daftar isi - lambung mangkurat university

13

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: DAFTAR ISI - Lambung Mangkurat University
Page 2: DAFTAR ISI - Lambung Mangkurat University

DAFTAR ISI

Berkala Ilmiah IlmuPengetahuan dan Teknologi Kehutanan

jht

ISSN 2337-7771E-ISSN 2337-7992

Jurnal Hutan Tropis Volume 2 No. 1 Maret 2014

HASIL AIR PENGGUNAAN LAHAN HUTAN DALAM MENYUMBANG ALIRAN SUNGAIEdy Junaidi

KAYU SISA PENJARANGAN DAN TEBANG HABIS HUTAN TANAMAN JATIAhmad Budiaman, Devi Muhtariana, dan Nensi Yunita Irmawati

PERENCANAAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT SEKITAR HUTAN MELALUI ANEKA USAHAKEHUTANAN (Studi di Dinas Kehutanan Kabupaten Malang)Hari Wijayanto, Agus Suryono dan Tjahjanulin Domai

KINERJA INDUSTRI KAYU LAPIS DI KALIMANTAN SELATAN MENUJU EKOEFISIENSIDarni Subari

KARAKTERISTIK JENIS POHON PADA BERBAGAI TIPE LOKASI HUTAN KOTA DI PEKANBARUPROPINSI RIAUAnna Juliarti

KAJIAN DINAMIKA HARA TANAH PADA EMPAT PERLAKUANAry Widiyanto

STRUKTUR DAN DIMENSI SERAT PELEPAH KELAPA SAWITLusita Wardani, Faisal Mahdie, dan Yusuf Sudo Hadi

KAJIAN BENTANG LAHAN EKOLOGI FLORISTIK HUTAN RAWA GAMBUT BERBASIS CITRAPENGINDERAAN JAUH DI SUB DAS SEBANGAURaden Mas Sukarna

PENGARUH TEKNIK PENGENDALIAN PENYAKIT BENIH TERHADAP VIABILITAS BENIH TEMBESU(Fagraea fagrans Roxb)Tati Suharti, Yulianti Bramasto dan Naning Yuniarti

KERUSAKAN TANAH YANG TERJADI AKIBAT SLIP PADA KEGIATAN PENGANGKUTAN KAYUYuniawati dan Sona Suhartana

UJI VIABILITAS DAN SKARIFIKASI BENIH BEBERAPA POHON ENDEMIK HUTAN RAWA GAMBUTKALIMANTAN TENGAHSiti Maimunah

ANALISA USAHA LEBAH MADU HUTAN DAN KUALITASNYAFatriani, Arfa Agustina Rezekiah, Adistina Fitriani

1-8

9-15

16-23

24-34

35-39

40-46

47-51

52-59

60-64

65-70

71-76

77-81

Page 3: DAFTAR ISI - Lambung Mangkurat University

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih dan penghargaan diberikan kepada para penelaah yang telah berkenan menjadi Mitra Bestaripada Jurnal Hutan Tropis Volume 2 No. 1yaitu:

Prof. Dr. Ir. M. Lutfhi Rayes,M.Sc(Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya)

Prof.Dr.Ir. Wahyu Andayani, M.Sc(Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada)

Prof.Dr.Hj. Nina Mindawati, M.S(Puslitbang Produktivitas Hutan, Kementerian Kehutanan RI)

Prof. Dr. Ir. Syukur Umar, DESS(Fakultas Kehutanan Universitas Tadulako)

Prof. Dr. Ir. Baharuddin Mappangaja, M.Sc.(Fakultas Kehutanan Universitas Hasanuddin)

Prof.Dr.Ir.H.M. Ruslan, M.S(Fakultas Kehutanan Universitas Lambung Mangkurat)

Dr.Ir. Satria Astana, M.Sc.(Puslitbang Perubahan Iklim dan Kebijakan, Kementerian Kehutanan RI)

Dr. Ir. KusumoNugroho, MS(Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian)

Dr.Ir. Cahyono Agus Dwikoranto, M.Agr.(Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada)

Prof.Dr.Ir. Sipon Muladi(Fakultas Kehutanan, Universitas Mulawarman)

Prof. Dr. Ir, Djamal Sanusi(Fakultas Kehutanan Universitas Hasanuddin)

Dr. Sc. Agr. Yusran, S.P., M.P(Fakultas Kehutanan Universitas Tadulako)

Page 4: DAFTAR ISI - Lambung Mangkurat University

Salam Rimbawan,Jurnal Hutan Tropis Volume 1 Nomor 3 Edisi Novem-

ber 2013 kali ini menyajikan 12 buah artikel ilmiah hasilpenelitian kehutanan.

Edy Junaidi meneliti peranan hidrologi hutan (hutanalam dan hutan tanaman) terhadap aliran sungai ditinjaudari neraca air dengan membandingkan penggunaanlahan hutan dan penggunaan lahan lain.

Ahmad Budiaman, dkk meneliti besarnya kayu sisadari kegiatan tebang habis kelas umur (KU) VII danpenjarangan KU VI Kayu jati (Tectona grandis) yangdikelola oleh Perum Perhutani.

Hari Wijayanto, dkk meneliti pemberdayaanmasyarakat sekitar hutan melalui aneka usaha kehutanan.Hasil penelitian ini menunjukkan proses perencanaananeka usaha kehutanan sebagai usaha memberdayaanmasyarakat sekitar hutan masih kurang maksimal.

Darni Subari meneliti kinerja industri kayu lapis diKalimantan Selatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwaindustri kayu lapis umumnva memiliki kesamaan dalamproses dan mesin produksinya

Anna Juliarti meneliti jenis-jenis pohon yang ditanamdi lokasi Hutan Kota di Pekanbaru. Hasil penelitianmenunjukkan bahwa ditemukan 7 spesies, 5 famili yangterdapat di median jalan, 12 spesies , 11 famili yang beradadi pinggir jalan dan 26 spesies, 17 famili yang terdapat ditaman-taman kota

Ary Widiyanto meneliti dinamika hara pada lahanagroforestri sengon-kapulaga dengan pemberian empatperlakuan yang berbeda. Hasil penelitian menunjukanbahwa jenis perlakuan dan kedalaman tanah tidakberpengaruh secara nyata terhadap kadar C, N dan Ptanah, sedangkan waktu pengukuran berkorelasi dengankadar C, N dan P tanah.

Lusita Wardani, dkk mengidentifikasi beberapa sifatanatomi pelepah sawit. Hasil penelitian menunjukkanbahwa tebal serat, diameter serat pelepah sawit sertadiameter metaxylem dan tebal dinding selnya masing-

masing adalah 2328,3-2486,0 ìm; 26,2-27.0 ìm; 598,3-792,51ìm, and 21,65-26,65 ìm.

Raden Mas Sukarna meneliti klasifikasi struktur hutanrawa yang akurat melalui model Forest Canopy DensityCitra Landsat, dan model distribusi floristik hutan padasatuan bentang lahan berdasarkan integrasi spasialantara variasi struktur hutan dan tipe bentuk lahan.

Tati Suharti, dkk meneliti teknik pengendalian penyakitbenih terhadap viabilitas benih tembesu (Fagraea fragransRoxb).

Yuniawati dan Sona Suhartana meneliti kerusakantanah yang terjadi akibat terjadinya slip pada saat kegiatanpengangkutan kayu di wilayah Resort Pemangkuan Hutan(RPH) Ciguha, BKPH Cikawung, KPH Sukabumi PerumPerhutani Unit III Jawa Barat dan Banten.

Siti Maimunah meneliti indeks viabilitas benih untukjenis-jenis yang tumbuh di hutan rawa gambut. Hasilpenelitian menunjukkan bahwa besarnya indeks viabilitasdipengaruhi oleh tingkat kemasakan buah dan ketepatancara skarifikasi benihnya. Tumih dan pulai adalah jenisyang direkomendasikan untuk dikembangkan di lahangambut terdegradasi.

Fatriani, dkk meneliti biaya, pendapatan dankeuntungan usaha lebah madu serta menganalisakualitas madu yang dihasilkan oleh usaha lebah madu.Lokasi penelitian berada di Desa Telaga LangsatKecamatan Tangkisung Kabupaten Tanah Laut

Semoga hasil penelitian tersebut dapat menjadipengetahuan yang bermanfaat bagi pembaca untukdikembangkan di kemudian hari. Selamat Membaca.

Banjarbaru, Maret 2014Redaksi,

KATA PENGANTAR

Page 5: DAFTAR ISI - Lambung Mangkurat University

sdsadsa

Page 6: DAFTAR ISI - Lambung Mangkurat University

52

Jurnal Hutan Tropis Volume 2 No. 1 Maret 2014 ISSN 2337-7771E-ISSN 2337-7992

KAJIAN BENTANG LAHAN EKOLOGI FLORISTIK HUTAN RAWA GAMBUTBERBASIS CITRA PENGINDERAAN JAUH

DI SUB DAS SEBANGAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAHStudy of Landscape Ecology Floristic on Peat Swamp Forest Based on Remote Sensing

Imagery at Sebangau Sub Catchment Area Central Kalimantan

Raden Mas SukarnaJurusan Manajemen Hutan Fakultas Pertanian Universitas Palangka Raya

ABSTRACT. This research was conducted in peat swamp forest of Sebangau Sub Catchment Area ofCentral Kalimantan Province, whose objectives were (1) to obtain forest structure classification accu-rately using Forest Canopy Density (FCD) model Landsat Imagery, (2) to produce floristic distributionmodel in landscape unit based on spatial integration between both variations of forest structures andlandforms. The research used multi-level remote sensing method, namely, application of FCD model todetermine forest canopy density, identification of forest structure using aerial photography, ground surveyand spatial analysis of landscape unit. The research found that determination of spectral classification ofpeat swamp forest could be conducted maximally by FCD model Landsat Imagery. Spatial integrationbetween both variations of forest structures and land forms produced specific floristic distribution pat-terns of each landscape unit. Dense forest structure of swamp landscape unit illustrated high floristicdiversity; on the other hand, open forest structure of landscape unit illustrated low floristic diversity.

Keywords: Spectral Variation, Forest Canopy Density, Forest Structure, Floristic, Swamp Landscape

ABSTRAK. Penelitian ini dilaksanakan di Sub Das Sebangau Provinsi Kalimantan Tengah, yang bertujuan(1) untuk mendapatkan klasifikasi struktur hutan rawa yang akurat melalui model Forest Canopy DensityCitra Landsat, (2) untuk menghasilkan model distribusi floristik hutan pada satuan bentang lahan berdasarkanintegrasi spasial antara variasi struktur hutan dan tipe bentuk lahan. Penelitian ini menggunakan metodepenginderaan jauh multi-tingkat, yaitu aplikasi model FCD Citra Landsat untuk menentukan kerapatankanopi hutan, foto udara format kecil untuk mengidentifikasi struktur hutan, survai lapangan untuk menentukannilai floristik dan analisis spasial satuan bentang lahan. Hasil penelitian ini menemukan bahwa penentuanklasifikasi kerapatan struktur kanopi hutan rawa gambut dapat dilakukan secara maksimal melalui modelFCD. Integrasi spasial antara variasi struktur hutan dengan variasi bentuk lahan rawa menghasilkan poladistribusi floristik yang spesifik pada masing-masing satuan bentang lahannya. Struktur hutan yang rapatpada satuan bentang lahan rawa menggambarkan keragaman floristik yang tinggi, sebaliknya pada strukturhutan yang jarang pada satuan bentang lahan menggambarkan keragaman floristik yang rendah.

Kata Kunci : Variasi Spektral, Kerapatan Kanopi Hutan, Struktur Hutan, Floristik, Bentang Lahan Rawa

Penulis untuk korespondensi, surel: [email protected]

PENDAHULUAN

Ekosistem gambut merupakan bentukan alam baruyang terjadi pada akhir zaman es (kurang dari 11.000 tahunyang lalu) dan sangat dipengaruhi oleh keadaan geologi,hidrologi dan topografinya. Berdasarkan prosespembentukannya Ekosistem gambut dapat dikategorkankedalam dua sub wilayah, pertama adalah wilayah yangterbentuk berdasarkan pengaruh proses fluvial yang letaknya

dekat dengan sungai/danau dan mempunyai ketebalangambut yang tipis dan kedua, adalah wilayah cembungangambut (peat dome) merupakan daerah endapan bahanorganik, yang biasanya letaknya relatif jauh dari sungaidengan kondisi lapisan gambut yang tebal (Hadisuparto,2004). Rawa adalah kawasan sepanjang pantai, aliransungai, danau atau lebak yang menjorok masuk (intake)ke pedalaman sekitar 100 km atau sejauh dirasakannya

Page 7: DAFTAR ISI - Lambung Mangkurat University

53

Raden Mas Sukarna: Kajian Bentang Lahan Ekologi Floristik Hutan ... (2): 52-59

pengaruh gerakan pasang (Noor, 2004). Jadi lahan rawadapat dikatakan sebagai lahan yang mendapatkan pengaruhpasang surut air laut atau sungai sekitarnya. Terjadinyadegradasi dan deforestasi pada kawasan rawa gambut yangrelatif cepat akan memberikan dampak ekologi baik untukwaktu sekarang maupun waktu yang akan datang. Dampakekologi tersebut dapat dipelajari melalui pendekatan kajianekologi bentang lahan (landscape ecology). Studi bentanglahan dimaksudkan untuk mempelajari berbagai hubunganantara proses-proses dan penomena bentang lahan(geosphere) yang mencakup komunitas manusia, binatangdan tumbuhan, termasuk mempelajari struktur dari berbagaiperubahan dan fungsi interaksi ekosistem dalam kawasanlahan yang heterogen (Vink, 1983; Forman dan Gordon,1986; Farina, 1998). Secara umum ekologi bentang lahanterutama mempertimbangkan pembagian luasan dari suatuwilayah kedalam karakteristik yang relatif homogen dan digu-nakan untuk memudahkan mengetahui tipe hubungan antaraelemen-elemen fungsional dan struktural yang terjadi padabentang alam tersebut. Perubahan bentang lahan dari waktuke waktu terjadi melalui proses proses alamiah maupunsebagai akibat campur tangan manusia. Kondisi demikianakan menghasilkan bentuk regionalisai alamiah dan bentukregionalisasi budaya manusia. Perubahan yang terjaditerhadap bentang lahan sebagai hasil interaksi manusia danlingkungan menjadi sesuatu yang penting untuk dicermatidan dipelajari, karena perubahan tersebut menyebabkanterjadinya perubahan sistem interaksi antar komponenpenyusun lingkungan. Perubahan dan perkembangan aspekbiofisik suatu kawasan perlu dilakukan untuk memahamikondisi ekologi bentang lahan. Untuk mengetahui kondisiekologi pada lahan rawa gambut perlu dilakukanpengelompokan kawasan kedalam satuan-satuan lahanberdasarkan aspek geomorfologi, hidrologi, topografi danvegetasi.

METODE PENELITIAN

Secara umum metode yang digunakan dalampenelitian ini adalah metode penginderaan jauh multi-tingkat, yaitu perpaduan antara analisis Citra Landsatsebagai sumber data utama, identifikasi dan interpretasifoto udara, peta tematik dan survai lapangan.

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kawasan Sub DasSebangau Provinsi kalimantan Tengah selama ± 4 bulanyaitu antara bulan April – bulan Agustus 2011

Bahan dan Peralatan yang digunakan

Citra Penginderaan Jauh

a) Citra Landsat 7 ETM+ dan Citra Landsat 5Citra penginderaan jauh satelit yang digunakandalam penelitian ini adalah Citra Landsat 7 ETM+Path/Row 118/062 hasil perekaman tanggal 05Agustus 2007 dan Citra Landsat 5 hasil perekamanbulan Agustus 2010 pada tingkat (level) 1G yangsecara radiometrik dan geometrik telah terkoreksi.

b) Citra Shuttle Radar Topography Mission (SRTM)Citra SRTM digunakan dalam penelitian digunakanuntuk membantu mempelajari kondisi topografiwilayah. Selain itu juga digunakan untuk mempela-jari perbedaan elevasi kawasan penelitian.

c) Foto Udara Digital Format KecilFoto udara yang digunakan dalam penelitian inimerupakan hasil survai udara yang dilakukan padatanggal 16 Juli 2004

d) Peta Dasar dan Peta Tematik• Peta Digital Rupa Bumi Indonesia (RBI) Skala

1 : 250.000, dari Bakosurtanal• Peta Digital Sistem Lahan Skala 1 : 250.000

yang dibuat oleh RePPProT tahun 1985.• Peta Digital Geologi Kalimantan Tengah

Lembar Palangka Raya (Sheet 1613) Skala1: 250.000. Pusat Penelitian dan Pengam-bangan Geologi Bandung, Tahun 1995

Peralatan Penelitian

a) Komputerb) Kamera Digitalc) Global Positioning System (GPS) receiver Garmin

12 XLd) Altimeter untuk mengukur ketinggian tempate) Alat pengukur Suhu dan Kelembabanf) Hagameter untuk mengukur tinggi pohong) Phiband untuk mengukur diameter batangh) Program-program pendukung yang digunakan untuk

analisis citra digital dan pemetaan adalah ENVIVersi 4.4, FCD Mapper Versi 2.0, dan ArcView Versi3.3. Arc Gis Versi 10.1

Analisis Data

Analisis data dimulai dengan melakukan analisisspektral Citra Landsat 7 ETM+ menggunakan formulasiForets Canopy Density (FCD) = (VD x SSI +1)1/2 -1(Rikimaru,1996; Roy et al., 1997).

Page 8: DAFTAR ISI - Lambung Mangkurat University

54

Jurnal Hutan Tropis Volume 2 No. 1, Edisi Maret 2014

Gambar 1. Diagram Alir Analisis Spektral Citra LandsatMenggunakan Model FCD (Rikimaru danMiyatake,1997; Rikimaru et al,1998)

Figure 1. Flow Chart of Landsat Imagery Analysis us-ing FCD Model (Rikimaru dan Miyatake,1997; Rikimaru et al,1998)

Berdasarkan hasil klasifikasi spektral model FCD CitraLandsat, maka distribusi spasial kerapatan tajuk hutandapat ditentukan piksel per piksel seperti ditunjukkanpada Gambar 2.

Gambar 2. Model Klasifikasi Kerapatan Kanopi HutanCitra Landsat (ITTO/JOFCA, 2003)

Figure 2. Classification Model of Forets Canopy Den-sity Landsat Imagery (ITTO/JOFCA, 2003)

Setelah analisis spectral citra satelit model FCD,langkah selanjutnya adalah melakukan identifikasi daninterpretasi foto udara yang dimaksudkan untukmengetahui secara lebih detil fenomena struktur hutanrawa gambut. Berdasarkan peta struktur hutan rawatersebut dilanjutkan dengan kegiatan survai. Pengukurandi lapangan dilakukan menggunakan acuan peta bentuklahan rawa dan peta FCD citra landsat 7 ETM+ yang

meliputi (1) kawasan hutan yang sangat rapat, (2) kawasanhutan yang rapat, (3) Kawasan hutan yang agak rapat, (4)kawasan hutan yang agak jarang, (5) kawasan hutan yangjarang. Pada masing-masing satuan lahan tersebut dibuatpetak ukur sejumlah 90 buah yang dilakukan secara pur-posive sampling, yaitu penentuan areal contoh lapanganyang ditentukan sesuai dengan tujuan penelitian denganmenggunakan ukuran petak ukur (PU) 250 m2 untuk tingkatpohon, PU 64 m2 untuk tingkat tiang. Beberapa parametertegakan yang diukur dan dicatat antara lain adalah diam-eter batang, diameter tajuk, tinggi pohon, nama jenis danjumlah jenis. Kriteria tingkat pohon dalam penelitian iniadalah tumbuhan berkayu berdiameter >20 cm, tingkat tiangberdiameter 10 -19 cm. Untuk mengetahui kondisi floristikhutan rawa pada masing-masing unit penutupan lahan,dilakukan analisis vegetasi melalui formulasi yang dikem-bangkan oleh Dombois dan Ellenberg (1974) sebagai berikut:

INP (%) = KR (%) + FR (%) + DR (%)

Berdasarkan nilai Indeks Nilai Penting (INP) dilakukanperhitungan nilai Indek Keanekaragaman Jenis (H’) meng-gunakan Indeks Shannon (Ludwig dan Reynolds, 1988).

∑=

−=n

1ipi ln pi H'

Dimana : pi = ni/N ; ni =INP suatu jenis ; N=INPseluruh jenis ; ln = logaritma natural ; e :bilangan alam = 2,714

Pemodelan keterkaitan spasial antar penutupan lahandilakukan untuk memahami fenomena keterkaitan antarpenutupan lahan (spatial interlocking) yang satu denganyang lainnya yang saling berinteraksi dan membentuksuatu sub sistem lahan rawa gambut tertentu (Van Gilsdan van Wijngaarden, 1984).

Untuk menentukan distribusi sub sistem hutan rawagambut, dilakukan dengan mengintegrasikan antaravariasi spasial tipe penutupan hutan rawa dengan variasispasial tipe bentuk lahan rawa (landform).

Tabel 1. Penentuan Model Distribusi LandscapeEcology (LE) Hutan Rawa Gambut

Table 1. Determination of Landscape Ecology Distribu-tion Models of Peat Swamp Forest

Landform Type

Forest Canopy Density Classification

SangatRapat

RapatAgakRapat

AgakJarang

Jarang

CembunganGambut

LE1 LE2 LE3 LE4 LE5

Rawa GambutTergenang

LE6 LE7 LE8 LE9 LE10

Rawa GambutBerpasir

LE11 LE12 LE13 LE14 LE15

Page 9: DAFTAR ISI - Lambung Mangkurat University

55

Raden Mas Sukarna: Kajian Bentang Lahan Ekologi Floristik Hutan ... (2): 52-59

Berdaasarkan hasil analisis pada Tabel 1, selanjutnyaditentukan satuan bentang lahan menggunakan kriteriayang dikembangkan oleh young et al. (1993), Wosterndan Idris (2005) sebagai berikut.1) Bentang lahan alamiah (natural landscape), adalah

suatu satuan bentang lahan rawa yang memilikikondisi floristik yang baik dengan jumlah dankekayaan jenis pohon yang masih melimpah ( >30 jenis per ha).

2) Bentang lahan sub-alamiah (sub-natural land-scape), adalah suatu satuan bentang lahan yangmemiliki kondisi floristik yang cukup baik denganjumlah dan kekayaan jenis pohon yang masih cukupbanyak (20 – 30 jenis per ha).

3) Bentang lahan semi-alamiah (semi natural land-scape) adalah suatu satuan bentang lahan yangsudah cukup banyak berubah akibat aktivitasmanusia, sehingga jumlah dan kekayaan jenispohonnya sudah berkurang dan bahkan formasivegetasinya mulai berubah dari vegetasi aslinya,dimana jumlah jenis untuk tingkat pohon berkisarantara 10 – 20 jenis per ha

4) Bentang lahan yang yang tidak alamiah (non natu-ral landsacpe), adalah suatu satuan bentang lahanyang umumnya sudah banyak berubah dari kondisialamiahnya. Jumlah jenis untuk tingkat pertumbuhanpohon < 10 jenis per ha.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Kondisi Geologi, Topografi dan Tanah

Berdasarkan Peta Geologi Kalimantan TengahLembar Palangkaraya Skala 1 : 250.000 tahun 1995, jenisbatuan yang terdapat di areal penelitian adalah endapanundak Aluvium yang terdiri dari pasir kwarsa, kerikil danbongkah yang berasal dari batuan malihan, dimanabatuannya bersifat granit dan kwarsit. Endapan undakaluvium umumnya memiliki ketebalan 5 – 10 meter yangdi dalamnya mengandung sisa tumbuh-tumbuhan.Formasi lainnya yang terdapat pada lokasi penelitianadalah formasi Dahor yang terdiri dari batu pasir kwarsaberbutir halus sampai kasar dengan masa dasar lempungberwarna kelabu. Lapisan batubara dengan ketebalan 0,3sampai 3 meter terdapat di bawah lapisan batu pasirberbutir kasar.

Topografi lokasi penelitian secara umum datar dengankelerengan antara 0 – 2 %. Ketinggian tempat lokasi

penelitian berkisar antara 5 – 50 m di atas permukaanlaut (RePPProT, 1985). Berdasarkan profil lahan rawapada Gambar 3, kawasan bagian Utara merupakan arealyang berbatasan langsung dengan pegunungan Muller-Schwaner yang didominasi jenis tanah oxisol dan ultisolyang dilanjutkan dengan teras berpasir (sandy terrace) dibagian Selatannya dengan jenis tanah podsol. Semakinke arah Selatan terlihat bahwa sebagian teras berpasirtelah ditutupi oleh lapisan gambut, dan akumulasi ketebalangambut membentuk cembungan gambut (peat dome) danmengalami penipisan pada bagian muara sungai.

Gambar 3. Profil Memanjang (Utara – Selatan) KawasanRawa Sebangau Kalimantan Tengah(Sieffermann et al., 1990 dalam Hirakawadan Kurashige, 2000)

Figure 3. Longitudinal Profile (North – South) ofSebangau Swamp Area Central Kalimantan(Sieffermann et al., 1990 dalam Hirakawadan Kurashige, 2000)

Kondisi Hidrologi

Kondisi tata air di kawasan lahan atau hutan rawalokasi penelitian saat ini relatif bervariasi menurut musim,kondisi tipologi lahan, dan kondisi penutupan hutannya.Kawasan rawa yang relatif sudah terbuka seperti padaareal-areal bekas PLG yang terletak antara sungaiKahayan dan sungai Sebangau memberikan fluktuasiyang tinggi. Artinya pada musim hujan kawasan tersebutumumnya tumpah air dan pada musim kemaraumengalami kekeringan yang tinggi. Hasil penelitianTakahashi, et al. (2003) dan Boehm, et al. (2006)menunjukan bahwa tingkat fluktuasi permukaan air tanahpada kawasan hutan rawa yang telah terbuka dapatmengalami penurunan lebih dari 150 cm pada musimkemarau. Hal ini menunjukkan bahwa kawasan hutanyang sudah terbuka umumnya memiliki kondisi hidrologiyang relatif kurang stabil dibandingkan dengan kawasanyang masih memiliki vegetasi hutan yang cukup rapat.Hasil penelitian Page et al. (1999) menunjukan bahwa

Page 10: DAFTAR ISI - Lambung Mangkurat University

56

Jurnal Hutan Tropis Volume 2 No. 1, Edisi Maret 2014

kedalaman air tanah pada hutan rawa gambut kawasanSebangau yang memiliki penutupan vegetasi hutan yangmasih baik secara umum berkisar antara 24 cm – 39cm. Hal ini menjelaskan bahwa kondisi hidrologi padakawasan hutan relatif lebih stabil dibandingkan dengankawasan rawa yang sudah terbuka.

Kondisi Penutupan Tajuk Hutan Rawa Gambut

Berdasarkan hasil analisis klasifikasi spektral citraLandsat 7 ETM+ menggunakan model FCD, diketahuibahwa luas seluruh areal penelitian adalah ± 226.292,40ha yang dapat dikelompokkan enam tipe kerapatanpenutupan tajuk hutan seperti Gambar 4 di bawah ini.

Gambar 4. Peta Klasifikasi Kerapatan kanopi HutanRawa pada Lokasi Penelitian

Figure 4. Classification Map of Swamp Forest CanopyDensity on Research Area

Keterangan :

Tabel 2. Klasifikasi Kerapatan Kanopi Hutan dan NilaiIndeks Keragaman Jenis

Table 2. Classification of Forets Canopy Density and Di-versity Index Value

Keterangan : Sd = Standar Deviasi; Mean= nilai tengah

Berdasarkan hasil analisis vegetasi juga diketahuibahwa semakin rapat kondisi kerapatan tajuk pohon akandiikuti oleh semakin meningkatnya nilai keragaman jenisvegetasi hutan rawa. Hasil penelitian pada Tabel 2menunjukkan bahwa pada kawasan hutan rawa yangcukup rapat dan rapat secara umum memiliki nilai indekkeragaman jenis (H’) yang cukup tinggi yaitu antara 2,25– 3,50. Kisaran nilai H’ yang tinggi merupakan refleksidari tingginya ditemukan jumlah jenis, tingginya nilaidominansi tegakan dan tingginya nilai kerapatan tegakanhutan. Sebaliknya pada kawasan hutan rawa yang jarang,agak jarang dan kawasan yang agak rapat terlihat bahwanilai H’ berkisar antara 1,50 – 2,25. Hal ini jugamenggambarkan bahwa kawasan tersebut mempunyaikondisi kerapatan tegakan yang rendah, dominansi yangrendah dan jumlah jenis yang rendah.

Pemodelan Distribusi Floristik Hutan padaSatuan Bentang Lahan

Vegetasi pada masing-masing bentang lahanumumnya berbeda menurut kondisi setempatnya. Olehkarena itu karakteristik vegetasi memberikan sarana yangmudah dan dapat menjadi bukti untuk membedakanbentuk lahan (landform) dari ciri-ciri tempat lainnya yangmenyusun suatu bentang lahan dan membantumemberikan interpretasi dan nilai ekologisnya.

(FCD 0%) Lahan rawa yang ditutupi padang rumput dansemak rendah yang rapat dengan tinggi antara 50 – 100

cm(FCD 1 – 20%) Padang rumput, semak tinggi dan pohon -pohon berdiameter ± 10 cm yang relatif masih jarang(FCD 21 – 40%) Semak tinggi dan hutan belukar mudayang agak rapat dengan pohon-pohon berdiameter

antara 10 – 15 cm(FCD 41 – 60%) Semak tinggi dan Hutan belukar mudayang rapat dengan pohon -pohon berdiameter antara 10 –20 cm(FCD 61 – 80%) Campuran hutan belukar muda dan

belukar tua dengan pohon -pohon ya ng berdiameterantara 10 – 40 cm(FCD 81 – 100%) Campuran belukar muda dan hutanprimer dengan pohon -pohon yang rapat dengan diameterantara 10 – 60 cm

KerapatanKanopiHutan

IndeksKeragaman

JenisAnalisis

Jumlah Seluruh Jenis Vegetasiyang ditemukan pada Areal

Contoh Penelitian

Pohon Tiang

Rapat

≥2,75 – <3,5

Sd 7.77 10.41

Mean 23.67 26.67

Cukup RapatSd 9.50 8.96

Mean 21.67 26.33

Agak Rapat ≥2,25 - < 2,75Sd 4.04 9.24

Mean 15.33 22.67

Agak Jarang ≥2,00 - <2,25Sd 7.00 5.51

Mean 15.00 14.67

Jarang ≥1,5 – <2,0Sd 4.00 3.79

Mean 11.00 13.67

Page 11: DAFTAR ISI - Lambung Mangkurat University

57

Raden Mas Sukarna: Kajian Bentang Lahan Ekologi Floristik Hutan ... (2): 52-59

Gambar 5. A) Peta Bentuk Lahan Rawa, B) ProfilMelintang Tipe Bentuk Lahan Rawa padaLokasi Penelitian

Figure 5. A) Map of Swamp Landform, B) LongitudinalProfile of Swamp Landform Type on ReseachArea

Hasil kajian terhadap variasi bentuk lahan rawa padalokasi penelitian yang dilakukan melalui peta geologi, petasistem lahan, sumber data sekunder dan hasil penge-cekan di lapangan diketahui bahwa kawasan penelitianterdiri dari 3 macam bentuk lahan, yaitu (1) kawasan cem-bungan/cekungan gambut, (2) kawasan rawa pasirbergambut, dan (3) kawasan rawa bergambut yang secararelatif selalu tergenang air. Kawasan tanggul alam yangterdiri dari dataran aluvial dan meander tidak termasukdalam kawasan rawa, karena kawasan ini memiliki kondisilahan yang kering.

Untuk mengetahui distribusi floristik secara spesifikpada masing-masing satuan bentang lahan rawa, dalampenelitian ini dilakukan dengan mengitegrasikan antaravariasi spasial struktur hutan dengan variasi spasial tipebentuk lahan rawa. Berdasarkan Peta bentuk Lahan padaGambar 5a dan hasil survai lapangan dapat digambarkansebaran tipe bentuk lahan rawa secara melintang dariarah Timur ke arah Barat (sungai Kahayan–sungaiSebangau – sungai Bulan) seperti pada Gambar 5b.

Berdasarkan hasil survai lapangan, dapat dijelaskankondisi dan karakteristik fisikal masing-masing tipe

bentuk lahan pada lokasi penelitian sebagai berikut.(A)Kawasan cembungan gambut secara umum

memiliki lapisan gambut yang masih relatif tebal.Pada kawasan ini kondisi lahannya agak lembabsampai agak kering pada waktu musim kemarau,dan berair pada waktu musim hujan. Kondisihidrologi terlihat lebih stabil dengan karaktersitikair sungainya yang berwarna kecoklat-coklatan(brownes).

(B)Kawasan rawa gambut tergenang pada lokasipenelitian umumnya adalah merupakan kawasanrawa yang hampir sepanjang musim hujan selalutergenang, dan menjadi kawasan lembab dan jenuhair pada waktu musim kemarau. Kawasan ini jugamemiliki karakteristik air sungainya yang berwarnacoklat tua. Pada kawasan ini juga masih ditemukanlapisan gambut, namun relatif tipis dibandingkandengan kawasan cembungan gambut.

(C)Kawasan rawa gambut berpasir, secara umummerupakan kawasan rawa agak tinggi, dengankondisi yang relatif kering pada waktu musimkemarau dan sedikit agak basah pada waktu musimhujan. Lapisan gambut pada kawasan ini relatif tipisdengan lapisan pasir kwarsa berada di bagian ba-wahnya. Kawasan ini dapat dikategorikan sebagaikawasan peralihan antara kawasan rawa bergambutdan kawasan rawa berpasir (kerangas). Ciri-ciri yangspesifik kawasan ini adalah masih terlihat dari warnaair sungai yang kecoklat-coklatan.Untuk mendapatkan model distribusi floristik pada

masing-masing satuan bentang lahan, adalah denganmelakukan integrasi antara variasi spasial satuan strukturhutan rawa dan variasi spasial satuan bentuk lahan rawa.Hasil yang diperoleh dari integrasi antara tipe strukturhutan dan tipe bentuk lahan menghasilkan 15 satuanbentang lahan.

Hasil analisis menunjukkan bahwa pada satuanbentang lahan cembungan/cekungan gambut yang masihalamiah dimana penutupan kanopi hutan 60%,diketahui bahwa kelompok famili Annonaceae sepertijangkau (Xylopia fusca), famili Dipterocarpacea sepertimeranti rawa (Shorea platicarpa) dan famili Thymeleaceaseperti ramin (Gonistylus bancanus) mendominasikawasan ini. Pada kawasan cembungan/cekungangambut sub alamiah, semi alamiah dan areal transisi nonalamiah, terlihat bahwa jenis tumeh (combretucarpus

Page 12: DAFTAR ISI - Lambung Mangkurat University

58

Jurnal Hutan Tropis Volume 2 No. 1, Edisi Maret 2014

rotundatus) dari famili Anishopylleacea sangat dominanpada areal ini, yang diikuti oleh jenis jenis seperti jambu-jambu (Eugenia spp) dari famili Myrtaceae, manggis hutan(Garcenia spp) dari famili Gutiferaceae dan kayu asam(Mangifera spp.) dari famili Anacardiaceae. Selanjutnyapada kawasan cembungan-cekungan gambut yang nonalamiah, umumnya didominasi oleh jenis-jenis tumbuhanbawah seperti kelakai (Stenochlaena palutris) dan jenispakis (Osmanda cinnamomea) yang diikuti oleh rumputrawa dan perdu.

Hasil analisis floristik pada bentang lahan rawa gambuttergenang yang alamiah dan sub alamiah umumnyadidominasi oleh jenis belangeran (Shorea blangeran) familiDipterocarpacea, jenis bintangur (Calophyllum spp.) dangeronggang (Cratoxylon arborescens) dari familiGuttiferae. Untuk kawasan semi alamiah dan transisi nonalamiah umumnya didominasi oleh tumeh (Combretucar-pus rotundatus), gelam (Melaluca leucadendron) dangeronggang (Cratoxylon arborescens). Sementara ituuntuk kawasan yang non-alamiah umumnya didominasioleh tumbuhan bawah dan perdu seperti purun (Lepironiaarticulata), rasau (Pandanus helicopus), dan perdu rawa(Thorachostachyum bancanum).

Hasil analisis floristik menunjukkan bahwa padabentang lahan rawa pasir bergambut yang alamiah dansub alamiah umumnya didominasi oleh famili Sapotaceaeseperti jenis nyatoh (Palaquium spp.), famili Ebenaceaeseperti kayu malam (Diospyros sp.), famili Apocynaceaeseperti jelutung (Dyra lowii) dan famili Anacardiacea sepertiterentang (Camnosperma sp.). Perubahan jenis floristikmulai terjadi pada kawasan semi alamiah dan transisinon alamiah dimana famili Anishopylleacea dengan jenistumeh (combretucarpus rotundatus) sangat dominan.Jenis lain yang cukup dominan antara lain adalah jenisgelam (Melaleuca leucadendron), jenis geronggang(Cratoxylon arborescens.) dari famili Guttiferae dan familimyrtaceae seperti jenis jambu-jambu (Eugenia spp.).Pada kawasan yang non alamiah umumnya sudahdidominasi oleh jenis tumbuhan dan perdu seperti alang-alang (Imperata cylindrica), melastoma (Melastomamelabothricum), dan keramunting (Rhodomytustomentosa).

KESIMPULAN DAN SARAN

Klasifikasi spektral melalui model Forest CanopyDensity (FCD) Citra Landsat, mampu memberikan hasil

pemodelan distribusi spasial struktur kanopi hutan rawagambut secara maksimal.

Integrasi spasial antara tipe struktur hutan dengantipe bentuk fisik lahan memberikan informasi barumengenai pola distribusi floristik hutan rawa yang spesifikpada masing-masing satuan bentang lahan. Struktur hutanyang rapat dengan tingkat keragaman floristik yang tinggimemiliki karakteristik bentang lahan alamiah dengandominasi jenis endemik, dan sebaliknya untuk strukturhutan yang jarang dengan tingkat keragaman floristikyang rendah memiliki karakteristik bentang lahan semi-alamiah sampai non-alamiah dengan dominasi jenispioner.

Model spektral struktur hutan dan model distribusifloristik hutan yang dihasilkan dalam penelitian inidirekomendasikan hanya untuk tipe hutan rawa, danbelum dapat digunakan untuk tipe hutan yang lain, hal inikarena memerlukan adaptasi dan modifikasi yang hati-hati.

Model spasial struktur dan distribusi floristik hutanrawa yang dihasilkan dalam penelitian dianjurkan untukdapat diterapkan sebagai model dasar untuk menentukankarakteristik dan tingkat kestabilan ekosistem hutan rawa,penentuan tingkat degradasi hutan, penentuan potensitegakan hutan (standing stock), rencana pelepasankawasan hutan dan penentuan zona kekeringan lahanrawa maupun penentuan zona lahan kritis.

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih disampaikan kepada Prof. Dr.Hartono, DEA, DESS., dosen Fakultas geografi UGM,Prof. Dr. Ir. Hasanu Simon (Almarhum) dosen FakultasKehutanan UGM, dan Prof. Dr. Dulbahri., dosen FakultasGeografi UGM.

DAFTAR PUSTAKA

Boehm, H.D.V. , Siegert, F. and Liews, S.C., 2002. Re-mote Sensing and Aerial Survey of Vegetation CoverChange in Lowland Peat Swamp of CentralKalimantan during the 1997 and 2002 Fires. Pro-ceeding of the International Symposium on LandManagement and Biodiversity in Southeast Asia.Research Centre for Biology, The Indonesia Insti-tute of Sciences, Bogor, Indonesia.

Dombois M. and Elenberg H., 1974. Aims and Methos ofVegetation Ecology. Wiley International Edition. John

Page 13: DAFTAR ISI - Lambung Mangkurat University

59

Raden Mas Sukarna: Kajian Bentang Lahan Ekologi Floristik Hutan ... (2): 52-59

Wiley and Sons, New York.Farina, A., 1998. Principles and Methods in Landscape

Ecology. Chapman & Hall. London.Forman, R.T., and Gordon, M., 1986. Landscape Ecol-

ogy. John Wiley and Son. New York.Hadisuparto, H., 2004. Peat Swamp Forest as a Natural

Resources and Enviromental Guardianship. MakalahLokakarya Penangan Kawasan Eks PLG Kaliman-tan Tengah.

Hirakawa, K., and Kurashige, 2000. Preliminary Study ofLandform a Long The Kahayan River and The Up-permost Area of The Sebangau River With SpecialReference to The Tropical Peat Formation. Environ-mental Conservation and Land Use Management ofWet Land Ecosystem in Southeast Asia.

ITTO / JOFCA, 2003. FCD Mapper Versi-2 User Guide,International Tropical Timber Organization and Ja-pan Overseas Forestry Consultants Association.

Ludwig, J.A., and Reynolds, J.F. 1988. Statistical Ecol-ogy, A Primer on Method and Computing. John Wileyand Sons. New York.

Noor, M. 2004. Lahan Rawa. PT. Raja Grafindo Persada,Jakarta.

Page, S.E., Rieley, J.O. Shotyk, O.W. and Weiss, D.,1999. Interdependence of Peat and Vegetation in aTropical Peat Swamp Forest. Biological SciencesVol 34 No. 1391, 1885 – 1897.

Rikimaru, A., 1996. LANDSAT TM Data Processing Guidefor Forest Canopy Density Mapping and MonitoringModel pp 1 – 8. ITTO Workshop on Utilization ofRemote Sensing in Site Assessment and Plantingof Logged-over Forest. Bangkok.

Rikimaru, A and Miyatake, S., 1997. Development ofForest Canopy Mapping and Monitoring Model us-ing Indices of Vegetation, Bare soil and Shadow pp.Proceeding of the 18th Asian Conference on RemoteSensing, E6. 1 – 6, Kuala Lumpur, Malaysia.

Rikimaru, A., Utsuki, Y., and Yamashita, S. 1998. TheBasic Study of Maximum Logging Volume Estima-tion for Consideration of Forest Resources UsingTime Series FCD Model. College of Engineering,Hosei University.

Roy P.S., Rikimaru, A., and Miyatake, S., 1997. Bio-physical Spectral Response Modeling Approach forForest Density Stratification. Proceeding of the 18th

Asian Conference on Remote Sensing, pp JSB 1–6. Kuala Lumpur, Malaysia.

Takahashi, H., Usup, A., Hayasaka, H., and Limin S.,2003, Estimation of Ground Water Level in a PeatSwamp Forest as an Index of Peat/Forest Fire. In:Proceedings of the International Symposium onLand Management and Biodiversity in SoutheastAsia, held at Bali, Indonesia, 17–20 September2002, 311–314.

Van Gils, H.A.M.J. and Van Wijngaarden, W., 1984. Veg-etation Structure in Reconnaissance and Semi-de-tailed Vegetation Surveys. ITC Journal 3 Depart-ment of Rural and Land Ecology Survey, 213- 218.

Vink, A.P.A., 1983. Landscape Ecology and Land Use.Longman Inc. New York.

Wösten J.H.M and Idris, A., 2005. InterdependenciesBetween Hydrology and Ecology in Tropical Peatland. Proceedings of the session on The Role ofTropical Peat lands and Global Change Processes,27 – 29 November 2005, Yogyakarta.

Young, R.H., Green D.R. and Cousins, S., 1993. Land-scape Ecology and Geographic Information Sys-tem. Taylor and Francis, London.