daftar pustaka.doc

2
DAFTAR PUSTAKA Asbury, Vaughan. Glaukoma. Dalam : Oftalmologi Umum. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran ECG; 2010. Ilyas S. Glaukoma. Dalam : Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin; 2007. Skuta GL, Cantor BL, Jayne SW. Open-Angle Glaucoma. In : Section 10 Glaucoma. Singapore : American Academy of Ophtamology; 2008. Colleman AL. Epidemiology and Genetics of Glaucoma. In : Glaucoma Science and Practice. NewYork : Thieme; 2003. Asbury, Vaughan. Anatomi dan Embriologi Mata. Dalam : Oftalmologi Umum. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran ECG; 2010 Wijana N. Glaukoma. Dalam : Ilmu Penyakit Mata. Jakarta; 1993. Morrison JC, Freedo TF, Toris CB. Anatomy and Physiology of Aqueous Humor Formation.. In : Glaucoma Science and Practice. NewYork : Thieme; 2003. Lang GK. Glaucoma. In : Opthalmology A Pocket Textbook Atlas. NewYork : Thieme; 2006. James B, Chew C, Bron A. Glaukoma. Dalam : Oftalmologi. Jakarta : Penerbit Erlangga; 2010. Kooner KS. Primary Open Angle Glaucoma. In : Clinical Pathway of Glaucoma. NewYork : Thieme; 2000. Ilyas S. Pemeriksaan Anatomi dan Fisiologi Mata Serta Kelainan Pada Pemeriksaan Mata. Dalam : Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin; 2007. Morrison JC, Pollack IP. Primary Open Angle Glaucoma. In : Glaucoma Science and Practice. NewYork : Thieme; 2003.

Upload: pvashya

Post on 02-Jan-2016

24 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

http://ruangkesehatan.blog.com/2008/02/15/abses-pada-rongga-mulut-makalah/RUANG KESEHATANJAGALAH SEHATMU SEBELUM DATANG SAKITMU• HomeABSES PADA RONGGA MULUT (MAKALAH)15Feb2008 Posted by dr.Ramlah in Feb 15,2008 Uncategorized ABSES PADA RONGGA MULUTAbses merupakan infeksi yang gambaran utamanya berupa pembentukan pus. Pus merupakan pertahanan efektif terhadap penjalaran infeksi dan cenderung berpindah akibat pengaruh tekanan, gravitasi, panas lokal atau lapisan otot dekat permukaan (1). Abses pada rongga mulut dapat terjadi akibat infeksi dentoalveolar.Infeksi dentoalveolar dapat didefinisikan sebagai infeksi pada gigi dan jaringan sekitarnya (seperti periodontium dan tulang alveolar) yang menghasilkan pus. Salah satu bentuk dari kondisi ini adalah abses dentoalveolar (2).ABSES DENTOALVEOLARAbses dentoalveolar biasanya terbentuk melalui penyebaran dari lesi karies gigi dan penyebaran dari bakteri atau pulpa melalui tubulus dentin. Respon pulpa terhadap infeksi dapat berupa inflamasi akut yang mengenai seluruh pulpa yang secara cepat menyebabkan nekrosis atau dapat berupa perkembangan dari abses kronis yang terlokalisir dimana sebagian besar pulpanya dapat bertahan hidup (2).Etiologi (3):- pulpitis- pasien dengan imunitas yang rendah- gingivitis- infeksi postrauma atau infeksi postoperatifPenyebaran abses dentoalveolar dapat terjadi (2) :1. penyebaran secara langsung- pada jaringan lunak superfisial- pada daerah sekitar wajah dengan resistensi yang rendah.- Pada bagian medulla dari tulang alveolar.2. penyebaran secara tidak langsung- melalui jalur limfatik- melalui jalur hematogenikGambaran Klinis (3,4):1. nyeri lokal yang berkembang dalam beberapa jam sampai beberapa hari2. gigi sensitif terhadap panas dan dingin3. demam4. ginggiva : berdarah, bengkak, panas, kemerahan5. gigi : goyang, lunak, ekstrusi6. pembengkakan kelenjar limfe di sekitar leher7. infeksi yang lebih serius : trismus, disphagia, gangguan pernafasan Mortalitas/morbiditas : kematian jarang terjadi dan biasanya terjadi akibat gangguan pada pernafasan. Morbiditas berhubungan dengan dehidrasi (3).Ras : tidak ada predileksi yang berhubungan dengan ras (3).Jenis kelamin : tidak ada predileksi yang berhubungan dengan jenis kelamin (3).Usia : abses dental jarang terjadi pada bayi karena abses tidak terbentuk sampai erupsi gigi. Pada anak-anak, abses periapikal merupakan abses dental yang paling sering terjadi. Hal ini terjadi karena lapisan enamelnya yang masih tipis, dan suplai darah gigi susu lebih banyak. Pada orang dewasa, abses periodontal lebih sering terjadi dibandingkan abses periapikal (3).Diagnosis (3,4):1. Anamnesa : keluhan berupa nyeri pada saat mengunyah dan jika kontak dengan panas atau dingin 2. Pemeriksaan fisik :Inspeksi dan palpasi : gusi merah dan bengkakPerkusi : nyeri3. Pemeriksaan laboratoriumDiperlukan jika ada komplikasi abses.Diagnosis banding (3):- abses peritonsilar- ginggivostomatitis- parotiditis- selulitis wajah- neoplasmaTerapiTujuan dari terapi adalah menghilangkan infeksi, perbaikan gigi dan mencegah komplikasi (3). Langkah-langkah yang dapat dilakukan, yaitu (2) :1. mengeringkan pus2. menghilangkan sumber infeksi3. pemberian antibiotik, standar antibiotic yang sering digunakan adalah phenoxymethylphenicillin (penicillin V) atau amoksisilin dosis tinggi, dan jika pasien hipersensitif terhadap penisilin dapat digunakan eritromisin atau metronidazol.PrognosisPrognosis baik karena abses dapat sembuh melalui terapi yang tepat. Preservasi gigi memungkinkan untuk beberapa kasus (3).Komplikasi (3)- kehilangan gigi- penyebaran infeksi pada jaringan lunak (selulitis wajah, Ludwig’s angina)- penyebaran infeksi pada tulang rahang (osteomyelitis mandibula atau maksila)- penyebara

TRANSCRIPT

Page 1: DAFTAR PUSTAKA.doc

DAFTAR PUSTAKA

Asbury, Vaughan. Glaukoma. Dalam : Oftalmologi Umum. Jakarta : Penerbit Buku

Kedokteran ECG; 2010.

Ilyas S. Glaukoma. Dalam : Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas

Hasanuddin; 2007.

Skuta GL, Cantor BL, Jayne SW. Open-Angle Glaucoma. In : Section 10 Glaucoma.

Singapore :  American Academy of Ophtamology; 2008.

Colleman AL. Epidemiology and Genetics of Glaucoma. In : Glaucoma Science and Practice.

NewYork : Thieme; 2003.

Asbury, Vaughan. Anatomi dan Embriologi Mata. Dalam : Oftalmologi Umum. Jakarta :

Penerbit Buku Kedokteran ECG; 2010

Wijana N. Glaukoma. Dalam : Ilmu Penyakit Mata. Jakarta; 1993.

Morrison JC, Freedo TF, Toris CB. Anatomy and Physiology of Aqueous Humor Formation..

In : Glaucoma Science and Practice. NewYork : Thieme; 2003.

Lang GK. Glaucoma. In : Opthalmology A Pocket Textbook Atlas. NewYork : Thieme;

2006.

James B, Chew C, Bron A. Glaukoma. Dalam : Oftalmologi. Jakarta : Penerbit Erlangga;

2010.

Kooner KS. Primary Open Angle Glaucoma. In : Clinical Pathway of Glaucoma. NewYork :

Thieme; 2000.

Ilyas S. Pemeriksaan Anatomi dan Fisiologi Mata Serta Kelainan Pada Pemeriksaan Mata.

Dalam : Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin;

2007.

Morrison JC, Pollack IP. Primary Open Angle Glaucoma. In : Glaucoma Science and

Practice. NewYork : Thieme; 2003.

Blaco AA, Costa VP, Wilson RP. Chronic or Primary Open Angle Glaucoma. In : Handbook

of Glaucoma. United Kingdom : Martin Dunitz Ltd; 2002.

Jampel H. Intraocular Pressure and Tonometry. In : Glaucoma Science and Practice. New

York : Thieme; 2003.