daftar isi - imune.idimune.id/wp-content/uploads/2018/06/jurnal-mtj-edisi-2.pdforang-orang yang...

26

Upload: dokiet

Post on 04-Apr-2019

235 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Daftar Isi - imune.idimune.id/wp-content/uploads/2018/06/Jurnal-MTJ-Edisi-2.pdforang-orang yang tidak pro terhadap hal tersebu di kursi DPR pun tidak bisa berbuat apa-apa karena mereka
Page 2: Daftar Isi - imune.idimune.id/wp-content/uploads/2018/06/Jurnal-MTJ-Edisi-2.pdforang-orang yang tidak pro terhadap hal tersebu di kursi DPR pun tidak bisa berbuat apa-apa karena mereka

Daftar Isi

Matinya Kebenaran di Negeri Ini ....................................................................................................... 1

Kemerdekaan yang Di-dam-ba-kan......................................................................................................... 3

Bisakah Indonesia Terlepas Utang? ........................................................................................................ 5

Waspada Kampanye Islam Moderat: Menjauhkan Pemuda Muslim dari Islam Politik ......................... 7

Isu Radikalisme: Senjata Kebohongan dalam Framing Kegentingan Indonesia ..................................... 9

Kenaikan Tarif Listrik, Kedzoliman yang Nyata oleh Negara ................................................................. 11

Menilik Akar Masalah Fenomena “Generasi Micin/Kids Zaman Now” ................................................ 14

Rezim Memposisikan Dirinya Menentang “Proyek” Khilafah ‘Ala Minhaj An-Nubuwwah Atas Nama

Perang Melawan Radikalisme ............................................................................................................... 16

Islam yang Radikal. Salahkah?? ............................................................................................................. 18

Membaca Narasi Muslimah Superhero dalam Komik Marvell dan DC Comic ...................................... 20

BPJS Kesehatan: Alat Kapitalis Mengeskploitasi Rakyat ....................................................................... 23

Page 3: Daftar Isi - imune.idimune.id/wp-content/uploads/2018/06/Jurnal-MTJ-Edisi-2.pdforang-orang yang tidak pro terhadap hal tersebu di kursi DPR pun tidak bisa berbuat apa-apa karena mereka

1

Matinya Kebenaran di Negeri Ini

Oleh: Ita Dalila Azizah Kurniati (Mahasiswa Hukum Islam UII)

Indonesia merupakan sebuah negara dengan jumlah penduduk lebih dari 262 juta jiwa.

Dengan persentase Muslim sebanyak 87,2%, Kristen 6,9%, Katolik 2,9%, Hindu 1,7%,

Buddha 0,7%, dan Konghucu 0,05 % menurut data yang saya ambil dari Web Indonesia

Investments. Islam sebagai agama yang dipeluk oleh mayoritas masyarakat di Indonesia

menjadikan negeri ini sebagai negeri muslim yaitu negeri yang ditinggali oleh banyak orang

islam, dan dijuluki sebagai negeri dengan Muslim terbanyak di dunia.

Namun sayang, walaupun dengan realitas fakta bahwa Islam sebagai agama yang banyak

dianut oleh masyarakat tidak menjadikan masyarakat benar-benar paham akan identitas

islamnya. Hal ini dikarenakan dimulai dari sejarah terbentuknya negara ini saat

kemerdekaan 1945 diproklamirkan sudah banyak kejadian-kejadian yang menghilangkan

islam dari jiwa masyarakat Indonesia dimulai dari dihapuskannya kata Syariat islam pada

sila pertama pancasila, dan Piagam Jakarta seolah hilang. Hal ini mengakibatkan Indonesia

sebagai negara sekuler yang menerapkan sistem campuran antara Barat, Eropa. Juga Islam

sebagai nilai moral. Padahal kita tahu jati diri bangsa ini adalah Islam dengan adanya bukti-

bukti sejarah meluasnya kekuasaan khilafah hingga ke Indonesia melalui para ulama yang

disebut WALISONGO.

Dengan begitu banyaknya pergolakan politik yang terjadi semenjak merdekanya negeri ini

hingga saat ini pun hal tersebut masih berlanjut bahkan di era modern saat ini politik dalam

negeri ini semakin rusak. Berkali-kali Indonesia merubah sistem pemerintahan dan politiknya

namun tetap saja belum ada yang terbukti mampu memperbaiki Indonesia. Karena saat ini

Indonesia dalam cengkeraman penjajahan gaya baru yang dimainkan oleh Barat yaitu

Penjajahan Neo-Imperialisme yaitu penjajahan pemikiran dan Barat memainkan ekonomi

Kapitalisme yang membuat Indonesia melakukan banyak hutang luar negeri untuk

pembangunan infastruktur yang disepakati dengan kontrak Sumber Daya Alam Indonesia

dikuasai oleh asing selaku pemilik modal.

Sehingga apa yang terjadi saat ini, Pemerintah pun seakan menjadi boneka asing, segala

peraturan perundang-undangan dibuat untuk memudahkan asing masuk dan berinvestasi di

Indonesia, seperti kasus Freeport yang diperpanjang hingga 99 tahun mendatang. DPR

sebagai lembaga Legislatif pun hanya duduk sidang berjam-jam untuk membahas dan

menyetujui apa saja yang diinginkan oleh Barat istilah kerennya Undang-undang pesanan.

Muncul pula undang-undang yang mengatur ormas dapat dan Presiden melalui Menterinya

dapat dengan mudah membubarkan ormas-ormas tertentu tanpa jalan hukum yang sah,

orang-orang yang tidak pro terhadap hal tersebu di kursi DPR pun tidak bisa berbuat apa-

apa karena mereka kalah suara.

Karena kita tahu dalam sistem Demokrasi ini siapa yang memiliki suara banyak itu yang

menang entah itu benar atau salah tidak diperdulikan. Dalam hal perppu ormas dan

pembubaran Ormas, Presiden pun sebagai Esekutif sudah melangkahi dan mencampuri

urusan yang seharusnya menjadi ranah Yudikatif selaku pemegang hukum di negeri ini

menurut Konsep Trias Politica. Ada lagi kasus terbaru mengenai Setya Novanto yang

dijadikan tersangka oleh KPK dalam kasus korupsi e-KTP. Sungguh keadaan politik di

Page 4: Daftar Isi - imune.idimune.id/wp-content/uploads/2018/06/Jurnal-MTJ-Edisi-2.pdforang-orang yang tidak pro terhadap hal tersebu di kursi DPR pun tidak bisa berbuat apa-apa karena mereka

2

negeri ini saat ini sungguh-sungguh kacau, sudah tidak ada kontrolling dan nilai-nilai moral

pun dihilangkan. Jika konsep kebebasan HAM ini terus dijunjung tanpa aturan yang jelas

maka setiap orang pasti akan bertindak secara bebas tanpa aturan dan tidak lagi

memedulikan batasan-batasan kewenangannya. Sehingga antara satu aturan dengan

aturan lain pun tidak dapat saling melengkapi bahkan banyak yang saling bertentangan.

Hal ini membuktikan bahwa sistem politik yang ada di Indonesia juga di belahan dunia

manapun saat ini tidak ada yang dapat benar-benar membawa keadilan dan kesejahteraan

bagi masyarakat karena dalam sistem kapitalis maupun sistem komunis itu semua hanya

mementingkan kepentingan pribadi atau kelompoknya semata. Tidak ada yang memikirkan

nasib dan kesejahteraan masyarkat yang seharusnya menjadi tujuan dibentuknya suatu

negara. Terbukti dari banyaknya permasalahan dan kekacauan yang terjadi di atas bumi ini

yang mengakibatkan ketidaksinambungan antara satu hal dan hal lainnya sehingga dapat

menghantarkan manusia kepada keruakan dan kepunahan.

Oleh sebab itu, mari kembali pada fitrah manusia yaitu ISLAM. Islam sebagai sebuah agama

yang lengkap yang mengatur segala aspek kehidupan. Mulai dari bangun tidur hingga

bangun negara, semuanya sudah diatur secara lengkap dalam Al-Qur’aan dan As-Sunnah

sebagai pedoman umat islam. Terbukti dengan tegaknya KHILAFAH selama 13oo Tahun

lebih di muka bumi ini yang menguasi hampir 2/3 dunia sudah membuktikan bahwa islam

adalah agama yang adil dan membawa rahmat bagi Muslim itu sendiri maupun bagi Non-

Muslim. Maka dari semua statemen yang ada saat ini yang menyebut bahwa orang yang

mneginginkan Khilafah itu radikalisme, khilafah itu tidak dapat menyatukan keragaman, dan

lain sebagainya. Statemen-statemen tersebut harus dihilangkan dan kenali dulu apa itu

khilafah bagaimana sistemnya. Dan sudah terbukti menjadi sebuah Peradaban Emas bagi

dunia yang menghantarkan kepada kemajuan dunia saat ini. Maka dari itu, terakhir saya

sampaikan sebelum teman-teman semua mengejudge sesuatu itu buruk atau tidak kenalilah

dan pelajarilah dulu, baru boleh berkomentar apakah itu baik atau buruk. So, YUK NGAJI.

^_^

Page 5: Daftar Isi - imune.idimune.id/wp-content/uploads/2018/06/Jurnal-MTJ-Edisi-2.pdforang-orang yang tidak pro terhadap hal tersebu di kursi DPR pun tidak bisa berbuat apa-apa karena mereka

3

Kemerdekaan yang Di-dam-ba-kan

Akhir- akhir ini masyarakat dihebohkan dengan berita penyanderaan 1300 warga papua

oleh kelompok OPM (Organisasi Papua Merdeka). Seperti sudah menjadi rahasia umum

bahwa di papua terbentuk organisasi yang menginginkan kemerdekaan untuk wilayah nya.

Dan puncaknya pada tindak kriminal yang mereka lakukan pada warga timika papua baru-

baru ini. Namun hal ini seperti menjadi kasus biasa dikutip dari (kompas.com) Kepala

Kepolisian RI Jenderal (Pol)Tito menuturkan, kelompok tersebut merupakan pemain lama

dan sudah ada sejak dirinya menjabat sebagai Kapolda Papua pada 2012."Sebenarnya

enggak banyak kelompok ini, paling 20 atau 25 orang. Senjatanya lima sampai sepuluh

pucuk. Mereka menggunakan metode hit and run (beraksi dan berlari)," ujar Tito di Mapolda

Metro Jaya, Kamis (9/11/2017).

Kelompok ini pun hanya dicap sebagai “KKB” Kelompok Kriminial Bersenjata bukan dicap

sebagai teroris yang sebagaimana sering disematkan pada muslim yang melakukan

kejahatan kriminal. Padahal jika dianalisis tindak kejahatan yang dilakukan kelompok ini

sudah sangat tidak manusiawi. Para sandera di kurung tanpa boleh beraktifitas bahkan

sampai kekurangan bahan makanan. Parahnya bukan hanya disandera namun para korban

juga diperkosa. Kebiadaban kelompok ini dinilai karna motif ekonomi dan perselisihan antar

suku. Para korban dirampas harta bendanya dan diperlakukan tidak senonoh.

Sebenarnya jika melihat latar belakang terbentuknya kelompok yang telah berdiri sejak

tahun 1965 ini tidak lain dari keinginan mereka atas kemerdekaan untuk wilayahnya.

Kemerdekaan atas pemerataan distribusi dan SDA yang ada pada daerah tersebut.

Keinginan mereka untuk hidup sejahtera tanpa terikat oleh peraturan pemerintah. Keinginan

mereka untuk mengelola SDA mereka yang sangat melimpah namun, mereka sendiri pun

tak bisa menikmat sendiri hasilnya. Hasilnya pemberontakan atas kesenjangan dan

ketidakadilan yang mereka rasakan.

Kasus ini menjadi salah satu efek dari sistem saat ini yaitu sistem kapitalis-sekulerisme.

Dimana yang berhak memiliki sumber daya alam ialah yang memiliki modal. Mereka tidak

berdaya atas kebijakan- kebijakan pemerintah yang menyesengsarakan mereka.

Kebebasan memiliki yang ada pada sistem ini membuat para pemiliki modal bebas membeli

apa saja temasuk sumber daya alam emas yang ada di Papua. Mereka mendambakan

kemerdekaan atas wilayahnya tanpa dijajah oleh perusahaan-perusahaan asing yang

dengan gampangnya mengambil SDA mereka. Kemerdekaan yang hakiki ialah merdeka

atas penyembahan dari manusia.Negara yang merdeka ialah negara yang mampu mandiri

dalam memenuhi kebutuhan masyarakatnya tanpa ada ketergantungan kepada pihak

manapun. Mampu menjamin keamanan dan kesatuan masyarakatnya.

Dalam hal ini dilihat dari sudut pandang islam memiliki jawaban tersendiri atas masalah

ini.Islam adalah agama yang paripurna dan sempurna. Bukan hanya sekedar agama

namun, juga sebagai ideologi. Sejatinya agama islam dapat menjadi problem solver atas

segala masalah yang terjadi saat ini. Allah SWT telah mengatur kehidupan manusia dengan

panduanNya yaitu Al-Qur’an. Segala aturan kehidupan telah Allah sampaikan melalui Al-

Qur’an. Al-Qur’an juga bukan hanya sekedar kitab suci namun, merupakan sumber hukum

Page 6: Daftar Isi - imune.idimune.id/wp-content/uploads/2018/06/Jurnal-MTJ-Edisi-2.pdforang-orang yang tidak pro terhadap hal tersebu di kursi DPR pun tidak bisa berbuat apa-apa karena mereka

4

yang datang nya langsung dari Sang Pencipta semesta alam. Dalam islam telah diatur

mengenai pengelolaan sumber daya alam. Tentunya SDA tidak boleh dikelola oleh pihak

asing apalagi sampai terjual jatuh ditangan pihak asing. Penerapan sistem islam secara

menyeluruh dalam seluruh aspek kehidupan dan menjadikan Al-Qur’an dan As-Sunnah

menjadi dasar hukum negara adalah solusi atas segala permasalahan ini. Umat saat ini

membutuhkan sistem yang tidak hanya mengandalkan slogan atau teriakan saja tetapi umat

butuh khilafah. Sistem pemerintahan yang secara menyeluruh menggunakan aturan dari

Sang Maha Pencipta.

Page 7: Daftar Isi - imune.idimune.id/wp-content/uploads/2018/06/Jurnal-MTJ-Edisi-2.pdforang-orang yang tidak pro terhadap hal tersebu di kursi DPR pun tidak bisa berbuat apa-apa karena mereka

5

Bisakah Indonesia Terlepas Utang? Oleh: Hernani Sulistyaningsih, S.Pd.I

Terhitung sejak 1945 Indonesia terbebas dari penjajahan fisik, namun sejatinya masih ada

penjajahan non fisik atau penjajahan gaya baru (neoimperialisme). Kapitalisme telah

menjadikan penjajahan sebagai thariqah khas politik luar negerinya. Hal ini akan terus

menyasar negeri-negeri muslim agar sejalan dengan kepentingannya. Adanya kebijakan-

kebijakan yang di dekte oleh asing inilah yang menandakan Indonesia belum merdeka. Di

sisi lain, asing mudah melakukan intervensi karena Indonesia bukanlah negara berideologi

sehingga mudah dijebak dengan rangkap bernama utang.

Utang Berbuah Kedzaliman

Negeri ini sesungguhnya kaya raya. Namun negara luput tidak bisa mengelola sumber daya

alam dengan baik, akhirnya utang menjadi jalan jitu untuk kelangsungan bernegara. Jokowi

sebelumnya pernah berkampanye untuk tidak berutang. Pada faktanya utang luar negeri

tidak bisa terelakan bahkan jumlahnya kian bertambah dan terbesar sepanjang catatan

sejarah. Bisa kita cermati dari RAPBN 2018 yang dirilis Kementerian Keuangan 16 Agustus

2017 tersebut disebukan anggaran penerimaan negara Rp. 1.878,4 triliun yang didapat dari

pajak Rp. 1.609,4 triliun (86%), sumber daya alam (SDA) migas Migas Rp 77,2 triliun (4%)

dan SDA non Migas Rp 22,1 triliun (1%). Sedangkan anggaran belanjanya, cicilan pokok

utang dan bunga Rp 629,2 triliun, bunga Rp 247,6 triliun dan defisit (minus) anggaran Rp

326 triliun. Bagian pajak menjadi masukan terbesar sebanyak 86%, semakin tampak

subsidi-subsidi yang banyak dicabut dan menaikan pajak, lagi-lagi rakyatlah yang menjadi

korban. Terlebih jika perkepala menanggung beban utang, Sri Mulyani mengatakan, dengan

jumlah rasio utang Indonesia saat ini sebesar 27% dari Gross Domestic Product (GDP) yang

sekitar Rp 13.000 triliun, maka setiap masyarakat di Indonesia memiliki utang sebesar US$

997 per kepala (Rp 13 juta). Parahnya sumber daya alam telah banyak dikeruk asing

sehingga kemiskinan pun kian merata, meski baru-baru ini diklaim oleh BPS bahwa

pendapatan rakyat 11.000 perhari dianggap termasuk kaya. Sungguh ironis!

Islam Memberikan Kesejahteraan

Aqidah Islam terdiri dari aqidah ruhiyah dan aqidah siyasiyah, artinya Islam bukan sekadar

agama ritual tetapi juga memiliki konsep dalam pengaturan publik. Negara Islam akan

mengelola dan mendistribusikan kepemilikan umum (termasuk sumber daya alam) secara

adil kepada rakyat. Dalam hal ini Islam mengatur hak kepemilikan, pertama kepemilikan

negara harus dimiliki negara, kedua kepemilikan umum harus dimiliki umum dan dikelola

oleh negara namun dilarang dimiliki oleh individu, dan ketiga kepemilikan individu.

Berbicara utang dan pajak, negara Islam hanya akan memungut pajak dalam kondisi yang

insidental bukan permanen. Khalifah secara syar’i boleh berutang untuk mengatasi defisit

anggaran, namun tetap wajib terikat hukum-hukum syariah. Haram hukumnya Khalifah

mengambil utang luar negeri, baik dari negara tertentu, misalnya Amerika Serikat, atau dari

lembaga-lembaga keuangan internasional seperti IMF dan Bank Dunia. Alasan

keharamannya ada 2 (dua): (1) Utang-utang luar negeri itu pasti menarik bunga, yang jelas-

jelas merupakan riba yang diharamkan dalam al-Quran (QS. 2:275). (2) Utang luar negeri itu

pasti mengandung syarat-syarat yang menghilangkan kedaulatan negeri yang berutang. Hal

Page 8: Daftar Isi - imune.idimune.id/wp-content/uploads/2018/06/Jurnal-MTJ-Edisi-2.pdforang-orang yang tidak pro terhadap hal tersebu di kursi DPR pun tidak bisa berbuat apa-apa karena mereka

6

ini jelas diharamkan karena Islam mengharamkan segala jalan yang mengakibatkan kaum

kafir mendominasi kaum Muslim (QS an-Nisa‘: 141). Sungguh hanya dengan pengaturan

Islam sajalah negeri ini bisa terlepas dan bebas dari jeratan utang. Wallahu’alam bis shawab

Page 9: Daftar Isi - imune.idimune.id/wp-content/uploads/2018/06/Jurnal-MTJ-Edisi-2.pdforang-orang yang tidak pro terhadap hal tersebu di kursi DPR pun tidak bisa berbuat apa-apa karena mereka

7

Waspada Kampanye Islam Moderat: Menjauhkan Pemuda Muslim

dari Islam Politik Oleh: Ima Desi Susanti (UINSA)

Berbagai upaya untuk menjauhkan generasi muslim dari pemahaman Islam yang Shahih

tidak hentinya dilakukan oleh para musuh-musuh Islam. Dunia pendidikan agaknya menjadi

tempat yang paling strategis untuk melakukan berbagai upaya tersebut, khususnya jenjang

pendidikan tinggi. Pendidikan memang sangat berperan penting dalam membentuk arah

pandang pemikiran seseorang. Namun, dunia pendidikan hari ini justru menjadi jalan bagi

para musuh-musuh Islam untuk memasukkan berbagai macam pemahaman yang

sesungguhnya jauh dari nilai Islam.

Tidak main-main. Agenda untuk semakin mensekulerkan pemuda Islam melalui dunia

pendidikan semakin intensif dilakukan. Beberapa minggu yang lalu Kementerian Agama

Republik Indonesia telah melaksanakan Deklarasi Serpong dalam pembukaan acara

International Islamic Education Expo (IIEE) 2017 di Hall Nusantara Indonesia Convention

Exhibition (ICE)-BSD City, Tangerang. Deklarasi dibacakan oleh Dirjen Pendidikan Islam

Kemenag RI, Prof. Dr. Phil. H. Kamaruddin Amin, MA, diikuti perwakilan ormas dari NU,

Muhammadiyah, Mathla'ul Anwar, dan Al Khairat, serta Rektor UIN Jakarta dan Rektor UIN

Sunan Ampel Surabaya mewakili pimpinan Perguruan Tinggi Keagaman Islam (PTKI). Poin

penting dari deklarasi tersebut adalah menolak setiap penyalahgunaan agama untuk

kepentingan yang tidak sesuai dengan watak dasar dan tujuan agama itu sendiri. Deklarasi

ini juga mengajak seluruh elemen bangsa untuk memajukan pendidikan Islam sebagai solusi

bagi tantangan zaman, sarana mewujudkan perdamaian dunia, dan upaya meningkatkan

maslahat bagi umat manusia. (UINSANewsroom, Selasa (21/11/2017)

Poin penting dalam deklarasi tersebut agaknya harus betul-betul kita cermati.

Utamanya dalam hal menolak setiap penyalahgunaan agama untuk kepentingan yang

tidak sesuai dengan watak dasar dan tujuan agama itu sendiri. Hal ini seakan akan

agama menjadi sesuatu yang salah jika ditempatkan di ranah yang berkaitan dengan

pengaturan urusan masyarakat. Agama kemudian dimaknai lebih sempit hanya dalam

hal yang berkaitan dengan ibadah ritual saja.

Di tahun politik praktis yang ada sekarang. Isu agama dan politik menjadi sesuatu

yang menarik diperbincangkan, isu ketidakbolehan menyalahgunakan agama terus

meningkat daya jualnya. Bahkan di berbagai kesempatan juga masif disampaikan

kepada mahasiswa berkaitan dengan hal tersebut. Seagaimana dinyatakan oleh Prof.

Nur Syam saat mengisi kuliah umum yang diadakan oleh Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik UINSA yang mengangkat tema “Perspektif Sosiologi Tentang Perkembangan

Relasi Agama dan Politik di Indonesia”. Pada kesempatan tersebut beliau menjelaskan

bahwa ada empat isu strategis yang selalu menjadi perbincangan dan mengedepan di

tahun politik. Mulai dari isu kesenjangan sosial, kekerasan agama, sara, dan juga

konflik. Baik konflik antar agama, internal agama, atau suku. “Terhadap empat isu ini,

harapannya adalah ada solusi yang kita lakukan. Salah satu instrumen terbaik adalah

melalui pendidikan,” Pemerintah, lanjut Prof. Nur Syam, terus mengupayakan agar

pendidikan menjadi panglima dalam peningkatan SDM. Selain itu, dalam upaya

Page 10: Daftar Isi - imune.idimune.id/wp-content/uploads/2018/06/Jurnal-MTJ-Edisi-2.pdforang-orang yang tidak pro terhadap hal tersebu di kursi DPR pun tidak bisa berbuat apa-apa karena mereka

8

menanggulangi isu strategis tahun politik tersebut, Kemenag RI sudah menggerakkan

program, Moderasi Agama. Sebuah upaya bagaimana agama disikapi, dipahami

kepada esensi dan substansi agama itu sendiri. Sehingga mampu mencegah

seseorang tidak terlalu ektrim kiri atau kanan. “Hal ini sangat penting. Saya ingin,

mahasiswa UINSA menjadi agen untuk mneggerakkan Moderasi Agama.

Sangat jelas sekali, berbagai upaya ini dilakukan sebagai senjata ampuh mentuk

menghindarkan pembahasan Islam dari pembahasan politik bahkan menganggapnya

sebagai penyalahgunaan agama untuk kepentingan politik. Yang pada akhirnya

mengarahkan mahasiswa muslim untuk menjadi pelopor moderasi agama.

Membahas persoalan agama cukup dari sisi esensinya saja, menjadi muslim yang

pertengahan, tidak ekstrim kanan ataupun kiri, yang biasa-biasa saja. Tentu

pemahaman yang demikian merupakan pemahaman yang tidak tepat, bahkan batil yang

harusnya kita tolak.

Sebagai mahasiswa muslim, kita harus menyadari bahwa Agama Islam adalah agama yang

sempurna dan menyeluruh yang mampu mengatur seluruh aktvitas manusia yang berbeda

dengan agama yang lainnya. Syariah Islam tidak hanya mengatur ibadah ritual, akhlak,

ataupun persoalan-persoalan individual. Syariah Islam juga mengatur muamalah seperti

politik, ekonomi, sosial, budaya, pendidikan dan sebagainya. Bahkan Islam juga mengatur

mengenai uqubah (sanksi) dan bayyinah (pembuktian) dalam pengadilan Islam. Bukti dari

semua ini bisa kita lihat dalam kitab-kitab fikih para ulama yang membahas berbagai

persoalan mulai dari thahara (bersuci) hingga imamah/khilafah (kepemimpinan politik dalam

Islam). Dalam al-Qur’an Allah SWT, Bukan hanya mewajibkan shalat (QS. Al-Baqarah: 43),

tapi juga berbicara ekonomi saat menghalalkan perdagangan dan mengharamkan riba (QS.

Al-Baqarah: 275), juga mewajibkan pendistribusian harta secara adil ditengah masyarakat

(QS. Al-Hasyr: 7)

Pentingnya menyatukan hubungan Islam dan politik juga disampaikan oleh imam al-Ghazali,

bahwa agama dan kekuasaan adalah dua saudara kembar, agama adalah pondasi (asas)

dan kekuasaan adalah penjaganya segala sesuatu yang tidak punya pondasi niscaya akan

roboh dan segala sesuatu yang tidak punya penjaga niscaya akan musnah.

Hal ini menunjukkan bahwa agama jelas tidak menganjurkan dipisahkannya aturan agama

dari ranah politik. Sebaliknya agamalah sejatinya yang mampu memecahkan seluruh

problem kehidupan melalui aktivitas politik, yaitu mengurusi urusan umat. Inilah makna

politik dalam Islam.Makna inilah yang harusnya kita pahami bersama, sehingga kita

mahasiswa muslim tidak akan mudah terjebak oleh propaganda yang dibuat oleh musuh-

musuh Islam yang tidak lain tujuannya untuk semakin menjauhkan kita pemuda muslim dari

memahami Islam secara Kaffah. Wallahu a’lam

Page 11: Daftar Isi - imune.idimune.id/wp-content/uploads/2018/06/Jurnal-MTJ-Edisi-2.pdforang-orang yang tidak pro terhadap hal tersebu di kursi DPR pun tidak bisa berbuat apa-apa karena mereka

9

Isu Radikalisme: Senjata Kebohongan dalam Framing Kegentingan

Indonesia

Oleh: Difira Auliyandani, SEI

Radikalisme dalam artian asalnya menurut Kamus bahasa Indonesia ada 3: (1) secara

mendasar (sampai kpd hal yg prinsip): perubahan yg --; (2) Pol amat keras menuntut

perubahan (undang-undang, pemerintahan); (3) maju dl berpikir atau bertindak. Maka

radikal adalah sebuah kata yang bermakna positif. Namun dalam perkembangannya

radikalisme yang santer dalam diskusi-diskusi di kalangan intelektual, umat bergama dan

masyarakat umum bermakna paham atau aliran yang menginginkan perubahan atau

pembaharuan sosial dan politik dengan cara kekerasan atau drastis; sikap ekstrem dalam

aliran politik; bahkan mengkerucut pada makna paham yang ingin menjadikan Islam sebagai

sistem yang mengatur kehidupan menggantikan kapitalisme yang masih bertahan saat ini.

Itu disebabkan karena ketidakkonsistenan pemerintah dan media-media internasional yang

hanya memberitakan ekstrimisme, terorisme dan radikalisme untuk kasus-kasus yang

berkaitan dengan umat Islam. Sedangkan fakta-fakta teror, rasisme, intoleran yang jauh

lebih banyak dan lebih brutal yang dilakukan pihak non muslim tidak diberitakan sebagai

aksi-aksi ekstrimisme maupun radikalisme.

Isu radikalisme memang sudah menjadi senjata cukup ampuh melawan opini-opini islam

ideologis yang semakin berkembang dan terus membesar dari hari ke hari. Program War on

terrorism yang dicetus AS setelah tragedi 11 sepetember 2001 adalah gong dari senjata

perlawanan tersebut. Bahkan bukti atas adanya strategi ini banyak ditemukan pada

dokumen-dokumen intelijen Barat ataupun yang dibocorkan oleh WikiLeaks. Sebagaimana

yang telah kami amati bahwa kasus-kasus terorisme di Indonesia selalu melibatkan

Amerika. Seperti ungkapan kesaksian Fred Burks terkait usaha Amerika untuk ‘mengakhiri’

Ustadz Abu Bakar Ba’asyir dan juga pertemuan rahasia di rumah Megawati 3 pekan

sebelum tragedi Bom Bali. Begitu pu;a pengakuan Syafii Maarif yang mengaku diminta

langsung oleh Dubes AS Ralph L Boyce agar melobi Ketua MA dan Kapolri untuk menahan

Ustadz abu Bakar Ba’asyir sebelum Pemilu berlangsung.

Bahkan dokumen rekomendasi Zeyno Baran untuk pemerintah AS juga disusun sedemikian

canggih untuk mengalahkan atau menghadapi suatu kelompok Islam “radikal” seperti Hizbut

Tahrir. Bahkan serangan itu benar telah terjadi pada negara yang mengusung demokrasi

seperti Indonesia dengan dibubarkannya Hizbut Tahrir Indonesia dengan perppu ormas

yang tidak memberikan hak pada tertuduh untuk mengklarifikasinyadi pengadilan.

Tidak cukup pada upaya pembubaran ormas-ormas “radikal” saja, namun lagi-lagi senjata

opini seperti isu radikalisme kembali diramaikan bahkan diduga keras adanya sokongan

pemerintah akan hal ini. Seperti adanya Kuliah Akbar “Aksi Kebangsaan Perguruan Tinggi

Melawan Radikalisme” yang bermula dari edaran Menristekdikti kepada beberapa pimpinan

PT dan PTN. Agenda ini berlangsung di banyak perguruan tinggi dan tentu deradikalisasi

yang dituju adalah deislamisasi itu sendiri. Hal itu jelas terjadi karena kegentingan

radikalisme yang sesungguhnya tidak pernah terjadi di Indonesia. Bahkan kegentingan-

kegentingan yang sudah ada pun tidak disebut sebagai kegentingan seperti halnya masalah

Page 12: Daftar Isi - imune.idimune.id/wp-content/uploads/2018/06/Jurnal-MTJ-Edisi-2.pdforang-orang yang tidak pro terhadap hal tersebu di kursi DPR pun tidak bisa berbuat apa-apa karena mereka

10

darurat narkoba, darurat korupsi, darurat jual aset negara dll. Tentu jelas adanya upaya

penyesatan pada mindset masyarakat terhadap islam.

Media pun turut menjadi pilar pengokoh strategi propaganda radikalisme ini. Pidato, seruan,

iklan, tema acara televisi, slogan dan semboyan semuanya mengangkat isu yang sama

yaitu radikalisme. Tentu amat mudah bagi pemerintah membentuk opini dan mencuci otak

masyarakat dengan propaganda media-media besar mereka karena mereka memiliki tujuan

yang sama dan saling menyokong satu sama lain.

Begitulah akhirnya radikalisme berarti deislamisasi. Tentu bijak bagi diri kita semua lebih lagi

para kaum intelek untuk mengamati upaya-upaya kotor ini dan mempelajari seluruh fakta,

pemikiran serta mensandarkannya pada Aqidah dan konsep Politik Islam. Dengan begitu

maka perlawanan kita akan jelas dan tidak mudah terombang ambing terjerat pada

propaganda yang mencuat.

Page 13: Daftar Isi - imune.idimune.id/wp-content/uploads/2018/06/Jurnal-MTJ-Edisi-2.pdforang-orang yang tidak pro terhadap hal tersebu di kursi DPR pun tidak bisa berbuat apa-apa karena mereka

11

Kenaikan Tarif Listrik, Kedzoliman yang Nyata oleh Negara Oleh : Sari rey

Kedzoliman negara lewat listrik

Baru-baru ini pemerintah telah mewacanakan akan menyederhanakan golongan daya listrik

kepada pelanggan golongan 900 VA non subsidi, 1.300 VA, 2.200 VA, dan 3.300 VA

menjadi 4.400 VA. Sedangkan golongan 450 VA dengan pelanggan sebanyak 23 juta rumah

tangga dan golongan 900 VA dengan 9,5 juta rumah tangga yang disubsidi oleh pemerintah,

tidak mengalami perubahan. Sementara golongan 4.400 VA hingga 12.600 VA dinaikkan

dan ditambahkan dayanya menjadi 13.000 VA, dan golongan 13.000 VA ke atasnya akan di-

loss stroom.1

Sebelumnya pemerintah juga telah menaikkan tarif dasar listrik untuk golongan 900 VA ke

atas secara bertahap dari bulan april hingga bulan juli dengan dalih pengurangan subsidi

untuk peningkatan pembangunan. Hal ini sungguh memalukan bagi negara yang

dianugrahkan sumber daya alam yang melimpah termasuk sumber daya alam untuk

pengelolaan listrik. Betapa tidak, Indonesia memiliki gas alam dan minyak bumi yang

melimpah yang dapat digunakan sebagai sumber pembangkit listrik. Selain itu, alam

indonesia yang banyak terdapat pegunungan memberikan kelimpahan banyaknya “batu

bara putih” yang dapat dipotensikan sebagai sumber tenaga listrik. Namun, sampai saat ini

nyatanya pemerintah masih memilih untuk memangkas subsidi khususnya listrik guna

membangun insfrastruktur yang lain yang kadang tidak bisa dinikmati oleh keseluruhan

rakyat.

Neoliberalisme akar permasalahan listrik

Menurut Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Ignasius Jonan mengatakan bahwa

meskipun dayanya dinaikkan dia berujar tarif yang dikenakan tidak akan naik alias tarif listrik

900 VA non subsidi. Golongan berdaya 900 VA saat ini dikenai tarif Rp 1.352,00 per kWh.

Dia berharap dengan penyederhanaan listrik ini maka tenaga listrik dapat diakses oleh

seluruh masyarakat Indonesia2. Jika kita menengok berbagai kebijakan pemerintah yang

sebelumnya telah dicanangkan seperti BPJS maupun kebijakan lain, agaknya hal ini

menjadi sanksi jika pemerintah “tak ada udang di balik batu”. BPJS yang awalnya terdengar

sangat membantu masyarakat pun kini telah terlihat bahwa justru membebani masyarakat,

ditambah lagi dengan kenaikan iurannya. Maka bukan hal yang mustahil jika suatu saat tarif

TDL akan dinaikkan lagi. Dengan daya lebih besar tentu saja beban yang diberikan pun

akan lebih besar. Selain itu mengingat banyaknya alat-alat elektronik yang ditawarkan, akan

semakin memicu konsumen (baca: masyarakat Indonesia) untuk membeli barang-barang

tersebut karena anggapan adanya daya listrik yang mencukupi untuk menggunakan alat

tersebut. Akibatnya beban listrik bertambah sehingga pemasukan dari PLN pun bertambah.

Jika tarif TDL dinaikkan maka secara otomatis pemasukan PLN semakin besar. Misal saja

tarif naik menjadi Rp 1.500,00 per kWh, maka jika di rumah memiliki 1 ricecooker 450 W, 3

lampu 20 W, 1 TV 150 W, 1 kulkas 60 W, dan pompa air 100 W, maka jika kita hitung

dengan tarif sebelum kenaikan akan diperoleh harga perbulan =[( 450 x 20 jam) +(3 x 20 x 8

jam) + (150 x 5 jam) + (60 x 24 jam) + (100 x 3 jam)] x 30 hari =3,85 kWh x 30 hari x Rp

1.352,00 = Rp 156.156,00. Berarti jika per kWh naik menjadi Rp 1.500,00 maka tarif

Page 14: Daftar Isi - imune.idimune.id/wp-content/uploads/2018/06/Jurnal-MTJ-Edisi-2.pdforang-orang yang tidak pro terhadap hal tersebu di kursi DPR pun tidak bisa berbuat apa-apa karena mereka

12

listriknya menjadi Rp 173.250,00 maka jika kita selisihkan ada sekitar selisih Rp 17.000,00

hanya dengan kenaikan yang tidak sampai 200 rupiah. Hal ini jelas dapat menjadi peluang

bagi PLN untuk menaikkan TDL dengan alasan peningkatan layanan (baca: kenaikan

golongan) mengingat sebelumnya Menteri ESDM dan Menteri BUMN mendapat surat

teguran dari Menteri Keuangan terkait surutnya penjualan listrik PLN yang tak mencapai

target.

Maka dapat kita saksikan bahwa pengelolaan energi saat ini bukan untuk mensejahterakan

masyarakat, namun untuk mengambil keuntungan sebesar-besarnya. Pengelolaan listrik

PLN saat ini dijalankan dengan bisnis reseller listrik dari pihak swasta/PP kepada

masyarakat. Dalam mega proyek pembangkit 35.000 MW, sampai bulan Juni 2017, PLN

telah menandatangani 22.779 MW atau 64% kesepakatan pembelian listrik/PPA (power

purchase agreement). Sementara sisanya 13.057 MW atau 36% belum ditandatangani.

Yang berarti megaproyek ini adalah pembelian listrik kepada swasta yang dijual kepada

rakyat3. PLN juga menerapkan mekanisme tarif adjustment, yaitu harga menyesuaikan

kondisi pasar. Hal ini jelas menunjukkan hubungan pembeli dengan penjual dibandingkan

hubungan rakyat dengan penguasa yang seharusnya penguasa meriayah rakyatnya,

termasuk dalam pelayanan listrik.

Penyesuaian tarif yang didasarkan pada pasar akan memungkinkan melangitnya harga

listrik. Mengingat sumber daya alam negeri ini telah banyak dijual kepada swasta. Sehingga

kelak menjadi hal yang wajar jika tiba-tiba tarif listrik akan meningkat tajam dengan alasan

bahan bakar pembakit listrik mahal. Inilah akibat dari liberalisasi energi, yang menyebabkan

negara hanya sebuah label sedangkan penguasa ekonomi adalah para pemilik modal yang

jelas memiliki watak untuk mengambil keuntungan sebesar-besarnya. Pada akhirnya rakyat

lah yang akan menderita.

Khilafah, menyelesaikan permasalahan listrik.

Seperti yang kita ketahui bahwa listrik merupakan hal yang vital bagi masyarakat. Hampir

setiap kegiatan baik masih dalam sekup rumah tangga maupun industri telah banyak

memanfaat penggunaan listrik. Oleh karena itu, islam memandang bahwa pengelolaan listrik

menjadi hal yang penting bagi hajat hidup masyarakat. Islam memberikan aturan dalam

kepemilikan yang dibagi dalam 3 jenis yaitu harta milik pribadi, harta milik umum, dan harta

milik negara. Didasarkan pada beberapa Hadits Nabi, diantaranya adalah hadits Imam

Ahmad Bin Hanbal yang diriwayatkan dari salah seorang Muhajirin, bahwasannya

Rasulullah SAW telah bersabda:

“Manusia itu berserikat dalam tiga perkara: air, rumput dan api.”

Dari hadis tersebut menunjukkan bahwa sumber daya alam merupakan harta milik umum.

Dan ini menjadi tugas negara untuk mengelola guna mensejahterakan rakyat. Karena islam

memandang bahwa negara memiliki tugas untuk meriayah rakyatnya. Hal itu didasarkan

pada salah satu hadits Imam Bukhari yang diriwayatkan dari Ibnu Umar yang mengatakan,

Nabi SAW bersabda:

“Imam adalah (laksana) penggembala (pelayan). Dan dia akan dimintai

pertanggungjawaban terhadap urusan rakyatnya.”

Agar negara dapat melaksakan kewajibannya, maka syara’ telah memberi kekuasaan

kepada negara untuk mengelola harta kepemilikan umum dan negara dan tidak mengijinkan

bagi seorangpun (individu maupun swasta) untuk mengambil dan memanfaatkannya secara

Page 15: Daftar Isi - imune.idimune.id/wp-content/uploads/2018/06/Jurnal-MTJ-Edisi-2.pdforang-orang yang tidak pro terhadap hal tersebu di kursi DPR pun tidak bisa berbuat apa-apa karena mereka

13

liar. Kepemilikan umum seperti: minyak, tambang besi, emas, perak, tembaga, hutan harus

dieksplorasi dan dikembangkan dalam rangka mewujudkan kemajuan taraf ekonomi rakyat.

Distribusi kekayaan itu diserahkan sepenuhnya kepada kewenangan Imam (pemimpin

negara) dengan melihat dari mana sumber pemasukannya (misalnya, harus dibedakan

antara: zakat, jizyah, kharaj, pemilikan umum, ghanimah, fa’i dan sebagainya), maka syara’

telah memberikan ketentuan pengalokasiannya kepada pihak-pihak yang berhak

menerimanya. Prinsip umum pendistribusian oleh negara, didasarkan pada firman Allah :

“Supaya harta itu jangan hanya beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu.”

(Qs. al-Hasyr [59]: 7)

Oleh karena itu jelaslah bahwa hanya dengan pengelolaan sumber daya alam menurut

aturan Allah lah (baca: islam) yang akan membawa kesejahteraan bagi rakyat. Sehingga

sudah saatnya mengganti sistem yang rusak dan merusak ini dengan sistem yang akan

membawa kesejahteraan bagi umat manusia dan seluruh alam. Karena islam rahmatan lil

alamin.

Wallahu a’lam.

Referensi :

1. www.kabarpos.com/bersiaplah, juni 2018 pelanggan “wajib” menikmati daya listrik 4.400 VA

2. https://bisnis.tempo.co/soal golongan listrik pemerintah akan dengar pendapat masyarakat

3. Listrik nyetrum lagi oleh ratna sari dewi

4. Listrik.org

5. Membangun Ekonomi Alternatif Pasca Kapitalisme.htm

Page 16: Daftar Isi - imune.idimune.id/wp-content/uploads/2018/06/Jurnal-MTJ-Edisi-2.pdforang-orang yang tidak pro terhadap hal tersebu di kursi DPR pun tidak bisa berbuat apa-apa karena mereka

14

Menilik Akar Masalah Fenomena “Generasi Micin/Kids Zaman Now” Oleh: Ryang Adisty Farahsita

“Generasi micin/kids jaman now” adalah istilah baru yang muncul untuk menggambarkan

perilaku aneh, tidak wajar, dan cenderung bodoh dari generasi muda saat ini. Kata micin

sendiri digunakan karena anggapan masyarakat bahwa konsumsi micin menyebabkan

kebodohan. Istilah ini diviralkan oleh netizen karena anak-anak muda ini mengunggah

perilaku bodoh-nya di akun media sosial mereka. Beberapa contoh unggahan yang cukup

viral adalah video anak laki-laki dan perempuan berusia sekitar 10 dan 12 tahun yang

menyanyikan lagu dangdut “Hamil Sama Setan” di panggung dengan aksi seronok, video 7

siswa SD Trenggalek yang menunjukkan keahliannya menghisap rokok Vape, dan foto anak

yang menunjukkan kemesraan di publik layaknya suami istri.

Fenomena “generasi micin/kids jaman now” ini tidak sekedar menjadi candaan dan

pembicaraan di dunia maya namun juga telah menarik perhatian pemerintah maupun aktivis

sosial. Kasus 7 orang siswa Trenggalek yang lihai merokok Vape bahkan telah menuai

tanggapan dari pihak Kemenkes. Aktivis anti LGBT juga telah mengkajinya karena melihat

beberapa unggahan yang mengarah pada perilaku LGBT. Sayang pembahasan

masalahnya baru berkutat di sisi bahaya terhadap kesehatan, pengawasan orang tua, dan

sekolah. Padahal fenomena ini tidak hanya melingkupi aspek tersebut. Setidaknya ada

faktor internal dan eksternal yang dipengaruhi 3 aspek vital, yaitu ketahanan keluarga,

kontrol masyarakat, dan pengaturan negara.

Aspek internal berkaitan dengan krisis identitas dan kosongnya generasi dari visi kehidupan.

Kurangnya penanaman nilai dan pembentukan visi hidup oleh keluarga menyebabkan anak

bingung menentukan identitas mereka. Akhirnya mereka mencari sosok yang bisa mereka

contoh. Parahnya karena saat ini ideologi kapitalisme yang berkuasa dengan gaya hidup

sekuler-liberalnya, idola yang muncul adalah sosok yang mempresentasikan gaya hidup

western seperti Awkarin dan Young Lex. Pengikut Awkarin di instagram mencapai 2.5 juta

sedangkan Young Lex sekitar 800 ribu dengan jumlah likers di setiap postingan mencapai

30.000-150.000. Padahal konten postingannya berkaitan dengan miras, rokok, gaya hidup

bebas, dll. Sebagian keluarga sebagai benteng pertama gagal menanamkan visi hidup

karena orang tua juga gagal menemukan bagaimana pola pengasuhan yang benar.

Sebagian yang lain terlalu disibukkan dengan kesulitan ekonomi sehingga mereka

menyerahkan pengasuhan dan pendidikan pada pihak lain. Anak-anak yang krisis identitas

dan tidak memiliki visi hidup ini akhirnya menjiplak perilaku dari para idola mereka dan

mengunggahnya demi popularitas. Banyaknya likes, loves, comments, dan shares menjadi

tujuan hidup yang menunjukkan eksistensi dari identitas mereka.

Faktor internal ini tidak bisa lepas dari faktor eksternal yaitu kontrol masyarakat dan

pengaturan negara. Saat ini masyarakat cenderung abai terhadap sekitarnya karena prinsip

individualisme dan HAM. Sebagian masyarakat sibuk dengan masalahnya sendiri sehingga

menganggap mengurus masalah orang lain menambah beban kehidupannya. Bahkan ada

anggapan bahwa urusan anak adalah urusan keluarga yang tabu untuk dicampuri. Dalam

hal ini, pengaturan negara menjadi kunci utama. Negara yang tidak memiliki visi yang baik

Page 17: Daftar Isi - imune.idimune.id/wp-content/uploads/2018/06/Jurnal-MTJ-Edisi-2.pdforang-orang yang tidak pro terhadap hal tersebu di kursi DPR pun tidak bisa berbuat apa-apa karena mereka

15

akan gagal membentuk masyarakat yang baik. Pensuasanaan masyarakat melalui

pendidikan, media, dan peraturan adalah tanggung jawab negara. Penjagaaan stabilitas

politik dan ekonomi sehingga entitas keluarga dan masyarakat tidak menanggung beban

negara juga menjadi kewajiban negara. Saat ini kita lihat fakta di lapangan negara gagal

dalam menciptakan stabilitas politik, ekonomi, maupun pensuasanaan masyarakat sehingga

fenomena kerusakan muncul dimana-mana. Gagalnya negara tidak lain karena sistem yang

diadopsi adalah sistem buatan manusia yang rusak dan merusak: kapitalisme.

Saatnya kita kembali kepada sistem dari Allah SWT yang memiliki aturan shahih yaitu

sistem Islam. Dalam masalah generasi, Islam mengatur dengan jelas bagaimana tanggung

jawab orangtua terhadap pengasuhan dan pendidikan anak untuk menanamkan visi hidup

meraih ridlo Allah SWT, bagaimana masyarakat berperan menjadi agen kontrol dengan

prinsip amar ma’ruf nahi munkar, dan bagaimana negara menegakkan aturan syariat untuk

mengatur IPOLEKSOSBUDHANKAM yang jauh dari intervensi asing. Wallahu a’lam bi ash-

shawab.

Page 18: Daftar Isi - imune.idimune.id/wp-content/uploads/2018/06/Jurnal-MTJ-Edisi-2.pdforang-orang yang tidak pro terhadap hal tersebu di kursi DPR pun tidak bisa berbuat apa-apa karena mereka

16

Rezim Memposisikan Dirinya Menentang “Proyek” Khilafah ‘Ala

Minhaj An-Nubuwwah Atas Nama Perang Melawan Radikalisme Oleh: Rahmadinda Siregar (Aktivis Muslimah Lingkar Studi Mahasiswi Peduli Negeri)

Rezim melalui program ‘deradikalisasi’ intens menabuh genderang perang terhadap Islam

dan umatnya yang konsisten dalam menyuarakan penerapan syariat Islam yang bersumber

dari wahyu Allah dan risalah Rasul-Nya sebagai sistem alternatif global yang dapat

melepaskan negeri ini dari hegemoni Kapitalisme Barat dan Timur (Asing-Aseng). Sejumlah

program deradikalisasi dijalankan oleh rezim inkompeten atas nama “melindungi NKRI dan

Pancasila”. Dengan dalih menangkal paham radikalisme, pemerintah berupaya

memberangus dakwah Islam Kaaffah. Program yang di-design dengan alasan meng-

counter radikalisme, dijalankan dengan berbagai cara baik dengan menggunakan soft power

seperti propaganda, menebarkan kebencian hingga stigmatisasi provokatif atau hard power

berupa ‘tekanan’ dan ancaman, pendiskreditan (kriminalisasi), persekusi hingga berujung

pada pembungkaman dakwah Islam.

Dalam laporan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Suhardi Alius,

mengatakan bahwa pihaknya meracik formula yang ‘lebih halus’ dalam program

deradikalisasi. “Sekarang pendekatan soft juga sangat penting, sekarang sudah kita petakan

betul. Kita bukan singlefighter tetapi multifighter. Bukan BNPT saja , tapi semua terlibat.

Makanya ada 32 instansi kita kemas bisa sama-sama basmi terorisme ini,” kata Suhardi di

Gedung Lemhanas, Sabtu (liputan6.com 28/10/2017)

Begitulah, Rezim kini telah memposisikan dirinya melawan kelompok-kelompok Islam yang

mukhlis dengan ide “Khilafah” nya. Rezim berlindung dibalik jubah “Saya Indonesia, Saya

Pancasila” untuk menggiring opini publik bahwa negeri ini mengalami ‘kegentingan’ dengan

keberadaan kelompok-kelompok ‘radikal’. Ide “Khilafah” yang sejatinya ajaran Islam oleh

rezim dianggap sebagai ancaman terbesar bagi negeri ini, di sisi lain Sekularisme,

Kapitalisme-demokrasi, yang jelas-jelas membawa petakapolitik bagi umat Islam berupa

pengerukan sumber daya alam, kerusakan moral remaja, kriminalitas, budaya korupsi yang

tumbuh subur, dan LGBT tidak diusik sama sekali.

Kini, upaya deradikalisasi itu pun telah dilimpahkan ke perguruan tinggi baik swasta

maupun negeri. Para intelektual akademisi digiring untuk ‘setia’ terhadap penguasa. Melalui

pelaksanaan Deklarasi Kebangsaan Perguruan Tinggi Di Nusa Dua Bali lalu (25-26

September), pemerintah mengumpulkan sekitar 3000 rektor perguruan tinggi se-Indonesia

agar turut berkomitmen dalam ‘membantu’ rezim melawan radikalisme. Para intelektual

akademisi harus benar benar berkomitmen bersama rezim untuk melawan radikalisme.

Rezim kini memposisikan dirinya menentang “proyek” Allah dan Rasul-Nya melalui

kebijakan Perppu sebagai alat untuk menggebuk ormas-ormas Islam yang dianggap

‘bertentangan dengan Pancasila’. Di saat pendekatan soft power gagal dijalankan, rezim

beralih meningkatkan tuah Perppu menjadi UU. Serangkaian lobi politik, baik menggunakan

pendekatan gizi meja makan, imun kekuasaan hingga ujaran ujaran mantra anti-Pancasila,

anti Kebhinekaan terus digulirkan secara massif ke tengah-tengah umat.

Page 19: Daftar Isi - imune.idimune.id/wp-content/uploads/2018/06/Jurnal-MTJ-Edisi-2.pdforang-orang yang tidak pro terhadap hal tersebu di kursi DPR pun tidak bisa berbuat apa-apa karena mereka

17

Namun, nyatanya mantra berulang tersebut tidak mampu mengelabui umat, menarik umat

ke barisan penguasa. Umat justru bosan, justru merasa jengah akan bualan-bualan rezim.

Pengkhianatan yang terus menerus dipertontonkan rezim terhadap umat Islam semakin

membuka mata mereka, bahwa tidak ada harapan untuk bergantung pada rezim yang

memposisikan dirinya memusuhi Islam dan ajarannya. Rezim ‘saya Pancasila’, sebutan

untuk penguasa nyatanya merekalah yang menjual aset negeri ini kepada pihak Asing atas

nama ‘investasi nasional’. Secara faktual, umat mengindera betapa seluruh kerusakan dan

bala yang menimpa negeri ini justru disebabkan oleh Kapitalisme-Demokrasi-Sekuler yang

diusung rezim ‘pancasilais’. Oleh sebab itu, tidak ada pilihan lain bagi umat ini selain

mengganti rezim inkompeten dengan pemimpin amanah yang lahir dari sistem yang amanah

pula, yaitu sistem yang bersumber dari wahyu Allah SWT.

Page 20: Daftar Isi - imune.idimune.id/wp-content/uploads/2018/06/Jurnal-MTJ-Edisi-2.pdforang-orang yang tidak pro terhadap hal tersebu di kursi DPR pun tidak bisa berbuat apa-apa karena mereka

18

Islam yang Radikal. Salahkah?? Neti Kusmiati (Mahasiswa STEI Hamfara Yogyakarta)

Ariel Heryanto, profesor The Australian National University yang menulis buku Identitas dan

Kenikmatan: Potret Budaya Layar di Indonesia (2015), dalam satu kolomnya tahun

1995 merangkum dengan pas bagaimana bentuk represif rezim Soeharto: “Pada awal

sejarah Orde Baru, sebagian warga negara didesak agar mengganti nama pribadi dan toko

dari nama kecina-cinaan. Pada Tahun 1970-an, Kopkamtib ; Aparatur militer paling

berkuasa, sibuk memerangi rambut gondrong pemuda. Tahun 1980-an dewan mahasiswa

dihapuskan, jilbab dipersoalkan, dan iklan di TVRl ditabukan.” Sejalan naiknya kelas

menengah dan politik Islam di perkotaan, pemerintah Orde Baru—yang sempoyongan

lantaran fondasi ekonominya keropos- mulai merangkul “umat Islam”. Aturan diskriminatif

terhadap jilbab di sekolah, dengan desakan pelbagai faktor, akhirnya mengendor dengan

diterbitkan surat keputusan tahun 1991 yang membolehkan para pelajar mengenakan

jilbab. Tren jilbab semakin marak di sini, dan bahkan menjadi budaya populer yang

dominan di layar televisi, layar lebar, dan layar ponsel, Akan tetapi saat ini kain penutup

kepala ini kembali diperkarakan ketika ekspresi iman mendorong seseorang memakai cadar

atau nikab—kain hitam terusan hingga pinggang dengan menutupi bagian wajah minus

mata.

Salah satu kasus yang pernah melintas di awal berakhirnya era Orde Baru adalah apa yang

terjadi pada dua mahasiswi kedokteran di Universitas Sumatera Utara. Pada 30 November

1999, dekan fakultas kedokteran mengeluarkan surat keputusan yang isinya melarang

pemakaian cadar. Alasannya, cadar dianggap menghalangi aktivitas belajar dan komunikasi

dengan dosen, selain menyulitkan kontak dengan pasien ketika bertugas sebagai dokter.

Akibatnya, Seorang mahasiswi kedokteran USU harus angkat kaki dari universitas tersebut

karena tak kuat menahan diskriminasi dari para dosen. Sementara satu mahasiswi bercadar

lain harus berjuang di tengah sikap kolot kampus agar dapat lulus dari fakultas tersebut.

Kasus diatas hanyalah sebagian kecil dari berbagai macam kasus yang ada bebagai

belahan negeri yang mayoritas muslim. Tak berhenti sampai disitu, ditahun iniIndonesia

mendapatkan perhatian vs Penindasan itu kembali dari orang –orang yang haus akan

keuntungan, jabatan/pangkat, dan miskin iman serta pembebek kaum kafir. Bentuk

perhatian yang diberikan kali ini sangatlah serius dimana yang mejadisasaran utama

mereka adalah mahasiswa (intelektual). Mereka menyebarkan dendam kusumat pada kaum

muslimin dengan salah satu cara adalah melumpuhkan daya kritis para pemudanya.

Kenapa harus pemuda? Karena pemudamerupaka salah satu mutiara yang dianggap

berharga ditengah –tengah umat. pemuda juga merupakan agen of change dan tongkat

estafet perjuangan islam yang akan melanjutkan dakwah islam ke penjuru dunia. Dan inilah

yang tidak inginkan oleh kafir barat. Potensi pemuda islam yang sangat tinggi sudah menjadi

maklumatharian mereka. Mereka sangat ketakutan akan islam bangkit memimpin dunia.

Atas dasar ini pula yang mendorong mereka untuk terus melumpuhkan pemuda-pemuda

islam dan menjauhkan para pemuda dari pemahaman islam yang mendasar( Aqidah )

atau yang dikenal dengan istilah dikampus saat ini yaitu“ Radikal “sayangnya , istilah ini

muncul ditengah – tengah kaum muslimin dengan penafsiran yang salah. Mereka

Page 21: Daftar Isi - imune.idimune.id/wp-content/uploads/2018/06/Jurnal-MTJ-Edisi-2.pdforang-orang yang tidak pro terhadap hal tersebu di kursi DPR pun tidak bisa berbuat apa-apa karena mereka

19

menyatakan bahwa kelompok/ormas islam atau individu yang mendakwahkan islam secara

mendasar (radikal ) itu mengancam keutuhan negara NKRI. Makanya dipahamkan betul

kepada setiap mahasiswa dan seluruh elemen pendidikan untuk saling bersinergi,

kerjasama serta bahu - membahu dalam memberantas kelompok atau individu yang kritis

dan berani menyebarkan ide islam yang mendasar ( radikal ) ini . Menanggapi hal ini

mahasiswa muslim khusunya langsung manut tanpa berpikir panjang. Buktinya mereka takut

diajak ke majelis ilmu mereka was - was berteman dengan mahasiswa lain yang berjilbab

syar’i pokoknya segala hal yang berbau - keislaman mereka benci.

Pemahaman “radikal “ diatas telah merubah wajah dan persepsi kaum muslimin terhadap

islam itu sendiri. Islam mewajibkan setiap pemeluknya untuk memahami islam secara

mendasar mulai dari aqidah dengan jalan yang benar sesuai syariat sebab dengan

berangkat melalui pemahaman yang mendasar ini, akan nampaklah keunikan –keunikan

dalam jiwa setiap muslim. Mereka layak dikatakan muslim sejati yang kalau pada jiwa

manusia mulia Nabi Muhammad SAW dikatakan akhlaq beliau seperti “Al-qur’an yang

berjalan “maasya Allahandai setiap muslim meresa seperti ini.

Dari pemahaman islam yang mendasar ini pula selanjutnya akan melahirkan peraturan

hidup yang unik ditengah –tengah manusia. Ambil contoh pada sistem pendidikan kita saat

ini pemerintah tidak mencantumnkan pola pendidikan yang mendasar dimulai dari

penanaman aqidah yang kuat. Hasilnya output pendidikan yang ada tidak sesuai dengan

sebagaimana yang diharapkan. dan in jauh berbeda dengan konsep pendidikan dalam islam

yang menjadikan Al-qur’an sebagai dasar nya dan pemahaman aqidah yang menjadi tulang

punggung dari kurikulumnya. Dan sistem inilah yang harus dan terus kita perjuangkan agar

potensi pemuda muslim dapat kembali sebagaimana potensi pemuda-pemuda islam dahulu

yang mana mereka telah menghasilkan karya-karya yang spektakuler serta memberikan

konstribusi besar bagi kemajuan dan perkembangan kehidupan manusia pada saat itu

hingga kini. Output pendidikan yang baik itu lahir dari sistem dan kurikulum yang baik dan

hanya islam yang memiliki itu.

Page 22: Daftar Isi - imune.idimune.id/wp-content/uploads/2018/06/Jurnal-MTJ-Edisi-2.pdforang-orang yang tidak pro terhadap hal tersebu di kursi DPR pun tidak bisa berbuat apa-apa karena mereka

20

Membaca Narasi Muslimah Superhero dalam Komik Marvell dan DC

Comic Oleh : Hesti Rahayu

Bukan hal yang terlalu baru, tetapi mungkin tidak banyak diketahui oleh selain penggemar

komik, bahwa beberapa waktu lalu dunia perkomikan pernah dihebohkan dengan

munculnya karakter-karakter komik yang berbeda dibanding karakter yang biasa dirilis oleh

dua perusahaan raksasa komik dunia, Marvell dan DC Comics. Marvel Comics atau Marvel

Worldwide Inc. sebelumnya Marvel Publishing Inc. dan Marvel Comics Group adalah nama

suatu perusahaan dari Amerika Serikat yang memproduksi buku komik dan media lain yang

berkaitan. Marvel pertama kali didirikan dengan nama "Timely Publications" pada tahun

1939 dan sempat berganti nama menjadi "Atlas Comics" sebelum akhirnya menjadi Marvel

Comics pada tahun 1961. Sekarang, Marvel telah menjadi salah satu penerbit buku komik

terbesar bersama dengan perusahaan saingan lamanya DC Comics. Marvel terkenal karena

telah mengorbitkan karakter-karakter komik populer seperti Captain America, Spider Man,

Iron Man, Hulk, Thor, Black Widow, Doctor Strange, Daredevil, Wolverine dan Ant-Man dan

tim seperti Avengers, Guardians of the Galaxy, Fantastic Four, dan X-Men, dan antagonis

seperti Doctor Doom, Red Skull, Green Goblin, Ultron, Doctor Octopus, Magneto, Venom

dan Loki. Sebagian besar karakter ciptaan Marvel beroperasi dalam dunia yang dikenal

sebagai Marvel Universe. Belakangan, banyak dari karakter Marvel tersebut yang muncul

dalam media hiburan lain seperti serial kartun, film, dan permainan video.

Adapun DC Comics saingannya adalah sebuah perusahaan komik dan perusahaan terkait

yang terbesar di Amerika, yang merupakan sebuah anak perusahaan dari Warner Bros.

Entertainment sejak 1969. DC Comics menerbitkan sejumlah besar tokoh-tokoh terkenal

seperti Superman, Batman, Wonder Woman, Flash, Green Lantern dan the Justice League

of America. Karakter yang berbeda dan cukup menghebohkan tersebut berupa sosok

muslimah yang secara sengaja diciptakan komikusnya dengan identitas kemuslimahannya.

Setidaknya ada lima karakter, yaitu : Kamala Khan (nama superheronya adalah Miss

Marvell, dirilis November 2013), Faiza Hussain (Excalibur), Monet St. Croix, Sooraya Qadir

(The Dust), dan Monica Chang.

Berbeda dengan berbagai wacana dan perdebatan di dunia media seperti yang terjadi pada

karakter Wonder Woman yang filmnya meraih box office dunia, maka karakter musilmah

dalam komik ini relatif tidak menuai reaksi yang berlebihan dari netizen, kecuali beberapa

respon yang justru positif. Contoh reaksi positif itu antara lain ditunjukkan oleh Handrito

PhatSo dengan pernyataannya : “Penganut agama Islam tidak hanya ada di dunia kita saja,

namun di dunia komik pun ada karakter-karakter yang beragama Islam. Dan karakter-

karakter Muslim ini beraksi tidak hanya mengandalkan kekuatan super mereka saja, namun

mereka juga tetap menunjukkan keislaman mereka dalam beraksi menghadapi kekuatan

jahat.” Klaim Handrito ini dikuatkan dengan uraiannya mengenai beberapa adegan dalam

komik yang menunjukkan bagaimana tokoh superhero muslimah ini “berdakwah”

menyampaikan nilai-nilai keislaman kepada tokoh superhero lainnya. Dengan kehadiran

karakter muslimah superhero ini, maka muncul beberapa pertanyaan, yaitu apakah berarti

dua raksasa industri komik ini telah terwarnai dengan Islam? Apakah hal ini dapat dibaca

Page 23: Daftar Isi - imune.idimune.id/wp-content/uploads/2018/06/Jurnal-MTJ-Edisi-2.pdforang-orang yang tidak pro terhadap hal tersebu di kursi DPR pun tidak bisa berbuat apa-apa karena mereka

21

bahwa komik Barat saat ini lebih ramah dan welcome dengan Islam? Apalagi sosok yang

dimunculkan adalah sosok muslimah.

Dari berbagai pertanyaan di atas, penulis mencoba menguraikan terlebih dahulu kira-kira

narasi apa yang coba dibangun Barat melalui karakterisasi tokoh superhero muslimah

tersebut yaitu: 1. Peradaban barat welcome dengan Islam 2. Superhero itu penting 3.

Superhero muslimah itu diakui keberadaannya di dunia komik Barat. Untuk mendapatkan

gambaran umum mengenai bagaimana komik superhero pertama kali muncul, pernyataan

dari Fitriyan Zamzami, wartawan Republika cukup menarik disimak : “Mula-mula, saya ingin

mengajak pembaca yang budiman menengok sejarah para adiwira (superhero) dalam komik

di Amerika Serikat. Mau dikata bagaimana juga, sejarah komik adiwira lekat sekali dengan

pengalaman wangsa Yahudi. Superman, adiwira pertama yang muncul dalam Action Comic

pada 1938, adalah ciptaan Joe Shuster dan Jerry Siegel. Keduanya adalah putra imigran

Yahudi Eropa. Demikian juga, Bob Kane dan Bill Finger yang merancang Batman. Ada juga

Will Eisner yang namanya diabadikan sebagai penghargaan puncak buat komikus di AS.

Stan Lee yang memberikan kita Fantastic Four, Iron Man, X-Men, dan banyak lagi adiwira

Marvel Comic, juga generasi pertama imigran Yahudi. Begitu juga Joe Simon yang mereka-

reka Captain Amerika, dan Jack Kirby yang menerjemahkan rekaan Stan Lee dan Joe

Simon ke dalam bentuk gambar. Industri komik, menurut Gerrard Jones dalam buku

ciamiknya "Men of Tomorrow" (2005), juga dimulai sebagai usaha Harry Donenfeld, seorang

Yahudi Rumania yang mencari jalan menjual cerita-cerita agar lolos sensor. Ini bukan teori

konspirasi, semata rekaman sejarah.” Dari pernyataan tersebut, dapat kita pahami mengapa

komik Barat terutama produksi Marvell dan DC Comics memiliki muatan opini dan misi

tersendiri baik dari segi penokohan, penciptaan alur cerita, serta peran yang diambil oleh

karakter superhero yang dimilikinya, tak terkecuali karakter superhero muslimah yang ada di

situ.

Secara singkat, karakter superhero muslimah yang ditampilkan dalam komik tersebut tidak

terlalu jauh berbeda dalam tampilan visualnya dibanding karakter lainnya yang dinyatakan

tidak beragama Islam. Misalnya saja, secara visual karakter yang ditampilkan tidak selalu

menutup aurat (Dust menggunakan hijab dan cadar tetapi dalam beberapa adegan yang

digambarkan dalam kamarnya, dia tidak mengenakan kerudung. Excalibur menggunakan

kerudung, Monet St. Croix mengenakan pakaian seksi dengan belahan dada rendah,

Kamala Khan dan Monica Chang berpakaian ketat tanpa kerudung, kecuali Monica Chang

yang digambarkan mengenakan kerudung saat shalat). Dari segi kemampuan

superheronya, meski mereka cukup “sakti”, tetapi mereka tidak menjadi tokoh utama dan

lebih banyak ditampilkan sebagai anggota tim.

Superhero dalam Islam

Dalam Islam, wacana mengenai superhero fiktif dengan kemampuan fantastis tentu saja

tidak dikenal. Islam tidak mengenal superhero, tetapi Islam memiliki konsep “kekesatriaan”.

Prinsip kekesatriaan (chivalry) ini merupakan salah satu penyusun konsep jihad.

Kekesatriaan adalah sebuah prinsip yang menekankan pada keadilan, kejujuran,

perdamaian, kesopanan, etika, kelembutan, berbagi dalam kesempitan, teguh pendirian,

tidak mengeluh dan penerimaan dalam kesulitan hidup. Para shahabat pada zaman

Rasulullah SAW adalah ahli ibadah sekaligus ahli dalam ihwal kesatria. Ksatria Islam adalah

seorang muslim yang mempunyai kepedulian (awareness) yang tinggi terhadap keadaan

sekelilingnya (Ramadhi, 2012 : 22). Dia tidak rela berdiam diri terhadap hal-hal yang tidak

Page 24: Daftar Isi - imune.idimune.id/wp-content/uploads/2018/06/Jurnal-MTJ-Edisi-2.pdforang-orang yang tidak pro terhadap hal tersebu di kursi DPR pun tidak bisa berbuat apa-apa karena mereka

22

sesuai dengan kebenaran yang ia pahami. Ini mirip dengan penggambaran bagaimana

seorang superhero harus berperan dalam masyarakatnya. Ketika kemudian dalam komik

Marvell dan DC Comics menampilkan karakter muslimah, maka dalam hal ini dapat dibaca

bahwa itu hanyalah sekedar upaya menciptakan mitos baru untuk menutupi realita yang

sesungguhnya. Menjadi semacam upaya mematikan karakter syakhsiyyah Islamiyyah

(kepribadian Islam) yang hakiki dari kaum muslimin, yang dicitrakan selalu berada di tengah

krisis identitas dan krisis “superhero”, dan terjepit diantara realitas Islamophobia di dunia

Barat. Dan bila dicermati lebih jauh, tokoh superhero muslimah yang dimunculkan ini tidak

ada yang berasal dari ras Eropa. Semuanya adalah imigran dari luar AS. Suatu rekonstruksi

fakta yang divisualkan dalam komik, dan itu makin menajamkan kecurigaan bahwa

penokohan itu terjadi antara lain karena pertimbangan pasar muslim (baca : konsumen

komik Barat) yang makin luas dan berkembang.

Wallahu a’lam bisshowwab.

Referensi :

http://www.antaranews.com/berita/331411/dc-comics-membuat-tokoh-superhero-muslim

http://bit.ly/2A7ByEm

https://www.duniaku.net/2014/07/02/superhero-hidayah-ketika-iman-lebih-kuat-

daripadakekuatan-super/

http://wow.tribunnews.com/2017/04/07/heboh-simak-fakta-menarik-superhero-

muslimahyang-muncul-di-komik-marvel?page=all

http://www.muvila.com/film/artikel/6-karakter-superhero-muslim-marvel-dan-dc-

150616ipage6.html

https://id.wikipedia.org/wiki/Marvel_Comics

https://id.wikipedia.org/wiki/DC_Comics

https://id.wikipedia.org/wiki/Warner_Bros

http://khazanah.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/17/04/06/onyrq1396-

inilima-superhero-muslimah-pada-komik-marvel

https://www.duniaku.net/2014/07/02/superhero-hidayah-ketika-iman-lebih-kuat-

daripadakekuatan-super/

http://bit.ly/2A7ByEm

Buku : Ramadhi, Rahmat, 2012. Kekesatriaan dalam Islam, Khilafah Press, Jakarta.

Page 25: Daftar Isi - imune.idimune.id/wp-content/uploads/2018/06/Jurnal-MTJ-Edisi-2.pdforang-orang yang tidak pro terhadap hal tersebu di kursi DPR pun tidak bisa berbuat apa-apa karena mereka

23

BPJS Kesehatan: Alat Kapitalis Mengeskploitasi Rakyat Fitria Nurhayati

Sebagaimana diberitakan Republika Online, Detik.com, dan Liputan6.com (1/11/2017),

pemerintah tengah mempertimbangkan wacana kenaikan premi BPJS kesehatan akibat

kerugian yang mencapai 9 triliyun karena terjadinya inflasi. Hal ini tentu akan semakin

menambah beban rakyat untuk bisa mengakses layanan kesehatan secara murah dan

layak. Kenaikan ini juga semakin menunjukkan kegagalan negara dalam memberikan

jaminan kesehatan bagi rakyatnya.

Munculnya layanan kesehatan berbasis sosial seperti BPJS kesehatan (Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial kesehatan) sejatinya hanyalah kedok lepas tangannya

negara terhadap pelayanan kesehatan warganya. Ini adalah konsekuensi bagi negara yang

masuk dalam jebakan neoliberalisme dan neoimperialisme. Neoliberalisme merupakan cara

pandang yang menghendaki pengurangan peran negara di bidang ekonomi sebab negara

dianggap sebagai penghambat utama penguasaan ekonomi oleh individu. Paham ini

merupakan agenda neoimperialisme Barat, yaitu bentuk penjajahan tanpa kekuatan fisik

melainkan cukup dengan mengkondisikan aturan-aturan di negeri yang dijajah.

Selain itu, konsep kesehatan berbasis sosial ini menjadi alat bagi kaum kapitalis untuk

mengeksploitasi rakyat. Melalui sistem demokrasi, kaum kapitalis bisa dengan leluasa

menjadikan kepentingannya sebagai permintaan yang wajib direalisasikan melalui

kebijakan-kebijakan yang dibuat suatu negara. Dengan menggunakan dalih gotong royong

dalam kesehatan, rakyat dijerat kewajiban membayar premi setiap bulan dengan besaran

tertentu dan dikenai denda apabila terlambat, bahkan besarnya biaya yang telah terkumpul

akan hangus jika tidak membayar denda.

Secara pelayanan, mekanisme BPJS kesehatan pun sangat merugikan. Jika biaya

kesehatan melebihi batas simpanan peserta maka peserta harus membayar kekurangannya

sendiri. Ditambah lagi, BPJS kesehatan tidak berlaku untuk semua jenis penyakit yang

dialami peserta. Hanya penyakit yang termasuk dalam ketentuan BPJS saja yang akan

ditangani. Lebih lanjut, dalam hal pemberian obat, jenis obat yang diberikan disesuaikan

dengan kelas-kelas peserta, artinya jika kelasnya biasa maka obatnya pun yang biasa saja

sedangkan yang kelas VIP akan mendapatkan obat dengan kualitas yang bagus.

Dari sini dapat dilihat bahwa BPJS kesehatan adalah produk dari liberalisasi ekonomi dalam

aspek kesehatan yang tidak lepas dari campur tangan kaum kapitalis. Sebagaimana wajah

asli dari agenda ini maka BPJS kesehatan pun tidak membawa keuntungan ataupun

kebaikan bagi rakyat. Perlu diketahui pula, BPJS kesehatan dalam pandangan Islam

merupakan sejenis asuransi yang didalamnya sarat dengan unsur atau akad-akad batil

sehingga BPJS kesehatan haram sebab tidak sesuai dengan syari’at Islam.

Islam mengatur bahwa kesehatan menjadi tanggung jawab dan wajib dipenuhi oleh negara

sebab merupakan kebutuhan pokok bagi manusia selain pangan, sandang, papan,

pendidikan, dan keamanan. Islam menempatkan pelayanan kesehatan sebagai bagian dari

Page 26: Daftar Isi - imune.idimune.id/wp-content/uploads/2018/06/Jurnal-MTJ-Edisi-2.pdforang-orang yang tidak pro terhadap hal tersebu di kursi DPR pun tidak bisa berbuat apa-apa karena mereka

24

kemaslahatan sekaligus fasilitas umum yang harus dirasakan oleh seluruh rakyat. Jaminan

kesehatan dalam Islam memiliki 3 sifat: tanpa diskriminasi kepada semua rakyat, bebas

biaya sehingga rakyat tidak dikenakan pungutan apapun, dan seluruh rakyat harus diberi

akses kemudahan pelayanan kesehatan oleh negara. Dana untuk memberikan jaminan

kesehatan diperoleh negara dari kekayaan negara yang dikelola secara mandiri sesuai

dengan ketentuan syari’at Islam, seperti pengelolaan tambang emas, kekayaan laut, dan

hutan. Hasilnya akan didistribusikan kembali kepada rakyat serta digunakan untuk

pembiayaan pelayanan umum termasuk kesehatan sehingga bentuk jaminan kesehatan

negara yang sesungguhnya dapat diwujudkan. Selain itu, sistem ekonomi Islam mampu

menjadikan negara kuat secara ekonomi dan terhindar dari inflasi, misalnya dengan

penggunaan emas dan dirham sebagai mata uang.