dampak efisiensi lokasi industri - repository.ipb.ac.id · dampak lokasi suatu industri terhadap...

120
DAMPAK EFISIENSI LOKASI INDUSTRI TERHADAP NILAI TAMBAH SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR DI KABUPATEN BOGOR OLEH ERIK PRIYADI SIMATUPANG H14102031 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

Upload: truongnhu

Post on 09-Mar-2019

231 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: DAMPAK EFISIENSI LOKASI INDUSTRI - repository.ipb.ac.id · dampak lokasi suatu industri terhadap perolehan nilai tambahnya yang dihitung dari analisis regresi dan tingkat efisiensi

DAMPAK EFISIENSI LOKASI INDUSTRI TERHADAP NILAI TAMBAH SEKTOR

INDUSTRI MANUFAKTUR DI KABUPATEN BOGOR

OLEH

ERIK PRIYADI SIMATUPANG H14102031

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

Page 2: DAMPAK EFISIENSI LOKASI INDUSTRI - repository.ipb.ac.id · dampak lokasi suatu industri terhadap perolehan nilai tambahnya yang dihitung dari analisis regresi dan tingkat efisiensi

RINGKASAN

ERIK PRIYADI. Dampak Efisiensi Lokasi Industri terhadap Nilai Tambah Sektor Industri Manufaktur di Kabupaten Bogor (dibimbing oleh DIDIN S. DAMANHURI). Pembangunan ekonomi di suatu negara dalam periode jangka panjang akan membawa perubahan mendasar dalam struktur ekonomi negara tersebut, yaitu dari ekonomi tradisional yang dititikberatkan pada sektor pertanian ke ekonomi modern yang didominasi oleh sektor industri dengan increasing return to scale yang dinamis (relasi positif antara pertumbuhan output dan pertumbuhan produktivitas) sebagai mesin utama pertumbuhan ekonomi. Penelitian empiris tentang transformasi struktur ekonomi menunjukkan bahwa sejalan dengan peningkatan pendapatan per kapita, perekonomian suatu negara akan bergeser dari yang semula mengandalkan sektor pertanian (atau sektor pertambangan) menuju ke sektor industri. Dilihat dari perkembangan perekonomian Kabupaten Bogor tahun 2000-2004, diketahui bahwa sektor industri manufaktur memberikan kontribusi terbesar terhadap PDRB kabupaten Bogor dan kontribusi industri manufaktur tersebut mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Bila dilihat dari distribusi persentase sektor-sektor perekonomian, dapat diketahui pada tahun 2000, distribusi sektor industri manufaktur terhadap PDRB sebesar 59,85 persen, dan tahun 2004 sebesar 60,87 persen. Keberadaan kegiatan industri di suatu wilayah membawa akibat yang lebih luas daripada yang tergambar dalam analisa biaya manfaat perusahaan tersebut. Maka, lokasi perusahaan di suatu wilayah mempunyai pengaruh yang besar terhadap lingkungan masyarakat sekitarnya, dimana semakin besar nilai tambah yang dihasilkan oleh suatu perusahaan dalam industri maka semakin banyak tenaga kerja yang dapat diserap oleh industri tersebut. Dampak ekonomi yang dibawakan oleh lokasi industri di suatu tempat terungkap antara lain dalam bentuk peningkatan produksi, pendapatan dan pengurangan pengangguran di wilayah tersebut. Pengaruh langsung dapat dilihat dari peningkatan nilai tambah dari sektor industri yang akan mengakibatkan peningkatan nilai PDRB suatu daerah. Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana dampak lokasi suatu industri terhadap perolehan nilai tambahnya yang dihitung dari analisis regresi dan tingkat efisiensi lokasinya dihitung dari analisis LQ (Location Quetient), SI (Specialization Indeks) dan LI (Localization Indeks) yang berbasis tenaga kerja yang merupakan salah satu pendekatan untuk menganalisis konsentrasi spasial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa industri manufaktur di Kabupaten Bogor berdasarkan jumlah perusahaan dan tenaga kerja terkonsentrasi di Kecamatan Cileungsi, Citeureup, Gunung Putri dan Cibinong. Empat kecamatan

Page 3: DAMPAK EFISIENSI LOKASI INDUSTRI - repository.ipb.ac.id · dampak lokasi suatu industri terhadap perolehan nilai tambahnya yang dihitung dari analisis regresi dan tingkat efisiensi

tersebut merupakan wilayah peruntukan industri serta terdapat empat kawasan industri, yaitu: kawasan industri Menara Permai, Bogorindo Cemerlang, Cibinong Center Industrial Essace, dan Cileungsi Perdana. Kecamatan tempat terkonsentrasinya industri manufaktur memiliki jumlah LQ yang lebih banyak dari pada wilayah lain yang artinya industri-industri pada empat kecamatan tersebut menikmati pangsa tenaga kerja yang lebih tinggi dibandingkan dengan kecamatan lain di Kabupaten Bogor. Tahun 1999 dan 2004, Kecamatan Cileungsi memiliki nilai LI tertinggi sehingga dapat diketahui bahwa industri di Kecamatan Cileungsi cenderung memusat, sedangkan nilai SI tertinggi dimiliki oleh Kecamatan Nanggung, Cisarua dan Jasinga yang berarti bahwa ketiga kecamatan tersebut sangat berspesialisasi terhadap industri manufaktur. Hasil penelitian dengan menggunakan analisis regresi untuk mengetahui bagaimana besar dampak lokasi industri terhadap perolehan nilai tambah suatu industri menunjukkan bahwa lokasi yang efisien sangat berpengaruh positif dan signifikan terhadap perolehan nilai tambah suatu industri. Sehingga disarankan bagi pelaku-pelaku industri agar benar-benar mempertimbangkan penentuan lokasi industrinya karena sangat mempengaruhi perolehan nilai tambahnya.

Page 4: DAMPAK EFISIENSI LOKASI INDUSTRI - repository.ipb.ac.id · dampak lokasi suatu industri terhadap perolehan nilai tambahnya yang dihitung dari analisis regresi dan tingkat efisiensi

DAMPAK EFISIENSI LOKASI INDUSTRI TERHADAP NILAI TAMBAH SEKTOR

INDUSTRI MANUFAKTUR DI KABUPATEN BOGOR

Oleh ERIK PRIYADI SIMATUPANG

H14102031

Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

Page 5: DAMPAK EFISIENSI LOKASI INDUSTRI - repository.ipb.ac.id · dampak lokasi suatu industri terhadap perolehan nilai tambahnya yang dihitung dari analisis regresi dan tingkat efisiensi

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh,

Nama Mahasiswa : Erik Priyadi Sianturi

No. Registrasi Pokok : H14102031

Program Studi : Ilmu Ekonomi

Judul Skripsi : Dampak Efisiensi Lokasi Industri terhadap Nilai

Tambah Sektor Industri Manufaktur di Kabupaten

Bogor

dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian

Bogor

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Prof. Dr. H. Didin S. Damanhuri, S.E., M.S., D.E.A. NIP : 131 404 217

Mengetahui, Ketua Departemen Ilmu Ekonomi

Dr. Ir. Rina Oktaviani, M.S. NIP : 131 846 872

Tanggal Kelulusan :

Page 6: DAMPAK EFISIENSI LOKASI INDUSTRI - repository.ipb.ac.id · dampak lokasi suatu industri terhadap perolehan nilai tambahnya yang dihitung dari analisis regresi dan tingkat efisiensi

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH

BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH

DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA

PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, Juli 2006

Erik Priyadi Simatupang H14102031

Page 7: DAMPAK EFISIENSI LOKASI INDUSTRI - repository.ipb.ac.id · dampak lokasi suatu industri terhadap perolehan nilai tambahnya yang dihitung dari analisis regresi dan tingkat efisiensi

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Erik Priyadi Simatupang lahir pada tanggal 21 Desember

1983 di Mentok, sebuah kota yang berada di Provinsi Bangka Belitung di ujung

Pulau Sumatera. Penulis anak kedua dari empat bersaudara, dari pasangan

Bardiaman Simatupang dan Romida Batubara. Jenjang pendidikan penulis dilalui

tanpa hambatan, penulis menamatkan sekolah dasar pada SD Santa Maria Mentok

Bangka pada tahun 1996, dan pada tahun yang sama melanjutkan ke SLTP Santa

Maria Mentok Bangka dan lulus pada tahun 1999. Penulis kemudian melanjutkan

tingkat SMU di SMUN 1 Mentok Bangka dan dapat menamatkannya pada tahun

2002.

Pada tahun 2002, penulis meninggalkan kota tercinta beserta segala

kenangannya untuk melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi. Penulis dapat

diterima sebagai salah satu dari ribuan mahasiswa di Institut Pertanian Bogor

melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan dapat diterima sebagai

mahasiswa Departemen Ilmu Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen

dengan harapan besar agar dapat memperoleh ilmu dan mengembangkan pola

pikir, intelektualitas serta kedewasaan. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif

di beberapa organisasi seperti Hipotesa, UKM-PMK, GMKI, dan Ikatan

Mahasiswa Bangka (ISBA).

Page 8: DAMPAK EFISIENSI LOKASI INDUSTRI - repository.ipb.ac.id · dampak lokasi suatu industri terhadap perolehan nilai tambahnya yang dihitung dari analisis regresi dan tingkat efisiensi

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus karena

lindungan tangan-Nya dan berkat-Nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan

skripsi ini. Judul skripsi ini adalah “Dampak Efisiensi Lokasi Industri terhadap

Nilai Tambah Sektor Industri Manufaktur di Kabupaten Bogor”. Dampak

penentuan lokasi suatu industri sangat menarik untuk ditelusuri karena selain

berdampak terhadap perolehan keuntungan suatu industri, lokasi industri di suatu

daerah diharapkan juga akan meningkatkan taraf hidup dan pendapatan

masyarakat. Disamping itu, skripsi ini juga merupakan salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas

Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Penulis mengucapkan terima kasih, terutama kepada Bapak Prof. Dr. H.

Didin S. Damanhuri, S.E., M.S., D.E.A., yang telah memberikan bimbingan baik

secara teknis maupun teoritis dalam proses pembuatan skripsi ini sehingga dapat

diselesaikan dengan baik.

Penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ir. Wiwiek

Rindayanti, M.Si. sebagai dosen penguji utama dalam sidang skripsi. Semua saran

dan kritikan beliau merupakan hal yang sangat berharga dalam penyempurnaan

skripsi ini. Ucapan terima kasih juga kepada Bapak Muhammad Findi A, S.E., M.

Si. sebagai komisi pendidikan, atas perbaikan tata cara penulisan skripsi ini.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada para peserta pada seminar

hasil penelitian atas segala saran dan kritik guna perbaikan skripsi ini. Penulis

juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman satu bimbingan ( Yoshika

M. T. dan Mohammad Royan) atas kerjasama dan bantuannya, serta teman-teman

VOE (Voice of Economic) juga teman-teman “Wisma Dua Mawar” serta teman-

teman Ilmu Ekonomi angkatan 39 yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu,

atas segala dukungan dan kerjasamanya.

Page 9: DAMPAK EFISIENSI LOKASI INDUSTRI - repository.ipb.ac.id · dampak lokasi suatu industri terhadap perolehan nilai tambahnya yang dihitung dari analisis regresi dan tingkat efisiensi

Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih yang paling dalam kepada

orang tua penulis, yaitu Bapak B. Simatupang dan Ibu tercinta R. Batubara serta

saudara-saudara penulis, terutama kakak penulis Ika Lestari, yang selalu

memberikan semangat kepada penulis. Doa dan dorongan mereka sangat besar

artinya dalam proses penyelesaian skripsi ini.

Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pihak lain yang

membutuhkan.

Bogor, Agustus 2006

Erik Priyadi H14102031

Page 10: DAMPAK EFISIENSI LOKASI INDUSTRI - repository.ipb.ac.id · dampak lokasi suatu industri terhadap perolehan nilai tambahnya yang dihitung dari analisis regresi dan tingkat efisiensi

DAFTAR ISI Halaman

DAFTAR TABEL ....................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xiv

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xv

I. PENDAHULUAN ............................................................................. 1

I.1. Latar Belakang ........................................................................... 1

I.2. Permasalahan ............................................................................. 6

I.3. Tujuan Penelitian ......................................................................... 8

I.4. Manfaat Penelitian ..................................................................... 9

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ............ 10

2.1. Tinjauan Pustaka ....................................................................... 10

2.1.1. Lokasi Industri ............................................................... 10

2.1.2. Teori Industri Manufaktur .............................................. 13

2.1.2.1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nilai Tambah Sektor Industri .................................. 15

2.1.3. Aglomerasi Industri dan Kluster Industri ....................... 18

2.1.3.1. Aglomerasi Industri ......................................... 18

2.1.3.2. Kluster Industri ............................................... 21

2.1.4. Agroindustri Sebagai Industri Pengolahan Berbasis Pertanian ........................................................................ 24

2.1.5. Dampak Lokasi Industri ................................................. 30

2.1.6. Pertumbuhan Ekonomi Regional ................................... 31

2.1.4.1. Pertumbuhan Pendapatan per Kapita .............. 33

2.1.4.1. Otonomi Daerah .............................................. 34

2.2. Hasil Penelitian Terdahulu ........................................................ 35

2.3. Kerangka Pemikiran .................................................................. 36

2.4. Hipotesis Penelitian ................................................................... 42

III. METODE PENELITIAN ................................................................... 43

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................... 43

Page 11: DAMPAK EFISIENSI LOKASI INDUSTRI - repository.ipb.ac.id · dampak lokasi suatu industri terhadap perolehan nilai tambahnya yang dihitung dari analisis regresi dan tingkat efisiensi

3.2. Jenis dan Sumber data ............................................................... 43

3.3. Metode Pengumpulan Data ....................................................... 44

3.4. Metode Analisis ........................................................................ 44

3.4.1. Analisis Efisiensi Lokasi ................................................ 45

3.4.1.1. Location Quetient ............................................ 45

3.4.1.2. Specialization Indeks ...................................... 46

3.4.1.2. Localization Indeks ......................................... 47

3.4.2. Analisis Dampak Efisiensi Lokasi ................................... 48

3.4.2.1. Analisis Regresi .............................................. 48

3.4.2.2. Pengujian Statistika ......................................... 49

3.4.2.3. Pengujian Ekonometrika ................................. 51

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN .......................... 53

4.1. Keadaan Umum Wilayah Penelitian .......................................... 53

4.1.1. Geografi dan Pemerintahan ............................................ 53

4.1.2. Penduduk dan Ketenagakerjaan ..................................... 54

4.1.3. Sosial .............................................................................. 56

4.1.4. Industri ........................................................................... 58

4.2. Perekonomian Kabupaten Bogor ............................................... 59

4.2.1. Laju Pertumbuhan Ekonomi .......................................... 59

4.2.2. Struktur Ekonomi ........................................................... 60

V. HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................ 62

5.1. Analisis Efisiensi Lokasi............................................................. 62

5.1.1. Analisis Location Quetient ............................................. 65

5.1.2. Analisis Localization Indeks .......................................... 69

5.1.3. Analisis Specialization Indeks ....................................... 72

5.2. Analisis Dampak Efisiensi Lokasi ............................................... 74

5.2.1. Analisis Hasil Estimasi Regresi ..................................... 75

5.2.1.1. Pengujian Statistik ........................................... 75

5.2.1.2. Pengujian Ekonometrika ................................. 77

5.2.1.3. Interpretasi Peubah dalam Model .................... 80

Page 12: DAMPAK EFISIENSI LOKASI INDUSTRI - repository.ipb.ac.id · dampak lokasi suatu industri terhadap perolehan nilai tambahnya yang dihitung dari analisis regresi dan tingkat efisiensi

VI. KESIMPULAN DAN SARAN............................................................ 85

6.1. Kesimpulan .................................................................................. 85

6.2. Saran ............................................................................................ 85

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 87

LAMPIRAN.................................................................................................. 89

Page 13: DAMPAK EFISIENSI LOKASI INDUSTRI - repository.ipb.ac.id · dampak lokasi suatu industri terhadap perolehan nilai tambahnya yang dihitung dari analisis regresi dan tingkat efisiensi

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

2.1. Struktur vertikal dan Koordinasi Agribisnis ................................... 26

2.2. Sistem Pengolahan Produk Pertanian .............................................. 28

2.3. Bagan Alur Pendekatan Studi ......................................................... 41

Page 14: DAMPAK EFISIENSI LOKASI INDUSTRI - repository.ipb.ac.id · dampak lokasi suatu industri terhadap perolehan nilai tambahnya yang dihitung dari analisis regresi dan tingkat efisiensi

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1.1. Distribusi Persentase PDRB Kabupaten Bogor Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2000-2004 ........................................................... 4 1.2. PDRB Kabupaten Bogor Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2000-2004 .................................................................................. 5

2.1. Data Potensi Industri Manufaktur di Kabupaten Bogor Tahun 2003 ........................................................................................... 14

2.2. Banyaknya Perusahaan Industri Besar dan Sedang Menurut Kelompok Industri per Kecamatan di Kabupaten Bogor ...................... 15

4.1. Penduduk Berumur 10 Tahun Keatas yang Bekerja pada Lapangan Usaha tahun 2000-2004 ........................................................ 55

4.2. Data Potensi Industri Manufaktur di Kabupaten Bogor ........................ 59

4.3. Laju Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Bogor 1990-2004 .............. 60

4.4. Distribusi Persentase PDRB Kabupaten Bogor 1990-2004 .................. 61

5.1. Banyaknya Tenaga Kerja Kecamatan yang Bekerja di Sektor Industri Manufaktur .............................................................................. 63

5.2. Banyaknya Tenaga Kerja yang Diserap Subsektor Industri Manufaktur ............................................................................................ 64

5.3. Nilai Location Quetient Industri Manufaktur Tahun 1990-2004 .......... 66

5.4. Jumlah LQ Industri Manufaktur per Kecamatan di Kabupaten Bogor tahun 1999 dan 2004 .................................................................. 68

5.5. Nilai LI Industri Manufaktur Kabupaten Bogor Tahun 1999 dan 2004 ................................................................................................ 70

5.6. Nilai SI Industri Manufaktur Kabupaten Bogor Tahun 1999 dan 2004 ................................................................................................ 73

5.7. Hasil Estimasi Regresi Nilai Tambah Industri Manufaktur di Kabupaten Bogor .............................................................................. 77

5.8. Uji Multikolinieritas Model .................................................................. 79

Page 15: DAMPAK EFISIENSI LOKASI INDUSTRI - repository.ipb.ac.id · dampak lokasi suatu industri terhadap perolehan nilai tambahnya yang dihitung dari analisis regresi dan tingkat efisiensi

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Klasifikasi Industri Manufaktur menurut BPS ................................ 90

2. Banyaknya Tenaga Kerja Industri Besar dan Sedang per Kecamatan Menurut Kelompok Industri di Kabupaten Bogor Tahun 2004 ..................................................................................... 91

3. Banyaknya Tenaga Kerja Industri Besar dan Sedang per Kecamatan Menurut Kelompok Industri di Kabupaten Bogor Tahun 1999 ..................................................................................... 92

4. Persentase Tenaga Kerja Kecamatan yang bekerja di Sektor Industri Manufaktur di Kabupaten Bogor Tahun 2004 ................... 93

5. Persentase Tenaga Kerja Kecamatan yang bekerja di Sektor Industri Manufaktur di Kabupaten Bogor Tahun 1999 .................. 94

6. Persentase Tenaga Kerja Subsektor Industri Manufaktur pada tiap Kecamatan di Kabupaten Bogor Tahun 2004 .......................... 95

7. Persentase Tenaga Kerja Subsektor Industri Manufaktur pada tiap Kecamatan di Kabupaten Bogor Tahun 1999 .......................... 96

8. Nilai Location Quetient (LQ) Industri Manufaktur di Kabupaten Bogor Tahun 2004 ......................................................................... 97

9. Nilai Location Quetient (LQ) Industri Manufaktur di Kabupaten Bogor Tahun 1999 ......................................................................... 98

10. Analisis Specialization Indeks Industri Manufaktur di Kabupaten Bogor Tahun 2004 .......................................................................... 99

11. Analisis Specialization Indeks Industri Manufaktur di Kabupaten Bogor Tahun 1999 .......................................................................... 100

12. Analisis Localization Indeks Industri Manufaktur di Kabupaten Bogor Tahun 2004 .......................................................................... 101

13. Analisis Localization Indeks Industri Manufaktur di Kabupaten Bogor Tahun 1999 .......................................................................... 102

14. Data-data Industri Manufaktur Kabupaten Bogor ........................... 103

15. Hasil Analisis Data (Regresi) dengan Menggunakan E-views 4.1 ...................................................................................... 104

Page 16: DAMPAK EFISIENSI LOKASI INDUSTRI - repository.ipb.ac.id · dampak lokasi suatu industri terhadap perolehan nilai tambahnya yang dihitung dari analisis regresi dan tingkat efisiensi

I. PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Pembangunan ekonomi di suatu negara dalam periode jangka panjang

akan membawa perubahan mendasar dalam struktur ekonomi negara tersebut,

yaitu dari ekonomi tradisional yang dititikberatkan pada sektor pertanian ke

ekonomi modern yang didominasi oleh sektor industri dengan increasing return to

scale yang dinamis (relasi positif antara pertumbuhan output dan pertumbuhan

produktivitas) sebagai mesin utama pertumbuhan ekonomi.

Penelitian empiris tentang transformasi struktur ekonomi menunjukkan

bahwa sejalan dengan peningkatan pendapatan per kapita, perekonomian suatu

negara akan bergeser dari yang semula mengandalkan sektor pertanian (atau

sektor pertambangan) menuju ke sektor industri. Transformasi struktural dapat

dilihat pada perubahan pangsa nilai output agregat atau nilai tambah dari setiap

sektor di dalam pembentukan produk domestik bruto (PDB) atau produk nasional

bruto (PNB) atau pendapatan nasional.

Berdasarkan hasil analisis rumusan potensi ekonomi strategis daerah,

terdapat empat sektor yang prospektif dapat dikembangkan diantaranya; sektor

industri manufaktur (pengolahan), pertanian, perdagangan dan sektor pariwisata.

Menggali potensi-potensi yang dimiliki daerah sangat diperlukan di dalam

menunjang pembangunan nasional, khususnya dalam memacu pertumbuhan

ekonomi, karena keberhasilan pembangunan nasional sangat ditentukan oleh

Page 17: DAMPAK EFISIENSI LOKASI INDUSTRI - repository.ipb.ac.id · dampak lokasi suatu industri terhadap perolehan nilai tambahnya yang dihitung dari analisis regresi dan tingkat efisiensi

kemampuan daerah untuk menggali potensi-potensi sumber daya yang

dimilikinya, serta untuk meningkatkan perekonomian daerah itu sendiri pada

khususnya dan pembangunan nasional pada umumnya (BPS,1999).

Sektor industri manufaktur sendiri telah mengalami perkembangan secara

bertahap yang berhasil membawa perubahan dalam struktur perekonomian

nasional. Disamping memberikan sumbangan yang besar terhadap Produk

Domestik Bruto (PDB) yang berarti peningkatan pendapatan masyarakat, sektor

ini juga berperan dalam peningkatan penyerapan tenaga kerja. Tahun 1994

kontribusi sektor industri pengolahan terhadap PDB sebesar Rp. 82.649 milyar

dengan penyerapan terhadap tenaga kerja sebanyak 3.813.670 jiwa. Nilai PDB

secara berkesinambungan meningkat hingga tahun 1997 menjadi Rp. 108631,4

milyar dengan jumlah tenaga kerja yang diserap untuk industri besar, sedang,

kecil dan rumah tangga sebesar 10.522.815 tenaga kerja (BPS, 1999). Tetapi pada

saat terjadi krisis ekonomi awal tahun 1998, kontribusi sektor industri pengolahan

terhadap PDB turun drastis menjadi Rp. 95.320,6 milyar dengan laju pertumbuhan

pada titik terendah mencapai -13,01 persen . Namun kondisi tersebut mengalami

perbaikan, tahun 2002 kontribusi sektor industri pengolahan meningkat menjadi

Rp. 113.671,7 milyar lebih tinggi dari kondisi sebelum krisis (BPS,2002).

Keberadaan Industri pengolahan dalam masyarakat membawa akibat yang

lebih luas daripada yang tergambar dalam analisa biaya manfaat perusahaan

tersebut. Oleh karena itu, lokasi perusahaan di suatu wilayah memiliki pengaruh

yang besar terhadap lingkungan masyarakat sekitarnya. Pada hakikatnya lokasi

optimum diartikan secara sempit dalam meminimumkan biaya terutama biaya

Page 18: DAMPAK EFISIENSI LOKASI INDUSTRI - repository.ipb.ac.id · dampak lokasi suatu industri terhadap perolehan nilai tambahnya yang dihitung dari analisis regresi dan tingkat efisiensi

angkutan atau memaksimumkan keuntungan perusahaan yang bersangkutan,

namun keberadaan kegiatan industri dalam masyarakat, membawa akibat yang

lebih luas. Hal ini terungkap dalam berbagai dampak yang dibawakan oleh

perusahaan tersebut. Dewasa ini analisa dampak merupakan unsur penting dalam

perencanaan industri; karena intisari perencanaan adalah mengusahakan

tercapainya dampak positif dan menghindarkan dampak negatif, terutama pada

masyarakat sekitarnya.

Dampak ekonomi yang dibawakan oleh lokasi industri di suatu tempat

terungkap antara lain dalam bentuk peningkatan produksi, pendapatan dan

pengurangan pengangguran. Pengaruh langsung dapat dilihat dari peningkatan

nilai tambah dari sektor industri yang akan mengakibatkan peningkatan nilai

PDRB suatu daerah. Peningkatan nilai tambah juga akan mengakibatkan

peningkatan penyerapan tenaga kerja sehingga dampak langsung dapat dirasakan

oleh masyarakat di sekitar lokasi industri tersebut untuk kemudian meluas ke

daerah dan bahkan mungkin ke tingkat nasional. Oleh karena itu penting untuk

menelusuri proses meluasnya dampak tersebut.

Dilihat dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga

berlaku di Provinsi Jawa Barat tahun 2000-2004, Kabupaten Bogor menduduki

peringkat tiga dalam perolehan PDRB se-Jawa Barat sebesar

Rp.18.226.545.140.000 pada tahun 2000 dengan laju pertumbuhan ekonomi

sebesar 3,94 persen, setelah Bekasi sebesar Rp.30.581.241.970.000 dengan laju

pertumbuhan ekonomi 4,75 persen dan Indramayu sebesar Rp.23.372.341.310.000

dengan laju pertumbuhan ekonomi sebesar 9,00 persen. Sedangkan pada tahun

Page 19: DAMPAK EFISIENSI LOKASI INDUSTRI - repository.ipb.ac.id · dampak lokasi suatu industri terhadap perolehan nilai tambahnya yang dihitung dari analisis regresi dan tingkat efisiensi

2004 (angka sementara), Kabupaten Bogor menduduki peringkat kedua dalam

peroleh PDRB sebesar Rp.28.523.549.360.000 dengan laju pertumbuhan 5,52

persen setelah Bekasi yaitu sebesar Rp.44.387.426.910.000 dengan laju

pertumbuhan ekonomi 6 persen. Dengan total PDRB kabupaten dan kota di Jawa

Barat pada tahun 2004 adalah sebesar Rp.305.305.606.170.000 dan laju

pertumbuhan ekonomi Jawa Barat sebesar 5,08 persen (PDRB Kabupaten dan

Kota di Jawa Barat 2002-2004).

Peningkatan PDRB Kabupaten Bogor tidak lain karena adanya kontribusi

yang sangat besar dalam industri manufaktur (pengolahan) yang telah

memanfaatkan sektor tersebut dengan baik dan menjadikannya sebagai salah satu

sektor unggulan di Kabupaten Bogor.

Tabel 1.1. Distribusi Persentase PDRB Kabupaten Bogor Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2000 -2004 (persen)

Lapangan Usaha 2000 2001 2002 2003* 2004**

Pertanian,Peternakan, kehutanan & Perikanan 7,74 7,68 7,29 6,88 6,55

Pertambangan dan Galian 1,75 1,71 1,64 1,64 1,35

Industri Pengolahan 59,85 59,89 60,25 60,35 60,87 Listrik, Gas dan Air Bersih 3,78 3,79 3,83 3,86 3,90

Bangunan 3,22 3,23 3,26 3,33 3,38 Perdagangan, Hotel dan Restoran 15,43 15,48 15,41 15,61 15,63

Pengangkutan dan Komunikasi 2,67 2,67 2,71 2,76 2,78

Keuangan,Persewaan dan Jasa Perusahaan 1,76 1,76 1,77 1,77 1,76

Jasa-Jasa 3,80 3,80 3,83 3,81 3,79 PDRB Kab. Bogor 100 100 100 100 100

Sumber: PDRB Kabupaten/Kota di Jawa Barat 2002-2004

Dilihat dari distribusi persentase PDRB Kabupaten Bogor atas dasar harga berlaku

tahun 2000-2004, industri manufaktur menyumbangkan sebesar 59,85 persen pada

Page 20: DAMPAK EFISIENSI LOKASI INDUSTRI - repository.ipb.ac.id · dampak lokasi suatu industri terhadap perolehan nilai tambahnya yang dihitung dari analisis regresi dan tingkat efisiensi

tahun 2000 terhadap PDRB, dan pada tahun 2004 sebesar 60.87 persen terhadap

PDRB.

Pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Bogor berdasarkan kontribusi

sektoral terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) kabupaten Bogor

tahun 2000-2004, menempatkan industri manufaktur sebagai porsi tertinggi,

diikuti oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor pertanian.

Tabel 1.2. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Bogor Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2000-2004 (Trilyun Rupiah).

Lapangan Usaha 2000 2001 2002 2003* 2004**

Pertanian,Peternakan, kehutanan & Perikanan 1,4099 1,533 1,624 1,7254 1,8681

Pertambangan dan Galian 0,3196 0,3407 0,364 0,4125 0,3838

Industri Pengolahan 10,9088 11,9532 13,41610 15,1432 17,3631Listrik, Gas dan Air Bersih 0,6892 0,7558 0,8522 0,9674 1,113

Bangunan 0,5864 0,6438 0,7257 0,8361 0,9632Perdagangan, Hotel dan Restoran 2,8122 3,090 3,4309 3,9183 4,4578

Pengangkutan dan Komunikasi 0,4866 0,5335 0,6041 0,6913 0,7917

Keuangan,Persewaan dan Jasa Perusahaan 0,3209 0,3509 0,3946 0,4441 0,5026

Jasa-Jasa 0,6926 0,758 0,3994 0,9551 1,0798PDRB Kab. Bogor 18,2265 19,96004 22,2657 25,0938 28,5235Sumber: BPS Kabupaten Bogor, 2000-2004 * angka sementara, ** angka perbaikan

Bila dilihat perkecamatan, banyaknya perusahaan industri besar dan

sedang menurut kelompok industri di Kabupaten Bogor terkumpul di kecamatan

Gunung Putri dengan 112 industri, Cileungsi dengan 106 industri, Cibinong

dengan 62 industri dan Citereup dengan 60 industri, dengan jumlah 485 industri

di Kabupaten Bogor (Derektori IBS BPS). Adanya Industri di tiap kecamatan

akan berdampak pada penyerapan tenaga kerja di daerah tersebut. Dari data

Page 21: DAMPAK EFISIENSI LOKASI INDUSTRI - repository.ipb.ac.id · dampak lokasi suatu industri terhadap perolehan nilai tambahnya yang dihitung dari analisis regresi dan tingkat efisiensi

direktori IBS BPS dapat diketahui bahwa dari 485 industri yang ada di Kabupaten

Bogor telah menyerap 166.098 tenaga kerja.

I.2. Perumusan masalah

Menurut Faisal Basri (2006), pemerintah harus dapat membuat

pertumbuhan ekonomi lebih baik dari tahun 2005 yang hanya mencapai 5,4

persen, untuk mengurangi penduduk miskin yang masih sangat rentan terhadap

gejolak harga. Upaya yang harus ditempuh adalah menggenjot pertumbuhan 3

sektor; yakni pertanian, manufaktur dan pertambangan. Untuk itu, agar

pertumbuhan tahun 2006 di atas 5,4 persen, maka harus ada terobosan

menumbuhkan sektor manufaktur menjadi 6,4 persen, pertambangan menjadi 2

persen dan pertanian menjadi 3,5 persen (kompas, 8 Februari 2006).

Efisiensi lokasi suatu industri sendiri dapat didekati dari bagaimana

pelaku-pelaku industri menempatkan lokasi industrinya pada lokasi yang tepat dan

efisien misalnya suatu industri yang input oriented atau industri yang berorientasi

pada input (industri yang cenderung mendekati input (bahan baku) untuk

meminimumkan biaya pengangkutan (transport cost)) dan industri yang market

oriented atau industri yang berorientasi pasar (industri yang cenderung mendekati

pasar untuk memudahkan penjangkauan konsumen dan mempertinggi pangsa

pasarnya). Atau bagaimana suatu industri bisa menempatkan posisinya atau

lokasinya pada wilayah yang memang dikembangkan sebagai daerah

pembangunan industri karena daerah tersebut mempunyai akses dan strategis

terhadap sektor-sektor pertumbuhan di wilayah tersebut.

Page 22: DAMPAK EFISIENSI LOKASI INDUSTRI - repository.ipb.ac.id · dampak lokasi suatu industri terhadap perolehan nilai tambahnya yang dihitung dari analisis regresi dan tingkat efisiensi

Dilihat dari perkembangan perekonomian tahun 2000-2004, diketahui

bahwa kontribusi sektor industri manufaktur memberikan kontribusi terbesar

terhadap PDRB kabupaten Bogor dan kontribusi industri manufaktur tersebut

mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Bila dilihat dari distribusi persentase

sektor-sektor perekonomian, dapat diketahui pada tahun 2000, distribusi sektor

industri manufaktur terhadap PDRB sebesar 59,85 persen, dan tahun 2004 sebesar

60,87 persen. Dengan demikian perlu dilakukan analisis mengenai dampak lokasi

industri manufaktur terhadap perekonomian dan pembangunan Kabupaten Bogor.

Efisiensi lokasi suatu industri dalam suatu wilayah diharapkan dapat

meningkatkan nilai output atau nilai tambah per subsektor atau kelompok industri,

atau dalam nilai relatif, yakni pangsa output per subsektor dalam pembentukan

total nilai output/ nilai tambah dari sektor industri manufaktur sehingga dapat

meningkatkan nilai PDRB dari suatu wilayah. Di Kabupaten Bogor sendiri, sejak

tahun 1990 sampai tahun 2004, industri manufaktur merupakan penyumbang

terbesar terhadap PDRB dibandingkan dengan sektor lainnya, diikuti sektor

perdagangan, pertanian dan jasa.

Keberadaan kegiatan industri di suatu wilayah membawa dampak

penyebaran (multiplier effect) yang lebih luas daripada yang terdapat dalam

analisa biaya manfaat perusahaan tersebut. Oleh karena itu, lokasi perusahaan di

suatu wilayah membawa pengaruh yang besar terhadap lingkungan masyarakat

sekitarnya, dimana semakin besar nilai tambah yang dihasilkan oleh suatu

perusahaan dalam industri maka semakin banyak tenaga kerja yang dapat diserap

Page 23: DAMPAK EFISIENSI LOKASI INDUSTRI - repository.ipb.ac.id · dampak lokasi suatu industri terhadap perolehan nilai tambahnya yang dihitung dari analisis regresi dan tingkat efisiensi

oleh industri tersebut sehingga secara tidak langsung industri akan meningkatkan

perekonomian di wilayah dimana industri berdiri .

Berdasarkan uraian di atas dan latar belakang, beberapa hal yang penting

diidentifikasi adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana tingkat efisiensi lokasi dan tingkat spesialisasi serta tingkat

lokalisasi (aglomerasi) industri manufaktur di Kabupaten Bogor?

2. Berapa besar dampak efisiensi lokasi terhadap pencapaian nilai tambah

industri manufaktur berdasarkan data time series di Kabupaten Bogor serta

faktor-faktor lain yang ikut mempengaruhi nilai tambah sektor Industri

Manufaktur di Kabupaten Bogor?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Menganalis tingkat efisiensi lokasi, tingkat spesialisasi dan tingkat lokalisasi

(aglomerasi) industri manufaktur di kabupaten Bogor.

2. Menganalisis dampak efisiensi lokasi serta faktor-faktor lain yang

mempengaruhi nilai tambah industri manufaktur berdasarkan data time series

di Kabupaten Bogor serta menganalisis faktor-faktor lain yang ikut

mempengaruhi nilai tambah Industri Manufaktur di Kabupaten Bogor.

Page 24: DAMPAK EFISIENSI LOKASI INDUSTRI - repository.ipb.ac.id · dampak lokasi suatu industri terhadap perolehan nilai tambahnya yang dihitung dari analisis regresi dan tingkat efisiensi

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:

- Para pengusaha dan pemerintah sebagai bahan informasi dalam merumuskan

penentuan lokasi industri agar keuntungan tiap industri maksimum.

- Bagi penulis sebagai proses pembelajaran dan penerapan ilmu yang telah

penulis dapatkan di bangku kuliah.

- Sebagai bahan pertimbangan dan referensi pada penelitian selanjutnya.

Page 25: DAMPAK EFISIENSI LOKASI INDUSTRI - repository.ipb.ac.id · dampak lokasi suatu industri terhadap perolehan nilai tambahnya yang dihitung dari analisis regresi dan tingkat efisiensi

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1. Tinjauan Pustaka

2.1.1. Lokasi Industri

”Teori lokasi adalah ilmu yang menyelidiki tata ruang (spasial order)

kegiatan ekonomi, atau ilmu yang menyelidiki alokasi geografis dari

sumber-sumber yang langka, serta hubungannya dengan atau

pengaruhnya terhadap lokasi berbagai macam usaha dan kegiatan lain

baik ekonomi maupun sosial” (Tarigan, 2004).

Kebijakan dan keputusan dalam menentukan lokasi sangat penting dalam

berbagai kegiatan dalam suatu kota atau daerah menunjukkan pola dan susunan

(mekanisme) yang dapat diselidiki dan dapat dimengerti, sehingga merupakan

titik tolak yang bermanfaat untuk menjelaskan struktur intern dari suatu kota.

Menurut Hamzah (1997), dalam tesisnya menyatakan,

”fungsi utama dari teori lokasi adalah untuk menjelaskan bagaimana

berbagai aktivitas ekonomi saling berkaitan di dalam ruang geografi”.

Tapi teori pada umumnya menyatakan bahwa teori lokasi lebih

menekankan pada lokasi dari industri, dimana semakin dekat lokasi industri, maka

akan semakin kecil harga satuan angkutan untuk industri tersebut. Menurut Weber

dalam Tarigan (2004) bahwa pemilihan lokasi didasarkan atas prinsip minimisasi

biaya. Weber menyatakan,

Page 26: DAMPAK EFISIENSI LOKASI INDUSTRI - repository.ipb.ac.id · dampak lokasi suatu industri terhadap perolehan nilai tambahnya yang dihitung dari analisis regresi dan tingkat efisiensi

”lokasi dari setiap industri tergantung pada total biaya industri dan

tenaga kerja dimana penjumlahan keduanya harus minimum. Tempat

dimana total biaya transportasi dan tenaga kerja yang minimum adalah

identik dengan tingkat keuntungan yang maksimum”.

Menurut Weber, ada tiga faktor yang mempengaruhi lokasi industri yaitu

biaya transportasi, upah tenaga kerja, dan kekuatan aglomerasi atau deaglomerasi.

Biaya transportasi dan biaya upah tenaga kerja merupakan faktor umum yang

secara mendasar menentukan pola lokasi dalam suatu industri, tetapi kekuatan

aglomerasi dan deaglomerasi merupakan kekuatan lokal yang berpengaruh

menciptakan konsentrasi atau pemencaran kegiatan dalam ruang.

Sedangkan menurut Glasson (1977), analisa mengenai teori lokasi industri

meliputi tiga pendekatan yaitu :

(a)”pendekatan biaya terkecil, menjelaskan lokasi berdasarkan

minimisasi biaya-biaya faktor, (b) analisa daerah pasar, yang lebih

menitikberatkan permintaan atau faktor-faktor pasar dan (c) pendekatan

Maximisasi laba, akibat logis dari kedua pendekatan sebelumnya”.

Ketiga pendekatan yang dikemukakan oleh Glasson ini merupakan

kerangka yang bermanfaat untuk menganalisa pendekatan teoritik mengenai

lokasi industri, dimana pada saat itu terjadi dua pendekatan metode pokok dalam

memahami studi tentang teori lokasi yaitu antara ekonom dengan teori-teorinya

yang bersifat abstrak dan geographer yang menelusuri pemahaman tentang lokasi

industri melalui studi empirik .

Page 27: DAMPAK EFISIENSI LOKASI INDUSTRI - repository.ipb.ac.id · dampak lokasi suatu industri terhadap perolehan nilai tambahnya yang dihitung dari analisis regresi dan tingkat efisiensi

Djojodipuro (1992) dalam bukunya yang berjudul ’teori lokasi’

menyatakan,

” bila teori lokasi ditelaah dalam perkembangan maka dapat dibedakan

menjadi tiga, yaitu teori lokasi yang terorientasi kepada daerah lokasi,

yang berorientasikan kepada tempat lokasi dan yang berorientasikan

kepada keseimbangan spasial”.

Menurut perkembangan berikutnya, teori lokasi yang berorientasi kepada

tempat lokasi mengalami perkembangan yang pesat, sehingga dijabarkan lebih

lanjut yaitu:

1. Penentuan Lokasi Perdagangan yang Melayani Pelanggan

Penentuan tempat yang paling sederhana adalah menentukan tempat penyaluran

yang akan dipergunakan sebagai pusat pelayanan pelanggan dengan cara

mengantarkan barang yang dibelinya.

2. Lokasi Perusahaan Satu Bahan Baku dan Satu Pasar.

Perusahaan yang mengolah satu bahan baku dan menjual hasilnya di satu pasar

merupakan bentuk industri yang paling sederhana. Industri jenis ini antara lain

antara lain adalah perabot rumah tangga dari kayu atau industri kecil yang

mengolah nira pohon enau menjadi gula merah.

3. Lokasi Industri Dua Bahan Baku dan Satu Pasar.

Weber masuk ke dalam masalah industri yang mempergunakan dua bahan mentah

yang berlokasi di dua tempat yang berbeda dan menjual hasilnya di pasar yang

berlokasi di tempat lain dengan mempergunakan pengertian dominant weight.

Page 28: DAMPAK EFISIENSI LOKASI INDUSTRI - repository.ipb.ac.id · dampak lokasi suatu industri terhadap perolehan nilai tambahnya yang dihitung dari analisis regresi dan tingkat efisiensi

2.1.2. Teori Industri Manufaktur

Industri merupakan suatu kegiatan atau usaha mengolah bahan atau barang

agar memiliki nilai yang lebih baik untuk keperluan masyarakat di suatu tempat

tertentu. Pada hakekatnya pembangunan industri ditujukan untuk menciptakan

struktur ekonomi yang kokoh dan seimbang, yaitu struktur ekonomi dengan titik

berat pada industri yang maju dan didukung oleh pertanian yang tangguh.

Menurut Huda (1997),

“pembangunan industri secara nyata harus menjadi penggerak utama

peningkatan laju pertumbuhan ekonomi dan sekaligus dapat menjadi

penyedia lapangan kerja yang sudah mulai tidak tertampung pada sektor

pertanian.”

Secara definisi ada beberapa pengertian industri pengolahan antara lain:

1. “Industri pengolahan ialah setiap usaha yang merupakan unit produksi

yang membuat barang untuk kebutuhan masyarakat di suatu tempat

tertentu” (Bintaro dalam Huda,1997).

2.“Industri pengolahan merupakan suatu kegiatan ekonomi yang

melakukan kegiatan mengubah suatu barang dasar secara mekanis, kimia,

atau dengan tangan sehingga menjadi barang jadi atau setengah jadi dan

atau barang yang kurang nilainya menjadi barang yang lebih tinggi

nilainya dan sifatnya lebih dekat kepada pemakai akhir” (BPS,1999).

Di Indonesia industri dibagi menjadi empat kelompok yaitu, industri besar,

industri sedang, industri kecil dan industri rumah tangga, yaitu:

a. Industri Besar adalah perusahaan yang mempunyai pekerja 100 orang atau lebih

Page 29: DAMPAK EFISIENSI LOKASI INDUSTRI - repository.ipb.ac.id · dampak lokasi suatu industri terhadap perolehan nilai tambahnya yang dihitung dari analisis regresi dan tingkat efisiensi

b. Industri Menengah adalah perusahaan yang mempunyai pekerja 20-99 orang

c. Industri Kecil adalah perusahaan yang mempunyai pekerja 5-19 orang

d. Industri Rumah Tangga adalah usaha kerajinan rumah tangga yang mempunyai

pekerja antara 1-4 orang.

Tabel 2.1. Data Potensi Industri di Kabupaten Bogor Tahun 2003 No Seksi Jumlah Unit

Usaha Jumlah Tenaga

Kerja (jiwa) INDUSTRI MENENGAH DAN BESAR 489 33.152

1 Industri Logam 87 5.276 2 Industri Mesin 24 1.330 3 Industri Alat Angkut 31 6.576 4 Industri Elektronik 9 2.030 5 Tekstil dan Produk Tekstil 59 10.229 6 Kulit dan Produk Kulit 9 1.600 7 Aneka 2 260 8 Kimia 97 1.688 9 Agro 75 2.148

10 Hasil Hutan 96 2.012 INDUSTRI KECIL 1.574 16.165

1 Industri Logam 136 1.625 2 Industri Mesin 55 883 3 Industri Alat Angkut 19 224 4 Industri Elektronik 2 19 5 Tekstil dan Produk Tekstil 331 7.742 6 Kulit dan Produk Kulit 131 3.158 7 Aneka 17 172 8 Kimia 169 461 9 Agro 550 1.480

10 Hasil Hutan 164 401 Jumlah 2.063 49.317 Tahun 2002 1.686 36.673 Tahun 2001 1.225 31.611 Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Bogor, 2003.

Jumlah industri terbanyak di Kabupaten Bogor tahun 2003 adalah

subsektor industri tekstil, pakaian jadi, dan kulit (3.2) sebanyak 123, diikuti

subsektor industri barang-barang dari industri kimia (3.5) sebanyak 85 dan

subsektor industri logam (3.7) sebanyak 84. Potensi industri di Kabupaten Bogor

selama tiga tahun terakhir selalu mengalami peningkatan baik dari jumlah unit

usaha maupun jumlah tenaga kerja, seperti terlihat dari Tabel 2.1.

Page 30: DAMPAK EFISIENSI LOKASI INDUSTRI - repository.ipb.ac.id · dampak lokasi suatu industri terhadap perolehan nilai tambahnya yang dihitung dari analisis regresi dan tingkat efisiensi

Sedangkan banyaknya perusahaan industri besar dan sedang menurut

kelompok industri di beberapa kecamatan di Kabupaten Bogor tahun 2004 dapat

dilihat pada tabel 2.2 berikut.

Tabel 2.2. Banyaknya Perusahaan Industri Besar & Sedang menurut Kelompok Industri per Kecamatan di Kabupaten Bogor

Kelompok Industri No.

Kode

Kecamatan 3 1 3 2 3 3 3 4 3 5 3 6 3 7 3 8 3 9

Jumlah

190 Gunung Putri 9 14 10 5 31 13 1 26 3 112

180 Cileungsi 8 20 14 3 14 8 2 27 10 106

210 Cibinong 7 29 1 3 9 1 1 8 3 62

200 Citeureup 10 20 2 0 14 4 1 6 3 60

181 Klapanunggal 2 2 6 3 4 9 1 2 1 30

130 Sukaraja 2 6 2 2 3 3 0 6 0 24

Jumlah 38 91 35 16 75 38 6 75 20 394

Kab. Bogor 61 112 39 17 85 58 6 82 25 485

Sumber: Direktori IBS BPS 2004.

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 6 kecamatan di Kabupaten Bogor telah

dapat mewakili banyaknya perusahaan industri besar dan sedang menurut

kelompok industri di Kabupaten Bogor yaitu 394 perusahaan dari total 485

perusahaan Industri Besar dan Kecil di Kabupaten Bogor, terutama di Kecamatan

Gunung Putri dan Celeungsi.

2.1.2.1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nilai Tambah Sektor Industri

Perbedaan pangsa output / nilai tambah manufaktur antar subsektor

disebabkan oleh faktor-faktor yang memang berbeda menurut kelompok industri,

yang sifatnya dapat internal maupun eksternal. Faktor-faktor internal diantaranya

adalah jenis teknologi dan bahan baku yang digunakan, SDM yang tersedia,

Page 31: DAMPAK EFISIENSI LOKASI INDUSTRI - repository.ipb.ac.id · dampak lokasi suatu industri terhadap perolehan nilai tambahnya yang dihitung dari analisis regresi dan tingkat efisiensi

proses produksi, pola manajemen, dan kendala-kendala internal yang ada.

Sedangkan faktor-faktor eksternal diantaranya yang sangat penting adalah jenis

atau karakteristik pasar yang dilayani. Semua faktor ini memang berbeda sesuai

dengan perbedaan karakteristik atau jenis dari produk yang dibuat.

Nilai tambah sektor industri adalah pendapatan daerah/propinsi yang

berasal dari industri yang sejenis produknya menurut KLUI (5 digit). Nilai

tambah merupakan pendapatan dari tenaga kerja (upah/gaji, surplus usaha, pajak

tidak langsung dan penyusutan). Dengan mengurangkan nilai output dengan nilai

input akan diperoleh nilai tambah. Nilai output sendiri merupakan nilai barang

dihasilkan, listrik yang dijual, jasa yang diberikan pada pihak lain, keuntungan

dari penjualan barang-barang yang sama bentuknya seperti waktu dibeli, selisih

nilai stok barang setengah jadi dan penerimaan lain dari jasa non industri.

Sedangkan nilai input terdiri dari biaya bahan baku, bahan bakar/tenaga listrik dan

gas, barang lainnya, jasa industri, sewa gedung, mesin, alat & jasa non industri

serta satuan yang digunakan dalam ribuan rupiah.

Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tambah sektor industri

manufaktur tergantung pada subsektor industri masing-masing. Menurut

penelitian Rimanro T. Sinaga tentang ”Dampak Efisiensi Lokasi Industri Kertas

Terhadap Nilai Tambah dan Kesempatan Kerja”, faktor-faktor yang

mempengaruhi nilai tambah industri adalah tingkat efisiensi lokasi (LQ), tingkat

investasi, harga bahan baku, tingkat upah serta teknologi (jenis industri). Hasil

regresi menunjukkan semua faktor tersebut berpengaruh nyata. Elastisitas dari

masing-masing variabel tersebut cukup besar, rata-rata di atas satu. Oleh sebab

Page 32: DAMPAK EFISIENSI LOKASI INDUSTRI - repository.ipb.ac.id · dampak lokasi suatu industri terhadap perolehan nilai tambahnya yang dihitung dari analisis regresi dan tingkat efisiensi

itu, perubahan-perubahan yang terjadi pada variabel di atas sangat besar

pengaruhnya terhadap nilai tambah.

Metode Penghitungan Nilai Tambah

Nilai tambah (value added) adalah selisih antara nilai akhir suatu produk

dengan nilai bahan bakunya. Nilai tambah sektoral suatu produk mencerminkan

nilai tambah produk tersebut yang bersangkutan. Nilai tambah yang dihitung

menurut harga tahun yang berjalan disebut nilai tambah menurut harga berlaku.

Nilai tambah dapat pula dihitung menurut harga konstan pada tahun dasar

tertentu. Untuk menghitung nilai tambah menurut harga konstan dapat dilakukan

dengan empat cara yaitu (1) metode deflasi ganda; (2) metode ekstrapolasi

langsung; (3) metode deflasi langsung; (4) metode deflasi komponen pendapatan.

Metode deflasi ganda dalam menghitung nilai tambah dilakukan jika

keluaran (output) menurut harga konstran dihitung terpisah dari masukan-antara

(intermediate-input) menurut harga konstan. Dalam hal ini nilai tambah menurut

harga konstan adalah selisih antara keluaran dan masukan-antara menurut harga

konstannya itu sendiri, dapat digunakan salah satu atau kombinasi dari tiga

metode penghitungan pertumbuhan riil. Cara ekstrapolasi langsung dilakukan

dengan menggunakan perkiraan-perkiraan dari perhitungan keluaran menurut

harga konstan atau langsung menggunakan indeks produksi yang sesuai.

Metode deflasi langsung digunakan dengan menggunakan indeks harga

implisit dari keluaran atau secara langsung menggunakan indeks harga produksi

yang sesuai, kemudian dijadikan angka pembagi terhadap nilai tambah menurut

harga yang berlaku. Secara tersirat metode ini berasumsi bahwa inflasi yang

Page 33: DAMPAK EFISIENSI LOKASI INDUSTRI - repository.ipb.ac.id · dampak lokasi suatu industri terhadap perolehan nilai tambahnya yang dihitung dari analisis regresi dan tingkat efisiensi

terjadi pada keluaran sama dengan inflasi masukan-antara. Metode deflasi

komponen pendapatan dilakukan dengan cara mendeflasikan komponen-

komponen nilai tambah atas pendapatan-pendapatan yang membentuk unsur nilai

tambah tersebut yakni pendapatan tenaga kerja; modal dan manajemen.

2.1.3. Aglomerasi Industri dan Kluster Industri

2.1.3.1. Aglomerasi Industri

Suatu kegiatan ekonomi diperlukan adanya penghematan agar biaya

produksi minimum sehingga produksi dapat maksimum. Banyak cara yang

dilakukan suatu negara untuk meminimumkan biaya produksi dari perusahaan.

Salah satu cara yang tergolong efektif akhir-akhir ini adalah sistem aglomerasi

industri. Aglomerasi adalah terkumpulnya berbagai jenis industri yang terkait dan

saling mendukung untuk penghematan ekstern (external economies)

Montgomery (1988) mendefinisikan aglomerasi sebagai konsentrasi

spasial dari aktifitas ekonomi di kawasan perkotaan karena ”penghematan akibat

lokasi yang berdekatan (economies of proximity) yang diasosiasikan dengan

kluster spasial dari perusahaan, para pekerja dan konsumen”. Markusen (1996)

juga menyatakan bahwa aglomerasi merupakan suatu lokasi yang tidak pernah

berubah akibat adanya penghematan eksternal yang terbuka bagi semua

perusahaan yang letaknya berdekatan dengan perusahaan lain dan penyedia jasa-

jasa; dan bukan akibat kalkulasi perusahaan atau para pekerja secara individual.

Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa suatu aglomerasi tidak lebih dari

sekumpulan kluster industri.

Page 34: DAMPAK EFISIENSI LOKASI INDUSTRI - repository.ipb.ac.id · dampak lokasi suatu industri terhadap perolehan nilai tambahnya yang dihitung dari analisis regresi dan tingkat efisiensi

Aglomerasi sangat penting dalam menghadapi globalisasi yang menuntut

persaingan tinggi terutama dalam industrialisasi. Hal ini menuntut beberapa

negara berkembang yang mulai memasuki era industrialisasi cenderung

mengedepankan cara aglomerasi dalam memacu kegiatan perekonomiannya.

Aglomerasi industri dapat diartikan adanya pengumpulan kegiatan-kegiatan

industri dalam suatu tempat dalam rangka penghematan. Sedangkan industri

adalah suatu kegiatan yang mengolah suatu input atau bahan baku untuk dijadikan

output atau barang jadi.

Aglomerasi yang dimaksud dalam ekonomi adalah berkumpulnya kegiatan

ekonomi pada suatu tempat yang diharapkan menyebabkan terjadinya

penghematan-penghematan. Asumsi dari aglomerasi ekonomi adalah didasarkan

pada teori constant return to scale yang berarti jika terjadi peningkatan input

dalam suatu kegiatan ekonomi sebesar satu satuan maka output ekonomi akan

meningkat sebesar satu persen.

Aglomerasi ekonomi juga berdasar pada beberapa fakta di lapangan

seperti:

1. Kegiatan ekonomi cenderung berkumpul pada suatu tempat tertentu.

Kumpulan ini dapat berbentuk pusat industri, kota kecil, atau kota besar.

2. Ada semacam pola dalam perkumpulan kegiatan ekonomi yang hirarki

(bertingkat-tingkat)

Sedangkan hal-hal yang menjadi keuntungan dari aglomerasi industri

adalah:

Page 35: DAMPAK EFISIENSI LOKASI INDUSTRI - repository.ipb.ac.id · dampak lokasi suatu industri terhadap perolehan nilai tambahnya yang dihitung dari analisis regresi dan tingkat efisiensi

1. Informasi mengalami spillover (luapan) jika kegiatan ekonomi berkumpul

pada suatu tempat. Artinya adanya kemudahan suatu perusahaan untuk

merekrut pegawai dari perusahaan didekatnya sehingga biaya untuk training

dapat diminimumkan dan kemudahan mendapatkan informasi dari

perusahaan lain, dimana terdapat industri yang sangat rentan terhadap

informasi, misalnya industri mode, industri pasar modal, industri kimia.

2. Ketersediaan input-input lokal akan perdagangan. Dapat terjadi

kemungkinan suatu perusahaan menyuplai bahan baku atau input khusus

kepada perusahaan lainnya yang memerlukan. Kemudahan dalam

mendapatkan input ini jelas sekali mengurangi biaya transportasi dan

retribusi sehingga bahan baku didapat dengan harga lebih rendah.

3. Perusahaan-perusahaan yang menguasai produk sudah ada di dalam

kumpulan. Hal ini berguna dalam hal pemasaran, karena hasil produksi

(output perusahaan) dapat dengan mudah dipasarkan sehingga mengurangi

besarnya biaya pemasaran.

Selain itu aglomerasi ekonomi juga mempunyai beberapa tipe, yaitu:

1. Internal return to scale. Beberapa perusahaan dapat meningkatkan

produksinya secara signifikan karena ukuran perusahaannya. Ukuran suatu

perusahaan dapat dipacu dengan modal yang besar pula. Tipe ini didasarkan

pada mudahnya modal untuk dikonsentrasikan di suatu tempat dalam jumlah

yang besar.

Page 36: DAMPAK EFISIENSI LOKASI INDUSTRI - repository.ipb.ac.id · dampak lokasi suatu industri terhadap perolehan nilai tambahnya yang dihitung dari analisis regresi dan tingkat efisiensi

2. Economies of localization. Dalam tipe ini, aglomerasi merupakan satu hal

yang dapat menghasilkan penghematan jika perusahaan yang bergerak

dalam bidang yang sama dapat dikumpulkan dalam satu lokasi.

3. Economies of urbanization. Suatu tipe aglomerasi yang mengumpulkan

perusahaan yang bergerak di berbagai sektor, jadi semua perusahaan dapat

masuk ke dalam wilayah yang telah ditentukan sebagai aglomerasi.

2.1.3.2. Kluster Industri

Secara harfiah pengertian kluster adalah pengelompokan suatu kegiatan

yang sejenis dalam lingkup wilayah tertentu. Dalam pengertian yang lebih sempit,

kluster industri diterjemahkan pula dalam Bahasa Indonesia sebagai sentra (baca:

sentra industri), yang merupakan aglomerasi kegiatan industri sejenis. Sejalan

dengan perubahan lingkungan global, maka pengertian konsep menjadi

berkembang dan makin luas lingkupnya.

Pandangan Marshal dalam Suryadi (2005), tentang industri yang

terkonsentrasi di suatu tempat dan saling terkait disebut industrial cluster atau

industrial district. Menurut marshal, kluster industri pada dasarnya merupakan

kelompok aktivitas produksi yang terkonsentrasi secara spasial dan kebanyakan

terspesialisasi pada satu atau dua industri utama saja.

Senada dengan pendapat Marshal, Porter dalam Hartarto (2004)

menyatakan bahwa Kluster adalah sekelompok perusahaan dan lembaga terkait

yang berdekatan secara geografis, memiliki kemiripan yang mendorong kompetisi

serta juga bersifat complementaris.

Page 37: DAMPAK EFISIENSI LOKASI INDUSTRI - repository.ipb.ac.id · dampak lokasi suatu industri terhadap perolehan nilai tambahnya yang dihitung dari analisis regresi dan tingkat efisiensi

Berdasarkan perbedaan tipe dari eksternalitas dan perbedaan tipe dari

orientasi dan intervensi kebijakan ada tiga bentuk kluster menurut Kolehmainen

(2002).

1. The Industrial District Cluster

Industrial district cluster atau disebut dengan Marshalian Industrial

District adalah kumpulan dari perusahaan pada industri yang terspesialisasi dan

terkonsentrasi secara spasial dalam suatu wilayah. Dalam perspektif modern

Industrial district cluster berbasi pada eksternalitas sebagai berikut:

a. Penurunan biaya transaksi (misalnya biaya komunikasi dan transportasi)

b. Tenaga kerja yang terspesialisasi (misalnya, penurunan biaya rekruitment,

tenaga kerja yang terspesialisasi, dan penurunan biaya untuk pengembangan

sumberdaya manusia)

c. Ketersediaan sumber daya, input dan infrastruktur yang spesifik dan

terspesialisasi (misalnya pelayanan khusus dan tersedia sesuai dengan

kebutuhan lokal)

d. Ketersediaan ide dan informasi yang maksimal (misalnya mobilitas tenaga

kerja, knowledge spillover, hubungan informal antar perusahaan)

2. The Industrial Complex Cluster

The Industrial complex cluster berbasis pada hubungan antar perusahaan

yang teridentifikasi dan bersifat stabil yang terwujud dalam perilaku spasial dalam

suatu wilayah. Model kompleks industri pada dasarnya lebih stabil daripada

model distrik industri, karena diperlukan investasi dalam menjalin hubungan

Page 38: DAMPAK EFISIENSI LOKASI INDUSTRI - repository.ipb.ac.id · dampak lokasi suatu industri terhadap perolehan nilai tambahnya yang dihitung dari analisis regresi dan tingkat efisiensi

antara perusahaan-perusahaan dalam kluster ini, dimana hubungan yang terjadi

berdasarkan atas pertimbangan yang mantap dalam pengambilan keputusan.

Kompleks industri tidak dibangun secara alami dan berbasis pada

hubungan saling ketergantungan yang tidak simetris antara perusahaan besar dan

kecil. Keadaan ini dapat menghalangi penyerapan dan pengembangan investasi

dan menempatkan perusahaan kecil pada kedudukan yang rendah dalam

menciptakan investasi dalam penelitian, pengembangan, dan pemasaran.

Dominasi dari perusahaan besar yang menjadi motor dalam kluster tersebut dapat

berdampak negatif bagi iklim usaha dan peluang pada kluster secara keseluruhan.

3. The Social Network Cluster

The social network cluster menekankan pada aspek sosial pada aktifitas

ekonomi dan norma-norma institusi dan jaringan. Model ini berdasarkan pada

kepercayaan dan bahkan hubungan informal antar personal. Hubungan

interpersonal dapat menggantikan hubungan kontrak pasar atau hubungan hirarki

organisasi pada proses internal dalam kluster.

Menurut Hartarto (2004), ada dua tipe manfaat bagi tiap perusahaan yang

berada dalam suatu kluster. Pertama, manfaat pasif yaitu manfaat yang didapatkan

perusahaan di dalam kluster tanpa harus melakukan aktifitas tertentu. Kedua,

manfaat aktif, yaitu manfaat yang akan semakin besar bila para perusahaan di

dalam kluster melakukan usaha aktif.

Page 39: DAMPAK EFISIENSI LOKASI INDUSTRI - repository.ipb.ac.id · dampak lokasi suatu industri terhadap perolehan nilai tambahnya yang dihitung dari analisis regresi dan tingkat efisiensi

2.1.4. Agroindustri Sebagai Industri Pengolahan Berbasis Pertanian

Menurut Bungaran Saragih (2000), pada tahap-tahap awal pembangunan,

industrialisasi perlu mengandalkan industri atau kegiatan-kegiatan yang

memanfaatkan atau menciptakan nilai tambah baru bagi produk-produk pertanian

primer, serta industri atau kegiatan lain yang memproduksi bahan-bahan dan alat-

alat untuk meningkatkan produktivitas pertanian (agro-industry). Jalur ini juga

mempunyai berbagai keunggulan. Apabila berbagai syarat tertentu bisa dipenuhi,

maka pendekatan ini benar-benar merakyat dan berkeadilan, tidak anti

pertumbuhan dan bersahabat dengan lingkungan. Seperti berulangkali diucapkan

oleh Bapak Presiden Soeharto, pembangunan agroindustri adalah jembatan

menuju industrialisasi

Saragih (2000) menyatakan,

“ Agribussiness is the sum total of all operation in the involved

manufacture and distribution of farm suplies: production activities on the

farm; and the storage; processing and distribution of farm commodities

and items made from them”.

Jadi agribisnis mencakup seluruh kegiatan mulai dari penyediaan bahan

baku sampai pada produk akhir tiba di tangan konsumen.

Memperhatikan pengertian tersebut diatas dimana agribisnis

mengorganisir beberapa kegiatan ke dalam suatu sistem bersifat struktur vertikal,

karena kegiatannya dimulai dari penyediaan bahan baku, memproses dan

menjualnya ke konsumen akhir. Halcrow (1981) dalam Faisal 2005 lebih lanjut

Page 40: DAMPAK EFISIENSI LOKASI INDUSTRI - repository.ipb.ac.id · dampak lokasi suatu industri terhadap perolehan nilai tambahnya yang dihitung dari analisis regresi dan tingkat efisiensi

mempertegas tentang peranan koordinasi pada kegiatan agribisnis dimana beliau

mengatakan

“suatu pertanian modern mengorganisir tiga sektor kegiatan dan

mengindentifikasi secara mendasar tentang fungsi-fungsi dari ketiga

sektor tersebut. Ketiga sektor tersebut adalah usaha tani, agroindustri dan

masyarakat.”

Selanjutnya Drillon dalam Bachri (1997) telah menggambarkan hubungan

struktur vertikal dan koordinasi agribisnis pada gambar 2.1. Struktur vertikal

digambarkan dengan hubungan timbal balik mulai dari suplai input pertanian,

petani, prosessing, pedagang besar, pedagang pengecer dan konsumen.

Sementara itu para ahli memberi batasan tentang agroindustri dalam

definisi yang berbeda-beda. Austin dalam Darmayanti (2000), memberi definisi

“ An agroindustri is an enterprise that proseses materials of plant or

animal origin. Prosessing involves transformation and presenvation

throught physical or chemical alteration, storage, packaging and

distribution”.

Menurut Austin agroindustri adalah suatu kegiatan mengubah hasil-hasil pertanian

menjadi bahan lain dalam berbagai tingkat prosesing.

Page 41: DAMPAK EFISIENSI LOKASI INDUSTRI - repository.ipb.ac.id · dampak lokasi suatu industri terhadap perolehan nilai tambahnya yang dihitung dari analisis regresi dan tingkat efisiensi

Konsumen

Pedagang Eceran

Pedagang Besar

Prosessing

Petani

Suplai Input Pertanian

Sumber : Drillon (1970)

Gambar 2.1. Struktur Vertikal dan Koordinasi Agribisnis

Drillon (1970), menyatakan bahwa agroindustri mencakup agroprosesor

yang dapat diurutkan ke dalam suatu kegiatan agribisnis yang lebih luas, meliputi:

1. Dua jenis industri pengolahan yang berkaitan langsung dengan produksi

pertanian primer, yaitu:

a. Industri hulu atau industri pengolahan pertanian seperti pupuk, pestisida,

peralatan pertanian, dan sebagainya.

Page 42: DAMPAK EFISIENSI LOKASI INDUSTRI - repository.ipb.ac.id · dampak lokasi suatu industri terhadap perolehan nilai tambahnya yang dihitung dari analisis regresi dan tingkat efisiensi

b. Industri hilir atau pengolahan hasil pertanian, dalam hal ini mencakup

pengolahan tingkat pertama saja.

2. Industrial Agricultural, yaitu bentuk-bentuk organisasi primer yang mengarah

ke organisasi sekunder.

Agroindustri yang bergerak dalam bidang industri primer akan memiliki

pasar berupa lembaga tata niaga (perdagangan besar, pengecer, supermarket,

restoran dan lembaga tata niaga lainnya) dan lembaga tata niaga tersebut berfungsi

untuk menyampaikan produk dimaksud kepada konsumen akhir. Agroindustri

yang berfungsi untuk memproses produk pertanian (produk tanaman pangan dan

tanaman tahunan) hasil hutan dan perikanan, menjadi bahan yang sangat berguna

bagi kehidupan umat manusia.

Pengolahan tersebut menurut Makfoeld dalam Faisal (2005) dapat

dilakukan dengan berbagai cara, baik secara fisik, kimia atau biokimia. Secara

fisik maksudnya pengolahan yang dilakukan dengan mengubah bahan baku

primer menjadi bentuk lain, baik untuk diolah lebih lanjut oleh lembaga industri

lainnya ataupun untuk memenuhi keperluan konsumen akhir. Di dalamnya

tercakup cold storage yang mengolah produk pertanian primer menjadi usaha

makanan restoran, rumah makan dan lain sebagainya. Sistem pengolahan tersebut

dapat disajikan dalam gambar 2.2.

Page 43: DAMPAK EFISIENSI LOKASI INDUSTRI - repository.ipb.ac.id · dampak lokasi suatu industri terhadap perolehan nilai tambahnya yang dihitung dari analisis regresi dan tingkat efisiensi

Pengolahan

Kimiawi

Fisik Biokimia

Bahan Mentah Hasil Olah

Alat peralatan dan mesin sarana

Sumber: Makfoeld (1982) Gambar 2.2. Sistem Pengolahan Produk Pertanian

Memperhatikan bagan diatas terlihat bahwa agroindustri memerlukan

berbagai sarana pengolahan, baik peralatan mesin maupun bukan mesin. Sarana

bersebut merupakan barang modal yang berfungsi sebagai sarana untuk

melakukan berbagai proses pengolahan fisik, kimiawi atau biokimiawi.

Pengolahan secara kimia terutama dijumpai pada proses pengolahan

produk pertanian menjadi produk melalui proses kimia, seperti penyulingan untuk

menghasilkan minyak rambut ataupun produk lain, pengolahan temped an tahu

melalui peragian dan sebagainya. Proses biokimia terutama dijumpai pada proses

pengolahan bahan baku menjadi bahan sintesis, seperti misalnya pengolahan

residu penyulingan minyak bumi menjadi polyster, karet sintesis dan sebagainya.

Page 44: DAMPAK EFISIENSI LOKASI INDUSTRI - repository.ipb.ac.id · dampak lokasi suatu industri terhadap perolehan nilai tambahnya yang dihitung dari analisis regresi dan tingkat efisiensi

“Agroindustri penting artinya dalam perekonomian, sebab: (a)

Agroindustri langsung berhubungan dengan kegiatan produksi untuk

memenuhi kebutuhan primer umat manusia yaitu kebutuhan pangan dan

sandang, (b) membuka lapangan kerja di luar usaha tani, (c)

meningkatkan penghasilan petani, dan (e) merupakan penghasilan produk

non migas untuk pasar dunia, terutama di Negara yang sedang

berkembang seperti Indonesia” (Saragih (2000))

Menurut Bungaran Saragih dalam makalahnya yang berjudul

“Pengembangan Agribisnis dalam Pembangunan Ekonomi Nasional Menghadapi

Abad ke-21”,

“angka pengganda kesempatan kerja terus mengalami penurunan.

Dengan laju pertumbuhan output yang positif dan cukup tinggi,

penurunan tersebut menunjukkan peningkatan nyata dari produktivitas

tenaga kerja.”

Dapat juga dikatakan bahwa agroindustri semakin beralih ke penggunaan

teknologi lebih canggih yang hemat tenaga kerja untuk meningkatkan nilai

tambah. Dengan perkataan lain, modernisasi pertanian dan pedesaan akan dimulai

dari pengembangan agroindustri ini.

Sumber pertumbuhan utama agroindustri adalah konsumsi masyarakat

(private consumption). Artinya, perkembangan agroindustri selama ini relatif

kurang memberatkan anggaran pemerintah disamping turut memacu pembentukan

modal. Pengembangan agroindustri (agribisnis dalam arti yang lebih luas) tidak

Page 45: DAMPAK EFISIENSI LOKASI INDUSTRI - repository.ipb.ac.id · dampak lokasi suatu industri terhadap perolehan nilai tambahnya yang dihitung dari analisis regresi dan tingkat efisiensi

bertentangan dengan azas kemandirian ekonomi yang diharapkan, bahkan

mendukung. Arti penting lain dari gambaran ini adalah bahwa pasar produk

agroindustri lebih banyak mengandalkan pasar dalam negeri.

2.1.5. Dampak Lokasi Industri

Masalah lokasi optimum diartikan secara sempit dalam bentuk

meminimumkan biaya terutama biaya angkutan atau memaksimumkan

keuntungan perusahaan yang bersangkutan . Keberadaan kegiatan ekonomi dalam

masyarakat, apapun bentuknya, membawa akibat yang lebih luas daripada yang

tergambar dalam analisa biaya manfaat perusahaan tersebut. Sehingga keberadaan

suatu industri dalam masyarakat secara langsung maupun tidak langsung akan

membawa dampak bagi masyarakat dan lingkungan. Dengan demikian, masalah

optimum lokasi perusahaan tertentu, tidak hanya merupakan persoalan

perusahaan yang bersangkutan, tetapi mencakup kesejahteraan masyarakat;

terutama masyarakat sekitarnya. Hal ini terungkap dalam berbagai dampak yang

dibawakan oleh perusahaan tersebut. Dewasa ini analisa dampak merupakan unsur

penting dalam perencanaan industri; karena intisari perencanaan adalah

mengusahakan tercapainya dampak positif seperti peningkatan kesejahteraan

masyarakat sekitar industri dan menghindarkan terjadinya dampak negatif.

Djojodipuro (1992) dalam bukunya yang berjudul “teori lokasi”

menyatakan ,

“dampak lokasi industri terungkap dalam berbagai bentuk yang dapat

dikelompokkan menjadi dampak ekonomi, lingkungan dan sosial budaya.”

Page 46: DAMPAK EFISIENSI LOKASI INDUSTRI - repository.ipb.ac.id · dampak lokasi suatu industri terhadap perolehan nilai tambahnya yang dihitung dari analisis regresi dan tingkat efisiensi

Dampak Ekonomi

Dampak ekonomi yang dibawa oleh lokasi industri di suatu tempat

terungkap antara lain dalam peningkatan produksi, pendapatan dan pengurangan

pengangguran. Pengaruh langsung dampak ini pada umumnya dirasakan oleh

masyarakat di sekitar lokasi industri tersebut untuk kemudian meluas ke daerah

dan bahkan mungkin ke tingkat nasional. Oleh karena itu, adalah penting untuk

menelusuri proses meluasnya dampak tersebut.

Peralatan yang paling sederhana dalam analisa dampak adalah multiplier

yang dikenal dalam teori ekonomi makro. Peralatan ini menunjukkan daya

penciptaan pendapatan yang dibawa oleh pengeluaran awal secara

berkesinambungan. Multiplier ini dapat bersifat lokal, regional dan nasional,

tergantung dari lingkup penciptaan pendapatan yang ditelaah.

2.1.6. Pertumbuhan Ekonomi Regional

Pertumbuhan ekonomi wilayah pertambahan pendapatan masyarakat yang

terjadi di wilayah tersebut, yaitu kenaikan seluruh nilai tambah (value added)

yang terjadi di wilayah tersebut.

”Pertambahan pendapatan itu diukur dalam nilai riil, artinya dinyatakan

dalam harga konstan” (Tarigan,2004).

Tarigan mengatakan pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output

perkapita dalam jangka panjang. Jadi persentase pertambahan output itu haruslah

lebih tinggi dari persentase pertambahan jumlah penduduk dan ada kecenderungan

dalam jangka panjang bahwa pertumbuhan itu akan berlanjut.

Page 47: DAMPAK EFISIENSI LOKASI INDUSTRI - repository.ipb.ac.id · dampak lokasi suatu industri terhadap perolehan nilai tambahnya yang dihitung dari analisis regresi dan tingkat efisiensi

Perroux dalam Hamzah (1997) berpendapat bahwa

”pertumbuhan tidak terjadi di mana saja pada waktu yang sama.

Pertumbuhan akan terjadi pada tempat-tempat tertentu atau pusat

pertumbuhan dengan intensitas yang berbeda.”

Perroux menekankan pada pengertian kutub pertumbuhan dalam ruang ekonomi.

Abstraksinya mengenai ruang dibedakan atas tiga jenis, yaitu:

a. Ruang suatu rencana diagram

b. Ruang sebagai medan kekuatan

c. Ruang sebagai suatu keadaan yang homogen

Ruang sebagai medan kekuatan merupakan definisi yang sesuai dengan pengertian

kutub pertumbuhan.

“Pembangunan yang terjadi di suatu tempat merupakan suatu daya tarik

bagi pembangunan ekonomi di daerah pembangunan bermula, sehingga

akan terjadi konsentrasi pembangunan pada wilayah tersebut.

Konsentrasi tersebut disebabkan oleh faktor-faktor di daerah pusat

pertumbuhan yang akan dipengaruhi dan menghambat pembangunan di

wilayah sekitarnya, yang disebut dengan efek polarisasi atau

pemusatan”(Jhingan,2002).

Pemerintah mempunyai kebijaksanaan untuk menentukan daerah-daerah

yang akan menjadi pengembangan industri. Dalam menentukan lokasi industri

yang perlu dipertimbangkan adalah apakah industri-industri akan dibangun di

beberapa daerah pusat pertumbuhan atau akan disebarkan ke berbagai daerah.

Keadaan ini tergantung dari industri apa yang akan didirikan. Apakah jenis raw-

Page 48: DAMPAK EFISIENSI LOKASI INDUSTRI - repository.ipb.ac.id · dampak lokasi suatu industri terhadap perolehan nilai tambahnya yang dihitung dari analisis regresi dan tingkat efisiensi

material oriented industry, market oriented industry atau foot-loose industry.

Apabila industri yang akan didirikan adalah raw-material oriented industry maka

lokasi industri harus dekat dengan sumber bahan bakunya. Bila market oriented

industry yang akan didirikan maka akan tergantung corak pasar dan jaringan

komunikasi dengan pasar lainnya. Sedangkan untuk foot-loose industry penentuan

lokasi akan lebih fleksibel.

2.1.6.1. Pertumbuhan Pendapatan per Kapita

Salah satu indikator untuk melihat kinerja ekonomi suatu daerah adalah

dengan melihat perkembangan pendapatan perkapita riil. Cara memperoleh

pendapatan per kapita adalah sebagai berikut,

Y /Kapita = PDRB____ (2.1) Jumlah Penduduk Data jumlah penduduk dan data PDRB harus dalam tahun yang sama

sebab kalau tidak hasil perhitugan tidak mewakili kondisi tahun berapa (tidak

diketahui pendapatan perkapita ini tahun berapa). Selanjutnya jumlah penduduk

adalah jumlah untuk penduduk untuk satu tahun tertentu. Kalau data yang tersedia

adalah jumlah penduduk pada pertengahan tahun, data ini masih dapat digunakan

sejauh data yang lain juga menggunakan sumber yang sama. Hasilnya akan

berbeda kalau dalam satu tahun tertentu data penduduk berdasar pada jumlah

pertengahan tahun sementara untuk tahun yang lain berdasar jumlah penduduk

akhir tahun. Selain itu, PDRB dalam hal ini dapat didasarkan pada:

1. Atas dasar harga berlaku

2. Atas dasar harga konstan

Page 49: DAMPAK EFISIENSI LOKASI INDUSTRI - repository.ipb.ac.id · dampak lokasi suatu industri terhadap perolehan nilai tambahnya yang dihitung dari analisis regresi dan tingkat efisiensi

3. Atas dasar mata uang Negara lain, misal US $ (Khusus untuk hal ini, PDRB

harus dikonversi terlebih dahulu, berdasar kurs tahunan).

Data pendapatan per kapita untuk satu tahun tidak akan memberikan arti

banyak, sebab pada umumnya hanya berguna untuk membandingkan dengan

daerah atau negara lain (pada tahun yang sama). Sebagai contoh daerah A

mempunyai pendapatan per kapita lebih tinggi dibanding daerah B, dan

seterusnya.

2.1.6.2. Otonomi Daerah

Menurut UU No. 5 Tahun 1974 pasal 1 tentang Pokok-pokok

Pemerintahan di Daerah, Otonomi Daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban

daerah untuk mengatur serta mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pelaksanaan otonomi daerah

ditujukan bagi perwujudan otonomi daerah yang nyata, dinamis, serasi dan

bertanggung jawab. Pada hakekatnya penerapan prinsip ini ditujukan untuk

mengurangi ketergantungan pada pusat bagi pelaksanaan pembangunan daerah.

Otonomi daerah di kota didasarkan pada prinsip desentralisasi. Dengan

tanggung jawab perencanaan, pelaksanaan dan sumber pembiayaannya dari

daerah sendiri. Dengan demikian, daerah leluasa mengimplementasikan

kebutuhan dan aspirasi daerahnya dalam bentuk program/proyek pembangunan,

yang dikenal sebagai program/proyek regional/daerah. Komponen sumber

penerimaan daerah yang paling mungkin untuk melaksanakan hal tersebut adalah

Penerimaan Asli Daerah (PAD). Namun sumbangan PAD bagi penerimaan

Page 50: DAMPAK EFISIENSI LOKASI INDUSTRI - repository.ipb.ac.id · dampak lokasi suatu industri terhadap perolehan nilai tambahnya yang dihitung dari analisis regresi dan tingkat efisiensi

daerahnya relatif kecil, sehingga pembangunan di kota relatif sangat terbatas

mewujudkan kebutuhan dan aspirasi daerahnya dalam bentuk program/proyek

pembangunan.

Menurut Tambunan (2001) untuk memberikan keleluasaan pada daerah

dalam wujud otonomi daerah yang luas dan bertanggung jawab, untuk mengatur

dan mengurus kepentingannya sendiri, tanpa ada lagi intervensi dari pemerintah

pusat, menurut prakasa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat, sesuai kondisi

dan potensi wilayahnya, maka lahirlah UU No. 22 Tahun 1999 tentang

Pemerintah Daerah dan UU No. 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan

antara Pemerintah Pusat dan Daerah.

2.2. Hasil Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian yang berhubungan dengan dampak lokasi industri

terhadap nilai tambah antara lain:

1. Penelitian Tulus P.K. Simanjuntak tahun 1994 yang diberi judul :

Pengaruh Lokasi Industri Karet Alam Terhadap Nilai Tambah dan

Kesempatan Kerja, Kasus Pada Delapan Provinsi di Indonesia. Hasil dari

penelitian ini: Industri karet crumb rubber relatif efisien di Sumatera

Utara, Kalimantan Barat, Sumatera Selatan, Lampung dan remilling

rubber relatif efisien di Kalimantan Barat, Sumatera Selatan, Sumatera

Utara dan Jawa Timur. Provinsi Sumatera Utara dan Sumatera Selatan

relatif efisien pada industri pengasapan karet.

Page 51: DAMPAK EFISIENSI LOKASI INDUSTRI - repository.ipb.ac.id · dampak lokasi suatu industri terhadap perolehan nilai tambahnya yang dihitung dari analisis regresi dan tingkat efisiensi

2. Penelitan Rimanro T. Sinaga tahun 1996 yang diberi judul : Dampak

Efisiensi Lokasi Industri Kertas Terhadap Nilai Tambah, Kesempatan

Kerja dan Perekonomian Wilayah, Studi Pada 8 Provinsi di Indonesia.

Hasil dari penelitian : Berdasarkan analisis LQ dari 8 propinsi daerah

penelitian, provinsi-provinsi yang relatif efisien dalam memproduksi

kertas budaya adalah Jawa Barat, Sumatera Utara dan Jawa Timur.

Sedangkan provinsi-provinsi yang relatif efisien dalam memproduksi

kertas industri adalah Jawa Tengah, DKI Jaya, Jawa Barat dan Aceh.

Sementara itu propinsi Jawa Tengah, Jawa Timur dan Jawa Barat relatif

efisien dalam memproduksi kertas tissue. Bila dilihat dari letak

geografinya maka Jawa relatif lebih efisien dalam industri kertas budaya

dan kertas tissue sementar luar Jawa relatif lebih efisien dalam industri

kertas industri.

2.3. Kerangka Pemikiran

Strategi pengembangan yang menitikberatkan pada pertumbuhan ekonomi

menganggap bahwa kesejahteraan masyarakat dapat ditingkatkan dengan cepat

melalui peningkatan satu atau beberapa sektor ekonomi kunci. Peningkatan output

sektor kunci tersebut akan meningkatkan output sektor-sektor lainya melalui

proses penggandaan (multiplier) dan keterkaitan (linkage) antar sektor.

Peningkatan output berbagai sektor ekonomi, kemudian, melalui suatu proses

yang disebut sebagai penetesan ke bawah (trickle down effect) akan menyebabkan

peningkatan pendapatan berbagai golongan masyarakat di daerah tersebut dan

Page 52: DAMPAK EFISIENSI LOKASI INDUSTRI - repository.ipb.ac.id · dampak lokasi suatu industri terhadap perolehan nilai tambahnya yang dihitung dari analisis regresi dan tingkat efisiensi

masyarakat di wilayah yang lebih besar pada umumnya. Peningkatan pendapatan

ini sekaligus mencerminkan peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Kebijakan prioritas pembangunan sektor industri ini merupakan upaya

pemerintah Kabupaten Bogor dalam mewujudkan perekonomian yang lebih baik,

karena sektor industri dijadikan andalan kiranya cukup logis mengingat secara

empiris menunjukkan bahwa sektor industri pengolahan lebih banyak dapat

menyediakan lapangan kerja dan mempunyai aktifitas ekonomi yang lebih intensif

untuk satuan unit usaha bila dibandingkan dengan unit usaha sektor lainnya.

Selain itu sektor industri pengolahan ini juga dianggap sebagai sektor yang

mampu meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi dan pendapatan masyarakat

pada tingkat yang layak dari sebelumnya.

Sehubungan dengan itu, pada penelitian ini akan dilihat dampak lokasi

industri terhadap perekonomian wilayah Kabupaten Bogor yang dilihat dari

peningkatan nilai tambah sektor industri manufaktur. Sehingga tentunya pertama-

tama akan dilihat dahulu lokasi industri yang merupakan basis (unggulan) dari

industri manufaktur serta dampaknya terhadap pembangunan di wilayahnya

masing-masing dengan menggunakan analisis LQ (location Question),

Specialization Indeks (SI) dan Localization Indeks (LI).

Dalam menganalisis dampak efisiensi lokasi terhadap nilai tambah sektor

industri manufaktur akan dilakukan dengan menggunakan analisis regresi atau

Analisis Kuadrat Terkecil (OLS) dengan berbagai keterbatasan analisisnya.

Adapun alur konsep pemikiran dapat dilihat pada gambar 2.3.

Page 53: DAMPAK EFISIENSI LOKASI INDUSTRI - repository.ipb.ac.id · dampak lokasi suatu industri terhadap perolehan nilai tambahnya yang dihitung dari analisis regresi dan tingkat efisiensi

Dengan teridentifikasinya peranan sektor industri pengolahan melalui

analisis multiplier dan keterkaitan tersebut, maka dapat memberikan gambaran

yang jelas bagi pemerintah Kabupaten Bogor tentang perkembangan sektor yang

menjadi prioritas ini dalam mengatasi masalah kemiskinan dan pengangguran.

Pada akhirnya dapat dijadikan acuan Pemerintah Kabupaten Bogor sendiri dalam

menentukan kebijakan pembangunan ekonomi Kabupaten Bogor ke depan

sehingga permasalahan pembangunan (kemiskinan dan pengangguran) dapat

diturunkan.

Efisiensi Lokasi dan Nilai Tambah

Untuk menghasilkan suatu produk diperlukan sejumlah faktor produksi.

Dalam industri manufaktur, faktor produksi yang digunakan adalah bahan baku,

bahan penunjang atau bahan kimia, bahan bakar atau listrik, mesin atau alat

produksi (teknologi), jasa dan tenaga kerja. Komponen faktor produksi yang

utama adalah bahan baku dan penunjang, tenaga kerja dan mesin. Jika digunakan

dalam hubungan setiap fungsi matematis maka hubungan tersebut dapat dituliskan

sebagai berikut:

Y= f(X, L, M)

Jika nilai tambah Y akan dihasilkan dengan menggunakan faktor produksi bahan

baku X, tenaga kerja L, dan mesin M; efisiensi ekonomis terjadi bila dicapai

efisiensi teknis dan efisiensi harga. Efisiensi ekonomis tercapai jika Produk

Marginal sama dengan rasio harga input-output. Dalam menganalisis efisiensi

produksi di suatu lokasi yang relatif kecil biasanya diasumsikan rasio harga

Page 54: DAMPAK EFISIENSI LOKASI INDUSTRI - repository.ipb.ac.id · dampak lokasi suatu industri terhadap perolehan nilai tambahnya yang dihitung dari analisis regresi dan tingkat efisiensi

input-ouput sama dengan tingkat teknologi tertentu, tetapi untuk menganalisis

efisiensi produksi dalam suatu wilayah yang luas, asumsi ini tidak berlaku.

Menurut Isard dalam Kartono (1986), keofisien lokalisasi (LQ)

dimaksudkan untuk mengukur secara relatif konsentrasi lokasi industri tertentu

dibandingkan dengan beberapa indikator lain. Indikator tersebut misalnya

populasi, luas lahan, tenaga kerja industri atau pendapatan (nilai tambah).

Keunggulan komparatif yang dimiliki suatu lokasi dalam menghasilkan

suatu produk akan mempunyai tingkat produksi yang lebih tinggi dibandingkan

dengan daerah yang tidak mempunyai keunggulan komparatif. Hal ini ditunjukkan

oleh tingkat efisiensi (nilai keofisen lokasi). Dari hubungan pada gambar 2.2

dibawah dapat dijelaskan bahwa nilai tambah dipengaruhi oleh efisiensi lokasi,

skala usaha (jumlah tenaga kerja), dan jumlah industri yang ada di Kabupaten

Bogor. Penelitian ini ingin mengetahui seberapa besar pengaruh faktor-faktor

diatas terhadap nilai tambah sektor industri.

Suatu lokasi yang efisien yang dipilih oleh suatu industri akan

menyebabkan peningkatan output karena industri dapat meminimumkan biaya

transportasi untuk mengangkut input atau menjual output. Suatu industri yang

input oriented akan berusahan mendekati lokasi input agar dapat meminimumkan

biaya angkut sehingga industri tersebut dapat meningkatkan skala usahanya dan

dapat basis (mampu mengekspor output setelah mampu memenuhi kebutuhan

dalam daerah/negara)

Tenaga kerja belum tentu berbanding lurus dengan nilai tambah industri

karena industri manufaktur adalah industri yang padat modal sehingga semakin

Page 55: DAMPAK EFISIENSI LOKASI INDUSTRI - repository.ipb.ac.id · dampak lokasi suatu industri terhadap perolehan nilai tambahnya yang dihitung dari analisis regresi dan tingkat efisiensi

berkembang suatu industri maka besar kebutuhan industri akan mesin-mesing dan

alat-alat produksi teknologi tinggi sehingga jasa tenaga kerja akan semakin

berkurang terutama tenaga buruh.

Semakin banyak industri yang tumbuh di Kabupaten Bogor dapat

menyebabkan adanya pemborosan akibat skala (diseconomis of scale). Bila

industri semakin mengumpul (adanya aglomerasi industri) dan terkonsentasi

(konsentrasi spasial) maka banyak keuntungan yang bisa didapat, misalnya

pertukaran informasi, tenaga/staf ahli, teknologi, tenaga kerja, bahan baku, input

antara, serta penghematan biaya angkut bahan baku.

Page 56: DAMPAK EFISIENSI LOKASI INDUSTRI - repository.ipb.ac.id · dampak lokasi suatu industri terhadap perolehan nilai tambahnya yang dihitung dari analisis regresi dan tingkat efisiensi

PEREKONOMIAN KABUPATEN BOGOR

Sektor Unggulan

Industri Manufaktur

Efisiensi Lokasi (Analisis LQ,SI,LI)

Strategi Pengembangan Sektor Industri Pengolahan

Analisis Dampak Efisiensi Lokasi

(Analisa Regresi)

Jumlah tenaga kerja

Nilai tambah Industri Manufaktur

Nilai Tambah Industri Tahun Lalu

Otonomi Daerah

Jumlah industri

Pertumbuhan Perekonomian Wilayah

Keterangan: ---- Ruang lingkup penelitian ( ) Analisis yang digunakan

Gambar 2.3. Bagan Alur Pendekatan Studi

Page 57: DAMPAK EFISIENSI LOKASI INDUSTRI - repository.ipb.ac.id · dampak lokasi suatu industri terhadap perolehan nilai tambahnya yang dihitung dari analisis regresi dan tingkat efisiensi

2.4. Hipotesis Penelitian

a. Terjadi konsentrasi spasial industri manufaktur di beberapa wilayah di

Kabupaten Bogor.

b. Industri manufaktur akan meningkatkan efisiensi lokasi sehingga industri

akan semakin teraglomerasi dan suatu daerah akan memiliki keunggulan

komparatif.

c. Tingkat efisiensi lokasi akan berpengaruh positif terhadap nilai tambah

sektor industri.

d. Perusahaan dan tenaga kerja terkonsentrasi di wilayah yang ada kawasan

industrinya.

Page 58: DAMPAK EFISIENSI LOKASI INDUSTRI - repository.ipb.ac.id · dampak lokasi suatu industri terhadap perolehan nilai tambahnya yang dihitung dari analisis regresi dan tingkat efisiensi

III. METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Sifat dari penelitian ini adalah sebuah studi kasus dengan mengambil

daerah penelitian di wilayah Kabupaten Bogor . Penelitian ini berlangsung selama

tiga bulan, mulai dari persiapan penelitian, pencarian data sampai laporan selesai.

Pemilihan wilayah untuk penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) untuk

melihat keterkaitan keofisien lokasi (LQ) dengan nilai tambah dengan

pertimbangan:

1. Kabupaten Bogor merupakan hinterland (daerah penyangga) DKI Jakarta,

sehingga banyak aktivitas ekonomi berlangsung

2. Kabupaten Bogor mempunyai beberapa daerah yang dijadikan kawasan

industri serta memiliki subsektor industri yang berkembang.

3.2. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa data sekunder

yang diperoleh dari BPS dan BAPPEDA Kabupaten Bogor. Dalam penelitian ini

data yang dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif adalah data tenaga kerja

industri manufaktur besar dan menengah dengan standar Klasifikasi Lapangan

Usaha Indonesia ( KLUI) atau Internasional Standard Industrial Classification

(ISIC) 2 digit setiap kecamatan di wilayah Bogor, data times series nilai tambah

sektor Industri Manufaktur di Kabupaten Bogor dan Jawa Barat serta PDRB

Page 59: DAMPAK EFISIENSI LOKASI INDUSTRI - repository.ipb.ac.id · dampak lokasi suatu industri terhadap perolehan nilai tambahnya yang dihitung dari analisis regresi dan tingkat efisiensi

Kabupaten Bogor dan Jawa Barat dari tahun 1990-2004 . Serta digunakan data-

data pendukung untuk memperkuat analisis.

3.3. Metode Pengumpulan dan Pengolahan Data

Untuk mencapai tujuan dan sasaran penelitian sebagaimana telah

dijelaskan sebelumnya, maka diperlukan sejumlah data atau informasi relevan

yang digunakan sebagai peubah-peubah dalam perhitungan dan kajian. Jenis data

yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder

diperoleh dari kantor BPS pusat, Kantor BAPPEDA Bogor dan kantor Dinas lain

yang terkait dengan data yang dicari. Data sekunder yang diperoleh akan diolah

menggunakan Program Microsoft Excel dan E- views 4.1.

3.4. Metode Analisis

Penelitian ini akan menggunakan metode deskriptif atau kualitatif dan

metode kuantitatif. Pemakaian metode deskriptif atau kualitatif bertujuan untuk

menggambarkan kondisi sebenarnya wilayah yang diteliti, meliputi; keadaan

pemerintahan yang sedang berlangsung, keadaan kependudukan, struktur

perekonomian, dan lain lain.

Penggunaan metode kuantitatif adalah untuk menghitung beberapa hal

yang bertujuan menjawab permasalahan dalam penelitian. Untuk melihat

konsentrasi industri menufaktur pada suatu wilayah digunakan analisis LQ

(Location Quotient) dan SI (Specialization Indeks) dan LI (Localization Indeks)

yang berbasis tenaga kerja yang merupakan salah satu pendekatan dalam

Page 60: DAMPAK EFISIENSI LOKASI INDUSTRI - repository.ipb.ac.id · dampak lokasi suatu industri terhadap perolehan nilai tambahnya yang dihitung dari analisis regresi dan tingkat efisiensi

menganalisis konsentrasi spasial. Serta untuk melihat berapa besar dampak lokasi

terhadap nilai tambah sektor industri menggunakan analisis regresi dengan

menggunakan metode OLS (Ordinary Least Square). Berdasarkan asumsi di atas

maka untuk melakukan perhitungan dalam penelitian dapat digunakan dengan

metode perhitungan seperti :

3.4.1. Analisis Efisiensi Lokasi

3.4.1.1. Location Quotient (LQ)

Salah satu pendekatan yang paling sering digunakan dalam menganalisis

konsentrasi spasial adalah Location Quotient (LQ) tenaga kerja. LQ adalah suatu

teknik untuk memperkirakan spesialisasi suatu industri dalam daerah atau

beberapa aktivitas lainnya (Glasson, 1977). Pendekatan ini menyatakan bahwa

dalam spesialisasi dalam industri (terutama manufaktur) terjadi apabila share

industri pada suatu wilayah lebih besar daripada share industri pada wilayah

agregat. Pendapat ini dilengkapi oleh Edgar M. Hoover (1977) yang menyatakan

bahwa industri akan terkonsentrasi pada suatu lokasi dimana share tenaga kerja

untuk industri tersebut lebih besar daripada share industri secara agregat.

Si

NiLQi SN

= atau Si

SLQi NiN

= (3.1)

Dimana:

LQ i = Besaran kuosien lokasi industri manufaktur pada tingkat Kecamatan.

S i = Jumlah tenaga kerja industri manufaktur subsektor i pada tingkat Kecamatan

S = Jumlah seluruh tenaga kerja industri manufaktur pada tingkat Kecamatan

Ni = Jumlah tenaga kerja industri manufaktur subsektor i pada tingkat Kabupaten.

Page 61: DAMPAK EFISIENSI LOKASI INDUSTRI - repository.ipb.ac.id · dampak lokasi suatu industri terhadap perolehan nilai tambahnya yang dihitung dari analisis regresi dan tingkat efisiensi

N =Jumlah seluruh tenaga kerja industri manufaktur pada tingkat Kabupaten.

Jika nilai LQ lebih dari satu, maka hal ini menunjukkan industri

manufaktur subsektor i memiliki pangsa yang lebih besar dalam penciptaan

kesempatan kerja di Kecamatan tersebut dari pangsa industri itu di Kabupaten

atau merupakan sektor andalan di Kecamatan tersebut. Jika LQ lebih kecil dari 1,

artinya suatu Kecamatan tidak memiliki spesialisasi atas suatu industri karena

industri itu memiliki pangsa tenaga kerja yang lebih rendah di kecamatan tersebut

daripada pangsa industri tersebut di Kabupaten atau bukan merupakan sektor

andalan di Kecamatan tersebut. Bila terdapat kenaikan nilai LQ untuk suatu

daerah, maka itu mencerminkan adanya kenaikan spesialisasi dalam industri

tersebut di daerah itu.

3.4.1.2. Specialization Indeks (SI)

Specialization Indeks merupakan salah satu indeks yang menggambarkan

pembagian wilayah berdasarkan aktivitas-aktivitas yang ada. Lokasi tertentu

menjadi pusat bagi aktivitas yang dilakukan.

SI = (Si / S) – (Ni / N) (3.2)

Dimana;

S i = Jumlah tenaga kerja industri manufaktur subsektor i pada tingkat Kecamatan

S = Jumlah seluruh tenaga kerja industri manufaktur pada tingkat Kecamatan

Ni = Jumlah tenaga kerja industri manufaktur subsektor i pada tingkat Kabupaten.

N =Jumlah seluruh tenaga kerja industri manufaktur pada tingkat Kabupaten.

Page 62: DAMPAK EFISIENSI LOKASI INDUSTRI - repository.ipb.ac.id · dampak lokasi suatu industri terhadap perolehan nilai tambahnya yang dihitung dari analisis regresi dan tingkat efisiensi

SI = Specialization Indeks yang diperoleh dengan menjumlahkan SI yang positif

(0> SI ≤ 1)

Jika nilai SI = 1 maka daerah berspesialisasi pada industri manufaktur. Jika SI < 1,

maka tidak ada kegiatan spesialisasi di daerah.

3.4.1.3. Localization Indeks (LI)

Localization Indeks merupakan salah satu indeks yang menggambarkan

wilayah relatif suatu aktivitas dibandingkan dengan kecenderungan total di dalam

wilayah. Umumnya indeks ini digunakan untuk mengetahui persen distribusi

suatu aktivitas tertentu di dalam wilayah atau secara umum analisis ini digunakan

untuk menentukan wilayah mana yang potensial untuk mengembangkan aktivitas

tertentu. Dan digunakan untuk mengetahui penyebaran kegiatan industri

manufaktur di suatu daerah sehingga diketahui tingkat aglomerasinya.

LI = (Si / Ni) - (S / N) (3.3)

Dimana:

Si = Jumlah tenaga kerja industri manufaktur subsektor i pada tingkat Kecamatan

S = Jumlah total tenaga kerja industri manufaktur pada tingkat Kecamatan

Ni = Jumlah tenaga kerja industri manufaktur subsektor i pada tingkat Kabupaten

N = Jumlah total tenaga kerja industri manufaktur pada tingkat Kabupaten

LI = Keofisien lokalisasi didapat dari menjumlahkan nilai LI yang bertanda

positif,

LI < 1, maka kegiatan industri manufaktur subsektor i menyebar

LI = 1, maka industri manufaktur berkumpul di satu wilayah (beraglomerasi)

Page 63: DAMPAK EFISIENSI LOKASI INDUSTRI - repository.ipb.ac.id · dampak lokasi suatu industri terhadap perolehan nilai tambahnya yang dihitung dari analisis regresi dan tingkat efisiensi

3.4.2. Analisis Dampak Efisiensi Lokasi

3.4.2.1. Analisis Regresi

Analisa ini digunakan untuk melihat pengaruh kuosien lokasi industri

manufaktur terhadap nilai tambahnya. Selain faktor kuosien lokasi (dengan

menggunakan data times series nilai tambah sektor industri manufaktur di

Kabupaten Bogor) juga dimasukkan sebagai peubah bebas yaitu jumlah tenaga

kerja industri manufaktur di Kabupaten Bogor dan jumlah industri yang ada di

kabupaten Bogor dari tahun 1990-2004 (data times series).

Analisis regresi merupakan suatu tekhnik statistik untuk menyelidiki dan

memodelkan hubungan diantara peubah tak bebas (respon) dan peubah bebasnya

(predictor). Diantara model-model regresi, model regresi linear merupakan model

yang paling sederhana dan paling sering digunakan. Model regresi yang memiliki

lebih dari satu peubah bebas dan linear dalam keofisiennya disebut model regresi

berganda.

Adapun model yang digunakan dalam penelitian ini:

Y = β0(Lok)β1(L)β2(JI)β2(NTIND(-1))β3(D)..................................................(3.4)

Jika model tersebut diubah menjadi model linier aditif, maka bentuknya

akan menjadi:

Log(Y) = Log β0 + β1Log(Lok) + β2Log(L) + β3Log(JI)+β4Log(NTIND(-1))+

β5D...............................................................................................................(3.5)

Page 64: DAMPAK EFISIENSI LOKASI INDUSTRI - repository.ipb.ac.id · dampak lokasi suatu industri terhadap perolehan nilai tambahnya yang dihitung dari analisis regresi dan tingkat efisiensi

Dimana:

Y = nilai tambah industri manufaktur (Rupiah)

L = banyaknya tenaga kerja di sektor industri manufaktur di

Kabupaten Bogor (jiwa)

Βi = keofisien regresi

Lok = tingkat efisiensi lokasi industri manufaktur di Kabupaten Bogor

(persen)

JI = Jumlah Industri manufaktur di Kabupaten Bogor (unit usaha)

NTIND(-1) = Nilai Tambah Industri Manufaktur Tahun Sebelumnya (Rupiah)

D = 1; Kabupaten Bogor setelah otonomi daerah (tahun 2001-2004)

0; Kabupaten Bogor sebelum otonomi daerah (tahun 1990-2000)

3.4.2.2. Pengujian Statistik

1. Uji t-stat (uji parsial)

Pengujian ini digunakan untuk menguji signifikansi setiap variabel bebas

dalam mempengaruhi variabel tidak bebas. Hipotesis pada pengujian ini adalah

sebagai berikut:

Ho : β = 0, masing-masing variabel tidak mempengaruhi variabel tidak bebas

secara signifikan.

H1 : β = 1, masing-masing variabel bebas mempengaruhi variabel tidak bebas

secara siginifikan.

Pengujian dilakukan dengan cara membandingkan nilai t-hitung yang diperoleh

dari hasil regresi dengan nilai kritis yang didapat dari t-tabel pada tingkat

Page 65: DAMPAK EFISIENSI LOKASI INDUSTRI - repository.ipb.ac.id · dampak lokasi suatu industri terhadap perolehan nilai tambahnya yang dihitung dari analisis regresi dan tingkat efisiensi

kepercayaan tertentu. Jika t-tabel < t-stat < t-tabel maka Ho diterima dan menolak

H1, berarti variabel bebas secara individual tidak berpengaruh terhadap variabel

tidak bebas. Dan sebaliknya, jika t-stat > t-tabel atau t-stat < t-tabel, maka Ho

ditolak dan H1 tidak ditolak, berarti variabel bebas secara individual berpengaruh

berhadap variabel tak bebas.

2. Uji F-stat (uji serempak)

Pengujian ini digunakan untuk menguji signifikansi seluruh variabel bebas

secara bersama-sama dalam mempengaruhi variabel tidak bebas atau untuk

melihat pengaruh variabel-variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel

tidak bebas. Hipotesa pada pengujian ini adalah sebagai berikut:

Ho : Semua variabel bebas tidak mempengaruhi variabel tidak bebas secara

bersamaan.

H1 : Setidak-tidaknya terdapat satu variabel bebas mempengaruhi variabel tidak

bebas secara signifikan.

Pengujian dilakukan dengan cara membandingkan nilai F-hitung dengan nilai F-

tabel pada tingkat kepercayaan tertentu. Jika F-hitung < F-tabel maka Ho diterima

dan berarti variabel bebas secara keseluruhan tidak mempengaruhi variabel tidak

bebas. Dan jika F-hitung ≥ F-tabel maka Ho ditolak, berarti setidaknya terdapat

satu variabel bebas mempengaruhi variabel tidak bebas secara signifikan.

3. Keofisien Determinasi (R2)

Dalam pengukuran ketepatan suatu garis regresi digunakan keofisien

determinasi (R2), yaitu angka yang menunjukkan besarnya derajat kemampuan

menerangkan variabel bebas (independent) terhadap variabel tak bebas

Page 66: DAMPAK EFISIENSI LOKASI INDUSTRI - repository.ipb.ac.id · dampak lokasi suatu industri terhadap perolehan nilai tambahnya yang dihitung dari analisis regresi dan tingkat efisiensi

(dependent) dari fungsi tersebut. Nilai R2 berkisar 0 < R2 < 1, dimana semakin

mendekati satu maka semakin dekat pula hubungan antara variabel bebas dengan

variabel tak bebas dan model tersebut dianggap baik, artinya variasi dari variabel

bebas semakin dapat menjelaskan variasi variabel tidak bebas.

3.4.2.3. Pengujian Ekonometrika

1. Uji Autokorelasi

Uji statistik Durbin Watson digunakan untuk mendeteksi masalah

autokorelasi (serial korelasi) dalam suatu model regresi linier. Uji ini dapat

digunakan untuk data dengan jumlah pengamatan yang kecil. Autokorelasi adalah

korelasi antara anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu atau

ruang. Jika hasil dari uji Durbin Watson memberikan hasil yang tidak jelas, maka

dilakukan Run-test terhadap persamaan tersebut.

2. Uji Multikolinieritas

Multikolinieritas mengacu pada kondisi dimana terdapat korelasi linier

diantara variabel bebas sebuah model. Jika dalam suatu model terdapat

multikolinieritas, maka akan terlihat dari nilai R2 yang tinggi dan lebih banyak

variabel bebas yang signifikan atau bahkan tidak ada satupun. Salah satu cara

untuk memperbaiki adanya multikolinieritas pada suatu model adalah dengan

mengeluarkan salah satu variabel bebas yang saling berkorelasi dari model.

3. Uji Heteroskedastisitas

Suatu asumsi kritis dari model regresi linier klasik adalah bahwa gangguan

ui semuanya mempunyai varians yang sama. Jika asumsi ini tidak dipenuhi,

Page 67: DAMPAK EFISIENSI LOKASI INDUSTRI - repository.ipb.ac.id · dampak lokasi suatu industri terhadap perolehan nilai tambahnya yang dihitung dari analisis regresi dan tingkat efisiensi

model mempunyai gejala heteroskedastisitas. Dalam metode OLS, pengujian

masalah heteroskedastisitas pada model dapat dilakukan dengan menggunakan uji

White Heteroskedastisitas Test, yaitu jika nilai probabilitas Obs*R-squared lebih

besar dari taraf signifikansi yang dipakai maka model yang digunakan mengalami

masalah heteroskedastisitas.

4. Uji Normalitas Error Term

Uji normalitas merupakan uji pada data variabel-variabel yang digunakan

dalam model untuk mengetahui apakah gangguan (disturbance) pada model ui

terdistribusi normal. Pengujian normalitas dapat dilakukan dengan menggunakan

uji Normalitas Jarque-Bera, dimana bila nilai probabilitasnya lebih kecil dari

tingkat signifikansi (taraf nyata) yang digunakan maka gangguan (disturbance)

pada model tidak tersebut terdistribusi tidak normal.

Page 68: DAMPAK EFISIENSI LOKASI INDUSTRI - repository.ipb.ac.id · dampak lokasi suatu industri terhadap perolehan nilai tambahnya yang dihitung dari analisis regresi dan tingkat efisiensi

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

4.1. Keadaan Umum Wilayah Penelitian

Kabupaten Bogor dulunya menjadi satu dengan Kotamadya Bogor. Pada

tahun 1975 pemerintah pusat menginstruksikan agar Kabupaten Bogor memiliki

pusat pemerintahan sendiri. Pada tahun 1982 melalui peraturan pemerintah pusat

No. 6 Tahun 1982 menyetujui usulan DPRD tingkat II mengenai Kecamatan

Cibinong dijadikan Ibukota Kabupaten Bogor.

4.1.1. Geografi dan Pemerintahan

Kabupaten Bogor merupakan salah satu wilayah yang berbatasan langsung

dengan ibukota Republik Indonesia dan secara geografis mempunyai luas sekitar

2.301,95 Km2 dan terletak antara 6.190–6.470 lintang selatan dan 10601’–1070103’

bujur timur.

Wilayah ini berbatasan dengan :

Sebelah Utara : Kota Depok

Sebelah Barat : Kabupaten Lebak

Sebelah Barat Daya : Kabupaten Tangerang

Sebelah Timur : Kabupaten Purwakarta

Sebelah Timur Laut : Kabupaten Bekasi

Sebelah Selatan : Kabupaten Sukabumi

Sebelah Tenggara : Kabupaten Cianjur

Page 69: DAMPAK EFISIENSI LOKASI INDUSTRI - repository.ipb.ac.id · dampak lokasi suatu industri terhadap perolehan nilai tambahnya yang dihitung dari analisis regresi dan tingkat efisiensi

Pada tahun 2004 Kabupaten Bogor mempunyai 40 Kecamatan, 426

desa/kelurahan, 3.160 RW, 12.170 RT dan 862.919 rumah tangga. Dari jumlah

tersebut mayoritas mempunyai ketinggian sekitar kurang dari 500 meter terhadap

permukaan laut, yakni 232 desa, sedang di antara 500–700 meter ada 144 desa dan

sisanya 49 desa sekitar lebih dari 500 meter dari permukaan laut. Hampir sebagian

besar desa pada Kabupaten Bogor sudah terklasifikasi sebagai desa Swakarya

yakni 235 desa, lainnya 191 desa merupakan desa Swasembada dan tidak ada desa

Swadaya.

Berdasarkan klasifikasi daerah tersebut, yang dilihat dari aspek potensi

lapangan usaha, kepadatan penduduk dan sosial terdapat kategori desa perkotaan

sebanyak 199 desa dan desa pedesaan sebanyak 227 desa.

4.1.2 Penduduk dan Ketenagakerjaan

Salah satu aset pembangunan yang paling dominan dipunyai di banyak

negara berkembang pada umumnya jumlah penduduk dan angkatan kerja yang

demikian besar jumlahnya. Hasil registrasi penduduk akhir tahun 2004 tercatat

bahwa penduduk Kabupaten Bogor yaitu 3.438.055 jiwa dan jumlah ini

merupakan yang paling besar diantara kabupaten/kota di Jawa Barat. Dari jumlah

tersebut penduduk laki–laki berjumlah 1.742.653 jiwa dan perempuan 1.695.402

jiwa dengan rasio jenis kelamin 103. Data berikut menyajikan jumlah penduduk

yang bekerja pada masing – masing sektor di Kabupaten Bogor.

Page 70: DAMPAK EFISIENSI LOKASI INDUSTRI - repository.ipb.ac.id · dampak lokasi suatu industri terhadap perolehan nilai tambahnya yang dihitung dari analisis regresi dan tingkat efisiensi

Tabel 4.1. Penduduk Berumur 10 Tahun Keatas Yang Bekerja pada Lapangan Usaha di Kabupaten Bogor Tahun 2001 – 2004 (jiwa)

Jumlah Pekerja Tahun No Lapangan

Usaha 2001 2002 2003 2004 1 Pertanian 377.410 342.492 241.818 261.880

2 Pertambangan dan Galian

19.102 13.166 13.214 9.726

3 Industri 252.670 286.949 275.618 290.410

4 Listrik, Gas dan Air Minum

1.420 3.538 8.367 5.354

5 Konstruksi 70.268 79.828 63.659 84.238

6 Perdagangan 259.634 307.608 346.414 320.228

7 Komunikasi 88.568 120.180 100.914 117.776

8 Keuangan 23.934 24.769 24.458 12.252

9 Jasa – Jasa 190.992 172.134 188.994 188.182

10 Lainnya 0 849 3.040 0

Jumlah 1.283.992 1.251.513 1.266.496 1.290.046

Sumber : Survei Sosial Ekonomi 2001 – 2004 (Kabupaten Bogor Dalam Angka (2001 – 2004)

Berdasarkan tabel di atas sektor perdagangan dalam dua tahun terakhir

yaitu tahun 2003 dan 2004 menjadi sektor yang paling banyak menyerap tenaga

kerja dibanding dengan sektor lain. Pada tahun 2001 dan 2002 sektor pertanian

merupakan sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja. Hal ini menandakan

bahwa sektor perdagangan merupakan sektor terpenting dalam penyerapan tenaga

kerja di Kabupaten Bogor pada tahun–tahun yang akan datang.

Besarnya jumlah penduduk yang akan membawa implikasi tertentu,

utamanya terhadap persebaran dan densitasnya (kepadatan penduduk). Pada tahun

2004 kecamatan yang mempunyai kepadatan penduduk yang berkisar di atas

Page 71: DAMPAK EFISIENSI LOKASI INDUSTRI - repository.ipb.ac.id · dampak lokasi suatu industri terhadap perolehan nilai tambahnya yang dihitung dari analisis regresi dan tingkat efisiensi

2.000 jiwa/km2 sebanyak 16 kecamatan yakni : Cubungbulang, Ciampea,

Dramaga, Ciomas, Taman Sari, Ciawi, Cisarua, Megamendung, Sukaraja, Gunung

Putri, Cibinong, Bojong Gede, Tajur Halang, Kemang, Parung, dan Ciseeng.

Salah satu upaya dalam mengurangi tingginya densitas penduduk dan

tingkat persebaran telah dilakukan pemerintah Kabupaten Bogor melalui program

transmigrasi, baik itu transmigrasi umum, PIR, dan Non PIR. Tahun 2004 telah

diberangkatkan kira–kira 63 Kepala Keluarga (kira–kira 201 jiwa).

Dari segi struktur penduduk, Kabupaten Bogor mempunyai struktur

penduduk umur muda, hal ini akan membawa akibat semakin besarnya jumlah

angkatan kerja.

Partisipasi angkatan kerja merupakan perbandingan antara Jumlah

Angkatan Kerja dengan penduduk berumur 10 tahun lebih. Tahun 2004 Tingkat

Partisipasi Kerja (TPAK) Kabupaten Bogor untuk laki–laki 75,2 persen,

perempuan 27,15 persen dan secara total 51,68 persen. Jumlah penduduk yang

bekerja sebanyak 993,938 orang untuk laki–laki, 296.108 orang untuk perempuan

dan 1.290.046 orang untuk total Kabupaten Bogor. Sedangkan jumlah

pengangguran sebanyak 138.926 untuk laki–laki dan 96.100 orang untuk

perempuan dari 235.026 untuk total Kabupaten Bogor.

4.1.3. Sosial

Selama berlangsung kegiatan pembangunan telah ditekankan bahwa titik

beratnya pada bidang ekonomi, walaupun pembangunan bidang sosial tetap

berlangsung. Telah disadari bahwa peningkatan sumberdaya manusia menjadi

Page 72: DAMPAK EFISIENSI LOKASI INDUSTRI - repository.ipb.ac.id · dampak lokasi suatu industri terhadap perolehan nilai tambahnya yang dihitung dari analisis regresi dan tingkat efisiensi

sangat perlu guna peningkatan kualitas manusia menghadapi tantangan kehidupan

di masa yang akan datang. Tersedianya sarana dan prasarana pendidikan di

Kabupaten Bogor merupakan salah satu wujud nyata dalam bidang pendidikan.

Tahun 2004 SD Negeri sebanyak 1.558 sekolah, SD Swasta sebanyak 75 sekolah

dengan jumlah guru sekitar 11.388 orang. SMTP Negeri sebanyak 60 sekolah dan

SMTP Swasta 356 sekolah dengan jumlah guru sebanyak 6.845 orang. SMTA

Negeri sebanyak 27 sekolah dan SMTA Swasta sebanyak 223 sekolah dengan

jumlah guru sebanyak 4.887 orang. Peningkatan derajat kesehatan masyarakat

dapat diupayakan dengan tersedianya fasilitas kesehatan yang terjangkau jarak

dan biaya bagi kebanyakan penduduk. Pada tahun 2004 di Kabupaten Bogor telah

tersedia 3 rumah sakit pemerintah, 1 rumah sakit khusus, dan 4 rumah sakit

swasta. Sedangkan jumlah puskesmas sebanyak 101 puskesmas, 63 puskesmas

pembantu dan 23 puskesmas keliling. Jumlah dokter sebanyak 548 dokter umum,

130 dokter gigi dan 92 dokter spesialis.

Usaha membina kesejahteraan keluarga melalui perencanaan kelahiran

merupakan upaya dari program keluarga berencana (KB). Pencapainya telah

dibentuk klinik–klinik KB untuk pelayanan masyarakat. Banyaknya klinik KB

tahun 2003 sebanyak 183 klinik. Pencapaian target akseptor KB baru tahun 2004

di Kabupaten Bogor mencapai 95,48 persen untuk non MJP dan 4,52 persen untuk

MJP (IUD, MOP, MOW, DAN IMPL). Sedangkan tingkat prevalensi

(perbandingan antara PA dan PUS) rata–rata sekitar 71,41 persen.

Penyediaan tempat ibadah bagi kalangan umat beragama merupakan salah

satu media komunikasi antara hamba-Nya dengan Sang Pencipta, dalam

Page 73: DAMPAK EFISIENSI LOKASI INDUSTRI - repository.ipb.ac.id · dampak lokasi suatu industri terhadap perolehan nilai tambahnya yang dihitung dari analisis regresi dan tingkat efisiensi

meningkatkan derajat keimanan seseorang. Tahun 2004 terdapat sebanyak 2.762

mesjid, 817 mushola, 29 gereja, dan 15 vihara/pura.

Tahun 2004 di Kabupaten Bogor terdapat jumlah penduduk yang

beragama Islam sebanyak 3.201.606, Kristen Khatolik sebanyak 30.228, Kristen

Protestan 21.576, Hindu 12.427, dan Budha 21.322 orang.

4.1.4. Industri

Industri digolongkan menjadi industri besar, sedang, dan kecil dilihat dari

jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan. Apabila tenaga kerja di atas 99 orang

dikatakan masuk klasifikasi industri besar, antara 20-99 orang masuk industri

sedang, industri kecil 15-19 orang tenaga kerja. Jumlah industri terbanyak di

Kabupaten Bogor adalah industri tekstil, pakaian jadi, dan kulit sebanyak 123,

diikuti industri barang-barang dari industri kimia sebanyak 85 dan industri logam

sebanyak 84.

Tingkat pertumbuhan sektor industri selama kurun waktu 1983-1995

menunjukkan peningkatan dengan rata-rata 12,32 persen. Kecenderungan

peningkatan yang cukup pesat terjadi pada industri tanpa migas, sehingga

proyeksi kontribusi pada tahun 2004 dan 2009 masing-masing sebesar 48,36

persen dan 52,12 persen.

Potensi industri di Kabupaten Bogor selalu mengalami peningkatan baik

dari jumlah unit usaha, jumlah tenaga kerja, nilai investasi dan kapasitas produksi,

seperti terlihat pada Tabel 4.2.

Page 74: DAMPAK EFISIENSI LOKASI INDUSTRI - repository.ipb.ac.id · dampak lokasi suatu industri terhadap perolehan nilai tambahnya yang dihitung dari analisis regresi dan tingkat efisiensi

Tabel 4.2. Data Potensi Industri di Kabupaten Bogor Tahun 2003

No

Seksi

Jumlah Unit

Usaha

Jumlah Tenaga Kerja

Nilai Investasi (Juta Rp)

Kapasitas Produksi

(Sat.Produk) INDUSTRI MENENGAH & BESAR 489 33.152 1.907.729.314 629.878.400

1 Industri Logam 87 5.276 362.704.013 8.117.437 2 Industri Mesin 24 1.330 118.981.040 187.417.656 3 Industri Alat Angkut 31 6.579 69.455.308 26.313.509 4 Industri Elektronik 9 2.030 8.171.670 771.449 5 Tekstil dan Produk Tekstil 59 10.229 115.611.400 3.343.092 6 Kulit dan Produk Kulit 9 1.600 8.885.250 29.684 7 Aneka 2 260 2.470.000 300.585 8 Kimia 97 1.688 674.294.875 8.818.448 9 Agro 75 2.148 329.527.014 340.500.310

10 Hasil Hutan 96 2.012 217.628.744 4.266.230 INDUSTRI KECIL 1.574 16.165 2.320.122.538 42.185.594

1 Industri Logam 136 1.625 3.528.542 6.808.241 2 Industri Mesin 55 883 2.642.560 182.733 3 Industri Alat Angkut 19 224 1.084.452 508.339 4 Industri Elektronik 2 19 114.000 1.820 5 Tekstil dan Produk Tekstil 331 7.742 13.060.900 1.357.300 6 Kulit dan Produk Kulit 131 3.158 5.365.210 1.124.608 7 Aneka 17 172 661.070 857.438 8 Kimia 169 461 1.068.135.299 27.462.418 9 Agro 550 1.480 1.072.188.084 3.082.299

10 Hasil Hutan 164 401 153.342.419 800.396 Jumlah 2.062 49.317 4.227.851.852 672.063.992

Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Bogor, 2003

4.2. Perekonomian Kabupaten Bogor

4.2.1. Laju Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bogor disajikan dalam bentuk PDRB.

Pertumbuhan ekonomi yang meningkat menunjukkan bahwa PDRB Kabupaten

Bogor mempunyai PDRB yang besar. Laju pertumbuhan ekonomi menunjukkan

bahwa adanya perubahan pertumbuhan ekonomi dari waktu ke waktu.

Laju pertumbuhan ekonomi dari sektor perdagangan sebelum Otonomi Daerah

menunjukkan adanya peningkatan dari tahun ke tahun. Namun pada tahu 1997

ketika terjadi krisis moneter menyebabkan semua sektor–sektor pertanian

Page 75: DAMPAK EFISIENSI LOKASI INDUSTRI - repository.ipb.ac.id · dampak lokasi suatu industri terhadap perolehan nilai tambahnya yang dihitung dari analisis regresi dan tingkat efisiensi

mengalami pertumbuhan ekonomi yang negatif termasuk juga sektor

perdagangan. Kemudian setelah terjadi Otonomi Daerah yang dimulai tahun 2001

berangsur–angsur pertumbuhan ekonomi mulai membaik. Setiap daerah diberikan

kekuasaan untuk mengatur daerahnya masing–masing sesuai dengan potensi

daerah yang ada di daerah tersebut. Pada tahun 2004 yang mengalami

pertumbuhan ekonomi yang paling besar adalah sektor pertambangan dan

penggalian (13,26 persen) dan paling kecil adalah sektor pertanian (0,42).

Tabel 4.3. Laju Perumbuhan Ekonomi Kabupaten Bogor tahun 1990–2004 (persen)

Tahun

Pertanian Pertamban

gan dan Penggalian

Industri Pengolahan

Listrik, Gas dan

Air Minum

Bangun an

Perdagangan

Pengang kutan dan Komunika

si

Keuang An

Jasa - jasa

1990 7,44 6,78 15,60 10,86 6,63 7,80 2,08 2,55 7,69 1991 4,13 5,60 12,82 22,67 8,24 8,91 10,64 -0,65 5,05 1992 8,90 6,57 7,16 14,51 8,47 9,13 5,51 4,24 5,84 1993 - - - - - - - - - 1994 2,81 -7,04 17,02 10,10 9,53 11,50 6,91 8,39 4,10 1995 2,43 -7,84 14,69 7,91 7,35 9,32 4,94 6,23 3,72 1996 7,42 6,41 13,97 5,58 8,28 10,87 14,96 19,12 7,97 1997 -12,75 2,95 7,78 10,97 4,29 3,20 6,89 10,48 4,60 1998 -21,91 -20,33 -13,93 9,15 -46,65 -21,01 -18,83 -28,67 -2,08 1999 4,69 -5,14 1,38 4,37 -2,41 1,31 0,94 5,19 0,65 2000 - - - - - - - - - 2001 2,86 0,09 4,15 4,12 4,46 3,49 5,10 3,86 5,04 2002 0,02 1,61 4,98 4,86 5,22 4,38 5,62 5,22 5,01 2003 1,88 8,22 5,36 5,11 5,81 5,00 6,46 5,68 5,49 2004 0,42 13,26 6,28 5,92 6,68 5,83 7,34 6,08 6,34

Sumber : BPS Kabupaten Bogor Tahun 1990 – 2004.

4.2.2. Struktur Ekonomi

Pada tabel 7 di bawah ini, terlihat jelas bahwa pada masa sebelum

Otonomi Daerah, sektor perdagangan merupakan sektor kedua yang paling besar

sumbangannya setelah sektor industri pengolahan terhadap PDRB Kabupaten

Bogor. Dan pada masa Otonomi Daerah juga sektor perdagangan merupakan

Page 76: DAMPAK EFISIENSI LOKASI INDUSTRI - repository.ipb.ac.id · dampak lokasi suatu industri terhadap perolehan nilai tambahnya yang dihitung dari analisis regresi dan tingkat efisiensi

sektor kedua terbesar penyumbang terhadap PDRB Kabupaten Bogor. Dari sini

terlihat jelas bahwa sektor perdagangan juga mempunyai peranan yang cukup

penting dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Bogor. Oleh

sebab itu, struktur perekonomian Kabupaten Bogor dari tahun 1990 sampai tahun

2004 didominasi oleh sektor industri pengolahan. Kemudian sektor perdagangan

dan seterusnya. Pada tahun 2004 struktur ekonomi Kabupaten Bogor didominasi

oleh sektor industri pengolahan (61,02 persen), kemudian sektor perdagangan

(15,42 persen). Dan yang paling kecil adalah sektor pertambangan dan

penggalian.

Tabel 4.4. Distribusi Persentase PDRB Kabupaten Bogor Tahun 1990–2004 (persen)

Tahun Pertanian Pertamba

ngan dan Penggali

an

Industri Pengolahan

Listrik, Gas dan

Air Minum

Bangunan

Perdagangan

Pengangkutan dan

Komunikasi

Keuangan

Jasa – jasa

1990 16,23 0,72 29,45 2,31 9,93 24,09 5,61 0,18 5,45 1991 15,49 0,69 30,46 2,60 9,85 24,05 5,69 0,16 5,25 1992 15,63 0,69 30,23 2,76 9,90 24,31 5,56 0,15 5,14 1993 12,42 8,43 38,40 2,89 8,09 14,96 4,17 3,43 7,21 1994 11,62 7,13 40,87 2,90 8,06 15,17 4,05 3,38 6,82 1995 10,95 6,05 43,15 2,88 7,97 15,27 3,92 3,31 6,51 1996 13,14 1,27 48,77 2,89 8,04 12,53 3,88 3,46 6,02 1997 11,01 1,25 50,48 3,08 8,05 12,42 3,98 3,67 6,05 1998 10,44 1,21 52,80 4,09 5,22 11,92 3,93 3,18 7,20 1999 10,76 1,13 52,67 4,20 5,01 11,89 3,90 3,29 7,13 2000 7,74 1,75 59,85 3,78 3,22 15,43 2,67 1,76 3,80 2001 7,66 1,69 59,97 3,79 3,23 15,36 2,70 1,76 3,83 2002 7,33 1,59 60,29 3,80 3,26 15,36 2,73 1,77 3,86 2003 6,86 1,64 60,58 3,81 3,29 15,38 2,77 179 3,88 2004 6,53 1,35 61,02 3,83 3,32 15,42 2,82 1,80 3,91

Sumber : BPS Kabupaten Bogor Tahun 1990 – 2004

Page 77: DAMPAK EFISIENSI LOKASI INDUSTRI - repository.ipb.ac.id · dampak lokasi suatu industri terhadap perolehan nilai tambahnya yang dihitung dari analisis regresi dan tingkat efisiensi

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Analisis Efisiensi Lokasi

Tingkat efisiensi lokasi dari aktivitas ekonomi secara spasial, terutama

pada industri manufaktur merupakan keunggulan relatif suatu komoditi di suatu

daerah dibandingkan daerah lain. Pada industri manufaktur, efisiensi lokasi

ditentukan oleh akses terhadap input, biaya transportasi, akses pasar serta

eksternalitas dari konsentrasi spasial yang berkaitan dengan penghematan lokasi

dan penghematan urbanisasi.

Efisiensi lokasi ini diukur dengan indikator nilai tambah sektor industri

manufaktur dan ditunjukkan oleh nilai Location Quetient (LQ), Location Indeks

(LI), dan Specialization Indeks (SI). Nilai kuosien lokasi tinggi belum tentu

efisien dan oleh karena itu digunakan ukuran tingkat spesialisasi.

Industri manufaktur di Kabupaten Bogor sangat berperan penting dalam

penyerapan tenaga kerja. Hal ini dapat dilihat dari tabel 5.1, tenaga kerja

kecamatan tertinggi yang bekerja di sektor industri pengolahan tahun 1999 adalah

Cileungsi (27,03 persen), Citeureup (21,33 persen), Cibinong (19,28 persen) dan

Gunung Putri (16,90 persen). Tenaga kerja lebih terkonsentrasi di empat

kecamatan tersebut. Pada tahun 2004, kontribusi tenaga kerja di 4 kecamatan

tersebut cenderung menurun kecuali Gunung Putri (17,52 persen), dimana

Cileungsi (26,84 persen), Citeureup (18,17 persen), Cibinong (17,64 persen).

Page 78: DAMPAK EFISIENSI LOKASI INDUSTRI - repository.ipb.ac.id · dampak lokasi suatu industri terhadap perolehan nilai tambahnya yang dihitung dari analisis regresi dan tingkat efisiensi

Tabel 5.1. Banyaknya Tenaga Kerja Kecamatan yang Bekerja di Sektor Industri Manufaktur (persen)

1999 2004

No. Kecamatan Persen Kecamatan Persen 1. Nanggung 0.54 Nanggung 0.49 2. Leuwiliang 0.15 Leuwiliang 0.75 3. Cibungbulang 0.05 Cibungbulang 0.05 4. Ciampea 0.76 Ciampea 0.66 5. Dramaga 0.41 Dramaga 0.24 6. Ciomas 0.20 Ciomas 0.37 7. Cijeruk 0.06 Tamansari 0.01 8. Caringin 0.19 Cijeruk 0.05 9. Ciawi 3.77 Caringin 0.41 10. Cisarua 0.56 Ciawi 2.61 11. Sukaraja 4.51 Cisarua 0.89 12. Babakan Madang 0.46 Sukaraja 4.78 13. Sukamakmur 0.47 Babakan Madang 0.47 14. Cariu 0.03 Cariu 0.03 15. Jonggol 0.10 Jonggol 0.43 16. Cileungsi 27.03 Cileungsi 26.84 17. Gunung Putri 16.90 Klapanunggal 3.78 18. Citeureup 21.33 Gunung Putri 17.52 19. Cibinong 19.28 Citeureup 18.17 20. Bojonggede 0.57 Cibinong 17.64 21. Kemang 0.66 Bojonggede 0.06 22. Parung 0.58 Kemang 0.52 23. Gunung Sindur 0.59 Rancabungur 0.08 24. Rumpin 0.19 Parung 0.64 25. Cigudeg 0.44 Gunung Sindur 1.76 26. Jasinga 0.04 Rumpin 0.09 27. Parung Panjang 0.15 Cigudeg 0.49 28. Jasinga 0.03 29. Parung Panjang 0.12 30. Kab. Bogor 100 Kab. Bogor 100

Sumber : BPS Kabupaten Bogor tahun 1999 dan 2004 (diolah).

Pada tahun 1999 (sebelum otonomi), Kecamatan Klapanunggal dan

Rancabungur belum mempunyai industri manufaktur, terlihat dari tidak adanya

tenaga kerja yang bekerja yang bekerja di sektor industri manufaktur di kedua

daerah tersebut. Namun pada tahun 2004 (sesudah otonomi), beberapa industri

Page 79: DAMPAK EFISIENSI LOKASI INDUSTRI - repository.ipb.ac.id · dampak lokasi suatu industri terhadap perolehan nilai tambahnya yang dihitung dari analisis regresi dan tingkat efisiensi

telah berdiri di Kecamatan Klapanunggal dan Rancabungur, terlihat dari

banyaknya tenaga kerja yang bekerja di sektor industri manufaktur yaitu sebesar

3,78 persen dan 0,08 persen dari total tenaga kerja Kabupaten Bogor yang bekerja

di sektor industri manufaktur.

Tabel 5.2. Banyaknya Tenaga Kerja Kecamatan yang Diserap Subsektor Industri Manufaktur (persen)

1999 2004

No. Kode ISIC Subsektor persen Subsektor Persen

1. 3.1 Industri makanan, minuman, dan tembakau

5,47 Industri makanan, minuman, dan tembakau

6,07

2. 3.2 Industri tekstil, pakaian jadi, kulit dan alas kaki

41,64 Industri tekstil, pakaian jadi, kulit dan alas kaki

41,54

3. 3.3 Industri kayu, bambu, rotan dan furniture

5,50 Industri kayu, bambu, rotan dan furniture

5,19

4. 3.4 Industri kertas dan barang dari kertas, percetakan dan penerbitan

3,89 Industri kertas dan barang dari kertas, percetakan dan penerbitan

2,85

5. 3.5 Industri kimia, barang dari kimia, karet plastik dan pengil. Minyak

12,65 Industri kimia, barang dari kimia, karet plastik dan pengil. Minyak

18,17

6. 3.6 Industri semen dan barang bukan logam

10,28 Industri semen dan barang bukan logam

9,28

7. 3.7 Industri logam dasar 0,41 Industri logam dasar 0,51 8. 3.8 Industri barang dari logam 12,12 Industri barang dari

logam 10,19

9. 3.9 Industri lainnya 8,04 Industri lainnya 6,21 Jumlah 100 Jumlah 100 Sumber : BPS Kabupaten Bogor tahun 1999 dan 2005 (diolah).

Tabel 5.2. memperlihatkan banyaknya tenaga kerja yang diserap oleh tiap

Subsektor Industri Manufaktur di Kabupaten Bogor. Pada tahun 1999 (sebelum

otonomi daerah) tenaga kerja yang paling besar diserap oleh Industri Manufaktur

adalah subsektor Industri tekstil, pakaian jadi, kulit dan alas kaki (41,64 persen),

subsektor Industri kimia, barang dari kimia, karet plastik dan pengilangan minyak

(12,65 persen), dan subsektor barang dari logam (12,12 persen). Ketiga subsektor

Page 80: DAMPAK EFISIENSI LOKASI INDUSTRI - repository.ipb.ac.id · dampak lokasi suatu industri terhadap perolehan nilai tambahnya yang dihitung dari analisis regresi dan tingkat efisiensi

tersebut memiliki kontribusi yang besar dalam penyerapan tenaga kerja di

Kabupaten Bogor. Pada tahun 2004 (setelah otonomi) terjadi peningkatan dan

penurunan di beberapa subsektor Industri Manufaktur di Kabupaten Bogor. Hal

ini menunjukkan bahwa semakin besar tenaga kerja yang diserap oleh beberapa

subsektor Industri Manufaktur dan terjadi penurunan diakibatkan oleh beberapa

subsektor industri adalah padat modal sehingga semakin berkembang industri

tersebut maka semakin banyak mesin yang digunakan dan semakin rendah tenaga

kerja yang dipakai. Subsektor yang memiliki kontribusi tertinggi tahun 2004

adalah subsektor industri tekstil, pakaian jadi, kulit dan alas kaki (41,54 persen),

industri kimia, barang dari kimia, karet plastik dan pengilangan minyak (18,17

persen) dan subsektor barang dari logam (10,19 persen). Ketiga subsektor yang

memiliki persentase tertinggi pada tahun 1999 sama dengan tahun 2004, yang

berarti ketiga subsektor tersebut berperan dalam perekonomian Kabupaten Bogor

dan merupakan sektor andalan.

5.1.1. Analisis Location Quetient (LQ) Industri Manufaktur Kabupaten Bogor

Salah satu pendekatan yang digunakan dalam menganalisis efisiensi lokasi

industri di suatu wilayah atau konsentrasi spasial adalah dengan Location Quetient

(LQ). LQ atau Keofisien Lokasi ini mengukur konsentrasi sesuatu kegiatan atau

industri di suatu daerah dengan jalan membandingkan peranannya dalam

perekonomian daerah itu dengan peranan kegiatan industri yang sama dalam

perekonomian nasional. Keofisien Lokasi ini menunjukkan besarnya rasio relatif

Page 81: DAMPAK EFISIENSI LOKASI INDUSTRI - repository.ipb.ac.id · dampak lokasi suatu industri terhadap perolehan nilai tambahnya yang dihitung dari analisis regresi dan tingkat efisiensi

pendapatan atau indikator lainnya (tenaga kerja, nilai tambah, penduduk, dan lain-

lain) dalam suatu industri terhadap wilayah lain.

Analisis LQ merupakan suatu ukuran untuk menentukan sektor unggulan

(basis) yang akan diprioritaskan dalam pembangunan daerah pada periode

selanjutnya atau sarana untuk memperjelas pengertian kita mengenai struktur

daerah yang bersangkutan. Analisis LQ ini menggunakan indikator nilai tambah

dan tenaga kerja.

Tabel 5.3. Nilai Location Quetient (LQ) Industri Manufaktur tahun 1990-2004

Tahun Nilai Tambah Industri Manufaktur (Rp) Nilai LQ 1990 16.603.890.000 0.02 1991 835.729.090.000 0.80 1992 953.528.000.000 0.82 1993 1.861.364.360.000 1.16 1994 2.297.896.180.000 1.22 1995 2.839.135.760.000 1.63 1996 3.435.181.210.000 1.65 1997 3.954.306.990.000 2.56 1998 5.357.857.000.000 1.74 1999 5.074.364.740.000 2.86 2000 10.908.861.310.000 2.63 2001 11.953.264.340.000 2.68 2002 13.416.102.260.000 2.65 2003 15.143.268.430.000 2.77 2004 17.363.188.620.000 2.64

Sumber : BPS Kabupaten Bogor 1990-2004 (diolah).

Dari tabel nilai Location Quetient (LQ) Industri Manufaktur tahun 1990-

2004 terlihat bahwa secara umum terjadi peningkatan nilai LQ yang diakibatkan

terjadi peningkatan nilai tambah Industri Manufaktur di Kabupaten Bogor. Nilai

tertinggi terjadi pada tahun 1999 sebesar 2,89. Dari data tersebut terlihat bahwa

setelah krisis (tahun 1999-2004) terjadi peningkatan nilai tambah industri

manufaktur yang cukup signifikan.

Page 82: DAMPAK EFISIENSI LOKASI INDUSTRI - repository.ipb.ac.id · dampak lokasi suatu industri terhadap perolehan nilai tambahnya yang dihitung dari analisis regresi dan tingkat efisiensi

Subsektor Industri Manufaktur di Kabupaten Bogor yang memiliki LQ

lebih dari satu yang diukur dari jumlah tenaga kerja pada tiap kecamatan di

Kabupaten Bogor maka dikelompokkan sebagai sektor unggulan atau sektor basis

industri manufaktur (dapat dilihat pada lampiran 8 dan lampiran 9).

Dari tabel 5.4 diketahui tahun 1999 kecamatan yang memiliki jumlah

subsektor industri terbanyak secara berurutan adalah Cileungsi yaitu enam

subsektor basis yaitu subsektor Industri Kayu dan Sejenisnya (3.3), Subsektor

Industri Kertas, Percetakan dan Penerbitan (3.4), Subsektor Industri Barang

Galian Non Logam, Kecuali Minyak Bumi dan Batu Bara (3.6), Subsektor

Industri Logam Dasar (3.7), Subsektor Barang dari Logam, Mesin dan Peralatan

(3.8), dan Subsektor Industri Pengolahan lainnya (3.9). Diikuti Caringin, Babakan

Madang, Gunung Putri dan Cibinong dengan 4 subsektor basis.

Banyaknya nilai LQ di Kecamatan-Kecamatan tersebut disebabkan lokasi

industri tersebut berada di daerah yang sangat efisien dan daerah tersebut memang

dikembangkan sebagai daerah pembangunan industri karena mempunyai akses

yang strategis serta dekat dengan DKI Jakarta. Cileungsi, Gunung Putri, dan

Jonggol berada di wilayah pembangunan timur. Cibinong dan Parung di wilayah

pembangunan tengah. Di setiap wilayah pembangunan ada Kecamatan yang

memiliki subsektor basis yang berarti di setiap wilayah pembangunan

dikembangkan industri manufaktur untuk menyerap tenaga kerja dan diharapkan

menjadi pusat pertumbuhan bagi wilayah pembangunan tersebut.

Page 83: DAMPAK EFISIENSI LOKASI INDUSTRI - repository.ipb.ac.id · dampak lokasi suatu industri terhadap perolehan nilai tambahnya yang dihitung dari analisis regresi dan tingkat efisiensi

Tabel 5.4. Jumlah LQ Industri Manufaktur Per Kecamatan di Kabupaten Bogor Tahun 1999 dan 2004

1999 2004 No

Kecamatan Subsektor ∑ Kecamatan Subsektor ∑1. Nanggung 3.1 1 Nanggung 3.1 1 2. Leuwiliang 3.1,3.3,3.6 3 Leuwiliang 3.1,3.6 2 3. Cibungbulang 3.2 1 Cibungbulang 3.2 1 4. Ciampea 3.13.9 2 Ciampea 3.1,3.9 2 5. Dramaga 3.1,3.2 2 Dramaga 3.1,3.2 2 6. Ciomas 3.2 1 Ciomas 3.1,3.2 2 7. Cijeruk 3.1 1 Tamansari 3.2 1 8. Caringin 3.1,3.2,3.5,3.9 4 Cijeruk 3.1 1 9. Ciawi 3.1,3.5,3.9 3 Caringin 3.2,3.9 2 10. Cisarua 3.1 1 Ciawi 3.1,3.5,3.9 3 11. Sukaraja 3.2,3.4 2 Cisarua 3.1 1 12. Babakan

Madang 3.3,3.4,3.5,3.8 4

Sukaraja 3.2,3.4 2

13. Sukamakmur 3.5 1 Babakan Madang 3.3,3.4,3.5,3.8 4 14. Cariu 3.6 1 Cariu 3.6 1 15. Jonggol 3.1,3.6 2 Jonggol 3.1,3.5,3.6 3

16. Cileungsi

3.3,3.4,3.6,3.7,3.8,3.9

6 Cileungsi

3.3,3.4,3.5,3.8,3.9 5

17. Gunung Putri 3.5,3.6,3.7,3.8 4 Klapanunggal 3.3,3.4,3.6,3.7 4 18. Citeureup 3.2,3.5,3.6 3 Gunung Putri 3.2,3.4,3.6,3.7,3.9 5 19. Cibinong 3.1,3.2,3.3,3.8 4 Citeureup 3.2,3.5,3.6,3.9 4 20. Bojonggede 3.2,3.3 2 Cibinong 3.1,3.2,3.3,3.7 4 21. Kemang 3.5,3.9 2 Bojonggede 3.1,3.8 2 22. Parung 3.1,3.2 2 Kemang 3.1,3.2,3.9 3 23. Gunung Sindur 3.1,3.2,3.3 3 Rancabungur 3.5 1 24. Rumpin 3.6 1 Parung 3.2 1 25. Cigudeg 3.1,3.6 2 Gunung Sindur 3.2,3.3 2 26. Jasinga 3.1 1 Rumpin 3.6 1 27. Parung Panjang 3.5,3.8 2 Cigudeg 3.5,3.6 2 28. Jasinga 3.1 1 29. Parung Panjang 3.5 1

Sumber : BPS Kabupaten Bogor tahun 1999 dan 2003 (diolah).

Pada tahun 2004, Kecamatan yang memiliki nilai LQ lebih dari satu yang

terbanyak adalah Kecamatan Cileungsi dan Gunung Putri dengan 5 subsektor

basis, diikuti Klapanunggal, Babakan Madang, Citeureup dan Cibinong dengan 4

subsektor basis. Cileungsi, Babakan Madang, Citeureup dan Cibinong merupakan

Page 84: DAMPAK EFISIENSI LOKASI INDUSTRI - repository.ipb.ac.id · dampak lokasi suatu industri terhadap perolehan nilai tambahnya yang dihitung dari analisis regresi dan tingkat efisiensi

wilayah yang efisien bagi pengembangan Industri Manufaktur di Kabupaten

Bogor karen mempunyai jumlah LQ yang tinggi baik tahun 1999 dan 2004. Ini

menandakan lokasi industri yang berada di wilayah tersebut sangat efisien

sehingga wilayah tersebut memiliki pangsa yang lebih besar dalam penciptaan

kesempatan kerja dan peningkatan nilai tambah sektor industri.

5.1.2. Analisis Localization Indeks (LI) Industri Manufaktur di Kabupaten Bogor

Localization Indeks (LI) digunakan untuk mengetahui penyebaran sektor

perekonomian suatu wilayah. Analisis ini juga dapat digunakan untuk

memperkirakan faktor lokasi yang menyebabkan pemusatan atau penyebaran

suatu sektor. Penggunaan nilai LI dapat juga digunakan untuk menganalisis

pemusatan dan ketimpangan dalam perekonomian lokal.

Identifikasi nilai LI pada masing-masing subsektor dapat memperkirakan

lokasi yang potensial untuk kegiatan industri manufaktur tertentu dan orientasi

kegiatannya untuk tumbuh dan berkembang, serta faktor lokasi yang berpengaruh

terhadap pertumbuhan dan perkembangannya pada lokasi tertentu. Tingkat lokasi

ini dapat diukur dengan nilai LI menjauhi satu maka berarti lokasi kegiatan

menyebar. Semakin besar nilai LI berarti kegiatan subsektor basis makin

terkonsentrasi (beraglomerasi). Nilai LI untuk masing-masing subsektor pada

setiap Kecamatan dapat dilihat pada lampiran 12 dan lampiran 13.

Page 85: DAMPAK EFISIENSI LOKASI INDUSTRI - repository.ipb.ac.id · dampak lokasi suatu industri terhadap perolehan nilai tambahnya yang dihitung dari analisis regresi dan tingkat efisiensi

Tabel 5.5. Nilai LI Industri Manufaktur Kabupaten Bogor Tahun 1999 dan 2004

1999 2004 No

Kecamatan Nilai LI Kecamatan Nilai LI 1. Nanggung 0.0928 Nanggung 0.07662. Leuwiliang 0.0061 Leuwiliang 0.04593. Cibungbulang 0.0007 Cibungbulang 0.00074. Ciampea 0.0366 Ciampea 0.04115. Dramaga 0.0109 Dramaga 0.00986. Ciomas 0.0028 Ciomas 0.02667. Cijeruk 0.0066 Tamansari 0.00028. Caringin 0.0064 Cijeruk 0.00549. Ciawi 0.1711 Caringin 0.007110. Cisarua 0.0973 Ciawi 0.151911. Sukaraja 0.2898 Cisarua 0.137112. Babakan Madang 0.0188 Sukaraja 0.112013. Sukamakmur 0.0321 Babakan Madang 0.028014. Cariu 0.0026 Cariu 0.002915. Jonggol 0.0133 Jonggol 0.020916. Cileungsi 0.8781 Cileungsi 0.841017. Gunung Putri 0.6087 Klapanunggal 0.425418. Citeureup 0.2545 Gunung Putri 0.345219. Cibinong 0.2351 Citeureup 0.193520. Bojonggede 0.0190 Cibinong 0.233721. Kemang 0.0263 Bojonggede 0.006322. Parung 0.0106 Kemang 0.016523. Gunung Sindur 0.0224 Rancabungur 0.003724. Rumpin 0.0162 Parung 0.008425. Cigudeg 0.0339 Gunung Sindur 0.021626. Jasinga 0.0062 Rumpin 0.008827. Parung Panjang 0.0092 Cigudeg 0.033228. Jasinga 0.005129. Parung Panjang 0.0037

Sumber : BPS Kabupaten Bogor 1999 dan 2004 (diolah).

Berdasarkan nilai LI tahun 1999, kecamatan yang memiliki nilai LI

tertinggi adalah kecamatan Cileungsi dengan nilai LI sebesar 0,8781 dimana

terdapat 100 industri manufaktur di wilayah tersebut, sehingga dapat diketahui

bahwa industri di daerah Cileungsi cenderung memusat. Diikuti Kecamatan

Gunung Putri dengan nilai LI sebesar 0,6087 sehingga dapat dikatakan bahwa

Page 86: DAMPAK EFISIENSI LOKASI INDUSTRI - repository.ipb.ac.id · dampak lokasi suatu industri terhadap perolehan nilai tambahnya yang dihitung dari analisis regresi dan tingkat efisiensi

industri di Kecamatan Gunung Putri cenderung memusat, terutama industri yang

paling dominan adalah industri kimia & barang dari bahan kimia, minyak bumi,

batubara karet, dan plastik sebanyak 33 industri dan industri barang dari logam,

mesin dan peralatannya sebanyak 27 industri. Pada tahun 2004, nilai LI di

masing-masing kecamatan mengalami fluktuasi yang memiliki arti berbeda.

Kecamatan yang memiliki nilai LI tertinggi yaitu kecamatan Cileungsi dengan

nilai LI sebesar 0,8781 dan kecamatan Klapanunggal dengan nilai LI sebesar

0,4254. Pada tahun 1999 di Kecamatan Klapanunggal belum terdapat industri

manufaktur, tapi pada tahun 2004 terdapat 30 industri dengan jumlah tenaga kerja

6.280 tenaga kerja dan dapat diketahui bahwa industri di Kecamatan

Klapanunggal cenderung memusat. Sedangkan kecamatan yang memiliki nilai LI

terkecil adalah Kecamatan Taman Sari (0,0002) diikuti Kecamatan Cibungbulang

sebesar 0,0007 sehingga industri di daerah tersebut cenderung menyebar.

5.1.3. Analisis Specilization Indeks (SI) Industri Manufaktur Kabupaten Bogor

Analisis specialization indeks merupakan alat analisis yang bertujuan

untuk mengetahui ada atau tidaknya spesialisasi suatu subsektor industri

manufaktur di suatu wilayah dan memperoleh kejelasan tingkat spesialisasi suatu

subsektor industri manufaktur. Tingkat spesialisasi yang positif menunjukkan

keunggulan komparatif suatu daerah akan sektor tertentu. Semakin tinggi tingkat

spesialisasi maka semakin tinggi pula keunggulan komparatif daerah tersebut

dalam memproduksi sektor basis. Sebaliknya, nilai SI yang rendah menunjukkan

rendahnya keunggulan komparatif dari sektor basis.

Page 87: DAMPAK EFISIENSI LOKASI INDUSTRI - repository.ipb.ac.id · dampak lokasi suatu industri terhadap perolehan nilai tambahnya yang dihitung dari analisis regresi dan tingkat efisiensi

Nilai SI pada tingkat kecamatan berasal dari penjumlahan tingkat

spesialisasi subsektor industri manufaktur yang positif dimana tingkat spesialisasi

yang bernilai positif memberikan suatu penilaian bahwa subsektor basis

berpotensi menjadi subsektor spesialisasi di kecamatan tertentu. Besarnya nilai SI

kecamatan terhadap subsektor-subsektor industri manufaktur tertentu sangat

dipengaruhi oleh keberadaan subsektor basis industri manufaktur yang dimiliki

oleh Kecamatan yang bersangkutan. Nilai SI suatu kecamatan akan tinggi apabila

subsektor basis industri manufaktur suatu kecamatan memiliki perbedaan proporsi

yang tinggi terhadap wilayah kabupaten dan jumlah subsektor basis industri

manufaktur turut menentukan besarnya nilai SI.

Berdasarkan tabel 5.6 yang berasal dari lampiran 10 dan lampiran 11, nilai

SI tahun 1999 yang tertinggi dimiliki oleh Kecamatan Nanggung, Cisarua, dan

Jasinga dengan nilai SI sebesar 0,9453. Ketiga kecamatan ini berspesialisasi pada

industri makanan, minuman dan tembakau. Hal ini menunjukkan implikasi dari

besarnya peranan sektor basis dalam perekonomian wilayah tersebut. Besarnya

nilai SI ketiga kecamatan tersebut disebabkan karena industri makanan, minuman

dan tembakau sangat berspesialisasi di daerah tersebut dan sangat basis, sehingga

memiliki nilai LQ yang lebih besar di antara kecamatan lain. Ini dapat dilihat dari

tabel 5.1, ketiga kecamatan tersebut hanya memiliki industri makanan, minuman

dan tembakau (3.1) saja yang dapat basis.

Page 88: DAMPAK EFISIENSI LOKASI INDUSTRI - repository.ipb.ac.id · dampak lokasi suatu industri terhadap perolehan nilai tambahnya yang dihitung dari analisis regresi dan tingkat efisiensi

Tabel 5.6. Nilai SI Industri Manufaktur Per Kecamatan di Kabupaten Bogor Tahun 1999 dan 2004

1999 2004 No

Kecamatan Nilai SI Kecamatan Nilai SI1. Nanggung 0.9453 Nanggung 0.93932. Leuwiliang 0.7875 Leuwiliang 0.37083. Cibungbulang 0.5836 Cibungbulang 0.58464. Ciampea 0.3809 Ciampea 0.38875. Dramaga 0.5290 Dramaga 0.52396. Ciomas 0.5836 Ciomas 0.48327. Cijeruk 0.5905 Tamansari 0.58468. Caringin 0.3221 Cijeruk 0.62119. Ciawi 0.4386 Caringin 0.470210. Cisarua 0.9453 Ciawi 0.578411. Sukaraja 0.3377 Cisarua 0.939312. Babakan Madang 0.4159 Sukaraja 0.388213. Sukamakmur 0.8735 Babakan Madang 0.381314. Cariu 0.8972 Cariu 0.907215. Jonggol 0.8425 Jonggol 0.664916. Cileungsi 0.2264 Cileungsi 0.298717. Gunung Putri 0.1529 Klapanunggal 0.537618. Citeureup 0.1940 Gunung Putri 0.119719. Cibinong 0.2885 Citeureup 0.138420. Bojonggede 0.3740 Cibinong 0.311821. Kemang 0.4762 Bojonggede 0.837422. Parung 0.5055 Kemang 0.427323. Gunung Sindur 0.3577 Rancabungur 0.818324. Rumpin 0.8972 Parung 0.546025. Cigudeg 0.7945 Gunung Sindur 0.467326. Jasinga 0.9453 Rumpin 0.907227. Parung Panjang 0.7523 Cigudeg 0.676228. Jasinga 0.939329. Parung Panjang 0.5583Sumber : BPS Kabupaten Bogor 1999 dan 2004 (diolah).

Sedangkan Kecamatan Gunung Putri, Citeureup dan Cileungsi memiliki

nilai SI yang relatif rendah, yaitu sebesar 0.1529, 0.1940, dan 0,2264. Dapat

dikatakan bahwa di tiga kecamatan tersebut keunggulan komparatifnya sangat

rendah. Rendahnya nilai SI tersebut disebabkan di wilayah tersebut memiliki

banyak subsektor industri yang basis sehingga tingkat spesialisasinya menyebar.

Page 89: DAMPAK EFISIENSI LOKASI INDUSTRI - repository.ipb.ac.id · dampak lokasi suatu industri terhadap perolehan nilai tambahnya yang dihitung dari analisis regresi dan tingkat efisiensi

Hal ini juga disebabkan subsektor basis yang dimiliki Kecamatan Gunung Putri,

Citeureup dan Cileungsi juga dimiliki oleh kecamatan lainnya.

Pada tahun 2004, nilai SI di beberapa kecamatan di Kabupaten Bogor

berfluktuatif. Seperti pada tahun 1999, kecamatan yang memiliki nilai SI tertinggi

juga ditempati oleh Kecamatan Nanggung, Cisarua dan Jasinga dengan nilai SI

sebesar 0,9393. Tetapi terjadi penurunan nilai SI pada tahun 2004 dibandingkan

tahun 1999. Hal ini menunjukkan tingkat spesialisasi di tiga kecamatan tersebut

makin rendah. Semakin kecilnya tingkat spesialisasi dapat dikarenakan subsektor

basis yang dimiliki oleh ketiga kecamatan tersebut juga dimiliki oleh kecamatan

lain. Sedangkan kecamatan yang memiliki nilai SI relatif rendah adalah Gunung

Putri dan Citeureup dengan nilai SI masing-masing 0,1197 dan 0,1384.

Kecilnya tingkat spesialisasi diakibatkan subsektor basis industri

manufaktur pada suatu kecamatan juga merupakan komoditi basis industri

manufaktur pada kecamatan lain. Hal ini menjelaskan bahwa setiap kecamatan

tidak ada yang berspesialisasi pada kegiatan industri manufaktur dan tidak ada

subsektor basis yang menjadi subsektor spesialis pada kecamatan.

5.2. Analisis Dampak Efisiensi Lokasi

Dalam menganalisis dampak dari berbagai faktor produksi terhadap

peningkatan produksi nilai tambah industri manufaktur, peubah tidak bebasnya

atau variabel dependennya adalah nilai tambah industri manufaktur sedangkan

peubah bebasnya atau variabel independennya adalah nilai LQ(efisiensi lokasi),

L(jumlah tenaga kerja industri manufaktur), JI(jumlah industri manufaktur),

Page 90: DAMPAK EFISIENSI LOKASI INDUSTRI - repository.ipb.ac.id · dampak lokasi suatu industri terhadap perolehan nilai tambahnya yang dihitung dari analisis regresi dan tingkat efisiensi

NTIND(-1) (nilai tambah industri manufaktur tahun sebelumnya), D(Dummy

otonomi daerah). Adapun model yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

Y = β0(Lok)β1(L)β2(JI)β2(NTIND(-1))β3(D)

Jika model tersebut diubah menjadi model linier aditif, maka bentuknya akan

menjadi:

Log(Y) = Log β0 + β1Log(Lok) + β2Log(L) + β3Log(JI)+β4(NTIND(-1))+ β5D

Peubah bebas yang dianalisis di dalam penelitian ini adalah faktor-faktor

yang dapat mempengaruhi dan berperan secara langsung dalam peningkatan nilai

tambah sektor industri manufaktur di Kabupaten Bogor.

5.2.1. Analisis Hasil Estimasi Regresi

Metode Kuadrat Terkecil (OLS) sangat erat dengan konsep rataan sebagai

penduga nilai tengah. Rataan sebagai penduga nilai tengah memiliki kelemahan-

kelemahan, salah satunya adalah peka terhadap pencilan. Sehingga dengan adanya

data yang menjauh dari kumpulannya akan mempengaruhi Metode Kuadrat

Terkecil dalam melakukan pendugaan terhadap parameter-parameter dalam

analisa regresi.

5.2.1.1. Pengujian Statistik

Uji R2

Berdasarkan hasil estimasi regresi sederhana tabel 5.7 diperoleh nilai R2

sebesar 98,7 persen. Artinya, model mampu dijelaskan oleh nilai LQ, jumlah

tenaga kerja, jumlah industri, nilai tambah tahun sebelumnya dan dummy otonomi

Page 91: DAMPAK EFISIENSI LOKASI INDUSTRI - repository.ipb.ac.id · dampak lokasi suatu industri terhadap perolehan nilai tambahnya yang dihitung dari analisis regresi dan tingkat efisiensi

daerah di dalam persamaan tersebut sebesar 98,7 persen sedangkan sisanya

dijelaskan oleh faktor lain di luar model. Faktor-faktor lain yang tidak dijelaskan

di dalam model terdiri dari jumlah modal, teknologi dan jumlah mesin, krisis

ekonomi, dan lain-lain.

Tabel 5.7. Hasil Estimasi Regresi Nilai Tambah Industri Manufaktur di Kabupaten Bogor

Dependent Variable: LNTIND Method: Least Squares Sample(adjusted): 1991 2004 Included observations: 14 after adjusting endpoints

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 21.29737 2.502740 8.509621 0.0000

LQ 0.641090 0.089011 7.202333 0.0001LJLTK 1.297965 0.271833 4.774866 0.0014

LJLIND(-1) -2.301341 0.478826 -4.806213 0.0013LNTIND(-1) 0.192099 0.051444 3.734148 0.0058

DUMMY 0.265870 0.156776 1.695860 0.1284R-squared 0.987333 Mean dependent var 29.16458Adjusted R-squared 0.979416 S.D. dependent var 1.001255S.E. of regression 0.143653 Akaike info criterion -0.745307Sum squared resid 0.165089 Schwarz criterion -0.471425Log likelihood 11.21715 F-statistic 124.7090Durbin-Watson stat 2.590351 Prob(F-statistic) 0.000000Sumber: BPS Kabupaten Bogor 1990-2004 (diolah).

Uji F-Statistik

Nilai F-Statistik pada hasil analisis regresi ini sebesar 124,70 dengan nilai

probabilitasnya sebesar 0,000. Maka persamaan tersebut lulus uji F-Statistik,

dimana nilai F-tabel pada taraf nyata 5 persen (F-tabel = 3,55) lebih kecil dari

pada nilai F-Statistiknya. Jadi dapat disimpulkan bahwa minimal ada salah satu

variabel (lokasi, tenaga kerja, jumlah industri, nilai tambah tahun sebelumnya atau

dummy politik) yang berpengaruh nyata terhadap output pada tingkat kepercayaan

5 persen.

Page 92: DAMPAK EFISIENSI LOKASI INDUSTRI - repository.ipb.ac.id · dampak lokasi suatu industri terhadap perolehan nilai tambahnya yang dihitung dari analisis regresi dan tingkat efisiensi

Uji t-statistik

Pengujian terhadap masing-masing variabel bebas dilakukan dengan uji t-

statistik. Pengujian t-statistik dapat dilakukan dengan membandingkan nilai t-tabel

dengan nilai t-statistik pada masing-masing variabel bebas. Berdasarkan tabel 5.7

dapat dilihat bahwa nilai kuesien lokasi, jumlah tenaga kerja, jumlah industri dan

nilai tambah industri tahun sebelumnya berpengaruh nyata terhadap nilai output

karena mempunyai nilai t-statistik yang lebih besar atau lebih kecil dari nilai t-

tabel pada taraf nyata 5 persen (t-tabel = 2,093 atau t-tabel = -2,093). Begitupun

nilai probabilitas dari masing-masing variabel bebas menunjukkan nilai kuesien

lokasi, jumlah tenaga kerja dan dummy otonomi berpengaruh nyata karena nilai

probabilitasnya kurang dari taraf nyata 5 persen (0,05).

5.2.1.2. Pengujian Ekonometrika

Uji Autokorelasi

Masalah autokorelasi dapat dideteksi dengan melihat nilai Durbin Watson

Statistik. Dari tabel 5.7 nilai Durbin Watson adalah 3,03 dimana nilai tersebut

jatuh pada daerah tidak ada korelasi. Selain itu dapat juga dilakukan pengujian

dengan menggunakan pengujian Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test .

Dalam menggunakan lag, kita mencoba memasukkan angka lag yang

menghasilkan nilai akaike criteria yang paling kecil.

Page 93: DAMPAK EFISIENSI LOKASI INDUSTRI - repository.ipb.ac.id · dampak lokasi suatu industri terhadap perolehan nilai tambahnya yang dihitung dari analisis regresi dan tingkat efisiensi

Hasil output komputer dengan memasukkan nilai lag 2 sebagai berikut:

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

F-statistic 1.335750 Probability 0.331261

Obs*R-squared 4.313095 Probability 0.115724

Sumber : lampiran 15

Bila Ho : tidak ada autokorelasi

H1 : ada autokorelasi

Dengan menggunakan taraf nyata 5 persen, maka terima H0 jika Obs*R-Squared

< X2df-2 atau probability (P-value) > α. Karena P-value = 0,115724 > 0,05 maka

terima H0, sehingga dengan tingkat keyakinan 95 persen maka tidak ada

autokorelasi.

Uji Multikolineritas

Multikolinieritas dapat dideteksi dengan melihat korelasi antar peubah

bebasnya (X). Untuk melihat adanya multikolinieritas dapat dilakukan dengan

melihat correlations matrix, maka akan diperoleh matrix seperti pada tabel 5.8.

Bila korelasi antar variabel kurang dari nilai mutlak 0,8 (rule of thumb 0,8) maka

dapat dikatakan antar variabel tidak terkena gejala multicolinearity. Dari tabel 5.8

dapat diketahui bahwa terjadi gejala multikolinieritas antara LQ dan nilai tambah

industri manufaktur. Tapi hal itu dapat diabaikan dengan menggunakan Uji Klien,

dimana tidak akan terjadi multikolinearitas selama nilai korelasi antar variabel

bebasnya lebih kecil dari nilai R-squared. Nilai R-squared pada tabel 5.7 adalah

0,98 sehingga dapat disimpulkan bahwa masalah multikolinieritas dapat

diabaikan.

Page 94: DAMPAK EFISIENSI LOKASI INDUSTRI - repository.ipb.ac.id · dampak lokasi suatu industri terhadap perolehan nilai tambahnya yang dihitung dari analisis regresi dan tingkat efisiensi

Tabel 5.8. Uji Multikolinieritas Model LNTIND LQ LJLTK LJLIND DUMMY

LNTIND 1.000000 0.889518 0.718695 0.133260 0.538043

LQ 0.889518 1.000000 0.548979 -0.150088 0.573120

LJLTK 0.718695 0.548979 1.000000 0.638196 0.036613

LJLIND 0.133260 -0.150088 0.638196 1.000000 -0.441114

DUMMY 0.538043 0.573120 0.036613 -0.441114 1.000000

Sumber : lampiran 15

Uji Heteroskedastisitas

Pengujian masalah heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan uji

White Heteroskedastisitas Test. Hasil uji tersebut menunjukkan bahwa persamaan

fungsi pada penelitian tidak terdapat gejala heteroskedastisitas, dilihat dari nilai

probabilitas Obs*R-squared sebesar 0,166 yang lebih tinggi dari tingkat

signifikansi sebesar 5 persen (0,05). Hasil pengujian gejala heteroskedastisitas

dapat dilihat dari tabel di bawah ini.

White Heteroskedasticity Test::

F-statistic 5.312501 Probability 0.061402

Obs*R-squared 12.91918 Probability 0.166298

Sumber : lampiran 15

Uji Normalitas

Pengujian normalitas data pada tiap variabel dapat dilihat dari pengujian

normalitas Jarque-Bera, dimana dihasilkan bahwa nilai probability (P-value)

Jarque-Bera yaitu 0,6526 sedangkan taraf nyatanya bernilai 0,05 (α = 5%),

sehingga nilai P-value = 0,6526 > 0,05 dapat disimpulkan bahwa dengan tingkat

Page 95: DAMPAK EFISIENSI LOKASI INDUSTRI - repository.ipb.ac.id · dampak lokasi suatu industri terhadap perolehan nilai tambahnya yang dihitung dari analisis regresi dan tingkat efisiensi

keyakinan 95 persen maka gangguan (error term) terdistribusi normal (lampiran

15).

5.2.1.2. Interpretasi Peubah-Peubah Dalam Model

LogY = 21,297 + 0,64 LQ + 1,29 Log L – 2,30 Log JI(-1) + 0,19 Log NTIND(-1)

+ 0,26 D

Berdasarkan hasil regresi linier sederhana diatas dapat dijelaskan beberapa

keofisien yaitu : α = 21,297 artinya setiap adanya penambahan penggunaan tenaga

kerja, jumlah industri yang semakin berkurang tahun berikutnya, peningkatan nilai

tambah industri tahun sebelumnya sebesar nol (0) persen dan adanya otonomi

daerah maka akan menaikkan nilai tambah industri sebesar 21,297 persen.

A. Tingkat Efisiensi Lokasi dan Nilai Tambah Industri Manufaktur

Tingkat lokalisasi industri manufaktur diukur dari nilai LQ (location

Quetient) dimana menunjukkan tingkat efisiensi lokasi suatu industri manufaktur

sehingga industri di lokasi/wilayah tersebut dapat basis (mengekspor ke daerah

lain). Nilai LQ diukur dari membandingkan nilai tambah industri dan PDRB

Kabupaten Bogor dengan Provinsi Jawa Barat dari tahun 1990-2004, dimana

menurut Isard dalam Kartono (1986), kuesien lokalisasi dimaksudkan untuk

mengukur secara relatif konsentrasi lokasi industri tertentu dengan beberapa

indikator lain, misalnya populasi, tenaga kerja industri atau pendapatan (nilai

tambah).

Tingkat lokalisasi industri manufaktur di Kabupaten Bogor berpengaruh

positif terhadap nilai tambah industri manufaktur di Kabupaten Bogor. Dimana

Page 96: DAMPAK EFISIENSI LOKASI INDUSTRI - repository.ipb.ac.id · dampak lokasi suatu industri terhadap perolehan nilai tambahnya yang dihitung dari analisis regresi dan tingkat efisiensi

jika terjadi peningkatan efisiensi lokasi (tingkat lokalisasi) sebesar 1 persen

(semakin efisien penempatan lokasi suatu industri) maka nilai tambah industri

manufaktur Kabupaten Bogor akan meningkat secara singnifikan sebesar 0,64

persen.

Semakin efisien suatu industri memilih lokasi, maka akan semakin

meningkatkan nilai tambahnya. Bila industri yang cenderung berorientasi terhadap

bahan baku, maka harus dapat memilih lokasi yang dekat dengan bahan baku,

demikian juga industri yang berorientasi terhadap pasar.

B. Jumlah Tenaga Kerja dan Nilai Tambah Industri Manufaktur

Jumlah tenaga kerja berpengaruh positif terhadap nilai tambah Industri

manufaktur. Tambahan penggunaan tenaga kerja akan meningkatkan output

industri sehingga nilai tambah yang dihasilkan akan meningkat. Peningkatan nilai

tambah akan meningkatkan penyerapan tenaga kerja dikarenakan nilai yang

diperoleh akan diinvestasikan kembali.

Dari hasil regresi pada tabel 5.7. dapat diketahui bahwa jika terjadi

penambahan tenaga kerja sebesar 1persen maka akan menyebabkan kenaikan nilai

tambah sektor industri sebesar 1,29 persen (increasing return to scale). Jumlah

tenaga kerja relatif mempunyai pengaruh yang besar terhadap nilai tambah sektor

industri.

Pada industri makanan, minuman dan tembakau serta industri tekstil,

pakaian jadi dan kulit, peranan tenaga kerja sangat besar. Tenaga kerja yang

dibutuhkan sangat banyak karena industri tersebut memiliki berbagai bidang

produksi yang spesifik sehingga membutuhkan tenaga kerja yang lebih banyak.

Page 97: DAMPAK EFISIENSI LOKASI INDUSTRI - repository.ipb.ac.id · dampak lokasi suatu industri terhadap perolehan nilai tambahnya yang dihitung dari analisis regresi dan tingkat efisiensi

Peningkatan jumlah tenaga kerja sesuai dengan kebutuhan perusahaan akan

meningkatkan proses produksi, karena perusahaan akan lebih produktif , ceteris

paribus. Perusahaan yang lebih produktif akan meningkatkan surplus usaha

sehingga akan meningkatkan nilai tambah industri manufaktur.

C. Jumlah Industri dan Nilai Tambah Industri Manufaktur

Jumlah Industri Manufaktur di Kabupaten Bogor berpengaruh negatif

terhadap nilai tambah sektor Industri Manufaktur. Ini menunjukkan bahwa

semakin bertambah industri manufaktur di Kabupaten Bogor tidak akan efisien

karena akan semakin menurunkan nilai tambah Industri Manufaktur secara

keseluruhan di Kabupaten Bogor.

Dari hasil regresi pada tabel 5.7. dapat disimpulkan bahwa jika terjadi

peningkatan jumlah industri manufaktur sebesar 1 persen maka akan

mengakibatkan penurunan nilai tambah industri manufaktur di Kabupaten Bogor

sebesar 2,30 persen. Penurunan ini berpengaruh sangat signifikan terhadap nilai

tambah sektor industri manufaktur.

Penambahan industri manufaktur di Kabupaten Bogor akan

mengakibatkan industri baru semakin tidak efisien dan mengakibatkan nilai

tambah industri secara keseluruhan menurun. Perusahaan yang baru cenderung

belum mempunyai analisis biaya manfaat serta alur cash-flow yang tepat serta

belum mempunyai teknologi serta alat produksi yang efisien sehingga bila

perusahaan tersebut masuk ke dalam industri maka bahan baku yang terbatas akan

semakin terbagi. Yang dulunya dikuasai oleh satu perusahaan besar dan sangat

efisien dengan teknologi dan alat produksi canggih (economies of scale), kini

Page 98: DAMPAK EFISIENSI LOKASI INDUSTRI - repository.ipb.ac.id · dampak lokasi suatu industri terhadap perolehan nilai tambahnya yang dihitung dari analisis regresi dan tingkat efisiensi

bahan baku baku yang terbatas harus terbagi merata. Output industri besar akan

semakin menurun serta output dari industri baru rendah karena keterbatasan

sumber daya produksi. Hal ini akan mengakibatkan nilai tambah Industri

Manufaktur Kabupaten Bogor semakin berkurang.

D. Nilai Tambah Industri Manufaktur Tahun Lalu dan Tahun Sekarang

Nilai tambah Industri manufaktur tahun lalu (tahun sebelumnya)

berpengaruh positif terhadap perolehan nilai tambah Industri Manufaktur tahun

berikutnya. Ini menunjukkan bahwa perolehan output suatu industri tahun

sebelumnya masih mempengaruhi perolehan output industri tersebut tahun

berikutnya. Perolehan output suatu industri tahun sebelumnya tidak akan terjadi

perubahan yang ekstrim pada tahun berikutnya karena industri tidak akan

mengubah komposisi input, teknologi, sumber daya, serta alat-alat produksi hanya

dalam waktu 1 tahun (ceteris paribus).

Dari hasil regresi dapat diketahui bahwa bila terjadi peningkatan ouput/

nilai tambah Industri Manufaktur di Kabupaten Bogor tahun lalu (1tahun sebelum

tahun ini), maka akan terjadi peningkatan perolehan nilai tambah Industri

Manufaktur di Kabupaten Bogor sebesar 0,19 persen dari peningkatan nilai

tambah tersebut pada tahun ini atau terjadi peningkatan sebesar 1,19 persen dari

tahun sebelumnya. Hal ini menunjukkan perolehan nilai tambah tahun

sebelumnya berpengaruh positif dan singnifikan terhadap perolehan nilai tambah

industri manufaktur di Kabupaten Bogor tahun berikutnya.

E. Otonomi Daerah dan Nilai Tambah Industri Manufaktur di Kabupaten Bogor

Page 99: DAMPAK EFISIENSI LOKASI INDUSTRI - repository.ipb.ac.id · dampak lokasi suatu industri terhadap perolehan nilai tambahnya yang dihitung dari analisis regresi dan tingkat efisiensi

Otonomi Daerah yang terjadi di Kabupaten Bogor berlangsung sejak tahun

2001, dimana menurut UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dan

UU No. 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat

dan Daerah, tiap daerah diberi kebebasan untuk mengurus rumah tangganya

sendiri sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pelaksanaan

otonomi daerah ditujukan bagi perwujudan otonomi daerah yang nyata, dinamis,

serasi dan bertanggung jawab. Pada hakekatnya penerapan prinsip ini ditujukan

untuk mengurangi ketergantungan pada pusat bagi pelaksanaan pembangunan

daerah.

Dari hasil regresi diketahui bahwa dengan adanya otonomi daerah, dimana

Kabupaten Bogor mengurus perekonomiannya sendiri, terjadi peningkatan nilai

tambah industri di Kabupaten Bogor sebesar 0,26 persen. Dengan adanya otonomi

daerah, seluruh sektor perekonomian akan dikaji lebih lagi agar dapat memberikan

hasil optimal, termasuk industri pengolahan dimana merupakan penyumbang

terbesar dalam perekonomian Kabupaten Bogor (dilihat dari PDRB Kabupaten

Bogor). Sejak otonomi daerah (2001) dapat dilihat (tabel 1.1) bahwa sektor

industri pengolahan mengalami peningkatan nilai tambah, sehingga otonomi

daerah sangat berpengaruh positif terhadap peningkatan nilai tambah sektor

Industri Manufaktur di Kabupaten Bogor.

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

Page 100: DAMPAK EFISIENSI LOKASI INDUSTRI - repository.ipb.ac.id · dampak lokasi suatu industri terhadap perolehan nilai tambahnya yang dihitung dari analisis regresi dan tingkat efisiensi

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis konsentrasi spasial dan dampak efisiensi lokasi

industri terhadap nilai tambah Industri Manufaktur, maka kesimpulan yang

diperoleh adalah sebagai berikut:

1. Tahun 1999 dan 2004, Kecamatan Cileungsi memiliki nilai LI tertinggi,

sedangkan nilai SI tertinggi dimiliki oleh Kecamatan Nanggung, Cisarua

dan Jasinga. Kecamatan Cileungsi, Citeureup, Cibinong dan Gunung Putri

memiliki jumlah LQ lebih tinggi dibandingkan kecamatan lain sehingga

wilayah tersebut menikmati pangsa tenaga kerja yang lebih besar.

2. Efisiensi lokasi suatu industri berpengaruh positif dan signifikan terhadap

perolehan nilai tambah Industri Manufaktur, serta faktor-faktor lain seperti

jumlah tenaga kerja, nilai tambah industri tahun sebelumnya, dan dummy

otonomi daerah berpengaruh positif terhadap perolehan nilai tambah

industri. Tetapi jumlah industri berpengaruh negatif terhadap perolehan

nilai tambah industri di Kabupaten Bogor.

6.2. Saran

Berdasarkan hasil analisis, dapat disampaikan saran sebagai berikut:

1. Setiap pelaku industri harus benar-benar mempertimbangkan penentuan

lokasi industri yang efisien karena penentuan lokasi yang efisien sangat

berpengaruh signifikan terhadap perolehan output industri tersebut.

Page 101: DAMPAK EFISIENSI LOKASI INDUSTRI - repository.ipb.ac.id · dampak lokasi suatu industri terhadap perolehan nilai tambahnya yang dihitung dari analisis regresi dan tingkat efisiensi

2. Pemerintah Kabupaten Bogor harus dapat mengatur pertumbuhan industri

di Kabupaten Bogor, karena semakin banyak industri akan semakin

mengurangi nilai tambah Industri Manufaktur secara keseluruhan di

Kabupaten Bogor. Sehingga diharapkan industri yang sudah berdiri benar-

benar dibina dan dilindungi baik melalui investasi, pemberian fasilitas dan

infrastruktur yang memadai, serta perlindungan hukum terhadap industri

manufaktur melalui perda atau ketetapan daerah sehingga industri yang

sudah ada dapat lebih produktif dan semakin meningkatkan nilai

tambahnya.

3. Dalam mengembangkan sektor industri manufaktur di Kabupaten Bogor

perlu dikembangkan strategi industri berbasis Cluster (pengelompokan

suatu kegiatan sejenis dalam lingkup wilayah tertentu) yang berdasarkan

pertimbangan lokalisasi industri sehingga terjadinya aglomerasi dalam

mengembangkan keunggulan kompetitif Kabupaten Bogor dalam

menghadapi persaingan.

DAFTAR PUSTAKA

Page 102: DAMPAK EFISIENSI LOKASI INDUSTRI - repository.ipb.ac.id · dampak lokasi suatu industri terhadap perolehan nilai tambahnya yang dihitung dari analisis regresi dan tingkat efisiensi

Badan Pusat Statistik. 1999. Statistika Indonesia 1999. Jakarta. Indonesia.

Badan Pusat Statistik. 2002. Statistika Indonesia 2002. Jakarta. Indonesia.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor 2004. Pendapatan Domestik Regional

Bruto Kabupaten Bogor 1990-2004. Bogor Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor 2004. Pendapatan Domestik Regional

Bruto Jawa Barat 1990-2004. Bogor Damaryanti, A.2000. Peran Sektor Agroindustri dalam Perekonomian Kabupaten

Bogor Menghadapi Otonomi Daerah[skripsi]. Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. IPB

Djojodipuro, M. 1992. Teori Lokasi. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI.

Jakarta Fahrizan, F. 2005. Peran Agroindustri dalam Penyerapan Tenaga Kerja dan

Peningkatan Pendapatan Masyarakat Kota Bogor [skripsi]. Departemen Ilmu Ekonomi. Fakultas Ekonomi Manajemen. IPB.

Basri, F. 8 Februari 2006. ”Pertumbuhan Ekonomi di Tahun 2006”. Kompas: 26. Glasson, J. 1977. Pengantar Perencanaan Regional. Terjemahan Lembaga

Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta Gujarati, D. 1978. Ekonometrika Dasar. Zain dan Sumarno [penerjemah].

Erlangga. Jakarta. Hamzah, L.M. 1997. Pergerakan Faktor Produksi dan Aglomerasi Industri.

(tesis). Program Studi Ekonomi Perencanaan Pembangunan. Fakultas Pasca Sarjana. Universitas Indonesia. Jakarta

Hartarto, Adi. 2002. Potensi Sektor-sektor Ekonomi untuk Menunjang

Pembangunan Wilayah Kabupaten Bogor (Analisis Input-Output) [skripsi]. Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian, IPB. Bogor.

Hoover, E. M. 1977. Pengantar Ekonomi Regional. Lembaga Penerbit Fakultas

Ekonomi. Universitas Indonesia. Jakarta.

Page 103: DAMPAK EFISIENSI LOKASI INDUSTRI - repository.ipb.ac.id · dampak lokasi suatu industri terhadap perolehan nilai tambahnya yang dihitung dari analisis regresi dan tingkat efisiensi

Huda, M. 1993. Etos Kerja, Kebijaksanaan Pembinaan dan Perkembangan Industri Kecil [Tesis]. Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Irawan dan M. Suparmoko.1992. Ekonomika Pembangunan. BPFE. Yogyakarta Jaya, W. K. 1993. Pengantar Ekonomi Industri. BPFE. Yogyakarta. Jhingan, M.L. 2002. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Raya Grafindo

Persada. Jakarta. Kartono, H. 1986. Dampak Lokasi Industri Manufakturing dalam Pembangunan

Wilayah [Tesis]. Sekolah Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Kolehmainen, J. 2002. ”Territorial Agglomeration as a Local Innovation

Evironment”. MIT Industrial Performance Center. Working Paper. Markusen, A. 1996. “Stickly Places in Slippery Space: A Typology Industrial

District”. Economic Geograpy 72 (3): 293. McCann, P. 2001. Urban and Regional Economics. Oxford University Press. Montgomery, M. R. 1988. “How Large is too Large? Implication of the City size

of Plants: Disentangling the sources of Co-location Externalities”. CORE Working Paper.

Richardson, H. W. 1977. Dasar-Dasar Ilmu Ekonomi Regional. Paul Sitohang

[penerjemah]. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi-Universitas Indonesia. Jakarta.

Saragih, B. Pengembangan Agribisnis dalam Pembangunan Ekonomi Abad 21

[Tesis]. Jurnal Ekonomi volume 7_2. Sukirno, S. 1985. Ekonomi Pembangunan. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi

UI. Jakarta. Sulistiawati, R. 1995. Analisis Lokasi dan Struktur Industri di Wilayah Botabek

[Tesis]. Sekolah Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Suryadi, D. 2005. Analisis Aglomerasi Industri Manufaktur di Kabupaten Bogor

[skripsi]. Departemen Ilmu Ekonomi. Fakultas Ekonomi Manajemen. Institut Pertanian Bogor.

Tarigan, R. 2004. Ekonomi Regional : Teori dan Aplikasi. Bumi Aksara Jakarta.

Page 104: DAMPAK EFISIENSI LOKASI INDUSTRI - repository.ipb.ac.id · dampak lokasi suatu industri terhadap perolehan nilai tambahnya yang dihitung dari analisis regresi dan tingkat efisiensi

LAMPIRAN

Page 105: DAMPAK EFISIENSI LOKASI INDUSTRI - repository.ipb.ac.id · dampak lokasi suatu industri terhadap perolehan nilai tambahnya yang dihitung dari analisis regresi dan tingkat efisiensi

Lampiran 1. Klasifikasi Industri Manufaktur/Pengolahan menurut BPS.

A. Industri Manufaktur dikelompokkan ke dalam empat kelompok berdasarkan

banyaknya pekerja, yaitu:

a. Industri Besar adalah perusahaan yang mempunyai pekerja 100 orang

atau lebih

b. Industri Menengah adalah perusahaan yang mempunyai pekerja 20-99

orang

c. Industri Kecil adalah perusahaan yang mempunyai pekerja 5-19 orang

d. Industri Rumah Tangga adalah usaha kerajinan rumah tangga yang

mempunyai pekerja antara 1-4 orang.

B. Klasifikasi Industri Manufaktur/Pengolahan berdasarkan ISIC 2 Dijit:

3.1 Subsektor Industri Makanan, Minuman dan Tembakau

3.2 Subsektor Industri Tekstil, Pakaian Jadi dan Kulit

3.3 Subsektor Industri Kayu dan Sejenisnya

3.4 Subsektor Industri Kertas, Percetakan dan Penerbitan

3.5 Subsektor Industri Kimia, Minyak Bumi, Karet dan Plastik

3.6 Subsektor Industri Barang Galian Non Logam, Kecuali Minyak Bumi

dan Batu Bara

3.7 Subsektor Industri Logam Dasar

3.8 Subsektor Barang dari Logam, Mesin dan Peralatan

3.9 Subsektor Industri Pengolahan Lainnya.

Page 106: DAMPAK EFISIENSI LOKASI INDUSTRI - repository.ipb.ac.id · dampak lokasi suatu industri terhadap perolehan nilai tambahnya yang dihitung dari analisis regresi dan tingkat efisiensi

Lampiran 2. Banyaknya Tenaga Kerja Industri Besar dan Sedang Per Kecamatan Menurut Kelompok Industri di Kabupaten Bogor Tahun 2004

3.1 3.2 3.3 3.4 3.5 3.6 3.7 3.8 3.9 Jumlah Nanggung 822 0 0 0 0 0 0 0 0 822Leuwiliang 538 0 50 0 0 659 0 0 0 1247Leuwisadeng 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0Pamijahan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0Cibungbulang 0 82 0 0 0 0 0 0 0 82Ciampea 113 404 0 0 38 90 0 0 444 1089Tenjollaya 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0Dramaga 104 294 0 0 0 0 0 0 0 398Ciomas 300 289 0 0 25 0 0 0 0 614Tamansari 0 20 0 0 0 0 0 0 20Cijeruk 60 28 0 0 0 0 0 0 0 88Cigombong 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0Caringin 0 580 0 0 36 0 0 0 72 688Ciawi 546 113 203 0 2221 20 0 171 1055 4329Cisarua 1471 0 0 0 0 0 0 0 0 1471Megamendung 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0Sukaraja 68 6042 41 569 478 310 0 437 0 7945Babakan Madang 0 200 86 76 160 0 0 263 0 785Sukamakmur 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0Cariu 0 0 0 0 0 50 0 0 0 50Tanjungsari 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0Jonggol 120 0 0 0 513 73 0 0 0 706Cileungsi 831 9471 3145 1954 14825 1752 220 7575 4811 44584Klapanunggal 120 404 1509 783 687 2120 84 258 315 6280Gunung Putri 1025 12482 1130 1048 3901 3898 254 4535 829 29102Citeureup 1443 13811 453 0 6002 5097 111 1304 1966 30187Cibinong 2156 20586 1827 306 698 600 183 2261 679 29296Bojonggede 35 0 0 0 0 0 0 68 0 103Tajurhalang 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0Kemang 97 598 0 0 30 0 0 0 143 868Rancabungur 0 0 0 0 136 0 0 0 0 136Parung 41 1021 0 0 0 0 0 0 0 1062Ciseeng 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0Gunung Sindur 94 2570 169 0 55 43 0 0 0 2931Rumpin 0 0 0 0 0 150 0 0 0 150Cigudeg 40 0 0 0 220 550 0 0 0 810Sukajaya 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0Jasinga 55 0 0 0 0 0 0 0 0 55Tenjo 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0Parung Panjang 0 0 0 0 148 0 0 0 0 200Kab. Bogor 10079 68995 8613 4736 30173 15412 852 16924 10314 166098

Sumber: BPS,Kabupaten Bogor dalam Angka, 2004

Page 107: DAMPAK EFISIENSI LOKASI INDUSTRI - repository.ipb.ac.id · dampak lokasi suatu industri terhadap perolehan nilai tambahnya yang dihitung dari analisis regresi dan tingkat efisiensi

Lampiran 3. Banyaknya Tenaga Kerja Industri Besar dan Sedang Per Kecamatan Menurut Kelompok Industri di Kabupaten Bogor Tahun 1999

3.1 3.2 3.3 3.4 3.5 3.6 3.7 3.8 3.9 Jumlah Nanggung 822 0 0 0 0 0 0 0 0 822Leuwiliang 64 0 63 0 0 106 0 0 0 233Pamijahan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0Cibungbulang 0 76 0 0 0 0 0 0 0 76Ciampea 78 436 0 0 30 98 0 0 523 1165Dramaga 89 536 0 0 0 0 0 0 0 625Ciomas 0 309 0 0 0 0 0 0 0 309Cijeruk 60 33 0 0 0 0 0 0 0 93Caringin 47 163 0 0 38 0 0 0 49 297Ciawi 561 1339 203 0 2221 20 0 171 1264 5779Cisarua 862 0 0 0 0 0 0 0 0 862Megamendung 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0Sukaraja 66 3545 49 1933 585 196 0 534 0 6908Babakan Madang 0 200 86 0 160 0 0 265 0 711Sukamakmur 0 0 0 0 713 0 0 0 0 713Cariu 0 0 0 0 0 46 0 0 0 46Jonggol 104 0 0 0 0 44 0 0 0 148Cileungsi 765 10771 4162 2585 3829 4810 205 7903 6362 41392Gunung Putri 983 8458 993 1000 4273 4180 358 4325 1308 25878Citeureup 1362 16229 615 76 5987 5210 70 1147 1966 32662Cibinong 2184 19515 1851 364 729 125 0 4078 679 29525Bojonggede 47 555 183 0 0 0 0 61 27 873Kemang 37 284 0 0 562 0 0 0 130 1013Parung 83 790 21 0 0 0 0 0 0 894Gunung Sindur 63 531 204 0 39 43 0 23 0 903Rumpin 0 0 0 0 0 284 0 0 0 284Cigudeg 40 0 0 0 32 595 0 0 0 667Jasinga 55 0 0 0 0 0 0 0 0 55Tenjo 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0Parung Panjang 0 0 0 0 183 0 0 52 0 235Kab. Bogor 8372 63770 8430 5958 19381 15748 633 18559 12308 153159

Sumber: BPS,Kabupaten Bogor dalam Angka, 1999

Page 108: DAMPAK EFISIENSI LOKASI INDUSTRI - repository.ipb.ac.id · dampak lokasi suatu industri terhadap perolehan nilai tambahnya yang dihitung dari analisis regresi dan tingkat efisiensi

Lampiran 4. Persentase Tenaga Kerja Kecamatan yang bekerja di Sektor Industri Manufaktur di Kabupaten Bogor Tahun 2004

Kecamatan 3.1 3.2 3.3 3.4 3.5 3.6 3.7 3.8 3.9 Jumlah Nanggung 8.16 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.49Leuwiliang 5.34 0.00 0.58 0.00 0.00 4.28 0.00 0.00 0.00 0.75Leuwisadeng 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00Pamijahan 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00Cibungbulang 0.00 0.12 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.05Ciampea 1.12 0.59 0.00 0.00 0.13 0.58 0.00 0.00 4.30 0.66Tenjollaya 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00Dramaga 1.03 0.43 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.24Ciomas 2.98 0.42 0.00 0.00 0.08 0.00 0.00 0.00 0.00 0.37Tamansari 0.00 0.03 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.01Cijeruk 0.60 0.04 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.05Cigombong 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00Caringin 0.00 0.84 0.00 0.00 0.12 0.00 0.00 0.00 0.70 0.41Ciawi 5.42 0.16 2.36 0.00 7.36 0.13 0.00 1.01 10.23 2.61Cisarua 14.59 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.89Megamendung 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00Sukaraja 0.67 8.76 0.48 12.01 1.58 2.01 0.00 2.58 0.00 4.78Babakan Madang 0.00 0.29 1.00 1.60 0.53 0.00 0.00 1.55 0.00 0.47Sukamakmur 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00Cariu 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.32 0.00 0.00 0.00 0.03Tanjungsari 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00Jonggol 1.19 0.00 0.00 0.00 1.70 0.47 0.00 0.00 0.00 0.43Cileungsi 8.24 13.73 36.51 41.26 49.13 11.37 25.82 44.76 46.65 26.84Klapanunggal 1.19 0.59 17.52 16.53 2.28 13.76 9.86 1.52 3.05 3.78Gunung Putri 10.17 18.09 13.12 22.13 12.93 25.29 29.81 26.80 8.04 17.52Citeureup 14.32 20.02 5.26 0.00 19.89 33.07 13.03 7.71 19.06 18.17Cibinong 21.39 29.84 21.21 6.46 2.31 3.89 21.48 13.36 6.58 17.64Bojonggede 0.35 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.40 0.00 0.06Tajurhalang 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00Kemang 0.96 0.87 0.00 0.00 0.10 0.00 0.00 0.00 1.39 0.52Rancabungur 0.00 0.00 0.00 0.00 0.45 0.00 0.00 0.00 0.00 0.08Parung 0.41 1.48 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.64Ciseeng 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00Gunung Sindur 0.93 3.72 1.96 0.00 0.18 0.28 0.00 0.00 0.00 1.76Rumpin 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.97 0.00 0.00 0.00 0.09Cigudeg 0.40 0.00 0.00 0.00 0.73 3.57 0.00 0.00 0.00 0.49Sukajaya 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00Jasinga 0.55 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.03Tenjo 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00Parung Panjang 0.00 0.00 0.00 0.00 0.49 0.00 0.00 0.00 0.00 0.12Kab. Bogor 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100

Sumber: BPS,Kabupaten Bogor dalam Angka 2004 (diolah)

Page 109: DAMPAK EFISIENSI LOKASI INDUSTRI - repository.ipb.ac.id · dampak lokasi suatu industri terhadap perolehan nilai tambahnya yang dihitung dari analisis regresi dan tingkat efisiensi

Lampiran 5. Persentase Tenaga Kerja Kecamatan yang bekerja di Sektor Industri Manufaktur di Kabupaten Bogor Tahun 1999

3.1 3.2 3.3 3.4 3.5 3.6 3.7 3.8 3.9 JumlahNanggung 9.82 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.54Leuwiliang 0.76 0.00 0.75 0.00 0.00 0.67 0.00 0.00 0.00 0.15Pamijahan 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00Cibungbulang 0.00 0.12 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.05Ciampea 0.93 0.68 0.00 0.00 0.15 0.62 0.00 0.00 4.25 0.76Dramaga 1.06 0.84 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.41Ciomas 0.00 0.48 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.20Cijeruk 0.72 0.05 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.06Caringin 0.56 0.26 0.00 0.00 0.20 0.00 0.00 0.00 0.40 0.19Ciawi 6.70 2.10 2.41 0.00 11.46 0.13 0.00 0.92 10.27 3.77Cisarua 10.30 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.56Megamendung 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00Sukaraja 0.79 5.56 0.58 32.44 3.02 1.24 0.00 2.88 0.00 4.51Babakan Madang 0.00 0.31 1.02 0.00 0.83 0.00 0.00 1.43 0.00 0.46Sukamakmur 0.00 0.00 0.00 0.00 3.68 0.00 0.00 0.00 0.00 0.47Cariu 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.29 0.00 0.00 0.00 0.03Jonggol 1.24 0.00 0.00 0.00 0.00 0.28 0.00 0.00 0.00 0.10Cileungsi 9.14 16.89 49.37 43.39 19.76 30.54 32.39 42.58 51.69 27.03Gunung Putri 11.74 13.26 11.78 16.78 22.05 26.54 56.56 23.30 10.63 16.90Citeureup 16.27 25.45 7.30 1.28 30.89 33.08 11.06 6.18 15.97 21.33Cibinong 26.09 30.60 21.96 6.11 3.76 0.79 0.00 21.97 5.52 19.28Bojonggede 0.56 0.87 2.17 0.00 0.00 0.00 0.00 0.33 0.22 0.57Kemang 0.44 0.45 0.00 0.00 2.90 0.00 0.00 0.00 1.06 0.66Parung 0.99 1.24 0.25 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.58Gunung Sindur 0.75 0.83 2.42 0.00 0.20 0.27 0.00 0.12 0.00 0.59Rumpin 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 1.80 0.00 0.00 0.00 0.19Cigudeg 0.48 0.00 0.00 0.00 0.17 3.78 0.00 0.00 0.00 0.44Jasinga 0.66 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.04Tenjo 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00Parung Panjang 0.00 0.00 0.00 0.00 0.94 0.00 0.00 0.28 0.00 0.15Kab. Bogor 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00

Sumber: BPS,Kabupaten Bogor dalam Angka 1999 (diolah)

Page 110: DAMPAK EFISIENSI LOKASI INDUSTRI - repository.ipb.ac.id · dampak lokasi suatu industri terhadap perolehan nilai tambahnya yang dihitung dari analisis regresi dan tingkat efisiensi

Lampiran 6. Persentase Tenaga Kerja Subsektor Industri Manufaktur pada tiap Kecamatan di Kabupaten Bogor Tahun 2004

Kecamatan 3.1 3.2 3.3 3.4 3.5 3.6 3.7 3.8 3.9 jumlah Nanggung 100.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00Leuwiliang 43.14 0.00 4.01 0.00 0.00 52.85 0.00 0.00 0.00 100.00Leuwisadeng Pamijahan Cibungbulang 0.00 100.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00Ciampea 10.38 37.10 0.00 0.00 3.49 8.26 0.00 0.00 40.77 100.00Tenjollaya Dramaga 26.13 73.87 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00Ciomas 48.86 47.07 0.00 0.00 4.07 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00Tamansari 0.00 100.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00Cijeruk 68.18 31.82 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00Cigombong Caringin 0.00 84.30 0.00 0.00 5.23 0.00 0.00 0.00 10.47 100.00Ciawi 12.61 2.61 4.69 0.00 51.31 0.46 0.00 3.95 24.37 100.00Cisarua 100.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00Megamendung Sukaraja 0.86 76.05 0.52 7.16 6.02 3.90 0.00 5.50 0.00 100.00Babakan Madang 0.00 25.48 10.96 9.68 20.38 0.00 0.00 33.50 0.00 100.00Sukamakmur Cariu 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00 0.00 0.00 0.00 100.00Tanjungsari Jonggol 17.00 0.00 0.00 0.00 72.66 10.34 0.00 0.00 0.00 100.00Cileungsi 1.86 21.24 7.05 4.38 33.25 3.93 0.49 16.99 10.79 100.00Klapanunggal 1.91 6.43 24.03 12.47 10.94 33.76 1.34 4.11 5.02 100.00Gunung Putri 3.52 42.89 3.88 3.60 13.40 13.39 0.87 15.58 2.85 100.00Citeureup 4.78 45.75 1.50 0.00 19.88 16.88 0.37 4.32 6.51 100.00Cibinong 7.36 70.27 6.24 1.04 2.38 2.05 0.62 7.72 2.32 100.00Bojonggede 33.98 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 66.02 0.00 100.00Tajurhalang Kemang 11.18 68.89 0.00 0.00 3.46 0.00 0.00 0.00 16.47 100.00Rancabungur 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00Parung 3.86 96.14 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00Ciseeng Gunung Sindur 3.21 87.68 5.77 0.00 1.88 1.47 0.00 0.00 0.00 100.00Rumpin 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00 0.00 0.00 0.00 100.00Cigudeg 4.94 0.00 0.00 0.00 27.16 67.90 0.00 0.00 0.00 100.00Sukajaya Jasinga 100.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00Tenjo Parung Panjang 0.00 0.00 0.00 0.00 74.00 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00Kab. Bogor 6.07 41.54 5.19 2.85 18.17 9.28 0.51 10.19 6.21 100.00

Sumber: BPS,Kabupaten Bogor dalam Angka 2004 (diolah)

Page 111: DAMPAK EFISIENSI LOKASI INDUSTRI - repository.ipb.ac.id · dampak lokasi suatu industri terhadap perolehan nilai tambahnya yang dihitung dari analisis regresi dan tingkat efisiensi

Lampiran 7. Persentase Tenaga Kerja Subsektor Industri Manufaktur pada tiap Kecamatan di Kabupaten Bogor Tahun 1999

3.1 3.2 3.3 3.4 3.5 3.6 3.7 3.8 3.9 jumlah Nanggung 100.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00Leuwiliang 27.47 0.00 27.04 0.00 0.00 45.49 0.00 0.00 0.00 100.00Pamijahan Cibungbulang 0.00 100.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00Ciampea 6.70 37.42 0.00 0.00 2.58 8.41 0.00 0.00 44.89 100.00Dramaga 14.24 85.76 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00Ciomas 0.00 100.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00Cijeruk 64.52 35.48 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00Caringin 15.82 54.88 0.00 0.00 12.79 0.00 0.00 0.00 16.50 100.00Ciawi 9.71 23.17 3.51 0.00 38.43 0.35 0.00 2.96 21.87 100.00Cisarua 100.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00Megamendung Sukaraja 0.96 51.32 0.71 27.98 8.47 2.84 0.00 7.73 0.00 100.00Babakan Madang 0.00 28.13 12.10 0.00 22.50 0.00 0.00 37.27 0.00 100.00Sukamakmur 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00Cariu 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00 0.00 0.00 0.00 100.00Jonggol 70.27 0.00 0.00 0.00 0.00 29.73 0.00 0.00 0.00 100.00Cileungsi 1.85 26.02 10.06 6.25 9.25 11.62 0.50 19.09 15.37 100.00Gunung Putri 3.80 32.68 3.84 3.86 16.51 16.15 1.38 16.71 5.05 100.00Citeureup 4.17 49.69 1.88 0.23 18.33 15.95 0.21 3.51 6.02 100.00Cibinong 7.40 66.10 6.27 1.23 2.47 0.42 0.00 13.81 2.30 100.00Bojonggede 5.38 63.57 20.96 0.00 0.00 0.00 0.00 6.99 3.09 100.00Kemang 3.65 28.04 0.00 0.00 55.48 0.00 0.00 0.00 12.83 100.00Parung 9.28 88.37 2.35 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00Gunung Sindur 6.98 58.80 22.59 0.00 4.32 4.76 0.00 2.55 0.00 100.00Rumpin 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00 0.00 0.00 0.00 100.00Cigudeg 6.00 0.00 0.00 0.00 4.80 89.21 0.00 0.00 0.00 100.00Jasinga 100.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00Tenjo ParungPanjang 0.00 0.00 0.00 0.00 77.87 0.00 0.00 22.13 0.00 100.00Kab. Bogor 5.47 41.64 5.50 3.89 12.65 10.28 0.41 12.12 8.04 100.00

Sumber: BPS,Kabupaten Bogor dalam Angka 1999 (diolah)

Page 112: DAMPAK EFISIENSI LOKASI INDUSTRI - repository.ipb.ac.id · dampak lokasi suatu industri terhadap perolehan nilai tambahnya yang dihitung dari analisis regresi dan tingkat efisiensi

Lampiran 8. Nilai Location Quetient (LQ) Industri Manufaktur di Kabupaten Bogor Tahun 2004

3.1 3.2 3.3 3.4 3.5 3.6 3.7 3.8 3.9Nanggung 16.48 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00Leuwiliang 7.11 0.00 0.77 0.00 0.00 5.70 0.00 0.00 0.00Leuwisadeng Pamijahan Cibungbulang 0.00 2.41 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00Ciampea 1.71 0.89 0.00 0.00 0.19 0.89 0.00 0.00 6.57Tenjollaya Dramaga 4.31 1.78 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00Ciomas 8.05 1.13 0.00 0.00 0.22 0.00 0.00 0.00 0.00Tamansari 0.00 2.41 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00Cijeruk 11.24 0.77 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00Cigombong Caringin 0.00 2.03 0.00 0.00 0.29 0.00 0.00 0.00 1.69Ciawi 2.08 0.06 0.90 0.00 2.82 0.05 0.00 0.39 3.92Cisarua 16.48 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00Megamendung Sukaraja 0.14 1.83 0.10 2.51 0.33 0.42 0.00 0.54 0.00Babakan Madang 0.00 0.61 2.11 3.40 1.12 0.00 0.00 3.29 0.00Sukamakmur Cariu 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 10.78 0.00 0.00 0.00Tanjungsari Jonggol 2.80 0.00 0.00 0.00 4.00 1.11 0.00 0.00 0.00Cileungsi 0.31 0.51 1.36 1.54 1.83 0.42 0.96 1.67 1.74Klapanunggal 0.31 0.15 4.63 4.37 0.60 3.64 2.61 0.40 0.81Gunung Putri 0.58 1.03 0.75 1.26 0.74 1.44 1.70 1.53 0.46Citeureup 0.79 1.10 0.29 0.00 1.09 1.82 0.72 0.42 1.05Cibinong 1.21 1.69 1.20 0.37 0.13 0.22 1.22 0.76 0.37Bojonggede 5.60 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 6.48 0.00Tajurhalang Kemang 1.84 1.66 0.00 0.00 0.19 0.00 0.00 0.00 2.65Rancabungur 0.00 0.00 0.00 0.00 5.50 0.00 0.00 0.00 0.00Parung 0.64 2.31 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00Ciseeng Gunung Sindur 0.53 2.11 1.11 0.00 0.10 0.16 0.00 0.00 0.00Rumpin 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 10.78 0.00 0.00 0.00Cigudeg 0.81 0.00 0.00 0.00 1.50 7.32 0.00 0.00 0.00Sukajaya Jasinga 16.48 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00Tenjo Parung Panjang 0.00 0.00 0.00 0.00 4.07 0.00 0.00 0.00 0.00

Sumber: BPS,Kabupaten Bogor dalam Angka 2004 (diolah)

Page 113: DAMPAK EFISIENSI LOKASI INDUSTRI - repository.ipb.ac.id · dampak lokasi suatu industri terhadap perolehan nilai tambahnya yang dihitung dari analisis regresi dan tingkat efisiensi

Lampiran 9. Nilai Location Quetient (LQ) Industri Manufaktur di Kabupaten Bogor Tahun 1999

3.1 3.2 3.3 3.4 3.5 3.6 3.7 3.8 3.9Nanggung 18.29 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00Leuwiliang 5.03 0.00 4.91 0.00 0.00 4.42 0.00 0.00 0.00Pamijahan Cibungbulang 0.00 2.40 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00Ciampea 1.22 0.90 0.00 0.00 0.20 0.82 0.00 0.00 5.59Dramaga 2.61 2.06 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00Ciomas 0.00 2.40 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00Cijeruk 11.80 0.85 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00Caringin 2.90 1.32 0.00 0.00 1.01 0.00 0.00 0.00 2.05Ciawi 1.78 0.56 0.64 0.00 3.04 0.03 0.00 0.24 2.72Cisarua 18.29 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00Megamendung Sukaraja 0.17 1.23 0.13 7.19 0.67 0.28 0.00 0.64 0.00Babakan Madang 0.00 0.68 2.20 0.00 1.78 0.00 0.00 3.08 0.00Sukamakmur 0.00 0.00 0.00 0.00 7.90 0.00 0.00 0.00 0.00Cariu 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 9.73 0.00 0.00 0.00Jonggol 12.86 0.00 0.00 0.00 0.00 2.89 0.00 0.00 0.00Cileungsi 0.34 0.62 1.83 1.61 0.73 1.13 1.20 1.58 1.91Gunung Putri 0.69 0.78 0.70 0.99 1.30 1.57 3.35 1.38 0.63Citeureup 0.76 1.19 0.34 0.06 1.45 1.55 0.52 0.29 0.75Cibinong 1.35 1.59 1.14 0.32 0.20 0.04 0.00 1.14 0.29Bojonggede 0.98 1.53 3.81 0.00 0.00 0.00 0.00 0.58 0.38Kemang 0.67 0.67 0.00 0.00 4.38 0.00 0.00 0.00 1.60Parung 1.70 2.12 0.43 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00Gunung Sindur 1.28 1.41 4.10 0.00 0.34 0.46 0.00 0.21 0.00Rumpin 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 9.73 0.00 0.00 0.00Cigudeg 1.10 0.00 0.00 0.00 0.38 8.68 0.00 0.00 0.00Jasinga 18.29 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00Tenjo Parung Panjang 0.00 0.00 0.00 0.00 6.15 0.00 0.00 1.83 0.00

Sumber: BPS,Kabupaten Bogor dalam Angka 1999 (diolah)

Page 114: DAMPAK EFISIENSI LOKASI INDUSTRI - repository.ipb.ac.id · dampak lokasi suatu industri terhadap perolehan nilai tambahnya yang dihitung dari analisis regresi dan tingkat efisiensi

Lampiran 10. Analisis Specialization Indeks Industri Manufaktur di Kabupaten Bogor Tahun 2004

Kecamatan 3.1 3.2 3.3 3.4 3.5 3.6 3.7 3.8 3.9Nilai SI

Nanggung 0.9393 -0.4154 -0.0519 -0.0285 -0.1817 -0.0928 -0.0051 -0.1019 -0.0621 0.9393Leuwiliang 0.3708 -0.4154 -0.0118 -0.0285 -0.1817 0.4357 -0.0051 -0.1019 -0.0621 0.3708Leuwisadeng Pamijahan Cibungbulang -0.0607 0.5846 -0.0519 -0.0285 -0.1817 -0.0928 -0.0051 -0.1019 -0.0621 0.5846Ciampea 0.0431 -0.0444 -0.0519 -0.0285 -0.1468 -0.0101 -0.0051 -0.1019 0.3456 0.3887Tenjollaya Dramaga 0.2006 0.3233 -0.0519 -0.0285 -0.1817 -0.0928 -0.0051 -0.1019 -0.0621 0.5239Ciomas 0.4279 0.0553 -0.0519 -0.0285 -0.1409 -0.0928 -0.0051 -0.1019 -0.0621 0.4832Tamansari -0.0607 0.5846 -0.0519 -0.0285 -0.1817 -0.0928 -0.0051 -0.1019 -0.0621 0.5846Cijeruk 0.6211 -0.0972 -0.0519 -0.0285 -0.1817 -0.0928 -0.0051 -0.1019 -0.0621 0.6211Cigombong Caringin -0.0607 0.4276 -0.0519 -0.0285 -0.1293 -0.0928 -0.0051 -0.1019 0.0426 0.4702Ciawi 0.0654 -0.3893 -0.0050 -0.0285 0.3314 -0.0882 -0.0051 -0.0624 0.1816 0.5784Cisarua 0.9393 -0.4154 -0.0519 -0.0285 -0.1817 -0.0928 -0.0051 -0.1019 -0.0621 0.9393Megamendung Sukaraja -0.0521 0.3451 -0.0467 0.0431 -0.1215 -0.0538 -0.0051 -0.0469 -0.0621 0.3882Babakan Madang -0.0607 -0.1606 0.0577 0.0683 0.0222 -0.0928 -0.0051 0.2331 -0.0621 0.3813Sukamakmur Cariu -0.0607 -0.4154 -0.0519 -0.0285 -0.1817 0.9072 -0.0051 -0.1019 -0.0621 0.9072Tanjungsari Jonggol 0.1093 -0.4154 -0.0519 -0.0285 0.5450 0.0106 -0.0051 -0.1019 -0.0621 0.6649Cileungsi -0.0420 -0.2030 0.0187 0.0153 0.1509 -0.0535 -0.0002 0.0680 0.0458 0.2987Klapanunggal -0.0416 -0.3511 0.1884 0.0962 -0.0723 0.2448 0.0082 -0.0608 -0.0119 0.5376Gunung Putri -0.0255 0.0135 -0.0130 0.0075 -0.0476 0.0412 0.0036 0.0539 -0.0336 0.1197Citeureup -0.0129 0.0421 -0.0368 -0.0285 0.0172 0.0761 -0.0015 -0.0587 0.0030 0.1384Cibinong 0.0129 0.2873 0.0105 -0.0181 -0.1578 -0.0723 0.0011 -0.0247 -0.0389 0.3118Bojonggede 0.2791 -0.4154 -0.0519 -0.0285 -0.1817 -0.0928 -0.0051 0.5583 -0.0621 0.8374Tajurhalang Kemang 0.0511 0.2736 -0.0519 -0.0285 -0.1471 -0.0928 -0.0051 -0.1019 0.1027 0.4273Rancabungur -0.0607 -0.4154 -0.0519 -0.0285 0.8183 -0.0928 -0.0051 -0.1019 -0.0621 0.8183Parung -0.0221 0.5460 -0.0519 -0.0285 -0.1817 -0.0928 -0.0051 -0.1019 -0.0621 0.5460Ciseeng Gunung Sindur -0.0286 0.4614 0.0058 -0.0285 -0.1629 -0.0781 -0.0051 -0.1019 -0.0621 0.4673Rumpin -0.0607 -0.4154 -0.0519 -0.0285 -0.1817 0.9072 -0.0051 -0.1019 -0.0621 0.9072Cigudeg -0.0113 -0.4154 -0.0519 -0.0285 0.0899 0.5862 -0.0051 -0.1019 -0.0621 0.6762Sukajaya Jasinga 0.9393 -0.4154 -0.0519 -0.0285 -0.1817 -0.0928 -0.0051 -0.1019 -0.0621 0.9393Tenjo Parung Panjang -0.0607 -0.4154 -0.0519 -0.0285 0.5583 -0.0928 -0.0051 -0.1019 -0.0621 0.5583

Sumber: BPS,Kabupaten Bogor dalam Angka 2004 (diolah)

Page 115: DAMPAK EFISIENSI LOKASI INDUSTRI - repository.ipb.ac.id · dampak lokasi suatu industri terhadap perolehan nilai tambahnya yang dihitung dari analisis regresi dan tingkat efisiensi

Lampiran 11. Analisis Specialization Indeks Industri Manufaktur di Kabupaten Bogor Tahun 1999

3.1 3.2 3.3 3.4 3.5 3.6 3.7 3.8 3.9 Nanggung 0.9453 -0.4164 -0.0550 -0.0389 -0.1265 -0.1028 -0.0041 -0.1212 -0.0804 0.9453Leuwiliang 0.2200 -0.4164 0.2153 -0.0389 -0.1265 0.3521 -0.0041 -0.1212 -0.0804 0.7875Pamijahan Cibungbulang -0.0547 0.5836 -0.0550 -0.0389 -0.1265 -0.1028 -0.0041 -0.1212 -0.0804 0.5836Ciampea 0.0123 -0.0421 -0.0550 -0.0389 -0.1008 -0.0187 -0.0041 -0.1212 0.3686 0.3809Dramaga 0.0877 0.4412 -0.0550 -0.0389 -0.1265 -0.1028 -0.0041 -0.1212 -0.0804 0.5290Ciomas -0.0547 0.5836 -0.0550 -0.0389 -0.1265 -0.1028 -0.0041 -0.1212 -0.0804 0.5836Cijeruk 0.5905 -0.0615 -0.0550 -0.0389 -0.1265 -0.1028 -0.0041 -0.1212 -0.0804 0.5905Caringin 0.1036 0.1325 -0.0550 -0.0389 0.0014 -0.1028 -0.0041 -0.1212 0.0846 0.3221Ciawi 0.0424 -0.1847 -0.0199 -0.0389 0.2578 -0.0994 -0.0041 -0.0916 0.1384 0.4386Cisarua 0.9453 -0.4164 -0.0550 -0.0389 -0.1265 -0.1028 -0.0041 -0.1212 -0.0804 0.9453Megamendung Sukaraja -0.0451 0.0968 -0.0479 0.2409 -0.0419 -0.0744 -0.0041 -0.0439 -0.0804 0.3377Babakan Madang -0.0547 -0.1351 0.0659 -0.0389 0.0985 -0.1028 -0.0041 0.2515 -0.0804 0.4159Sukamakmur -0.0547 -0.4164 -0.0550 -0.0389 0.8735 -0.1028 -0.0041 -0.1212 -0.0804 0.8735Cariu -0.0547 -0.4164 -0.0550 -0.0389 -0.1265 0.8972 -0.0041 -0.1212 -0.0804 0.8972Jonggol 0.6480 -0.4164 -0.0550 -0.0389 -0.1265 0.1945 -0.0041 -0.1212 -0.0804 0.8425Cileungsi -0.0362 -0.1561 0.0455 0.0236 -0.0340 0.0134 0.0008 0.0698 0.0733 0.2264Gunung Putri -0.0167 -0.0895 -0.0167 -0.0003 0.0386 0.0587 0.0097 0.0460 -0.0298 0.1529Citeureup -0.0130 0.0805 -0.0362 -0.0366 0.0568 0.0567 -0.0020 -0.0861 -0.0202 0.1940Cibinong 0.0193 0.2446 0.0077 -0.0266 -0.1019 -0.0986 -0.0041 0.0169 -0.0574 0.2885Bojonggede -0.0008 0.2194 0.1546 -0.0389 -0.1265 -0.1028 -0.0041 -0.0513 -0.0494 0.3740Kemang -0.0181 -0.1360 -0.0550 -0.0389 0.4282 -0.1028 -0.0041 -0.1212 0.0480 0.4762Parung 0.0382 0.4673 -0.0316 -0.0389 -0.1265 -0.1028 -0.0041 -0.1212 -0.0804 0.5055Gunung Sindur 0.0151 0.1717 0.1709 -0.0389 -0.0834 -0.0552 -0.0041 -0.0957 -0.0804 0.3577Rumpin -0.0547 -0.4164 -0.0550 -0.0389 -0.1265 0.8972 -0.0041 -0.1212 -0.0804 0.8972Cigudeg 0.0053 -0.4164 -0.0550 -0.0389 -0.0786 0.7892 -0.0041 -0.1212 -0.0804 0.7945Jasinga 0.9453 -0.4164 -0.0550 -0.0389 -0.1265 -0.1028 -0.0041 -0.1212 -0.0804 0.9453Tenjo Parung Panjang -0.0547 -0.4164 -0.0550 -0.0389 0.6522 -0.1028 -0.0041 0.1001 -0.0804 0.7523

Sumber: BPS,Kabupaten Bogor dalam Angka 1999 (diolah)

Page 116: DAMPAK EFISIENSI LOKASI INDUSTRI - repository.ipb.ac.id · dampak lokasi suatu industri terhadap perolehan nilai tambahnya yang dihitung dari analisis regresi dan tingkat efisiensi

Lampiran 12. Analisis Localization Indeks Industri Manufaktur di Kabupaten Bogor Tahun 2004

3.1 3.2 3.3 3.4 3.5 3.6 3.7 3.8 3.9 Nanggung 0.0766 -0.0049 -0.0049 -0.0049 -0.0049 -0.0049 -0.0049 -0.0049 -0.0049 0.0766Leuwiliang 0.0459 -0.0075 -0.0017 -0.0075 -0.0075 0.0353 -0.0075 -0.0075 -0.0075 0.0459Leuwisadeng 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 Pamijahan 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 Cibungbulang -0.0005 0.0007 -0.0005 -0.0005 -0.0005 -0.0005 -0.0005 -0.0005 -0.0005 0.0007Ciampea 0.0047 -0.0007 -0.0066 -0.0066 -0.0053 -0.0007 -0.0066 -0.0066 0.0365 0.0411Tenjollaya 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 Dramaga 0.0079 0.0019 -0.0024 -0.0024 -0.0024 -0.0024 -0.0024 -0.0024 -0.0024 0.0098Ciomas 0.0261 0.0005 -0.0037 -0.0037 -0.0029 -0.0037 -0.0037 -0.0037 -0.0037 0.0266Tamansari -0.0001 0.0002 -0.0001 -0.0001 -0.0001 -0.0001 -0.0001 -0.0001 -0.0001 0.0002Cijeruk 0.0054 -0.0001 -0.0005 -0.0005 -0.0005 -0.0005 -0.0005 -0.0005 -0.0005 0.0054Cigombong 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 Caringin -0.0041 0.0043 -0.0041 -0.0041 -0.0029 -0.0041 -0.0041 -0.0041 0.0028 0.0071Ciawi 0.0281 -0.0244 -0.0025 -0.0261 0.0475 -0.0248 -0.0261 -0.0160 0.0762 0.1519Cisarua 0.1371 -0.0089 -0.0089 -0.0089 -0.0089 -0.0089 -0.0089 -0.0089 -0.0089 0.1371Megamendung 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 Sukaraja -0.0411 0.0397 -0.0431 0.0723 -0.0320 -0.0277 -0.0478 -0.0220 -0.0478 0.1120Babakan Madang -0.0047 -0.0018 0.0053 0.0113 0.0006 -0.0047 -0.0047 0.0108 -0.0047 0.0280Sukamakmur 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 Cariu -0.0003 -0.0003 -0.0003 -0.0003 -0.0003 0.0029 -0.0003 -0.0003 -0.0003 0.0029Tanjungsari 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 Jonggol 0.0077 -0.0043 -0.0043 -0.0043 0.0128 0.0005 -0.0043 -0.0043 -0.0043 0.0209Cileungsi -0.1860 -0.1311 0.0967 0.1442 0.2229 -0.1547 -0.0102 0.1792 0.1980 0.8410Klapanunggal -0.0259 -0.0320 0.1374 0.1275 -0.0150 0.0997 0.0608 -0.0226 -0.0073 0.4254Gunung Putri -0.0735 0.0057 -0.0440 0.0461 -0.0459 0.0777 0.1229 0.0928 -0.0948 0.3452Citeureup -0.0386 0.0184 -0.1291 -0.1817 0.0172 0.1490 -0.0515 -0.1047 0.0089 0.1935Cibinong 0.0375 0.1220 0.0357 -0.1118 -0.1532 -0.1374 0.0384 -0.0428 -0.1105 0.2337Bojonggede 0.0029 -0.0006 -0.0006 -0.0006 -0.0006 -0.0006 -0.0006 0.0034 -0.0006 0.0063Tajurhalang 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 Kemang 0.0044 0.0034 -0.0052 -0.0052 -0.0042 -0.0052 -0.0052 -0.0052 0.0086 0.0165Rancabungur -0.0008 -0.0008 -0.0008 -0.0008 0.0037 -0.0008 -0.0008 -0.0008 -0.0008 0.0037Parung -0.0023 0.0084 -0.0064 -0.0064 -0.0064 -0.0064 -0.0064 -0.0064 -0.0064 0.0084Ciseeng 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 Gunung Sindur -0.0083 0.0196 0.0020 -0.0176 -0.0158 -0.0149 -0.0176 -0.0176 -0.0176 0.0216Rumpin -0.0009 -0.0009 -0.0009 -0.0009 -0.0009 0.0088 -0.0009 -0.0009 -0.0009 0.0088Cigudeg -0.0009 -0.0049 -0.0049 -0.0049 0.0024 0.0308 -0.0049 -0.0049 -0.0049 0.0332Sukajaya 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 Jasinga 0.0051 -0.0003 -0.0003 -0.0003 -0.0003 -0.0003 -0.0003 -0.0003 -0.0003 0.0051Tenjo 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 Parung Panjang -0.0012 -0.0012 -0.0012 -0.0012 0.0037 -0.0012 -0.0012 -0.0012 -0.0012 0.0037

Sumber: BPS,Kabupaten Bogor dalam Angka 2004 (diolah)

Page 117: DAMPAK EFISIENSI LOKASI INDUSTRI - repository.ipb.ac.id · dampak lokasi suatu industri terhadap perolehan nilai tambahnya yang dihitung dari analisis regresi dan tingkat efisiensi

Lampiran 13. Analisis Localization Indeks Industri Manufaktur di Kabupaten Bogor Tahun 1999

3.1 3.2 3.3 3.4 3.5 3.6 3.7 3.8 3.9Nanggung 0.0928 -0.0054 -0.0054 -0.0054 -0.0054 -0.0054 -0.0054 -0.0054 -0.0054Leuwiliang 0.0061 -0.0015 0.0060 -0.0015 -0.0015 0.0052 -0.0015 -0.0015 -0.0015Pamijahan 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000Cibungbulang -0.0005 0.0007 -0.0005 -0.0005 -0.0005 -0.0005 -0.0005 -0.0005 -0.0005Ciampea 0.0017 -0.0008 -0.0076 -0.0076 -0.0061 -0.0014 -0.0076 -0.0076 0.0349Dramaga 0.0065 0.0043 -0.0041 -0.0041 -0.0041 -0.0041 -0.0041 -0.0041 -0.0041Ciomas -0.0020 0.0028 -0.0020 -0.0020 -0.0020 -0.0020 -0.0020 -0.0020 -0.0020Cijeruk 0.0066 -0.0001 -0.0006 -0.0006 -0.0006 -0.0006 -0.0006 -0.0006 -0.0006Caringin 0.0037 0.0006 -0.0019 -0.0019 0.0000 -0.0019 -0.0019 -0.0019 0.0020Ciawi 0.0293 -0.0167 -0.0137 -0.0377 0.0769 -0.0365 -0.0377 -0.0285 0.0650Cisarua 0.0973 -0.0056 -0.0056 -0.0056 -0.0056 -0.0056 -0.0056 -0.0056 -0.0056Megamendung 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000Sukaraja -0.0372 0.0105 -0.0393 0.2793 -0.0149 -0.0327 -0.0451 -0.0163 -0.0451Babakan Madang -0.0046 -0.0015 0.0056 -0.0046 0.0036 -0.0046 -0.0046 0.0096 -0.0046Sukamakmur -0.0047 -0.0047 -0.0047 -0.0047 0.0321 -0.0047 -0.0047 -0.0047 -0.0047Cariu -0.0003 -0.0003 -0.0003 -0.0003 -0.0003 0.0026 -0.0003 -0.0003 -0.0003Jonggol 0.0115 -0.0010 -0.0010 -0.0010 -0.0010 0.0018 -0.0010 -0.0010 -0.0010Cileungsi -0.1789 -0.1014 0.2235 0.1636 -0.0727 0.0352 0.0536 0.1556 0.2466Gunung Putri -0.0515 -0.0363 -0.0512 -0.0011 0.0515 0.0965 0.3966 0.0641 -0.0627Citeureup -0.0506 0.0412 -0.1403 -0.2005 0.0957 0.1176 -0.1027 -0.1515 -0.0535Cibinong 0.0681 0.1132 0.0268 -0.1317 -0.1552 -0.1848 -0.1928 0.0270 -0.1376Bojonggede -0.0001 0.0030 0.0160 -0.0057 -0.0057 -0.0057 -0.0057 -0.0024 -0.0035Kemang -0.0022 -0.0022 -0.0066 -0.0066 0.0224 -0.0066 -0.0066 -0.0066 0.0039Parung 0.0041 0.0066 -0.0033 -0.0058 -0.0058 -0.0058 -0.0058 -0.0058 -0.0058Gunung Sindur 0.0016 0.0024 0.0183 -0.0059 -0.0039 -0.0032 -0.0059 -0.0047 -0.0059Rumpin -0.0019 -0.0019 -0.0019 -0.0019 -0.0019 0.0162 -0.0019 -0.0019 -0.0019Cigudeg 0.0004 -0.0044 -0.0044 -0.0044 -0.0027 0.0334 -0.0044 -0.0044 -0.0044Jasinga 0.0062 -0.0004 -0.0004 -0.0004 -0.0004 -0.0004 -0.0004 -0.0004 -0.0004Tenjo 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000Parung Panjang -0.0015 -0.0015 -0.0015 -0.0015 0.0079 -0.0015 -0.0015 0.0013 -0.0015

Sumber: BPS,Kabupaten Bogor dalam Angka 1999 (diolah)

Page 118: DAMPAK EFISIENSI LOKASI INDUSTRI - repository.ipb.ac.id · dampak lokasi suatu industri terhadap perolehan nilai tambahnya yang dihitung dari analisis regresi dan tingkat efisiensi

Lampiran 14. Data-data Industri Manufaktur Kabupaten Bogor

Tahun Nilai Tambah Man.

Kab. Bogor PDRB Kab.

Bogor Nilai Tambah

Man. Jabar PDRB Jabar LQ Jlh. Ind Kab.Bgr

Jlh. TK Man.Bgr

1990 16603890000 2.40509E+12 6.48328E+12 3.17074E+13 0.02 437 71942 1991 8.35729E+11 2.88294E+12 7.948E+12 3.68466E+13 0.80 549 111626 1992 9.53528E+11 3.24559E+12 9.01905E+12 4.10641E+13 0.82 607 112367 1993 1.86136E+12 4.84722E+12 1.46839E+13 5.26754E+13 1.16 584 165124 1994 2.2979E+12 5.74628E+12 1.75573E+13 6.09482E+13 1.22 631 184284 1995 2.83914E+12 6.81907E+12 2.67752E+13 7.61982E+13 1.63 681 185648 1996 3.43518E+12 8.19808E+12 3.22695E+13 8.84077E+13 1.65 686 187198 1997 3.95430E+12 9.28529E+12 4.11875E+13 1.04241E+14 2.56 675 219270 1998 5.35736E+12 1.21916E+13 5.09311E+13 1.42764E+14 1.74 666 268922 1999 5.07436E+12 9.90116E+12 5.52898E+13 1.5935E+14 2.86 473 153159 2000 1.09089E+13 1.82265E+13 7.99499E+13 1.95753E+14 2.63 500 156550 2001 1.19533E+13 1.996E+13 8.92228E+13 2.19187E+14 2.68 514 159059 2002 1.34161E+13 2.22658E+13 9.80111E+13 2.41407E+14 2.65 514 157758 2003 1.51433E+13 2.50939E+13 1.15268E+14 2.70695E+14 2.77 507 157573 2004 1.73632E+13 2.85235E+13 1.23471E+14 3.05306E+14 2.64 485 166098

Sumber: BPS,Kabupaten Bogor dalam Angka 1990-2004

Page 119: DAMPAK EFISIENSI LOKASI INDUSTRI - repository.ipb.ac.id · dampak lokasi suatu industri terhadap perolehan nilai tambahnya yang dihitung dari analisis regresi dan tingkat efisiensi

Lampiran 15. Hasil Analisis Data (Regresi) dengan Menggunakan E-views 4.1 1. Hasil Regresi Nilai Tambah Industri Manufaktur Kabupaten Bogor Tahun

1990-2004

Dependent Variable: LNTIND Method: Least Squares Date: 05/25/06 Time: 16:04 Sample(adjusted): 1991 2004 Included observations: 14 after adjusting endpoints

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 21.29737 2.502740 8.509621 0.0000

LQ 0.641090 0.089011 7.202333 0.0001LJLTK 1.297965 0.271833 4.774866 0.0014

LJLIND(-1) -2.301341 0.478826 -4.806213 0.0013LNTIND(-1) 0.192099 0.051444 3.734148 0.0058

DUMMY 0.265870 0.156776 1.695860 0.1284R-squared 0.987333 Mean dependent var 29.16458Adjusted R-squared 0.979416 S.D. dependent var 1.001255S.E. of regression 0.143653 Akaike info criterion -0.745307Sum squared resid 0.165089 Schwarz criterion -0.471425Log likelihood 11.21715 F-statistic 124.7090Durbin-Watson stat 2.590351 Prob(F-statistic) 0.000000

2. Uji Autokorelasi Hasil Estimasi Regresi

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test

F-statistic 1.335750 Probability 0.331261

Obs*R-squared 4.313095 Probability 0.115724

3. Uji Multikolinearitas Model LNTIND LQ LJLTK LJLIND DUMMY

LNTIND 1.000000 0.889518 0.718695 0.133260 0.538043

LQ 0.889518 1.000000 0.548979 -0.150088 0.573120

LJLTK 0.718695 0.548979 1.000000 0.638196 0.036613

LJLIND 0.133260 -0.150088 0.638196 1.000000 -0.441114

DUMMY 0.538043 0.573120 0.036613 -0.441114 1.000000

Page 120: DAMPAK EFISIENSI LOKASI INDUSTRI - repository.ipb.ac.id · dampak lokasi suatu industri terhadap perolehan nilai tambahnya yang dihitung dari analisis regresi dan tingkat efisiensi

4. Uji Heteroskedastisitas Model

White Heteroskedasticity Test:

F-statistic 5.312501 Probability 0.061402

Obs*R-squared 12.91918 Probability 0.166298

5. Uji Normalitas Data pada tiap Variabel pada Model

0

1

2

3

4

5

6

-0.2 -0.1 0.0 0.1 0.2 0.3

Series: ResidualsSample 1991 2004Observations 14

Mean -6.04E-15Median -0.006118Maximum 0.257741Minimum -0.178121Std. Dev. 0.112691Skewness 0.597146Kurtosis 3.191020

Jarque-Bera 0.853312Probability 0.652688