dari redaksi - pii.or.idpii.or.id/wp-content/uploads/ew-5.pdf · dari akuifer di dalam tanah dan...

8

Upload: donguyet

Post on 06-Feb-2018

243 views

Category:

Documents


19 download

TRANSCRIPT

Page 1: DARI REDAKSI - pii.or.idpii.or.id/wp-content/uploads/EW-5.pdf · dari akuifer di dalam tanah dan mendistribusikannya ke hilir. Beberapa keuntungan ... dan pengendalian banjir serta
Page 2: DARI REDAKSI - pii.or.idpii.or.id/wp-content/uploads/EW-5.pdf · dari akuifer di dalam tanah dan mendistribusikannya ke hilir. Beberapa keuntungan ... dan pengendalian banjir serta

Kekeringan tidak hanya menjadi bencana langsung

bagi para petani yang mengandalkan air untuk

tanamannya, tapi juga bagi masyarakat urban.

Seperti tahun lalu, kemarau yang panjang membuat

turunnya ketersediaan air baku untuk air bersih

warga. Beberapa kawasan di Jakarta, misalnya,

tidak bisa mendapatkan pasokan air bersih dari

perusahaan penyedia air bersih. Bahkan, banyak

rumah tangga, yang biasa mendapatkan pasokan

dari air tanah, juga harus menerima kenyataan

bahwa di tanahnya pun sudah tidak tersedia air.

Krisis air jangan lah dianggap sepele. Di masa depan,

kelangkaan air, akan menyebabkan konflik yang luar

biasa. Menurut data dari BPPT tahun 2000,

ketersediaan air permukaan hanya cukup untuk

memenuhi sekitar 23% kebutuhan penduduk. Defisit

air di Jawa dan Bali sudah terjadi sejak 1995. Hal ini

menjelaskan mengapa sering terjadi krisis air di

beberapa daerah di Jawa dan Bali setiap musim

kemarau tiba.

Pasokan air selalu menjadi kendala utama

penyediaan air bersih di Indonesia. Sebagian besar

PDAM mengandalkan air baku dari air sungai untuk

memasok air ke rumah tangga dan industri. Padahal

kualitas sungai dan air sungai telah mengalami

penurunan kualitas dari tahun ke tahun akibat

kerusakan lingkungan dan perubahan iklim. Apalagi

keika musim kemarau panjang tiba, dipastikan

ketersediaan air bersih untuk rumah tangga dan

industri menyusut, bahkan terhenti.

Di masa mendatang, sangat tidak bijaksana untuk

menggantungkan ketersediaan air bersih dengan

mengandalkan air baku dari air sungai. Diperlukan

inovasi teknologi untuk memberikan solusi dalam

jangka panjang untuk memproduksi air bersih.

Bukan hanya masalah distribusinya.

Para insinyur diharapkan mampu berperan dalam

menghadang krisis dan konflik di masa depan

dengan melakukan berbagai inovasi teknologi di

bidang penyediaan air bersih untuk masyarakat.

Salah satu teknologi yang sudah tersedia adalah

Natural Treatment Plant (NTP) yang sudah banyak

diterapkan di Jerman, yang menyadap air langsung

dari akuifer di dalam tanah dan

mendistribusikannya ke hilir. Beberapa keuntungan

teknologi ini adalah tidak digunakannya bahan kimia

untuk mengolah air minum dan tidak diperlukan

pompa distribusi, karena letak reservoir ada di

daerah tinggi (pegunungan).

Karena urgensinya, maka Engineer Weekly di awal

Maret ini menyajikan berbagai masalah, dampak dan

solusi ketersediaan air di Indonesia dengan beberapa

artikel yang ditulis oleh ahli di bidangnya. Apapun

inovasi teknologinya, yang paling penting adalah

bagaimana inovasi itu dapat diterapkan, menjadi

solusi, dan bermanfaat bagi masyarakat. Selamat

membaca.

Aries R. Prima

Pemimpin Redaksi

2

DARI REDAKSI

INSINYUR DAN AIR BERSIH

Page 3: DARI REDAKSI - pii.or.idpii.or.id/wp-content/uploads/EW-5.pdf · dari akuifer di dalam tanah dan mendistribusikannya ke hilir. Beberapa keuntungan ... dan pengendalian banjir serta

3

EDITORIAL

AIR BERSIH Rudianto Handojo

Dalam rencana pembangunan infrastruktur

dicantumkan bahwa pelayanan air minum di

Indonesia pada 2019 harus sudah dapat menjangkau

100% penduduk Indonesia. Saat ini, masyarakat

yang dapat dilayani masih di bawah 70%. Menurut

Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian

Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat, paling

tidak masih ada gap lebih dari 30%.

Untuk memenuhi pencapaian tersebut, pemerintah

mencanangkan pembangunan Sistem Penyediaan

Air Minum (SPAM) di perkotaan untuk 21,4 juta

sambungan rumah (268.680 liter/detik) serta

pembangunan SPAM di perdesaan sejumlah 11,1 juta

sambungan rumah (untuk 22.647 desa). Ini adalah

pekerjaan besar tetapi harus tercapai.

Di lain pihak, menurut the Economist World Figures

in Pocket 2016, pencapaian 100 persen akses air

bersih sebenarnya baru bisa diraih negara seperti

Singapura dan Korea. Akses terbaik terhadap air

bersih selanjutnya ada di, berturut-turut, Malaysia

(99,6 %), dan (Brazil 97,5%). Beberapa negara

tetangga kita seperti Thailand (95,8%), Vietnam

(95%), Philipina (91,8%), juga sudah memiliki akses

air bersih yang baik. Sedangkan dua negara besar

Asia yaitu India dan China, masing-masing,

penduduknya mempunyai akses terhadap air bersih

sebesar 92,6% dan 91,9%. Indonesia sendiri,

menurut sumber informasi yang sama, baru 84,9%

penduduk yang mempunyai akses terhadap air

bersih. Artinya masih ada gap 15,1% menuju 100% di

tahun 2019.

Lain lagi dengan laporan Unicef. Menurut lembaga

ini, pada laporannya tahun 2014, persentase orang

dengan akses ke sumber air yang baik di Indonesia

telah meningkat dari 70 persen pada tahun 1990

menjadi 84 persen pada tahun 2011. Namun,

situasinya tidak seragam, akses di daerah pedesaan

(76 persen) lebih rendah dibandingkan dengan

daerah perkotaan (93 persen). Orang-orang miskin

juga mempunyai akses air bersih yang rendah.

Secara global, lebih dari tiga perempat miliar orang,

sebagian besar adalah penduduk miskin, masih tidak

memiliki akses terhadap air yang aman, meskipun

terdapat fakta bahwa rata-rata sudah memenuhi

target global untuk air minum yang ditetapkan

dalam Millenium Development Goals (MDGs).

Target MDG untuk air minum sudah dicapai pada

tahun 2010, ketika 89 persen dari populasi global

memiliki akses ke sumber air minum - seperti

pasokan pipa, sumur bor dilengkapi dengan pompa,

dan sumur yang terlindungi.

Unicef juga memerkirakan bahwa 1.400 anak di

bawah lima tahun meninggal setiap hari karena

penyakit diare terkait dengan kurangnya air bersih

dan sanitasi serta kebersihan yang memadai .

Dunia diharapkan tidak pernah berhenti

membangun akses air bersih sampai setiap pria,

wanita dan anak memiliki air dan sanitasi layak.

Yang mungkin mengejutkan, adalah bahwa bahkan

di negara-negara berpenghasilan menengah ada

jutaan orang miskin yang tidak memiliki air bersih

untuk diminum. Target harus ditetapkan pada

kelompok-kelompok yang terpinggirkan dan yang

paling sulit dijangkau, yang paling miskin dan yang

paling dirugikan.

Situasi tersebut menggambarkan salah satu tugas

insinyur untuk terus mengembangkan ketersediaan

air bersih secara berkelanjutan serta

mengalirkannnya ke seluruh lapisan masyarakat dan

mendistribusikannya secara merata. Karena

pentingnya hal ini, dalam kepengurusan pusat PII

tahun 2015-2018, kegiatan mengenai air ini

ditangani oleh dua bidang, yaitu bidang Sumber

Daya Air dan bidang Distribusi Air. Paling tidak ini

menggambarkan perhatian pada masalah air sebagai

bentuk tanggung jawab profesional maupun

tanggung jawab sosial pada masyarakat di sekitar

kita, seperti yang termaktub dalam tujuan

pengembangan keprofesian berkelanjutan pada UU

No 11 tahun 2014 tentang keinsinyuran.

Page 4: DARI REDAKSI - pii.or.idpii.or.id/wp-content/uploads/EW-5.pdf · dari akuifer di dalam tanah dan mendistribusikannya ke hilir. Beberapa keuntungan ... dan pengendalian banjir serta

4

Tersedianya air bersih yang cukup bagi kebutuhan sehari hari adalah suatu hal yang sangat penting. Akan tetapi ketersediaan air bersih untuk beberapa tahun belakangan ini tidak selalu mudah. Kira-kira, 30-50 tahun yang lalu, Jika membangun rumah yang lokasinya belum terjangkau oleh air ledeng, maka dengan menggali sumur 8-10 meter, air akan keluar dengan mudahnya melalui pompa tangan. Kini dengan bertambahnya penduduk dan berbagai aktivitasnya, menyebabkan pula kenaikan kebutuhan air bersih, sehingga penyediaan air bersih menjadi masalah. Kehandalan PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) dalam mengelola air bersihpun semakin menurun. Sebagai akibat dari rendahnya kemampuan PDAM, mendorong pemanfaatan air tanah secara luas oleh masyarakat. Ekstraksi air tanah dilakukan secara besar-besaran. Warga yang kondisi perekonomiannya lebih baik, mampu menggali sumurnya lebih dalam dan menggunakan pompa air dengan kekuatan hisap yang lebih besar. Kelangkaan air juga dialami pada air permukaan. Debit air sungai sudah menurun. Kuantitas air sungai yang semula diharapkan menjadi andalan sebagai sumber air baku, sudah menurun. Dampak memburuknya pasokan air bersih di dunia yang terjadi atau diprediksikan akan terjadi di masa mendatang antara lain ditunjukkan oleh data yang dilansir WWF pada 2007: Pada pertengahan abad ini, tujuh milyar jiwa di 60 negara mungkin akan menghadapi kelangkaan air (setidaknya dua milyar di 48 negara saat ini sudah menghadapinya). Lebih dari 1,5 miliar jiwa tidak memiliki akses langsung air minum, dan jika pola konsumsi ini terus berlanjut, setidaknya dalam kurun 20 tahun mendatang kira2 hampir populasi setengah penduduk dunia akan tinggal di daerah aliran sungai yang kritis. Lima juta jiwa, sebagian besar anak-anak, meninggal setiap tahun karena penyakit karena mengkonsumsi air berkualitas buruk.

Apakah permasalahan air bersih ini tidak dapat diselesaikan? Menurut UNESCO (1978), volume total air dunia sebesar ± 1,8 milyar kilometer kubik, dan sekitar 11 juta meter kubik air tawar berada di permukaan dan dalam tanah, dan itu yang bisa kita manfaatkan saat ini. Sebagian besar sisanya adalah air laut. Jika dikatakan air tawar sudah mengalami krisis saat ini, maka sebenarnya masih terdapat air laut yang masih bisa dimanfaatkan. Arab Saudi, Bahrain dan Kuwait telah memanfaatkan air laut untuk dijadikan air bersih dengan menggunakan teknologi Desalinasi Air laut (desalinasi thermal) telah lama digunakan di Arab Saudi, Bahrain, Kuwait. Tetapi metode ini sangat boros energi. Kini beberapa negara juga sudah menggunakan teknologi yang lebih baru, yakni menggunakan metode reverse osmosis. Dengan teknologi ini, Israel sudah dapat memproduksi air tawar sebanyak 16.000 liter per detik. Contoh lain negara yang menggunakan teknologi ini adalah Singapura. Negara ini berupaya membebaskan ketergantungan pasokan air yang selama ini bergantung kepada Malaysia. Spanyol juga sudah memiliki instalasi desalinasi yang dapat memproduksi total 32.000 liter per detik air tawar. Bagaimana dengan Indonesia? Dengan luasnya wilayah laut dan kecenderungan pemanfaatan air laut, dan teknologinya sudah tersedia, mestinya sudah bisa keluar dari masalah ini. Tapi kapan ya..?

Air Bersih dan Permasalahannya Samsuhadi Samoen

Page 5: DARI REDAKSI - pii.or.idpii.or.id/wp-content/uploads/EW-5.pdf · dari akuifer di dalam tanah dan mendistribusikannya ke hilir. Beberapa keuntungan ... dan pengendalian banjir serta

5

Musim kemarau baru saja berlalu. Namun, begitu

musim hujan tiba, beberapa sungai langsung meluap,

seolah-olah memberikan pesan dini pada warga

Jakarta. Penyebabnya, apalagi kalau tidak guyuran

hujan, terutama yang terjadi di daerah hulu.

Menyiapkan diri jika luapan yang lebih besar datang

adalah reaksi positif yang harus dilakukan masyarakat

untuk menyikapi pesan tersebut.

Bagi warga ibukota dan pemerintah, antisipasi

terhadap keadaan darurat banjir memang masih

diperlukan dalam beberapa tahun ke depan. Secara

teknis, penyelesaian masalah banjir tak bisa tuntas

hanya dalam beberapa tahun, perlu visi dan

kepemimpinan yang kuat untuk menyelesaikan

permasalahan yang telah melilit Jakarta berpuluh-

puluh tahun ini.

Wacana yang dikembangkan bahwa banjir Jakarta

bisa diselesaikan dalam 3 sampai 5 tahun masa

kepemimpinan adalah tidak realistis jika dilihat dalam

tinjuan teknis, sosial dan fakta yang ada. Isu banjir

Jakarta menjadi salah satu titik kritis, di mana

pemerintah harus memberi penjelasan tentang apa

yang direncanakan dan sedang dilakukan kepada

masyarakat. Jika tidak, tentu isu bisa berkembang

menjadi liar.

Tidak hanya di Jakarta, di banyak kota-kota besar di

dunia yang menjadi pusat ekonomi, industri maupun

pemerintahan, banjir besar sering kali memberi

dampak politis berupa tekanan kepada pemerintah

yang berkuasa. Seperti yang pernah dialami Yinluck

Sinawatra, Perdana Menteri Thailand, saat Bangkok

dan beberapa wilayah lain tergenang air pada akhir

Oktober 2014. Nasibnya bak diujung tanduk. Bencana

yang menewaskan 562 jiwa dan kerugian mencapai

33 miliar dollar Amerika Serikat adalah banjir

terburuk selama lima puluh tahun terakhir ini.

Masih lekat dalam ingatan kita ketika Jakarta luluh

lantak digenangi banjir pada tahun 2007 lalu. Banjir

terburuk dalam sejarah ibukota ini menurut data yang

dikeluarkan oleh Bappenas-UNDP, menewaskan 79

orang, 590.407 orang mengungsi dan 145.742 rumah

terendam. Banjir itu, memangkas pertumbuhan

ekonomi hingga 0,53 %, sebagai akibat dari kerugian

yang diderita dengan nilai sekitar 205 juta dolar US .

Jakarta sebagai pusat ekonomi dan pemerintahan

memiliki tiga kerentanan jika digulung banjir:

kerentanan fisik, sosial dan ekonomi. Kerentanan fisik

berkaitan dengan banyaknya bangunan dan

prasarana, kerentanaan sosial berkaitan dengan

kepadatan penduduk dan kepekaan sosial, sedangkan

kerentanan ekonomi lebih pada menurunnya PDRB

per sektor ekonomi. Melihat kerentanan tersebut,

gampang sekali individu-individu di Jakarta terpukul

gara-gara genangan air dalam jumlah besar.

Partisipasi menjadi kunci sukses

Meski ada hasilnya, penanganan masalah banjir

kelihatan masih tergopoh-gopoh berlomba dengan

meningkatnya permasalahan. Penurunan muka tanah

dan kenaikan muka air laut menjadi tantanagan baru.

Pemerintah kelihatannya mempunyai kemampuan

terbatas untuk masalah yang kompleks dan berat ini,

baik dalam hal pendanaan maupun sumberdaya

manusia.

Masyarakat harus berperan tidak hanya saat tanggap

darurat saja, tapi juga dalam perencanaan dan

pelaksanaan penanggulangan banjir, setidaknya

dalam skala kawasan. Warga turut bertanggungjawab

terhadap upaya-upaya yang harus dilakukan dalam

membebaskan wilayahnya dari genangan air.

Pemerintah harus bisa menjelaskan apa yang sudah

mereka perbuat dan tahapan-tahapan mana yang

masih membutuhkan waktu. Disamping

mengharapkan dukungan masyarakat, di sisi lain

pemerintah juga harus terbuka menunjukan visi dan

keseriusannya menyelesaikan masalah banjir.

Ketika banjir benar-benar datang masyarakat bisa

secara obyektif menilai apakah pemerintah memang

sudah bekerja atau belum. Warga tidak akan

gampang terprovokasi isu-isu liar yang mengarah

kepada kerusakan yang lebih besar.

*Penulis adalah pengamat dari ILWI (Indonesian land

reclamation and watermanagement Insitute), sebuah lembaga

kajian yang bergerak dalam bidang reklamasi, pengelolaan air

dan pengendalian banjir serta penulis buku „Sistem Polder dan

Tanggul Laut‟ dan “Memasuki Era Tanggul Laut, Harapan

Baru di Teluk Jakarta”

Banjir Jakarta dan Ketahanan Nasional

Ir. Sawarendro, M.Sc.*

Page 6: DARI REDAKSI - pii.or.idpii.or.id/wp-content/uploads/EW-5.pdf · dari akuifer di dalam tanah dan mendistribusikannya ke hilir. Beberapa keuntungan ... dan pengendalian banjir serta

Air merupakan zat yang luar biasa sebagai rahmat dari

Allah SWT. Air dapat mengalir, bergolak, berputar

melalui berbagai hambatan terhadap aliran yang

dilalui. Keberadaan air di alam ini sangat tergantung

kepada lingkungan alam sekitarnya dan daerah yang

dilaluinya, yang secara terus menerus mengalir

mengikuti siklus hidrologi atau siklus air yang

bergerak dari laut ke daratan dan kembali lagi ke

lautan dan seterusnya.

Proses siklus hidrologi atau siklus air yang meliputi

evaporasi, kondensasi, presipitasi, dan infiltrasi yang

menyebabkan terjadinya pergerakan aliran air.

Tumbuhan dan tanaman memegang peranan penting

dalam proses transpirasi demikian juga energi

matahari memegang peranan dalam proses evaporasi.

Air dapat terpengaruh oleh wilayah dan aktivitas yang

ada yang dilaluinya. Air dapat berwarna jernih di

sekitar pegunungan atau berwarna hitam atau pekat di

daerah rawa maupun wilayah industri.

Air dapat digunakan untuk berbagai kepentingan

mulai untuk kebutuhan irigasi, pertanian, kehutanan,

industri, pariwisata, air minum dan masih banyak lagi

kegiatan yang dapat memanfaatkan air untuk berbagai

keperluan. Di balik keindahannya, air juga merupakan

sumber konflik, terutama untuk masalah pembagian

air di daerah-daerah maupun negara-negara yang

tidak mempunyai cukup sumber air, khususnya untuk

pertanian dan air minum. Air juga dapat berlebih di

sebagian daerah, sehingga terjadi banjir dan sebagian

lainnya dapat mengalami kekeringan karena

kekurangan air.

Salah satu sebab terjadinya kejadian tersebut adalah

adanya aktivitas manusia yang berlebihan, misalnya

penggundulan hutan. Laporan dari ICCSR, Bappenas

2010, tentang keseimbangan air, menggambarkan

bahwa ketersediaan air di wilayah Kalimantan dan

Papua masih menunjukkan jumlah yang lebih besar

dibandingkan dengan wilayah lain di Indonesia. Di

Indonesia masalah air ini sangat penting, sehingga

setidaknya ada 16 kementerian dan lembaga yang

mempunyai kepentingan dalam masalah air ini.

Untuk keperluan air minum, maka sumber air baku

yang dapat digunakan untuk kebutuhan air minum

dapat terdiri dari mata air, air permukaan (sungai,

danau, waduk, dll.), air tanah (sumur gali, sumur bor)

maupun air hujan.

Dari segi kualitas air, kualitas mata air relatif jernih

dibandingkan dengan kualitas sumber air dari air

permukaan pada umumnya, dengan demikian mata air

lebih baik digunakan dibandingkan dengan air

permukaan. Namun demikian keberadaan mata air ini

pada saat ini terus berkurang keberadaannya. Air

tanah, yang umumnya mempunyai kandungan besi

dan mangan relatif lebih besar dari sumber air yang

lain, pemakaiannya juga sudah harus mulai dikurangi

atau dihentikan sehubungan dengan masalah

penurunan muka tanah. Air hujan yang

keberadaannya sangat tergantung musim, masih dapat

digunakan sebagai sumber air baku dengan

membangun tangki penampungan atau waduk dalam

skala besar.

Air permukaan sebagai sumber air baku, pada saat ini

masih menjadi pilihan instalasi pengolahan air minum

PDAM. Walaupun dari segi kualitas air, merupakan

yang terburuk dibandingkan dengan sumber air baku

lainnya. Namun dari segi kuantitas dan kontinuitas

masih tersedia dalam jumlah banyak dibandingkan

dengan ke 3 (tiga) sumber air baku yang lain.

Walaupun demikian, untuk menghasilkan air

permukaan ini menjadi air minum, diperlukan

instalasi pengolahan agar air dapat diminum sesuai

dengan ketentuan yang berlaku. Persoalannya adalah

kualitas air permukaan sekarang ini cenderung

menurun, baik karena adanya limbah cair yang berupa

limbah domestik maupun limbah industri, serta

sampah. Peningkatan pencemaran air permukaan

sudah sangat tinggi, dibandingkan ketika instalasi

pengolahan air minum PDAM yang dibangun pada 30

atau 40 tahun yang lalu dengan kondisi kualitas air

yang ada pada saat itu. Untuk itu perlu lebih

ditingkatkan sosialisasi agar masyarakat dan industri

tidak membuang limbah cair maupun sampah ke air

permukaan.

Pengawasan terhadap badan air perlu lebih

ditingkatkan kalau perlu dilakukan tindakan yang

berupa denda atau hukuman agar kualitas air

permukaan menjadi lebih baik lagi. Jika kualitas air

permukaan menjadi lebih baik, kemampuan instalasi

pengolahan untuk mengolah air menjadi optimum,

dengan demikian masyarakat yang menikmati air

minum akan mendapat pelayanan yang lebih baik,

yang akan mendorong pertambahan masyarakat yang

ingin mendapat pelayanan air minum yang baik.

6

Sumber Air Baku Untuk Air Minum

Prof. Dr. Ir. Djoko M. Hartono Guru Besar Ilmu Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia

Page 7: DARI REDAKSI - pii.or.idpii.or.id/wp-content/uploads/EW-5.pdf · dari akuifer di dalam tanah dan mendistribusikannya ke hilir. Beberapa keuntungan ... dan pengendalian banjir serta

Krisis ketersediaan air bersih di musim kemarau panjang tahun lalu seharusnya menjadi perhatian pemerintah dan pihak terkait agar tidak terjadi lagi di masa mendatang. Teknologi pengolahan air bersih yang sudah banyak tersedia bisa dimanfaatkan, termasuk teknologi yang telah diluncurkan oleh Kementerian Pekerjaan Umum di medio 2012. Teknologi ini diklaim dapat memercepat peningkatan akses sanitasi dan mengatasi kelangkaan air, khususnya bagi masyarakat yang tinggal di perkotaan. Teknologi pertama adalah instalasi pengolahan air limbah Grey Water Bio Rotasi, yang terdiri dari sistem bio filter dan taman sanitasi dengan resirkulasi yang dapat mengolah air limbah rumah tangga untuk digunakan kembali menjadi air bersih. Teknologi kedua, mirip dengan yang pertama, mendaur ulang air limbah untuk menjadi air bersih, yang cocok digunakan di rumah susun, dan juga dapat digunakan untuk menyaring air limbah sehingga tidak mencemari jika dibuang ke sungai. Namun, teknologi ini membutuhkan ruang yang besar. Untuk di tempat yang tidak tersedia ruang besar, dapat digunakan teknologi ketiga, yaitu Merealis. Selain teknologi untuk air bersih, kementerian itu menciptakan teknologi untuk memproduksi air siap minum yang dinamakan Merotek dan Instalasi Pengelolaan Air (IPA) Mobile. Merotek menggunakan sistem membran ultrafiltrasi airlift dan membran reverse osmosis tekanan rendah. Sedangkan IPA Mobile dibuat lebih kompak dengan menggunakan teknologi yang sama dengan Merotek, sehingga cocok digunakan di daerah rawan air baku atau daerah bencana. Metode yang umum dilakukan dalam pengambilan air laut adalah dengan memasang pipa yang menjorok beberapa kilometer dari pantai untuk mendapatkan kualitas air laut yang baik, dan dilakukan dengan dengan kecepatan yang rendah untuk mencegah terikutnya biota laut. Metode yang lain adalah dengan menggunakan sistem sumur. Desalinasi Air Laut Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki sumberdaya air laut yang besar untuk diolah menjadi air bersih atau air minum. Salah satu teknologi yang dapat digunakan adalah Desalinasi Air laut dengan tahapan: pengambilan air laut, pengolahan awal, proses pemisahan garam, dan pengolahan akhir. Setelah itu, dilakukanlah pengolahan awal untuk membersihkan air laut dari bahan ‘pengotor’, seperti molekul makro dan mikro. Kemudian dilakukan proses penyisihan garam, bisa berbasis panas dan berbasis membran. Penambahan mineral dilakukan pada tahap

pengolahan akhir agar dihasilkan produk air bersih dengan kualitas air minum. Teknologi ini masih terus dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan air bersih agar seluruh prosesnya dapat menjadi ramah lingkungan, hemat energi, dan yang terpenting, murah. segi kualitas air, kualitas mata air relatif jernih dibandingkan dengan kualitas sumber air dari air permukaan pada umumnya, dengan demikian mata air lebih baik digunakan dibandingkan dengan air permukaan. Namun demikian keberadaan mata air ini pada saat ini terus berkurang keberadaannya. Air tanah, yang umumnya mempunyai kandungan besi dan mangan relatif lebih besar dari sumber air yang lain, pemakaiannya juga sudah harus mulai dikurangi atau dihentikan sehubungan dengan masalah penurunan muka tanah. Air hujan yang keberadaannya sangat tergantung musim, masih dapat digunakan sebagai sumber air baku dengan membangun tangki penampungan atau waduk dalam skala besar. Air permukaan sebagai sumber air baku, pada saat ini masih menjadi pilihan instalasi pengolahan air minum PDAM. Walaupun dari segi kualitas air, merupakan yang terburuk dibandingkan dengan sumber air baku lainnya. Namun dari segi kuantitas dan kontinuitas masih tersedia dalam jumlah banyak dibandingkan dengan ke 3 (tiga) sumber air baku yang lain. Walaupun demikian, untuk menghasilkan air permukaan ini menjadi air minum, diperlukan instalasi pengolahan agar air dapat diminum sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Persoalannya adalah kualitas air permukaan sekarang ini cenderung menurun, baik karena adanya limbah cair yang berupa limbah domestik maupun limbah industri, serta sampah. Peningkatan pencemaran air permukaan sudah sangat tinggi, dibandingkan ketika instalasi pengolahan air minum PDAM yang dibangun pada 30 atau 40 tahun yang lalu dengan kondisi kualitas air yang ada pada saat itu. Untuk itu perlu lebih ditingkatkan sosialisasi agar masyarakat dan industri tidak membuang limbah cair maupun sampah ke air permukaan. Pengawasan terhadap badan air perlu lebih ditingkatkan kalau perlu dilakukan tindakan yang berupa denda atau hukuman agar kualitas air permukaan menjadi lebih baik lagi. Jika kualitas air permukaan menjadi lebih baik, kemampuan instalasi pengolahan untuk mengolah air menjadi optimum, dengan demikian masyarakat yang menikmati air minum akan mendapat pelayanan yang lebih baik, yang akan mendorong pertambahan masyarakat yang ingin mendapat pelayanan air minum yang baik. 7

Teknologi Pengolahan Air Bersih

Aries R. Prima – Engineer Weekly

Page 8: DARI REDAKSI - pii.or.idpii.or.id/wp-content/uploads/EW-5.pdf · dari akuifer di dalam tanah dan mendistribusikannya ke hilir. Beberapa keuntungan ... dan pengendalian banjir serta

Engineer Weekly Pelindung: A. Hermanto Dardak, Heru Dewanto Penasihat: Bachtiar Siradjuddin Pemimpin Umum: Rudianto Handojo, Pemimpin Redaksi: Aries R. Prima, Pengarah Kreatif: Aryo Adhianto, Pelaksana Kreatif: Gatot Sutedjo,Webmaster: Elmoudy, Web Administrator: Zulmahdi, Erni Alamat: Jl. Bandung No. 1, Menteng, Jakarta Pusat Telepon: 021- 31904251-52. Faksimili: 021 – 31904657. E-mail: [email protected]

Engineer Weekly adalah hasil kerja sama Persatuan Insinyur Indonesia dan Inspirasi Insinyur.