dan inquiry terbimbing terhadap prestasi belajar kimia .../studi... · adanya keaktifan siswa....

60
STUDI KOMPARASI PENGGUNAAN METODE PROBLEM SOLVING DAN INQUIRY TERBIMBING TERHADAP PRESTASI BELAJAR KIMIA PADA MATERI MINYAK BUMI KELAS X SMA NEGERI 1 MOJOLABAN TAHUN AJARAN 2008/2009 SKRIPSI OLEH : Junarni K3304037 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

Upload: ngohuong

Post on 06-Mar-2019

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

STUDI KOMPARASI PENGGUNAAN METODE PROBLEM SOLVING

DAN INQUIRY TERBIMBING TERHADAP PRESTASI

BELAJAR KIMIA PADA MATERI MINYAK BUMI

KELAS X SMA NEGERI 1 MOJOLABAN

TAHUN AJARAN 2008/2009

SKRIPSI

OLEH :

Junarni

K3304037

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Keberhasilan pendidikan merupakan salah satu bagian terpenting dalam

upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia. Salah satu hal penting yang

turut berperan dalam keberhasilan pendidikan adalah kegiatan pembelajaran di

sekolah. Siswa, guru, dan sarana prasarana merupakan komponen dalam

pembelajaran. Siswa merupakan subjek dan guru sebagai fasilitator. Oleh karena

itu pemahaman terhadap siswa sangat penting untuk mencapai keberhasilan

pendidikan. Dalam hal ini guru harus dapat menciptakan situasi yang nyaman

dalam kegiatan pembelajaran agar keberhasilan pendidikan dapat tercapai secara

optimal. Salah satu kelemahan proses pembelajaran, pada umumnya siswa kurang

didorong untuk mengembangkan kemampuan berfikir. Siswa cenderung dituntut

untuk menghafalkan informasi, tanpa dituntut untuk memahaminya.

Dalam dunia pendidikan, pembelajaran ilmu kimia juga menuntut

adanya keaktifan siswa. Apalagi ilmu kimia terus berbenah diri dengan segala

potensi keilmiahannya. Ilmu kimia yang merupakan salah satu bagian dari Ilmu

Pengetahuan Alam (IPA) dibangun melalui pengembangan keterampilan-

keterampilan sains, sehingga belajar kimia tidak hanya belajar informasi

mengenai teori, hukum, konsep maupun prinsip tetapi harus belajar cara

memperoleh informasi tersebut. Minyak bumi adalah salah satu materi yang

secara umum terdiri atas teori, prinsip, dan aplikasi dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam mempelajari materi minyak bumi, siswa cenderung mengalami kesulitan

memahami prinsip pengolahan minyak bumi dan mengaitkan materi tersebut

dengan kehidupan sehari-hari. Sehingga diperlukan metode pembelajaran yang

lebih memancing keaktifan siswa agar mereka lebih mudah memahami materi

minyak bumi tersebut.

Hal di atas juga terjadi di SMA Negeri 1 Mojolaban Kabupaten

Sukoharjo. Berdasarkan informasi dari guru kimia di SMA N 1 Mojolaban, nilai

rata-rata ulangan harian materi minyak bumi kelas X tahun 2008 hanya mencapai

62,5. Dan rata-rata nilai kimia kelas X semester 2 tahun 2008 adalah 62,15. Angka

tersebut menunjukkan bahwa prestasi belajar kimia khususnya minyak bumi di

SMA N 1 Mojolaban masih rendah. Salah satu penyebabnya adalah kurangnya

variasi metode yang digunakan dalam pembelajaran. Sampai saat ini pembelajaran

di SMA tersebut sebagian besar masih menggunakan metode ceramah yang

dilengkapi dengan tanya jawab, latihan soal, dan diskusi secara terbatas. Metode

ini membuat siswa memiliki kecenderungan untuk berfikir pasif dikarenakan

keterbatasan dalam mengeksplor kemampuan mereka. Umumnya, siswa hanya

menerima informasi atau pengetahuan yang diberikan guru saja. Siswa dapat

mencapai prestasi belajar yang maksimal bila seorang guru tepat dalam

menerapkan metode mengajar. Untuk mencapai hasil belajar yang diharapkan

tadi, maka sistem pembelajaran harus diubah menuju suatu kreativitas

pembelajaran yang lebih inovatif dan menarik serta mampu meningkatkan

pemahaman siswa secara maksimal. Beberapa asumsi yang diyakini sampai saat

ini tentang kurang aktifnya siswa dalam pembelajaran kimia adalah karena kurang

tepatnya metode yang diterapkan oleh guru. Kebanyakan guru kimia hanya

memperhatikan dan mementingkan hasil akhir tanpa memperhatikan proses

pembelajaran. Akibat kurang dilibatkannya siswa secara aktif dalam

pembelajaran, cenderung membuat siswa kurang berfikir kritis, kreatif, dan

inovatif. Pembelajaran yang dapat dikatakan teacher centered (berpusat pada

guru) ini justru sering dipakai daripada pembelajaran yang berpusat pada aktivitas

siswa, termasuk di SMA Negeri 1 Mojolaban.

Bertolak dari permasalahan di atas, guru perlu melakukan perbaikan

dalam proses pembelajaran, yaitu dengan menerapkan metode yang lebih inovatif

dalam pembelajaran. Untuk meningkatkan perkembangan kemampuan siswa

dalam memahami dan menggunakan pengetahuan yang dimiliki untuk

memecahkan masalah yang muncul, salah satu metode yang sesuai adalah metode

problem solving (pemecahan masalah). Metode problem solving merupakan suatu

cara menyajikan bahan pelajaran dengan menghadapkan siswa pada persoalan

yang harus dipecahkan atau diselesaikan dalam rangka pencapaian tujuan

pengajaran. Dalam metode problem solving, siswa dituntut mengembangkan

keterampilan proses sains untuk melakukan analisis masalah serta generalisasi

untuk mencari hubungan antara data yang ada dengan pengetahuan yang dimiliki

sehingga dapat menemukan pemecahan dari masalah yang dihadapi. Kemampuan

pemecahan masalah akan mencerminkan seberapa jauh siswa menguasai materi

pelajaran sebab siswa dituntut untuk mampu menganalisis penyebab suatu

masalah dan menemukan cara pemecahannya.

Selain pendekatan dengan metode problem solving, pembelajaran yang

dapat digunakan yaitu pendekatan dengan metode inquiry (penemuan).

Pendekatan ini didasarkan pada proses mental di mana siswa mengasimilasikan

konsep-konsep dan prinsip-prinsip. Proses-proses mental tersebut, misalnya

mengamati, menggolongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, menarik

kesimpulan dan sebagainya. Salah satu jenis pendekatan inquiry adalah

pendekatan inquiry terbimbing. Pada pendekatan ini, guru menyediakan

bimbingan atau petunjuk kepada siswa, sebagian besar perencanaan dibuat guru,

siswa tidak merumuskan problem atau masalah. Berdasarkan uraian di atas maka

akan dilakukan penelitian tentang studi komparasi penggunaan metode problem

solving dan metode inquiry terbimbing terhadap prestasi belajar kimia pada materi

minyak bumi. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Mojolaban pada kelas X

semester 2 tahun ajaran 2008/2009.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasi beberapa

permasalahan pada pokok bahasan minyak bumi sebagai berikut :

1. Apakah pembelajaran kimia di SMA N 1 Mojolaban masih menggunakan

metode ceramah?

2. Apakah kesulitan siswa di SMA N 1 Mojolaban dalam mempelajari kimia

dikarenakan kurang aktifnya siswa?

3. Apakah siswa kelas X SMA N 1 Mojolaban mengalami kesulitan dalam

memahami pelajaran kimia terutama pada materi minyak bumi?

4. Apakah pembelajaran dengan metode problem solving dan inquiry terbimbing

sesuai untuk materi minyak bumi?

5. Apakah pembelajaran dengan metode problem solving dan inquiry terbimbing

dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi minyak bumi?

6. Apakah terdapat perbedaan pengaruh penggunaan metode problem solving,

inquiry terbimbing, dan ceramah terhadap prestasi belajar siswa dalam

pembelajaran kimia pada materi minyak bumi?

C. Pembatasan Masalah

Berdasar latar belakang masalah dan identifikasi masalah, maka

pengkajian dan pembatasan masalah dititikberatkan pada :

1. Metode pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

problem solving, inquiry terbimbing, dan metode ceramah.

2. Prestasi belajar siswa diukur dari selisih antara nilai pretes dan nilai postes

pada materi minyak bumi yang dibatasi pada hasil tes kemampuan kognitif

dan afektif.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan

pembatasan masalah di atas, maka masalah tersebut dapat dirumuskan:

“Apakah terdapat perbedaan pengaruh penggunaan metode problem solving,

inquiry terbimbing, dan ceramah terhadap prestasi belajar siswa dalam

pembelajaran kimia pada materi minyak bumi?”

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah tersebut di atas maka tujuan penelitian

ini adalah untuk mengetahui perbedaan pengaruh penggunaan metode problem

solving, inquiry terbimbing, dan ceramah terhadap prestasi belajar siswa dalam

pembelajaran kimia pada materi minyak bumi.

F. Manfaat Penelitian Dengan memperhatikan hal-hal tersebut diatas, manfaat yang bisa

diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang metode

pembelajaran yang sesuai dalam pembelajaran kimia

2. Manfaat Praktis

a. Memberikan informasi tentang alternatif pemilihan metode pembelajaran

yang tepat dalam pembelajaran kimia

b. Memberikan gambaran tentang proses pembelajaran dengan menggunakan

metode problem solving.

c. Memberikan gambaran tentang proses pembelajaran dengan menggunakan

metode inquiry terbimbing.

d. Dapat menjadi bahan referensi bagi peneliti lain.

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Studi Komparasi

Winarno Surakhmad dalam bukunya Pengantar Pengetahuan Ilmiah

(1986:84) mengemukakan bahwa “Komparasi adalah penyelidikan diskriptif yang

berusaha mencari pemecahan melalui analisis tentang hubungan sebab akibat

yakni memilih faktor-faktor tertentu yang berhubungan dengan situasi atau

fenomena yang diselidiki dan membandingkan satu faktor dengan faktor lain.”

Dalam penelitian komparasi dapat ditemukan persamaan-persamaan dan

perbedaan-perbedaan. Seperti yang diungkapkan Arswani Sujud, ”Penelitian

komparasi akan dapat menemukan persamaan-persamaan dan perbedaan-

perbedaan tentang benda-benda, tentang prosedur-prosedur kerja” (Suharsimi

Arikunto, 2003: 247).

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat diambil pengertian bahwa

yang dimaksud studi komparasi adalah suatu kegiatan untuk mempelajari atau

menyelidiki sesuatu hal atau masalah dengan membandingkan dua variabel atau

lebih dari suatu obyek penelitian berdasarkan persamaan dan perbedaan serta

faktor satu dengan faktor lain.

2. Metode Problem Solving

Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan proses belajar mengajar

adalah pemilihan metode mengajar. Oleh karena itu guru dituntut untuk

menguasai berbagai metode mengajar sehingga siswa dapat belajar secara efektif.

Dalam materi pembelajaran kimia, khususnya pada materi minyak bumi ini

banyak mengembangkan kemampuan analisis dan sintesis, maka sesuai dengan

teori belajar kognitif yang dikembangkan oleh Piaget dan menunjang pendekatan

keterampilan proses, maka metode pembelajaran problem solving (pemecahan

masalah) termasuk salah satu metode yang sesuai dalam pembelajaran.

Teori Learning Trapeze yang dikemukakan oleh Dale menyebutkan

bahwa proses pembelajaran yang melibatkan keaktifan siswa seperti berpartisipasi

dalam diskusi, menceritakan, presentasi, mensimulasikan pengalaman mereka,

dan melakukan berbagai hal nyata cenderung menguatkan daya ingat akan materi

pembelajaran sebesar 70 – 90%. Sementara ketika siswa pasif, mereka hanya

mampu menyerap materi sebesar 50%. Penggunaan metode problem solving

membantu siswa menyadari dan mengontrol proses kognitif mereka dalam

mengerjakan tugas-tugas dan membantu mereka mengembangkan kemampuan

otak. (Munir Tanrere, 2008: 49)

Melalui pemecahan masalah (problem solving) siswa akan memiliki

daya ingat yang baik, sebab setiap peristiwa akan tersimpan secara teratur dalam

ingatannya dan ingatan semacam ini bersifat permanen, tahan lama dan tidak

mudah terlupakan. Sedangkan langkah-langkah pemecahan masalah adalah

sebagai berikut:

6

1) Adanya masalah yang jelas untuk dipecahkan. Masalah ini harus tumbuh dari siswa sesuai dengan taraf kemampuannya.

2) Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk pemecahan masalah.

3) Menetapkan jawaban sementara dari masalah, didasarkan pada data yang diperoleh.

4) Menguji kebenaran jawaban sementara. 5) Menarik kesimpulan.

(Syaiful Bahri dan Azwan Zain, 2002: 103-104)

Metode problem solving (pemecahan masalah) bukan hanya sekedar

metode mengajar, tetapi juga merupakan suatu metode berpikir. Menurut Syaiful

Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2002: 104-105), metode problem solving

mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan, yaitu:

1) Kelebihan a) Metode ini dapat membuat dunia pendidikan di sekolah lebih relevan

dengan kehidupan, khususnya dengan dunia kerja. b) Proses belajar mengajar melalui pemecahan masalah dapat membiasakan

para siswa menghadapi secara terampil, apabila menghadapi permasalahan di dalam kehidupan dalam keluarga, masyarakat, dan bekerja kelak, suatu kemampuan yang sangat bermakna bagi kehidupan manusia.

c) Metode ini merangsang pengembangan kemampuan berfikir siswa secara kreatif dan menyeluruh, karena dalam proses belajarnya, siswa banyak melakukan proses mental dengan menyoroti permasalahan dari berbagai segi dalam rangka mencari pemecahannya. 2) Kekurangan

b) Menentukan suatu masalah yang tingkat kesulitannya sesuai dengan tingkat berfikir siswa, tingkat sekolah, dan kelasnya serta pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki siswa, sangat memerlukan kemampuan dan keterampilan guru.

c) Proses belajar mengajar dengan menggunkan metode ini sering memerlukan waktu yang banyak dan terpaksa mengambil waktu pelajaran lain.

d) Mengubah kebiasaan siswa belajar dengan mendengarkan dan menerima informasi dari guru menjadi belajar dengan banyak berfikir memecahkan permasalahan sendiri atau kelompok, yang kadang-kadang memerlukan berbagai sumber belajar, merupakan kesulitan tersendiri bagi siswa.

Prosedur yang ditempuh dalam pembelajaran problem solving berdasarkan

pendapat Nana Sudjana (2005:91-93) adalah sebagai berikut.

1) Berdasarkan tujuan dan bahan pengajaran, guru menjelaskan apa yang harus dicapai siswa dalam kegiatan belajar yang harus dilaksanakan (langkah-langkahnya).

2) Melalui ceramah dan alat bantu atau demonstrasi, guru menjelaskan konsep, prinsip, hukum, kaidah, dan sejenisnya bersumber dari bahan yang diajarkan.

3) Dari konsep, prinsip, kaidah yang telah dijelaskan, guru merumuskan masalah dalam bentuk pertanyaan.

4) Guru bersama siswa menentukan dugaan jawaban terhadap masalah berdasarkan pemahaman konsep, prinsip, hukum, dan kaidah yang telah dipelajari.

5) Siswa diminta mencari informasi, keterangan atau bahan, data yang diperlukan untuk membuktikan dugaan sementara.

6) Siswa dengan bantuan guru mencoba menarik kesimpulan. 7) Mengakhiri pelajaran dengan memberikan tugas atau PR.

3. Metode Inquiry Terbimbing

Metode inquiry adalah pendekatan pengajaran dimana siswa sendiri bebas

memilih atau mengatur objek belajarnya, mulai dari penentuan masalah, proses

pengumpulan data, analisis sampai eksperimentasi. Faktor yang penting adalah

bahwa proses belajarnya berada di dalam kontrolnya sendiri (Margono, 1998: 51).

Lembaga Penelitian New Jersey, USA (2000) dan Lowry (1998) mengemukakan

bahwa siswa akan menggunakan pengetahuan awal mereka untuk membangun

suatu pengetahuan baru saat mereka mampu menghubungkan pengetahuan lama

dengan pengetahuan baru yang mereka peroleh. Pembelajaran inquiry yang efektif

menempatkan siswa agar mereka mampu memegang kontrol dalam pembelajaran

mereka sendiri. Manfaat dari pembelajaran yang berpusat pada siswa itu akan

mampu memuaskan rasa penasaran mereka dengan mengeksplor secara alami

melalui proses inquiry dimana siswa membangun pengetahuan mereka

berdasarkan proses investigasi atau pertanyaan-pertanyaan mereka sendiri. (Missy

Holzer, 2008:2)

Keunggulan-keunggulan metode inquiry adalah :

a) Dapat membentuk dan mengembangkan: sel-consept” pada diri siswa, sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar dan ide-ide lebih baik.

b) Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses belajar yang baru.

c) Mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersikap obyektif, jujur dan terbuka.

d) Mendorong siswa untuk berpikir intuitif dan merumuskan hipotesanya sendiri.

e) Memberi kepuasan yang bersifat intrinsik. f) Situasi proses belajar menjadi lebih merangsang. g) Dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu. h) Memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri. i) Siswa dapat menghindari dari cara-cara belajar yang tradisional. j) Dapat memberikan waktu pada siswa secukupnya sehingga mereka dapat

mengasimilasi dan mengakomodasi informasi. (Roestiyah N.K, 2008 : 76)

Menurut Sumanto (1998: 48) pendekatan inquiry dibedakan :

a) Inquiry terbimbing, yaitu guru menyediakan petunjuk yang cukup luas kepada siswa dan sebagian besar perencanaannya dibuat guru dimana siswa melakukan kegiatan percobaan/penyelidikan untuk menemukan konsep-konsep/prinsip-prinsip yang telah ditetapkan guru.

b) Inquiry bebas, yaitu siswa diberi kebebasan untuk melakukan sendiri tetapi sangat sulit melakukan inquiry sebab siswa masih perlu bimbingan.

c) Inquiry termodifikasi, yaitu guru menyiapkan masalah untuk siswa dan menyediakan bahan/alat yang diperlukan untuk memecahkan masalah secara perseorangan/kelompok. Bantuan yang bisa diberikan ke siswa berupa pertanyaan-pertanyaan yangt memungkinkan siswa dapat berfikir dan menemukan cara penelitian yang tepat.

Proses pembelajaran dengan menggunakan metode inquiry terbimbing adalah sebagai berikut:

a) Guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri dari lima atau enam orang.

b) Guru membagi LKS yang berisi pernyataan problem kepada siswa, prinsip-prinsip atau konsep-konsep yang harus ditemukan, diskusi, proses berpikir kritis, pertanyaan yang bersifat open ended dan catatan guru.

c) Memberikan pengarahan kepada siswa tentang kegiatan praktikum atau diskusi sebelum kegiatan penemuan.

d) Siswa melakukan kegiatan penemuan dengan cara melaksanakan percobaan atau diskusi yang ada dalam LKS dengan bimbingan guru.

e) Siswa menjawab pertanyaan-pertanyaan dan tugas-tugas yang ada pada LKS.

f) Membuat laporan dari hasil percobaan atau diskusi dan menarik kesimpulan untuk mencocokkan hasil percobaan dengan teori yang ada.

(Mulyati Arifin, 1995: 131)

Pada metode inquiry terbimbing, siswa dibimbing untuk sampai pada

penemuan konsep sendiri, tetapi konsep itu tidak mesti telah diketahui oleh guru.

Dalam metode inquiry yang lebih dipentingkan adalah proses penemuannya atau

cara menemukan, sedangkan hasil itu nomor dua.

4. Prestasi Belajar

Untuk mengetahui sejauh mana kegiatan belajar yang dilaksanakan telah

mencapai tujuan yang telah ditetapkan, maka diperlukan kegiatan evaluasi.

Berkenaan dengan prestasi belajar, Zainal Arifin (1990: 3) menyatakan bahwa,

Prestasi belajar yang dimaksud tidak lain adalah kemampuan keterampilan dan

sikap seseorang dalam menyelesaikan hal. Jadi prestasi belajar adalah kegiatan

yang nampak dalam tingkah laku dan sikap siswa. Lazimnya ditunjukkan dengan

niali tes atau angka nilai.

Menurut Winkel W.S (1996: 52) prestasi belajar dapat dilihat dari

perubahan-perubahan dalam pengertian kognitif, pengalaman ketrampilan, nilai

sikap yang bersifat konstan. Perubahan ini dapat berupa sesuatu yang baru atau

penyempurnaan sesuatu hal yang pernah dimiliki atau dipelajari sebelumnya.

Hasil yang dicapai dalam perbuatan dinyatakan dalam bentuk angka. Prestasi

belajar merupakan fungsi yang penting dalam suatu pembelajaran. Kemampuan

hasil belajar merupakan puncak dari proses belajar, pada proses ini siswa

menunjukkan keberhasilan atau kegagalan dalam belajarnya.

Prestasi belajar dapat diketahui setelah diberi tes akhir kegiatan

pembelajaran. Prestasi belajar siswa meliputi tiga aspek yaitu aspek kognitif,

aspek afektif dan aspek psikomotor.

a. Aspek Kognitif

Mulyati Arifin (1995: 24) menyatakan bahwa aspek kognitif dapat berupa

pengetahuan keterampilan intelektual yang meliputi produk ilmiah dan proses

ilmiah. Produk ilmiah meliputi : fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip,

generalisasi, teori dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan

proses ilmiah meliputi: pengamatan, pemahaman, aplikasi, analisis dan evaluasi.

Evalusi aspek kognitif dilakukan dengan mengukur pemahaman konsep yang

terkait pada percobaan yang dilakukan.

b. Aspek Afektif

Menurut Nana Sudjana (2005: 29) ranah afektif berkenaan dengan sikap

dan nilai. Ada 5 aspek dalam ranah afektif, yaitu : receiving (penerimaan),

responding (jawaban), valuing (penilaian), organisasi, dan karakteristik nilai atau

internalisasi nilai.

c. Aspek Psikomotorik

Aspek psikomotorik adalah aspek yang menyangkut keterampilan motorik

atau manipulasi objek. Mulyati Arifin (1995: 197) menyatakan bahwa aspek

psikomotorik merupakan pengukuran keberhasilan pada aspek keterampilan

ditunjukkan pada keterampilan dalam merangkai alat, keterampilan kerja dan

ketelitian dalam mendapatkan hasil.

5. Materi Pelajaran

a. Pembentukan dan Pemisahan Minyak Bumi

1) Proses Pembentukan Minyak Bumi

Minyak bumi terbentuk dari sisa-sisa fosil hewan kecil (plankton) yang

hidup di laut jutaan tahun yang silam. Ketika hewan tersebut mati, bangkainya

akan jatuh ke dasar laut dan terperangkap di dalam lumpur dan pasir. Selama

jutaan tahun, bangkai hewan tersebut akan melapuk membentuk fosil dan

tertimbun di dasar laut. Fosil tersebut mengandung senyawa karbon.

2) Cara Mengolah Minyak Bumi

Minyak bumi terletak di dasar laut dan tertutupi oleh lapisan batuan dan

tanah. Berikut adalah tahapan kegiatan yang dilakukan untuk mengolah minyak

bumi dari dasar laut menjadi bahan-bahan yang bermanfaat.

Gambar 1. Bagan cara mengolah minyak bumi

a) Eksplorasi

Eksplorasi yaitu upaya mencari daerah yang mengandung minyak bumi

dan prakiraan cadangan minyaknya. Informasi tersebut dapat diperoleh dengan

cara membuat peta topografi hasil pemotretan dari udara.

b) Eksploitasi

Eksploitasi adalah pengeboran. Pengeboran dapat dilakukan di lepas pantai

dan di tengah laut, bergantung pada lokasi sumber cadangan minyak. Pengeboran

sumber minyak bumi akan menghasilkan minyak bumi dalam bentuk minyak

mentah, yaitu cairan kental yang berwarna hitam. Minyak mentah merupakan

Eksplorasi Eksploitasi Pemisahan Pengubahan

campuran yang mengandung ratusan senyawa hidrokarbon, misalnya senyawa

alkana, alkena, alkuna, aromatik, dan naftalena. Jumlah atom karbon dan titik

didih senyawa-senyawa hidrokarbon dalam minyak mentah berbeda-beda. Selain

minyak mentah, terdapat juga air, sulfur, nitrogen, oksigen, logam, dan garam.

Berikut adalah data tentang komposisi zat-zat yang terkandung dalam minyak

mentah.

Tabel 1. Komposisi Unsur dan Zat dalam Minyak Mentah

Zat Persentase (%)

Karbon

Hidrogen

Sulfur

Nitrogen

Oksigen

Logam

Garam

84

14

1 – 3

<1

<1

<1

<1

(Muchtaridi & Sandri Justiana, 2007: 307)

c) Pemisahan

Komponen-komponen minyak mentah harus dipisahkan berdasarkan titik

didihnya agar dapat digunakan untuk berbagai keperluan. Metode yang digunakan

adalah distilasi bertingkat. Pemilihan metode tersebut berdasarkan pada

kandungan minyak mentah yang terdiri atas berbagai senyawa hidrokarbon,

misalnya senyawa alkana, aromatik, naftalena, alkena, dan alkuna. Senyawa-

senyawa tersebut mempunyai panjang rantai dan titik didih yang berbeda-beda.

Semakin panjang rantai karbon yang dimilikinya, semakin tinggi titik didihnya.

Tabel 2. Susunan Senyawa Hidrokarbon Utama dalam Berbagai Fraksi Distilasi

Minyak Bumi

Fraksi Distilasi Kisaran Jumlah Atom

Karbon

Titik Didih

(°C)

Gas

Bensin

1 – 4

5 – 10

< 40

70 – 200

Kerosin

Solar

Distilat minyak

ringan

Distilat Minyak

Pelumas

Residu

11 – 13

14 – 17

18 – 26

26 – 36

36 – 60

200 – 250

250 – 300

300 – 350

350 – 500

> 500

(R.P Koesoemadinata, 1980: 34)

d) Pengubahan

Fraksi minyak bumi yang paling banyak diminta pasar adalah fraksi

bensin. Namun, komposisi fraksi bensin dalam minyak mentah hanya sekitar

12%. Untuk meningkatkan kualitas fraksi minyak bumi sehingga komposisi

bensin meningkat, dapat dilakukan proses konversi atau pengubahan. Tujuan

proses tersebut adalah mengubah struktur suatu fraksi menjadi struktur fraksi yang

diinginkan. Jenis-jenis proses konversi tersebut antara lain perengkahan

(cracking), penyusunan ulang (reforming), alkilasi, dan cooking.

Tabel 3. Proses Pengubahan Minyak Bumi

Proses Konversi Penjelasan Contoh

Perengkahan

Penyusunan ulang

Alkilasi

Molekul besar dipecah

menjadi molekul-molekul

kecil.

Rantai lurus diubah

strukturnya menjadi rantai

bercabang.

Molekul-molekul kecil

Fraksi minyak pelumas dan

minyak berat diubah

menjadi fraksi bensin.

n-oktana diubah menjadi

isooktana.

Propena dan butena

Cooking

bergabung menjadi molekul

besar.

Residu padat diubah

menjadi fraksi gas.

bergabung membentuk

heptena.

b. Kegunaan Minyak Bumi dan Dampak yang Ditimbulkannya

1) Produk yang Dapat Dihasilkan dari Minyak Bumi

Produk-produk yang dihasilakan dari minyak bumi, diantaranya LPG,

bensin, kerosin, minyak solar, minyak pelumas, aspal, bahan baku pembuatan

plastik, dan bahan baku pembuatan pupuk.

a) LPG

LPG merupakan singkatan dari Liquefield Petroleum Gas (gas minyak

bumi yang dicairkan).LPG merupakan campuran dari berbagai unsur hidrokarbon

yang berasal dari fraksi gas hasil penyulingan minyak mentah. Komponen LPG

yang jumlahnya banyak adalah propana (C3H8) dan butana (C4H10). LPG juga

mengandung hidrokarbon lainnya, seperti etana (C2H6) dan pentana (C5H12).

Gambar 2. Kompor berbahan bakar LPG

LPG sering digunakan untuk bahan bakar kompor karena nyala api yang

dihasilkannya biru, dan nyala api berwarna biru akan lebih ramah lingkungan.

b) Bensin

Bensin merupakan fraksi minyak bumi yang paling banyak digunakan

masyarakat. Bensin mengandung senyawa hidrokarbon dengan jumlah atom

karbon antara 5 hingga 12 yang berasal dari fraksi nafta dan fraksi minyak gas

berat hasil penyulingan minyak bumi. Senyawa hidrokarbon yang terkandung

dalam bensin dapat berupa alkana rantai lurus, alkana rantai bercabang,

sikloalkana, aromatik, dan alkena. Bensin cocok digunakan sebagai bahan bakar

kendaraan yang tidak bermesin diesel, seperti sepeda motor dan sebagian

kendaraan bermotor roda empat.

Gambar 3. Beberapa kendaraan bermotor berbahan bakar bensin

c) Kerosin

Kerosin adalah cairan hidrokarbon yang tidak berwarna dan mudah

terbakar. Kerosin diperoleh dengan cara distilasi fraksional dari minyak mentah

pada 150°C dan 275°C (rantai karbon dari C12 sampai C15). Kerosin digunakan

sebagai bahan bakar kompor masak, bahan bakar alat penerang, dan bahan bakar

pesawat terbang. Kualitas kerosin untuk bahan bakar kompor masak dan alat

penerang lebih rendah dibandingkan kerosin untuk bahan bakar pesawat terbang.

Kerosin yang digunakan sebagai bahan bakar kompor masak dan alat penerang

dikenal dengan istilah minyak tanah, sedangkan untuk bahan bakar pesawat

disebut avtur.

Gambar 4. Kompor berbahan bakar kerosin

d) Minyak Solar

Solar adalah fraksi minyak bumi dengan titik didih antara 250-340°C

(fraksi minyak gas ringan). Minyak solar digunakan sebagai bahan bakar

kendaraan yang menggunakan mesin diesel. Umumnya, solar mengandung

belerang dengan kadar yang cukup tinggi. Kualitas minyak solar dinyatakan

dengan bilangan setana. Angka setana adalah tolok ukur kemudahan menyala atau

terbakar dari suatu bahan bakar di dalam mesin diesel.

Gambar 5. Kendaraan berbahan bakar solar

e) Minyak Pelumas dan Aspal

Minyak pelumas atau minyak oli berasal dari fraksi minyak gas berat.

Kegunaan dari minyak pelumas, diantaranya mencegah karat dan mengurangi

gesekan. Aspal berasal dari residu minyak bumi. Kandungan utama aspal adalah

senyawa karbon jenuh dan tak jenuh, alifatik dan aromatik yang mempunyai atom

karbon sampai 150 per molekul. Atom-atom selain hidrogen dan karbon yang juga

menyusun aspal adalah nitrogen, oksigen, belerang, dan beberapa atom lain.

Secara kuantitatif, biasanya 80% massa aspal adalah karbon, 10% nya hidrogen,

6% belerang, dan sisanya oksigen dan nitrogen, serta sejumlah renik besi, nikel,

dan vanadium. Aspal digunakan untuk melapisi permukaan jalan.

Gambar 6. Minyak pelumas dan aspal

f) Bahan Baku Pembuatan Plastik dan Bahan –Bahan Kimia

Plastik merupakan bahan yang banyak digunakan dalam kehidupan sehari-

hari. Ada beberapa jenis plastik, diantaranya polipropilena (PP) dan polietilena

(PE). Bahan baku kedua jenis plastik itu, propilena untuk PP dan etilena untuk PE

berasal dari hasil penyulingan minyak bumi. Etilena atau etena dihasilkan dari

hidrokarbon hasil penyulingan minyak bumi dengan cara steam craking dan

catalytic cracking. Melalui proses steam craking, hidrokarbon berwujud gas dan

cairan dipanaskan hingga 750-950º C sehingga hidrokarbon yang mempunyai

atom karbon banyak dipecah menjadi hidrokarbon dengan atom atom karbon yang

lebih sedikit. Hasil dari pemecahan rantai ini adalah campuran hidrokarbon yang

salah satunya adalah etana. Campuran kemudian dipisahkan dengan cara kompresi

dan distilasi.

Contoh bahan-bahan kimia yang lain, seperti etilena oksida dihasilkan dari

reaksi oksida etena. Lebih lanjut, etilena oksida direaksikan dengan air untuk

menghasilkan etilena glikol. Dalam kehidupan sehari-hari, etilena glikol

digunakan sebagai zat antibeku (anti freeze) dan pendingin mesin kendaraan.

Selain itu, etilena glikol merupakan bahan kimia yang digunakan dalam

pembuatan polimer, seperti poliester dan polietena tereftalat. Poliester dan

polietilena digunakan di bidang sandang untuk membuat kain, sedangkan

polietilena tereftalat dimanfaatkan untuk membuat botol kemasan minuman

ringan.

Etena dapat diubah menjadi etanol dengan cara mereaksikannya dengan air

dengan katalis asam. Reaksi ini dikenal dengan nama hidrasi alkena.

Etanol dimanfaatkan dalam bidang kesehatan sebagai pembersih luka. Etanol juga

dapat dimanfaatkan sebagai pelarut dan bahan bakar kendaraan. Minuman keras

juga mengandung etanol. Penggunaan etanol dalam minuman keras dapat

menyebabkan ketagihan (adiksi) karena etanol bersifat adiktif. Meminum

minuman beralkohol dapat mengakibatkan kerusakan liver.

g) Bahan Baku Pembuatan Pupuk

Untuk menyuburkan tanaman, petani biasanya menggunakan pupuk. Ada

beberapa jenis pupuk, diantaranya pupuk urea, pupuk ZA, pupuk SP, dan pupuk

ammonium nitrat. Pembuatan pupuk urea, pupuk ZA, dan pupuk ammonium nitrat

tidak dapat dilepaskan dari senyawa metana. Senyawa alkana paling sederhana ini

dapat diperoleh dari fraksi gas penyulingan minyak bumi. Metana dapat diubah

dengan cara steam reforming menjadi gas buatan (synthesis gasyngas), yaitu

campuran antara karbon monoksida (CO) dan gas hidrogen (H2). Pada proses

C2H4 + H2O H CH3CH2OH

tersebut, metana bereaksi dengan uap air dan dibantu katalis nikel pada suhu

tinggi (700–1100°C) dengan reaksi sebagai berikut.

Melalui pengolahan lebih lanjut, synthesis gasyngas tersebut dapat diubah

menjadi bahan kimia yang lebih bermanfaat. Gas hidrogen yang terkandung

dalam syngas dapat direaksikan dengan gas nitrogen (N2) untuk menghasilkan

ammonia (NH3). Amonia merupakan bahan kimia yang digunakan sebagai bahan

baku pembuatan pupuk urea, pupuk ZA, dan pupuk ammonium nitrat. Selain itu,

syngas juga dapat diubah menjadi bahan kimia, seperti metanol, formaldehida,

asam asetat, dan asetat anhidrida.

2) Dampak Penggunaan Produk Minyak Bumi

a) Dampak Partikulat

Partikulat atau particulate matter (PM) merupakan zat pencemar padat

maupun cair yang terdispersi di udara. Partikulat itu dapat berupa debu, abu,

jelaga, asap, uap, kabut, atau aerosol.

Partikulat dalam emisi gas buang dapat terdiri atas bermacam-macam

komponen. Beberapa unsur kandungan partikulat adalah karbon (dari pembakaran

tidak sempurna) dan logam timbel (dari pembakaran bensin bertimbel). Sebagian

partikulat keluar dari cerobong pabrik sebagai asap hitam tebal, tetapi yang paling

berbahaya adalah butiran-butiran halus sehingga dapat menembus bagian terdalam

paru-paru. Jika hal tersebut yang terjadi, organ pernafasan akan terganggu.

b) Dampak Oksida Nitrogen (NOx)

Zat nitrogen dioksida sangat beracun sehingga dapat menyebabkan iritasi

pada mata, hidung, dan saluran pernafasan serta menimbulkan kerusakan paru-

paru. Gas terbentuk dari pembakaran tidak sempurna. Setelah beraksi di atmosfer,

zat tersebut membentuk partikel-partikel nitrat sangat halus sehingga dapat

menembus bagian terdalam paru-paru. Partikel-partekel nitrat jika bergabung

dengan air baik air di paru-paru atau uap air di awan akan membentuk asam.

Asam tersebut dapat merusak tembok bangunan dan menghambat pertumbuhan

CH4 + H2O → CO +3H2

tanaman. Jika bereaksi dengan sisa hidrokarbon yang tidak terbakar, akan

membentuk smog atau kabut berwarna coklat kemerahan.

c) Dampak Oksida Sulfur (SOx)

Gas SOx berasal dari hasil pembakaran bahan bakar yang mengandung

sulfur. Selain dari bahan bakar, sulfur juga terkandung dalam pelumas. Gas sulfur

dioksida sulit dideteksi karena merupakan gas tidak berwarna. Sulfur dioksida

dapat menyebabkan gangguan pernafasan, pencernaan, sakit kepala, sakit dada,

dan saraf. Pada kadar di atas batas ambang, dapat menyebabkan kematian. Korban

sulfur dioksida bukan hanya manusia, tetapi juga bangunan dan tumbuhan.

Keberadaan gas tersebut di udara dapat menimbulkan hujan asam yang merusak

bahan bangunan dan menghambat pertumbuhan tanaman.

d) Dampak CO

Gas CO dihasilkan dari pembakaran bahan bakar yang tidak sempurna.

Salah satu penyebab pembakaran tidak sempurna adalah kurangnya jumlah

oksigen. Hal itu dapat disebabkan saring udara yang tersumbat, dapat juga karena

karburator kotor dan setelannya tidak tepat. Asap kendaraan yang merupakan

sumber utama bagi korban monoksida di berbagai perkotaan. Data

mengungkapkan bahwa 60% pencemaran udara di kota-kota besar disebabkan

transportasi umum. Karbon monoksida bersifat racun, mengakibatkan turunnya

berat janin, meningkatkan jumlah kematian bayi, serta menimbulkan kerusakan

otak.

e) Dampak Logam Timbel

TEL (Tetra Ethyl Lead) dapat meningkatkan bilangan oktan, akan tetapi

penggunaan TEL dalam bensin ternyata menimbulkan dampak negatif. Bensin

yang dicampur dengan TEL akan menghasilkan gas buang yang tentu saja

mengandung logam timbel. Logam timbel memasuki tubuh melalui saluran

pernafasan, mulut, dan juga kulit. Pb yang masuk ke tubuh kita sebagian besar

terakumulasi dalam tulang, sebelum akhirnya masuk ke peredaran darah. Logam

timbel dikenal sebagai neurotoksin (racun penyerang saraf). Jika telah masuk ke

dalam tubuh manusia, kemungkinan besar tidak dapat dikeluarkan melalui

metabolism tubuh.

Menurut hasil penelitian, logam berat tersebut dapat menurunkan

kecerdasan, menghambat pertumbuhan, mengurangi kemampuan untuk

mendengar dan memahami bahasa, dan menghilangkan konsentrasi pada anak.

Tidak hanya itu, logam timbel juga dapat menurunkan kesuburan pria dan

perempuan dewasa.

Logam timbel yang masuk ke dalam tenggorokan atau paru-paru akan

menyebabkan iritasi. Jika sudah sampai di ginjal akan menggangu fungsi ginjal.

Efek jangka panjang timbel dapat menimbulkan kanker, kegagalan fungsi organ

tubuh, hingga beragam penyakit-penyakit yang tadinya tidak diketahui.

f) Dampak Ozon

Ozon merupakan gas yang sangat beracun dan berbau sengit. Ozon

terbentuk ketika percikan listrik melintas dalam oksigen. Adanya ozon dapat

dideteksi melalui bau (aroma) yang ditimbulkan oleh mesin-mesin bertenaga

listrik. Disamping dapat menimbulkan kerusakan serius pada tanaman, ozon

berbahaya bagi kesehatan, terutama penyakit pernafasan, seperti bronkitis dan

asma.

3) Cara Mengatasi Dampak dari Penggunaan Produk Minyak Bumi

a) Memproduksi Bensin Bebas Timbel

Para ilmuwan mulai mencari pengganti TEL, diantaranya methyl-tertiary-

butylether (MTBE). Bahan kimia tersebut mempunyai fungsi yang sama dengan

TEL. Namun MTBE merupakan zat nondegradable (sulit terurai dalam tanah).

Selain itu, MTBE juga mempunyai sifat yang mirip dengan minyak sehingga tidak

larut dalam air.

Pemerintah RI telah mencanangkan program Indonesia Bebas Timbel.

Untuk menyukseskan program tersebut, Pertamina memodifikasi kilang

minyaknya sehingga dapat menghasilkan bensin bebas timbel. Kilang minyak itu

mempunyai alat reformer yang dapat menghasilkan HOMC (High Octiane

Motorgas Component).

b) Memproduksi Bioetanol sebagai Pengganti Bensin

Bioetanol adalah etanol yang diproduksi dari tumbuhan, misalnya air tebu

yang biasanya digunakan untuk memproduksi gula. Bioetanol itu dapat digunakan

sebagai bahan bakar kendaraan, baik murni maupun dicampur dengan bensin.

c) Memproduksi Biodiesel sebagai Pengganti Solar

Bahan bakar biodiesel berasal dari tumbuhan atau dari hewan yang

direaksikan dengan metanol (proses transesterifikasi) sehingga diperoleh minyak

metil ester (ME) yang sering disebut dengan biodiesel. Ada lebih dari 40 jenis

minyak nabati yang potensial sebagai bahan baku biodiesel di Indonesia,

diantaranya minyak jarak pagar, minyak kelapa, minyak kedelai, dan minyak

kapok.

d) Mengembangkan Mobil Listrik

Mobil listrik adalah mobil yang menggunakan listrik sebagai sumber

tenaganya. Mobil itu di Indonesia dikembangkan oleh LIPI (Lembaga Ilmu

Pengetahuan Indonesia).

e) Mengembangkan Mobil Hibrida

Energi yang digunakan untuk menggerakkan mobil hibrida berasal dari

gabungan mesin pembakaran internal (sumber energi BBM) dan listrik (sumber

energi baterai). Dengan penggunaan energi gabungan tersebut, penggunaan BBM

menjadi relatif lebih hemat. Baterai dapat diisi ulang (recharge) pada saat

kendaraan berhenti.

(Muchtaridi & Sandri Justiana, 2007: 305-322)

B. Kerangka Berfikir

Belajar merupakan kegiatan yang berproses serta memilki peran yang

sangat penting dalam mencapai tujuan pendidikan. Dalam kegiatan belajar, siswa

harus membangun sendiri pengetahuan berdasarkan informasi yang diperoleh dari

berbagai sumber. Dalam proses belajar mengajar, banyak faktor yang

mempengaruhi keberhasilannya. Selain cara mengajar guru, keaktifan siswa, dan

lingkungan pembelajaran, metode mengajar pun sangat berpengaruh terhadap

keberhasilan pembelajaran. Keberhasilan pembelajaran dapat diukur dari prestasi

belajar siswa. Oleh karena itu, metode mengajar yang tepat akan dapat

meningkatkan prestasi belajar siswa.

Di kebanyakan sekolah, guru masih menggunakan metode ceramah yang

dilengkapi dengan tanya jawab, latihan soal, dan diskusi secara terbatas dalam

menyampaikan materi pelajaran. Seperti halnya di SMA Negeri 1 Mojolaban,

pada materi kimia minyak bumi yang terdiri dari teori, konsep, dan aplikasi dalam

kehidupan sehari-hari, siswa cenderung berfikir pasif dikarenakan mereka tidak

didorong untuk aktif dalam pembelajaran. Hal ini menyebabkan pengetahuan

yang siswa terima hanya sebatas apa yang disampaikan guru. Cara tersebut

cenderung membuat siswa hanya menghafalkan materi yang disampaikan oleh

guru sehingga menyebabkan siswa tidak memahami konsep dan menjadi tidak

peka terhadap fenomena di lingkungan, khususnya yang berkaitan dengan materi

tersebut. Oleh karena itu diperlukan metode mengajar yang sesuai agar siswa aktif

dalam proses pembelajaran. Keaktifan siswa akan mendukung keberhasilan

pembelajaran karena siswa akan lebih mudah memahami materi maupun

mengingatnya. Metode problem solving dan inquiry terbimbing dirasa cocok

untuk membuat siswa aktif dalam proses pembelajaran. Kedua metode ini

menawarkan inovasi baru dalam pembelajaran guna menunjang keberhasilan

pendidikan.

Untuk memperjelas hubungan metode pembelajaran dengan prestasi

belajar siswa ditunjukkan dengan ilustrasi kerangka pemikiran sebagai berikut:

Keadaan Awal

Metode Problem Solving

Tes Materi Minyak Bumi

Kelas Eksperimen 1

Kelas Eksperimen 2

Metode Inquiry

Terbimbing

Tes Materi Minyak Bumi

Tes Materi Minyak Bumi

Kelas Kontrol Metode Ceramah

Prestasi Belajar

Gambar 7. Bagan kerangka pemikiran

C. Perumusan Hipotesis

Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka berpikir tersebut dapat diambil

hipotesis sebagai berikut :

“Terdapat perbedaan pengaruh penggunaan metode problem solving, inquiry

terbimbing, dan ceramah terhadap prestasi belajar siswa dalam pembelajaran

kimia pada materi minyak bumi.”

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Mojolaban pada kelas X

semester genap tahun pelajaran 2008/2009.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2009.Waktu penelitian

disesuaikan dengan pelaksanaan proses pembelajaran materi minyak bumi di

sekolah yang bersangkutan.

B. Metode Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian yang bersifat eksperimen dengan desain

”Randomized Control Group Pretest-Postest Design” untuk prestasi kognitif

maupun afektif. Pada awal kegiatan penelitian, siswa dikenakan tes awal (pretes)

untuk mengetahui kemampuan awal siswa. Kemudian siswa diberi perlakuan

dengan menggunakan metode problem solving untuk kelas eksperimen 1 dan

metode inquiry terbimbing untuk kelas eksperimen 2. Selain itu juga satu kelas

yang diajar menggunakan metode ceramah sebagai kelas kontrol. Pada akhir

penelitian siswa dikenakan tes akhir (postes). Hasil kedua tes tersebut dipakai

sebagai data penelitian untuk kemudian diolah dan dibandingkan hasilnya dengan

analisis statistik yang digunakan.

Adapun bagan rancangan eksperimen dengan desain ”Randomized

Control Group Pretest-Postest Design” dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Bagan Rancangan Eksperimen

Kelompok Pretes Perlakuan Postes

E1

E2

C

T1

T1

T1

X1

X2

X3

T2

T2

T2

Keterangan : E1 = kelas eksperimen 1

E2 = kelas eksperimen 2

C = kelas kontrol

T1 = prestasi siswa pada materi minyak bumi sebelum diberi

perlakuan

T2 = prestasi siswa pada materi minyak bumi setelah diberi

perlakuan

X1 = perlakuan dengan metode problem solving

X2 = perlakuan dengan metode inquiry terbimbing

X3 = perlakuan dengan metode ceramah

Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam rancangan ini adalah :

1. Memberikan pretes T1 pada kelas eksperimen dan kontrol untuk mengukur

rata-rata kemampuan kognitif dan afektif sebelum obyek diberi perlakuan.

2. Memberikan perlakuan X1 berupa penggunaan metode problem solving pada

kelas eksperimen 1, perlakuan X2 berupa penggunaan metode inquiry

24

terbimbing pada kelas eksperimen 2, dan perlakuan X3 berupa penggunaan

metode ceramah pada kelas kontrol.

3. Memberikan postes T2 pada kelas eksperimen 1, kelas eksperimen 2, dan

kelas kontrol, untuk mengukur rata-rata kemampuan kognitif dan afektif

setelah diberi perlakuan X1, X2 dan X3.

4. Menentukan selisih nilai antara T1 dan T2 pada kelas eksperimen 1, kelas

eksperimen 2, dan kelas kontrol, untuk mengukur rata-rata selisih nilai postes-

pretes.

5. Menerapkan uji statistik yang sesuai untuk menentukan apakah perbedaan

tersebut signifikan, yaitu dengan uji analisis variansi (anava) satu jalan

dengan sel sama.

1. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah :

a. Variabel bebas pada penelitian ini adalah metode mengajar yang digunakan

saat penelitian yaitu meliputi metode problem solving untuk kelas eksperimen

1, metode inquiry terbimbing untuk kelas eksperimen 2, dan metode ceramah

untuk kelas kontrol.

b. Variabel terikat adalah variabel yang nilainya dipengaruhi oleh variabel bebas

yaitu prestasi belajar siswa pada materi minyak bumi yang terlihat dari selisih

nilai postes-pretes.

2. Prosedur Penelitian

Pelaksanaan penelitian dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan

dengan urutan sebagai berikut :

a. Menentukan tiga kelas untuk dijadikan sampel penelitian.

b. Memberikan tes awal dengan instrumen-instrumen penelitian yang telah

diujicobakan dan memenuhi syarat untuk digunakan dalam mengambil data

penelitian.

c. Melaksanakan penelitian yaitu mengajar materi minyak bumi dengan metode

problem solving untuk kelas eksperimen 1, metode inquiry terbimbing untuk

kelas eksperimen 2, dan metode ceramah untuk kelas kontrol.

d. Memberikan tes akhir.

e. Mengolah data yang diperoleh.

f. Menarik kesimpulan.

C. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel

1. Populasi Penelitian

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMA

Negeri 1 Mojolaban tahun pelajaran 2008/2009 .

2. Teknik Pengambilan Sampel

Penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik cluster

random sampling. Dalam teknik ini, kelas sebagai satuan kelompok kemudian tiap

kelas diacak dengan undian (lotere) selanjutnya dipilih tiga kelas yang berfungsi

sebagai sampel yaitu kelas eksperimen 1, kelas eksperimen 2, dan kelas kontrol.

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Sumber Data

Sumber data pada penelitian ini meliputi:

a. Penilaian aspek kognitif yaitu tes bentuk obyektif dari postes-pretes.

b. Penilaian aspek afektif yaitu angket yang diisi langsung oleh siswa dari

postes-pretes.

2. Instrumen Penelitian

Sebelum digunakan sebagai alat pengumpulan data, tes tersebut harus

memenuhi persyaratan; validitas, reliabilitas, taraf kesukaran, dan daya pembeda

soal yang dilakukan dengan cara mengadakan try out (uji coba).

a. Aspek kognitif

1) Validitas Soal

Validitas suatu tes adalah taraf sampai dimana suatu tes mampu

mengukur apa yang sebenarnya diukur. Validitas yang diuji dalam penelitian ini

adalah validitas item atau validitas butir. Pada validitas item, sebuah item

dikatakan valid bila mempunyai dukungan yang besar terhadap skor total

(Suharsimi Arikunto, 2001: 76). Validitas butir soal dari suatu tes adalah

ketepatan mengukur yang dimiliki oleh sebutir soal. Dalam penelitian ini bentuk

soal yang digunakan adalah bentuk soal pilihan ganda. Pada bentuk soal pilihan

ganda ini skor terhadap jawaban setiap soal atau item hanya terdiri atas angka 1

dan angka 0.

Teknik yang digunakan untuk menentukan validitas butir soal adalah

menggunakan teknik korelasi Biserial dengan rumus sebagai berikut :

Keterangan :

pbiγ = koefisien korelasi biserial

Mp = rerata skor dari subjek yang menjawab betul bagi item yang dicari

validitasnya.

Mt = rerata skor total

St = standar deviasi dari skor total

p = proporsi siswa yang menjawab benar

p = siswaseluruh jumlah

benar menjawab yang siswa banyaknya

q = proporsi siswa yang menjawab salah

q = 1 – p

Setelah diperoleh harga γpbi kemudian dikonsultasikan dengan kritik r

tabel. Apabila harga γpbi > harga kritik, maka item soal tersebut dikatakan valid.

(Suharsimi Arikunto, 2002: 79)

Hasil uji validitas instrumen penilaian kognitif yang dilakukan

terangkum dalam Tabel 5.

Tabel 5. Rangkuman Hasil Uji Validitas Instrumen Penilaian Kognitif

Variabel Jumlah Item Kriteria Valid Tidak Valid

Tes Materi Minyak Bumi 35 30 5

2) Reabilitas soal

Reliabilitas adalah keajegan suatu tes apabila diteskan kepada subyek

yang sama dalam waktu yang berlainan atau kepada subyek yang tidak sama pada

qp

SMM

t

tppbi

waktu yang sama. Untuk menghitung koefisien reliabilitas tes bentuk obyektif

digunakan rumus KR 20 yaitu sebagai berikut : 2

11 2

S - pqnr n-1 S

Keterangan :

r11 : Reliabilitas tes secara keseluruhan

n : Banyaknya item

S : Standar deviasi

p : Proporsi subyek yang menjawab item dengan benar

p = siswaseluruh jumlah

benar menjawab yang siswa banyaknya

q : Proporsi subyek yang menjawab item dengan salah (q = 1 – p)

∑pq : jumlah hasil perkalian antara p dan q

Hasil perhitungan tingkat reliabilitas tesebut kemudian dikonsultasikan

dengan r product moment. Apabilan harga r11 > r tabel , maka tes instrumen tersebut

reliabel.

Klasifikasi reliabilitas soal:

0,91 – 1,00 : sangat tinggi

0,71 – 0,90 : tinggi

0,41 – 0,70 : cukup

0,00 – 0,40 : rendah

negatif : tidak memenuhi uji reliabilitas

(Suharsimi Arikunto, 2002: 101).

Hasil uji reliabilitas instrumen penilaian kognitif yang dilakukan

terangkum dalam Tabel 6.

Tabel 6. Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penilaian Kognitif

Variabel Jumlah Item Reliabilitas Kriteria Tes Materi Minyak Bumi 35 0,95 Sangat Tinggi

3) Taraf kesukaran soal

Taraf kesukaran suatu item dapat diketahui dari banyaknya siswa yang

menjawab benar. Taraf kesukaran suatu item dinyatakan dalam indeks kesukaran.

Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar.

Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal disebut indeks

kesukaran (difficulty index). Indeks Kesukaran ini menunjukkan taraf kesukaran

soal. Untuk menentukan indeks kesukaran digunakan rumus sebagai berikut :

JSB P

Keterangan :

P = indeks kesukaran

B = banyaknya siswa yang menjawab soal dengan betul

JS = jumlah suluruh siswa peserta tes

Klasifikasi indeks kesukaran adalah sebagai berikut :

­ Soal dengan P 0,00 sampai 0,30 adalah soal sukar

­ Soal dengan P 0,30 sampai 0,70 adalah soal sedang

­ Soal dengan P 0,70 sampai 1,00 adalah soal mudah

Dengan ketentuan bila jawaban betul skornya adalah 1 dan bila jawaban

salah skornya adalah 0 (Suharsimi Arikunto, 2001: 207-210).

Hasil uji taraf kesukaran soal instrumen penilaian kognitif yang dilakukan

terangkum dalam Tabel 7.

Tabel 7. Rangkuman Hasil Uji Taraf Kesukaran Instrumen Penilaian Kognitif

Variabel Jumlah Item Kriteria Sukar Sedang Mudah

Tes Materi Minyak Bumi 35 9 18 8

4) Taraf pembeda soal

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan

antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh

(berkemampuan rendah). Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda

disebut indeks diskriminasi (D) (Suharsimi Arikunto, 2001: 211).

Rumus untuk menentukan indeks diskriminasi adalah sebagai berikut :

BA

B

B

A

A PPJB

JBD

Keterangan :

D = indeks diskriminasi

JA = banyaknya peserta kelompok atas

JB = banyaknya peserta kelompok bawah

BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu

dengan benar

BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal

itu dengan benar

= proporsi peserta kelompok atas yang menjawab soal itu

dengan benar (P sebagai indeks kesukaran)

= proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

(Suharsimi Arikunto, 2001: 213-214)

Klasifikasi daya pembeda soal adalah sebagai berikut :

D : 0,00 - 0,20 : jelek (poor)

D : 0,20 - 0,40 : cukup (satisfactory)

D : 0,40 - 0,70 : baik (good)

D : 0,70 - 1,00 : baik sekali (exellent)

D : negatif : tidak baik (butir soal dibuang )

(Suharsimi Arikunto, 2001: 218)

Hasil uji daya pembeda soal instrumen penilaian kognitif yang dilakukan

terangkum dalam Tabel 8.

Tabel 8. Rangkuman Hasil Uji Daya Pembeda Instrumen Penilaian Kognitif

Variabel Jumlah

Item

Kriteria Tidak Baik Jelek Cukup Baik

Baik Sekali

Tes Materi Minyak Bumi 35 2 7 18 8 -

b. Aspek afektif

A

AA J

BP

B

BB J

BP

Instrumen penelitian pada aspek afektif berupa angket. Jenis angket yang

digunakan adalah angket essay dengan alternatif jawaban sangat setuju, setuju,

tidak setuju dan sangat tidak setuju. Pemberian skor untuk angket ini digunakan

skala 1 sampai 4, untuk item yang mengarah jawaban positif pemberian skornya

sebagai berikut :

- Skor 4 untuk jawaban Sangat Setuju

- Skor 3 untuk jawaban Setuju

- Skor 2 untuk jawaban Tidak Setuju

- Skor 1 untuk jawaban Sangat Tidak Setuju

Sedangkan yang mengarah jawaban negatif, pemberian skornya sebagai berikut :

- Skor 1 untuk jawaban Sangat Setuju

- Skor 2 untuk jawaban Setuju

- Skor 3 untuk jawaban Tidak Setuju

- Skor 4 untuk jawaban Sangat Tidak Setuju

Sebelum digunakan untuk mengambil data penelitian, instrumen tersebut

diuji terlebih dahulu dengan uji validitas dan realibilitas untuk mengetahui

kualitas item angket.

1) Uji Validitas

Validitas dari instrumen dari angket ini adalah validitas kontruksi atau

konsep. Validitas kontruksi adalah validitas yang menunjukkan sampai dimana isi

suatu tes atau alat pengukur sesuai dengan konsep yang seharusnya menjadi isi

suatu tes atau alat pengukur tersebut (Suharsimi Arikunto, 2002: 67).

Sebuah item dikatakan valid apabila mempunyai dukungan yang besar

terhadap skor total. Skor pada item menyebabkan skor total menjadi tinggi atau

rendah. Sebuah item memiliki validitas yang tinggi jika skor pada item

mempunyai kesejajaran dengan skor total. Untuk menghitung validitas butir soal

angket digunakan rumus product moment sebagai berikut:

2222xyY)(- YNX)(- XN

Y)X)(( - XYN r

Keterangan :

rxy : Koefisien validitas antara variabel X dan variabel Y, dua variabel yang

dicari validitasnya

(Suharsimi Arikunto, 2002: 72)

Taraf signifikansi yang dipakai dalam penelitian ini adalah 5% instrumen validitas

suatu tes (rxy)

Antara 0,800 sampai 1,00 : Sangat Tinggi

Antara 0,600 sampai 0,800 : Tinggi

Antara 0,400 sampai 0,600 : Cukup

Antara 0,200 sampai 0,400 : Rendah

Kurang dari 0,00 sampai 0,200 : Sangat Rendah

(Suharsimi Arikunto, 2002: 75)

Hasil uji validitas instrumen penilaian afektif yang dilakukan terangkum

dalam Tabel 9.

Tabel 9. Rangkuman Hasil Uji Validitas Instrumen Penilaian Afektif

Variabel Jumlah Item Kriteria Valid Tidak Valid

Tes Materi Minyak Bumi 34 31 3

2) Uji Reliabilitas

Untuk mengetahui tingkat realibilitas digunakan penilaian rumus alpha

(digunakan untuk mencari realibilitas yang skornya bukan 1 atau 0) yaitu sebagai

berikut :

11 = 2

211

i

t

nn

Keterangan :

11 : reliabilitas instrumen

n : banyak butir pertanyaan atau banyaknya soal 2

i : jumlah varians skor tiap-tiap item

2

t : varians total keseluruhan item

Hasil perhitungan uji reliabilitas ini diinterpretasikan sebagai berikut:

0,80 < r11 ≤ 1,00 : Sangat Tinggi

0,60 < r11 ≤ 0,80 : Tinggi

0,40 < r11 ≤ 0,60 : Cukup

0,20 < r11 ≤ 0,40 : Rendah

0,00 < r11 ≤ 0,20 : Sangat Rendah

(Suharsimi Arikunto, 2002: 109)

Hasil uji reliabilitas instrumen penilaian afektif yang dilakukan terangkum

dalam Tabel 10.

Tabel 10. Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penilaian Afektif

Variabel Jumlah Item Reliabilitas Kriteria

Tes Materi Minyak Bumi 34 0,833 Sangat Tinggi

E. Teknik Analisis Data

1. Uji Prasyarat Analisis

a. Uji Keseimbangan (Uji t-maching)

Sebelum dilakukan penelitian maka perlu dilakukan uji keseimbangan

terlebih dahulu terhadap kelas yang menjadi sampel penelitian. Uji ini untuk

mengetahui apakah kelas-kelas tersebut mempunyai rata-rata yang sama atau

tidak. Dalam penelitian ini digunakan uji t dua pihak terhadap hasil pretes sebagai

berikut :

1) Menentukan Hipotesis

H0 : µ1 = µ2 = µ3 (tidak ada perbedaan antara rata-rata nilai pretes siswa

kelas problem solving, kelas inquiry terbimbing, dan kelas kontrol)

H1 : µ1 ≠ µ2 ≠ µ2 (ada perbedaan antara rata-rata nilai pretes siswa kelas

problem solving, kelas inquiry terbimbing, dan kelas kontrol)

2) Tingkat Signifikansi : α = 0,05

3) Statistik Uji

Keterangan :

s2 = Standar deviasi total

s12 = standar deviasi subyek 1

s22 = standar deviasi subyek 2

n1 = banyaknya subyek 1

n2 = banyaknya subyek 2

t = nilai uji kesamaan

= rata-rata subyek 1

= rata-rata subyek 2

4) Daerah Kritik

DK = n1+n2 – 2

5) Keputusan Uji

H0 diterima jika {- t(1-1/2α) < t < t(1-1/2α)}

(Sudjana, 2005 : 239)

b. Uji Normalitas

Untuk mengetahui apakah sampel berdistribusi normal atau tidak, maka

dilakukan uji normalitas menggunakan uji Lilliefors dengan rumus :

iio zSzMaxFL

Keterangan :

Lo = harga mutlak dari selisih F(zi) dan S(zi) yang terbesar

F(zi) = peluang bilangan baku dalam distribusi normal baku

S(zi) = proporsi cacah z < zi terhadap seluruh cacah zi

zi = bilangan baku, s

xxz i

1

s = simpangan baku

x = rata-rata sampel

Jika Lo < Ltabel dengan taraf dan jumlah sampel n, maka populasi berdistribusi

normal.

(Sudjana, 2005: 466)

c. Uji Homogenitas

Uji homogenitas digunakan untuk menguji apakah sampel penelitian

berasal dari populasi yang homogen. Untuk mengetahui homogenitas variansi

digunakan “Uji Bartlett” dengan rumus :

2 2j j

2.203χ f log RKG - f logS C

Adapun langkah-langkah pengujian homogenitas dengan menggunakan uji

Bartlett sebagai berikut :

1. Menentukan hipotesis

2 2 2 21 2 3Ho ..... k (populasi populasi homogen)

1H Tidak semua variansi sama (populasi populasi tidak homogen)

2. Statistik Uji :

2 2j j

2.203χ f log RKG - f logS C

Dimana :

j

1 1 1C 1+3(k-1) f jf

j

j

SSRKG

f

2

2j

( )SS - j

jj

XX

n

2iS

1j

j

SSn

; 1j jf n

K = banyaknya populasi

3. Daerah Kritik :

2 2, 1k

4. Keputusan Uji

H0 ditolak jika 2 2, 1k H0 diterima jika

2 2, 1k

(Budiyono, 2004 : 176-177)

2. Uji Hipotesis

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis variansi

(anava) satu jalan dengan sel sama. Dalam anava satu jalan dengan sel sama, jika

terdapat paling sedikit dua rataan yang tidak sama, maka harus diartikan variabel

bebas berpengaruh terhadap variabel terikat. Jika semua rataan populasi sama,

maka harus diartikan variabel bebas tidak berpengaruh terhadap variabel terikat.

Adapun modelnya sebagai berikut:

a. Analisis Variansi Satu Jalan dengan Sel Sama

1) Model

Xij = + αj+ єij

Dengan:

Xij = data (nilai) ke-i pada dan kolom ke-j;

= rerata dari seluruh data (rerata besar);

αj = µi – µ = efek baris ke-j pada variabel terikat;

єij = deviasi data Xij terhadap rataan populasinya ( ij) yang

berdistribusi normal dengan rataan 0

i = 1,2,3;

1. Metode pembelajaran problem solving

2. Metode pembelajaran inquiry terbimbing

3. Metode pembelajaran dengan ceramah (kelas kontrol)

j = 1,2,3....,k

k = cacah populasi (cacah perlakuan, cacah klasifikasi)

2) Hipotesis

Ho = µ 1 = µ2 = µ3 = dengan ketiga metode belajar tersebut memberikan

rata-rata prestasi belajar yang sama

H1 = dengan ketiga metode belajar tersebut paling sedikit memberikan

dua rataan prestasi belajar yang tidak sama

3) α = 5 %

4) Statistik Uji yang digunakan : F = RKA

RKG

5) Komputasi :

a) Jumlah Kuadrat (JK)

JKT (jumlah kuadrat total) =

k

j

n

iij nk

GX1 1

22 ; dengan G = T.. = grand

total

JKA (jumlah kuadrat perlakuan) = nkG

n

Tk

jj 2

1

2

JKG (jumlah kuadarat galat/error) = JKT - JKA

b) Derajat Kebebasan (dk)

dkA (derajat kebebasan perlakuan) = k-1

dkG (derajat kebebasan galat/error) = nk-k (nk = banyaknya sampel)

dkT (derajat kebebasan total) = nk-1

c) Rataan Kuadrat (RK)

RKA (rataan kuadrat perlakuan) = dkAJKA

RKG (rataan kebebasan galat) = dkGJKG

6) Daerah Kritik : DK = {F | F > F;k-1,nk-k}

7) Keputusan Uji : Ho ditolak

8) Rangkuman Anava

Tabel 11. Rangkuman Analisis Variansi Satu Jalan dengan Sel Sama

Sumber Variasi Jumlah Kuadrat

Derajat Kebebasan

Rataan Kuadrat Fobs

Metode Belajar (A) JKA k-1 RKA RKA RKG

Galat (G) JKG nk-k RKG - Total JKT nk-1 - -

(Budiyono, 2004: 191-194)

b. Uji Lanjut Anava (Uji Scheffe)

Sebagai tindak lanjut dari analisis variansi satu jalan adalah

menggunakan uji Scheffe untuk uji rerata. Tujuan dari uji Scheffe adalah untuk

melakukan pelacakan terhadap perbedaan rerata. Rumus metode Scheffe dengan

rumus sebagai berikut :

ji

ji

nnRKG

jXiXF

..

2

..11

..

Dengan:

jiF .. = nilai Fobs pada perbandingan kolom ke-i dan kolom ke-j

iX . = rataan pada kolom ke-i

jX . = rataan pada kolom ke-j

RKG = rataan kuadrat galat, yang diperoleh dari perhitungan analisis variansi

n.i = ukuran sampel kolom ke-i

n.j = ukuran sampel kolom ke-j

DK = {FF> (k-1) F;k-1,N-1}

(Budiyono, 2004: 201-202)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data Penelitian

Data dalam penelitian ini meliputi data skor kemampuan kognitif dan

afektif siswa. Data ini berupa nilai pretes, nilai postes dan prestasi belajar siswa

pada pembelajaran kimia materi minyak bumi dari masing-masing kelompok

sampel penelitian. Data-data tersebut diambil dari kelas eksperimen 1, eksperimen

2, dan kelas kontrol, yang melibatkan 120 siswa dari kelas X.6, X.7, dan X.5

SMA N 1 Mojolaban tahun ajaran 2008/2009. Adapun deskripsi data penelitian

dapat dilihat dalam Lampiran 15.

Data perbandingan hasil perhitungan rata-rata prestasi belajar yang

merupakan selisih nilai pretes dan nilai postes untuk kelas eksperimen 1 (problem

solving), kelas eksperimen 2 (inquiry terbimbing), dan kelas kontrol disajikan

dalam Tabel 12.

Tabel 12. Perbandingan Hasil Perhitungan Rata-rata Prestasi Belajar Kelas

Eksperimen 1, Kelas Eksperimen 2, dan Kelas Kontrol.

No Uraian Kelas

Eksperimen 1

Kelas

Eksperimen 2

Kelas

Kontrol

1.

2.

Rata-rata prestasi

belajar aspek kognitif

Rata-rata prestasi

belajar aspek afektif

38,400

31,1

31,475

23,675

19,950

17,425

Sedangkan untuk distribusi frekuensi dari prestasi aspek kognitif yang

diperoleh untuk kelas eksperimen 1 (problem solving) disajikan pada Tabel 13,

kelas eksperimen 2 (inquiry terbimbing) pada Tabel 14, dan kelas kontrol pada

Tabel 15.

40

Tabel 13. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Aspek Kognitif Materi Minyak

Bumi untuk Kelas Eksperimen 1.

Interval Nilai Tengah Frekuensi Frekuensi Relatif (%)

4,0 - 12,4 8.2 0 0.00 12,5 - 20,9 16,7 0 0.00

21.0 - 29.4 25.2 6 15.79 29.5 - 37.9 33.7 15 39.47

38.0 - 46.4 42.2 11 28.95

46.5 - 54.9 50.7 7 18.42 55.0 - 63.4 59.2 1 2.63

Tabel 14. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Aspek Kognitif Materi Minyak

Bumi Kelas Eksperimen 2.

Interval Nilai Tengah Frekuensi Frekuensi Relatif

4,0 - 12,4 8.2 3 7.50

12,5 - 20,9 16,7 5 12.50 21.0 - 29.4 25.2 7 17.50

29.5 - 37.9 33.7 11 27.50 38.0 - 46.4 42.2 12 30.00

46.5 - 54.9 50.7 2 5.00

55.0 - 63.4 59.2 0 0.00

Tabel 15. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Aspek Kognitif Materi Minyak

Bumi untuk Kelas Kontrol.

Interval Nilai Tengah Frekuensi Frekuensi Relatif 4,0 - 12,4 8.2 9 22.50

12,5 - 20,9 16,7 12 30.00

21.0 - 29.4 25.2 13 32.50 29.5 - 37.9 33.7 6 15.00

38.0 - 46.4 42.2 0 0.00 46.5 - 54.9 50.7 0 0.00

55.0 - 63.4 59.2 0 0.00

Untuk memperoleh gambaran mengenai data prestasi belajar aspek

kognitif siswa pada kelas eksperimen 1 (metode problem solving), kelas

eksperimen 2 (metode inquiry terbimbing), dan kelas kontrol dapat dilihat melalui

histogram pada Gambar 8, 9, dan 10.

02468

10121416

Frek

uens

i

8.2 16,7 25.2 33.7 42.2 50.7 59.2

Nilai Tengah

KelasEksperimen1

Gambar 8. Histogram Prestasi Belajar Aspek Kognitif Materi Minyak Bumi Kelas

Eksperimen 1.

0

2

4

6

8

10

12

Frek

uens

i

8.2 16,7 25.2 33.7 42.2 50.7 59.2

Nilai Tengah

KelasEksperimen2

Gambar 9. Histogram Prestasi Belajar Aspek Kognitif Materi Minyak Bumi Kelas

Eksperimen 2.

0246

8101214

Frek

uens

i

8.2 16,7 25.2 33.7 42.2 50.7 59.2

Nilai Tengah

Kelas Kontrol

Gambar 10. Histogram Prestasi Belajar Aspek Kognitif Materi Minyak Bumi

untuk Kelas Kontrol.

Dari tabel distribusi frekuensi dan histogram prestasi belajar materi

minyak bumi aspek kognitif dapat dilihat bahwa pada kelas ekperimen 1 (problem

solving) memiliki frekuensi terbanyak pada interval 29.5 - 37.9 dengan frekuensi

15, kelas eksperimen 2 (inquiry terbimbing) memiliki frekuensi terbanyak pada

interval 38,0 – 46,4 dengan frekuensi 12, dan kelas kontrol memiliki frekuensi

terbanyak pada interval 21,0 – 29,4 dengan frekuensi 13.

Untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai perbandingan prestasi

belajar aspek kognitif siswa antara kelas eksperimen 1 (problem solving) dan

kelas eksperimen 2 (inquiry terbimbing) serta prestasi belajar antara kelas

eksperimen 1 (problem solving), kelas eksperimen 2 (inquiry terbimbing), dan

kelas kontrol dapat dilihat melalui histogram pada Gambar 11 dan 12.

02

468

1012

1416

Frek

uens

i

8.2 25.2 42.2 59.2

Nilai Tengah

KelasEksperimen 1KelasEksperimen 2

Gambar 11. Histogram Prestasi Belajar Aspek Kognitif Materi Minyak Bumi

Kelas Eksperimen 1 dan Kelas Eksperimen 2.

02

46

810

1214

16

Frek

uens

i

8.2 16,7 25.2 33.7 42.2 50.7 59.2

Nilai Tengah

KelasEksperimen 1KelasEkspeerimen 2Kelas Kontrol

Gambar 12. Histogram Prestasi Belajar Aspek Kognitif Materi Minyak Bumi

Kelas Eksperimen 1, Kelas Eksperimen 2, dan Kelas Kontrol.

Sedangkan untuk distribusi frekuensi prestasi belajar aspek afektif yang

diperoleh untuk kelas eksperimen 1 disajikan pada Tabel 16, kelas eksperimen 2

pada Tabel 17, dan kelas kontrol pada Tabel 18.

Tabel 16. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Aspek Afektif Materi Minyak

Bumi Kelas Eksperimen 1.

Interval Nilai Tengah Frekuensi Frekuensi Relatif

1,0 - 8,9 4.95 0 0.00

8,9 - 16.8 12.85 2 5.00

16.9 - 24.8 20.85 6 15.00

24.9 - 32.8 28.85 14 35.00

32,9 - 40,8 36.85 15 37.50

41.9- 49.8 45.85 3 7.50

Tabel 17. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Aspek Afektif Materi Minyak

Bumi Kelas Eksperimen 2.

Interval Nilai Tengah Frekuensi Frekuensi Relatif

1,0 - 8,9 4.95 1 2.50

8,9 - 16.8 12.85 7 17.50

16.9 - 24.8 20.85 9 22.50

24.9 - 32.8 28.85 20 50.00

32,9 - 40,8 36.85 3 7.50

41.9- 49.8 45.85 0 0.00

Tabel 18. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Aspek Afektif Materi Minyak

Bumi Kelas Kontrol.

Interval Nilai Tengah Frekuensi Frekuensi Relatif

1,0 - 8,9 4.95 3 7.50

8,9 - 16.8 12.85 13 32.50

16.9 - 24.8 20.85 18 45.00

24.9 - 32.8 28.85 5 12.50

32,9 - 40,8 36.85 1 2.50

41.9- 49.8 45.85 0 0.00

Untuk memperoleh gambaran mengenai data prestasi belajar aspek afektif

siswa pada kelas eksperimen 1 (metode problem solving), kelas eksperimen 2

(metode inquiry terbimbing), dan kelas kontrol dapat dilihat melalui histogram

pada Gambar 13, 14, dan 15.

02468

10121416

Frek

uens

i

4.95 12.9 20.9 28.9 36.9 45.9

Nilai Tengah

KelasEksperimen 1

Gambar 13. Histogram Prestasi Belajar Aspek Afektif Materi Minyak Bumi Kelas

Eksperimen 1.

0

5

10

15

20

Frek

uens

i

4.95 12.9 20.9 28.9 36.9 45.9

Nilai Tengah

KelasEksperimen 2

Gambar 14. Histogram Prestasi Belajar Aspek Afektif Materi Minyak Bumi Kelas

Eksperimen 2.

02468

1012141618

Frek

uens

i

4.95 12.85 20.85 28.85 36.85 45.85

Nilai Tengah

KelasKontrol

Gambar 15. Histogram Prestasi Belajar Aspek Afektif Materi Minyak Bumi Kelas

Kontrol.

Dari tabel distribusi frekuensi dan histogram prestasi belajar materi

minyak bumi aspek afektif dapat dilihat bahwa pada kelas ekperimen 1 (problem

solving) memiliki frekuensi terbanyak pada interval 32,9 – 40,8 dengan frekuensi

15, kelas eksperimen 2 (inquiry terbimbing) memiliki frekuensi terbanyak pada

interval 24,9 – 32,8 dengan frekuensi 20, dan kelas kontrol memiliki frekuensi

terbanyak pada interval 16,9 – 24,8 dengan frekuensi 18.

Untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai perbandingan prestasi

belajar aspek afektif siswa antara kelas eksperimen 1 (problem solving) dan kelas

eksperimen 2 (inquiry terbimbing) serta prestasi belajar antara kelas eksperimen 1

(problem solving), kelas eksperimen 2 (inquiry terbimbing), dan kelas kontrol

dapat dilihat melalui histogram pada Gambar 16 dan 17.

02468

101214161820

Frek

uens

i

4.95 12.85 20.85 28.85 36.85 45.85

Nilai Tengah

KelasEksperimen 1KelasEksperimen 2

Gambar 16. Histogram Prestasi Belajar Aspek Afektif Materi Minyak Bumi

Kelas Eksperimen 1 dan Kelas Eksperimen 2.

0

5

10

15

20

Frek

uens

i

4.95 12.85 20.85 28.85 36.85 45.85

Nilai Tengah

KelasEksperimen 1KelasEksperimen 2Kelas Kontrol

Gambar 17. Histogram Prestasi Belajar Aspek Afektif Materi Minyak Bumi Kelas

Eksperimen 1, Kelas Eksperimen 2, dan Kelas Kontrol.

B. Uji Prasyarat Analisis

Sebelum melaksanakan analisis uji-t pihak kanan untuk menguji hipotesis

penelitian perlu dilakukan uji persyaratan analisis yang meliputi uji normalitas

dan uji homogenitas.

1. Uji t- matching

Uji t-matching atau uji keseimbangan digunakan untuk mengetahui

kemampuan awal antara kelas eksperimen 1, kelas eksperimen 2, dan kelas

kontrol. Adapun hasil komputasi dari uji t-matching terhadap nilai pretes pada

materi minyak bumi dapat dilihat dalam Lampiran 16. Dari perhitungan uji t-

matching antara kelas eksperimen 1 (problem solving) dengan kelas eksperimen 2

(inquiry terbimbing) didapatkan harga t = 0,037 untuk aspek kognitif dan t =

0,562 untuk aspek afektif. Antara kelas eksperimen 1 (problem solving) dan kelas

kontrol diperoleh t = 0,071 untuk aspek kognitif dan t = 1,518 untuk aspek afektif.

Sedangkan untuk kelas eksperimen 2 (inquiry terbimbing) dengan kelas kontrol

didapatkan t = 0,024 untuk aspek kognitif dan t = 0,98 untuk aspek afektif. Hasil

uji t-maching pada aspek kognitif dan afektif secara keseluruhan menunjukkan

bahwa thitung DK sehingga H0 diterima, dimana daerah kritiknya adalah t<-1,66

atau t >1,66. Dengan mengasumsikan nilai pretes materi minyak bumi sebagai

kemampuan awal, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa nilai rata-rata pretes

ketiga kelas tersebut mempunyai kemampuan awal yang sama.

2. Uji Normalitas

Dalam pengujian normalitas ini menggunakan uji Lilliefors dengan rumus

yang telah disebutkan dalam bab sebelumnya. Rangkuman hasil uji normalitas ini

disajikan dalam Tabel 19. Adapun data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran

17.

Tabel 19. Hasil Uji Normalitas Prestasi Belajar Siswa Materi Minyak Bumi.

No Uji Normalitas Jumlah sampel

Harga L Kesimpulan Berdistribusi Hitung Tabel

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15.

Pretes Aspek Kognitif (Kelas Eksp.1) Pretes Aspek Kognitif (Kelas Eksp.2) Pretes Aspek Kognitif (Kelas Kontrol) Pretes Aspek Afektif (Kelas Eksp.1) Pretes Aspek Afektif (Kelas Eksp.2) Pretes Aspek Afektif (Kelas Kontrol) Postes Aspek Kognitif (Kelas Eksp.1) Postes Aspek Kognitif (Kelas Eksp.2) Postes Aspek Kognitif (Kelas Kontrol) Postes Aspek Afektif (Kelas Eksp.1) Postes (Aspek Afektif Kelas Eksp.2) Postes Aspek Afektif (Kelas Kontrol) Prestasi Aspek Kognitif (Kelas Eksp.1) Prestasi Aspek Kognitif (Kelas Eksp.2) Prestasi Aspek Kognitif (Kelas Kontrol)

40

40

40

40

40

40

40

40

40

40

40

40

40

40

40

0,1368 0,1359 0,1264 0,1370 0,1100 0,1031 0,0904 0,1307 0,0943 0,1334 0,1334 0,1328 0,1349 0,1239 0,0851

0,1401 0,1401 0,1401 0,1401 0,1401 0,1401 0,1401 0,1401 0,1401 0,1401 0,1401 0,1401 0,1401 0,1401 0,1401

Normal

Normal

Normal

Normal

Normal

Normal

Normal

Normal

Normal

Normal

Normal

Normal

Normal

Normal

Normal

16. 17. 18.

Prestasi Aspek Afektif (Kelas Eksp.1) Prestasi Aspek Afektif (Kelas Eksp.2) Prestasi Aspek Afektif (Kelas Kontrol)

40

40

40

0,0946 0,0922 0,0994

0,1401 0,1401 0,1401

Normal

Normal

Normal

3. Uji Homogenitas

Dalam penelitian ini, uji homogenitas yang digunakan adalah uji Bartlet

dengan taraf signifikansi 5%. Rangkuman hasil uji homogenitas ini disajikan

dalam Tabel 20. Dan data selengkapnya dapat dilihat dalam Lampiran 18.

Tabel 20. Hasil Uji Homogenitas Prestasi Belajar Siswa Materi Minyak Bumi.

No Uji Homogenitas Harga X2 Kesimpulan

Hitung Tabel

1.

2.

3.

4.

5.

6.

Pretes Aspek Kognitif

Pretes Aspek Afektif

Postes Aspek Kognitif

Postes Aspek Afektif

Prestasi Aspek kognitif

Prestasi Aspek afektif

3,5343

1,2701

4,8573

0,6069

2,8975

0,2518

5,99

5,99

5,99

5,99

5,99

5,99

Homogen

Homogen

Homogen

Homogen

Homogen

Homogen

C. Pengujian Hipotesis

1. Hasil Analisis Variansi

Setelah prasyarat analisis dipenuhi, maka diteruskan dengan pengujian

hipotesis penelitian. Penyajian hipotesis dilakukan dengan analisis variansi satu

jalan dengan sel sama. Perhitungan secara lengkap disajikan pada Lampiran 19.

Hasil analisis variansi satu jalan dengan sel sama terhadap prestasi

belajar materi minyak bumi pada aspek kognitif dan aspek afektif dirangkum

dalam Tabel 21 dan Tabel 22.

Tabel 21. Rangkuman Hasil Analisis Variansi Satu Jalan dengan Sel Sama Aspek Kognitif.

Sumber Variasi

Jumlah Kuadrat

Derajat Kebebasan

Rataan Kuadrat Fobs Fα

Kesimpulan

Metode Pembelajaran (A) 6949.117 2 3474.558 37.11 3.07

H0 Ditolak

Galat (G) 10953.475 117 93.619 Total 17902.592 119

Tabel 22. Rangkuman Hasil Analisis Variansi Satu Jalan dengan Sel Sama Aspek

Afektif. Sumber Variasi

Jumlah Kuadrat

Derajat Kebebasan

Rataan Kuadrat Fobs Fα Kesimpulan

Metode Pembelajaran (A) 3749.317 2 1874.658 35.15 3.07 H0 Ditolak Galat (G) 6240.150 117 53.335 Total 9989.467 119

2. Hasil Pengujian Hipotesis Penelitian

Setelah dilakukan analisis variansi satu jalan dengan sel sama terhadap prestasi

belajar siswa pada materi minyak bumi, diperoleh harga Fobs = 37,11 untuk aspek

kognitif dan Fobs = 35,15 untuk aspek afektif. Harga ini melampaui harga Ftabel =

3,07 dengan nk = 120 pada taraf signifikasi 5%, maka baik untuk prestasi kognitif

maupun aspek afektif H0 ditolak dan H1 diterima. Hal ini berarti ada perbedaan

prestasi belajar siswa yang diajar dengan metode problem solving, metode inquiry

terbimbing, dan metode ceramah pada materi minyak bumi.

3. Hasil Uji Lanjut Pasca Analisis Variansi

Analisis variansi mempunyai kelemahan yaitu apabila H0 ditolak, peneliti

hanya mengetahui bahwa perlakuan-perlakuan yang diteliti memberikan pengaruh

yang berbeda. Namun, peneliti belum bisa mengetahui mana perbedaan yang

signifikan antara perlakuan-perlakukan itu dengan yang lainnya. Untuk

menyempurnakannya, perlu dilakukan uji lanjut pasca anava yaitu dengan

menggunakan Uji Scheffe.

Hasil perhitungan Uji Scheffe selengkapnya terdapat dalam Lampiran 20.

Rangkuman hasil uji lanjut pasca analisis variansi dengan Uji Scheffe untuk aspek

kognitif disajikan dalam Tabel 23, sedangkan untuk aspek afektif disajikan dalam

Tabel 24.

Tabel 23. Rangkuman Komparasi Ganda Prestasi Kognitif.

Komparasi (Xi-Xj)2 1/ni + 1/nj RKG F Kritik Keputusan

µ1 vs µ2 47,956 0.05 93,619 10,24 6,14 Ditolak

µ2 vs µ3 132,826 0.05 93,619 28,38 6,14 Ditolak

µ1 vs µ3 340,402 0.05 93,619 72,72 6,14 Ditolak

Tabel 24. Rangkuman Komparasi Ganda Prestasi Afektif.

Komparasi (Xi-Xj)2 1/ni + 1/nj RKG F Kritik Keputusan

µ1 vs µ2 55,130 0.05 53,334 20,67 6,14 Ditolak

µ2 vs µ3 39,062 0.05 53,334 14,65 6,14 Ditolak

µ1 vs µ3 187,006 0.05 53,334 70,12 6,14 Ditolak

Keterangan :

1 = Prestasi belajar siswa dengan metode problem solving.

2 = Prestasi belajar siswa dengan metode inquiry terbimbing.

3 = Prestasi belajar siswa dengan metode ceramah.

Dari Tabel 23 dan Tabel 24 dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar

siswa dengan metode problem solving dan inquiry terbimbing lebih tinggi

daripada dengan metode ceramah, sedangkan prestasi belajar siswa dengan

metode problem solving lebih tinggi daripada dengan metode inquiry terbimbing

ditinjau dari aspek kognitif maupun aspek afektif.

D. Pembahasan Analisis Data

Pembelajaran yang dilakukan oleh guru kimia di SMA N 1 Mojolaban

sampai saat ini masih menggunakan metode pembelajaran yang cenderung

teacher centered (berpusat pada guru), diantaranya dengan ceramah yang

dilengkapi dengan tanya jawab, latihan soal, dan diskusi secara terbatas.

Pembelajaran seperti ini membuat siswa memiliki kecenderungan untuk berfikir

pasif dikarenakan keterbatasan dalam mengeksplor kemampuan mereka dan

umumnya hanya menerima informasi atau pengetahuan yang diberikan guru saja.

Bagi siswa dengan kemampuan awal rendah dan kemampuan bertanya rendah

merasa kesulitan dengan pengajaran tersebut. Siswa dengan kondisi seperti itu

memiliki prestasi belajar yang cenderung rendah karena kesulitan dalam

memahami materi belum bisa teratasi.

Dalam penelitian ini, sampel yang digunakan dalam pembelajaran

dengan metode ceramah adalah kelas X.5 SMA N 1 Mojolaban tahun ajaran

2008/2009 yang terdiri dari 40 siswa. Dalam pembelajaran dengan cara ceramah,

siswa kebanyakan mendengarkan dan mencatat sehingga suasana kelas menjadi

pasif. Daya tahan siswa untuk mendengarkan pelajaran sangat terbatas, akibatnya

siswa yang memiliki ketrampilan mendengarkan rendah cepat merasa bosan dan

terpecah perhatiannya. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata prestasi belajar siswa

dengan metode ceramah untuk aspek kognitif 19,950 dan untuk aspek afektif

17,425. Keadaan ini tentu berbeda ketika siswa dikondisikan untuk saling

berdiskusi secara aktif, mengeksplor pengetahuan dan kemampuan siswa melalui

pemecahan terhadap masalah-masalah.

Materi minyak bumi merupakan materi yang tidak hanya bersifat teori

tetapi juga bersifat prinsip dan aplikasi dalam kehidupan sehari-hari. Dalam

mempelajari materi minyak bumi, pada umumnya siswa cenderung mengalami

kesulitan memahami prinsip pengolahan minyak bumi dan mengaitkan materi

tersebut dengan kehidupan sehari-hari. Materi minyak bumi ini akan lebih mudah

dipahami apabila siswa dapat mengeksplor pengetahuan mereka sendiri

berdasarkan pengalaman sebelumnya. Oleh karena itu diperlukan satu metode

yang memancing siswa lebih aktif dalam mengemukakan apa yang mereka tahu

dan mendiskusikannya bersama siswa yang lain.

Salah satu metode yang sesuai untuk diterapkan dalam menghadapi

masalah di atas adalah metode problem solving. Metode problem solving

merupakan suatu cara menyajikan bahan pelajaran dengan menghadapkan siswa

pada persoalan atau masalah yang harus dipecahkan atau diselesaikan dalam

rangka pencapaian tujuan pengajaran. Dalam metode problem solving, siswa

dituntut mengembangkan keterampilan proses sains untuk melakukan analisis

masalah serta generalisasi untuk mencari hubungan antara data yang ada dengan

pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat menemukan pemecahan dari masalah

yang dihadapi. Kemampuan pemecahan masalah akan mencerminkan seberapa

jauh siswa menguasai materi pelajaran sebab siswa dituntut untuk mampu

menganalisis penyebab suatu masalah dan menemukan cara pemecahannya.

Keaktifan siswa merupakan kunci dalam pembelajaran problem solving.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan diskusi kelompok sebagai

cara untuk memancing keaktifan siswa. Sampel yang digunakan adalah kelas X.6

SMA N 1 Mojolaban tahun ajaran 2008/2009 sebanyak 40 siswa. Dalam proses

pembelajaran, siswa dibagi menjadi 8 kelompok yang masing-masing terdiri dari

5 orang dan ditugaskan untuk berdiskusi mengenai masalah yang berkaitan

dengan minyak bumi dalam kehidupan sehari-hari baik baik di lingkungan

sekitarnya maupun di seluruh dunia. Siswa juga diarahkan untuk berdiskusi

mengenai minyak bumi yang dibatasi pada beberapa topik berdasarkan

pengalaman mereka yang didapatkan dari berbagai sumber. Baik dari TV, koran,

pengalaman langsung, artikel di internet, maupun dari orang lain. Setelah

mendiskusikan beberapa masalah tersebut dalam kelompoknya, setiap kelompok

mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas kepada kelompok-kelompok yang

lain kemudian dilanjutkan dengan diskusi. Di akhir diskusi kemudian guru

menyimpulkan semua masalah yang dikemukakan siswa serta hasil diskusi

berdasarkan teori. Inovasi pembelajaran dengan metode problem solving ini

ternyata mampu meningkatkan prestasi belajar siswa yaitu rata-rata prestasi aspek

kognitif sebesar 38,4 dan prestasi aspek afektif sebesar 31,1.

Selain pendekatan dengan metode problem solving, pembelajaran yang

dapat digunakan dalam pembelajaran materi minyak bumi yaitu pendekatan

dengan metode inquiry (penemuan). Pendekatan ini didasarkan pada proses

mental di mana siswa mengasimilasikan konsep-konsep dan prinsip-prinsip. Salah

satu jenis pendekatan inquiry adalah pendekatan inquiry terbimbing. Pada

pendekatan ini, guru menyediakan bimbingan atau petunjuk kepada siswa,

sebagian besar perencanaan dibuat guru, dan siswa tidak merumuskan problem

atau masalah.

Dalam penelitian ini, peneliti juga menggunakan diskusi kelompok

sebagai cara untuk memancing keaktifan siswa seperti pada metode problem

solving. Perbedaannya terletak pada bimbingan dan petunjuk guru yang diberikan

sebelum siswa melakukan diskusi. Sampel yang digunakan adalah kelas X.7 SMA

N 1 Mojolaban tahun ajaran 2008/2009 sebanyak 40 siswa. Dalam pembelajaran

inquiry terbimbing, guru memberikan petunjuk yang luas mengenai topik dan

materi sebagai bahan diskusi. Dalam pembelajaran inquiry terbimbing, siswa lebih

banyak mendapatkan petunjuk dari guru sehingga mereka tidak menggunakan

pengetahuan mereka sendiri secara murni dalam memecahkan masalah. Setelah

mendiskusikan beberapa masalah yang telah disebutkan guru dalam kelompoknya,

setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas kepada

kelompok-kelompok yang lain kemudian dilanjutkan dengan diskusi. Di akhir

diskusi kemudian guru menyimpulkan semua masalah yang dikemukakan siswa

serta hasil diskusi berdasarkan teori. Inovasi pembelajaran dengan metode inquiry

terbimbing ini ternyata juga mampu meningkatkan prestasi belajar siswa

dibandingkan dengan metode ceramah yaitu rata-rata prestasi aspek kognitif

sebesar 31,475 dan prestasi aspek afektif sebesar 23,675.

Untuk melihat perbedaan hasil prestasi belajar antara kelas eksperimen

problem solving, kelas eksperimen inquiry terbimbing, dan kelas kontrol

(ceramah), digunakan analisis variansi (anava) satu jalan dengan sel sama. Setelah

dilakukan analisis variansi satu jalan dengan sel sama diperoleh harga Fobs = 37,11

untuk aspek kognitif dan Fobs = 35,15 untuk aspek afektif. Harga ini melampaui

harga Ftabel = 3,07 dengan nk = 120 pada taraf signifikasi 5%. Hal ini berarti

terdapat perbedaan prestasi belajar siswa yang diajar dengan metode problem

solving, inquiry terbimbing, dan ceramah pada materi minyak bumi. Setelah

dilanjutkan dengan Uji Scheffe terhadap prestasi belajar siswa pada materi minyak

bumi, antara kelas eksperimen problem solving dengan kelas kontrol (ceramah)

diperoleh harga Fobs = 72,72 untuk aspek kognitif dan Fobs = 70,12 untuk aspek

afektif, antara kelas eksperimen inquiry terbimbing dengan kelas kontrol

(ceramah) diperoleh harga Fobs = 28,38 untuk aspek kognitif dan Fobs = 14,65

untuk aspek afektif, dan antara kelas eksperimen problem solving dengan kelas

eksperimen inquiry terbimbing diperoleh harga Fobs = 10,24 untuk aspek kognitif

dan Fobs = 20,68 untuk aspek afektif. Harga Fobs tersebut melampaui harga Ftabel =

6,14 dengan nk = 80 pada taraf signifikasi 5%, maka baik untuk aspek kognitif

maupun aspek afektif, H0 ditolak dan H1 diterima.

Berdasarkan seluruh analisis di atas dapat diketahui bahwa terdapat

perbedaan pengaruh penggunaan metode problem solving, inquiry terbimbing, dan

ceramah terhadap prestasi belajar siswa dalam pembelajaran kimia pada materi

minyak bumi. Perbedaan ini terlihat dari pencapaian prestasi belajar siswa dalam

pembelajaran kimia pada materi minyak bumi yang menggunakan metode

problem solving dan inquiry terbimbing lebih tinggi daripada prestasi belajar

siswa yang menggunakan metode ceramah. Sedangkan prestasi belajar siswa

dalam pembelajaran kimia pada materi minyak bumi yang menggunakan metode

problem solving lebih tinggi daripada prestasi belajar siswa yang menggunakan

metode inquiry terbimbing.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Terdapat perbedaan pengaruh penggunaan metode problem solving,

inquiry terbimbing, dan ceramah terhadap prestasi belajar siswa dalam

pembelajaran kimia pada materi minyak bumi. Perbedaan ini terlihat dari

pencapaian prestasi belajar siswa dalam pembelajaran kimia pada materi minyak

bumi yang menggunakan metode problem solving dan inquiry terbimbing lebih

tinggi daripada prestasi belajar siswa yang menggunakan metode ceramah.

Sedangkan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran kimia pada materi minyak

bumi yang menggunakan metode problem solving lebih tinggi daripada prestasi

belajar siswa yang menggunakan metode inquiry terbimbing. Hasil uji lanjut

pasca anava satu jalan dengan sel sama (uji Scheffe) antara kelas eksperimen

problem solving dengan kelas kontrol (ceramah), untuk aspek kognitif (Fobs > Ftabel

= 72,72 > 6,14) dan untuk aspek afektif (Fobs > Ftabel = 70,12 > 6,14). Antara

kelas eksperimen inquiry terbimbing dengan kelas kontrol (ceramah), untuk aspek

kognitif (Fobs > Ftabel = 28,38 > 6,14) dan untuk aspek afektif (Fobs > Ftabel = 14,65

> 6,14). Antara kelas eksperimen problem solving dengan kelas eksperimen

inquiry terbimbing, untuk aspek kognitif (Fobs > Ftabel = 10,24 > 6,14) dan untuk

aspek afektif (Fobs > Ftabel = 20,68 > 6,14). Karena secara keseluruhan Fobs > Ftabel,

maka baik untuk aspek kognitif maupun aspek afektif H0 ditolak dan H1 diterima.

B. Implikasi

Berdasarkan hasil penelitian bahwa terdapat perbedaan pengaruh

penggunaan metode problem solving, inquiry terbimbing, dan ceramah terhadap

prestasi belajar siswa, serta diketahui bahwa prestasi belajar siswa dengan

menggunakan metode problem solving dan inquiry terbimbing lebih tinggi

daripada dengan menggunakan metode ceramah, sedangkan prestasi belajar siswa

dengan menggunakan metode problem solving lebih tinggi daripada dengan

menggunakan metode inquiry terbimbing dalam pembelajaran kimia pada materi

minyak bumi, maka diharapkan dapat memberikan informasi kepada guru kimia

tentang :

1. Pengajaran dengan menggunakan metode problem solving dan inquiry

terbimbing dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dibandingkan

pengajaran dengan menggunakan metode ceramah.

2. Pengajaran dengan menggunakan metode problem solving dapat

meningkatkan prestasi belajar siswa dibandingkan pengajaran dengan

menggunakan metode inquiry terbimbing

C. Saran

Sehubungan dengan adanya hasil penelitian dan implikasinya, maka saran-

saran yang dapat penulis kemukakan yaitu:

1. Dalam proses pembelajaran hendaknya guru mampu memilih metode

pembelajaran yang tepat sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa,

58

diantaranya dengan menggunakan metode pembelajaran problem solving dan

inquiry terbimbing pada materi minyak bumi.

2. Guru diharapkan menggunakan metode pembelajaran yang melibatkan

keaktifan siswa dalam proses pembelajaran sehingga kompetensi yang

diharapkan dapat tercapai.

3. Perlu diadakan penelitian sejenis terhadap metode pembelajaran lain yang

lebih efektif dan efisien yang sesuai dengan karakteristik materi pembelajaran

terhadap materi yang lain.

DAFTAR PUSTAKA

Budiyono. 2004. Statistika untuk Penelitian. Surakarta : UNS Press. Margono. 1998. Strategi Belajar Mengajar. Surakarta: UNS Press. Missy Holzer. 2008. Application of Inquiry Methods in Student’s Original

Research Projects. New Jersey : Dept. of Geography. Muchtaridi & Sandri Justiana. 2007. Kimia SMA/MA Kelas X. Bogor : Yudhistira. Mulyati Arifin. 1995. Pengembangan Program Pengajaran Bidang Studi Kimia. Surabaya: Airlangga University Press. Munir Tanrere. 2008. Environmental Problem Solving in Learning Chemistry for

High School Students. Surabaya : Department of Environmental Engineering Sepuluh Nopember Institute of Technology. Volume 3, Number 1 : 47-50.

Nana Sudjana. 2005. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT

Remaja Rosdakarya. Roestiyah N.K. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : PT Rineka Cipta. R.P Koesoemadinata. 1980. Geologi Minyak dan Gas Bumi. Bandung: ITB. Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung : Tarsito.

Suharsimi Arikunto. 2001. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi revisi). Jakarta: Rineka Cipta.

_______________. 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. _______________.2003. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Sumanto. 1998. Dimensi Mendidik Ilmu Pengetahuan Alam dan Pengembangan

Sebagai Disiplin Ilmu. Yogyakarta : Kanisius. Syaiful Bahri Djamarah dan Azwan Zain. 2002. Strategi Belajar Mengajar.

Jakarta : Rineka Cipta. W.S. Winkel. 1996. Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Jurusan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma. Winarno Surakhmad. 1986. Pengantar Interaksi Belajar Mengajar dan Teknik

Metode Mengajar . Bandung : Tarsito. Zainal Arifin. 1990. Evaluasi Instruksional Prinsip-Teknik-Prosedur. Bandung:

PT. Remaja Rosdakarya.

60