daftar isi · beragama dan toleransi antar-umat beragama di indonesia masih menjadi ... beberapa...

43

Upload: vunhi

Post on 06-Mar-2019

241 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: DAFTAR ISI · beragama dan toleransi antar-umat beragama di Indonesia masih menjadi ... beberapa media mainstream saat ini ... Pembaca pria berjumlah 73 persen dari total . 9
Page 2: DAFTAR ISI · beragama dan toleransi antar-umat beragama di Indonesia masih menjadi ... beberapa media mainstream saat ini ... Pembaca pria berjumlah 73 persen dari total . 9

2

DAFTAR ISI

Ringkasan Eksekutif 3

Pendahuluan 6

Hasil Temuan 12

Analisis Isi 18

Kesimpulan dan Rekomendasi 26

Lampiran 1 – Daftar Artikel Media Daring 31

Lampiran 2 – Daftar Artikel Media Cetak 36

Lampiran 3 – Rekomendasi Peserta Jurnalisme Damai 40

Daftar Pustaka 41

Biografi Singkat Konsultan 43

Page 3: DAFTAR ISI · beragama dan toleransi antar-umat beragama di Indonesia masih menjadi ... beberapa media mainstream saat ini ... Pembaca pria berjumlah 73 persen dari total . 9

3

Ringkasan Eksekutif

Analisis isi media ini mencakup periode Januari

2017 hingga Januari 2018. Kebebasan

beragama dan toleransi antar-umat beragama di

Indonesia masih menjadi keprihatinan bersama

masyarakat Indonesia dalam periode tersebut.

Kebebasan beragama membaik di tahun 2017,

jika dibandingkan dengan tahun-tahun

sebelumnya.

Tapi, masyarakat Indonesia lantas

merasakan melemahnya nilai-nilai

keberagaman di negeri ini selepas

dimulainya kampanye pemilihan gubernur

Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta

yang menjadi ajang pertarungan bagi

seorang calon gubernur Muslim (Anies

Baswedan) dan lawannya, Basuki Tjahaja

Purnama (Ahok), yang merupakan

warganegara Indonesia keturunan

Tionghoa dan sekaligus seorang

penganut Protestan. Ketegangan

sektarian di lapangan termanifestasi

dalam berbagai pemberitaan media.

Riset ini menganalisa apakah pesan yang disampaikan oleh media lewat

pemberitaan mereka mendukung penyebaran nilai-nilai keberagaman (pluralism).

Riset ini membatasi subyek penelitian dalam 60 artikel yang muncul dalam

pemberitaan 5 media daring terkemuka dan 5 suratkabar besar di tanah air.

Mereka ialah Tribunnews.com, Detik.com, Kompas.com, www.republika.co.id,

www.portal-islam.id, Jawa Pos newspaper, Kompas, Republika, Koran Tempo

dan The Jakarta Post.

Media ini dipilih berdasarkan pertimbangan: a) Pengaruh media tersebut di

masyarakat, yang bisa diukur lewat besarnya jumlah pembaca mereka; b)

Konsistensi media tersebut dalam memberitakan permasalahan yang berkaitan

dengan kebebasan beragama dan toleransi antar-umat beragama. Menafsirkan

berita-berita yang muncul di media-media cetak and online saja tidaklah cukup.

Guna mengetahui motif atau latar-belakang penulisan berita-berita diatas, penulis

juga mewawancarai beberapa wartawan senior, yaitu M. Taufiqurahman,

Redaktur Pelaksana, The Jakarta Post; Marguerita Afra Sapii, Wartawati Peliput

Istana Kepresidenan, The Jakarta Post; and Anton Aprianto, Redaktur Pelaksana

untuk Desk Nasional Majalah Tempo. Dalam wawancara ini, Anton juga turut

Page 4: DAFTAR ISI · beragama dan toleransi antar-umat beragama di Indonesia masih menjadi ... beberapa media mainstream saat ini ... Pembaca pria berjumlah 73 persen dari total . 9

4

mewakili seluruh media yang berada di bawah naungan Tempo group, termasuk

suratkabar Koran Tempo.

Riset ini menemukan bahwa di banyak kasus, media mainstream mendukung

kebebasan beragama dan toleransi antar-umat beragama dalam tulisan-tulisan

mereka. Meski demikian, beberapa media mainstream masih mem-publikasikan

berita-berita yang provokatif, bahkan sarkastis, yang ujung-ujung-nya

meningkatkan ketegangan sosial di kalangan masyarakat. Media-media ini

sengaja mempublikasikan berita berita-berita yang bernuansa negatif tersebut

karena mereka ingin meningkatkan jumlah pembaca mereka, dan karena

wartawan penulis berita tersebut kurang sensitif dalam pemberitaan. Dalam

banyak kasus, media mainstream setuju bawah toleransi antar-pemeluk agama

penting bagi negara yang majemuk seperti Indonesia. Media-media ini percaya

bahwa kegagalan untuk meningkatkan toleransi akan berdampak pada

meningkatnya ketegangan sosial di kalangan masyarakat.

Sehubungan dengan pemberitaan media tentang kaum minoritas seperti

Ahmadiyah, Syiah dan sekte-sekte keagamaan kecil lainnya, media mainstream

terbelah keberpihakannya. Sebagian mendukung kepentingan penganut sekte-

sekte tersebut, sebagian media yang lain, terutama media yang mengklaim dirinya

sebagai media yang mendukung kepentingan Islam, sering mempublikasikan

berita yang provokatif, yang menggambarkan sekte-sekte keagamaan tersebut

sebagai komunitas dan ajaran sesat dan dengan demikian, merupakan ancaman

bagi ajaran yang dianut mayoritas masyarakat Indonesia, yakni Islam Sunni.

Untuk mengatasi masalah ini, wartawan perlu lebih mawas diri tentang bahayanya

penulisan berita yang provokatif, yang dapat berakibat pada meningkatnya

ketegangan sosial antara pemeluk agama yang berbeda-beda. Riset ini

menjelaskan tentang bagaimana pemberitaan media dan postingan sosial media

yang menyebarkan “penggambaran sepihak” dan membela kepentingan sektarian

memperuncing konflik agama di Maluku, atau bermuara pada perusakan tempat

ibadah seperti insiden perusakan wihara dan kelenteng di Tanjung Balai, provinsi

Sumatera Utara. Untuk mengatasi masalah yang kedua, peningkatan kapasitas

(capacity building) dari wartawan diperlukan guna meningkatkan sensitifitas

mereka dalam menulis berita-berita yang berkaitan dengan agama, perempuan

dan kaum minoritas agama.

Sehubungan dengan permasalahan diatas, riset ini memberikan rekomendasi:

● Wartawan perlu diberikan pemahaman tentang bahaya penulisan berita yang

bersifat provokatif yang dapat berujung pada meningkatnya ketegangan sosial

diantara kalangan masyarakat yang memeluk agama yang berbeda-beda.

● Meningkatkan sensitifitas wartawan dalam menulis berita yang berkaitan dengan

kelompok masyarakat yang rentan, seperti kaum minoritas agama, perempuan

dan sebagainya. Peningkatan sensitifitas ini dimaksudkan untuk, misalnya,

Page 5: DAFTAR ISI · beragama dan toleransi antar-umat beragama di Indonesia masih menjadi ... beberapa media mainstream saat ini ... Pembaca pria berjumlah 73 persen dari total . 9

5

mengatasi permasalahan stereotyping (prasangka subyektif) di kalangan

wartawan tentang kelompok-kelompok tersebut. Peningkatan kapasitas wartawan

bisa dilakukan lewat pelatihan (training) atau workshop.

● Wartawan perlu memahami nilai-nilai keagamaan dan kehidupan nyata dari

pemeluk agama yang berbeda dengan keyakinan mereka, sehingga mereka akan

lebih berempati terhadap pemeluk agama lain.

● Menawarkan kesempatan bagi wartawan “yang berasal dari organisasi media

yang homogen” (organisasi media yang para wartawan-nya beragama sama)

untuk mengikuti perjalanan lapangan ke organisasi keagamaan atau tempat

ibadah yang dikelola oleh agamawan yang berbeda keyakinan dengan wartawan

tersebut.

● Meningkatkan kepekaan sosial wartawan dalam penulisan berita yang

berhubungan dengan kelompok masyarakat yang rentan, seperti kelompok

minoritas keagamaan, perempuan.

● Bekerjasama dengan asosiasi wartawan seperti AJI dan PWI untuk menyusun

kode etik bagi wartawan dalam meliput peristiwa yang berhubungan dengan

kelompok yang rentan dalam masyarakat.

● Mengorganisir kampanye media untuk menyebarkan kode etik tersebut di

kalangan wartawan dan mengembangkan mekanisme lanjutannya guna

memonitor perkembangan usaha tersebut di atas.

● Mengorganisir dialog dan diskusi bulanan atau tiga bulanan di kalangan praktisi

media

Page 6: DAFTAR ISI · beragama dan toleransi antar-umat beragama di Indonesia masih menjadi ... beberapa media mainstream saat ini ... Pembaca pria berjumlah 73 persen dari total . 9

6

Pendahuluan

Media mainstream di Indonesia, termasuk cetak dan daring, biasanya memberikan

perhatian yang cukup besar terhadap permasalahan kebebasan beragama dan

toleransi antar-umat beragama. Ini terjadi karena isu tersebut merupakan isu yang

sensitif di negeri ini. Media mainstream memberitakan isu ini, biasanya karena: satu,

sebagai tanggapan terhadap konflik sectarian yang baru saja terjadi; dan kedua,

berita itu dibuat untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang diskursus publik

yang berhubungan dengan kebebasan beragama, guna menekankan pentingnya isu

toleransi agama di tengah-tengah masyarakat Indonesia yang majemuk. Dari 1999

hingga 2001, media mainstream meliput dan memberitakan secara luas konflik

agama di kota Ambon dan kota Poso, dimana pihak Kristen dan Muslim saling

bertarung satu sama lain, yang berakibat pada meninggalnya sedikitnya 5,000 orang

dari kedua belah pihak (dan mungkin, maksimal 10,000 orang meninggal karena

konflik itu). Selain itu, akibat konflik tersebut, sedikitnya 700,000 penduduk dari

kedua belah pihak harus mengungsi keluar dari daerah masing-masing (International

Crisis Group, 2002).

Beberapa media mainstream melaksanakan jurnalisme damai dengan melaporkan

fakta, tapi media mainstream yang lain malah memperuncing ketegangan sosial,

dengan menyebarkan “penggambaran parsial” (Spyer, 2002, p. 32), atau dengan

membela kepentingan sektarian (Yani, 2002). Beberapa tahun kemudian,

pemberitaan yang mendominasi halaman-halaman media cetak atau daring ialah

kelompok-kelompok vigilante (kelompok waspada dan siaga) yang berulangkali

melakukan penyerangan terhadap rumah dan tempat ibadah kaum Ahmadiyah dan

Page 7: DAFTAR ISI · beragama dan toleransi antar-umat beragama di Indonesia masih menjadi ... beberapa media mainstream saat ini ... Pembaca pria berjumlah 73 persen dari total . 9

7

Syiah. Peristiwa ini terjadi di masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang

Yudhoyono. Akhir-akhir ini, media mainstream sering melaporkan meningkatnya

ketegangan sosial di tataran media, dan bahkan di tataran pergaulan antar warga

masyarakat, yang diakibatkan oleh pertentangan elit politik dalam kampanye

pemilihan gubernur DKI Jakarta. Gubernur petahana, Basuki Tjahaja Purnama,

kalah dalam pemilihan tersebut, dan malah harus masuk penjara karena dinyatakan

terbukti menista agama Islam (see Arifina, 2017, p. 43; Junaidi, 2017, 329).

Disamping mengalokasikan porsi halaman yang cukup besar untuk meliput isu

diatas, media mainstream sadar bahwa isu kebebasan beragama dan toleransi

antar-umat beragama ialah isu yang sangat penting karena isu ini punya potensi

membelah persatuan dan kesatuan bangsa. Oleh karena itu, media mainstream di

Indonesia sering mendorong terciptanya perdamaiaan, lewat “secara sengaja

membuat kaburnya information tentang kekerasan” di daerah yang dirundung konflik

(Spyer, 2002, p. 33). Cara lain bagi media mainstream dalam mendorong

perdamaian ialah lewat mengungkap akar dari konflik dan mengedepankan

reportase tentang usaha resolusi konflik (Juditha, 2016, p. 108).

Pengalaman menunjukkan bahwa berita-berita, atau komentar-komentar di sosial

media, yang provokatif dapat menimbulkan kekerasan. Di tahun 2016, tepatnya

sekitar tanggal 29-30 Juli, masyarakat lokal merusak dan membakar 5 wihara dan 2

kelenteng di Tanjung Balai, Medan, Sumatra Utara. Mereka melakukan aksi

kekerasan itu setelah mereka terprovokasi oleh rentetan postingan di media sosial

yang membakar sentimen sektarian mereka. Kasus kekerasan yang fatal terjadi di

Maluku antara tahun 1991 dan 2001. Pemberitaan yang provokatif, yang disebarkan

oleh sebuah koran Muslim dan lawannya koran Kristen meningkatkan sentimen

keagamaan di kedua belah pihak, sehingga turut menyumbang pada peningkatan

eskalasi kekerasan di Maluku saat itu.

Alih-alih belajar dari pengalaman diatas, beberapa media mainstream saat ini masih

menggunakan jargon-jargon atau istilah-istilah yang provokatif dalam pemberitaan

mereka.

Dalam studi-nya, Rindang Senjang Andarini menemukan bahwa

suratkabar Jawa Pos gagal menerapkan jurnalisme damai

dalam melaporkan konflik kekerasan yang terjadi antara

pemeluk Islam Sunni dan pemeluk Ahmadiyah di daerah

Cikeusik, province Banten di tahun 2011

(Andarini, 2014, p. 85). Dalam insiden yang terjadi

pada 6 Februari 2011 itu, tiga pemeluk Ahmadiyah

terbunuh setelah sebelumnya sekitar

1,000 penduduk Islam Sunni, yang tidak suka

dengan keberadaan pemeluk Ahmadiyah

di kampung mereka, menyerang kelompok

Ahmadiyah yang jauh lebih kecil tersebut.

Dalam pemberitaannya, Jawa Pos gagal

Page 8: DAFTAR ISI · beragama dan toleransi antar-umat beragama di Indonesia masih menjadi ... beberapa media mainstream saat ini ... Pembaca pria berjumlah 73 persen dari total . 9

8

menggunakan istilah-istilah yang mendukung terciptanya suasana sejuk pasca

konflik. Malahan, surat kabar tersebut sering menggunakan “istilah yang cenderung

mempersetankan (menganggap Ahmadiyah sebagai setan)”, menggunakan istilah

“yang menyebarkan stigma terhadap Ahmadiyah” dan “cenderung menggunakan

gaya peliputan yang dramatis” (Andarini, 2014, p. 85). Studi ini berdasarkan artikel

yang muncul di suratkabar Jawa Pos antara 7 Februari dan 11 Maret 2011.

Ada banyak media cetak dan daring di Indonesia, tapi riset saya ini berfokus pada

10 media mainstream. Mereka ialah 5 media daring, yakni:

1. Tribunnews.com;

2. Detik.com;

3. Kompas.com;

4. Republika.co.id;

5. Portal-Islam.id;

dan 5 suratkabar cetak:

1. Jawa Pos newspaper;

2. Kompas;

3. Republika;

4. Koran Tempo; and

5. The Jakarta Post.

Ke 10 media mainstream ini dipilih sebagai subyek dari riset ini karena besarnya

jumlah pembaca mereka dan konsistensi mereka dalam menulis berita-berita yang

berhubungan dengan kebebasan beragama dan toleransi antar-umat beragama.

Semua media ini merupakan penerbitan umum, yang artinya mereka tidak

mempublikasikan topik-topik tertentu dalam pemberitaannya, akan tetapi mereka

memuat berbagai macam isu yang menjadi perhatian masyarakat seperti politik,

teknologi, hubungan internasional, ekonomi dan lain-lain. Dari sisi segmen pembaca,

tujuh dari media mainstream tersebut merupakan media umum, yang mana mereka

menerbitkan berita yang menyasar segmen pembaca umum, sementara sisanya –

Portal.islam.id, suratkabar Republika dan Republika.co.id – melayani segmen

pembaca Muslim.

Suratkabar Republika menjual 130,000 eksemplar setiap harinya, dengan rasio

pembaca 1:4 (1 suratkabar dibaca oleh 4 orang) (Republika.co.id, 2018a). Mayoritas

pembaca Republika tinggal di Jabodetabek (66 persen), diikuti oleh Jawa Barat (10

persen), Jawa Timur dan Jawa Tengah (18 persen), dan Sumatra (6 persen). Sekitar

81 persen pembaca Republika ialah pelanggan, yang artinya Republika memiliki

pasar khusus. Data ini diperoleh dari Departemen Riset dan Pengembangan,

suratkabar Republika (2013), Nielsen Media Research (2015) dan Survei Pembaca

Republika (2016) (Republika.co.id, 2018a).

Hingga kwartal ketiga 2017, jumlah pembaca suratkabar Jawa Pos ialah 842,000

(Jawa Pos, 2017). Mayoritas pembaca Jawa Pos ialah masyarakat yang berusia

antara 20 hingga 39 tahun (63 persen). Pembaca pria berjumlah 73 persen dari total

Page 9: DAFTAR ISI · beragama dan toleransi antar-umat beragama di Indonesia masih menjadi ... beberapa media mainstream saat ini ... Pembaca pria berjumlah 73 persen dari total . 9

9

pembaca, sisanya pembaca perempuan (23 persen). Segmen pembaca Jawa Pos

berasal dilihat dari pekerjaan yang mereka lakukan yang bervariasi: pekerja

kantoran (28 persen), pekerja pabrik/buruh (33 persen), pengusaha (19 persen),

mahasiswa (11 persen), ibu rumah tangga (6 persen) and yang lain-lain (4 persen).

Dari kelas sosial, pembaca Jawa Pos ialah kelas menengah dan kelas atas (Jawa

Pos, 2018).

Suratkabar Kompas dijual di 33 provinsi di Indonesia. Di tahun 2013, sirkulasi

suratkabar ini mencapai 507,000 eksemplar per hari (Kompas Media Kit, 2014).

Mayoritas pembaca Kompas tinggal di area Jabodetabek (66 persen). Dari

keseluruhan pembaca, 75,2 persen membaca suratkabar ini dengan cara

berlangganan. Sekitar 70 persen pembaca Kompas ialah pria, dan sisanya

perempuan. Sekitar 81 persen pembaca Kompas ialah lulusan universitas (D-3, S-1

dan seterusnya), sementara dari sisi sosial-ekonomi, 71.5 persen pembaca Kompas

ialah kelas menengah dan kelas atas. Menurut AC Nielsen, seperti dikutip oleh Jawa

Pos, Kompas merupakan koran kedua terbesar di Indonesia di kwartal ketiga 2017

dengan jumlah pembaca mencapai 751,000 (Jawa Pos, 2017).

Koran Tempo didistribusikan secara nasional, menurut Survei Pembaca koran ini

yang diselenggarakan di tahun 2014 (Korantempo.net, 2017). Sekitar 70 persen

membaca koran ini dengan cara berlangganan. Mayoritas jumlah pembaca (71

persen) berada di rentang usia 21-40 tahun. Pembaca pria berjumlah 74 persen dari

total keseluruhan pembaca. Suratkabar ini tidak melansir jumlah pembaca, tapi dari

laporan tahunan perusahaan tahun 2016, diketahui bahwa tiras suratkabar ini ialah

57,561 eksemplar per hari di tahun 2014 (Tempo Annual Report, 2016, p.52).

Pembaca koran The Jakarta Post mayoritas berasal dari kelompok usia yang lebih

tua dari koran sejenis (66 persen pembaca The Jakarta Post berusia lebih dari 40

tahun). Pembaca The Jakarta Post terdiri dari 74 persen pria, 26 persen wanita;

berasal dari kelas ekonomi atas. Sekitar 95 persen pembaca koran ini lulusan

universitas, dan hanya 5 persen lulusan sekolah menengah atas. Sekitar 73 persen

pembaca The Jakarta Post membaca koran ini dengan cara berlangganan,

sedangkan sisanya membeli koran The Jakarta Post secara retail. Tiras koran The

Jakarta Post ialah 88,000 per hari, yang didistribusikan ke daerah DKI Jakarta (76

persen), Bali, 9,4 persen), Jawa Barat (3,8 persen), Pulau Sumatra (2,6 persen) dan

lainnya (Media Kit The Jakarta Post, 2018). Koran ini tidak menyebutkan jumlah total

pembacanya. Penerbit The Jakarta Post hanya mengklaim bahwa penerbit

mencetak koran sebanyak 88,000 eksemplar per hari (Media Kit The Jakarta Post,

2018, p. 4), tapi dari pengamatan saya, jumlah tersebut tidak masuk akal.1

1 Di tahun 2010, saya mengelola pelatihan wartawan The Jakarta Post, dan suatu hari,

saya bawa reporter-reporter baru The Jakarta Post ke lokasi percetakan koran The Jakarta

Post, agar para reporter ini memiliki gambaran bagaimana koran The Jakarta Post dicetak.

Saya melihat sendiri di mesin penghitung jumlah koran The Jakarta Post yang dicetak, dan

saya lihat jumlah koran yang dicetak hari itu ialah 28,000 eksemplar. Jumlah ini mungkin

semakin berkurang hingga saat ini, karena jumlah pembaca koran saat ini terus menurun.

Page 10: DAFTAR ISI · beragama dan toleransi antar-umat beragama di Indonesia masih menjadi ... beberapa media mainstream saat ini ... Pembaca pria berjumlah 73 persen dari total . 9

10

Mayoritas pembaca Kompas.com ialah pemuda dan orang dewasa yang berusia

antara 21-49 tahun (Nielsen Media Survey, 2018). Diperkirakan bahwa 862,070

orang mengunjungi website ini setiap hari dan membaca konten berita Kompas.com,

menurut data yang penulis akses tanggal 13 April 2018 (Worth & Traffic Estimate of

kompas.com, 2018).

Menurut data tahun 2015, 76 persen dari seluruh pembaca Detik.com ialah pria,

dan hanya 24 persen wanita. Mayoritas pembaca media daring ini (62 persen)

berusia antara 25 dan 44 tahun (Detik.com Mediakit, 2015). Pada 5 April 2018,

jumlah pengunjung Detik.com website per hari itu berjumlah 2,083,335

(http://www.statshow.com, 2018).

Republika.co.id memiliki unique visitors (orang yang mengunjungi suatu website

lebih dari sekali dalam suatu periode tertentu) berjumlah 6,75 juta rata-rata per bulan

(Republika.co.id, 2018b). Mayoritas pembaca tinggal di Jakarta (44,3 persen),

disusul Surabaya (12,6 persen), Medan (6,4 persen), Yogyakarta (5,9 persen) dan

Bandung (4,5 persen). Kebanyakan pembaca mengakses website Republika.co.id

dari hand-phone (68,75 persen), disusul lewat desktop (27,6 persen) dan tablet (3,7

persen). Data menunjukkan bahwa pada tanggal 13 April 2018, pengunjung website

ini berjumlah 299,931 per hari (Worth & Traffic Estimate of republika.co.id, 2018).

Tribunnews merupakan media daring terbesar di Indonesia saat ini. Data

menunjukkan bahwa pada 13 April 2018, diperkirakan bahwa 2,510,78 orang

membaca berita lewat website ini setiap hari (Worth & Traffic Estimate of

tribunnews.com, 2018). Website ini merupakan induk dari 20 media daring yang

tergabung dalam Tribun Network di seluruh Indonesia. Tribun Network didukung

oleh sekitar 500 reporter yang tinggal di 22 kota besar di Indonesia, yang

memproduksi konten yang dapat muncul di website Tribunnews.com setelah proses

seleksi. Para reporter ini merupakan karyawan dari 28 perusahaan suratkabar yang

tergabung dalam Tribun Network, yang juga memiliki 20 media daring

(www.tribunnews.com, 2018).

Portal-Islam.id merupakan media daring “Islam” terbesar, menurut data yang

disediakan oleh Alexa.com pada 8 Maret 2018. Demografi pembaca portal ini tidak

dijelaskan oleh pemilik portal. Manajemen portal sepertinya tidak ingin diketahui

identitasnya. Mereka hanya mencantumkan alamat email bagi orang yang ingin

berkomunikasi dengan mereka.

Dari semua pemaparan diatas, kita bisa belajar bahwa:

Mayoritas pembaca koran dan media daring hidup dan tinggal di Jakarta. Ini

terjadi mungkin karena hampir semua media mainstream yang di-survei

bermarkas di Jabodetabek, sehingga semua orang yang membaca atau

berlangganan media diatas ialah orang yang tinggal di Jabodetabek.

Banyak pembaca koran berhenti berlangganan koran, dan memilih mengakses informasi

lewat internet.

Page 11: DAFTAR ISI · beragama dan toleransi antar-umat beragama di Indonesia masih menjadi ... beberapa media mainstream saat ini ... Pembaca pria berjumlah 73 persen dari total . 9

11

● Pembaca kebanyakan mahasiswa, atau orang yang masih bekerja, baik

sebagai pegawai negeri, pegawai swasta atau pengusaha. Asumsi ini

berdasarkan segmentasi umur pembaca yang berkisar antara 20 hingga 49

tahun.

● Para pembaca berasal dari kelas ekonomi menengah ke atas, yang berarti

bahwa mereka terpelajar dan memiliki daya beli produk media.

Page 12: DAFTAR ISI · beragama dan toleransi antar-umat beragama di Indonesia masih menjadi ... beberapa media mainstream saat ini ... Pembaca pria berjumlah 73 persen dari total . 9

12

Secara umum, media mainstream di Indonesia, yang terwakili oleh 5

media cetak dan 5 media daring diatas, mempublikasikan berita yang

mendukung toleransi antar-agama. Lewat berita yang mereka buat,

media-media ini sering mengungkapkan narasi yang mendukung

pentingnya keberagaman, seperti misalnya penghormatan terhadap

agama, ras dan etnik yang berbeda.

Mereka melakukan langkah ini karena paham bahwa absennya

penghormatan terhadap pemeluk agama yang berbeda-beda akan

meningkatkan ketegangan sosial di kalangan masyarakat, mengingat

penduduk Indonesia memiliki latar-belakang agama, ras dan etnik yang

beragam (Marguerita Afra Sapii, Wartawan Kepresidenan, The Jakarta

Post, wawancara formal, 24 Maret 2018). Penekanan ini terefleksi dalam

penulisan beberapa artikel, seperti misalnya Visi Kebangsaan MUI: Umat

Islam Wajib Menjaga Negara Kesatuan Republik (Kompas, 27 Juli 2017);

Pesan Keberagaman dari Operet Anak Rusun (Republika, 25 September

2017); Borobudur Festival Puts Spotlight on Pluralism [Borobudur

Festival Menempatkan Pluralisme sebagai Bahasan Utama] (The

Jakarta Post, 24 November 2017).2

Sementara itu, beberapa media mainstream masih terus

memprioritaskan peliputan berita yang berhubungan dengan topik

intoleransi di Indonesia (Anton Aprianto, Redaktur Pelaksana Desk

Nasional, Majalah TEMPO, wawancara formal, 20 Maret 2018;

Marguerita Afra Sapii, Wartawan Kepresidenan, The Jakarta Post,

wawancara formal, 24 Maret 2018). Prioritas pemberitaan ini

dikarenakan masih meningkatnya jumlah ujaran kebencian (hate

postings) dan postingan hoax yang bermunculan di media sosial dalam

kampanye pemilihan gubernur dan wakil gubernur (Pilkada) DKI Jakarta

2017 (Juditha, 2017; Arifina, 2017, pp. 45-46). Anton Aprianto dari

Tempo, yang juga anggota dari pengurus masjid di wilayah tempat dia

tinggal, menyatakan bahwa Whatsapp (WA) group pengurus masjid

dibanjiri oleh berita hoax, yang pendistribusiannya dibantu oleh “media

daring yang tidak bertanggungjawab” (Anton Aprianto, wawancara

formal, 20 March 2018).

Sama dengan berita-berita provokatif, berita hoax berpotensi

meningkatkan ketegangan antar-umat beragama. Dalam kampanye

Pilkada DKI 2017, maraknya ujaran kebencian sering bermuara pada

muncul tindakan intimidasi atau tindakan intoleran lainnya terhadap

kaum minoritas. Sebagai contoh, beberapa orang meneriakkan kata

2 Artikel-artikel ini ialah bagian dari 60 artikel yang muncul dalam pemberitaan 5 media

cetak dan 5 media daring antara Januari 2017 dan Januari 2018. Total 60 artikel ini menjadi

subyek analisis dalam riset ini.

Page 13: DAFTAR ISI · beragama dan toleransi antar-umat beragama di Indonesia masih menjadi ... beberapa media mainstream saat ini ... Pembaca pria berjumlah 73 persen dari total . 9

13

“Ahok lu” ke warga negara Indonesia beretnik Tionghoa ketika mereka

berpapasan di jalan.

Selain itu, semakin sering orang menulis komentar lewat media sosial yang

memberikan label “sesat” atau “penista agama” pada anggota kelompok

rentan dalam masyarakat (Marguerita Afra Sapii, Wartawan Kepresidenan,

The Jakarta Post, wawancara formal, 24 Maret 2018).

Tendensi negatif ini terjadi karena: satu, media menulis berita yang

provokatif dan sensasional secara sengaja agar mereka mendapatkan

lebih banyak pembaca; dan yang kedua, tendensi negatif itu terjadi karena

wartawan kurang sensitif atau abai terhadap kelompok masyarakat yang

rentan (kaum minoritas agama, perempuan dan kaum Lesbian, Gay,

Bisexual dan Transgender (LGBT)). Menurut M. Taufiqurrahman dari The

Jakarta Post, tidak sensitifnya dan ketidakpedulian wartawan terhadap

kelompok masyarakat rentan itu merupakan cerminan dari situasi yang

sama dalam masyarakat (wawancara formal, 23 March 2018).

Wartawan yang abai atau tidak sensitif diatas merupakan produk dari

masyarakat yang abai dan tidak sensitif juga. Seperti di Indonesia,

masyarakat di Amerika Serikat dan benua Eropa juga terjangkiti masalah

yang sama, akan tetapi, setidaknya media dan masyarakat di kedua tempat

tersebut berusaha untuk memecahkan masalah sosial di atas. Hal seperti

ini belum ditemukan di Indonesia (M. Taufiqurrahman, wawancara formal,

23 March 2018).

Berita yang muncul di media biasanya refleksi dari situasi yang terjadi di

lapangan. Sebelum 2017, narasi yang sering muncul di media ialah bahwa

pluralisme menghadapi bahaya dalam bentuk meningkatnya intoleransi.

Sebagai contoh, siswa sekolah tidak menghendaki orang yang berbeda

agama menjadi tetangga rumah mereka, atau orang cenderung menentang

pendirian rumah ibadah bagi umat yang berlainan agama dengan mereka.

Pada saat, dan setelah kampanye Pilkada gubernur Jakarta 2017, media

mainstream mulai menaruh perhatian pada maraknya ujaran kebencian

dan berita hoax yang bermunculan di media sosial. Koran Republika

menampilkan berita tentang langkah Nadhlatul Ulama (NU) membuat

website yang bertujuan untuk melawan intoleransi (Lawan Intoleransi,

Nadhlatul Ulama Luncurkan Situs IMNU) (Republika, 11 September 2017).

Dalam banyak kasus, narasi yang muncul di media mainstream,

menggambarkan tentang meningkatnya intoleransi di kalangan mayoritas,

sehingga menjadikan kaum minoritas sebagai korban, misalnya, Muslim

Sunni yang bertindak intoleran terhadap kaum minoritas Kristen,

Ahmadiyah, Syiah dan sebagainya. Narasi semacam ini sering ditanggapi

kritis oleh media mainstream, terutama yang mengklaim dirinya

“memperjuangkan kepentingan Islam”, termasuk koran Republika (Yani,

Page 14: DAFTAR ISI · beragama dan toleransi antar-umat beragama di Indonesia masih menjadi ... beberapa media mainstream saat ini ... Pembaca pria berjumlah 73 persen dari total . 9

14

2002, p. 58). Dua media mainstream lain yang mengklaim

memperjuangkan Islam ialah Republika.co.id and Portal-islam.id.

Tanggapan kritis diatas muncul dalam pemberitaan Republika.co.id pada 9

November 2017, yang menyatakan bahwa toleransi di kalangan pelajar

Muslim sangat tinggi (Survey: Toleransi Umat Islam Pada Non-Muslim

Masih Tinggi, Republika.co.id, 9 November 2017).

Angle yang diangkat oleh website ini bertolak-belakang atau berbeda

dengan angle berita yang sering ditulis oleh koran-koran liberal seperti

Kompas, The Jakarta Post dan sebagainya, yang sering menulis narasi

tentang tingginya tingkat intoleransi di kalangan Muslim Sunni.

Contoh lainnya tampak dari pemberitaan yang dilansir koran Republika.

Sebagai misal, koran Republika menulis pada 17 Maret 2017 bahwa masjid

yang berada di daerah yang mayoritas penduduknya non-Muslim paling

sering menjadi korban tindak intoleransi. Berdasarkan temuan dari Komisi

Nasional Hak Asasi Manusia (KOMNAS HAM), koran ini melaporkan

bahwa sangat sulit bagi penduduk Muslim Sunni untuk mendirikan masjid

di daerah dimana penduduk non-Muslimnya mayoritas seperti di daerah

Bali, Sulawesi Utara, and Papua (Saputri, 2017).

Portal-Islam.id memuat opini yang isinya mengkritik Setara Institute

(lembaga hak asasi manusia), karena lembaga ini menuduh bahwa sebuah

masjid di Universitas Indonesia (UI) menyebarkan ceramah yang isinya

intoleran. Tuduhan tersebut merupakan bagian dari hasil riset Setara

Institute, yang menemukan bahwa banyak masjid di kota Depok, dimana UI

berada, telah menjadi “tempat persemaian radikalisme” (Andika Putra,

2017).

Seorang mahasiswa UI, yang memposting opini tersebut, menyesalkan

Setara Institute yang dianggap gagal melakukan riset yang mendalam.

Seharusnya, peneliti dari Setara Institute mewawancarai pengurus masjid

UI, sehingga peneliti tersebut mendapatkan perspektif yang lengkap dan

tidak sepihak. Kenyataannya, menurut Fahrudin Alwi (mahasiswa UI

tersebut), pihak Setara Institute tidak mewawancarai satupun pengurus

masjid UI. Fahrudin Alwi balik menuduh bahwa Setara Institute menjual isu

intoleransi untuk kepentingan organisasi itu sendiri (Membongkar Jualan

Cap Intoleransi & Radikalisme ala Setara Institute, Portal-Islam.id, 4

November 2017).

Page 15: DAFTAR ISI · beragama dan toleransi antar-umat beragama di Indonesia masih menjadi ... beberapa media mainstream saat ini ... Pembaca pria berjumlah 73 persen dari total . 9

15

Tentang persekusi terhadap sekte

minoritas seperti Ahmadiyah dan

Syiah, beberapa media mainstream

sering melansir berita yang

bersimpati terhadap pemeluk dan

ajaran agama mayoritas di

Indonesia, yang diakui oleh negara,

seperti: Islam, Protestan, Katolik,

Hindu, Buddha, Konfusianisme.

Peneliti Fardan Mahmudatul

Imamah menemukan bahwa media-

media mainstream ini biasanya

media daring yang mengklaim

bahwa mereka mempromosikan

kepentingan Islam.

Media-media mainstream ini, termasuk nahimunkar.com, sering menggunakan kata-

kata yang provokatif dalam pemberitaan-nya, guna menguatkan pesan yang mereka

suarakan bahwa “kehadiran sekte sesat” seperti Ahmadiyah dan Syiah, merupakan

ancaman bagi keberadaan komunitas Muslim Sunni (Imamah, 2015, pp. 254-25).

Fardan Imamah juga menyatakan dalam riset itu bahwa media-media seperti ini

sering menggambarkan pihak Muslim Sunni sebagai korban. Media-media tersebut

mendukung langkah-langkah negara yang menghambat perkembangan sekte yang

dianggap sesat itu.

Sebaliknya, media mainstream yang lain yang liberal, seperti The Jakarta Post,

sering mengekspresikan sikap penentangan yang kuat terhadap persekusi yang

menargetkan pemeluk sekte minoritas seperti Ahmadiyah and Syiah. Sikap tersebut

terefleksikan dalam berita The Jakarta Post yang berjudul “Indonesian hard-liners

again turn up the heat on Ahmadis” [Kelompok Garis Keras Indonesia Meningkatkan

Tekanan Terhadap Pemeluk Ahmadiyah] (The Jakarta Post, 25 February 2017). Sri

Herwindya Baskara Wijaya et.al menunjukkan dalam riset mereka bahwa beberapa

suratkabar lokal di kota Surakarta, Jawa Tengah, sering memuat berita yang

mendukung eksistensi kaum minoritas agama (Baskara Wijaya et.al, 2013, pp. 184-

185).

Dengan menganalisis isi dari berbagai media tersebut, para peneliti ini menemukan

bahwa suratkabar-suratkabar lokal tersebut memuat berita yang menggambarkan

kaum minoritas agama sebagai kaum yang toleran, komunitas yang cinta damai

meskipun mereka dalam situasi yang tertekan, baik dalam segi fisik maupun mental.

Di sisi lain, suratkabar lokal tersebut sering menggambarkan pemerintah sebagai

pihak yangh tidak professional dan lamban dalam mengurangi tindakan persekusi

terhadap kaum minoritas agama (Baskara Wijaya et.al, p. 185).

Page 16: DAFTAR ISI · beragama dan toleransi antar-umat beragama di Indonesia masih menjadi ... beberapa media mainstream saat ini ... Pembaca pria berjumlah 73 persen dari total . 9

16

Paragraf-paragraf sebelumnya menunjukkan bahwa sehubungan dengan kebebasan

beragama, ada berbagai macam angle pemberitaan media tentang topik itu. Dalam

banyak kasus, media mainstream setuju bahwa toleransi sangat penting bagi negeri

yang majemuk seperti Indonesia. Media-media ini percaya bahwa kegagalan dalam

memupuk dan meningkatkan toleransi antar-umat beragama akan berujung pada

ketegangan sosial.

Dalam hubungan dengan peliputan berita yang

berhubungan dengan sekte minoritas seperti

Ahmadiyah dan Syiah, media mainstream

terbelah. Beberapa media mainstream

mendukung keberadaan sekte minoritas

tersebut, sementara media-media yang lain,

yang mengklaim diri mereka sebagai

mendukung perjuangan Islam, sering memuat

berita-berita provokatif yang menggambarkan

kaum minoritas agama tersebut sebagai

kelompok sesat dan merupakan ancaman

terhadap agama yang dipeluk kaum mayoritas,

Islam Sunni.

Dalam wawancara antara penulis dengan Anton Aprianto dari Tempo, beliau

mengatakan bahwa isu mengenai abainya dan tidak sensitifnya wartawan terhadap

eksistensi kaum minoritas agama, kaum perempuan dan sebagainya, yang

merupakan korban langsung dan pertama dari ketidaktoleransian masyarakat,

adalah salah satu dari tantangan terbesar perusahaan media. Dia menambahkan

bahwa kurikulum yang disusun secara hati-hati tentang jurnalisme yang sensitif

terhadap konflik dapat menyumbangkan langkah penyelesaian terhadap masalah

tersebut. Karena berita hoax semakin marak di masyarakat yang masih rentan

seperti Indonesia, kurikulum tersebut seharusnya menekankan dampak berita-berita

provokatif dan mengandung hoax terhadap keselamatan masyarakat. Wartawan

perlu ditingkatkan kapasitasnya dalam menghadapi maraknya berita-berita

provokatif dan mengandung hoax, yang ketika berita-berita tersebut disebarkan

secara luas, situasi ini bisa menimbulkan kekerasan sosial. Merupakan nilai tambah

bagi wartawan bila pemahaman mereka tentang isi dan semangat konstitusi dan

Undang-Undang di Indonesia – terutama tentang isu kebebasan beragama dan

toleransi antar-umat beragama – meningkat.

Perbincangan dengan beberapa wartawan senior di atas dan juga review terhadap

beberapa dokumen menunjukkan bahwa Pemimpin Redaksi dan Redaktur

Pelaksana, yang menciptakan kebijakan dan arah pemberitaan di masing-masing

media, biasanya pribadi-pribadi yang sangat sibuk dan sering enggan meninggalkan

pekerjaan mereka, apalagi jika mereka harus meninggalkan pekerjaan untuk

menghadiri pelatihan atau workshop. Dalam hal ini, sulit mengharapkan partisipasi

mereka dalam pelatihan atau workshop. Selain itu, karena reporter dan editor ialah

pihak yang secara langsung bertanggungjawab atas abainya dan

Page 17: DAFTAR ISI · beragama dan toleransi antar-umat beragama di Indonesia masih menjadi ... beberapa media mainstream saat ini ... Pembaca pria berjumlah 73 persen dari total . 9

17

ketidaksensitifanmedia media dalam menulis berita yang berkaitan dengan

kebebasan beragama dan kaum rentan dalam masyarakat, maka pelatihan dan

workshop seharusnya mentargetkan mereka sebagai peserta pelatihan. Meski

demikian, dalam kasus-kasus tertentu, Pemimpin Redaksi dan Redaktur Pelaksana

bertanggungjawab terhadap abainya dan ketidaksensitifan media dalam penulisan

berita yang merugikan kaum minoritas agama dan kaum rentan dalam masyarakat.

Hal ini terjadi ketika Pemimpin Redaksi dan Redaktur Pelaksana secara terstruktur

ikut bertanggungjawab dalam penciptaan kebijakan editorial yang mendukung

publikasi berita-berita yang provokatif dan sensasional untuk mendapatkan lebih

banyak pembaca. Keterlibatan Pemimpin Redaksi dan Redaktur Pelaksana

terefleksikan dalam gaya pemberitaan yang berbeda dengan gaya pemberitaan

media mainstream yang lainnya. Portal-islam.id and Tribunnews.com merupakan

contoh dimana kebijakan editorialnya secara konsisten mendukung pemberitaan

yang sensasional dan provokatif.

Page 18: DAFTAR ISI · beragama dan toleransi antar-umat beragama di Indonesia masih menjadi ... beberapa media mainstream saat ini ... Pembaca pria berjumlah 73 persen dari total . 9

18

Analisis Isi: 60 Artikel, 10 Perusahaan Media Arthur Miller, seorang penulis

naskah drama, menyatakan:

“Sebuah suratkabar yang baik ialah

seperti sebuah bangsa yang

bercakap dengan dirinya sendiri”

(Alterman, 2008). Diskursus di

media massa biasa merefleksikan

situasi terkini di negaranya masing-

masing.

Hal ini terjadi karena media tak bisa

lepas dari kenyataan yang terjadi di

lapangan. Reporter meliput berbagai

macam peristiwa yang terjadi sesuai

dengan ranah liputannya masing-

masing, dan kemudian menulis

berita sesuai dengan pengamatan

mereka di lapangan.

Para reporter menulis berita

berdasarkan fakta, tapi media yang

berbeda dapat melaporkan fakta-

fakta yang sama dalam suatu

peristiwa dengan sudut pandang

yang berbeda (angle), tergantung

dari visi dan misi media tersebut

masing-masing. Sebagai contoh,

media daring Thejakartapost.com

dan Republika.co.id memakai angle

yang berbeda dalam pemberitaan

mereka tentang survei yang

diadakan Pusat Pengkajian Islam

dan Masyarakat (PPIM) pada 9

November 2017.

Dalam konferensi pers yang dihadiri

para reporter, termasuk reporter dari

kedua media daring tersebut, PPIM

hendak menyampaikan ke reporter

tujuan survei, yakni meneliti apakah

siswa Muslim toleran terhadap orang

yang berbeda agama dengan mereka.

Peserta survei ialah 1,859 siswa dari

berbagai sekolah menengah atas dan

universitas negeri di seluruh pelosok tanah

air. Survei diadakan dari tanggal 1 hingga

7 Oktober 2017.

Survei menemukan bahwa pelajar dan

mahasiswa Muslim toleran terhadap orang

yang berbeda agama, tapi yang

merupakan pengikut agama besar yang

diakui negara seperti Kristen, Katolik,

Hindu, Budha dan Konfusianisme. Di sisi

lain, pelajar dan mahasiswa itu kurang

toleran terhadap penganut sekte minoritas

Muslim di Indonesia, seperti Ahmadiyah

dan Syiah. Menanggapi hasil survei ini,

Republika.co.id menekankan bahwa

pelajar dan mahasiswa Muslim toleran

terhadap pemeluk agama lain. Hal ini bisa

terlihat dari judul yang koran ini usung:

“Survei: Muslims Level of Tolerance

toward Non-Muslims is Very High” (Intan,

2017). Sebaliknya, lewat judul: “Students

Intolerant of Minorities: Survey” [Pelajar

dan Mahasiswa Intoleran Terhadap Kaum

Minoritas: Survei] (Ramadhani, 2017),

berita Thejakartapost.com tersebut

bertujuan untuk menekankan bahwa sikap

intoleran masih tinggi di kalangan warga

masyarakat, terutama pelajar dan

mahasiswa.

Lewat contoh ini, kita dapat mengamati

bagaimana dua media melaporkan suatu

peristiwa yang sama dari dua angle yang

berbeda. Hal ini terjadi karena dua media

ini berbeda dari segi misi. Republika.co.id

menyuarakan sudut pandang Islam,

melayani kebutuhan atau kepentingan

komunitas Muslim (Sunni), dan

mempertahankan reputasi Islam. Sedang

Thejakartapost.co.id mempromosikan

kebebasan dan hak-hak individu.

Perbedaan misi ini terefleksikan dalam

Page 19: DAFTAR ISI · beragama dan toleransi antar-umat beragama di Indonesia masih menjadi ... beberapa media mainstream saat ini ... Pembaca pria berjumlah 73 persen dari total . 9

19

judul berita yang berbeda, yang telah saya ungkapkan sebelumnya.

atau kepentingan komunitas Muslim (Sunni), dan mempertahankan reputasi Islam.

Sedang Thejakartapost.co.id mempromosikan kebebasan dan hak-hak individu.

Perbedaan misi ini terefleksikan dalam judul berita yang berbeda, yang telah saya

ungkapkan sebelumnya.

Bukti yang saya sebutkan diatas menunjukkan bahwa media memiliki misi yang

berbeda-beda. Beberapa media menganut paham liberal, sedangkan media-media

yang lain menganut paham konservatif. Hampir semua media yang menjadi subyek

riset ini menganut paham yang secara “relatif liberal”, kecuali Republika,

Republika.co.id dan Portal-Islam.id yang menganut paham konservatif. Kata “relatif

liberal” disini dipakai karena di satu sisi, media-media mainstream tersebut

mempromosikan nilai-nilai liberal seperti persamaan hak untuk perempuan dan laki-

laki, penghargaan terhadap kebebasan beragama dan ber-kepercayaan, toleransi

agama, tapi di sisi lain, media-media tersebut terkesan enggan untuk

mempromosikan hak-hak kaum Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender (LGBT),

dan bahkan sering melansir berita lewat sudut pandang yang bias terhadap

kelompok-kelompok rentan ini. Nugroho et.al. menemukan bahwa bias ini bermuara

pada “reproduksi image yang tidak menguntungkan bagi kelompok LGBT dan

menempatkan mereka pada situasi yang rentan terhadap pandangan yang

menghina dari masyarakat luas” (Nugroho et.al, 2013, hal. vi).

Demikian juga, berita-berita dari media tersebut diatas sering mendukung represi

negara terhadap sekte minoritas dan kepercayaan lokal seperti Ahmadiyah, Sapto

Darmo, Kaharingan dan sebagainya, karena reporter dan editor media tersebut

percaya bahwa agama dan kepercayaan itu sesat. Pandangan ini terefleksikan

dalam berita yang muncul di portal Detik.com (Senin, 17 July 2017) yang berjudul:

“MUI Mencatat Ada 144 Aliran Sesat Yang Muncul Di Jabar.” Dengan berita ini,

media mendukung keprihatinan Majelis Ulama Indonesia (MUI) bahwa jumlah sekte

keagamaan yang dianggap sesat cukup mengejutkan, dan oleh karena itu MUI

menganjurkan agar masyarakat lokal waspada.

Di sisi lain, Republika (suratkabar Republika dan Republika.co.id) melanggengkan

pandangan konservatif, sementara Portal-islam.id menyiarkan paham Islam radikal,

ultra-konservatif.

Page 20: DAFTAR ISI · beragama dan toleransi antar-umat beragama di Indonesia masih menjadi ... beberapa media mainstream saat ini ... Pembaca pria berjumlah 73 persen dari total . 9

20

Dalam beberapa hal, kelompok Republika menyiarkan topik dengan sudut pandang

yang sama dengan media liberal, seperti misalnya Republika juga menulis berita

yang mendukung toleransi. Yang membedakan Republika dengan media liberal

ialah bahwa Republika sering menulis berita yang cenderung memberikan khutbah

ke masyarakat, yang isinya meneguhkan konservatisme budaya lokal dan Islam.

Salah satu contohnya ialah berita yang ditulis harian Republika, yang berjudul: “TGB

Ingatkan Bahaya Munafik” (Senin, 3 June 2017). TGB singkatan dari Tuan Guru

Bajang, yang mengacu pada Zainul Majdi, Gubernur Nusa Tenggara Barat, yang

sekaligus anak dari seorang pemuka agama terkemuka di provinsi itu.

Portal-Islam.id juga sering menulis berita yang mendukung konservatisme, tapi

dengan cara yang provokatif. Tidak seperti Republika, yang sering memberitakan

peristiwa dengan mengikuti prinsip-prinsip jurnalisme, Portal-Islam.id seringkali

tidak mengunakan kaidah-kaidah jurnalisme yang baik dalam pemberitaan mereka,

contohnya sering portal berita ini gagal memenuhi azas keberimbangan dalam

pemberitaan (cover both sides). Portal ini sering menulis berita yang tidak segan-

segan menghajar lawan politik mereka, tapi mereka gagal menyediakan perspektif

lawan, agar berita lebih berimbang. Salah satu berita yang tidak memenuhi standar

jurnalistik ialah berita berjudul “Gus Nur: Mereka Itu Satu Paket”, yang muncul di

portal itu pada hari Rabu, 27 December 2017.

Berita ini, yang ditulis oleh seseorang yang mengklaim bernama Gus Nur

menyama-ratakan bahwa “semua orang yang mendukung penista agama”, “semua

orang yang mendukung LGBT”, “orang yang mendukung liberalism dan

sekularisme”, dan “orang yang membubarkan lingkaran studi Islam” ialah “orang-

orang yang berada dalam satu paket.” Berita ini lantas mengutuk orang-orang yang

berada dalam paket itu sebagai “hipokrit, karena mereka mempromosikan toleransi

di depan publik, tapi di sisi lain, mereka memandang pemuka agama Islam (kyai

dan ustadz) sebagai musuh” (Gus Nur, 2017). Dari berbagai sudut pandang

pemberitaan diatas terlihat bahwa perbedaan tersebut mencerminkan perbedaan-

perbedaan sudut pandang di masyarakat pula.

Kecenderungan beberapa media, seperti Portal-islam.id3, untuk menyiarkan berita

yang provokatif dan sensasional memantik keprihatinan wartawan Indonesia. Tak

hanya Portal-islam.id, tapi media lain seperti Tribunnews.com juga sering

mempublikasikan berita-berita bermuatan negatif dengan nada sarkastis dan

provokatif (lihat Lampiran 1). Menurut M. Taufiqurrahman,

Redaktur Pelaksana The Jakarta Post, di samping

memberitakan peristiwa secara sensasional,

insensivitas di kalangan wartawan juga memicu

keprihatinan yang sama (wawancara formal, 23

Maret 2018). Beberapa media mengeksploitasi isu

homophobia dan isu yang tidak ramah gender,

3 Saya sudah mengajukan permohonan wawancara lewat email dengan redaksi Portal-

islam.id, tapi permohonan itu tak pernah dibalas.

Page 21: DAFTAR ISI · beragama dan toleransi antar-umat beragama di Indonesia masih menjadi ... beberapa media mainstream saat ini ... Pembaca pria berjumlah 73 persen dari total . 9

21

misalnya dengan menulis berita yang tidak menghargai peranan perempuan dan

menjadikan perempuan sebagai obyek.

alam menulis berita tersebut, mungkin wartawan tidak sensitif atau tidak sengaja

membuat berita yang menyinggung harkat dan martabat perempuan misalnya. Tapi

beberapa media lain, seperti Portal-islam.id, di samping tidak sensitif, kadang-

kadang redaksi portal ini dengan sengaja mempublikasikan berita-berita yang

memicu sentiment anti minoritas. Dilihat dari berbagai pemberitaan yang dilansir

oleh Portal-islam.id, terdapat kesan bahwa wartawan di media ini menganut

ideologi agama yang sama, sehingga berita-berita di portal ini cenderung

berpandangan sempit.

Menurut Taufiqurrahman (Redaktur Pelaksana, koran The Jakarta Post),

“peningkatan kapasitas” wartawan penting untuk menyelesaikan permasalahan di

atas. Taufiqurrahman menyatakan bahwa wartawan perlu mendapatkan pelatihan

tentang prinsip-prinsip jurnalisme, sehingga mereka lebih sensitif dalam

mempublikasikan berita-berita tentang perempuan dan kaum minoritas. Dalam

kaitan dengan hal ini, Tempo menawarkan solusi alternatif untuk masalah itu.

Kadang-kadang, redaktur Tempo menugaskan wartawan untuk meliput berita

tentang kehidupan orang yang berbeda keyakinan dengan si wartawan, dengan

maksud untuk memperbaiki sensitifitas wartawan dalam menulis berita tentang

agama atau kaum minoritas.

Sebaga contoh, suatu ketika, Tempo menugaskan seorang wartawan wanita

beragama Hindu untuk melakukan investigasi tentang kehidupan seorang terpidana

teroris Muslim dan keluarganya (Anton Aprianto, Redaktur Pelaksana Desk

Nasional, Majalah Tempo, wawancara formal, 20 Maret 2018). Penugasan tersebut

tidak dimaksudkan untuk mendukung atau bersimpati dengan aktifitas terorisme,

tapi untuk memperluas wawasan wartawan beragama Hindu tadi bahwa terorisme

bukanlah bagian dari ajaran Islam. Wartawan tersebut diharapkan mengerti bahwa

teroris melakukan aksi terorisme karena dicekoki ajaran yang salah, dan bukannya

mengikuti ajaran Islam. Strategi seperti ini bisa dilaksanakan oleh media-media

yang lain untuk mencetak wartawan yang toleran.

Tokoh-tokoh yang berpengaruh di media di Indonesia – yang statemen atau

tindakannya mempengaruhi agenda sosial, politik dan ekonomi nasional – ialah

pejabat pemerintah, anggota parlemen, para hakim dan pemimpin informal

masyarakat. Di tahun-tahun belakangan ini, sehubungan dengan meningkatnya

pengaruh sosial media, para tokoh publik diatas (intelektual, pejabat pemerintah,

pemimpin informal masyarakat) – yang memiliki akun dengan jumlah pengikut yang

banyak di media sosial Facebook, Twitter, Instagram dan lainnya – memiliki

pengaruh di kalangan publik. Pejabat pemerintah biasanya berperan menentukan

agenda kebijakan publik atau agenda lain yang penting bagi publik. Para pejabat ini

memiliki kekuasaan yang dapat mempengaruhi jalan hidup rakyat, sehingga

mereka sering dikutip oleh media.

Page 22: DAFTAR ISI · beragama dan toleransi antar-umat beragama di Indonesia masih menjadi ... beberapa media mainstream saat ini ... Pembaca pria berjumlah 73 persen dari total . 9

22

Dalam 60 artikel yang menjadi subyek penelitian riset ini, banyak berita yang

bersumber dari pernyataan atau tindakan pejabat pemerintah. Media mainstream

sering meminjam kutipan atau pernyataan dari pejabat negara untuk mendukung

pandangan media masing-masing, misalnya, tentang pentingnya pluralisme di

negeri majemuk ini.

Para tokoh diatas mempengaruhi opini publik, lewat pernyataan atau tindakan yang

hendak mereka lakukan, dan mempublikasikan atau menyiarkannya lewat berbagai

macam platforms, seperti print, media online, televisi, radio, social media dan

sebagainya. Di era media sosial seperti sekarang ini, pesan yang disuarakan atau

tindakan yang dilakukan oleh tokoh-tokoh tersebut menjadi sangat penting, karena

media sosial membantu memperluas dan menguatkan pesan diatas. Dalam hal ini,

pesan tersebut dapat membantu mempromosikan toleransi diantara pemeluk

agama yang berbeda, atau malah sebaliknya, meningkatkan ketegangan antara

pemeluk agama yang berbeda. Salah satu contoh pernyataan atau tindakan tokoh

(kelompok) masyarakat yang terpublikasi luas setelah disebarkan media sosial ialah

ajakan sekelompok warga – yang mengklaim diri mereka warga Betawi Jakarta –

untuk tidak memilih Ahok, lewat sebuah demonstrasi. Demonstrasi ini, yang

diabadikan lewat video, menjadi viral dan ditonton banyak orang.

Thejakartapost.com memuat berita tentang viralnya video itu dalam berita berjudul:

“Viral Provocative Video Against ‘Infidel Leader’ To Be Investigated” [Viralnya Video

Yang Provokatif Tentang Pemimpin Kafir” Akan Diselidiki] (Rabu, 12 April 2017).

Video ini memperlihatkan puluhan orang yang mengenakan busana khas Betawi –

tergabung dalam Forum Warga Grogol Selatan – tengah mengacungkan golok

sambil mendeklarasikan bahwa mereka tak akan memilih “seorang pemimpin kafir”,

yang mengacu pada gubernur petahana, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). Ahok

ialah warganegara Indonesia keturunan Tionghoa dan seorang Protestan. Viralnya

video di bulan April 2017 membuat Badan Pengawas PEMILU (Bawaslu)

mengadakan investigasi untuk mengetahui apakah telah terjadi pelanggaran

terhadap Kode Etik PEMILU. Berita tentang viralnya video ini menunjukkan

bahwa keberadaan media sosial sangat strategis untuk melempar pesan

yang dapat menjangkau dan mempengaruhi publik dalam jumlah besar.

Dari 60 artikel tersebut, setidaknya ada 23 artikel

yang mengutip pernyataan dari pejabat negara

yang berhubungan dengan kebebasan

beragama dan toleransi antar umat-beragama.

Kemudian diikuti oleh artikel yang memuat

pernyataan pemimpin komunitas, seperti

ulama Muslim Sunni, aktifis hak asasi

manusia, pimpinan kaum minoritas agama,

akademisi dan sebagainya.

Page 23: DAFTAR ISI · beragama dan toleransi antar-umat beragama di Indonesia masih menjadi ... beberapa media mainstream saat ini ... Pembaca pria berjumlah 73 persen dari total . 9

23

Guna mengurangi prasangka subyektif (stereotype) terhadap sekte keagamaan

minoritas, media mainstream, sering memberi ruang bagi kaum minoritas tersebut

untuk menyuarakan aspirasinya.

Media mainstream sering membuat berita yang bersumberkan dari wawancara

dengan pimpinan kelompok minoritas tersebut. Berita-berita semacam ini

meningkatkan pemahaman publik tentang aspirasi dan sudut pandang kaum

minoritas. Tindakan ini dapat membantu mengurangi prasangka subyektif

masyarakat tentang ajaran kaum minoritas tersebut, yang sering dituduh sebagai

sesat dan berbahaya.

Prasangka subyektif ini terbangun seiring waktu berjalan, karena publik sering tidak punya gambaran tentang bagaimana sebenarnya kaum minoritas itu mempraktekkan ajaran agamanya.

Malah, publik sering bergantung pada sumber kedua guna mengetahui ajaran dan

praktek beribadah kam minoritas. Celakanya, sumber kedua ini sering menuduh

ajaran kaum minoritas itu sebagai ajaran sesat.

Page 24: DAFTAR ISI · beragama dan toleransi antar-umat beragama di Indonesia masih menjadi ... beberapa media mainstream saat ini ... Pembaca pria berjumlah 73 persen dari total . 9

24

Dengan berbicara kepada sumber

pertama, yaitu pemuka agama kaum minoritas,

media membantu menjembatani jurang

perbedaan antara pemeluk agama

mayoritas dan minoritas.

Salah satu contoh wawancara yang membantu

membuka mata publik tentang ajaran

kepercayaan minoritas ialah wawancara antara

Koran Tempo dengan Dewi Kanti, jurubicara

kepercayaan Sunda tradisional, Sunda

Wiwitan. Berita itu berjudul: “Dewi Kanti:

Agama Leluhur Bukan Ancaman” (Koran

Tempo, Sabtu, 18 November 2017). Lewat

wawancara itu, Dewi Kanti memberikan

jaminan kepada masyarakat bahwa komunitas

Sunda Wiwitan hanya menginginkan perlakuan

yang sama dari negara. Komunitas Sunda

Wiwitan hanya ingin hidup damai dengan

masyarakat lain dan tidak ingin meminta

masyarakat lain untuk berpindah kepercayaan

ke Sunda Wiwitan. Lewat wawancara itu, Dwi

Kanti menceritakan sulitnya masyarakat Sunda

Wiwitan memperoleh akta pernikahan dan akta

lahir, padahal mereka ialah juga warganegara

Indonesia, seperti warganegara yang lain.

Wawancara seperti ini membuka mata publik

tentang aspirasi warga Sunda Wiwitan, dan

punya potensi untuk membangkitkan simpati

masyarakat terhadap penganut kepercayaan

ini. Wawancara ini juga punya potensi untuk

meningkatkan pemahaman publik tentang

ajaran Sunda Wiwitan dan bagaimana

penganut Sunda Wiwitan mempraktekkan

ajarannya. Selain itu, publik juga tercerahkan

bahwa ajaran dan praktek Sunda Wiwitan

bukanlah ancaman bagi agama dan

kepercayaan mayoritas.

Sehubungan dengan masalah prasangka subyektif, wartawan

kadang masih menjadi sumber masalah.

Media cenderung untuk membuat berita

yang sensasional, yang memicu pembaca

untuk membaca berita tersebut. Menurut

M. Taufiqurrahman dari The Jakarta Post,

media sering “melihat sesuatu lebih dari

mereka melihatnya” (wawancara formal,

23 Maret 2018). Kecenderungan ini

bermuara pada sering wartawan menulis

berita-berita yang sensasional, terutama

diantara wartawan media daring

Page 25: DAFTAR ISI · beragama dan toleransi antar-umat beragama di Indonesia masih menjadi ... beberapa media mainstream saat ini ... Pembaca pria berjumlah 73 persen dari total . 9

25

Wartawan media daring menulis berita sensasional sebagai bagian dari strategi

mereka untuk “memancing” masyarakat untuk “meng-klik” berita guna meningkatkan

“traffic.” Kebiasaan menulis berita sensasional mengakibatkan muncul berita yang

tidak sesuai fakta. Selain itu, wartawan, terutama wartawan media daring, sering

menulis berita dan mempublikasi-kannya secepat mungkin guna memenangi

persaingan yang semakin ketat dengan media daring sejenis. Pengutamaan

kecepatan ini sering mengorbankan keakurasian data. Selain itu, wartawan juga

sering mengorbankan prinsip keberimbangan dalam pemuatan berita, agar berita

cepat termuat tanpa menunggu konfirmasi dari pihak lain. Konfirmasi dengan pihak

lain dilakukan dalam berita selanjutnya. Hal ini bisa merugikan tidak saja pembaca,

tapi juga pihak yang tertunda pengungkapan fakta menurut versi mereka. Guna

mengatasi masalah ini, M. Taufiqurahman dari The Jakarta Post, redaksi perlu

mempertahankan disiplin wartawannya, dengan terus menerus mengingatkan

wartawan untuk memegang teguh asas peliputan berimbang (cover both sides) dan

mengkonfirmasi keakuratan berita terlebih dulu sebelum mereka mempublikasikan

berita mereka.

Hal lain yang dilakukan media mainstream untuk meningkatkan toleransi antar

pemeluk umat beragama ialah dengan mempromosikan pluralisme lewat peliputan

acara budaya yang mendukung asas tersebut. Koran Jawa Pos melansir berita

tentang karnaval budaya yang dilakukan oleh siswa, guru dan alumni sebuah

sekolah menengah atas di Surabaya, pada 30 Oktober 2017. Berita itu berjudul:

“Tampilkan Aneka Kostum Nusantara.” Berita ini menampilkan foto dimana para

peserta berdandan dalam berbagai macam kostum yang mewakili etnik yang

berbeda-beda di Indonesia.

Sementara itu, koran Republika menampilkan sebuah opera dimana anak-anak yang

digambarkan berasal dari etnik yang berbeda, hidup damai di sebuah bangunan

apartemen. Berita itu berjudul: “Pesan Keberagaman dari Operette Anak Rusun”

(Senin, 25 September 2017). Berita-berita ini membantu mencerahkan pemahaman

masyarakat bahwa keberagaman ialah bagian dari kehidupan bangsa Indonesia,

dan keberagaman itu perlu dihargai dan dirayakan.

Dari paragraf-paragraf sebelumnya, dapat dikatakan bahwa isi media mainstream

merefleksikan diskursus yang berkembang di kalangan masyarakat Indonesia yang

majemuk. Media mainstream meliput dan melaporkan sosial, politik dan berbagai

macam peristiwa berdasarkan ideologi dan misinya masing-masing. Dalam laporan

mereka, beberapa media mainstream mendukung kebebasan beragama, sementara

yang lain mendukung konservatisme, melanggengkan prasangka subyektif

masyarakat terhadap kelompok-kelompok rentan dan mempromosikan kepentingan

yan bersifat sektarian. Peningkatan kapasitas, dalam bentuk pelatihan, diperlukan

guna mengatasi permasalahan diatas. Perlu peningkatan kesadaran wartawan untuk

menghindari penulisan berita yang sensasional dan mempromosikan kepentingan

sektarian, karena bentuk berita semacam ini punya potensi memecah-belah

masyarakat.

Page 26: DAFTAR ISI · beragama dan toleransi antar-umat beragama di Indonesia masih menjadi ... beberapa media mainstream saat ini ... Pembaca pria berjumlah 73 persen dari total . 9

26

Kesimpulan dan

Rekomendasi

Kesimpulan

Bagian-bagian sebelumnya dari studi ini menjelaskan beberapa isu yang berkaitan

dengan isi pemberitaan media tentang kebebasan beragama. Meski banyak media

telah mempublikasikan berita yang mendukung kebebasan beragama dan toleransi

antar umat-beragama, beberapa media masih melansir berita-berita yang bersifat

negatif dan kontraproduktif bagi kebebasan beragama, yang mana berita-berita itu

mengandung muatan provokasi, sensasional dan sarkastis. Di samping itu,

menyedihkan kiranya bahwa beberapa wartawan atau redaktur media juga terlibat

dalam penulisan berita yang tidak memenuhi kaidah-kaidah jurnalisme, dan bahkan

terlibat dalam mem-posting/membagi berita hoax ke khalayak sosial media. Studi ini

menemukan bahwa wartawan dan redaktur melakukan praktek diatas karena

persaingan yang sengit antar media, terutama media daring, guna mendapatkan

lebih banyak pembaca berita mereka.

Masalah lain yang dikupas oleh studi ini ialah bahwa beberapa media mainstream

masih menulis berita yang tidak sensitif terhadap kelompok-kelompok rentan dalam

masyarakat seperti kaum minoritas agama, perempuan dan LGBT. Situasi ini terjadi

karena abainya para wartawan tentang kehidupan dan peranan dari kelompok-

kelompok rentan ini di masyarakat. Bias pribadi juga berkontribusi terhadap

munculnya penulisan berita yang tidak sensitif terhadap nasib dari kelompok-

kelompok yang rentan di masyarakat itu. Untuk mengatasi masalah ini, wartawan

perlu disadarkan tentang posisi kelompok rentan di masyarakat, guna mengurangi

berita-berita yang memberi label tertentu atau memberikan prasangka subyektif

terhadap kelompok minoritas agama, misalnya memberikan label sesat.

Page 27: DAFTAR ISI · beragama dan toleransi antar-umat beragama di Indonesia masih menjadi ... beberapa media mainstream saat ini ... Pembaca pria berjumlah 73 persen dari total . 9

27

Kebiasaan ini perlu dihindari karena praktek ini melegitimasi marjinalisasi dan

diskriminasi terhadap kelompok-kelompok tersebut oleh negara.

Meski demikian, berita-berita yang tidak sensitive tak hanya karena abainya

wartawan. Beberapa wartawan lain secara sengaja meniup-niupkan sentiment anti-

minoritas. Studi ini menjelaskan bagaimana media mainstream yang mengklaim

mewakili suara Islam, seperti nahimunkar.com, sering menggunakan kata-kata yang

provokatif dalam memberikan label terhadap ajaran keagamaan minoritas di

Indonesia seperti Ahmadiyah dan Syiah sebagai ajaran sesat. Selain itu, media

semacam ini sering menekankan dalam pemberitaannya bahwa ajaran keagamaan

minoritas tersebut menjadi ancaman bagi umat dan ajaran mayoritas Islam Sunni.

Menghadapi hal ini, wartawan perlu dibuat sadar tentang bahayanya pemuatan

berita-berita provokatif yang dapat berdampak pada meningkatnya ketegangan

antar-umat beragama dan dapat pula berujung pada kekerasan terhadap kelompok-

kelompok rentan di masyarakat, terutama kaum minoritas agama.

Di samping membahas tentang peranan media mainstream, studi ini juga

mendiskusikan tentang peranan tokoh-tokoh yang berpengaruh dalam

mempromosikan kebebasan beragama di Indonesia. Peranan mereka saat ini makin

penting dengan munculnya media sosial. Media sosial membantu tokoh-tokoh

tersebut melebarkan dan menguatkan pesan yang mereka sebarkan lewat akun

media sosial mereka ke publik.

Karena para tokoh tersebut ialah pejabat negara yang berkuasa, atau tokoh publik

yang disegani karena ilmu agama atau kepemimpinan informal-nya, postingan

media sosial mereka menjadi kuat pengaruhnya terhadap masyarakat. Pesan dalam

postingan itu dapat mendukung toleransi antar-umat, atau malah sebaliknya

menciptakan atau menambah ketegangan antar-umat beragama. Dalam beberapa

kasus, para tokoh tersebut ialah bagian dari masalah, sebagai contoh, dengn secara

sengaja atau tidak sengaja berpartisipasi dalam penyebaran postingan hoax di

media sosial.

Media mainstream dapat berkontribusi dalam menangani persoalan ini dengan

menyajikan berita-berita berdasarkan fakta, yang fungsinya untuk mengklarifikasi

berita hoax yang menjadi viral di media sosial. Dengan melakukan tindakan

demikian, media mainstream berperan dalam memberikan kontribusi mereka

sebagai pelayan masyarakat.

Page 28: DAFTAR ISI · beragama dan toleransi antar-umat beragama di Indonesia masih menjadi ... beberapa media mainstream saat ini ... Pembaca pria berjumlah 73 persen dari total . 9

28

Rekomendasi Berdasarkan ringkasan temuan riset dan analisis isi dari 60 artikel yang diterbitkan

oleh 5 media cetak dan 5 media daring terkemuka di Indonesia, rekomendasi berikut

ini disusun untuk kemudian diwujudkan dalam suatu program.

Meningkatkan pengetahuan dan kapasitas wartawan dan

perusahaan media tentang prinsip-prinsip dan praktek jurnalisme

yang sensitif terhadap potensi konflik horizontal masyarakat:

Sehubungan dengan masalah-masalah yang didiskusikan di bagian-

bagian sebelumnya dari studi ini, pelatihan dan atau workshop

seharusnya bertujuan untuk mengatasi abainya dan tidak sensitifnya

wartawan dan redaktur dalam menulis berita tentang kelompok rentan

dalam masyarakat. Karena wartawan dan redaktur yang langsung

bertanggungjawab terhadap penulisan berita yang abai dan tidak

sensitif terhadap nasib atau kehidupan kelompok rentan dalam

masyarakat tersebut, maka seharusnya mereka menjadi target

pelatihan dan atau workshop di atas.

Dalam memecahkan permasalahan abainya dan tidak sensitifnya

wartawan tersebut, kurikulum pelatihan dan atau workshop sebaiknya

berfokus pada meningkatkan sensitifitas wartawan dalam meliput isu

yang berhubungan dengan agama, kelompok minoritas dan

perempuan. Kurikulum tersebut sebaiknya juga menekankan pada

dampak dari berita hoax dan berita yang provokatif terhadap

keamanan dan keselamatan masyarakat luas. Wartawan perlu

diberikan pemahaman tentang bagaimana berita hoax dan provokatif

dapat berujung ke kekerasan, jika berita-berita semacam itu

didistribusikan secara luas ke kalangan masyarakat.

Prioritas utama yang perlu disinggung dalam melaksanakan pelatihan

atau workshop jurnalisme damai ialah “melawan dominasi

pemberitaan media daring yang membantu memproduksi atau

mendistribusikan berita hoax.” Pelatihan dan workshop juga

seharusnya mencakup penjelasan tentang konstitusi dan undang-

undang di Indonesia yang berhubungan dengan isu kebebasan

beragama dan toleransi antar-umat beragama. Kurikulum ini akan

membantu wartawan meningkatkan pengetahuan mereka tentang

konstitusi dan undang-undang, yang menjadi acuan bagi negara

dalam penegakan hokum terhadap permasalahan yang berkaitan

dengan kebebasan beragama dan toleransi antar-umat beragama.

● Mengorganisir pelatihan dan workshop guna meningkatkan

sensitifitas wartawan dalam meliput konflik. Sensitifitas ini penting

bagi negara yang majemuk dari sisi ras, agama dan etnik seperti

Indonesia.

Page 29: DAFTAR ISI · beragama dan toleransi antar-umat beragama di Indonesia masih menjadi ... beberapa media mainstream saat ini ... Pembaca pria berjumlah 73 persen dari total . 9

29

● Memastikan bahwa para pelatih berpengalaman dan paham

tentang prinsip-prinsip jurnalisme yang sensitif terhadap konflik,

dan telah mempraktekkan prinsip-prinsip tersebut dalam meliput

konflik untuk menunjukkan kepada wartawan bahwa berita-berita

yang provokatif dalam memicu sentiment keagamaan

masyarakat. Hal ini bisa dilakukan dengan menjelaskan suatu

kejadian kekerasan atas nama agama (seperti konflik di Maluku),

dimana pemberitaan yang provokatif turut meningkatkan eskalasi

konflik antara pemeluk agama di daerah kepulauan itu.

● Pelatihan dan workshop diharapkan dapat meningkatkan

sensitifitas wartawan dalam menulis berita yang berkaitan dengan

kelompok-kelompok yang rentan di masyarakat, seperti

perempuan, kelompok minoritas agama dan sebagainya, dengan

tujuan untuk memberantas kecenderungan wartawan menulis

berita yang dipenuhi prasangka subyektif (stereo-typing), bias

pribadi dan pemberitaan yang tidak sensitif terhadap kelompok

marjinal di masyarakat.

● Memberi kesempatan bagi wartawan untuk mengetahui

kehidupan dan nilai-nilai pemeluk agama yang berbeda-beda,

sehingga wartawan paham tentang nasib mereka. Hal ini dapat

meningkat empati wartawan terhadap ajaran dan pemeluk agama

lain, terutama ketika mereka menulis analisis dan berita di media

mereka.

Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) bekerja di bidang kebebasan

beragama, seperti Search for Common Ground, sebaiknya

mengorganisir wartawan yang berasal dari “perusahaan media

yang homogen” (suatu perusahaan, dimana seluruh pekerja

medianya beragama sama) untuk melaksanakan perjalanan

lapangan (field trip) ke suatu organisasi atau tempat ibadah yang

dikelola oleh pemeluk agama lain. Perjalanan lapangan ini dapat

merupakan bagian dari pelatihan atau workshop, atau bisa

diselenggarakan secara terpisah di berbagai tempat lain tentang

bagaimana melaksanakan jurnalisme damai, dengan peserta yang

terdiri waratwan dari berbagai latar-belakang, termasuk para

wartawan dari “media yang homogen.”

Menyediakan skema Fellowship singkat ke sejumlah wartawan,

atau mengorganisir Lomba Peliputan Berita Yang Sensitif

Terhadap Konflik Bagi Wartawan, guna memotivasi para wartawan

untuk mempraktekkan jurnalisme yang sensitif terhadap konflik.

Page 30: DAFTAR ISI · beragama dan toleransi antar-umat beragama di Indonesia masih menjadi ... beberapa media mainstream saat ini ... Pembaca pria berjumlah 73 persen dari total . 9

30

Berkolaborasi dengan organisasi-organisasi terkait guna

mengembangkan Kode Etik wartawan, atau memperkuat

(menyempurnakan) kode etik yang telah ada. Berkolaborasi

dengan federasi wartawan, sepertu Aliansi Jurnalis Independen (AJI)

dan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), untuk menyusun kode etik

wartawan dalam peliputan yag berkaitan dengan isu agama, etnik,

jender dan kelompok rentan, seperti misalnya kaum minoritas agama.

Mengorganisir kampanye media untuk menyebarkan Kode Etik

diatas yang telah disepakati, dan mengembangkan mekanisme

untuk menindaklanjuti penerapan Kode Etik diatas, bekerjasama

dengan AJI dan PWI.

Mengorganisir dialog bulanan atau tiga bulanan diantara

wartawan, Pemimpin Redaksi dan Redaktur Pelaksana untuk

memfasilitasi kelanjutan perbincangan tentang jurnalisme yang

sensitive terhadap konflik.

Page 31: DAFTAR ISI · beragama dan toleransi antar-umat beragama di Indonesia masih menjadi ... beberapa media mainstream saat ini ... Pembaca pria berjumlah 73 persen dari total . 9

31

LAMPIRAN 1 – DAFTAR ARTIKEL MEDIA DARING

NO MEDIA DARING

ARTIKEL IDEOLOGI MEDIA

NADA PEMBERITAAN

1 http://www.portal-islam.id/

Title: “Netizen Heboh! Di Era Ridwan Kamil, Ada China Town di Kota Bandung”

Ultra-Konservative, Radical

Negatif - Kebencian

Link: http://www.portal-islam.id/2017/08/netizen-heboh-di-era-ridwan-kamil-ada.html Published: Senin, 21 Agustus 2017

Negatif - Provokatif, dimana penulis mem-posting komentar di sosial media di akhir berita

Source: http://m.viva.co.id/gaya-hidup/travel/948315-wah-kini-ada-china-town-di-bandung

2 http://portal-islam-id.blogspot.co.id

Title: “Aneksasi Alamiah, Zeng Wei Jian: Jangan Biarkan NKRI Dijajah Dengan Dalih Pluralisme dan Keberagaman”

Ultra-Conservative, Radical

Negatif – Kebencian

Link: http://portal-islam-id.blogspot.co.id/2017/02/aneksasi-alamiah-zeng-wei-jian-jangan.html

Negatif -Provokatif

Penulis: Penulis: Zeng Wei Jian, aktivis Tionghoa Published: Kamis, 23 Februari 2017

3 republika.co.id Titel: “Yusuf Mansur: Beberapa Ulama Sebut Beri Ucapan Natal Sudah Jadi Kafir”

Liberal-Conservative

Negatif – Kebencian

Link: http://khazanah.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/14/12/12/nggeu7-yusuf-mansur-beberapa-ulama-sebut-beri-ucapan-natal-sudah-jadi-kafir Published: Jumat, 12 Desember 2014

Penulis: Joko Sadewo

4 republika.co.id Title: 'Kebersamaan Terus Digoyang Kaum Intoleran' Liberal-Conservative

Positif – Merangkul keberagaman

Link: http://khazanah.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/17/12/14/p0ym4m335-kebersamaan-terus-digoyang-kaum-intoleran Published: Jumat 15 Desember 2017

Positif – Provokatif

Rep: Fuji E Permana/ Red: Esthi Maharani

5 republika.co.id

Survei: Toleransi Umat Islam pada Non-Muslim Sangat Tinggi

Liberal-Conservative

Positif – Merangkul keberagaman

http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/17/11/09/oz514b335-survei-toleransi-umat-islam-pada-nonmuslim-sangat-tinggi Published: Kamis, 09 November 2017

Negatif – Apologetic dalam menanggapi liputan terdahulu tentang meningkatnya intoleransi diantara Muslim-Sunni

Rep: Novita Intan/ Red: Esthi Maharani

6 Title: “Students intolerant of minorities: Survey” Liberal Positif –

Page 32: DAFTAR ISI · beragama dan toleransi antar-umat beragama di Indonesia masih menjadi ... beberapa media mainstream saat ini ... Pembaca pria berjumlah 73 persen dari total . 9

32

http://www.thejakartapost.com

Kritis terhadap intoleransi, merangkul

Link: http://www.thejakartapost.com/news/2017/11/09/students-intolerant-minorities-survey.html Published: Kamis, 09 November 2017

Penulis: Nurul Fitri Ramadhani

7 http://www.thejakartapost.com

Title: “Indonesian hard-liners again turn up heat on Ahmadis”

Liberal Positif – kritis terhadap intoleransi

Link: http://www.thejakartapost.com/news/2017/02/25/indonesian-hard-liners-again-turn-up-heat-on-ahmadis.html Published: Sat, February 25, 2017

Penulis: Fachrul Sidiq

8 http://www.thejakartapost.com

Title: “House readies draconian rule on blasphemy in KUHP”

Liberal Positif – kritis terhadap intoleransi

Link: http://www.thejakartapost.com/news/2018/01/30/house-readies-draconian-rule-blasphemy-kuhp.html Published: Tue, January 30 2018

Penulis: Marguerite Afra Sapiie and Safrin La Batu

9 http://www.thejakartapost.com

Title: “Viral provocative video against ‘infidel leader’ to be investigated”

Liberal

Positif – kritis terhadap intoleransi

Link: http://www.thejakartapost.com/news/2017/04/12/viral-provocative-video-against-infidel-leader-to-be-investigated.html Published: Wed, April 12, 2017

Penulis: Callistasia Anggun Wijaya

10 http://www.thejakartapost.com

Title: “Educational institutions must focus on promoting Pancasila values: Working unit”

Liberal Positif – merangkul keberagaman

Link: http://www.thejakartapost.com/news/2017/09/16/educational-institutions-must-focus-on-promoting-pancasila-values-working-unit.html Published: Sat, September 16, 2017

Penulis: Bambang Muryanto

11 http://wartakota.tribunnews.com

Title: “Amien Rais: Kalau Allah Menginginkan Makar, Tokoh-tokoh Kafir di Sisi Jokowi Tidak akan Ada Artinya”

Liberal Negatif – Provokatif

Link: http://wartakota.tribunnews.com/2017/10/24/amien-rais-kalau-allah-menginginkan-makar-tokoh-tokoh-kafir-di-sisi-jokowi-tidak-akan-ada-artinya. Published: Selasa, 24 Oktober 2017

Negatif - Sarkartis

Editor: Yaspen Martinus

12 http://www.tribunnews.com

Title: “Benih-benih Intoleransi di Sekolah: Siswa Tolak Ketua OSIS yang Beda Agama

Liberal Positif – kritis terhadap intoleransi

http://www.tribunnews.com/nasional/2017/05/03/benih-benih-intoleransi-di-sekolah-siswa-tolak-ketua-osis-yang-beda-agama.

Page 33: DAFTAR ISI · beragama dan toleransi antar-umat beragama di Indonesia masih menjadi ... beberapa media mainstream saat ini ... Pembaca pria berjumlah 73 persen dari total . 9

33

Published: Rabu, 3 Mei 2017

Editor: Malvyandie Haryadi

13 http://sumsel.tribunnews.com

Title: “Pengunggah Video Penistaan Agama Buni Yani Takut Dipenjara ? Hingga Lakukan Hal ini

Liberal

Negatif – sarkastis

http://sumsel.tribunnews.com/2017/06/21/pengunggah-video-penistaan-agama-buni-yani-takut-dipenjara-hingga-lakukan-hal-ini. Published: Rabu, 21 Juni 2017

Negatif - Provokatif

Editor: M. Syah Beni

14 http://jabar.tribunnews.com

Title: “Heboh ! Seorang Wanita Guru Ngaji Ajarkan Aliran Sesat di Jatinangor

Liberal

Negatif – Provokatif

http://jabar.tribunnews.com/2017/07/14/heboh-seorang-wanita-guru-ngaji-ajarkan-aliran-sesat-di-jatinangor. Published: Jumat, 14 Juli 2017

Editor: Dedy Herdiana, Penulis: Seli Andina Miranti

15 http://wartakota.tribunnews.com

Title: “Yenny Wahid Janji Bela Pluralisme dengan Hadiri Perayaan Natal

Liberal

Positif – merangkul toleransi

http://wartakota.tribunnews.com/2017/01/28/yenny-wahid-janji-bela-pluralisme-dengan-hadiri-perayaan-natal. Published: Sabtu, 28 Januari 2017

Penulis: Gede Moenanto Soekowati; Editor: Gede Moenanto

16 https://news.detik.com

Title: “MUI Mencatat Ada 144 Aliran Sesat yang Muncul di Jabar”

Liberal Negatif – Bias atas penganut agama non-mainstream

Link: https://news.detik.com/berita-jawa-barat/d-3563291/mui-mencatat-ada-144-aliran-sesat-yang-muncul-di-jabar Published: Senin, 17 Juli 2017

Penulis: Mochamad Solehudin

17 https://news.detik.com

Title: “Cuitan 'Pahlawan Kafir' Dwi Estiningsih, Polisi Periksa Peruri”

Liberal Positif – Penghormatan terhadap proses hukum

Link: https://news.detik.com/berita/d-3401457/cuitan-pahlawan-kafir-dwi-estiningsih-polisi-periksa-peruri Published: Jumat 20 Januari 2017

Penulis: Mei Amelia R

18 https://news.detik.com

Title: “Pemuda Harus Bisa Tangkal Radikalisme dan Intoleransi”

Liberal Positif – merangkul keberagaman

Link: https://news.detik.com/berita/d-3704211/pemuda-harus-bisa-tangkal-radikalisme-dan-intoleransi Published: Minggu, 29 Oktober 2017

Penulis: Sayahdan Alamsyah

19 https://news.detik.com

Title: “Jokowi: Kodrat Bangsa Indonesia adalah Keberagaman”

Liberal Positif – merangkul keberagaman

Link: https://news.detik.com/berita/d-3517327/jokowi-kodrat-bangsa-indonesia-adalah-keberagaman

Page 34: DAFTAR ISI · beragama dan toleransi antar-umat beragama di Indonesia masih menjadi ... beberapa media mainstream saat ini ... Pembaca pria berjumlah 73 persen dari total . 9

34

Published: Kamis 01 Juni 2017

Penulis: Danu Damarjati

20 https://news.detik.com

Title: “Joshua Suherman Dipolisikan soal Lawakan tentang Mayoritas”

Liberal Positif – Penghormatan terhadap proses hukum

Link: https://news.detik.com/berita/d-3806802/joshua-suherman-dipolisikan-soal-lawakan-tentang-mayoritas Published: Selasa, 09 Januari 2018

Penulis: Denita Matondang

21 http://www.portal-islam.id/

Title: “Mereka itu 1 Paket …. !!!” Ultra-Conservative, Radical

Negatif – Sarkastis

Link: http://www.portal-islam.id/2017/12/mereka-itu-1-paket.html Published: Rabu, 27 Desember 2017

Negatif – Fanatik

Penulis: Gus Nur Negatif - Provokatif

22 http://www.portal-islam.id/

Title: “Membongkar Jualan Cap ‘Intoleransi & Radikalisme’ ala SETARA Institute”

Ultra-Conservative, Radical

Negatif – Sarkatis

Link: http://www.portal-islam.id/2017/11/membongkar-jualan-cap-intoleransi.html Published: Sabtu, 4 November 2017

Negatif – Fanatik

Penulis: Fahrudin Alwi Negatif - Provokatif

23 http://www.portal-islam.id/

Title: “Jelang Pilkada, Habib Rizieq Peringatkan Umat Islam: Waspadai Para Munafik”

Ultra-Conservative, Radical

Negatif - Provokatif

Link: http://www.portal-islam.id/2018/01/jelang-pilkada-habib-rizieq-peringatkan.html

Negatif – Fanatik

Published: Minggu, 14 Januari 2018

24 http://www.portal-islam.id/

Title: “Para Pecundang Agama” Ultra-Conservative, Radical

Negatif - Provokatif

Link: http://www.portal-islam.id/2017/12/para-pecundang-agama.html Published: Minggu, 31 Desember 2017

Negatif – Fanatik

Penulis: Syarif Shahab Negatif – Sarkastis

25 republika.co.id Title: “Pemerintah Tekankan Pendidikan Agama Jaga Keberagaman”

Liberal-Conservative

Positif – merangkul keberagaman

Link: http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/umum/17/01/17/ojwtuo365-pemerintah-tekankan-pendidikan-agama-jaga-keberagaman Published: Selasa, 17 January 2017

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Angga Indrawan

26 https://www.kompas.com/

Title: “Stigma Sesat Membuat Warga Ahmadiyah Kehilangan Hak sebagai WNI”

Liberal Positif – anti-diskriminasi

Link: https://nasional.kompas.com/read/2017/07/24/19104161/stigma-sesat-membuat-warga-ahmadiyah-kehilangan-hak-sebagai-wni. Published: Senin, 24 Juli 2017

Penulis : Kristian Erdianto

Page 35: DAFTAR ISI · beragama dan toleransi antar-umat beragama di Indonesia masih menjadi ... beberapa media mainstream saat ini ... Pembaca pria berjumlah 73 persen dari total . 9

35

27 https://www.kompas.com/

Title: “17 Agustusan di Istana, Merayakan Keberagaman”

Liberal Positif – merangkul keberagaman

https://nasional.kompas.com/read/2017/08/18/08093201/17-agustusan-di-istana-merayakan-keberagaman.. Published: Jumat, 18 Agustus 2017

Penulis : Fabian Januarius Kuwado

28 https://www.kompas.com/

Title: “Fadli Zon: Jangan Pilih Capres Munafik” Liberal Negatif – Fanatik

https://nasional.kompas.com/read/2014/05/09/1406359/Fadli.Zon.Jangan.Pilih.Capres.Munafik Published: Jumat, 9 Mei 2017

Negatif - Provokatif

Penulis : Ihsanuddin

29 https://www.kompas.com/

Title: “Jokowi: Jangan Takut Melawan Intoleransi dan Kekerasan”

Liberal

Positif – merangkul keberagaman

https://nasional.kompas.com/read/2017/04/18/12382271/jokowi.jangan.takut. Published: Selasa, 18 April 2017

Penulis : Ihsanuddin

30 https://www.kompas.com/

Title: “Pesan Gus Nuril, Tudingan Kafir Tidak Sejalan dengan Pancasila

Liberal Positif – kritis terhadap intoleransi

https://nasional.kompas.com/read/2017/01/21/23052371/pesan.gus.nuril.tudingan.kafir.tidak.sejalan. dengan.pancasila. Published: Sabtu, 21 Januari 2017

Penulis : Fachri Fachrudin

Page 36: DAFTAR ISI · beragama dan toleransi antar-umat beragama di Indonesia masih menjadi ... beberapa media mainstream saat ini ... Pembaca pria berjumlah 73 persen dari total . 9

36

LAMPIRAN 2 – DAFTAR ARTIKEL MEDIA CETAK

NO MEDIA CETAK

ARTIKEL IDEOLOGI MEDIA

NADA PEMBERITAAN

1 Kompas Title: “Rakyat Rayakan Pancasila: UKP-PIP Menjadi Awal yang Baik” Link: https://kompas.id/baca/x/politik/2017/06/02/rakyat-rayakan-pancasila/ Penulis: Tim Kompas Hal. 1 Published: Jumat, 2 Juni 2017

Liberal Positif – merangkul keberagaman

2 Kompas Title: “Kebebasan Beragama di Indonesia Terancam” Link: https://kompas.id/baca/x/politik/2017/05/04/kebebasan-beragama-di-indonesia-terancam/ Penulis: REK Hal. 4 Published: Kamis, 4 Mei 2017

Liberal Positif – memperingatkan tentang bahaya intoleransi

3 Kompas Title: “Sejumlah Tanya dari Media Asing” Link: https://kompas.id/baca/polhuk/2017/05/12/sejumlah-tanya-dari-media-asing/ Penulis: Antony Lee Hal. 5 Published: 12 Mei 2017

Liberal Positif – memperingatkan tentang bahaya intoleransi

4 Kompas Title: “Koalisi Besar untuk Menjaga Kerukunan” Link: https://kompas.id/baca/x/politik/2017/12/18/koalisi-besar-untuk-menjaga-kerukunan/ Penulis: MHD/RWN Hal: 4 Published: 18 Desember 2017

Liberal Positif – merangkul keberagaman

5 Kompas Title: “Politik Bikin Stres” Link: https://kompas.id/baca/x/politik/2017/12/30/politik-bikin-stres/ Penulis: M SUBHAN SD Hal: 4 Published: 30 Desember 2017

Liberal Positif – memperingatkan tentang bahaya intoleransi

6 Kompas Title: “Visi Kebangsaan MUI: Umat Islam Wajib Menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia” Link: https://kompas.id/baca/x/politik/2017/07/27/visi-kebangsaan-mui/ Penulis: NDY/DIA Hal: 5 Published: 27 Juli 2017

Liberal Positif – merangkul keberagaman

7 The Jakarta Post

Title: “Practicing Muslims wary of hate-filled Friday sermons” Link: http://www.thejakartapost.com/news/2017/02/04/practicing-muslims-wary-hate-filled-friday-sermons.html Penulis: Marguerite Afra Sapiie and Margareth S. Aritonang Hal: Headline page Published: Sat, February 4 2017

Liberal Positif – memperingatkan tentang bahaya intoleransi

8 The Jakarta Post

Title: “Unmasking the hypocrisy of casual marriage” Liberal Positif – memperingatkan tentang

Page 37: DAFTAR ISI · beragama dan toleransi antar-umat beragama di Indonesia masih menjadi ... beberapa media mainstream saat ini ... Pembaca pria berjumlah 73 persen dari total . 9

37

Link: http://www.thejakartapost.com/news/2017/11/02/unmasking-hypocrisy-casual-marriage.html Penulis: Corry Elyda and Ika Krismantari Hal: Special Report Page Published: Thu, 2 November 2017

bahaya intoleransi

9 The Jakarta Post

Title: “No shift on LGBT, death penalty or blasphemy” Link: http://www.thejakartapost.com/news/2017/07/26/no-shift-lgbt-death-penalty-or-blasphemy.html Penulis: Indra Budiari Hal: Headlines Published: Wed, July 26 2017

Liberal Positif – memperingatkan tentang bahaya intoleransi

10 The Jakarta Post

Title: “Radicalism flourishes in suburbs: Survey” Link: http://www.thejakartapost.com/news/2017/11/02/radicalism-flourishes-in-suburbs-survey.html Penulis: Fachrul Sidiq Hal: Headlines Published: Thu, November 2, 2017

Liberal Positif – memperingatkan tentang bahaya intoleransi

11 The Jakarta Post

Title: “Borobudur festival puts spotlight on pluralism” Link: http://www.thejakartapost.com/life/2017/11/24/borobudur-festival-puts-spotlight-on-pluralism.html Penulis: Sri Wahyuni Hal: Headlines Published: Fri, November 24, 2017

Liberal Positif – merangkul keberagaman

12 The Jakarta Post

Title: “Hard-liners again turn up heat on Ahmadis” Link: http://www.thejakartapost.com/news/2017/02/25/indonesian-hard-liners-again-turn-up-heat-on-ahmadis.html Penulis: Fachrul Sidiq Hal: Headlines Published: Sat, February 25, 2017

Liberal Positif – memperingatkan tentang bahaya intoleransi

13 Jawa Pos Title: “Tampilkan Aneka Kostum Budaya Nusantara” Link: https://www.pressreader.com/indonesia/jawa-pos/20171030/282308205359685 Penulis: elo/c15/git Hal: 16 Published: 30 Oktober 2017

Liberal Positif – merangkul keberagaman

14 Jawa Pos Title: “Ingin Pulang, Tapi Tidak Punya Paspor” (Sidebar Story) Link: https://www.pressreader.com/indonesia/jawa-pos/20171211/281492161657616 Penulis: idr/c7/ang Hal: 1 Published: Senin, 11 Desember 2017

Liberal Positif –peringatan terhadap radikalisme

15 Jawa Pos Title: “Tulus Tidak Minta Maaf” Link: https://www.pressreader.com/indonesia/jawa-pos/20170628 Penulis: Azrul Ananda Hal: 1 Published: Rabu, 28 Juni 2017

Liberal Positif – memperingatkan tentang bahaya intoleransi

16 Jawa Pos Title: “Intoleransi Ancam Kebhinekaan” Link: https://www.pressreader.com/indonesia/jawa-pos/20170915 Penulis: adv/c11/wir Hal: 1 Published: Jumat, 15 September 2017

Liberal Positif – memperingatkan tentang bahaya intoleransi

Page 38: DAFTAR ISI · beragama dan toleransi antar-umat beragama di Indonesia masih menjadi ... beberapa media mainstream saat ini ... Pembaca pria berjumlah 73 persen dari total . 9

38

17 Jawa Pos Title: “Ajaran Rumah Mengenal Al Quran Nistakan Islam” Link: https://www.pressreader.com/indonesia/jawa-pos/20170131/281822873523256 Penulis: ami/crher/zwr/c10/ami Hal: 10 Published: Selasa, 31 Januari 2017

Liberal Negatif – Bias terhadap pemeluk agama non-mainstream

18 Jawa Pos Title: “PKS Harapkan Spirit Baru 212” Link: https://www.pressreader.com/indonesia/jawa-pos/20171204/281547996218550 Penulis: bay/c7/fat Hal: 2 Published: Senin, 4 Desember 2017

Liberal Positif – seruan bagi perbaikan sosial dan ekonomi

19 Republika Title: “Mesjid Korban Terbanyak Intoleransi” Link: https://epaper.republika.co.id/main_beta/index/2017-03-17/search/247659-4-70903# Penulis: Dessy Suciati Saputri Hal: 4 Published: Jumat, 17 Maret 2017

Liberal-Conservative

Positif – memperingatkan tentang bahaya intoleransi

20 Republika Title: “Pesan Keberagaman dari Operet Anak Rusun” Link: https://epaper.republika.co.id/main_beta/index/2017-09-25/search/847324-28-85179 Penulis: Ahmad Fikri Noor Hal: 28 Published: Senin, 25 September 2017

Liberal-Conservative

Positif – embracing pluralism

21 Republika Title: “Menag: Pasal Penistaan Agama Masih Relevan” Link: https://epaper.republika.co.id/main_beta/index/2017-01-18/search/241049-2-69099 Penulis: Dessy Suciati Saputri, Fuji EP Hal: 2 Published: Rabu, 18 Januari 2017

Liberal-Conservative

Negatif – Bias terhadap pemeluk agama non-mainstream

22 Republika Title: “TGB Ingatkan Bahaya Munafik” Link: https://epaper.republika.co.id/main_beta/index/2017-06-03/search/818899-10-74832# Penulis: Fuji Pratiwi Hal: 10 Published: Sabtu, 3 Juni 2017

Liberal-Conservative

Negatif - Fanatik

23 Republika Title: “Polisi Catat 25 Kasus Intoleransi” Link: https://epaper.republika.co.id/main_beta/index/2017-01-06/search/239980-4-68817 Penulis: Wahyu Suryana Hal: 4 Published: Jumat, 6 Januari 2017

Liberal-Conservative

Positif – memperingatkan tentang bahaya intoleransi

24 Republika Title: “Lawan Intoleransi, NI Luncurkan Situs IMNU” Link: https://epaper.republika.co.id/main_beta/index/2017-09-11/search/843568-12-83817# Penulis: M. Fauzi Ridwan Hal: 12 Published: Senin, 11 September 2017

Liberal-Conservative

Positif – memperingatkan tentang bahaya intoleransi

Page 39: DAFTAR ISI · beragama dan toleransi antar-umat beragama di Indonesia masih menjadi ... beberapa media mainstream saat ini ... Pembaca pria berjumlah 73 persen dari total . 9

39

25 Koran Tempo

Title: “Pemerintah Gandeng Mahasiswa dalam Penguatan Pendidikan Pancasila” Link: https://koran.tempo.co/konten/2017/08/14/420390/Pemerintah-Gandeng-Mahasiswa-dalam-Penguatan-Pendidikan-Pancasila Published: Senin, 14 Agustus 2017

Liberal Positif – merangkul keberagaman

26 Koran Tempo

Title: “Dari Keberagaman Lahir Inovasi” Link: https://koran.tempo.co/konten/2017/08/01/419860/Dari-Keberagaman-Lahir-Inovasi Published: Selasa, 1 Agustus 2017

Liberal Positif – merangkul keberagaman

27 Koran Tempo

Title: “Kasus Intoleransi: Akibat Pemahaman Pancasila yang Sempit” Link: https://koran.tempo.co/konten/2017/02/10/412523/Kasus-Intoleransi:-Akibat-Pemahaman-Pancasila-yang-Sempit Published: Jumat, 10 Februari 2017

Liberal Positif – memperingatkan tentang bahaya intoleransi

28 Koran Tempo

Title: “Dewan: Ada Intoleransi di Sekolah Negeri” Link: https://koran.tempo.co/konten/2017/05/20/416995/Dewan:-Ada-Intoleransi-di-Sekolah-Negeri Published: Sabtu, 20 Mei 2017

Liberal Positif – memperingatkan tentang bahaya intoleransi

29 Koran Tempo

Title: “Dewi Kanti: Agama Leluhur Bukan Ancaman” Link: https://koran.tempo.co/konten/2017/11/18/424116/Dewi-Kanti:-Agama-Leluhur-Bukan-Ancaman Published: Sabtu, 18 November 2017

Liberal Positif – memperingatkan tentang bahaya intoleransi

30 Koran Tempo

Title: “Saya Tidak Mengizinkan Penyalahgunaan Agama untuk Alasan Politik” Link: https://koran.tempo.co/konten/2017/06/19/418271/Saya-Tidak-Mengizinkan-Penyalahgunaan-Agama-untuk-Alasan-Politik Published: Senin, 19 Juni 2017

Liberal Positif – memperingatkan tentang bahaya intoleransi

Page 40: DAFTAR ISI · beragama dan toleransi antar-umat beragama di Indonesia masih menjadi ... beberapa media mainstream saat ini ... Pembaca pria berjumlah 73 persen dari total . 9

40

LAMPIRAN 3 – REKOMENDASI PESERTA JURNALISME DAMAI

KRITERIA SELEKSI

Penyusunan kriteria memperhitungkan Temuan Hasil Riset dan Kesimpulan yang

tertulis dalam Final Report “Analisis Isi Media Tentang Kebebasan Beragama dan

Toleransi Antar-Umat Beragama di Indonesia 2017-2018.” Studi ini menemukan

bahwa banyak media mainstream di Indonesia yang telah mempublikasikan berita-

berita yang mendukung kebebasan beragama dan toleransi antar-umat beragama,

tapi beberapa masih tetap menerbitkan berita-berita yang provokatif dan sensasional

yang memicu sentiment sektarian masyarakat. Juga, beberapa media masih

menerbitkan berita-berita yang tak sensitif terhadap kelompok rentan di masyarakat,

seperti kaum minoritas agama, perempuan dan kelompok LGBT.

Media yang diusulkan untuk diundang dalam Workshop Jurnalisme Damai yang

diadakan Search for Common Ground, dengan alasan-alasan sbb:

1. Beberapa media dibawah kadang-kadang/sering/secara berkala mempublikasikan

berita yang mengandung unsur provokasi, sensasi, pesan insensitif yang

berpotensi merugikan penciptaan masyarakat yang toleran dan peningkatan

kenyamanan hidup bagi kelompok rentan di masyarakat.

2. Beberapa media lain ialah perusahaan media besar dengan pembaca yang

banyak, tapi masih tidak sensitive pelaporan beritanya yang menyangkut

eksistensi kaum minoritas agama, perempuan dan komunitas LGBT.

Page 41: DAFTAR ISI · beragama dan toleransi antar-umat beragama di Indonesia masih menjadi ... beberapa media mainstream saat ini ... Pembaca pria berjumlah 73 persen dari total . 9

41

Daftar Pustaka

Alterman, Eric. (2008, March 31). Out of Print: The Death of Life of The American Newspaper, The New Yorker. Can be accessed at: https://www.newyorker.com/magazine/2008/03/31/out-of-print

Andarini, Rindang Senja. (2014). Jurnalisme Damai dalam Pemberitaan Ahmadiyah pada Harian Jawa Pos [Peace Journalism in News Reportage on Ahmadiyah on Jawa Pos Daily]. Jurnal Interaksi [Interaction Journal], Vol. III, No. 1, pp. 85-93.

Andika Putra, Muhammad. (2017). Setara: Masjid Kompleks and Kampus di Depok Sarang Radikalisme [Setara: Housing Complex and Campus Mosques in Depok the Breeding Place of Radicalism]. https://www.cnnindonesia.com. Can be accessed at: https://www.cnnindonesia.com/nasional/20171101195852-20-252835/setara-masjid-kompleks-kampus-di-depok-sarang-radikalisme

Arifina, Anisa Setya. (2017). Literasi Media Sebagai Manajemen Konflik Keagamaan di Indonesia [Media Literacy as Part of Solution to Manage Religious Conflict in Indonesia], Jurnal Komunikasi dan Kajian Media, Vol. 1, No. 1, pp. 43-56.

Baskara Wijaya, Sri Herwindya; Mursito, B.M & Anshori, Mahfud. (2013). Media Massa dan Intoleransi Beragama: Studi Kasus tentang Wacana Intoleransi Beragama pada Surat Kabar Lokal di Kota Surakarta Tahun 2012 [Mass Media and Religious Intolerance: Case Study on Religious Intolerance Discourse at Local Newspapers in Surakarta City 2012], Jurnal Komunikasi Massa [Journal of Mass Communication) Vol. 6, No. 2, pp. 175-187.

Detik.com Mediakit. (2015). Mediakit Sales: Detik.com The No. 1 and Most Influential Digital Media in Indonesia. Can be accessed at: http://microsite.detik.com/display/mediakit/Media%20Kit%20sales.pdf.

Gus Nur. (2017, December 27). Gus Nur: Mereka Itu Satu Paket … !, Portal-islam.id. Can be accessed at: http://www.portal-islam.id/2017/12/mereka-itu-1-paket.html.

Imamah, Fardan Mahmudatul. (2015). Diskursus Sesat Dalam Media Online Muslim [Heretical Discourse in Muslim Online Media], al-‘Adâlah, Vol. 18, No. 2, pp. 239-258.

Intan, Novita. (2017, November 9). Survei: Toleransi Umat Islam pada Non-Muslim Sangat Tinggi [Survey: Muslim Community Tolerance Toward Non-Muslims Are Very High], Republika.co.id. Can be accessed at: http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/17/11/09/oz514b335-survei-toleransi-umat-islam-pada-nonmuslim-sangat-tinggi.

International Crisis Group. (2002). Indonesia: The Search for Peace in Maluku, Report No. 31, Jakarta/Brussel, p. 1. Can accessed at: https://www.files.ethz.ch/isn/28344/031_indonesia_peace_in_maluku.pdf.

Junaidi, Ahmad. (2017). Media dan Keberagaman: Analisis Pemberitaan Media Daring Seputar Pemilihan Kepala Daerah DKI Jakarta [The Media and Pluralism: An Analysis on Online Media Reporting on Jakarta Gubernatorial Election), Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora dan Seni, Vol. 1, No. 1, pp. 329-337.

Page 42: DAFTAR ISI · beragama dan toleransi antar-umat beragama di Indonesia masih menjadi ... beberapa media mainstream saat ini ... Pembaca pria berjumlah 73 persen dari total . 9

42

Jawa Pos. (2017). Nielsen: Jawa Pos Koran No. 1 Indonesia [Nielsen: Jawa Pos Number 1 Newspaper in Indonesia]. Jawa Pos newspaper, 7 December 2017 print edition, Page 1.

Jawa Pos. (2018). Jawa Pos Reader Profile. Can be accessed at:

http://corporate.jawapos.com/advertise.

Juditha, Christiany. (2017). Hate-Speech di Media Online: Kasus Pilkada DKI Jakarta 2017 [Hate-Speech in Online Media: The Case of Jakarta Election 2017]. Jurnal Penelitian Komunikasi dan Opini Publik [Communication and Public Opinion Journal], Vol. 2, Issue. 2. Can be accessed at: file:///C:/Users/A'an%20Suryana/Downloads/1134-4005-4-PB%20(2).pdf.

Juditha, Christiany. (2016). Jurnalisme Damai Dalam Berita Konflik Agama Tolikara di Tempo.co [Peace Journalism in Religious Conflict in Tolikara by Tempo.co], Jurnal Penelitian Komunikasi dan Opini Publik [Communication and Public Opinion Journal] Vol. 20, No. 2 pp. 93-110.

Kompas Media Kit. (2014). Profil Media Kompas. Can be accessed at: https://kompasinteractivedisplay.files.wordpress.com/2014/02/mediakit-2014-small.pdf.

Korantempo.net. (2014). Tempo Media Kit. Can be accessed at: http://korantempo.net/tempo-media-kit/

Media Kit The Jakarta Post. (2018). The Jakarta Post Reader’s Profil and Reading Habit. Can be accessed at: https://docs.wixstatic.com/ugd/f929a7_00c4c3ab648448869ddba8bc85c0b9cb.pdf

Nielsen Media Survey. (2018). Survei Nielsen: Media Digital dan Media Konvensional Saling Melengkapi [Nielsen Survey: Digital and Conventional Media Complement Each Other]. Can be accessed at: https://ekonomi.kompas.com/read/2018/02/15/093533926/survei-nielsen-media-digital-dan-media-konvensional-saling-melengkapi.

Nugroho, Yanuar et.al. (2013). Media and the Vulnerable in Indonesia: Accounts from the Margins. Jakarta: Centre for Innovation Policy and Governance.

Ramadhani, Nurul Fitri. (2017, November 9). Students Intolerant of Minorities: Survey, www.thejakartapost.com. Can be accessed at: http://www.thejakartapost.com/news/2017/11/09/students-intolerant-minorities-survey.html.

Republika.co.id. (2018a). Koran Republika: Distribusi & Profil Pembaca [Republika: Readers Demographic Distribution and Profiles]. Can be accessed at: http://www.republika.co.id/page/about-us/peta-iklan.

Republika.co.id. (2018b). Koran Republika: Distribusi & Profil Pembaca [Republika: Readers Demographic Distribution and Profiles]. Can be accessed at: http://www.republika.co.id/page/about-us/peta-iklan.

Saputri, Dessy Suciati. (2017, March 17). Mesjid Korban Terbanyak Intoleransi [Mosques the Most Victims of Intolerance]. Republika newspaper, p. 4. Can be accessed at: https://epaper.republika.co.id/main_beta/index/2017-03-17/search/247659-4-70903#

Page 43: DAFTAR ISI · beragama dan toleransi antar-umat beragama di Indonesia masih menjadi ... beberapa media mainstream saat ini ... Pembaca pria berjumlah 73 persen dari total . 9

43

Spyer, Patricia. (2002). Fire Without Smoke and Other Phantoms of Ambon’s Violence: Media Effects, Agency, and The Work of Imagination, Indonesia Vol. 74 (pp. 21-36).

Tempo Annual Report. (2016). Laporan Tahunan PT Tempo Inti Media Tbk 2016 [The Annual Report of PT Tempo Inti Media Tbk 2016]. Can be accessed at: https://korporat.tempo.co/uploads/tentang/ea763be2c0cf3cf71cd01c749261e949.pdf.

Worth & Traffic Estimate of kompas.com. (2018). Worth & Traffic Estimate of kompas.com. http://www.statshow.com. Can be accessed at: http://www.statshow.com/www/kompas.com. Accessed on 13 April 2018.

Worth & Traffic Estimate of republika.co.id. (2018). Worth & Traffic Estimate of republika.co.id. http://www.statshow.com. Can be accessed at: http://www.statshow.com/www/republika.co.id.

Worth & Traffic Estimate of tribunnews.com. (2018). Worth & Traffic Estimate of tribunnews.com. http://www.statshow.com. Can be accessed at: http://www.statshow.com/www/republika.co.id..

http://www.statshow.com. (2018). Worth & Traffic Estimate of detik.com: Daily. Can be accessed at: http://www.statshow.com/www/detik.com#main_information.

www.tribunnews.com. (2018). tribunnews.com. Can be accessed at: http://www.tribunnews.com/about.

Yani, Buni. (2002). Reporting The Maluku Sectarian Conflict: The Politics of Editorship in Kompas and Republika Dailies (Master Thesis). Ohio, U.S: Southeast Asian Studies, Center for International Studies of Ohio University.

Biografi Singkat Konsultan

A’an Suryana ialah dosen di Department Communications dan Public Relation, di Swiss German University. Dia juga kandidat PhD di Australian National University, dengan PhD title: “State Complicity in Violence against Ahmadiyah and Shi’a Communities.” Sebelumnya, dia bertugas sebagai wartawan dan Manajer Sumberdaya Manusia di The Jakarta Post di antara 1998 dan 2011.