dasar-dasar ilmu tanah

76
DASAR-DASAR ILMU TANAH (3 SKS) OLEH Ir. Yoke I Benggu, M.P!" Do#en $%&er'% Un %n% Ku&%ng

Upload: khafidh-tri-ramdhani

Post on 07-Oct-2015

66 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Materi Kuliah Dasar-dasar Ilmu Tanah

TRANSCRIPT

DASAR-DASAR ILMU TANAH (3 SKS)

DASAR-DASAR ILMU TANAH(3 SKS)OLEHIr. Yoke I Benggu, M.PhilDosen Faperta Undana Kupang BAB IPENDAHULUAN1.1. Pengertian TanahMulanya orang menganggap tanah sebagai alat reproduksi pertanian, sehingga definisinya: Tanah sebagai medium alam bagi tumbuhnya vegetasi yang terdapat di permukaan bumi atau bentuk organik dan anorganik yang ditumbuhi tumbuhan baik tetap maupun sementara.Menurut definisi tanah tersebut di atas tanah gurun pasir yang tidak bertumbuh-tumbuhan tidak dapat dianggap sebagai tanah, meskipun sebenarnya bahan pasir adalah tanah. seorang ahli ilmu kimia Swedia bernama Berzelius, menamakan tanah sebagai Laboratorium kimia alam dimana berbagai proses dekomposisi dan reaksi sintesis kimia berlangsung secara tenang. Tampak jelas tanah bukan dianggap sebagai alat reproduksi pertanian melainkan sebagai tempat berlangsungnya segala reaksi kimia yang terjadi di alam.

Davy (1913) dari Inggris dalam bukunya Elements of Agricultular Chemistry, mendefinisikan tanah sebagai laboratorium yang menyediakan hara (nutrient). Von Liebig (1840) mengajukan suatu teori Keseimbangan Hara Tanaman (Theory of balance-sheet of plant nutrition) menyatakan sbb: Tanaman di ladang akan berkurang atau bertambah dalam perimbangan pasti dengan berkurang atau bertambahnya mineral yang bersangkutan. Menurut Liebig tanah dianggap sebagai tabung reaksi dalam mana seseorang dapat mengetahui jumlah dan jenis hara tanaman. Salah seorang ahli fisika bumi Thaer (1909) menyatakan bahwa planet kita terdiri dari bahan remah dan lepas yang dinamakan tanah; tanah ini merupakan akumulasi dan campuran berbagai bahan, terutama terdiri atas unsur-unsur Si, Al, Ca, Mg, Fe dan unsur-unsur lainnya. Thaer mengklasifikasikan tanah atas dasar fraksi partikelnya seperti tanah pasir, tanah debu, dan tanah lempung/ liat yang ternyata masih tetap digunakan sebagai salah satu ciri dalam klasifikasi tanah terbaru.

Seorang ahli geologi modern Werner (1918) tidak memisahkan antara ilmu tanah dan geologi dan berpendapat bahwa tanah adalah lapisan hitam tipis yang menutupi bahan padat kering terdiri atas bahan bumi berupa Partikel kecil yang mudah remah, sisa vegetasi hewan. Tanah adalah medium dalam mana tumbuhan bertempat kedudukan, berakar, tumbuh dan berubah. Seorang geolog lain bangsa Jerman, Berendt menganggap tanah (pedologi) sebagai bagian dari geonosy (ilmu kerak bumi yang ada).

Pada akhir abad ke 19 di Rusia menjadikan ilmu tanah sebagai pengetahuan alam murni yang berdiri sendiri dengan nama Pedologi berkembang pesat di bawah pimpinan Dokuchaev. Dokuchaev dari sudut geologi pada tahun 1870 menyatakan bahwa tanah dalam bentukan mineral dan organik di permukaan bumi, sedikit banyak selalu diwarnai oleh humus dan secara tetap menyatakan dirinya sebagai hasil kegiatan kombinasi bahan seperti jasad, baik yang hidup maupun yang mati, bahan induk, iklim, relief. Pengikut Dokuchaev bernama Sibirtzev (1895) memperkembangkan ide penyebaran zonal tanah yang mengikuti zonalisasi iklim. Ia menganggap kadar air sebagai faktor iklim utama dalam pembentukan tanah yang melebihi pengaruh suhu. Sibirtzev inilah orang pertama yang dengan tegas menyatakan tanah sebagai tubuh alami yang bersejarah atau tubuh alam yang bebas (Independent natural body).

Di Amerika Serikat, Marbut (1927) memperluas pendapat Dokuchaev dengan menganggap tanah berdimensi tiga dengan mengakui pelapukan sebagai proses pembentuk tanah yang berjalan terus menerus dan menempuh berbagai fase. Jadi tanah dianggap sebagai suatu sistem dinamik dengan pernyatannya: A soil is natural-rhingout off doors and is an integrated part of the landscape. Definisi tanahnya: Tanah merupakan lapisan paling luar kulit bumi yang biasanya bersifat tak padu (unconsolidated) mempunyai tebal mulai dari selaput tipis sampai lebih dari 3 meter, yang berbeda dengan bahan di bawahnya biasanya dalam hal warna, sifat fisik, susunan kimia, mungkin juga proses-proses kimia yang sedang berlangsung, sifat biologis, reaksi dan morfologisnya.Joffe (1949) seorang ahli tanah Amerika Serikat yang mewakili aliran Rusia memberikan definisi tanah sbb: Tanah adalah bangunan alam tersusun atas horizon-horison yang terdiri atas bahan mineral dan bahan organik, biasanya tak padu, mempunyai tebal yang berbeda-beda dan yang berbeda pula dengan bahan induk yang ada di bawahnya dalam hal morfologisnya, sifat dan susunan fisik, sifat dan susunan kimia dan sifat-sifat biologinya.

Dalam buku Soil Survey Manual (Soil Survey Staff,1951) tanah didefinisikan sebagai kumpulan tubuh alam bebas menutupi bagian permukaan bumi yang menyokong tanaman dan mempunyai sifat-sifat yang disebabkan pengaruh terintegrasi dari iklim dan bahan kehidupan yang bekerja terhadap bahan induk, sebagaimana dikondisikan oleh relief selama jangka waktu tertentu. Dalam tahun 1998 definisi tanah diperluas pengertiannya sebagai tubuh alam yang tersusun dari bahan padatan (bahan mineral dan organik), cairan dan gas terjadi pada permukaan lahan, menutupi ruang, dan dicirikan oleh salah satu atau kedua hal berikut: horizon-horison atau lapisan-lapisan, yang dapat dibedakan dari bahan asal sebagai akibat dari proses penambahan, penghilangan, transfer dan perubahan bentuk dari energi dan bahan, atau kemampuan dalam menyokong tanaman berakar dalam lingkungan alami.

Apabila tanah dipelajari dalam hubungannya dengan pertumbuhan tanaman disebut edapologi. Dalam hal ini dipelajari sifat-sifat tanah dan pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman, serta usaha-usaha yang perlu dilakukan untuk memperbaiki sifat-sifat tanah bagi pertumbuhan tanaman seperti pemupukan, pengapuran dan lain-lain.

1.2. Ruang lingkup ilmu tanah Fisika tanah: Mempelajari sifat-sifat tanah seperti tekstur tanah, struktur, konsistensi, kandungan dan gerakan gerakan air dalam tanah, suhu tanah dan lain-lain.Kimia tanah: Mempelajari sifat-sifat kimia seperti kemasaman tanah, kejenuhan basa, unsur-unsur hara dalam tanah dan lain-lain.Kesuburan tanah : Mempelajari hubungan unsur-unsur hara dalam tanah dengan pertumbuhan tanaman, pemupukan dan usaha-usaha dalam memperbaiki sifat-sifat tanah dan pertumbuhan tanaman.Mikrobiologi tanah : Mempelajari kehidupan mikroorganisme dalam tanah terutama yang berpengaruh terhadap sifat-sifat tanah dan pertumbuhan tanaman.

Konservasi (pengawetan) tanah dan air: Mempelajari jenis dan proses-proses erosi, akibat erosi, usaha-usaha pencegahan erosi atau usaha-usaha pengawetan tanah dan air.Mineralogi tanah: Mempelajari jenis dan sifat-sifat mineral yang terdapat dalam tanah, pengaruhnya terhadap sifat-sifat tanah lain serta pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman.Genesis dan klasifikasi tanah: Mempelajari proses-proses pembentukan tanah dan faktor-faktor pembentuknya, klasifikasi tanah, serta penggunaan klasifikasi tanah dalam survei tanahGeografi Tanah: Mempelajari penyebaran jenis-jenis tanah secara geografis, dan dikaitkan pula dengan faktor-faktor pembentuk tanah.

Survei Tanah dan Evaluasi Lahan: Mempelajari sifat-sifat tanah di lapangan, mengklasifikasikan tanah ke dalam sistem klasifikasi tanah tertentu, mengelompokan tanah-tanah yang sama serta menggambarkan penyebarannya di suatu daerah dalam suatu peta tanah, mengevaluasi kemampuan dan kesesuaiannya untuk berbagai penggunaan, membuat rekomendasi penggunaan dan pengelolaan tanah.

BAB IIPROSES PEMBENTUKAN DAN PERKEMBANGAN TANAH2.1. Profil dan solum tanah Morfologi tanah merupakan sifat-sifat tanah yang dapat diamati dan dipelajari di lapang. Pengamatan dilakukan pada profil tanah yaitu Penampang melintang (vertikal) tanah yang menunjukkan susunan horison tanah.Pengamatan di lapang biasanya dimulai dengan membedakan lapisan-lapisan tanah atau horison-horison. Horison adalan lapisan dalam tanah yang lebih kurang sejajar dengan permukaan tanah dan terbentuk karena proses pembentukkan tanah.

PROFIL TANAH

Di lapang setiap horison dipelajari sifat-sifatnya meliputi; warna, tekstur, konsistensi, struktur, kutan (modifikasi dari tekstur atau struktur tanah karena konsentrasi dari salah satu bahan penyusun tanah atau perubahan in situ dari plasma yaitu bagian tanah yang mudah bergerak/ reorganisis atau dipertinggi konsentrasi sebagai akibat proses pembentukan tanah), konkresi (kerikil kecil akibat konsentrasi setempat dari bahan tanah, bila dipecah terlihat lapisan yang konsentris), nodul (kerikil kecil akibat konsentrasi setempat dari bahan tanah, bila dipecah bersifat h omogen), pori-pori. Lapisan yang terbentuk dikarenakan dua hal antara lain pengendapan yang berulang-ulang oleh genangan air dan proses pembentukan tanah.

Terdapat 6 horison utama yang menyusun profil tanah berturut-turut dari atas ke bawah yaitu horison (O), A, E, B, C dan R. Sedangkan horison yang menyusun solum tanah hanya horison A, E dan B. Horison OHorison atau lapisan yang didominasi oleh lapisan organik. Horison ini di lahan kering ditemukan terutama pada tanah-tanah hutan yang belum terganggu. Merupakan horison organik yang terbentuk di atas lapisan tanah mineral. Di daerah rawa-rawa horison O merupakan horison utama pada tanah gambut (Histosol).

Horison AHorison mineral di permukaan tanah atau di bawah horison O dan mempunyai salah satu atau kedua sifat berikut:Merupakan akumulasi bahan organik halus yang tercampur dengan bahan mineral dan tidak didominasi oleh sifat horison E dan B.Menunjukkan sifat sebagai hasil pengolahan tanah.Horison EHorison di mana terjadi pencucian (eluviasi) maksimum terhadap liat, Fe, Al, bahan organik. Berwarna pucat.

Horison BHorison yang terbentuk di bawah horison A, E atau O dan mempunyai salah satu atau lebih sifat berikut:Terdapat penimbunan (illuviasi) liat, besi, alumunium, humus, karbonat, gipsum atau silika (salah satu atau kombinasinya);Ada bukti terjadinya pemindahan karbonat;Penimbunan relatif residual seskuioksida (Fe2O3 dan Al2O3) akibat pencucian silika;Selaput seskuioksida sehingga mempunyai warna dengan value lebih rendah, kroma lebih tinggi dan hue lebih merah daripada horison di atas atau di bawahnya, tanpa adanya illuviasi besi.Horison CBahan induk, sedikit terlapuk, sehingga lunak dan dapat ditembus akar tanaman.

Horison RBatuan keras yang belum dilapuk. Tidak dapat ditembus akar tanaman.

2.2. Pedon dan polipedonPedon adalah volume tanah terkecil yang dapat disebut tanah. Pedon mempunyai ukuran tiga dimensi. Batas bawahnya merupakan batas antara tanah dan bukan tanah sedangkan batas lateralnya (panjang dan lebar) cukup luas untuk mempelajari sifat-sifat horison tanah yang ada. Luasnya berkisar antara 1-10 m2 tergantung dari sifat keragaman horison dalam tanah.

PEDON

Polipedon adalah kumpulan lebih dari satu pedon yang sama atau hampir sama yaitu yang semuanya mempunyai sifat yang memenuhi syarat untuk dikelompokkan menjadi satu seri tanah. Luas polipedon minimum 2 m2 (dua pedon) sedang luas maksimum tidak terbatas.

2.3. Proses pelapukan batuan dan mineralTanah dapat berasal dari batuan yang keras (batuan beku, batu sedimen tua, batuan metamorfosa) yang melapuk atau dari bahan-bahan yang lebih lunak dan lepas seperti abu volkan, bahan endapan baru dan lain-lain. Dengan proses pelapukan maka permukaan batuan yang keras menjadi hancur dan berubah menjadi bahan yang lunak yang disebut regolit. Selanjutnya melalui proses pembentukan tanah, bagian atas regolit berubah menjadi tanah. Proses pelapukan mencakup beberapa hal yaitu pelapukan secara fisik, biologi-mekanik dan kimia.

1. Pelapukan secara fisikPelapukan secara fisik yang terpenting adalah akibat naik turunnya suhu dan perbedaan kemampuan memuai (mengembang) dan mengerut dari masing-masing mineral. masing-masing mineral akibat perubahan suhu mengembang dan mengerut dengan kekuatan yang berbeda-beda, maka batuan menjadi rapuh dan mudah hancur. Pada daerah dingin, bila air masuk dalam batuan berubah menjadi es akibat suhu yang sangat rendah, maka karena volume es lebih besar dari volume air, juga dapat menyebabkan pecahnya batu-batuan. Pengangkutan batuan dari satu tempat ke tempat lain oleh air juga dapat menyebabkan pelapukan batuan secara fisik.2. Pelapukan secara biologi-mekanikBatuan dapat hancur akibat adanya aktivitas akar-akar yang masuk ke dalam batuan melalui retakan-retakan batuan dan terus berkembang dengan kekuatan yang sangat tinggi. Sel-sel akar yang berkembang dapat menimbulkan kekuatan lebih dari 10 atmosfir sehingga batuan dapat menjadi hancur akibat perkembangan akar tersebut.

3. Pelapukan Secara Kimia a. Hidrasi dan dehidrasi Hidrasi (hidration) adalah reaksi kimia dimana molekul air terikat oleh senyawa-senyawa tertentu, sedang dehidrasi adalah hilangnya molekul air dari senyawa-senyawa tersebut. Hidrasi dapat menyebabkan mineral menjadi lebih lunak dan meningkat daya larutnya. Disamping itu hidrasi dan dehidrasi dapat menyebabkan perubahan volume mineral sehingga mempercepat proses disintegrasi

b. Oksidasi dan reduksiOksidasi adalah suatu proses dimana elektron-elektron atau muatan listrik negatif menjadi berkurang. Oksidasi berlangsung baik bila oksigen cukup tersedia. Oksidasi merupakan proses disintegrasi yang penting pada mineral-mineral yang mengandung besi ferro seperti biotit, glaukonit, hornblende, piroksin, dan lain-lain. Karena perubahan ukuran muatan dari fero (Fe++) ke feri (Fe +++) maka mineral-mineral menjadi mudah hancur.

Reduksi berarti penambahan elektron. Reduksi akan berjalan bila tidak ada oksigen (pada tanah yang tergenang). Reduksi dapat mengubah besi feri menjadi fero yang sangat mudah bergerak (mobile). Besi fero akan bereaksi dengan sulfur membentuk sulfida (FeSO4) atau senyawa-senyawa lain sehingga terjadi warna kebiru-biruan yang khas untuk tereduksi.

c. Hidrolisis Hidrolisis terjadi karena adanya penggantian kation-kation dalam struktur kristal oleh hidrogen sehingga struktur kristal rusak dan hancur. Hidrolisis merupakan pelapukan kimia yang terpenting, karena dapat menghasilkan penghancuran yang sempurna atau modifikasi drastis terhadap mineral-mineral mudah lapuk. C6H5Cl + H2O C6H5OH + HCld. Pelarutan (solution) Pelarutan terjadi pada garam-garam sederhana seperti karbonat, klorida dan lain-lain.

2.5. Pembentukan Profil Tanah Dalam pembentukan tanah terjadi proses antara lain:Penambahan bahan bahan dari tempat lain ke tanah, misalnya: - Penambahan air hujan, embun dan lain-lain - Penambahan O2 dan CO2 dari atmosfir - Penambahan N, Cl, S dari atmosfir dan curah hujan - Penambahan bahan organik dari sisa tanaman dan hewan - Bahan endapan - Energi dan sinar matahari

Kehilangan bahan bahan yang ada di tanah, misalnya: - Kehilangan air melalui penguapan (evapotranpirasi) - Kehilangan N melalui proses denitrifikasi - Kehilangan C (bahan organik) sebagai CO2 karena dekomposisi bahan organik (dalam keadaan oksidatif/kering) - Kehilangan tanah karena erosi - Kehilangan energi, karena radiasi

Perubahan bentuk (transformation), misalnya: - Perubahan bahan organik kasar menjadi humus - Penghancuran pasir menjadi debu, lalu menjadi liat - Pembentukan struktur tanah - Pelapukan mineral dan pembentukan mineral liat - Pembentukan konkresi

Pemindahan dalam solum, misalnya: - Pemindahan liat, bahan organik, Fe, Al dari lapisan atas ke lapisan bawah - Pemindahan unsur hara dari lapisan bawah ke lapisan atas melalui siklus kegiatan vegetasi - Pemindahan tanah dari lapisan bawah ke lapisan atas atau sebaliknya melalui kegiatan hewan seperti tikus, rayap dan sebagainya. - Pemindahan garam-garam dari lapisan bawah ke lapisan atas melalui air kapiler

Tanah dikatakan sebagai sistem terbuka, artinya sewaktu-waktu tanah itu dapat menerima tambahan bahan dari luar, atau kehilangan bahan-bahan yang telah dimilikinya; jadi tanah memiliki input dan output. Sebagai sistem terbuka tanah merupakan bagian dari ekosistem di mana komponen-komponen ekosistem (tanah, vegetasi, manusia, hewan dan lain-lain) saling memberi dan menerima bahan-bahan yang diperlukan.

Jenis-jenis input antara lain hasil pelapukan bahan induk, endapan baru, air hujan/pengairan, sisa-sisa tanaman, energi (sinar matahari) dan sebagainya. Jenis-jenis output antara lain erosi tanah, penguapan air, penyerapan unsur hara oleh tanaman, pencucian (leaching), pancaran panas/emisi dan sebagainya.Selain itu di dalam tanah sering terjadi pemindahan bahan tanah dari lapisan atas ke lapisan bawah atau sebaliknya (inter solum translocation).Beberapa contoh proses pembentukan tanahNoProsesKeterangan1a. Eluviasi

b. Illuviasi(4)*

(4)Pemindahan bahan-bahan tanah dari satu horison ke horison lain.Penimbunan bahan-bahan tanah dalam suatu horison2 Leaching Enrichment(2)(1)Pencucian basa-basa (unsur hara) dari tanahPenambahan basa-basa (unsur hara) dari tempat lain3Dekalsifikasi

b. Kalsifikasi(4)

(4)Pemindahan CaCO3 dari tanah atau suatu horison tanahPenimbunan CaCO3 dalam suatu horison tanah4Desalinisasi

Salinisasi(4)

(4)Pemindahan garam-garam mudah larut suatu horison tanahPenimbunan garam-garam mudah larut dalam suatu horison tanah5a. Dealkalinisasi (Solodisasi)b. Alkalinisasi (Solonisasi)(4)

(4)Pencucian ion-ion Na dari tanah atau horison tanah

Akumulasi ion-ion Na dalam suatu horison tanah6Lessivage

Pedoturbasi(4)

(4)Pencucian (pemindahan) liat dari suatu horison ke horison lain dalam bentuk suspensi (secara mekanik). Dapat terbentuk tanah Ultisol (Podsolik) atau Alfisol

Pencampuran secara fisik atau biologik beberapa horison tanah tanah sehingga horison-horison tanah yang telah terbentuk menjadi hilang. Terjadi pada tanah Vertisol (Grumosol)7Podzolisasi (Silikasi)

b. Desilikasi (Feralisasi, Laterisasi, Latosolisasi)(3,4)

(3,4)Pemindahan Al dan Fe dan atau bahan organik dari suatu horison ke horison lain secara kimia. Si tidak ikut tercuci sehingga pada horison yang tercuci meningkat konsentrasinya. Dapat terbentuk tanah Spodosol (Podzol).Pemindahan silika secara kimia keluar dari solum tanah sehingga konsentrasi Fe dan Al meningkat secara relatif. Terjadi di daerah tropika dimana curah hujan dan suhu tinggi sehingga Si mudah larut. Dapat terbentuk tanah Oxisol (laterit, Latosol)8Melanisasi

b. Leusinisasi(1,4)

(4)Pembentukan warna hitam (gelap) pada tanah karena pencampuran bahan organik dengan bahan mineral. Dapat terbentuk tanah MollisolPembentukan horison pucat karena pencucian bahan organik9Braunifikasi, Rubifikasi, Feruginasi

b. Gleisasi(3,4)

(3,4)Pelepasan besi dari mineral primer dan dispersi partikel-partikel besi oksida yang makin meningkat. Berdasar besarnya oksidasi dan hidrasi dari besi-oksida tersebut maka tanah dapat menjadi berwarna coklat (braunifikasi), coklat kemerahan (rubifikasi) atau merah (feruginasi).

Reduksi besi karena keadaan anaerobik (tergenang air) sehingga terbentuk warna kebiruan atau kelabu kehijauan.10a. Littering

b. Humifikasi(1)

(3)Akumulasi bahan organik setebal kurang dari 30 cm dipermukaan tanah mineral.Perubahan bahan organik kasar menjadi humus.*) (1) Penambahan bahan ke tanah; (2) Kehilangan bahan dari tanah (3) Perubahan bentuk (transformasi); (4) Pemindahan dalam solum 2.5. Disintegrasi dan SintesisDalam proses pembentukan tanah terjadi juga proses disintegrasi dan sintesis. Disintegrasi terjadi dalam proses pelapukan mineral dalam batuan sehingga mineral dan batuannya hancur dan unsur-unsur penyusunnya terlepas dari mineral tersebut. Selanjutnya terjadilah proses sintesis (pembentukan) mineral baru (mineral sekunder) yang berupa mineral liat dari senyawa-senyawa hasil disintegrasi tersebut. Proses disintegrasi terjadi juga pada pelapukan bahan organik, dimana senyawa-senyawa hasil disintegrasi dapat bereaksi kembali membentuk (sintesis) senyawa organik baru yang lebih stabil yang disebut humus.

Dengan adanya disintegrasi batuan maka tersedialah unsur-unsur hara dari mineral yang lapuk sehingga tanaman dan hewan-hewan sederhana mulai tumbuh. Pelapukan mineral-mineral primer juga menghasilkan mineral-mineral liat (suatu proses sintesis) yang mampu menahan unsur hara dan air yang amat penting bagi pertumbuhan tanaman. Sisa-sisa tanaman kembali ke tanah dan berubah menjadi humus yang lebih besar kemampuannya untuk mengikat unsur hara dan air. Dengan demikian, liat, humus, organisme hidup dan air merupakan bahan utama yang berpengaruh pada tanah yang berkembang kemudian. Proses sintesis di dalam tanah dapat terjadi bersamaan waktunya dengan proses disintegrasi bahan bahan lain yang ada dalam tanah tersebut.

2.6. Faktor-faktor pembentukan tanahGanesa tanah merupakan ilmu yang mempelajari proses-proses pembentukan tanah. Banyak faktor yang mempengaruhi proses pembentukan tanah, tetapi hanya lima faktor yang dianggap paling penting, yaitu:

IklimIklim merupakan faktor yang amat penting dalam proses pembentukan tanah. Suhu dan curah hujan sangat berpengaruh terhadap intensitas reaksi kimia dan fisika di dalam tanah. Setiap suhu naik 10 oC maka kecepatan reaksi menjadi dua kali lipat. Reaksi-reaksi oleh mikroorganisme juga sangat dipengaruhi oleh suhu tanah.Adanya curah hujan dan suhu tinggi di daerah tropika menyebabkan reaksi kimia berjalan cepat sehingga proses pelapukan dan pencucian berjalan cepat. Akibatnya banyak tanah di Indonesia telah mengalami pelapukan lanjut, rendah kadar unsur hara dan bereaksi masam.Di daerah - daerah yang beriklim lebih kering seperti di Indonesia bagian timur pencucian tidak berjalan intensif sehingga tanahnya kurang masam dan lebih tinggi kadar basa - basanya. Organisme Akumulasi bahan organik, siklus unsur hara, dan pembentukan struktur tanah yang stabil sangat dipengaruhi oleh kegiatan organisme dalam tanah. Di samping itu unsur nitrogen dapat diikat ke dalam tanah dari udara oleh mikroorganisme, baik yang hidup sendiri di dalam tanah maupun yang bersimbiose dengan tanaman. Demikian juga vegetasi yang tumbuh di tanah tersebut dapat merupakan penghalang untuk terjadinya erosi, sehingga mengurangi jumlah tanah permukaan yang hilang.

Di daerah beriklim sedang seperti di Eropa dan Amerika jenis vegetasi berpengaruh terhadap sifat tanah. Vegetasi hutan membentuk tanah-tanah hutan berwarna merah sedang vegetasi rumput-rumput membentuk tanah berwarna hitam karena banyaknya sisa-sisa bahan organik yang tertinggal dari akar-akar dan sisa rumput.

Kandungan unsur-unsur kimia yang ada pada tanaman juga sangat berpengaruh terhadap sifat-sifat tanah. Jenis-jenis cemara akan memberi kation-kation logam seperti Ca, Mg dan K yang rendah. Siklus unsur hara di bawah tanaman-tanaman tersebut adalah rendah dibanding dengan tanaman berdaun lebar, di mana serasahnya lebih banyak mengandung basa-basa. Akibatnya tanah di bawah pohon pinus biasanya lebih masam daripada tanah di bawah pohon jati dan sebagainya. Pencucian basa-basa biasanya juga lebih intensif pada tanah-tanah di bawah pohon pinus.

3. Bahan IndukTanah-tanah bertekstur pasir adalah akibat dari kandungan pasir yang tinggi dari bahan induk. Susunan kimia dan mineral bahan induk tidak hanya mempengaruhi intensitas tingkat pelapukan, tetapi kadang-kadang menentukan jenis vegetasi alami yang tumbuh di atasnya. Terdapatnya batu kapur di daerah humid akan menghambat tingkat pemasaman tanah. Disamping itu, vegetasi yang hidup di atas tanah berasal dari batu kapur biasanya banyak mengandung basa-basa. Dengan adanya pengembalian basa-basa lapisan tanah atas melalui serasah dari vegetasi tersebut maka proses pengasaman tanah menjadi lebih lambat.Batu-batuan di mana bahan induk tanah berasal dapat dibedakan menjadi: batuan beku, batuan sedimen, batuan metamorfosa (malihan) dan bahan induk organik.

4. Topografi (Relief)Relief adalah perbedaan tinggi atau bentuk wilayah suatu daerah termasuk di dalamnya perbedaan kecuraman dan bentuk lereng. Relief menpengaruhi proses pembentukan tanah dengan cara: (1) mempengaruhi jumlah air hujan yang meresap atau ditahan masa tanah, (2) mempengaruhi dalamnya air tanah, (3) mempengaruhi besarnya erosi, dan (4) mengarahkan gerakan berikut bahan-bahan yang terlarut di dalamnya.Di daerah yang datar atau cekung dimana air tidak mudah hilang dari tanah atau menggenang, pengaruh iklim menjadi tidak jelas dan terbentuklah tanah berwarna kelabu atau banyak mengandung karatan sebagai akibat genangan air tersebut.

Di daerah bergelombang, drainase tanah lebih baik sehingga pengaruh iklim (curah hujan,suhu) lebih jelas dan pelapukan serta pencucian berjalan lebih cepat. Di daerah yang berlereng curam kadang-kadang terjadi terus-menerus erosi permukaan sehingga terbentuklah tanah-tanah dangkal. Sebaliknya pada kaki-kaki lereng tersebut sering ditemukan tanah dengan profil dalam akibat penimbunan bahan-bahan yang dihanyutkan dari lereng atas tersebut.Sifat-sifat tanah yang umumnya berhubungan dengan relief adalah tebal solum, tebal dan kandungan bahan organik horison A, kandungan air tanah (relative wetness), warna tanah, tingkat perkembangan horison, reaksi tanah (pH), kejenuhan basa, kandungan garam mudah larut dan lain-lain.

5. WaktuTanah merupakan benda alam yang terus menerus berubah (dinamis) sehingga akibat pelapukan dan pencucian yang terus menerus maka tanah-tanah yang semakin tua juga semakin kurus. Mineral yang mengandung unsur hara telah habis mengalami pelapukan sehingga tinggal mineral yang sukar lapuk seperti kuarsa. Profil tanah juga semakin berkembang dengan meningkatnya umur. Karena proses pembentukan tanah yang terus berjalan maka bahan induk tanah berubah berturut-turut menjadi: tanah muda (immature atau young soil), tanah dewasa (mature soil) dan tanah tua (old soil).

BAB IIISIFAT FISIK TANAH3.1 TeksturIstilah tekstur digunakan untuk menggambarkan ukuran partikel-partikel tanah, yaitu suatu istilah yang menunjukan kehalusan dan kekasaran tanah. Lebih spesifik lagi, tekstur adalah perbandingan relatif pasir, debu dan liat.Partikel-partikel primer tanah ada 3 : Pasir, debu, liat. Partikel pasir mempunyai ukuran yang besar sehingga permukaannya kecil dibanding dengan partikel debu atau liat. Pori-pori yang terbentuk pada tanah-tanah berpasir pun lebih besar sehingga pergerakan air sangat cepat dan meningkatkan drainase air. Partikel debu terasa lembut seperti tepung dan mempunyai kecenderungan kecil untuk saling melekat. Tanah-tanah debu mempunyai kapasitas besar memegang air tersedia bagi pertumbuhan tanaman. Partikel liat paling halus, sangat lengket saat basah

Tabel 3.1. Ciri - ciri kelompok tanah yang dipisahkan berdasarkan ukuran tanah

KelompokDiameter (mm)Jumlah Partikel per gramLuas permukaan 1 gram tanah (cm2)Pasir sangat kasar2,00 1,009011Pasir kasar1,00 0,5072023Pasir setengah kasar (medium)0,50 0,255700 45Pasir halus0,25 0,1046.00091Pasar sangat halus0,10 0,05722.000227Debu0,05 0,0025.776.000454Liat