dalam pengembangan seni baca al-qur’an di indonesia...

30
PERANAN TAUSYIH DAN IBTIHALAT DALAM PENGEMBANGAN SENI BACA AL-QUR’AN DI INDONESIA (Studi Kasus Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) dan Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur’an (PTIQ) Tesis Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister Agama (MA) Dalam Bidang Ilmu Agama Islam Oleh : KHADIJATUS SHOLIHAH NIM. 298410017 KONSENTRASI ULUM AL-QUR’AN & ULUM AL-HADITS PROGRAM PASCASARJANA INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ) JAKARTA 2015 M/1436 H

Upload: others

Post on 18-Dec-2020

15 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: DALAM PENGEMBANGAN SENI BACA AL-QUR’AN DI INDONESIA …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/618/2... · PERANAN TAUSYIH DAN IBTIHALAT DALAM PENGEMBANGAN SENI BACA AL-QUR’AN

PERANAN TAUSYIH DAN IBTIHALAT

DALAM PENGEMBANGAN SENI BACA AL-QUR’AN DI INDONESIA

(Studi Kasus Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) dan Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur’an

(PTIQ)

Tesis

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister Agama (MA)

Dalam Bidang Ilmu Agama Islam

Oleh :

KHADIJATUS SHOLIHAH

NIM. 298410017

KONSENTRASI ULUM AL-QUR’AN & ULUM AL-HADITS

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ) JAKARTA

2015 M/1436 H

Page 2: DALAM PENGEMBANGAN SENI BACA AL-QUR’AN DI INDONESIA …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/618/2... · PERANAN TAUSYIH DAN IBTIHALAT DALAM PENGEMBANGAN SENI BACA AL-QUR’AN

PERANAN TAUSYIH DAN IBTIHALAT

DALAM PENGEMBANGAN SENI BACA AL-QUR’AN DI INDONESIA

(Studi Kasus Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) dan Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur’an

(PTIQ)

Tesis

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister Agama (MA) Dalam

Bidang Ilmu Agama Islam

Oleh :

KHADIJATUS SHOLIHAH

NIM. 298410017

Pembimbing:

Prof. Dr. KH. Said Agil Husain al-Munawwar, MA.

Dr. Sayuthi Anshari Nasution, MA.

KONSENTRASI ULUM AL-QUR’AN & ULUM AL-HADITS

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ) JAKARTA

2015 M/1436 H

Page 3: DALAM PENGEMBANGAN SENI BACA AL-QUR’AN DI INDONESIA …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/618/2... · PERANAN TAUSYIH DAN IBTIHALAT DALAM PENGEMBANGAN SENI BACA AL-QUR’AN

iii

Lembar Pengesahan Tesis

Tesis dengan judul “Peranan Tausyih Dan Ibtihalat Dalam Pengembangan Seni Baca Al-

Qur’an Di Indonesia” (Studi Kasus Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Dan Perguruan Tinggi

Ilmu Al-Qur’an (PTIQ), yang disusun oleh Khadijatus Sholihah dengan Nomor Induk

298410017 telah diujikan pada sidang Munaqasyah Program Pasca Sarjana Institut Ilmu Al-

Qur’an (IIQ) Jakarta pada hari Kamis, 14 Januari 2016 M/ 04 Rabi’ul Akhir 1437 H dan

dinyatakan lulus dengan predikat AMAT BAIK.

Direktur Pascasarjana

DR. KH. Ahmad Munif Suratmaputra, MA.

Panitia Ujian Tanda Tangan Tanggal

DR. KH. Ahmad Munif Suratmaputra ( ) ( )

Ketua Sidang

DR. KH. Ahmad Fudhaili, M.Ag ( ) ( )

Sekretaris

Prof. DR. Hj. Huzaemah T. Yanggo, MA. ( ) ( )

Penguji 1

DR. H. Nadratuzzaman, M.Ec.,M.Sc. ( ) ( )

Penguji II

Prof. DR. KH. Said Agil Husen Al-Munawwar, MA( ) ( )

Pembimbing I/Penguji III

Page 4: DALAM PENGEMBANGAN SENI BACA AL-QUR’AN DI INDONESIA …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/618/2... · PERANAN TAUSYIH DAN IBTIHALAT DALAM PENGEMBANGAN SENI BACA AL-QUR’AN

iv

PERNYATAAN PENULIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Tesis ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah

satu persyaratan memperoleh gelar Strata 2 di Institul Ilmu Al-Qur’an (IIQ)

Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di IIQ Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi

dicabutnya gelar yang diperoleh karenanya, yang berlaku di IIQ Jakarta.

Jakarta, 26 Agustus 2015

Khadijatus Sholihah

Page 5: DALAM PENGEMBANGAN SENI BACA AL-QUR’AN DI INDONESIA …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/618/2... · PERANAN TAUSYIH DAN IBTIHALAT DALAM PENGEMBANGAN SENI BACA AL-QUR’AN

v

MOTTO PENULIS

Tiada Hari Tanpa Nagham (Kidung)

Page 6: DALAM PENGEMBANGAN SENI BACA AL-QUR’AN DI INDONESIA …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/618/2... · PERANAN TAUSYIH DAN IBTIHALAT DALAM PENGEMBANGAN SENI BACA AL-QUR’AN

vi

KATA PENGANTAR

Bismillâhirrahmânirrahîm

Segala puji milik Allah swt. Dzat yang Maha Cerdas dan Bijaksana, sumber dari

segala ilmu pengetahuan. Tiada sesuatupun yang dapat berjalan kecuali atas kehendak-

Nya. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan keharibaan Insan Kamil, pusat

inspirasi setiap manusia, pemilik syafa’atul udzma, Baginda Rasul Muhammad saw.

beserta segenap keluarganya dan para sahabatnya.

Alhamdulillah, karya tulis tesis yang berjudul ”Peranan Tausyih dan Ibtihalat

Dalam Pengembangan Seni Baca Al-Qur’an Di Indonesia (Studi Kasus Institut Ilmu Al-

Qur’an (IIQ) dan Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur’an (PTIQ)” ini sudah rampung penulis

kerjakan. Selesainya penulisan ini tidak lepas dari adanya bantuan, dukungan, dan

dorongan, baik secara langsung maupun tidak langsung dari berbagai pihak. Oleh

karenanya pada kesempatan yang berbahagia ini penulis sampaikan terimakasih yang

sedalam-dalamnya kepada:

1. Ibu Prof. DR. Hj. Huzaemah T. Yanggo, MA. Rektor Institut Ilmu Al-Qur’an

(IIQ) Jakarta

2. Bapak DR. KH. Ahmad Munif Suratmaputra, MA., Direktur Pascasarjana Institut

Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta

3. Bapak Prof. DR. H. Agil Husen Munawar, MA. dan Bapak Dr. H. Ahmad Sayuti

Anshari Nasutionn, MA. Yang telah membimbing penulis dengan baik.

4. Para dosen dan staff pascasarjana IIQ atas yang telah memberikan bimbingan

selama penulis menuntut ilmu.

Sekali lagi penulis haturkan terimakasih yang tulus kepada semua pihak yang telah

membantu. Akhirnya, penulis sampaikan semoga skripsi ini dapat memberi manfaat

kepada penulis dan kepada siapapun yang membacanya. Penulis menyadari bahwa

penulisan tesis ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, kritik dan saran dari

pembaca sangat penulis harapkan demi kesempurnaan karya-karya selanjutnya.

Jakarta, 25 Agustus 2015

Penulis

Page 7: DALAM PENGEMBANGAN SENI BACA AL-QUR’AN DI INDONESIA …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/618/2... · PERANAN TAUSYIH DAN IBTIHALAT DALAM PENGEMBANGAN SENI BACA AL-QUR’AN

vii

PEDOMAN TRANSLITERASI

A. Konsonan

q ق Z ز A ا

k ك S س B ب

l ل Sy ش T ت

m م Sh ص Ts ث

n ن Dh ض J ج

w و Th ط H ح

h ه Zh ظ Kh خ

` ء ‘ ع D د

y ي Gh غ Dz د

F ف R ر

B. Vokal

Vokal Tunggal Vokal Panjang Vokal Rangkap

Fathah: a ً ا: a ًى… : ai

Kasrah: i ى: i و…: au

Dhamma: u و : u

C. Kata Sandang

1. Kata sandang yang diikuti al-Qamariyah

Kata sandang yang diikuti oleh al-Qamariyah ditransiletarasikan sesuai

dengan bunyinya, yaitu huruf I (el) diganti dengan huruf yang sama dengan

huruf yang langsung mengikuti kata sandang itu.

Contoh: البقرة (al-Baqarah)

(al-Madînah) المدنة

2. Kata sandang yang diikuti al-Syamsiyah

Kata sandang yang diikuti oleh al-Syamsiyah ditransliterasikan sesuai dengan

aturan yang digariskan didepan sesuai dengan bunyinya.

Contohhhh:

Page 8: DALAM PENGEMBANGAN SENI BACA AL-QUR’AN DI INDONESIA …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/618/2... · PERANAN TAUSYIH DAN IBTIHALAT DALAM PENGEMBANGAN SENI BACA AL-QUR’AN

viii

(asy-Syamsu) الشمس (ar-rajul) الرجل

(as-sayyidah) السيدة (ad-dârimî) الدارمي

Page 9: DALAM PENGEMBANGAN SENI BACA AL-QUR’AN DI INDONESIA …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/618/2... · PERANAN TAUSYIH DAN IBTIHALAT DALAM PENGEMBANGAN SENI BACA AL-QUR’AN

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................ ii

PENGESAHAN TESIS .......................................................................... iii

SURAT PERNYATAAN ........................................................................ iv

MOTTO ................................................................................................... v

KATA PENGANTAR ............................................................................. vi

PEDOMAN TRANSLITERASI ............................................................ vii

DAFTAR ISI ........................................................................................... ix

ABSTRAKSI ........................................................................................... xii

BAB I: PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ....................................................... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ................................... 3

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................ 4

D. Kerangka Konsep ................................................................. 5

E. Tinjauan Pustaka .................................................................. 5

F. Metodologi Penelitian .......................................................... 6

G. Sistematika Penulisan ........................................................... 8

BAB II : TAUSYÎH, IBTIHALAT DAN HUKUM MELAGUKAN

AL-QUR’AN

A. Tausyîh

1. Pengertian Tausyîh ......................................................... 11

2. Sejarah Tausyîh .............................................................. 11

3. Macam – macam Tausyîh ............................................... 12

4. Contoh Tausyîh .............................................................. 13

B. Ibtihalat

1. Pengertian Ibtihalat ........................................................ 23

2. Sejarah Ibtihalat ............................................................. 24

3. Macam – macam Ibtihalat .............................................. 24

4. Contoh Ibtihalat .............................................................. 25

C. Perkembangan Tausyîh dan Ibtihalat. .................................. 32

Page 10: DALAM PENGEMBANGAN SENI BACA AL-QUR’AN DI INDONESIA …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/618/2... · PERANAN TAUSYIH DAN IBTIHALAT DALAM PENGEMBANGAN SENI BACA AL-QUR’AN

x

D. Nagham

1. Pengertian Nagham ........................................................ 35

2. Sejarah Nagham ............................................................. 39

3. Munculnya Seni Baca Al-Qur’an di Indonesia .............. 44

4. Perkembangan Seni Baca Al-Qur’an di Indonesia ......... 49

5. Macam-macam Nagham dan Tangga Nadanya ............. 50

E. Hukum Melagukan Al-Qur’an ............................................. 71

BAB III: URGENSI DAN PERANAN TAUSYIH DAN

IBTIHALAT

A. Urgensi Tausyîh dan Ibtihalat dalam Pengembangan Seni

Baca Al-Qur`an

1. Tausyih dan Ibtihalat Sebagai Suatu Cara Untuk

Memotivasi Tilawah ....................................................... 81

2. Tausyîh dan Ibtihalat Alat Bantu Memenuhi Misi Al-

Qur’an ............................................................................. 82

3. Rangkaian Huruf Hijaiyah Sebagai Pengendali dan

Penyelaras Tausyîh dan Ibtihalat ................................... 85

a. Menurut KH. Bashori Alwi

b. Menurut KH. Q. Ahmad Syahid

4. Inovasi dan Improvisasi dalam Memodifikasi Lagu-

lagu Al-Qur’an Sebagai Kiat dalam Meningkatkan

Keindahan Tilawah ........................................................ 93

5. Langkah-langkah yang Harus Dilakukan dalam

Pengembangan Seni Baca Al-Qur’an ............................. 97

B. Peranan Tausyih dan Ibtihalat dalam Pengembangan Seni

baca Al-Qur`an

1. Kemudahan Mengingat Lagu ......................................... 98

2. Kemudahan Melatih Suara ............................................. 99

3. Memudahkan Latihan Nafas .......................................... 101

4. Memudahkan Para Wanita yang Sedang Haid ............... 101

BAB IV LEMBAGA AL-QUR’AN PENGEMBANG LAGU-LAGU AL-

QUR’AN

A. Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur’an (PTIQ)

1. Latar Belakang PTIQ didirikan .................................................. 103

2. Proses Berdirinya PTIQ ............................................................. 105

3. Tujuan PTIQ Didirikan .............................................................. 106

4. Perkembangan PTIQ .................................................................. 107

5. Hubungan PTIQ dengan Masyarakat dan Misinya .................... 108

6. Pelaksanaan Tausyîh di PTIQ .................................................... 110

Page 11: DALAM PENGEMBANGAN SENI BACA AL-QUR’AN DI INDONESIA …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/618/2... · PERANAN TAUSYIH DAN IBTIHALAT DALAM PENGEMBANGAN SENI BACA AL-QUR’AN

xi

B. Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ)

1. Latar Belakang Berdirinya IIQ Jakarta ...................................... 111

2. Visi dan Misi IIQ Jakarta ........................................................... 113

3. Syarat-syarat Penerimaan Mahasiswa ........................................ 113

4. Sistem Perkuliahan di IIQ Jakarta .............................................. 114

5. Peranan IIQ dalam Pengembangan Tausyih dan Ibtihalat di

Indonesia .................................................................................... 114

6. Pembinaan Tausyîh di IIQ Jakarta ............................................. 117

Silabus Mata Kuliah Nagham IIQ Jakarta ........................................ 118

C. Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) Nasional

1. Latar Belakang Berdirinya MTQ Nasional ................................ 128

2. Tujuan Pelaksanaan MTQ .......................................................... 129

3. Tingkatan dalam MTQ ............................................................... 142

D. Lembaga Tilawatil Qur’an (LPTQ)

1. Latar Belakang Berdirinya LPTQ .............................................. 142

2. Proses Berdirinya LPTQ ............................................................ 144

3. Peranan LPTQ dalam Pengembangan Tilawah Al-Qur`an ........ 146

BAB V: PENUTUP

A. KESIMPULAN ................................................................................ 149

B. SARAN ............................................................................................ 150

DAFTAR ISI ......................................................................................... 151

Page 12: DALAM PENGEMBANGAN SENI BACA AL-QUR’AN DI INDONESIA …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/618/2... · PERANAN TAUSYIH DAN IBTIHALAT DALAM PENGEMBANGAN SENI BACA AL-QUR’AN

xii

ABSTRAKSI

Di Indonesia Seni Baca Al-Qur’an begitu membudaya, sehingga

pemerintah memberikan apresiasi yang tinggi dan menyambut dengan

antusias dan penuh perhatian. Hal tersebut dibuktikan dengan diadakannya

Musabaqoh Tilawatil Qur’an (MTQ) dari tingkat Kecamatan hingga Nasional

dan bahkan sampai tingkat Internasional. Melihat antusias pemerintah

demikian besar, maka ulama Indonesia merasakan pentingnya pembinaan

seni. Semula hanya belajar di Masjid-masjid dengan materi maqro’-maqro’

yang disesuaikan dengan moment-moment tertentu. Dari teori sederhana, lalu

ditingkatkan teori pembinaannya, mengingat MTQ mencuat hingga tingkat

Internasional.

Penelitian mengenai Tausyih dan Ibtihalat masih jarang ditemukan.

Oleh karena itu, penulis akan mennjelaskan bagaimana peranan Tausyih dan

Ibtihalat dalam pengembangan seni baca Al-Qur’an di Indonesia.

Penelitian ini bersifat deskriptif yang data-datanya diperoleh

berdasarkan studi kepustakaan (Library research) yang dilakukan dengan

penelaahan buku-buku berkenaan dengan masalah yang dibahas. Selain itu

penelitian ini menggunakan metode observasi dan wawancara. Setiap data

yang terkumpul akan diklasifikasi berdasarkan masalah yang dibahas,

kemudian data di indentifikasi dan di analisis secara kualitatif.

Berdasarkan hasil penelitian, peranan Tausyih dan Ibtihalat bagi ilmu

lagu-lagu Al-Qur'an amatlah penting dan Tausyih itu dikatakan sebagai

qolbun Naghom. Di dalamnya mengandung lagu dan suara. Tanpa Tausyih,

naghom tidak dapat berkembang dengan leluasa. Kalimat-kalimat didalam

lirik Tausyih bervariasi, ada yang berisi syair tentang keagungan Allah,

sanjungan kepada Rasulullah, dan cerita tentang surga dan kiamat, dan lain-

lain. Sehingga bagus untuk direnungkan dan cepat dihafal. Keberadaan

Tausyih dan Ibtihalat di PTIQ dan IIQ sangat urgen, karena kalimatnya yang

bernuansa syair-syair mudah dihafal. Tausyih dan Ibtihalat perlu

dikembangkan, dimana menurut pandangan para qari Mesir seperti Syekh

Abdul karim bahwa Tausyih bila dipelajari membuat mudah mengingat

warna lagunya. Senada dengan pendapat diatas, Syekh Helbawy seorang

Mubtahil di daerah Dakrut Mesir dan ahli seni mengatakan untuk mencari

norma-norma lagu ada di Tausyih dan Ibtihalat. Untuk melatih suara tidak

terikat panjang pendeknya dan tepat bagi para pemula. Kemudahan lainnya

adalah bebas disenandungkan dimana saja dan kapan saja.

Page 13: DALAM PENGEMBANGAN SENI BACA AL-QUR’AN DI INDONESIA …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/618/2... · PERANAN TAUSYIH DAN IBTIHALAT DALAM PENGEMBANGAN SENI BACA AL-QUR’AN

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada mulanya ketika Islam masuk ke Indonesia orang belajar Al-

Qur’an menggunakan lagu apa adanya, sesuai dengan kondisi masing-

masing, Suku Jawa dengan irama Jawa, Suku Sunda dengan lagu Sunda,

Suku Melayu dengan lagu Melayu.

Kira-kira tahun 50-an para ulama Indonesia mempunyai kesempatan

belajar di Timur Tengah misalnya di Saudi Arabia, di Makkah, di Madinah

mereka membaca Al-Qur’an memakai lagu Makkah sesuai dengan lagu yang

diterima di sana.

Ketika mereka kembali ke Indonesia mereka mengajarkan seni baca

Al-Qur’an dengan lagu yang sudah mereka terima di Saudi Arabia, yaitu

menggunakan bacaan secara Tartil. Lagu-lagunya terkenal dengan lagu ala

berzanji mereka sebut lagunya Banjakah, Hirab, Maya, Rakby, Jiharkah,

Sikah, dan Dukkah, lalu disingkat menjadi هحمر جسد yang artinya “Jasadnya

kemerah-merahan” disebabkan karena tujuh lagu itu.1

Demikian juga ustadz

Prof. DR. H. Agil Munawar, MA. memberkan pengarahan tentang lagu yang

berkembang di Nusantara ini yakni ada 7 lagu; Shobah, Nahawand, Ajam,

Bayati, Sika Hijaz dan Rost, yang dihimpun menjadi ُرٍحَسَبِ عَنْص . 2

Pada tahun 60-an sesuai dengan perkembangan zaman, pemerintah

Mesir, dalam hal ini Universitas Al-Azhar pada setiap tahunnya mengirimkan

misinya Qari-Qari ke Indonesia, di saat itulah masyarakat Indonesia mulai

tertarik mempelajari lagu-lagu ala Mesir, yang lagu-lagunya sangat menarik,

memukau pendengarnya. Pada saat itu pula di Malaysia diselenggarakan

MTQ antar bangsa, akan tetapi Indonesia masih sangat minim, belum

mempunyai kemampuan melagukan Al-Qur’an yang indah seperti peserta

dari Mesir. Dari situlah masyarakat Indonesia terpanggil untuk mendalami

lebih lanjut seni baca Al-Qur’an.

Selama 30 tahun terakhir ini, telah tebukti bahwa seni baca Al-Qur’an

yang juga disebut seni tilawah, menerapkan sarana dakwah yang signifikan,

untuk mensyiarkan Al-Qur’an ke seluruh penjuru dunia, khususnya di

Indonesia.

Seni baca Al Qur’an begitu membudaya dalam kehidupan umat Islam.

Ia menjadi bagian dari tradisi dan budaya kegamaan, seperti untuk membuka

suatu upacara, sebagai perantara permohonan berkah, bahkan menjadi acara

1 Ahmad Syahid, Bunga Rampai Mutiara Al-Qur’an, JQH (Jakarta: Jam’iyatul

Qurro’wal Huffadz, 2006), hal 27. 2Pengarahan dari Prof. DR. H. Agil Munawwar, MA. Di Jakarta 30 Juli 2015

(ahli/qari Internasional dan ketua IPQOH Pusat)

Page 14: DALAM PENGEMBANGAN SENI BACA AL-QUR’AN DI INDONESIA …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/618/2... · PERANAN TAUSYIH DAN IBTIHALAT DALAM PENGEMBANGAN SENI BACA AL-QUR’AN

2

besar atau event besar di Madrasah-madrasah, Masjid-masjid, diperlombakan

antar siswa di berbagai event keagamaan seperti Peringatan Hari Besar Islam

(PHBI), misalnya acara Maulid, Isro’ Mi’roj, akhir sanah, dan lain-lain.

Tradisi dan kebudayaan tersebut adalah sebagai penyambung silaturahim dan

pemersatu bangsa.3

Komentar Pers di Mesir, saat peserta budaya di Eropa, di Prancis,

Itali, bahwa tradisi dan budaya kesenian Islam sangat baik dan menarik,

seperti alunan suara Ummi Kaltsum dikala melantunkan syair-syair Qasidah,

Ibtihalat.4

Di Indonesia Seni Baca Al-Qur’an begitu membudaya, sehingga

pemerintah memberikan apresiasi yang tinggi, pemerintah ikut menyambut

dengan antusias dan penuh perhatian dengan diadakan Musabaqoh Tilawatil

Qur’an (MTQ) dari tingkat Kecamatan hingga Nasional yang kemudian

pemenangnya dikirim ke MTQ Internasional.

Melihat antusiasme pemerintah demikian besar, maka ulama

Indonesia merasakan pentingnya pembinaan seni. Semula hanya belajar di

Masjid-masjid dengan materi maqro’-maqro’ yang disesuaikan dengan

moment-moment tertentu. Misalnya maqro’ maulid dengan surah Al-Ahzab,

maqro pengantinan dengan surah Ar-Rum, dan seterusnya. Pembelajaran

seperti itu mengalami kesulitan dalam kefasihan peserta yang dibina. Dari

teori sederhana tadi, lalu ditingkatkan teori pembinaannya, mengingat MTQ

mencuat hingga tingkat Internasional.

Dari MTQ ini dampaknya sangat positif dikalangan masyarakat dalam

menumbuh kembangkan kegairahan isi dan kandungan Al-Qur’an, bahkan

banyak tumbuh subur lembaga-lembaga Al-Qur’an di daerah-daerah, mereka

mengkaji secara spesifik ilmu-ilmu Al-Qur’an dari segala aspeknya, seperti

Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur’an (PTIQ) berdiri di Jakarta tahun 1971,

Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) tahun 1977 dan Madrasatul Qur’an tahun 1971

di Tebuireng Jombang Jawa Timur.

Pada tahun 1971 PTIQ mendatangkan Pembina seni tilawah atau seni

baca Al-Qur’an dari Timur Tengah, para qari yang handal, mahir dalam ilmu

seni, khususnya seni baca Al-Qur’an, mereka menamakan Ilmu Nagham.

Guru besar Ilmu Nagham itu adalah Syaikh Said Syarif, dua tahun

berikutnya Syeikh Abdul Qadir Abdul Adzim, lagu-lagu yang mereka ajarkan

di PTIQ dan IIQ dengan menggunakan materi Tausyih, sehingga lagu-lagu

Tausyih ini menjadi standar lagu-lagu Al-Qur’an di MTQ Nasional.

Pada tahun 1985 penulis telah dipercaya untuk mengajar Ilmu

Nagham di PTIQ Jakarta hingga tahun 1995, dan menggunakan materi

Tausyih. Pada tahun 1996 hingga sekarang penulis dipercaya untuk mengajar

3 Wawancara dengan Bapak KH. Muhaimin Zen, MA Ketua Umum Jam’iyatul

Qurro’wal Huffadz (JQH) Pusat tgl. 30 Oktober 2010. 4 Laporan KH. Ahsin Sakho dari Mesir, di IIQ th. 2006

Page 15: DALAM PENGEMBANGAN SENI BACA AL-QUR’AN DI INDONESIA …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/618/2... · PERANAN TAUSYIH DAN IBTIHALAT DALAM PENGEMBANGAN SENI BACA AL-QUR’AN

3

Ilmu Nagham di IIQ Jakarta. Kemudian penulis mendapat kesempatan ikut

mengadakan studi banding MTQ Internasinal di Kairo-Mesir pada tahun

2010 yang diadakan oleh PP. Jam’iyatul Qurro’ wal Huffadz (JQH). Penulis

menggunakan kesempatan emas itu dengan mengadakan penelitian Tausyih.

Di Mesir tersebut penulis melakukan wawancara secara langsung dengan

beberapa Syeikh yang ahli di bidang Seni Baca Al-Qur’an, seperti Syeikh

Helbawy di Dannur Kairo–Mesir, beliau menceritakan keberadaan Tausyih di

Mesir yang sekarang seirama dengan Ibtihalat. Beliau dikenal sebagai

Mubtahil.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis ingin menuangkan

ke dalam sebuah pikiran yang akan dijadikan Tesis yang berjudul “Peranan

Tausyih dan Ibtihalat dalam Pengembangan Seni Baca Al-Qur’an di

Indonesia (Studi Kasus di Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) dan Perguruan

Tinggi Ilmu Al-Qur’an (PTIQ).”

Karena memang Tausyih dan Ibtihalat mempunyai peranan penting

untuk mengembangkan lagu-lagu Al-Qur’an di Indonesia.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah adalah batasan masalah apa saja dari

keseluruhan masalah yang diidentifikasi dibagian latar belakang yang akan

menjadi fokus perhatian. Pembatasan masalah perlu dilakukan dalam

penelitian agar persoalan peneliti dapat dikaji lebih mendalam. Adapun

pembatasan dan perumusan masalah dalam tesis ini adalah:

a. Sejarah munculnya Tausyih dan Ibtihalat di Indonesia

b. Peranan Tausyih dan Ibtihalat dalam Pengembangan Seni Baca

Al-Qur’an di Indonesia

c. Urgensi Tausyih dan Ibitihalat

d. Eksistensi seni baca Al-Qur’an di Indonesia

2. Perumusan Masalah

Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

a. Bagaimana sejarah munculnya Tausyih dan Ibtihalat di Indonesia?

b. Bagaimana Peranan Tausyih dan Ibtihalat dalam Pengembangan

Seni Baca Al-Qur’an di Indonesia?

c. Apa urgensi Tausyih dan Ibitihalat?

d. Bagaimana eksistensi seni baca Al-Qur’an di Indonesia?

Page 16: DALAM PENGEMBANGAN SENI BACA AL-QUR’AN DI INDONESIA …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/618/2... · PERANAN TAUSYIH DAN IBTIHALAT DALAM PENGEMBANGAN SENI BACA AL-QUR’AN

4

C. Tujuan Penelitian

Dalam penelitian ini penulis mencoba mengkaji hal-hal yang

berkaitan dengan seni baca Al-Qur’an di Mesir dengan di Indonesia, dengan

tujuan sebagai berikut:

1. Tujuan Umum:

a. Untuk mengetahui tingkat pengembangan Tausyih dan Ibtihalat

di Dunia para qari/muqri.

b. Untuk mengetahui fungsi dan peranan Tausyih dan Ibtihalat di

PTIQ dan IIQ.

c. Untuk mengetahui efektifitas Tausyih dan Ibtihalat bagi para

pemula.

2. Tujuan Khusus:

a. Untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar magister Institut

Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta

b. Untuk menambah wawasan penulisan bidang seni baca Al-Qur’an

c. Untuk menambah khazanah perpustakaan IIQ

d. Penelitian tentang Tausyih dan Ibtihalat dilakukan untuk

mengetahui apakah Tausyih masih eksis di dunia seni baca Al-

Qur’an

D. Manfaat Penelitian

a. Bagi para dzawî al-ashwât dapat memberikan sumbangan

pemikiran, ide, atau gagasan

b. Untuk menambah literatur atau bahan referensi pada

perpustakaan IIQ dan PTIQ, dan lembaga-lembaga yang

mengembangkan seni baca Al-Qur’an seperti LPTQ, dan lain-

lain.

c. Bagi para praktisi dan MTQ dapat menjadi masukan dalam

mengembangkan seni baca Al-Qur’an di Indonesia dan

d. Dapat memberikan pemahaman seni baca Al-Qur’an bagi para

pemula yang sedang mempelajari Nagham.

e. Bagi dosen/guru Nagham mendapatkan materi baru dalam

mengajar ilmu Nagham.

f. Bagi dosen/guru Nagham, menambah kreatifitas, inovasi dan

improvisasi dalam memberikan mata kuliah Nagham.

g. Bagi qari atau qariah, menambah panduan kunci lagu-lagu Al-

Qur’an.

h. Bagi mahasiswa khususnya PTIQ/IIQ, meningkatkan semangat

belajar atau mengajar Nagham.

i. Sebagai referensi dalam bidang Nagham.

j. Untuk untuk membangun generasi yang Qur’ani.

Page 17: DALAM PENGEMBANGAN SENI BACA AL-QUR’AN DI INDONESIA …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/618/2... · PERANAN TAUSYIH DAN IBTIHALAT DALAM PENGEMBANGAN SENI BACA AL-QUR’AN

5

E. Kerangka Konsep

IIQ / PTIQ

Lembaga Tilawah

Maktabah Shoutiyah

TAUSYIH & IBTIHALAT

Pelatih / Dosen Nagham

Praktikum/ MTQ/ STQ

Seni Baca Al-Qur’an

F. Tinjauan Pustaka

Bedasarkan kajian pustaka yang penulis lakukan, penulis mendapatkan

karya tulis yang serupa tetapi tidak sama yaitu:

1. Karya Syari’ Sumin. Syari’ Sumin ini dalam menempuh gelar

Magister Agama (MA) di sekolah Pasca Sarjana UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta menulis tesis dengan judul:

“Seni baca Al-Qur’an dan Qiraat tujuh serta pelaksanaannya dalam

kurikulum Sekolah Tinggi Agama Islam Pengembangan Ilmu Al-

Qur’an (STAIPIQ) Sumatera Barat”.

Dalam perkembangannya mempekenalkan seni baca Al-Qur’an dan

Qiraat tujuh fokus di salah satu Perguruan Tinggi di Sumatera Barat,

yang tujuannya adalah agar mahasiswa mengenal tentang seni baca

Al-Qur’an dan Qiraat tujuh dan agar mahasiswa bisa membedakan

istilah antara Tilawah dan Qiraat. Sehingga tidak asing ketika

berhadapan di forum-forum komunitas keal-Qur’anan.

2. Karya tulis Rahmawati Jamal, mahasiswa Institut Ilmu Al-Qur’an

(IIQ) Jakarta Fakultas Tarbiyah Jurusan Pendidikan Agama Islam.

Skripsi yang menjadi syarat menempuh gelar sarjana Strata Satu ini

dengan judul:

Page 18: DALAM PENGEMBANGAN SENI BACA AL-QUR’AN DI INDONESIA …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/618/2... · PERANAN TAUSYIH DAN IBTIHALAT DALAM PENGEMBANGAN SENI BACA AL-QUR’AN

6

“Peranan Institut Ilmu Al-Qur’an dalam membina para Qariah di

IIQ”

Skripsi ini membahas tentang peranan lembaga dalam sistem

pembinaannya terhadap objek pendidikannya, tidak membahas

tentang Tausyih dan Ibtilahat.

3. Skripsi yang ditulis Sdr. Sholihin Z. Akhyar, mahasiswa Intitut

Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Fakultas Pendidikan Bahasa

dan Seni ini, untuk memenuhi persyaratan menempuh gelar Strata

Satu menulis dengan judul:

“Hubungan Antara Musik dan Tilawatil Qur’an”

Dalam pembahasan skripsi ini menjelaskan bahwa: Musik dan

Tilawail Qur’an sangat erat hubungannya. Oleh karena itu

pengajaran Tilawah pun berhubungan erat dengan pengajaran musik.

Apabila keduanya berjalan pararel (sejajar, berdampingan), akan

mendapatkan hasil yang lebih baik. Adapun unsur-unsur musik dan

Tilawatil Qur’an disimpulkan sebagai berikut: 1) Irama: Irama tak

berpola (irama bicara), 2) Nada: Sistem nada Timur Tengah (banyak

terdapat nada berjarak seperempat), dengan ambitus (wilayah nada)

dua oktaf, nada terendah dan tertinggi terdapat dalam lagu Bayati

dan Hijaz. 3) Melodi: Melismatis, kaya akan ornamen, sebagian

besar bergerak melangkah.

Karya tulis diatas tidak sama dengan judul yang akan penulis bahas

dalam Tesis dengan judul “Peranan Tausyih dan Ibtihalat Dalam

Mengembangkan Seni Baca Al-Qur’an Di Indonesia (Studi Kasus Insitut

Ilmu Al-Qur’an (IIQ) dan Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur’an (PTIQ)”

E. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Teknik penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang menggunakan

metode deskriptif analisis artinya metode dengan menggunakan

penggambaran dan penerapan konsep yang diakui dengan analisa dari

penulis.5 Penelitian deskriptif analisis bertujuan untuk menguraikan tentang

sifat-sifat dari suatu keadaan, dan sekedar memaparkan uraian (data dan

informasi) yang berdasarkan pada fakta yang diperoleh dari lapangan.6

Dengan metode ini akan digambarkan mekanisme pembelajaran seni

baca Al-Qur’an yang disebut Ilmu Nagham dengan teori versi Mesir dalam

materi Tausyih dan Ibtihalat di IIQ dan PTIQ.

5 Burhan Bungih, Metode Penelitian Kualitatif, Aktualisasi Metodologis, (Jakarta:

Raja Grafindo Persada, 2004), h.3 6 Supramto, Teknik Riset, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), h.38

Page 19: DALAM PENGEMBANGAN SENI BACA AL-QUR’AN DI INDONESIA …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/618/2... · PERANAN TAUSYIH DAN IBTIHALAT DALAM PENGEMBANGAN SENI BACA AL-QUR’AN

7

2. Sumber Data

Data yang dikumpulkan penulis, terdiri dari data primer dan data

sekunder.

a. Data Primer

Data primer adalah data yang dikumpulkan melalui observasi secara

langsung dan wawancara yang penulis lakukan dengan pihak-pihak terkait

yang menangani langsung proses pembelajaran Tausyih dan Ibtihalat.

b. Data Sekunder

1) Penulis menggunakan data sekunder yang diperoleh dari

buku jurnal artikel, makalah, dan karya ilmiah lainnya yang

berisi tentang informasi pendukung dan pelengkap data

primer dengan menggunakan kitab-kitab klasik dan kitab

modern seperti: Majmu’ Maulid Diba’i, Majmu’ Barzanji,

Fann Tarbiyah ash-Shaut, Jâmi’ al Nafahât al Qudsiyyah,

Tawâsyîh an-Naghamât, dan perkembangan seni baca Al-

Qur’an dan qiraat 7 di Indonesia.

2) Hasil penataran.

3) Hasil TC (Training Center).

3. Teknik Pengumpulan Data

Dalam teknik pengumpulan data, ada beberapa teknik yang dilakukan:

a. Observasi

Yaitu teknik pengumpulan data dengan melakukan kegiatan langsung

pada dosen yang ahli, pada perguruan tinggi untuk mencatat data yang

diperlukan dan hasil penelitian observasi berupa catatan lapangan.

b. Wawancara (Interview)

Yaitu peneliti melakukan wawancara dengan pihak-pihak yang terkait

baik langsung maupun via telepon melalui teknik wawancara tidak

terstruktur, bentuk pertanyaan yang akan diajukan terlebih dahulu disusun

sebelum proses wawancanra dilakukan, untuk mendapatkan informasi yang

dibutuhkan dan berkaitan dengan pembahasan. Mengenai strategi

pembelajaran Tausyih dan Ibtihalat serta kendala yang dihadapi. Penulis

mengkaji data yang diperoleh dari berbagai buku bahan, suatu teknik yang

dilakukan untuk mencapai pemahaman referensi dan bahan bacaan lain yang

relevan dengan pembahasan Tesis ini.

c. Penelitian Kepustakaan

Penggunaan sumber-sumber pustaka ini penulis kumpulkan melalui

buku jurnal, artikel, makalah, dan karya ilmiyah lainnya yang berisi tentang

informasi yang menjadi acuan teori untuk melengkapi data observasi.

Page 20: DALAM PENGEMBANGAN SENI BACA AL-QUR’AN DI INDONESIA …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/618/2... · PERANAN TAUSYIH DAN IBTIHALAT DALAM PENGEMBANGAN SENI BACA AL-QUR’AN

8

4. Langkah-langkah Penelitian

Pengelolahan data dilakukan secara manual dengan langkah-langkah:

a. Pengelompokan Data

Data yang diperoleh kemudian diseleksi hasil data yang diambil

hanya data-data yang berkaitan dengan kerangka teori, setelah data terkumpul

diseleksi, diklasifikasikan berdasarkan variabel yang dianalisis.

b. Analisa Data

Dalam menganalisis data penulis menggunakan metode deskriptif

analisis yaitu suatu analisis data dimana penulis menganalisa data-data yang

diperoleh dari hasil observasi dan wawancara dilakukan kajian secara

mendalam terhadap fakta yang ada melalui beberapa penguraian, kemudian

menganalisis dengan berpedoman pada sumber tertulis yang didapatkan dari

data kepustakaan. Metode analisis ini digunakan untuk menganalisis data

yang telah dikumpulkan. Penelitian ini menggunakan teknik analisis

deskriptif yaitu berusaha untuk menggambarkan apa yang ada, pendapat yang

sedang tumbuh, prosedur yang ada yang berlangsung serta yang

berkembang.7

Dalam penelitian yang penulis lakukan data penelitian menggunakan

kata-kata karena berisi tentang deskripsi tentang efektifitas pembelajaran

Tausyih dan Ibtihalat pada para dzawil ashwat/ qari qariah sehingga data-data

penelitian yang menjadi sumber primer adalah wawancara, mendalami yang

penulis lakukan. Sedangkan data-data dari buku, artikel, makalah, dan CD

kaset-kaset juga karya ilmiah lainnya adalah data-data sekunder yang penulis

gunakan untuk menunjang dan melengkapi data-data primer.

Dalam penelitian yang penulis lakukan analisis data dimulai dari

penetapan masalah, pengumpulan data, penyajian data sampai pada penarikan

kesimpulan.

G. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan tesis yang berjudul “Peranan Tausyih dan Ibtihalat

dalam Pengembangan Seni Baca Al-Qur’an (Studi Kasus Institut Ilmu Al-

Qur’an ( IIQ) dan Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur’an (PTIQ)”, dipergunakan

sistematika pembahasan yang terdiri dari 5 Bab:

BAB I Dalam bab ini terdiri dari latar belakang masalah, pembatasan

dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,

kerangka konsep, metode penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II Bab ini memuat gambaran umum tentang pengertian, sejarah,

dan macam-macam Tausyih, Ibtihalat dan Nagham. Kemudian

7 Sanapiah Faisal, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Surabaya:Usaha Nasional,

1982), h.119

Page 21: DALAM PENGEMBANGAN SENI BACA AL-QUR’AN DI INDONESIA …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/618/2... · PERANAN TAUSYIH DAN IBTIHALAT DALAM PENGEMBANGAN SENI BACA AL-QUR’AN

9

hukum melagukan Al-Qur’an serta munculnya seni baca Al-

Qur’an di Indonesia.

BAB III Bab ini membahas tentang urgensi Tausyih dan Ibtihalat,

inovasi dan improvisasi dalam memodifikasi lagu-lagu Al-

Qur’an serta peranan Tausyih dan Ibtihalat.

BAB IV Bab ini membahas tentang lembaga-lembaga Al-Qur’an

pengembang lagu-lagu Al-Qur’an, bagaimana eksistensi PTIQ,

eksistensi MTQ LPTQ, serta eksistensi IIQ.

BAB V Penutup. Bab ini berisi kesimpulan dan saran.

Page 22: DALAM PENGEMBANGAN SENI BACA AL-QUR’AN DI INDONESIA …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/618/2... · PERANAN TAUSYIH DAN IBTIHALAT DALAM PENGEMBANGAN SENI BACA AL-QUR’AN

149

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Setelah penulis menguraikan data yang terkai tdengan penulisan tesis

ini, maka dapat disederhanakan dengan kesimpulan sebagai berikut:

1. Tausyih dan Ibtihalat muncul pertama kali di Indonesia pada tahun

1973 yang dibawa oleh ahli seni baca Al-Qur’an dari Timur Tengah

yaitu Syaikh Said Syarif Al-Mishry dan diajarkan di Perguruan

Tinggi Ilmu Al-Qur’an (PTIQ). Kemudian pada tahun 1977

pembinaan Tausyih dan Ibtihalat dilanjutkan oleh Syaikh Abdul

Qodir Abdul Adzim Al-Mishry di Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ)

Jakarta.

2. Peranan Tausyih dan Ibtihalat dalam pengembangan ilmu lagu-lagu

Al-Qur'an amatlah penting karena Tausyih dikatakan sebagai qolbun

Naghom. Keberadaan Tausyih dan Ibtihalat di Indonesia khususnya

di IIQ dan PTIQ sangat urgen dalam pengembangan seni baca Al-

Qur’an, karena kalimatnya yang bernuansa syair-syair yang mudah

dihafal. Adapun beberapa perananan Tausyih dan Ibtihalat antara

lain: a) Kemudahan mengingat lagu, b) Kemudahan melatih suara, c)

Memudahkan latihan pernafasan dan, d) Memudahkan bagi para

wanita yang haidh.

3. Tausyih dan Ibtihalat sebagai suatu cara untuk memotivasi tilawah

dan sebagai alat bantu memenuhi misi Al-Qur’an.

4. Di Indonesia seni baca Al-Qur’an begitu membudaya, sehingga

pemerintah memberikan apresiasi yang tinggi dan menyambut dengan

penuh perhatian. Hal tersebut dibuktikan dengan diadakannya

Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) dari tingkat Kecamatan hingga

Nasional bahkan tingkat International.

B. Saran-saran

1. Hendaknya para dzawil ashwat mempelajari Tausyih dan Ibtihalat

agar supaya mudah untuk menirukan

2. Dengan Tausyih dan Ibtihalat bebas mengumandangkan, tidak

harus di masjid atau di mushala atau ditempat yang khusus karena

bukan ayat-ayat Al-Qur’an atau hadis.

3. Mempelajari Tausyih dan Ibtihalat mempunyai nilai sunnah

karena bertujuan untuk membaguskan lagu-lagu Al-Qur’an.

4. Tausyih dan Ibtihalat produk dari Al-Azhar Kairo dan dari

lembaga Al-Qur’an di Iran.

Page 23: DALAM PENGEMBANGAN SENI BACA AL-QUR’AN DI INDONESIA …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/618/2... · PERANAN TAUSYIH DAN IBTIHALAT DALAM PENGEMBANGAN SENI BACA AL-QUR’AN

150

5. Tausyih dan Ibtihalat merupakan acuan penting dari Nagham Al-

Qur’an

6. Tausyih dan Ibtihalat bias dipelajari oleh semua lapisan

masyarakat.

7. Tausyih dan Ibtihalat dipakai untuk panduan Nagham di IIQ dan

PTIQ

8. Tausyih dan Ibtihalat tidak mengandung dosa walaupun tidak

mempuyai nafas panjang.

9. Maka dengan beberapa poin di atas para pecinta seni lagu Al-

Qur’an hendaknya mempelajari secara serius agar lantunan Al-

Qur’an lebih indah dan menawan. Dan hendaknya latihan setiap

hari minimal 10 menit. Selamat berlatih!

Page 24: DALAM PENGEMBANGAN SENI BACA AL-QUR’AN DI INDONESIA …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/618/2... · PERANAN TAUSYIH DAN IBTIHALAT DALAM PENGEMBANGAN SENI BACA AL-QUR’AN

151

DAFTAR PUSTAKA

_____, Abu Bakar. Syu’b al-Iman, Jilid IV. Bombai: Dar as-Salafiyah, 2003.

_____, Muhammad bin Ismail. Shahih al-Bukhari, Jilid VI.

Abbas, Arifin. Peri Hidup Muhammad Rasulullah SAW, JilidI, Cet. IV,

Penerbit Firma Islamiyah, Medan, 1960.

Ahsin Sakho Muhammad, Materi STQ dan MTQ Cabang Tilawah Al-

Qur’an. Jakarta: IIQ Press,2014.

Al-Anshari, KH. Mukhtar Luthfi, “Penataran Dewan Hakim dan Pelatih Qari-

qariah”, di Wisma Sejaktera, 1981, Jakarta.

Al-Qur’an Perkembangan dan Pendidikan di Indonesia, Risalah Islamiyah,

no.11,IX, 1977, h.39.

Asnawi, H. Abdullah Zaini D. 1000 Qasidah. Lamongan: Gema Suara

Pesantren, 2005.

Asyiq, Nur. Beberapa Aspek Ilmiah tentang Al-Qur’an. PTIQ Jakarta: 1986)

h. 163 Miftah, KH. A, Zaini. Historical Back Ground PTIQ, Ihya‟

Ulumuddin, no.13 tahun ke II, Juli ke II, Juli 1971.

At-Turmudzi, Muhammad bin Isa bin Surah. Sunan at-Turmudzi, Jilid V.

Beirut: Dar al-Gharb al-Islami, 1998.

Azhar, Baihaqi. Majmûah ash-Shalawâtwa at-Tawâsyîh an-Naghamât.

Jombang: BPTQ Darul Ulum, 1999.

Al-Baihaqi, Abu Bakar. Sya’b al-Iman, Jilid IV. Bombai: Dar as-Salafiyah,

2003.

Al-Bukhari, Muhammad bin Ismail Abu Abdillah. Shahih al-Bukhari, Jilid

IX. Damaskus: Dar Thauq an-Najah, 1422 H.

Bungih, Burhan. Metode Penelitian Kualitatif, Aktualisasi Metodologis.

Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004.

Bunyamin, Umar bin. Anâsyîd ash-Shafâ fî Madh al-Musthafâ.

Pekalongan:Cet. Habib Hasan bin Idrus al-Athas, 2000.

Ad-Darimi, Abu Muhammad Abdillah. Sunan ad-Darimy, Jilid I. Beirut: Dar

al-Basyair, 2013.

Page 25: DALAM PENGEMBANGAN SENI BACA AL-QUR’AN DI INDONESIA …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/618/2... · PERANAN TAUSYIH DAN IBTIHALAT DALAM PENGEMBANGAN SENI BACA AL-QUR’AN

152

Ad-Daruquthni, Abu al-Hasan Ali bin Umar. Sunan ad-Daruquthni, Jilid I,

(Beirut: Muassasah ar-Risalah, 2004.

Dahlan, KH. A. Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur’an Menyiapkan Ulama, Ihya‟

Ulumuddin, no. 13 tahun ke II, Juli 1971.

Dananjaya, Utomo, dkk., Pelembagaan Tilawatil Qur’an. Jakarta: LP MTQ

DKI, 1977.

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya. Jakarta: Departemen

Agama RI, 2010.

Gazalba, Sidi. Islam Integrasi Ilmu dan Kebudayaan. Jakarta: Tinta Mas,

1967.

Hanbal, Abu Abdillah Ahmad bin Muhammad bin. Musnad Ahmad ibn

Hanbal, Jilid XXV, (Beirut: Muassasah ar-Risalah, 2001.

Hardi, Mukhyar. Tawasyîh an-Naghamât. Jakarta: Al-Masyrafiyah, 1402 H.

Khalil, Athiyat Abdul Khaliq dan Nahid Ahmad Hafidz. Fann Tarbiyah ash-

Shaut.

Al-Jazari, Muhammad Syamsuddin Ibn, Matn al-Jazariyah. Darul Mughni,

2001.

Khalil, Mahmud. Ma’ al-Qur’an. Kairo: Maktabah as-Sunnah, 2002.

Kuliah Nagham Syaikh Abdul Qadir Abdul Adzim al Mishry th 1977.

Laporan KH. Ahsin Sakho dari Mesir, di IIQ th. 2006

Mandzur, Ibnu. Lisân al-‘Arab, Jilid II. Beirut: Dar Shadir, t.t.

Modul Nagham Al-Qur‟an Institut Ilmu Al-Qur‟an Jakarta

Muhaimin Zen dan Ahmad Mustafid. Bunga Rampai Mutiara Al-Qur’an,

Jakarta: JQH, t.th.

Muhammad, Ahsin Sakho. “Membaca Al-Qur‟an dengan Tarannun”,

makalah disampaikan pada acara Seminar Antar Bangsa Qira‟at dan

Qurra yang diadakan oleh Fakulti Pengajian Kontemporari Islam,

University Sultan Zainal Abidin di Kampus Gong Buduk 21300

Kuola Trengganu-Malaysia, pada 29-30 Oktober 2010.

Page 26: DALAM PENGEMBANGAN SENI BACA AL-QUR’AN DI INDONESIA …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/618/2... · PERANAN TAUSYIH DAN IBTIHALAT DALAM PENGEMBANGAN SENI BACA AL-QUR’AN

153

Muhammad, Ali bin. Lubabut Ta’wil, dikutib dari Ahmad Rif‟at bin

„Utsman, Majmatut Tafsir. Mesir: Penerbit Amairah, t.t.

Munawwar, Agil, Metode Baghdadi. PP. JQH NU, 2014.

Munawwir, Ahmad Warson. Al-Munawwir; Kamus Arab-Indonesia.

Surabaya: Pustaka Progressif, 1997.

Murad, Khurram. Membangun Generasi Qur’ani. Jakarta: Media Dakwah,

1999.

Musthafa, Ibrahim. Al-Mu’jam al-Wasith. Kairo: Maktabah as-Syuruq ad-

Dauliyah, t.t.

An-Naisaburi, Muslim bin Hajjaj al-Qusyairi. Shahih Muslim, Jilid I. Beirut:

Dar Ihya at-Turats al-Arabi, t.t.

An-Nawawi, Yahya bin Syaraffuddin. Riyadus Shalihin. Surabaya: Salim

Nabhan, t.t.

Nasution, Ahmad Sayuthi Ansori. Bunyi Bahasa. Jakarta: UIN Jakarta Press,

2006.

Prawiranegara, H. Alamsyah Ratu. Buku Petunjuk Umum Musabaqah

Tilawatil Qur‟an Tingkat Nasional ke XI di Semarang 1979, Jawa

Tengah.

Al-Qazwini, Ibn Majah Abu Abdillah. Sunan Ibn Majah, Jilid I. Kairo: Dar

Ihya al-Kutub al-Arabi, t.t.

Al-Qubbani, Muhammad „Aroby. Jami’ Al-Nafahât al-Qudsiyyah. Beirut:

Dar al-Khair, 1998.

As-Shiddieqy, Hasbi. Sejarah dan Pengantar Ilmu Tafsir. Jakarta: Bulan

Bintang, 1977.

As-Sijistani, Abu Daud Sulaiman bin al-Asy‟ats. Sunan Abi Daud, Jilid II.

Beirut: al-Maktabah al-Ashriyah, t.t.

Salim, Muhsin. Ilmu Nagham Al-Qur’an. Jakarta: Kebayoran Widya Ripta,

2000.

Shalihah, Khadijatus. Perkembangan Seni Baca al-Quran dan Qiraat 7 di

Indonesia. Jakarta: PT al-Husna,1986.

Supramto. Teknik Riset. Jakarta: Rineka Cipta, 2000.

Page 27: DALAM PENGEMBANGAN SENI BACA AL-QUR’AN DI INDONESIA …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/618/2... · PERANAN TAUSYIH DAN IBTIHALAT DALAM PENGEMBANGAN SENI BACA AL-QUR’AN

154

Sya‟rawi, Mutawalli. Gerbang Memahami Al-Qur’an. Tangerang: Hikam.

Syahid, KH. Ahmad MA. Bunga Rampai Mutiara Al-Qur’an, JQH. Jakarta:

Jam‟iyatul Qurro‟wal Huffadz, 2006.

Wawancara dengan Bapak HA. Muhaimin Zen, MA Ketua Umum JQH

(Jam‟iyatul Qurro‟wal Huffadz) Pusat tgl. 30 Oktober 2010.

Wawancara dengan Drs. H. Efendi Zarkasi pada tahun 2009, di kantor LPTQ

Nasional.

Wawancara dengan H.A Wasit Aulawi MA, Ketua Bidang Musabaqah

Tilawatil Qur‟an Tingkat Nasional 11 Juni 1980 di Masjid Istiqlal.

Wawancara dengan KH Bashori Alwi di Pesantren Ilmu Al-Qur‟an (PIQ)

Singosari- Malang, 15 Agustus 2013/ 8 Syawal 1434 H.

Wawancara dengan KH. Ahmad Syahid, MA di Pesantren al-Falah Bandung

pada 4 Rajab 1432, Cicalengka, Bandung.

Wawancara dengan Prof Dr. KH Agil Husain Munawar pada 21 Agustus

2015.

Wawancara dengan Syaikh As-Sirri th. 1999.

Wawancara dengan Syaikh Helbawi Mesir pada 27 Juni 2010

Wawancara dengan Wakil Direktur III, PTIQ.

Page 28: DALAM PENGEMBANGAN SENI BACA AL-QUR’AN DI INDONESIA …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/618/2... · PERANAN TAUSYIH DAN IBTIHALAT DALAM PENGEMBANGAN SENI BACA AL-QUR’AN

HASIL WAWANCARA DENGAN SYAIKH HELBAWI

Nama Responden : Syaikh Muhammad Helbawi

Waktu : Pada 20 Ramadhan 1431 H/ 27 Juni 2010 M

Tempat : Dakkur, Kairo – Mesir

Pada bulan Ramadhan 1431 H, kami mengadakan studi banding ke Mesir

bersama dengan Drs. Ust. H. Ihsan dan Hj. Sri Wahyuni. Di sana kami

mengunjungi kediaman Syaikh Helbawi dengan mengajukan beberapa

pertanyaan.

1. Menghadapi antusiasme masyarakat Indonesia yang begitu besar seperti

sekarang sedang mengikuti MTQ Internasional di Mesir, kami

masyarakat Indonesia menggali ilmu seni ini di dua perguruan tinggi,

yaitu di PTIQ dan IIQ Jakarta. Ilmu seni lagu yang kami dapatkan yaitu

dari Syaikh Said Syarif al-Mishri pada tahun 1973 di PTIQ. Ilmu seni

lagu kedua yaitu dari Syaikh Abdul Qadir Abdul Adzim al-Mishri pada

tahun 1977 di IIQ. Ilmu seni lagu ini disebut dengan Nagham dengan

materi Tausyih. Apakah Tausyih ini masih berkumandang di Mesir?

Jawab: Tausyih masih berkembang pesat di Kairo, juga di kalangan

masyarakat secara umum. Seperti di lembaga-lembaga Al-Qur’an,

madrasah, dan tempat-tempat pendidikan agama lainnya.

2. Apakah di sini Tausyih masih dipelajari dan dihafalkan sampai sekarang?

Jawab: Tausyih masih banyak di minati oleh kaum muda. Karena Tausyih

bernuansa seni dan ia merupakan penjelmaan dari Nagham.

3. Tausyih sebagai acuan akustik lagu-lagu Al-Qur’an masuk ke kalangan

pelajar baik di pesantren maupun di kalangan awam, apakah di sini ada

mata pelajaran Tausyih?

Jawab: Tausyih masih di pelajari karena Tausyih di sini banyak peminat.

Bahkan tidak hanya Tausyih tetapi muncul istilah baru yang dinamakan

Ibtihalat.

4. Apakah bisa merombak suara yang rendah menjadi tinggi, suara polos

menjadi bergelombang?

Jawab: Bisa, asalkan mempunyai jiwa seni. Karena suara yang bagus

adalah anugerah dari Allah SWT. Allah berfirman يزيد فى الخلق ما يشاء 5. Siapa saja yang menjadi ahli di dalam bidang Tausyih?

Jawab: Ahli di bidang Tausyih adalah para qari seperti Syaikh Said

Syarif, Syaikh Abdul Qadir Abdul Adzim, Syaikh Abdul Karim, Syaikh

Khalil Mahmud al-Khushari, Syaikh Abdul Basith, dan lain-lain.

6. Apa julukan orang yang mengumandangkan Tausyih?

Jawab: Muwasyih.

7. Apa julukan bagi orang yang mengumandangakan Ibtihalat?

Page 29: DALAM PENGEMBANGAN SENI BACA AL-QUR’AN DI INDONESIA …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/618/2... · PERANAN TAUSYIH DAN IBTIHALAT DALAM PENGEMBANGAN SENI BACA AL-QUR’AN

Jawab: Mubtahil

8. Siapa saja ahli di bidang Ibtihalat?

Jawab: Saya, Nashruddin Thubar, Syaikh Rif’at, dan baru-baru ini ada

penyanyi bernama Maher Zain, dan masih banyak lagi.

9. Ada berapa Maqam Asasi menurut Syaikh?

Jawab: Ada tujuh, yaitu Bayyati, Hijaz, Rast, Sika, Nahawand, Shaba,

dan Ajam.

10. Apa yang dimaksud dengan Nagham menurut Syaikh?

11. Jawab: Nagham memiliki tangga lagu, antara turun dan naik. Di dalam

tangga lagu mengandung oktaf seperti Do, Re, Mi, Fa, So, La, dan Si. Di

dalam bahasa Farsi disebut Yakah, Dukah, Sikah, Jahargah, Banjakah,

Syisykah, dan Haftakah.

12. Saya pernah mendengar istilah irtijal. Apakah irtijal itu?

Jawab: Ialah seni melagu dengan cara mendadak, atau menyanyi

dadakan. Cara ini sangat sulit, tidak banyak yang bisa melakukannya

karena bersifat spontanitas. Yang harus diperhatikan pada saat

membaca Al-Qur’an dengan irtijal adalah memperhatikan tajwid.

Page 30: DALAM PENGEMBANGAN SENI BACA AL-QUR’AN DI INDONESIA …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/618/2... · PERANAN TAUSYIH DAN IBTIHALAT DALAM PENGEMBANGAN SENI BACA AL-QUR’AN

WAWANCARA DENGAN SYAIKH MIVEH DI IRAN

Nama : Syaikh Shahmiveh Isfahani

Waktu : 30 November 2011

Tempat : Isfahan, Iran

Kami menghadiri undangan keagamaan Kerjasama antar lembaga Al-Qur’an

seklaigus menghadiri MTQ Internasional di Iran tepatnya di kota Qum dan

langsung mencari informasi tentang seni suara (Tausyih) di kota Isfahan.

Kami menginap di Hotel Karim bersama para qari-qariah dari Indonesia. Di

antaranya Bpk. Ust. H. Fadhlan Zainuddin (Medan), Prof. Dr. KH. Ahmad

Mubarak, MA, KH. Agil Siraj Munawwar, MA dan isteri. Pada saat itu hadir

Syaikh Miveh memberikan kuliah perdana membahas tentang tilawah. Pada

saat itu kami bertanya tentang perkembangan tilawah di Iran.

1. Apakah di Iran ada istilah Nagham?

Jawab: Ada, hanya saja yang masyhur adalah tilawah. Kami juga

mengetahui tarannum seperti di Malaysia. Keduanya sama-sama seni

suara.

2. Apakah Nagham di Iran memiliki panduan seperti di Mesir?

Jawab: Ada. Bedanya di Mesir menggunakan istilah Tausyih sedangkan

di Iran menggunakan Madh yang di dalamnya mengandung sejarah

Rasul.

3. Apakah lagu-lagu yang dikembangkan sama dengan yang ada di Mesir?

Jawab: Sama. Bahkan di Iran memiliki lagu Banjakah, Syisykah,

Haftakah, Jihargah, Sikah, Dukah, dan Yakah.

4. Saya pernah mendengar lagu Dukah, apakah ia identik dengan Barzanji?

Jawab: Iya, lagu Barzanji banyak memakai lagu Dukah. Di Indonesia

dikenal dengan lagu Nahawand.

5. Apakah Nahawand itu lagu asli Iran?

Jawab: Iya. Ia ada di kota Hamadan. Sedangkan lagu Jiharkah sering

dikumandangkan di acara peringatan hari wafat Siti Fatimah dan

Sayyidina Ali.

6. Apakah shalawat Nariyah dikumandangkan dalam majlis-majlis ta’lim

Iran?

Jawab: Tidak, ia hanya dikumandangkan sesudah shalat sebagai doa.

7. Apakah di Iran ada Barzanji?

Jawab: Ada, bahkan sering dikumandangkan shalawat li khamsatun uthfi

biha. Selain itu digunakan juga lagu ibadallah rijalallah.