daniel hutagalung - hegemoni kekuasaan dan ideologi

17
1 Hegemoni, Kekuasan dan Ideologi Daniel Hutagalung Tulisan ini dimuat dalam Diponegoro 74: Jurnal Pemikiran Sosial, Politik dan Hak Asasi Manusia, No. 12 (Oktober-Desember) (2004) Konsep hegemoni, dalam satu abad terakhir ini, telah melahirkan demikian banyak dan beragam debat serius, baik dalam kajian-kajian filsafat, politik, sosiologi, sastra, cultural studies, maupun kajian studi lainnya. Konsep hegemoni mulai dikenal secara luas dalam kajian-kajian di Eropa dan Amerika Utara semenjak John M. Cammet menerbitkan bukunya yang berjudul Antonio Gramsci and the Origins of Italian Communism pada 1967, yang sebelumnya merupakan disertasi doktoralnya di Columbia University, Amerika Serikat. 1 Cammet memulai penelitiannya di tahun 1950an, saat nama Antonio Gramsci belum dikenal terlalu luas, meskipun Gramsci merupakan salah satu tokoh penting dalam gerakan politik dalam aliran Marxisme. Semenjak penerbitan buku tersebut, nama Antonio Gramsci dan teori hegemoninya mulai dikenal di berbagai debat dalam dunia akademis berbahasa Inggris. Konsep hegemoni sendiri lahir dan berkembang dalam arus pemikiran Marxisme. Karena hegemoni sebagai sebuah teori, lahir dari pemikiran kaum Marxist di Russia dalam menghadapi kekuasaan monarki Russia. Karena itu hampir seluruh debat mengenai hegemoni mengalir di dalam arus pemikiran Marxisme. Namun, belakngan ini konsep hegemoni diposisikan menjadi lebih netral dalam melihat berbagai bentuk relasi kekuasaan, baik dalam hal politik, sastra, ekonomi, sosial dan budaya. Hegemoni memiliki keterkaitan erat dengan konsep kekuasaan dan ideologi, di mana ketiganya bekerja secara simultan, meskipun dapat juga dilihat secara terpisah. Gramsci melihat hegemoni sebagai praktik dua arah dari dua 1 John M. Cammet, Antonio Gramsci and the Origins of Italian Communism (Stanford: Stanford University Press, 1967).

Upload: hary-al-azzam

Post on 17-Aug-2015

260 views

Category:

Documents


25 download

DESCRIPTION

Politik

TRANSCRIPT

1 Hegemoni, Kekuasan dan Ideologi Daniel Hutagalung Tulisan ini dimuat dalam Diponegoro 74: Jurnal Pemikiran Sosial, Politik dan Hak Asasi Manusia, No. 12 (Oktober-Desember) (2004) Konsephegemoni,dalamsatuabadterakhirini,telahmelahirkandemikian banyakdanberagamdebatserius,baikdalamkajian-kajianfilsafat,politik, sosiologi, sastra, cultural studies, maupun kajian studi lainnya. Konsep hegemoni mulaidikenalsecaraluasdalamkajian-kajiandiEropadanAmerikaUtara semenjak John M. Cammet menerbitkan bukunya yang berjudul Antonio Gramsci and the Origins of Italian Communism pada 1967, yang sebelumnya merupakan disertasi doktoralnya di Columbia University, Amerika Serikat.1 Cammet memulai penelitiannya di tahun 1950an, saat nama Antonio Gramsci belum dikenal terlalu luas,meskipunGramscimerupakansalahsatutokohpentingdalamgerakan politik dalam aliran Marxisme. Semenjak penerbitan buku tersebut, nama Antonio Gramscidanteorihegemoninyamulaidikenaldiberbagaidebatdalamdunia akademis berbahasa Inggris.Konsephegemonisendirilahirdanberkembangdalamaruspemikiran Marxisme.Karenahegemonisebagaisebuahteori,lahirdaripemikirankaum MarxistdiRussiadalammenghadapikekuasaanmonarkiRussia.Karenaitu hampirseluruhdebatmengenaihegemonimengalirdidalamaruspemikiran Marxisme.Namun,belaknganinikonsephegemonidiposisikanmenjadilebih netraldalammelihatberbagaibentukrelasikekuasaan,baikdalamhalpolitik, sastra, ekonomi, sosial dan budaya. Hegemonimemilikiketerkaitaneratdengankonsepkekuasaandan ideologi, di mana ketiganya bekerja secara simultan, meskipun dapat juga dilihat secaraterpisah.Gramscimelihathegemonisebagaipraktikduaarahdaridua 1 JohnM.Cammet,AntonioGramsciandtheOriginsofItalianCommunism(Stanford:Stanford University Press, 1967). 2 hubunganyangbersifatsubordinasi,yaknikekuasaannegaraborjuisdankelas buruh.Tulisaninimencobauntukmelakukanpenelusuranataskonsephegemoni, danmelihatnyadalamkontekskekuasaandanideologi.Keseluruhantulisanini akanmelihatrelasikekuasaan,hegemonidanideologidalamperspektif MarxismesampaiPost-Marxisme,yangdalamparadigmateoritisnya, menempatkanhegemonisebagaisentralanalisadalammelihatrelasiantara kekuasaan,ideologidangerakansosial.Dalamtulisaniniakanditelusurijuga bagaimana konsep hegemoni, kekuasaan dan ideologi berkembang dari George Plekhanov, VladimirLenin,LouisAlthusser,TalcottParsons,NicosPoulantzas, MichelFoucault,RobertDahl,StevenLukes,PeterBachrach,MortonBaratz sampai uraian yang dikembangkan Ernesto Laclau dan Chantal Mouffe. Kuasa (Power) Secaraumumadaduakonsepmengenaikuasa(power),yaknipowertodan power over.2 Agaknya kurang tepat jika kita sekedar menyatakan bahwa Aktor A memiliki kekuasaan, karena preposisi itu menjadi abstrak. Konsep power to (kuasauntuk)merujukpadatindakansebagaimana:apayangbisadilakukan AktorAdengankekuasaanyangmilikinya.Konsepsiberikutnyaadalahpower over(kuasaatas),yangkalimatnyabisadikatakandemikian:AktorAmemiliki kekuasaan atas Aktor B untuk membuat B melakukan X.Relasi kekuasaan (power relation) macam apakah yang berlangsung antara A dan B?Konsep power to umumnya dianggap sebagai konsep paling dasar dalam penggunaanterminologipower.Meskipunbegitubanyakjugapenulisyang tidak melihat ini sebagai aspek penting kuasa dalam konteks politik. Mereka lebih melihatkuasadariseorangaktoratasaktorlainnyasebagaihalpentingdalam melihatkekuasanpolitik(politicalpower).Sekaranginipenjelasanmengenai keduakonseptersebutlebihdilihatsebagaihubunganyangsalingberimplikasi, di mana power over berimplikasi juga sebagai power to, misalnya A memiliki kekuasaan atas (power over) B untuk membuat B melakukan (to do) X. MenurutKeithDowding,konseppoweroverdanpowertobisa digambarkansebagaioutcomepower(yangdihasilkanolehpenggunaan kekuasaan)dansocialpower(kekuasaandidalamhubungansosial).Yang pertama disebabkan karena kekuasaan yang membawa hasil-hasil tertentu, yang keduadisebabkankarenakekuasaanmemerlukanketerlibatanhubungansosial 2 Keith Dowding, Power (Minneapolis: University of Minnesota Press, 1986), hal. 4-5. 3 antarasetidak-tidaknyaduaaktoratausubyek.3 Definisiformalduakonsep tersebut dijabarkan Dowding sebagai berikut,4 outcome powerkemampuan dari aktor/subyek untuk membawa atau membantu menghasilkan sesuatu (outcomes) social powerkemampuandariaktor/subyeksecaradeliberatifmengubahstrukturinsentifdariaktoratauaktor-aktorlainnyauntuk membawa serta atau membantu menghasilkan sesuatu. Sementara,dalampandanganGramscihubunganantaraAdanBbisa berupa hubungan dominasi langsung atau bisa juga merupakan hubungan yang hegemonik. Bagaimana membedakannya adalah bagaimana praktik itu dijalankan (exercise). Pada bagian ini akan coba diuraikan berbagai perspektif dalam melihat power relation (hubungan kuasa) secara teoritis. SalahsatuteorikekuasaanyangcukupmengemukadiajukanStevenLukes dalam karyanya Power: A Radical View (1974). Dalam bukunya Lukes mengajukan konsepsitigadimensitentangkekuasaan(threedimensionalconceptionof power)untukmengkritikkonsepsikuasakaumbehavouralist,sekaligus menawarkansebuahanalisabaruyangianilailebihmemadaidalammemahami kuasa. Lukes melakukan kritik atas konsepsi kuasa satu dimensi (one-dimensional conception of power) dari Robert Dahl5, dan juga konsepsi dua wajah kekuasaan (two faces of power) dari Peter Bachrach dan Morton Baratz,6 yang disebut Lukes konsepsi dua dimensi tentang kuasa (two-dimensional conception of power). Robert Dahl mendefinisikan power sebagai sebuah usaha yang berjalan baik dari A untuk memerintahkan B melakukan sesuatu yang bahkan tidak dikehendaki 3 Keith Dowding, Rational Choice and Political Power (Aldhersot: Edward Elgar, 1991), hal. 48. 4 Dowdingmemberikanpenjelasanlebihrincimengenaisocialpoweryangdijelaskannyabahwa kekuasaan atas aktor lainnya merupakan hubungan yang kompleks. Mendapatkan sesuatu hasil X dengan menggunakan aktor lain untuk melakukannya mungkin bisa berlangsung dalam cara-cara yang mencolok atau halus. Jarak (mencolok dan halus) ini bisa dilihat dengan incentive structures (strukturinsentif),dimanaseorangaktormerupakanseparangkatbiayasekaliguskeuntungan berperilakudidalamsatucaradibandingcaralainnya.Secaratipikalaktor-aktormemiliki kekuasaan atas aktor-aktor lainnya sejauh mereka dapat memanipulasi struktur insentif dari aktor-aktor lainnya. Dengan mengambil pilihan-pilihan dari seperangkat pilihan, atau memperhitungkan ongkos sebuah tindakan menjadi lebih tinggi atau lebih rendah, demikian juga dengan membuat keuntungan menjadi lebih besar atau lebih sedikit. Lihat Keith Dowding, Choice: Its Increase and Its Value dalam British Journal of Political Science, No.22 (1992). 5 Robert. A. Dahl, The Concept of Power dalam Behavioral Science Vol. 2 (2) (1957). 6 Peter Bachrach and Morton S. Baratz, Power and Poverty: Theory and Practice (Oxford: Oxford University Press, 1970). 4 olehB.7 MenurutLukes,analisaDahlatasdistribusikekuasaanpolitikberfokus kepadaperilaku(behaviour)dalammengambilsebuahkeputusanterhadap suatuisudimanaterdapatkonflikkepentingan(subyektif)yangdapat diobservasi,dilihatsebagaipreferensikebijakan,yangdiperlihatkanoleh partisipasi politik.8 Dalam pandangan Dahl, kuasa berlangsung (exercised) pada saatAmampumenyuruhBuntukmelakukanhal-halyangbahkantidak dikehendakiolehB.Namun,menurutBachrachdanBaratz,kuasajuga berlangsungpadasaatAmencurahkanseluruhenerginyauntukmenciptakan atau memperkuat nilai-nilai sosial dan politik dan praktik-praktik institusional yang membatasiwilayahprosespolitikmenujupertimbanganpublikterhadapisu-isu yang secara relatif tidak akan merusak A.9 Karena itu Bachrach dan Baratz melihat bahwa kuasa memiliki dua wajah (two faces): yaitu hal yang berhubungan dengan pembuatankeputusan(decision-making)danjugahal-halyangtidak berhubungandenganpembuatankeputusan(nondecision-making).A menjalankankekuasaanatasB(powerover)padasaatpilihanAsecarareguler berlakudalamkeputusanatassetiapisupentingmengenaiadanyakonflikyang jelas,danpadasaatAberhasildalammengontrolagendapolitikmelaluiapa yangdisebutnondecisionuntukmencegahisu-isuyangberpotensimengancam kepentingan-kepentingan A. LukesmenilaiBachrachdanBaratzjugagagalsebagaimanaDahldalam melihatrelasikekuasaan;pertama,karenakonsepsitentangkekuasaantidak pernahberanjakdengantetapberfokuspadaperilakuaktualaktorsebagai sumberkekuasaan(sourceofpower).Kedua,kegagalandalammenjelaskan variabel-variabelyangtidakdapatdiobservasidalammenghasilkanpolitical outcome(akibatpolitis);Ketiga,hanyamelihatbagaimanakuasasecarailusif menciptakanpreferensisosialdalammasyarakatkarenamerekaterlalu menitikberatkanpadaeventssebagailokasiutamakuasa.Dengankatalain Lukesmenilaibahwaanalisaataskekuasaanseharusnyatidakhanyaterfokus pada perilaku aktor dalam konteks otoritas formal dalam pengambilan keputusan sertadinamikaaktualyangmelingkupiagendaformal,tetapijugaharuslebih melihatkompleksitasdanarenayanglebihluas.KarenaituLukesmenganjurkan pentingnya pendekatan sosiologis untuk memahami hubungan kekuasaan secara lebihdalam.BagiLukesapayangmerupakannoneventsmembuatkebijakan menjadilebihsignifikanketimbangeventpengambilankeputusan.JadiLukes secaraumummelihatkuasasebagaiideologidominan,sebagaisebuahbentuk produksimentaldalammasyarakat.DidalamLukeskuasaadalahseperangkat preferensiyangmenentukansuatubentuk,sebagaiideologidominan,yangia 7 Robert A. Dahl, op.cit. 8 Steven Lukes, Power: A Radical View (London: Palgrave Macmillan, 2005), hal. 19. 9 Peter Bachrach and Morton.S. Baratz, op.cit., hal. 7. 5 sebutsebagaikonsepsitigadimensitentangkuasa(threedimensional conception of power).10 Dalam pandangan Lukes, konsepsi kuasa yang dikemukakan Dahl dan juga BachrachdanBaratz,gagaldalammelihataksikolektifdanefeksistemikyang tidak bisa direduksi dalam keputusan atau perilaku individual. Juga gagal dalam melihatbahwakuasajugamenyertakanupayaaktorAuntukmencegahkonflik denganmaksudmempengaruhi,membentukataumenentukankeinginandari B.11 Kuasabekerjaketikakeinginan-keinginandiproduksiolehsebuahsistem kerjayangberlawanandengankeinginanByangsebenarnya.12 Lukes berkesimpulanbahwayangpalingutamadanpalingtersembunyinamun berbahaya dari bekerjanya kuasa adalah,

[] to prevent people, to whatever degree, from having grievances by shaping their perception,cognitionsandpreferencesinsuchawaythattheyaccepttheirrolein the existing order of things.13 KonsepkuasaStevenLukesmasihmelihatotonomirelatifaktordalam menjalankankekuasaan.BerbedadenganLukes,TalcottParsonsdanNicos Poulantzasmelihatkekuasaandalampandanganstrukturalis.Parsons,seorang teoritisistruktural-fungsionalis,tidakmemahamikuasa(power)dalamistilah hubungandiantaraagen-agensosial,merekasebagaiindividu-individu, kelompok-kelompokataunegara-negara.KuasadipahamiParsonssebagai bagian dari sistem-sistem sosial. Kuasa berarti memiliki kontrol atas hasil (output), atau dalam bahasa Parsons, A specific mechanism operating to brings about changes in the action of other units, individual or collective, in the process of social interaction.14

Parsonsmelihatdayatahansebuahsistemsosialdimungkinkanatas pemenuhanempatfungsidasar:pencapaiantujuan(goalattainment), pemeliharaanpola(patternmaintenance),adaptasi(adaptation)danintegrasi (integration).Fungsionalinimensyaratkankecocokanterhadapsub-sistemsosial yangberbeda.Sub-sistempolitikmenitikberatkanperhatiannyapadaproblem pencapaiantujuan.Pencapaiantujuansecarakolektifmensyaratkanperforma kewajibanyangmengikatsetiapunitdidalamsistem,dankuasadidefinisikan 10 Steven Lukes, op.cit., hal. 23-25. 11 Ibid., hal. 21-23. 12 Ibid., hal. 27. 13 Ibid., hal. 28. 14 TalcottParson,PowerandSocialSystemdalamStevenLukes(Ed.),Power(Oxford:Basil Blackwell, 1986), hal. 95. 6 sebagaikapasitasuntukmenjagakewajibanyangmengikattersebut.Padasaat semuanyadilegitimasidenganmerujukpadatujuan-tujuankolektifmereka,dan ketikapadasituasidimanaterjadikeadaanyangberlawanan,disituakanada asumsi berupa pelaksanaan sanksi-sanksi.15 Poulantzas,seorangteoritisiMarxis,jugamemahamikuasadalamcara pandangsistemik.Poulantzasmendefinisikankuasasebagai,kapasitassebuah kelas sosial untuk mewujudkan kepentingan-kepentingan tertentu mereka secara obyektif16, sebagaimana Poulantzas menjabarkannya, [] just as the concept of class points to the effects of the ensemble of the levels of thestructureonthesupports,sotheconceptofpowerspecifiestheeffectsofthe ensemble of these levels on the relations between social classes in struggle. It points to the effects of the structure on the relations of conflict between the practices of the various classes in struggle.17 Untukmenjelaskanhalini,Poulantzasmenyimpulkanbahwakuasatidaklah menempatitingkatan-tingkatanstruktur,tetapisebagaisebuahefekdariakibat-akibat umum tingkatan-tingkatan tersebut, sementara pada saat yang bersamaan mencirikanmasing-masingtingkatanperjuangankelas,ataudalambahasa Poulantzas,kelaskapitalismemilikikekuasaan/kekuatan(power)untuk menopangdanmenjagaaturan-aturannyayangberkaitandenganposisinya dalam cara produksi kapitalisme modern.18 BerbedadenganLukes,Parsons,Poulantzas,danparastrukturalislainnya, MichelFoucaultmemahaminyadenganmelihatbagaimanakuasabekerjadan bagaimanakuasadigunakandalamcarapandangyangberbeda.Foucault memandangbahwakuasatidakmelekatpadasubyeksebagaimanadalam pandanganLukes,maupundalamstruktursosialmaupunkelassosial sebagaimana Parsons maupun Poulantzas. Bagi Foucault kuasa bukanlah sebuah fungsikesadaran,kuasaeksispadasaatdijalankan/digunakan(exercising),yang dalambahasaFoucaultdikatakannya,kuasahanyaeksispadasaatia digunakan.19 Jadikuasatidakmelekatatauberadaditangansubyektertentu atauaktortertentu,tetapilebihpadatindakanyangmengekspresikankuasaitu sendiri, sebagaimana dipahami Foucault, Power must be analysed as something which circulates, or rather as something which onlyfunctionsintheformofachain.Itisneverlocalisedhereorthere,neverin 15 Ibid., hal. 103. 16 Nicos Poulantzas, Political Power and Social Classes (London: Verso, 1987), hal.104. 17 Ibid., hal. 99. 18 Ibid, hal. 99-100. 19 MichelFoucault,TheSubjectandPowerdalamKateNash(Ed.),ReadingsinContemporary Political Sociology (London: Blackwell, 2000), hal. 19. 7 anybodyshands,neverappropriatedasacommodityorpieceofwealth.Poweris employed and exercised through a net-like organisation. And not only do individuals circulatebetweenitsthreads;theyarealwaysinthepositionofsimultaneously undergoingandexercisingthispower.Theyarenotonlyitsinertorconsenting target; they are always the elements of its articulation. In other words, individuals are the vehicles of power, not its point of application.20 Maka pandangan Foucault tentang kuasa bisa disarikan sebagai berikut: (1) kuasaadadimana-mana,bukankarenaiamerangkulapasaja,tetapiiamuncul dari mana-mana; (2) kuasa tidak bisa diperoleh, ditangkap, atau dibagi, karena itu bukanlah sesuatu yang bisa dimiliki (possessed).21

Kuasadimaknaisebagaiotoritassubyekataujugabentukdominasisubyek atauinstitusiterhadapsubyeklainnya.Meskipundalamranahpemikiran mengenaikuasaperdebatannyamasihbelumberujungpadatitiktemu,namun dariperbedaantersebutbisakitalihatbagaimanakonsepkuasaberkembang. Lalu dari dua konsep hegemoni dan kuasa, bagaimana kita bisa menarik sebuah relasiyangberkaitandanlogisantarasatudenganlainnya?Bagaimanabisa menjahitduakonseptersebutdalamsebuahanalisamengenaihubungankuasa danhegemoni?Dibagianterakhirinisayamencobauntukmelihatketerkaitan keduakonseptersebut,ditambahdengankonsepideologi,yangdalam pandangan saya tidak dapat dipisahkan dengan hegemoni dan kuasa. Hegemoni: Genealogi Sebuah Konsep Hampirsebagianbesarperdebatanmengenaikonsephegemonimengerucut kepadasatunama:AntonioGramsci.TidakdapatdisangkalbahwaGramsci merupakan filsuf dan aktivis politik yang mengembangkan teori hegemoni, yang iagunakanuntukmelihatperjuangankaumburuhdiItaliadibawahrezimfasis BenitoMussolini.MeskipunjauhsebelumGramscikonsephegemonisudah dikembangkan untuk melihat kegagalan perjuangan buruh di Rusia. Konsephegemonisendiri,dalampemikiranMarxisme,awalnya diperkenalkanolehGeorgePlekhanovdanjugaVladimirLenin.Plekhanov menuliskanbahwakondisiobyektifyangadadiRusia(padasaatsebelum RevolusiBolshevik)membutuhkanmodelperjuanganyangbaru,yangmenjadi syaratuntukmenghasilkanpukulanmematikanuntukmenjungkalkantatanan lama(oldorder)yangtelahberurat-akar.Jantungperjuanganmodelbaruini adalah:aktivitaspolitikharusmempunyaiataumemainkanperanutamadalam 20 MichelFoucault,Power/Knowledge:SelectedInterviewsandOtherWritings1972-1977(New York: Pantheon Books, 1980), hal. 98. 21 MichelFoucault,TheHistoryofSexuality,Volume3:TheCareoftheSelf(Harmondsworth: Penguin, 1990), hal. 93-96. 8 melakukan kontrol terhadap kekuasaan; dan setiap bagian dari model perjuangan politikyangbarutersebutharusmampumencoba,menciptakandanmenjaga posisiyangdominandalammenciptakanhegemonikelas,atauyangiasebut gegemoniya.22

DalamtulisannyaSocialismandPoliticalStruggle,Plekhanovmelakukan kritikterhadaptaktikyangdilakukanolehaliansipopulisdiRusiawaktuitu.Ia mengatakanhanyamelaluiperjuanganpolitikyangdapatmemacudan mempercepatterciptanyagerakanemansipasiyangluas.Gerakaniniyangakan memilikikekuatanuntukmerobohkanbangunanbesarbernamaabsolutisme.23 Untuk mampu mencapai tahapan tersebut, maka kaum proletar, lanjut Plekhanov, harusmampumelakukanduakerjastrategissekaligus:pertama,kaumproletar harusmampumenciptakansecaraterbukadanditerimasecaralegal,organisasi partaidanserikat-serikatburuh,danharusmempunyaiaksesterhadapmedia untukdapatmenyampaikandanmenerimapesan-pesandarisatutempatke tempat lainnya. Kedua, kaum proletariat di Rusia, sebagai kekuatan independen, harusdapatterlibatsecaragiatdansungguh-sungguhdalamperjuanganyang sedangmaupunakandatanguntukmeruntuhkanabsolutisme,danmembawa kepentingan-kepentinganmerekasendiri(self-interests),dalamartiantidak terkontaminasi oleh kepentingan elit politik borjuis. Untuk mencapai hal tersebut, Plekhanov menyimpulkan bahwa peran khusus harus dapat dimainkan oleh kaum intelektual sosialis, yang harus secara benar menjalankan tugas untuk menelurkan kesadaran kaum proletariat.24 MenurutJeremyLester,meskipunPlekhanovdalamkarya-karyanyatidak secara jelas memberikan definisi yang jernih dan jelas tentang konsep hegemoni, namun,bagiLesteritusudahcukupuntukmenilaibahwakonsephegemoni Plekhanov memiliki pengaruh strategis yang sangat besar dalam pemahamannya tentangbagaimanakelaspekerjaRusiaberhasilmengambilalihkekuasaandi Rusiadimasadepan.25 BagiLester,sepertijugaPlekhanov,Leninmenegaskan bahwakelaspekerja,terlepasdaripentingnyaposisiindependen,dalamdirinya mempunyaitugasuntukmenciptakansebuahtatanan(orde)borjuisyang konstitusional, yang artinya di mana kaum kelas pekerja seharusnya diberikan alat 22 Jeremy Lester, Dialogue of Negation: Debates on Hegemony in Russia and the West (London: Pluto Press, 2000), hal. 31. 23 GeorgePlekhanov,SelectedPhilosophicalWorks:VolumeI(LondonLawrenceandWishart, 1961), hal. 60. 24 GeorgePlekhanov,Ibid.,hal.117.LihatjugaSamuelH.Baron,Plekhanov:TheFatherof Russian Marxism (London: Routledge, 1963), hal. 117-118. 25 Jeremy Lester, op.cit., hal. 40. 9 politik dan ruang politik untuk selanjutnya bekerja untuk melakukan hegemoni di masa depan.26

Disisilain,menurutRogerSimon,bagiLeninkonsephegemoniadalah bagiandaristrategirevolusi,sebuahstrategidimanakelaspekerjadanyang merepresentasikannyaharusmengambildukungandarimayoritasyangbesar, namundalampemikiranLenin,kerjasamainiharuslahbersifattemporer,demi menjaga keamanan (securing) kepentingan kelas buruh. Jadi, secara umum Lenin melihat hegemoni sebagai kepemimpinan politik kelas buruh dalam aliansi kelas-kelas yang lebih luas.27 Gramscimenambahkandimensi-dimensibaruataskonsephegemoni denganmemperluaskonseptersebutsambiljugamemasukkanpraktik-praktik kelas kapitalis atau yang merepresentasikannya, untuk mengambil kekuasaan atas negara,kemudianmempertahankandanmemeliharakekuasantersebutsetelah berhasil diperoleh. Salah satu sentrum pemikiran Antonio Gramsci adalah konsepsinya tentang hegemoni.KonsepsihegemoniGramscimengacukepadahubunganantaraapa yangdisebutnyacivilsocietydanstateataunegara,dimanakeduanyaada padalevelsuperstruktur,sebagaimanaGramscimengacukepadapemikiran Marx, What we can do, for the moment, is to fix two major superstructural levels: the one that can be called civil society, that is the ensemble of organisms commonly called private, and that of political society or the State. These two levels correspond on theonehandtothefunctionofhegemonywhichthedominantgroupexercises throughout society and on the other hand to that of direct domination or command exercised through the State and judicial government.28

Gramscikemudianmenjelaskanperanpentingkaumintelektualdalam konsephegemoninya.MenurutGramsci,hubunganantarakaumintelektualdan wilayah produksi (dalam istilah Marx hubungan produksi) bersifat tidak langsung, tidaksepertikelompok-kelompoksosialyangsecarafundamentalmasukke 26 Lestermenambahkanbahwaasosiasitersebutmerupakanhal-halutamadalamperjuangan politik,yakni:aliansikelassecaratemporer,bagaimanamemeliharaotonomikelastanpaaliansi dengankelasmanapun,danpentingnyamenumbuhkankesadaranyangdibentukolehkaum intelektualorganikmerupakanranahyangsengatpenting,bukanhanyadalamketerbatasan konsephegemoniPlekhanov,tetapidalammenciptakanpoin-poinreferensidimasadepanatas terminologiyangtelahsecaradalamdigunakansecaraluasdansignifikanolehparapemikir revolusioner Russia berikutnya, terutama Lenin. Lihat Jeremy Lester, op.cit., hal. 43. 27 RogerSimon,GramscisPoliticalThought:AnIntroduction(London:LawrenceandWishart, 1982). 28 AntonioGramsci,SelectionsFromPrisonNotebooks.Eds.byQuintinHoareandGeoffreyN. Smith (London: Lawrence and Wishart, 1986), hal. 12. 10 dalamhubungantersebut(misal:buruh,pemilikimodal),tetapidalamtingkat yangberbeda,yangdimediasiolehkeseluruhanproduksiyangdihasilkan masyarakatdankompleksitaswilayahsuperstruktur,dimanakaumintelektual merupakan para fungsionaris-nya.Gramscimelanjutkan,bahwasudahsemestinyadimungkinkanuntuk mengukurkualitasorganikberbagaimacamstrataintelektual,dantingkat hubunganmerekadengankelompok-kelompoksosialfundamental,danuntuk membangunsebuahskalaperubahanfungsi-fungsimerekadanjugawilayah superstruktur dari bawah ke atas. Lebihjauhlagi,RogerSimonmenulisbahwapoinawalkonsephegemoni adalahbahwasebuahkelasmerepresentasikandanmenjalankankekuasaanatas kelas-kelasyangtersubordinasimelaluikombinasicara-carakekerasan(coercion) danpersuasif(persuasion).29 Padatitikini,hegemoniadalahsebuahhubungan, yangbukanmelaluicaradominasilewatcara-carakekerasan,tetapiterbentuk atasdasarpersetujuansuatucara-carakepemimpinanpolitikdanideologis. Intinya bagaimana mengorganisir kesepakatan atau persetujuan bersama.BagiGramsci,poinpokokpadapernyataannyatentangpentingnya kepemimpinandanupaya-upayauntukmemenangkankekuasaanpemerintahan, sertakriteriametodologisyangharusmenjadidasaradalahdenganmelihat bahwa, [] supremacy of a social group manifests itself in two ways, as domination and as intellectualandmoralleadership.Asocialgroupdominatesantagonisticgroups, which it tends to liquidate, or to subjugate perhaps even by armed forces; it leads kindredandalliedgroups.Asocialgroupscan,andindeedmust,alreadyexercise leadershipbeforewinninggovernmentalpower(thisindeedisoneoftheprincipal conditions for the winning o such power); it subsequently becomes dominant when it exercise power, but even if it holds it firmly in its grasp, it must continue to lead as well.30 Karenaitu,dalampandanganGramsci,konsekuensidarikelasyang tersubordinasidalamberjuanghanyadapatmenjadikelasyanghegemonik dengan membangun kapasitas dirinya untuk mengambil dukungan dari kekuatan sosialataukelaslainnya.Kaumproletardapatmengambilkepemimpinanatas kekuatan-kekuatanlainnyadalammelawankapitalismedenganmengubaharah politikkekuatan-kekuatanyangpasti,dandapatmenyerapblokhistorisdari politik-ekonomimenjadilebihhomogen,tanpaharusmenciptakankontradiksi 29 Roger Simon, op.cit., hal. 21 30 Antonio Gramsci, Prison Notebooks, hal. 57-58. 11 internal,dankemudianberhasilmembangunformasiyangsudahmenjadi tujuan.31

Gramscimenjelaskantentangtigacarabagaimanaperbedaanmomen-momenkesadaranpolitikdapatdianalisadandibedakankedalamtingkatan yangbervariasi.Momenpertamadanmerupakanmomenyangpalingdasar adalahmomeneconomic-corporatelevel:seorangpedagangmerasamemiliki kewajibanmoraluntuksalingmendukungdenganpedaganglainnya,demikian juga dengan usaha manufaktur yang satu dengan lainnya, dan lain-lainnya, tetapi si pedagang belum memiliki perasaan solidaritas dengan mereka yang berusaha di bidang manufaktur.Momen kedua adalah momen di mana kesadaran dapat dicapai pada tahap persamaan kepentingan (solidarity of interest) di antara seluruh anggota di dalam kelassosialtetapikepentinganyangmasihdalamtingkatyangmurnipada wilayah ekonomi.Momenketigaadalahmomendimanasatukelompokmenjadisadarakan pentingnyamemilikisatukepentinganyanglebihluasdanberhubungandiatas kepentingan-kepentingan lainnya, dalam membangun masa kini dan masa depan seluruhkelompok,melampauibatasansekedarhanyakepentinganekonomi belaka, dan dapat serta harus juga menjadi kepentingan-kepentingan kelompok-kelompok lain yang tersubordinasi. Momen inilah yang oleh Gramsci disebutnya sebagai momen hegemoni, yakni: []themostpurelypoliticalphase,andmarksthedecisivepassagefromthe structure to the sphere of complex superstructures; it is the phase in which previously germinatedideologiesbecomeparty,comeintoconfrontationandconflict,until oneofthem,oratleastasinglecombinationofthem,tendstoprevail,togainthe upperhand,topropagateitselfthroughoutsocietybringingaboutnotonlya unisonofeconomicandpoliticalaims,butalsointellectualandmoralunity,posing all questions around which the struggle rages not on a corporate but on a universal plane, and thus creating the hegemony of a fundamental social group over a series of subordinate groups.32 Padatahapinilahperanpentingintelektualorganiksebagaipenataproses hegemoni mempunyai tugas untuk menciptakan atau melahirkan aspirasi-aspirasi latenyangkoheren,sertapotensi-potensiyangsecarainherentelahadadalam aktivitas kelas pekerja. Hubungan erat antara kaum intelektual organik dan kelas mereka merupakan proses yang dialektis: mereka melahirkan atau mematerialkan bentuk-bentukpengalamankaumkelaspekerja,danpadasaatbersamaan menanamkan kesadaran teoritis kepada mereka.33 31 Ibid., hal. 168 32 Ibid., hal. 181-182. 33 David McLellan, Marxism After Marx (London: Macmillan,1980), hal. 200. 12 Pemikiranpalingmutakhirmengenaihegemonilahirdariparateoritisi politikPost-MarxismeyakniErnestoLaclaudanChantalMouffe.Meskipun berpijak pada teori hegemoni Gramsci, Laclau dan Mouffe mengajukan sejumlah kritikterhadapGramsci.Selainitu,dasaranalisamerekaberpijakpadasebuah perbedaanpenting,dimanaGramsciparadigmateoritiknyaberpijakpada analisakelas,sementaraLaclaudanMouffememijakkanparadigmateoritiknya pada analisa wacana (discourse analysis).DiscoursedalamranahpemikiranteoritikLaclaudanMouffedijelaskan sebagai,thestructuredtotalityresultingfromthearticulatorypractice,34 yang mereka contohkan dengan kegiatan menendang, IfIkickasphericalobjectinthestreetorifIkickaballinafootballmatch,the physical fact is the same, but its meaning is different. The object is a football only to extent that it establishes a system of relations with other objects, and these relations arenotgivenbythemerereferentialmaterialityoftheobjectsbutare,socially constructed.35 Jadi, dalam pandangan Laclau dan Mouffe hegemoni secara umum memiliki validitasdalammenganalisaprosesdisartikulasidanreartikulasiyangbertujuan menciptakandanmenjagapolitiksebagaimanajugakepemimpinanmoral-intelektual. Bagi Laclau dan Mouffe, hegemoni merupakan praktik artikulasi yang membangunnodalpoints(titiktemudarisebuahrangkaian)yangsecaraparsial memperbaikimaknadariyang-sosialdalamsebuahsistemdifferenceyang terorganisasi.36

Lalu bagaimana melihat hegemoni dalam konteks politik?LaclaudanMouffemelihatbahwahegemoniakanmunculdalamsituasi antagonisme,misalnyarezimyangmenindasrakyat,yangmemungkinkan terbentuknyapoliticalfrontier.Politicalfrontierakanmenciptakanpertarungan hegemonik, di mana dalam situasi ini akan terbangun apa yang disebut chain of equivalence di antara kelompok sosial yang melakukan resistensi terhadap rezim penindas. Mencari Agen Baru Gerakan Sosial Sebagaimanatelahdidiskusikanpadabagianatas,Gramscimelihatbahwa hegemoniberhasilketikakelaspenguasa(rulingclass)mampumenyingkirikan 34 ErnestoLaclauandChantalMouffe,HegemonyandSocialistStrategy:TowardsARadical Democtaric Politics (London: Verso, 2001), hal 105. 35 Ernesto Laclau and Chantal Mouffe, Post-Marxist Without Apologies dalam New Left Review No.166(November/December 1987), hal. 82. 36 Ernesto Laclau and Chantal Mouffe, Hegemony and Socialist Strategy, hal. 134-137. 13 kekuatanoposisidanmemenangipersetujuanbaikaktifmaupunpasifdari sekutunya.37 MenurutGramsci,subyektindakanpolitiktidakdapat diidentifikasikandengankelas-kelassosial,setelahmerekamencapaibentuk keinginankolektifyangmenciptakanekspresipolitikdarisistemhegemoni yangdiciptakanmelaluiideologi.Formasisebuahkeinginankolektifbukanlah konsekuensidaritekananideologiskelasdominanataskelas-kelaslainnya, melainkanprodukreformasimoraldanintelektual,yangmengartikulasikan kembalielemen-elemenideologis.Jadi,secaraumumbisadikatakanbahwa hegemonidalampemahamanGramsciadalahmengorganisirpersetujuan prosesyangdijalankanmelaluibentuk-bentukkesadaranyangtersubordinasi dibentuk tanpa harus melalui jalan kekerasan atau koersi. Blok penguasa ini tidak hanya beroperasi di tataran ruang politik (political sphere), tetapi juga di seluruh masyarakat.38 Hegemoniadalahbagaimanaelemenyangpartikularmampumenciptakan tuntutanmerekamenjadiuniversal.DalampandanganLouisAlthusser,proses seperti dominasi negara terhadap masyarakat berlangsung melalui aparat-aparat ideologi negera (idelogical state apparatuses) yang membentuk kesadaran palsu dalammasyarakat,danmembentengimasyarakatdaripembentukan pengetahuanakanadanyaeksploitasidanpenindasan.Kesadaranpalsu membentuk masyarakat menyetujui tindakan-tindakan yang diambil oleh negara, sekalipuntidakberkesesuaiandengankepentinganmereka.Prosesiniyang disebutnyaproseshegemonisasiyangmembuatkelasyangmenguasainegara dapat bertahan lama.39 Namun, hal terpenting dari konsepsi hegemoni Gramsci maupun lainnya adalahmelihatbagaimanahegemonijugamerupakanbentukmasyarakatsipil membangunkekuatanpolitiknyadalammenghadapairezimyangmenindasdan represif.DalamkonteksiniGramscimembedakanduabentukhegemoniyakni: transformisme(transformism)danhegemoniekspansif(expansivehegemony). Keduabentukinimelibatkansebuahprosessimultanrevolusi-restorasi (revolution-restoration). Restorasi cenderung mendominasi bentuk transformisme, sementararevolusicenderungmendominasibentukhegemoniekspansif. Transformismebisadilihatsebagaitipedefensifdaripolitik,yangdiikutioleh kekuatan hegemonik dalam sebuah situasi krisis ekonomi dan politik, melibatkan penyerapansecaragradualnamunterus-menerus,dicapaimelaluimetodeyang selaluberubah-ubahsesuaidenganefektifitaselemen-elemenaktifyang 37 Antonio Gramsci, Prison Notebooks, hal. 71 38 MichelleBarret,Ideology,Politcs,Hegemony:FromGramscitoLaclauandMouffe,dalam Slavoj !i"ek (Ed.), Mapping Ideology (London: Verso, 1994), hal. 238. 39 LouisAlthusser,IdeologyandIdeologicalStateApparatuses(NotesTowardsAn Investigation), dalam Slavoj !i"ek (Ed.), ibid., hal. 112. 14 diproduksiolehkelompok-kelompokyangberaliansidanbahkandari kelompok-kelompokatauindividuyangmerupakankelompokantagonistikdan kelihatannyamerupakanlawanyangtidakterdamaikan.40 Tujuandaribentukini adalah sebuah konsensus yang pasif yang bisa menetralisir kekuatan politik yang antagonistikdanmemecah-belahmassa.41 Dengankatalain,transformisme merupakan revolusi tanpa massa revolusi yang pasif. Hegemoni ekpansif dapat dicirikan sebagai anti revolusi pasif.Strategi dari hegemoniekspansifadalahstrategiyangberusahamenandingiupayakaum borjuis untuk menjaga kepemimpinannya dengan menata ulang dan rekomposisi kekuatanblokhegemonik.Jugamerupakanbentukstrategiofensifuntuk membangunkonsensusaktifuntukmemobilisasimassadalamsebuahrevolusi yangmeliputiperubahansuperstrukturpolitikdanideologis,danjuga infrastrukturekonomi.Hegemoniekspansifmeliputiformasikeinginanbersama dengankarakternasional-populer,yangdapatmemajukanperkembanganutuh tuntutanpartikular,danakhirnyamemimpinrevolusidarikontradiksiyangsudah dimunculkan.42 Jadi,hegemonibekerjadariduaarah,yaknitop-down,padasaatrezim opresifmelakukanhegemonisasi,jugabottom-up,padasaatterjadiresistensi masyarakatterhadappenindasanrezim.NamunGramscitetapmenitikberatkan bahwaperjuanganhegemonikmasihmenempatkanburuhsebagaiaktorutama dalam pembentukan new historical block sebagai tahap paling politis dari proses hegemoni.ErnestoLaclaumenambahkandimensi-dimensilaindaripemikiran Gramsci tersebut. BerbedadenganGramsci,Laclautidaklagimemfokuskankelasburuh sebagaiagenpraktikhegemoni.Laclaumengajukantesismengenaigerakan sosial baru, yang bisa mengisi ruang kosong dalam gerakan-gerakan sosial, ketika gerakanburuhmelemah,danmenjadikekuatanyangtidakstrategisdalam gerakansosialdipenghujungabadduapuluh.MenurutLaclau,jikaperjuangan hegemonikinginberhasil,yangharusdiperhatikanadalahtidakmenempatkan logikayangdiartikulasikanolehsemuabentukeksternalkedalamruang partikular. Itu harus menjadi sebuah artikulasi yang bekerja di luar logika internal daripartikularitasitusendiri.Sebaliknya,munculnyapartikularitasbukanlahhasil darisebuahotonomiataugerakanyangdilakukansendirian,tetapiharus dipahamisebagaisebuahkemungkinaninternalyangdibukaolehlogikayang diartikulasikan.Dengankatalain,universalismedanpartikularismebukanlah gagasan yang berlawanan, tapi harus dipahami sebagai dua gerak yang berbeda 40 Antonio Gramsci, Prison Notebooks, hal. 59. 41 ChantalMouffe,HegemonyandIdeologyinGramsci,dalamChantalMouffe(Ed.),Gramsci and Marxist Theory (London: Routledge, 1979), hal. 182. 42 Antonio Gramsci, Prison Notebooks, hal. 132-133, bandingkan Chantal Mouffe, ibid., hal. 183. 15 (menguniversalkandanmempartikularkan)yangmenentukansebuahtotalitas artikulasidanhegemoni.Jadijanganmemahamitotalitassebagaisebuah kerangkayangadadalampraktikhegemoni:tetapikerangkaitusendiriyang harus diciptakan melalui praktik hegemoni.43

Laclau mengambil contoh Rosa Luxemburg dalam melihat formasi keinginan kolektif (collective will): 1.Dalamsituasidaripenindasanyangekstrim,kaumburuhmemulai pemogokanmenuntutkenaikanupah.Tuntutaninibersifatpartikular,tapi dalamkonteksdarirezimyangmenindas,itudilihatsebagaiaktivitasyang menolaksistemrezimpenindas(anti-system).Makamaknadarituntutan tersebut terbagi menjadi dua, dari yang paling awal, antara partikularitas nya sendiri dan sebuah dimensi yang lebih universal (anti-system) 2.Potensialitasdaridimensiyanglebihuniversalinidapatmenginspirasikanperjuanganuntuktuntutanyangberbedadarisektorlainnyamisalnya mahasiswayangmenuntutagardibuatkurikulumpendidikanyanglebih santaidantidakterlaludisiplin,kaumpolitisiliberalmenuntutkebebasan pers,danlainnya.Setiaptuntutaniniadadalampartikularitasnyamasing-masing,tidakberhubungansatudenganlainnya;apayangmenyatukan merekaadalahmerekamenciptakandiantaramerekasebuahchainof equivalence(kesetaraan)dimanamerekasemuadimaknaisebagaianti sistem.Munculnyasebuahbatas(frontier)yangmemisahkanrezimpenindas denganmasyarakatadalahkondisipalingbaikbagiuniversalisasituntutan melalui bermacam-macam kesetaraan (equivalences) 3.Meskipunbegitusemakinluasnyachainofequivalences,(rantaiyang membangunkesetaraan)semakinbanyakkebutuhanbagikesetaraanyang lebih general yang merepresentasikan rantai secara keseluruhan. Makna dari representasiadalahadanyapartikularitas.Jadisatudarimerekaharus diasumsikan sebagai representasi dari rantai secara keseluruhan. Inilah gerak hegemonik yang sempurna: pokok dari sebuah partikularitas mengasumsikan sebagai sebuah fungsi dari representasi universal.44

Namun,padasisilainrezimpenindasjugamelakukanpraktikhegemonidan mencobamenyeraptransformasi(menggunakanistilahGramsci)darituntutan oposisi.Karenaitugarisbatasyangmemisahkanrezimpenindasdengan kelompok yang berseberangan sangatlah tidak stabil. Karena jika rezim penindas 43 ErnestoLaclau,ConstructingUniversality,dalamJudithButler,ErnestoLaclauandSlavoj !i"ek,Contingency,Hegemony,Universality:ContemporaryDialoguesontheLeft(London: Verso, 2000), hal. 301-302. 44 Ernesto Laclau, Constructing Universality, hal. 302-303. 16 menerimasebagiantuntutan,makadapatmembuyarkanchainofequivalence danmengembalikannyakembalipadamasing-masingpartikularitas.Kondisiini disebut logic of difference. Penutup Daripaparandiatas,bisadiambilbeberapapokokpikiranbahwagagasan hegemonimengalamiberbagaipenafsirandaritradisiMarxismesampaitradisi Pasca-Marxisme.DalamtradisiMarxisme,agenpraktikhegemoniadalahkelas buruh,sementaradalamtradisiPasca-Marxismekeagenanlebihmelihatpada pluralitasdariyang-sosial.Namun,keduanyamemilikikesamaan,yaknimelihat hegemonibekerjadalamduaarah,baikdarirezimyangberkuasa,maupun kelompok yang beroposisi dengannya. PadatradisiMarxian,dalampraktikhegemonirelasiantarakekuasaan (power)danideologimemilikiperanpentingdalammembentukhegemonisasi, sementara dalam tradisi Pasca-Marxisme, peran ideologi dan kekuasaan menjadi pelengkap,karenayangmanjadifokusadalahmenciptakandiscourse hegemonik, pembentukan artikulasi yang menciptakan antagonisme dan political frontiers. Dalampraktiknya,kelasyangberkuasamenjalankanfungsihegemoni sekaligusdominasisecarabersamaandalammenjagakelangsungan kekuasaan/dominasinyaatasyangkelasyangdikuasai.Disisilain,praktik hegemoni dijalankan oleh kelompok yang dikuasai untuk melakukan perlawanan terhadapotoritaskekuasaan,denganmenjalankanpraktikcounter-hegemony terhadapkekuasaan,sekaligusmenjadikekuataanhegemonikditingkat kelompok-kelompok yang dikuasai. Kepustakaan Rujukan Althusser, Louis, Ideology and Ideological State Apparatuses (Notes Towards an Investigation),dalamSlavoj!i"ek(Ed),MappingIdeology(London:Verso, 1994). Bachrach,PeterandMortonS.Baratz,PowerandPoverty:TheoryandPractice (Oxford: Oxford University Press, 1970). Barret,Michelle,Ideology,Politcs,Hegemony:FromGramscitoLaclauand Mouffe, dalam Slavoj !i"ek (Ed), Mapping Ideology (London: Verso, 1994). 17 Baron,Samuel.H,Plekhanov:TheFatherofRussianMarxism(London: Routledge, 1963). Dahl,RobertA.,TheConceptofPowerdalamBehavioralScienceVol.2(2) (1957). Dowding, Keith, Power (Minneapolis: University of Minnesota Press, 1996). Foucault,Michel,Power/Knowledge:SelectedInterviewsandOtherWritings 1972-1977 (New York: Pantheon Books, 1980). Foucault,Michel,TheSubjectandPowerdalamKateNash(Ed),Readingsin Contemporary Political Sociology (London: Blackwell, 2000). Foucault,Michel,TheHistoryofSexuality,TheCareoftheSelf(Volume3) (Harmondsworth: Penguin, 1990). Gramsci,Antonio,SelectionsFromPrisonNotebooks,Eds.QuintinHoareand Geoffrey N. Smith (London: Lawrence and Wishart, 1986). Gramsci,Antonio,SelectionsFromPoliticalWritings1910-1920.Ed.Quintin Hoare (London: Lawrence and Wishart, 1988). Laclau, Ernesto, Constructing Universality, dalam Judith Butler, Ernesto Laclau andSlavoj!i"ek,Contingency,Hegemony,Universality:Contemporary Dialogues on the Left (London: Verso, 2000). Laclau,ErnestoandChantalMouffe,Post-MarxistWithoutApologiesdalam New Left Review No.166, (November/December 1987). Laclau,ErnestoandChantalMouffe,HegemonyandSocialistStrategy:Towards A Radical Democratic Politics (London: Verso, 2001). Lester, Jeremy, Dialogue of Negation: Debates on Hegemony in Russia and the West (London: Pluto Press, 2000). Lukes, Steven, Power: A Radical View (London: Palgrave Macmillan, 2005). McLellan, David, Marxism After Marx (London: Macmillan, 1980). Mouffe,Chantal,HegemonyandIdeologyinGramsci,dalamChantalMouffe (Ed), Gramsci and Marxist Theory (London: Routledge, 1979). Parsons,Talcott,PowerandSocialSystemdalamStevenLukes(Ed),Power (Oxford: Basil Blackwell, 1986). Poulantzas, Nicos, Political Power and Social Classes (London: Verso, 1987). Plekhanov,GeorgeV.,SelectedPhilosophicalWorks:VolumeI(London: Lawrence and Wishart, 1961). Salvadori,Massimo,GramsciandthePCI:TwoConceptionsofHegemonyin ChantalMouffe(Ed),GramsciandMarxistTheory(London:Routledge, 1979). Simon,Roger,GramscisPoliticalThought:AnIntroduction(London:Lawrence and Wishart, 1982).