dampak imf

31
SatuDunia, Jakarta. Presiden Yudhoyono dalam jumpa pers di Washington mengatakan bahwa peran International Monetary Fund (IMF) tetap diperlukan di Indonesia. Apakah ini sinyal Indonesia akan kembali mengundang IMF? "Tapi, sebenarnya peran IMF tetap kita perlukan, asal tidak menggunakan sistem yang dulu," jawab SBY menanggapi pertanyaan wartawan, seperti ditulis oleh detik.com pada hari ini (17/11). Sebelumnya, ekonom dari Universitas Gajah Mada (UGM) Revrisond Baswir mengingatkan akan adanya kemungkinan Indonesia mengundang IMF untuk kembali ke Indonesia. “Nilai tukar rupiah yang terus menurun bisa dijadikan pembenaran untuk kembali mengundang IMF ke Indonesia,” ujarnya dalam sebuah diskusi di Jakarta (7/11). “Jika nanti rupiah sudah menembus angka Rp. 15.000 dan cadangan devisa kita sudah makin menipis maka biasanya solusinya adalah mengundang kembali IMF,” jelasnya, “Padahal utang itu sebenarnya bukan untuk kita namun untuk memasarkan produk-produk negara-negara industri yang berdiri di belakang lembaga keuangan internasional tersebut,” IMF pernah hadir di Indonesia saat krisis ekonomi 1997, diundang pemerintah Soeharto untuk membantu menyelesaikan krisis keuangan yang parah. Melalui letter of intent, Indonesia

Upload: richardgab

Post on 22-Jan-2016

50 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Dampak IMF bagi Indonesia

TRANSCRIPT

Page 1: Dampak Imf

SatuDunia, Jakarta. Presiden Yudhoyono dalam jumpa pers di Washington mengatakan bahwa peran International Monetary Fund (IMF) tetap diperlukan di Indonesia. Apakah ini sinyal Indonesia akan kembali mengundang IMF?

"Tapi, sebenarnya peran IMF tetap kita perlukan, asal tidak menggunakan sistem yang dulu," jawab SBY menanggapi pertanyaan wartawan, seperti ditulis oleh detik.com pada hari ini (17/11).

Sebelumnya, ekonom dari Universitas Gajah Mada (UGM) Revrisond Baswir mengingatkan akan adanya kemungkinan Indonesia mengundang IMF untuk kembali ke Indonesia. “Nilai tukar rupiah yang terus menurun bisa dijadikan pembenaran untuk kembali mengundang IMF ke Indonesia,” ujarnya dalam sebuah diskusi di Jakarta (7/11).

“Jika nanti rupiah sudah menembus angka Rp. 15.000 dan cadangan devisa kita sudah makin menipis maka biasanya solusinya adalah mengundang kembali IMF,” jelasnya, “Padahal utang itu sebenarnya bukan untuk kita namun untuk memasarkan produk-produk negara-negara industri yang berdiri di belakang lembaga keuangan internasional tersebut,”

IMF pernah hadir di Indonesia saat krisis ekonomi 1997, diundang pemerintah Soeharto untuk membantu menyelesaikan krisis keuangan yang parah. Melalui letter of intent, Indonesia terikat secara penuh dengan IMF yang akan mengucurkan dana sebesar US$ 45 miliar.

Pengaruh IMF menjadi amat besar dalam kebijakan ekonomi, keuangan dan pembangunan negeri ini. Semua kebijakan pemerintah harus memperoleh rekomendasi dari IMF, dengan kata lain, IMF sebenarnya yang mendesain kebijakan-kebijakan itu.

Penulis: Daus

Peran IMF di Indonesia dimulai ketika presiden Soekarno memainkan peran non blok ditengah pertarungan kuasa antara

Page 2: Dampak Imf

Amerika dan Soviet yang semakin meningkat, peran tersebut dapat dimainkan dengan cantik oleh Soekarno dengan dukungan dari negara-negara dunia ketiga,

Peran IMF di Indonesia dimulai ketika presiden Soekarno memainkan peran non blok ditengah pertarungan kuasa antara Amerika dan Soviet yang semakin meningkat, peran tersebut dapat dimainkan dengan cantik oleh Soekarno dengan dukungan dari negara-negara dunia ketiga, namun kedua blok yang bertarung kuasa tersebut mendesak Soekarno untuk memilih satu diantara dua. Amerika menggunakan IMF sebagai alatnya, pada tahun 1962 delegasi IMF mengadakan kunjungan ke Indonesia untuk menawarkan proposal bantuan finansial dan kerjasama, setahun kemudian tepatnya pada bulan maret 1963 Amerika Serikat menyediakan utang sebesar US$ 17 juta dan dalam dua bulan kemudian pemerintah Indonesia mengumumkan rangkaian kebijakan ekonomi baru (devaluasi rupiah, anggaran negara yang ketat dan pemotongan subsidi) yang selaras dengan resep kebijakan IMF.

Namun keadaan berubah 180 derajat pada bulan September 1963, ketika pemerintah Inggris menyatakan Malaysia sebagai bagian federasi Inggris tanpa konsultasi terlebih dahulu. Soekarno melihat pernyataan tersebut adalah upaya untuk

menggangu stabiltas kawasan Asia Tenggara terutama karena Malaysia secara geografis sangat dekat dengan Indonesia, selain itu Soekarno juga melihat hal ini dipicu karena Indonesia menasionalisasi perusahaan-perusahaan Inggris . Insiden ini berimbas terhadap hubungan Indonesia dengan IMF, sesepakatan sebelumnya dengan IMF dibatalkan oleh Soekarno.

Kekalahan Indonesia memperjuangkan permasalahan ini di tingkat internasional karena PBB mengakui eksistensi negara Malaysia menyebabkan Soekarno memutuskan untuk keluar

Page 3: Dampak Imf

dari kenggotaan PBB. Kondisi perekonomian Indonesia setelah itu berada dalam kondisi yang memprihatinkan, utang yang diterima dari Soviet dan negara barat digunakan untuk untuk kebutuhan konsumtif , pembangunan proyek mercusuar dan membeli senjata.

Dalam hal ini meskipun Soekarno berhasil mempertahankan harga diri bangsanya namun ia gagal untuk menyelamatkan kondisi ekonomi Indonesia yang semakin terpuruk, ekonomi Indonesia yang tergantung pada pihak luar, mengalami pukulan keras ketika harga bahan baku di tingkat internasional menurun drastis (harga karet turun drastis), sementara pengeluaran untuk kebutuhan publik yang luar biasa besar mendorong inflasi mencapai 600%. Ketika perang dingin mencapai titik klimaksnya, Soekarno memancing kemarahan Washington dengan menasionalisasi semua perusahaan asing (kecuali perusahaan minyak). Kemudian Sukarno mengumandangkan “go to hell with your aid” sebagai kata talak untuk perceraian dengan IMF serta Bank Dunia pada Agustus 1965 dan memutuskan membangun Indonesia secara mandiri.

Tak lama kemudian terjadi kudeta berdarah yang menandakan dimulainya rezim orde baru dibawah kepemimpinan Soeharto. Kebijakan-kebijakan rezim orde baru memang dekat dengan kepentingan Amerika, namun meskipun demikian pemerintah Amerika tidak ingin memberikan utang secara langsung lewat mekanisme bilateral, mereka “menitipkan” kepentingan ekonomi politik mereka lewat IMF, dengan kucuran dana bantuan sebagai bargaining terhadap kepentingan tersebut. Pada akhir tahun 1966, IMF membuat studi tentang program stabilitas ekonomi, dan pemerintah orde baru dengan cepat melaksanakan kebijakan seperti yang diusulkan IMF dan Indonesia secara resmi kembali menjadi anggota IMF.

Kembalinya Indonesia menjadi anggota IMF dan Bank Dunia, menimbulkan reaksi negara-negara barat. Mereka segera memberikan hibah sebesar US$174 million dengan tujuan untuk mengangkat Indonesia dari keterpurukan ekonomi, disusul dengan restrukturisasi utang karena US$ 534 juta harus

Page 4: Dampak Imf

dikeluarkan untuk membayar cicilan pokok dan bunga utang. Tanpa rescheduling utang ini maka tidak dimungkinkan negara-negara barat memberi utang utang baru, sehingga dapat dikatakan bahwa upaya rescheduling merupakan cara agar negara-negara barat bisa mengucurkan utang baru ke Indonesia. Pada Desember 1966, di ikuti dengan pertemuan Paris Club yang menyepakati moratorium utang sampai tahun 1971untuk pembayaran cicilan pokok utang jangka panjang yang disepakati sebelum tahun 1966. tanpa dukungan IMF dan Amerika inisiatif moratorium ini tidak akan terjadi.

Namun imbas dari moratorium yang disepakati dalam paris club hanya bersifat sementara karena setelah tahun 1976 pembayaran utang berlanjut kembali. Mulai saat itu para kreditor diuntungkan oleh kesepakatan yang tidak pernah terjadi sebelumnya, Semua Utang yang ditandatangani sebelum tahun 1966 (pada pemerintahan Sukarno) harus dibayar dalam 30 kali cicilan dalam kurun waktu antara tahun 1970 sampai 1999. Tanggungan pembayaran ini diikuti dengan devaluasi dan perubahan nilai tukar, yang menjadikan Indonesia sebagai negara dengan nilai tukar mengambang paling bebas di dunia.

Krisis ekonomi yang melanda Asia tenggara pada tahun 1997 menyebabkan pemerintah mengundang IMF untuk menyelamatkan perekonomian nasional yang sedang dalam krisis. Kesepakatan antara IMF dan pemerintah Indonesia terjadi pada tanggal 31 Oktober 2007 dengan ditandatanganinya Letter of Intent (LOI) pertama yang berisikan perjanjian 3 tahun dan kucuran utang sebesar US$ 7,3 milyar. Namun kehadiran IMF justru mengakibatkan bertambah parahnya ekonomi Indonesia, tidak lebih dari satu tahun terjadi pelarian modal (capital flight) keluar negeri besar-besaran yang menyebabkan pengangguran, diperparah lagi dengan penurunan nilai tukar rupiah secara drastis. Pada akhir tahun 1998 lebih dari 50% penduduk Indonesia hidup dibawah garis kemiskinan. Salah satu  resep kebijakan IMF untuk menutup 16 bank membuat masyarakat panik dan menarik uangnya di bank-bank nasional dan sebagian di bank asing, untuk

Page 5: Dampak Imf

mengatasi goncangan ini IMF kembali membuat rekomendasi kebijakan yang mengharuskan pemerintah mengucurkan dana trilyunan rupiah untuk memperbaiki kecukupan modal pada bank-bank yang bermasalah tersebut melalui obligasi rekap.

Dalam perjanjiam IMF dengan pemerintah menyatakan bahwa setelah pemerintah menyalurkan obligasi rekap kepada bank-bank yang kolaps, maka bank tersebut harus segera dijual kepada pihak swasta. Dengan demikian pemerintah juga terbebani kewajiban untuk membayar bunga dari obligasi tersebut. Sedangkan IMF memberi batasan waktu penjualan bank-bank tersebut yang mengakibatkan murahnya harga bank-bank tersebut, dan para pembeli domestik maupun asing masih menikmati bunga dari obligasi rekap yang lebih besar jumlahnya dari pada harga bank itu sendiri. Obligasi pemerintah yang melekat pada bank-bank bermasalah seluruhnya sebesar Rp. 430 trilyun dengan kewajiban membayar bunga Rp. 600 trilyun yang dibebankan kepada pemerintah.

Ada resep generik yang diberikan IMF pada semua pasiennya yaitu program penyesuaian struktural atau Structural Ajusment Program (SAP) dan kebijakan deregulasi. Kebijakan penyesuaian struktural mengharuskan negara untuk meliberalisasi impor dan pelaksanaan aliran sumber-sumber keuangan  secara bebas, devaluasi, pelaksanaan kebijakan moneter dan fiskal di dalam negeri yang terdiri dari pembatasan kredit, pengenaan tingkat bunga yang relatif tinggi, penghapusan subsidi, peningkatan tarif pajak, peningkatan barang pokok masyarakat dan menekan tuntutan kenaikan upah buruh sedangkan yang terakhir pemasukan investasi asing yang lebih lancar.

Sedangkan kebijakan deregulasi mencakup empat komponen, pertama intervensi pemerintah harus dihilangkan atau diminimalisir untuk menghindari distorsi pasar. Kedua privatisasi seluas-luasnya dalam bidang ekonomi hingga mencakup bidang-bidang yang selama ini dikuasai oleh negara. Ketiga liberalisasi seluruh kegiatan ekonomi dan semua proteksi harus dihilangkan sedangkan yang terakhir

Page 6: Dampak Imf

memperbesar dan melancarkan arus masuk investasi asing dengan fasilitas-fasilitas yang lebih luas dan lebih longgar atau dengan kata lain penguasaan asing terhadap terhdap unit ekonomi baik swasta maupun negara harus diperkenankan.

Pada mei 1998, karena kesepakatan antara IMF dan Soeharto, pemerintah mencabut subsidi bahan pokok, dan menaikkan harga minyak dan listrik. Kebijakan ini menyulut penolakan keras dari rakyat dan tak lama kemudian, suharto jatuh.

Hubungan mesra IMF dan Indonesia terus berjalan dengan ditandai kesepakatan LOI -I sampai dengan IV sejak tahun 1997 sampai tahun 2003, pada masa Megawati berkuasa, tepatnya pada agustus 2003 pemerintah akhirnya memutuskan untuk tidak melanjutkan program bantuan IMF dan memilih untuk masuk dalam Post Program Monitoring (PPM). Pilihan Pemerintah ini menimbulkan konsekwensi yang tidak jauh beda dengan pada saat melainkan program kerjasama. Karena IMF masih  dapat terus mendikte kebijakan ekonomi Indonesia Karena pemerintah masih harus mengkonsultasikan setiap kebijakan ekonomi yang akan diambil. Masa pemandoran IMF ini menghasilkan Inpres No. 5 tahun 2003 yang sering disebut inpres “white paper” .Inpres tersebut adalah produk kebijakan negara yang dilahirkan dari intervensi IMF, maka tidak heran jika arah kebijakan ekonomi yang tertuang dalam inpres tersebut persis dengan kebijakan IMF meskipun dibuat oleh pemerintah Indonesia.

Kebijakan ekonomi dalam inpres tersebut terbagi dalam tiga bagian : pertama, stabilitas makro ekonomi, Restrukturisasi dan reformasi sektor keuangan dan yang terakhir peningkatan Investasi.inpres tersebut tetap berlaku meskipun telah terjadi pergantian pemerintahan pada tahun 2004, perpres tersebut merupakan alat legitmasi secara hukum untuk melakukan liberalisasi ekonomi pasca hubungan dengan IMF.

Pemerintah Indonesia mengumumkan akan membayar utang pada IMF yang masih tersisa, senilai total US$ 7,8 billion, dalam waktu 2 tahun. Jumlah tersebut adalah sisa dari utang

Page 7: Dampak Imf

Indonesia pada IMF sebesar US$ 25 Million saat krisis, secara politik keputusan tersebut tepat, sebagai langkah untuk melepaskan diri dari pemandoran dan intervensi kebijakan ekonomi yang terus berlangsung sejak krisis 1997. pembayaran utang tersebut dilakukan dua tahap, pada bulan juni 2006 sebesar US$ 3,75 miliar dan sisanya sebesar US$ 3,2 miliar dilunasi pada bulan Oktober.

Namun pelunasan utang pemerintah ke IMF hanya mengurangi sedikit sekali total beban utang luar negeri pemerintah karena selain IMF pemerintah juga mendapat utang multilateral  lain Bank Dunia dan Bank Pembangunan Asia disamping itu pemerintah juga mendapat utang yang sifatnya bilateral dari negara-negara kreditor utama Indonesia antara lain Amerika, Jepang, kanada dan Jerman. Posisi utang luar negeri pemerintah sampai dengan akhir September 2006 mencapai US$ 77,347 Juta, jumlah ini belum ditambah dengan utang swasta yang mencapai US$51,022 Juta sehingga total utang Indonesia pada triwulan ketiga 2006 sebesar US$128,369 Juta. Jumlah ini relatif berkurang jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, pada tahun 2005 saja total utang Indonesia sebesar US$ 130,652 Juta. Negara kreditor dan lembaga internasional yang memberikan utang pada pemerintah Indonesia tergabung dalam Consultative Groups on Indonesia (CGI) yang dalam sidang CGI tahun 2006 menyepakati jumlah utang yang disanggupi (pledge) sebesar US$2,920 Juta untuk Utang Billateral dan US$2,202 Juta Utang Multilateral.

Dari jumlah utang tersebut meskipun telah dikurangi utang pemerintah pada IMF, dalam APBN-P 2006 cicilan pokok dan bunga utang luar negeri yang harus dibayar pemerintah mencapai US$ 2,510 M atau 30% dari total pengeluaran pemerintah. Maka yang harus dilakukan pemerintah setelah membayar lunas utang IMF adalah dengan membatalkan seluruh peraturan perundangan termasuk inpres white paper yang muncul karena tekanan IMF, dan melakukan keputusan progresif untuk melakukan penghapusan utang demi kesejahteraan rakyat.

Page 8: Dampak Imf

Karena Indonesia sudah menetapkan mencari bantuan IMF dan Bank Dunia untuk menanggulangi krisis mata uangnya maka ada baiknya kita mengenal lembaga- lembaga internasional ini. Apa misinya, apa 'doktrin-doktrinnya', bagaimana mereka biasa beroperasi, dan sebagainya.

Apakah ada perbedaan antara IMF dan Bank Dunia? Cukup banyak. Secara tradisional tugas IMF adalah membantu negara yang bersangkutan, artinya yang mencari intervensinya, untuk mendapatkan kembali keseimbangan neracanya dengan dunia luar. Yang dipentingkan akhirnya adalah keseimbangan neraca berjalannya. Akan tetapi, ini juga banyak dipengaruhi oleh keseimbangan, artinya defisit, anggaran belanja pemerintah. Juga oleh kebijakan moneter bank sentral serta kementerian keuangan.

Bank Dunia lebih banyak mengurusi masalah-masalah struktural. Ia membantu negara yang bersangkutan dalam perombakan beberapa sektor dan menyempurnakan policy-policy yang menyangkut berbagai sektor yang sangat penting, misalnya sektor industri dan perdagangan. Biasanya yang dituju adalah liberalisasi atau deregulasi sektor-sektor ini, atau dengan kata-kata lain, menyingkirkan hambatan-hambatan yang merintangi produktivitasnya.

Walaupun IMF dan Bank Dunia mempunyai misi yang berlainan, namun selama sepuluh tahun yang belakangan ini masing-masing misi menjadi overlap. Artinya, IMF, misalnya di Afrika, sering ikut menangani masalah structural adjustment. Di lain fihak, Bank Dunia kadang-kadang, atau lebih sering, bisa memberi 'quick disbursement loans' yang sebetulnya menjadi kebiasaan bantuan IMF karena dana demikian dipakai (dalam anggaran belanja pemerintah)untuk menyeimbangkan kembali neraca pembayaran dan/atau anggaran belanja pemerintah.

Mengapa kedua instansi bisa memberikan bantuan yang serupa? Ini karena perkembangan sejarah, dan terkait dengan besar dana bantuan yang disediakan oleh IMF atau Bank Dunia

Page 9: Dampak Imf

itu. Yang menyediakan dana bantuan terbesar juga mempunyai pengaruh terbesar.

Di Indonesia misalnya, IMF-lah yang akan bertanggung jawab atas program umum stabilisasi serta mencari pola makro-policy baru yang lebih sehat. Dana bantuan dari IMF lebih besar daripada yang disediakan Bank Dunia.

Bank Dunia di Indonesia akan lebih bertanggungjawab atas perbaikan struktural sektoral, khususnya sektor perbankan. Tetapi, IMF pun akan ikut bicara dalam hal ini. Bank Dunia akan membantu mengembangkan sistim pengendalian sektor perbankan di Indonesia agar ekonomi tidak mudah digoncangkan oleh bank bobrok, kredit macet serta proyek-proyek jelek, seperti sekarang ini. Tetapi IMF juga akan ikut bicara. Di antara lembaga-lembaga keuangan internasional ini akan ada semacam pembagian kerja: Bank Dunia akan mengurus pembenahan bank-bank komersial pemerintah, IMF mengurus penyehatan bank-bank swasta dan Bank Pembangunan Asia akan membenahi bank-bank pembangunan daerah.

Yang harus dimaklumi adalah perbedaan historis antara kedua lembaga keuangan internasional ini, yakni IMF dan Bank Dunia, karena bisa bentrokan dengan policy pemerintah.

"Ideologi" atau keyakinan tradisional IMF adalah bahwa prioritas yang paling utama yang harus dijunjung tinggi adalah stabilisasi moneter. Artinya, Indonesia harus mencapai kembali suatu kestabilan moneter dengan inflasi yang rendah dan defisit neraca berjalan yang juga kecil (angka sasarannya 2% dari PDB) agar "sustainable" untuk masa yang lama.

Sarana utama untuk mencapai serta menjaga agar inflasi rendah adalah keharusan memupuk surplus anggaran belanja. Ini bisa dikatakan bertentangan dengan doktrin Indonesia yang menghendaki anggaran belanja yang seimbang. Akan tetapi doktrin pembangunan kita sebetulnya sudah kadulawarsa. Tepat untuk masa lalu ketika sektor swasta masih kecil. Sekarang sektor swasta sudah besar sekali dan pertumbuhan

Page 10: Dampak Imf

ekonomi tergantung daripadanya. Agar sektor swasta bisa ekspansip maka sektor pemerintah (yakni anggaran belanjanya) harus kontraktip. Kalau tidak maka inflasi akan tinggi.

Dalam proses mencapai stabilisasi moneter maka IMF juga menuntut agar tingkat bunga tidak boleh diturunkan terlalu cepat. Di lain fihak, pemerintah melonggarkan likuiditas untuk mendorong produksi. Maka tingkat bunga bank harus diturunkan. Ini bertentangan dengan "resep IMF" karena IMF percaya bahwa dengan melonggarkan likuiditas maka kurs mata uang akan melemah. Belakangan ini kedua gejala memang terjadi: pemerintah melonggarkan likuiditas dan kurs mata uang rupiah sedikit melemah. Maka IMF akan teriak freekick! Mungkin Bank Dunia akan lebih bersimpati karena Bank Dunia lebih cenderung mementingkan kepentingan stimulasi produksi dan ekspor.

Di belakang IMF dan Bank Dunia ada pandangan negara-negara pemegang saham yang besar, seperti Amerika Serikat dan Jepang. Apakah (kementerian keuangan) negara-negara ini memihak IMF atau Bank Dunia?

Dalam menghadapi krisis mata uang di Asia Tenggara, yang cenderung menjalar ke Asia Timur dan lain-lain belahan dunia, maka kurang terdapat konsensus dalam pandangan serta teori-teori ekonominya. Maka kita juga harus pandai memanfaatkan situasi demikian itu.

Melepas IMF, Menuju Kemandirian Ekonomi  

Page 11: Dampak Imf

JAKARTA-Genap lima tahun Indonesia di bawah program Dana Moneter Internasional (IMF). Selama itu pemerintah kurang leluasa menentukan kebijakan ekonominya sendiri dan praktis lebih banyak didikte lembaga multilateral itu. Tidak banyak kesempatan dan ruang gerak yang dimiliki untuk lebih mandiri secara ekonomi. Semua hanya demi memperoleh status yang bernama kredibilitas dari IMF. Status tersebut yang kemudian dijadikan modal untuk mendapat kepercayaan dari pasar dan komunitas internasional. Tanpa status itu, jangan berharap kepercayaan akan datang, kira-kira demikian sederhananya. Saat Menko Perekonomian dijabat Rizal Ramli di era Presiden Abdurrahman Wahid, tidak ada letter of intent (LoI) yang bisa ditandatangani waktu itu, karena banyak kebijakan yang berseberangan dengan keinginan IMF, antara lain mengenai sekuritisasi migas dan meminta IMF tidak ikut campur tangan sektor mikro. Hubungan keduanya pun renggang.Bisa ditebak kemudian dampaknya pada stabilitas makro ekonomi Indonesia yang memburuk saat itu. Kepercayaan dari komunitas internasional merosot dan program ekonomi banyak yang tidak jalan. Toh akhirnya Rizal Ramli tak bisa berbuat banyak dan akhirnya terpental.Tetapi nasi sudah menjadi bubur. Keputusan pemerintah mengundang IMF sewaktu krisis tak perlu disesali. Lepas dari segala kelemahan dan campur tangannya yang berlebihan, kehadiran IMF sedikit banyak membantu menstabilkan perekonomian. Justru lebih baik saat ini belajar dari pengalaman negara yang sudah keluar dari program IMF dan sukses, seperti Thailand dan Korea Selatan.Karenanya, keputusan untuk mengakhiri kerja sama dengan IMF pada akhir 2003 menjadi momentum bagus bagi Indonesia untuk unjuk gigi bahwa ekonominya bisa tumbuh lebih baik setelah lepas dari IMF.”Selepas IMF merupakan momentum bagus karena Indonesia memiliki keleluasaan untuk menentukan kebijakan ekonominya sendiri. Tetapi kita harus mampu menunjukkan ekonomi Indonesia lebih baik dan memperoleh kredibilitas pasar dan internasional. Kalau kita gagal, kita bisa balik lagi ke IMF,” ujar ekonom Cides Umar Juoro.

Page 12: Dampak Imf

Berkaca dari sukses Thailand yang justru ekonominya maju dengan menerapkan kebijakan yang dulunya ditentang IMF seperti pengembangan industri otomotif dan pertanian, dengan potensi yang dimiliki Indonesia peluang untuk ekonomi tumbuh lebih baik sangat terbuka.

Tinggal menunggu keberanian pemerintah melakukan terobosan-terobosan kebijakan yang semasa program IMF sangat minim dilakukan.

Reformasi PajakUsulan Tim “Indonesia Bangkit” yang dipimpin Rizal Ramli misalnya patut dipertimbangkan para pengambil kebijakan. Usulan tersebut antara lain dalam jangka pendek, Indonesia juga harus melakukan reformasi dan vitalisasi sektor perpajakan, untuk mengurangi ketergantungan kepada pinjaman luar negeri. Langkah yang bisa dilakukan antara lain, peningkatan jumlah wajib pajak hingga 5 juta orang.Selain itu menurunkan tarif pajak nominal tetapi meningkatkan tarif pajak efektif. Tarif pajak nominal tertinggi di Indonesia saat ini adalah 30 persen, sementara di negara ASEAN lainnya rata-rata 22-25 persen. Dengan menurunkan tarif pajak nominal, Indonesia akan lebih menarik bagi investor.Kebijakan pengampunan pajak juga berpotensi menaikkan penerimaan pajak. Berbagai upaya tersebut potensial meningkatkan penerimaan pajak sebesar Rp 90 triliun selama 3 tahun ke depan (2003-2005).Dalam jangka pendek, Tim Indonesia Bangkit juga mengusulkan optimalisasi penerimaan dari sumber daya alam minyak bumi dan gas, antara lain melalui penjualan saham minoritas sekitar 20 persen melalui mekanisme go public. Dengan cara ini negara akan menerima sekitar US$ 5 miliar yang bisa dimanfaatkan untuk mempercepat proses pemulihan ekonomi.Cara lain adalah dengan sekuritisasi aliran penerimaan migas yang berpotensi menghasilkan sekitar US$ 5 miliar dalam waktu 3 tahun. Juga dengan negosiasi ladang minyak Cepu yang kini dimiliki Exxon Mobil. Ladang minyak ini merupakan terbesar kedua setelah Caltex.

Page 13: Dampak Imf

Tak kalah pentingnya, dalam jangka pendek pemerintah harus meningkatkan penerimaan sektoral seperti perkebunan, telekomunikasi dan perikanan. Kunci lainnya adalah restrukturisasi utang dalam negeri untuk mengurangi stok utang.Sementara dalam jangka menengah, pemerintah harus menciptakan lingkungan investasi yang atraktif dan hazard free, termasuk melakukan revisi UU Investasi. Revisi UU Investasi ini antara lain mencakup, menciptakan lingkungan investasi yang bebas hambatan seperti di Singapura, dan berbagai regulasi, serta perizinan harus ada batasan waktu maksimumnya. Selain itu harus ada kejelasan tentang hubungan antara buruh dan industri di Indonesia.Langkah jangka menengah lainnya adalah melakukan reformasi dan vitalisasi sektor perbankan, sektor industri, sektor UKM, sektor pertanian dan sumber daya manusia. Juga reformasi birokrasi dan kelembagaan dan konsolidasi desentralisasi dan otonomi.

Tidak OtomatisPengamat ekonomi CSIS Pande Raja Silalahi mengatakan lepasnya Indonesia dari IMF memang tidak otomatis menciptakan kemandirian. Bagaimanapun tidak ada negara yang tidak tergantung pada negara lain. Menurut Pande kemandirian bisa diciptakan kapan saja, tergantung kepada pemerintahnya. Setelah lepasnya Indonesia dari IMF maka pemerintah harus bisa membangun kemandirian itu.”Pemerintah dulu yang meminta IMF datang ke Indonesia karena ada masalah. Tugas IMF adalah membantu negara anggotanya. Sekarang dikatakan kita tidak lagi membutuhkan IMF karena menganggap sudah sehat. Jadi bagaimana pemerintah bisa menunjukkan bahwa negara ini memang sudah sehat,” ujar Pande.Dia mengatakan Indonesia tidak bisa melepaskan diri dari IMF karena masih menjadi anggota lembaga moneter tersebut. Dan Indonesia sepanjang mempunyai masalah akan membutuhkan IMF. IMF adalah penyangga terhadap masalah negara anggotanya.

Page 14: Dampak Imf

Indonesia, kata Pande, tidak bisa sepenuhnya mandiri dalam ekonomi. Banyak indikator yang harus membuat Indonesia tergantung kepada negara lain. Dari jumlah pengangguran yang sangat tinggi saja sudah menunjukkan Indonesia tidak bisa merdeka secara ekonomi. ”Tidak ada indikator yang membuat pemerintah bisa mandiri dan merdeka dalam ekonomi. Secara politik Indonesia merdeka, tapi tidak secara ekonomi,” kata Pande. Sedangkan Ekonom RJ Kaptin Adisumarta, yang lebih dikenal sebagai kolumnis di era tahun 1980-an mengemukakan, pemulihan ekonomi Indonesia tidak bisa mengandalkan lagi terhadap apa yang dilakukan oleh pemerintah. Menurut dia, rakyat Indonesia bisa menggerakan ekonomi dengan sendirinya tanpa bantuan pemerintah.“Jangan mengandalkan pemerintah, karena pemerintah kita sekarang ini amatir, sedang belajar,” kata Kaptin.Staf ahli menteri keuangan pada masa Frans Seda itu juga menambahkan, pada saat ini kondisi ekonomi Indonesia tanpa modal asing pun tetap bisa tumbuh dengan baik. “Indonesia itu tanpa modal asing tidak akan mati. Masyarakat dibebaskan untuk membeli mobil yang harganya Rp 2 miliar ternyata juga banyak yang membeli, dan banyak uangnya,” ujar Kaptin.Dia memberikan contoh, meskipun kondisi perekonomian pemerintahan mengalami goncangan, industri banyak gulung tikar, namun rakyat di pedesaan masih tidak mengalami kekurangan pangan yang berarti. Karenanya Kaptin yakin pemulihan ekonomi Indonesia lebih cepat jika dilakukan oleh orang Indonesia sendiri. ”Saya yakin pemulihan ekonomi Indonesia akan cepat, karena orang Indonesia itu ulet, setiap melihat kesempatan. Ada kekuatan yang terpendam dalam ekonomi masyarakat Indonesia, yang sekarang keluar. Terlihat kecil dari luar tetapi dalam mengakar di masyarakat,” katanya. (SH/khomarul hidayat/naomi siagian/syamsulashar)

Gubernur BI: Kembalikan IMF ke Khitah

Page 15: Dampak Imf

Jakarta (ANTARA News) - Gubernur Bank Indonesia (BI), Burhanuddin Abdullah, mengatakan bahwa dana moneter internasional (IMF) seharusnya kembali ke khitahnya (fungsi

asalnya) dengan tidak lagi mengurusi urusan domestik suatu negara.

"Kita sangat mendukung IMF kembali khitahnya. Kalau IMF mengurusi yang bukan bidangnya malah menambah masalah," katanya di Jakarta, Jumat.

Ia mengatakan, dalam pertemuan IMF-Bank Dunia yang berlangsung di Washington AS pada 20-22 Oktober 2007, para peserta mempertanyakan relevansi dan peran IMF.

"Bahkan, orang bertanya apakah langkah-langkah selama ini harus dikembalikan, sehingga diskusi mengarahkan pada mengembalikan IMF kepada khitahnya yaitu kepada upaya-upaya untuk mempertahankan `external balance`," katanya.

Dengan demikian, menurut dia, tugas-tugas IMF adalah menangani masalah-masalah neraca pembayaran dan masalah-masalah nilai tukar.

"Jadi, bukan masalah-masalah kebijakan domestik yang di banyak negara justru menimbulkan hal-hal yang tidak menyenangkan," katanya.

Ia menambahkan, dalam pertemuan tersebut negara-negara berkembang juga mendesak adanya transparansi dan demokratisasi dalam pemilihan pemimpin di IMF.

"Berbagai gubernur bank sentral dalam pidato sambutannya kemarin menyatakan selain memberikan ucapan selamat juga menginginkan pemilihan direktur eksekutif dipilih secara transparan secara profesional," katanya.

Ia mengatakan, selama ini pemilihan pemimpin untuk bank dunia dan dana moneter internasional dibagi oleh Amerika dan Eropa dimana kepemimpinan bank dunia diberikan kepada

Page 16: Dampak Imf

Amerika dan dana moneter internasional kepada Eropa.

"Ke depan diharapkan negara Asia, terutama yang besar juga mendapatkan kesempatan. Sehingga dalam konteks itu tahun depan kita ingin transparansi dan demokratisasi menjadi kenyataan," katanya.

Selain itu, menurut dia, dalam pertemuan tersebut juga dibahas mengenai masalah regionalisme, di mana hal ini semakin tidak terelakkan.

"Banyak negara berkembang yang sepakat bahwa regionalisme sesuatu yang tidak terhindarkan," katanya.

Dalam konteks regionalisme tersebut, menurut dia, ASEAN dan Asia Timur dinilai sebagai kelompok yang paling maju dengan berbagai kerjasama seperti adanya "ASEAN swap arrangement" (pengaturan bantuan likuiditas bagi negara yang kekurangan likuiditas di kawasan ASEAN plus tiga negara yakni Jepang, China dan Korea Selatan).

Hal ini, menurut dia, membuat kalangan negara-negara Amerika Latin mencontoh dari keberhasilan di kawasan ASEAN tersebut. (*)

Analis IMF tak peka pada dampak kebijakan-kebijakan mereka terhadap nasib rakyat di negara klien.GLOBALISASI terbukti memperkaya mereka yang sudah kaya dan memelaratkan yang miskin. Adalah negara-negara kaya di Barat dan Jepang yang nyata-nyata menarik keuntungan dari globalisasi ini. Sehingga, selagi negeri-negeri kaya tumbuh 2,5 persen setahun, fakir miskin di dunia bertambah 100 juta jiwa. Dunia yang kian miskin dan makin tak stabil pun tersulut kerusuhan di mana-mana. Ekonomi pasar terbukti lebih buruk dari yang diramalkan kaum Marxis-Leninis. Negeri miskin dipaksa membuka pintu buat barang dari negara kaya, sedangkan negara kaya menciptakan 1.001 cara untuk menutup pintu atau membatasi masuknya barang dari negara

Page 17: Dampak Imf

miskin. Demikian Joseph E. Stiglitz, pemenang hadiah Nobel untuk ilmu ekonomi 2001, dalam bukunya, Globalization and Its Discontents (The Penguin Press, 2002). "Globalisasi"—integrasi berbagai negara dan bangsa dunia—ini terjadi karena anjloknya biaya transpor dan komunikasi, serta ambruknya hambatan yang mengganjal arus barang, jasa, modal, pengetahuan, dan manusia. Seiring dengan globalisasi, beroperasilah lembaga-lembaga baru secara lintas-negara. Di kalangan swadaya masyarakat ada Transparency International yang bergerak di sektor antikorupsi, Human Rights Watch di bidang hak asasi manusia, dan Gerakan Jubilee yang memperjuangkan pembebasan utang bagi negara-negara termiskin di dunia. Berbagai perusahaan multinasional raksasa dengan gigihnya mendorong globalisasi. Globalisasi sendiri diatur dan dikontrol tiga organisasi yang dikendalikan oleh Amerika Serikat dan Eropa: Bank Dunia (World Bank), Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), dan Dana Moneter Internasional (IMF). Adalah IMF yang menjadi sasaran utama kritik Stiglitz. Dalam sepak-terjangnya, IMF tak mempedulikan nasib ratusan juta fakir miskin di dunia. Dengan berkedok membantu negara-negara miskin, mereka mengutamakan kepentingan AS dan kreditor asing lainnya. Mereka menjebloskan ekonomi yang sedang sakit menjadi sakit keras, dan akhirnya koma. IMF hanya bersedia membantu ekonomi yang sedang terpuruk—tapi dengan syarat sedia menjalankan kebijakan ideologi fundamentalisme pasar. Ini berarti: membikin pasar modal, membuka pintu selebar mungkin bagi lalu-lintas barang, jasa, dan modal. Peran pemerintah dalam ekonomi diperkecil, antara lain dengan swastanisasi perusahaan negara. Stiglitz menulis, dampak perbuatan IMF di negara berkembang begitu destruktifnya hingga menjadi bencana. Di Jawa orang biasa mengukur waktu terjadinya peristiwa dahsyat dengan "sebelum banjir Solo" atau "sesudah Galunggung meletus". Sekarang mereka bicara tentang "sebelum IMF" dan "sesudah IMF". Dan "sesudah IMF", malapetakalah yang terjadi. Selagi ada terpaan krisis moneter, IMF mendesak agar subsidi pangan dan minyak tanah di Indonesia dicabut—padahal inilah bahan bakar kaum miskin. Negeri sedang mengalami resesi, tapi tidak diberi injeksi dana guna menggalakkan roda ekonomi, malah

Page 18: Dampak Imf

disuruh mengetatkan ikat pinggang. Suku bunga didongkrak (di Indonesia sampai 60 persen), dengan harapan dapat menarik masuk modal dari luar. Akibatnya, seperti diduga sebelumnya: pabrik dan perusahaan dalam negeri ramai-ramai gulung tikar, dan timbul pemecatan massal di mana-mana. Pengangguran di Indonesia pun melonjak 10 kali lipat. Hampir 15 persen pekerja (1997) kehilangan sumber nafkahnya setahun kemudian, atau gaji dan penghasilannya melorot. Produk bruto domestik (PDB) merosot 13,1 persen pada 1998. Yang kehilangan pekerjaannya menjadi miskin, yang miskin beralih melarat. Kebijakan IMF ternyata gagal membantu ekonomi yang melemah. Modal juga tak masuk ke Indonesia. Yang dikejar tak tertangkap, yang korban jatuh terjerembap. IMF didirikan dengan kesadaran bahwa pasar tidak selalu dapat dipercaya. Pasar sering melemah, permintaan barang merosot, ekonomi tersuruk dalam resesi dan menyengsarakan mereka yang kesempitan. Untuk mengatasinya, John Maynard Keynes, ayah kandung IMF, menginginkan agar pemerintah turun tangan dengan serangkaian kebijakan untuk merangsang ekonomi agar bergiat kembali. Pemerintah harus memperbesar pembelanjaannya, tak usah takut pada defisit. Pajak boleh juga diturunkan, dan suku bunga ditekan. Inilah yang semula menjadi tugas IMF. Tapi kini IMF justru bertindak sebaliknya: bantuan hanya diberikan bila negara yang sedang mengalami resesi menghentikan kebijakan yang mengakibatkan defisit, menaikkan pajak atau suku bunga. Akibatnya, ekonomi yang lagi terpuruk tidak bangkit, malah terpuruk, dan tak jarang semaput. IMF, menurut Stiglitz, mulai mengingkari amanat yang dititipkan padanya tahun 1980-an. Saat itulah IMF beralih kiblat dari teori Keynes ke ideologi para misionaris fundamentalisme pasar seperti Ronald Reagan dan Margaret Thatcher. Pada pertemuan G-22 di Kuala Lumpur Desember 1997, Stiglitz memperingatkan Direktur Jenderal IMF Michel Camdessus: pencabutan subsidi pangan dan BBM menimbulkan kerusuhan di negara-negara miskin. Camdessus dengan tenang menjawab, orang yang ingin sembuh harus bersedia menahan sakit. Ia menyebut Meksiko sebagai teladan. Lima bulan kemudian kerusuhan meledak di Jakarta—yang memaksa IMF mundur. Tapi nasi sudah menjadi bubur. Perusahaan yang pailit

Page 19: Dampak Imf

karena suku bunga membubung tinggi tidak akan pulih begitu suku bunga diturunkan (kembali). Masyarakat yang tercabik kerusuhan akibat penghentian subsidi pangan ketika perekonomiannya terpuruk tidak akan langsung pulih saat keran subsidi dibuka lagi. Kerusuhan tidak memulihkan kepercayaan masyarakat bisnis. Ia tidak mengundang modal; sebaliknya mengusir modal. Tuduhan paling tajam pun menimpa IMF: ia mengorbankan nasib rakyat banyak di negara-negara berkembang demi melindungi kreditor asing. Dalam bukunya, Stiglitz bercerita tentang tawaran Jepang sebesar US$ 100 miliar pada 1997 untuk membentuk Dana Moneter Asia (AMF) guna memulihkan kelesuan ekonomi negara-negara berkembang—hal yang seharusnya dijalankan IMF. Tapi Departemen Keuangan AS, satu-satunya anggota IMF yang punya hak veto, melancarkan seribu satu upaya untuk menggagalkannya. IMF turut menolak karena perannya tak ingin disaingi. Munculnya Jepang, dan mungkin juga Cina sebagai penyumbang penting AMF, juga akan membuat posisi dan suara mereka sama pentingnya. Ini dikhawatirkan bisa menyaingi hegemoni AS. Kemurahan hati lagi Jepang terulang lagi saat negara ini menawarkan jumlah yang kecil, US$ 30 miliar. Kali ini diterima, tapi sayangnya tidak untuk merangsang ekonomi yang terpuruk, melainkan hanya buat merestrukturisasi perusahaan dan keuangan. Yang tertolong bukan perusahaan atau lembaga keuangan negeri-negeri terpuruk, tapi bank dan kreditor Amerika dan asing lainnya. Uang bantuan IMF sendiri dipakai untuk stabilisasi nilai tukar mata uang negara yang dilanda krisis. Tetapi stabilisasi nilai tukar mata uang dalam negeri terhadap dolar AS ini meningkatkan kemampuan perusahaan untuk membayar utang luar negeri. Lagi-lagi, IMF membela kepentingan kreditor asing. Stiglitz cemas, kalau IMF terus menyelamatkan kreditor asing, mereka akan kian jorok menilai kemampuan debitor membayar utang. Kritik ini ditangkis IMF: kalau tidak diselamatkan, negara tak akan mampu membayar utang—yang mengakibatkan tak ada yang sudi mengutangi lagi. Omong kosong, kata Stiglitz. Rusia, yang mengemplang utangnya besar-besaran pada 1998, masih bisa mengutang lagi pada 2001. Korea, yang mengancam para kreditor dengan "Jadwalkan kembali utang,

Page 20: Dampak Imf

kalau mau dibayar", juga sukses menarik kredit baru. Rata-rata analis mengesampingkan Indonesia ketika menilai peluangnya untuk bangkit dari krisis karena negeri ini dianggap didominasi gemuruh politik dan kekalutan sosial. Namun, Stiglitz justru menganggap sebagian penyebabnya adalah kebijakan IMF. Jadi, kebijakan pengetatan ikat pinggang IMF di Indonesia kebablasan. Ia mematikan dunia usaha. Kebijakan meningkatkan suku bunga dengan harapan dapat menarik modal masuk ke Indonesia gagal total. Modal enggan masuk ke negara rusuh. Penutupan sejumlah bank yang bobrok menimbulkan kecemasan para nasabah yang kemudian beramai-ramai memompa uangnya dari bank dan melarikannya ke luar negeri. Akhirnya, baik para kreditor asing maupun pengusaha dalam negeri sama-sama tak tertolong. Analis IMF yang datang ke negara miskin dan menginap 10 hari di hotel berbintang lima, lalu mengeluarkan saran yang berdampak pada kehidupan berjuta-juta orang, juga dikecam. Stiglitz membandingkannya dengan perang berteknologi tinggi. Menjatuhkan ribuan bom dari pesawat 50 ribu kaki di atas bumi—seperti yang diperbuat AS atas Irak—membuat sang pilot tak insaf akan neraka yang diciptakannya, akan keluarga yang dihancurkan hidupnya, akan kejahatan terhadap kemanusiaan yang dilakukannya. Nono Anwar Makarim

Tugas pokok IMF difokuskan pada menjaga kestabilan ekonomi dan keuangan eksternal serta berperan sebagai forum utama untuk kerjasama dan koordinasi dalam sistem moneter internasional. Namun demikian, cepatnya perkembangan ekonomi dan keuangan dunia, menuntut IMF untuk memperkuat kemampuannya dalam melaksanakan tugas pokoknya dalam mengatur sistem moneter internasional.

"IMF diminta agar terus meningkatkan efektivitas penyeliaan kestabilan makroekonomi dan keuangan negara-negara anggotanya. Selain itu, agar tim misi IMF memiliki kemampuan analisis dan komunikasi yang tinggi dengan pemahaman yang

Page 21: Dampak Imf

mendalam atas kondisi spesifik dari masing-masing anggotanya," kata Burhanuddin.

Menurut Burhanuddin, peningkatan kemampuan analisis IMF itu dinilai penting agar nasihat kebijakan yang disampaikan kepada pemerintah lebih sesuai dan tepat dengan kondisi negara anggotanya.

Gubernur BI dalam pertemuan tersebut mewakili sejumlah 12 negara Asia Tenggara, yaitu Malaysia, Thailand, Singapura, Brunei Darussalam, Vietnam, Kamboja, Laos, Myanmar, Nepal, Fiji, Tonga dan Indonesia.

Pamor IMF Turun

Dalam pertemuan itu, Burhanuddin juga menyoroti turunnya pamor IMF di kawasan Asia khususnya dalam upaya pencegahan krisis dan penyediaan fasilitas pembiayaan yang diperlukan.

Kondisi tersebut menurut Burhanuddin, nampak dengan semakin eratnya hubungan kerjasama dan penyediaan fasilitas pembiayaan untuk pencegahan krisis di kawasan ASEAN dan ASEAN+3 (Jepang, Cina, dan Korea) seperti dalam bentuk kerjasama regional dalam surveillance dan sistem deteksi dini krisis maupun dalam penyediaan ASEAN Swap Arrangement dan Bilateral Swap Arrangements.

Untuk itu, sebagai perwakilan negara-negara yang tergabung dalam South East Asia Group (SEA) Group dalam konstituen IMF, Burhanuddin minta IMF untuk meningkatkan representasi kawasan Asia khususnya melalui peninjauan kembali quota di dalam IMF.

Burhanuddin menegaskan, peningkatan jumlah SDM dari SEA dalam manajemen baik di tingkat pimpinan maupun staf di dalam IMF juga ditekankan agar kawasan Asia semakin terwakili dan merasa memiliki IMF dalam menentukan arah

Page 22: Dampak Imf

kebijakan yang berpengaruh strategis dalam sistem moneter internasional.(qom/)