dampak perubahan iklim terhadap erosi...

26
DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP EROSI, SEDIMENTASI DAN DEBIT DI DAERAH ALIRAN SUNGAI TANGKA Oleh : MUHAMMAD DAHRI SYAHBANI R M111 10 276 PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2017

Upload: others

Post on 20-Dec-2020

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP EROSI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...(SWAT) dan melihat pengaruh perubahan iklim terhadap erosi, sedimen dan debit air. Penelitian

DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP

EROSI, SEDIMENTASI DAN DEBIT

DI DAERAH ALIRAN SUNGAI TANGKA

Oleh :

MUHAMMAD DAHRI SYAHBANI R

M111 10 276

PROGRAM STUDI KEHUTANAN

FAKULTAS KEHUTANAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2017

Page 2: DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP EROSI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...(SWAT) dan melihat pengaruh perubahan iklim terhadap erosi, sedimen dan debit air. Penelitian

ii

Page 3: DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP EROSI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...(SWAT) dan melihat pengaruh perubahan iklim terhadap erosi, sedimen dan debit air. Penelitian

iii

ABSTRAK

Muhammad Dahri Syahbani R (M111 10 276). Dampak Perubahan Iklim

terhadap Erosi, Sedimentasi dan Debit. Dibawah bimbingan Roland A Barkey

dan Syamsu Rijal.

Perubahan iklim adalah perubahan yang terjadi secara signifikan mengenai pola

cuaca yang dihitung berdasarkan angka statistik dalam rentang waktu puluhan hingga

ratusan tahun lamanya. Perubahan iklim salah satunya adalah perubahan curah hujan.

Curah hujan di Indonesia bervariasi secara spasial dan temporal. Daerah Aliran Sungai

Tangka yang memiliki potensi debit yang besar dan curah hujan yang tinggi. DAS

Tangka mempunyai potensi menimbulkan terjadinya berbagai bencana alam. Bencana

alam tersebut dapat berupa banjir dan tanah longsor. Berdasarkan data Badan Nasional

Penanggulangan Bencana (BNPB), sebanyak 87% bencana yang terjadi di Indonesia

pada tahun 2013 adalah bencana hidrometeorolgi, seperti banjir, longsor, kekeringan,

Perubahan iklim yang terjadi dari waktu ke waktu yang semakin tidak menentu dapat

mengakibatkan perubahan debit, tingkat sedimentasi dan erosi pada suatu DAS.

Perubahan debit, sedimentasi dan erosi dengan menggunakan model Soil and Water

Assesment Tool (SWAT) dan modal CSIRO Mk 35 menggunakan software ArcSWAT

diharapkan dapat menjelaskan perubahan yang kini terjadi dan proyeksi mendatang

terhadap perubahan iklim yang terjadi pada DAS Tangka pada tahun 2033. Penelitian

ini memberikan informasi mengenai jumlah erosi, sedimen, serta debit air dan

pengaruh perubahan curah hujan terhadap erosi, sedimen dan debit air di DAS Tangka.

Perubahan Iklim berdampak pada perubahan curah hujan baik itu penurunan curah

hujan. Perubahan curah hujan bervariasi yang mengakibatkan penurunan laju erosi,

sedimen dan menurunkan nilai debit pada DAS Tangka.

Kata Kunci : Perubahan Iklim, Soil Water Assesment Tools. DAS Tangka, Erosi,

Sedimentasi, Debit, Sistem Informasi Geografis

Page 4: DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP EROSI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...(SWAT) dan melihat pengaruh perubahan iklim terhadap erosi, sedimen dan debit air. Penelitian

iv

KATA PENGANTAR

Segala Puji kehadirat Allah SWT Sang pemilik yang memberikan ilmu dan

pengetahuan sehingga terjadi proses berfikir dari tidak tahu menjadi tahu, tidak lupa

juga memanjatkan Salam dan Shalawat kepada Baginda Rasul Muhammad SAW yang

telah menggulung tikar-tikar kebodohan dan melebarkan permadani kebenaran.

Alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan skripsi tepat pada waktunya yang dengan

judul “Dampak Perubahan Iklim terhadap Erosi, Sedimentasi dan Debit di Daerah

Aliran Sungai Tangka”.

Ucapan Terima Kasih penulis ucapkan untuk stakeholder yang berperan dalam

penyusunan, yang membatu selama di lapangan sampai dengan selesainya skripsi ini.

Terutama kepada :

1. Bapak Dr. Ir. Roland A Barkey dan Dr Syamsu Rijal, S.Hut., M.Si selaku

dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, pengarahan dan

perhatian dalam penyusunan skripsi ini.

2. Bapak Dr. Ir. Baharuddin, Ibu Wahyuni S.Hut., M.Hut dan Ibu Syahida

S.Hut., M.Si., Ph.D selaku dosen penguji atas segala masukan dan saran untuk

perbaikan skripsi ini.

3. Munajat Nursaputra S.Hut, M.Sc dan Muh. Faisal S.Hut, M.Hut dalam

memberikan arahan dan saran positif dalam penyusunan penelitian ini.

4. Kepada teman-teman yang membantu selama dilapangan Muhammad Sahid,

Moh Rizki Darma dan Tarmizi.

5. Staf Fakultas Kehutanan terkhusus kepada Bapak Basri, Dominggus, Ibu

Widya, dan Ibu Nanna telah banyak membantu penulis hingga menyelesaikan

tugas akhir.

6. Teman-teman seperjuangan Angkatan 2010 Fakultas Kehutanan Unhas.

7. Teman-teman, kakak dan adik di Laboratorium Perencanaan dan Sistem

Informasi Kehutanan, Dandy Suryadi Mahmud, Armin Ridha, Muhammad

Page 5: DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP EROSI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...(SWAT) dan melihat pengaruh perubahan iklim terhadap erosi, sedimen dan debit air. Penelitian

v

Fadhil Muis, Chairil A, Abkar, Chaeria Anila, Lisma, Dini Albertin

Mandy, Marleny Dara, Lelhy Darma, Asrul Amar, Try Ardiansah,

Muhammad Chairul, Daisy Puji Vicana, Muhammad Fajar Bahari,

Muhammad Agung, Azhari Ramadhan, Ahmad Rifqi Makkasau,

Muhammad Iradat, Khadija, A.Inggid, Arga Setiawan serta teman-teman

yang lain yang tidak bisa disebukan namanya satu persatu oleh peneliti.

8. Orang Tua tercinta Bapak dan Mama Rusman Nur dan Nuraeni atas doa,

kasih sayang, kerja keras, motivasi, semangat dan bimbingannya dalam

mendidik dan membesarkan penulis.

9. Teman-teman Keluarga Mahasiwa Kehutanan Sylva Indonesia (PC.)

Universitas Hasanuddin (Kemahut SI-Unhas), Keluarga Mahasiswa

Kebumian Makassar dan Lingkar Advokasi Mahasiswa (LAW Unhas) atas

kebersamaan, motivasi, dan dukungannya

Penulis

Muhammad Dahri Syahbani R

Page 6: DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP EROSI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...(SWAT) dan melihat pengaruh perubahan iklim terhadap erosi, sedimen dan debit air. Penelitian

vi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN............................................................................. ii

ABSTRAK ......................................................................................................... iii

KATA PENGANTAR ........................................................................................ iv

DAFTAR ISI ...................................................................................................... vi

DAFTAR TABEL .............................................................................................. viii

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... ix

DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................... x

I. PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

1.1. Latar Blakang....................................................................................... 1

1.2. Tujuan dan Kegunaan ........................................................................... 2

II. TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 3

2.1. Iklim ..................................................................................................... 3

2.1.1. Suhu atau Temperatur ............................................................... 4

2.1.2. Tekanan Udara .......................................................................... 4

2.1.3. Angin ........................................................................................ 4

2.1.4. Kelembaban Udara .................................................................... 4

2.1.5. Curah Hujan .............................................................................. 5

2.1.6. Penyinaran Matahari ................................................................. 5

2.2. Erosi ..................................................................................................... 5

2.3. Sedimen ............................................................................................... 6

2.4. Debit Air .............................................................................................. 8

2.5. Daerah Aliran Sungai ........................................................................... 8

2.6. Penggunaa/Tutupan Lahan ................................................................... 10

2.7. Sistem Informasi Geografis .................................................................. 14

Page 7: DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP EROSI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...(SWAT) dan melihat pengaruh perubahan iklim terhadap erosi, sedimen dan debit air. Penelitian

vii

2.8. Soil and Water Asssesment Tool.......................................................... 15

III. METODE PENELITIAN ............................................................................. 18

3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian ................................................................ 18

3.2. Alat dan Bahan ..................................................................................... 19

3.2.1. Alat ........................................................................................... 19

3.2.2. Bahan ........................................................................................ 19

3.2.3. Sumber Data .............................................................................. 19

3.3. Metode Pelaksaan Penelitian ................................................................. 20

3.3.1. Delinasi Batas Daerah Penelitian ............................................... 20

3.3.2. Input Data SWAT ..................................................................... 21

3.3.3. Simulasi Model SWAT ............................................................. 23

3.3.4. Analisis Output Data SWAT ..................................................... 23

3.3.5. Proyeksi Iklim Tahun 2033-an .................................................. 24

IV. KEADAAN UMUM LOKASI .................................................................... 25

4.1. Letak dan Luas ..................................................................................... 25

4.2. Kondisi Fisik ........................................................................................ 26

4.2.1. Kelerengan ................................................................................ 26

4.2.2. Jenis Tanah ................................................................................ 28

4.2.3. Iklim dan Curah Hujan .............................................................. 30

V. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................... 31

5.1. Penutupan Lahan.................................................................................. 31

5.2. Analisis Perubahan Curah Hujan ......................................................... 34

5.3. Analisis Erosi, Sedimentasi dan Debit ................................................. 35

5.3.1. Erosi .......................................................................................... 35

5.3.2. Sedimen .................................................................................... 37

5.3.3. Debit ......................................................................................... 38

VI. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 41

6.1. Kesimpulan ........................................................................................ 41

6.2. Saran .................................................................................................. 41

Page 8: DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP EROSI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...(SWAT) dan melihat pengaruh perubahan iklim terhadap erosi, sedimen dan debit air. Penelitian

viii

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

Tabel 1. Klasifikasi Tutupan Lahan dengan 1 : 50 (SNI 7645, 2010) ....................11

Tabel 2. Tabel Peta ...............................................................................................19

Tabel 3. Klasifikasi Penggunaan/Penutupan Lahan Model SWAT ........................21

Tabel 4. Klasifikasi Jenis Tanah Model SWAT .....................................................22

Tabel 5. Klasifikasi kelas kemiringan lereng DAS Tangka ....................................26

Tabel 6. Jenias Tanah DAS Tangka .......................................................................28

Tabel 7. Rata-Rata bulanan Curah Hujan pada DAS Tangka .................................30

Tabel 8. Penutupan Lahan DAS Tangka ................................................................31

Tabel 9. Confision Matriks Titik Pengecekan Masing-Masing Kelas

Penutupan Lahan Tahun 2015 ..................................................................33

Tabel 10. Hasil Analisis Erosi pada DAS Tangka ..................................................35

Tabel 11. Analisis Sedimen rata-rata bulanan pada DAS Tangka .........................37

Tabel 12. Analisis Jumlah Debit rata-rata bulanan pada DAS Tangka ...................39

Page 9: DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP EROSI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...(SWAT) dan melihat pengaruh perubahan iklim terhadap erosi, sedimen dan debit air. Penelitian

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian .................................................. 18

Gambar 2. Tahapan Pelaksanaan Penelitian ................................... 20

Gambar 3. Peta Administrasi DAS Tangka .................................... 25

Gambar 4. Peta Kelerengan DAS Tangka ...................................... 27

Gambar 5. Peta Jenis Tanah DAS Tangka...................................... 29

Gambar 6. Peta Penutupan Lahan .................................................. 32

Gambar 7. Grafik Perubahan curah hujan pada DAS Tangka ........ 34

Gambar 8. Grafik laju Erosi rata-rata bulanan pada DAS Tangka . 36

Gambar 9. Grafik Sedimen pada DAS Tangka .............................. 38

Gambar 10. Grafik perubahan debit air pada DAS Tangka ............ 39

Page 10: DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP EROSI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...(SWAT) dan melihat pengaruh perubahan iklim terhadap erosi, sedimen dan debit air. Penelitian

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul Halaman

Lampiran 1. Penutupan Lahan DAS Tangka .................................. 46

Lampiran 2. Klasifikasi tutupan lahan Model SWAT .................... 47

Lampiran 3. Hasil Groundcek lapangan tutupan lahan ................... 48

Lampiran 4. Rata-rata curah hujan bulanan tahun 1994-2013 ........ 55

Lampiran 5. Rata-rata curah hujan bulanan tahun 2033-an ............ 58

Lampiran 6. Rata-rata erosi bulanan tahun 1994-2013 ................... 61

Lampiran 7. Rata-rata erosi bulanan tahun 2033-an ....................... 64

Lampiran 8. Rata-rata sedimen bulanan tahun 1994-2013 ............. 67

Lampiran 9. Rata-rata sedimen bulanan tahun 2033-an ................. 70

Lampiran 10. Rata-rata debit bulanan tahun 1994-2013 ................ 73

Lampiran 11. Rata-rata debit bulanan tahun 2033-an ..................... 76

Lampiran 12. Klasifikasi jenis tanah DAS Tangka Model SWAT . 79

Page 11: DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP EROSI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...(SWAT) dan melihat pengaruh perubahan iklim terhadap erosi, sedimen dan debit air. Penelitian

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perubahan iklim adalah perubahan yang terjadi secara signifikan mengenai pola

cuaca yang dihitung berdasarkan angka statistik dalam rentang waktu puluhan hingga

ratusan tahun lamanya. Perubahan iklim salah satunya adalah perubahan curah hujan,

curah hujan di Indonesia bervariasi secara spasial dan temporal. Secara umum terdapat

siklus tahunan dan setengah tahunan di dalam pola musiman curah hujan.

Perubahan iklim beserta dampaknya memiliki dinamika yang sangat tinggi.

Tidak dapat dipungkiri lagi, perubahan iklim telah menjadi salah satu tantangan dan

ancaman terbesar bagi kehidupan saat ini. Berdasarkan pengalaman BMKG kenaikan

suhu udara di wilayah Indonesia yang telah terjadi dalam kurun waktu 100 tahun

terakhir ini berkisar 0,76°C serta senantiasa disertai kejadian-kejadian ekstrim yang

menjadi pemicu terjadinya bencana hidrometeorologi. Berdasarkan data Badan

Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), sebanyak 87% bencana yang terjadi di

Indonesia pada tahun 2013 adalah bencana hidrometeorolgi, seperti banjir, longsor,

kekeringan, dan lain-lain (IPCC, 2013).

Daerah Aliran Sungai Tangka yang memiliki potensi debit yang besar dan curah

hujan yang tinggi. DAS Tangka mempunyai potensi menimbulkan terjadinya berbagai

bencana alam. Bencana alam tersebut dapat berupa banjir dan tanah longsor. Banjir

merupakan bencana alam yang sering dihadapi di DAS Tangka ditiap musim

penghujan. Berdasarkan informasi dari sejumlah penduduk yang tinggal dan bermukim

di DAS Tangka, beberapa kelurahan di Kabupaten Sinjai seperti Balangnipa dan Lappa

serta kelurahan di Kabupaten Bone seperti Massangkae dan Mallahae adalah daerah

yang biasa tergenangi air saat musim penghujan. Kejadian banjir ini, berlansung di

tahun 2000 sampai tahun 2006. Pada tahun 2006, bencana banjir bandang terjadi di

dalam kawasan DAS Tangka. Banjir bandang yang terjadi di DAS Tangka tahun 2006

tepatnya di kawasan hilir Kabupaten Sinjai yang mengakibatkan banyak kerugian dan

Page 12: DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP EROSI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...(SWAT) dan melihat pengaruh perubahan iklim terhadap erosi, sedimen dan debit air. Penelitian

2

jatuhnya beberapa korban adalah salah satu bukti adanya masalah pada pengelolaan

dan penggunaan lahan di DAS Tangka (Imran,dkk 2012).

Perubahan iklim yang terjadi dari waktu ke waktu yang semakin tidak menentu

dapat mengakibatkan perubahan debit, tingkat sedimentasi dan erosi pada suatu DAS.

Jika iklim berubah bisa mengakibatkan perubahan pada alam seperti kenaikan

permukaan air laut, kecepatan arus, erosi, pembentukan sedimen dan transportasi

sedimen. Penelitian ini tentang hubungan dari debit, sedimentasi dan erosi dengan

menggunakan model Soil and Water Assesment Tool (SWAT) diharapkan dapat

menjelaskan perubahan yang kini terjadi dan proyeksi mendatang terhadap perubahan

iklim yang terjadi pada DAS Tangka.

Berdasarkan kondisi tersebut penelitian ini dilakukan untuk melihat perubahan

tingkat erosi, sedimen dan debit air dengan tahapan analisis menggunakan metode

Sistem Informasi Geografis (SIG) dengan model Soil and Water Assesment Tool

(SWAT) dan melihat pengaruh perubahan iklim terhadap erosi, sedimen dan debit air.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai jumlah erosi,

sedimen, serta debit airdan pengaruh perubahan curah hujan terhadap erosi, sedimen

dan debit air di DAS Tangka.

1.2. Tujuan dan Kegunaan

Tujuan dilakukannya penelitian ini yaitu sebagai berikut :

1. Menganalisis jumlah erosi, sedimen, serta debit air pada DAS Tangka.

2. Menganalisis perubahan curah hujan secara temporal terhadap erosi, sedimen dan

debit air di DAS Tangka.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan rekomendasi

untuk mendukung dalam berbagai upaya adaptasi perubahan iklim di DAS Tangka.

Page 13: DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP EROSI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...(SWAT) dan melihat pengaruh perubahan iklim terhadap erosi, sedimen dan debit air. Penelitian

3

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Iklim

Iklim adalah kebiasaan cuaca yang terjadi di suatu tempat atau daerah. Kriteria

cuaca suatu daerah ditetapkan berdasarkan kriteria keseringan atau probabilitas nilai-

nilai suatu atau lebih unsur iklim yang ditetapkan, seperti hujan, suhu dan angin. Atau

bisa juga hanya terdiri dari hujan, suhu atau penguapan. Setiap daerah memiliki iklim

yang berbeda (Aldrian, 2011).

Perubahan iklim merupakan perubahan kondisi iklim yang dapat diidentifikasi

pola curah hujan dari perubahan nilai rata-rata dan/atau variabilitas unsur-unsurnya

yang terjadi dalam periode waktu yang cukup lama, biasanya dekade atau lebih panjang

(Bates et al 2008). Selain itu, perubahan iklim juga dapat dilihat dari perubahan kondisi

alam sekitar. Perubahan ini meliputi melelehnya salju musim semi dan puncak debit

yang lebih awal, melelehnya glasier gunung, penurunan gunung es di kutub selama

musim panas serta meningkatnya frekuensi iklim ekstrim (IPCC, 2007).

Dinamika iklim dan siklus air di tanah, sungai dan danau, awan dan laut

merupakan sistem yang terintegrasi dan saling berhubungan. Perubahan unsur-unsur

iklim mempengaruhi sistem hidrologi. Perubahan iklim mengakibatkan dampak yang

kompleks terhadap neraca, kebutuhan, ketersediaan dan kualitas air. Bahkan misalnya

ketika curah hujan tidak berubah, peningkatan suhu mendorong peningkatan evaporasi

sehingga kadar air di tanaman menurun. Interaksi yang kompleks antara suhu dan

kebutuhan-ketersediaan air menunjukkan bahwa perubahan iklim memiliki dampak

yang bervariasi pada ekosistem (Field et al 2008).

Perubahan Iklim adalah berubahnya pola dan intensitas unsur iklim pada

periode waktu yang dapat dibandingkan (biasanya terhadap rata-rata 30 tahun)

Perubahan iklim dapat merupakan perubahan kondisi cuaca rata-rata atau perubahan

dalam distribusi kejadian cuaca terhadap kondisi rata-ratanya. Secara umum,

perubahan iklim berlangsung dalam waktu yang lama (slow pace) dan berubah secara

lambat (slow onset). Perubahan berbagai parameter iklim yang berlangsung perlahan

Page 14: DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP EROSI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...(SWAT) dan melihat pengaruh perubahan iklim terhadap erosi, sedimen dan debit air. Penelitian

4

tersebut dikarenakan berbagai peristiwa ekstrim yang terjadi pada variabilitas iklim

yang berlangsung secara terus menerus (Aldrian, 2011).

Pemanasan global beserta potensi perubahan sistem iklim di berbagai wilayah

di masa depan. Iklim mempengaruhi semua aspek kehidupan, termasuk ketersediaan

air, sehingga sangatlah perlu kita memahami keragaman iklim saat ini dan di masa

depan serta dampaknya pada sumberdaya air. Dengan demikian pemerintah dan

masyarakat dapat mengantisipasi perubahan tersebut (CSIRO, 2012).

Charles (2012) dalam Iman (2014) menyatakan ada beberapa unsur yang

mempengaruhi keadaan cuaca dan iklim suatu daerah atau wilayah, yaitu :

2.1.1. Suhu atau Temperatur

Suhu atau temperatur udara adalah derajat panas dari aktivitas molekul dalam

atmosfer. Alat untuk mengukur suhu atau temperatur udara atau derajat panas disebut

Thermometer. Biasanya pengukuran suhu atau temperatur udara dinyatakan dalam

skala Celcius (C), Reamur (R), dan Fahrenheit (F). Udara timbul karena adanya radiasi

panas matahari yang diterima bumi.

2.1.2. Tekanan Udara

Selain suhu atau temperatur udara, unsur cuaca dan iklim yang lain adalah

tekanan udara. Tekanan udara adalah suatu gaya yang timbul akibat adanya berat dari

lapisan udara. Besarnya tekanan udara di setiap tempat pada suatu saat berubah-ubah.

Makin tinggi suatu tempat dari permukaan laut, makin rendah tekanan udaranya. Hal

ini disebabkan karena makin berkurangnya udara yang menekan.

2.1.3. Angin

Angin merupakan salah satu unsur cuaca dan iklim. Angin adalah udara yang

bergerak dari daerah bertekanan udara tinggi ke daerah bertekanan udara rendah.

2.1.4. Kelembaban Udara

Unsur keempat yang dapat berpengaruh terhadap cuaca dan iklim di suatu

tempat adalah kelembaban udara. Kelembaban udara adalah banyaknya uap air yang

Page 15: DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP EROSI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...(SWAT) dan melihat pengaruh perubahan iklim terhadap erosi, sedimen dan debit air. Penelitian

5

terkandung dalam massa udara pada saat dan tempat tertentu. Alat untuk mengukur

kelembaban udara disebut psychrometer atau hygrometer.

2.1.5. Curah Hujan

Curah hujan adalah jumlah air hujan yang turun pada suatu daerah dalam waktu

tertentu. Alat untuk mengukur banyaknya curah hujan disebut Rain Gauge. Curah

hujan diukur dalam harian, bulanan, dan tahunan.

2.1.6. Penyinaran Matahari

Penyinaran matahari dapat mengubah suhu dipermukaan bumi. Banyaknya

jumlah panas yang dapat diterima oleh permukaan bumi tergantung pada lamanya

penyinaran, kemiringan sudut datang sinar matahari ke bumi, keadaan awan, dan juga

keadaan bumi itu sendiri.

2.2. Erosi

Erosi adalah peristiwa berpindahnya atau terangkutnya tanah atau bagian-

bagian tanah dari suatu tempat ke tempat lain oleh media alami. Pada peristiwa erosi,

tanah atau bagian-bagian tanah pada suatu tempat terkikis dan terangkut yang

kemudian diendapkan ditempat lain. Pengikisan dan pengangkutan tanah tersebut

terjadi oleh media alami, yaitu air dan angin (Arsyad, 2010). Sedangkan menurut

Kartasapoetra et al. 1991 erosi adalah proses penghanyutan tanah oleh desakan-desakan

atau kekuatan air dan angin, baik yang berlangsung secara alamiah ataupun sebagai akibat

tindakan manusia.

Erosi tanah merupakan proses penghancuran agregat-agregat tanah menjadi

fraksi yang halus dan dipindahkan oleh air aliran permukaan dari tempat tejadi

penghancuran tersebut ke tempat lain. Umumnya pemindahan tanah ini dari lereng

bagian atas ke lereng bagian bawah. Selanjutnya ada juga bagian-bagian halus dari

tanah tersebut diteruskan alur-alur sungai sehingga menjadi bahan sedimentasi yang

akan mengendap pada dasar sungai terutama di daerah aliran lambat. Sebagai indikator

melihat suatu daerah yang telah terjadi erosi salah satunya adalah warna air sungai yang

merah kotor pada musim hujan. Hal ini diakibatkan oleh banyaknya bahan-bahan

Page 16: DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP EROSI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...(SWAT) dan melihat pengaruh perubahan iklim terhadap erosi, sedimen dan debit air. Penelitian

6

sedimen dari tanah-tanah yang tererosi dari berbagai penggunaan lahan didaerah hulu

pada daerah aliran sungai (DAS) (Aprisal dan Junaidi, 2010).

Kepekaan erosi tanah didefenisikan sebagai mudah tidaknya tanah untuk

tererosi. Kepekaan erosi tanah merupakan fungsi dari sifat-sifat fisik tanah dan

pengelolaannya (Banuwa, 2013). Berbagai jenis tanah mempunyai kepekaan terhadap

erosi yang berbeda. Kepekaan erosi tanah bergantung pada interaksi sifat-sifat fisik dan

kimia tanah. Sifat-sifat tanah yang mempengaruhi kepekaan terhadap erosi antara lain

(1) kecepatan infiltrasi, permeabilitas dan kapasitas menahan air, dan (2) ketahanan

struktur tanah terhadap dispersi dan pengikisan oleh jatuhnya air hujan dan aliran

permukaan. Selain itu ada juga sifat-sifat tanah yang mempengaruhi erosi adalah

tekstur, struktur, bahan organik, kedalaman, sifat lapisan tanah dan tingkat kesuburan

tanah. (Hardiatmo, 2006).

2.3. Sedimen

Sedimen adalah hasil proses erosi, baik berupa erosi permukaan, erosi parit,

atau jenis erosi tanah lainnya. Sedimen umumnya mengendap dibagian bawah kaki

bukit, di daerah genangan banjir, di saluran air, sungai, dan waduk. Hasil sedimen

(sediment yield) adalah besarnya sedimen yang berasal dari erosi yang terjadi di daerah

tangkapan air yang diukur pada periode waktu dan tempat tertentu. Hasil sedimen

biasanya diperoleh dari pengukuran sedimen terlarut dalam sungai (suspended

sediment) atau dengan pengukuran langsung di dalam waduk, dengan kata lain bahwa

sedimen merupakan pecahan, mineral, atau material organik yang ditransforkan dari

berbagai sumber dan diendapkan oleh media udara, angin, es, atau oleh air dan juga

termasuk didalamnya material yang diendapakan dari material yang melayang dalam

air atau dalam bentuk larutan kimia (Asdak, 2010).

Sedimentasi adalah suatu proses pengendapan material yang ditransport oleh

media air, angin, es, atau gletser di suatu cekungan. Delta yang terdapat di mulut-mulut

sungai adalah hasil dan proses pengendapan material-material yang diangkut oleh air

sungai, sedangkan bukit pasir (sand dunes) yang terdapat di gurun dan di tepi pantai

Page 17: DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP EROSI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...(SWAT) dan melihat pengaruh perubahan iklim terhadap erosi, sedimen dan debit air. Penelitian

7

adalah pengendapan dari material-material yang diangkut oleh angin. Proses tersebut

terjadi terus menerus, seperti batuan hasil pelapukan secara berangsur diangkut ke

tempat lain oleh tenaga air, angin, dan gletser. Air mengalir di permukaan tanah atau

sungai membawa batuan halus baik terapung, melayang atau digeser di dasar sungai

menuju tempat yang lebih rendah. Hembusan angin juga bisa mengangkat debu, pasir,

bahkan bahan material yang lebih besar. Makin kuat hembusan itu, makin besar pula

daya angkutnya. pengendapan material batuan yang telah diangkut oleh tenaga air atau

angin tadi membuat terjadinya sedimentasi (Soemarto,1995 dalam Alimuddin L.,

2012).

Saud (2008) menyatakan Kapasitas angkutan sedimen pada penampang

memanjang sungai adalah besaran sedimen yang lewat penampang tersebut dalam

satuan waktu tertentu. Terjadinya penggerusan, pengendapan atau mengalami

angkutan seimbang perlu diketahui kuantitas sedimen yang terangkut dalam proses

tersebut. Sungai disebut dalam keadaan seimbang jika kapasitas sedimen yang masuk

pada suatu penampang memanjang sungai sama dengan kapasitas sedimen yang keluar

dalam satuan waktu tertentu. Pengendapan terjadi dimana kapasitas sedimen yang

masuk lebih besar dari kapasitas sedimen seimbang dalam satuan waktu. Sedangkan

penggerusan adalah suatu keadaan dimana kapasitas sedimen yang masuk lebih kecil

dari kapasitas sedimen seimbang dalam satuan waktu.

Hasil sedimen tergantung pada besarnya erosi total di DAS/sub-DAS

dantergantung pada transpor partikel-partikel tanah yang tererosi tersebut keluar dari

daerah tangkapan air DAS/sub-DAS. Produksi sedimen umumnya mengacu kepada

besarnya laju sedimen yang mengalir melewati satu titik pengamatan tertentu dalam

suatu sistem DAS. Sebagian tanah tererosi akan terdeposisi di cekungan-cekungan

permukaan tanah, di kaki-kaki lereng dan bentuk-bentuk penampungan sedimen

lainnya. Oleh karenanya, besarnya hasil sedimen biasanya bervariasi mengikuti

karakteristik fisik DAS/sub-DAS. Besarnya hasil sedimen dinyatakan sebagai volume

atau berat sedimen per satuan daerah tangkapan air per satuan waktu (ton per km2 per

tahun) (Rahim, 2006).

Page 18: DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP EROSI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...(SWAT) dan melihat pengaruh perubahan iklim terhadap erosi, sedimen dan debit air. Penelitian

8

2.4. Debit Air

Arismunandar & Kuwahara (2004) menyatakan aliran sungai atau debit adalah

jumlah air yang mengalir melalui suatu penampang sungai tertentu persatuan waktu.

Dalam sistem satuan SI besarnya debit dinyatakan dalam satuan meter kubik perdetik

(m3/dt). Debit dipengaruhi oleh beberapa faktor : curah hujan, keadaan geologi, flora,

temperatur, dan lain-lain, di sebelah hulu sungai. Debit selalu berubah dari musim ke

musim dan dari hari ke hari. Kecenderungan karakteristik dan besarnya debit secara

kasar dapat diketahui dengan pengamatan dalam jangka waktu yang lama

(Arismunandar & Kuwahara, 2004).

Debit dipengaruhi oleh beberapa faktor, misalnya, oleh curah hujan, keadaan

geologi, flora, temperatur, dan lain-lain, di sebelah hulu sungai. Debit selalu berubah

dari musim ke musim dan dari hari ke hari. Kecenderungan karakteristik dan besarnya

debit secara kasar dapat diketahui dengan pengamatan dalam jangka waktu yang lama

(Arismunandar & Kuwahara, 2004).

Data debit atau aliran sungai merupakan informasi yang paling penting bagi

pengelola sumberdaya air. Debit puncak (banjir) diperlukan untuk merancang

bangunan pengendali banjir. Sementara data debit aliran kecil diperlukan untuk

perencanaan alokasi (pemanfaatan) air untuk berbagai macam keperluan, terutama

pada musim kemarau panjang. Debit aliran rata-rata tahunan dapat memberikan

gambaran potensi sumberdaya air yang dapat dimanfaatkan dari suatu daerah aliran

sungai (Asdak, 2010).

2.5. Daerah Aliran Sungai

Serief (1986) dalam Jauhari, (2012) menyatakan bahwa Daerah Aliran Sungai

adalah suatu daerah atau wilayah dengan kemiringan lereng yang bervariasi yang

dibatasi oleh punggung-punggung bukit atau yang dapat menampung seluruh curah

hujan sepanjang tahun, menuju sungai utama yang kemudian dialirkan terus sampai ke

laut sehingga merupakan kesatuan ekosistem wilayah tata air. Asdak, (2010)

menyatakan bahwa DAS adalah suatu wilayah daratan yang secara topografi dibatasi

Page 19: DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP EROSI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...(SWAT) dan melihat pengaruh perubahan iklim terhadap erosi, sedimen dan debit air. Penelitian

9

oleh punggung-punggung gunung yang menampung air hujan kemudian mengalirkan

ke laut melalui sungai utama. Begitu pula menurut Manan (1978) dalam Jauhari,

(2012), DAS adalah suatu wilayah penerima air hujan yang dibatasi oleh punggung

bukit atau gunung, dimana semua curah hujan yang jatuh diatasnya akan mengalir di

sungai utama dan akhirnya bermuara kelaut. Wilayah daratan tersebut dinamakan

daerah tangkapan air (DTA) atau disebut juga catchment area.

Departemen Kehutanan (2009), DAS adalah suatu wilayah daratan yang

merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi

menampung, menyimpan dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau

atau ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas

di laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan.

Sementara Menurut Departemen Kehutanan (2000), DAS merupakan suatu ekosistem

dimana didalamnya terjadi suatu proses.

Daerah aliran sungai memiliki 3 komponen utama yang menjadi ciri khas atau

penciri utamanya, yaitu: (1) suatu wilayah yang dibatasi oleh puncak gunung/bukit (2)

hujan yang jatuh di atasnya diterima, disimpan, dan dialirkan oleh sistem sungai; dan

(3) sistem sungai itu keluar melalui satu outlet tunggal. Selanjutnya beberapa ahli DAS

membuat suatu kesimpulan bahwa DAS merupakan: (1) suatu wilayah bentang lahan

dengan batas topografi; (2) suatu wilayah kesatuan hidrologi; dan (3) suatu wilayah

kesatuan ekosistem (Kementerian Kehutanan, 2013).

Peraturan Pemerintah Nomor 37 tahun 2012 menyatakan Daerah Aliran Sungai

yang selanjutnya disebut DAS adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu

kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung,

menyimpan dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut

secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas di laut

sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan. Sub DAS

adalah bagian DAS yang menerima air hujan dan mengalirkannya melalui anak sungai

ke sungai utama. Setiap DAS terbagi habis di dalam Sub-sub DAS (Kementerian

Kehutanan, 2013).

Page 20: DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP EROSI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...(SWAT) dan melihat pengaruh perubahan iklim terhadap erosi, sedimen dan debit air. Penelitian

10

2.6. Penggunaan/Tutupan lahan

Penggunaan lahan merupakan hubungan manusia dengan lingkungan biofisik.

Sebaliknya, karakteristik dan perubahan lingkungan biofisik mempengaruhi

pengambilan keputusan dalam penggunaan lahan. Dengan deminkian, terjadi suatu

keadaan yang kontinyu yang dihasilkan dari interaksi antara subsitem alam (biofisik)

dan/atau subsistem manusia (sosial) dari lahan, sepanjang perubahan dari keadaaan

alami (hutan, pertanian) ke keadaan berkembang (Baja, 2012).

Penutupan lahan memiliki kaitan dengan penggunaan terhadap suatu lahan

merupakan hal yang nyata dari pengaruh aktivitas manusia terhadap sebagaian fisik

permukaan bumi. Sehingga membahas klasifikasi penggunaan/penutupan lahan tidak

terlepas dari makna tentang lahan sebagai sumber daya alam. Sumber daya alam

sebagai kesatuan unsur-unsur lingkungan, baik fisik maupun biotik, yang diperlukan

manusia untuk memenuhi kebutuhan dan meningkatkan kesejahteraan.

Tutupan lahan berupa hutan mempunyai kaitan dengan hidrologi. Salah satunya

hutan sebagai penahan tanah yang mempunyai kelerengan tinggi, sehingga air hujan

yang jatuh di daerah tersebut tertahan dan meresap ke dalam tanah untuk selanjutnya

akan menjadi air tanah. Air tanah di daerah hulu merupakan cadangan air bagi sumber

air sungai. Oleh karena itu hutan yang terjaga dengan baik akan memberikan manfaat

berupa ketersediaan sumber-sumber air pada musim kemarau. Sebaliknya hutan yang

gundul akan menjadi malapetaka bagi penduduk di hulu maupun di hilir. Pada musim

hujan, air hujan yang jatuh di atas lahan yang gundul akan menggerus tanah yang

kemiringannya tinggi. Sebagian besar air hujan akan menjadi aliran permukaan dan

sedikit sekali infiltrasinya. Akibatnya adalah terjadi tanah longsor dan atau banjir

bandang yang membawa kandungan lumpur (Asdak, 2010).

Perubahan tutupan lahan dari suatu wilayah berhutan menjadi tidak berhutan

seperti halnya dijadikan lahan pertanian akan sangat mempengaruhi keadaan DAS.

Perubahan tutupan lahan akan mempengaruhi penurunan debit air sungai dapat terjadi

akibat erosi. Selain akan meningkatnya kandungan zat padat tersuspensi (suspended

solid) dalam air sungai sebagai akibat dari sedimentasi, juga akan diikuti oleh

Page 21: DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP EROSI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...(SWAT) dan melihat pengaruh perubahan iklim terhadap erosi, sedimen dan debit air. Penelitian

11

meningkatnya kesuburan air dengan meningkatnya kandungan hara dalam air sungai.

Kebanyakan kawasan hutan yang diubah menjadi lahan pertanian mempunyai

kemiringan diatas 25%, sehingga bila tidak memperhatikan faktor konservasi tanah,

seperti pengaturan pola tanam, pembuatan teras dan lain-lain, maka akan menyebabkan

erosi pada daerah hulu dan sedimentasi pada daerah hilirnya yang berdampak pada

peningkatan nilai TSS (Asdak, 2010).

SNI 7645 tahun 2010, Penutupan lahan adalah permukaan bumi yang terdapat

diamati merupakan suatu hasil pengaturan, aktivitas, dan perlakukan manusia yang

dilakukan pada jenis penutupan lahan tertentu untuk melakukan kegiatan produksi,

perubahan, ataupun perawatan pada penutup lahan tersebut. Standar penutupan SNI

disusun berdasarkan sistem klasifikasi penutup lahan UNFAO dan ISO 19144-1

Geografic information – Classification Systems – Part 1: Classification system

structure. ISO 19144-1 merupakan standar internasional yang dikembangkan dari

sistem klasifikasi penutupan lahan UNFAO.

Kelas penutupan lahan dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu daerah

bervegetasi dan daerah tak bervegetasi. Semua kelas penutupan lahan dalam kategori

daerah bervegetasi diturunkan dari pendekatan konseptual struktur fisiognomi yang

konsisten dari bentuk tumbuh, bentuk tutupan, tinggi tumbuhan, dan distribusi

spasialnya. Sedangkan dalam kategori daerah tak bervegetasi, pendetailan kelas

mengacu pada aspek permukaan tutupan, distribusi atau kepadatan, dan ketinggian atau

kedalaman objek.

Tabel 1. Klasifikasi Tutupan Lahan dengan Skala 1:50.000 (SNI 7645, 2010) Tutupan Lahan Keterangan

Daerah

Bervegetasi

Daerah dengan liputan vegetasi (minimal 4%) sedikitnya selama 2 bulan,

atau dengan liputan lichens/mosses dari 25% jika tidak terdapat vegetasi

lain.

Daerah Pertanian Areal yang diusahakan untuk budi daya tanaman pangan dan holtikultura.

Vegetasi alamiah telah dimodifikasi atau dihilangkan dan diganti dengan

tanaman anthropogenik dan memerlukan campuran tangan manusia untuk

menunjang kelangsungan hidupnya. Antar masa tanam, area ini sering kali

tanpa tutupan vegetasi. Seluruh yang ditanam dengan tujuan untuk

dipanen, termasuk dalam kelas ini.

Page 22: DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP EROSI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...(SWAT) dan melihat pengaruh perubahan iklim terhadap erosi, sedimen dan debit air. Penelitian

12

Tutupan Lahan Keterangan

Sawah irigasi Sawah yang diusahakan dengan pengairan dari irigasi.

Sawah tadah

hujan

Sawah yang diusahakan dengan pengairan dari air hujan.

Sawah Lebak Sawah yang diusahakan dengan lingkungan rawa-rawa saat air rawa

menyusut.

Sawah pasang

surut

Sawah yang diusahakan di lingkungan yang terpengaruhi oleh air pasang

dan surutnya air laut atau sungai.

Polder Sawah yang terdapat delta sungai yang pengairannya dipengaruhi air

sungai.

Ladang Pertanian lahan kering yang ditanami tanaman semusim. Terpisah dengan

halaman sekitar rumah serta penggunaannya tidak berpindah-pindah.

Tanaman berupa selain padi, tidak memerlukan pengairan secara ekstensif,

vegetasinya bersifat artifisial dan memerlukan campuran tangan manusia

untuk menunjang kelangsungan hidupnya.

Perkebunan Lahan yang digunakan untuk kegiatan tanpa pergantian tanaman selama

dua tahun.

Daerah bukan

pertanian

Areal yang tidak diusahakan untuk budi daya tanaman pangan dan

holtikultura.

Hutan lahan

kering

Hutan yang tumbuh dan berkembang di habitat lahan kering yang terdapat

berupa hutan dataran rendah, perbukitan, pegunungan, atau hutan tropis

dataran tinggi.

Hutan

Hutan lahan

kering primer

Hutan yang tumbuh berkembang pada habitat lahan kering yang dapat

berupa hutan dataran rendah, perbukitan dan pegunungan atau hutan tropis

dataran tinggi yang masih kompak dan belum mengalami intervensi

manusia atau belum menampakkan bekas penebangan.

Hutan lahan

kering sekunder

Hutan yang tumbuh berkembang pada habitat lahan kering yang dapat

berupa hutan dataran rendah, perbukitan dan pegunungan, atau hutan

tropis dataran tinggi yang telah mengalami intervensi manusia atau telah

menampakkan bekas penebangan (kenampakan alur dan bercak bekas

tebangan).

Hutan lahan basah Hutan yang tumbuh berkembang pada habitat lahan basah berupa rawa,

termasuk rawa payau dan rawa gambut. Wilayah lahan basah

berkarakteristik unik, yaitu: (1) dataran rendah yang membentang

sepanjang pesisir, (2) wilayah berelevasi rendah, (3) tempat yang

Page 23: DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP EROSI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...(SWAT) dan melihat pengaruh perubahan iklim terhadap erosi, sedimen dan debit air. Penelitian

13

Tutupan Lahan Keterangan

dipengaruhi oleh pasang-surut untuk wilayah dekat pantai, (4) wilayah

dipengaruhi oleh musim yang terletak jauh dari pantai, dan (5) sebagian

besar wilayah tertutup gambut.

Hutan lahan basah

primer

hutan yang tumbuh berkembang pada habitat lahan basah berupa rawa,

termasuk rawa payau dan rawa gambut. Wilayah lahan basah

berkarakteristik unik, yaitu: (1) dataran rendah yang membentang

sepanjang pesisir, (2) wilayah berelevasi rendah, (3) tempat yang

dipengaruhi oleh pasang-surut untuk wilayah dekat pantai, (4) wilayah

dipengaruhi oleh musim yang terletak jauh dari pantai, dan (5) sebagian

besar wilayah tertutup gambut. Belum mengalami intervensi manusia.

Belukar Lahan kering yang ditumbuhi berbagai jenis vegetasi alamiah heterogen

dengan tingkat kerapatan jarang hingga rapat dan didominasi oleh vegetasi

rendah (alamiah).

Semak Lahan kering yang ditumbuhi berbagai jenis vegetasi alamiah homogen

dengan tingkat kerapatan jarang hingga rapat dan didominasi oleh vegetasi

rendah (alamiah).

Padang rumput Areal terbuka yang didominasi oleh beragam jenis rumput heterogen.

Savana Areal yang terbuka yang didominasi oleh beragam jenis rumput, dan

pepohonan yang tumbuh secara menyebar dan jarang. Padang alang-alang

adalah areal terbuka yang didominasi oleh rumput jenis alang-alang.

Rumput rawa adalah rumput yang berhabitat di daerah yang tergenang air

tawar atau payau secara permanen.

Daerah tak

bervegetasi

Daerah dengan total liputan vegetasi kurang dari 4% selama lebih dari 10

bulan, atau daerah dengan liputan lichens/mosses kurang dari 25% jika

tidak terdapat vegetasi berkayu atau herba.

Lahan terbuka Lahan tanpa tutupan lahan baik yang bersifat alamiah, semialamiah,

maupun artifisial. Menurut karakteristik permukaannya, lahan terbuka

dapat dibedakan menjadi consolidated dan unconsolidated surface.

Lahan terbangun Areal yang telah mengalami substitusi pentup lahan alamiah ataupun

semialamiah dengan pentupan lahan buatan yang biasanya bersifat kedap

air dan relatif permanen.

Permukiman Areal atau lahan yang digunakan sebagai lingkungan tempat tinggal atau

lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung kehidupan.

Bangunan industri Areal yang digunakan untuk bangunan pabrik atau industri yang berupa

kawasan industri atau perpustakaan.

Page 24: DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP EROSI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...(SWAT) dan melihat pengaruh perubahan iklim terhadap erosi, sedimen dan debit air. Penelitian

14

Tutupan Lahan Keterangan

Jaringan jalan jaringan prasarana transportasi yang diperuntukkan lalu lintas kendaraan.

Bandara udara Bandar udara yang mempunyai fasilitas lengkap untuk penerbangan dalam

dan luar negeri.

Pelabuhan laut Tempat yang digunakan sebagai tempat sandar dan berlabuhnya kapal laut

beserta aktivitas penumpangnya dan bongkarmuat kargo.

Pertambangan Lahan terbuka sebagai akibat aktivitas pertambangan, dimana penutup

lahan, batu ataupun material bumi lainnya dipindahkan oleh manusia.

Perairan Semua penampakan perairan termasuk laut, waduk, terumbu karang dan

padang lamun. Danau adalah areal perairan yang bersifat natural, dengan

penggenangan air yang dalam dan permanen serta penggenangan dangkal,

termasuk fungsinya.

Waduk Areal perairan yang bersifat artifisial, dengan penggenangan air yang dalam

dan permanen serta penggenangan dangkal, termasuk fungsinya.

Tambak aktivitas untuk perikanan maupun pembuatan garam yang tampak dengan

pola pematang di sekitar pantai.

Rawa Genangan air tawar atau air payau yang luas dan permanen di daratan.

Sungai adalah tempat mengalirnya air yang bersifat natural.

Saluran irigasi Tempat mengalirnya air yang bersifat artifisial dan biasanya difungsikan

untuk menunjang kegiatan pertanian atau perikanan yang melakukan

manusia.

2.7. Sistem Informasi Geografis

Star and Estes (1990) dalam Baja (2012) Mendefinisikan GIS secara umum yaitu

sebagai sistem berbasis komputer untuk menangkap (capture), menyimpan (store),

memanggil kembali (retrieve), menganalisis, dan mendisplay data spasial, sehingga

efektif dalam menangani permasalahan yang kompleks baik untuk kepentingan

penelitian, perencanaan, pelaporan maupun untuk pengelolaan sumber daya dan

lingkungan. Sedangkan menurut Burrough and McDonnell (1998) dalam Baja (2012)

mendefinisikan GIS dari tiga sudut pandang : kotak alta (tool box), database, dan

organisasi. Dengan demikian, GIS merupakan suatu sistem penunjang keputusan

(decision support system).

Page 25: DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP EROSI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...(SWAT) dan melihat pengaruh perubahan iklim terhadap erosi, sedimen dan debit air. Penelitian

15

Dari sisi fungsional, GIS dirancang untuk membantu dalam upaya meningkatkan

pengetahuan ruang (spatial knowledge), karena teknologi ini mengelola data

tereferensi dengan koordinat-koordinat spasial atau geografis. Sehingga, GIS dapat

dikatakan sebagai suatu teknologijsistem database dengan kemampuan khusus untuk

mereferensi data secara spasial, volume besar, dan tingkat kerumitan tinggi melalui

sekumpulan pengoperasian untuk bekerja dengan data tersebut, termasuk memproduksi

tampilan-tampilan kartografik yang menarik. Sehubungan dengan fungsi pemetaannya

(domain kartograji), suatu GIS dapat dianggap sebagai suatu sistem pemetaan kelas

tinggi, dan sekaligus merupakan suatu disiplin yang memadukan antara Hmu

pengetahuan (science), teknologi, dan seni (art) (Baja, 2012).

2.8. Soil and Water Assesment Tool

Soil and Water Assessment Tool merupakan model terdistribusi yang terhubung

dengan Sistem Informasi Geografis (SIG) dan mengintegrasikan Spatial DSS (Decision

Support System). Model SWAT dioperasikan pada interval waktu harian dan dirancang

untuk memprediksi dampak jangka panjang dari praktek pengelolaan lahan terhadap

sumberdaya air, sedimen dan hasil agrochemical pada DAS besar dan komplek dengan

berbagai skenario tanah, penggunaan lahan dan pengelolaan berbeda (Pawitan, 2004).

SWAT memungkinkan sejumlah proses fisik yang berbeda untuk disimulasikan pada

suatu DAS.

Tujuan awal pengembangan model ini adalah untuk mensimulasikan dampak

pengelolaan lahan terhadap aliran dan sedimentasi dalam suatu DAS yang tidak

memiliki sistem pengamatan dan pencatatan data. Saat ini model SWAT telah

berkembang dengan pesat dengan aplikasi yang sangat beragam mulai dari simulasi

hidrologi yang sangat sederhana, simulasi dampak perubahan tata guna lahan, simulasi

dampak perubahan iklim bahkan sampai dengan simulasi untuk memprediksikan

produktifitas suatu lahan pertanian. Menurut Arnold et al. (1998) dalam Ferijal, (2013)

tujuan utama pengembangan model SWAT adalah untuk mensimulasikan dampak

manajemen lahan terhadap hidrologi, sedimen dan zat kimia terlarut dalam suatu DAS

yang luas yang didominasi oleh kegiatan pertanian dan tidak memiliki pencatatan data.

Page 26: DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP EROSI ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...(SWAT) dan melihat pengaruh perubahan iklim terhadap erosi, sedimen dan debit air. Penelitian

16

SWAT merupakan suatu model yang mampu mensimulasikan parameter-

parameter hidrologi dalam jangka panjang dengan mempertimbangkan karakteristik

fisik suatu DAS. Model ini pada awalnya membagi DAS menjadi beberapa Sub DAS

yang kemudian setiap Sub DAS tersebut akan dibagi kembali menjadi beberapa unit

respon hidrologi Hidrologic Response Unit berdasarkan tata guna lahan, jenis tanah

dan kelas lereng. Dengan asumsi tidak ada hubungan antar HRU, model kemudian

mensimulasikan proses hidrologi untuk setiap HRU menggunakan metode neraca air.

Simulasi neraca air tersebut meliputi parameter-parameter seperti kandungan air tanah,

limpasan permukaan, evapotranspirasi, perkolasi, dan aliran bawah permukaan tanah

yang kembali ke sungai (Neitsch et al., 2002).

Pembagian DAS mampu membuat model yang mencerminkan perbedaan

evapotranspirasi untuk jenis tanaman dan tanah yang bervariasi. Aliran permukaan

(surface runoff) diprediksi secara terpisah untuk masing-masing HRU dan dapat

ditelusuri untuk memperoleh aliran permukaan total (total runoff) suatu DAS. Hal ini

dapat meningkatkan keakuratan dan memberikan gambaran fisik yang lebih baik untuk

neraca air (Ditjen. BP DAS dan Perhutanan Sosial, 2014).

Data masukan model untuk setiap HRU Sub DAS dikelompokan ke dalam

beberapa kategori yaitu iklim, unit respon hidrolog HRU, genangan/daerah basah, air

bawah tanah dan saluran utama yang mendrainase Sub DAS. HRU merupakan

kelompok lahan dalam Sub DAS yang memiliki kombinasi tanaman penutup, tanah

dan pengolahan yang unik. Data yang dibutuhkan dalam model ini merupakan data

harian. Paramater iklim yang digunakan dalam SWAT berupa hujan harian, temperatur

udara maksimum dan minimum, radiasi matahari, kecepatan angin, serta kelembaban

(Adrionita, 2011).

Output SWAT terangkum dalam file-file yang terdiri dari file HRU, SUB dan

RCH. File HRU berisikan output dari masing-masing HRU, sedangkan SUB berisikan

output dari masing-masing sub DAS dan RCH merupakan output dari masing-masing

sungai utama pada setiap sub DAS. Informasi output pada file SUB dan file HRU