dasar teori pluvial

32
2 BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Bentuk Lahan Fluvial Bentuk lahan fluvial adalah satuan geomorfologi yang pembentukannya erat hubungannya dengan proses fluviatil. Proses fluviatil adalah semua proses yang terjadi di alam baik fisika, maupun kimia yang mengakibatkan adanya perubahan bentuk permukaan bumi, yang disebabkan oleh aksi air permukaan, baik yang merupakan air yang mengalir secara terpadu (sungai), maupun air yang tidak terkonsentrasi (sheet water). Proses fluviatil akan menghasilkan suatu bentang alam yang khas sebagai akibat tingkah laku air yang mengalir di permukaan. Bentang alam yang dibentuk dapat terjadi karena proses erosi maupun karena proses sedimentasi yang dilakukan oleh air permukaan. Perlu diketahui bahwa air permukaan merupakan salah satu mata rantai dari siklus hidrologi. Adanya air permukaan sangat dikontrol oleh adanya air hujan, sedangkan besar kecilnya jumlah air permukaan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu antara lain kelerengan, iklim, litologi dan nilai curah hujan.

Upload: habibrizki

Post on 30-Sep-2015

24 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

semoga berguna

TRANSCRIPT

BAB IIDASAR TEORI

2.1 Pengertian Bentuk Lahan Fluvial Bentuk lahan fluvial adalah satuan geomorfologi yang pembentukannya erat hubungannya dengan proses fluviatil. Proses fluviatil adalah semua proses yang terjadi di alam baik fisika, maupun kimia yang mengakibatkan adanya perubahan bentuk permukaan bumi, yang disebabkan oleh aksi air permukaan, baik yang merupakan air yang mengalir secara terpadu (sungai), maupun air yang tidak terkonsentrasi (sheet water). Proses fluviatil akan menghasilkan suatu bentang alam yang khas sebagai akibat tingkah laku air yang mengalir di permukaan. Bentang alam yang dibentuk dapat terjadi karena proses erosi maupun karena proses sedimentasi yang dilakukan oleh air permukaan. Perlu diketahui bahwa air permukaan merupakan salah satu mata rantai dari siklus hidrologi. Adanya air permukaan sangat dikontrol oleh adanya air hujan, sedangkan besar kecilnya jumlah air permukaan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu antara lain kelerengan, iklim, litologi dan nilai curah hujan. Sungai merupakan aliran air yang dibatasi suatu alur yang mengalir ke tempat / lembah yang lebih rendah karena pengaruh gravitasi. Sungai termasuk sungai besar, sungai kecil maupun anak sungai. Pada pembuatan delineasi suatu bentang alam, bentang alam fluvial pada peta topografi biasanya diberi warna hijau, yang mana meliputi sungai utama dan juga dataran banjir yang ada di pinggiran sungai utama tersebut. 2.2 Macam-macam proses fluvialProses fluviatil dapat dikelompokkan menjadi tiga macam yaitu:

1. Proses erosi Menurut Sukmana, 1979, proses erosi adalah suatu proses atau peristiwa hilangnya lapisan permukaan tanah yang disebabkan oleh pergerakan air atau angin. Sedangkan Arsyad, 1982, mendefinisikan proses erosi sebagai peristiwa pindahnya atau terangkutnya tanah atu bagian-bagian tanah dari suatu tempat ke tempat lain oleh media alami. Menurut Holy,1980, berdasarkan agen penyebabnya, agen penyebab erosi dapat dibagi menjadi empat macam, yaitu erosi oleh air, erosi oleh angin, erosi oleh gletser dan erosi oleh salju. Dalam bentang alam ini, agen penyebab erosi yang paling dominan adalah air. 2. Proses Transportasi Proses transportasi adalah proses perpindahan/pengangkutan material yang diakibatkan oleh tenaga kinetis yang ada pada sungai sebagai efek dari gaya gravitasi. 3. Proses SedimentasiMerupakan proses pengendapan material karena aliran sungai tidak mampu lagi mengangkut material yang di bawanya. Apabila tenaga angkut semakin berkurang, maka material yang berukuran besar dan lebih berat akan terendapkan terlebih dahulu, baru kemudian material yang lebih halus dan ringan. Bagian sungai yang paling efektif untuk proses pengendapan ini adalah bagian hilir atau pada bagian slip of slope pada kelokan sungai, karena biasanya pada bagian kelokan ini terjadi pengurangan energi yang cukup besar. Ukuran material yang diendapkan berbanding lurus dengan besarnya energi pengangkut, sehingga semakin ke arah hilir, energi semakin kecil, material yang diendapkan pun semakin halus.2.3 Pola pengaliran Satu sungai atau lebih beserta anak sungai dan cabangnya dapat membentuk suatu pola atau system tertentu yang dikenal sebagai pola pengaliran. Pola ini dapat dibedakan menjadi beberapa variasi bergantung struktur batuan dan variasi litologinya. a. Pola pengaliran rectangular, dimana anak sungai dan induk sungainya membentuk sudut tegak lurus. Biasanya terdapat pada daerah patahan yang bersistem teratur. b. Pola pengaliran sejajar, dimana pola yang arah alirannya sejajar. Pola ini berkembang pada daerah lereng mempunyai kemiringan nyata. c. Pola pengaliran dendritik, dimana pola pengalirannya berbentuk cabang pohon ynag berarah dan tidak beraturan. Berkembang pada daerah dengan resistensi beragam. d. Pola pengaliran trellis, pola yang bernentuk seperti daun dengan anak-anak sungai sejajar. Biasanya memanjang dan sejajar dengan jurus perlapisan batuan. e. Pola pengaliran radial, yaiu pola pengaliran yang arah-arah pengalirannya menyebar ke segala arah dari satu pusat. Biasanya berkembang pada kerucut gunung api, kubah stadia muda, dan bukit kerucut. f. Pola pengaliran annular, yaitu pola pengaliran dimana anak sungainya mempunyai penyebaran yang melingkar, seiring dijumpai pada daerah kubah stadia dewasa.g. Pola pengaliran multi basinal, disebut juga sink hole yaitu pola pengaliran yang tidak sempurna, kadang tampak kadang hilang. Berkembang pada daerah karst. h. Pola pengaliran contorted, adalah pola pengaliran yang arahnya berbalik dari arah semula. Pola ini terdapat pada daerah patahan. Gambar 2.1 Pola-pola Pengaliran SungaiPola pengaliran dalam suatu peta topografi umumnya untuk sungai yang besar (sungai utama) biasanya diberi warna biru tua, untuk sungai kecil (anak sungai) biasanya diberi warna biru muda. Sedangkan pada jala diberi warna merah. 2.4 Macam-macam Bentuklahan Fluvial Bentuklahan fluvial dapat dibedakan menjadi beberapa macam berdasar proses pembentukannya, antara lain: a. Sungai teranyam (braided stream) Sungai teranyam terbentuk pada bagian hilir sungai yang mempunyai kemiringan datar atau hampir datar. Pembentukannya dikarenakan oleh erosi yang berlebihan pada daerah hulu sungai sehingga terjadi pengendapan pada bagian alurnya dan membentuk gosong tengah (channel bar). Karena adanya gosong yang banyak dan berjajar (berderet), maka alirannya memberikan kesan teranyam. Gambar 2.2 Sungai Teranyamb. Bar deposit (endapan gosong)Adalah endapan sungai yang terdapat pada bagian tepi atau tengah alur sungai. Endapan pada tengah alur disebut sebagai gosong tengah (channel bar) sedang endapan pada tepi disebut sebagai gosong tepi (point bar).Gambar 2.3 Endapan Gosongc. Tanggul alam (natural levee) Adalah tanggul yang terbentuk secara alamiah, hasil pengendapan luapan banjir dan terdapat pada tepi sungai sebelah menyebelah. Material pembentuk tenggul alam berasal dari material hasil transportasi sungai saat banjir dan diendapkan di luar saluran sehingga membentuk tanggul-tanggul sepanjang aliran Gambar 2.4 Tanggul Alamd. Kipas alluvial (alluvial fan)Gambar 2.5 Kipas Alluvial

Adalah bentang alam alluvial yang terbentuk oleh onggokan material lepas, berbentuk seperti kipas, biasanya terdapat pada suatu dataran di depan gawir. Biasanya tersusun oleh perselingan pasir dan lempung unconsolidated sehingga merupakan lapisan penyimpan air yang cukup baik.e. DeltaAdalah bentang alam hasil sedimentasi sungai pada bagian hilir setelah masuk pada daerah base level. Selanjutnya akan dibahas sendiri pada bab bentang alam pantai dan delta Gambar 2.6 Delta2.5 Genesa Pembentukan lembah Sungai Siklus lembah sungai dibagi menjadi tiga tingkatan (stadia) yaitu muda dewasa dan tua : a. Stadia muda, dicirikan oleh: - biasanya di daerah hulu - sungai sangat aktif, erosi berlangsung cepat - erosi vertikal lebih kuat daripada erosi lateral - lembah sungai mempunyai profil berbentuk V - gradien sungai curam, terdapat jeram dan air terjun - anak sungai sedikit dan kecil - aliran sungai deras (energi pengangkutan besar) - bentuk sungai relatif lurus

b. Stadia dewasa, dicirikan oleh: - kecepatan aliran mulai berkurang - gradien sungai sedang, tidak terdapat jeram dan air terjun - mulai terbentuk dataran banjir dan tanggul alam - erosi lateral (ke samping) lebih kuat dari erosi vertikal - mulai terbentuk meander sungai - pada tingkat ini sungai mencapai kedalaman paling besarc. Stadia tua, dicirikan oleh: - kecepatan aliran semakin berkurang - lebih banyak sedimentasi daripada erosi - berkembang di daerah hilir - banyak terbentuk sungai meander, danau tapal kuda dan tanggul alam - terjadi pelebaran lembah walaupun sangat lembat

BAB IIIMETODOLOGI

2.1Alat dan Bahan Kertas Kalkir ukuran A3 Alat tulis dan kertas HVS Penggaris Pensil Warna Milimeter Blok kalkulator Peta Topografi Selotip2.2 Diagram AlirMulai

Siapkan alat dan bahan praktikum

Tempel kertas kalkir pada peta topografi dengan selotip pada ujung sebelah kiri

Tempel lagi kertas kalkir pada peta topografi dengan selotip pada ujung sebelah kanan

Kelompokkan kontur berdasarkan kerapatannya pada kertas kalkir

Pemberian warna yang berbeda pada kelompok kontur tersebut pada kertas kalkir pertama

Pemberian deliniasi jalan dan pola pengaliran pada kertas kalkir kedua

Sayat peta topografi

Pengumpulan dan pelengkapan data

Pembuatan laporan

Selesai

2.3Cara KerjaPada saat melaksanakan praktikum Geomorfologi, langkah awal yang dilakukan adalah mempersiapkan alat alat dan bahan yang telah ditentukan, kemudian kelompokan kontur dengan pemberian warna yang berbeda berdasarkan kerapatan nya pada kertas kalkir yang pertama. Setelah itu buatlah deliniasi satuan pengaliran seperti sungai, jalan raya, maupun jalan setapak pada kertas kalkir kedua. Kemudian buatlah sayatan pada peta topografi yang memotong 5 kontur pada tiap satuan kerapatan nya, kontur rapat 5 sayatan dan kontur renggang juga 5 sayatan, dan ditambah dengan 5 sayatan daerah fluvial.. Memotong 5 kontur ini berguna untuk membandingkan persentase kelerengan wilayah tersebut. Pembuatan sayatan tersebut harus melewati titik puncak gunung pada peta topografi untuk mencakup wilayah kontur rapat dan kontur renggang dan minimal dengan panjang 25 cm. Setelah itu, hitung persentase kelerengan dengan menggunakan perhitungan Morfometri. Perhitungan tersebut dilakukan berdasarkan jumlah sayatan baik di kontur rapat maupun di kontur renggang. Setelah semua cara dilakukan makan didapat data yang akurat dan dimasukkan ke dalam klasifikasi Van Zuidan,1983 untuk menentukan relief dari persentase kelerengan tersebut.

BAB IVPERHITUNGAN MORFOMETRI

4.1 Kontur Rapat% Lereng =

Rumus:

a. n = 2 cmd = 2 25.000 = 50.000cm = 500 mb. n = 1,5 cmSayatan :1. %2. 16,6 %3. 16,6 %4. 19,23 %5. 41,67 %Jumlah = 106,6 %Rata rata = = 21,37 %

d = 1,5 25.000 = 37.500 cm = 375 mc. n = 1.5 cmd = 1 25.000 = 37500 cm = 375 md. n = 1,3 cmd = 1,3 25000 = 32500 cm = 325 me. n = 0,6 cmd = 0,6 25.000 = 15000 cm = 150 m

% Lereng sebesar 21,37 % = Berbukit terjal ( Van Zuidam, 1983)Beda tinggi ( 606 475 = 131) Berbukit bergelombang ( Van Zuidam, 1983)

4.2 Kontur Renggang% Lereng =

Rumus:

a. n = 2,5 cmd = 2,5 25.000 = 62500 cm = 625 mb. n = 3,7 cmSayatan :1. %2. %3. %4. %5. %Jumlah = 40,25 %Rata rata = = 8,05 %

d = 3,7 25.000 = 92500 cm = 925 mc. n = 4 cmd = 4 25.000 = 100.000 cm = 1000 md. n = 2,8 cmd = 2,8 25.000 = 70000 cm = 700 m e. n = 3 cmd = 3 25.000 = 75000 cm = 750 m

% Lereng sebesar 8,05 % = Bergelombang miring ( Van Zuidam, 1983)Beda tinggi ( 326 127= 199) Berbukit bergelombang ( Van Zuidam, 1983)

4.3 Kontur Pluvial% Lereng =

Rumus:

a. n = 0,6 cmd = 0,6 25.000 = 15000 cm = 150 mb. n = 0,2 cmSayatan :% %%% %Jumlah = 76,6 %Rata rata = = 15,32 %

d = 0,2 25.000 = 5000 cm = 50 mc. n = 0,2 cmd = 0,2 25.000 = 5000 cm = 50 md. n = 0,5 cmd = 0,5 25.000 = 12500 cm = 125 m e. n = 0,6 cmd = 0,6 25.000 = 15000 cm = 150 m

% Lereng sebesar 15,32 % = Ber bukit bergelombang ( Van Zuidam, 1983)

BAB VPEMBAHASAN

Pada tanggal 23 Maret 2015 dilaksanakan Praktikum Geomorfologi dalam acara Bentuklahan fluvial. Paraktikum dilaksanakan di ruang 302 atau ruang seminar Gedung Pertamina Sukowati, Teknik Geologi, Universitas Diponegoro. Pada Praktikum Geomorfologi kesempatan ini dalam acara Bentuklahan Fluvial bertujuan untuk membuat praktikan mengerti dengan materi yang ada pada praktikum ini. Mengerti dengan proses proses yang mempengaruhi terbentuknya bentang alam tersebut. Agar praktikan mampu menjelaskan kembali mengenai pembentukan dan karateristik dari Bentuklahan Fluvial.Bentuklahan fluvial merupakan hasil dari bentukan permukaan bumi yang dikontrol oleh proses fluviatil. Dilihat dari pola konturnya dapat dibagi menjadi 4 satuan, yaitu ada satuan kontur rapat, satuan kontur yang renggang, satuan kontur fluvial, dan satuan denudasional. Untuk membedakan dari keempat satuan kontur tersebut di peta topografi dapat diberi perbedaan warna antara lain pemberian warna ungu tua untuk daerah yang berkontur rapat, ungu pudar untuk daerah berkontur renggang, warna hijau untuk satuan kontur fluvial, dan warna cokelat untuk satuan denudasional.5.1 Satuan kontur FluvialWarna Hijau menunjukan daerah yang terjadinya proses fluviati. Sama dengan pada kontur rapat, pada kontur rapat ini juga dibuat 5 sayatan tetapi pada satuan kontur fluvial ini hanya memotong satu kontur. Kemudian dihitung persen kelerengannya dengan menggunakan perhitungan morfometri. Berdasarkan data yang telah dihitung diperoleh rata rata kelerengan bukit pada kontur renggang sebesar 15,32 %. Persentase kelerengan ini termasuk dalam daerah dengan relief berbukit bergelombang (Van Zuidam, 1983). Pola aliran dari bentuklahan fluvial ini dilihat dari peta bentuk pola alirannya berbentuk seperti pohon yang mana cabang-cabang anak sungainya arahnya tidak beraturan yang disebut dengan pola aliran dendritic. Kenampakan morfologi bentang alam fluvial yang ada di daerah Randudongkal dan sekitarnya ini antara lain terdapan point bar. Point bar tersebut yang dapat dilihat di bagian tepi. Endapan pada tengah alur disebut sebagai channel bar . Terdapat point bar tersebut karena poses fluviatil yang terjadi di sungaisungai yang ada di daerah Randudongkal ini dapat diinpretasikan bahwa sewaktu tejadi proses transportasi aliran sungai, aliran sungai tersebut membawa materialmaterial yang cukup banyak sewaktu terjadi banjir. Setelah energi transportasi aliran sungai tersebut melemah (aliran sungai kembali normal) maka material material yang berukuran besar dan berat akan terendapkan di tengah sungai bila sungai tersebut tidak ada kelokannya sehingga terbentuk channel bar.Litologi yang terbentuk pada daerah fluvial dapat diindikasikan adalah batu bejenis soft rock bisa saja batuan sedimen yang berukuran sedang hingga halus, dikarenakan material terendapkan jauh dari batuan induknya.Sungai induk dari bentuklah fluvial tersebut bernama Kali Tjomal yang membuntuk cabang seperti pohon yang dimana setiap cabang membentuk anak sungai yang bernama kali subah, kali pring, kali genitri, kali djangkung.. Anak sungai tersebut bila dilihat dipeta berbentuk satu garis yang memotong konturdan berhubungan dengan sungai induk yang memiliki dua garis. Bila dilihat dipeta topografi bahwa stadia sungai ini adalah muda yang menuju ke dewasa, dikarenakan dapat diinterpretasikan bahwa sumber air sungai ini berasal dari kontur rapat yang merupaka daratan tinggi atau dari hulu dan kemudian mengalir menuju kehilir, saat mengalir aliran air terhalang oleh struktur batuan yang keras dan kemudian membentuk cabang. Dan kemudian dapat diinterpretasikan kembali bahwa dimana arus sungai saat dari hulu ke hilir itu dengan arus yang kuat mengikis daerah yang dilaluinya dan lama kelamaan sungai tersebut menjadi besar dan saat di daratan landai semakin jauh sungai mengalir arus dari sungai tersebut energinya berkurang, dan menjadi sungai dewasa.5.2 Kontur RapatWarna ungu tua menunjukkan daerah tersebut merupakan dataran tinggi. Salah satu ciri dari dataran tinggi pada peta topografi berupa kontur-kontur yang rapat. Pada daerah berwarna ungu tua tersebut dibuat 5 sayatan yang memotong lima kontur. Dari 5 sayatan tersebut, setiap sayatan dihitung persentase kelerengannya dengan menggunakan perhitungan morfometri. Berdasarkan data yang telah dihitung diperoleh rata rata kelerengan sebesar 27,974 %. Persentase kelerengan ini menurut klasifikasi Van Zuidam, 1983 termasuk dalam daerah dengan relief Berbukit terjal. Sedangkan untuk beda tingginya dilihat dari pola kontur yang rapat didapat bukit tertinggi dengan ketinggian 606 m yaitu berada di Gunung Tukung, sedangkan bukit terendah berada di Djumbleng 2 dengan ketinggian 475 m. Sehingga beda ketinggian antara dua daerah tersebut sebesar131 m. Beda ketinggian inimenurut klasifikasi Van Zuidam, 1983 termasuk dalam daerahdengan reliefberbukit bergelombang.Tabel 4.1.1 Tabel Van Zuidam,1983NOKlasifikasi ReliefPersentase Lereng (%)Beda Tinggi

1Datar/Hampir rata0-2140>1000

Bila dilihat dari pola pengaliran nya yang dendritic atau memiliki banyak cabang dapat diinerpretasikan bahwa hal tersebut dikarenakan adanya keterdapatan litologi yang resisten atau bersturktur masif, yang dimana litologi yang keras ini akan menghalang jalan nya aliran air sungai dan kemudian membelokkan nya ke arah lain. Litologi yang resisten ini biasanya adalah batuan beku atau batuan metamorf, tetapi tidak menutup kemungkinan adanya litologi endapan sedimen, seperti disepanjang tepi sungai banyak terbentuk singkapan litologi sedimen dikarenakan arus sungai mengendapkan nya. Pada daerah berkontur rapat dapat dilihat dari peta topografi masih ditemukan jalan kendaraan tetapi tidak banyak. Hal tersebut dapat diinterpretasikan bahwa pada wilayah berkontur rapat memiliki relief yang tidak begitu terjal yang masih dijangkau oleh aktivitas manusia dan tidak terlalu landai, yang bisa dimungkinkan akan terjadinya roses erosi.potensi yang dimiliki di daerah kontur rapat ini bisa diambil bahan sumber daya alamnya seperti batang pohon, kayu kayu. Potensi negatif nya bisa saja terjadi longsoran dikarenakan daerah yang cukup curam.5.3 Kontur RenggangWarna ungu pudar menunjukan daerah yang memiliki kontur renggang. Sama dengan pada kontur rapat, pada kontur rapat ini juga dibuat 5 sayatan yang memotong lima kontur. Kemudian dihitung persen kelerengannya dengan menggunakan perhitungan morfometri. Berdasarkan data yang telah dihitung diperoleh rata rata kelerengan bukit pada kontur renggang sebesar 9,624 %. Persentase kelerengan ini termasuk dalam daerah dengan relief bergelombang miring (Van Zuidam, 1983). Sedangkan untuk beda tingginya dilihat dari kontur renggang didapat bukit tertinggi dengan ketinggian 326 m yaitu berada di Kali asal, sedangkan bukit terendah berada di Karangsambung dengan ketinggian 127 m. Sehingga beda ketinggian antara dua daerah tersebut sebesar199 m. Beda ketinggian ini termasuk dalam daerahdengan reliefberbukit bergelombang (Van Zuidam, 1983).

Tabel 4.2.1 Tabel Van Zuidam,1983NOKlasifikasi ReliefPersentase Lereng (%)Beda Tinggi

1Datar/Hampir rata0-2140>1000

Bila dilihat dari pola pengaliran nya yang dendritic atau memiliki banyak cabang dapat diinerpretasikan bahwa hal tersebut dikarenakan adanya keterdapatan litologi yang resisten atau bersturktur masif, yang dimana litologi yang keras ini akan menghalang jalan nya aliran air sungai dan kemudian membelokkan nya ke arah lain. Litologi yang resisten ini biasanya adalah batuan beku atau batuan metamorf, tetapi tidak menutup kemungkinan adanya litologi endapan sedimen, seperti disepanjang tepi sungai banyak terbentuk singkapan litologi sedimen dikarenakan arus sungai mengendapkan nya. Pada daerah berkontur renggang dapat dilihat dari peta topografi banyak ditemukan jalan kendaraan. Hal tersebut dapat diinterpretasikan bahwa pada wilayah berkontur renggang memiliki relief yang landai yang dapat digunakan sebagai aktivitas manusia dimana merupakan termasuk potensi positif nya, dan potensi negatife nya dapat diindikasikan dengan banyaknya deliniasi jalan raya memungkinkan terjadinya kecelakaan. Dan bila dilihat di peta topografi proses denudasi biasanya berada pada satuan kontur renggang.5.4 Satuan DenudasionalDenudasional merupakan kumpulan proses proses dimana jika dilanjutkan cukup jauh, akan mengurangi semua ketidaksamaan permukaan bumi menjadi tingkat dasar seragam.pada peta topografi pemberian warna cokelat menunjukan daerah yang terjadinya proses denudasi. Bila dilihat darpeta topografi dapat diinterpretasikan bahwa proses denudasi sangat banyak terjadi pada daerah fluvial. Hal tersebut dapat disebabkan karena aliran air sungai yang mengontrol terjadinya proses denudasi tersebut. Dan dari daerah fluvial yang sebagian besar tersingkap batuan soft rock atau batuan sedimen yang memliki struktur yang tidak kuat, dapat dijadikan alas an bahwa proses denudasi banyak terjadi di sana.Dan tidak hanya didaerah sungai, proses denudasi dapat juga dicirikan dari adanya daerah pemukiman, adanya satuan deliniasi jalan raya, daerah tersebut dapat berpotensi terjadinya proses denudasional.5.5 Pola Pengairan dan Korelasi Kontur Rapat Dengan Kontur RenggangPola pengaliran sungai yang didapat daerah struktural rapat ini dikarenakan bentuk pola alirannya berbentuk seperti pohon yang mana cabang-cabang anak sungainya arahnya tidak beraturan dan dapat disebut dengan pola pengaliran denditrik. Dan diinpretasikan bahwa daerah kontur rapat ini memiliki litologi yang resistensinya, lapisan sedimen yang mendataer disepanjang tpi sungai, batuan beku masif. Sehingga pola sungai yang ada di daerah struktural rapat ini termasuk pola pengaliran denditrik. Korelasi dari kontur rapat dan kontur renggang bila dilihat dari peta topografi terlihat ada keanehan diantara kontur rapat dan kontur renggang, yaitu didaerah yang seharusnya berkontur rapat terbentuk daerah berkontur renggang, hal tersebut dapat diinterpretasikan bahwa proses pengaliran magma terus berlanjut dan mendingin pada daerah kontur rapat. Dan bisa diinterpretasikan bahwa terjadinya erosi yang dulunya berbukit terjal menjadi landai5.6 Tata Guna LahanBila dilihat dari tata guna lahannya dapat diindikasikan memiliki manfaat salah satunya untuk perkebunan, selain itu juga untuk tempat rekreasi dan potensi positifnya dapat dijadikan objek pembelajaran. Sedangkan potensi negatifnya adalah dapat terjadi longsor . Dikarenakan daerah kontur rapat merupakan daerah yang sulit dijangkau oleh manusia maka daerah yang berkontur rapat dapat dimanfaatkan dalam penggunaan tata guna lahannya dalamkegiatan konservasi alam, baik pelestarian fauna maupun flora, sedangkan daerah kontur rapat dapat dijadikan daerah pemukiman warga dikarenakan relief nya masih landai.

BAB IVPENUTUP

4.1 Kesimpulan Bentuklahan Fluvial terbuntuk dikarenakan adanya proses proses Fluviatil yang bekerja di dalam gunung tersebut. Proses tersebut ada yang membangun da nada juga yang merusak. Proses yang membangun seperti proses yang akan membentuk morfologi sungai itu sendiri, sedangkan proses merusak seperti terjadinya proses erosi yang tinggi pada daerah yang terjal. Pada bentuklahan Fluvial ini dapat diamati garis kontur yang mengelilingi wilayah disekitar gunung tersebut. Pada peta topografi montur yang terdapat pada bentang alam vulkanik yaitu ada kontur rapat dan juga ada berkontur renggang. Kontur kontur tersebut memiliki karakteristik yang berbeda. Bila pada kontur rapat dapat diidentifikasikan bahwa kelerengan daerah tersebut sangat curam sedangkan daerah berkontur renggang kelerengan daerah nya landau. Suatu kelerengan dari daerah fluvial dapat diperhitungkan berdasarkan perhitungan morfometri dimana setelah dihitu pada perhitungan morfometri kontur rapat di dapat hasil rata-rata persentase kelerengan 27,974 % yaitu berbukit terjal (Van Zuidam, 1983) dan beda ketinggian 131 m yang termasukberbukit bergelombang(Van Zuidam, 1983). Pada perhitungan morfometri kontur renggang di dapat hasil rata-rata persentase kelerengan9,624 %yaitu bergelombang miring (Van Zuidam,1983) dan beda ketinggian 199 m yang termasuk berbukit bergelombang (Van Zuidam, 1983). Bila dilihat pola pengalirannya adalah dendritik. Dikarenakan daerah daerah tersebut pola pengaliran nya berbentuk cabang cabang pohon akibat terhalangnya batuan yang lebih resisten. Berdasarkan kontur nya juga dapat diidentifikasi tata guna lahan nya yang dimana pada kontur rapat yang curam sulit dijangkau oleh aktivitas manusia, dan dekat dengan titik keluar magma yang membuat tanah sangat subur, ,maka dari itu daerah tersebut dapat dijadikan tempat perkebunan. Sedangkan kontur renggang dapat diidentifikasi berdasarkan relief yang landau dapat dijadikan tempat aktivitas manusia berlangsung. Dan dapat dijadikan sebagai pola deliniasi jalan raya.

4.2 SaranSebaiknya menggunakan perhitungan morfometri dilakukan dengan harus teliti. Dikarenakan setiap pengukuran pasti mendapat hasil yang berbeda, oleh karena itu sebaiknya perhitungan morfometri tidak terlalu berbeda jauh dengan pengukuran yang berbeda.

15