Ada yang hilang.Bukan, bukan sesuatu yang berharga sebenarnya, tetapi hal yang bahkan tidak pernah kurasa sebelumnya. Dan telah kuanggap hilang atau tidak akan pernah terjadi untuk selamanya.

Kebahagiaan.

Satu persatu pergi dari hidupku dan sudah penuh kepalaku untuk berfikir bagaimana caranya aku dapat bertahan.

Selama ini, kufikir diriku adalah seseorang yang sangat kuat, aku biasanya lebih banyak tertawa dibanding menangis karena kurasa tangisan tidak dapat lagi mengutarakan betapa sakit selama ini menahan segalanya. Ketika kufikir kepergian Kakakku tidak akan berdampak kepada diriku, ternyata aku salah. Aku terlalu terluka.

Tapi kuanggap hal itu sebagai hal yang biasa, dimana aku, dan hidupku sekali lagi menderita. Mungkin, diluar sana orang-orang menganggapku sebagai manusia yang tangguh. Mereka belum tahu, aku adalah manusia yang hancur. Perasaanku untuk selalu merasa gembira seperti cover sebuah buku, belum terlihat sebenarnya, halaman demi halaman didalam terkandung hal-hal sedih, penderitaan bertubi-tubi, dan ketidak-adilan yang tidka berkesudahan. Begitu menderita sampai diriku beberapa kali ingin berhenti, berhenti untuk merasakan sakit, atau mati saja.

Tapi sekali lagi, aku berfikir, Oh, mungkin Tuhan punya rencana lain dilain waktu dugaan yang selama ini selalu berulang kali ada setelah aku terluka lagi ternyata salah, tidak ada rencana dibalik semuanya, beberapa orang memang akan selalu bernasib buruk.

Nasib buruk? Tidak, aku bukan bernasib buruk. Aku terlahir di salah satu keluarga lengkap, punya pendidikan yang baik dan kurasa diriku pintar, hanya saja itu adalah hadiah kecil yang memang telah diberikan kepadaku untuk mengiringi hidupku yang ternyata, menderita.