PERANAN TAUSYIH DAN IBTIHALAT
DALAM PENGEMBANGAN SENI BACA AL-QUR’AN DI INDONESIA
(Studi Kasus Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) dan Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur’an
(PTIQ)
Tesis
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister Agama (MA)
Dalam Bidang Ilmu Agama Islam
Oleh :
KHADIJATUS SHOLIHAH
NIM. 298410017
KONSENTRASI ULUM AL-QUR’AN & ULUM AL-HADITS
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ) JAKARTA
2015 M/1436 H
PERANAN TAUSYIH DAN IBTIHALAT
DALAM PENGEMBANGAN SENI BACA AL-QUR’AN DI INDONESIA
(Studi Kasus Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) dan Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur’an
(PTIQ)
Tesis
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister Agama (MA) Dalam
Bidang Ilmu Agama Islam
Oleh :
KHADIJATUS SHOLIHAH
NIM. 298410017
Pembimbing:
Prof. Dr. KH. Said Agil Husain al-Munawwar, MA.
Dr. Sayuthi Anshari Nasution, MA.
KONSENTRASI ULUM AL-QUR’AN & ULUM AL-HADITS
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ) JAKARTA
2015 M/1436 H
iii
Lembar Pengesahan Tesis
Tesis dengan judul “Peranan Tausyih Dan Ibtihalat Dalam Pengembangan Seni Baca Al-
Qur’an Di Indonesia” (Studi Kasus Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Dan Perguruan Tinggi
Ilmu Al-Qur’an (PTIQ), yang disusun oleh Khadijatus Sholihah dengan Nomor Induk
298410017 telah diujikan pada sidang Munaqasyah Program Pasca Sarjana Institut Ilmu Al-
Qur’an (IIQ) Jakarta pada hari Kamis, 14 Januari 2016 M/ 04 Rabi’ul Akhir 1437 H dan
dinyatakan lulus dengan predikat AMAT BAIK.
Direktur Pascasarjana
DR. KH. Ahmad Munif Suratmaputra, MA.
Panitia Ujian Tanda Tangan Tanggal
DR. KH. Ahmad Munif Suratmaputra ( ) ( )
Ketua Sidang
DR. KH. Ahmad Fudhaili, M.Ag ( ) ( )
Sekretaris
Prof. DR. Hj. Huzaemah T. Yanggo, MA. ( ) ( )
Penguji 1
DR. H. Nadratuzzaman, M.Ec.,M.Sc. ( ) ( )
Penguji II
Prof. DR. KH. Said Agil Husen Al-Munawwar, MA( ) ( )
Pembimbing I/Penguji III
iv
PERNYATAAN PENULIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Tesis ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah
satu persyaratan memperoleh gelar Strata 2 di Institul Ilmu Al-Qur’an (IIQ)
Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di IIQ Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi
dicabutnya gelar yang diperoleh karenanya, yang berlaku di IIQ Jakarta.
Jakarta, 26 Agustus 2015
Khadijatus Sholihah
v
MOTTO PENULIS
Tiada Hari Tanpa Nagham (Kidung)
vi
KATA PENGANTAR
Bismillâhirrahmânirrahîm
Segala puji milik Allah swt. Dzat yang Maha Cerdas dan Bijaksana, sumber dari
segala ilmu pengetahuan. Tiada sesuatupun yang dapat berjalan kecuali atas kehendak-
Nya. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan keharibaan Insan Kamil, pusat
inspirasi setiap manusia, pemilik syafa’atul udzma, Baginda Rasul Muhammad saw.
beserta segenap keluarganya dan para sahabatnya.
Alhamdulillah, karya tulis tesis yang berjudul ”Peranan Tausyih dan Ibtihalat
Dalam Pengembangan Seni Baca Al-Qur’an Di Indonesia (Studi Kasus Institut Ilmu Al-
Qur’an (IIQ) dan Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur’an (PTIQ)” ini sudah rampung penulis
kerjakan. Selesainya penulisan ini tidak lepas dari adanya bantuan, dukungan, dan
dorongan, baik secara langsung maupun tidak langsung dari berbagai pihak. Oleh
karenanya pada kesempatan yang berbahagia ini penulis sampaikan terimakasih yang
sedalam-dalamnya kepada:
1. Ibu Prof. DR. Hj. Huzaemah T. Yanggo, MA. Rektor Institut Ilmu Al-Qur’an
(IIQ) Jakarta
2. Bapak DR. KH. Ahmad Munif Suratmaputra, MA., Direktur Pascasarjana Institut
Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta
3. Bapak Prof. DR. H. Agil Husen Munawar, MA. dan Bapak Dr. H. Ahmad Sayuti
Anshari Nasutionn, MA. Yang telah membimbing penulis dengan baik.
4. Para dosen dan staff pascasarjana IIQ atas yang telah memberikan bimbingan
selama penulis menuntut ilmu.
Sekali lagi penulis haturkan terimakasih yang tulus kepada semua pihak yang telah
membantu. Akhirnya, penulis sampaikan semoga skripsi ini dapat memberi manfaat
kepada penulis dan kepada siapapun yang membacanya. Penulis menyadari bahwa
penulisan tesis ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, kritik dan saran dari
pembaca sangat penulis harapkan demi kesempurnaan karya-karya selanjutnya.
Jakarta, 25 Agustus 2015
Penulis
vii
PEDOMAN TRANSLITERASI
A. Konsonan
q ق Z ز A ا
k ك S س B ب
l ل Sy ش T ت
m م Sh ص Ts ث
n ن Dh ض J ج
w و Th ط H ح
h ه Zh ظ Kh خ
` ء ‘ ع D د
y ي Gh غ Dz د
F ف R ر
B. Vokal
Vokal Tunggal Vokal Panjang Vokal Rangkap
Fathah: a ً ا: a ًى… : ai
Kasrah: i ى: i و…: au
Dhamma: u و : u
C. Kata Sandang
1. Kata sandang yang diikuti al-Qamariyah
Kata sandang yang diikuti oleh al-Qamariyah ditransiletarasikan sesuai
dengan bunyinya, yaitu huruf I (el) diganti dengan huruf yang sama dengan
huruf yang langsung mengikuti kata sandang itu.
Contoh: البقرة (al-Baqarah)
(al-Madînah) المدنة
2. Kata sandang yang diikuti al-Syamsiyah
Kata sandang yang diikuti oleh al-Syamsiyah ditransliterasikan sesuai dengan
aturan yang digariskan didepan sesuai dengan bunyinya.
Contohhhh:
viii
(asy-Syamsu) الشمس (ar-rajul) الرجل
(as-sayyidah) السيدة (ad-dârimî) الدارمي
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................ ii
PENGESAHAN TESIS .......................................................................... iii
SURAT PERNYATAAN ........................................................................ iv
MOTTO ................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ............................................................................. vi
PEDOMAN TRANSLITERASI ............................................................ vii
DAFTAR ISI ........................................................................................... ix
ABSTRAKSI ........................................................................................... xii
BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ....................................................... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ................................... 3
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................ 4
D. Kerangka Konsep ................................................................. 5
E. Tinjauan Pustaka .................................................................. 5
F. Metodologi Penelitian .......................................................... 6
G. Sistematika Penulisan ........................................................... 8
BAB II : TAUSYÎH, IBTIHALAT DAN HUKUM MELAGUKAN
AL-QUR’AN
A. Tausyîh
1. Pengertian Tausyîh ......................................................... 11
2. Sejarah Tausyîh .............................................................. 11
3. Macam – macam Tausyîh ............................................... 12
4. Contoh Tausyîh .............................................................. 13
B. Ibtihalat
1. Pengertian Ibtihalat ........................................................ 23
2. Sejarah Ibtihalat ............................................................. 24
3. Macam – macam Ibtihalat .............................................. 24
4. Contoh Ibtihalat .............................................................. 25
C. Perkembangan Tausyîh dan Ibtihalat. .................................. 32
x
D. Nagham
1. Pengertian Nagham ........................................................ 35
2. Sejarah Nagham ............................................................. 39
3. Munculnya Seni Baca Al-Qur’an di Indonesia .............. 44
4. Perkembangan Seni Baca Al-Qur’an di Indonesia ......... 49
5. Macam-macam Nagham dan Tangga Nadanya ............. 50
E. Hukum Melagukan Al-Qur’an ............................................. 71
BAB III: URGENSI DAN PERANAN TAUSYIH DAN
IBTIHALAT
A. Urgensi Tausyîh dan Ibtihalat dalam Pengembangan Seni
Baca Al-Qur`an
1. Tausyih dan Ibtihalat Sebagai Suatu Cara Untuk
Memotivasi Tilawah ....................................................... 81
2. Tausyîh dan Ibtihalat Alat Bantu Memenuhi Misi Al-
Qur’an ............................................................................. 82
3. Rangkaian Huruf Hijaiyah Sebagai Pengendali dan
Penyelaras Tausyîh dan Ibtihalat ................................... 85
a. Menurut KH. Bashori Alwi
b. Menurut KH. Q. Ahmad Syahid
4. Inovasi dan Improvisasi dalam Memodifikasi Lagu-
lagu Al-Qur’an Sebagai Kiat dalam Meningkatkan
Keindahan Tilawah ........................................................ 93
5. Langkah-langkah yang Harus Dilakukan dalam
Pengembangan Seni Baca Al-Qur’an ............................. 97
B. Peranan Tausyih dan Ibtihalat dalam Pengembangan Seni
baca Al-Qur`an
1. Kemudahan Mengingat Lagu ......................................... 98
2. Kemudahan Melatih Suara ............................................. 99
3. Memudahkan Latihan Nafas .......................................... 101
4. Memudahkan Para Wanita yang Sedang Haid ............... 101
BAB IV LEMBAGA AL-QUR’AN PENGEMBANG LAGU-LAGU AL-
QUR’AN
A. Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur’an (PTIQ)
1. Latar Belakang PTIQ didirikan .................................................. 103
2. Proses Berdirinya PTIQ ............................................................. 105
3. Tujuan PTIQ Didirikan .............................................................. 106
4. Perkembangan PTIQ .................................................................. 107
5. Hubungan PTIQ dengan Masyarakat dan Misinya .................... 108
6. Pelaksanaan Tausyîh di PTIQ .................................................... 110
xi
B. Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ)
1. Latar Belakang Berdirinya IIQ Jakarta ...................................... 111
2. Visi dan Misi IIQ Jakarta ........................................................... 113
3. Syarat-syarat Penerimaan Mahasiswa ........................................ 113
4. Sistem Perkuliahan di IIQ Jakarta .............................................. 114
5. Peranan IIQ dalam Pengembangan Tausyih dan Ibtihalat di
Indonesia .................................................................................... 114
6. Pembinaan Tausyîh di IIQ Jakarta ............................................. 117
Silabus Mata Kuliah Nagham IIQ Jakarta ........................................ 118
C. Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) Nasional
1. Latar Belakang Berdirinya MTQ Nasional ................................ 128
2. Tujuan Pelaksanaan MTQ .......................................................... 129
3. Tingkatan dalam MTQ ............................................................... 142
D. Lembaga Tilawatil Qur’an (LPTQ)
1. Latar Belakang Berdirinya LPTQ .............................................. 142
2. Proses Berdirinya LPTQ ............................................................ 144
3. Peranan LPTQ dalam Pengembangan Tilawah Al-Qur`an ........ 146
BAB V: PENUTUP
A. KESIMPULAN ................................................................................ 149
B. SARAN ............................................................................................ 150
DAFTAR ISI ......................................................................................... 151
xii
ABSTRAKSI
Di Indonesia Seni Baca Al-Qur’an begitu membudaya, sehingga
pemerintah memberikan apresiasi yang tinggi dan menyambut dengan
antusias dan penuh perhatian. Hal tersebut dibuktikan dengan diadakannya
Musabaqoh Tilawatil Qur’an (MTQ) dari tingkat Kecamatan hingga Nasional
dan bahkan sampai tingkat Internasional. Melihat antusias pemerintah
demikian besar, maka ulama Indonesia merasakan pentingnya pembinaan
seni. Semula hanya belajar di Masjid-masjid dengan materi maqro’-maqro’
yang disesuaikan dengan moment-moment tertentu. Dari teori sederhana, lalu
ditingkatkan teori pembinaannya, mengingat MTQ mencuat hingga tingkat
Internasional.
Penelitian mengenai Tausyih dan Ibtihalat masih jarang ditemukan.
Oleh karena itu, penulis akan mennjelaskan bagaimana peranan Tausyih dan
Ibtihalat dalam pengembangan seni baca Al-Qur’an di Indonesia.
Penelitian ini bersifat deskriptif yang data-datanya diperoleh
berdasarkan studi kepustakaan (Library research) yang dilakukan dengan
penelaahan buku-buku berkenaan dengan masalah yang dibahas. Selain itu
penelitian ini menggunakan metode observasi dan wawancara. Setiap data
yang terkumpul akan diklasifikasi berdasarkan masalah yang dibahas,
kemudian data di indentifikasi dan di analisis secara kualitatif.
Berdasarkan hasil penelitian, peranan Tausyih dan Ibtihalat bagi ilmu
lagu-lagu Al-Qur'an amatlah penting dan Tausyih itu dikatakan sebagai
qolbun Naghom. Di dalamnya mengandung lagu dan suara. Tanpa Tausyih,
naghom tidak dapat berkembang dengan leluasa. Kalimat-kalimat didalam
lirik Tausyih bervariasi, ada yang berisi syair tentang keagungan Allah,
sanjungan kepada Rasulullah, dan cerita tentang surga dan kiamat, dan lain-
lain. Sehingga bagus untuk direnungkan dan cepat dihafal. Keberadaan
Tausyih dan Ibtihalat di PTIQ dan IIQ sangat urgen, karena kalimatnya yang
bernuansa syair-syair mudah dihafal. Tausyih dan Ibtihalat perlu
dikembangkan, dimana menurut pandangan para qari Mesir seperti Syekh
Abdul karim bahwa Tausyih bila dipelajari membuat mudah mengingat
warna lagunya. Senada dengan pendapat diatas, Syekh Helbawy seorang
Mubtahil di daerah Dakrut Mesir dan ahli seni mengatakan untuk mencari
norma-norma lagu ada di Tausyih dan Ibtihalat. Untuk melatih suara tidak
terikat panjang pendeknya dan tepat bagi para pemula. Kemudahan lainnya
adalah bebas disenandungkan dimana saja dan kapan saja.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada mulanya ketika Islam masuk ke Indonesia orang belajar Al-
Qur’an menggunakan lagu apa adanya, sesuai dengan kondisi masing-
masing, Suku Jawa dengan irama Jawa, Suku Sunda dengan lagu Sunda,
Suku Melayu dengan lagu Melayu.
Kira-kira tahun 50-an para ulama Indonesia mempunyai kesempatan
belajar di Timur Tengah misalnya di Saudi Arabia, di Makkah, di Madinah
mereka membaca Al-Qur’an memakai lagu Makkah sesuai dengan lagu yang
diterima di sana.
Ketika mereka kembali ke Indonesia mereka mengajarkan seni baca
Al-Qur’an dengan lagu yang sudah mereka terima di Saudi Arabia, yaitu
menggunakan bacaan secara Tartil. Lagu-lagunya terkenal dengan lagu ala
berzanji mereka sebut lagunya Banjakah, Hirab, Maya, Rakby, Jiharkah,
Sikah, dan Dukkah, lalu disingkat menjadi هحمر جسد yang artinya “Jasadnya
kemerah-merahan” disebabkan karena tujuh lagu itu.1
Demikian juga ustadz
Prof. DR. H. Agil Munawar, MA. memberkan pengarahan tentang lagu yang
berkembang di Nusantara ini yakni ada 7 lagu; Shobah, Nahawand, Ajam,
Bayati, Sika Hijaz dan Rost, yang dihimpun menjadi ُرٍحَسَبِ عَنْص . 2
Pada tahun 60-an sesuai dengan perkembangan zaman, pemerintah
Mesir, dalam hal ini Universitas Al-Azhar pada setiap tahunnya mengirimkan
misinya Qari-Qari ke Indonesia, di saat itulah masyarakat Indonesia mulai
tertarik mempelajari lagu-lagu ala Mesir, yang lagu-lagunya sangat menarik,
memukau pendengarnya. Pada saat itu pula di Malaysia diselenggarakan
MTQ antar bangsa, akan tetapi Indonesia masih sangat minim, belum
mempunyai kemampuan melagukan Al-Qur’an yang indah seperti peserta
dari Mesir. Dari situlah masyarakat Indonesia terpanggil untuk mendalami
lebih lanjut seni baca Al-Qur’an.
Selama 30 tahun terakhir ini, telah tebukti bahwa seni baca Al-Qur’an
yang juga disebut seni tilawah, menerapkan sarana dakwah yang signifikan,
untuk mensyiarkan Al-Qur’an ke seluruh penjuru dunia, khususnya di
Indonesia.
Seni baca Al Qur’an begitu membudaya dalam kehidupan umat Islam.
Ia menjadi bagian dari tradisi dan budaya kegamaan, seperti untuk membuka
suatu upacara, sebagai perantara permohonan berkah, bahkan menjadi acara
1 Ahmad Syahid, Bunga Rampai Mutiara Al-Qur’an, JQH (Jakarta: Jam’iyatul
Qurro’wal Huffadz, 2006), hal 27. 2Pengarahan dari Prof. DR. H. Agil Munawwar, MA. Di Jakarta 30 Juli 2015
(ahli/qari Internasional dan ketua IPQOH Pusat)
2
besar atau event besar di Madrasah-madrasah, Masjid-masjid, diperlombakan
antar siswa di berbagai event keagamaan seperti Peringatan Hari Besar Islam
(PHBI), misalnya acara Maulid, Isro’ Mi’roj, akhir sanah, dan lain-lain.
Tradisi dan kebudayaan tersebut adalah sebagai penyambung silaturahim dan
pemersatu bangsa.3
Komentar Pers di Mesir, saat peserta budaya di Eropa, di Prancis,
Itali, bahwa tradisi dan budaya kesenian Islam sangat baik dan menarik,
seperti alunan suara Ummi Kaltsum dikala melantunkan syair-syair Qasidah,
Ibtihalat.4
Di Indonesia Seni Baca Al-Qur’an begitu membudaya, sehingga
pemerintah memberikan apresiasi yang tinggi, pemerintah ikut menyambut
dengan antusias dan penuh perhatian dengan diadakan Musabaqoh Tilawatil
Qur’an (MTQ) dari tingkat Kecamatan hingga Nasional yang kemudian
pemenangnya dikirim ke MTQ Internasional.
Melihat antusiasme pemerintah demikian besar, maka ulama
Indonesia merasakan pentingnya pembinaan seni. Semula hanya belajar di
Masjid-masjid dengan materi maqro’-maqro’ yang disesuaikan dengan
moment-moment tertentu. Misalnya maqro’ maulid dengan surah Al-Ahzab,
maqro pengantinan dengan surah Ar-Rum, dan seterusnya. Pembelajaran
seperti itu mengalami kesulitan dalam kefasihan peserta yang dibina. Dari
teori sederhana tadi, lalu ditingkatkan teori pembinaannya, mengingat MTQ
mencuat hingga tingkat Internasional.
Dari MTQ ini dampaknya sangat positif dikalangan masyarakat dalam
menumbuh kembangkan kegairahan isi dan kandungan Al-Qur’an, bahkan
banyak tumbuh subur lembaga-lembaga Al-Qur’an di daerah-daerah, mereka
mengkaji secara spesifik ilmu-ilmu Al-Qur’an dari segala aspeknya, seperti
Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur’an (PTIQ) berdiri di Jakarta tahun 1971,
Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) tahun 1977 dan Madrasatul Qur’an tahun 1971
di Tebuireng Jombang Jawa Timur.
Pada tahun 1971 PTIQ mendatangkan Pembina seni tilawah atau seni
baca Al-Qur’an dari Timur Tengah, para qari yang handal, mahir dalam ilmu
seni, khususnya seni baca Al-Qur’an, mereka menamakan Ilmu Nagham.
Guru besar Ilmu Nagham itu adalah Syaikh Said Syarif, dua tahun
berikutnya Syeikh Abdul Qadir Abdul Adzim, lagu-lagu yang mereka ajarkan
di PTIQ dan IIQ dengan menggunakan materi Tausyih, sehingga lagu-lagu
Tausyih ini menjadi standar lagu-lagu Al-Qur’an di MTQ Nasional.
Pada tahun 1985 penulis telah dipercaya untuk mengajar Ilmu
Nagham di PTIQ Jakarta hingga tahun 1995, dan menggunakan materi
Tausyih. Pada tahun 1996 hingga sekarang penulis dipercaya untuk mengajar
3 Wawancara dengan Bapak KH. Muhaimin Zen, MA Ketua Umum Jam’iyatul
Qurro’wal Huffadz (JQH) Pusat tgl. 30 Oktober 2010. 4 Laporan KH. Ahsin Sakho dari Mesir, di IIQ th. 2006
3
Ilmu Nagham di IIQ Jakarta. Kemudian penulis mendapat kesempatan ikut
mengadakan studi banding MTQ Internasinal di Kairo-Mesir pada tahun
2010 yang diadakan oleh PP. Jam’iyatul Qurro’ wal Huffadz (JQH). Penulis
menggunakan kesempatan emas itu dengan mengadakan penelitian Tausyih.
Di Mesir tersebut penulis melakukan wawancara secara langsung dengan
beberapa Syeikh yang ahli di bidang Seni Baca Al-Qur’an, seperti Syeikh
Helbawy di Dannur Kairo–Mesir, beliau menceritakan keberadaan Tausyih di
Mesir yang sekarang seirama dengan Ibtihalat. Beliau dikenal sebagai
Mubtahil.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis ingin menuangkan
ke dalam sebuah pikiran yang akan dijadikan Tesis yang berjudul “Peranan
Tausyih dan Ibtihalat dalam Pengembangan Seni Baca Al-Qur’an di
Indonesia (Studi Kasus di Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) dan Perguruan
Tinggi Ilmu Al-Qur’an (PTIQ).”
Karena memang Tausyih dan Ibtihalat mempunyai peranan penting
untuk mengembangkan lagu-lagu Al-Qur’an di Indonesia.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah adalah batasan masalah apa saja dari
keseluruhan masalah yang diidentifikasi dibagian latar belakang yang akan
menjadi fokus perhatian. Pembatasan masalah perlu dilakukan dalam
penelitian agar persoalan peneliti dapat dikaji lebih mendalam. Adapun
pembatasan dan perumusan masalah dalam tesis ini adalah:
a. Sejarah munculnya Tausyih dan Ibtihalat di Indonesia
b. Peranan Tausyih dan Ibtihalat dalam Pengembangan Seni Baca
Al-Qur’an di Indonesia
c. Urgensi Tausyih dan Ibitihalat
d. Eksistensi seni baca Al-Qur’an di Indonesia
2. Perumusan Masalah
Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a. Bagaimana sejarah munculnya Tausyih dan Ibtihalat di Indonesia?
b. Bagaimana Peranan Tausyih dan Ibtihalat dalam Pengembangan
Seni Baca Al-Qur’an di Indonesia?
c. Apa urgensi Tausyih dan Ibitihalat?
d. Bagaimana eksistensi seni baca Al-Qur’an di Indonesia?
4
C. Tujuan Penelitian
Dalam penelitian ini penulis mencoba mengkaji hal-hal yang
berkaitan dengan seni baca Al-Qur’an di Mesir dengan di Indonesia, dengan
tujuan sebagai berikut:
1. Tujuan Umum:
a. Untuk mengetahui tingkat pengembangan Tausyih dan Ibtihalat
di Dunia para qari/muqri.
b. Untuk mengetahui fungsi dan peranan Tausyih dan Ibtihalat di
PTIQ dan IIQ.
c. Untuk mengetahui efektifitas Tausyih dan Ibtihalat bagi para
pemula.
2. Tujuan Khusus:
a. Untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar magister Institut
Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta
b. Untuk menambah wawasan penulisan bidang seni baca Al-Qur’an
c. Untuk menambah khazanah perpustakaan IIQ
d. Penelitian tentang Tausyih dan Ibtihalat dilakukan untuk
mengetahui apakah Tausyih masih eksis di dunia seni baca Al-
Qur’an
D. Manfaat Penelitian
a. Bagi para dzawî al-ashwât dapat memberikan sumbangan
pemikiran, ide, atau gagasan
b. Untuk menambah literatur atau bahan referensi pada
perpustakaan IIQ dan PTIQ, dan lembaga-lembaga yang
mengembangkan seni baca Al-Qur’an seperti LPTQ, dan lain-
lain.
c. Bagi para praktisi dan MTQ dapat menjadi masukan dalam
mengembangkan seni baca Al-Qur’an di Indonesia dan
d. Dapat memberikan pemahaman seni baca Al-Qur’an bagi para
pemula yang sedang mempelajari Nagham.
e. Bagi dosen/guru Nagham mendapatkan materi baru dalam
mengajar ilmu Nagham.
f. Bagi dosen/guru Nagham, menambah kreatifitas, inovasi dan
improvisasi dalam memberikan mata kuliah Nagham.
g. Bagi qari atau qariah, menambah panduan kunci lagu-lagu Al-
Qur’an.
h. Bagi mahasiswa khususnya PTIQ/IIQ, meningkatkan semangat
belajar atau mengajar Nagham.
i. Sebagai referensi dalam bidang Nagham.
j. Untuk untuk membangun generasi yang Qur’ani.
5
E. Kerangka Konsep
IIQ / PTIQ
Lembaga Tilawah
Maktabah Shoutiyah
TAUSYIH & IBTIHALAT
Pelatih / Dosen Nagham
Praktikum/ MTQ/ STQ
Seni Baca Al-Qur’an
F. Tinjauan Pustaka
Bedasarkan kajian pustaka yang penulis lakukan, penulis mendapatkan
karya tulis yang serupa tetapi tidak sama yaitu:
1. Karya Syari’ Sumin. Syari’ Sumin ini dalam menempuh gelar
Magister Agama (MA) di sekolah Pasca Sarjana UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta menulis tesis dengan judul:
“Seni baca Al-Qur’an dan Qiraat tujuh serta pelaksanaannya dalam
kurikulum Sekolah Tinggi Agama Islam Pengembangan Ilmu Al-
Qur’an (STAIPIQ) Sumatera Barat”.
Dalam perkembangannya mempekenalkan seni baca Al-Qur’an dan
Qiraat tujuh fokus di salah satu Perguruan Tinggi di Sumatera Barat,
yang tujuannya adalah agar mahasiswa mengenal tentang seni baca
Al-Qur’an dan Qiraat tujuh dan agar mahasiswa bisa membedakan
istilah antara Tilawah dan Qiraat. Sehingga tidak asing ketika
berhadapan di forum-forum komunitas keal-Qur’anan.
2. Karya tulis Rahmawati Jamal, mahasiswa Institut Ilmu Al-Qur’an
(IIQ) Jakarta Fakultas Tarbiyah Jurusan Pendidikan Agama Islam.
Skripsi yang menjadi syarat menempuh gelar sarjana Strata Satu ini
dengan judul:
6
“Peranan Institut Ilmu Al-Qur’an dalam membina para Qariah di
IIQ”
Skripsi ini membahas tentang peranan lembaga dalam sistem
pembinaannya terhadap objek pendidikannya, tidak membahas
tentang Tausyih dan Ibtilahat.
3. Skripsi yang ditulis Sdr. Sholihin Z. Akhyar, mahasiswa Intitut
Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Fakultas Pendidikan Bahasa
dan Seni ini, untuk memenuhi persyaratan menempuh gelar Strata
Satu menulis dengan judul:
“Hubungan Antara Musik dan Tilawatil Qur’an”
Dalam pembahasan skripsi ini menjelaskan bahwa: Musik dan
Tilawail Qur’an sangat erat hubungannya. Oleh karena itu
pengajaran Tilawah pun berhubungan erat dengan pengajaran musik.
Apabila keduanya berjalan pararel (sejajar, berdampingan), akan
mendapatkan hasil yang lebih baik. Adapun unsur-unsur musik dan
Tilawatil Qur’an disimpulkan sebagai berikut: 1) Irama: Irama tak
berpola (irama bicara), 2) Nada: Sistem nada Timur Tengah (banyak
terdapat nada berjarak seperempat), dengan ambitus (wilayah nada)
dua oktaf, nada terendah dan tertinggi terdapat dalam lagu Bayati
dan Hijaz. 3) Melodi: Melismatis, kaya akan ornamen, sebagian
besar bergerak melangkah.
Karya tulis diatas tidak sama dengan judul yang akan penulis bahas
dalam Tesis dengan judul “Peranan Tausyih dan Ibtihalat Dalam
Mengembangkan Seni Baca Al-Qur’an Di Indonesia (Studi Kasus Insitut
Ilmu Al-Qur’an (IIQ) dan Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur’an (PTIQ)”
E. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Teknik penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang menggunakan
metode deskriptif analisis artinya metode dengan menggunakan
penggambaran dan penerapan konsep yang diakui dengan analisa dari
penulis.5 Penelitian deskriptif analisis bertujuan untuk menguraikan tentang
sifat-sifat dari suatu keadaan, dan sekedar memaparkan uraian (data dan
informasi) yang berdasarkan pada fakta yang diperoleh dari lapangan.6
Dengan metode ini akan digambarkan mekanisme pembelajaran seni
baca Al-Qur’an yang disebut Ilmu Nagham dengan teori versi Mesir dalam
materi Tausyih dan Ibtihalat di IIQ dan PTIQ.
5 Burhan Bungih, Metode Penelitian Kualitatif, Aktualisasi Metodologis, (Jakarta:
Raja Grafindo Persada, 2004), h.3 6 Supramto, Teknik Riset, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), h.38
7
2. Sumber Data
Data yang dikumpulkan penulis, terdiri dari data primer dan data
sekunder.
a. Data Primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan melalui observasi secara
langsung dan wawancara yang penulis lakukan dengan pihak-pihak terkait
yang menangani langsung proses pembelajaran Tausyih dan Ibtihalat.
b. Data Sekunder
1) Penulis menggunakan data sekunder yang diperoleh dari
buku jurnal artikel, makalah, dan karya ilmiah lainnya yang
berisi tentang informasi pendukung dan pelengkap data
primer dengan menggunakan kitab-kitab klasik dan kitab
modern seperti: Majmu’ Maulid Diba’i, Majmu’ Barzanji,
Fann Tarbiyah ash-Shaut, Jâmi’ al Nafahât al Qudsiyyah,
Tawâsyîh an-Naghamât, dan perkembangan seni baca Al-
Qur’an dan qiraat 7 di Indonesia.
2) Hasil penataran.
3) Hasil TC (Training Center).
3. Teknik Pengumpulan Data
Dalam teknik pengumpulan data, ada beberapa teknik yang dilakukan:
a. Observasi
Yaitu teknik pengumpulan data dengan melakukan kegiatan langsung
pada dosen yang ahli, pada perguruan tinggi untuk mencatat data yang
diperlukan dan hasil penelitian observasi berupa catatan lapangan.
b. Wawancara (Interview)
Yaitu peneliti melakukan wawancara dengan pihak-pihak yang terkait
baik langsung maupun via telepon melalui teknik wawancara tidak
terstruktur, bentuk pertanyaan yang akan diajukan terlebih dahulu disusun
sebelum proses wawancanra dilakukan, untuk mendapatkan informasi yang
dibutuhkan dan berkaitan dengan pembahasan. Mengenai strategi
pembelajaran Tausyih dan Ibtihalat serta kendala yang dihadapi. Penulis
mengkaji data yang diperoleh dari berbagai buku bahan, suatu teknik yang
dilakukan untuk mencapai pemahaman referensi dan bahan bacaan lain yang
relevan dengan pembahasan Tesis ini.
c. Penelitian Kepustakaan
Penggunaan sumber-sumber pustaka ini penulis kumpulkan melalui
buku jurnal, artikel, makalah, dan karya ilmiyah lainnya yang berisi tentang
informasi yang menjadi acuan teori untuk melengkapi data observasi.
8
4. Langkah-langkah Penelitian
Pengelolahan data dilakukan secara manual dengan langkah-langkah:
a. Pengelompokan Data
Data yang diperoleh kemudian diseleksi hasil data yang diambil
hanya data-data yang berkaitan dengan kerangka teori, setelah data terkumpul
diseleksi, diklasifikasikan berdasarkan variabel yang dianalisis.
b. Analisa Data
Dalam menganalisis data penulis menggunakan metode deskriptif
analisis yaitu suatu analisis data dimana penulis menganalisa data-data yang
diperoleh dari hasil observasi dan wawancara dilakukan kajian secara
mendalam terhadap fakta yang ada melalui beberapa penguraian, kemudian
menganalisis dengan berpedoman pada sumber tertulis yang didapatkan dari
data kepustakaan. Metode analisis ini digunakan untuk menganalisis data
yang telah dikumpulkan. Penelitian ini menggunakan teknik analisis
deskriptif yaitu berusaha untuk menggambarkan apa yang ada, pendapat yang
sedang tumbuh, prosedur yang ada yang berlangsung serta yang
berkembang.7
Dalam penelitian yang penulis lakukan data penelitian menggunakan
kata-kata karena berisi tentang deskripsi tentang efektifitas pembelajaran
Tausyih dan Ibtihalat pada para dzawil ashwat/ qari qariah sehingga data-data
penelitian yang menjadi sumber primer adalah wawancara, mendalami yang
penulis lakukan. Sedangkan data-data dari buku, artikel, makalah, dan CD
kaset-kaset juga karya ilmiah lainnya adalah data-data sekunder yang penulis
gunakan untuk menunjang dan melengkapi data-data primer.
Dalam penelitian yang penulis lakukan analisis data dimulai dari
penetapan masalah, pengumpulan data, penyajian data sampai pada penarikan
kesimpulan.
G. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan tesis yang berjudul “Peranan Tausyih dan Ibtihalat
dalam Pengembangan Seni Baca Al-Qur’an (Studi Kasus Institut Ilmu Al-
Qur’an ( IIQ) dan Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur’an (PTIQ)”, dipergunakan
sistematika pembahasan yang terdiri dari 5 Bab:
BAB I Dalam bab ini terdiri dari latar belakang masalah, pembatasan
dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,
kerangka konsep, metode penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II Bab ini memuat gambaran umum tentang pengertian, sejarah,
dan macam-macam Tausyih, Ibtihalat dan Nagham. Kemudian
7 Sanapiah Faisal, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Surabaya:Usaha Nasional,
1982), h.119
9
hukum melagukan Al-Qur’an serta munculnya seni baca Al-
Qur’an di Indonesia.
BAB III Bab ini membahas tentang urgensi Tausyih dan Ibtihalat,
inovasi dan improvisasi dalam memodifikasi lagu-lagu Al-
Qur’an serta peranan Tausyih dan Ibtihalat.
BAB IV Bab ini membahas tentang lembaga-lembaga Al-Qur’an
pengembang lagu-lagu Al-Qur’an, bagaimana eksistensi PTIQ,
eksistensi MTQ LPTQ, serta eksistensi IIQ.
BAB V Penutup. Bab ini berisi kesimpulan dan saran.
149
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Setelah penulis menguraikan data yang terkai tdengan penulisan tesis
ini, maka dapat disederhanakan dengan kesimpulan sebagai berikut:
1. Tausyih dan Ibtihalat muncul pertama kali di Indonesia pada tahun
1973 yang dibawa oleh ahli seni baca Al-Qur’an dari Timur Tengah
yaitu Syaikh Said Syarif Al-Mishry dan diajarkan di Perguruan
Tinggi Ilmu Al-Qur’an (PTIQ). Kemudian pada tahun 1977
pembinaan Tausyih dan Ibtihalat dilanjutkan oleh Syaikh Abdul
Qodir Abdul Adzim Al-Mishry di Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ)
Jakarta.
2. Peranan Tausyih dan Ibtihalat dalam pengembangan ilmu lagu-lagu
Al-Qur'an amatlah penting karena Tausyih dikatakan sebagai qolbun
Naghom. Keberadaan Tausyih dan Ibtihalat di Indonesia khususnya
di IIQ dan PTIQ sangat urgen dalam pengembangan seni baca Al-
Qur’an, karena kalimatnya yang bernuansa syair-syair yang mudah
dihafal. Adapun beberapa perananan Tausyih dan Ibtihalat antara
lain: a) Kemudahan mengingat lagu, b) Kemudahan melatih suara, c)
Memudahkan latihan pernafasan dan, d) Memudahkan bagi para
wanita yang haidh.
3. Tausyih dan Ibtihalat sebagai suatu cara untuk memotivasi tilawah
dan sebagai alat bantu memenuhi misi Al-Qur’an.
4. Di Indonesia seni baca Al-Qur’an begitu membudaya, sehingga
pemerintah memberikan apresiasi yang tinggi dan menyambut dengan
penuh perhatian. Hal tersebut dibuktikan dengan diadakannya
Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) dari tingkat Kecamatan hingga
Nasional bahkan tingkat International.
B. Saran-saran
1. Hendaknya para dzawil ashwat mempelajari Tausyih dan Ibtihalat
agar supaya mudah untuk menirukan
2. Dengan Tausyih dan Ibtihalat bebas mengumandangkan, tidak
harus di masjid atau di mushala atau ditempat yang khusus karena
bukan ayat-ayat Al-Qur’an atau hadis.
3. Mempelajari Tausyih dan Ibtihalat mempunyai nilai sunnah
karena bertujuan untuk membaguskan lagu-lagu Al-Qur’an.
4. Tausyih dan Ibtihalat produk dari Al-Azhar Kairo dan dari
lembaga Al-Qur’an di Iran.
150
5. Tausyih dan Ibtihalat merupakan acuan penting dari Nagham Al-
Qur’an
6. Tausyih dan Ibtihalat bias dipelajari oleh semua lapisan
masyarakat.
7. Tausyih dan Ibtihalat dipakai untuk panduan Nagham di IIQ dan
PTIQ
8. Tausyih dan Ibtihalat tidak mengandung dosa walaupun tidak
mempuyai nafas panjang.
9. Maka dengan beberapa poin di atas para pecinta seni lagu Al-
Qur’an hendaknya mempelajari secara serius agar lantunan Al-
Qur’an lebih indah dan menawan. Dan hendaknya latihan setiap
hari minimal 10 menit. Selamat berlatih!
151
DAFTAR PUSTAKA
_____, Abu Bakar. Syu’b al-Iman, Jilid IV. Bombai: Dar as-Salafiyah, 2003.
_____, Muhammad bin Ismail. Shahih al-Bukhari, Jilid VI.
Abbas, Arifin. Peri Hidup Muhammad Rasulullah SAW, JilidI, Cet. IV,
Penerbit Firma Islamiyah, Medan, 1960.
Ahsin Sakho Muhammad, Materi STQ dan MTQ Cabang Tilawah Al-
Qur’an. Jakarta: IIQ Press,2014.
Al-Anshari, KH. Mukhtar Luthfi, “Penataran Dewan Hakim dan Pelatih Qari-
qariah”, di Wisma Sejaktera, 1981, Jakarta.
Al-Qur’an Perkembangan dan Pendidikan di Indonesia, Risalah Islamiyah,
no.11,IX, 1977, h.39.
Asnawi, H. Abdullah Zaini D. 1000 Qasidah. Lamongan: Gema Suara
Pesantren, 2005.
Asyiq, Nur. Beberapa Aspek Ilmiah tentang Al-Qur’an. PTIQ Jakarta: 1986)
h. 163 Miftah, KH. A, Zaini. Historical Back Ground PTIQ, Ihya‟
Ulumuddin, no.13 tahun ke II, Juli ke II, Juli 1971.
At-Turmudzi, Muhammad bin Isa bin Surah. Sunan at-Turmudzi, Jilid V.
Beirut: Dar al-Gharb al-Islami, 1998.
Azhar, Baihaqi. Majmûah ash-Shalawâtwa at-Tawâsyîh an-Naghamât.
Jombang: BPTQ Darul Ulum, 1999.
Al-Baihaqi, Abu Bakar. Sya’b al-Iman, Jilid IV. Bombai: Dar as-Salafiyah,
2003.
Al-Bukhari, Muhammad bin Ismail Abu Abdillah. Shahih al-Bukhari, Jilid
IX. Damaskus: Dar Thauq an-Najah, 1422 H.
Bungih, Burhan. Metode Penelitian Kualitatif, Aktualisasi Metodologis.
Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004.
Bunyamin, Umar bin. Anâsyîd ash-Shafâ fî Madh al-Musthafâ.
Pekalongan:Cet. Habib Hasan bin Idrus al-Athas, 2000.
Ad-Darimi, Abu Muhammad Abdillah. Sunan ad-Darimy, Jilid I. Beirut: Dar
al-Basyair, 2013.
152
Ad-Daruquthni, Abu al-Hasan Ali bin Umar. Sunan ad-Daruquthni, Jilid I,
(Beirut: Muassasah ar-Risalah, 2004.
Dahlan, KH. A. Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur’an Menyiapkan Ulama, Ihya‟
Ulumuddin, no. 13 tahun ke II, Juli 1971.
Dananjaya, Utomo, dkk., Pelembagaan Tilawatil Qur’an. Jakarta: LP MTQ
DKI, 1977.
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya. Jakarta: Departemen
Agama RI, 2010.
Gazalba, Sidi. Islam Integrasi Ilmu dan Kebudayaan. Jakarta: Tinta Mas,
1967.
Hanbal, Abu Abdillah Ahmad bin Muhammad bin. Musnad Ahmad ibn
Hanbal, Jilid XXV, (Beirut: Muassasah ar-Risalah, 2001.
Hardi, Mukhyar. Tawasyîh an-Naghamât. Jakarta: Al-Masyrafiyah, 1402 H.
Khalil, Athiyat Abdul Khaliq dan Nahid Ahmad Hafidz. Fann Tarbiyah ash-
Shaut.
Al-Jazari, Muhammad Syamsuddin Ibn, Matn al-Jazariyah. Darul Mughni,
2001.
Khalil, Mahmud. Ma’ al-Qur’an. Kairo: Maktabah as-Sunnah, 2002.
Kuliah Nagham Syaikh Abdul Qadir Abdul Adzim al Mishry th 1977.
Laporan KH. Ahsin Sakho dari Mesir, di IIQ th. 2006
Mandzur, Ibnu. Lisân al-‘Arab, Jilid II. Beirut: Dar Shadir, t.t.
Modul Nagham Al-Qur‟an Institut Ilmu Al-Qur‟an Jakarta
Muhaimin Zen dan Ahmad Mustafid. Bunga Rampai Mutiara Al-Qur’an,
Jakarta: JQH, t.th.
Muhammad, Ahsin Sakho. “Membaca Al-Qur‟an dengan Tarannun”,
makalah disampaikan pada acara Seminar Antar Bangsa Qira‟at dan
Qurra yang diadakan oleh Fakulti Pengajian Kontemporari Islam,
University Sultan Zainal Abidin di Kampus Gong Buduk 21300
Kuola Trengganu-Malaysia, pada 29-30 Oktober 2010.
153
Muhammad, Ali bin. Lubabut Ta’wil, dikutib dari Ahmad Rif‟at bin
„Utsman, Majmatut Tafsir. Mesir: Penerbit Amairah, t.t.
Munawwar, Agil, Metode Baghdadi. PP. JQH NU, 2014.
Munawwir, Ahmad Warson. Al-Munawwir; Kamus Arab-Indonesia.
Surabaya: Pustaka Progressif, 1997.
Murad, Khurram. Membangun Generasi Qur’ani. Jakarta: Media Dakwah,
1999.
Musthafa, Ibrahim. Al-Mu’jam al-Wasith. Kairo: Maktabah as-Syuruq ad-
Dauliyah, t.t.
An-Naisaburi, Muslim bin Hajjaj al-Qusyairi. Shahih Muslim, Jilid I. Beirut:
Dar Ihya at-Turats al-Arabi, t.t.
An-Nawawi, Yahya bin Syaraffuddin. Riyadus Shalihin. Surabaya: Salim
Nabhan, t.t.
Nasution, Ahmad Sayuthi Ansori. Bunyi Bahasa. Jakarta: UIN Jakarta Press,
2006.
Prawiranegara, H. Alamsyah Ratu. Buku Petunjuk Umum Musabaqah
Tilawatil Qur‟an Tingkat Nasional ke XI di Semarang 1979, Jawa
Tengah.
Al-Qazwini, Ibn Majah Abu Abdillah. Sunan Ibn Majah, Jilid I. Kairo: Dar
Ihya al-Kutub al-Arabi, t.t.
Al-Qubbani, Muhammad „Aroby. Jami’ Al-Nafahât al-Qudsiyyah. Beirut:
Dar al-Khair, 1998.
As-Shiddieqy, Hasbi. Sejarah dan Pengantar Ilmu Tafsir. Jakarta: Bulan
Bintang, 1977.
As-Sijistani, Abu Daud Sulaiman bin al-Asy‟ats. Sunan Abi Daud, Jilid II.
Beirut: al-Maktabah al-Ashriyah, t.t.
Salim, Muhsin. Ilmu Nagham Al-Qur’an. Jakarta: Kebayoran Widya Ripta,
2000.
Shalihah, Khadijatus. Perkembangan Seni Baca al-Quran dan Qiraat 7 di
Indonesia. Jakarta: PT al-Husna,1986.
Supramto. Teknik Riset. Jakarta: Rineka Cipta, 2000.
154
Sya‟rawi, Mutawalli. Gerbang Memahami Al-Qur’an. Tangerang: Hikam.
Syahid, KH. Ahmad MA. Bunga Rampai Mutiara Al-Qur’an, JQH. Jakarta:
Jam‟iyatul Qurro‟wal Huffadz, 2006.
Wawancara dengan Bapak HA. Muhaimin Zen, MA Ketua Umum JQH
(Jam‟iyatul Qurro‟wal Huffadz) Pusat tgl. 30 Oktober 2010.
Wawancara dengan Drs. H. Efendi Zarkasi pada tahun 2009, di kantor LPTQ
Nasional.
Wawancara dengan H.A Wasit Aulawi MA, Ketua Bidang Musabaqah
Tilawatil Qur‟an Tingkat Nasional 11 Juni 1980 di Masjid Istiqlal.
Wawancara dengan KH Bashori Alwi di Pesantren Ilmu Al-Qur‟an (PIQ)
Singosari- Malang, 15 Agustus 2013/ 8 Syawal 1434 H.
Wawancara dengan KH. Ahmad Syahid, MA di Pesantren al-Falah Bandung
pada 4 Rajab 1432, Cicalengka, Bandung.
Wawancara dengan Prof Dr. KH Agil Husain Munawar pada 21 Agustus
2015.
Wawancara dengan Syaikh As-Sirri th. 1999.
Wawancara dengan Syaikh Helbawi Mesir pada 27 Juni 2010
Wawancara dengan Wakil Direktur III, PTIQ.
HASIL WAWANCARA DENGAN SYAIKH HELBAWI
Nama Responden : Syaikh Muhammad Helbawi
Waktu : Pada 20 Ramadhan 1431 H/ 27 Juni 2010 M
Tempat : Dakkur, Kairo – Mesir
Pada bulan Ramadhan 1431 H, kami mengadakan studi banding ke Mesir
bersama dengan Drs. Ust. H. Ihsan dan Hj. Sri Wahyuni. Di sana kami
mengunjungi kediaman Syaikh Helbawi dengan mengajukan beberapa
pertanyaan.
1. Menghadapi antusiasme masyarakat Indonesia yang begitu besar seperti
sekarang sedang mengikuti MTQ Internasional di Mesir, kami
masyarakat Indonesia menggali ilmu seni ini di dua perguruan tinggi,
yaitu di PTIQ dan IIQ Jakarta. Ilmu seni lagu yang kami dapatkan yaitu
dari Syaikh Said Syarif al-Mishri pada tahun 1973 di PTIQ. Ilmu seni
lagu kedua yaitu dari Syaikh Abdul Qadir Abdul Adzim al-Mishri pada
tahun 1977 di IIQ. Ilmu seni lagu ini disebut dengan Nagham dengan
materi Tausyih. Apakah Tausyih ini masih berkumandang di Mesir?
Jawab: Tausyih masih berkembang pesat di Kairo, juga di kalangan
masyarakat secara umum. Seperti di lembaga-lembaga Al-Qur’an,
madrasah, dan tempat-tempat pendidikan agama lainnya.
2. Apakah di sini Tausyih masih dipelajari dan dihafalkan sampai sekarang?
Jawab: Tausyih masih banyak di minati oleh kaum muda. Karena Tausyih
bernuansa seni dan ia merupakan penjelmaan dari Nagham.
3. Tausyih sebagai acuan akustik lagu-lagu Al-Qur’an masuk ke kalangan
pelajar baik di pesantren maupun di kalangan awam, apakah di sini ada
mata pelajaran Tausyih?
Jawab: Tausyih masih di pelajari karena Tausyih di sini banyak peminat.
Bahkan tidak hanya Tausyih tetapi muncul istilah baru yang dinamakan
Ibtihalat.
4. Apakah bisa merombak suara yang rendah menjadi tinggi, suara polos
menjadi bergelombang?
Jawab: Bisa, asalkan mempunyai jiwa seni. Karena suara yang bagus
adalah anugerah dari Allah SWT. Allah berfirman يزيد فى الخلق ما يشاء 5. Siapa saja yang menjadi ahli di dalam bidang Tausyih?
Jawab: Ahli di bidang Tausyih adalah para qari seperti Syaikh Said
Syarif, Syaikh Abdul Qadir Abdul Adzim, Syaikh Abdul Karim, Syaikh
Khalil Mahmud al-Khushari, Syaikh Abdul Basith, dan lain-lain.
6. Apa julukan orang yang mengumandangkan Tausyih?
Jawab: Muwasyih.
7. Apa julukan bagi orang yang mengumandangakan Ibtihalat?
Jawab: Mubtahil
8. Siapa saja ahli di bidang Ibtihalat?
Jawab: Saya, Nashruddin Thubar, Syaikh Rif’at, dan baru-baru ini ada
penyanyi bernama Maher Zain, dan masih banyak lagi.
9. Ada berapa Maqam Asasi menurut Syaikh?
Jawab: Ada tujuh, yaitu Bayyati, Hijaz, Rast, Sika, Nahawand, Shaba,
dan Ajam.
10. Apa yang dimaksud dengan Nagham menurut Syaikh?
11. Jawab: Nagham memiliki tangga lagu, antara turun dan naik. Di dalam
tangga lagu mengandung oktaf seperti Do, Re, Mi, Fa, So, La, dan Si. Di
dalam bahasa Farsi disebut Yakah, Dukah, Sikah, Jahargah, Banjakah,
Syisykah, dan Haftakah.
12. Saya pernah mendengar istilah irtijal. Apakah irtijal itu?
Jawab: Ialah seni melagu dengan cara mendadak, atau menyanyi
dadakan. Cara ini sangat sulit, tidak banyak yang bisa melakukannya
karena bersifat spontanitas. Yang harus diperhatikan pada saat
membaca Al-Qur’an dengan irtijal adalah memperhatikan tajwid.
WAWANCARA DENGAN SYAIKH MIVEH DI IRAN
Nama : Syaikh Shahmiveh Isfahani
Waktu : 30 November 2011
Tempat : Isfahan, Iran
Kami menghadiri undangan keagamaan Kerjasama antar lembaga Al-Qur’an
seklaigus menghadiri MTQ Internasional di Iran tepatnya di kota Qum dan
langsung mencari informasi tentang seni suara (Tausyih) di kota Isfahan.
Kami menginap di Hotel Karim bersama para qari-qariah dari Indonesia. Di
antaranya Bpk. Ust. H. Fadhlan Zainuddin (Medan), Prof. Dr. KH. Ahmad
Mubarak, MA, KH. Agil Siraj Munawwar, MA dan isteri. Pada saat itu hadir
Syaikh Miveh memberikan kuliah perdana membahas tentang tilawah. Pada
saat itu kami bertanya tentang perkembangan tilawah di Iran.
1. Apakah di Iran ada istilah Nagham?
Jawab: Ada, hanya saja yang masyhur adalah tilawah. Kami juga
mengetahui tarannum seperti di Malaysia. Keduanya sama-sama seni
suara.
2. Apakah Nagham di Iran memiliki panduan seperti di Mesir?
Jawab: Ada. Bedanya di Mesir menggunakan istilah Tausyih sedangkan
di Iran menggunakan Madh yang di dalamnya mengandung sejarah
Rasul.
3. Apakah lagu-lagu yang dikembangkan sama dengan yang ada di Mesir?
Jawab: Sama. Bahkan di Iran memiliki lagu Banjakah, Syisykah,
Haftakah, Jihargah, Sikah, Dukah, dan Yakah.
4. Saya pernah mendengar lagu Dukah, apakah ia identik dengan Barzanji?
Jawab: Iya, lagu Barzanji banyak memakai lagu Dukah. Di Indonesia
dikenal dengan lagu Nahawand.
5. Apakah Nahawand itu lagu asli Iran?
Jawab: Iya. Ia ada di kota Hamadan. Sedangkan lagu Jiharkah sering
dikumandangkan di acara peringatan hari wafat Siti Fatimah dan
Sayyidina Ali.
6. Apakah shalawat Nariyah dikumandangkan dalam majlis-majlis ta’lim
Iran?
Jawab: Tidak, ia hanya dikumandangkan sesudah shalat sebagai doa.
7. Apakah di Iran ada Barzanji?
Jawab: Ada, bahkan sering dikumandangkan shalawat li khamsatun uthfi
biha. Selain itu digunakan juga lagu ibadallah rijalallah.