dampak transmigrasi

33
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Istilah yang paling populer dalam dua darsawarsa ini adalah lingkungan hidup (living environment), banyak diucapkan orang, ditulis di surat kabar, disiarkan di radio dan ditayangkan di teleyisi dan sebagainya. Seringkali juga diucapkan dalam waktu dan persoalan yang tidak tepat sepenuhnya. Juga sering tidak dimengerti oleh banyak orang apa makna sebenarnya lingkungan hidup itu. Istilah tersebut pun sering mencuat ke permukaan erat kaitannya dengan kondisi kehidupan sehari-hari, baik di negara-negara maju maupun di negara-negara sedang berkembang, dikenal dengan apa yang disebut masalah lingkungan nidup, atau dipendekkan menjadi masalah lingkungan. Masalah lingkungan hidup mulai; menarik perhatian orang hampir di semua negara di dunia setelah berlangsung sebuah konferensi Internasional yang diselenggarakan oleh PBB, The United Nation Conference on The Human Environment di Stockholm Swedia pada tanggal 15 Juni 1972. Konferensi tersebut juga menetapkan tanggal 5 Juni sebagai hari lingkungan hidup sedunia yang diperingati setiap tahun oleh negara-negara anggota PBB. Sejak itu Pemerintah Indonesia mulai mengambil langkah-langkah yang berkaitan dengan masalah lingkungan hidup di Indonesia. Masalah lingkungan hidup yang semula ditangani oleh suatu pailitia antar departemen, ditingkatkan penanganannya oleh seorang menteri negara yaitu Menteri Negara Pengawasan 1

Upload: azryalqadry

Post on 24-Oct-2015

242 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

Transmigrasi

TRANSCRIPT

Page 1: Dampak Transmigrasi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Istilah yang paling populer dalam dua darsawarsa ini adalah lingkungan

hidup (living environment), banyak diucapkan orang, ditulis di surat kabar,

disiarkan di radio dan ditayangkan di teleyisi dan sebagainya. Seringkali juga

diucapkan dalam waktu dan persoalan yang tidak tepat sepenuhnya. Juga sering

tidak dimengerti oleh banyak orang apa makna sebenarnya lingkungan hidup itu.

Istilah tersebut pun sering mencuat ke permukaan erat kaitannya dengan kondisi

kehidupan sehari-hari, baik di negara-negara maju maupun di negara-negara

sedang berkembang, dikenal dengan apa yang disebut masalah lingkungan nidup,

atau dipendekkan menjadi masalah lingkungan.

Masalah lingkungan hidup mulai; menarik perhatian orang hampir di

semua negara di dunia setelah berlangsung sebuah konferensi Internasional yang

diselenggarakan oleh PBB, The United Nation Conference on The Human

Environment di Stockholm Swedia pada tanggal 15 Juni 1972. Konferensi

tersebut juga menetapkan tanggal 5 Juni sebagai hari lingkungan hidup sedunia

yang diperingati setiap tahun oleh negara-negara anggota PBB.

Sejak itu Pemerintah Indonesia mulai mengambil langkah-langkah yang

berkaitan dengan masalah lingkungan hidup di Indonesia. Masalah lingkungan

hidup yang semula ditangani oleh suatu pailitia antar departemen, ditingkatkan

penanganannya oleh seorang menteri negara yaitu Menteri Negara Pengawasan

1

Page 2: Dampak Transmigrasi

3PLH). Pembangunan dan Lingkungan Hidup (PPLH). Kemudian sejak tahun

1978 berkembang menjadi Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup

(KLH).

Seiring dengan itu maka kita lihat masyarakat luas mulai pula menaruh

perhatian terhadap masalah-masalah Lingkungan hidup di Indonesia ditandai

dengan berbagai macam bentuk kegiatan. Hal itu tercermin dengan peningkatan

kegiatan ilmiah seperti mengadakan seminar, simposium, rapat kerja dan

penulisan artikel tentang lingkungan hidup di media cetak dan lain-lain. Di

samping itu beberapa lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang bergerak di

bidang lingkungan tumbuh pula dengan pesat. Salah satu LSM utama yang

bergerak di bidang lingkungan adalah Wahana Lingkungan Indonesia (WALHI).

Masalah lingkungan hidup di Indonesia sudah mulai disadari sejak tahun

1970an. Oleh sebab itu Pemerintah Indonesia merasa perlu menangani masalah

lingkungan hidup secara menyeluruh. Menurut Emil Salim (1982) ada tiga sebab

utama mengapa Pemerintah Indonesia merasa perlu menangani masalah

lingkungan hidup secara menyeluruh, yaitu :

Pertama, adanya kesadaran bahwa Indonesia sudah menghadapi masalah

lingkungan yang cukup gawat. Ini terbukti dengan peningkatan gejala-gejala

banjir yang diikuti oleh kegagalan panen sebagai akibat dari kemarau panjang,

yang lebih sering dirasakan setelah tahun 1970an dibandingkan dengan dasawarsa

sebelumnya.

Kedua, adalah keperluan untuk mewariskan kepada generasi yang akan

datang sumber daya alam yang dapat diolah berdasarkan prinsip berkelanjutan

2

Page 3: Dampak Transmigrasi

dalam proses jangka panjang. Artinya summer daya alam yang sekarang ada tidak

boleh rusak ketika terjadi pergantian generasi, sesuai dengan pesan lingkungan

yang terkandung dalam sebuah motto : "Bumi ini bukanlah warisan dari nenek

moyang tetapi adalah hutang kepada cucu kita".

Ketiga, adalah alasan ideal, bahwa kita ingin membangun manusia

Indonesia seutuhnya material dan, spiritual berdasarkan Pancasila yang

mengandung ciri-ciri keselarasan hubungan antara manusia dengan manusia

sesamanya, hubungan manusia dengan Tuhan dan hubungan manusia dengan

alam. Di samping itu berdasarkan pasal 33 ayat 3 UUD 1945 bahwa bumi dan air

dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan

dipergunakan untuk kemakmuran rakyat sebesar-besarnya.

Adapun ciri-ciri keselarasan hubungan antara manusia dan manusia adalah

terdapatnya penghargaan terhadap hak asasi manusia (HAM) baik dalam

hubungan antara warganegara yang satu dengan yang lainnya maupun hubungan

antara warganegara dengan penguasa. Ciri-ciri keselarasan hubungan manusia

dengan Tuhan adalah dengan ketaatan atau kepatuhan manusia terhadap segala

ajaran agama yang dianutnya. Dalam agama Islam misalnya tercantum ajaran

tersebut dalam Surat Al Qasas 77, yang artinya :"Dan carilah dalam kurnia yang

Allah berikan kepadamu itu (keselamatan) negeri akhirat, tetapi janganlah engkau

lupa bagianmu dari dunia dan buatlah kebajkan sebagaimana Allah telah berbuat

baik kepadamu dan janganlah kau cari kerusuhan di bumi karena sesungguhnya

Allah tidak suka orang-orang yang berbuat rusuh. Akhirnya ciri-ciri keselarasan

hubungan manusia dengan alam adalah dalam sikap dan perbuatan kita yang tidak

3

Page 4: Dampak Transmigrasi

merusak alam.

Dalam perspektif sejarah umat mapusia terdapat tiga macam hubungan

manusia dengan alam (Koentjaraningrat, 1983 : 195):

1. Manusia tunduk kepada alam

2. Manusia menguasai alam

3. Manusia serasi dan harmonis dengan alam.

Pada masa purba segalanya berpusat pada alam, manusia dengan alam

adalah satu alam dianggap sebagai dewa atau Tuhan. Alam dianggap penuh

dengan makhluk-makhluk halus yang mempunyai kekuatan gaib. Manusia selalu

berupaya agar kekuatan-kekuatan alam dapat dijinakkan atau dikendalikan agar

kehidupan manusia tidak tergangggu oleh makhluk-makhluk halus tersebut. Oleh

sebab itu segala perbuatan yang bersifat tabu (dilarang) harus dihindarkan dan

pemujaan perlu dilakukan. Dengan demikiai maka berkembanglah animisme dan

dinamisme. Di Barat persepsi manusia terhadap alam seperti itu berlangsung

sampai zaman Renaissance. Oleh sebab itu kebudayaan merupakan perkembangan

dari alam itu sendiri dengan perantaraan manusia.

Pada zaman Rasionalisme hubungan manusia dengan alam mengalami

perubahan segalanya berpusat pada manusia. Dari sinilah bermula kerusakan

lingkungan hidup karena ada pemisahan antara manusia dengan alam. Manusia

adalah pribadi yang berdiri sendiri terlepas dari yang lain dan punya otonomi

penuh. Hakekat manusia yang berdiri sendiri itu adalah rasionalitas yang

menganggap bahwa manusia itu adalah kesadaran. Dalam rasionalitas itulah

manusia mengembangkan kesadarannya. Oleh karena manusia dengan alam

4

Page 5: Dampak Transmigrasi

terpisah maka terdapat jarak diantaranya. Jarak itulah yang diisi dengan

rasionalitas. Bengan demikian maka berkembanglah ilmu dan teknologi. Implikasi

dari semua itu, manusia bukan saja menguasai alam dengan ilmu dan teknologi,

lebih jauh dari itu manusia telah menimbulkan kerusakan di muka bumi karena

pengurasan sumber daya alam berlangsung dengan cepat dan berskala besar.

Pada masa kini, tepatnya setelah berlangsung konferensi PBB tentang

lingkungan hidup di Stockholm Swedia tahun 1972 maka telah terjadi perubahan

sifat hubungan manusia-alam. Orang menafsirkan hubungan itu sebagai suatu

dialog memberi dan menerima secara timbil balik. Melalui kebudayaan manusia

membudayakan alam, dan melalui alam menduniakan manusia. Manusia tidak

lagi dianggap berada di luar ekosistem, melainkan bagian atau komponen dari

ekosistem.

Ledakan Penduduk dan Program Trasmigrasi yang menunjukkan telah

dicapainya jumlah penduduk dunia menjadi 5 miliar pada tanggal 17 Juli 1987

telah berlalu. Jumlah tersebut sekarang setelah berlalu waktu 20 tahun (2007)

diperkirakan sudah mencapai 6,5 miliar jiwa. Bumi kita semenjak itu telah

menjadi semakin sesak dan padat, bagaikan sebuah kereta yang bermuatan sarat

penuh dengan penumpang yang berdesak-desakan, seperti kata Barbara Wards

dalam bukunya Hanya Satu Bumi (1974). Keadaan seperti itu tentu tidak akan

mencemaskah seandainya Planet Biru ini ukurannya lebih besar dari yang ada

sekarang ini misalnya sebesar ukuran planet Jupiter.

Masalah yang kita hadapi dewasa ini adalah ledakan penduduk, yang

menimbulkan terjadinya masalah lingkungan. Salah satu sumber masalah

5

Page 6: Dampak Transmigrasi

lingkungan adalah mengenai kependudukan. Timbul pertanyaan kapankah

terjadinya masalah kependudukan? Masalahnya akan timbul bilamana jumlah

penduduk pada suatu kawasan tertentu terlalu banyak, terlalu sedikit atau

distribusi tempat tinggal penduduk tidak merata sehingga dapat menimbulkan

masalah terutama dalam hal tingkat kesejahteraan manusia. Penduduk yang

diidamkan adalah yang jumlahnya tidak terlalu besar, tidak terlalu sedikit dan

distribusi tempat tinggalnya merata di seluruh wilayah negara.

Penduduk Indonesia menurut sensus tahun 2000 sekitar 215 juta jiwa dan

pada tahun 2010 diperkirakan 225 juta jiwa. Penduduk sebanyak itu tersebar tidak

merata, menumpuk di pulau Jawa, Madura dan Bali. Luas wilayah Indonesia kira-

kira 1.904.000,- km. Dua pertiga dari jumla penduduk Indonesia berada di pulau

Jawa dan Madura, yang luasnya hanya 7% dari luas seluruh wilayah Indonesia

(132.000 km2), sementara sepertiga lagi diri jumlah penduduk mendiami 93%

wilayah Indonesia (1.772.000. km2).

Secara nasional maka masalah yang dihadapi Indonesia adalah bagaimana

menyebarkan penduduk yang terpusat pada di pulau Jawa untuk dipindahkan ke

luar Jawa dalam rangka pembangunan nasional. Pemindahan penduduk ke luar

Jawa terkenal dengan sebuah program yang disebut transmigrasi. Program

tersebut bukan tanpa masalah baru yang ditimbulkannya sehingga menimbulkan

kecaman dari para pakar lingkungam baik dari dalam maupun dari luar negeri.

Kecaman tersebut muncul karena dampak negatif program transmigrasi telah

menimbulkan bencana lingkungan di bebenipa daerah tujuan transmigrasi seperti

di Sumatera dam Kalimantan. Program transmigrasi tidak hanya telah

6

Page 7: Dampak Transmigrasi

menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan namun juga dampak negatif

sosial budaya. Kebijaksanaan pemerintah yang dapat menjadi sumber kerusakan

selain dari program transmigrasi juga mengenai kebijaksanaan pemerintah yang

memberikan konsesi berupa izin Hak Pengusahaan Hutan (HPH) kepada para

pengusaha yang bergerak di bidang kehutanan. Timbul bencana di mana-mana

berakibat kerugian berupa harta benda dan korban jiwa manusia, berupa banjir,

tanah longsor, erosi, pelumpuran serta kekeringan dan lain-lain bencana alam.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang dapat dikemukakan sebagai berikut:

- Apakah dampak negatif dari Transmgrasi

- Apakah implikasi ketenagakerjaan terhadap sumberdaya alam terutama

hutan dalam kaitannya dengan pola-pola transmigrasi di Indonesia?

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah:

- Untuk mengetahui dampak negatif dari Transmigrasi

- Untuk mengetahui implikasi ketenagakerjaan terhadap sumberdaya alam

terutama hutan dalam kaitannya dengan pola-pola transmigrasi di

Indonesia.

1.4 Manfaat Penulisan

Sebagai informasi bagi pihak-pihak yang menaruh perhatian terhadap

dampak transmigrasi berkaitan dengan sumber daya alam

- Untuk diri sendiri

7

Page 8: Dampak Transmigrasi

- Untuk melengkapi tugas akhir guna memenuhi syarat dalam memperoleh

gelar Sarjana Pendidikan Strata Satu (S1).

1.5 Asumsi

Sebagai asumsi dapat dikemukakan : "Jika pola-pola transmigrasi masih

tetap berorientasi pada pertanian artinya tidak diubah, diganti pada orientasi lain

misalnya sektor kelautan atau sektor jasa, rnaka bencana lingkungan tidak dapat

dihindarkan.

8

Page 9: Dampak Transmigrasi

BAB II

LINGKUNGAN DAN PEMBANGUNAN

2.1 Tujuan Pembangunan Nasional

Pembangunan pada hakekatnya adalah proses perubahan yang terus

lingkungan menerus, baik perubahan alam lingkungan maupun sosial budaya. Di

dalam GBHN ditegaskan bahwa pembangunan nasional salah satu unsurnya

adalah mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang merata material dan

spiritual berdasarkan pancasila.

Pembangunan nasional jangka panjang di bidang ekonomi diarahkan

antara lain kepada usaha untuk :

1. Meningkatkan perluasan lapangan kerja

2. Pengaturan pertumbuhan penduduk melalui program KB serta

penyebaran penduduk yang lebih wajar dengan memindahkan penduduk ke

luar Jawa dan Bali

Dalam penjelasan Undang-Undang RI No.4 Tahun 1982 tentang

Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan liingkungan hidup di jelaskan bahwa

pembangunan merupakan upaya sadar untuk mengelola dan memanfaatkan

sumber daya guna meningkatkan mutu kehidupan rakyat. Dalam pada itu, sumber

daya alam tidak tak terbatas baik dalam jumlah, maupun kualitasnya, sedangkan

kebutuhan akan sumber daya tersebut makin meningkat. Sejalan dengan itu, daya

dukung lingkungan dapat terganggu dan kualitas lingkungan hidup dapat

menurun. Pelaksanaan pembangunan sebagai kegiatan yang makin meningkat

9

Page 10: Dampak Transmigrasi

mengandung risiko pencemaran dan perusajcan lingkungan, sehingga struktur dan

fungsi dasar ekosistem yang menjadi penunjang kehidupan dapat pula rusak

karenanya. Hal semacam ini akan merupakan beban sosial karena pada akhirnya

masyarakat dan pemerintahlah yang harus menanggung beban pemulihanya.

Terpeliharanya ekosistem yang baik dan sehat merupakan tanggung jawab yang

menuntut peran serta setiap anggota.masyarakat untuk meningkatkan daya dukung

lingkungan. Oleh karena itu, pembangunan yang bijaksana, harus dilandasi

wawasan lingkungan sebagai sarana untuk mencapai kesinambungan dan menjadi

jaminan bagi kesejahteraan generasi sekarang dan mendatang

2.2 Program Transmigrasi dan Penyediaan Tenaga Kerja

Dalam GBHN 1988 disebutkan delapan modal dasar pembangunan, salah

satu diantaranya adalah jumlah penduduk yang sangat besar, apabila dapat dibiha

dan dikerahkan sebagai tenaga kerja yang efektif akan merupakan modal

pembangunan yang besar dan sangat menguntungkan bagi usaha-usaha

pembangunan di segala bidang.

Kita harus ingat bahwa dengan jumlah penduduk yang sangat besar belum

tentu menjadi suatu bangsa atau negara besar. Kalau tidak diikuti oleh tingkat

kualitas yang tinggi. Kalau tingkat kualitasnya rendah, kuantitas yang besar tidak

akan dapat menjadi modal pembangunan, bahkan akan merupakan kendala

pembangunan, karena mutu tenaga kerja yang rendah akan menjadi beban

nasional. Menurut, BPS, Rata-rata tingkat pendidikan orang Indonesia tahun 1980

adalah SD. Oleh sebab itu tidak mengherankan, kalau sekarang kita hanya dapat

mengirim tenaga kerja ke luar negeri, khususnya Timur Tengah pada tingkat

10

Page 11: Dampak Transmigrasi

pembantu rumah tangga (TKW).

Pada Pelita IV yang lalu, pembangunan di bidang ekonomi dalam rangka

pemerataan penyebaran pembangunan di seluruh wilayah tanah air antara lain

dengan peningkatkan.transmigrasi, tidak hanya sebagai cara untuk pemecahan

masalah kelebihan atau kepadatan penducuk di satu daerah tetapi juga untuk

menambah sumber daya manusia di daerah lain yang memerlukan. Sasaran

transmigrasi yang ingin dicapai dalam Pelita IV adalah sebanyak 750 ribu kepala

keluarga, Suatu sasaran yang tidak sedikit dalam kuantitas. Tetapi dari segi

kualitas perlu dipertanyakan. Tetapi untunjlah sasaran sebanyak itu tidak dapat

dicapai disebabkan oleh berbagai hal, antara lain masalah; pendanaan. Di samping

itu timbul protes di dunia internasional antara lain dari sebuah organisasi non

pemerintah yang tidak mencari keuntungan IS (International Survival) yang

berkedudukan di London yang menyarankan Bank Dunia agar tidak mencari

bantuan pinjaman kepada pemerintah Indonesia untuk membiayai program

transmigrasi. Menurut James Barnes seorang pengamat dari Threshold, sebuah

organisasi yang bergerak dalam bidang lingkungan hidup di Amerika Serikat

bahwa target transmigrasi yang tinggi oleh pemerintah Indonesia akan

mengancam kelestarian lingkungan. Karena mengejar target perhatian lebih

diutamakan kepada pembangunan fisik, sementara aspek sumber daya alam

seolah-olah ditinggalkan.

Keadaannya akan lebih parah lagi jika tidak ada kaitan antara program

transmigrasi dengan, pembangunan di temjat tujuan seperti yang dikemukakan

oleh Swasonb (Kompas, Oktober 1985). Dikatakannya tanpa mangaitkan

11

Page 12: Dampak Transmigrasi

transmigrasi langsung dengan proyek pembangunan di daerah tujuan seperti

Perkebunan Inti Rakyat (PIR), maka pemborosan nasional sulit untuk

dihindarkan. Melalui pendekatan demografis saja atau berdasarkan sasaran-

sasaran transmigrasi belaka yang terlepas dari suatu "main and intergrated

project", akan dapat terjadi tanah-tanah terbaik dan mahal harus dikelola oleh

manusia yang paling kurang berkemampuan, sehingga tanah-tanah itu menjadi

terboroskan (underutilized).

Dalam hubungan ini perlu diperhaiikan pendapat pelzer (1982: hal. 8),

bahwa memberi setiap keluarga satu hektar tanah saja. Pemerintah segera

menciptakan kepadatan penduduk yang tinggi di daerah-daerah kolonisasi

hutannya lenyap.

2.3 Pemusnahan Hutan

Salah satu faktor yang dapat dipakai untuk mempertahankan kelestarian

lingkungan adalah hutan luas kawasan hutan di permukaan bumi ini makin lama

makin menyusut. Hanya sedikit sekali negara-negara di dunia mempunyai potensi

untuk mengubah dan mempertahankan kondisi lingkungan alam.

Dari seluruh hutan yang ada di permukaan bumi 4-8% diantaranya dimiliki

oleh tiga negara yaitu Indonesia, brazil dan, Zaire. Hutan sangat menentukan

dalam mempertahankan keseimbangan lingkungan di permukaan bumi. Menurut

laporan Lembaga Pengamat Dunia (World, Watch Institute) tahun 1987 hutan-

hutan tiga negara tersebut bila terus dipertahankan dan dipelihara masih cukup

untuk memasok persediaan menetralisir CO2 dan gas-gas buangan yang dihasilkan

kegiatan industri dan kenderaan bermotor.

12

Page 13: Dampak Transmigrasi

Hutan-hutan di tiga negara ini masih cukup potensil untuk memproses

CO2 menjadi yang dengan sendirinya meningkatkan dukungan untuk semua

kehidupan, baik untuk manusia maupun fauna dan flora. Tetapi amat disayangkan

sekali karena Indonesia dan Brazil sekarang ini sedang giat-giatnya menggalakkan

pemukiman sekali penduduk (transmigrasi) yang mengalami pertumbuhan

penduduk yang cepat, sehingga terpaksa dikorbankan hutan hujah tropis untuk

permukiman. Di samping itu Zaire juga mengalami penebangan penebangan hutan

yang tak terencana dan teratur, karena sangat kurang masalah kepemimpinan dan

pengelolaan hutan.

Para ahli umumnya sependapat bahwa kerusakan lingkungan itu terutama

disebabkan oleh faktor pertumbuhan penduduk, terutama sekali di negara-negara

Dunia ketiga, ditandai dengan meningkatnya kerusakan hutan, tanah dan air

(salim, 1982:1: Hardjasoemantri, 1983 : 12).

Pengolahan hutan secara semena-mena besar pengaruhnya terhadap

keseimbangan lingkungan. Persepsi yang lazim di Dunia ketiga adalah bahwa

hutan-hutan merupakan suatu rintangan bagi pembangunan, selubung yang harus

dikupas untuk penanaman pangan, pertambangan dan pemukiman (Nigel, 1094-:

24). Mengadakan konversi hutan menjadi bentuk lain, baik dalam rangka

pembangunan regional maupun nasional jika dilakukan secara tidak berwawasan

lingkungan tidak akan mendatangkan keuntungan jangka-panjang, seperti

dilaporkan oleh Commitee on Selected Biological Problems In The Humid

Tropics (1982 : 1).

Karena meningkatnya jumlah penduduk terutama di negara negara yang

13

Page 14: Dampak Transmigrasi

sedang berkembang, maka tuntutan terhadap sumber bahan makanan, bahan

mentah, energi dan lain-lain semakin meningkat pula. Mengenai energi saja bagi

sepertiga penduduk dunia masih memanfaatkan sumber energi kayu bakar

kebanyakan penduduk di negara-negara termiskin kira-kira 90% dari padanya kini

masih tergantung kepada kayu sebagai sumber energi, pertumbuhan penduduk

lebih, cepat terjadi ketimbang tumbuhnya pohon-pohon baru sebagai sumber

energi (Eckholm, 1984: 1).

Energi dapat diibaratkan sebagai darah bagi kehidupan di ekosfir terlebih

lebih bagi manusia. Pemakaian energi juga merupakan ukuran tinggi rendahnya

tingkat kehidupan (Soerjani, 1984, 1984 : 1). Konsumsi kayu di negara-negara

dunia ketiga untuk energi rata-rata perkapitas satu ton tiap tahun. Bertambah

luasnya gurun Sahara setiap tahun adalah sebuah contoh yang baik untuk

peringatan bagi kita sebagai akibat penggunaan kayu yang tidak seimbang dengan

kemampuan alam menyediakannya, di kota-kota dan desa-desa di Afrika pada

masa lampau. Di Senegal, Afrika misalnya kehilangan rata-rata 75.000 hektar

dalam peta wilayah Senegal Utara masih tampak adanya pepohonan dan Padang

rumput untuk pengembalaan maka dalam kenyataannya kini hampir tak ada

pepohonan atau binatang yang merumput lagi.

Di Indonesia kerusakan hutan cukup parah, tanah kritis dan tanah tak

produktif sudah cukup luas pula. Diperkirakan tanah kritis itu bertambah satu juta

hektar setiap tahunnya. Disamping itu kita lihat pula kawasan pertanian terutama

sawah semakin menyusut sebagi akibat pembangunan. Pembangunan di daerah

perkotaan cenderung mengorbankan lahan pertanian yang subur. Padahal

14

Page 15: Dampak Transmigrasi

sebenarnya daerah subur haras dipertahankan untuk pertanian, sedangkan daerah

yang gersang atau yang kurang subur dapat dimanfaatkan untuk proyek

pembangunan, seperti untuk pemukiman, industri, lapangan terbang dan

sebagainya. Misalnya di daerah Jawa Timtir seluas 7.000 hektar tanah pertanian

sektor non pertanian. Sekali tanah lenyap setiap tahun untuk pembangunan

mengalami.kerusakan sangat sulit untuk memperbaikinya atau kalau dapat

diperbaiki akan menelan biaya yang sangat mahal sekali.

Menjelang akhir abad ini selama dasawarsa mendatang kerusakan

lingkungan terbesar terjadi adalah karena penghancuran habitat, sebagai akibat

dari pembangunan. Luas kawasan hutan makiri lama makin menyusut, hal ini

dapat menyebabkan kesengsaraan bagi umat manusia. Karena ulah manusia tidak

bertanggung jawab, banyak kawasan hutan di permukaan bumi menjadi rusak dan

lenyap, mengakibatkan terdesaknya satwa liar, merusak sumber kesuburan tanah,

erosi dan sebagainya.

Dari segi keanekaragaman biologis, organisme mempunyai arti yang besar

di luar kawasan tanah yang ditempatinya. Satu Jenis tanaman panah umpamanya

dapat berakibat membawa serta kepunahan 10 sampai 30 jenis serangga, hewan

yang lebih tinggi tingkatnya, bahkan tumbuhan lain yang bergantung padanya.

Banyak jenis-jenis tumbuhan dan hewan telah lenyap dari permukaan

bumi yang tak akan pernah muncul lagi selajmanya, karena Tuhan hanya satu kali

menciptakannya. Begitu banyak jenis kehidupan di permukaan bumi hanya

sebagian kecil saja yang dapat dicatat, selebihnya mungkin sudah punah bahkan

sebelum manusia mengetahui mereka itu ada. Menurut perkiraan para ahli jenis

15

Page 16: Dampak Transmigrasi

tumbuhan dan hewan yang ada di permukaan bumi berjumlah 5 sampai 10 Juta

species. Sebegitu jauh hanya kira-kira 1,5 juta species yang telah dicatat,

kebanyakan dari jumlah itu adalah serangga. Demikian diungkapkan oleh

Worldwatch Institute yang berkedudukan di Washington. Lembah Amazona

umpamanya mungkin berisi sejuta bentuk kehidupan yang belum dikenal. Di

Philipina sebuah gunung berapi mempunyjai lebih banyak jenis tanaman hutan

yang tumbuh di lereng lerengnya dari 200 jenis tanaman baru dikumpulkan setiap

tahun. Memang hal itu merupakan kekayaan alam yang luar biasa, tetapi semua

tempat itu terletak ditempat tropis yang lembab dimana tingkat penghancuran

habitat adalah sangat tinggi. Hal yang sama juga terdapat di Indonesia dimana

dalam penjelajahan alam yang diadakan dalam rangka Operatian Raleigh dalam

tahun 1987 di kawasan hutan taman nasional di Pulau seram telah ditemukan

berpuluh-puluh species baru yang belum diketahui sebelumnya. Walaupun hasil-

hasil yang dicapai oleh ekspedisi ini belum diumumkan selengkapnya, tetapi yang

jelas ekspedisi ini mencapai hasil memuaskan.

2.4 Arti Hutan Bagi Kita

Apa arti hutan bagi kita? Hutan mempunyai banyak pengaruh atas

kesejahteraan manusia. Hal ini jelas terlihat dalam tema pokok pembicaraan 1978

yaitu Forest for People, secara makna yang terkandung dalam tema selama

berlangsungnya Kongres Kehutanan Sedunia di Jakarta yang di sponsori oleh

FAO yang dibuka tanggal 16 Oktober harfiah berarti, hutan untuk rakyat. Adapun

tersebut adalah bahwa hutan dapat mendatangkan kesejahteraan bagi masyarakat,

tentu saja kalau dikelola dengan baik terarah dan terencana. Dalam ekosistem di

16

Page 17: Dampak Transmigrasi

biosfir, hutan mempunyai banyak fungsi antara lain

1. fungsi hidrologis

2. bank plasma nutfah

3. pengatursuhu

4. penghasil gas oksigen (02)

5. penyerap gas-gas berbahaya (CO)

6. penyedia kebutuhan manusia

Fungsi Hidrologis

Fungsi ini mencakup penata air, pengendali banjir, pencegah erosi,

konservasi tanah dan air. Jika hutan masih ujuh maka hujan jatuh akan diserap dan

disimpan oleh hutan lalu dilepaskan secara perlahan-lahan baik melalui

permukaan bawah tanah maupun di atas permukaan tanah. Air hujan yang jatuh

tidak langsung mengalir ke sungai dan laut tetapi akan tertahan sementara oleh

hutan. Seandainya hutan tidak berfungsi lagi karena sudah rusak maka air hujan

yang jatuh akan menghantam segala yang di laluinya karena derasnya air

terjadilah banjir dan pengikisan (erosi) pada lapisan tanah atas (top soil) yang

subur. Adariya erosi akan menimbulkan tanah menjadi gersang karena humus

yang ada diatas permukaan tanah terbawa kikisan air. Akibat selanjutnya adalah

timbul malapetaka : kekurangan bahan pangan bahkan mungkin juga kelaparan.

Hal itu disebabkan oleh karena erosi akan memirunkan tingkat produktivitas lahan

pertanian. Jika lahan pertanian tidak produktif lagi maka tak ada satupun yang

dapat dihasilkan, lahan pertanian akan berubah menjadi padang ilalang. Sebagai

akibat rusaknya hutan maka pada musim kemarau terjadi kelangkaan air terutama

17

Page 18: Dampak Transmigrasi

untuk kebutuhan pertanian. Jika tidak cukup air pertanian menjadi rusak,

panenpun gagal. Pada musim itu pula biasanya sering terjadi kebakaran hutan

yang di sebabkan oleh peladang berpindah-pindah yang membuka hutan untuk

lahan pertanian baru. Jika hutan tidak rusak terutama di bagian daerah aliran

sungai daerah tangkapan air maka air yang mengalir dari hulu sungai tidak akan

berwarna dan berbau. Akibat erosi maka sungai, mengalami pelumpuran berwarna

coklat lama-kelamaan terjadi pegendapan lumpur di dasar akhirnya sungai

menjadi dangkal yang pada giliranya nanti sungai akan meluap lagi walaupun

hujan hanya sebentar atau oleh karena menerima air kiriman dari daerah hulu

meskipun tidak ada hujan di daerah bersangkutan. Dengan demikian jelaslah

bahwa hutan berfungsi dalam konservasi tanah dan air. Sebab itu kita harus

menjaga kelestrarian hutan, agar fungsi hidrologis hutan dapat berjalan dengan

baik dan lancar.

Bank Plasma Nutfah

Plasma nutfah adalah segala macamj sumber yang dapat dijadikan sumber

rekayasa genetika (genetical engineering) baik dalam bentuk hewanii maupun

nabati. Hutan banyak menyimpan keanekaragaman berupa satwa liar dan tumbuh-

tumbuhan yang karena terpelihara dengan bjaik sebagai cadangan di masa depan

untuk mengembangkan varitas-varitas baru bahkan species-species baru yang

tahan terhadap kondisi lingkungan yang selalu mengalami perubahan. Seandainya

plasma nutfah tersebut lestari dalam lingkungan aslinya yang alami, maka species

yang berasal dari lingkungan aslinya itu tidak mengalami erosi genetika. Species

itu mempunyai daya tahan yang tinggi terhadap perubahan lingkungan karena

18

Page 19: Dampak Transmigrasi

daya adaptasinya dengan lingkungan, berkat adanya strategi adaptasi yang

dimiliki oleh organisasi yang bersangkutan. Organisme pada umumnya

mempunyai strategi dalam menghadapi perubahan yang terjadi dalam lingkungan

berupa evolusi gen, dimana organisme menjadi tahan (resistance) terhadap

pengaruh lingkungan misalnya terhadap perubahan iklim atau cuaca dan penyakit,

sebagai hasil interaksinya dengan lingkuigan dan seleksi alam untuk dapat

bertahan hidup. Hal itu amatlah penting untuk masa depan dalam rangka upaya

kita mengatasi masalah kekurangan pangan disebabkan oleh serangan beberapa

jenis hama terhadap tanaman pangan seperti padi, jagung, kedelai dan lain-lain.

Plasma nutfah itu merupakan sumber gen yang mampu kita rekayasa untuk

menjadi varitas baru dan bahkan species baru.

Dengan teknologi maju dewasa ini memang plasma nutfah dapat di simpan

di dalam gudang berupa benih atau bibit dalam bentuk biji dan sebagainya, yang

dapat ditanam 50 atau 100 tahun kemudian Tetapi kita harus ingat bahwa dalam

penyimpangan yang demikian itu tidak terjadi interaksi dengan lingkungan yang

memungkinkan terjadinya evolusi gen. Jaii plasma nutfah yang kita simpan,

bukan di dalam lingkungan alam yang asli tidak mengalami dinamika tetapi

bersifat statis, dengan sendirinya varitas yang demikian juga tidak akan tahan

terhadap perubahan lingkungan yang terjadi atau dengan kata lain tidak tahan

terhadap hama. Dengan demikian jelaslah bahwa varitas atau species lokal yang

ada di alam bebas harus kita pelihara jangan sampai punah, tempatnya yang

paling baik adalah hutan yang dapat menyimpan keanekaragaman species dengan

aman. Hutan seakan akan sebuah bank yang dapat menyimpan uang atau

19

Page 20: Dampak Transmigrasi

kekayaan dalam bentuk satwa liar dan tumbuh-tumbuhan yang sewaktu-waktu

dapat ditarik lagi bila diperlukan.

Penekan Suhu

Hutan sangat besar pengaruhnya terhadap suhu di permukaan bumi

terutama sekali hutan tropis (tropical rain forest), yang dapat mempengaruhi

cuaca baik secara regional maupun secara global). Hutan hujan tropis terdapat di

Asia Tenggara, Afrika dan Amerika Selatan yaitu kawasan bumi yang beriklim

tropis dari seluruh luas hutan hujan tropis yang ada di permukaan bumi, sebanyak

40 % di antaranya dimiliki oleh tiga negara yaitu Indonesia, Brazil dan Zaire.

Justru di kawasan ini terjadi banyak perusakan hutan baik untuk tujuan

pembangunan maupun untuk memperoleh devisa negara. Jika hutan hujan tropis

rusak maka secara global hal ini akan dapat meningkatkan suhu terutama

sepanjang daerah khatulistiwa. Dengan demikian, bumi semakin panas karena

hutan tidak lagi berfungsi menyerap panas yang dipancarkan kepermukaan bumi

oleh matahari yang bersinar sepanjang tahun. Jalur saja di daerah perkotaan

dengan ukuran 400m x 800m mampu menurunkan suhu daerah bagian kota pada

jarak 2,5 km sebesar 2,5 °C.

Dapat dibayangkan betapa kemampuan hutan hujan tropis menurunkan

suhu di permukaan bumi. Sukar dibayangkan tetapi dapat diramalkan apa akibat

kerusakan hutan hujan tropis terhadap kesejahteraan umat manusia.

Penyerap gas beracun CO

Fungsi hutan selanjutnya adalah sebagai penyerap gas beracun CO yang

berasal dari hasil pembakaran Bahan Bakar Minyak (BBM) yang tak sempurna.

20

Page 21: Dampak Transmigrasi

Hal ini terjadi disebabkan oleh peningkatan jumlah kendaraan bermotor dan

industri dapat menimbulkan pencemaran udara. Gas-gas beracun yang berbahaya

itu dinetralisir oleh pohon-pohon. Oleh sebab itu pohon-pohon kayu yang tumbuh

terutama di daerah perkotaan harus dipelihara dengan baik. Jalur hijau dan taman,

taman harus diperbanyak agar perputaran udara berjalan lancar berjalan lewat

jalur hijau dan taman-taman kota. Gedung-gedung tinggi yang memenuhi ruang

daerah perkotaan merupakan penghambat arus perputaran udara. Oleh sebab itu

harus ada ruang terbuka (open space) yang ditumbuhi oleh pohon-pohon, agar

udara bersih dan segar dapat masuk dari pinggiran kota yang masih banyak

pohon-pohon tumbuh dengan baik.

Penghasil gas oksigen (O2)

Kebutuhan pokok manusia dan makhluk hidup lainnya adalah zat asam

atau oksigen (O2) inilah yang utama bukan yang lain-lain seperti makanan,

minuman (air) dan sebagainya. Manusia dan makhluk hidup lainnya tak dapat

hidup tanpa oksigen. Hanya dalam bebenpa menit saja makhluk hidup akan segera

mati jika tidak memperoleh oksigen. Penghasil oksigen yang utama adalah hutan

yang dilakukan oleh tumbuhan yang berhijau daun dalam proses fotosintesis

dengan mengikat energi yang berasal dari sinar matahari dan gas CO2. Dalam

proses itu terjadi pelepasan gas oksigen oleh tumbuhan. Dengan demikian jelaslah

bagi kita betapa pentingnya hutan bagi kita.

Penyedia Kebutuhan Manusia

Hutan selain dari memberikan jasa kepada manusia dalam berbagai

bentuk, sebagai terlihat dalam berbagai fungsinya seperti fungsi hidrologis dan

21

Page 22: Dampak Transmigrasi

lain-lain, maka hutan juga memberikan barang yang sangat dibutuhkan secara

langsung untuk meningkatkan kesejahteraan manusia. Jadi hutan itu mempunyai

fungsi memberikan barang dan jasa kepada manusia dalam berbagai bentuk.

Hutan sebagai satu ekosisten memberikan masukan (inputs) kepada masyarakat

sosial system dalam bentuk materi, aliran energi, dan informasi. Pada masyarakat

manusia yang hidup pada masa purba terlihat sekali dengan jelas betapa mereka

sangat tergantung pada alam. Untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-

hari mereka berburu dan meramu di hutan. Berburu dan meramu di hutan

merupakan mata pencaharian manusia yang paling tua dalam sejarah masyarakat

manusia. Pada masa sekarang masih ada kita jumpai suku-suku bangsa yang hidup

dari berburu dan meramu. Di Indonesia dewasa ini, masih juga ada terdapat

masyarakat terasing yang hidupnya sangat tergantung kepada alam. Hutan

merupakan sumber penghidupan utama bagi mereka.

Pada masyarakat modernpun hutan mempunyai arti penting bagi

kehidupan. Hutan merupakan salah satu sumber daya alam yang memberikan

banyak, keuntungan bagi manusia. Hutan banyak mengandung bahan komoditas

bernilai tinggi untuk ekspor seperti kayu (log), rotan, damar dan lain-lain yang

dapat menghasilkan devisa untuk negara. Oleh sebab itu hampir semua kawasan

hutan di luar Jawa telah dikapling-kapling bagi perusahaan-perusahaan pemegang

Hak Pengusaha dan Hutan (HPH) untuk mengurus sumber daya hutan. Di sinilah

bermulanya pangkal kerusakan hutan. Dari 500 perusahaan pemegang HPH dalam

tahun 1988 diketahui 127 perusahaan ingkar janji, tidak melaksanakan peremajaan

hutan. Selain dari pada keperluan untuk ekspor, hasil hutan dalam bentuk materi

22

Page 23: Dampak Transmigrasi

adalah untuk konsumsi dalam negeri misalnya adalah makanan lemak, minyak

dan lain-lain. Aliran energi yang terdapat dalam hutan dapat diperoleh baik dari

tumbuh-tumbuhan maupun dari hewan. Selain dari itu juga dapat memberikan

informasi berupa rangsangan bunyi atau suara (sounds), pemandangan (visual)

dan sebagainya. Rangsangan bunyi atau suaka margasatwa, desah angin dan lain-

lain. Rangsangan pemandangan misalnya panorama yang indah, gajala-gejala

alam yang terlihat seperti kabut, asap (kebakaran hutan) dan sebagainya.

2.5 Pelestarian Lingkungan dan Pembangunan

Akhir-akhir ini banyak dibicarakan orang tentang konssep pelestarian

lingkungan dan pembangunan. Antara kedua konsep ini seolah-olah ada

pertentangan. Pelestarian berasal dari kata lestari berarti kekal, tak ada perubahan

sedangkan pembangunan berarti mengadakan perubahan, terutama lingkungan

fisik. Sebenarnya tak ada pertentangan antara pelestarian lingkungan dan

pembangunan. Atau dengan kata lain bahwa lingkungan tidak anti pembangunan.

Pembangunan menurut penjelasan UU No.04 tahun 1984, merupakan upaya sadar

untuk mengelola dan memanfaatkan sumber daya guna meningkatkan mutu

kehidupan rakyat. Dalam pada itu, sumber daya alam tidak tak terbatas baik dalam

jumlah kualitasnya, sedangkan kebutuhan akan sumber daya tersebut makin

meningkat sebagai akibat meningkatnya jumlah penduduk serta meningkatnya

kebutuhan. Sejalan dengan itu, daya dukung lingkungan dapat terganggu dan

kualitas lingkungan hidup dapat menurun pelaksanaan pembangunan sebagai

kegiatan yang makin meningkat menganduig resiko pencemaran dan perusakan

lingkungan, sehingga struktur dan fungsi dasar ekosistem yang menunjang

23

Page 24: Dampak Transmigrasi

kehidupan dapat pula rusak karenanya. Hal semacam itu akan merupakan beban

sosial karena pada akhirnya masyarakat dan pemerintahlah yang harus

menanggung beban pemulihannya.

Terpeliharanya ekosistem yang baik dan sehat merupakan tanggung jawab

yang menuntut peran serta setiap anggota masyarakat untuk meningkatkan daya

dukung lingkungan. Oleh karena itu, pembangunan yang bijaksana harus dilandasi

wawasan lingkungan sebagai sarana untuk mencapai kesinambungan dan menjadi

jaminan kesejahteraan generasi sekarang dan mendatang.

Tujuan utama pembangunan adalah untuk meningkatkan taraf hidup

masyarakat dengan cara mengubah lingkuingan. Yang dilestarikan di sini bukan

dalam arti fisik, tetapi dalam arti melestarikan kemampuan lingkungan untuk

mendukung kehidupan secara berkesinambungan. Pembangunan akan

menimbulkan dampak, baik bersifat negatif maupun bersifat positif. Yang kita

harapkan tentulah dampak positif lebih besar dari pada dampak negatif, oleh

karena semua hasil pembangunan dapat meningkatkan kesejahteraan kepada

masyarakat, bahkan sebaliknya merugikan.

Sebagai contoh baik sekali misahjya pembangunan raksasa aswan di

sungai Nil, Mesir. Para ahli ekologi sependapat banwa pembangunan bendungan

aswan telah menimbulkan bencana bagi bangsa Mesir. Adapun guna bendungan

Aswan dibangun adalah untuk mencegah banjir, penyediaan energi listrik dan

irigasi.

Kerugian pertama yang diderita penduduk Mesir, khususnya para petani

akibat tidak ada lagi banjir yang meluap yang membawa lumpur berisi humus

24

Page 25: Dampak Transmigrasi

yang subur adalah bahwa tanah-tanah pertanian tidak menjadi subur setelah

beberapa kali panen, akibatnya mereka harus membeli pupuk. Ini merupakan

beban yang tidak ringan bagi petani Mesir. Sebelum pembangunan dan petani

memperoleh pupuk alam yang subur secara gratis.

Bencana lain yang timbul setelah selesainya bendungan tersebut adalah

berjangkitnya penyakit schistosomiasis sejenis parasit yang ditularkan oleh siput

air sebagai vektor yang banyak berkeliaran dalam sungai Nil. Dengan teraturnya

irigasi keseluruh ladang pertanian maka teratur pula penyebaran penyakit ini ke

seluruh negeri. Dewasa ini diperkirakan penduduk Mesir yang terjangkit penyakit

ini 40% (Eckholm, 1985 :147).

Penyakit ini mempunyai, sejarah yarig panjang di Mesir telah dikenal pada

masa Piraun. Ketika Napoleon menyerbu delta Nil tahun 1877, pasukannya tak

luput dari serbuan parasit ini. Oleh karena melihat salah satu akibat penyakit

tersebut di kalangan orang-orang Mesir yakni darah bercampur air seni, Napoleon

menyebut Mesir negeri di mana laki-laki mengalami haid atau menstruasi.

Di Indonesia memang belum ada tampak darnpak pembangunan sehebat

bencana lingkungan di Mesir. Hal itu bukan berarti tak mungkin timbul bencana

lingkungan yang lebih mengerikan daripada apa yang telah kita alami di mana

bencana alam datang beruntun pada beberapa daerah di tanah air kita ini misalnya

banjir, tanah longsor, dan sebagainya yang mendatangkan kerugian berupa harta

benda bahkan merenggut banyak korban jhya manusia. Hampir setiap provinsi di

Indonesia mengalami bencana setiap tahun dan hampir pasti dapat diramalkan

sebelumnya. Oleh sebab itu pembangunan harus berwawasan lingkungan dalam

25

Page 26: Dampak Transmigrasi

arti kita membangun dengan perhitungan yang cermat di mana resiko yang timbul

akibat pembangunan lebih kecil dari manfaat yang akan diperoleh.

Kembali kita kepada masalah pola-pola transmigrasi di Indonesia.

Seandainya kita belum berpikir ke arah itu mengadakan perubahan pola-pola

lama, berarti bencana menghadang kita. ifentu akan habis semua sumber daya

hutan di luar Jawa dan Bali untuk keperluan program transmigrasi. Jika kita tetap

memakai pola-pola lama untuk jangka panjang maka sudah dapat dipastikan tak

cukup semua hutan untuk menampung para transmigran dari Pulau Jawa. Lagi

pula tidak semua warga transmigran memperoleh kehidupan yang lebih baik

daripada di daerah asalnya. Keadaan dernikian sama saja dengan pemindahan

kemiskinan ke luar Jawa.

Perlu dicatat bahwa pemindahan penduduk ke luar Jawa seperti pola

sekarang ini, tidak akan menyelesaikan masalah. Dengan peroleh lahan seluas 2

hektar untuk garapan dan 1/4 hektar untuk rumah dan pekarangan untuk setiap

kepala keluarga transmigrasi, tampaknya pada waktu sekarang, sudah cukup

menjamin kesejahteraan mereka, oleh kareria mereka pada waktu di Jawa, mereka

memiliki lahan pertanian kurang dari 1/4 hektar. Untuk sementara daerah

transmigrasi memang menjanjikan harapan. Keadaan tersebut tidak akan

berlangsung lama karena pada generasi keempat mereka kembali kepada keadaan

seperti di Jawa dahulu, rata-rata warga transmigrasi akan memiliki tanah garapan

kurang dari 1/4 hektar, dengan asumsi semjia kepala keluarga mengikuti program

KB dengan anak rata-rata dua orang. Pada generasi keempat warga transmigrasi di

tempat yang baru itu tidak akan berbeda dengan keadaan sebelum generasi 25

26

Page 27: Dampak Transmigrasi

pertama di tempat asalnya dulu di Jawa.

Seperti yang diketahui gempa bumi yang melanda Sumatera Barat pada

tanggal 30 September 2009 yang telah menghancurkan banyak pemukiman

penduduk. Sebagai antisipasi bagi masyarakat yang tidak mungkin menetap di

daerah yang hancur karena gempa, pemerintah telah merencanakan program

transmigrasi. Lokasi yang disiapkan untuk kawasan transmigrasi korban gempa

dan tanah longsor Sumbar 30 September 2009 di Kecamatan IX Koto, Kabupaten

Dharmasraya tetapi berada di daerah tertinggal dan sulit dijangkau transportasi.

Dari uraian kita di atas jelaslah bahwa kita harus mengadakan reorientasi

pola-pola transmigrasi dari bidang pertanian ke sektor nonpertanian mengingat

fungsi hutan dalam ekosistem di biosfir jangan terganggu demi kesejahteraan

umat manusia.

27

Page 28: Dampak Transmigrasi

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari uraian kita yang lalu ialah

bahwa implikasi ketenagakerjaan terhadap sumber daya alam khususnya sumber

daya hutan dapat menimbulkan kerugian jangka panjang. Tujuan program

transmigrasi memang amat baik karena dikaitkan dengan pengembangan daerah

penerima, peningkatan kesempatan berusaha perluasan kesempatan kerja,

peningkatan produktivitas dan sebagainya.

Pola-pola, transmigrasi yang dilaksanakan oleh Pemerintah Indonesia

selama ini selalu berorientasi kepada pertanian seperti ini akan berakibat

dibutuhkan lahan yang amat luas. Hutan dikonversi menjadi kawasan pertanian

yang dapat meningkatkan kemakmuran masyarakat. Pokoknya program

transmigrasi bertujuan neningkatkan taraf hidup masyarakat, baik masyarakat

setempat maupun masyarakat pendatang yang di sebut transmigrasi itu.

Pola-pola transmigrasi yang berorientasi kepada pertanian merupakan

pola-pola lama yang sudah usang tidak cocok lagi diteruskan untuk masa yang

akan datang. Pola-pola lama itu dapat mendatangkan bencana oleh karena

penebangan hutan yang tidak terkendali dan tidak terarah akan, dapat

menimbulkan nasalah lingkungan. Beberapa nasalah yang timbul akibat

kerusakan hutan adalah misalnya banjir, erosi, pendangkalan sungai dan laut dan

sebagainya. Semua Jenis bencana tersebut telah menimbulkan banyak kerugian

28

Page 29: Dampak Transmigrasi

kepada nanusia berupa harta benda bahkan nyawa nanusia.

Keadaan demikian telah disadari oleh banyak pihak sejak tahun 1970an.

Hal ini terlihat dengan adanya peningkatan gejala-gejala alam seperti banjir yang

diikuti dengan kegagalan panen akibat kemarau panjang yang menimbulkan

kerugian besar yang justru menimpa golongan terbesar masyarakat yang

berpenghasilan rendah yaitu petani, dan nelayan. Oleh karena itu pola-pola

transmigrasi yang baru berwawasan lingkungan perlu dipikirkan sekarang iuga.

3.2 Saran-saran

a. Mengadakan Porubahan Pola-pola Transmigrasi

Untuk mencegah kerusakan lebih Banjul, maka perlu ditinjau kembali

transmigrasi yang dipakai selama ini iyaitu di tinjau kembali pola-pola

transmigrasi yang dipakai selama ini yaitu mengubah pola pertanian ke pola di

luar pertanian seperti perikanan (nelayan), jndustri (pengrajin) pertambangan dan

sebagainya.

b. Membuat Pertimbangan Struktur Ekosistem Kota Desa

Untuk mengurangi arus urbanisasi, haruslah ditata kembali kehidupan

desa. Harus diadakan pertimbangan struktur ekositem kota dan desa dalam bidang

energi dan skill seperti yang pernah penulis kemukakan (Kompas, 5 Agustus

1983).

Sebenarnya desa tak perlu ditinggal oleh penduduknya jika diciptakan

perimbanan struktur ekosistem, sehingga kota tak akan banyak menarik orang

desa. Dengan demikian di desa akan cukup tersedia bermacam-macam fasilitas

seperti yang terdapat di kota. Membuat perimbangan struktur ekosistem bukanlah

29

Page 30: Dampak Transmigrasi

dimaksud untuk mengubah desa menjadi kota, melainkan semata-mata sebagai

upaya mewujudkan harapan peduduk desa, sesuai dengan perubahan sosial yang

sedang terjadi. Oleh sebab itu listrik masuk desa dapat dianggap sebagai langkah

pertama dari perwujudan aliran energi dalam rangka perintangan struktur

ekositem kota dan desa. Dengan demikian struktur ekosistem desa akan terbuka

dan berkembang menyerupai ekosistem kota.

c. Meningkatkan Diversitas (Keanekaragaman)

Dengan masukanya aliran energi dan skill ke desa, maka dapat diadakan

perombakan struktur ekonomi desa. Pembangunan masyarakat desa memerlukan

energi dan skill. Dalam proses produksi energi mengalami aliran, sedangkan

materi akan mengalami daur, yang pada umumnya melalui salah satu atau

beberapa ekosistem dalam biosfir. Dalami sosial budaya energi yang mengalir

dalam proses produksi adalah uang (modal). Energi dan skill yang mengalir ke

desa untuk meningkatkan diversitas (keanekaragaman), Di daerah pedesaan

tingkat diversitas pekerjaan pada umumnya rendah, karena struktur ekonomi desa

berat sebelah yaitu hanya di sektor pertanian. Oleh sebab itu penghidupan

penduduk desa tidak stabil, sebaliknya di daerah perkotaan tingkat diversitas

pekerjaan tinggi, oleh karena itu penghidupan masyarakat perkotaan stabil

dibandingkan dengan masyarakat pedesaan.

Untuk menciptakan penghidupan yang stabil di daerah pedesaan diversitas

perlu tinggi. Kita harus menciptakan diversivikasi pekerjaan, sehingga bermacam-

macam pekerjaan terdapat di desa, untuk menampung kelebihan tenaga kerja di

sektor pertanian. Struktur ekonomi desa yang berat sebelah di sektor pertanian

30

Page 31: Dampak Transmigrasi

yang harus dirombak. Hal ini disebabkan karena ekonomi desa yang monokultur

itu sangat tergantung kepada faktor musini dan pasar luar negeri. Akibat musim

yang tak menguntungkan misalnya kemarau panjang atau keadaan resesi dunia

yang berkepanjangan, timbul bencana. Dengan adanya diversifikasi pekerjaan di

desa, maka penghidupan masyarakat desa akan lebih stabil. Adanya gangguan

disektor pertanian tak akan menimpa seluruh anggota masyarakat, desa. Hal ini

disebabkan oleh karena sifat kelentingan (resilience) yang dimiliki oleh suatu

komunitas. Daya lenting adalah kemampuan untuk pulih lagi dari kerusakan

karena, suatu gangguan. Semakin tinggi diversitas, semakin besar pula

kelentingan atau daya lenting yang dimiliki oleh suatu sistem. Suatu sistem akan

memberikan tanggapan terhadap suatu gangguan sesuai dengan keadaan daya

lenting yang dimilikinya. Gangguan kecil terhadap sebuah sistem akan diserap

berangsur-angsur. Dalam suatu sistem dengan daya lenting yang tinggi,

penyerapan gangguan itu tidak akan mengubah stabilitas.

Oleh sebab itu dalam rangka menciptakan stabilitas harus diadakan

diversifikasi pekerjaan di desa. Kita harusimengembangkan sektor industri yang

menunjang sektor pertanian dan industri lain serta jasa-jasa.

31

Page 32: Dampak Transmigrasi

DAFTAR PUSTAKA

Eckholm, Erik P. Masalah Kesehatan : Lingkungan Sebagai Sumber Penyakit. Gramedia Jakarta, 1985

GBHN 1988

Geetftz, Clifford. Agricultural Involution!: The Process of Ecological Change in Indonesia. University of California, Berkeley and Los Angles. 1996

Hardesty, Donald L. Ecological An tropology. John Willey. & Son, New York : Santa-Barbara, London-Sidney-Toronto. 1998

Hardjasoemantri, Koesnadi. Pengelolaan Lingkungan Hidup dalam Pembangunan Nasional. Memeo, makalah untuk Program Pasca Sarjana Ilmu Lingkungan UI, Jakarta 15-11-1982.

____, Hukum Tata Lingkungan, Gadjah Mada University Press, Jogjakarta,1983.

Harjono, Joan. Transmirgrasi : Dari Kolonisasi sampai Swakarsa. Gramedia :Jakarta; 1982.

Koran Kompas, 5 Agustus 1983

Pelzer, Karl J. Peranan Manusia Mengubah Wajah Alam, dalam Sayogyo (Ed,) Ekologi Pedesaan : Sebuah Bunga flampai, CV Rajawali, Jakarta 1982.

Salim Emil. Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Mutiara Jakarta 1982,

____, Pembangunan Berwawasan Lingkungan. Memeo, makalah untuk Program Pasca Sarjana UI, 1 September 1982.

Smith, Nigel. Kayu : Bahan-Bahan Purba dengan Masa Depan Baru dalam Erick P Eckholm (Eds,): Krisis Energi: Kayu Sumber Daya Pembaharu. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta 1984.

Surjani, M. Lingkungan Hidup, Pengelolaan Lingkungan dan Ilmu Lingkungan. memeo, makalah untuk pembukaan Program Pasca Sarjana UI, Jakarta 25 Agustus 1982.

_____, Dasar-Dasar Ekologi. Memeo makalah untuk Kursus Andal UI, Jakarta 23 Agustus sampai September 1983.

32

Page 33: Dampak Transmigrasi

Swasono, Sri Edi. Transmigrasi di Indonesia : Suatu Reorientasi dalam Sri ; Edi Swasono (Eds). Sepuluh Hindu Transmigrasi di Indonesia. 1987

Undang-Undangan RI No. 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Vries, Egbertde. Masalah Lingkungan Hidup di Negeari Pertanian Beriklim Panas dalam Sayogyo, Ekolosi Pedesaan. Rajawali Jakarta. 1982.

Wards, Barbara, et. al, Hanya Satu Bumi : Perawatan dan Pemeliharaan Sebuah Planet Kecil. Gramedia Jakarta 1974.

33