dampak aglomerasi industri terhadap persebaran …

142
DAMPAK AGLOMERASI INDUSTRI TERHADAP PERSEBARAN PEMUKIMAN STUDI KASUS KECAMATAN CILINCING JAKARTA UTARA Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Oleh: Udin 1110015000103 JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H/2015

Upload: others

Post on 08-Nov-2021

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: DAMPAK AGLOMERASI INDUSTRI TERHADAP PERSEBARAN …

DAMPAK AGLOMERASI INDUSTRI TERHADAP PERSEBARAN PEMUKIMAN STUDI KASUS

KECAMATAN CILINCING JAKARTA UTARA

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh:

Udin

1110015000103

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF

HIDAYATULLAH

JAKARTA

1436 H/2015

Page 2: DAMPAK AGLOMERASI INDUSTRI TERHADAP PERSEBARAN …
Page 3: DAMPAK AGLOMERASI INDUSTRI TERHADAP PERSEBARAN …
Page 4: DAMPAK AGLOMERASI INDUSTRI TERHADAP PERSEBARAN …
Page 5: DAMPAK AGLOMERASI INDUSTRI TERHADAP PERSEBARAN …
Page 6: DAMPAK AGLOMERASI INDUSTRI TERHADAP PERSEBARAN …
Page 7: DAMPAK AGLOMERASI INDUSTRI TERHADAP PERSEBARAN …

DAMPAK AGLOMERASI INDUSTRI TERHADAP PERSEBARAN PEMUKIMAN STUDI KASUS KECAMATAN

CILINCING JAKARTA UTARA

Udin

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui dampak yang dihasilkan

dari persebaran industri di Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara terhadap

persebaran pemukiman yang ada di kawasan tersebut, serta respon masyarakat

sekitar industri dengan keberadaan sebaran industri yang ada. Data yang

digunakan dalam penelitian ini bersumber dari data primer dan data sekunder,

data primer digunakan pembagian kuisioner kepada 50 responden, serta

wawancara dengan pemerintah terkait. Adapun data sekunder yaitu bersumber

dari peta rupa bumi, BPS (Badan Pusat Statistik), sudin perindustrian, sudin

RTRW (Rencana Tata Ruang dan Wilayah), serta google earth dan google maps

dengan bantuan aplikasi archview.

Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa adanya perubahan dinamika

pada aspek kependudukan yang akan terjadi dari 2014-2030 dengan berlandaskan

peta RDTR (Rencana Detail Tata Ruang) Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara

yang mempengaruhi pola persebaran penduduk, serta adanya respon baik bentuk

dukungan masyarakat, hingga manfaat yang dirasakan terhadap perkembangan

industri. Dukungan masyarakat yang setuju sebesar 84%, tidak setuju sebesar

12%, dan tidak menjawab sebesar 4%.

Kata kunci: Dampak aglomerasi, industri, persebaran, serta pemukiman.

Page 8: DAMPAK AGLOMERASI INDUSTRI TERHADAP PERSEBARAN …

IMPACT ON THE SPREAD SETTLEMENT INDUSTRIAL AGGLOMERATION CASE STUDY CILINCING NORTH

JAKARTA

Udin

ABSTRACT

The purpose of this research was to determine the impact resulting from the spread of the industry in Cilincing, North Jakarta against the spread of existing settlements in the region, as well as the surrounding community's response to the presence of the industry distribution of existing industries. The data used in this research originated from the primary data and secondary data, primary data used distribution of questionnaires to 50 respondents, as well as interviews with relevant government. The secondary data is sourced from the earth in such maps, BPS (Central Bureau of Statistics), sub-department of industry, sub-department Spatial (Spatial Planning and Regional), and google earth and google maps with the help of ArchView applications.

The results of this research indicate that a change in the aspect of population dynamics that will occur from 2014-2030 on the basis of the map RDTR (Detailed Spatial Plan) Cilincing, North Jakarta affecting population distribution patterns, as well as their response to both forms of public support, to benefit perceived to industry developments. Community support that is agreed by 84%, 12% disagreed, and 4% abstain.

Keywords: Impact of agglomeration, industrial, distribution, and settlement.

Page 9: DAMPAK AGLOMERASI INDUSTRI TERHADAP PERSEBARAN …

i

KATA PENGANTAR

Bissmillahirrohmanirrohim

Assalamu’alaikumwr,wb.

Alhamdu lillahi robbil ’alamin, segala puji hanya bagi Allah SWT

pemilik segala sesuatu yang ada dibumi dan langit. Atas berkat dan rahmat serta

ridho-Nya. Alhamdulillah penulisan ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

Sholawat dan salam senantiasa tercurah untuk Nabi Muhammad SAW, beserta

keluarga, para sahabat dan pengikut-pengikutnya hingga akhir jaman. Selama

proses penyusunan skripsi ini, penulis mendapat banyak dukungan dan bantuan

dari berbagai pihak guna membantu lancarnya penelitian ini, baik secara langsung

atau tidak oleh karena itu penulis mengucakpan terima kasih kepada:

1. Dra. Nurlena Rifai, MA, Ph.D selaku Dekan FITK atas segala bentuk

partisipasinya kepada mahasiswa, semoga visi misi yang diembannya diberikan

kelancaran dalam menunaikannya, amin.

2. Dr. Iwan Purwanto, M.Pd selaku kepala jurusan Pendidikan IPS dan juga

Dosen Pembimbing Penulis, dengan kesibukannya bersedia meluangkan waktu

dan tenaganya dalam memberikan arahan dan nasihat dalam penulisan skripsi.

3. Andri Noor Andriansyah, M.Si selaku dosen FITK (Prodi IPS) sekaligus dosen

pembimbing yang senantiasa meluangkan waktunya dalam berdiskusi sehingga

memberikan gagasan dalam pembuatan skripsi dengan ikhlas membimbing

sampai skripsi ini terselesaikan.

4. Drs. Syaripulloh, M.Si selaku sekretaris Jurusan Pendidikan IPS dan dosen

penguji yang telah memberikan arahan serta nasihat akan arti kehidupan.

5. Tri Harjawati, M.Si selaku dosen penguji yang telah memberikan arahan serta

nasihat dalam penulisan skripsi.

6. Sodikin, M.Si selaku dosen FITK (Prodi IPS) yang telah senantiasa

memberikan ide dan arahan dalam penulisan skripsi penulis.

Page 10: DAMPAK AGLOMERASI INDUSTRI TERHADAP PERSEBARAN …

ii

7. Seluruh dosen FITK program studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial yang

tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah sabar dan ikhlas membagikan

ilmu dan pengalamanya terhadap diri penulis.

8. Pemerintah Walikota Jakarta Utara beserta unit-unit yang telah bersedia

membagi ilmu dan data terkait dengan penelitian dan saran-saran yang

membangun, semoga apa yang diberikan oleh mereka berbuah pahala, amin.

9. Sardi, ayahanda tercinta dan Tarmi, ibunda tercintaterimakasih atas segala

nasihat dan do’a-do’a yang engkau panjatkan teruntuk anakmu ini, cinta dan

do’a yang tak pernah henti dari Kakak-kakakku tercinta dan adik-adiku yang

kusayang.

10. Guru sekaligus orang tuaku Tubagus Wahyudi, ST., MSi., CHI., MCHt.

Motivasi hidup yang telah dibagikan sangat membantu membuka lebar pintu ke

arah pola pikir islam seutuhnya.

11. Teman setia Retno Oktakarina, terimakasih atas segala motivasi dan nasihat

serta doa-doa yang selalu engkau latunkandisetiap waktu.

12. Syahbani, Bayu, Rozak, Imam, Kiki, dan Edy (Kosan Sukses) terimakasih atas

segala support dan kesediaannya membagi ilmu dalam setiap detik, menit, dan

jam sebelum selimut menemani mimpi tidurku.

13. Rekan seperjuangan jurusan Geografi angkatan 2010, senantiasa memberikan

canda tawa dalam setiap waktu dan memberikan arti penting sosialisasi satu

sama lain “Love you forever”.

14. Dewan Pengurus serta para santri dan santriwati pondok pesantren Sabiluna

Islamic Boarding School yang memberikan motivasi spiritual dan materi yang

tidak bisa dibalas akan kebaikan yang disediakan pada diri penulis.

15. Segenap keluarga besar KAHFI BBC Motivator School, khususnya angkatan

15 yang senantiasa belajar bersama mendekatkan diri kepada kesadaran akan

kuasa Allah SWT.

16. Dan kepada semua pihak terkait yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Page 11: DAMPAK AGLOMERASI INDUSTRI TERHADAP PERSEBARAN …

iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................ i

DAFTAR ISI .......................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ..................................................................... 6

C. Pembatasan Masalah .................................................................... 6

D. Perumusan Masalah ...................................................................... 6

E. Tujuan Penelitian ......................................................................... 6

F. Kegunaan Hasil Penelitian ............................................................ 7

BAB II KAJIAN TEORI

A. Industri ......................................................................................... 8

1. Pengertian Industri ................................................................... 8

2. Faktor Pendirian Industri .......................................................... 9

3. Penentuan Lokasi Industri ........................................................ 15

B. Macam-macam Industri ................................................................ 19

1. Klasifikasi Industri Berdasarkan Bahan Baku ........................... 19

2. Klasifikasi Industri Berdasarkan Tenaga Kerja ......................... 20

3. Klasifikasi Industri Berdasarkan Produksi Yang Dihasilkan ..... 20

4. Klasifikasi Industri Berdasarkan Bahan Mentah ....................... 21

5. Klasifikasi Industri Berdasarkan Lokasi Unit Usaha ................. 21

Page 12: DAMPAK AGLOMERASI INDUSTRI TERHADAP PERSEBARAN …

iv

6. Klasifikasi Industri Berdasarkan Proses Produksi ..................... 22

7. Klasifikasi Industri Berdasarkan Barang Yang Dihasilkan........ 22

8. Klasifikasi Industri Berdasarkan Modal Yang Digunakan ........ 23

9. Klasifikasi Industri Berdasarkan Subjek Pengelola ................... 23

10. Klasifikasi Industri Berdasarkan Cara Pengorganisasian .......... 24

11. Klasifikasi Industri Berdasarkan Surat Keputusan Menteri

Perindustrian ............................................................................ 24

C. Aglomerasi Industri.........................................................................27

1. Pengertian Aglomerasi ............................................................. 27

2. Gejala Aglomerasi ................................................................... 30

3. Konsep Dalam Geografi ........................................................... 31

D. Penduduk ..................................................................................... 31

1. Pengertian Penduduk................................................................ 31

2. Analisa Kependudukan ............................................................ 32

3. Pola Pemukiman Penduduk ...................................................... 34

E. Hubungan Industri dengan Perkembangan Wilayah ...................... 36

F. Lahan Kota ................................................................................... 41

1. Pemanfaatan Lahan Perkotaan .................................................... 41

2. Pola Keruangan Kota.................................................................. 42

G. Faktor Aglomerasi Industri Dalam Geografi ................................. 48

H. Urbanisasi .................................................................................... 49

I. Pola yang Mempengaruhi Lahan di Perkotaan .............................. 52

J. Pencemaran akibat industri ........................................................... 53

K. Sinopsis ........................................................................................ 54

L. Hasil Penelitian Relevan ............................................................... 55

M. Kerangka Berpikir ........................................................................ 59

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................... 62

B. Metode Penelitian ......................................................................... 64

C. Teknik Pengumpulan Data ........................................................... 64

Page 13: DAMPAK AGLOMERASI INDUSTRI TERHADAP PERSEBARAN …

v

1. Jenis Data ................................................................................ 65

2. Sumber Data ............................................................................ 66

D. Instrumen Pengumpulan Data Penelitian ...................................... 66

E. Teknis Analisis Data .................................................................... 68

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Kecamatan Cilincing........................................ 71

1. Letak Geografis dan Wilayah Administrasi Kecamatan

Cilincing .................................................................................. 71

2. Kependudukan Kecamatan Cilincing ....................................... 74

3. Sebaran Penduduk Kecamatan Cilincing .................................. 75

4. Unsur Fisik Kecamatan Cilincing ............................................. 77

B. Perkembangan Industri Kecamatan Cilincing ............................... 80

C. Analisis Karakteristik Industri di kecamatan Cilincing ................. 82

1. Jenis Industri ............................................................................ 83

2. Nilai Investasi .......................................................................... 89

3. Penyerapan Tenaga Kerja ......................................................... 91

4. Pola Sebaran Industri ............................................................... 94

D. Faktor Yang Menyebabkan Berkembangnya Industri

di Kecamatan Cilincing ................................................................ 97

1. Ketersediaan Lahan .................................................................. 97

2. Dukungan Aksebilitas .............................................................. 99

3. Dukungan Masyarakat ............................................................. 101

4. Dukungan Kebijakan Pemerintah ............................................. 103

E. Keadaan Permukiman Akibat Keberadaan Industri di

Kecamatan Cilincing .................................................................... 103

F. Pengaruh Perkembangan Industri Terhadap Pola PermukimanSerta

Respon Lingkungan Masyarakat ................................................. 110

1. Masyarakat Yang Bekerja di Industri ....................................... 116

2. Dukungan Persetujuan Masyarakat Sekitar Terhadap Industri .. 117

3. Manfaat Industri Yang di rasakan Oleh Masyarakat ................. 118

4. Masyarakat Yang Dirugikan Oleh Industri ............................... 118

Page 14: DAMPAK AGLOMERASI INDUSTRI TERHADAP PERSEBARAN …

vi

5. Pemanfaatan Lahan Sekitar Kawasan Industri .......................... 119

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Kesimpulan .................................................................................. 120

B. Saran ........................................................................................... 120

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 122

LAMPIRAN

Page 15: DAMPAK AGLOMERASI INDUSTRI TERHADAP PERSEBARAN …

vii

DAFTAR TABEL

2.1Pembagian Wilayah Pembangunan Indonesia ................................. 28

2.2Tahap-tahap Industrialisasi ............................................................. 39

2.3Aglomerasi Kota Terbesar di Dunia dan ASEAN, 1950-2015 ......... 50

2.4 Hasil Penelitian Relevan ................................................................ 57

3.1 Administrasi Kecamatan Cilincing................................................. 63

3.2Instrumen Penelitian ....................................................................... 67

4.1 Wilayah Administrasi Kecamatan Cilincing................................... 72

4.2 Jumlah Kepala Keluarga dan Jumlah Penduduk Tiap Kelurahan .... 74

4.3 Kepadatan Penduduk Kecamatan Cilincing .................................... 76

4.4 Kepadatan Penduduk Kotamadya Jakarta Utara ............................. 76

4.5 Jumlah Sarana Olahraga dan Kesenian........................................... 78

4.6 Data Sarana Peribadatan ................................................................ 79

4.7 Persebaran Peribadatan Jakarta Utara, 2012 ................................... 80

4.8 Jumlah Industri Pengolahan Besar/sedang

Kecamatan Cilincing, 2011 ........................................................... 81

4.9 Jumlah Industri Pengolahan Besar/sedang Jakarta Utara, 2011....... 82

4.10 Daftar Perusahaan Industri Kecamatan Cilincing ......................... 85

Page 16: DAMPAK AGLOMERASI INDUSTRI TERHADAP PERSEBARAN …

viii

4.11 Sebaran Industri Kecamatan Cilincing 2010-2011........................ 94

4.12 Tingkat Aksebilitas Jalan Menuju Kawasan Industri .................... 100

4.13 Dukungan Masyarakat Terhadap Industri ..................................... 101

4.14 Jumlah Tenaga Kerja Industri ...................................................... 117

4.15 Dukungan Masyarakat Terhadap Keberadaan Industri ................. 117

4.16 Respon Manfaat keberadaan Industri Oleh Masyarakat ................ 118

4.17 Kerugian Yang Dirasakan Oleh Masyarakat................................. 118

4.18 Pemanfaatan Lahan Masyarakat Kawasan Industri ....................... 119

Page 17: DAMPAK AGLOMERASI INDUSTRI TERHADAP PERSEBARAN …

ix

DAFTAR GAMBAR

2.1 SegitigaLokasionalWeber .............................................................. 18

2.2 Perkembangan Konsep dan Pemikiran Mengenai Aglomerasi ........ 29

2.3 Pola Permukiman Penduduk .......................................................... 36

2.4 Diagram Dampak Pembangunan Industri ....................................... 40

2.5 Titik Pusat Peredaran Uang............................................................ 43

2.6 Skema Umum Migrasi di Indonesia ............................................... 43

2.7 Concentric Zone Theory ................................................................ 44

2.8 SectorTheory ................................................................................. 44

2.9 MultipleNucleyTheory .................................................................. 44

2.10 Pola Pembentukan Perkotaan ....................................................... 46

2.11 Kerangka Berpikir ....................................................................... 61

3.1 Kerangka Analisis ......................................................................... 70

4.1 Peta Batas Wilayah Kecamatan Cilincing ...................................... 72

4.2 Peta Kepadatan Penduduk Tiap Kelurahan Cilincing ..................... 75

4.3 Bagan Kepadatan Penduduk Jakarta Utara ..................................... 77

4.4 Fluktuasi Industri Kecamatan Cilincing ......................................... 83

Page 18: DAMPAK AGLOMERASI INDUSTRI TERHADAP PERSEBARAN …

x

4.5 Orientasi Perusahaan Industi .......................................................... 88

4.6 Investasi UMKM Kecamatan Cilincing 2014 ................................. 89

4.7 Kontribusi Jakarta Utara Kepada DKI Jakarta ................................ 90

4.8 Prosentase Penduduk Kecamatan Cilincing .................................... 91

4.9 Jumlah Industri dan Tenaga Kerja .................................................. 92

4.10 Jumlah Industri dan Tenaga Kerja Tiap Kelurahan ....................... 93

4.11 Titik Persebaran Industri Tiap Kelurahan Kecamatan Cilincing ... 95

4.12 Sebaran Industri Kecamatan Cilincing ......................................... 97

4.13 Proyeksi Sebaran Penduduk dan Reklamasi Pulau

Kecamatan Cilincing .................................................................... 98

4.14Aksebilitas Jalan Raya Industri ..................................................... 102

4.15 Prosentase Rumah Penduduk Kecamatan Cilincing 2013 ............. 104

4.16 Skema Sebaran Pola Permukiman Dengan Keberadaan Industri ... 106

4.17 Klasifikasi Pola Permukiman Kecamatan Cilincing ..................... 112

4.18 Proyeksi Arus Penduduk Kecamatan Cilincing 2014-2030 ........... 114

4.19 Proyeksi Lahan RDTR Kecamatan Cilincing 2014-2030.............. 115

Page 19: DAMPAK AGLOMERASI INDUSTRI TERHADAP PERSEBARAN …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Membangun Indonesia adalah hal yang dicita-citakan oleh

pemerintah dalam mengejar kemajuan negara. Pembangunan terdapat di

berbagai sektor kehidupan ditujukan pada proses perubahan ke arah yang

lebih baik dari sebelumnya dengan sudut pandang ekonomi dan pengaruhnya

pada keruangan wilayah pembangunan. Membangun juga upaya dimana

manusia memenuhi kebutuhan dasar, baik secara individu maupun kelompok

tentunya dengan cara tidak menimbulkan kerusakan bagi lingkungan.

Menurut Bertelmus dalam Nursid Sumaatmadja“Development is

generally accepted to be a process that attempts to improve the living

conditions of people. most also agree that the improvment of living conditions

relaties to non material want as well as to physical requirement”. 1

(Pembangunan secara umum menjadi proses untuk meningkatkan kondisi

kehidupan masyarakat. Sangat setuju terhadap memperbaiki kondisi hidup

selain materi serta dengan kebutuhan fisik)

Pemaparan tersebut bahwa pembangunan secara umum diterima

menjadi proses yang mencoba untuk memperbaiki kondisi hidup masyarakat.

Pembangunan yang terjadi memberikan gambaran mengenai keadaan

stabilitas politik dan ekonomi negara. Pembangunan nyata fasilitas yang

meliputi sarana dan prasarana yang penuh dengan keseimbangan ekologi

yang baik dan benar sesuai agenda RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah)

1 Nursid Sumaatmadja, Geografi Pembangunan, (Jakarta: Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi,1988), h. 25.

Page 20: DAMPAK AGLOMERASI INDUSTRI TERHADAP PERSEBARAN …

2

yang mengarah pada pembangunan berbasis alam tanpa intervensi dari

kekuatan luar yang mengarah pada sikap kebijakan negatif.

Salah satunya pembangunan yang berlangsung di Indonesia adalah

pembangunan industri. Industri yang tersebar terdapat berbagai bentuk

industri seperti industri fasilitatif dan industri non fasilitatif (manufaktur,

ekstraktif dan lain-lain). Faktor ekonomi yang bermain di dalam

pembangunan Indonesia dengan disertai kebijakan-kebijakan yang

dikeluarkan baik melalui Undang-undang, Perpu, maupun Perda menjadikan

industri bermunculan dan mendukung terjadinya proses perubahan sosial

yang telah berlangsung sebelumnya dengan menghasilkan beberapa pengaruh

yang terjadi seperti kebijakan pemerintah yang di objekan kepada masyarakat

atau penduduk. Penduduk dan unsur di dalamnya mengalami evolusi struktur

horizontal seperti perubahan orientasi kerja, asimilasi budaya, bahkan evolusi

unsur fisik seperti tanah, air, dan udara suatu wilayah industri akan terlihat

perubahannya.

Pembangunan dan industri berkelanjutan stabilisasi dan liberalisasi

ekonomi ini diawali pada dekade 1960-an dimana hal ini merupakan starting

point bagi pembangunan Indonesia.2 Adanya industri melahirkan pula adanya

kebijakan pemerintah. Dengan memakai konsep MPR RI bahwa hakikat

pembangunan nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya dan

pembangunan seluruh masyarakat Indonesia, maka landasan pembangunan

nasional adalah Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 (Tap. MPR RI

No. II/MPR /1983) maka tentunya pembangunan di Indonesia akan berjalan

dengan baik dan mampu untuk berkembang pesat dalam kancah lokal,

regional bahkan internasional.

Visi Indonesia 2014 dalam RPJMN 2010-2014 adalah

“Terwujudnya Indonesia yang Sejahtera, Demokratis, dan Berkeadilan”.3

Pembangunan adalah usaha terarah untuk mengubah situasi masyarakat ke

arah yang lebih baik dengan sasarannya kesejahteraan lahir batin, kebutuhan

2 Mudrajad Kuncoro, Ekonomika Pembangunan, (Jakarta: Erlangga, 2010), h. 12. 3 Evaluasi Paruh Waktu RPJMN 2010-2014, ( Jakarta: Badan Perencanaan Pembangunan

Nasional, 2013), h. 9.

Page 21: DAMPAK AGLOMERASI INDUSTRI TERHADAP PERSEBARAN …

3

dasar terpenuhi untuk perkembangan manusia Indonesia seutuhnya dan

seluruh masyarakat umumnya. Sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar

1945 yang menyatakan jelas akan tujuan nasional negara Indonesia, yaitu:

1) Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia

2) Memajukan kesejahteraan umum

3) Mencerdaskan kehidupan bangsa

4) Serta ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,

perdamaian abadi, dan keadilan sosial.

Pembangunan memiliki hubungan erat dengan pertumbuhan,

dengan melihat fisik yang terjadi. Pertumbuhan ekonomi merupakan

persentase kenaikan jumlah (angka) pertahun, presentasi pertumbuhan

menghasilkan pendapatan (income) dan menghasilkan kesejahteraan pada

suatu kawasan (region) dan disitulah pertumbuhan regional terjadi.

Pertumbuhan dan pembangunan pada suatu kawasan memberikan laju

penduduk yang mengarah pada kuantitas penduduk, seperti arus urbanisasi

yang meningkat, arus comuter yang ikut meningkat karena terserapnya tenaga

kerja yang dibutuhkan oleh industri. Terlebih jika industri tersebut berada di

daerah hinterland (kota-kota yang berada di pinggir kota metropolitan serta

pemasok kebutuhan kota) maka akan lebih maksimal industri tersebut dalam

melaksanakan pemasokan bahan baku dan manajemen pemasaran yang baik

dan memiliki peluang besar.

Pertumbuhan ekonomi serta pembangunan fisik di dalamnya

terdapat aspek kehidupan salah satunya manusia. Manusia dalam

kuantitasnya terdapat pertumbuhan penduduk. Pertumbuhan penduduk

memberikan dorongan pada pertumbuhan tenaga kerja yang akan mengisi

industri-industri yang tersedia. Dari pertumbuhan tenaga kerja akan

menghasilkan faktor positif dalam memacu berlangsungnya kemajuan

ekonomi negara. Adanya industri dan terpusatnya pada satu titik kawasan

akan memberikan dampak terhadap daerah sekitar industri, seperti kawasan

pemukiman penduduk berubah, perubahan sikap sosial, dan bahkan budaya

yang berubah.

Page 22: DAMPAK AGLOMERASI INDUSTRI TERHADAP PERSEBARAN …

4

Perkumpulan tenaga kerja pada tiap-tiap industri yang ada tentunya

memerlukan satu kawasan yang menjadi tempat tinggal penduduk yaitu

pemukiman. Persebaran pemukiman pada daerah industri terasa penting

diamati, di dalamnya akan mencakup fenomena demografi. Terbangunnya

industri baik yang direncanakan maupun yang tidak direncanakan berimbas

pada persebaran pemukiman penduduk, adanya kebijakan yang dirasa

memihak industri menjadikan ketimpangan yang tidak selaras dalam konsep

awal pembangunan Indonesia.

Jika dibandingkan dengan negara-negara hirarki (negara-negara

Barat) jumlah penduduk di negara ketiga lebih cepat pertumbuhan

penduduknya, dalam beberapa dekade ini laju pertumbuhan penduduk negara-

negara dunia ketiga meningkat lebih dari 2,5 persen per tahun dan bahkan

akhir-akhir ini meningkat lebih cepat lagi.4 Persebaran pemukiman di sekitar

kawasan industri di dunia ketiga umumnya terkonsep namun

keberlangsungannya belum selaras apa yang telah seharusnya dikonsepkan.

Industrialisasi membawa kemudahan kemakmuran, memudahkan fasilitas

berjalan dengan baik dan lancar, karena seiring berbagai kegiatan industri

muncul tertampunglah jumlah angkatan tenaga kerja yang bekerja di sektor

industri yang ada turut memberikan pendapatan perkapita dan menekan

pengangguran yang ada.

Dengan tersedianya pekerjaan pada daerah industri, terciptalah satu

kawasan pemukiman penduduk yang tersebar di kawasan industri.

Konsentrasi persebaran penduduk akan tercipta dan terus bertambah pada

wilayah tersebut atau bahkan tersingkirkan di wilayah pinggiran industri,

penempatan industri terkadang ada yang dibangun di lahan yang sesuai

diperuntukkan sebagai industri namun juga ada yang menyalahgunakan lahan

yang tersedia yang tidak sepatutnya dijadikan sebagai pemusatan Industri.

Berdasarkan observasi lapangan serta perbandingan data dari departemen

industri hal ini terjadi di Jakarta Utara tepatnya di Kecamatan Cilincing

4 Michael P.Todaro, Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga, jilid I,(Jakarta: Erlangga,

1998), cet. 6. h. 139.

Page 23: DAMPAK AGLOMERASI INDUSTRI TERHADAP PERSEBARAN …

5

terdapat perbedaan data yang ada menjadi salah satu penyebab fenomena

tersebut hal ini di dukung dengan adanya aglomerasi Industri di sekitar teluk

Jakarta Utara. Hal ini sangatlah dirasa tepat untuk dikaji keadaan industri dan

bagaimana persebaran konsentrasi penduduk yang ada digambarkan melalui

persebaran pemukiman.

Persebaran pemukiman terkait pula dengan persebaran penduduk

suatu wilayah karena dengan sadar persebaran penduduk di muka bumi

tidaklah merata.5 Sehingga memunculkan problematika perihal zonasi-zonasi

persebaran wilayah yang berbeda, karena pengaruh industrialisasi yang terjadi

di wilayah tersebut. Kecamatan Cilincing dengan beberapa wilayah kelurahan

di dalamnya menempati posisi yang sangat strategis dalam pengembangan

wilayah industri. Faktor utama adalah menempati daerah pantura (pantai

utara) Jakarta dan dekat dengan pelabuhan Tanjung Priuk sebagai

penghubung hasil industri antar pulau bahkan antar negara yang notabennya

adalah wilayah yang cocok didirikan perindustrian.

Penggunaan lahan industri di Kecamatan Cilincing pada tahun

2010 terdata sebanyak 25,59%, rumah 32,51%, perkantoran 4,79%, taman

0,00% dan sisanya adalah 37,1% digunakan untuk sektor lainnya.6 Dari

fenomena data yang ada mulai dari data yang tersedia hingga penulis

observasi ke lapangan tergambar jelas antara persebaran industri dan

persebaran penduduk akan membentuk suatu dampak pola pemukiman yang

khas dan bercirikan dengan ruang. Angka 25,59% pada lahan persebaran

industri yang hanya berselisih 6,92% dengan lahan pemukiman tentunya

terdapat satu fenomena tersendiri pada sektor pembentukan pola pemukiman

di sekitar Kawasan industri Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara. Untuk itu

sekiranya tepat jika penulis memberikan judul penelitian ini untuk

dikembangkan berikutnya yaitu “Dampak Aglomerasi Industri Terhadap

Persebaran Pemukiman; Studi Kasus Kecamatan Cilincing Jakarta Utara”.

5 Nursid Sumaatmadja, Geografi Pembangunan, (Jakarta: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, 1988), h. 6. 6 Pemda Jakarta Utara, Cilincing Dalam Angka, (Jakarta: Badan Pusat Statistik Jakarta Utara, 2013), h. 65.

Page 24: DAMPAK AGLOMERASI INDUSTRI TERHADAP PERSEBARAN …

6

B. Identifikasi Masalah 1. Upaya dimana manusia memenuhi kebutuhan dasar, baik secara individu

maupun kelompok tentunya dengan cara tidak menimbulkan kerusakan

bagi lingkungan.

2. Umumnya industri terkonsep namun keberlangsungannya belum selaras

apa yang telah seharusnya dikonsepkan.

3. Untuk dikaji keadaan industri dan bagaimana persebaran konsentrasi

penduduk yang ada digambarkan melalui persebaran pemukiman.

4. Persebaran penduduk akan membentuk suatu dampak terhadap pola

pemukiman yang khas dan bercirikan dengan ruang

C. Pembatasan Masalah Karena banyaknya masalah yang di cakup dalam judul ini, dan agar

peneliti terfokus pada satu objek kajian agar tidak mengembang, maka

penelitian ini dibatasi hanya pada “dampak aglomerasi industri terhadap

persebaran pemukiman studi kasus Kecamatan Cilincing Jakarta Utara”.

D. Perumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka masalahnya dapat

dirumuskan sebagai berikut: “bagaimana dampak aglomerasi industri

terhadap persebaran pemukiman studi kasus Kecamatan Cilincing Jakarta

Utara?”.

E. Tujuan Penelitian Dengan mengacu pada latar belakang dan perumusan masalah yang

sudah dikemukakan sebelumnya, tujuan penelitian ini adalah untuk

mengetahui dampak aglomerasi industri terhadap persebaran pemukiman

studi kasus Kecamatan Cilincing Jakarta Utara.

Page 25: DAMPAK AGLOMERASI INDUSTRI TERHADAP PERSEBARAN …

7

F. Kegunaan Hasil Penelitian 1. Sebagai bahan pengetahuan tentang bagaimana berjalannya industrialisasi di

Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara.

2. Sebagai bahan pengetahuan kesesuaian lahan yang digunakan sebagai lokasi

industri.

3. Sebagai bahan pengetahuan distribusi penduduk Kecamatan Cilincing,

Jakarta Utara.

4. Sebagai penambah bahan pengetahuan pengambil kebijakan bagi

pemerintah setempat.

5. Menjadi bahan pengetahuan dan pembelajaran bagi peneliti untuk

memperdalam kajian industri dan dampaknya bagi persebaran (distribusi)

penduduk).

Page 26: DAMPAK AGLOMERASI INDUSTRI TERHADAP PERSEBARAN …

8

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Industri

1. Pengertian Industri

Industri di dunia ini akan terus mengalami beragam inovasi yang

terus dikembangkan hingga menjadi suatu terobosan-terobosan sesuai

dengan impian manusia. Tepatnya negara Indonesia menjadi negara industri

baru (NIB) yaitu sejak dimulainya industri manufaktur yang berjalan di

Indonesia 1980-an akan tetapi menjadi negara industri yang maju Indonesia

tidak dapat menyangkal bahwa belum termasuk ke dalam kriteria tersebut.

Akan tetapi cepat atau lambat pada akhirnya Indonesia menuju mimpi untuk

menjadi negara industri dengan keseimbangan alam yang dapat dijaga.

Menurut Tambunan dalam Abdullah industri merupakan salah satu sektor yang memiliki peranan penting dalam pembangunan wilayah. Hampir semua negara memandang bahwa industrialisasi adalah suatu keharusan karena menjamin kelangsungan proses pembangunan ekonomi jangka panjang dengan laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan yang menghasilkan peningkatan pendapatan perkapita setiap tahun. Pembangunan ekonomi di suatu negara dalam periode jangka panjang akan membawa perubahan mendasar dalam struktur ekonomi negara tersebut, yaitu dari ekonomi tradisional yang dititikberatkan pada sektor pertanian ke ekonomi modern yang didominasi oleh sektor industri.1

Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah

atau barang setengah jadi menjadi barang jadi barang jadi yang memiliki

nilai tambah untuk mendapatkan keuntungan. Usaha perakitan atau

1 Abdullah, “Pengaruh Perkembangan Industri Terhadap Pola Pemanfaatan Lahan di Wilayah Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang”, Tesis pada pascasarja Abdullah, “Pengaruh Perkembangan Industri Terhadap Pola Pemanfaatan Lahan di Wilayah Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang”, Tesis pada pascasarjana UNDIP Semarang, Semarang, 2010, h. 1, tidak dipublikasikan.

Page 27: DAMPAK AGLOMERASI INDUSTRI TERHADAP PERSEBARAN …

9

assembling dan juga reparasi adalah bagian dari industri. Hasil industri tidak

hanya berupa barang, tetapi juga dalam bentuk jasa..2

Berbagai macam pengertian Industri yang ada pada dasarnya

adalah kegiatan mengolah bahan baku menjadi barang jadi yang dapat

dimanfaatkan dan bernilai ekonomi yang lebih tinggi lagi. Industri

merupakan suatu bentuk kegiatan masyarakat sebagai bagian dari sistem

perekonomian atau sistem mata pencaharian dan merupakan suatu usaha

manusia dalam menggabungkan atau mengolah bahan-bahan dari sumber

daya lingkungan menjadi barang yang bermanfaat bagi manusia.

Menurut Biro Pusat Statistik (BPS) industri pengolahan (termasuk

jasa industri) adalah suatu kegiatan pengubahan barang jadi/setengah jadi

atau dari yang kurang nilainya menjadi barang yang lebih tinggi nilainya

dengan maksud untuk dijual. Industri diolah oleh suatu unit yang bergerak

dalam bidang industri yaitu disebut perusahaan perindustrian. Arti sempit

industri yaitu sebagai suatu himpunan perusahaan yang memproduksi yang

sifatnya homogen (satu jenis produk).3

2. Faktor Pendirian Industri

Pendirian suatu industri dipengaruhi oleh beberapa faktor Jika

dicermati secara mendalam, banyak industri didirikan berdasarkan

pertimbangan atau faktor bertujuan untuk memperkecil biaya produksi yang

akan dikeluarkan oleh perusahaan. Beberapa faktor lainnya yang

dipertimbangkan dalam mendirikan penentuan lokasi industri lainnya adalah

faktor primer dan faktor sekunder yang ada.4 Adapun penjelasannya adalah

sebagai berikut:

a. Faktor Primer

1) Sumber material/bahan masukan

Unsur utama yang menjadi faktor utama dalam mendirikan

suatu industri. Adanya bahan baku akan berdiri suatu industri yang

2 Godam, Pengertian, definisi, macam jenis, dan penggolongan industri di indonesia, 2014,

(http://www.organisasi.org/1970/01/perekonomian-bisnis.html) 3 P Sitorus, Teori Lokasi Industri, (Jakarta: Universitas Trisakti, 1997), h. 5. 4 Ibid., h. 122.

Page 28: DAMPAK AGLOMERASI INDUSTRI TERHADAP PERSEBARAN …

10

beroreintasi pada produksi apa yang akan dihasilkan. Melihat produksi

yang dihasilkan maka penentuan lokasi industri erat kaitannya dengan

sumber bahan apa yang tersedia di lokasi yang akan dijadikan suatu

lahan industri.

2) Sumber Tenaga Pembangkit Energi

Diperlukan sumber tenaga sebagai sarana beroperasinya

perusahaan/pabrik. Adapun macamnya seperti energi yang berasal dari

listrik, air, minyak, panas bumi, gas, batu bara, nuklir, dan tenaga

surya. Apabila sumber tenaga pembangkit energi tidak tersedia atau

tersedia tapi tidak mencukupi maka hasil proses produksi perusahaan

tidaklah maksimal.

3) Tenaga Kerja

Ketersediaan tenaga kerja merupakan faktor penting lain yang

mempengaruhi lokasi industri pada suatu wilayah. Beberapa industri

di Indonesia membutuhkan banyak tenaga kerja dengan tingkat

keahlian tidak terlalu tinggi, industri tekstil cenderung memilih lokasi

industri di daerah dekat dengan daerah yang berpenduduk padat padat

dimana tersedia banyak tenaga kerja.

4) Transportasi dan Biaya Angkutan

Ketersediaan fasilitas transportasi yang baik dan cukup baik dari

lokasi sumber material ke pabrik/unit pengolahan maupun dari

pabrik/unit pengolaan ke pasar sangat mempengaruhi pertimbangan

dalam pengambilan keputusan penentuan lokasi industri seperti

angkutan darat, air, udara, dan saluran pipa.

5) Tanah

Kondisi ukuran luas, dan hargatanah merupakan prasyarat untuk

pemilihan lokasi industri. Tanah diperlukan untuk pendirian

pabrik/unit proses, perkantoran, pergudangan, tempat parkir, taman,

perumahan, fasilitas olah raga dan hiburan, dan lain sebagainya yang

terkait.

6) Lokasi Pasar

Page 29: DAMPAK AGLOMERASI INDUSTRI TERHADAP PERSEBARAN …

11

Hasil dari proses produksi setiap industri akan dijual kepada

konsumen di pasar. Oleh karena itu, faktor lokasi pasar sangat

mempengaruhi dalam pemilihan suatu lokasi industri.

7) Ketersediaan Modal

Modal adalah barang atau hasil produksi yang dapat digunakan

untuk proses produksi yang dapat digunakan untuk proses produksi

selanjutnya. Dari pengertian modal tersebut maka modal bukan saja

berbentuk pada nominal uang, melainkan bisa dalam bentuk investasi

barang yang dihasilkan untuk menunjang proses produksi selanjutnya

seperti mesin jahit, mesin pertanian, gedung, dan mesin-mesin berat.

b. Faktor Sekunder

1) Lingkungan Alam

Memperhatikan lingkungan merupakan salah satu dari

kesadaran yang harus dilakukan oleh setiap unit usaha. Keadaan

lingkungan alam yang rawan gempa, longsor, dan banjir yang dapat

menimbulkan kerugian material atau manusia akan merupakan salah

satu faktor yang sepatutnya dipertimbangkan dalam penentuan lokasi

industri.

2) Budaya Lokal

Pada umumnya perbedaan tingkat pendidikan satu wilayah

dengan wilayah lainnya menjadikan faktor ini kuat. Takut akan

pengaruh negatif yang muncul dari adanya industri menjadikan

pemikiran tersendiri bagi setiap unit usaha dalam menentukan lokasi

industrinya.

3) Kebijaksanaan Pemerintah Daerah

Kebijaksanaan yang salah dari pemerintah akan mengakibatkan

dampak negatif bagi investor baik lokal maupun asing dalam

penentuan lokasi industri yang akan dibangun serta dikembangkan.

4) Pajak dan Keadaan Politik

Besar pajak dan bea masuk yang berlaku pada tiap negara akan

menjadi perhitungan dalam penentuan lokasi industri. Apabila pajak

Page 30: DAMPAK AGLOMERASI INDUSTRI TERHADAP PERSEBARAN …

12

serta bea masuk relatif tinggi maka kebanyakan dari investor tidak

memilih lokasi tersebut.

Faktor geografis lainnya penentuan lokasi industri yaitu sebanyak

enam hal; bahan mentah, sumber daya tenaga, suplai tenaga kerja, suplai air,

pasaran, dan fasilitas transportasi. Penjelasannya tidak jauh berbeda dari

penjelaan di atas.5

Ditinjau dari perkembangan perekonomian industrialisasi

merupakan penyumbang besar perekonomian suatu negara. Industrialisasi

yang ada akan menarik angkatan kerja dan menampungnya dalam industri

sebagai tenaga kerja, peningkatan kualitas akan perekonomian masyarakat

turut terangkat karena adanya industri yang ada. Tenaga kerja yang terserap

oleh industri sebagian besar adalah para urban dan penglaju (comuter)

terutama industri yang berlokasi di daerah perbatasan dengan daerah lain,

seperti yang terjadi pada daerah industri Karawang-Bekasi, daerah industri

Jakarta Utara-Bekasi.

Semakin meningkatnya industri akan memberikan pengaruh besar

bagi wilayah lokasi industri. Industri mengalami perkembangan berarti akan

banyak membutuhkan tenaga kerja, jika dalam satu wilayah ruang yang ada

belum mencukupi maka perusahaan akan menarik tenaga kerja yang berasal

dari daerah lain. Fenomena ini akan merujuk pada dibutuhkannya suatu

lahan yang diperuntukan bagi para tenaga kerja yang ada, pemukiman

penduduk urban tidak sepenuhnya dengan baik karena ruang yang ada

belum terdapat masterplan yang terlaksana dengan baik untuk memfasilitasi

yang di peruntukan sebagai daerah pemukiman oleh pemerintah setempat.

Industri membutuhkan lahan yang tidak sedikit. Perkembangan

industri yang ada di Kecamatan Cilincing banyak berupa industri fasilitatif

dan manufaktur, manufaktur dengan skala yang cukup besar seperti

perakitan motor dan mobil sangat membutuhkan lokasi lahan yang

5 Daldjoeni N, Geografi Baru Organisasi Keruangan Dalam Teori dan Praktik, (Bandung:

Alumni, 1997), h. 58.

Page 31: DAMPAK AGLOMERASI INDUSTRI TERHADAP PERSEBARAN …

13

mendukung dalam perkembangan industrinya, industri fasilitatif yang

tersedia di kecamatan Cilincing umumnya industri fasilitatif dengan

peralatan alat berat seperti container, buldoser, ripper, scrapper, dan

backhoe.

Kegiatan yang disebut sebagai zona aglomerasi tentunya sangat

mempengaruhi pembentukan kota itu sendiri, perusahaan membentuk

wilayah pasarnya dengan coast produksi seminimal mungkin. Perluasan

area lahan (ekspansi) inilah yang memberikan implikasi yang luas pada tata

ruang kota yang ada dan terlebih parah mengambil atau melobi tanah

penduduk untuk dijadikan perluasan perusahaan dengan berbagai metode

lobi. Dari fenomena ini akan ditarik persentase spasial lahan yang

diperuntukan untuk industri dan persentase lahan penduduk melalui data

overlay.

Bahan baku, pasar, biaya angkut, tenaga kerja, modal, serta

teknologi menjadi faktor yang dilahirkannya industri hanyalah dilihat dari

segi kacamata biasa, dari kacamata biasa ini dapat ditarik lebih mendalam.

Jakarta utara salah satu kotamadya tentu mendukung akan proses aglomerasi

industri ini dimana bahan baku mudah dicapai walau dengan bantuan

hinterland kota kecil di samping wilayahnya setidaknya telah memenuhi

syarat, biaya angkut dengan mudah dikarenakan fasilitas akses jalan telah

banyak tersedia di Ibu Kota, tenaga kerja tersedia dan berdatangan dari kota

kecil bahkan desa-desa dalam kota satelit tersebut, modal dan teknologi

tentu mendukung.

Ukuran wilayah pasar atau thereshold sangatlah mempengaruhi

jenis maupun aktivitas produksi.6 Wilayah pasar baik skala kecil maupun

menengah bahkan besar tentunya berperan dalam ranah keberadaaan

penduduk dalam wilayah pasar tersebut. Dan hal yang relevan dari

kebanyakan kegiatan produksi adalah dekat dengan konsumen guna

meminimkan coast yang telah disinggung sebelumnya.

6 Iwan Nugroho, Pembangunan Wilayah, (Jakarta: LP3S, 2012), h. 33.

Page 32: DAMPAK AGLOMERASI INDUSTRI TERHADAP PERSEBARAN …

14

Selain faktor di atas, pendirian industri juga ada kaitan dengan

intervensi kebijakan pemerintah terkait. Bisa dari visi dan misi rencana

strategis negara yang mungkin dulu terdapat dalam GBHN (Garis Besar

Haluan Negara) yang mengharuskan adanya industrialisasi di suatu wilayah

guna meningkatkan produktivitas dan promosi investor asing maupun

domestik agar turut bertindak dalam pengelolaan produksi dan pada

akhirnya meningkatkan APBN negara Indonesia.

Proses dan pendekatan kebijakan industrialisasi dalam berbagai

tahap pembangunan Indonesia, dipengaruhi oleh keadaan sejarah dan

politik, ideologi dan pola pemikiran pengambil keputusan, dan keadaan

ekonomi, terutama perubahan keadaan eksternal.7 Seperti kebijakan-

kebijakan yang telah dialami oleh Indonesia dalam sejarahnya menjadi

negara industri.

Pada era Presiden Soeharto, pembangunan berbagai sektor dalam

menunjang kemajuan bangsa termasuk di dalamnya industri dijadikan

subjek utama pemerintahan di masanya. Terus menerus pembangunan

industri akan dipengaruhi oleh intervensi pemerintah tak luput model dan

kebijakan generasi pertama pembangunan menjadi wadah kritikan yang

membawa kemajuan pembangunan berikutnya.8

Segala macam kebijakan pemerintah secara langsung atau tidak

langsung memberikan intervensi bagi muncul dan jalannya serta

berkembangnya Industri yang ada di Indonesia. kebijakan datang dari

berbagai aspek yang sepertinya mengarah pada satu kesimpulan yaitu

meningkatkan kekuatan negara melalui pembuktian pendirian industri-

industri yang dibangun dengan berharap menambah devisa negara,

kebijakan dalam jalannya serta berkembangnya industri yaitu stabilisasi,

rehabilitasi, deregulasi, investasi, substitusi impor proteksi, hingga subsidi.

7 Thee Kian Wie, Industrialisasi Di Indonesia Beberapa Kajian, (Jakarta: LP3ES), h. 20. 8 Mudrajad. K, Ekonomika Pembangunan, (Jakarta: Erlangga, 2010), h. 13.

Page 33: DAMPAK AGLOMERASI INDUSTRI TERHADAP PERSEBARAN …

15

3. Penentuan Lokasi Pembangunan Industri

Pada hakikatnya penentuan lokasi suatu industri tidak terlepas dari

proses produksi maupun lokasi pasar yang akan dilayani perusahaan. Proses

produksi mencakup penentuan jenis bahan baku dan faktor produksi lainnya

maupun perbandingan dalam mempergunakannya. Jumlah bahan baku

ditentukan oleh skala produksi yang ada pada dirinya. Banyaknya produksi

dipengaruhi oleh luas pasar yang akan dilayani oleh aktivitas produksi.9

Unsur yang ikut menentukan pertimbangan lokasi suatu industri

atau perusahaan adalah schedule permintaan (demand schedule) dan

teknologi produksi. Pemenuhan schedule permintaan pasar mengharuskan

wirausahawan untuk memproduksi dan menawarkan barang atau komoditas

yang diminta pasar. Proses pemenuhan permintaan pasar dengan produksi

tersebut menghendaki berbagai masukan sumber daya untuk memperlancar

proses produksi, dimana masukan produksi tersebut dapat berbentuk bahan

mentah, tenaga dan modal. Intensitas penggunaan bahan mentah, tenaga dan

modal tersebut dalam proses produksi sangat ditentukan oleh masalah

teknologi produksi.

Beberapa variabel penting yang dianggap sebagai faktor yang ikut

menentukan proses penentuan lokasi industri, antara lain: limpahan sumber

daya, permintaan pasar, aglomerasi, kebijakan pemerintah dan wirausaha.10

Yang dimaksud dengan limpahan sumber daya yaitu tersedianya sumber

daya yang digunakan sebagai faktor produksi, terdiri dari sumber daya

lahan, sumber daya modal, sumber daya manusia, bahan baku dan sumber

energi. Sedangkan permintaan pasar yang dimaksud adalah luas pasar suatu

barang dan jasa yang ditentukan oleh tiga unsur, yaitu jumlah penduduk,

pendapatan perkapita, dan distribusi pendapatan. Penduduk yang relatif

sedikit membuat pasar lekas jenuh. Daerah yang memiliki pendapatan tinggi

merupakan pasar yang efektif.

9 Iwan Nugroho, Pembangunan Wilayah, (Jakarta: LP3S, 2012), h. 33. 10 Ibid, h. 112.

Page 34: DAMPAK AGLOMERASI INDUSTRI TERHADAP PERSEBARAN …

16

Dengan pendapatan perkapita yang rendah maka kondisi demikian

bukanlah pasar potensial untuk memasarkan barang dan jasa yang relatif

mewah atau setengah mewah. Jika variabel biaya angkutan cenderung

semakin rendah, maka industri akan semakin bebas dalam menentukan

lokasinya. Keadaan ini mengakibatkan daerah perkotaan dengan pasarnya

yang luas semakin menarik sebagai lokasi industri dan perusahaan. Pasar

mempengaruhi lokasi melalui tiga unsur, yaitu ciri pasar, biaya distribusi,

dan harga yang terdapat di pasar bersangkutan. Faktor lain yang

menentukan penentuan lokasi industri adalah Aglomerasi, yaitu adanya

kecenderungan dalam memilih lokasi industri mendekati atau berkelompok

dengan industri- industri sejenis. Terkumpulnya berbagai jenis industri

mengakibatkan timbulnya penghematan ekstern (eksternal economies), yang

dalam hal ini merupakan penghematan aglomerasi.

Industri cenderung beraglomerasi di daerah-daerah dimana potensi

dan kemampuan daerah tersebut memenuhi kebutuhan mereka, dan mereka

mendapatkan manfaat akibat lokasi perusahaan yang saling berdekatan.

Kota umumnya menawarkan berbagai kelebihan dalam bentuk produktifitas

dan pendapatan yang lebih tinggi, yang menarik investasi baru, teknologi

baru, pekerja terdidik dan terampil dalam jumlah yang jauh lebih tinggi

dibanding pedesaan. Kebijakan pemerintah terhadap industri khususnya

yang menyangkut penyediaan lahan industri merupakan faktor penting.11

Perkotaan disinggung dalam hal penawaran lebih akan terciptanya

suatu kawasan industri yang didukung penuh oleh bentuk segala

produktivitas yang ada dibanding pedesaan memberikan poin tersendiri bagi

berkembangnya industri di perkotaan. Akan tetapi hal ini akan menyulitkan

perkotaan jika lahan yang dibutuhkan oleh industri lebih tinggi dibanding

ketersediaan lahan di daerah perkotaan. Pemeliharaan lokasi industri,

khususnya jenis industri sekunder dan tersier di areal perkotaan merupakan

11 Mudrajat Kuncoro, Analisis Spasial dan Regional, (Yogyakarta: UPP AMP YKPN,

2002), h. 23.

Page 35: DAMPAK AGLOMERASI INDUSTRI TERHADAP PERSEBARAN …

17

dambaan bagi para pengusaha.12 Hal ini timbul karena fasilitas sarana

maupun prasarana penunjang aktivitas industri telah tersedia dengan baik

seperti transportasi, sumber daya manusia yang terampil sehingga

perusahaan lenggang dalam beroperasi.

Persebaran wilayah industri sendiri pada tahun 2003, sebagian

industri masih dekonsentrasi di Pulau Jawa dan Bali, sebanyak 73,5%, dan

sisanya di luar Pulau Jawa.13 Kawasan pesisir sepertinya menjadi daya tarik

tersendiri bagi perusahaan-perusahaan industri khususnya industri berat

dalam mengembangkan wilayah produksinya dan meningkatkan

produktivitasnya. Kawasan industri di daerah Cilegon, Banten Jawa Barat

yang hampir satu kawasan lahan Cilegon terbangun oleh industri-industri

jika dipikirkan industri-industri tersebut tak lain menargetkan kepada teori

transportasi (keterjangkauan) yang mengacu pada teori Alfred Weber (least

coast location) yang menekankan bahwa lokasi industri ditempatkan pada

daerah-daerah yang memerlukan biaya paling minimal.

It explains the optimum location of a manufacturing estabilishment

in terms of minimazation of three basic expenses: relative transport costs,

labor costs, and aglomeration costs.14 menjelaskan lokasi optimum dari

elaktibilitas manufaktur dalam hal minimalisir dari tiga kebutuhan dasar:

biaya relatif transportasi, biaya tenaga kerja, dan biaya aglomerasi.

12 P Sitorus, Teori Lokasi Industri, (Jakarta: Universitas Trisakti, 1997), h. 133. 13 Departemen Perindustrian, Kebijakan Pembangunan Industri Nasional, (Jakarta:

Departemen Perindustrian, 2005), h. 25. 14 Fellmann Getis, Human Geography Landscapes Of Human Activities, (Amerika USA,

McGraw-Hill Companies, 1999), h. 320

Page 36: DAMPAK AGLOMERASI INDUSTRI TERHADAP PERSEBARAN …

18

Sumber: Daldjoeni, Geografi Baru, (Bandung: Alumni, 1997), h. 63

Gambar 2.1

Segitiga Lokasional Weber

Cilincing, Tanjung Priok dan wilayah pesisir di DKI Jakarta

menjadi lokasi yang sekiranya strategis bagi industri hulu serta hilir Diana.

Dua konsep pemikiran penentuan lokasi industri terpakai di wilayah

tersebut, yaitu pertama teori permintaan pasar (demand market) oleh Losch

dimana banyak konsumen berada di wilayah tersebut baik wilayah lokalnya

yang statusnya adalah salah satu kota besar Indonesia maupun penduduk

wilayah satelitnya (Bekasi dan sekitarnya). Kedua, adalah teori yang

dimiliki oleh Weber yaitu lokasi yang biaya produksinya minimal, biaya

minimal ini mengacu pada wilayah, sumber daya/mentah, upah tenaga kerja,

biaya transportasi, dan kompetensi industri.

Page 37: DAMPAK AGLOMERASI INDUSTRI TERHADAP PERSEBARAN …

19

Persebaran industri di kawasan Timur Indonesia sendiri pada tahun

2003 menunjukan 4,8% berlokasi di Pulau Kalimantan, dan 8,1% di

Sulawesi dan sisanya sebanyak 0,9% berada di Maluku Utara dan Papua.15

Kembali lagi kepada sarana dan prasarana yang ada menjadikan dukungan

tersendiri bagi berkembangnya Industri. Namun ada kalanya keberadaan

industri yang mengakibatkan berkembangnya sarana dan prasarana, akan

tetapi hanya beberapa saja seperti misalnya PT Freeport yang mana

mengharuskan perusahaan tersebut mengembangkan sarana dan prasarana di

daerah Papua yang pada akhirnya berdampak pada aspek lainnya.

B. Macam-macam Industri Industri terdiri dari berbagai Jenis dan macamnya, dari lokasi industri

maka akan tercermin industri apa yang berjalan di lokasi tersebut. Adapun

macam-macam klasifikasi industri, sebagai berikut:

1. Klasifikasi Industri Berdasarkan Bahan Baku

Tiap-tiap industri membutuhkan bahan baku yang berbeda,

tergantung pada apa yang akan dihasilkan dari proses industri tersebut.

Berdasarkan bahan baku yang digunakan, industri dapat dibedakan menjadi:

a. Industri ekstraktif, yaitu industri yang bahan bakunya diperoleh langsung

dari alam. Misalnya: industri hasil pertanian, industri hasil perikanan, dan

industri hasil kehutanan.

b. Industri nonekstraktif, yaitu industri yang mengolah lebih lanjut

hasilhasil industri lain. Misalnya: industri kayu lapis, industri pemintalan,

dan industri kain.

c. Industri fasilitatif atau disebut juga industri tertier. Kegiatan industrinya

adalah dengan menjual jasa layanan untuk keperluan orang lain.

Misalnya: perbankan, perdagangan, angkutan, dan pariwisata.

15 Departemen Perindustrian, Kebijakan Pembangunan Industri Nasional, (Jakarta:

Departemen Perindustrian, 2005), h. 25.

Page 38: DAMPAK AGLOMERASI INDUSTRI TERHADAP PERSEBARAN …

20

2. Klasifikasi Industri Berdasarkan Tenaga Kerja

Berdasarkan jumlah tenaga kerja yang digunakan, industri dapat

dibedakan menjadi:

a. Industri rumah tangga, yaitu industri yang menggunakan tenaga kerja

kurang dari empat orang. Ciri industri ini memiliki modal yang sangat

terbatas, tenaga kerja berasal dari anggota keluarga, dan pemilik atau

pengelola industri biasanya kepala rumah tangga itu sendiri atau anggota

keluarganya. Misalnya: industri anyaman, industri kerajinan, industri

tempe/ tahu, dan industri makanan ringan.

b. Industri kecil, yaitu industri yang tenaga kerjanya berjumlah sekitar 5

sampai 19 orang, Ciri industri kecil adalah memiliki modal yang relative

kecil, tenaga kerjanya berasal dari lingkungan sekitar atau masih ada

hubungan saudara. Misalnya: industri genteng, industri batubata, dan

industri pengolahan rotan.

c. Industri sedang, yaitu industri yang menggunakan tenaga kerja sekitar 20

sampai 99 orang. Ciri industri sedang adalah memiliki modal yang cukup

besar, tenaga kerja memiliki keterampilan tertentu, dan pimpinan

perusahaan memiliki kemapuan manajerial tertentu. Misalnya: industri

konveksi, industri bordir, dan industri keramik.

d. Industri besar, yaitu industri dengan jumlah tenaga kerja lebih dari 100

orang. Ciri industri besar adalah memiliki modal besar yang dihimpun

secara kolektif dalam bentuk pemilikan saham, tenaga kerja harus

memiliki keterampilan khusus, dan pimpinan perusahaan dipilih melalui

uji kemapuan dan kelayakan (fit and profer test). Misalnya: industri

tekstil, industri mobil, industri besi baja, dan industri pesawat terbang.

3. Klasifikasi Industri Berdasarkan Produksi yang Dihasilkan

Berdasarkan produksi yang dihasilkan, industri dapat dibedakan

menjadi:

a. Industri primer, yaitu industri yang menghasilkan barang atau benda

yang tidak perlu pengolahan lebih lanjut. Barang atau benda yang

dihasilkan tersebut dapat dinikmati atau digunakan secara langsung.

Page 39: DAMPAK AGLOMERASI INDUSTRI TERHADAP PERSEBARAN …

21

Misalnya: industri anyaman, industri konveksi, industri makanan dan

minuman.

b. Industri sekunder, yaitu industri yang menghasilkan barang atau benda

yang membutuhkan pengolahan lebih lanjut sebelum dinikmati atau

digunakan. Misalnya: industri pemintalan benang, industri ban, industri

baja, dan industri tekstil.

c. Industri tertier, yaitu industri yang hasilnya tidak berupa barang atau

benda yang dapat dinikmati atau digunakan baik secara langsung maupun

tidak langsung, melainkan berupa jasa layanan yang dapat mempermudah

atau membantu kebutuhan masyarakat. Misalnya: industri angkutan,

industri perbankan, industri perdagangan, dan industri pariwisata.

4. Klasifikasi Industri Berdasarkan Bahan Mentah

Berdasarkan bahan mentah yang digunakan, industri dapat

dibedakan menjadi:

a. Industri pertanian, yaitu industri yang mengolah bahan mentah yang

diperoleh dari hasil kegiatan pertanian. Misalnya: industri minyak

goreng, Industri gula, industri kopi, industri teh, dan industri makanan.

b. Industri pertambangan, yaitu industri yang mengolah bahan mentah yang

berasal dari hasil pertambangan. Misalnya: industri semen, industri baja,

industri BBM (bahan bakar minyak bumi), dan industri serat sintetis.

c. Industri jasa, yaitu industri yang mengolah jasa layanan yang dapat

mempermudah dan meringankan beban masyarakat tetapi

menguntungkan. Misalnya: industri perbankan, industri perdagangan,

industri pariwisata, industri transportasi, industri seni dan hiburan.

5. Klasifikasi Industri Berdasarkan Lokasi Unit Usaha

Keberadaan suatu industri sangat menentukan sasaran atau tujuan

kegiatan industri. Berdasarkan pada lokasi unit usahanya, industri dapat

dibedakan menjadi:

a. Industri berorientasi pada pasar (market oriented industry), yaitu

industri yang didirikan mendekati daerah persebaran konsumen.

Page 40: DAMPAK AGLOMERASI INDUSTRI TERHADAP PERSEBARAN …

22

b. Industri berorientasi pada tenaga kerja (employment oriented industry),

yaitu industri yang didirikan mendekati daerah pemusatan penduduk,

terutama daerah yang memiliki banyak angkatan kerja tetapi kurang

pendidikannya.

c. Industri berorientasi pada pengolahan (supply oriented industry), yaitu

industri yang didirikan dekat atau ditempat pengolahan. Misalnya:

industri semen di Palimanan Cirebon (dekat dengan batu gamping),

industri pupuk di Palembang (dekat dengan sumber pospat dan amoniak),

dan industri BBM di Balongan Indramayu (dekat dengan kilang minyak).

d. Industri berorientasi pada bahan baku, yaitu industri yang didirikan di

tempat tersedianya bahan baku. Misalnya: industri konveksi berdekatan

dengan industri tekstil, industri pengalengan ikan berdekatan dengan

pelabuhan laut, dan industri gula berdekatan lahan tebu.

e. Industri yang tidak terikat oleh persyaratan yang lain (footloose

industry), yaitu industri yang didirikan tidak terikat oleh syarat-syarat di

atas. Industri ini dapat didirikan di mana saja, karena bahan baku, tenaga

kerja, dan pasarnya sangat luas serta dapat ditemukan di mana saja.

Misalnya: industri elektronik, industri otomotif, dan industri transportasi.

6. Klasifikasi Industri Berdasarkan Proses Produksi

Berdasarkan proses produksi, industri dapat dibedakan menjadi:

a. Industri hulu, yaitu industri yang hanya mengolah bahan mentah menjadi

barang setengah jadi. Industri ini sifatnya hanya menyediakan bahan

baku untuk kegiatan industri yang lain. Misalnya: industri kayu lapis,

industri alumunium, industri pemintalan, dan industri baja.

b. Industri hilir, yaitu industri yang mengolah barang setengah jadi menjadi

barang jadi sehingga barang yang dihasilkan dapat langsung dipakai atau

dinikmati oleh konsumen. Misalnya: industri pesawat terbang, industri

konveksi, industri otomotif, dan industri meubeler.

7. Klasifikasi Industri Berdasarkan Barang yang Dihasilkan

Berdasarkan barang yang dihasilkan, industri dapat dibedakan

menjadi:

Page 41: DAMPAK AGLOMERASI INDUSTRI TERHADAP PERSEBARAN …

23

a. Industri berat, yaitu industri yang menghasilkan mesin-mesin atau alat

produksi lainnya. Misalnya: industri alat-alat berat, industri mesin, dan

industri percetakan.

b. Industri ringan, yaitu industri yang menghasilkan barang siap pakai

untuk dikonsumsi. Misalnya: industri obat-obatan, industri makanan, dan

industri minuman.

8. Klasifikasi Industri berdasarkan Modal yang Digunakan

Berdasarkan modal yang digunakan, industri dapat dibedakan

menjadi:

a. Industri dengan penanaman modal dalam negeri (PMDN), yaitu industri

yang memperoleh dukungan modal dari pemerintah atau pengusaha

nasional (dalam negeri). Misalnya: industri kerajinan, industri pariwisata,

dan industri makanan dan minuman.

b. Industri dengan penanaman modal asing (PMA), yaitu industri yang

modalnya berasal dari penanaman modal asing. Misalnya: industri

komunikasi, industri perminyakan, dan industri pertambangan.

c. Industri dengan modal patungan (join venture), yaitu industri yang

modalnya berasal dari hasil kerja sama antara PMDN dan PMA.

Misalnya: industri otomotif, industri transportasi, dan industri kertas.

9. Klasifikasi Industri Berdasarkan Subjek Pengelola

Berdasarkan subjek pengelolanya, industri dapat dibedakan

menjadi:

a. Industri rakyat, yaitu industri yang dikelola dan merupakan milik rakyat,

misalnya: industri meubeler, industri makanan ringan, dan industri

kerajinan.

b. Industri negara, yaitu industri yang dikelola dan merupakan milik

Negara yang dikenal dengan istilah BUMN, misalnya: industri kertas,

industri pupuk, industri baja, industri pertambangan, industri

perminyakan, dan industri transportasi.

Page 42: DAMPAK AGLOMERASI INDUSTRI TERHADAP PERSEBARAN …

24

10. Klasifikasi Industri berdasarkan Cara Pengorganisasiaan

Cara pengorganisasian suatu industri dipengaruhi oleh berbagai

factor, seperti: modal, tenaga kerja, produk yang dihasilkan, dan

pemasarannya. Berdasarkan cara pengorganisasianya, industri dapat

dibedakan menjadi:

a. Industri kecil, yaitu industri yang memiliki ciri-ciri: modal relatif kecil,

teknologi sederhana, pekerjanya kurang dari 10 orang biasanya dari

kalangan keluarga, produknya masih sederhana, dan lokasi pemasarannya

masih terbatas (berskala lokal). Misalnya: industri kerajinan dan industri

makanan ringan.

b. Industri menengah, yaitu industri yang memiliki ciri-ciri: modal relative

besar, teknologi cukup maju tetapi masih terbatas, pekerja antara 10-200

orang, tenaga kerja tidak tetap, dan lokasi pemasarannya relative lebih

luas (berskala regional). Misalnya: industri bordir, industri sepatu, dan

industri mainan anak-anak.

c. Industri besar, yaitu industri yang memiliki ciri-ciri: modal sangat besar,

teknologi canggih dan modern, organisasi teratur, tenaga kerja dalam

jumlah banyak dan terampil, pemasarannya berskala nasional atau

internasional. Misalnya: industri barang-barang elektronik, industri

otomotif, industri transportasi, dan industri persenjataan.

11. Klasifikasi Industri Berdasarkan Surat Keputusan Menteri

Perindustrian

Selain pengklasifikasian industri tersebut di atas, ada juga

pengklasifikasian industri berdasarkan Surat Keputusan Menteri

Perindustrian Nomor 19/M/ I/1986 yang dikeluarkan oleh Departemen

Perindustrian dan Perdagangan. Adapun pengklasifikasiannya adalah

sebagai berikut:

a. Industri Kimia Dasar (IKD) Industri Kimia Dasar merupakan industri

yang memerlukan: modal yang besar, keahlian yang tinggi, dan

menerapkan teknologi maju. Adapun industri yang termasuk kelompok

IKD adalah sebagai berikut:

Page 43: DAMPAK AGLOMERASI INDUSTRI TERHADAP PERSEBARAN …

25

1) Industri kimia organik, misalnya: industri bahan peledak dan industri

bahan kimia tekstil.

2) Industri kimia anorganik, misalnya: industri semen, industri asam

sulfat, dan industri kaca.

3) Industri agrokimia, misalnya: industri pupuk kimia dan industri

pestisida.

4) Industri selulosa dan karet, misalnya: industri kertas, industri pulp,

dan industri ban.

b. Industri Mesin Logam Dasar dan Elektronika (IMELDE), Industri ini

merupakan industri yang mengolah bahan mentah logam menjadi mesin-

mesin berat atau rekayasa mesin dan perakitan. Adapun yang termasuk

industri ini adalah sebagai berikut:

1) Industri mesin dan perakitan alat-alat pertanian, misalnya: mesin

traktor, mesin hueler, dan mesin pompa.

2) Industri alat-alat berat/konstruksi, misalnya: mesin pemecah batu,

buldozer, excavator, dan motor grader.

3) Industri mesin perkakas, misalnya: mesin bubut, mesin bor, mesin

gergaji, dan mesin pres.

4) Industri elektronika, misalnya: radio, televisi, dan komputer.

5) Industri mesin listrik, misalnya: transformator tenaga dan generator.

6) Industri kereta api, misalnya: lokomotif dan gerbong.

7) Industri kendaraan bermotor (otomotif), misalnya: mobil, motor, dan

suku cadang kendaraan bermotor.

8) Industri pesawat, misalnya: pesawat terbang dan helikopter.

9) Industri logam dan produk dasar, misalnya: industri besi baja, industri

alumunium, dan industri tembaga.

10) Industri perkapalan, misalnya: pembuatan kapal dan reparasi kapal.

11) Industri mesin dan peralatan pabrik, misalnya: mesin produksi,

peralatan pabrik, the blower, dan kontruksi.

Page 44: DAMPAK AGLOMERASI INDUSTRI TERHADAP PERSEBARAN …

26

c. Aneka Industri (AI), Industri ini merupakan industri yang tujuannya

menghasilkan bermacam-macam barang kebutuhan hidup sehari-hari.

Adapun yang termasuk industri ini adalah sebagai berikut:

1) Industri tekstil, misalnya: benang, kain, dan pakaian jadi.

2) Industri alat listrik dan logam, misalnya: kipas angin, lemari es, dan

mesin jahit, televisi, dan radio.

3) Industri kimia, misalnya: sabun, pasta gigi, sampho, tinta, plastik,

obatobatan, dan pipa.

4) Industri pangan, misalnya: minyak goreng, terigu, gula, teh, kopi,

garam dan makanan kemasan.

5) Industri bahan bangunan dan umum, misalnya: kayu gergajian, kayu

lapis, dan marmer.

d. Industri Kecil (IK), Industri ini merupakan industri yang bergerak dengan

jumlah pekerja sedikit, dan teknologi sederhana. Biasanya dinamakan

industri rumah tangga, misalnya: industri kerajinan, industri alat-alat

rumah tangga, dan perabotan dari tanah (gerabah).

e. Industri pariwisata, Industri ini merupakan industri yang menghasilkan

nilai ekonomis dari kegiatan wisata. Bentuknya bisa berupa: wisata seni

dan budaya (misalnya: pertunjukan seni dan budaya), wisata pendidikan

(misalnya: peninggalan, arsitektur, alat-alat observasi alam, dan museum

geologi), wisata alam (misalnya: pemandangan alam di pantai,

pegunungan, perkebunan, dan kehutanan), dan wisata kota (misalnya:

melihat pusat pemerintahan, pusat perbelanjaan, wilayah pertokoan,

restoran, hotel, dan tempat hiburan).

Pada umumnya, klasifikasi jenis industri terdiri atas tiga bagian

utama, yaitu industri primer merupakan produk antara (atau akhir) dimana

tidak memerlukan proses pabrikan seperti industri biji besi, batu bara dll (2)

industri sekunder, suatu jenis industri yang merupakan produk akhir dari hasil

Page 45: DAMPAK AGLOMERASI INDUSTRI TERHADAP PERSEBARAN …

27

produksi seperti industri mobil, radio dll (3) industri tersier, adalah jenis

industri yang menghasilkan jasa seperti bank, komunikasi dll.16

Perkembangan industri di Indonesia sendiri telah berkembang lama

sejak pemerintahan kolonial masih menguasai Indonesia sejak awal 1930-an,

dengan desakan-desakan barang impor dari negara lain terutama Jepang telah

memaksa pemerintahan Belanda di Indonesia harus segera mendirikan pabrik-

pabrik dan memproduksi untuk dipasarkan bagi pasaran domestik yang pada

akhirnya melemahkan barang impor dari luar Indonesia.17

C. Aglomerasi Industri 1. Pengertian Aglomerasi

Industri di Indonesia pada umumnya terbagi pada kawasan-

kawasan terterntu yang memang daerah tersebut dijadikan sebagai pusat

pertumbuhan di Indonesia, dimana dilakukan dengan maksud dan tujuan

tertentu. Dengan adanya pembagian wilayah pertumbuhan ekonomi tertentu

akhirnya berdampak pada apa yang dinamakan dengan aglomerasi Industri.

Montgomery (1988) dalam Mudrajad mendefinisikan aglomerasi

sebagai konsentrasi spasial atas aktivitas ekonomi di kawasan perkotaan

karena “Penghematan akibat lokasi yang berdekatan (economies of

proximity) yang diasosiasikan dengan kluster spasial perusahaan, para

pekerja, dan konsumen”.18 Perspektif aglomerasi sebagai penghematan

terdapat interelasi dengan teori ekonomi yang ada dengan biaya yang minim

dan berusaha melipatgandakan laba. Perkotaan itu sendiri merupakan hasil

dari aglomerasi secara spasial, yang pada gilirannya mendorong tumbuhnya

literatur mengenasi formasi kota.19

16 P Sitorus, Teori Lokasi Industri, (Jakarta: Universitas Trisakti, 1997), h. 4. 17 Thee Kian Wie, Industrialisasi di Indonesia, (Jakarta: LP3ES, 1996), h. 12.

18 Mudrajad. K, Ekonomika Pembangunan, (Jakarta: Erlangga, 2010), h. 162. 19 Ibid, h. 163.

Page 46: DAMPAK AGLOMERASI INDUSTRI TERHADAP PERSEBARAN …

28

Tabel 2.1

Pembagian Wilayah Pembangunan Indonesia

No Regional Pusat

Pertumbuhan Wilayah Meliputi Daerah 1 A Medan I Aceh dan Sumut

Pusatnya di Medan II Sumbar, Riau, dan Kep. Riau

Pusatnya di Pekanbaru 2 B Jakarta III Jambi, Sumsel, Bengkulu dan Ba-bel

Pusatnya di Palembang IV Lampung, Jakarta, Jabar, Jateng,

Banten dan DI Yogyakarta Pusatnya di Jakarta

V Kalbar, Pusatnya di Pontianak 3 C Surabaya VI Jatim dan Bali

Pusatnya di Surabaya VII Kalteng, Kaltim dan Kalsel

Pusatnya di Balikpapan dan Samarinda

4 D Makassar VIII NTB, NTT, Sulsel, Sultra Pusatnya di Makassar

IX Sulteng, Sulut, dan Gorontalo Pusatnya di Manado

X Maluku, Maluku Utara dan Papua (Irian Jaya) Pusatnya di Sorong

Pembagian wilayah dapat bermanfaat bagi negara yang besar dan

luas seperti Indonesia. Pembagian itu bermanfaat untuk menjamin

tercapainya pembangunan yang serasi dan seimbang, baik antar sektor di

dalam suatu wilayah pembangunan maupun antarwilayah pembangunan

Prinsip perwilayahan tersebut di atas dapat juga diterapkan di dalam skala

yang lebih kecil di dalam provinsi-provinsi itu sendiri, dengan cara

memperhatikan hubungan yang saling terkait antara kabupaten dan

kecamatan dalam satuan wilayah administrasi yang lebih kecil.

Sumber: Tri Sunarsih, Modul Pembelajaran Geografi, (Jakarta: Madrasah Pembangunan, 2013), h. 110

Page 47: DAMPAK AGLOMERASI INDUSTRI TERHADAP PERSEBARAN …

29

Kemunculan pusat pertumbuhan akan menarik jumlah tenaga kerja

yang banyak, dapat dilihat dari arus mobilitas dan migrasi penduduk dari

desa ke kota maupun antar provinsi. Arus migrasi penduduk dari pedesaan

menuju kota besar maupun kota kecil di Indonesia, menunjukkan angka

yang terus meningkat sejalan dengan pesatnya pertumbuhan kota. Dengan

adanya fenomena seperti itu diperoleh pemikiran bahwa hal ini akan

berdampak tentunya pada persebaran (distribusi) penduduk di daerah

pertumbuhan ekonomi.

Teori tempat pemusatan (aglomerasi) pertama kali dirumuskan

oleh Christaller (1933) dan dikenal sebagai teori pertumbuhan perkotaan

yang pada dasarnya menyatakan bahwa pertumbuhan kota tergantung

spesialisasinya dalam fungsi pelayanan perkotaan, sedangkan tingkat

permintaan akan pelayanan perkotaan oleh daerah sekitarnya akan

menentukan kecepatan pertumbuhan kota (tempat pemusatan) tersebut.

Terdapat tiga faktor yang menyebabkan timbulnya pusat-pusat pelayanan :

(1) faktor lokasi ekonomi, (2) faktor ketersediaa sumberdaya, (3) kekuatan

aglomerasi, dan (4) faktor investasi pemerintah.

Sumber: Kuncoro, Ekonomi Pembangunan, (Jakarta: Erlangga, 2010)

Gambar 2.2

Perkembangan Konsep dan Pemikiran Mengenai Aglomerasi

Page 48: DAMPAK AGLOMERASI INDUSTRI TERHADAP PERSEBARAN …

30

Aglomerasi industri merupakan pemusatan industri di suatu

kawasan tertentu dengan tujuan agar pengelolaannya dapat optimal. Dengan

konsep seperti ini maka prinsip persebaran dalam geografi yang bukan

hanya berlaku pada aspek fisik saja melainkan pada aspek sosial geografi

pun terpengaruhi seperti persebaran penduduk dalam tata ruang industri

yang ada dan perkembangannya dari masa ke masa mengalami perubahan-

perubahan.

2. Gejala Aglomerasi

Setidaknya, dapat ditemukan dua gejala besar di dalam aglomerasi

berkaitan dengan wilayah pasar.20 Pertama, bertemunya dua atau lebih

aktivitas ekonomi yang berbeda. Dalam kasus ini, ukuran wilayah pasar

masing-masing produsen menjadi tidak berarti karena dengan aglomerasi

maka wilayah pasar (real outer Orange) cenderung menyatu. Kedua,

bertemunya dua atau lebih aktivitas ekonomi yang sama. Di sini, ukuran

atau keseragaman wilayah pasar masing-masing produsen tampak

mempengaruhi bukan saja wilayah pasar yang baru tetapi proses aglomerasi

itu sendiri.

Proses ekonomi aglomerasi pada dasarnya melalui dorongan-

dorongan kohesi di antara perusahaan atau industri yang berlokasi dalam

suatu wilayah. 21 sebelum beraglomerasi, sebuah perusahaan menyimpan

suatu potensi aglomerasi yang diperlihatkan oleh wilayah pasarnya.

Semakin luas cakupan pasar yang dimiliki (threshold) maka semakin besar

potensi aglomerasinya.

Keuntungan yang diperoleh karena pemusatan kegiatan sekaligus

bercorak ekonomis, geografis, dan psikologis dapat diraih melalui

aglomerasi.22 Aglomerasi itu sendiri terkadang menjadi hal penting baik

dalam pengelompokan pemukiman maupun pertokoan/unit usaha guna

meningkatkan efisiensi ekonomis ataupun kepuasan sosial.

20 Iwan Nugroho, Pembangunan Wilayah, (Jakarta: LP3S, 2012), h. 35. 21 Ibid, h. 49. 22 N Daldjoeni, Geografi Baru Organisasi Keruangan Dalam Teori dan Praktek, (Bandung:

Alumni, 1997), h. 99.

Page 49: DAMPAK AGLOMERASI INDUSTRI TERHADAP PERSEBARAN …

31

3. Konsep Dalam Geografi

Geografi merupakan ilmu yang mempelajari persamaan dan

perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kelingkungan atau

kewilayahan dalam konteks keruangan.23 Fenomena di bumi dalam

geografi akan dipecahkan atau diselesaikan dengan menggunakan berbagai

pendekatan geografi, konsep geografi, dan prinsip geografi.

Fenomena persebaran permukiman di kawasan industri dapat pula

dipecahkan melalui geografi. Akan tetapi geografi pun memerlukan ilmu

bantu untuk memperdalam kajian objek yang akan dipecahkan. Sepuluh

konsep dalam geografi itu sendiri antara lain:

a. Konsep lokasi, yaitu letak suatu fenomena di bumi;

b. Konsep jarak, dimana terdapat jarak absolut dan jarak relatif;

c. Konsep keterjangkauan, yaitu akses yang mudah atau tidak dalam suatu

fenomena;

d. Konsep pola, fenomena karakteristik sebaran di bumi;

e. Konsep morfologi, karakteristik bentuk lahan di bumi;

f. Konsep aglomerasi, pola pengelompokan suatu fenomena;

g. Konsep nilai kegunaan, yaitu nilai fenomena di bumi;

h. Konsep interaksi dan interpedensi, keterkaitan antara fenomena satu

dengan yang lain;

i. Konsep diferensiasi area, perbedaan fenomena yang ada di bumi;

j. Konsep keterkaitan keruangan (asosiasi), derajat keterkaitan antar

fenomena di bumi.24

D. Penduduk 1. Pengertian Penduduk

Penduduk Orang yang tinggal di daerah tersebut, Orang yang

secara hukum berhak tinggal di daerah tersebut. Dengan kata lain orang

23 Iwan Hermawan, Geografi Sebuah Pengantar, (Bandung: Private Publishing, 2009), h.

58. 24 Ibid, h. 76.

Page 50: DAMPAK AGLOMERASI INDUSTRI TERHADAP PERSEBARAN …

32

yang mempunyai surat resmi untuk tinggal di situ. Misalkan bukti

kewarganegaraan, tetapi memilih tinggal di daerah lain. Penduduk adalah

semua orang yang berdomisili di wilayah geografis Republik Indonesia

selama 6 bulan atau lebih dan atau mereka yang berdomisili kurang dari 6

bulan tetapi bertujuan untuk menetap.25

Introduksi istilah ilmu kependudukan sesungguhnya dimaksud

untuk memberi pengertian lebih luas tentang demografi.26 Demografi ialah

ilmu yang membahas perihal penduduk dengan segala aspeknya baik

tentang susunan, jumlah, dan perkembangan penduduk dan suatu ilmu yang

memberikan gambaran statistik mengenai suatu bangsa dilihat dari sudut

sosial politik.

2. Analisa Kependudukan

Studi kependudukan (Population Studies) merupakan istilah lain

bagi ilmu kependudukan, studi kependudukan terdiri dari analisis-analisis

yang bertujuan dan mencakup:

1. Memperoleh informasi dasar tentang distribusi penduduk, karakteristik

dan perubahan-perubahannya.

2. Menerangkan sebab-sebab perubahan dari faktor dasar tersebut.

3. Menganalisis segala konsekuensi yang mungkin sekali terjadi di masa

depan sebagai hasil perubahan-perubahan.27

Dari deskripsi informasi yang didapatkan melalui distribusi

penduduk dapat didapatkan penjelasan dan analisis karakter apa yang

berubah pada keadaan penduduk di pada suatu daerah. Kecamatan Cilincing

merupakan salah satu Kecamatan di Jakarta Utara yang mengalami

fenomena tersebut. Dari karakteristik yang berubah maka perlu adanya

suatu penelusuran faktor apa sajakah yang merubah distribusi penduduk

Kecamatan Cilincing, fenomena yang terjadi dikaji dengan ilmu

antroposfer.

25 Badan Pusat Statistik Republik Indonesia 26 Said Rusli, Pengantar Ilmu Kependudukan, (Jakarta: LP3S, 2012), h. 1. 27 Ibid, h. 1.

Page 51: DAMPAK AGLOMERASI INDUSTRI TERHADAP PERSEBARAN …

33

Persebaran penduduk di sini akan mungkin sangat terlihat

kepadatannya apabila diketahui interaksi antara jarak kota A ke kota B

karena disinilah kemungkinan besar terletak peluang besar wilayah yang

akan dijadikan pusat aktivitas penduduk maupun dimanfaatkan untuk

perkembangan industri. Faktor jumlah penduduk, kenaikan pendapatan, dan

kenaikan ongkos transport dalam banyak kasus dapat menggeser hierarki

perkotaan.28 Penduduk ternyata dapat merubah investasi industri dan pada

akhirnya banyak kejadian industri mengembangkan proses produksinya ke

wilayah kota-kota kecil lainnya.

Menurut RPJMN 2012-214, pembangunan perkotaan atau pola

urbanisasi masih terpusat di pulau Jawa - Bali, Sumatera, dan Sulawesi

Selatan.29 Pada kurun waktu 1990 hingga 2000, laju pertumbuhan penduduk

di kota metropolitan (Jakarta, Surabaya, Bandung, Medan, dan Semarang)

berkisar 0.16 hingga 0,9 persen per tahun, tetapi laju pertumbuhan

penduduk di wilayah sekitarnya mencapai 3.0 hingga 4.13 persen per tahun.

Dari data yang di dapat dengan terus bertambahnya jumlah kota dan jumlah

penduduk diperkirakan pendudukan perkotaan pada tahun 2025 mencapai

67,5 persen.

Berkaitan dengan lahan, ketika penduduk bumi masih sedikit,

penduduk yang kekurangan lahan di suatu tempat dengan mudah dapat

mencari lahan di tempat lain. Lahan yang tersedia dewasa ini tidaklah

mudah, karena lahan yang ada tidaklah bertambah menyesuaikan kebutuhan

manusia akan lahan. Jumlah penduduk yang membutuhkannya dari tahun ke

tahun teruslah meningkat. Karena pada suatu daerah luas lahan tidak

bertambah, hal hasil dengan meningkatnya jumlah penduduk, rasio manusia

- lahan menjadi semakin besar, sekalipun pemanfaatan setiap jengkal lahan

sangat dipengaruhi oleh taraf perkembangan kebudayaan suatu masyarakat.

28 Iwan Nugroho, Pembangunan Wilayah, (Jakarta: LP3S, 2012), h. 37. 29 Ibid, h. 253.

Page 52: DAMPAK AGLOMERASI INDUSTRI TERHADAP PERSEBARAN …

34

3. Pola Pemukiman Penduduk

Penduduk adalah sekelompok masyarakat yang tinggal menetap di

wilayah tertentu dan dalam jangka waktu tertentu.30 Adanya penduduk tentu

juga ada pemukiman penduduk sebagai tempat singgah dan menetap,

pemukiman penduduk pun bermacam-macam bentuk sesuai dengan karakter

yang ada pada tiap wilayah. Apakah wilayah (region) pada daerah tersebut

mempengaruhi pola pemukiman atau sebaliknya pemukiman penduduk

yang mempengaruhi lingkungan sekitar.

Pola permukiman penduduk adalah bentuk umum sebuah

permukiman penduduk dan terlihat mengikuti pola tertentu.31 Pola

permukiman penduduk berbeda-beda di setiap daerah. Adapun faktor yang

mempengaruhi pola pemukiman penduduk adalah sebagai berikut:

a. Bentuk Permukaan Bumi Bentuk permukaan bumi yang berbeda-beda seperti gunung, pantai,

dataran rendah, dataran tinggi, dan sebagainya. akan membuat pola

kehidupan yang berbeda pula, misal penduduk pantai bekerja sebagai

petani. Pola kehidupan yang berbeda akan menyebabkan penduduk

membuat permukiman yang sesuai dengan lingkungan tempat penduduk

itu berada.

b. Keadaan Tanah Keadaan tanah menyangkut kesuburan/kelayakan tanah ditanami

ataupun digunakan untuk kepentingan fasilitas tertentu baik fasilitas

publik atau swasta. Lahan yang subur tentu menjadi sumber penghidupan

penduduk. Lahan tersebut bisa dijadikan lahan pertanian atau

semacamnya. Karena itu, penduduk biasanya hidup mengelompok di

dekat sumber penghidupan tersebut (ini jelas terlihat di desa).

c. Keadaan Iklim Iklim memiliki unsur-unsur di antaranya curah hujan, intensitas

cahaya matahari, suhu udara, dan sebagainya yang berbeda-beda di setiap

30 Ida Bagus Ari Sudewa, Pola Pemukiman Penduduk, 2014, p. 1, (http://arisudev.wordpress.com/).

31 Ibid.

Page 53: DAMPAK AGLOMERASI INDUSTRI TERHADAP PERSEBARAN …

35

daerah. Perbedaan iklim membuat kesuburan tanah dan keadaan alam di

setiap daerah berbeda-beda mengakibatkan pola permukiman penduduk

berbeda pula. Sebagai contoh penduduk di pegunungan cenderung

bertempat tinggal berdekatan, sementara penduduk di daerah panas

memiliki permukiman yang lebih terbuka (agak terpencar).

d. Keadaan Ekonomi Keadaan ekonomi membuat suatu kelas dalam masyarakat, dikenal

dengan stratifikasi penduduk dalam sosiologi menjadikan tiga kelas

dalam masyarakat yaitu kelas bawah (low class), kelas menengah (midle

class), dan kelas atas (top class), menjadikan sistem pola perputaran dan

keadaan ekonomi berbeda. Jika kita memilih rumah, tentu kita akan

memilih tempat yang tepat sebagai salah satu faktor utama. Kondisi ini

jelas berpengaruh terhadap pola permukiman penduduk (ini jelas terlihat

di kota).

e. Kultur Penduduk Pola permukiman penduduk sangat bergantung pada kemajuan dan

kebutuhan penduduk itu sendiri. Jika penduduk itu masih tradisional,

pola permukimannya akan cenderung terisolir dari permukiman lain.

Permukiman di daerah tersebut hanya diperuntukkan bagi mereka yang

masih anggota suku atau yang masih berhubungan darah.

Faktor-faktor seperti bentuk permukaan bumi, keadaan tanah,

keadaan iklim, keadaan ekonomi, dan keadaan penduduk yang telah

dijelaskan sebelumnya merupakan acuan yang pada akhirnya menghasilkan

bentuk khas dari setiap pemukiman di satu wilayah tertentu. Adapun macam

bentuk tersebut seperti terpusat, tersebar, dan pola pemukiman

memanjang.32

32 Ida Bagus Ari Sudewo, Pola Pemukiman Penduduk, 2014,

(http://arisudev.wordpress.com).

Page 54: DAMPAK AGLOMERASI INDUSTRI TERHADAP PERSEBARAN …

36

Sumber: Ida Bagus, Pola Pemukiman Penduduk, (http://arisudev.woerdpress.com)

Gambar 2.3

Pola Permukiman Penduduk

E. Hubungan Industri dan Perkembangan Wilayah Tata ruang yang ada pada setiap daerah memiliki peranan penting

dalam proses perkembangan pembangunan yang ada. Kaitannya industri dan

perkembangan wilayah itu sendiri yaitu bagaimana output yang diharapkan

mampu bernilai positif akan dampaknya pada suatu lingkungan sekitar industri.

Apalah artinya industri maju akan tetapi daerah Industrinya itu sendiri masih

terbilang belum layak akan yang disebut sebagai Industri maju dan sehat.

Industri sekiranya erat kaitannya dengan infrastruktur yang ada.

Infrastruktur yang terus berkembang akan memberikan dorongan tersendiri

bagi perkembangan kemajuan suatu daerah yang sekiranya semakin

Page 55: DAMPAK AGLOMERASI INDUSTRI TERHADAP PERSEBARAN …

37

tersedianya infrastruktur yang baik akan berdampak baik bagi perekonomian

suatu daerah. Afrika menjadi satu negara yang mana rendahnya pendapatan

karena salah satu faktor akses yang berhubungan dengan infrastruktur seperti

layanan listrik, air, telepon dan lainnya.33

Tak heran para perancang dan pembuat kebijakan publik termasuk

sekiranya RTRW di sini berperan, infrastruktur dipandang sebagai salah satu

indikator kemiskinan suatu negara dan rakyatnya. Maka upaya pengentasan

kemiskinan tidak dipisahkan dari upaya membangun infrastruktur, khususnya

akses rakyat miskin ke jasa-jasa dan jaringan infrastruktur seperti jasa air,

listrik, dan jaringan telepon. Infrastruktur dan industri tentulah mempengaruhi

perkembangan pemukiman yang tersebar di lokasi tersebut. pemukiman

penduduk menempati suatu lahan tertentu yang sekiranya setiap lokasi lahan

menjadi bagian dari kebijakan pemerintah melalui RTRW daerah setempat,

bisa melalui program pembebasan lahad, relokasi, atau bahkan penggusuran

pemukiman karena suatu proyek tertentu yang dimiliki pemerintah setempat.

Istilah pertumbuhan wilayah dan perkembangan wilayah

sesungguhnya tidak bermakna sama, sekalipun keduanya merujuk pada

bertambahnya suatu ukuran wilayah tertentu.34 Perkembangan wilayah

senantiasa disertai dengan perubahan struktural. Proses yang terjadi dalam

perkembangan wilayah sangat kompleks, melibatkan aspek ekonomi, aspek

sosial, lingkungan, politik (pemerintah) sehingga pada hakikatnya merupakan

suatu “sistem” yang tidak bisa dipisahkan. Berangkat dari pengertian di atas,

maka perkembangan industri dapat dimaknai sebagai proses bertambahnya

pemanfaatan sumber daya (sumber daya manusia, sumber daya alam, dan

sumber daya modal) dalam bidang industri, yang ditandai dengan

meningkatnya jumlah industri, bertambahnya lahan industri, bertambahnya

sumber daya manusia yang bergerak di sektor industri serta outcome yang

dihasilkan dari industri). Indikator utama tingkat perkembangan industri

33 Marwan Ja’far, Infrastruktur Pro Rakyat, (Jogjakarta: Pustaka Tokoh Bangsa, 2007), h.

3. 34 Iwan Nugroho, Pembangunan Wilayah Persepektif Ekonomi, Sosial dan wilayah,

(Jakarta: LP3ES,2004), h. 49.

Page 56: DAMPAK AGLOMERASI INDUSTRI TERHADAP PERSEBARAN …

38

adalah sumbangan keluaran (output) industri manufaktur dalam Produk

Domestik Bruto. Sejumlah ahli telah berupaya menetapkan tingkat-tingkat

perkembangan ekonomi dan industri.

Rostow menetapkan 5 tingkat pertumbuhan ekonomi, yaitu: (1)

tingkat tradisional, (2) syarat untuk tinggal landas, (3) tinggal landas, (4)

dorongan menuju kematangan, dan (5) tingkat konsumsi massal.35 Tingkat

tradisional ditandai oleh keterbatasan potensi produktivitas, kegiatan pertanian

menonjol, tetapi produktivitasnya rendah. Pada tingkat syarat yang diperlukan

bagi industrialisasi perubahan struktur ekonomi tertentu mulai terjadi, seperti

berdirinya bank-bank.

Pada tahap tinggal landas terjadi pertumbuhan ekonomi yang cepat

melalui teknik industri modern di sejumlah sektor ekonomi yang masih

terbatas. Pada tahap dorongan menuju kematangan terjadi penerapan teknologi

modern terhadap keseluruhan sektor perekonomian. Pada tingkat konsumsi

massal yang tinggi tersedia sejumlah arah yang dapat ditempuh apakah

memusatkan perhatian untuk meningkatkan kesejahteraan rakyatnya atau

memperluas konsumsi atau berjuang untuk meningkatkan kekuasaan dan

pengaruh di arena internasional.

Berbeda dengan Rustow, Badan PBB untuk Pembangunan Industri

(UNIDO) atau Bank Dunia menyatakan bahwa indikator dalam perkembangan

pembangunan dapat dilihat dari sejauh mana tahap industrialisasi suatu

negara, terutama negara-negara berkembang. Tahap-tahap industrialisasi ini

dirasa jauh lebih berhasil memperlihatkan proses perkembangan industri

dibandingkan dengan tahap-tahap pertumbuhan Rustow. Dalam tahapan ini

yang menjadi tolak ukur adalah tambahan nilai (VA) sektor industri baik

terhadap PDB maupun terhadap sektor-sektor. Tahap-tahap industrialisasi itu

dapat digambarkan melalui tabel berikut:

35 P. Sitorus, Teori Lokasi Industri, (Jakarta: Universitas Trisakti, 1997), h. 162

Page 57: DAMPAK AGLOMERASI INDUSTRI TERHADAP PERSEBARAN …

39

Tabel 2.2

Tahap-tahap Industrialisasi

Tahap-tahap Sumbangan VA % terhadap PDB Sektor Komoditi 1. Non Industrialisasi < 10 < 20 2. Menuju proses industrialisasi 10 – 20 20 – 40 3. Semi industrialisasi 20 - 30 40 -60 4. industrialisasi penuh > 30 >60

Berdasarkan standar tersebut, negara dengan hasil manufaktur

sebesar 10 sampai 20% dari PDB dianggap dalam tahap mulai menginjak

industrialisasi, untuk hasil manufaktur sebesar 20 sampai 30% dianggap

negara semi industri, sedangkan untuk hasil manufaktur diatas 30% dikatakan

sebagai negara industri.36

Pembangunan ekonomi di suatu negara dalam periode jangka

panjang akan membawa perubahan mendasar dalam struktur ekonomi negara

tersebut, yaitu dari ekonomi tradisional yang dititikberatkan pada sektor

pertanian ke ekonomi modern yang didominasi oleh sektor industri dengan

increasing returns to scale yang dinamis (relasi positif antara pertumbuhan

output dan pertumbuhan produktivitas) sebagai mesin utama pertumbuhan

ekonomi.37

36 Thee Kian Wie, Industrialisasi Di Indonesia Beberapa Kajian, (Jakarta: LP3ES), h. 5. 37 Abdullah, “Pengaruh Perkembangan Industri Terhadap Pola Pemanfaatan Lahan di

Wilayah Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang”, Tesis pada pascasarja Abdullah, “Pengaruh Perkembangan Industri Terhadap Pola Pemanfaatan Lahan di Wilayah Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang”, Tesis pada pascasarjana UNDIP Semarang, Semarang, 2010, h. 46, tidak dipublikasikan.

Sumber: Thee Kian wie, Industrialisasi di Indonesia, (Jakarta: LP3ES, 1987), h. 5.

Page 58: DAMPAK AGLOMERASI INDUSTRI TERHADAP PERSEBARAN …

40

Sumber: Abdullah, Pengaruh Perkembangan Industri Terhadap Pola Pemanfaatan Lahan di

Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang, (Semarang: Tesis, 2010), h. 46.

Gambar 2.4

Diagram Dampak Pembangunan Industri

Diagram tersebut memperlihatkan bahwa pembangunan industri

yang berdampak langsung pada lahan terjadi pada tahap persiapan, berupa

kenaikan kepadatan penduduk, penurunan produksi pertanian, penggusuran

penduduk, dan konstruksi prasarana dan kompleks industri. Selanjutnya

sebagai akibat dari penggusuran penduduk mengakibatkan terjadinya tekanan

penduduk yang berakibat pada munculnya masalah lingkungan fisik berupa

kerusakan hutan dan masalah sosial yaitu terjadinya urbanisasi. Kenaikan

tekanan penduduk mendorong penduduk melakukan urbanisasi ke kota yang

berakibat pada meningkatnya penduduk kota. Peningkatan penduduk suatu

Page 59: DAMPAK AGLOMERASI INDUSTRI TERHADAP PERSEBARAN …

41

kota berakibat pada peningkatan produksi limbah terutama limbah rumah

tangga.

F. Lahan Kota 1. Pemanfaatan Lahan Perkotaan

Pengertian kota dapat bermacam-macam. Dalam pengertian

geografis, kota itu adalah suatu tempat yang penduduknya rapat, rumah-

rumahnya berkelompok kompak, dan mata pencaharian penduduknya bukan

pertanian. Dalam pengertian teknis, kota itu mempunyai jumlah penduduk

tertentu, misalnya di Indonesia (untuk keperluan statistik) yang disebut kota

adalah tempat dengan 20.000 penduduk atau lebih.38

Dalam pengertian yang lebih umum, kota itu adalah tempat yang

mempunyai prasarana kota, yaitu: bangunan besar- besar, banyak bangunan

perkantoran, jalan yang lebar-lebar, pasar yang luas-luas, beserta

pertokoannya, jaringan kawat listrik dan jaringan air minum, dan

sebagainya. Sedangkan Dickinson dalam Abdullah menambahkan bahwa

kota adalah suatu pemukiman yang bangunan rumahnya rapat, dan

penduduknya bernafkah bukan pertanian.

Kota menyediakan segala fasilitas bagi kehidupan baik sosial

maupun ekonomi, sehingga baik bertempat tinggal maupun bekerja dan

berekreasi dapat dilakukan oleh penduduk di dalam kota. Kota dapat

berfungsi sebagai tempat pelayanan, pemasaran, kegiatan industri,

peribadatan, dan pendidikan, yang kesemuanya membutuhkan lahan. Yang

merupakan kegiatan ekonomi di kota terutama adalah adalah kegiatan

ekonomi industri dan ekonomi jasa yang tidak memerlukan tanah luas,

sehingga bentuk kota kompak, bangunannya berdekatan, sehingga

kepadatan penduduk tinggi.

38 Ibid., h. 57.

Page 60: DAMPAK AGLOMERASI INDUSTRI TERHADAP PERSEBARAN …

42

Kontras mencolok antara kota dan desa itu berupa kemampuan

manusia kota dalam mengatur ruang hidupnya.39 Hampir di setiap negara

khususnya negara-negara maju penduduknya cenderung tersebar di wilayah

perkotaan, adanya kota memiliki tiga fungsi, sebagai berikut:

1) Fungsi melancarkan pengawasan (administratif - politis)

2) Fungsi berperan sebagai pusat pertukaran (komersial)

3) Fungsi memproses bahan sumber daya (industrial).

2. Pola Keruangan Kota

Kota adalah kawasan perkotaan yang mempunyai kegiatan utama

bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat

permukiman perkotaan, pemusatan, dan pendistribusian pelayanan jasa

pemerintah, pelayaran sosial, serta kegiatan ekonomi (Undang-undang No.

26 Tahun 2007 tentang penataan ruang kota).

Selain sebagai kegiatan produksi dan reproduksi, kota adalah

lingkungan binaan habitatif, artinya lingkungan yang memiliki beragam

kehidupan.40 dari aktivitas yang ada di perkotaan maka akan memunculkan

pola keruangan tertentu. Dari definisi kota sebelumnya tercermin tentang

spasial kota itu sendiri seperti apa, kawasan yang mana aktivitas dan sumber

pendapatan terpusat pada tata pemerintahan dan industri baik barang

maupun jasa dari sekor perdagangan ataupun pariwisata menjadi alasan

sendiri jalannya migrasi yang dalam iramanya cenderung mengalami

peningkatan (Make –up of improvment).

Migrasi di Indonesia sendiri merupakan hasil interaksi antara faktor

politik dan ekonomi yang sangat diwarnai oleh pengaruh internasional.41

Dalam ekonomi sebagian besar industri barang konsumsi beroperasi tidak

efisien di wilayah sekitar konsumen, yang dari dulu berpusat di Jawa pada

wilayah perkotaan dan pada akhirnya uang berputar hanya ada satu titik

fokus dan area fokus lainnya sekitar titik fokus (gambar 2.5). Pada akhirnya

39 N Daldjoeni, Geografi Baru Organisasi Keruangan Dalam Teori da Praktik, (Bandung:

Alumni, 1997), h. 97. 40 Bagoes, P, Urbanisasi dan Seni Bina Perkotaan, (Jakarta: Balai Pustaka) h. 16. 41 Iwan Nugroho, Pembangunan Wilayah, (Jakarta: LP3S, 2012), h. 117.

Page 61: DAMPAK AGLOMERASI INDUSTRI TERHADAP PERSEBARAN …

43

yang menikmati hanyalah masyarakat modern (A, B, C) dan tradisional (D,

E) hanya sabagai hinterland yang menunjang terus menerus kebutuhan kota

dalam proses jalannya aktivitas kehidupan (gambar 2.6).

Sumber: I. Nugroho, Pembangunan Wilayah, (Jakarta: LP3ES, 2012), h. 117

Gambar 2.5

Titik Pusat Peredaran Uang

Sumber: I. Nugroho, Pembangunan Wilayah, (Jakarta: LP3ES, 2012), h. 117

Gambar 2.6

Skema Umum Migrasi di Indonesia

Tata letak pemukiman yang ada pada kota akan membentuk suatu pola

yang didalamnya mempunyai arti dan interpretasi dari gambaran khusus

aktivitas perkotaan.

Page 62: DAMPAK AGLOMERASI INDUSTRI TERHADAP PERSEBARAN …

44

Keterangan:

Pada lingkaran dalam (1) terletak pusat kota (central business district atau CBD) yang terdiri atas bangunan-bangunan kantor, hotel, bank, bioskop, pasar, dan toko pusat perbelanjaan); Pada lingkaran tengah pertama (2) terdapat jalur

alih: rumah-rumah sewaan, kawasan industri, dan perumahan buruh; Pada lingkaran tengah kedua (3) terletak jalur

wisma buruh, yakni kawasan perumahan untuk tenaga kerja pabrik; golongan atas, Pada lingkaran luar (4) terdapat

jalur madyawisma, yakni kawasan perumahan yang luas untuk tenaga kerja halus dan kaum madya (middle class); Di luar lingkaran (5) terdapat jalur penglajon

(jalur ulak-alik): sepanjang jalan besar terdapat perumahan masyarakat golongan madya.

Keterangan:

Pada lingkaran pusat terdapat pusat kota atau CBD (1); Pada sektor tertentu terdapat kawasan industri

ringan dan kawasan perdagangan (2); Dekat pusat kota dan dekat sektor tersebut di

atas, pada bagian sebelah-menyebelahnya, terdapat sektor murbawisma, yaitu kawasan tempat tinggal kaum murba atau kaum buruh (3); Agak jauh dari pusat kota dan sektor industri

serta perdagangan , terletak sektor madyawisma (4); Lebih jauh lagi terdapat sektor adiwisma,

kawasan tempat tinggal golongan atas (5).

Sumber: P. Sitorus, Teori Lokasi Industri, (Jakarta: Trisaki, 1997), h. 150.

Gambar 2.7

Concentric Zone Theory

Sumber: P. Sitorus, Teori Lokasi Industri, (Jakarta: Trisakti, 1997), h. 150

Gambar 2.8

Sector Theory

Page 63: DAMPAK AGLOMERASI INDUSTRI TERHADAP PERSEBARAN …

45

Menurut Yunus dalam Abdullah Memahami “ekspresi keruangan dari

perkembangan bentuk kota sangat berguna dalam memahami penggunaan

tanah (land use)”. Karena land use kekotaan itu sendiri pada hakikatnya

merupakan pencerminan dari fungsi-fungsi bangunan dan jaringan jalan yang

ada pada areal tertentu (Ada beberapa ekspresi keruangan dari morfologi kota

dengan berbagai kondisi yang melatarbelakangi pembentukannya.

Keterangan:

Pusat kota/CBD (1); Kawasan niaga dan industri

ringan (2); Kawasan murbawisma, tempat

tinggal berkualitas rendah (3); Kawasan madyawisma, tempat

tinggal berkualitas menengah (4); Kawasan adiwisma, tempat

tinggal berkualitas tinggi (5); Pusat industri berat (6); Pusat niaga/perbelanjaan lain di

pinggiran (7); Upakota, untuk kawasan

madyawisma dan adiwisma (8); Upakota (suburb) untuk kawasan

industri (9).

Sumber: P. Sitorus, Teori Lokasi Industri, (Jakarta: Trisakti, 1997), h. 150

Gambar 2.9

Multiple Nucley Theory

Page 64: DAMPAK AGLOMERASI INDUSTRI TERHADAP PERSEBARAN …

46

Page 65: DAMPAK AGLOMERASI INDUSTRI TERHADAP PERSEBARAN …

47

Sumber: Daldjoeni, Geografi Baru, (Bandung, Alumni, 1997), h. 157

Gambar 2.10

Pola Pembentukan Perkotaan

Page 66: DAMPAK AGLOMERASI INDUSTRI TERHADAP PERSEBARAN …

48

G. Faktor Aglomerasi Industri Dalam Geografi Industri, macam-macam industri, penduduk dengan mobilitas dan

aktivitasnya memberikan gambaran bagaimana sulitnya menerapkan tata ruang

yang bukan hanya nyaman akan tetapi menciptakan lingkungan yang ideal.

Ideal dalam arti keseimbangan dari sudut pandang segala arah baik dari segi

geografi fisik (hidrosfer, litosfer, tata guna lahan dan lainnya), dari arah

geografi sosial (hubungan industri terhadap perkembangan manusia, kebijakan

pemerintah terhadap pembangunan Industri dan dan lainnya).

Dari segala kemungkinan yang terjadi dapat ditarik benang merah

akar dari permasalahan yaitu apa saja faktor aglomerasi industri dan bagaimana

yang seharusnya ideal, serta apa yang akan terjadi jika ada penyimpangan di

salah satu faktor yang seharusnya dijalankan dengan sesuai aturan, di sini akan

terlihat seberapa persentase kurang tertatanya tata ruang kota yang diakibatkan

oleh aktivitas industri dan bagaimana juga dengan pemukiman sekitar kawasan

industri.

Di samping itu pertumbuhan dan pembangunan dari kaca mata

geografi dapat dilihat dari segi fisis dan non - fisis.42 Sekiranya faktor fisik

dapat diperhatikan seperti kondisi tanah, air, morfologi, iklim, dan sumber daya

alam yang ada dalam lapisan-lapisan kulit bumi. Nonfisik dapat dilihat seperti

kondisi kependudukan, ekonomi, budaya, politik dan hal-hal yang erat

hubungannya dengan perilaku kehidupan manusia.

Dilihat dari wilayah pasarnya (Market area) aglomerasi terjadi dari

keputusan pasar dalam melakukan pengembangan model monopolis.43

Keputusan lokasi individual pada akhirnya mengundang pesaing lain yang

mengakibatkan wilayah pasar berkembang lebih luas dan kompleks yang pada

gilirannya membentuk suatu jaringan, hierarki dan sistem perkotaan.

Melihat aglomerasi yang ada, terdapat pula suatu faktor yang bertolak

belakang dengan aglomerasi. Suatu kota lambat laun akan tidak mengalami

42 Nursid S, Geografi Pembangunan, (Jakarta: Departeman Pendidikan dan Kebudayaan,

1988), h. 32. 43 Iwan Nugroho, Pembangunan Wilayah, (Jakarta: LP3S, 2012), h. 28.

Page 67: DAMPAK AGLOMERASI INDUSTRI TERHADAP PERSEBARAN …

49

aglomerasi berkelanjutan karena faktor-faktor seperti kenaikan jumlah

penduduk pada suatu kota, kenaikan pendapatan pada suatu kota, dan adanya

kenaikan biaya Transport yang pada akhirnya menggeser perkotaan dan terjadi

relokasi-relokasi lokal industri.

Kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan bagi tiap industri dan setiap

cabang industri lainnya menjadi salah satu faktor yang menjadi perhitungan

dalam pendirian suatu industri. Dalam hal ini berarti tidak seterusnya faktor-

faktor industri menjadi dasar dari pendirian suatu industri, in practice,

enterprise locational decisions are based not on the impact of a single selected

industrial factor but on the interplay and balance of a number of

considerations.44 Dimana dalam prakteknya, keputusan lokasi perusahaan tidak

didasarkan pada dampak dari faktor industri saja yang dipilih tetapi pada

interaksi dan keseimbangan dari sejumlah pertimbangan salah satunya adalah

kebijakan tersendiri yang dimiliki bagi setiap cabang industri.

H. Urbanisasi Urbanisasi merupakan laju bertambahnya penduduk perkotaan, karena

adanya arus perpindahan (migration) penduduk yang umumnya berasal dari

desa. Perkotaan tak lepas dari adanya arus urbanisasi. Ibukota Jakarta dari

tahun ketahuan terus mengalami peningkatan urbanisasi, sebagai pusat dari

suatu negara berkembang pada umumnya mengalami fenomena yang hampir

sama. Jalannya urbanisasi di perkotaan pada awalnya dibawah seperlima

(19,5%), tahun 1980 urbanisasi mencapai lebih dari dua-per-lima (41,3%), dan

menjelang sampai tahun 2000 menurut perkiraan akan melampaui separuh

(51,3%)45

Di negara maju, kawasan kota menyerap hampir dua-per-tiga (64,6%)

dari pertambahan penduduk keseluruhan antara tahun 1920-1930. Antara 1970

dan 1980, pertambahan penduduk kota yang sebenarnya lebih dari

44 Fellmann Getis, Human Geography Landscapes Of Human Activities, (Amerika USA:

McGraw-Hill Companies, 1999), h. 320. 45 Philip M. Hauser, dkk, Penduduk dan Masa Depan Perkotaan, (Jakarta: Yayasan Obor

Indonesia, 1985), h. 18.

Page 68: DAMPAK AGLOMERASI INDUSTRI TERHADAP PERSEBARAN …

50

pertambahan penduduk keseluruhan, hal ini jelas akibat arus penduduk dari

pedesaan ke perkotaan.46 Dari kenyataan yang ada jelas pertambahan penduduk

serta persebarannya akan berkembang pesat di perkotaan. Adapun berdasarkan

penelitian yang dilakukan oleh para ahli, faktor-faktor yang mendorong arus

penduduk dari pedesaan ke perkotaan PBB menekankan terdapat tiga faktor

sebagai berikut:

1) Tingkat pendapatan perorangan meningkat.

2) Pertambahan pendapatan cenderung dibelanjakan terutama untuk barang-

barang bukan pertanian.

3) Produksi dan konsumsi lebih berdayaguna di perkotaan.47

Penduduk dunia makin lama semakin banyak yang tinggal di kota.48

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melaporkan bahwa hampir separuh

penduduk dunia tinggal di wilayah perkotaan. Bukan hanya industri saja yang

beraglomerasi dalam satu kawasan, akan tetapi penduduk pun akan

beraglomerasi pada satu kawasan yang biasanya berstatus kota besar atau

Megapolitan yang cenderung dipenuhi oleh para urban yang tiap waktu relatif

meningkat.

Tabel 2.3

Aglomerasi Kota Terbesar di Dunia dan ASEAN, 1950-2015

Aglomerasi/negara 1950 1975 2000 Proyeksi

2015 R JP R JP R JP R JP

New York, AS 1 12.338 2 15.880 3 17.846 6 19.717 Tokyo, Jepang 2 11.275 1 26.615 1 34.450 1 36.214 London, Inggris 3 8.361 14 7.546 26 7.628 Tda Tda Paris, Prancis 4 5.424 9 8.630 21 9.693 22 10.008 Moskow, Rusia 5 5.356 12 7.623 17 10.103 21 10.934 Mumbai, India 17 2.981 15 7.347 5 16.086 2 22.645 Delhi, India tda tda 25 4.426 9 12.441 3 20.946 Mexico City, 20 2.883 4 10.690 2 18.066 4 20.647

46 Ibid, h. 20. 47 Ibid, h. 25 48 Mudrajad. K, Ekonomika Pembangunan, (Jakarta: Erlangga, 2010), h. 154.

Page 69: DAMPAK AGLOMERASI INDUSTRI TERHADAP PERSEBARAN …

51

Mexico Sao Paulo, Brasil 27 2.313 6 9.614 4 17.099 5 19.963 Jakarta, Indonesia tda tda 23 4.813 12 11.018 8 17.498 Metro, Filipina tda tda 22 4.999 19 9.950 16 12.637

Sumber: Kuncoro, Ekonomika Pembangunan, (Jakarta: Erlangga, 2010)

Keterangan:

R= Range (peringkat)

JP= Jumlah Penduduk

tda= Tidak ada data

Pada tabel di atas aglomerasi penduduk dunia dari tahun 1950-2015

dilihat mengalami fluktuatif pada setiap masanya. Di sini yang menarik dan

patut dipahami lebih dalam adalah negara Indonesia yang mana pada tabel di

wakili Jakarta yang setiap masanya menaiki peringkat dari peringkat 23 (tahun

1975), peringkat 12 (tahun 2000), dan di proyeksikan peringkat ke 8 (tahun

2015) umumnya masyarakat Indonesia menjadikan Jakarta sebagai Central of

Money.

Perpindahan atau migrasi penduduk atau migrasi, adalah aliran

sumberdaya terpenting sebagai penentu pembangunan wilayah.49 Beberapa

alasan yang mendasar bahwa penduduk migrasi sebagai sumber daya

terpenting pertama, penduduk atau migran adalah pusat dari seluruh rakyat

(subyek dan obyek). Kedua, keadaan kependudukan dan dinamika alirannya

mempengaruhi dinamika pembangunan. Ketiga, dampak perubahan dinamika

kependudukan baru terasa dampaknya dalam jangka panjang.

Pertumbuhan Indonesia dalam bidang industri yang dikenal dengan

negara Dunia Kedua, merupakan kelompok negara industri Eropa, kelompok

negara Timur lebih rendah setingkat dibanding dengan industri negara pertama.

Indonesia memiliki ciri di pembangunan industri Dunia Kedua ini, dimana

peranan pemerintah masih sangat besar, pembangunan proyek vital masih

49 Iwan Nugroho, Pembangunan Wilayah, (Jakarta: LP3S, 2012), h. 107.

Page 70: DAMPAK AGLOMERASI INDUSTRI TERHADAP PERSEBARAN …

52

dipegang pemerintah, kolektivitas dalam melaksanakan pekerjaan dan

pembangunan, insentif kerja bagi buruh yang rendah, bercirikan multietnis

penduduk merupakan ciri khas pembangunan wilayah ini.

Dalam kajian ini peneliti mencoba mencari kisaran besaran arus

urbanisasi dari tahun-tahun terakhir dan berupaya menginterpretasikannya

dalam bentuk olahan data yang validitas dan dapat menjadi gambaran lokasi di

masa yang akan datang.

I. Pola Yang Mempengaruhi Lahan di Perkotaan Berhubungan dengan konsep aglomerasi industri, perkotaan

terintervensi oleh kegiatan pasar yang ada. Pada awalnya beroperasi hanya satu

perusahaan, sebagai monopolis akan tetapi karena beberapa faktor yang ada di

pasar seperti biaya angkut, transportasi dan beban lainnya hingga pada

akhirnya muncul jenis usaha dan industri baru.

Konsep dan model dasarnya berkembang dari terbentuknya wilayah

pasar secara spasial berlandaskan kaidah permintaan (ekonomi) hasil dari

aktivitas suatu ekonomi.50 Dari sini sistem perkotaan terpola jikalau

berlandaskan dengan pasar industri maka akan tersebar di sekitar Central

industri yang ada dengan keperluan konsumsi ataupun membuka usaha yang

berelasi dengan usaha yang ada di lokasi tersebut.

Karena keputusan lokasi individual tersebut pada akhirnya

mengundang pesaing lain yang mengakibatkan wilayah pasar berkembang

lebih luas dan kompleks yang pada gilirannya membentuk suatu jaringan,

hierarki dan sistem perkotaan. Pada akhirnya keterkaitan di antara komponen-

komponen di dalam sistem perkotaan dan struktur ekonomi diuraikan dalam

pembahasan aglomerasi.

50 Iwan Nugroho, Pembangunan Wilayah, (Jakarta: LP3S, 2012), h. 28.

Page 71: DAMPAK AGLOMERASI INDUSTRI TERHADAP PERSEBARAN …

53

J. Pencemaran Industri Pembangunan merupakan upaya sadar untuk mengelola dan

memanfaatkan sumber daya guna meningkatkan mutu kehidupan rakyat.51

Peningkatan pelaksanaan pembangunan melalui pendirian industri strategis dan

industri pendukung lainnya memaksa manusia menghadapi sisi lain dari

nikmatnya pembangunan, yaitu pencemaran yang berasal dari polutan dari

polusi proses perindustrian yang ada.

Penting sekali bagi setiap perusahaan yang hendak mendirikan suatu

unit usaha membuat perencanaan awal akan dampaknya terhadap lingkungan

hidup.52 Dengan adanya kajian awal terhadap lingkungan berarti unit usaha

sudah berusaha menerapkan AMDAL guna menciptakan industri yang sehat.

Pencemaran baik air, udara, tanah, dan suara merupakan satu fenomena yang

seharusnya dapat diatasi atau di minimalisir oleh setiap unit usaha melalu peran

AMDAL di dalamnya.

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), terlahir dengan

diundangkannya undang-undang tentang lingkungan hidup di Amerika Serikat,

National Enviromental Policy Act (NEPA), pada tahun 1969 dan berlaku sejak

tanggal 1 Januari 1970.53 Perhatian setiap unit usaha akan lingkungan yang

berkelanjutan hakikatnya berusaha memahami keberlangsungan kehidupan

masa depan lingkungan beserta manusia yang ada di dalam lokasi industri dan

daerah sekitarnya. Karena sebenarnya patut manusia sadari dan pahami

sesungguhnya kerusakan di bumi ini tidak lain karena usaha mereka sendiri

seperti di kutip dalam Al Qur’an Surat Ar Rum ayat 41-42, sebagai berikut:

Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). Katakanlah (Muhammad), “Berpergianlah di bumi lalu lihatlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mempersekutukan (Allah). (Q.S Ar Rum (30) : 41-42.54

51 P. Sitorus, Teori Lokasi Industri, (Jakarta: Universitas Trisakti, 1997), h. 162. 52 Ibid. 53 O. Soemarwoto, Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, (Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press, 1999), h. 1. 54 Al Qur’anulkarim.

Page 72: DAMPAK AGLOMERASI INDUSTRI TERHADAP PERSEBARAN …

54

K. Sinopsis

Industri seperti pada penjelasan sebelumnya, merupakan salah satu

faktor penting dalam pembangunan suatu wilayah. Pembangunan wilayah

tentunya berkaitan erat dengan pertumbuhan wilayah, dimana pembangunan

wilayah dilihat dari fisik bangunan yang ada dengan kriteria tertentu dan

pertumbuhan dilihat dari bagaimana pertambahan dan arus penduduk serta

kualitasnya pada suatu wilayah. Kota Jakarta sebagai pusat kegiatan

pemerintahan dan perekonomian Indonesia memberikan ruang yang berbeda

dibandingkan dengan wilayah lainnya.

Semakin pesat pertumbuhan Industri semakin banyak pula penyerapan

tenaga kerja yang dibutuhkan. Tenaga kerja yang dibutuhkan tentunya

berjumlah cukup banyak disesuaikan dengan berbagai macam klasifikasi

industri yang ada. Data kependudukan yang ada memberikan gambaran yang

semakin meningkatnya kuantitas jumlah penduduk di wilayah sekor industri,

seperti yang terjadi di Kecamatan Cilincing perkembangan industri di wilayah

tersebut memaksa beberapa lahan penduduk dibebaskan untuk memenuhi

alokasi industri yang ada bahkan sampai memperluas daratannya melalui

penimbunan daerah pesisir.

Jika industri berkaitan dengan distribusi penduduk, maka tentunya

berkaitan pula dengan laju perpindahan penduduk (migration). Migrasi yang

terjadi di perkotaan tidak lain adalah laju urbanisasi yaitu pembengkakan

penduduk dikarenakan perpindahan penduduk dari desa ke kota. Jika Ibukota

menjadi pusat berkumpulnya penduduk dikarenakan salah satu faktornya

adalah terjadinya aglomerasi industri tentunya berdampak dan mempengaruhi

sektor kependudukan dan aktivitas di dalamnya. Industrialisasi dan dampaknya

terhadap kependudukan sekiranya yang dikaji pada penelitian ini.

Pembagian wilayah pertumbuhan ekonomi pada daerah tertentu

mendorong adanya pembangunan di daerah yang ditetapkan, adanya

pembangunan ekonomi menjadi magnet adanya perpindahan penduduk,

memang tidaklah sesederhana dalam suatu pemikiran, akan tetapi pertumbuhan

diiringi dengan pembangunan tentunya mengarah pada perkembangan wilayah

Page 73: DAMPAK AGLOMERASI INDUSTRI TERHADAP PERSEBARAN …

55

pada masa selanjutnya, dan pada akhirnya teori perkembangan kota akan

terlihat.

L. Hasil Penelitian Relevan Beberapa penelitian yang terdapat kaitannya dengan penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Penelitian oleh Dwike Wijayanti pada tahun 2003 dengan judul Faktor-

Faktor yang Berpengaruh terhadap perubahan Penggunaan Lahan di

Kecamatan Depok Kabupaten Sleman (UNDIP). Penelitian tersebut

bertujuan menghasilkan analisis perilaku penduduk di Kecamatan Depok

serta mengkaji faktor-faktor yang berpengaruh terhadap percepatan proses

perubahan penggunaan lahan. Metode yang digunakan adalah metode

deskriptif dengan teknik analisis Crostab dan Chi Square. Persamaan

dengan penelitian ini adalah terletak pada analisis terkait dengan lahan

(ruang) dengan metode yang sama yaitu deskriptif, adapun perbedaannya

terletak pada tekniknya yaitu Crostab dan Chi Square sedangkan penelitian

ini hanya dengan teknik sampel. Hasil dari penelitian adalah mayoritas

lahan yang responden dimiliki dengan cara jual beli yaitu sebesar 78%

dengan mayoritas responden PNS sebanyak 45%, perguruan tinggi

sebanyak 54%, dari pembelian lahan mayoritas difungsikan sebagai lahan

usaha, mayoritas yang memanfaatkan lahan usaha merupakan responden

dengan tingkat pendidikan tinggi, lahan yang tersedia dengan harga relatif

murah berada di kawasan pinggiran kota.55

2. Penelitian oleh Iwan Setiarto pada tahun 2003 dengan judul Studi

Identifikasi Faktor-Faktor Penentu Lokasi Industri Besar-Sedang di

Kota Semarang (UNDIP). Penelitian tersebut bertujuan menghasilkan

identifikasi faktor-faktor yang dominan dalam menentukan lokasi industri

besar dan sedang di Kota Semarang. Pendekatan yang digunakan adalah

55 Dwike Wijayanti, “Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Perubahan Penggunaan Lahan di Kecamatan Depok Kabupaten Sleman”, Tesis pada Pascasarjana UNDIP Semarang, Semarang, 2003, tidak dipublikasikan.

Page 74: DAMPAK AGLOMERASI INDUSTRI TERHADAP PERSEBARAN …

56

pendekatan prilaku pengusaha dengan menggunakan analisis pembobotan

untuk mengetahui referensi dari masing- masing jenis industri. Persamaan

dengan penelitian ini terletak pada objek kajiannya yaitu sebaran industri

pada suatu wilayah, akan tetapi perbedaan penelitian tersebut terletak pada

teknik pengumpulan data serta tidak terlalu fokus pada pemukiman. Hasil

penelitian bahwa industri yang berkembang di Kota Semarang di dukung

oleh kebijakan pemerintah serta warga sekitar kawasan industri,

perbandingan yang ada antara industri besar-sedang terdapat selisih yang

tidak begitu jauh yaitu 5,2%. 56

3. Penelitian oleh Abdullah pada tahun 2010 dengan judul Pengaruh

Perkembangan Industri Terhadap Pola Pemanfaatan Lahan di

Wilayah Kecamatan Bergas. Penelitian ini bertujuan mengkaji pengaruh

perkembangan industri terhadap perubahan pola pemanfaatan lahan.

Persamaan dengan penelitian ini terletak pada salah satu kajian

penelitiannya yaitu mengenai industri serta sebaran pola lahan akibat dari

persebaran industri, perbedaannya terletak pada lokasi serta teknik

pengumpulan data. Hasil dari penelitian bahwa industri Kecamatan Bergas

didominasi oleh industri makanan dan minuman, perkembangan industri di

wilayah Kecamatan Bergas disebabkan tingginya penerimaan masyarakat

terhadap pembangunan industri, perkembangan industri di Kecamatan

Bergas telah menyebabkan terjadinya konversi lahan pertanian menjadi

lahan industri. 57

56 Iwan Setiart, “ Studi Identifikasi Faktor-faktor Penentu Lokasi Industri Besar-Sedang di Kota Semarang”, Disertasi sekolah Pascasarjana UNDIP Semarang, Semarang, 2003, tidak dipublikasikan. 57 Abdullah, “Pengaruh Perkembangan Industri Terhadap Pola Pemanfaatan Lahan di Wilayah Kecamatan Bergas”, Tesis pada Pascasarjana UNDIP Semarang, Semarang, 2010, tidak dipublikasikan.

Page 75: DAMPAK AGLOMERASI INDUSTRI TERHADAP PERSEBARAN …

57

Page 76: DAMPAK AGLOMERASI INDUSTRI TERHADAP PERSEBARAN …

58

Page 77: DAMPAK AGLOMERASI INDUSTRI TERHADAP PERSEBARAN …

59

M. Kerangka Berpikir Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah

atau barang setengah jadi menjadi barang jadi barang jadi yang memiliki

nilai tambah untuk mendapatkan keuntungan. Industri merupakan suatu

bentuk kegiatan masyarakat sebagai bagian dari sistem perekonomian atau

sistem mata pencaharian dan merupakan suatu usaha manusia dalam

menggabungkan atau mengolah bahan-bahan dari sumber daya lingkungan

menjadi barang yang bermanfaat bagi manusia. Industri di dunia ini akan

terus mengalami beragam inovasi yang terus dikembangkan hingga menjadi

suatu terobosan-terobosan sesuai dengan impian manusia.

Seiring proses industrialisasi berjalan maka semakin memberikan

pengaruh besar bagi wilayah lokasi industri. Industri mengalami

perkembangan berarti akan banyak membutuhkan tenaga kerja, jika dalam

satu wilayah ruang yang ada belum mencukupi maka perusahaan akan

menarik tenaga kerja yang berasal dari daerah lain.

Tidak hanya permasalahan tenaga kerja saja yang ada dalam

industri akan tetapi penentuan lokasi juga menentukan keberlangsungan

industri itu sendiri. Pada hakikatnya penentuan lokasi suatu industri tidak

terlepas dari proses produksi maupun lokasi pasar yang akan dilayani

perusahaan. Proses produksi mencakup penentuan jenis bahan baku dan

faktor produksi lainnya maupun perbandingan dalam mempergunakannya.

Jumlah bahan baku ditentukan oleh skala produksi yang ada pada dirinya.

Banyaknya produksi dipengaruhi oleh luas pasar yang akan dilayani oleh

aktivitas produksi.

Fenomena yang terbentuk dari lokasi industri yang umumnya

menyatu pada satu kawasan maka akan membentuk satu pola sentralisasi

industri yaitu dengan istilah aglomerasi industri. Aglomerasi sebagai

konsentrasi spasial atas aktivitas ekonomi di kawasan perkotaan karena

“Penghematan akibat lokasi yang berdekatan (economies of proximity) yang

diasosiasikan dengan kluster spasial perusahaan, para pekerja, dan

konsumen. Gejala besar di dalam aglomerasi berkaitan dengan wilayah

Page 78: DAMPAK AGLOMERASI INDUSTRI TERHADAP PERSEBARAN …

60

pasar. Pertama, bertemunya dua atau lebih aktivitas ekonomi yang berbeda.

Dalam kasus ini, ukuran wilayah pasar masing-masing produsen menjadi

tidak berarti karena dengan aglomerasi maka wilayah pasar (real outer

Orange) cenderung menyatu. Kedua, bertemunya dua atau lebih aktivitas

ekonomi yang sama.

Dalam wilayah pasar sendiri mempunyai tujuan ke konsumen yaitu

penduduk. Lahan dengan perbedaan konsep industri akan memberikan

karakteristik pola pemukiman yang berbeda antara satu dengan yang lain. Di

antara pola tersebut yaitu dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti relief

bumi, keadaan tanah, keadaan iklim, keadaan ekonomi, dan kultur penduduk

yang nantinya akan membentuk pola seperti memusat, menyebar, dan

memanjang.

Keberadaan industri di kota merupakan karakter tersendiri yang

dimiliki oleh Kecamatan Cilincing Jakarta Utara. Kota adalah tempat yang

mempunyai prasarana kota, yaitu: bangunan besar- besar, banyak bangunan

perkantoran, jalan yang lebar-lebar, pasar yang luas-luas, beserta

pertokoannya, jaringan kawat listrik dan jaringan air minum, dan

sebagainya. Dengan pola keruangan kota yang terbentuk akan menimbulkan

skema migrasi tersendiri karena berbagai tuntutan hidup, munculah sebaran

penduduk yang membentuk pemukiman kawasan industri. Oleh karena itu

perlu adanya penjelasan mengenai dampak yang ditimbulkan dari

aglomerasi industri terhadap persebaran pemukiman Kecamatan Cilincing

Jakarta Utara.

Page 79: DAMPAK AGLOMERASI INDUSTRI TERHADAP PERSEBARAN …

61

Industri

Pengertian Industri Faktor Pendirian Industri Penentuan Lokasi Industri

Macam-macam Industri

Berdasarkan Bahan Baku Berdasarkan Tenaga Kerja Berdasarkan Produksi yang

Dihasilkan Berdasarkan Bahan Mentah Berdasarkan Lokasi Unit Usaha Berdasarkan Proses Produksi Berdasarkan Barang Yang Dihasilkan Berdasarkan Modal Yang Digunakan Berdasarkan Subjek Pengelola Berdasarkan Cara Pengorganisasian Berdasarkan Surat Keputusan Menteri

Perindustrian

Aglomerasi Industri

Pengertian Aglomerasi Gejala Aglomerasi Aglomerasi Dalam Konsep

Geografi

Cilincing

Penduduk Analisa Penduduk Relief Bumi Keadaan Tanah Keadaan Iklim Keadaan Ekonomi Kultur Penduduk

Dampak Aglomerasi Industri Terhadap Penentuan Lokasi

Aktivitas Ekonomi Wilayah Pasar

Dampak Aglomerasi Industri Terhadap Persebaran Pemukiman Studi Kasus Kecamatan Cilincing Jakarta Utara

Gambar 2.11

Kerangka Berpikir

Sumber: Analisis Penulis

Page 80: DAMPAK AGLOMERASI INDUSTRI TERHADAP PERSEBARAN …

62

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian yang akan diteliti adalah kecamatan Jakarta Utara.

Wilayah Jakarta Utara yang merupakan bagian dari pemerintah daerah Khusus

Ibukota Jakarta, ternyata pada abad ke 5 justru merupakan pusat pertumbuhan

pemerintah kota Jakarta yang tepatnya terletak dimuara sungai Ciliwung di

daerah Angke. Saat itu muara Ciliwung merupakan Bandar Pelabuhan

Kerajaan Tarumanegara dibawah pimpinan Raja Purnawarman. Betapa penting

wilayah Jakarta Utara pada Saat itu dapat dilihat dari perebutan silih berganti

antara berbagai pihak, yang peninggalannya sampai kini dapat ditemukan

dibeberapa tempat di Jakarta Utara, seperti Kelurahan Tugu, Pasar Ikan dan

lain sebagainya.

Jakarta Utara memiliki luas daratan 154,01 km2 Wilayah Kecamatan

Cilincing Kota Administrasi Jakarta Utara sesuai dengan Peraturan Pemerintah

Nomor 45 Tahun 1974 Tentang Perubahan wilayah Kecamatan Cilincing Kota

Administrasi Jakarta Utara setelah pemecahan seluas 3.969,960 Ha dengan

batas-batas sebagai berikut :

1) Sebelah Timur berbatasan dengan Wilayah Kecamatan Taruma Jaya

Kabupaten Bekasi Jawa Barat.

2) Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Jawa 60.6 LS dan 116.2 BT.

3) Sebelah Barat berbatasan dengan Wilayah Kecamatan Koja.

4) Sebelah Selatan berbatasan dengan Wilayah Kecamatan Cakung Kotamadya

Jakarta Timur.

Page 81: DAMPAK AGLOMERASI INDUSTRI TERHADAP PERSEBARAN …

63

Kecamatan Cilincing terdiri dari 86 RW. Dan 997 RT. dengan tabel sebagai

berikut :

Tabel 3.1

Administrasi Kecamatan Cilincing

NO KELURAHAN JUMLAH/ RW JUMLAH/ RT

1. Kalibaru 14 172

2. Cilincing 10 133

3. Semper Timur 11 106

4. Semper Barat 17 246

5. Sukapura 12 118

6. Marunda 10 86

7. Rorotan 12 136

JUMLAH 86 997 Sumber: Kecamatan Cilincing

VISI : “Jakarta Yang Nyaman Dan Sejahtera Untuk Semua”

MISI :

1. Membangun tata kelola pemerintah yang baik dengan menerapkan kaidah-

kaidah “good governance”

2. Melayani masyarakat denan prinsip pelayanan prima

3. Memberdayakan masyarakat dengan prinsip oemberian otoritas pada

masyarakat untuk mengenali permasalahan yang di hadapi dan

mengupayakan pemecahan yang terbaik pada tahapan perencanaan,

pelaksanan, pengawasan dan pengendalian pembangunan.

4. Membangun sarana dan prasarana kota yang yang menjamin kenyamanan

dengan memperhatiksn prinsip pembangunan berkelanjutan.

5. Menciptakan lingkungan kehidupan kota yang dinamis dalam mendorong

pertumbuhan dalam kesejahteraan.

Page 82: DAMPAK AGLOMERASI INDUSTRI TERHADAP PERSEBARAN …

64

Adapun waktu yang dilakukan dalam penelitian sesuai dengan

instruksi Pemerintah Kotamadya Jakarta Utara yaitu dilakukan dimulai pada

tanggal 20 Juni 2014 sampai dengan 21 Agustus 2014.

B. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif. Peneliti

berusaha mengetahui objek penelitian yang menekankan makna dari hasil

penelitian yang dilakukan. Metode penelitian kualitatif, penelitian yang

berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada

objek alamiah, dimana peneliti sebagai instrumen kunci pengambilan sampel

sumber data dilakukan secara purposive dan snowbaal, teknik pengumpulan

dengan trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan

hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.1

Pada penelitian ini menggunakan analisis deskriptif. Analisis

deskriptif sendiri bertujuan untuk menggambarkan, meringkaskan berbagai

kondisi dan fenomena realitas sosial yang ada di masyarakat tentang fenomena

tertentu.2 Analisis deskriptif dalam penelitian ini digunakan pada tahap

identifikasi dan analisis karakteristik industri dan dampaknya kepada distribusi

penduduk dan respons lingkungan masyarakat di Kecamatan Cilincing, serta

identifikasi dari respon masyarakat sekitar industri terhadap fenomena

persebaran industri.

C. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian yang penulis lakukan yaitu dengan menggunakan

beberapa jenis data, seperti data primer maupun data sekunder. Data-data ini

diharapkan penulis dapat membantu dalam analisis data yang akan dijadikan

suatu karya ilmiah.

Menurut Narbuko dan Achmadi dalam Abdullah data merupakan gambaran mengenai suatu keadaan yang dikaitkan dengan tempat dan waktu. Kualitas data sangat ditentukan oleh kualitas alat pengumpul data. Apabila alat

1 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2012), h. 15. 2 Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 68.

Page 83: DAMPAK AGLOMERASI INDUSTRI TERHADAP PERSEBARAN …

65

pengumpul data yang digunakan valid, realibel dan objektif, maka kualitas data yang diperoleh juga akan sebanding.3

1. Jenis Data

Adapun jenis data dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan

data sekunder, dimana dua jenis data akan menghasilkan deskriptif dalam

penelitian ini. Adapun jenis data tersebut adalah sebagai berikut:

1) Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh pada wilayah studi

penelitian yang dilakukan. Data primer dalam penelitian ini dengan cara:

a. Observasi visual

Jenis data ini diperoleh melalui pengamatan objek yang diteliti secara

langsung di lapangan, yaitu lokasi industri dan persebaran pemukiman

pada wilayah penelitian.

b. Wawancara/interview

Esterberg (2002) mendefinisikan interview sebagai berikut. “a

meeting of two person do exchange information and idea through

question and responses, resulting in comunication and joint

constuction of meaning about a partikular topic”. Wawancara adalah

merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide

melalui tanya jawab, sehingga dapat dikontruksikan makna dalam

suatu topik tertentu.4 Dalam penelitian ini, wawancara yang dilakukan

peneliti ditujukan kepada pihak-pihak terkait, yaitu pemerintah, dan

masyarakat di sekitar industri dan penduduk di beberapa Kelurahan di

Kecamatan Cilincing.

c. Penyebaran kuesioner

Penyebaran kuesioner kepada responden dilakukan kepada

Masyarakat Kecamatan Cilincing tiap kelurahan yang tersebar di

3 Abdullah, “Pengaruh Perkembangan Industri Terhadap Pola Pemanfaatan Lahan di

Wilayah Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang”, Tesis pada pascasarjana UNDIP Semarang, Semarang, 2010, h. 22.

4 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2012), h. 317.

Page 84: DAMPAK AGLOMERASI INDUSTRI TERHADAP PERSEBARAN …

66

Kecamatan Cilincing baik yang tinggal lama atau baru di kawasan

tersebut.

2) Data Sekunder

Data sekunder dalam penelitian ini didapat melalui instansi yang

terkait dengan penelitian. Pengumpulan data sekunder dilakukan melalui

teknik dokumentasi, yaitu dengan mencatat sekaligus mempelajari data-

data statistik serta tata ruang yang erat dengan permasalahan yang

dibahas. Data sekunder dalam penelitian ini memberikan cerminan

kondisi umum wilayah studi, dimana diharapkan mampu melengkapi dan

memperdalam terhadap data primer dalam penelitian ini.

Tentunya data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari

Badan Pusat Statistik (BPS), data profil monografi Kecamatan Cilincing,

dan beberapa industri di Kecamatan Cilincing. Data yang akan dihasilkan

berupa data-data kependudukan, data-data perkembangan industri, dan

data profil wilayah Kecamatan Cilincing.

2. Sumber Data

Sumber data yang diambil melalui populasi dan sampel. Populasi dan

sampel didapat dari kegiatan yang dilakukan pada data primer dan data

sekunder, seperti observasi lapangan, wawancara, dan data kuesioner.

Responden dalam penelitian ini diambil melalui metode incindetal

sampling. Insidental sampling biasa dilakukan dalam menentukan sampel

dikarenakan populasi yang menjadi objek responden adalah individu-

individu yang sukar ditemui dengan berbagai alasan seperti sibuk, tidak mau

diwaancarai, dan sebagainya.5

D. Instrumen Pengumpulan Data Penelitian Pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran terhadap

fenomena sosial maupun alam. Dalam melakukan pengukuran diperlukan suatu

alat ukur dalam penelitian yang dalam hal ini disebut dengan instrumen

penelitian.

5 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Kencana, 2009), h. 116.

Page 85: DAMPAK AGLOMERASI INDUSTRI TERHADAP PERSEBARAN …

67

Instrumen penelitian dalam penelitian kualitatif dalam penelitianya

yang menjadi instrumen adalah peneliti itu sendiri. Dalam penelitian kualitatif

instrumen utamanya adalah peneliti sendiri yang kemudian dikembangkan

menjadi instrumen sederhana melalui perbandingan data observasi dan

wawancara. Peneliti terjun ke lapangan, melakukan pengumpulan data, analisis

dan kesimpulan.

Tabel 3.2

Instrumen Penelitian

No Indikator Pertanyaan

1 Memberikan gambaran dari

tersedianya industri apakah

sesuai dengan tenaga kerja yang

yang diinginkan oleh tiap industri

Apakah dalam keluarga

Bapak/Ibu/Sdr, ada yang bekerja di

industri (pabrik)?

2 Menunjukan keadaan masyarakat

akan persetujuan terhadap

industri yang ada

Apakah Bapak/Ibu/Saudara setuju

dengan adanya industri di sekitar

pemukiman yang Bapak/Ibu/Sdr

tinggal?

3 Mengetahui hubungan mengenai

persetujuan adanya industri

terhadap manfaatnya bagi

penduduk

Apakah menurut Bapak/Ibu/Sdr,

dengan adanya kawasan industri di

lingkungan ini memberikan

manfaat bagi keluarga

Bapak/Ibu/Sdr?

4 Memaparkan lebih detail

mengenai manfaat yang

dirasakan terkait adanya industri

Jika ya, apa kira-kira manfaat yang

dapat diperoleh dengan adanya

industri dikawasan ini? (tolong

ceritakan secara singkat manfaat

yang dapat diperoleh bagi keluarga

Bapak/Ibu/Sdr)

Page 86: DAMPAK AGLOMERASI INDUSTRI TERHADAP PERSEBARAN …

68

5 Memberikan data polusi dan

faktor yang tidak diterima oleh

masyarakat terkait adanya

industri yang dampaknya bagi

lingkungan

Jika tidak, apa kira-kira kerugian

akibat adanya industri di kawasan

ini? (tolong ceritakan secara singkat

kerugian yang dialami keluarga

Bapak/Ibu/Sdr)

6 Memastikan pemahaman

responden akan cakupan wilayah

penelitian

Sudah berapa lama

Bapak/Ibu/Saudara tinggal dirumah

ini?

7 Mengetahui antara banyaknya

tenaga kerja/responden yang

memiliki tempat tinggal sendiri

dengan yang mengontrak

Bagaimana status kepemilikan

rumah Bapak/Ibu/Sdr?

8 Mengetahui penggunaan

tanah/lahan apakah wilayah

tersebut sengketa (tak berijin)

ataukah berijin.

Apakah Bapak/Ibu/Sdr mempunyai

bukti kepemilikan atas bangunan

rumah/pekarangan.

9 Mengetahui kebenaran atas

kepemilikan lahan/tempat tinggal

Jika ya, sebutkan dalam bentuk

apa?

10 Memberikan gambaran

pemanfaatan lahan yang dimiliki

masyarakat sekitar industri

Selain untuk rumah, digunakan

untuk apakah sisa tanah pekarangan

yang Bapak/Ibu/Sdr miliki?

Sumber: Analisis Data

E. Teknis Analisis Data Tahapan analisis diperlukan sebagai arahan bagi peneliti dalam

melakukan analisis sehingga tujuan dari penelitian dapat tercapai. Tahapan

analisis yang dilakukan adalah menganalisis karakteristik industri di

Kecamatan Cilincing. Untuk menganalisis karakteristik perkembangan industri

Page 87: DAMPAK AGLOMERASI INDUSTRI TERHADAP PERSEBARAN …

69

di Kecamatan Cilincing akan di lakukan dengan menganalisis data hasil

observasi dan data sekunder yang berhubungan dengan perkembangan industri,

yang terdiri dari jenis industri, jumlah industri, jumlah tenaga kerja, serta lokasi

industri. Keluaran dari analisis ini adalah karakteristik perkembangan industri

di Kecamatan Cilincing, yang terdiri dari jenis industri yang berkembang, nilai

investasi dari industri, penyerapan tenaga kerja di sektor industri, dan

penyebaran penduduk di sekitar kawasan industri.

Pertumbuhan Industri, pola lokasi Industri dianalisis melalui faktor-

faktor yang menyebabkan berkembangnya industri di Kecamatan Cilincing.

Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan berkembangnya industri di

Kecamatan Cilincing akan digunakan data kuesioner dan hasil wawancara

terhadap aparat pemerintah dan akan dianalisis dengan pendekatan deskriptif

kualitatif. keluaran dari analisis ini faktor-faktor dominan yang menyebabkan

berkembangnya industri di Kecamatan Cilincing.

Khusus analisis peta dan pemetaan penelitian ini menggunakan

metode overlay, dimana menggabungkan beberapa sub peta atau peta khusus

sehingga menjadi satu keseluruhan peta yang dapat dibaca melalui legenda,

dengan bantuan alat seperti archview, google maps, dan google earth. Data-

data yang telah diperoleh melalui kuesioner diolah melalui tahap editing dan

tabulasi. Data yang terkumpul melalui angket kuesioner dianalisa secara

kualitatif dan kuantitatif melalui distribusi frekuensi dengan memberikan

prosentase, dalam hal ini penulis menggunakan rumus sebagai berikut:

F = f x 100%

N

Keterangan:

F = frekuensi yang sedang dicari prosentasenya

N = Number of Cases (jumlah frekuensi/banyaknya individu)

P = angka prosentase

Setelah perhitungan data, penulis mengkategorikan angka prosentase

hasil dari data yang muncul berdasarkan pembagian prosentase dari kuesioner

yang dibagikan kepada masyarakat, sebagai berikut:

Page 88: DAMPAK AGLOMERASI INDUSTRI TERHADAP PERSEBARAN …

70

0%-25% = Sebagian kecil

26%-60% = Sebagian besar

51%-75% = Hampir Seluruhnya

76%-100% = Seluruhnya.6

Sumber: Analisis Data

Gambar 3.1

Kerangka Analisis

6 Anas Sudjono, Pengantar Statistik Pendidikan (Jakarta: Rajawali Pers, 2000), h. 43.

Page 89: DAMPAK AGLOMERASI INDUSTRI TERHADAP PERSEBARAN …

71

BAB IV

ANALISIS DAMPAK AGLOMERASI INDUSRTRI

TERHADAP PERSEBARAN PEMUKIMAN

A. Gambaran Umum Kecamatan Cilincing

1. Letak Geografis dan Wilayah Administrasi Kecamatan Cilincing

Wilayah Kecamatan Cilincing Kota Administrasi Jakarta Utara

sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1974 tentang

perubahan wilayah, bahwa Desa Pusaka Rakyat masuk ke Kelurahan

Sukapura Kec. Cilincing Jakarta Utara wilayah Pemda DKI Jakarta dan

sesuai dengan SK Gubernur Provinsi DKI Jakarta nomor 1251 tahun 1986

tanggal 19 Juli 1986 tentang Pemecahan, Penyatuan batas, Perubahan Nama

yang sama/ lembaran penerapan Luas Wilayah Pemda DKI Jakarta, maka

Kecamatan Cilincing yang semula terdiri dari 5 Kelurahan berubah menjadi

7 Kelurahan.

Setelah ada 2 kelurahan yang dimekarkan menjadi Kelurahan

Semper Timur dan Semper Barat, serta Kelurahan Sukapura dimekarkan/

dipecah menjadi Kelurahan Sukapura dan Kelurahan Rorotan. Sehingga

menjadi 7 kelurahan. Adapun luas Kecamatan Cilincing seluas 3.969,960

Ha meliputi 26% dari luas daratan Jakarta Utara yaitu 154,11 km2 dengan

batas-batas sebagai berikut:

1) Sebelah Timur berbatasan dengan wilayah Kecamatan Taruma Jaya

Kabupaten Bekasi Jawa Barat.

2) Sebelah Utara berbatasan dengan laut Jawa 60.6 LS dan 116.2 BT.

3) Sebelah Barat berbatasan dengan wilayah Kecamatan Koja.

4) Sebelah Selatan berbatasan dengan wilayah Kecamatan Cakung

Kotamadya Jakarta Timur.

Page 90: DAMPAK AGLOMERASI INDUSTRI TERHADAP PERSEBARAN …

72

Dari lokasi-lokasi berbatasan yang ada sekiranya perbatasan

pertama sangat strategis yaitu dekat dengan wilayah bagian Jawa Barat

(Bekasi) yang sekiranya menjadi satu dari beberapa wilayah hinterland yang

tersedia untuk daerah Jakarta Utara. Perbatasan kedua adalah dekat dengan

sumber transportasi laut yang mana mampu mengoperasikan transportasi-

transportasi berat yang biasanya sering dilakukan bongkar muat peti kemas,

barang-barang ekspor maupun impor. Kecamatan Koja dan Kecamatan

Cakung menjadi bagian dari hierarki perkotaan dengan Cilincing sebagai

area industri Jakarta Utara.

Tabel 4.1

Wilayah Administrasi Kecamatan Cilincing

No Kelurahan Jumlah/ RW Jumlah/ RT

1 Kalibaru 14 172

2 Cilincing 10 133

3 Semper Timur 11 106

4 Semper Barat 17 246

5 Sukapura 12 119

6 Marunda 10 96

7 Rorotan 13 145

Jumlah 87 1017 Sumber: Kecamatan Cilincing Laporan Bulan Mei 2014

Dari tabel 4.1 terlihat wilayah yang masuk menjadi administrasi

Kecamatan Cilincing terdapat 7 wilayah administrasi dengan masing-

masing jumlah RW dan RT, dengan jumlah RW terbanyak adalah wilayah

Semper Barat sebesar 17 RW dan 246 RT dan yang terkecil adalah wilayah

Marunda sebesar 10 RW dan 96 RT. Sekiranya dapat di proyeksikan

keberadaan jumlah pemukiman di wilayah masing-masing.

Page 91: DAMPAK AGLOMERASI INDUSTRI TERHADAP PERSEBARAN …

73

Sumber: Analisis Data

Gambar 4.1

Peta Batas Wilayah Kecamatan Cilincing

2. Kependudukan Kecamatan Cilincing

Masyarakat Kecamatan Cilincing cukup heterogen, terdiri dari

berbagai Suku Bangsa antara lain Betawi, Sulawesi, Jawa Barat, Madura

dan sebagainya terlebih di Daerah Industri KBN banyak di datangi tenaga

kerja dari luar Jakarta bahkan dari luar Pulau Jawa, akan tetapi interaksi

0100200300

Sukapura Rorotan Marunda Cilincing SemperTimur

SemperBarat

Kalibaru

1 2 3 4 5 6 7

Data RT/RW Kecamatan Cilincing

RW RT

Page 92: DAMPAK AGLOMERASI INDUSTRI TERHADAP PERSEBARAN …

74

masyarakat cukup berjalan harmonis walaupun dengan latar belakang

budaya yang berbeda.

Sebagian besar masyarakat Cilincing sendiri berprofesi sebagai

guru, dan nelayan serta swasta dan urutan berikutnya sebagai pedagang dan

selanjutnya sebagai TNI/POLRI dan PNS dan lain-lainnya. Sekalipun dalam

data urutan guru dan nelayan menempati posisi awal, namun yang lebih

menarik adalah di daerah kecamatan Cilincing ini terdapat Industri Kawasan

Berikat Nasional yang mana tentu menyerap tenaga kerja yang sangat

banyak untuk menjalankan produktivitas perusahaan tersebut.

Tabel 4.2

Jumlah Kepala Keluarga dan Jumlah Penduduk Tiap Kelurahan

No Kelurahan Jumlah KK Penduduk L P L + P

1 Kalibaru 16.733 45.984 42.826 88.810 2 Cilincing 18.190 29.685 27.481 57.166 3 Sukapura 66.072 33.709 33.825 67.534 4 Semper Barat 88.085 40.244 38.479 78.723 5 Semper Timur 13.768 21.745 20.570 42.315 6 Rorotan 13.177 20.544 19.653 40.197 7 Marunda 6.635 11.760 10.952 22.712

Jumlah 222.660 203.671 193.786 397.457 Sumber: Laporan Kecamatan Cilincing Bulan Mei 2014

Dari tabel 4.2 terlihat daftar kelurahan Kecamatan Cilincing

lengkap dengan jumlah kepala keluarga dengan dua wilayah kelurahan yang

menjadi pusat persebaran terpadat yaitu Kelurahan Sukapura sebesar

29.67% dan Kelurahan Semper Barat sebesar 39.56% dan wilayah

kepadatan penduduk terkecil di Kecamatan Cilincing terdapat di kawasan

Marunda sebesar 2.97%.

Page 93: DAMPAK AGLOMERASI INDUSTRI TERHADAP PERSEBARAN …

75

Sumber: Analisis Data

Gambar 4.2

Peta Kepadatan Penduduk Tiap Kelurahan Cilincing (Analisis)

3. Sebaran Penduduk Kecamatan Cilincing

Dalam mengantisipasi pemusatan penduduk (Central Population

Area) Pemerintah Kecamatan Cilincing membuat kebijakan salah satunya

memberikan arahan kepada penduduk agar menempati wilayah-wilayah

administrasinya yang memiliki lahan sedikit terbangun dari segi fisiknhya

yaitu transmigrasi lokal. Sebaran dari transmigrasi yang ada sebelah selatan

Kecamatan Cilincing masih terdapat petani penggarap yang memanfaatkan

lahan untuk bercocok tanam, antara lain di Kelurahan Rorotan, Marunda,

Cilincing, dan Semper Timur.

Kecamatan Cilincing dengan luas wilayah sebesar 39,6996 km2

yang didiami sekitar 394.966 jiwa dengan tingkat kepadatan penduduk

setiap kilometer persegi yang hanya berkisar 9.948,87 jiwa berdasarkan

kelurahan terlihat belum tersebar merata.1 Dengan belum meratanya

pemukiman penduduk yang tersebar tentu ada beberapa faktor yang

mengakibatkan terbentuknya satu pola-pola tertentu seperti faktor peredaran

1 Statistik Daerah Kecamatan Cilincing 2013, BPS, h. 5.

Page 94: DAMPAK AGLOMERASI INDUSTRI TERHADAP PERSEBARAN …

76

ekonomi dan sumber – sumber pelayanan yang tersedia (sarana dan

prasarana, transportasi dan jasa lainnya).

Tabel 4.3

Kepadatan Penduduk Kecamatan Cilincing

Kelurahan Luas Wilayah

Jumlah Penduduk kepadatan Penduduk

(L+P) Sukapura 5,614 67.566 12.035,27 Rorotan 10,637 40.297 3.788,38 Marunda 7,9169 22.162 2.799,33 Cilincing 6,3125 54.623 8.653,15 Semper Timur 3,1615 39.946 12.635,14

Semper Barat 1,5907 82.709 51.995,35

Kalibaru 2,467 87.663 35.534,25 Total 39,6996 394.966 9.948,87

Sumber: Statistik Daerah Kecamatan Cilincing 2013, BPS.

Dari tabel 4.3 kepadatan penduduk Kecamatan Cilincing per

wilayah tersebar kurang merata, hampir tidak memiliki nilai kepadatan yang

sama. Penduduk dengan kepadatan terbesar terdapat pada wilayah Semper

Barat sebesar 51.995,35 jiwa dan dan wilayah dengan kepadatan terkecil

terdapat pada wilayah Marunda sebesar 2.799,33 jiwa dari total luas wilayah

39,6996.

Tabel 4.4

Kepadatan Penduduk Kotamadya Jakarta Utara, 2012

Kecamatan Luas Area Kepadatan Penduduk

Penjaringan 45,4057 6.385,28 Pademangan 11,9187 13.641,67 Tanjung Priok 22,5174 17.749,74 Koja 12,2544 25.700,89 Kelapa Gading 14,867 8.499,83

Page 95: DAMPAK AGLOMERASI INDUSTRI TERHADAP PERSEBARAN …

77

Cilincing 39,6996 9.948,87 Total 146,6628 11.512,66

Sumber: Jakarta Utara Dalam Angka, 2013.

Tabel 4.4 tersebut menerangkan peringkat dari setiap kecamatan di

lihat dari kepadatan penduduknya Kota Administrasi Jakarta Utara, data

tabel menjelaskan penduduk dengan Kepadatan terbesar terdapat pada

Kecamatan Koja sebesar 25.700,89 jiwa dan kepadatan penduduk terkecil

terdapat di Kecamatan Penjaringan sebesar 6.385,28 jiwa. Adapun Cilincing

mendapati urutan ke empat terpadat di kecamatan Jakarta Utara.

Sumber: Analisis Data

Gambar 4.3

Bagan Kepadatan Penduduk Jakarta Utara

Keunikan tersendiri khususnya wilayah yang masih dalam salah

satu Kotamadya Jakarta memiliki lahan tersisa seperti pertanian. tentunya

pertanian memiliki lahan yang kedepannya belum diketahui atau mungkin

sudah terencana akan menjadi lahan seperti apa. Apakah diisi dengan unsur

fisik atau mempertahankan seperti semula, akan tetapi tetap pemerintah

Kecamatan Cilincing memberikan sosialisasi bagi transmigran untuk

menuju kehidupan yang lebih baik.

4. Unsur Fisik Kecamatan Cilincing

Bangunan fisik adalah tempat berlindung yang mempunyai

dinding, lantai, dan atap baik tetap maupun sementara, baik digunakan

Kepadatan Tiap Kecamatan 2014

1 Penjaringan 2 Pademangan 3 Tanjung Priok

4 Koja 5 Kelapa Gading 6 Cilincing

Page 96: DAMPAK AGLOMERASI INDUSTRI TERHADAP PERSEBARAN …

78

untuk tempat tinggal maupun bukan tempat tinggal.2 Bangunan yang luas

lantainya kurang dari 10 m2 dan tidak digunakan untuk tempat tinggal

dianggap bukan bangunan fisik. Wilayah Kecamatan Cilincing dengan

komposisi penduduknya yang beragam dalam meningkatkan mutu kualitas

penduduknya telah disediakan beberapa fasilitas yang mungkin sekiranya

memberikan dampak kenyamanan penduduk yang secara tidak langsung

memberikan efek positif pada keberlangsungan ke depannya.

Korelasi kenyamanan dengan pemukiman tentu ada kaitan dengan

fasilitas, kenyamanan penduduk menempati satu kawasan pemukiman atau

perumahan melihat pula fasilitas yang sekiranya mereka butuhkan dan

jangkauannya terhadap fasilitas yang dimaksud tidaklah sulit, seperti

misalkan fasilitas fisik (tempat ibadah, gedung olahraga dan kesenian)

sebagai tempat mengadakan event tertentu atau hanya keperluan seperti

biasanya.

Tabel 4.5

Jumlah Sarana Olahraga dan Kesenian

No Kelurahan Jumlah Lembaga Jumlah

Sarana/Prasarana Olahraga Kesenian Olahraga Kesenian

1 Kalibaru 17 1 18 1 2 Cilincing 5 6 7 1 3 Semper Timur 20 1 26 1 4 Semper Barat 23 2 23 1 5 Sukapura 15 2 24 - 6 Marunda 9 4 8 1 7 Rorotan 15 3 15 -

Jumlah 104 18 121 5 Sumber: Laporan Kecamatan Cilincing Bulan Mei 2014

Tabel 4.5 di atas terdapat beberapa sarana olahraga dan kesenian

yang di peruntukan bagi masyarakat Kecamatan Cilincing yang tersebar di

2 Badan Pusat Statistik Republik Indonesia

Page 97: DAMPAK AGLOMERASI INDUSTRI TERHADAP PERSEBARAN …

79

beberapa wilayah. Tentunya persebaran fasilitas ini bukanlah satu ketiak

sengajaan melainkan satu langkah yang diambil dengan melihat beberapa

faktor seperti keadaan masyarakat setiap kelurahan dan keadaan

tanah atau lahan yang strategis. Fasilitas olahraga tersebar terbanyak berada

di wilayah Semper Barat sebesar 23 unit lembaga atau 22,11% dari total unit

yang ada dengan kesenian sebesar 2, sedangkan fasilitas olahraga tersebar

paling sedikit berada di wilayah Cilincing sebesar 5 unit lembaga atau

4,85% dari total unit yang ada dengan kesenian sebesar 6 unit lembaga.

Tabel 4.6

Data Sarana Peribadatan

No Kelurahan Jumlah

Masjid Langgar Protestan(Gereja) Katolik (Gereja)

1 Cilincing 11 20 6 2 Kalibaru 19 59 2 3 Semper Timur 14 23 2 4 Semper Barat 21 45 8 5 Sukapura 12 2 2 6 Marunda 7 34 7 Rorotan 11 22

Jumlah 95 205 20 Sumber: Laporan Kecamatan Cilincing Bulan Mei 2014

Dilihat dari tabel tersebut dijelaskan persebaran sarana peribadatan

di Kecamatan Cilincing baik masjid, langgar/mushola, dan juga gereja.

Tempat ibadah dibangun sama halnya dengan fasilitas lainnya yaitu dengan

melalui beberapa faktor yang pada akhirnya diputuskan untuk perlu

dibangun atau tidaknya tempat peribadatan di lokasi tersebut.

Page 98: DAMPAK AGLOMERASI INDUSTRI TERHADAP PERSEBARAN …

80

Tabel 4.7

Persebaran Peribadatan Jakarta Utara, 2012

Sumber: Jakarta Utara Dalam Angka, 2013

Secara keseluruhan Kecamatan Cilincing memiliki persebaran

peribadatan terbanyak dari enam kecamatan yang ada di administrasi

Kotamadya Jakarta Utara. Hal ini tentu menunjukan banyaknya kegiatan

penduduk dan segala macam aktivitasnya pada setiap masing-masing

kecamatan, semakin banyak jumlah unit yang terbangun tentu sedikit

menjelaskan semakin tinggi pula populasi penduduk yang ada di wilayah

tersebut.

Dari tabel persebaran peribadatan di Jakarta Utara nampak

Kecamatan Cilincing merupakan wilayah yang persebarannya terbanyak

sebesar 361 dari total peribadatan atau 25,28%, sedangkan persebaran

peribadatan yang paling sedikit pada Kecamatan Kelapa Gading sebesar 109

Unit atau 7,63% dari total unit peribadatan yang ada.

B. Perkembangan Industri Kecamatan Cilincing Industri di Jakarta Utara tentunya tidak selamanya bertambah,

perkembangan jumlah industri di Jakarta Utara memiliki karakteristik dan

sejarah perkembangan tiap masanya. Berada pada daerah lintang 060 -100-000

Lintang Selatan dan 1060-200-000 Bujur Timur dengan rata-rata ketinggian 0

s/d 2 meter di atas permukaan laut memberikan gambaran daerah Jakarta Utara

Kecamatan Masjid Mushola Gereja Pura Vihara Total Penjaringan 95 105 39 26 265 Pademangan 69 61 22 2 154 Tanjung Priok 127 7 46 180 Koja 88 257 10 1 3 359 Kelapa Gading 26 43 38 2 109 Cilincing 136 201 21 2 1 361 Jumlah 541 674 176 3 34 1428

Page 99: DAMPAK AGLOMERASI INDUSTRI TERHADAP PERSEBARAN …

81

yang berada di kawasan pesisir. Faktor primer dalam pendirian industri seperti

tanah (jenis dan karakter tanah) menjadi satu faktor dalam perkembangan

industri kedepannya.3

Tabel 4.8

Jumlah Perusahaan Besar/Sedang Kecamatan Cilincing, 2011

Sumber: Cilincing Dalam Angka, 2013.

Sebaran unit usaha Kecamatan Cilincing berdasarkan tabel 3.10

terbanyak berada di Kelurahan Sukapura sebesar 63 unit usaha atau 55,75%,

sedangkan unit usaha yang paling sedikit terdapat di tiga kelurahan, yaitu

Kelurahan Rorotan, Kelurahan Marunda, dan Kelurahan Semper Barat masing-

masing sebesar 1 unit usaha atau 0,88% dari total unit usaha yang ada di

Kecamatan Cilincing. Jika dikaji lebih dalam tentu ada penyebab dari

perbedaan sebaran industri yang ada di kawasan tersebut.

3 P Sitorus, Teori Lokasi Industri, (Jakarta: Universitas Trisakti, 1997), h. 129.

Kelurahan Jumlah Perusahaan

Jumlah Tenaga Kerja

Sukapura 63 54.058 Rorotan 1 35 Marunda 1 186 Cilincing 7 1.079 Semper Timur 6 1.926 Semper Barat 1 328 Kalibaru 34 2.709 Total 113 60.321

Page 100: DAMPAK AGLOMERASI INDUSTRI TERHADAP PERSEBARAN …

82

Tabel 4.9

Jumlah Industri Pengolahan Besar/Sedang Jakarta Utara, 2011

Sumber: Cilincing Dalam Angka, 2013

Jakarta Utara memiliki sebaran industri baik besar ataupun sedang

tersebar seperti terlihat pada tabel, Kecamatan dengan unit usaha terbanyak

terdapat pada Kecamatan Penjaringan sebesar 263 unit atau 48,88%, sedangkan

Kecamatan yang paling sedikit pada Kecamatan Koja sebesar 21 unit atau

3,90% dari total sebaran unit yang ada. Kecamatan Cilincing sendiri berada di

posisi kedua terbanyak setelah Kecamatan Penjaringan, yaitu sebesar 113 unit

atau 21,00% unit dari total sebaran unit usaha yang ada.

Semua sebaran baik fasilitas ibadah, penduduk, unit usaha industri dan

sarana serta prasarana lainnya terbentuk bukan hanya karena tanpa disengaja,

melainkan melalui tahapan-tahapan perubahan yang ada baik dari sifat yang

muncul akibat adanya akulturasi, asimilasi, atau bahkan modernisasi dan

westernisasi. Akan tetapi tentu di dalamnya terdapat satu komunitas yaitu

manusia yang terwujud sebagai masyarakat atau penduduk yang nampaknya

selalu ingin memperbaharui keadaan yang lebih baik lewat pembangunan yang

nyata.

C. Analisis Karakter Industri di Kecamatan Cilincing Jakarta Utara merupakan salah satu kotamadya dengan jumlah industri

terbanyak di antara kotamadya lainnya. Dengan keberadaan industri yang

cukup banyak dan pusat transaksi ekspor-impor di Jakarta dengan wilayah

Kecamatan Industri Besar/sedang Tenaga Kerja Penjaringan 263 31.602 Pademangan 56 5.276 Tanjung Priok 59 46.546 Koja 21 722 Kelapa Gading 26 5.963 Cilincing 113 60.321 Jumlah 538 150.430

Page 101: DAMPAK AGLOMERASI INDUSTRI TERHADAP PERSEBARAN …

83

KBN yang terdapat di beberapa titik mengharuskan pemerintah membuat

kebijakan yang tepat dengan memperhatikan berbagai aspek. Industri dengan

perkembangan seperti jenis industri, nilai investasi, tenaga kerja, hingga

dampaknya terhadap permukiman pada salah satu Kecamatan di Jakarta Utara

dibahas pada sub dibawah ini.

1. Jenis Industri

Jenis industri yang terdapat di Kecamatan Cilincing terdiri dari

industri tekstil, mesin, jasa pengerjaan logam, furnitur, karoseri, percetakan,

pengolahan, industri makanan dan minuman, industri kimia, dan industri

lainnya seperti sablon dan pengolahan hasil laut serta transportasi.

Keberadaan industri pengolahan sendiri menjadi ciri khas wilayah

Kecamatan Cilincing, karena usaha industri ini merupakan karakteristik

wilayah Kecamatan Cilincing yaitu wilayah pesisir yang mana hasil laut

menjadi usaha tersendiri dan mampu menyerap tenaga kerja bagi

masyarakat sekitar. Pusat industri di Kecamatan Cilincing sendiri berada di

Kelurahan Sukapura dan Kelurahan Cilincing hal ini dikarenakan di

kawasan tersebut terdapat Kawasan Berikat Nusantara (KBN).

S

Sumber: Jakarta Utara Dalam Angka, 2012, 2013, 2014

Gambar 4.4

Fluktuasi Industri Kec Cilincing 2012, 2013, 2014

Dari gambar 4.4 terlihat bagaimana jalannya industrialisasi di

Kecamatan Cilincing. Terkait dengan kebijakan yang ada di pemerintahan

2008

2010

2012

2014

1 2 3 4

Fluktuasi Industri Kecamatan Cilincing

Tahun Jumlah Industri

Page 102: DAMPAK AGLOMERASI INDUSTRI TERHADAP PERSEBARAN …

84

Jakarta Utara yang mana melalui wawancara pemerintah ingin merelokasi

daerah-daerah operasional industri-insdustri di Jakarta Utara termasuk

Kecamatan Cilincing dengan tujuan-tujuan tertentu. Semula dari tahun 2010

terdapat 125 industri dengan jumlah tenaga kerja 63.858 menjadi konstan

perlahan mengurangi areal operasional industri menjadi 113 di tahun 2011,

2012, 2013 dengan jumlah pekerja 60.321(2011), dan 60.315 (2012), serta

60.315 (2013).

Page 103: DAMPAK AGLOMERASI INDUSTRI TERHADAP PERSEBARAN …

85

Page 104: DAMPAK AGLOMERASI INDUSTRI TERHADAP PERSEBARAN …

86

Page 105: DAMPAK AGLOMERASI INDUSTRI TERHADAP PERSEBARAN …

87

Page 106: DAMPAK AGLOMERASI INDUSTRI TERHADAP PERSEBARAN …

88

Dari tabel 4.10 terlihat berbagai macam jenis usaha dilihat dari

produknya maka akan terlihat pula kemana arah tujuan perusahaan industri

tersebut dan mengarah ke konsep pendirian industri yang tergambar jelas

untuk meraih konsumen setinggi-tingginya. Dari data sekunder di dapat

sumber jumlah perusahaan industri di Kecamatan Cilincing sebanyak 113

industri dalam laporan Kecamatan Cilincing Dalam Angka. Akan tetapi data

di lapangan terdapat perusahaan industri yang mendapat ijin resmi dan

industri yang bergerak sendiri tanpa campur tangan atau laporan kepada

pemerintah setempat.

Jenis industri pada tabel 4.5 banyak berorientasi berdasarkan bahan

baku, pasar (market) serta tenaga kerja. Nampaknya perusahaan industri di

kecamatan Cilincing mengelami relokasi industri perlahan sehingga terlihat

nampak skala industri yang ada hanya industri rumah tangga, industri kecil,

dan industri sedang saja, akan tetapi kenyataan di lapangan masih ada

industri skala besar yang tentu perlahan indsutri tersebut merelokasi

industrinya hal ini terkait dengan kebijakan RTRW Kecamatan Cilincing

yang bersumber dari Kotamadya Jakarta Utara akan perihal pembatasan

wilayah operasional industri.

Sumber: Analisis Data

Gambar 4.5

Orientasi Perusahaan Industri

051015

0102030

Orientasi Perusahaan Industri

Orientasi Pasar

Orientasi Pasar dan Tenaga Kerja

Orientasi Pasar dan Bahan Baku

Orientasi Bahan Baku

Page 107: DAMPAK AGLOMERASI INDUSTRI TERHADAP PERSEBARAN …

89

Dari gambar 4.5 orientasi-orientasi industri terdapat 4 sektor yang

banyak dituju oleh tiap perusahaan industri. Seperti pasar, pasar dan tenaga

kerja, pasar dan bahan baku, serta bahan baku. Dari data yang di dapat

dominan perusahaan industri berorientasi pada pasar dengan jumlah 24

industri, disusul dengan pasar dan bahan baku dengan 13 industri, pasar dan

tenaga kerja dengan 8 industri dan terakhir adalah berorientasi pada bahan

baku dengan jumlah 3 perusahaan industri.

Tentunya dengan beragam jenis industri yang ada, semua industri

kenyataannya memiliki tujuan perusahaan mereka masing-masing ada yang

mencari keuntungan yang sebesar-besarnya, ada pula yang memiliki tujuan

ganda, serta ada yang berorientasi pasar juga berorientasi ke ranah sosial.4

2. Nilai investasi

Investasi yang didapat dari industri kecil dan menengah serta beberapa

industri skala sedang menawarkan masing-masing omset usaha yang

menarik dan nyatanya mampu bersaing dan meraup laba perbulannya

dengan omset yang luar biasa.

Kecamatan Cilincing salah satu kecamatan yang memiliki nilai

potensi tinggi. Kecamatan Cilincing mampu menyumbang anggaran

Pendapatan kotamadya melalui kegiatan industrinya baik skala kecil,

sedang, maupun menengah dengan rata-rata dari tahun ke tahun melebihi

kecamatan lainnya khususnya di bidang industri pengolahan.

S

u

m

b

S

u

Sumber: Sudin Perindustrian Jakarta Utara

Gambar 4.6

Investasi UMKM Kecamatan Cilincing Tahun 2014

4 M Teguh, Ekonomi industri, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2010), h. 9.

Page 108: DAMPAK AGLOMERASI INDUSTRI TERHADAP PERSEBARAN …

90

Dari gambar 4.6 dari UMKM yang ada di Kecamatan Cilincing

menyumbang 5.37% (di dapat dari rerata Anggaran Tahun 2012 dengan

total hasil industri UMKM 2014). Dari UMKM Kecamatan Cilincing

menyumbang 5.37% kepada Pemerintah Jakarta Utara tentunya belum

menghitung industri yang tidak memiliki izin atau belum memiliki izin akan

tetapi dampaknya terasa bagi sumbangsih pembangunan ekonomi mikro

jakarta Utara.

Dari gambar 4.6 industri dengan dominan investasi tertinggi dari

UMKM adalah pengolahan ikan asin dengan investasi sebesar 4.600.000.00

setiap bulannya dan investasi paling rendah adalah industri pengolahan

terasi sebesar 3.000.000.00 tentu sangat berperan dalam ekonomi

lingkungan sekitar.

Jakarta Utara sendiri melalui Kecamatan Cilincing mampu

menyumbang pendapatan provinsi sebesar 49,59% - 50 %.5 Di bidang

industri pengolahan yang Kecamatan Cilincing miliki menjadi point

tersendiri Kecamatan Cilincing dibanding dengan Kecamatan lainnya di

Jakarta Utara.

Sumber: Jakarta Utara Dalam Angka, 2013, 2014

Gambar 4.7

Kontribusi Jakarta Utara Kepada DKI Jakarta

5 PDRB Jakarta Utara 2008-2012, h. 57.

40,00%41,00%42,00%43,00%44,00%

2005

2010

2015

1 2 3 4 5

Kontribusi Jakarta Utara

Tahun Kontribusi (Prosentase)

Page 109: DAMPAK AGLOMERASI INDUSTRI TERHADAP PERSEBARAN …

91

Dari Prosentase dapat terlihat seberapa besar kontribusi Jakarta

Utara dalam ikut serta membangun wilayah DKI Jakarta dari aspek

pembangunan ekonomi. Data yang didapat adalah dari tahun 2007-2012,

menyajikan informasi pada tahun 2007 kontribusi jakarta Utara mengalami

kenaikan dengan prosentase 43,64% dan mengalami penurunan berkala di

titik terendah yaitu tahun 2010 sebesar 41,84%.

3. Penyerapan Tenaga Kerja

Seiring dengan perusahaan industri di Kecamatan Cilincing yang terus

membutuhkan tenaga manusia dalam pengelolaannya maka penduduk

Kecamatan Cilincing dari tahun ke tahun mengalami kenaikan jumlah

penduduk baik karena adanya pola urbanisasi maupun karena fertilitas

penduduk setempat semakin tinggi. Kenaikan penduduk tersebut telah di

data melalui BPS Kecamatan Cilincing hasil sensus penduduk dari setiap

kelurahan yang ada dan didapat jumlah penduduk dengan prosentase

kenaikan penduduknya.

Sumber penyerapan tenaga kerja semakin tersedia bagi perusahaan

industri di Kecamatan Cilincing seiring dengan makin banyaknya penduduk

di setiap kelurahan. Menjadi satu keuntungan tersendiri adanya pemusatan

penduduk bagi industri yang berorientasi pada tenaga kerja dan pasar.6

Sumber: Statistik Daerah Kecamatan Cilincing

Gambar 4.8

Prosentase Penduduk Kecamatan Cilincing

6 P. Sitorus, Teori Lokasi Industri, (Jakarta: Universitas Trisakti 1997), h. 122

0 20.000 40.000 60.000 80.000 100.000

Sukapura

Cilincing

Kalibaru

Sensus Penduduk Kecamatan Cilincing

Prosentasi Pertumbuhan 2000-2010Prosentasi Pertumbuhan 1990-2000Penduduk 2010Penduduk 2000

Page 110: DAMPAK AGLOMERASI INDUSTRI TERHADAP PERSEBARAN …

92

Melalui sensus penduduk yang dilakukan seperti pada gambar 4.8

terdapat kenaikan dari tahun ke tahun. Pada Tahun 1990 hanya ada 55.284

hingga pada tahun 2010 terdapat 68.950 Jiwa. Urbanisasi yang berlangsung

akan menjadikan perubahan-perubahan secara perlahan setiap aspek

kehidupan terlebih Kecamatan Cilincing merupakan daerah kota yang

berlokasi di pinggiran kota dan berbatasan langsung dengan kota satelit

seperti Bekasi yang akan menunjang bertambahnya pertumbuhan penduduk

dan nantinya akan menjadi angkatan kerja baik dari para urban ataupun dari

penduduk pinggiran kota itu sendiri.7

Data yang didapat dari tenaga kerja yang terserap di sektor industri

dari tahun ke tahun terlihat adanya fluktuatif yang cenderung menurun.

Menurunya tenaga kerja bidang industri terkait dengan adanya program

relokasi industri yang dilakukan oleh tiap perusahaan industri, relokasi juga

terkait dengan kebijakan RTRW Kotamadya Jakarta Utara yang bertujuan

untuk mengurangi skala industri besar yang mengancam tiap ekosistem

akibat ditimbulkannya berbagai macam polusi.

G

A

M

B

A

R

4

Sumber: Kecamatan Cilincing Dalam Angka, 2013

Gambar 4.9

Jumlah Industri dan Tenaga Kerja

7 N Daljdjoeni, Geografi Baru Organisasi Keruangan Dalam Teori dan Praktik, (Bandung:

Alumni, 1997), h.97.

58.000

60.000

62.000

64.000

66.000

0

1000

2000

3000

1 2 3 4

Jumlah Industri dan Tenaga Kerja

Tahun Jumlah Industri Jumlah Tenaga Kerja

Page 111: DAMPAK AGLOMERASI INDUSTRI TERHADAP PERSEBARAN …

93

Tenaga kerja yang diserap oleh sektor industri di kecamatan

Cilincing sendiri dari tahun 2010-2013 fluktuatif, di tahun 2010 menuju

2011 terjadi penurunan, akan tetapi setelah 2011 mengalami keadaan yang

konstan. Perubahan ini tentunya akan terus terjadi seiring kebijakan dan

peraturan daerah yang berubah dan kondisi perindustrian itu sendiri apakah

melakukan perluasan operasional pasar atau relokasi industri yang di ambil

atau perubahan orientasi tujuan industri.

Sumber: Jakarta Utara Dalam Angka, 2012, 2013, 2014

Gambar 4.10

Jumlah Industri dan Tenaga Kerja Tiap Kecamatan

Dari gambar 4.10 jumlah industri dan tenaga kerja Jakarta Utara tiap

Kecamatan Jakarta Utara terlihat tidaklah sama. Dominan industri terbanyak

dimiliki oleh Kecamatan Penjaringan dengan total industri pada tahun 2011

sebanyak 263 dan Kecamatan Cilincing menempati posisi kedua dengan

industri sebanyak 113 industri, akan tetapi penyerapa tenaga kerja terbanyak

dimiliki oleh Kecamatan Cilincing dengan 60.321 tenaga kerja. Dan industri

paling sedikit berada di Kecamatan Koja dengan 21 sektor industri.

Page 112: DAMPAK AGLOMERASI INDUSTRI TERHADAP PERSEBARAN …

94

4. Pola Sebaran Industri

Keberadaan perusahaan industri pengolahan sangat berpengaruh pada

kehidupan perekonomian masyarakata Kecamatan Cilincing, karena usaha

industri ini mampu menyerap tenaga kerja dan sebagai salah satu mata

pencaharian masyarakat sekitarnya.8 Sebaran industri Kecamatan Cilincing

terpusat di Kelurahan Sukapura dan Kelurahan Cilincing dengan total

keseluruhan sebanyak 113 perusahaan industri dengan menyerap tenaga

kerja sebanyak 60.321 tenaga kerja.

Tabel 4.11

Sebaran Industri Kecamatan Cilincing 2010-2011

Kelurahan Tahun Tenaga Kerja 2010 2011 2010 2011

Sukapura 67 63 55.074 54.058 Rorotan 1 1 35 35 Marunda 1 1 201 186 Cilincing 8 7 3.458 1.079 Semper Timur 6 6 1.624 1.926 Semper Barat 1 1 319 328 Kalibaru 41 34 3.152 2.709 JUMLAH 125 113 63.863 60.321

Sumber: Statistik Daerah Kecamatan Cilincing 2012,2013

Dari tabel 4.11 didapat sebaran lokasi industri pada tahun 2011

banyak menempati kelurahan Sukapura sebanyak 63 industri dengan tenaga

kerja sebanyak 54.058 tenaga kerja, sedangkan jumlah industri yang paling

sedikit ditempati oleh tiga kelurahan di Kecamatan Cilincing yaitu

Kelurahan Rorotan 1 industri dan 35 tenaga kerja, Kelurahan Marunda 1

industri dengan 186 tenaga kerja, dan Kelurahan Semper Barat 1 industri

dengan 328 tenaga kerja.

8 Statistik Daerah Kecamatan Cilincing 2013, h. 14.

Page 113: DAMPAK AGLOMERASI INDUSTRI TERHADAP PERSEBARAN …

95

Page 114: DAMPAK AGLOMERASI INDUSTRI TERHADAP PERSEBARAN …

96

Sumber: Analisis Data Archview

Gambar 4.11

Titik Persebaran Industri Tiap Kelurahan Kecamatan Cilincing

Page 115: DAMPAK AGLOMERASI INDUSTRI TERHADAP PERSEBARAN …

97

Keterangan:

Sumber: Analisis Data Archview Rupa Bumi 2011, BIG (Badan Informasi Geospasial.

Gambar 4.12

Sebaran Industri Kecamatan Cilincing

D. Faktor Yang Menyebabkan Perkembangnya Industri Tentunya banyak berbagai faktor yang dihadapi pada perkembangan

industri pada setiap daerah. Kecamatan Cilincing turut merasakan hal yang

sama pada pembangunan dan perkembangan industrinya baik dari ketersediaan

lahan, dukungan masyarakat, dukungan aksebilitas, serta dukungan kebijakan

pemerintah setempat.

1. Ketersediaan Lahan

Lahan atau tanah merupakan faktor primer dari berdirinya industri

pada setiap wilayah, kondisi, ukuran luas, dan harga tanah merupakan

Page 116: DAMPAK AGLOMERASI INDUSTRI TERHADAP PERSEBARAN …

98

persyaratan dalam keberadaan industri.9 Kecamatan Cilincing dilihat dari

Peta bagian Barat pada kawasan Kecamatan Cilincing lebih padat dibanding

dengan kawasan Kecamatan Cilincing bagian Timur.

Pembangunan di Provinsi DKI Jakarta perlu dilakukan pada

pemanfaatan ruang secara bijaksana, berdaya guna, berhasil guna, serasi,

selaras, seimbang, dan berkelanjutan sesuai kaidah-kaidah penataan ruang,

sehingga kualitas ruang dapat terjaga keberlanjutannya bagi kesejahteraan

masyarakat dan kelestarian lingkungan.10 Melihat rencana tata ruang

tersebut tentunya pemanfaatan ruang lahan di Kecamatan Cilincing yang

mana termasuk pada daerah khusus Ibukota Jakarta tentu haruslah

bijaksana, serasi, dan seimbang guna memberikan kaidah jangka panjang

yang baik.

Sumber: Analisis RDTR dan Archview

Gambar 4.13

Proyeksi Sebaran Penduduk dan Reklamasi Pulau Kec Cilincing

9 P. Sitorus, Teori Lokasi Industri, (Jakarta: Universitas Trisakti 1997), h. 129. 10 Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi, Nomor 1 Tahun 2014-2030, h. 1.

Page 117: DAMPAK AGLOMERASI INDUSTRI TERHADAP PERSEBARAN …

99

Pada gambar tabel 4.13 Pemerintah melakukan perluasan wilayah

khususnya zonasi areal pergudangan dan pelabuhan yang nantinya akan di

manfaatkan untuk areal ekspor-impor, guna memenuhi perkembangan

ekonomi masa datang. Kebijakan tersebut nampak baik untuk

perkembangan ekonomi guna menyumbang devisa yang lebih tinggi, akan

tetapi dirasa perlu adanya analisis AMDAL yang lebih mendalam.

2. Dukungan Aksebilitas

Akses jaringan transportasi yang dimiliki oleh Kecamatan Cilincing

sangatlah memiliki kelebihan tersendiri, baik dari jalur darat maupun jalur

perairan. Wilayah yang berbatasan langsung dengan laut menjadikan daerah

ini mendapat dukungan lebih di bidang transportasi perairan. Umumnya

industri di Kecamatan Cilincing bekerja sama dengan PT KBN yang

mengelola hasil industri untuk kegiatan ekspor dan impor barang hasil

produksi.

Dukungan akses perairan di dapat di kelurahan Marunda, Kalibaru,

dan Cilincing. Yang mana akses perairan langsung terhubung dengan

pelabuhan besar di Jakarta yaitu Pelabuhan Tanjung Priok yang memberikan

berbagai layanan transportasi laut salah satunya menjadi gudang dan tempat

proses incoming dan outgoing barang-barang produksi.

Akses darat Kecamatan Cilincing terhubung langsung dengan salah

satu kota satelit yaitu Bekasi yang mana di dalamnya terdapat banyak

perusahaan industri. Jalan arteri Cakung – Cilincing (Cacing) yang

mennjadi jalan raya utama menuju berbagai kawasan industri (KBN)

memudahkan tenaga kerja dalam akses menuju tempat kerjanya, dan

tentunya memudahkan pula bagi operasional industri bagi perusahaan-

perusahaan.

Ditunjang dengan banyaknya jalan kolektor yang sampai tembus atau

berbatasan langsung dengan kecamatan-kecamatan lainnya di Jakarta Utara

semakin mudah bagi tenaga kerja untuk mencapai lokasi industri dan

Page 118: DAMPAK AGLOMERASI INDUSTRI TERHADAP PERSEBARAN …

100

tentunya menjadi daya tarik bagi mereka untuk bertempat tinggal di wilayah

industri bagi mereka yang ingin mengefesiensi waktu, tapi sebaliknya

tenaga kerja memilih untuk bertempat tinggal tidak pada kawasan industri

walau mereka bekerja di industri tersebut.

Tabel 4.12

Tingkat Aksebilitas Jalan Menuju Kawasan Industri

Sumber: Analisis Google Earth dan Peta Rupa Bumi, 2014

Pada tabel 4.12 dapat dilihat aksebilitas jalan menuju berbagai

kawasan industri di Kecamatan Cilincing dengan jumlah 9 jaringan jalan. 1

jalan arteri dan 8 jalan kolektor dengan keadaan kondisi jalan hampir

semuanya baik dan hanya 1 yang cukup baik tentunya dengan keadaan

dominan baik menjadi kemudahan tersendiri bagi arus operasional industri.

Rencana Peningkatan jalan arteri primer di setiap kelurahan di Kecamatan

Cilincing yang tercantum pada RTRW Jakarta, 2014-2030 tentunya akan

menjadi dukungan aksesbilitas yang semakin memadai.11

11 Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi, Nomor 1 Tahun 2014-2030 pasal

129, h. 84

Page 119: DAMPAK AGLOMERASI INDUSTRI TERHADAP PERSEBARAN …

101

3. Dukungan Masyarakat

Dukungan yang diperlukan untuk industri dalam mengembangkan

usahanya merupakan salah satu faktor penting dalam penentuan lokasi

perusahaan.12 Dimana jarak dan lokasi merupakan dua konsep yang

berpengaruh dalam geografi. Lokasi dalam pengambilan keputusan sendiri

terbagi menjadi dua, yaitu yang berkaitan langsung (locational factors) dan

tidak langsung (non-locational factors). Diantara faktor berkembangnya

industri itu sendiri terdapat istilah inersia, yaitu suatu keadaan dimana

keberadaan industri di suatu lokasi terdapat hubungan yang selaras atau baik

antara produsen-konsumen-tenaga kerja.

Data yang diperoleh dari responden di lapangan bahwa sebagian besar

dari responden yang setuju dengan keberadaan industri di kawasan

Kecamatan Cilincing sebesar 84%, tidak setuju sebesar 12%, dan yang tidak

menjawab terdapat 4% dari sampel 50 responden. Banyak dari responden

yang mendapatkan manfaat dari keberadaan industri.

Tabel 4.13

Dukungan Masyarakat Terhadap Industri

No Persetujuan terhadap

industri Jumlah Prosentase 1 Setuju 42 84% 2 Tidak setuju 6 12% 3 Tidak menjawab 2 4%

JUMLAH 50 100% Sumber: Analisis Kuisioner, 2014

Dari tabel 4.13 terdapat 42 responden yang memilih setuju, 6

responden tidak setuju, dan 2 responden tidak menjawab. Keadaan

morfologi perairan pantai dan dekat dengan batas kota satelit menjadikan

masyarakat banyak bekerja di sektor industri dan banyak memilih setuju

akan keberadaan industi.

12 Iwan Nugroho, Pembangunan Wilayah, (Jakarta: LP3ES), h. 24.

Page 120: DAMPAK AGLOMERASI INDUSTRI TERHADAP PERSEBARAN …

102

Sumber: Analisis Rupa Bumi dan Google Earth

Gambar 4.14

Aksebilitas Jalan Raya Industri

Page 121: DAMPAK AGLOMERASI INDUSTRI TERHADAP PERSEBARAN …

103

4. Dukungan Kebijakan Pemerintah

Dukungan pemerintah merupakan faktor sekunder berdirinya industri

di tiap daerah, industri akan berkembang sesuai dengan program pemerintah

yang selaras dengan misi perusahaan, dan sebaliknya kebijakan pemerintah

menjadi satu ancaman serius bagi keberlangsungan jalannya industri itu

sendiri.

Kebijakan pemerintah disini secara langsung tidak berkaitan dengan

persoalan industri akan tetapi dalam perjalanannya sangatlah dirasakan

seperti kebijakan perpajakan (tax holiday), insentif dalam bentuk subsidi

seperti kredit usaha, pembangunan infrastruktur dan pengadaan lahan.13

Dukungan pemerintah dalam pengadaan industri serta pengelolaannya

dilakukan dengan kemudahan dalam perijinan proses berdirinya industri di

Kecamatan Cilincing. Dengan disediakannya KBN (Kawasan Berikat

Nusantara) dibeberapa titik oleh pemerintah dengan berpusat di Cakung

tentunya menjadi satu tanda akan dukungan pemerintah terhadap

keberadaan industri. Terlebih angka industri di Kecamatan Cilincing

tertinggi kedua di Kotamadya Jakarta Utara dengan jumlahnya yang

mencapai 113 industri.

E. Keadaan Permukiman Akibat Keberadaan Industri di

Kecamatan Cilincing Kawasan Kecamatan Cilincing dari dampak industri yang ada terlihat

melalui pemetaan maupun keadaan lapangan di lokasi tersebut. suatu

lingkungan yang mendukung permukiman yang berkualitas tentu terlihat dari

keadaan dari mulai kesehatan lingkungan, kebersihan lingkungan, hingga tata

letak lingkungan yang tepat dan mendukung adanya kehidupan bermukim.

Faktor dimana permukiman penduduk terbentuk dalam satu kawasan

wilayah diantaranya dilihat dari bentuk permukaan bumi, keadaan tanah,

13 Ibid, h. 26.

Page 122: DAMPAK AGLOMERASI INDUSTRI TERHADAP PERSEBARAN …

104

keadaan iklim, keadaan ekonomi, dan keadaan kultur/kebudayaan penduduk.14

Kecamatan Cilincing memasukan faktor-faktor tersebut ke dalam proses

pembentukan permukiman di kawasannya, akan tetapi dominan yang terlihat

adalah pada aspek ekonomi dan aspek kebudayaan baik dari penduduk maupun

karakteristik wilayahnya.

Perumahan merupakan kebutuhan pokok selain sandang dan pangan.15

Kondisi fasilitas rumah sendiri dilihat dari sumber air yang mereka gunakan,

dan jenis penerangan rumah, bahan bakar memasak. Adapun kondisi fasilitas

perumahan akan menggambarkan fenomena kesejahteraan di wilayah tersebut,

jika kesejahteraan masyarakat baik maka fasilitas perumahan pun akan baik

serta sebaliknya jika kesejahteraan kurang baik maka fasilitas kualitas

perumahan pun kurang baik.

Sumber: Kecamatan Cilincing Dalam Angka

Gambar 4.15

Prosentase Rumah Penduduk Kec Cilincing 2013

Data pada gambar 4.15 merupakan prosentase dari rumah yang ada di

kecamatan Cilincing. Terdapat kelurahan-kelurahan dengan tiga macam jenis

perumahan yaitu rumah permanen, semi permanen, dan sementara. Rumah

14 Ida Bagus Ari Sudewo, Pola Pemukiman Penduduk, 2014,

http://arisudev.wordpress.com. 15 Statistik Daerah Kecamatan Cilincing, 2013, h. 10.

Page 123: DAMPAK AGLOMERASI INDUSTRI TERHADAP PERSEBARAN …

105

permanen terbanyak terdapat pada Kelurahan Sukapura sebesar 61.00%, Semi

permanen terbanyak terdapat pada Kelurahan Semper Timur sebesar 38,60%,

dan perumahan sementara terbanyak terdapat di Kelurahan Kalibaru sebesar

32,34%.

Perumahan sementara dan semi permanen yang ada pada gambar 4.12

menandakan bahwa kawasan tersebut merupakan kawasan yang oleh

masyarakat dijadikan suatu perumahan kumuh (slum area). Dan perumahan

permanen menandakan wilayah tersebut adalah kawasan masyarakat ekonomi

kelas menengah (midle class) dan kelas atas (high class).

Page 124: DAMPAK AGLOMERASI INDUSTRI TERHADAP PERSEBARAN …

106

Page 125: DAMPAK AGLOMERASI INDUSTRI TERHADAP PERSEBARAN …

107

Page 126: DAMPAK AGLOMERASI INDUSTRI TERHADAP PERSEBARAN …

108

Keterangan:

Sumber: Google Earth, 2014

Gambar 4.16

Skema Sebaran Pola Permukiman Dengan Keberadaan Industri

Hasil wawancara yang dilakukan dengan pihak RTRW Jakarta Utara

khususnya dalam membahas Kecamatan Cilincing tercantum sebagai berikut:

1. Bagaimana konsep Pemerintah Kotamadya Jakarta Utara dalam

pemanfaatan lahan untuk kawasan industri di Kecamatan Cilincing ?

Jawab: Berbicara kebijakan, kita Ian mengambil suatu konsep. Semua

konsep perencanaan kebijakan Kecamatan Cilincing tertuang pada RDTR

2014-2030. Jadi konsepnya dibuat selama 16 tahun.

2. Bagaimana konsep Pemerintah Kotamadya Jakarta Utara dalam

pemanfaatan lahan untuk kawasan pemukiman di Kecamatan Cilincing?

Page 127: DAMPAK AGLOMERASI INDUSTRI TERHADAP PERSEBARAN …

109

Jawab: di sudin (suku dinas) itu sendiri hanya sebatas pelaksanaan

operasional tata ruang saja, jika ada penduduk yang menggunakan lahan

sebagai permukiman itu tentunya harus ada izin kepada dinas terkait, sudin

sendiri hanya melakukan operasional tata kota saja sedangkan praktek di

masyarakat tentunya tergantung dari mereka semua. Jadi akan di survei

kembali apakah lahan tersebut cocok untuk permukiman atau tidak sesuai

dengan RDTR Kecamatan Cilincing.

3. Apakah ada kebijakan mengenai pola pemanfaatan lahan untuk kawasan

industri dan pemukiman? Jika belum, bagaimana peluang untuk ditetapkan

kebijakan tersebut, misal dalam bentuk Perda?

Jawab: Untuk kebijakan antara industri dan kawasan permukiman itu sendiri

terdapat di RDTR Kecamatan Cilincing juga, dan tentunya di lakukan

zonasi-zonasi khusus antara permukiman dengan industri.

4. Dalam kebijakan penataan ruang, apakah pola pemanfaatan lahan di

kawasan industri sudah sesuai dengan aturan yang berlaku ?

Jawab: Jika ada bangunan yang tidak sesuai dengan aturan kebijakan dari

Perda apapun itu termasuk industri tentu akan ada sanksi bagi yang

melanggar yang di monitori oleh departemen pengawasan dan penertiban,

yang dikenal dengan P2B (Perijinan dan Pengawasan Bangunan).

5. Permasalahan apa saja yang timbul akibat perubahan tata guna lahan di

Kecamatan Cilincing untuk kawasan industri mengingat terdapat KBN di

wilayah ini? Dan strategi apa saja yang sudah dilakukan untuk

menyelesaikan masalah tersebut?

Jawab: Kalau KBN itu punya SK (Surat Keputusan) Menteri tersendiri yang

langsung di bawah naungan Pemerintah. Jadi tentu aturan tata guna lahan

sangat diperhatikanl. Strategi yang ditempuh tentunya dengan mengadakan

MoU (kerja sama) antara pemerintah pusat dengan pemerintahan daerah.

6. Jika ada manfaatnya dengan pihak lain dalam kawasan industri, bentuk

kontribusi apa yang bisa diberikan oleh Pemerintah dalam pemberian

manfaat tersebut? Bagaimana model manfaat yang dapat dirasakan?

Page 128: DAMPAK AGLOMERASI INDUSTRI TERHADAP PERSEBARAN …

110

Jawab: Pihak industri memberikan manfaat kepada pemerintah tentunya dari

pajak yang di berikan setiap perusahaan industri. Sedangkan dari

pemerintah untuk industri yaitu memberikan manfaat pada pemberian dan

penyedia sarana dan prasarana serta fasilitas seperti pembangunan proyek

jalan layang Tanjung Priok sampai ke Cilincing.

Dari hasil wawancara tersebut, keadaan lingkungan sekitar Kecamatan

Cilincing terkait dengan kawasan industri itu telah di atur dalam RDTR

yang dimulai dari tahun 2014-2030 (16 tahun) atas instruksi pemerintah

pusat dalam hal ini Gubernur. RDTR itu sendiri mencakup tentang zonasi

peruntukan lahan Kecamatan Cilincing. Kebijakan pemerintah Kecamatan

Cilincing tertuang pada perda RDTR Kecamatan Cilincing yang mengacu

pada RDTR pusat. Manfaat yang dirasakan baik yang dirasakan oleh

industri maupun oleh pemerintah sendiri terwujud pada MoU (kesepakatan)

yang tentunya menguntungkan kedua belah pihak, dari industri untuk

pemerintah tentunya berupa pajak, sedangkan dari pemerintah untuk industri

berupa dukungan sarana dan prasarana dalam memperlancar jalannya

operasional perusahaan.

F. Pengaruh Perkembangan Industri Terhadap Pola Permukiman

Serta Respon Lingkungan Masyarakat Kawasan terbangun yang ada di Kecamatan Cilincing di area kawasan

industri tentunya berbeda dengan kawasan lainnya. Pembagian zonasi-zonasi

telah dilakukan dalam penataan tata ruang Jakarta Utara termasuk di dalamnya

Kecamatan Cilincing. Kawasan permukiman Kecamatan di atur pada zonasi-

zonasi pasal 128 RDTR (Rencana Detail Tata Ruang) Kecamatan Cilincing.

Dalam peraturan RDTR Setiap orang yang akan melakukan kegiatan

Page 129: DAMPAK AGLOMERASI INDUSTRI TERHADAP PERSEBARAN …

111

pemanfaatan ruang di Kecamatan Cilincing wajib memperhatikan zona fungsi

budidaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1).16

Pasal 1 pada RDTR Kecamatan Cilincing itu sendiri hasil dari

kebijakan gubernur DKI Jakarta yang dituangkan dalam jangka 2014-2030,

adapun ayat 1 berisi sebagai berikut:

a. Zona terbuka hijau lindung;

b. Zona taman kota/lingkungan;

c. Zona pemakaman;

d. Zona jalur hijau;

e. Zona hijau rekreasi;

f. Zona pemerintahan daerah;

g. Zona pemerintah nasional;

h. Zona perumahan kampung;

i. Zona perumahan KDB sedang - tinggi;

j. Zona perumahan vertikal;

k. Zona perumahan KDB rendah;

l. Zona perkantoran, perdagangan, dan jasa;

m. Zona perkantoran, perdagangan, dan jasa KDB rendah;

n. Zona campuran;

o. Zona pelayanan umum dan sosial;

p. Zona industri dan pergudangan;

q. Zona industri dan pergudangan KDB rendah;

r. Zona terbuka biru.17

Pola permukiman yang terjadi di Kecamatan Cilincing tentu dapat

dirasakan melalui beberapa gambar demi gambar yang disajikan.

Menyimpulkan klasifikasi pola pada objek permukiman tentu tidak beriring

lama akan tetapi tetaplah berangsur-angsur terkait dengan perkembangan

wilayahnya. Adapun gambaran pola permukiman secara spesifik

16 Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi, Nomor 1 Tahun 2014-2030 pasal 129. h. 84. 17 Ibid, 83.

Page 130: DAMPAK AGLOMERASI INDUSTRI TERHADAP PERSEBARAN …

112

berdasarkan gambar teori pembentukan pola permukiman terdapat

gambaran Kecamatan Cilincing sebagai berikut:

Page 131: DAMPAK AGLOMERASI INDUSTRI TERHADAP PERSEBARAN …

113

Sumber: Analisis Data

Page 132: DAMPAK AGLOMERASI INDUSTRI TERHADAP PERSEBARAN …

114

Keterangan:

Gambar 4.17

Klasifikasi Pola Permukiman Kec Cilincing

Dari gambar 4.17 perwilayah Kelurahan dari Kecamatan Cilincing

tergambar beberapa model pola permukiman. Pola memanjang terdapat pada

Kelurahan Sukapura, Cilincing, dan Rorotan, pola memanjang dan tersebar

terdapat pada Kelurahan Marunda, pola tersebar terdapat pada Kelurahan Semper

Timur, serta pola memanjang dan memusat terdapat pada Kelurahan Semper Barat

dan Kelurahan Kalibaru.

Sumber: Analisis Data

Gambar 4. 18

Proyeksi Arus Penduduk Kecamatan Cilincing 2014-2030

Page 133: DAMPAK AGLOMERASI INDUSTRI TERHADAP PERSEBARAN …

115

Page 134: DAMPAK AGLOMERASI INDUSTRI TERHADAP PERSEBARAN …

116

Pada gambar 4.18 dan gambar 4.19 menggambarkan dua

kemungkinan besar proyeksi penduduk yaitu semakin mengarah ke bagian

Selatan, Tenggara, serta sebagian ke arah Barat Kecamatan Cilincing. Hal ini

disebabkan Peta Zonasi yang tergambar pada RDTR Kecamatan Cilincing

Tahun 2014-2030 mengklasifikasikasikan dengan pembagian zonasi

peruntukan lahan di Kecamatan Cilincing. tentunya proyeksi penduduk

berikutnya akan lebih terlihat ketika zonasi RDTR Kecamatan Cilincing telah

teraplikasikan secara menyeluruh.

Dari peta pada gambar 4.19 proyeksi zonasi kawasan Kecamatan

Cilincing tentunya mendapatkan respon dari masyarakat yang berada di

Kecamatan Cilincing. Melalui beberapa pertanyaan lewat kuisioner melalui 50

responden dan berusaha untuk menemukan dari responden seperti jumlah

responden yang bekerja di industri, dukungan persetujuan dari keberadaan

industri yang ada, tanggapan manfaat yang dirasakan responden dari

keberadaan industri, responden yang merasa dirugikan akan keberadaan

industri, hingga jenis pemanfaatan lahan yang dikelola responden akan

keberadaannya di kawasan Kecamatan Cilincing.

1. Masyarakat Yang Bekerja di Industri

Data yang terdapat pada tabel 4.11 terdapat 60.321 tenaga kerja pada

akhir tahun 2011, hasil tersebut keseluruhan dari tiap kelurahan di

Kecamatan Cilincing yang mana merupakan Kecamatan dengan tenaga

kerja industri terbanyak kedua setelah penjaringan. Penelitian lapangan

dilakukan terkait sebagai bukti masih banyaknya masyarakat Kecamatan

Cilincing yang bekerja di sektor industri pun dilakukan dengan hasil sebagai

berikut:

Page 135: DAMPAK AGLOMERASI INDUSTRI TERHADAP PERSEBARAN …

117

Tabel 4.14

Jumlah Tenaga Kerja Industri

No Status Hubungan Jumlah Prosentase 1 Bekerja di industri 41 82% 2 Tidak bekerja di industri 9 18%

JUMLAH 50 100% Sumber: Analisis Data

Dari tabel 4.14 terdapat informasi dari 50 responden yang diambil

melalui pengambilan sampel dari setiap kelurahan yang tersebar di

Kecamatan Cilincing terdapat 41 (82%) responden bekerja di sektor

industri, dan tidak bekerja di sektor industri berjumlah 9 (18%) dari total 50

responden. Artinya masih terlihat banyak masyarakat Kecamatan Cilincing

yang bekerja pada sektor perindustrian yang tersedia di Kecamatan

Cilincing.

2. Dukungan Persetujuan Masyarakat Sekitar Terhadap Industri

Dukungan masyarakat pada keberadaan sektor industripun telah

tercantum sebelumnya pada tabel 4.4 yang mana dari hasil tabel 4.4 tersebut

sebagai berikut:

Tabel 4.15

Dukungan Masyarakat Terhadap Keberadaan Industri

No Persetujuan terhadap industri Jumlah Prosentase

1 Setuju 42 84% 2 Tidak setuju 6 12% 3 Tidak menjawab 2 4%

JUMLAH 50 100% Sumber: Analisis Data

Dari tabel 4.15 terdapat 50 responden dan 42 (84%) responden setuju

akan keberadaan industri, 6 (12%) tidak setuju, dan 2 (4%) tidak menjawab.

Page 136: DAMPAK AGLOMERASI INDUSTRI TERHADAP PERSEBARAN …

118

Hal ini tentu menandakan masih banyaknya masyarakat yang bergantung

pada industri yang tersebar di Kecamatan Cilincing dan menjadikan alasan

tersendiri masyarakat mendukung adanya keberadaan industri di kawasan

tersebut.

3. Manfaat Industri Yang di rasakan Oleh Masyarakat

Respon masyarakat terhadap manfaat yang dirasakan terhadap

keberadaan industri di lingkungannya tercantum pada tabel 4.7 sebagai

berikut:

Tabel 4.16

Respon Manfaat Keberadaan Industri Oleh Masyarakat

No Tanggapan terhadap manfaat industri Jumlah Prosentase

1 Memberi manfaat 44 88% 2 Tidak memberi manfaat 6 12% 3 Tidak menjawab 0 0%

JUMLAH 50 100% Sumber: Analisis Data

Dari tabel 4.16 masyarakat memilih respon bermaanfaat tidaknya

keberadaan industri dengan 44 (88%) memilih memberi manfaat, 6 (12%)

memilih tidak memberi manfaat. Dari data tersebut menerangkan masih

banyaknya masyarakat sekitar merasakan manfaat dari perkembangan

sebaran industri di Kecamatan Cilincing.

4. Masyarakat Yang Dirugikan Oleh Industri

Banyak dari masyarakat Kecamatan Cilincing yang bergantung dari

perkembangan sektor industri mempengaruhi poin ini dalam menjawab

kuisioner yang di berikan oleh peneliti. Adapun yang beranggapan indsutri

memberikan kerugian sebagai berikut:

Tabel 4.17

Kerugian Yang Dirasakan Oleh Masyarakat

No Kerugian yang dirasakan terhadap industri Jumlah Prosentase

1 Polusi udara 0 0%

Page 137: DAMPAK AGLOMERASI INDUSTRI TERHADAP PERSEBARAN …

119

2 Polusi suara 0 0% 3 Polusi air 2 4% 4 Bikin Macet 5 10% 5 Permukiman menjadi padat 0 0%

JUMLAH 7 14% Sumber: Analisis Data

Dari tabel 4.17 masyarakat dari 7 kelurahan mengatakan terdapat

kerugian pada perkembangan sebaran industri yang terjadi di Kecamatan

Cilincing. sebanyak 2 (4%) mengatakan merasa dirugikan yaitu dengan

keberadaan polusi air, sebesar 5 (10%) mengatakan merasa dirugikan yaitu

dengan volume kendaraan yang menyebabkan kemacetan, dan sisanya

sebesar 43 (86%) tidak merasakan kerugian yang di akibatkan dari

perkembangan sebaran industri yang ada.

5. Pemanfaatan Lahan Sekitar Kawasan Industri

Dengan keadaan industri yang tergambar jelas di Kecamatan Cilincing

hal ini dimanfaatka oleh warga sekitar kawasan industri dengan

memanfaatkan lahan yang mereka punya atau rumah mereka sendiri selain

menjadi tempat tinggal juga digunakan sebagai fungsi investasi adapun

tabelnya adalah sebagai berikut:

Tabel 4.18

Pemanfaatan Lahan Masyarakat Kawasan Industri

No Jenis pemanfaatn lahan Jumlah Prosentase 1 Kandang/gudang 0 0% 2 Toko/warung 15 30% 3 halaman rumah 16 32% 4 Lainnya (kos-kosan) 19 38%

JUMLAH 50 100% Sumber: Analisis Data

Dari tabel 4.18 mengenai pemanfaatan lahan masyarakat sekitar

kawasan industri banyak yang memilih memanfaatkan lahannya dengan

rincian 15 (30%) responden memilih memanfaatkannya untuk toko/warung,

16 (32%) hanya dipakai untuk halaman rumah, dan sebanyak 19 (38%)

digunakan untuk lain-lain yang mayoritas adalah kos-kosan/kontrakan.

Page 138: DAMPAK AGLOMERASI INDUSTRI TERHADAP PERSEBARAN …

120

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Jalannya industri di kawasan Kecamatan Cilincing lebih didominasi

oleh industri pengolahan seperti tekstil, mesin, perbaikan logam, transportasi,

karoseri, makanan, serta minuman. Industri pengolahan menjadi ciri khas

wilayah Kecamatan Cilincing, karena usaha industri ini merupakan

karakteristik wilayah Kecamatan Cilincing yaitu wilayah pesisir, yang mana

hasil laut menjadi usaha tersendiri dan mampu menyerap tenaga kerja bagi

masyarakat sekitar. Pusat industri di Kecamatan Cilincing berada di Kelurahan

Sukapura dan Kelurahan Cilincing hal ini dikarenakan di kawasan tersebut

terdapat Kawasan Berikat Nusantara (KBN).

Dampak aglomerasi industri terhadap persebaran pemukiman

membentuk pola persebaran yang berbeda terhadap tujuh kelurahan tersebut

yaitu Sukapura, Rorotan, Marunda, Cilincing, Semper Timur, Semper Barat,

serta Kalibaru. Terdapat tiga jenis pola yang terbentuk yaitu, pola pemukiman

memanjang (Kelurahan Sukapura, Rorotan, Marunda, dan Cilincing), pola

pemukiman tersebar (Kelurahan Semper Timur), dan pola memanjang

sekaligus memusat (Kelurahan Semper Barat, dan Kalibaru).

B. Saran Dari hasil penelitian ini, ada beberapa hal yang harus diperhatikan

sebagai bahan pertimbangan, adapun saran dari penulis yang disampaikan

adalah sebagai berikut:

1. Kepada UPT Kesbangpol Jakarta Utara, sekiranya dinas Kesatuan Bangsa

dan Politik (Kesbangpol) lebih memberikan pintu lebar kepada para peneliti

agar lebih memudahkan dalam efesiensi waktu dan biaya dalam penelitian.

Page 139: DAMPAK AGLOMERASI INDUSTRI TERHADAP PERSEBARAN …

121

2. Kepada Bagian Dinas Perindustrian Jakarta Utara, penulis menghimbau

kepada Dinas Perindustrian serta jajaranya agar lebih menyeleksi serta

mengontrol keberadaan industri yang hendak beroperasi di Kecamatan

Cilincing Jakarta Utara guna mengantisipasi adanya ketidaksesuaian pola

pemukiman akibat kegiatan industri yang berjalan.

3. Kepada Kepala Bagian Dinas Tata Ruang Jakarta Utara, alangkah baiknya

Dinas Tata Ruang meningkatkan kembali kerjasama dengan Dinas

Perindustrian agar dalam pembangunan kawasan nantinya tetap dalam ranah

peraturan zonasi kawasan yang benar sesuai RDTR (Rencana Detail Tata

Ruang) Jakarta Utara, serta data yang ada antar dinas terkait agar

menyajikan informasi yang sama dan sesuai dengan keadaan di lapangan.

4. Kepada Pemerintah Kecamatan Cilincing, agar semuanya berjalan dengan

peraturan yang telah tertuang dalam RDTR (Rencana Detail Tata Ruang)

Jakarta Utara maka semestinya antar dinas bekerjasama dengan baik. Dari

sisi penanggulangan terkait masalah industri sekiranya pemerintah

Kecamatan Cilincing Jakarta Utara merelokasi industri yang tidak sesuai

dengan konsep yang ada serta melakukan normalisasi beberapa fungsi alami

seperti taman, hutan kota, dan lainnya. Agar kesesuaian pembangunan

sesuai konspe dapat di wujudkan.

5. Kepada Peneliti lain, agar penelitian berikutnya di kembangkan masalah

yaitu mendalami berapa presentase perkembangan pembangunan industri

Kecamatan Cilincing Jakarta Utara dari tahun ke tahun, bisa meneliti titik

lahan yang sesuai untuk persebaran industri, serta mengetahui keadaan

ekonomi penduduk di kawasan industri Kecamatan Cilincing Jakarta Utara.

Page 140: DAMPAK AGLOMERASI INDUSTRI TERHADAP PERSEBARAN …

122

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, “Pengaruh Perkembangan Industri Terhadap Pola Pemanfaatan Lahan

di Wilayah Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang”, Tesis pada

Pascasarjana UNDIP : 2010. Tidak dipublikasikan.

Al Qur’anulkarim.

Arif, M. Hall. Industrialisasi di ASEAN. Jakarta: LP3S, 1988.

Badan Pusat Statistik Republik Indonesia

Bagoes. Urbanisasi dan Seni Bina Perkotaan. Jakarta: Balai Pustaka, 2002 Bungin. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana, 2009.

. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana, 2011. Cilincing Dalam Angka, 2013.

Departemen Perindustrian. Kebijakan Pembangunan Industri Nasional. Jakarta:

Departemen Perindustrian, 2005.

Evaluasi Paruh Waktu RPJMN 2010-2014. Jakarta: Badan Perencanaan

Pembangunan Nasional, 2013.

Getis. Human Geography Landscapes Of Human Activities. Amerika USA,

McGraw-Hill Companies, 1999.

Godam,”Pengertian, definisi, macam jenis, dan penggolongan industri di

indonesia”, http://www.organisasi.org/1970/01/perekonomian-bisnis.html,

26 September 2014. Ida Bagus Ari Sudewo, “Pola Pemukiman Penduduk”,

http://arisudev.wordpress.com, 22 Juli 2014.

Iskandar. Geografi 3 Kelas XII SMA dan MA. Jakarta: Pusat Perbukuan,

Departemen Pendidikan Nasional, 2009.

Iwan. Geografi Sebuah Pengantar. Bandung: Private Publishing, 2009. Ja’far. Infrastruktur Pro Rakyat. Jogjakarta, Pustaka Tokoh Bangsa, 2007.

Jakarta Utara Dalam Angka, 2013.

Page 141: DAMPAK AGLOMERASI INDUSTRI TERHADAP PERSEBARAN …

123

Kecamatan Cilincing Dalam Angka Bulan Mei 2014

Kian Wie. Industrialisasi di Indonesia. Jakarta: LP3ES, 1996.

Kuncoro Mudrajat. Analisis Spasial dan Regional. Yogyakarta: UPP AMP

YKPN, 2002.

Kuncoro, Mudrajat. Ekonomika Pembangunan. Jakarta: Erlangga, 2010. Maryani. Hand Out Mata Kuliah Geografi Desa Kota. Bandung: UPI, 2008.

N. Daldjoeni. Geografi Baru Organisasi Keruangan Dalam Teori dan Praktik.

Bandung: Alumni, 1997. Nugroho, Rokhmin. Pembangunan Wilayah. Jakarta: LP3S, 2012.

Parlin. Teori Lokasi Industri. Jakarta: Universitas Trisakti, 1997.

PDRB Jakarta Utara 2008-2012

Philip, Mauser, dkk. Penduduk dan Masa Depan Perkotaan. Jakarta: Yayasan

Obor Indonesia, 1985.

Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi, Nomor 1 Tahun 2014. Rusli. Pengantar Ilmu Kependudukan. Jakarta: LP3S, 2012.

Soemarwoto. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press, 1999. Statistik Daerah Kecamatan Cilincing 2013, BPS Sudjono, A. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers, 2000. Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta, 2012.

Sumaatmadja. Geografi Pembangunan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, 1988.

Suryabrata. Metodologi Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012.

Teguh. Ekonomi industri. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2010. Todaro. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Jakarta: Erlangga, 1998.

Wijayanti, “Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perubahan Fungsi Lahan Di

Kecamatan Depok Kabupaten Sleman”, Tesis pada Pascasarjana UNDIP:

2003. tidak dipublikasikan.

Page 142: DAMPAK AGLOMERASI INDUSTRI TERHADAP PERSEBARAN …

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Udin, putra ketujuh dari 7 (Tujuh) bersaudara

dengan orang tua yang bahagia dari pasangan Bapa Sardi

dan Ibu Tarmi dilahirkan pada tanggal 12 Desember 1991

tentunya dengan kebahagiaan. Beralamat asal dari desa

Cipedang Blok Kanem, Kecamatan Bongas Kabupaten

Indramayu telah menjalankan pendidikan formalnya pada

beberapa jenjang seperti yang telah di laluinya pada lembaga-lembaga pendidikan

yang diantaranya SDN Cipedang II (Indramayu), SMPN 2 Kroya (Indramayu),

SMAN 1 Haurgeulis (Indramayu), hingga jenjang perguruan tinggi UIN Syarif

Hidayatullah (Jakarta) dengan penuh semangat.

Selain lembaga formal yang penulis tekuni, penulis juga menekuni

seperti kursus motivator pada lembaga KAHFI BBC Motivator School, berusaha

berperan aktif dalam setiap kehidupan. Dengan penelitian yang penulis selesaikan

bukan berarti selesai akan tanggung jawab yang penulis hadapi, melainkan

menjadi pintu gerbang untuk menjalankan tanggung jawab sebagai insan manusia

yang berpendidikan.