dampak sinetron religius terhadap kehidupan …digilib.uin-suka.ac.id/8285/1/iswandi...

18
DAMPAK SINETRON RELIGIUS TERHADAP KEHIDUPAN KEAGAMAAN PADA JAMA'AH MASJID FATHUL QORIB PRAWIRODIRJAN GONDOMANAN YOGYAKARTA Iswandi Syahputra Abstrak Tulisan ini menjelaskan pada kita pergesaran peran berbagai media penyebaran agama seperti madrasah, pesantren, mesjid, Kiyai dan Ustadz yang selama ini dipahami secara luas sudah diambil alih oleh televisi yang kental dengan aroma kaptalisme. Agama dikomodifikasi sedemikian rupa untuk menghasilkan profit bagi industri televisi. Sebagian jama'ah Masjid Fathul Qorib yang menonton sinetron religius menjadikan muatan yang tersaji dalam sinetron religius tersebut tidak hanya memberi hiburan, tetapi mampu memberi manfaat untuk menambah pengetahuan keislaman mereka dan sebagai rujukan bagi sikap hidup dalam konteks keagamaan mereka. I. Pendahuluan Walau belum sampai pada tingkat menolak apalagi membaikot, seperti yang terjadi pada beberapa tayangan "alam ghaib" yang pernah marak di televisi, sinetron religius yang ditayangkan beberapa stasiun televisi telah menimbulkan berbagai keresahan masyarakat. Pusat keresahan masyarakat terletak pada metode pengemasan cerita sinetron yang dinilai lebih menonjolkan unsur mistisnya dari pada unsur ajaran Islamnya. Keresahan tersebut paling tidak tampak dalam beberapa surat pembaca yang disampaikan masyarakat di beberapa media cetak. Prof. Dr. Machasin, pakar sejarah Islam dari UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dalam sebuah diskusi ilmiah di UIN Sunan Kalijaga (18 November 2005) bahkan Dampak Sinetron ReligiusTeitiadap Kehidupan Keagamaan... (Iswandi Syahputra) 183

Upload: doanmien

Post on 05-Feb-2018

228 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Dampak Sinetron Religius Terhadap Kehidupan …digilib.uin-suka.ac.id/8285/1/ISWANDI SYAHPUTRA... · pakar sejarah Islam dari UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dalam sebuah ... sinetron

DAMPAK SINETRON RELIGIUS TERHADAPKEHIDUPAN KEAGAMAAN PADAJAMA'AH MASJID FATHUL QORIB

PRAWIRODIRJAN GONDOMANANYOGYAKARTA

Iswandi Syahputra

Abstrak

Tulisan ini menjelaskan pada kita pergesaran peran berbagaimedia penyebaran agama seperti madrasah, pesantren, mesjid,Kiyai dan Ustadz yang selama ini dipahami secara luas sudahdiambil alih oleh televisi yang kental dengan aroma kaptalisme.Agama dikomodifikasi sedemikian rupa untuk menghasilkanprofit bagi industri televisi. Sebagian jama'ah Masjid Fathul Qoribyang menonton sinetron religius menjadikan muatan yangtersaji dalam sinetron religius tersebut tidak hanya memberihiburan, tetapi mampu memberi manfaat untuk menambahpengetahuan keislaman mereka dan sebagai rujukan bagi sikaphidup dalam konteks keagamaan mereka.

I. PendahuluanWalau belum sampai pada tingkat menolak apalagi membaikot, seperti

yang terjadi pada beberapa tayangan "alam ghaib" yang pernah marak ditelevisi, sinetron religius yang ditayangkan beberapa stasiun televisi telahmenimbulkan berbagai keresahan masyarakat. Pusat keresahan masyarakatterletak pada metode pengemasan cerita sinetron yang dinilai lebihmenonjolkan unsur mistisnya dari pada unsur ajaran Islamnya. Keresahantersebut paling tidak tampak dalam beberapa surat pembaca yangdisampaikan masyarakat di beberapa media cetak. Prof. Dr. Machasin,pakar sejarah Islam dari UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dalam sebuahdiskusi ilmiah di UIN Sunan Kalijaga (18 November 2005) bahkan

Dampak Sinetron ReligiusTeitiadap Kehidupan Keagamaan... (Iswandi Syahputra) 183

Page 2: Dampak Sinetron Religius Terhadap Kehidupan …digilib.uin-suka.ac.id/8285/1/ISWANDI SYAHPUTRA... · pakar sejarah Islam dari UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dalam sebuah ... sinetron

—, Islam, Pasar dan Keadilan: Artikulasi Lokal, Kapitnlisme danDemokrasi, Yogyakarta: LKiS, 2000.

Wiyata, A. Latief, Kusir Dokar: Suatu Profil tentang Profesi Sektor Informal,dalam Huub de Jonge (ed), Agama, Kebudayaan, dan Ekonomi,Jakarta: Rajawali Pers, 1989., Carok: Konflik Kekerasan dan Harga Diri Orang Madura,Yogyakarta: LKiS, 2002.

Usman, Sunyoto, Suku Madura yang Pindah ke Umbulharjo (Madura III),Jakarta: Proyek Peningkatan Sarana Pendidikan TinggiDepartemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1979.

Zaini, A. Wahid, Dunia Pemikiran Kaum Santri, Yogyakarta: LKPSM, 1994.

*Drs. Muh. Syamsuddin, M.Si., Peneliti Madya Pada Lembaga PenelitianUIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, dan Dosen tidak tetap pada STIE 'IEU' danAMA Dharmala Yogyakarta.

182 Aplikasia, JurnalAplikasi llmu-ilmu Agama, Vol. VIII, No. 2 Desember 2007:150-182

Page 3: Dampak Sinetron Religius Terhadap Kehidupan …digilib.uin-suka.ac.id/8285/1/ISWANDI SYAHPUTRA... · pakar sejarah Islam dari UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dalam sebuah ... sinetron

meragukan kebenaran cerita dalam sinetron religius tersebut. Namundemikian, tidak bisa disangkal kebanyakan masyarakat masih tetapmenikmati tayangan sinetron religius tersebut. Hal itu ditandai dengansemakin maraknya sinetron religius di televisi. Maraknya sinetron religiusdapat dijelaskan melalui mekanisme rating televisi, yang menunjukkansinetron religius tersebut banyak ditonton oleh masyarakat1

Penggunaan istilah sinetron religius muncul seiring dengan maraknyasejumlah sinetron yang dalam isi ceritanya menyajikan kisah-kisah yangsarat atau berorientasi pada ajaran Islam. Dengan demikian, sinetron religiusmengacu pada suatu sinetron yang berorientasi atau berisi tentang berbagaihikmah dari ajaran Islam. Sinetron religius tersebut ditayangkan pada primetime atau jam utama yaitu pukul 19.00-21.00 WIB —bahkan ada yangsampai jam 22.00 WIB — dimana seluruh anggota keluarga biasa berkumpulbersama2.

Maraknya tayangan sinetron religius tentu saja menampilkan wajahbaru pertelevisian tanah air. Sinetron religius tersebut menyiratkanterjadinya migrasi simbolik3 Sejumlah artis sinetron yang dalam kehidupansehari-hari tidak menurup auratnya terpaksa harus menutup aurat demituntutan skenario. Artis sinetron yang semula sedikit megap-megapmengucap lafaz arab seperti kalimat Assalamu'alaikum, Astaghfirullah,Sublianallah, Masya Allah, Innalillahi wan Innailaihi Raji'uun mulai fasih danterbiasa dengan lafaz sakral tersebut.

Dalam perspektif ide atau gagasan ceritanya, ummat Islam dapat sajameyakini kebenarannya. Karena sejumlah sinetron religius yang ditayang-kan tersebut dikonstruksi dari kisah nyata sejumlah tabloid Islam (antaralain sinetron Raliasia ttahi-TPl dan Hftmah-Trans TV). Namun sebagian lain,isi tayangan sinetron tersebut menimbulkan kontroversial, karena isiceritanya melebih-Iebihkan sehingga terkesan bertentangan dengan ajaranIslam. Persoalan apakah kisah itu benar-benar nyata, wallahu 'alam. Sebabdalam sejumlah situs internet cerita serupa juga banyak beredar. Terlepasisi cerita tersebut benar atau fiktif yang terpenting adalah kandungannilainya. Selama kandungan nilainya baik untuk meningkatkan keimanandan ketakwaan, tentu tidak perlu dipersoalkan. Namun disinilah muncul

1 Effendi Ghazali, Konstruksi Sosial Industri Penyiamn. (Jakarta : Jurusan Ilmu KomunikasiFISIP UI, 2003).

2 Lebih jauh tentang agama dan religiusitas di televisi baca Iswandi Syahputra, KomunikasiProfetik. (Bandung : Simbiosa Rekatama Media, 2007).

* Kompas 15 Oktober 2004.

184 Aplikasia, JurnalAplikasi llmu-ilmu Agama, Vol. VIII, No. 2Desember2007:183-199

Page 4: Dampak Sinetron Religius Terhadap Kehidupan …digilib.uin-suka.ac.id/8285/1/ISWANDI SYAHPUTRA... · pakar sejarah Islam dari UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dalam sebuah ... sinetron

persoalannya, kandungan nilai yang termuat dalam sinetron religius tersebutdinilai banyak kalangan justru menyimpang dari ajaran Islam. Bahkancenderung mengarah pada takhyul, klenik dan syirik. Mistikasi religiusitasIslam sebagai agama inilah yang dapat merubah agama, bukan sebagaikumpulan nilai normahf (teks suci) yang harus ditaati, melainkan sebagaikumpulan cerita takhyul yang ditakuti4

Fenomena ini menunjukkan bergesernya—atau setidaknya menjadigejala sosial keagamaan—peran ulama, pesantren, lembaga pendidikan,guru agama dan orang tua dalam mengkonstruksi pemahaman keagamaanseseorang. Karena agama sudah b'dak lagi dihadapkan pada pemeluknyamelalui ulama, pesantren, lembaga pendidikan dan orang tua, tetapi melaluiselebriti di televisi. Televisi menjadi kiblat baru bagi manusia untukmenentukan benar hdaknya ajaran agama yang diyakini. Agama diajarkandan dijalankan berdasarkan apa yang disampaikan oleh televisi. Kebenaranagama Kdak lagi melalui dialog dan perenungan sprirual yang dalam, tapikebenaran yang mandek dan terstigmatisasi dengan sendirinya oleh rutmitastelevisi.

Neil Postman, guru besar ilmu komunikasi dari New York Universitymerupakan salah saru ahli komunikasi yang tidak percaya pada peranmedia televisi yang berperan selain dari fungsi hiburan. Terakait denganadanya siaran keagamaan di televisi, menurutnya yang kemudian hadir ditelevisi dan merasuki benak pemirsa bukanlah Yesus Kristus (bagi mimbaragama Nashrani) melainkan pendeta yang menjadi pengkhotbah pada acaratersebut. Selain itu, menurutnya, pastor dan pendeta yang tampil di layartelevisi tidak identik dengan pastor atau pendeta yang tampil di Gereja,melainkan "pastor" atau "pendeta" selebritis yang bernuansa hip-hip, hura-hura bagai Whoopi Goldberg dan sejenisnya ketimbang atomosfer religiusyang khusyu'5

Maraknya sinetron relegius di sejumlah stasiun televisi sebenarnyamerupakan sikap yang diambil oleh industri televisi terhadap kejenuhanmasyarakat atas tayangan sinetron glamour. Awalnya, jenis tayangansinetron televisi didomnisi oleh sinetron jenis galamour, yaitu sinetron yangmenonjolkan kemewahan, hedonism dan gaya hidup (life style) masyarakaturban perkotaan. Namun, belum ada stasiun televisi yang menarikproduksinya karena hanya satu alasan, minat pasar pengiklan masih

1 Republika, 20 Maret 2006. P. 5.5 Veven Wardhana,. TV dan Prasangka Budaya Massa. (Yogyakarta : Galang Press, 2001).

Dampak Sinetron Religius Terhadap Kehidupan Keagamaan... (Iswandi Syahputra) 185

Page 5: Dampak Sinetron Religius Terhadap Kehidupan …digilib.uin-suka.ac.id/8285/1/ISWANDI SYAHPUTRA... · pakar sejarah Islam dari UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dalam sebuah ... sinetron

cenderung berpihak pada produksi sinetron glamour tersebut. Hal ituberlangsung lama hingga akhir tahun 2003, ketika dengan sangatmengejutkan sinetron Ralmsin Ilahi yang ditayangkan oleh TPI mendapatrating tertinggi untuk seluruh jenis tayangan sinetron. Sebelumnya, jenissinetron tersebut dianggap sebagai sinetron pinggiran. Karena selalumenyajikan tayangan dalam setting masyarakat pedesaan dan mengangkatisu-isu akhirat yang tidak komersial. TPI sendiri terus bertahan dengansinetron tersebut karena ingin menegaskan diri sebagai televisi yang dekatdengan kehidupan khas masyarakat pedesaan (kelas ekonomi menengahke bawah). Diluar dugaan, sinetron religius tersebut dapat mencuriperhatian pemirsa secara luas. Dan hukum pasarpun mulai berlaku.Program tayangan dengan jumlah pemirsa paling banyak akan mendapatrating paling tinggi. Survey yang dilakukan secara rutin oleh AC Nielsenmenempatkan sinetron Rahasia Ilahi yang ditayangkan oleh TPI mendapatrating paling tinggi untuk edisi Desember 2003. Hukum rating parareldengan aliran iklan yang masuk. Artinya, semakin tinggi rating suatuprogram acara televisi, semakin banyak peminat iklan yang akan memasar-kan produknya pada tayangan tersebut. Hingga akhirnya, walaupun jenissinetron religius banyak dikritik karena mengaitkan Islam dengan mistikdan klenik namun tetap saja jenis sinetron ini marak ditayangkandisejumlah televisi karena banyak ditonton oleh masyarakat. Apakahtayangan sinetron religius tersebut memberi pengaruh terhadappenontonya? Apakah sinetron religius tersebut berdampak pada kehidupankeagamaan masyarakat?. Dari latar belakang masalah yang telahdipaparkan tersebut memunculkan pertanyaan yang menjadi masalahutama dalam tulisan ini, yaitu : "Bagaimana Pengaruh Sinetron Religiusdi Televisi terhadap Kehidupan Keagamaan?' Secara khusus penelitianini akan dilakukan tehadap jama'ah masjid Fathul Qorib PrawirodirjanKecamatan Gondomanan, Yogyakarta. Dengan demikian secara spesifikpertanyaan penelitian ini adalah: "Dampak Sinetron Religius terhadapKehidupan Keagamaan pada Jama'ah Masjid Fathul Qorib PrawirodirjanGondomanan?" Penelitian ini pada dasarnya memfokuskan pada deskripsidampak kehidupan keagamaan sebagai akibat menonton tayangan sinetronreligius terhadap penonton. Karena itu, pusat penelitian ini akan difokuskanpada perubahan (dampak) apa yang terjadi pada penonton dalamkehidupan keagamaan setelah menonton sinetron religius.

Karena subjek penelitian ini adalah Jama'ah Masjid, tentu saja yangditeliti adalah prilaku anggota Jama'ah Masjid yang menjadi penonton

Aplikasia, JurnalAplikasi llmu-ilmu Agama, Vol. VIII, No. 2 Desember 2007:183-199

Page 6: Dampak Sinetron Religius Terhadap Kehidupan …digilib.uin-suka.ac.id/8285/1/ISWANDI SYAHPUTRA... · pakar sejarah Islam dari UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dalam sebuah ... sinetron

sinetron religius. Data diperoleh melalui metode penelitian denganmenggunakan pembabakan sebagai berikut :1. Penyebaran angket, dimaksudkan untuk mengukur, memetakan dan

menemukan jenis penonton berat televisi (Iteavy viewers).2. Melakukan wawancara mendalam terhadap kelompok penonton berat

(heavy viewers) yang telah diperoleh melalui pengelompokan data yangdiperoleh dari penyebaran angket.

3. Melakukan pengamatan langsung terhadap kehidupan keagamaankelompok penonton berat (heavy viewers). Fokus pengamatan ditujukanpada perubahan kehidupan keagamaan Jamah Mesjid yang menjadiobjek penelitian.Data yang terkumpul dari tiga pembabakan tersebut selanjutnya

dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif, yaitu mendeskripsikansecara utuh seluruh realita yang ditemui selama melakukan penelitian.Sebagai penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif, penelitian ini sedekatmungkin akan memaparkan realita keagamaan yang terjadi dalam suatumasyarakat sebagai akibat menonton tayangan sinetron religius di televisi.

II. Kerangka Teori

Televisi berasal dari kata tele (jauh) dan vision (penglihatan). Televisimenipakan hasil penggabungan antara radio dan film sehingga bersifataudiovisual, artinya menyampaikan pesan berupa suara dan gambar secarasirrtultan. Pengaruh besar yang ditimbulkan televisi karena kelebihan mediaini terhadap media lain, yaitu bersifat langsung, tidak mengenal jarak danrintangan, serta mempunyai daya tarik auditif dan visual6

Televisi menipakan sumber citra dan pesan tersebar (shared images andmessages) yang sangat besar dalam sejarah dan ini telah menjadi mainstreambagi lingkungan simbolik masyarakat. Televisi menipakan sistem bercerita(storytelling) yang tersentralisasi, ini dapat saja berbentuk sinetron, iklankomersial, berita dan program lainnya yang disiarkan dari ruang produksi,terkendali dan disebarluaskan melalui transmiter ke setiap rumah yangmemiliki televisi. Sistem ini mengkultivasi (cultivation tlieory) setiap orangsejak masa kanak-kanak, karenanya televisi menjadi sangat penting dalamberbagai studi tentang media. Sebab televisi memiliki kemampuan untukmengkonstruk wacana hingga idiologi setiap orang.

6 Effendi Ghazali, Konstruksi Sosial Industri Penyiaran. 0akarta: Jurusan Ilmu KomunikasiFIS1P UI, 2003). P. 170-173.

Dampak Sinetron Religius Terhadap Kehidupan Keagamaan... (Iswandi Syahputra) 187

Page 7: Dampak Sinetron Religius Terhadap Kehidupan …digilib.uin-suka.ac.id/8285/1/ISWANDI SYAHPUTRA... · pakar sejarah Islam dari UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dalam sebuah ... sinetron

Televisi tidak sekedar menyajikan laporan peristiwa dan menyampai-kan pesan-pesan (seperti dalam pemaknaan proses komunikasi tradisional),namun merasuk lebih jauh lagi, mengubah realitas privat menjadi konsumsipublik, termasuk dalam mendefenisikan religiusitas dan spritualitaskhalayak di depan layar kaca.7

Karena kemampuan siarannya, televisi menjadi sumber primer untuksosialisasi dan informasi bagi masyarakat sehingga terbentuklah sharednational culture. Televisi juga memiliki ritual daily yang dapat tersebar keseluruh masyarakat sama halnya seperti agama (religion). Ini dapat kitalihat dari pengulangan berkelanjutan dari berbagai cerita, mitos, fakta,informasi dan akhirnya mampu mendefenisikan dunia dan melegitimasiparticuler social order, inilah sisi fungsi sosial televisi. Deskripsi tersebutmenggambarkan pada kita bahwa televisi itu sebagai common storytellerdari kehidupan kita. Televisi menjadi sumber utama pensuplay informasibagi kita.8

Awalnya, studi tentang berbagai dampak media memang muncul darikeprihatinan sejumlah peneliti media terhadap dampak tayangan kekerasanyang diproduksi oleh televisi. Karena itu, studi tentang dampak mediaberkembang sejalan dengan munculnya berbagai media baru, seperti televisi,vidio games dan internet dan berkembangnya berbagai model prilakukekerasan dalam masyarakat. Selain itu, studi tentang dampak mediamuncul karena realisme penggambaran kekerasan di media semakinmeningkat sebagai konsekuensi berkembangnya teknologi informasi dankomunikasi. Perkembangan studi akan dampak media juga membutuhkanlebih banyak studi mengenai alasan ketertarikan pemirsa pada isi kekerasan.Penelitian yang dilakukan oleh Sparks pada tahun 2000 menunjukkanbahwa hanya sedikit data yang dapat menunjukkan bahwa program yangberisikan kekerasan lebih disukai ketimbang yang tidak.

Terdapat sejumlah teknik dan mekanisme teoritis yang dapat menjelas-kan dampak isi media, diantaranya adalah'

Catarsis, salah satu formula teoritis yang digunakan dalam melihathubungan antara konsumsi tayangan kekerasan dalam media denganprilaku agressif

7 Linderman dalam Stewart M. Hoover, (Ed), (1997), Rethinking Media, Religion and Culture.(London : Sage Publication. 1997). P. 263.

* Gerbner, dalam J. Bryant, and D. Zillman (Eds) (1994), Media Effects : Advances in Theoryand Research.( Hillsdale : NJ. Erlbaum,1994). P. 17-34

9 Sparks dalam J. Bryant, andD. Zillman, Media Effects : Advances in Theory and Research.(Hillsdale : NJ. Erlbaum,1994).

Aplikasia, JumalAplikasi llmu-ilmu Agama, Vol. VIII, No. 2 Desember 2007:183-199

Page 8: Dampak Sinetron Religius Terhadap Kehidupan …digilib.uin-suka.ac.id/8285/1/ISWANDI SYAHPUTRA... · pakar sejarah Islam dari UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dalam sebuah ... sinetron

Social Learning, teori pembelajaran sosial diaplikasikan pada kekerasandi media oleh Bandura (1965). Teori ini menyatakan bahwa prilaku agresifyang ditujukan oleh sejumlah karakter yang ada dalam tayangan mediadapat diikuti bahkan ditiru oleh penonton.

Priming, dari Berkowitz yang memfokuskan perhatian pada kekerasandi media dengan cara memberi penekanan pada "isyarat agresif" yangterkandung di dalam tayangan media. Isyarat agresif tersebut dapatdikombinasikan dengan kondisi emosional berupa kemarahan atau rasafrustasi pemirsa sehingga dapat memicu agresi lanjutan.

Arousal, yaitu kondisi ketika menjadi merasa marah akibat menontontayangan yang menampilkan kekerasan, maka sebagai konsekuensinyarangsangan ini akan berubah menjadi kemarahan dan terintensifikasi10

Desensitization, ekspos kekerasan secara terus menerus akanmengurangi rasa sensitif kita pada kekerasan sehingga membuat kitamelakukan pemakluman. Ketika orang tidak lagi sensitif pada kekerasanmaka prilaku kekerasan akan lebih memungkinkan untuk muncul.

Cultivation and Fear, pencetus teori ini George Gerbner yang menyatakanmenonton televisi secara sering dapat menumbuhkan (cultivate) persepsitertentu yang konsisten terhadap tayangan media. Hal tersebut terjadimelalui berbagai pola tata cara (setting), pemilihan pemain (casting),pencatatan sosial (social typing), tindakan (action), dan hasil yang memilikirelasi dengan program dan mode penonton (viewing modes) sehingga mampumendefenisikan realitas sosialnya sendiri. Disaat bersamaan, penontonberada dalam situasi dunia yang penuh dengan makna simbolik dan tidakdapat menghindari terpaan berbagai pola pengulangan tayangan televisiyang telah mengepung kehidupan tersebut.

Dari berbagai teori tentang studi dampak media tersebut, penelitianini akan rnenggunakan kerangka cultivation tlieory. Pemilihan kerangka teoritersebut untuk memudahkan penelitian. Dengan menggunakan kerangkateori tersebut, penelitian ini dapat dengan detil dan rinci mendeskripsikandan menganalisis dampak menonton tayangan religius terhadap kehidupankeagamaan yang terjadai pada Jama'ah Masjid Fathul Qorib di KecamatanGondomanan.

» Ib id .

Dampak Sinetron Religius Terhadap Kehidupan Keagamaan... (Iswandi Syahputra) 189

Page 9: Dampak Sinetron Religius Terhadap Kehidupan …digilib.uin-suka.ac.id/8285/1/ISWANDI SYAHPUTRA... · pakar sejarah Islam dari UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dalam sebuah ... sinetron

III. Geososial Jama'ah Masjid Fathul Qarib

Masjid Fathul Qorib berada dalam posisi sejajar dengan kehidupanmasyarakat muslim Gondomanan.. Secara geografis, masjid Fathul Qaribterletak di tengah-tengah kota Yogyakarta, berdampingan langsung denganarus besar masyarakat urban perkotaan, sebuah proses dialektika untuktransformasi kebudayaan baik dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi,budaya (culture). Perilaku keagamaan masyarakat kota yang secara imajinerdekat dengan mitos kraton dan pusat kebudayaan Yogyakarta, yaituMalioboro sehingga letak geografis tersebut memiliki pengaruh langsungterhadap informasi media televisi di ruang-ruang keluarga jamaah Masjidyang secara ekonomi masuk dalam katagori menengah kebawah.

Keberadaan kraton Ngayogyakarta Hadiningrat dan Masjid FathulQorib secara langsung mempengaruhi pengelolaan dan pelestarian nilai-nilai budaya adiluhung masyarakat lokal maupun bentuk nilai baru dariproses keagaamaan masyarakat di sekitar Masjid. Kekuatan budaya lokalmempengaruhi sikap hidup dan pola intraksi individu dengan lingkungan-nya. Sebagai salah satu model masyarakat baru perkotaan yang cenderunginstant dan konsumtif serta melek akses informasi pada semua perubahangaya hidup maupun nilai kebudayaan pop masyarakat modern.Ambigiusitas ini melahirkan pola aksebilitas tontonan sebagai alatperubahan untuk melihat masyarakat metropolitan dan visualisasi lain daripersonifikasi individu maupun kelompok masyarakat melalui tayangantelevisi dari waktu ke wakru dan jam dari puluhan stasiun TV dan informasilain dalam membentuk mentalitas baru.

Globalisasi dan kemajuan teknologi mencapai perkembanganmenakjubkan selama tiga abad terakhir. Budaya dan tata nilai baru demikiancepat diakses diseluruh belahan dunia melalui media televisi, internet danteknologi yang lain. Perubahan sikap dan perilaku masyarakat merupakanarus besar globalisasi dan kapitalisasi manusia. Bentuk tayangan televisidengan varian program baik kekerasan, pornografi dan infotainmentmelahirkan dilema budaya dan nilai-nilai agama yang mempunyai dampakpada kehidupan keberagaman masyarakat kota dan dipelosok kebudayaanyang lain. Misalnya, tingkat kejahatan, penyalahgunaan narkoba danperjudian merupakan salah satu aspek dari pengaruh industri capitalbernama industri hiburan dan televisi yang menjamur saat ini, khususnyasetelah reformasi dan kebebasan rung ekspresi menemukan momentumpada masyarakat Indonesia.

190 Aplikasia, JurnalAplikasillmu-ilmu Agama, Vol. VIII, No. 2 Desember 2007:183-199

Page 10: Dampak Sinetron Religius Terhadap Kehidupan …digilib.uin-suka.ac.id/8285/1/ISWANDI SYAHPUTRA... · pakar sejarah Islam dari UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dalam sebuah ... sinetron

Di samping itu, peradaban modern menghasilkan kehidupan baru yanglebih maju berkat ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi di pihak lain jugamengakibatkan kesengsaraan dan penderitaan yang besar. Kapitalismemenimbulkan kesengsaraan bagi para buruh yang notabene jamaah Masjidsehingga tercipta masyarakat Barat yang makmur (the affluent society), yangmempengaruhi kebudayaan masyarakt lokal warisan imprealisme danmodel kapitalisme baru dengan siaran televisi nonstop sehingga makinbanyak orang menanyakan kebenaran dari dominasi rasio dan lebihmenginginkan kehidupan yang utuh, yaitu perhah'an terhadap kehidupanreligius yang makin bertambah dan materialisme makin didesak olehnilai-nilai yang transendental.

IV. Kehidupan Keagamaan Jama'ah Masjid Fathul Qorib

Jamaah Masjid Fathul Qorib dapat dikatakan sebagai representasikeberagamaan masyarakat kota. Masyarakat yang senantiasa berubah. Halini tidak lepas dari latar belakang sosial-budaya mereka yang bermacam-macam sehingga mereka harus melakukan akulturasi budaya, tawar-menawar nilai, atau bahkan membuat nilai-nilai baru sebagai alat kontrolsosial. Di sini tidak ada satu tokoh yang dikharismakan, seperti yang terjadipada masyarakat tradisional. Mereka menempatkan Kiai atau Ustadzsebagai seorang guru, yang dengan ilmu dan kealimannya harus dihormati.Satu hal yang berbeda dibanding dengan fungsionalisasi masjid di desa-desa adalah mereka tidak hanya menjadikan masjid sebagai media utamabelajar agama, tetapi juga sebagai media musyawarah semua persoalankemasyarakatan. Seperti, pertemuan Rukun Tetangga, Dasawisma, atauuntuk Ibu-ibu arisan. Begitu juga sebaliknya, mereka mempunyai acarapengajian mingguan.

Acara pengajian mingguan ini dilaksanakan setiap malam Jum'at diMasjid Fathul Qarib. Sebagai peserta adalah semua jamaah laki-laki,perempuan, dan remaja putra-putri. Acara "ngaji bareng" ini selaludipenuhi jamaah yang ingin belajar agama, mayoritas peserta adalah bapak-bapak dan ibu-ibu yang bertempat tinggal di sekitar masjid, dan tidak jarangpula ada jamaah masjid lain yang kadang mengikuti pengajian. Jamaahmasjid Fathul Qorib selalu menyambut hangat kedatangan siapa pun yangmempunyai niat baik untuk belajar agama bersama. Mereka semakin banggakarena pengajian yang diadakannya dapat memberi manfaat bagi jamaahatau masyarakat umum.

Sebagai masyarakat yang selalu disibukkan dengan berbagai pekerjaandan karir, bukan berarti mereka tidak mempunyai waktu sama sekali.

Dampak Sinetron Religius Terhadap Kehidupan Keagamaan... (Iswandi Syahputra) 191

Page 11: Dampak Sinetron Religius Terhadap Kehidupan …digilib.uin-suka.ac.id/8285/1/ISWANDI SYAHPUTRA... · pakar sejarah Islam dari UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dalam sebuah ... sinetron

Sebagaimana masyarakat kota lainnya, waktu luang mereka adalah saathari libur, yaitu hari Ahad. Oleh karena itu, mereka sepakat mengadakanpengajian Ahad Pagi. Hari Ahad dipilih bukan tanpa alasan karena padahari ini semua pekerja, pegawai negeri, atau sekolah-sekolah libur. Jadi,mereka dapat memberikan waktu luangnya untuk pengajian Ahad Pagi.Peserta pengajian Ahad Pagi biasanya banyak didominasi oleh remajaputra-putri. Tema pengajian pun lebih variatif, yaitu mengambil tema-temaaktual yang terjadi di masyarakat, seperh aborsi, judi, khamr, atau bahkanetika berpacaran. Pengajian Ahad Pagi ini ditempatkan di rumah-rumahanggota jamaah dengan menggunakan sistem perputaran (giliran) antarjamaah. Biasanya, mereka mengundang seorang Kiai atau Ustadz sebagaipenceramah. Untuk mengurus semua agenda pengajian mereka membuatjadwal yang sudah disusun rapi, mulai dari panitia pelaksana masing-masing acara sampai penentuan Kiai atau Ustadz yang akan mengisipengajian. Jadwal ini dibuat untuk jangka waktu 6 bulan.

A. Membaca Al-Qur'anSelain pengajian Ahad Pagi dan Malam Jum'at, jama'ah masjid Fathul

Qarib juga mengadakan pelajaran baca al-Qur'an. Berbeda dengan TamanPendidikan Al-Qur'an (TPA) yang sudah ada, yang biasanyadiperuntukkan untuk anak-anak, pengjian al-Qur'an yang diadakan olehjamaah ini diperuntukkan bagi jamaah bapak-bapak dan ibu-ibu yang inginmenguasai baca al-Qur'an. Pelajaran baca al-Qur'an ini dilaksanakan saturninggu tiga kali, yaitu malam Sabtu, malam Selasa, dan malam Kamis. Disini seperti membuka kelas khusus dewasa sehingga tidak ada rasa malu diantara peserta pengajian. Sebagai pengajar adalah ustadz atau takmir yangsudah mahir atau mengusai baca-tulis al-Qur'an. Mereka tidak perlu lagimencari guru mengaji dari luar.

1. 2. B. Dana Sosial JamaahUntuk menguatkan rasa persaudaraan dan meningkatkan rasa

solidaritas di antara anggota jama'ah, mereka membuat kesepakatan untukmembuat dana sosial. Setiap anggota dikenai Rp. 2000/rninggu. Dana yangterkumpul nantinya diperuntukkan bagi jama'ah yang sangatmembutuhkan. Di antaranya adalah dana kematian, dana sumbanganpenyelenggaraan pengajian bagi keluarga tidak mampu dalam acarapengajian bergilir karena tidak semua jama'ah mempunyai tingkat ekonomiyang tinggi.

192 Aplikasia, JurnalAplikasi llmu-ilmu Agama, Vol. VIII, No. 2 Desember 2007:183-199

Page 12: Dampak Sinetron Religius Terhadap Kehidupan …digilib.uin-suka.ac.id/8285/1/ISWANDI SYAHPUTRA... · pakar sejarah Islam dari UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dalam sebuah ... sinetron

Ada beberapa hal penting yang dapat dilihat dari gaya keberagamaanmasyarakat kota ini, yaitu mereka mempunyai keinginan yang kuat untukbelajar ilmu agama. Gaya masyarakat kota yang cenderung rasional,semuanya dapat diukur, dan disiplin juga tercermin dan dapat dilihat lewatberbagai aktivitas keagamaan yang mereka lakukan. Termasuk bagaimanamereka menerjemahkan nilai-nilai agama, di antaranya adalah nilai salingtolong-menolong—sense of solidarity—yang diaplikasikan dalam bentukDana Sosial Jama'ah, dan dana tersebut dikelola dengan manajemenprofesional.

Semenjak beberapa tahun terakhir, khususnya dasawarsa terakhir,ghirrah (semangat) masyarakat untuk belajar agama semakin meningkat.Hal ini dapat dilihat dari semakin ramainya masjid-masjid dengan berbagaikegiatan keagamaan. Buku-buku agama pun semakin banyak dicari makatidak heran kalau tiga tahun belakangan ini penerbit-penerbit buku Islamsampai perlu membuat even khusus bursa buku, yaitu Islamic Book Fair.Tidak hanya itu, semangat belajar agama juga mulai dirasakan olehbeberapa Pengusaha Hiburan (PH), terbukti dengan semakin diminatinyasinetron-sinetron, fihn-film, atau cermah-ceramah agama di televisi. Bahkan,rating sinetron religius belakangan ini semakin naik tajam. Memang adabeberapa faktor, di antaranya adalah masyarakat mulai jenuh denganhadirnya sinetron-sinetron yang banyak menawarkan kemewahan duniawi.Meskipun begitu, respons positif masyarakat tersebut setidaknya telahmenunjukkan adanya perkembangan keberagamaan masyarakat. Belajaragama saat ini sudah menjadi sebuah kebutuhan yang tidak dapatdilepaskan dari masyarakat.

V. Perilaku Menonton Televisi Jama'ah Masjid fathul Qorib

Masjid dengan segala jenis pengertian dan definisinya merupakansimbol paling mudah untuk menentukan keberadaan umat muslim di suatutempat, masjid juga menjadi simbol dan media bersama untuk melakukanaktivitas keagamaan baik berupa ibadah wajib maupun sunnah, sepertisholat dan aktivitas keagamaan yang lain. Keberadaan masjid dalam sejarahsangat erat kaitannya dengan perkembangan Islam dari waktu ke waktu.Di samping itu, arsitektur sebuah masjid mempunyai kekhasan sesuaidengan kondisi lingkungan dan daerah. "Selanjutnya, masjid berkembang

11 Secara sepintas Masjid Fathul Qorib berarsitektur Arab dan perpaduan dengan Jawa,yaitu simbol kubah dan joglo yang mampu menampung jamaah kurang lebih 150 orang.Wawancara dengan pak Rasyid salah satu takmir masjid pada tanggal 4 Agustus 2006.

Dampak Sinetron ReligiusTerhadap Kehidupan Keagamaan... (Iswandi Syahputra) 193

Page 13: Dampak Sinetron Religius Terhadap Kehidupan …digilib.uin-suka.ac.id/8285/1/ISWANDI SYAHPUTRA... · pakar sejarah Islam dari UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dalam sebuah ... sinetron

dan menjadi identitas baru bagi umat Islam, dan media paling efektif untukmempertemukan umat muslim dari beragam latar belakang pendidikan,suku, dan ras dengan beragam kegiatan yang diselenggarakan oleh pengurusmasjid. Masjid Fathul Qorib sendiri mempunyai aktivitas rutin dan terjadwal,seperti pengajian malam Jum'at dengan jama'ah yang berbeda baik laki-laki maupun perempuan, serta kegiatan Taman Pendidikan Al-Qur'an(TPA) untuk setiap sore hari.

Perilaku keagamaan yang digambarkan tersebuat memberikan ruangbagi masyarakat perkotaan untuk melakukan internalisasi ajaran Islam,misalnya jadwal kegiatan keagamaan yang terjadwal secara sistematisbahkan menurut pengakuan responden, dengan aktivitas ini banyak halbaru baru diketahui dari ajaran-ajaran Islam, misalnya zakat, haji, danmelatih kepekaan sosial untuk sesama12. Jamaah Masjid Fathul Qorib padaumumnya mempunyai pemahaman baca-tulis al-Qur'an yang sangatminim, namun pandangan-pandangan keagamaannya menunjukakanadanya sikap kesalehan individual dan kesalehan sosial dengan adanyasikap kejawaan yang kuat, yakni tolong menolong antar jama'ah.

Tayangan televisi sabagai salah satu komunikasi visual masyarakat dariberbagai entitas dengan kebudayaan pop dan gaya metropolitan, terlihatsekali pengaruhnya pada jamaah masjid, misalnya sering terdengar obrolanpara jama'ah seputar gaya hidup selebritis, program televisi dan cerita-cerita adegan dan kisah sinetron. Hal ini menunjukkan pengaruh signifikantelevisi dalam mengkonstruk kebudayaan masyarakat kota yang notabeneterjadi silang budaya, baik konsumsi, gaya hidup dan prilaku keagamaan.Untuk itu, keberadaan televisi menjadi kebutuhan pokok dan integral dalammasyarakt Gondomanan khususnya jama'ah Masjid Fathul Qorib dimanadi setiap rumah terdapat layar televisi yang siap menyajikan tayangan yangvariatif.

Hasil penyebaran angket kepada 31 Jama'ah Masjid Fathul QoribPrawirodirjan Kecamatan Gondomanan menunjukkan hasil sebagai berikut:a. 90% Jama'ah mesjid Fathul Qarib Kecamatan Gondomanan memilki

televisi.b. 6,7% Jama'ah mesjid Fathul Qarib Kecamatan Gondomanan tidak

memiliki televisi.c. 3% tidak menjawab.

12 Tema kegiatan setiap minggu berganti dan bahkan setiap tahun diadakan rapat kerjaantar pengurus masjid untuk menentukan tema umum pada tahun selanjutnya.

194 Aplikasia, Jurnal Aplikasi Hmu-ilmuAgama, Vol. VIII, No. 2 Desember 2007:183-199

Page 14: Dampak Sinetron Religius Terhadap Kehidupan …digilib.uin-suka.ac.id/8285/1/ISWANDI SYAHPUTRA... · pakar sejarah Islam dari UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dalam sebuah ... sinetron

Hal tersebut menunjukkan bahwa mayoritas jama'aah Mesjid FathulQarib berada dalam kelompok masyarakat menengah, karena kebanyakandari mereka memiliki televisi berbagai jenis. Dari pengamatan yangdilakukan secara langsung terhadap jama'ah, televisi yang digunakanberwarna berukuran antara 14-21 inci. Keberadaan televisi tersebut tentusaja tidak membuat jama'ah Mesjid Fathul Qarib asing terhadap berbagaijenis tayangan televisi.

Kendati 90% jamaah mesjid memiliki televisi, namun demikian tidakseluruh jama'ah masuk dalam kategori heavy viewers yaitu kelompokpenonton jenis berat yang menghabiskan waktunya lebih dari 5 jam seharidi depan televisi. 50% jama'ah menonton televisi hanya sekitar 1 jam sehari.Hal ini dapat dijelaskan karena kebanyakan anggota jama'ah adalahmasyarakat kota yang menghabiskan waktunya untuk berdagang. Hanya3,3% Jama'ah yang menghabiskan waktunya menonton televisi lebih dari4 jam sehari.

Pengamatan peneliti menunjukkan, tidak semua jama'ah yang memilikitelevisi juga berlangganan koran sebagai pensuplay informasinya. Arrinya,pemilihan media televisi oleh jama'ah bukan semata-mata hanya didorongoleh faktor kebutuhan akan informasi, tetapi ada faktor lain, sepertikebutuhan akan hiburan atau kebutuhan untuk mengkonstruksi relasi sosialdan kekeluargaan yang lebih erat. Dengan menonton televisi secara bersama-sama dengan anggota keluarga dan anggota masyarakat lainnya, adanuansa lain yang terasa, yaitu nuansa mengeratkan hubungan antaranggota keluarga dan relasi sosial sesama anggota jama'ah.

Walaupun kebanyakan anggota jama'ah memiliki televisi di setiaprumahnya, namun tidak seluruhnya mengkonsumsi televisi secaraberlebihan. Sebagian besar Jama'ah menonton televisi hanya 1 jam sehari,hanya 3,3% Jama'ah yang menonton televisi lebih dari 4 jam sehari.

Hal ini menunjukkan bahwa kendati membutuhkan informasi atauhiburan dari tayangan televisi namun mayoritas Jama'ah Masjid FathulQarib bukanlah jenis penonton berat televisi. Hal ini dapat dijelaskan karenakebanyakan anggota Jama'ah adalah pedagang yang menghabiskanwaktunya dari pagi hingga sore hari di pasar. Kendati mereka bukanpenikmat (pecandu) berat televisi, namun kebanyakan mereka memilikitelevisi di setiap rumahnya. Artinya, selain faktor rutinitas yangmengharuskan mereka tidak berlebihan mengkonsumsi televisi, ada faktorlain seperri gengsi sosial. Televisi telah mendorong selera dan mengangkatgengsi sosial mereka. Televisi bukanlah barang mewah dan bersifat lumrah.Sebagai pedagang, tidak terlalu sulit bagi Jama'ah Masjid Fathul Qorib

Dampak Sinetron Religius Terhadap Kehidupan Keagamaan... (Iswandi Syahputra) 195

Page 15: Dampak Sinetron Religius Terhadap Kehidupan …digilib.uin-suka.ac.id/8285/1/ISWANDI SYAHPUTRA... · pakar sejarah Islam dari UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dalam sebuah ... sinetron

membeli satu unit televisi.43,3% Jama'ah Masjid Fathul Qorib rata-rata mengahabiskan waktu

untuk menonton televisi pada jam utama tayang, yaitu antara pukul 19.00-22.00 WIB. Hal ini sesuai dengan ritme kerja mereka, yaitu antara pukul09.00-18.00 WIB berada di Pasar untuk berdagang.

Hampir seluruh Jama'ah Masjid Fathul Qorib mengetahui dan pernahmenonton tayangan Sinetron Religius. Bahkan 19,4% atau 6 diantaranyamenonton tayangan Sinetron Religius lebih dari 5 kali tayangan. Ibarat jaringyang dihamparkan pada Jama'ah Masjid Fathul Qorib, sinetron religiusdalam berbagai jenis tayangan cukup populer dalam pandangan Jama'ahMasjid Fathul Qorib. Hal tersebut terbukti dari hampir seluruh anggotaJama'ah pernah menonton tayangan sinetron religius. Hanya 2 orang yangtidak menjawab, apakah pernah menonton tayangan sinetron religius atautidak. Tidak menjawab bukan berarti tidak menonton, sehingga dapat saja2 orang Jama'ah pernah menonton Sinetron Religius namun lupa atau tidakpaham bahawa yang ditontonnya adalah sinetron religius.

Wawancara mendalam terhadap 6 orang yang lebih 5 kali menontonsinetron religius menghasilkan keragaman pemahaman dampak kehidupankeagamaan terhadap diri mereka masing-masing. Keragaman pemahamandampak sinetron religius tersebut antara lain adalah :

Hal ini menunjukkan bahwa sinetron religius telah memberikanpengaruh terhadap sikap hidup keagamaan Jama'ah yang tertarik ikutpengajian karena menonton tayangan sinetron religius, namun tidak me-menuhi sholat 5 waktu. Alsannya, pengajian di Mesjid dilakukan seminggusekali pada malam hari secara terjadwal. Sedangkan beberapa bagianwaktu Sholat dilakukan pada siang hari disaat sedang berdagang di Pasar.Mengaji di Masjid tidak mengganggu jam kerja berdagang di Pasar,begitulah kira-kira alasannya. Namun, terlepas mengganggu atau tidak jamkerja di Pasar, ketertarikan mengikuti pengajian dipengaruhi oleh tayangansinetron relgius di televisi.

A. Tertarik mengikuti pengajian di ntasjid walaupun tidak meinenuhisholat 5 waktu

Hal ini menunjukkan bahwa sinetron religius telah memberikanpengaruh terhadap sikap hidup keagamaan Jama'ah yang tertarik ikutpengajian karena menonton tayangan sinetron religius, namun tidakmemenuhi sholat lima waktu. Alsannya, pengajian di Masjid dilakukanseminggu sekali pada malam hari secara terjadwal. Sedangkan beberapabagian waktu Sholat dilakukan pada siang hari disaat sedang berdagang

196 Aplikasia, Jurnal Aplikasi llmu-ilmu Agama, Vol. VIII, No. 2 Desember 2007:183-199

Page 16: Dampak Sinetron Religius Terhadap Kehidupan …digilib.uin-suka.ac.id/8285/1/ISWANDI SYAHPUTRA... · pakar sejarah Islam dari UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dalam sebuah ... sinetron

di Pasar. Mengaji di Masdjid tidak mengganggu jam kerja berdagang diPasar, begitulah kira-kira alasannya. Namun, terlepas mengganggu atautidak jam kerja di Pasar, ketertarikan mengikuti pengajian dipengaruhi olehtayangan sinetron religius di televisi.

B. Tertarik mengikuti pengajian di masjid karena komentar Ustadz Jefryal-Buchory pada tayangan sinetron religiusPembintangan atau menggunakan tokoh agama dalam berbagai

sinetron religius merupakan trik yang dilakukan produser sinetron religiusuntuk menarik pemirsa lebih banyak. Penonton yang tertarik mengikutipengajian karena komentar tokoh agama seperrti Ustadz Jefry Buchorylebih merasa materi apa yang disampaikan oleh Ustadz Jefry Buchory jauhlebih berkesan dan memberi pengaruh dari pada content tayangan sinetronitu sendiri. Artinya, sesungguhnya sinetron religius itu sendiri tidak memberipengaruh atau dampak apapun terhadap Jama'ah bila tidak diberi komentaroleh Ustadz Jefry Buchory. Atau dalam pengertian lain, komentar terhadapisi sinetron religius yang diberikan tokoh agama tersebutlah yang memberidampak/pengaruh terhadap Jama'ah.

C. Ingin mengikuti mode pakaian artis sinetron religius tetapi tidakmemiliki biaya untuk membeli pakaianIni merpakan dampak simbolisme agama terhadap Jama'ah yang

menonton tayangan sinetron religius. Content sinetron religius tidak memberipengaruh terhadap penonton, tetapi simbol-simbol religiouistas yang di-tampilkan oleh pemain sinetronlah yang mendorong penonton untuk menirumelakukannya. Simbol-simbol religius keagamaan yang diwujudkan dalambenruk penampilan pemain sinetron yang berjilbab, baju koko, peci, jubahputih atau sorban ini yang secara simbolik merangsang Jama'ah untukmenirunya. Pengaruh sinetron religius terhadap kehidupan keagamaanJama'ah Fathul Qorib bersifat simbolik keagamaan.

Secara sosiologis, bagi masyarakat perkotaan, pengunaan simbol-simbolkeagamaan ini menjadi penting demi gengsi, karena kehidupan keagamaanmasyrakat perkotaan seperti ini memang sangat diwarnai oleh budayaartifisial.

VI. PenutupSecara umum, penelitian terhadap dampak menonton sinetron religius

terhadap kehidupana keagamaan pada masyarakat muslim Gondomanan

Dampak Sinetron Religius Terhadap Kehidupan Keagamaan... (Iswandi Syahputra) 197

Page 17: Dampak Sinetron Religius Terhadap Kehidupan …digilib.uin-suka.ac.id/8285/1/ISWANDI SYAHPUTRA... · pakar sejarah Islam dari UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dalam sebuah ... sinetron

yang tergabung di Masjid Fathul Qorib, menempatkan tayangan televisisabagai hiburan dan rujukan untuk sikap hidup. Hal tersebut juga mengikutitrend tontonan masayarakat modern.

A. Sinetron Religius sebagai Hiburan

Pengamatan dan wawancara mendalam terhadap Jama'ah MasjidFathul Qorib yang lebih dari lima kali menonton sinetron religiusmenempatkan sinetron religius dalam bingkai hiburan televisi semata. Apayang dikonstruksi oleh sinetron religius dianggap semata-mata sebagai"hiburan yang memberi faedah". Jama'ah menilai ada tayangan hiburantelevisi yang tidak memberi faedah, pure hanya hiburan semata sepertitayangan musik, lawak dan infotainment. Bagi mereka jenis tayangan sepertiitu tidak memberi faedah kecuali hanya menghibur semata. Tidak perluberfikir dan mengkerutkan kening untuk menikmati tayangan jenis "hiburanmurni" tersebut.

Terhadap tayangan sinetron religius, jama'ah Masjid Fathul Qoribmenilai tidak hanya memberi hiburan, tetapi memberi manfaat untukmenambah pengetahuan keislaman mereka. Terhadap tayangan yangmenampilkan sisi mistik dalam sinetron religius itulah, jama'ah hanyamenganggap sebagai hiburan. Artinya, ada proteksi dan seleksi contentterhadap tayangan sinetron religius tersebut. Sinetron religius ditangkapsebagai sebuah tayangan yang menghibur, bila ada sisi content tayanganyang menyajikan kebaikan diambil faedah dan manfaatnya, namunterhadap content tayangan sinetron yang benuansa mistik dan klenikdianggap hanya hiburan semata.

B. Sinetron Religius sebagai Rujukan Sikap Hidup

Sebagian jama'ah yang menonton sinetron religius menjadikan muatanyang tersaji dalam sinetron religius tersebut sebagai rujukan bagi sikap hidupdalam konteks keagamaan mereka. Pengamatan dan wawancara terhadapjama'ah yang menonton tayangan sinetron religius lebih dari lima kalimenunjukan adanya sikap keagamaan sebagai berikut :1. Tertarik mengikuti pengajian di masjid walaupun tidak memenuhi

sholat 5 waktu.2. Tertarik mengikuti pengajian di mesjid karena komentar Ustadz Jefry

Buchory pada tayangan sinetron religius.3. Ingin mengikuti mode pakaian artis sinetron religius tetapi tidak

memiliki biaya untuk membeli pakaian.

198 Aplikasia, JurnalAplikasi Hmu-ilmuAgama, Vol. VIII, No. 2 Desember 2007:183-199

Page 18: Dampak Sinetron Religius Terhadap Kehidupan …digilib.uin-suka.ac.id/8285/1/ISWANDI SYAHPUTRA... · pakar sejarah Islam dari UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dalam sebuah ... sinetron

Kerangka cultivation theory yang digunakan dalam penelitian inimenunjukkan pengaruh signifikan bagi penelitian. Dengan menggunakankerangka teori tersebut, sinetron religius memang memang memiliki dampakpaling besar bagi penontong jenis heavy viewer. Ini menjadi peringatan dankoreksi sosial-keagamaan bagi kita bersama. Karena, jika tidak dicermatipola ritual keagamaan ummat Islam ke depan akan ditentukan bukanpemahaman keagamaan utuh yang diperoleh dari bangku madrasah ataumulut Kiyai dan para Ustadz.

Hasil peneliHan ini menjelaskan pada kita pergesaran peran berbagaimedia penyebaran agama seperti madrasah, pesantren, masjid, Kiyai danUstadz yang selama ini dipahami secara luas sudah diambil alih oleh televisiyang kental dengan aroma kaptalisme. Agama dikomodifikasi sedemikianrupa untuk menghasilkan profit bagi industri televisi.

Namun demikian, hasil penelitian ini tentu saja tidak mencerminkankehidupan keagamaan di tempat lain. Sebagai sebuah penelitian deskriptif-kualitatif, hasil penelitian memang tidak mengarah pada hasil sebagai gejalasosial-keagamaan secara umum, tetapi menekankan temuan yangdisandarkan pada realita sesunggunya dari subjek yang diteliti.

Daftar FustakaBryant, J. and D. Zillman (Eds) (1994), Media Effects : Advances in Theory

and Research. Hillsdale : NJ. Erlbaum.Effendy, Onong Uchjana (2002), Ihnu Komunikasi, Teori dan Praktek.

Bandung : Remaja Rosdakarya.Ghazali, Effendi (2003), Konstruksi Sosial Industri Penyiaran. Jakarta : Jurusan

Ilmu Komunikasi FISIP UI.Hoover, Stewart M, (Ed), (1997), Rethinking Media, Religion and Culture.

London : Sage Publication.Syahputra, Iswandi, (2007), Komunikasi Profetik. Bandung : Simbisosa

Rekatama Media.Wardhana, Veven SP, (2001). TV dan Prasangka Budaya Massa. Yogyakarta:

Galang.

Kompas, 15 Oktober 2004Republika, 20 Maret 2006

*Iswandi Syahputra, S.Ag. M.Si. Adalah Dosen Tetap Jurusan IlmuKomunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora Universitas Islam negeriSunan Kalijaga Yogyakarta dan Komisioner Pada KPID Yogyakarta.

Dampak Sinetron Religius Terhadap Kehidupan Keagamaan... (Iswandi Syahputra) 199