dasar penyusunan pakan unggas

21
DASAR PENYUSUNAN PAKAN UNGGAS Oleh: Surisdiarto Fakultas Peternakan Unibraw Makalah disampaikan pada “Pelatihan Tentang Reorientasi Formulator Pakan Ternak Dan Penggunaan Jaringan Database Untuk Formulasi Ransum” yang dilaksanakan oleh Dinas Peternakan Propinsi Jawa Timur tgl. 11-16 Agustus 2003 PENDAHULUAN Dalam setiap usaha peternakan, termasuk usaha peternakan unggas, maka tujuan utamanya adalah mencari keuntungan material. Jika output lebih besar dari input yang diberikan maka usaha peternakan tersebut dapat dikatakan untung. Output dalam usaha peternakan dapat berupa material seperti daging dan telur misalnya pada peternakan ayam pedaging dan petelur, tetapi dapat juga berupa imaterial seperti suara (kicau) misalnya pada peternakan burung berkicau. Output juga bisa berupa output biologis misalnya pertambahan bobot badan dan tingkat produksi telur, tetapi juga dapat berupa output ekonomis yaitu berupa uang/keuntungan. Pencapaian target biologis yang maksimal tidak selalu diikuti dengan pencapaian target ekonomis, karena dipengaruhi oleh harga output dan harga input. Salah satu input dalam usaha peternakan yang sangat berpengaruh pada pencapaian target biologis adalah makanan. Telah umum diketahui dalam bidang nutrisi ternak bahwa output (produksi) adalah fungsi dari input (makanan), secara sederhana artinya produksi akan bertambah sampai batas tertentu sesuai dengan penambahan makanan. Oleh karena itu untuk mencapai target biologis yang maksimal, sesuai dengan potensi genetis, maka faktor makanan baik kualitas maupun kuantitas harus benar-benar

Upload: anon373536208

Post on 06-Aug-2015

97 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: Dasar Penyusunan Pakan Unggas

DASAR PENYUSUNAN PAKAN UNGGAS

Oleh: SurisdiartoFakultas Peternakan Unibraw

Makalah disampaikan pada “Pelatihan Tentang Reorientasi Formulator Pakan TernakDan Penggunaan Jaringan Database Untuk Formulasi Ransum” yang dilaksanakan oleh

Dinas Peternakan Propinsi Jawa Timur tgl. 11-16 Agustus 2003

PENDAHULUAN

Dalam setiap usaha peternakan, termasuk usaha peternakan unggas, maka

tujuan utamanya adalah mencari keuntungan material. Jika output lebih besar

dari input yang diberikan maka usaha peternakan tersebut dapat dikatakan

untung. Output dalam usaha peternakan dapat berupa material seperti daging

dan telur misalnya pada peternakan ayam pedaging dan petelur, tetapi dapat

juga berupa imaterial seperti suara (kicau) misalnya pada peternakan burung

berkicau. Output juga bisa berupa output biologis misalnya pertambahan bobot

badan dan tingkat produksi telur, tetapi juga dapat berupa output ekonomis

yaitu berupa uang/keuntungan. Pencapaian target biologis yang maksimal tidak

selalu diikuti dengan pencapaian target ekonomis, karena dipengaruhi oleh

harga output dan harga input. Salah satu input dalam usaha peternakan yang

sangat berpengaruh pada pencapaian target biologis adalah makanan. Telah

umum diketahui dalam bidang nutrisi ternak bahwa output (produksi) adalah

fungsi dari input (makanan), secara sederhana artinya produksi akan

bertambah sampai batas tertentu sesuai dengan penambahan makanan. Oleh

karena itu untuk mencapai target biologis yang maksimal, sesuai dengan

potensi genetis, maka faktor makanan baik kualitas maupun kuantitas harus

benar-benar mendapat perhatian. Makalah ini secara singkat akan

menguraikan tentang dasar penyusunan pakan untuk ternak ayam yang

meliputi bahan pakan, cara menentukan kebutuhan zat makanan, dan dasar

penyusunan pakan.

1. BAHAN PAKAN

Seorang nutrisionis, Philip Crosby, menyatakan bahwa pakan yang berkualitas

baik tidak dapat dibuat dari bahan pakan yang berkualitas jelek tetapi bahan

pakan yang berkualitas baik tidak menjamin bahwa pakan yang dibuat

mempunyai kualitas yang baik. Berdasarkan pernyataan tersebut maka

Page 2: Dasar Penyusunan Pakan Unggas

pengetahuan tentang bahan pakan harus benar-benar dipahami oleh setiap

individu yang akan membuat formulasi pakan. Dari sisi bahan pakan maka

kualitas ditentukan oleh beberapa faktor antara lain: faktor kimiawi, faktor

biologis, dan faktor organoleptik. Faktor kimiawi antara lain kandungan

proksimat (yaitu kandungan protein, kandungan lemak, kandungan serat

kasar, kandungan abu, kandungan bahan ekstrak tanpa nitrogen, dan

kandungan bahan kering), kandungan asam amino, kandungan mineral, dan

kandungan vitamin. Faktor biologis meliputi digestibility dan availability zat

makanan (protein, asam amino dll.) dan kandungan energi metabolis.

Sedangkan faktor organoleptik meliputi bentuk, bau, warna dan rasa. Dari

uraian tersebut sangat mudah dipahami bahwa mengetahui salah satu

kandungan zat makanan saja, misalnya hanya tahu kandungan proteinnya saja,

maka mustahil untuk dapat menyusun pakan yang berkualitas baik. Demikian

juga perlu diketahui bahwa bahan pakan yang secara kimiawi mengandung

protein tinggi, misalnya tepung darah (80%), belum tentu baik kalau tidak

diketahui digestibilitynya (daya cernanya). Lebih dalam lagi perlu diketahui

bahwa bahan pakan yang mempunyai daya cerna tinggi juga belum tentu baik

kalau availabilitynya (ketersediaan zat makanannya) tidak baik.

Sebagaimana diketahui bahan pakan digolongkan menjadi bahan sumber

protein, bahan sumber energi, bahan sumber mineral (dan vitamin), dan bahan

pakan tambahan (feed additive). Dalam pakan ayam maka porsi bahan tersebut

dalam suatu formula pakan kira-kira sbb.: bahan sumber protein 10-30%, bahan

sumber energi 60-75%, bahan sumber mineral (dan vitamin) 1-7%, dan feed

additive 0-3%. Porsi tersebut masih tergantung dari jenis bahan pakan yang

digunakan. Karena sifat kiwiawi dan sifat fisik yang dimiliki oleh masing-masing

jenis bahan pakan maka dalam formula pakan tidak semua jenis bahan pakan

dapat digunakan sampai 100%. Hal ini misalnya disebabkan karena adanya

kandungan zat anti nutrisi seperti pada biji kedele yang mengandung protease

inhibitor yaitu zat yang menghambat kerja ensim protease dalam pencernaan

protein. Oleh karena itu untuk kepentingan penyusunan formula pakan maka

batasan-batasan penggunaan bahan pakan dalam pakan juga perlu untuk

diketahui, terlebih jika penyusunan formula pakan menggunakan alat bantu

program komputer. Dalam tabel berikut disajikan batasan penggunaan dari

bahan pakan yang umumnya digunakan untuk menyusun pakan di Indonesia.

2

Page 3: Dasar Penyusunan Pakan Unggas

Tabel 1. Batasan penggunaan bahan pakan dalam ransum

No Jenis bahanBatasan penggunaan (%)

Broiler Layer

1 Jagung 100,00 100,002 Sorghum 40,00 40,003 Molasses 1,00 2,004 Bekatul 10,00 10,005 Bungkil kacang 10,00 10,006 Corn gluten 8,00 5,007 Bungkil kedele 100,00 100,008 Tepung darah 2,00 2,009 Tepung daging tulang 5,00 5,00

10 Tepung ikan 10,00 8,0011 Tallow 7,00 5,0012 Kalsium karbonat (kapur mati) 100,00 100,0013 Tepung tulang 100,00 100,00

Para formulator pakan ternak diharapkan benar-benar memahami dan

menguasai pengetahuan tentang bahan pakan, sehingga dapat memilih bahan

pakan yang baik untuk menghasilkan pakan yang berkualitas baik. Penyebab

utama kegagalan dalam menyusun formula pakan adalah informasi yang tidak

benar mengenai data kimiawi, biologis, dan organoleptik dari bahan pakan yang

digunakan. Contoh informasi yang tidak benar adalah menggunakan data tabel

bahan pakan untuk menentukan kandungan zat makanan dalam bahan pakan.

Dengan kata lain untuk mendapatkan informasi yang benar tentang data

kimiawi, biologis, dan organoleptik maka harus dilakukan analisis laboratorium.

Sayangnya sampai saat ini di Indonesia belum ada tabel kandungan zat

makanan untuk bahan pakan. Oleh karena itu ada baiknya jika Direktorat

Jenderal Peternakan atau Dinas Peternakan dapat menjalin kerjasama dengan

pihak Perguruan Tinggi untuk membangun data base bahan baku pakan di

Indonesia.

2. MENENTUKAN KEBUTUHAN ZAT MAKANAN

Disamping pengetahuan tentang bahan pakan maka pengetahuan tentang

kebutuhan zat makanan dan cara menentukan kebutuhan zat makanan penting

untuk diketahui agar dapat menyusun pakan sesuai dengan kebutuhan ternak

pada berbagai fase produksi. Pada ternak ayam kebutuhan zat makanan

3

Page 4: Dasar Penyusunan Pakan Unggas

dipergunakan untuk hidup pokok dan kebutuhan untuk produksi. Kalau zat

makanan yang diberikan hanya cukup untuk hidup pokok, maka ternak hanya

bertahan untuk hidup tanpa ada perkembangan. Tetapi jika zat makanan yang

diberikan cukup untuk hidup pokok dan produksi maka ternak akan tumbuh dan

menghasilkan produk. Oleh karena itu perlu diketahui cara menentukan

kebutuhan zat makanan untuk ternak.

Kebutuhan zat makanan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: faktor

ternak dan faktor lingkungan. Faktor ternak meliputi jenis ternak, jenis kelamin,

umur, fase pertumbuhan dan produksi, berat badan, dan juga perkembangan

bulu. Sedangkan faktor lingkungan mencakup suhu udara, kelembaban udara,

dan kecepatan angin. Kebutuhan zat makanan untuk galur ayam yang satu

berbeda dengan galur ayam yang lain, hal ini disebabkan karena faktor

keturunan (genetis). Ayam jantan kebutuhan zat makanannya lebih tinggi dari

ayam betina. Ayam yang lebih tua kebutuhan zat makanannya per satuan bobot

badan lebih rendah daripada ayam muda, tetapi karena berat badannya lebih

tinggi maka total kebutuhan zat makanannya lebih besar. Ayam betina yang

sedang berproduksi kebutuhan zat makanannya lebih tinggi daripada ayam

yang tidak sedang berproduksi. Bulu ayam merupakan isolasi tubuh, ayam

yang bulunya tumbuh tidak sempurna maka kehilangan panas tubuh akan lebih

besar sehingga kebutuhan energinya lebih tinggi daripada ayam yang

pertumbuhan bulunya sempurna. Suhu udara yang sangat tinggi atau rendah

akan mengurangi kebutuhan energi karena ayam meningkatkan laju

metabolismenya untuk menjaga stabilitas panas tubuhnya. Kelembaban udara

yang tinggi disertai suhu udara yang tinggi akan menyebabkan ayam kesulitan

untuk membuang panas secara evaporasi sehingga kebutuhan energinya

menurun. Kecepatan angin yang tinggi akan membantu membuang panas

tubuh sehingga ayam memerlukan energi yang lebih tinggi. Dari uraian tersebut

terlihat bahwa kebutuhan zat makanan bagi ayam akan berubah-ubah sesuai

dengan tingkat produksi maupun keadaan lingkungan. Dalam makalah ini

hanya dikemukakan cara menentukan kebutuhan energi dan protein, karena

keduanya sangat penting dalam menentukan produktivitas ayam.

4

Page 5: Dasar Penyusunan Pakan Unggas

2.1. Kebutuhan zat makanan untuk broiler

2.1.1. Kebutuhan energi metabolis

Untuk ayam pedaging maka produk yang dihasilkan adalah daging atau dengan

kata lain pertumbuhan. Diatas telah disampaikan faktor-faktor yang

mempengaruhi kebutuhan energi untuk ayam. Pada ayam pedaging maka

kebutuhan energi dipengaruhi oleh:

Berat badan

Pertambahan bobot badan

Suhu lingkungan

Sampai saat ini ada beberapa rumus untuk menghitung kebutuhan energi pada

ayam pedaging. Pengalaman penulis menunjukkan bahwa rumus dibawah ini

paling sesuai untuk menentukan kebutuhan energi pada ayam pedaging di

beberapa tempat di Indonesia.

E = 6,78W0,653 {1 + (0,0125 x (21-T)} + 13,1G, dimana

1. E = kebutuhan energi per ekor per hari dalam satuan kJ

2. W= berat badan awal dalam gram

3. T = suhu lingkungan dalam derajat Celsius

4. G = pertambahan bobot badan per ekor per hari dalam gram

Sebagai contoh: ayam pedaging pada minggu pertama dengan berat badan

awal 39 gram dan pada akhir minggu berat badannya mencapai 130 gram.

Dipelihara pada daerah dengan suhu lingkungan 20oC. Maka kebutuhan

energinya adalah:

G = (130 – 39) : 7 = 13 gram/ekor/hari

E = 6,78 x 400,653 { 1 + 0,0125(21-20)} + 13,1(13)

E = 6,78 x 11,12 { 1 + 0,0125} + 170,3

E = 246,63 kJ/ekor/hari (= 58,79 kkal/ekor/hari)

Jika ayam pedaging tersebut diberi pakan yang mengandung energi metabolis

sebesar 3200 kkal/kg maka kebutuhan/konsumsi pakan per hari per ekor

adalah sebesar: 58,79/3200 x 1000 = 18,37 gram. Jumlah konsumsi pakan ini

akan berubah naik atau turun jika kandungan energi metabolis dalam pakan

diturunkan atau dinaikkan, sejauh kapasitas maksimum tembolok belum

terlampaui.

5

Page 6: Dasar Penyusunan Pakan Unggas

2.1.2. Kebutuhan protein untuk broiler

Untuk ayam pedaging maka protein dibutuhkan untuk 3 hal pokok yaitu: untuk

hidup pokok, untuk pertumbuhan bulu, dan untuk pertumbuhan (daging).

Pertumbuhan bulu ayam, menurut penelitian, adalah rata-rata sebesar 4-7%

dari berat badan. Protein yang terdapat dalam pakan tidak semuanya dapat

digunakan untuk proses metabolisme tubuh dan dari penelitian maka rata-rata

efisiensi penggunaan protein pada ayam pedaging hanya sebesar 61%. Maka

ada beberapa rumus yang dapat digunakan untuk menghitung kebutuhan

protein pada ayam pedaging. Salah satu rumus adalah sebagai berikut:

Untuk hidup pokok, P = (BB x 0,0016) : 0,61, dimana:

P = kebutuhan protein dalam gram/ekor/hari

BB = berat badan dalam satuan gram

0,0016 = adalah kehilangan protein endogen sebesar 1,6g/kg BB

Untuk pertumbuhan bulu, P = (0,04 x PBB x 0,82) : 0,61, dimana:

P = kebutuhan protein dalam gram/ekor/hari

PBB = Pertambahan Berat Badan dalam gram/ekor/hari

0,82 = Kandungan protein dalam bulu sebesar 82%

Untuk pertumbuhan, P = (PBB x 0,18) : 0,61 dimana:

P = kebutuhan protein dalam gram/ekor/hari

PBB = Pertambahan Bobot Badan dalam gram/ekor/hari

0,18 = Kandungan protein dalam daging sebesar 18%

Dengan rumus tersebut maka pada contoh diatas kebutuhan proteinnya adalah

sebagai berikut: {(39 x 0,0016) + (0,04 x 13 x 0,80) + (13 x 0,18)} : 0,61 sama

dengan 4,62 gram/ekor/hari. Jadi jika konsumsi pakannya sebesar 18,37 gram

per ekor per hari maka kandungan protein dalam pakan adalah (4,62:18,7) x

100% = 24,7%. Angka ini cukup besar jika dibandingkan dengan kandungan

protein yang umum terdapat dalam pakan yang diperjual belikan secara

komersial, namun demikian penelitian menunjukkan bahwa ayam masih

memberikan respon biologis yang positip terhadap kandungan protein tinggi

meskipun mungkin tidak ekonomis.

6

Page 7: Dasar Penyusunan Pakan Unggas

2.2. Kebutuhan zat makanan untuk layer

2.2.1. Kebutuhan energi metabolis

Zat makanan pada ayam petelur diperlukan untuk hidup pokok, pertambahan

bobot badan, dan untuk produksi telur. Dari ketiga keperluan tersebut maka

kebutuhan untuk produksi jumlahnya paling besar. Dengan demikian jika ayam

tidak sedang berproduksi maka kebutuhan zat makanan sebenarnya sangat

sedikit. Secara praktis kebutuhan energi untuk hidup pokok dipengaruhi oleh

tiga faktor yaitu:

Sistim kandang

Bobot badan

Produksi telur

Sistim kandang. Ayam yang dipelihara dalam kandang sistim litter maka

kebutuhan energinya lebih tinggi dibandingkan ayam yang dipelihara pada

kandang batere. Bobot badan. Ayam yang bobot badannya lebih besar

memerlukan energi lebih banyak meskipun kebutuhan per unit berat badannya

lebih kecil. Ayam yang bobot badannya lebih ringan lebih efisien dalam

menggunakan energi daripada ayam yang bobot badannya lebih berat.

Produksi telur. Ayam yang berproduksi tinggi relatif memerlukan energi lebih

sedikit daripada ayam yang produksinya rendah. Kebutuhan energi untuk hidup

pokok kira-kira sebesar 83 kkal per kilogram bobot badan metabolis. Untuk

produksi telur diperlukan energi sebesar 86 kkal per butir telur dengan berat

rata-rata 55-60 gram. Pada kandang batere dan litter ayam memerlukan energi

masing-masing sebesar 137% dan 150% dibandingkan ayam pada kandang

metabolis. Berdasarkan kebutuhan tersebut maka rumus kebutuhan energi

untuk ayam pada masa produksi adalah:

E = (83 x BB0,75 x 137% atau 150%) + (86 x HD), dimana:

E = kebutuhan energi dalam satuan kkal/ekor/hari

BB = bobot badan metabolis dalam satuan kg

HD = Hen-day production

Contoh. Seekor ayam petelur dengan bobot badan 1,8 kg dipelihara pada

kandang batere dan produksinya (HD) 80%. Maka kebutuhan energinya adalah:

E = (83 x 1,80,75 x 1,37) + (86 x 0,8)

= 245,50 kkal/hari

7

Page 8: Dasar Penyusunan Pakan Unggas

Tetapi karena efisiensi penggunaan energi dalam pakan pada ayam petelur

hanya 82% maka kebutuhan energinya menjadi 245,50 x 100/82 = 299,39 kkal

per hari. Jadi jika pakan yang diberikan mengandung energi metabolis sebesar

2700 kkal/kg, maka ayam tersebut akan mengkonsumsi pakan sebanyak

299,39/2700 kg atau sama dengan 0,11 kg (110 gram) per ekor per hari. Dari

rumus tersebut maka ayam yang bobot badannya tinggi akan membutuhkan

energi yang lebih banyak, demikian pula halnya ayam yang produksinya

telurnya tinggi.

2.2.2. Kebutuhan protein.

Pada ayam petelur kebutuhan proteinnya juga terdiri dari kebutuhan untuk

hidup pokok dan kebutuhan untuk produksi telur. Untuk hidup pokok ayam

membutuhkan protein sebesar 1,6 gram per kilogram bobot badan, sedangkan

untuk produksi telur maka kebutuhannya tergantung berat telur dan HD-nya.

Salah satu rumus yang dapat digunakan adalah:

P = {(1,6 x BB) + (0,12 x BT x HD)} : (0,8 x 0,6), dimana:

P = Kebutuhan protein dalam gram per ekor per hari

BB = Bobot badan dalam satuan kg

BT = Berat telur dalam satuan gram

HD = Produksi telur dalam hen-day

Jadi jika pada contoh diatas telur yang diproduksi beratnya rata-rata 60 gram

maka kebutuhan proteinnya adalah:

P = {(1,6 x 1,8) + (0,12 x 60 x 0,8)} : (0,8 x 0,6)

= 18 gram

Jika pada contoh diatas konsumsi pakannya sebesar 110 gram, maka

kandungan protein dalam pakan adalah (18 : 110) x 100% = 16,36%

Dalam contoh ini, maka ayam petelur dengan berat badan rata-rata 1,8 kg dan

berproduksi telur sebesar 80% HD dengan berat telur rata-rata 60 gram jika

kandungan energi metabolis dalam pakan sebesar 2700 kkal/kg maka

kandungan protein dalam pakannya adalah 16,36%. Kalau kandungan energi

metabolis dalam pakan ditingkatkan, maka kandungan proteinnya juga akan

meningkat, sedangkan konsumsi pakannya akan menurun. Demikian

sebaliknya jika kandungan energi metabolis dalam pakan diturunkan, maka

kandungan protein dalam pakannya juga akan menurun, sedangkan konsumsi

8

Page 9: Dasar Penyusunan Pakan Unggas

pakannya akan meningkat. Ayam dapat mentolerir rentangan kandungan energi

dalam pakan sebesar plus minus 5% dengan catatan kerapatan makanan

terendah tidak kurang dari 630 gram/liter.

3. DASAR PENYUSUNAN PAKAN

Dalam penyusunan pakan ternak (termasuk ternak ayam) maka beberapa hal

yang perlu diperhatikan adalah:

Tersedianya bahan pakan

Kandungan zat makanan dari bahan pakan

Harga bahan pakan

Batasan penggunaan bahan pakan dalam pakan

Kebutuhan zat makanan bagi ternak

Kelima hal tersebut diatas harus mendapat perhatian untuk dapat menyusun

pakan dengan baik. Tersedianya bahan pakan secara cukup akan menjamin

formula pakan yang tetap. Ingat ayam sangat peka terhadap pergantian bahan

pakan yang dilakukan secara mendadak, terutama bahan pakan yang

baru(yang belum pernah diberikan sebelumnya). Kandungan zat makanan

dalam pakan harus seimbang untuk memenuhi kebutuhan ayam, dan

jumlahnya harus diketahui dengan benar. Hal ini hanya dapat dilakukan dengan

cara analisa kimia dari bahan pakan yang akan digunakan untuk menyusun

pakan. Menggunakan data kandungan zat makanan dari tabel yang terdapat

dalam buku tidak menjamin kebenaran jumlah zat makanan yang terkandung

dalam bahan pakan yang akan dipakai. Harga bahan pakan juga harus

diperhatikan. Dari kacamata ekonomi, maka bahan pakan yang mahal biasanya

kualitasnya baik dan sebaliknya. Oleh karena itu formulator harus pandai-

pandai memilih bahan pakan yang ‘baik’ tetapi ‘murah’. Batasan penggunaan

bahan pakan dalam pakan juga jangan dilupakan, untuk menghindari kerugian

biologis (produksi jelek) maupun kerugian ekonomis (tidak untung). Misalnya

penggunaan dedak harus dibatasi karena dedak kandungan serat kasarnya

sangat tinggi. Kalau tidak dibatasi maka kandungan serat kasar dalam pakan

akan melebihi kebutuhan yang pada akhirnya menghambat pertumbuhan. Misal

lain penggunaan molasses, kalau terlalu banyak akan menyebabkan diare

karena molasses bersifat laxative yang pada akhirnya juga dapat menghambat

pertumbuhan. Atau penggunaan ketela pohon/gaplek yang mengandung

9

Page 10: Dasar Penyusunan Pakan Unggas

sianida kalau terlalu banyak dapat menyebabkan kematian. Kebutuhan zat

makanan juga harus dihitung dengan cermat sehingga pakan yang disusun

benar-benar dapat memenuhi kebutuhannya. Kekurangan zat makanan dapat

menghambat pertumbuhan dan mengurangi produksi, tetapi kelebihan zat

makananpun juga berefek negatip pada ternak.

Tabel berikut adalah kandungan zat makanan hasil analisis penulis yang

berhasil dihimpun selama beberapa tahun.

Tabel 2. Kandungan zat makanan (% bahan kering)

JenisZat makanan (% bahan kering)

Abu Protein S.kasar Lemak ME(kkal/kg)

Ampas tahu 3-5 18-23 18-30 5-14 -Bekatul 8-15 6-14 7-30 7-15 1900-3100Bungkil kapuk 7-10 28-33 18-30 8-11 1800-2000Bungkil kacang 7-12 29-40 12-21 3-12 2400-2640Bungkil kedele 6-9 15-48 5-13 1-3 1900-2200Bungkil kelapa 7-9 18-22 14-28 9-15 1500-3000Empok jagung 4-7 9-17 6-10 4-8 1900-2900Gaplek 2-5 2-4 2-7 0-1 2800-3000Onggok 1-3 1-3 12-19 0-2 1900-2600Wheat pollard 4-5 13-18 7-12 2-6 2240Jagung 1-3 8-12 1-5 1-7 3300Sorghum 2-3 8-11 1-5 1-7 3300Tepung ikan 13-27 24-63 0-5 1-18 2800Daun bayam 18 17 21 3 900Daun kangkung 15 16 24 2 860Daun krokot 15 16 20 2 900Daun lamtoro 10 23 20 5 900Daun singkong 8 24 16 7 1090Daun/btg. tomat 16 18 10 2 900Daun wortel 18 21 16 2 980Molasses 10 3 - - 2170Tepung tulang 70 16 2 4 900

Dari Tabel 2. dapat dilihat bahwa rentangan kandungan zat makanan dari

beberapa jenis bahan pakan sangat tinggi, oleh karena itu mengandalkan data

kandungan zat makanan dari buku-buku yang ada sangat berisiko terjadinya

kekeliruan. Untuk menghindari hal tersebut, sekali lagi, disarankan untuk

10

Page 11: Dasar Penyusunan Pakan Unggas

melakukan analisis terhadap bahan pakan yang akan digunakan dalam

penyusunan pakan.

Sampai saat ini ada beberapa cara/metoda dalam menyusun formula pakan

diantaranya adalah:

1. Metoda Pearson Square

2. Metoda coba-coba (trial and error)

3. Metoda simplek

4. Metoda persamaan aljabar

5. Metoda linear programming (misal LP 88)

6. Metoda program komputer (UFFF, UFDA, MIXIT-2 dll)

Kelima metoda tersebut, mulai dari yang paling sederhana yaitu METODA

COBA-COBA sampai kepada metoda yang paling rumit, akan terasa sulit kalau

tidak sering dipraktekkan. Jadi dalam hal penyusunan pakan pengetahuan

tentang bahan pakan dengan segala seluk beluknya, kepandaian menghitung

kebutuhan zat makanan dengan akurasi yang tinggipun tidak cukup jika tidak

dibarengi dengan praktek formulasi penyusunan pakan. Pada saat penulis

melakukan praktek disebuah pabrik pakan besar di Jawa Barat, seorang

karyawan bagian pencampuran mengatakan: “Saya yakin bapak BISA

menyusun pakan, tetapi percaya atau tidak saya BiASA melakukannya” dan

penulis hanya bisa merenungi perbedaan arti dua kata tersebut yang hanya

berbeda satu huruf, tetapi besar maknanya.

PENUTUP

Penulis berharap kursus semacam ini yang telah beberapa kali diadakan tidak

hanya menjadikan para kursistan BISA menyusun atau membuat formulasi

pakan tetapi menghantarkan para kursistan menjadi BIASA dalam menyusun

formula pakan atau menjadi seorang FORMULATOR PAKAN yang handal.

SEMOGA.

11

Page 12: Dasar Penyusunan Pakan Unggas

MENYUSUN PAKAN

PENGETAHUAN TENTANG BAHAN PAKAN

KEBUTUHAN ZAT MAKANAN

PENGETAHUAN TENTANG BAHAN PAKAN

1. KUALITAS

2. BATASAN PENGGUNAAN

3. HARGA

KUALITAS BAHAN PAKAN

KIMIAWI:

KANDUNGAN PROKSIMAT

KANDUNGAN ASAM AMINO

KANDUNGAN MINERAL DAN VITAMIN

BIOLOGIS:

DAYA CERNA

KANDUNGAN ENERGI METABOLIS

ORGANOLEPTIK

BENTUK

BAU

WARNA

RASA

KEBUTUHAN ZAT MAKANAN

1. FAKTOR TERNAK

12

Page 13: Dasar Penyusunan Pakan Unggas

JENIS TERNAK

JENIS KELAMIN

UMUR

FASE PERTUMBUHAN

PRODUKSI

2. FAKTOR LINGKUNGAN

SUHU UDARA

KELEMBABAN UDARA

KECEPATAN ANGIN

3. TIPE KANDANG

KEBUTUHAN ZAT MAKANAN UNTUK BROILER

Kebutuhan Energi Metabolis:

Berat Badan

Pertambahan Bobot Badan

Suhu Lingkungan

Kebutuhan Protein:

Untuk Hidup Pokok

Untuk Pertumbuhan Bulu

Untuk PertambahanBadan

KEBUTUHAN ZAT MAKANAN UNTUK LAYER

Kebutuhan Energi Metabolis:

Sistim Kandang

Bobot Badan

Produksi Telur

Kebutuhan Protein:

Bobot badan

Produksi Telur dan Bobot Telur

Tabel 1. Batasan penggunaan bahan pakan dalam ransum

No Jenis bahan Batasan penggunaan (%)

13

Page 14: Dasar Penyusunan Pakan Unggas

Broiler Layer

1 Jagung 100,00 100,002 Sorghum 40,00 40,003 Molasses 1,00 2,004 Bekatul 10,00 10,005 Bungkil kacang 10,00 10,006 Corn gluten 8,00 5,007 Bungkil kedele 100,00 100,008 Tepung darah 2,00 2,009 Tepung daging tulang 5,00 5,00

10 Tepung ikan 10,00 8,0011 Tallow 7,00 5,0012 Kalsium karbonat (kapur mati) 100,00 100,0013 Tepung tulang 100,00 100,00

Tabel 2. Kandungan zat makanan (% bahan kering)

JenisZat makanan (% bahan kering)

Abu Protein S.kasar Lemak ME(kkal/kg)

Ampas tahu 3-5 18-23 18-30 5-14 -Bekatul 8-15 6-14 7-30 7-15 1900-3100Bungkil kapuk 7-10 28-33 18-30 8-11 1800-2000Bungkil kacang 7-12 29-40 12-21 3-12 2400-2640Bungkil kedele 6-9 15-48 5-13 1-3 1900-2200Bungkil kelapa 7-9 18-22 14-28 9-15 1500-3000Empok jagung 4-7 9-17 6-10 4-8 1900-2900Gaplek 2-5 2-4 2-7 0-1 2800-3000Onggok 1-3 1-3 12-19 0-2 1900-2600Wheat pollard 4-5 13-18 7-12 2-6 2240Jagung 1-3 8-12 1-5 1-7 3300Sorghum 2-3 8-11 1-5 1-7 3300Tepung ikan 13-27 24-63 0-5 1-18 2800Daun bayam 18 17 21 3 900Daun kangkung 15 16 24 2 860Daun krokot 15 16 20 2 900Daun lamtoro 10 23 20 5 900Daun singkong 8 24 16 7 1090Daun/btg. tomat 16 18 10 2 900Daun wortel 18 21 16 2 980Molasses 10 3 - - 2170Tepung tulang 70 16 2 4 900

DASAR PENYUSUNAN RANSUM

Tersedianya bahan pakan

14

Page 15: Dasar Penyusunan Pakan Unggas

Kandungan zat makanan dari bahan pakan

Harga bahan pakan

Batasan penggunaan bahan pakan dalam pakan

Kebutuhan zat makanan bagi ternak

METODA PENYUSUNAN RANSUM

1. METODA PEARSON SQUARE

2. METODA TRIAL AND ERROR (COBA-COBA)

3. METODA SIMPLEK

4. METODA PERSAMAAN ALJABAR

5. METODA LINEAR PROGRAMMING (misal LP-88)

6. METODA PROGRAM KOMPUTER (UFFF, UFDA, MIXIT-2 dll)

15