasa tertentu. Lewat persuasi iklan ini diharapkan pembaca atau pendengar menjadi kenal, senang, ingin memiliki, berusaha untuk memiliki barang atau memakai jasa yang ditawarkan. Karena itu, advertensi diberi predikat jalur komunikasi antara pabrik dan penyalur, pemilik barang dan publik sebagai konsumen. Iklan itu beraneka ragam, ada yang sangat pendek, ada pulayang panjang.Persuasi iklan yang baik adalah persuasi yang mampu dan berhasil merangsang konsumen membeli barang yang ditawarkan. Sebaliknya, persuasi iklan itu tergolong sebagai persuasi yang kurang baik apabila tidak berhasil merangsang konsumen untuk membeli barang yang diiklankan. Berikut adalah contoh dari karangan persuasi iklan.PALMER DAN ROLEX, HAKIKAT DARI SUKSESArnold Palmer dewasa ini menggebrak dunia usaha dengan kehebatan yang sama dalam permainan golf. Ia penuh keyakinan, gigih dan berani dalam mengambil resiko. Namun dengan perhitungan yang matang.

Palmer melibatkan diri dalam belasan kegiatan usaha di seluruh dunia, yang membuatnya seringkali terbang untuk berbagai pertemuan dan mengemudikan sendiri pesawat jet pribadinya.Satu dari kegiatan-kegiatan yang paling penting adalah merancang desain dan lanskap padang-padang golf. The Chun Shan yang menjadi padang golf baru pertama di cina sejak tahun 1930-an adalah salah satu contoh yang luar biasa. Di samping itu, nama Arnold Palmer pada pakaian golf, golfclubs, jasacarterangkutan udara, pembangunanreal estate, dan banyak lagi.Di balik senyum yang telah menjadikannya tokoh televisi. Palmer merupakan seorang pengusaha sukses yang selalu memberikan perhatian sampai ke detail.Palmer tetap merupakan nama yang diperhitungkan di padang golf yang mampu mempesona penonton maupun pemain handal yang dihadapinya.Menjaga ketetapan waktu jelas merupakan tugas yang amat penting. Ia mempercayakan pada jam tangan emas Rolex Oyster Day-date.Bagi saya golf sudah merupakan bagian dari jiwa. Perasaan yang sama kuatnya juga saya alami dengan Rolex, Rolex menjalankan tugasnya dengan sempurna!Suatu pujian yang berharga dari orang yang sangat menghargai ketepatan waktu.(Intisari)2.8.5.4 Persuasi PropagandaObjek yang disampaikan dalam persuasi propaganda adalah informasi. Persuasi propaganda sering dipakai dalam kegiatan kampanye. Isi kampanye biasanya berupa informasi dan ajakan. Tujuan akhir dari kampanye adalah agar

pembaca atau pendengar menuruti isi ajakan kampanye tersebut. Pembuatan informasi tentang seseorang yang mengidap penyakit jantung yang disertai dengan ajakan pengumpulan dana untuk pengobatannya, atau selebaran yang berisi informasi tentang situasi tertentu yang disertai ajakan berbuat sesuatu adalah contoh persuasi propaganda. Perhatikan kutipan karangan persuasi propaganda dibawah ini.PERILAKU MENYAMPAHDi kota-kota besar, setiap orang mencari kemudahan dalam hidup. Kebiasaan makan, misalnya, di kota besar, restoranfast foodcenderung menggunakan kemasan yang terbuat dari plastik ataustirofoamyang sekali pakai langsung buang. Kemasan kue dahulu menggunakan daun pisang yang bisa membusuk, sekarang cenderung menggunakan plastik. Semua itu kebiasaan impor yang bukan budaya indonesia. Budaya indonesia menggunakan kemasan daun pisang atau daun jati.Sebenarnya volume sampah bisa dikurangi drastis bukan hanya dengan menangani sampah plastik dengan sebaik-baikna atau dengan daur ulang tetapi bagaimana menghindari seminim mungkin perilaku menyampah. Hanya kekuatan konsumen yang bisa menekan produsen mengurangi bahan-bahan yang makin menambah volume sampah.Semaksimal mungkin semua orang harus mengurangi penggunaan kemasan-kemasan yang kemudian akan menjadi sampah yang tidak bisa hancur. Misalnya, menghindari membeli makanan dan minuman yang menggunakan kemasan plastik,stirofoam, atau kalaupun terpaksa membeli,ambil saja makanannya, kemasannya dikembalikan lagi kepada penjualnya. Rasanya tidak menggunakan kemasan plastik tidak akan mengurangi kenyamanan hidup ini.

2.8.6 Karangan CampuranSelain merupakan karangan murni misalnya eksposisi atau persuasi, sering ditemukan karangan campuran atau kombinasi. Isinya dapat merupakan gabungan eksposisi dengan deskripsi, atau eksposisi dengan argumentasi. Dalam wacana yang lain sering kita temukan narasi berperan sebagai ilustrasi bagi karangan eksposisi atau persuasi. Untuk lebih jelasnya, bacalah contoh karangan berikut ini.Berbagai cara menurunkan berat badan saya coba tanpa hasil, hingga pada akhirnya saya membaca iklan Impression di harian Kompas, Minggu 7 November 1993. Saya seperti mendapat firasat inilah program yang tepat. (karangan narasi)Dalam kurung waktu dari sebulan, berat badan saya telah berkurang k kg. Waktu hal ini saya kabarkan pada puteri saya, Maya, yang sekolah di New York, anak saya mengatakan, Ya, program itulah yang saya maksudkan, Mama, di sini (maksudnya Amerika) juga banyak pengikut program tersebut yang berhasil. (karangan eksposisi)Selama mengikuti Program Impression, saya tidak mengalami kesulitan, tidak merasa lapar, tidak ada suntikan, tidak ada efek samping, sangat mudah dan menyenangkan. (karangan persuasi)Bagi saya, saat ini terasa begitu ceria, muka berseri, tubuh enteng, baju-baju lama dapat dipakai kembali, bahkan banyak teman-teman yang jadi pangling akan penampilan saya. (karangan persuasi)Tetapi, penampilan bukan tujuan utama saya dalam usia hampir setengah abad ini. Program Impression ternyata memulihkan kesehatan saya, tekanan darah menjadi normal, kembali rata-rata 120/80, kadar gula dan kolesterol normal, pokoknya semua terasa segar dan ringan. (karangan persuasi)Ny. Lusia Sutanto, seorang figur tokoh pendidikan dan wiraswasta yang sukses, ibu dari tiga orang putra-putri, pembimbing sekitar 10.000 siswa dari bimbingan belajar, pendidikan komputer & akuntansi, bahasa Inggris, sekretaris, program pendidikan Magister Management (M.M.), mendapat predikat sebagai Kharisma Puteri Kebaya Kartini 94 dan Citra Eksekutif Indonesia 1994 setelah mengikuti program Impression.(Iklan Intisari, Juni 1994)

BAB IIIPENUTUP

3.1 SimpulanSecara keseluruhan cara penulisan karya ilmiah yang baik sudah ditentukan, yaitu sesuai dengan tata bahasa (EYD) dan tata tulis yang disepakati oleh masyarakat akademik. Adapun yang masuk kedalam penelitian meliputi masalah penelitian, tujuan, metode, kajian teori, objek data variabel dan hasil penelitian.Kemudian cara cara penulisan karya ilmiah yang baik adalah:-Objektif-Pola berfikir deduktif induktif-SistematikaTata cara penulisan karya ilmiah mencakup : penulisan kutipan, catatan kaki, dan daftar pustaka.Adapun bentuk bentuk karya ilmiah meliputi :-Karya tulis-Makalah-Skripsi-Thesis-Disertasi-Laporan hasil peneliti

3.2 Saran

Kami membuat makalah ini untuk pembelajaran bersama. Kami mengambil dari berbagai sumber, jadi apabila pembaca menemukan kesalahan dan kekurangan, maka kami sarankan untuk mencari referensi yang lebih baik. Apabila pembaca merasa ada kekurangan dapat membaca buku yang menjadi referensi secara lengkap.

DAFTAR PUSTAKAChaer, Abdul, 2011,Ragam Bahasa Ilmiah, Jakarta: Rineka Cipta.Keraf, Gorys, 2004,Komposisi: Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa, Ende: Nusa Indah, Cetakan XIII.Rumaningsih, Endang, 2011,Mahir Berbahasa Indonesia, Semarang: Ra-SAIL (Ranah Ilmu-ilmu Sosial Agama dan Interdisipliner), Cetakan III.Wasito, Hermawan, 1997,Pengantar Metodologi Penelitian: Buku Panduan Mahasiswa, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.Winarto, Yunita T., Totok Suhardiyanto, dan Ezra M. Choesin (eds.), 2004,Karya Tulis Ilmu Sosial: Menyiapkan, Menulis, dan Mencermatinya, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, Edisi 1.