latar efisiensi

30
L a t a r B e l a k a n g Indonesia dikenal sebagai negara agraris karena tanahnya subur dan sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani. Untuk mengoptimalkan hasil pertanian, perlu dilakukan berbagai usaha denganmemperhatikan faktor-faktor pendukung. Salah satau faktor pendukungutama dalam pertanian adalah air. Air untuk tanaman dibutuhkan dalam jumlah yang sesuai. Karena apabila kekurangan atau kelebihan air, maka pertumbuhan tanaman akan terganggu.M e n g i n g a t pentingnya pengairan dalam pertani an, maka p e r l u adanya suatu sistem pengairan yang disebut sistem irigasi. Dengan sistemi r i g a s i maka pembagian air ke tiap lahan dapat dikontrol d a n s e s u a i dengan kebutuhan setiap lahan. Untuk itu diperlukan adanya pemahamand a n pengertian tentang hal-hal yang terkait dengan irigasi d a n hubungannya dengan dunia pertanian.Pada pembangunan saluran irigasi sangat diperlukan perencanaand a n perhitugan yang tepat dan akurat teruta ma dalam p e m b a n g u n a n saluran dengan mengedepankan luasan saluran yang tepat sekaligus akanmampu mengoptimalkan pengaturan pengeluaran air dari saluran utama(primer) hingga ke saluran tersier pada tiap-tiap lahan pertanian.Agar didapat gambaran dan informasi yang jelas, perlu dilakukan praktikum di lapangan untuk mengetahui macam- macam saluran irigasi, besar debit dan standart deviasi setiap saluran. B . T i n j a u a n P u s t a k a Pengukuran debit air paling sederhana adalah dengan metode apung,caranya dengan menempatkan benda yang tidak ten ggelam di p e r m u k a a n sungai pada jarak tertentu dan mencatat waktu yang diperlukan benda tersebutuntuk menempuh jarak yang ditentukan (Asdak, 1998).M e n u r u t Kartosapoetra (1997), pengukuran debit dapat dilakukandengan 2 cara yaitu secara langsung

Upload: ciks

Post on 15-Feb-2016

246 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

efisiensi irigasi

TRANSCRIPT

Page 1: Latar efisiensi

L a t a r  B e l a k a n g Indonesia dikenal sebagai negara agraris karena tanahnya subur d a n   s e b a g i a n   b e s a r   b e r m a t a   p e n c a h a r i a n   s e b a g a i  p e t a n i .   U n t u k   mengoptimalkan hasil pertanian, perlu dilakukan berbagai usaha denganmemperhatikan faktor-faktor pendukung. Salah satau faktor pendukungutama dalam pertanian adalah air. Air untuk tanaman dibutuhkan dalam jumlah yang sesuai. Karena apabila kekurangan atau kelebihan air, maka pertumbuhan tanaman akan terganggu.M e n g i n g a t   p e n t i n g n y a   p e n g a i r a n   d a l a m   p e r t a n i a n ,   m a k a  p e r l u adanya suatu sistem pengairan yang disebut sistem irigasi. Dengan sistemi r i g a s i   m a k a   p e m b a g i a n   a i r   k e   t i a p   l a h a n   d a p a t   d i k o n t r o l   d a n s e s u a i dengan kebutuhan setiap lahan. Untuk itu diperlukan adanya pemahamand a n   p e n g e r t i a n   t e n t a n g   h a l - h a l   y a n g   t e r k a i t  d e n g a n   i r i g a s i   d a n hubungannya dengan dunia pertanian.Pada pembangunan saluran irigasi sangat diperlukan perencanaand a n   p e r h i t u g a n   y a n g   t e p a t   d a n   a k u r a t   t e r u t a m a   d a l a m  p e m b a n g u n a n saluran dengan mengedepankan luasan saluran yang tepat sekaligus akanmampu mengoptimalkan pengaturan pengeluaran air dari saluran utama (primer) hingga ke saluran tersier pada tiap-tiap lahan pertanian.Agar didapat gambaran dan informasi yang jelas, perlu dilakukan praktikum di lapangan untuk mengetahui macam-macam saluran irigasi,  besar debit dan standart deviasi setiap saluran.

B . T i n j a u a n   P u s t a k aPengukuran debit air paling sederhana adalah dengan metode apung,c a r a n y a   d e n g a n   m e n e m p a t k a n   b e n d a   y a n g   t i d a k   t e n g g e l a m   d i  p e r m u k a a n sungai pada jarak tertentu dan mencatat waktu yang diperlukan benda tersebutuntuk menempuh jarak yang ditentukan (Asdak, 1998).M e n u r u t   K a r t o s a p o e t r a   ( 1 9 9 7 ) ,   p e n g u k u r a n   d e b i t   d a p a t  d i l a k u k a n dengan 2 cara yaitu secara langsung maupun secara tidak langsung. Secaralangsung digunakan beberapa alat ukur pintu ramijin sekat ukur tipe cipoleti,sekat Thomson, dan alat ukur Parshal Flume. Pengukuran debit secara tidak  langsung yang sangat diperhatikan yaitu tentang kecepatan aliran dan luas  penampang.Aliran saluran terbuka adalah aliran fluida melalui saluran yang ada  p e r m u k a a n   b e b a s n y a .   A d a n y a   p e r m u k a a n   b e b a s   i n i   m e m u d a h k a n ,  s e b a b tekanan dapat dianggap sama panjang permukaan bebasnya karena bentuknyat i d a k   b i s a   d i k e t a h u i   s e b e l u m n y a ,   p r o f i l   k e d a l a m a n n y a   b e r u b a h  d e n g a n keadaan sehingga makin menyulitkan penganalisaan air (White, 1997).Menurut Seyhan (1996), debit dapat diukur dengan dua cara yaitu :a . S e c ar a   a r it m a t i k,   b i l akecepatan pada suatu titik atau dua titik pada vertikal tersebut diketahui. 

Page 2: Latar efisiensi

b . S e c ar a   g r af i s ,   bi l a kecepatan lebih banyak diketahui jumlahnya.B e b e r a p a   p e n a m p a n g   s a l u r a n   l e b i h   e f i s i e n   d a r i p a d a  p e n a m p a n g l a i n n y a   k a r e n a m e m b e r i k a n l u a r y a n g l e b i h b e s a r u n t u k   k e l i l i n g b a s a h tertentu. Pada umumnya waktu dibangunnya saluran, untuk penggaliannya,s e r t a   p e n a m p a n g   m e n c a p a i   m i n i m u m ,   h a r u s  d i k e l u a r k a n   b i a s a

Dalam sebuah kegiatan pertaian, kebutuhan air sudah tak ter elakkan lagi. Tanaman yang

diusahakan dalam kegiatan pertanian pada umumya membutuhkan air yang cukup agar dapat

tumbuh dan berkembang dengan baik, hingga menghasilkan produksi yang maksimal tentunya.

Pemberian air pada tanaman haruslah sesuai dengan yang dibutuhkan tanaman tersebut,

pemberian air yang berlebihan atau tidak sesuai dengan yang dibutuhkan tanaman juga akan

mengganggu pertumbuhan tanaman tersebut, atau bahkan akan berakibat pada kematianpada

tanaman tersbut.

Sedangkan pada tanaman yang pemberian airnya kurang juga akan berakibat

terhambatnya pertumbuhan pada tanaman, oleh karena itu pemberian air pada tanamn hendaklah

dilakukan sesuai dengan yang dibutuhkan tanaman.

Factor lain, susahnya air disuatu tempat atau kawasan tertentu membuat petani kesusahan

dalam usaha pertaniannya, hendaknya dalam situasi  seperti ini diperlukan system manajemen

irigasi yang baik pengelolaan air.

Dalam sebuah  saluran irigasi, mengetahui debit aliran dalam sebuah sluran irigasi dalah

sangat penting. Ini bertujuan untuk dapat mengontrol laju penggunaan air pada petak sawah

dengan sesuai dengan kebutuhan suatu lahan atau tanaman di sebuah lahan tersebut. Dengan

mengetahui besarnya laju aliran per satuan waktu (debit) diharapkan  akan dapat mengontrol laju

aliran sesuai dengan yang dibutuhkan.

Page 3: Latar efisiensi

Oleh karena itu perlunya pengukuran debit aliran pada sebuah saluran irigasi adalah

merupakan suatu metoda ataupun kepentingan dalam sebuah manajemen irigasi atau dalam

sebuah system keirigasian.

Debit aliran merupakan satuan untuk mendekati nilai-nilai hidrologis proses yang terjadi

dilapangan. Kemampuan pengukuran debit aliran sangat diperlukan untuk mengetahui potensi

suatu sumber daya air disuatu daerah atau wilayah DAS. Debit aliran dapat dijadikan sebuah alat

untuk memonitor dan mengefaluasi neraca air suatu kawasan melalui pendekatan potensi sumber

daya air permukaan yang ada.

2  TUJUAN

      Tujuan dari pengukuran debit saluran terbuka ini adalah :

1.    Menentukan hubungan head dengan debit pada bangunan ukur cipoletti

2.    Mengukur debit dengan pelampung

3.    Mengukur debit dengan current meter

3  MANFAAT

      Manfaat dari praktikum pengukuran debit saluran terbuka ini adalah :

1.    Agar  mahasiswa mengerti dalam penggunaan alat ukur current meter

2.    Agar mahasiswa mengerti tentang pengukuran debit dengan pelampung

3.    Agar mahasiswa dapat menentukan hubungan head dengan debit pada bangunan ukur cippoleti

4  TINJAUAN PUSTAKA

4.1        Debit  secaraLangsung ( debit sesaat)

            Dalam pengukuran debit air secara langsung digunakan beberapa alat pengukur yang

langsung dapat menunjukkan ketersediaan air pengairan bagi penyaluran melalui jaringan-

Page 4: Latar efisiensi

jaringan yang telah ada atau telah dibangun. Dalam hal ini berbagai alat pengukur yang telah

biasa digunakan yaitu:

1.   Alat Ukur Pintu Romijn

            Ambang dari pintu Romijn dalam pelaksanaan pengukuran dapat dinaik turunkan,yaitu

dengan bantuan alat pengangkat. Pengukuran debit air dengan pintu ukur romijin yaitu dengan

menggunakan rumus:

Q= 1,71 b h3/2

Keterangan:

         Q           = debit air

           b          = lebar ambang

           h           = tinggi permukaan air

2.Sekat Ukur Thompson

       Berbentuk segitiga sama kaki dengan sudut 90o dapat dipindah-pindahkan karena bentuknya

sangat sederhana (potable), lazim digunakan untuk mengukur debit air yang relatif kecil.

Penggunaan dengan alat ini dengan memperhatikan rumus sebagai berikut:

                                                    Q= 0,0138

Keterangan:

           Q           = debit air

            h           = tinggi permukaan air

3.Alat Ukur  Parshall Flume

         Alat ukur tipe ini ditentukan oleh lebar dari bagian penyempitan,yang artinya debit air

diukur berdasarkan mengalirnya air melalui bagian yang menyempit (tenggorokan) dengan

bagian dasar yang direndahkan.

Page 5: Latar efisiensi

4.Bangunan Ukur Cipoletti

     Prinsip kerja bangunan ukur Cipoletti di saluran terbuka adalah menciptakan aliran kritis.

Pada aliran kritis, energi spesifik pada nilai minimum sehingga ada hubungan tunggal antara

head dengan debit. Dengan kata lain Q hanya merupakan fungsi H saja. Pada umumnya

hubungan H dengan Q dapat dinyatakan dengan:

                                                  Q = k . H . n      

Keterangan:

            Q          =  debit air

            H          =  head

k dan n           =  konstanta

       Besarnya konstanta k dan n ditentukan dari turunan pertama persamaan energi pada

penampang saluran yang bersangkutan. Pada praktikum ini besarnya konstanta k dan n

ditentukan dengan membuat serangkaian hubungan H dengan Q yang apabila diplotkan pada

grafik akan diperoleh garis hubungan H – Q yang paling sesuai untuk masing – masing jenis

bangunan ukur.

       Dalam pelaksanaan pengukuran-pengukuran debit air,secara langsung, dengan pintu ukur

romijin,sekat ukur tipe cipoletti dan sekat ukur tipe Thompson  biasanya lebih mudah  karena

untuk itu dapat memperhatikan daftar debit air yang tersedia.    

4.2        Pengukuran debit air secara tidak langsung:

1.Pelampung

       Terdapat dua tipe pelampung yang digunakan yaitu: (i) pelampung permukaan, dan (ii)

pelampung tangkai. Tipe pelampung tangkai lebih teliti dibandingkan tipe pelampung

permukaan. Pada permukaan debit dengan pelampung dipilih bagian sungai yang lurus dan

seragam, kondisi aliran seragam dengan pergolakannya seminim mungkin. Pengukuran

dilakukan pada saat tidak ada angin. Pada bentang terpilih (jarak tergantung pada kecepatan

aliran, waktu yang ditempuh pelampunh untuk jarak tersebut tidak boleh lebih dari 20 detik)

paling sedikit lebih panjang dibanding lebar aliran. Kecepatan aliran permukaan ditentukan

Page 6: Latar efisiensi

berdasarkan rata – rata yang diperlukan pelampung menempuh jarak tersebut. Sedang kecepatan

rata – rata didekati dengan pengukuran kecepatan permukaan dengan suatu koefisien yang

besarnya tergantung dari perbandingan antara lebar dan kedalaman air. Koefisien kecepatan

pengaliran dari pelampung permukaan sebagai berikut:

B/H 5’ 10’ 15’ 20’ 30’ 40’

Vm/Vs 0,98 0,95 0,92 0,90 0,87 0,85

Keterangan:

B             =   lebar permukaan aliran

H            =   kedalaman air

Vm         =   kecepatan rata – rata

Vs           =   kecepatan pada permukaan

            Dalam pelepasan pelampung harus diingat bahwa pada waktu pelepasannya, pelampung

tidak stabil oleh karena itu perhitungan kecepatan tidak dapat dilakukan pada saat pelampung

baru dilepaskan, keadaan stabil akan dicapai 5 detik sesudah pelepasannya. Pada keadaan

pelampung stabil baru dapat dimulai pengukuran kecepatannya. Debit aliran diperhitungkan

berdasarkan kecepatan rata – rata kali luas penampang. Pada pengukuran dengan pelampung,

dibutuhkan paling sedikit 2 penampang melintang. Dari 2 pengukuran penampang melintang ini

dicari penampang melintang rata – ratanya, dengan jangka garis tengah lebar permukaan air

kedua penampang melintang yang diukur pada waktu bersama – sama disusun berimpitan,

penampang lintang rata-rata didapat dengan menentukan titik – titik pertengahan garis – garis

horizontal dan vertikal dari penampang itu, jika terdapat tiga penampang melintang, maka mula

– mula dibuat penampang melintang rata – rata antara penampang melintang rata – rata yang

diperoleh dari penampang lintang teratas dan terbawah. Debit aliran kecepatan rata – rata:

Q = C . Vp  Ap

Keterangan:

Page 7: Latar efisiensi

            Q      =     debit aliran

     C       =     koefisien yang tergantung dari macam pelampung yang digunakan

     Vp    =     kecepatan rata – rata pelampung

     Ap    =     luas aliran rata – rata

2.    Pengukuran dengan Current Meter

Alat ini terdiri dari flow detecting unit dan counter unit. Aliran yang diterima detecting

unit akan terbaca pada counter unit, yang terbaca pada counter unit dapat merupakan jumlah

putaran dari propeller maupun langsung menunjukkan kecepatan aliran, aliran dihitung terlebih

dahulu dengan memasukkan dalam rumus yang sudah dibuat oleh pembuat alat untuk tiap – tiap

propeller. Pada jenis yang menunjukkan langsung, kecepatan aliran yang sebenarnya diperoleh

dengan mengalihkan factor koreksi yang dilengkapi pada masing-masing alat bersangkutan.

Propeler pada detecting unit dapat berupa : mangkok, bilah dan sekrup. Bentuk dan ukuran

propeler ini berkaitan dengan besar kecilnya aliran yang diukur.

Debit aliran dihitung dari rumus :

Q  =  V  x  A

 dimana :      

      V  =  Kecepatang aliran

      A  =  Luas penampang

        Dengan demikian dalam pengukuran tersebut disamping harus mengukur kecepatan aliran,

diukur pula luas penampangnya. Distribusi kecepatan untuk tiap bagian pada saluran tidak sama,

distribusi kecepatan tergantung pada :

 Bentuk saluran

  Kekasaran saluran dan

  Kondisi kelurusan saluran

Dalam penggunaan current meter pengetahuan mengenai distribusi kecepatan ini amat

penting. Hal ini bertalian dengan penentuan kecepatan aliran yang dapat dianggap mewakili rata-

Page 8: Latar efisiensi

rata kecepatan pada bidang tersebut. Dari hasil penelitian “United Stated Geological Survey”

aliran air di saluran (stream) dan sungai mempunyai karakteristik distribusi kecepatan sebagai

berikut:

a.              Kurva distribusi kecepatan pada penampang melintang berbentuk parabolic.

b.             Lokasi kecepatan maksimum berada antara 0,05 s/d 0,25 h kedalam air dihitung dari permukaan

aliran.

c.              Kecepatan rata-rata berada ± 0,6 kedalaman dibawah permukaan air.

d.             Kecepatan rata-rata ± 85 % kecepatan permukaan.

e.              Untuk memperoleh ketelitian yang lebih besar dilakukan pengukuran secara mendetail kearah

vertical dengan menggunakan integrasi dari pengukuran tersebut dapat dihitung kecepatan rata-

ratanya. Dalam pelaksanaan kecepatan rata-rata nya.

     Pengukuran luas penampang aliran dilakukan dengan membuat profil penampang

melintangnya dengan cara mengadakan pengukuran kea rah horikzonta l(lebar aliran) dan ke

arah vertical (kedalamam aliran).Luas aliran merupakan jumlah luas tiap bagian (segmen) dari

profil yang terbuat pada tiap bagian tersebut di ukur kecepatan alirannya.

                 Debit aliran di segmen = ( Qi ) = Ai  x  Vi

     Keterangan : Qi  : Debit aliran segmen i

                           Ai : Luas aliran pada segmen i

                           Vi : Kecepatan aliran pada segmen ini

5  BAHAN DAN METODA

5.1        ALAT DAN BAHAN

Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini antara lain :

         Meteran

         Current meter

         Pelampung

         Rambu ukur

Page 9: Latar efisiensi

5.2        METODA

Cara kerja dari praktikum ini adalah :

                                I.            Dengan curren meter

         Ukur kedalaman air

         Hitung luas penampang basah

         Ukur kecepatan aliran air dengan current meter pada jarak 1 meter dan kedalaman 0,6 dan 0.2.

         Catat hasil pengamatan

                              II.            Dengan pelampung

         Ukur luas penampang basah

         Jalankan (hanyutkan) pelampung dalam jarak tertentu dan catat waktu tempuh

         Catat hasil pengamatan

                            III.            Dengan bangunan ukur cipoleti

         Ukur luas penampang basah

         Catat hasil pengamatan

         Cari debit dengan menggunakan rumus

6  HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1        HASIL

a)      Dengan menggunakan method cipoletti

Head (m) Kedalaman (m) Debit (m3/s)

6.8 0.39 3.08

b)     Dengan menggunakan pelampung

No. Pelampung Waktu Kecepatan (m/s) Debit (m3/s)

1 50,06 s 0.639 3.475

Page 10: Latar efisiensi

2 59,44 s 0.504 2.741

3 58,86 s 0.509 2.768

Rata-rata 56,12 s 0.550 2.513

Luas terapusium  = 5.439 m2

c)      Dengan menggunakan methoda current meter.

no titik Kedalaman Lebar Luas (m) Kecepatan rata-

rata (m3/det)

Debit

(m3/det)

1 1 78 1 0.351 0.569 0.92

2 2 71 1 0.71 0.559 0.396

3 3 80 1 0.8 0.543 0.434

4 4 75 1 0.75 0.504 0.378

5 5 76 1 0.76 0.565 0.429

6 6 76 93 0.343 0.603 0.206

Debit total (m3/det) 2.763

1.6.2        PEMBAHASAN

Pada metode pelampung diperoleh debit air sebesar 2.513 m3/s dan pada metode Current

meter diperoleh debit air sebesar 0,46 m3/s. Selisih debit air pada kedua metode yang digunakan

ini adalah 2.053 m3/s. Hal ini memperihatkan bahwa apabila metode yang digunakan berbeda,

maka akan menghasilkan debit air yang berbeda pula.

Perbedaan ini disebabkan karena beberapa faktor yakni : pada metode pelampung angin

sangat berpengaruh besar terhadap cepat atau lambatnya pelampung bergerak, apabila semakin

kuat angin yang menghembus pelampung maka semakin cepat pula pelampung bergerak dan

juga kuatnya angin berhembus juga mempengaruhi arah gerak pelampung mengikuti arah angin

sehingga mengakibatkan jalannya pelampung tidak lurus dan jarak yang ditempuh bertambah

Page 11: Latar efisiensi

karna berbelok – beloknya pelampungdan sebaliknya ketika hembusan angin tidak kuat maka

gerak pelampung yang dipengaruhi arus air menjadi lebih stabil.

Pada metode current meter sesungguhnya dasar perairan berpengaruh juga terhadap nilai

h karena dasar perairan yang berlumpur membuat kaki atau dasar papan bercelah  akan terbenam

beberapa centimeter yang mengakibatkan terjadi perubahan nilai h dan pada akhirnya nilai H pun

ikut berubah. Dari hasil debit air diatas juga dapat kita ketahui bahwa perairan yang menjadi

objek praktikum termasuk kedalam komunitas lotik zona tenang (pool zone).

Menurut Kasry (2010) zona tenang adalah perairan yang lebih dalam dimana kecepatan

arus melemah dan material pasir dan material hanyut lainnya cendrung menempel pada dasar,

sehingga terdapat dasar lunak tidak cocok untuk benthos permukaan tetapi cocok bagi organisme

– organisme yang membenamkan dirinya, nekton dan beberapa plankton.

1.7  PENUTUP

1.7  .1 KESIMPULAN

Pengukuran debit aliran dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan cara langsung

dan metoda tidak langsung. Pengukuran debit aliran sangat dibutuhkan untuk mengatur dan

ataupun dalam hal penglolaan jaringan irigasi maupun pengonttrolan.

Dari pengamatan paktikum diatas dapat dilihat bahwa pengukuran debitaliran juga dapat

dilakuka secara sederhana yaitu dengan menggunakan pelampung. Selain tiu pengukuran debit

dengan menggunakan alat ukur current meter juga mempunyai kelemahan. Sehingga jika dalam

sebuah pengamatan yang tidak teliti akan memberikan hasil yang berbeda juga

Rabu, 14 Desember 2011PENGUKURAN DEBIT DI SALURAN TERBUKA

PENGUKURAN DEBIT DI SALURAN TERBUKA

http://mechanarticle.blogspot.com/2011/12/pengukuran-debit-di-saluran-terbuka_14.html

Page 12: Latar efisiensi

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangDalam suatu pengelolaan sumber daya air dengan perancangan bangunan air diperlukan

suatu informasi yang menunjukan jumlah air yang akan masuk ke bangunan tersebut dalam satuan waktu yang dikenal sebagai debit aliran.Informasi mengenai besarnya debit aliran sungai membantu dalam merancang bangunan dengan memperhatikan besarnya debit puncak ( banjir) yang diperlukan untuk perancangan bangunan pengendalian banjir dan juga dilihat dari data debit minimum yang diperlukan untuk pemanfaatan air terutama pada musim kemarau.Sehingga dengan adanya data debit tersebut pengendalian air baik dalam keadaan berlebih atau kurang sudah dapat diperhitungkan sebagai usaha untuk mengurangi dampak banjir pada saat debit maksimum dan kekeringan atau defisit air pada saat musim kemarau panjang.Oleh karena itu, dalam praktikum ini belajar melakukan pengukuran debit sungai untuk mendapatkan informasi besarnya air yang mengalir pada suatu sungai pada saat waktu tertentu.1.2 Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengukur debit aliran sungai di Cikuda dengan metode apung dan current meter.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Debit AliranDebit aliran adalah laju air ( dalam bentuk volume air ) yang melewati suatu penampang

melintang sungai per satuan waktu.Dalam system SI besarnya debti dinyatakan dalam satuan meter kubik per detik ( m3/dt).Sedangkan dalam laporan-laporan teknis, debit aliran biasanya ditunjukan dalam bentuk hidrograf aliran.Hidrograf aliranadalah suatu perilaku debit sebagai respon adanya perubahan karakteristik biogeofisik yang berlangsung dalam suatu DAS oleh adanya kegiatan pengelolaan DAS dan / atau adanya perubahan (fluktuasi musiman atau tahunan) iklim local.2.2 Pengukuran Debit

Teknik pengukuran debit aliran langsung di lapangan pada dasarnya dapat dilakukan melalui empat katagori ( Gordon et al., 1992):

1. Pengukuran volume air sungai2. Pengukuran debiut dengan cara mengukur kecepatan aliran dan menentukan luas penampang

melintang sungai.3. Pengukuran debit dengan menggunakan bahan kimia ( pewarna) yang dialirkan dalam aliran

sungai (substance tracing method).4. Pengukuran debit dengan membuat bangunan pengukuran debit seperti weir ( aliran air lambat)

atau flume ( aliran cepat).

Page 13: Latar efisiensi

Minggu, 18 Mei 2014

praktikum efisiensi saluran air irigasi

II. EFISIENSI SALURAN AIR IRIGASI

http://pengair.blogspot.com/2014/05/praktikum-efisiensi-saluran-air-irigasi.html

A. Pendahuluan

1. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara agraris dimana pembangunan di bidang pertanian menjadi prioritas utama. Karena Indonesia merupakan salah satu negara yang memberikan komitmen tinggi terhadap pembangunan ketahanan pangan sebagai komponen strategis dalam pembangunan nasional. UU No.7 tahun 1996 tentang pangan menyatakan bahwa perwujudan ketahanan pangan merupakan kewajiban pemerintah bersama masyarakat. Berbagai cara dapat dilakukan dalam rangka pembangunan di bidang pertanian untuk dapat meningkatkan produksi pangan adalah dengan ekstensifikasi yaitu usaha peningkatan produksi pangan dengan meluaskan areal tanam, dan intensifikasi yaitu usaha peningkatan produksi pangan dengan cara-cara yang intensif pada lahan yang sudah ada, antara lain dengan penggunaan bibit unggul, pemberian pupuk yang tepat serta pemberian air irigasi yang efektif dan efisien.

Pengembangan pertanian dengan cara ekstensifikasi masih memungkinkan untuk kondisi di luar pulau Jawa. Namun tidak demikian untuk kondisi di pulau Jawa. Mengingat sudah sangat terbatas areal sawah ditambah kepadatan penduduk dari tahun ke tahun semakin meningkat sehingga perlu membuka lahan baru untuk pemukiman. Kondisi demikian menuntut pengembangan pertanian lebih menitikberatkan dengan cara intensifikasi pertanian.

Pembangunan saluran irigasi untuk menunjang penyediaan bahan pangan nasional angat iperlukan, sehingga ketersediaan air di lahan akan terpenuhi walaupun lahan ersebut berada jauh dari sumber air permukaan (sungai). Hal tersebut tidak terlepas dari usaha teknik irigasi yaitu memberikan air dengan kondisi tepat mutu, tepat ruang dan tepat waktu dengan cara yang efektif dan ekonomis (Sudjarwadi, 1990). Kontribusi prasarana dan sarana irigasi terhadap ketahanan pangan selama ini cukup besar yaitu sebanyak 84 persen produksi beras nasional bersumber dari daerah irigasi.

2. Tujuan Praktikum

Page 14: Latar efisiensi

Tujuan dari praktikum acara Efisiensi Saluran Air Irigasi adalah mengharapkan mahasiswa

terampil menghitung efisiensi penyaluran air irigasi.

B. Tinjauan Pustaka

1. Pengukuran dengan Current meter

Pengukuran debit dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung

dengan menggunakan sekat ukur, dan secara tidak langsung dapat dilakukan dengan mengukur luas

saluran dan mengatur aliran air. Kecepatan aliran air (V) dapat diukur dengan berbagai cara seperti

menggunakan metode pelampung, current meter, atau dengan menggunakan persamaan (Hasibuan

2009).

Pengukuran luas penampang aliran dilakukan dengan membuat profil penampang melintangnya

dengan cara mengadakan pengukuran kea rah horikzonta l(lebar aliran) dan ke arah vertical (kedalamam

aliran).Luas aliran merupakan jumlah luas tiap bagian (segmen) dari profil yang terbuat pada tiap bagian

tersebut di ukur kecepatan alirannya. Debit aliran di segmen = ( Qi ) = Ai x Vi. Keterangan : Qi : Debit

aliran segmen I, Ai : Luas aliran pada segmen I, Vi : Kecepatan aliran pada segmen i (Takeda 2007).

Saluran terbuka adalah suatu saluran dimana cairan mengalir dengan permukaan bebas yang

terbuka terhadap tekanan atmosfir. Berdasarkan asalnya, saluran terbuka dapat digolongkan menjadi

saluran alami dan saluran buatan. Saluran terbuka dapat berbentuk saluran, talang, terjunan, dan

sebagainya. Bentuk penampang saluran yang biasa dipakai untuk saluran tanah yang tidak dilapis adalah

bentuk trapesium. Hal ini disebabkan karena kemantapan kemiringan dinding saluran dapat disesuaikan.

Bentuk persegi panjang biasa dipakai untuk saluran yang dibangun dengan bahan yang mantap seperti

pasangan batu padas, logam dan kayu. Penampang segitiga dipakai untuk saluran yang kecil, selokan,

dan penelitian di laboratorium. Sedangkan penampang lingkaran dipakai untuk saluran pembuang air

kotor dan gorong-gorong yang berukuran sedang maupun kecil (Hardiyatmo 2002).

Alat ini terdiri dari flow detecting unit dan counter unit. Aliran yang diterima detecting unit akan

terbaca pada counter unit, yang terbaca pada counter unit dapat merupakan jumlah putaran dari

propeller maupun langsung menunjukkan kecepatan aliran, aliran dihitung terlebih dahulu dengan

memasukkan dalam rumus yang sudah dibuat oleh pembuat alat untuk tiap – tiap propeller. Pada jenis

yang menunjukkan langsung, kecepatan aliran yang sebenarnya diperoleh dengan mengalihkan factor

koreksi yang dilengkapi pada masing-masing alat bersangkutan. Propeler pada detecting unit dapat

berupa : mangkok, bilah dan sekrup. Bentuk dan ukuran propeler ini berkaitan dengan besar kecilnya

aliran yang diukur (Sutomo 2013).

Page 15: Latar efisiensi

Penggunaan current meter pengetahuan mengenai distribusi kecepatan ini amat penting. Hal ini

bertalian dengan penentuan kecepatan aliran yang dapat dianggap mewakili rata-rata kecepatan pada

bidang tersebut. Dari hasil penelitian “United Stated Geological Survey” aliran air di saluran (stream) dan

sungai mempunyai karakteristik distribusi kecepatan sebagai berikut: a) Kurva distribusi kecepatan pada

penampang melintang berbentuk parabolik. b) Lokasi kecepatan maksimum berada antara 0,05 s/d 0,25

h kedalam air dihitung dari permukaan aliran. c) Kecepatan rata-rata berada ± 0,6 kedalaman dibawah

permukaan air. d) Kecepatan rata-rata ± 85 % kecepatan permukaan. e) Untuk memperoleh ketelitian

yang lebih besar dilakukan pengukuran secara mendetail kearah vertical dengan menggunakan integrasi

dari pengukuran tersebut dapat dihitung kecepatan rata-ratanya (Hiroshiku 2006).

Alat ini terdiri dari flow detecting unit dan counter unit. Aliran yang diterima detecting unit akan

terbaca pada counter unit, yang terbaca padacounter unit dapat merupakan jumlah putaran

dari propeller maupun langsung menunjukkan kecepatan aliran, aliran dihitung terlebih dahulu dengan

memasukkan dalam rumus yang sudah dibuat oleh pembuat alat untuk tiap–tiappropeller. Pada jenis

yang menunjukkan langsung, kecepatan aliran yang sebenarnya diperoleh dengan mengalihkan faktor

koreksi yang dilengkapi pada masing-masing alat bersangkutan. Propeler pada detecting unit dapat

berupa: mangkok, bilah dan sekrup. Bentuk dan ukuran propeler ini berkaitan dengan besar kecilnya

aliran yang diukur (abdullah 2012).

2. Pengukuran dengan Pelampung

Pelampung digunakan sebagai alat pengukur kecepatan aliran, apabila yang diperlukan adalah

besaran kecepatan aliran dengan tingkat ketelitian yang relatif kecil. Walaupun demikian, cara ini masih

dapat digunakan dalam prakteknya. Metode ini dapat dengan mudah dilakukan walaupun keadaan

permukaan air tinggi, dan selain itu karena dalam pelaksanaannya tidak dipengaruhi oleh kotoran atau

kayu-kayu yang terhanyutkan, maka cara inilah yang sering digunakan. Tempat yang sebaiknya dipilih

untuk pengukuran kecepatan aliran yaitu bagian sungai atau saluran yang lurus dengan dimensi

seragam, sehingga lebar permukaan air dapat dibagi dalam beberapa bagian dengan jarak lebar antara

0,25 m sampai 3 m atau lebih tergantung dari lebar permukaan (Nanako 2004).

Terdapat dua tipe pelampung yang digunakan yaitu: (i) pelampung permukaan, dan (ii)

pelampung tangkai. Tipe pelampung tangkai lebih teliti dibandingkan tipe pelampung permukaan. Pada

permukaan debit dengan pelampung dipilih bagian sungai yang lurus dan seragam, kondisi aliran

seragam dengan pergolakannya seminim mungkin. Pengukuran dilakukan pada saat tidak ada angin.

Pada bentang terpilih (jarak tergantung pada kecepatan aliran, waktu yang ditempuh pelampunh untuk

jarak tersebut tidak boleh lebih dari 20 detik) paling sedikit lebih panjang dibanding lebar aliran.

Kecepatan aliran permukaan ditentukan berdasarkan rata – rata yang diperlukan pelampung menempuh

jarak tersebut. Sedang kecepatan rata – rata didekati dengan pengukuran kecepatan permukaan dengan

Page 16: Latar efisiensi

suatu koefisien yang besarnya tergantung dari perbandingan antara lebar dan kedalaman air

(Ariyanto 2008).

Pelepasan pelampung harus diingat bahwa pada waktu pelepasannya, pelampung tidak stabil

oleh karena itu perhitungan kecepatan tidak dapat dilakukan pada saat pelampung baru dilepaskan,

keadaan stabil akan dicapai 5 detik sesudah pelepasannya. Pada keadaan pelampung stabil baru dapat

dimulai pengukuran kecepatannya. Debit aliran diperhitungkan berdasarkan kecepatan rata – rata kali

luas penampang. Pada pengukuran dengan pelampung, dibutuhkan paling sedikit 2 penampang

melintang. Dari 2 pengukuran penampang melintang ini dicari penampang melintang rata – ratanya,

dengan jangka garis tengah lebar permukaan air kedua penampang melintang yang diukur pada waktu

bersama – sama disusun berimpitan, penampang lintang rata-rata didapat dengan menentukan titik –

titik pertengahan garis – garis horizontal dan vertikal dari penampang itu, jika terdapat tiga penampang

melintang, maka mula – mula dibuat penampang melintang rata – rata antara penampang melintang

rata – rata yang diperoleh dari penampang lintang teratas dan terbawah. (Sujarwadi 2003).

Menghitung debit pada aliran saluran terbuka dapat dihitung dengan Persamaan Kontinuitas : Q

= V x A Dimana : Q = debit ( m3/det), V = kecepatan aliran (m/det), A = luas penampang saluran (m2).

Pelampung digunakan sebagai alat pengukur kecepatan aliran, apabila yang diperlukan adalah besaran

kecepatan aliran dengan tingkat ketelitian yang relatif kecil. Walaupun demikian, cara ini masih dapat

digunakan dalam prakteknya (Cahyadi 2005).

Gambaran efisiensi irigasi secara menyeluruh, diperlukan gambaran menyeluruh dari suatu

jaringan irigasi dan drainase mulai dari bendung; saluran primer, sekunder, tersier, dan kwarter; petak

tersier dan jaringan irigasi/drainase dalam petak tersier. Efisiensi pemakaian air (application efficiency)

di sawah EPA adalah perbandingan antara jumlah air irigasi yang diperlukan tanaman (Vn) dengan

jumlah air yang sampai ke suatu inlet jalur atau petakan sawah (Vsw). Jumlah air irigasi yang diperlukan

tanaman disebut dengan V netto adalah jumlah air yang diperlukan tanaman (W) dikurangi dengan

hujan efektif (He). Untuk padi sawah nilai W adalah perjumlahan dari nilai ET, Perkolasi, dan Genangan

(Kapoor 2009).

Kecepatan aliran dapat diketahui dengan 2 cara, yaitu menggunakancurrent meter/water flow

meter dan cara konvensional menggunakan pelampung.Besar debit dan kecepatan aliran memiliki

perbedaan namun tidak terlalu signifikan antara perhitungan cara current meter dan perhitungan cara

pelampung.Dari hasil perhitungan dapat diketahui keakuratan cara current meter lebih tinggi

dibandingkan dengan cara pelampung (Bunganaen 2011).

C. Metode Praktikum

1. Waktu dan Tempat Praktikum

Page 17: Latar efisiensi

Praktikum acara Efisiensi Saluran Irigasi dilaksanakan pada tanggal 5 Mei 2013 dan bertempat di

dekat Desa Palur, Mojolaban. Lokasi praktikum berupa saluran irigasi yang terbagi menjadi 3 irigasi,

yaitu primer, sekunder dan tersier.

2. Alat dan Bahan

a. Current meter

b. Sepatu boot

c. Tali

d. Meteran

e. Stopwatch

f. Pelampung

g. Saluran irigasi primer, sekunder dan tersier

3. Cara Kerja

a. Memilih 3 saluran terbuka, masing-masing pada saluran primer, sekunder dan tersier.

b. Mengukur kecepatan aliran air (V dalam m/det) menggunakan current meter di titik awal (Q in) dan debit

di titik berikutnya yang diasumsikan sebagai titik akhir (Qout) saluran, mengukur dan mencatat jaraknya.

c. Mengukur kecepatan aliran pada 3 titik (tengah dan 2 pada pinggir saluran), melakukan sebanyak 3 kali

ulangan, menghitung rata-rata.

d. Mengukur kecepatan aliran pada saluran sekunder dan tersier menggunakan metode pelampung,

karena terbatasnya jumlah current meter.

e. Mencatat ketinggian penampang melintang (drata-rata) dan lebar saluran (w). Luas penampang basah

saluran (A) menghitung dengan rumus: A (m2) = drata-rata x w

Dimana: drata-rata = (d1 + d2 + d3) / 3

D. Hasil Pengamatan dan Analisis Data

1. Hasil Pengamatan

Tabel 2.1 Hasil Perhitungan Efisiensi Air Irigasi

Page 18: Latar efisiensi

Saluran Posisi

Lebar Salura

n/w(cm)

Kedalaman/

d (cm)

V

(m/s)

d

rata-rata

V

rata-rata

Q

rata-rata

Efisiensi

Primer

In 1200

100 0.452

116 0.596

8,296

-25,6%150 0

.831

100 0.507

Out 1200

100 0.701

116 0.749

10,42150 0.

904

100 0.642

Sekunder

In 285

22 0.18

29.67

0.74

0,3382

-68,95%

35

32 0.26

Out 286

22

27 0,5714

31 0.3

28

Tersier

In 60

26 0.2

27.67

0.2

0,0332

22,2%

28

29 0.19

Out 104

11

9.17 0,0258

10.5 0.22

6

Sumber: Laporan Sementara

Page 19: Latar efisiensi

2. Analisis Data

a. Saluran Primer

Posisi In:

d rata-rata =

=

= 116 cm/1,16 m

A = d rata-rata x w

= 116 x 1200

= 139200 cm2/13,92 m2

Q = V x A

= 0,596 x 13,92

= 8,296 m3/det

Posisi Out:

d rata-rata =

=

= 116 cm/1,16 m

A = d rata-rata x w

= 116 x 1200

= 139200 cm2/13,92 m2

Q = V x A

= 0.749 x 13,92

= 10,42 m3/det

E = x 100%

Page 20: Latar efisiensi

= x 100%

= -25,6%

b. Saluran Sekunder

Posisi In:

d rata-rata =

=

= 29,67 cm/0,2967 m

A = d rata-rata x w

= 29,67 x 285

= 8455,95 cm2/0,8455 m2

Q = V x A

= 0,74 x 0,8455

= 0,3382 m3/det

Posisi Out:

d rata-rata =

=

= 27 cm/0,27 m

A = d rata-rata x w

= 27 x 286

= 7722 cm2/0,7722 m2

Q = V x A

= 0.74 x 0,7722

= 0,5714 m3/det

Page 21: Latar efisiensi

E = x 100%

= x 100%

= -68,95%

c. Saluran Tersier

Posisi In:

d rata-rata =

=

= 27,67 cm/0,2767 m

A = d rata-rata x w

= 27,67 x 60

= 1660,2 cm2/0,166 m2

Q = V x A

= 0,2 x 0,166

= 0,0332 m3/det

Posisi Out:

d rata-rata =

=

= 9,17 cm/0,0917 m

A = d rata-rata x w

= 9,17 x 104

= 953,68 cm2/0,0958 m2

Q = V x A

= 0.27 x 0,0958

Page 22: Latar efisiensi

= 0,0258 m3/det

E = x 100%

= x 100%

= 22,2%

E. Pembahasan

Irigasi merupakan upaya yang dilakukan manusia untuk mengairi lahan pertaniannya. Dalam

dunia modern saat ini sudah banyak model irigasi yang dapat dilakukan manusia. Pada zaman dahulu

jika persediaan air melimpah karena tempat yang dekat dengan sungai atau sumber mata air, maka

irigasi dilakukan dengan mangalirkan air tersebut ke lahan pertanian. Namun demikian irigasi juga biasa

dilakukan dengan membawa air dengan menggunakan wadah kemudian menuangkan pada tanaman

satu-persatu. Untuk irigasi dengan model seperti ini di Indonesia biasa disebut menyiram. Sebagaimana

telah diungkapkan, dalam dunia modern ini sudah banyak cara yang dapat dilakukan untuk melakukan

irigasi dan ini sudah berlangsung sejak Mesir Kuno (Hikaru 2011).

Praktikum acara Efisiensi Saluran Irigasi dilakukan pada saluran irigasi yang berada pada daerah

di dekat Desa Palur, Mojolaban. Praktikum dilaksanakan untuk mengetahui efisiensi saluran irigasi yang

ada pada daerah tersebut dalam mengairi lahan pertanian yang ada disekitarnya. Pengamatan dilakukan

pada saluran irigasi primer, sekunder dan tersier. Saluran irigasi primer adalah saluran irigasi utama

dengan luas penampang sebesar 1200 cm pada posisi in maupun out. Saluran sekunder adalah saluran

primer yang terbagi sehingga pada saluran sekunder, lebar saluran lebih sempit daripada saluran primer

yaitu 258 cm pada posisi in dan 286 cm pada posisi out. Saluran tersier merupakan saluran sekunder

yang terbagi sehingga luas saluran tersier lebih sempit daripada saluran sekunder yaitu 60 cm pada

posisi in dan 204 cm pada posisi out.

Kedalaman pada saluran primer yaitu 100 cm pada bagian pinggir dan 150 cm pada bagian

tengah, pada posisi in maupun out sehingga diperoleh nilai d rata-rata yaitu 116 cm. Kedalaman saluran

sekunder pada posisi in bagian pinggir yaitu 22 cm dan 32 cm, kedalaman bagian tengah adalah 35 cm

sehingga rata-ratanya adalah 29,67 cm, pada posisi out kedalaman bagian pinggir 22 cm dan 28 cm,

pada bagian tengah 31 cm sehingga diperoleh d rata-rata yaitu 27 cm. kedalaman saluran tersier pada

posisi in dibagian pinggir 26 cm dan 29 cm, pada bagian tengah 28 cm sehingga diperoleh nilai d rata-

rata yaitu 27,67 cm, kedalaman posisi out pada saluran tersier di bagian pinggir yaitu 11 cm dan 6 cm,

pada bagian tengah 10,5 cm sehingga dipeoroleh d rata-rata yaitu 9,17 cm. berdasarkan hasil

pengukuran kedalaman pada bagian pinggir dan tengah saluran irigasi primer, sekunder dan tersier

dapat diketahui perbedaan kedalaman yang cukup signifikan pada saluran irigasi primer, hal tersebut

Page 23: Latar efisiensi

menunjukkan luas penampang yang lebih besar untuk menampung air dari hulu seperti sungai maupun

waduk.

Penghitungan kecepatan aliran air pada saluran irigasi sekunder dan tersier menggunakan

metode pelampung yaitu menggunakan bola tenis meja sebagai pelampung dan stopwatch sebagai

pencatat waktu. Kecepatan aliran pada saluran sekunder yang dihitung dengan tiga kali ulangan yaitu

0,18 m/s, o,26 m/s, dan 0,3 m/s sehingga diperoleh kecepatan rata-rata yaitu 0,74 m/s. kecepatan aliran

air pada saluran tersier juga dihitung dengan medote yang sama dengan penghitunga kecepatan aliran

air pada saluran sekunder. Kecepatan aliran air yang diperoleh adalah 0,2 m/s, 0,19 m/s dan 0,22 m/s,

sehingga diperoleh kecepatan rata-rata sebesar 0,2 m/s. Pada saluran sekunder kecepatan aliran air

dihitung dengan menggunakan metode current meter pada posisi in dan out, penghitungan dilakukan

tiga kali ulangan. Pada posisi in diperoleh nilai 0,452 m/s, 0,831 m/s, 0,507 m/s dan pada

posisi out diperoleh nilai 0,701 m/s, 0,904 m/s, 0,642 m/s, sehingga diperoleh nilai kecepatan rata-rata

pada posisi in yaitu 0,596 m/s dan posisi out yaitu 0,749 m/s.

Penghitungan debit air (Q) dapat dilakukan dengan cara mengalikan kecepatan rata-rata (V rata-

rata) dan luas penampang basah saluran (A). Pada saluran primer diperoleh nilai Q in yaitu 8,296 m3/det

dan Qout 10,42 m3/det. Pada saluran sekunder diperoleh nilai Q in yaitu 0,3382 m3/det dan Qout 0,5714

m3/det. Pada saluran tersier diperoleh nilai Q in yaitu 0,0332 m3/det dan Qout 0,0258 m3/det. Dari hasil

penghitungan tersebut dapat diketahui bahwa debit air pada saluran primer dan sekunder pada posisi

out lebih besar daripada posisi in. Hal ini dikarenakan pada posisi in menuju saluran primer terdapat

bangunan penahan air agar debit air yang keluar dapat dikendalikan. Pada posisi out debit air lebih tinggi

karena air memasuki saluran sekunder dengan luas penampang yang lebih kecil mengakibatkan

kecepatan aliran air lebih besar. Begitu pula pada posisi in di saluran sekunder, debit air yang keluar dari

saluran primer menuju saluran sekunder lebih rendah jika dibandingkan dengan posisi out, karena pada

posisi outkecepatan aliran air lebih besar akibat luas penampang saluran tersier lebih kecil daripada

saluran sekunder. Berbeda halnya dengan saluran tersier, pada posisi indebit air lebih tinggi daripada

debit air pada posisi out, hal ini disebabkan oleh posisi out, saluran tersier menyebar dan mengaliri

lahan pertanian dengan kecepatan yang rendah akibat luasan yang dialiri semakin besar sehingga

posisi outpada saluran tersier menjadi lebih rendah.

Efisiensi saluran irigasi dapat diketahui dengan mengurangi debit air pada posisi in dengan debit

air pada posisi out, kemudian membagi hasil pengurangan tersebut dengan debit air pada posisi in dan

mengalikan 100%. Nilai efisiensi pada saluran primer yaitu -25,6%, pada saluran sekunder sebesar -

68,95% dan pada saluran tersier sebesar 22,2%. Tingkat efisiensi saluran irigasi primer dan sekunder

sangat rendah karena efisiensi saluran bernilai negatif. Nilai efisiensi pada saluran tersier cukup rendah,

hal tersebut ditunjukkan oleh nilai efisiensi saluran yang kurang dari 50% yaitu 22,2%.

Page 24: Latar efisiensi

Hal-hal yang dapat menyebabkan efisiensi saluran irigasi rendah adalah luasan saluran dan

kedalaman saluran. Hal tersebut berpengaruh pada kecepatan aliran air dan debit air yang dapat

ditampung pada saluran tersebut. Tujuan dari saluran irigasi adalah mengefisienkan penyaluran air

menuju lahan-lahan pertanian. Hal yang diharapkan dari saluran irigasi adalah kemampuan menyalurkan

air yang tinggi pada luasan saluran yang lebih sempit, sehingga adanya irigasi tidak mengurangi sumber

daya lahan yang digunakan sebagai lahan pertanian

http://riskiramadhonalubis.blogspot.com/2014/05/v-behaviorurldefaultvmlo_16.html

http://myblogcii.blogspot.com/2013/06/materi-laporan-pengukuran-kecepatan.html

Materi Laporan Pengukuran Kecepatan Aliran dan Debit