dampak lingkunga.docx
TRANSCRIPT
DAMPAK LINGKUNGA
KELOMPOK 4
1.TIA IVANKA
2.DESI WULANSARI
3.ERLANGGA
4.REZA PUTRA WIJAYA
5.EKO SETIAWAN
6.DIMAS AGIL
7.INDRA LESMANA
8.DANDI SAPUTRA
SMP PLUS NURUL HIKMAH AL-HAKIM
TAHUN AJARAN 2016/2017
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang MasalahLingkungan merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupuan
manusia. Hal ini dikarenakan dimana seseorang hidup maka akan tercipta suatu
lingkungan yang berbeda dan sebaliknya. Akhir-akhir ini sering kali ditemukannya suatu
pengrusakan lingkungan oleh manusia dengan alasan pemanfaatan untuk
menghasilkan materi yang lebih, secara tidak langsung tindakan ini akan
mengakibatkan terkikisnya lingkungan dan mengancam pada kelangsungan hidup
manusia.
Disamping itu keteloderan manusia dalam pendirian bangunan dengan tanpa
memperhatikan dampak dari usaha atau industri yang akan berlangsung dibangunan
tersebut juga akan merusak lingkungan fisik dan biologis secara perlahan dan tidak
langsung.Oleh sebab itu perlu dilakukan suatu usaha untuk melestarikan kualitas
lingkungan yang dapat dilakukan dengan berbagai cara, sejak mulai penyusunan
rencana pembangunan daerah sampai setelah proyek-proyek pembangunan
dijalankan, misalnya penyusunan rencana penggunaan tata ruang, rencana
pembangunan ekonomi suatu daerah, penetapan proyek-proyek yang akan dibangun,
sampai pada waktu proyek-proyek telah berjalan. Dengan adanya perencanaan
hal-hal yang mungkin bias mengantisipasi timbulnya dampak buruk pada lingkungan
sekitar maka kerusakan lingkungan akan dapat dikurangi atau bahkan dicegah sama
sekali. Dari alasan inilah maka perlu dibuat sebuah rencana pengelolaan lingkungan
demi terciptanya keseimbangan antara kepentingan manusia dan kelestarian
lingkuangan disekitarnya.
1.2 Tujuan1. Mengetahui kedudukan RKL dalam Andal
2. Mengetahui Sistem pengelolaan lingkungan
3. Mengetahui rencana dan pelaksanaan pengelolaan lingkungan
1.3 Rumusan Masalah1. Bagaimanakah kedudukan RKL dalam Andal ?
2. Bagaimanakah system pengelolaan lingkungan berdasarkan faktor-faktor yang saling
berkaitan dalam proses pengelolaan lingkungan?
3. Bagaimanakah rencana dan pelaksanaan pengelolaan lingkungan yang berpedoman
pada PP 29 tentang Amdal ?
BAB IIPEMBAHASAN
2.1 Permasalahan LingkunganAnalisis Mengenai Dampak Lingkungan, yang sering disingkat AMDAL,
merupakan reaksi terhadap kerusakan lingkungan akibat aktivitas manusia yang
semakin meningkat. Reaksi ini mencapai keadaan ekstrem sampai menimbulkan sikap
yang menentang pembangunan dan penggunaan teknologi tinggi. Dengan ini timbullah
citra bahwa gerakan lingkungan adalah anti pembangunan dan anti teknologi tinggi
serta menempatkan aktivis lingkungan sebagai lawan pelaksana dan perencana
pembangunan. Karena itu banyak pula yang mencurigai AMDAL sebagai suatu alat
untuk menentang dan menghambat pembangunan.
Dengan diundangkannya undang-undang tentang lingkungan hidup di Amerika
Serikat, yaitu National Environmental Policy Act (NEPA) pada tahun 1969. NEPA mulai
berlaku pada tanggal 1 Januari 1970. Dalam NEPA pasal 102 (2) (C) menyatakan,
“Semua usulan legilasi dan aktivitas pemerintah federal yang besar yang akan
diperkirakan akan mempunyai dampak penting terhadap lingkungan diharuskan disertai
laporan Environmental Impact Assessment (Analsis Dampak Lingkungan) tentang
usulan tersebut”.
AMDAL mulai berlaku di Indonesia tahun 1986 dengan diterbitkannya Peraturan
Pemerintah No. 29 Tahun 1086. Karena pelaksanaan PP No. 29 Tahun 1986
mengalami beberapa hambatan yang bersifat birokratis maupun metodologis, maka
sejak tanggal 23 Oktober 1993 pemerintah mencabut PP No. 29 Tahun 1986 dan
menggantikannya dengan PP No. 51 Tahun 1993 tentang AMDAL dalam rangka
efektivitas dan efisiensi pelaksanaan AMDAL. Dengan diterbitkannya Undang-undang
No. 23 Tahun 1997, maka PP No. 51 Tahun 1993 perlu disesuaikan. Oleh karena itu,
pada tanggal 7 Mei 1999, pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun
1999. Melalui PP No. 27 Tahun 1999 ini diharapkan pengelolaan lingkungan hidup
dapat lebih optimal.
Pembangunan yang tidak mengorbankan lingkungan dan/atau merusak
lingkungan hidup adalah pembangunan yang memperhatikan dampak yang dapat
diakibatkan oleh beroperasinya pembangunan tersebut. Untuk menjamin bahwa suatu
pembangunan dapat beroperasi atau layak dari segi lingkungan, perlu dilakukan
analisis atau studi kelayakan pembangunan tentang dampak dan akibat yang akan
muncul bila suatu rencana kegiatan/usaha akan dilakukan.
AMDAL adalah singkatan dari analisis mengenai dampak lingkungan. Dalam
peraturan pemerintah no. 27 tahun 1999 tentang analisis mengenai dampak lingkungan
disebutkan bahwa AMDAL merupakan kajian mengenai dampak besar dan penting
untuk pengambilan keputusan suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada
lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang
penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan. Kriteria mengenai dampak besar dan
penting suatu usaha dan/atau kegiatan terhadap lingkungan hidup antara lain:
1 jumlah manusia yang terkena dampak
2 luas wilayah persebaran dampak
3 intensitas dan lamanya dampak berlangsung
4 banyaknya komponen lingkungan lainnya yang terkena dampak
5 sifat kumulatif dampak
6 berbalik (reversible) atau tidak berbaliknya (irreversible) dampak
Peraturan Pemerintah No. 27 tahun 1999, pasal 1 ayat 1, AMDAL (Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan) adalah kajian mengenai dampak besar dan penting
suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang
diperlukan bagi proses pengambilan keputusan.
Sebagai dasar pelaksanaan Audit Lingkungan di Indonesia, telah dikeluarkan
Kepmen LH No. 42/MENLH/11/1994 tentang Prinsip-Prinsip dan Pedoman Umum Audit
Lingkungan. Dalam Lampiran Kepmen LH No. 41/94 tersebut didefinisikan bahwa:
Audit lingkungan adalah suatu alat pengelolaan yang meliputi evaluasi secara
sistematik terdokumentasi, periodik dan obyektif tentang bagaimana suatu kinerja
organisasi, sistem pengelolaan dan pemantauan dengan tujuan memfasilitasi kontrol
pengelolaan terhadap pelaksanaan upaya pengendalian dampak lingkungan dan
pengkajian kelayakan usaha atau kegiatan terhadap peraturan perundang-undangan
tentang pengelolaan lingkungan.
Audit Lingkungan suatu usaha atau kegiatan merupakan perangkat pengelolaan
yang dilakukan secara internal oleh suatu usaha atau kegiatan sebagai tanggungjawab
pengelolaan dan pemantauan lingkungannya. Audit lingkungan bukan merupakan
pemeriksaan resmi yang diharuskan oleh suatu peraturan perundang-undangan,
melainkan suatu usaha proaktif yang diIaksanakan secara sadar untuk mengidentifikasi
permasalahan lingkungan yang akan timbul sehingga dapat dilakukan upaya-upaya
pencegahannya. Berikut pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada masyarakat
sekitar yang berada pada pembangunan apartemen tersebut:
Berdasarkan gambaran diatas, mengidentifikasi permasalahan yang ada di
Kabupaten Tangerang berupa pertanyaan penelitian,
yaitu :
1.
Apakah rencana pengelolaan dan pemantauan lingkungantelah diimplementasika
n oleh Industri?
2. Bagaimana keterlibatan masyarakat sekitar industri dalam pelaksanaan pengelolaan
dan pemantauan lingkungan?
3. Bagaimana pengawasan terhadap pelaksanaan pengelolaan dan
pemantauan lingkungan yang telah dilakukan oleh Dinas Lingkungan Hidup dan
instansi terkait lainnya
2.2 Pembahasan dan AnalisisPenyusunan AMDAL/UKL&UPL melalui prosedur dan proses yang
telah ditentukan dalam Peraturan Pemerintan Nomor 27 Tahun 1999 tentang AMDAL
dan keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup serta peraturan lainnya.
Heer&Hagerty (1977) mendefinisikan AMDALsebagai penaksiran dengan
mengemukakan nilai-nilai kuantitaif pada beberapa parameter tertentu yang penting
dimana hal tersebut menunjukkan kualitas lingkungan sebelum, selama dan setelah
adanya aktivitas.
Battele Institute (1978) mengemukakan pengertian AMDAL sebagai
penaksiran atas semua faktor lingkungan yang relevan dan pengaruh sosial yang terjadi
sebagai akibat dari aktivitas suatu proyek.
Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997
tentang Pengelolaan Lingkungan Pasal 1 menyatakan bahwa AMDAL adalah kajian
mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang diakibatkan
oleh suatu rencana usaha dan/atau kegiatan.
Tujuan pengelolaan lingkungan hidup adalah terlaksananya
pembangunan berwawasan lingkungan dan terkendalinya pemanfaatan sumberdaya
alam secara bijaksana. Agar tujuan tersebut dapat tercapai maka sejak awal
perencanaan sudah harus memperkirakan perubahan kondisi lingkungan, baik yang
positif maupun negatif, dengan demikian dapat dipersiapkan langkah-langkah
pengelolaannya. Cara untuk mengkaji perubahan kondisi tersebut melalui studi AMDAL.
AMDAL bertujuan untuk mengkaji kemungkinan-kemungkinan
perubahan kondisi lingkungan baik biogeofisik maupun sosial ekonomi dan budaya
akibat adanya suatu kegiatan pembangunan.
Gambar 2.1 Proses Produksi PT TIFICO
2.3 Prosedur Penyusunan AMDAL/UKL & UPLKajian kelayakan lingkungan diperlukan bagi kegiatan/usaha yang akan mulai
melaksanakan proyeknya, sehingga dapat diketahui dampak
yangtimbul dan bagaimana cara pengelolaannya. Proyek di sini bukan hanya pem
bangunan fisik saja tetapi mulai dari perencanaan, pembangunan fisik sampai proyek
tersebut berjalan bahkan sampai proyek tersebut berhenti masa operasinya. Jadi lebih
ditekankan pada aktivitas manusia di dalamnya.
Kajian kelayakan lingkungan adalah salah satu syarat untuk
mendapatkan perijinan yang diperlukan bagi suatu kegiatan/usaha, seharusnya
dilaksanakan bersama-sama dengan kajian kelayakan teknis dan ekonomi. Dengan
demikian ketiga kajian kelayakan tersebut dapat sama-sama memberikan masukan
untuk dapat menghasilkan keputusan yang optimal bagi kelangsungan proyek,
terutama dalam menekan dampak negatif yang biasanya dilakukan dengan
pendekatan teknis sehingga didapat biaya yang lebih murah.
Secara umum proses penyusunan kelayakan lingkungan dimulai dengan proses
penapisan untuk menentukan studi yang akan dilakukan menurut jenis proyeknya, wajib
menyusun AMDAL atau UKL & UPL. Proses penapisan inimengacu pada Keputusan
Menteri Negara Lingkungan Hidup RI Nomor 17 tahun 2001 tentang Jenis Usaha
Dan/Atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi Dengan Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan. Jika usaha atau kegiatan tersebut tidak termasuk dalam daftar maka wajib
menyusun Upaya Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan (UKL & UPL).
3.1 KesimpulanHasil pengkajian terhadap pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan lingku
ngan pada sektor industri dapat disimpulkan bahwa :
1. Pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan yang dilakukan oleh industri masih pada
tahap pengelolaan limbah yang dihasilkan oleh industri belum mengarah pada
kesadaran untuk kelestarian lingkungan.
2.
Pelaku usaha industri masih menganggap bahwa kewajiban untuk mengimplemen
tasikan pengelolaan dan pemantauan lingkungan masih merupakan beban yang
memberatkan dari segi biaya,
danindustribelum merasakan keuntungan secara langsung dari kegiatnpengelolaan
dan pemantauan yang telah dilakukan.
3. Pengelolaan lingkungan yang dilakukan oleh industri masih sebatas meredam protes
atau mencegah terjadinya gejolak oleh masyarakat di sekitar lokasi industri, belum
mencakup pengelolaan lingkungan secara utuh.
4.
Keterlibatan dan kepedulian masyarakat di sekitar industri terhadap pelaksanaan
pemantauan dan pengelolaan lingkungan yang dilakukan
industri relatif masih rendah, masyarakat masih beranggapan
bahwaindustryyang memberikan banyak bantuan dan menyerap banyak tenaga ker
ja lokal merupakan industri yang telah peduli terhadap lingkungan.
5. Apakah industri tersebut mencemari lingkungan atau tidak. Sebagian masyarakat
yang berkeinginan terlibat dalam pengelolaan dan pemantauan lingkungan tidak
mempunyai akses untuk dapat terlibat dalam pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan
lingkungan.Pengawasan yang dilakukan
olehinstansi terkait dibidang lingkungan di kabupaten Pelalawan masih bersifat pasif
dan reaktif, yaitu hanya menunggu pelaporan dari pihak industri dan akan terjun ke
lapangan apabila terjadikasus.
5. Mekanisme koordinasi antar instansi masih belum jelas sehingga masing-masing
instansi belum dapat menjalankan tugas dan fungsinya dengan baik.
6. Belum adanya peraturan daerah mengenai pengelolaan lingkungan hidup yang spesifik
sesuai dengan karakteristik wilayah kabupaten Tangerang.
7. Pemberian penghargaan dan sanksi baik bagi industri yang telah
melakukan pemantauan dan pengelolaan lingkungan maupun yang tidak
melaksanakan belum dilaksanakan, sehingga menimbulkan kecemburuan bagi industri
yang telah melaksanakan.
3.2 Saran1. Koordinasi dan keterpaduan dalam menetapkan kebijakan antar instansi
yang membidangi masalah industri dan lingkungan perlu ditingkatkan sehingga dapat
digunakan sebagai pedoman oleh pelaku industri untuk mewujudkanindustri yang
berwawasan lingkungan.
2. Mengikutsertakan aparat pada dinas/instansi dalam pendidikan dan pelatihan mengenai
pengelolaan lingkungan hidup sehingga semua aparat yang bertugas mempunyai
persepsi yang sama mengenai pengelolaan lingkungan.
3. Perlu adanya kajian mengenai daya tampung lingkungan yang dapat menjadi dasar
kebijakan dalam penyusunan peraturan daerah.
4. Untuk meningkatkan kesadaran pelaku industri di bidang lingkungan maka pemberian
penghargaan bagi industri yang telah melaksanakan dan mematuhi aturan dan
pemberian sanksi bagi industri yang melanggar aturan di bidang lingkungan perlu
diintensifkan.
5. Sosialisasi oleh Dinas Lingkungan Hidup tentang kewajiban pengelolaan
dan pemantauan lingkungan yang dilakukan industri dan keterbukaan
informasi oleh industri bersangkutan dengan memberikan dokumen pengelolaan ling
kungan kepada kelurahan setempat sehingga dapat meningkatkan kepedulian dan
partisipasi masyarakat di sekitar lokasi industri untuk mewujudkan industri yang
berwawasan lingkungan.