daftar pustakarepository.ub.ac.id/6535/1/pratama, angga yudha.pdfstudi kasus, desain dan metode,...

84
73 DAFTAR PUSTAKA Abdul, H. (2008). Auditing (Dasar-Dasar Audit Laporan Keuangan). Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan STIM YKPN. Agoes, S. (2012). Auditing (Pemeriksaan Akuntan) oleh Kantor Akuntan Publik. Jakarta: Salemba Empat. Ahmad, R. A., & Kamarudin, K. A. (2003). Audit Delay and the Timeliness of Corporate Reporting: Malaysian Evidence. MARA University of Technology, Malaysia, 1-17. Arens, A. A., Elder, R. J., & Beasley, M. S. (2011). Auditing and Assurance Services: an Integrated Approach 14 ed. New Jersey: Prentice Hall. Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, (Edisi Revisi). Jakarta: Rineka Cipta. Ariyanti, N. T., & Budiartha, I. K. (2010). Pengaruh Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, Kompleksitas Operasi Perusahaan, dan Reputasi KAP Terhadap Audit Report Lag Pada Perusahaan Manufaktur. E-Journal Akuntansi Universitas Udayana, 217-230. Ashton, R. H., Willingham, J. J., & Elliott, R. K. (1987). An Empirical Analysis of Audit Delay. Journal of Accounting Research Vol 25 No 2 Autumn, 275-292. Boynton, William, C., Johnson, R. N., & Kell, W. G. (2007). Modern Auditing. Jakarta: Erlangga. Carslaw, C. A. P. N., & S. E. Kaplan. (1991). An Examination of Audit delay: Further Evidence from New Zealand. Accounting and Business Research Vol 22 No 85, 21-32. Che-Ahmad, A., & Abidin, S. (2009). Audit Delay of Listed Companies: A Case of Malaysia. International Business Research Vol 1 No 4, 32-39. Fachriyah, N. (2011). Faktorfaktor yang Mempengaruhi Penentuan Fee Audit oleh Kantor Akuntan Publik di Malang. Tesis. Malang: Program Magister Akuntansi Pascasarjana Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya. Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI). (2012). Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat. Iskandar, M. J., & Trisnawati, E. (2010). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Audit Report Lag Pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Bisnis dan Akuntansi Vol 12 No 3, 175-186. Jensen, M. C., & Meckling, W. H. (1976). Theory of the Firm: Managerial Behavior, Agency Costs and Ownership Structure. Journal of Financial Economics, Vol 3 No 4, 305-360. Jogiyanto. (2010). Metodologi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan Pengalaman- Pengalaman, Edisi Pertama. Yogyakarta: Andi Offset. _______, Keputusan Ketua BAPEPAM No. Kep-11/PM/1997 Tentang Perubahan No. IX.C.7. Koentjaraningrat. (1993). Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Upload: others

Post on 15-Dec-2020

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: DAFTAR PUSTAKArepository.ub.ac.id/6535/1/Pratama, Angga Yudha.pdfStudi Kasus, Desain dan Metode, Penerjemah Mudzakir. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar

73

DAFTAR PUSTAKA

Abdul, H. (2008). Auditing (Dasar-Dasar Audit Laporan Keuangan). Yogyakarta:

Unit Penerbit dan Percetakan STIM YKPN.

Agoes, S. (2012). Auditing (Pemeriksaan Akuntan) oleh Kantor Akuntan Publik.

Jakarta: Salemba Empat.

Ahmad, R. A., & Kamarudin, K. A. (2003). Audit Delay and the Timeliness of

Corporate Reporting: Malaysian Evidence. MARA University of Technology,

Malaysia, 1-17.

Arens, A. A., Elder, R. J., & Beasley, M. S. (2011). Auditing and Assurance Services:

an Integrated Approach 14 ed. New Jersey: Prentice Hall.

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, (Edisi Revisi).

Jakarta: Rineka Cipta.

Ariyanti, N. T., & Budiartha, I. K. (2010). Pengaruh Profitabilitas, Ukuran

Perusahaan, Kompleksitas Operasi Perusahaan, dan Reputasi KAP Terhadap

Audit Report Lag Pada Perusahaan Manufaktur. E-Journal Akuntansi

Universitas Udayana, 217-230.

Ashton, R. H., Willingham, J. J., & Elliott, R. K. (1987). An Empirical Analysis of

Audit Delay. Journal of Accounting Research Vol 25 No 2 Autumn, 275-292.

Boynton, William, C., Johnson, R. N., & Kell, W. G. (2007). Modern Auditing.

Jakarta: Erlangga.

Carslaw, C. A. P. N., & S. E. Kaplan. (1991). An Examination of Audit delay: Further

Evidence from New Zealand. Accounting and Business Research Vol 22 No 85,

21-32.

Che-Ahmad, A., & Abidin, S. (2009). Audit Delay of Listed Companies: A Case of

Malaysia. International Business Research Vol 1 No 4, 32-39.

Fachriyah, N. (2011). Faktor–faktor yang Mempengaruhi Penentuan Fee Audit oleh

Kantor Akuntan Publik di Malang. Tesis. Malang: Program Magister Akuntansi

Pascasarjana Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya.

Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI). (2012). Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan.

Jakarta: Salemba Empat.

Iskandar, M. J., & Trisnawati, E. (2010). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Audit

Report Lag Pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal

Bisnis dan Akuntansi Vol 12 No 3, 175-186.

Jensen, M. C., & Meckling, W. H. (1976). Theory of the Firm: Managerial Behavior,

Agency Costs and Ownership Structure. Journal of Financial Economics, Vol

3 No 4, 305-360.

Jogiyanto. (2010). Metodologi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan Pengalaman-

Pengalaman, Edisi Pertama. Yogyakarta: Andi Offset.

_______, Keputusan Ketua BAPEPAM No. Kep-11/PM/1997 Tentang Perubahan No.

IX.C.7.

Koentjaraningrat. (1993). Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: PT.

Gramedia Pustaka Utama.

Page 2: DAFTAR PUSTAKArepository.ub.ac.id/6535/1/Pratama, Angga Yudha.pdfStudi Kasus, Desain dan Metode, Penerjemah Mudzakir. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar

74

Lestari, D. (2010). Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Audit delay (Studi Empiris

pada Perusahaan Customer Goods yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia).

Skripsi. Semarang: Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas

Diponegoro.

Lucyanda, J., & Nura’ni P. A. (2013). Pengujian Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Audit Delay. Universitas Bakrie, 128-149.

Modugu, K. P., Eragbhe, E., & Ikhatua O. J. (2012). Determinants of Audit Delay in

Nigerian Companies: Empirical Evidence. Research Journal of Finance and

Accounting Vol 3 No 6, 46-54.

Moleong, L. J. (2007) Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya Offset.

Naim, A. (1998). Timeliness of Annual Financial Statement Submission: A

preliminary Empirical Evidence from Indonesia. Universitas Gajah Mada, 46-

64.

Otoritas Jasa Keuangan. (2016). POJK Nomor 29 /POJK.04/2016 Tentang Laporan

Tahunan Emiten Atau Perusahaan Publik Pasal 7 Ayat (1).

Rachmawati, S. (2008). Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Perusahaan terhadap

Audit Delay dan Timeliness. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol 10 No 1, 1-

10.

Rochmah, I. A. (2015). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Audit Delay (Studi Empiris

Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun

2010-2013). Skripsi. Malang: Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Brawijaya.

Saputri, O. D. (2012). Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Audit delay. Skripsi.

Semarang: Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro.

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Ukago, K. (2004). Faktor-faktor Yang Berpengaruh Terhadap Ketepatan Waktu

Pelaporan Keuangan: Bukti Empiris di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Maksi Vol

5 No 1, 13-33.

Utami, W. (2006). Analisis Determinan Audit Delay Kajian Empiris di Bursa Efek

Jakarta. Bulletin Penelitian, 20-32.

Yin, R. K. (2008). Studi Kasus, Desain dan Metode, Penerjemah Mudzakir. Jakarta:

Raja Grafindo Persada.

Page 3: DAFTAR PUSTAKArepository.ub.ac.id/6535/1/Pratama, Angga Yudha.pdfStudi Kasus, Desain dan Metode, Penerjemah Mudzakir. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Setiap entitas membutuhkan pengendalian dan perencanaan yang baik untuk

memastikan kelancaran bisnis kedepannya. Untuk memperoleh kelancaran proses

bisnis, suatu entitas harus memiliki sumber daya yang mumpuni dari segi internal

dan eksternal. Walaupun suatu entitas merasa sudah memiliki cukup sumber daya

untuk memenuhi kebutuhan operasional entitas dari segi internal, mereka

membutuhkan proses yang membutuhkan keahlian dari pihak eksternal dalam

menilai dan menguji kinerja mereka dalam suatu periode tertentu.

Proses tersebut dilakukan secara sistematis untuk memperoleh serta

mengevaluasi bukti secara objektif mengenai asersi-asersi kegiatan dan peristiwa

ekonomi, dengan tujuan menetapkan derajat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut

dengan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya serta penyampaian hasil-hasilnya

kepada pihak-pihak berkepentingan yang disebut auditing (Boynton et al, 2007:5).

Semakin lengkap data yang disajikan oleh entitas kepada auditor, maka semakin

cepat terbitnya opini audit dan semakin besar pula manfaat yang didapat dalam

mengevaluasi kinerja dan pengambilan keputusan oleh pihak-pihak yang

berkepentingan pada entitas tersebut. Selain itu, auditing bermanfaat untuk

meminimalisir kemungkinan bahwa laporan keuangan tersebut mengandung

kesalahan baik yang disengaja maupun tidak disengaja oleh akuntan internal entitas

tersebut.

Page 4: DAFTAR PUSTAKArepository.ub.ac.id/6535/1/Pratama, Angga Yudha.pdfStudi Kasus, Desain dan Metode, Penerjemah Mudzakir. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar

2

Untuk menunjang proses audit, auditor dari Kantor Akuntan Publik (KAP)

membutuhkan informasi dari laporan keuangan entitas tersebut. Laporan keuangan

menjadi media komunikasi dan pengukuran secara ekonomi yang digunakan oleh

entitas, terkait sumber daya serta kinerja entitas yang ditujukan kepada pihak-pihak

yang berkepentingan atas informasi tersebut. Informasi ini akan lebih bermanfaat

jika tepat pada waktunya karena berguna dalam pengambilan keputusan bagi

stakeholders. Hal ini menunjukkan bahwa ketepatan waktu pelaporan keuangan

berpengaruh signifikan terhadap keberlangsungan entitas terkait.

Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 1 Tahun

2012 tentang penyajian laporan keuangan, bahwa tujuan dari laporan keuangan

adalah untuk memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan,

dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna

laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi. Laporan keuangan bisa disajikan

dalam kurun waktu yang berbeda namun biasanya disajikan secara tahunan. Semua

itu bergantung pada kebutuhan dari pengguna laporan keuangan entitas tersebut.

Laporan keuangan yang telah diaudit oleh auditor independen wajib

disampaikan tepat waktu kepada top management klien selaku entitas yang diaudit

agar informasi dari laporan keuangan tersebut dapat digunakan dengan tepat.

Keterlambatan atas penyampaian laporan keuangan sangat beresiko dan harus

dihindari karena dapat menimbulkan kerugian bagi entitas yang bersangkutan.

Manfaat sebuah laporan keuangan yang diaudit akan berkurang jika laporan yang

disajikan tidak tersedia tepat waktu. Carslaw dan Kaplan (1991) menyatakan bahwa

ketepatan waktu (timeliness) pelaporan merupakan atribut utama dalam laporan

keuangan.

Page 5: DAFTAR PUSTAKArepository.ub.ac.id/6535/1/Pratama, Angga Yudha.pdfStudi Kasus, Desain dan Metode, Penerjemah Mudzakir. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar

3

Terkait audit delay, dijelaskan oleh Agoes (2012:9) tentang tahapan proses

audit, audit delay merupakan rentang waktu antara lamanya penyelesaian audit atas

laporan keuangan yang diterbitkan oleh auditor independen jika melewati tanggal

kontrak kerja audit yang diajukan dalam audit proposal yang sudah disepakati oleh

pihak entitas dan pihak KAP dalam surat perikatan. Penjelasan terkait audit delay

juga disebutkan oleh Ahmad dan Kamarudin (2003), yang menyebutkan audit delay

adalah jumlah hari antara tanggal laporan keuangan dan tanggal laporan audit.

Sedangkan menurut Rachmawati (2008), audit delay adalah rentang waktu

penyelesaian pelaksanaan audit laporan keuangan tahunan diukur berdasarkan

lamanya hari yang dibutuhkan untuk memperoleh laporan auditor independen atas

audit laporan keuangan perusahaan. Lamanya audit delay akan mempengaruhi

ketepatan waktu (timeliness) informasi yang akan dipublikasikan sehingga dapat

menyebabkan ketidakpastian dalam pengambilan keputusan oleh stakeholders.

Audit delay bisa disebabkan oleh pihak auditor independen Kantor Akuntan

Publik maupun pihak eksternal yaitu auditee. Faktor-faktor penyebab

keterlambatan laporan keuangan yang berasal dari auditor independen adalah

kualitas auditor dan ukuran KAP. Menurut Fachriyah (2011), agar proses audit

dapat terselesaikan secara tepat waktu maka auditor harus memiliki keahlian dan

pelatihan teknis yang cukup dalam melaksanakan prosedur audit. KAP yang

memiliki kualitas auditor lebih baik tentu mempersingkat waktu penyelesaian audit,

sehingga audit dapat segera diterbitkan karena kemungkinan besar auditor yang

berpengalaman menemukan cara yang lebih efektif dan efisien dalam

menyelesaikan rangkaian proses audit jika tidak ada kendala dari internal klien.

Page 6: DAFTAR PUSTAKArepository.ub.ac.id/6535/1/Pratama, Angga Yudha.pdfStudi Kasus, Desain dan Metode, Penerjemah Mudzakir. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar

4

Ukuran KAP juga dapat mempengaruhi ketepatan waktu penyampaian

laporan keuangan. Ariyanti dan Budiartha (2010) menjelaskan bahwa KAP besar

umumnya memiliki sumber daya yang banyak dan lebih baik. Mayoritas KAP besar

memiliki sistem yang canggih dan akurat karena biasanya didukung dengan

kerjasama internasional dengan sumber dana yang besar. Hal yang biasa terjadi

adalah KAP besar akan memperoleh insentif yang lebih tinggi untuk

menyelesaiakan pekerjaan auditnya sebagai imbalan karena lebih cepat

menyelesaikan tugas auditnya dibanding KAP yang ukurannya lebih kecil. KAP

besar juga akan berusaha mempertahankan reputasinya dengan waktu audit yang

lebih cepat. Selain kualitas auditor dan ukuran KAP yang menjadi faktor internal

penyebab audit delay, terdapat faktor eksternal penyebab audit delay antara lain

ukuran entitas, jenis entitas, tingkat profitabilitas, tingkat solvabilitas, dan

kompleksitas operasi.

Faktor eksternal pertama penyebab audit delay adalah ukuran entitas.

Ukuran entitas adalah besar kecilnya suatu entitas yang diukur dari besarnya total

asset atau kekayaan yang dimiliki oleh suatu entitas. Menurut Rachmawati (2008),

mengenai ukuran entitas, entitas yang berukuran besar lebih konsisten untuk tepat

waktu dibandingkan entitas kecil dalam menginformasikan laporan keuangannya

kepada auditor independen. Pengaruh ini ditunjukkan dengan semakin besar nilai

aktiva perusahaan maka semakin pendek audit delay dan sebaliknya. Entitas

berukuran besar memiliki tanggung jawab yang lebih besar pula kepada investor

yang sudah berinvestasi kepada entitas tersebut, sehingga kebutuhan atas ketepatan

waktu dalam penyampaian hasil audit laporan keuangan menjadi hal yang penting

untuk dipenuhi dan sebaliknya. Masih membahas ukuran entitas, Rachmawati

Page 7: DAFTAR PUSTAKArepository.ub.ac.id/6535/1/Pratama, Angga Yudha.pdfStudi Kasus, Desain dan Metode, Penerjemah Mudzakir. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar

5

(2008), juga menambahkan, bahwa ukuran entitas memiliki pengaruh signifkan

terhadap audit delay yang berarti bahwa semakin besar ukuran entitas maka

semakin pendek audit delay dan sebaliknya. Hal ini disebabkan karena entitas besar

biasanya memilki sistem pengendalian internal yang baik, sehingga dapat

mengurangi tingkat kesalahan dalam penyusunan laporan keuangan yang

memudahkan auditor independen dalam melakukan audit laporan keuangan.

Jenis entitas juga dipertimbangkan sebagai salah satu faktor yang

mempengaruhi audit delay. Pada umumnya jenis entitas dibagi menjadi dua yaitu

entitas keuangan dan entitas non keuangan. Sektor bank, lembaga pembiayaan,

perusahaan efek/sekuritas dan asuransi merupakan jenis dari perusahaan entitas

keuangan sedangkan perusahaan manufaktur yang terdiri dari aneka entitas, entitas

barang konsumsi, dan entitas dasar dan kimia digolongkan dalam entitas non

keuangan. Hasil penelitian Ahmad dan Kamarudin (2003), menunjukkan audit

delay entitas non keuangan lebih lama 15 hari daripada entitas keuangan. Hal

tersebut disebabkan karena entitas keuangan tidak mempunyai saldo persediaan

sehingga audit yang diperlukan tidak memerlukan waktu yang cukup lama.

Pentingnya ketepatan waktu kemudian mengindikasikan adanya good news

yang menguntungkan para pihak berkepentingan dan sebaliknya. Dengan tingginya

profitabilitas, tentunya tidak ada alasan bagi entitas untuk menunda pengauditan

serta penerbitan laporan keuangan karena entitas akan berusaha untuk

menyampaikan berita baik. Sebaliknya entitas yang mengalami penurunan

profitabilitas, akan menunda lebih lama untuk penyampaian laporan keuangannya.

Carslaw dan Kaplan (1991), menyatakan auditor akan memulai proses pengauditan

Page 8: DAFTAR PUSTAKArepository.ub.ac.id/6535/1/Pratama, Angga Yudha.pdfStudi Kasus, Desain dan Metode, Penerjemah Mudzakir. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar

6

lebih lambat jika entitas mengalami kerugian. Oleh karena itu terjadilah

keterlambatan dalam menyampaikan berita buruk kepada pihak berkepentingan.

Tingginya profitabilitas suatu entitas mengindikasikan tingginya

kemampuan entitas tersebut dalam menghasilkan profit. Hasil dari profit yang

dihasilkan oleh entitas dalam satu periode tertentu akan dialokasikan ke berbagai

lini entitas tersebut, salah satunya adalah untuk pembayaran kewajiban. Dalam hal

pemenuhan kewajiban, kemampuan entitas dalam memenuhi kewajibannya disebut

solvabilitas. Semakin tinggi tingkat solvabilitas suatu entitas maka semakin tinggi

resiko terhadap kewajiban dan selanjutnya semakin berat bagi entitas untuk

melunasi kewajibannya. Semakin tinggi risiko dapat mengindikasi perusahaan

memiliki kondisi keuangan buruk (Lestari, 2010). Maka semakin tinggi risiko

entitas terhadap kewajibannya, proses audit yang dilakukan auditor maka akan

semakin panjang. Auditor harus mengumpulkan lebih banyak bukti dari asersi-

asersi terhadap kemampuan entitas dalam melunasi kewajibannya. Dengan semakin

banyaknya proses audit yang dilakukan maka akan semakin panjang waktu yang

dibutuhkan. Dampaknya adalah audit delay pada entitas dengan tingkat solvabilitas

tinggi akan semakin panjang.

Faktor eksternal penyebab audit delay yang terakhir adalah kompleksitas

operasi. Kompleksitas operasi suatu entitas dapat dilihat dari banyaknya jumah

anak perusahaan dari entitas tersebut. Semakin banyak anak perusahaan yang

dimiliki maka tingkat operasi entitas tersebut semakin kompleks. Penelitian yang

dilakukan oleh Ashton et al (1987), terdapat pengaruh antara tingkat kompleksitas

operasi tinggi dengan audit delay, semakin banyak unit operasi yang berjalan pada

suatu entitas maka akan memperpanjang waktu penyelesaian laporan keuangan

Page 9: DAFTAR PUSTAKArepository.ub.ac.id/6535/1/Pratama, Angga Yudha.pdfStudi Kasus, Desain dan Metode, Penerjemah Mudzakir. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar

7

yang telah diaudit karena semakin banyak jumlah anak perusahaan yang dimiliki

akan memperpanjang masa penyelesaian laporan keuangan serta proses audit yang

dilaksanakan juga akan semakin panjang sebab perlu banyak bukti yang harus

dikumpulkan untuk memberikan keyakinan kepada auditor. Didukung oleh

penelitian Saputri (2012), yang menunjukkan kompleksitas operasi perusahaan

dapat memperpanjang audit delay. Hal ini dikarenakan auditor akan menghabiskan

lebih banyak waktu untuk menyelesaikan tugas audit pada entitas klien yang

mengalami peningkatan kompleksitas operasi perusahaan.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi audit delay. Alasan peneliti mengangkat topik ini sebagai penelitian

dikarenakan peneliti tertarik untuk meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi audit

delay pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di Kota Malang. Adapun penelitian ini

melingkupi tiga Kantor Akuntan Publik yang pernah mengalami audit delay. KAP

tersebut antara lain (1) KAP MTD, (2) KAP TR, dan (3) KAP DBSD&A di Kota

Malang.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian berjudul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Audit Delay (Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik MTD, TR, dan

DBSD&A di Kota Malang)”. Adapun keterbaharuan dalam penelitian ini

dibandingkan penelitian terdahulu terletak pada metode pengambilan data yang

menggunakan wawancara personal terhadap informan yang sudah mengizinkan dan

bersedia untuk diwawancarai dan tempat penelitian yang melingkupi 3 Kantor

Akuntan Publik di Kota Malang yang pernah mengalami audit delay dan

mengizinkan peneliti untuk melakukan penelitian.

Page 10: DAFTAR PUSTAKArepository.ub.ac.id/6535/1/Pratama, Angga Yudha.pdfStudi Kasus, Desain dan Metode, Penerjemah Mudzakir. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar

8

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka peneliti

merumuskan masalah dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut, “Faktor-

faktor apa saja yang dapat mempengaruhi audit delay pada Kantor Akuntan Publik

MTD, TR, dan DBSD&A di Kota Malang?”

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang

dapat mempengaruhi audit delay pada Kantor Akuntan Publik MTD, TR, dan

DBSD&A di Kota Malang.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi untuk penelitian

selanjutnya yang membahas mengenai faktor yang mempengauhi audit delay.

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi untuk penelitian

selanjutnya yang membahas tentang faktor-faktor yang dapat mempengaruhi audit

delay.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini menjadi sarana untuk membantu profesi auditor independen

dalam upaya meningkatkan efektifitas proses audit sehingga dapat mengurangi

bahkan menghindari terjadinya audit delay pada Kantor Akuntan Publik MTD, TR,

dan DBSD&A di Kota Malang.

Page 11: DAFTAR PUSTAKArepository.ub.ac.id/6535/1/Pratama, Angga Yudha.pdfStudi Kasus, Desain dan Metode, Penerjemah Mudzakir. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Laporan Keuangan

Laporan keuangan mengindikasikan gambaran mengenai kondisi keuangan

perusahaan. Laporan keuangan menunjukkan hasil dari kegiatan operasional

perusahaan dan memberikan informasi keuangan yang berguna bagi internal maupun

di luar perusahaan itu. Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.

1 (2012) mengenai penyajian laporan keuangan, laporan keuangan merupakan

penyajian yang dilakukan secara sistematis dan terstruktur dari posisi keuangan dan

kinerja keuangan sebuah perusahaan dengan tujuan memberikan informasi kepada

pihak yang berkepentingan dalam rangka pengambilan keputusan investasi.

Pernyataan PSAK tersebut didukung dan dikemukakan lebih terperinci oleh

Ikatan Akuntan Indonesia (2012:5) terkait pengertian dari laporan keuangan yaitu,

laporan keuangan merupakan struktur yang menyajikan posisi keuangan dan kinerja

keuangan dalam sebuah entitas. Tujuan umum dari laporan keuangan ini untuk

kepentingan umum adalah penyajian informasi mengenai posisi keuangan (financial

position), kinerja keuangan (financial performance), dan arus kas (cash flow) dari

entitas yang sangat berguna untuk membuat keputusan ekonomis bagi para

penggunanya. Untuk dapat mencapai tujuan ini, laporan keuangan menyediakan

informasi mengenai elemen dari entitas yang terdiri dari aset, kewajiban, networth,

beban, dan pendapatan (termasuk gain dan loss), perubahan ekuitas dan arus kas.

Page 12: DAFTAR PUSTAKArepository.ub.ac.id/6535/1/Pratama, Angga Yudha.pdfStudi Kasus, Desain dan Metode, Penerjemah Mudzakir. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar

10

Informasi tersebut diikuti dengan catatan, akan membantu pengguna memprediksi arus

kas masa depan.

Selain itu menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 1

(2012) tentang penyajian laporan keuangan disebutkan bahwa ada beberapa

karakteristik yang harus dipenuhi dalam menyajikan laporan keuangan pada

penggunanya. Karakteristik tersebut antara lain:

1. Dapat dipahami

Penyajian laporan keuangan diharapkan mampu memberikan pemahaman dan

pengetahuan yang memadai kepada penggunanya tentang aktivitas ekonomi,

bisnis dan akuntansi. Kemudahan untuk segera dipahami oleh pengguna membuat

kualitas dari sebuah laporan keuangan akan meningkat

2. Relevan

Informasi dapat dikatakan relevan jika informasi yang disampaikan dapat

mempengaruhi keputusan ekonomi penggunannya sebagai dasar evaluasi

peristiwa di masa lalu, sekarang dan prediksi di masa depan.

3. Materialitas

Materialitas dalam sebuah informasi diukur dari tingkat kelalaian atau kesalahan

dalam pencatatan informasi dapat mempengaruhi pengambilan keputusan

berdasarkan informasi tersebut. Dalam penyajian laporan keuangan diharapkan

tingkat materialitas dapat dipertimbangkan dengan baik sehingga kesalahan pada

pos-pos penting dapat diminimalisir.

4. Keandalan/Reliabilitas

Page 13: DAFTAR PUSTAKArepository.ub.ac.id/6535/1/Pratama, Angga Yudha.pdfStudi Kasus, Desain dan Metode, Penerjemah Mudzakir. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar

11

Informasi dapat dikatakan memiliki keandalan adalah informasi yang bebas dari

kesalahan material dan tidak bias serta disajikan sesuai dengan keadaan yang

sebenar-benarnya terjadi.

5. Subtansi menggunguli bentuk

Transaksi dan peristiwa disajikan sesuai dengan substansi dan realitas ekonomi

yang terjadi.

6. Pertimbangan yang sehat

Pertimbangan yang sehat dibutuhkan dalam rangka menilai sumber daya yang

dimiliki perusahaan. Didalamnya terdapat unsur kehati-hatian dalam memberikan

pertimbangan pada kondisi tertentu sehingga pos-pos dalam laporan keuangan

dapat disajikan secara wajar.

7. Kelengkapan

Kelengkapan informasi dalam laporan keuangan harus diperhatikan baik dalam

segi materialitas maupun biaya. Kesengajaan tidak mengungkapkan informasi

dapat mempengaruhi keandalan dari laporan keuangan tersebut.

8. Dapat diperbandingkan / Komparabilitas

Penyajian laporan keuangan harus sesuai dengan standar yang telah ditentukan

agar informasi didalamnya dapat diperbandingkan dari satu perusahaan dengan

satu perusahaan lainnya dalam tujuan menilai kinerja perusahaan tersebut dalam

periode tertentu. Hal tersebut digunakan untuk bahan evaluasi dan perbandingan

kinerja antar perusahaan.

Page 14: DAFTAR PUSTAKArepository.ub.ac.id/6535/1/Pratama, Angga Yudha.pdfStudi Kasus, Desain dan Metode, Penerjemah Mudzakir. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar

12

9. Tepat Waktu

Ketepatan waktu penyajian laporan keuangan kepada penggunanya dapat

mempengaruhi tingkat keandalan informasi tersebut. Ketepatan waktu

mempengaruhi keputusan ekonomi yang diambil. Semakin lama penyajian

keuangan menandakan informasi yang dihasilkan semakin tidak relevan.

10. Keseimbangan antara biaya dan manfaat

Manfaat ekonomi haruslah lebih tinggi daripada biaya yang dikeluarkan. Namun

evaluasi dari keduanya merupakan sebuah pertimbangan yang digunakan untuk

mengukur tingkat manfaat yang dapat dihasilkan dengan biaya yang telah

dikeluarkan.

Selanjutnya Dewan Standar Akuntansi Keuangan telah mengesahkan

penyesuaian atas Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 1 Tahun 2014

tentang Penyajian Laporan Keuangan yang menyebutkan komponen laporan keuangan

lengkap terdiri dari:

1. Laporan posisi keuangan pada akhir periode

Pada umumnya laporan posisi keuangan menyajikan rincian aset yang dimiliki

perusahaan yang disajikan pada sisi debit dan rincian kewajiban serta ekuitas

perusahaan yang disajikan pada sisi kredit.

2. Laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain selama periode

Laporan ini menunjukkan kemampuan sebuah perusahaan dalam menghasilkan

laba dan penghasilan komprehensif lain selama satu periode tertentu dengan

membandingkan pendapatan yang diperoleh dengan beban usaha yang telah

Page 15: DAFTAR PUSTAKArepository.ub.ac.id/6535/1/Pratama, Angga Yudha.pdfStudi Kasus, Desain dan Metode, Penerjemah Mudzakir. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar

13

dikeluarkan. Laba atau rugi yang ditunjukkan dapat dijadikan salah satu tolak

ukur keberhasilan kinerja sebuah perusahaan.

3. Laporan perubahan ekuitas selama periode

Laporan yang menunjukkan perubahan atas aset perusahaan setelah dikurangi

dengan seluruh kewajibannya. Laporan ini umumnya meliputi modal saham, laba

usaha dan deviden.

4. Laporan arus kas selama periode

Laporan yang menyajikan aliran kas yang diterima dan dikeluarkan oleh

perusahaan beserta sumber-sumbernya dalam satu periode tertentu. Pada

umumnya penggunaan kas dapat dibedakan menjadi 3 aktivitas, yaitu: aktivitas

operasi, aktivitas investasi, dan aktivitas pembiayaan.

5. Catatan atas laporan keuangan

Catatan ini berisi penjelasan terkait hal-hal yang belum atau tidak dijelaskan pada

laporan-laporan sebelumnya, seperti kebijakan akuntansi yang digunakan

perusahaan dan informasi lain yang berkaitan langsung dengan laporan keuangan

yang disajikan.

2.1.2. Audit

2.1.2.1. Pengertian Audit

Auditing menurut Boynton, et al (2007:5), adalah suatu proses sistematis untuk

memperoleh serta mengevaluasi bukti secara objektif mengenai asersi-asersi kegiatan

dan peristiwa ekonomi, dengan tujuan menetapkan derajat kesesuaian antara asersi-

asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya serta penyampaian

Page 16: DAFTAR PUSTAKArepository.ub.ac.id/6535/1/Pratama, Angga Yudha.pdfStudi Kasus, Desain dan Metode, Penerjemah Mudzakir. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar

14

hasil-hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Didukung oleh Agoes

(2012:4) yang menyebutkan auditing merupakan suatu pemeriksaan yang dilakukan

secara kritis dan sistematis, oleh pihak yang independen, terhadap laporan keuangan

yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-

bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai

kewajaran laporan keuangan tersebut.

Berdasarkan definisi yang dikemukakan para ahli di atas maka dapat

disimpulkan bahwa audit merupakan suatu proses pengumpulan dan pengevaluasian

bahan bukti secara sistematis oleh orang-orang yang berkompeten dan tidak terikat

mengenai suatu entitas ekonomi untuk disesuaikan dengan kriteria-kriteria yang telah

ditetapkan untuk kemudian dilaporkan kepada pihak yang berkepentingan.

2.1.2.2. Jenis-Jenis Audit

Menurut Agoes (2012:10-13) jika ditinjau dari luasnya pemeriksaan, audit bisa

dibedakan atas:

1. Pemeriksaan Umum (General Audit)

Suatu pemeriksaan umum atas laporan keuangan yang dilakukan oleh KAP independen

dengan tujuan untuk bisa memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan

secara keseluruhan. Pemeriksaan tersebut harus dilakukan sesuai dengan Standar

Profesional Akuntan Publik atau ISA atau Panduan Audit Entitas Bisnis Kecil dan

memperhatikan Kode Etik Akuntan Indonesia, Kode Etik Profesi Akuntan Publik serta

Standar Pengendalian Mutu.

Page 17: DAFTAR PUSTAKArepository.ub.ac.id/6535/1/Pratama, Angga Yudha.pdfStudi Kasus, Desain dan Metode, Penerjemah Mudzakir. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar

15

2. Pemeriksaan Khusus (Special Audit)

Suatu pemeriksaan terbatas (sesuai dengan permintaan auditee) yang dilakukan oleh

KAP independen dan pada akhir pemeriksaannya auditor tidak perlu memberikan

pendapat terhadap kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan. Pendapat yang

diberikan terbatas pada pos atau masalah tertentu yang diperiksa, karena prosedur audit

yang dilakukan juga terbatas. Misalnya KAP diminta untuk memeriksa apakah terdapat

kecurangan terhadap penagihan piutang usaha di perusahaan. Dalam hal ini prosedur

audit terbatas untuk memeriksa piutang usaha, penjualan, dan penerimaan kas. Pada

akhir pemeriksaan KAP hanya memberikan pendapat apakah terjadi kecurangan atau

tidak terhadap penagihan piutang usaha di perusahaan. Jika memang ada kecurangan,

berapa besar jumlahnya dan bagaimana proses operandinya.

Sedangkan jika ditinjau dari jenis pemeriksaan, audit bisa dibedakan atas:

1. Audit Operasional

Audit operasional merupakan suatu pemeriksaan terhadap kegiatan operasi suatu

perusahaan, termasuk kebijakan akuntansi dan kebijakan operasional yang telah

ditentukan manajemen, untuk mengetahui apakah kegiatan operasi tersebut sudah

dilakukan secara efektif, efisien, dan ekonomis. Prosedur audit yang dilakukan pada

audit operasional tidak seluas prosedur audit yang dilakukan dalam suatu general

(finance) audit, karena ditekankan pada evaluasi terhadap kegiatan operasi suatu

entitas. Prosedur audit pada audit operasional dilakukan mencakup:

a. Analytical review procedures, yaitu membandingkan laporan keuangan

periode berjalan dengan periode yang lalu, budget dengan realisasinya serta

analisis rasio (misalnya menghitung rasio likuiditas, dan profitabilitas untuk

Page 18: DAFTAR PUSTAKArepository.ub.ac.id/6535/1/Pratama, Angga Yudha.pdfStudi Kasus, Desain dan Metode, Penerjemah Mudzakir. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar

16

tahun berjalan maupun tahun lalu, dan membandingkannya dengan rasio

industri).

b. Evaluasi atas management control system, tujuannya antara lain untuk

mengetahui apakah terdapat sistem pengendalian manajemen dan

pengendalian intern yang memadai dalam perusahaan, untuk menjamin

kemanan harta perusahaan, dapat dipercayainya data keuangan dan

mencegah terjadinya pemborosan dan kecurangan.

c. Pengujian ketaatan (compliance test), bertujuan untuk menilai efektivitas

dari pengendalian intern dan sistem pengendalian manajemen dengan

melakukan pemeriksaan secara sampling atas bukti-bukti pembukuan,

sehingga bisa diketahui apakah transaksi bisnis perusahaan dan pencatatan

akuntansinya sudah dilakukan sesuai dengan kebijakan yang telah

ditentukan manajemen perusahaan.

Audit operasional bisa dilakukan oleh internal auditor, KAP, dan management

consultant. Yang terpenting bahwa tim management audit harus mencakup berbagai

disiplin ilmu misalnya akuntan, ahli manajemen produksi, pemasaran, keuangan,

sumber daya manusia, dan lain-lain. Ada 3 jenis audit operasional menurut Arens et al

(2011:823), yaitu:

a. Functional Audits, untuk menilai 3E (Efektivitas, Efisiensi, Ekonomis) dari

berbagai fungsi akuntansi, fungsi produksi, fungsi marketing dan lain-lain.

b. Organizational Audits, untuk menilai 3E dari keseluruhan organisasi

perusahaan. Perencanaan organisasi dan metode untuk koordinasi aktivitas

merupakan hal yang sangat penting dalam jenis audit ini.

Page 19: DAFTAR PUSTAKArepository.ub.ac.id/6535/1/Pratama, Angga Yudha.pdfStudi Kasus, Desain dan Metode, Penerjemah Mudzakir. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar

17

c. Special Assignment, timbul atas permintaan manajemen misalnya

mengaudit penyebab tidak efektifnya IT system, investigasi kemungkinan

terjadinya fraud di suatu bagian dan membuat rekomendasi untuk

mengurangi biaya produk suatu produk.

2. Audit Kepatuhan (Compliance Audit)

Pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui apakah perusahaan sudah menaati

peraturan-peraturan dan kebijakan-kebijakan yang berlaku, baik yang ditetapkan oleh

pihak intern perusahaan maupun pihak eksternal. Pemeriksaan bisa dilakukan baik oleh

KAP maupun bagian Internal Audit.

3. Audit Internal

Pemeriksaan yang dilakukan oleh bagian Internal Audit perusahaan, baik terhadap

laporan keuangan dan catatan akuntansi perusahaan, maupun ketaatan terhadap

kebijakan manajemen yang telah ditentukan. Pemeriksaan yang dilakukan interna

auditor biasanya lebih rinci dibandingkan dengan pemeriksaan umum yang dilakukan

oleh KAP. Interal auditor biasanya tidak memberikan opini terhadap kewajaran laporan

keuangan, karena pihak-pihak di luar perusahaan menganggap bahwa internal auditor,

yang merupakan orang dalam perusahaan, tidak independen. Laporan internal auditor

berisi temuan pemeriksaan mengenai penyimpangan dan kecurangan yang ditemukan,

kelemahan pengendalian internal, beserta saran-saran perbaikannya

(recommendations).

4. Computer Audit

Pemeriksaan oleh KAP terhadap perusahaan yang memproses data akuntansinya

dengan menggunakan Electronic Data Processing (EDP) System. Ada 2 metode yang

Page 20: DAFTAR PUSTAKArepository.ub.ac.id/6535/1/Pratama, Angga Yudha.pdfStudi Kasus, Desain dan Metode, Penerjemah Mudzakir. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar

18

bisa dilakukan auditor:

a. Audit Around the Computer

Dalam hal ini auditor hanya memeriksa input dan output dari EDP system

tanpa melakukan tes terhadap proses dalam EDP system tersebut.

b. Audit Through the Computer

Selain memeriksa input dan output, auditor juga melakukan tes proses EDP-

nya. Pengetesan tersebut (merupakan compliance test) dilakukan dengan

menggunakan Generalized Audit Software, ACL, dan lain-lain kemudian

memasukkan dummy data (data palsu) untuk mengetahui apakah data

tersebut diproses sesuai dengan sistem yang seharusnya. Dummy data

digunakan agar tidak mengganggu data asli. Dalam hal ini KAP harus

mempunyai Computer Audit Specialist yang merupakan auditor

berpengalaman dengan tambahan keahlian di bidang computer information

system audit.

2.1.2.3. Tujuan Auditing

Menurut Abdul (2008:135) tujuan auditing dapat dibagi menjadi dua, yaitu

tujuan umum dan tujuan spesifik. Tujuan umum audit adalah untuk menyatakan

pendapat atas kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan dan hasil

usaha serta arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Untuk

mencapai tujuan ini, auditor perlu menghimpun bukti kompeten yang cukup, auditor

perlu mengidentifikasi dan menyusun sejumlah audit spesifik untuk setiap akun

laporan keuangan. Sedangkan yang dimaksud dengan tujuan spesifik ditentukan

Page 21: DAFTAR PUSTAKArepository.ub.ac.id/6535/1/Pratama, Angga Yudha.pdfStudi Kasus, Desain dan Metode, Penerjemah Mudzakir. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar

19

berdasarkan asersi-asersi yang dibuat oleh manajemen yang tercantum dalam laporan

keuangan meliputi asersi-asersi manajemen baik yang bersifat eksplisist maupun

implisit. Asersi-asersi dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Keberadaan atau kejadian (existence or occurance)

Asersi tentang keberadaan atau keterjadian berhubungan dengan apakah aktiva atau

utang suatu perusahaan benar-benar ada pada tanggal tertentu dan apakah transaksi

yang tercatat benar-benar ada pada tanggal terjadi selama periode tertentu. Misalnya

manajemen membuat asersi bahwa persediaan produk jadi yang tercantum dalam

neraca adalah tersedia untuk dijual, dan penjualan dalam laporan laba rugi

menunjukkan pertukaran barang atau jasa dengan kas atau aktiva bentuk lain (misalnya

piutang) dengan pelanggan.

2. Kelengkapan (completeness)

Asersi tentang kelengkapan berhubungan dengan apakah semua transaksi dan akun

(rekening) yang semestinya disajikan dalam laporan keuangan telah dicantumkan.

Contohnya manajemen membuat asersi bahwa seluruh pembelian barang dan jasa

dicatat dan dicantumkan dalam laporan keuangan, dan manajemen membuat asersi

bahwa utang usaha di neraca telah mencakup semua kewajiban perusahaan kepada

pemasok.

3. Hak dan Kewajiban (right and obligation)

Asersi tentang hak dan kewajiban berhubungan dengan dua hal, yaitu (1) apakah aktiva

yang tercantum dalam laporan keuangan benar-benar merupakan hak perusahaan pada

tanggal tertentu, dan (2) apakah utang yang tercantum dalam laporan keuangan benar-

benar merupakan kewajiban perusahaan pada tanggal tertentu. Contohnya manajemen

Page 22: DAFTAR PUSTAKArepository.ub.ac.id/6535/1/Pratama, Angga Yudha.pdfStudi Kasus, Desain dan Metode, Penerjemah Mudzakir. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar

20

membuat asersi bahwa jumlah sewa guna usaha yang dikapitalisasi di neraca

mencerminkan nilai perolehan hak perusahaan atas kekayaan yang disewa-guna-

usahakan, dan utang sewa guna usaha yang bersangkutan mencerminkan suatu

kebijakan perusahaan.

4. Penilaian atau Pengalokasian (valuation or allocation)

Asersi ini berhubungan dengan apakah komponen-komponen aktiva, utang,

pendapatan, dan biaya sudah dimasukkan dalam laporan keuangan pada jumlah yang

semestinya. Misalnya manajemen membuat asersi bahwa aktiva tetap dicatat

berdasarkan harga perolehannya dan perolehan semacam itu secara sistematik

dialokasikan ke dalam periode-periode akuntansi semestinya, dan manajemen

membuat asersi bahwa piutang usaha yang tercantum di neraca dinyatakan berdasarkan

nilai bersih yang dapat direalisasikan.

5. Penyajian dan Pengungkapan (presentation and disclosure)

Asersi ini berhubungan dengan apakah komponen-komponen tertentu dalam laporan

keuangan sudah diklasifikasikan, dijelaskan, dan diungkapkan secara semestinya.

Contohnya manajemen membuat asersi bahwa kewajiban-kewajiban yang

diklasifikasikan sebagai utang jangka panjang di neraca tidak akan jatuh tempo dalam

waktu satu tahun, dan manajemen membuat asersi bahwa jumlah yang disajikan

sebagai pos luar biasa dalam laporan laba rugi diklasifikasikan dan diungkapkan

semestinya.

6. Ketetapan Administrasi (clerical accuracy)

Suatu keadaan dimana berjalannya kegiatan auditing tepat sesuai sistem yang telah

ditentukan. Semua pihak yang terkait akan didorong untuk lebih cermat dan seksama

Page 23: DAFTAR PUSTAKArepository.ub.ac.id/6535/1/Pratama, Angga Yudha.pdfStudi Kasus, Desain dan Metode, Penerjemah Mudzakir. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar

21

dalam melaksanakan tugasnya yang berkaitan dengan pelaksanaan sistem akuntansi.

Berdasarkan pada tujuan yang tertera di atas, dapat diketahui bahwa auditing

merupakan suatu pemeriksaan akuntansi yang bertujuan untuk memberikan pendapat

dan mengevaluasi kegiatan berdasarkan pada suatu bukti-bukti yang dapat

dikumpulkan oleh auditor yang independen atau bebas serta dapat dipenuhi syarat

sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku umum.

2.1.2.4. Standar Auditing

Standar auditing dipaparkan Agoes (2012:30-31) sebagai berikut:

1. Standar umum

a. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian

dan pelatihan teknis cukup bagi auditor.

b. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam

sikap mental harus diperhatikan oleh auditor.

c. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib

menggunakan kemahiran profesionalitasnya dengan cermat dan seksama.

2. Standar Pekerjaan Lapangan

a. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten

harus disupervisi dengan semestinya.

b. Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk

merencanakan audit dan menentukan sifat serta lingkup pengujian yang

akan dilakukan.

c. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh mulalui inspeksi,

Page 24: DAFTAR PUSTAKArepository.ub.ac.id/6535/1/Pratama, Angga Yudha.pdfStudi Kasus, Desain dan Metode, Penerjemah Mudzakir. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar

22

pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar

memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit.

3. Standar Pelaporan

a. Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun

sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

b. Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada,

ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan

keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip

akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.

c. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang

memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.

d. Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai

laporan keuangan secara keseluruhan atau asersi bahwa pernyataan

demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak

dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan. Dalam hal nama auditor

dikaitkan dengan laporan keuangan, maka laporan auditor harus memuat

petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika

ada, dan tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh auditor.

Dalam prakteknya, semakin sesuainya pelaksanaan audit dengan standar maka

akan membutuhkan waktu yang lebih lama. Demikian pula sebaliknya, waktu yang

diperlukan akan makin pendek ketika pelaksanaan audit makin tidak sesuai dengan

standar. Pertimbangan bahwa laporan keuangan harus disampaikan tepat waktu

mengakibatkan auditor cenderung mengambil pilihan mengabaikan standar, sementara

Page 25: DAFTAR PUSTAKArepository.ub.ac.id/6535/1/Pratama, Angga Yudha.pdfStudi Kasus, Desain dan Metode, Penerjemah Mudzakir. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar

23

di sisi lain adanya tuntutan relevansi informasi mengharuskan auditor untuk

melaksanakan audit sesuai dengan standar.

2.1.2.5. Tahapan-Tahapan Auditing

Adapun tahapan audit menurut Agoes (2012:9) antara lain:

1. Kantor Akuntan Publik (KAP) dihubungi oleh klien yang membutuhkan

jasa audit

2. KAP membuat janji untuk bertemu dengan calon klien untuk

membicarakan:

a. Alasan klien membutuhkan jasa audit

b. Apakah sebelumnya pernah diaudit oleh KAP lain

c. Apa jenis usaha perusahaan dan gambaran umum mengenai

perusahaan tersebut

d. Apakah data akuntansi perusahaan diproses secara manual atau

dengan bantuan computer

e. Apakah sistem penyimpanan bukti-bukti pembukuan cukup rapih

3. KAP mengajukan surat penawaran (audit proposal) yang antara lain

berisi:

a. Jenis jasa yang diberikan

b. Besarnya biaya audit (audit fee)

c. Kapan audit dimulai

d. Kapan laporan harus diselesaikan, dll.

Jika klien menyetujui maka audit proposal tersebut berubah menjadi

Page 26: DAFTAR PUSTAKArepository.ub.ac.id/6535/1/Pratama, Angga Yudha.pdfStudi Kasus, Desain dan Metode, Penerjemah Mudzakir. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar

24

Engagement Letter (Surat Perikatan).

4. KAP melakukan audit field work (pemeriksaan lapangan) di kantor

klien. Setelah audit field work selesai KAP memberikan draft audit

report kepada klien sebagai bahan diskusi. Setelah draft audit report

disetujui oleh klien, KAP akan menyerahkan final audit report, namun

sebelumnya KAP harus meminta Surat Pernyataan Langganan (Client

Representation Letter) dari klien yang tanggalnya sama dengan tanggal

audit report dan tanggal selesainya audit field work.

5. Selain audit report, KAP juga diharapkan memberikan management

letter yang berisi pemberitahuan kepada manajemen mengenai

kelemahan pengendalian intern perusahaan dan saran-saran

perbaikannya.

2.1.3. Audit Delay

Audit delay menurut Ahmad dan Kamarudin (2003) adalah jumlah hari antara

tanggal laporan keuangan dan tanggal laporan audit. Sedangkan menurut Rachmawati

(2008) mengemukakan bahwa audit delay adalah rentang waktu penyelesaian

pelaksanaan audit laporan keuangan tahunan diukur berdasarkan lamanya hari yang

dibutuhkan untuk memperoleh laporan auditor independen atas audit laporan keuangan

perusahaan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa audit delay merupakan rentang

waktu lamanya penyelesaian audit antara tanggal laporan keuangan dan tanggal

laporan audit yang melebihi tanggal kontrak kerja audit yang diajukan dalam proposal

audit kemudian disepakati oleh pihak entitas dan pihak KAP dalam surat perikatan.

Page 27: DAFTAR PUSTAKArepository.ub.ac.id/6535/1/Pratama, Angga Yudha.pdfStudi Kasus, Desain dan Metode, Penerjemah Mudzakir. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar

25

Penjelasan tersebut sesuai dengan tahapan-tahapan audit yang disebutkan Agoes

(2012:9) tentang proposal audit yang di dalamnya tercantum kapan proses audit

dimulai dan diselesaikan yang kemudian disetujui melalui kontrak kerja audit dalam

surat perikatan. Jika laporan auditor terbit setelah waktu yang disepakati maka otomatis

terjadi audit delay.

Dalam pelaksanaan audit perlu adanya perencanaan audit yang salah satunya

adalah penyusunan anggaran waktu (time budget) yang secara sederhana menetapkan

pedoman mengenai jumlah waktu dari masing-masing bagian audit. Anggaran waktu

dapat memiliki sejumlah manfaat apabila digunakan secara tepat. Anggaran tersebut

dapat memberikan metode yang efisien untuk menjadwal staf, memberikan pedoman

tentang berbagi bidang audit, memberikan insentif kepada staf audit untuk bekerja

secara efisien, dan bertindak sebagai alat untuk menentukan honor audit. Akan tetapi

anggaran waktu dapat merugikan apabila tidak digunakan tepat. Anggaran waktu

merupakan suatu pedoman tetapi tidak absolut. Jika auditor menyimpang dari program

audit apabila terjadi perubahan kondisi, auditor mungkin juga terpaksa menyimpang

dari anggaran waktu. Auditor tekadang merasa mendapat tekanan untuk memenuhi

anggaran waktu guna menunjukkan efisiensinya sebagai auditor dan membantu

mengevaluasi kinerjanya. Namun mengikuti anggaran begitu saja juga tidak tepat.

Yang terpenting adalah laporan keuangan tersebut bisa selesai tepat waktu dan dapat

diandalkan. Sehingga opini yang dihasilkan sesuai dengan standar auditing. Auditor

tidak boleh asal cepat menyelesaikan namun opini yang dihasilkan tidak bisa

diandalkan.

Persoalan audit delay bukan sekedar persoalan mengenai waktu yang

Page 28: DAFTAR PUSTAKArepository.ub.ac.id/6535/1/Pratama, Angga Yudha.pdfStudi Kasus, Desain dan Metode, Penerjemah Mudzakir. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar

26

dibutuhkan oleh auditor untuk mengaudit laporan keuangan meskipun atribut auditor

juga sangat mempengaruhi lamanya audit delay seperti ukuran kantor akuntan publik

(KAP) dan kualitas auditor KAP. Atribut auditee juga berpengaruh secara signifikan

terhadap audit delay seperti ukuran entitas, jenis entitas, profitabilitas, solvabilitas, dan

kompleksitas operasi.

2.1.4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Audit Delay

Faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay dapat datang baik dari dalam

maupun dari luar entitas. Dalam penelitian ini faktor-faktor dibagi menjadi dua yaitu

faktor internal entitas yang meliputi ukuran entitas, jenis entitas, profitabilitas,

solvabilitas, dan kompleksitas operasi sedangkan faktor eksternal entitas meliputi

kualitas auditor independen dan ukuran Kantor Akuntan Publik.

2.1.4.1. Ukuran Entitas

Suatu entitas dapat dikatakan sebagai entitas besar apabila entitas tersebut

memiliki total aset lebih dari 100 milyar rupiah merujuk pada peraturan BAPEPAM

No. 11/PM/1997, yang menyatakan bahwa: “Perusahaan menengah atau kecil adalah

perusahaan yang memiliki jumlah kekayaan (total aset) tidak lebih dari 100 milyar

rupiah”. Dengan demikian total aset yang dimiliki oleh suatu entitas dapat menjadi

salah satu tolak ukur untuk melihat ukuran dari entitas tersebut. Menurut Utami (2006),

menyebutkan audit delay akan semakin lama apabila ukuran entitas yang diaudit

semakin besar. Hal semacam ini berkaitan dengan semakin banyaknya sampel yang

diambil dan semakin luasnya prosedur audit yang harus dijalani. Namun dalam hal ini

dipaparkan lebih rinci oleh Utami (2006), perusahaan-perusahaan yang berskala besar

Page 29: DAFTAR PUSTAKArepository.ub.ac.id/6535/1/Pratama, Angga Yudha.pdfStudi Kasus, Desain dan Metode, Penerjemah Mudzakir. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar

27

cenderung lebih tepat waktu dalam menyampaikan laporan keuangan dan mengurangi

terjadinya audit delay dikarenakan perusahaan tersebut dipantau oleh pihak yang

berkepentingan seperti halnya investor, pengawas permodalan, dan pemerintah. Oleh

karena itu, perusahaan yang memiliki skala yang besar cenderung mengalami tingkat

pressure yang lebih tinggi untuk mengumumkan laporan audit yang lebih awal.

2.1.4.2. Jenis Entitas

Jenis entitas yang berbeda akan menyebabkan rentang waktu dalam proses

pengauditan laporan keuangan (Ashton et al, 1987). Penelitian yang dilakukan oleh

Ashton et al (1987), menerangkan bahwa jenis entitas keuangan mengalami audit delay

yang lebih pendek dibandingkan dengan jenis entitas non keuangan. Hal ini

dikarenakan perusahaan keuangan cenderung tidak membutuhkan waktu yang terlalu

lama dalam proses pengauditan sebabnya banyak aset yang dimiliki dalam bentuk

moneter sehingga lebih mudah untuk diukur dibandingkan dengan jenis perusahaan

yang non keuangan. Hal ini sejalan dengan penelitian Ahmad dan Kamarudin (2003)

di Kuala Lumpur Stock Exchange yang menunjukkan audit delay pada perusahaan

non-financial lebih lama 15 hari daripada perusahaan fina. Hal ini disebabkan karena

perusahaan financial tidak mempunyai saldo persediaan sehingga audit yang

diperlukan tidak memerlukan waktu yang cukup lama.

Perbedaan mencolok antara jenis entitas keuangan dengan entitas non keuangan

yang lebih konkret dalam pelaksanaannya adalah jika entitas keuangan hanya

melakukan cash opname karena sebagian besar asetnya dalam bentuk moneter lain

halnya dengan entitas non keuangan yang harus melakukan stock opname untuk

Page 30: DAFTAR PUSTAKArepository.ub.ac.id/6535/1/Pratama, Angga Yudha.pdfStudi Kasus, Desain dan Metode, Penerjemah Mudzakir. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar

28

menghitung jumlah persediaan. Didukung oleh Iskandar dan Trisnawati (2010) yang

menyebutkan, dikarenakan hanya memiliki sedikit persediaan bagi entitas keuangan,

maka auditor dapat mengurangi atau menghilangkan bagian proses audit tersulit. Hal

itu akan membuat proses audit lebih cepat sehingga audit delay pada proses tersebut

pendek.

2.1.4.3. Tingkat Profitabilitas

Profitabilitas terkait dengan efisiensi penggunaan sumber daya yang ada di

dalam perusahaan. Profitabilitas perusahaan biasanya diukur melalui laba yang

dihasilkan oleh perusahaan. Perolehan laba biasanya dijadikan suatu pertanda baik

yang dikirimkan ke pasar untuk memperoleh sinyal positif pasar. Perusahaan yang

mengumumkan laba biasanya tingkat audit delay-nya menjadi lebih pendek. Hal

tersebut dikarenakan laba yang diperoleh perusahaan ingin segera diberitahukan

kepada pihak ekternal. Sehingga perusahaan dengan perolehan laba lebih cenderung

segera menerbitkan laporan keuangannya (Rochmah, 2015).

Profitabilitas menunjukkan keberhasilan perusahaan dalam memperoleh laba.

Laba merupakan tolak ukur yang banyak digunakan untuk melihat kinerja manajemen

dalam mengolah sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Laba didapat dari proses

membandingkan antara pendapatan yang didapat entitas dengan beban dan biaya yang

dikeluarkan entitas untuk tujuan ekonomi tersebut. Selisih dari hasil perbandingan

tersebut dinamakan laba/rugi. Tingkat profitabilitas ditengarai berpengaruh terhadap

audit delay. Jika suatu entitas mengumumkan laba maka dirasa entitas tersebut berhasil

dalam mencapai tujuan ekonominya. Dengan kata lain tidak akan ada kecurigaan oleh

Page 31: DAFTAR PUSTAKArepository.ub.ac.id/6535/1/Pratama, Angga Yudha.pdfStudi Kasus, Desain dan Metode, Penerjemah Mudzakir. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar

29

penggunanya terhadap kesehatan entitas tersebut. Entitas yang mengumumkan laba

cenderung akan cepat menyajikan laporan keuangannya sebab proses penilaian

kewajaran lebih cepat daripada entitas yang melaporkan kerugiannya. Hal tersebut

berkaitan dengan akibat yang dapat ditimbulkan pasar terhadap pengumuman rugi oleh

entitas. Salah satu dampak kerugian yang ditimbulkan adalah turunnya nilai saham

entitas yang berakibat pada enggannya investor untuk menanamkan modalnya pada

entitas tersebut. Penelitian Naim (1998) memperlihatkan bahwa tingkat profitabilitas

yang lebih rendah memicu kemunduran publikasi laporan keuangan. Demikian pula

Carslaw dan Kaplan (1991) memaparkan entitas yang melaporkan kerugian mungkin

akan meminta auditor untuk mengatur waktu audit yang lebih lama ketimbang

biasanya. Penelitian Ashton (1987) menyebutkan profitabilitas bukanlah faktor yang

signifikan mempengaruhi audit delay.

2.1.4.4. Tingkat Solvabilitas

Dalam rangka memenuhi kebutuhan operasionalnya, suatu entitas memerlukan

dana dari berbagai pihak bukan hanya dari usaha yang dikembangkan entitas tersebut.

Dana-dana yang dibutuhkan untuk melaksanakan kegiatan operasional entitas tersebut

dapat diperoleh dari berbagai cara seperti pinjaman jangka panjang, penerbitan

obligasi, penerbitan saham dan lain-lain. Tingkat solvabilitas disebut juga leverage

ratio. Carslaw dan Kaplan (1991), menemukan adanya hubungan positif antara

solvabilitas (rasio total hutang terhadap total aset) dengan audit delay perusahaan.

Masih menurut Carslaw dan Kaplan (1991), makin tingginya solvabilitas berarti ada

permasalahan going concern yang memerlukan audit lebih teliti. Dengan demikian,

Page 32: DAFTAR PUSTAKArepository.ub.ac.id/6535/1/Pratama, Angga Yudha.pdfStudi Kasus, Desain dan Metode, Penerjemah Mudzakir. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar

30

solvabilitas adalah kemampuan suatu entitas untuk membayar semua hutang-

hutangnya baik jangka pendek maupun jangka panjang. Tingginya rasio debt to equity

mencerminkan tingginya risiko keuangan entitas. Tingginya risiko ini menunjukkan

adanya kemungkinan bahwa entitas tersebut tidak bisa melunasi kewajiban atau

hutangnya baik berupa pokok maupun bunga. Risiko entitas yang tinggi

mengindikasikan bahwa entitas mengalami kesulitan keuangan. Kesulitan keuangan

merupakan berita buruk yang akan mempengaruhi kondisi entitas di mata masyarakat.

Pihak manajemen cenderung menunda penyampaian laporan keuangan berisi berita

buruk (Ukago, 2004). Pembahasan lebih lanjut dalam menganalisa peranan solvabilitas

guna menjelaskan rentang waktu penyelesaian pelaporan keuangan ke publik, didasari

oleh penemuan Jensen dan Meckling (1976) yang menyatakan bahwa debt holders

menghendaki syarat-syarat tertentu dalam perjanjian kontrak utang untuk membatasi

aktivitas manajemen, yang salah satunya mengharuskan manajemen menyajikan

laporan keuangan lebih cepat dan bersifat rutin untuk waktu tertentu. Hal ini

dimaksudkan agar debt holders dapat menilai kinerja finansial manajemen. Selain itu

semakin banyaknya risiko terhadap hutang, maka proses audit yang dilakukan auditor

maka akan semakin panjang. Auditor harus memiliki keyakinan dengan

mengumpulkan berbagai bukti dari asersi-asersi terhadap kemampuan entitas dalam

melunasi hutangnya. Dengan semakin banyaknya proses audit yang dilakukan maka

akan semakin panjang waktu yang dibutuhkan. Maka audit delay pada entitas dengan

tingkat rasio leverage tinggi semakin tinggi pula.

Page 33: DAFTAR PUSTAKArepository.ub.ac.id/6535/1/Pratama, Angga Yudha.pdfStudi Kasus, Desain dan Metode, Penerjemah Mudzakir. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar

31

2.1.4.5. Kompleksitas Operasi Bisnis

Kompleksitas operasi bisnis sangat berhubungan dengan audit delay

dikarenakan banyaknya anak perusahaan yang dimiliki suatu entitas akan membuat

auditor mengerjakan audit yang cukup lama dan sangat kompleks dan menyebabkan

terjadinya audit delay. Kompleksitas operasi bisnis dapat diukur menggunakan jumlah

anak perusahaan yang berakuisisi dengan perusahaan induk sebagai salah satu tolak

ukurnya. Semakin banyak anak perusahaan yang dimiliki maka tingkat operasi

perusahaan juga akan semakin kompleks. Entitas yang memiliki perusahaan anak

diharuskan untuk membuat laporan keuangan konsolidasi. Laporan keuangan

konsolidasi bertujuan untuk menyajikan kinerja keuangan baik dari entitas induk

maupun anak menjadi satu layaknya satu entitas yang utuh. Hal ini selaras dengan

penelitian yang telah diuji oleh Saputri (2012) yang telah menunjukkan kompleksitas

operasi suatu entitas dapat memperpanjang audit delay dikarenakan auditor akan

menghabiskan lebih banyak waktu untuk menyelesaikan tugas audit pada entitas klien

yang mengalami peningkatan kompleksitas operasi perusahaan.

2.1.4.6. Kualitas Auditor

Ketika melakukan tugas audit Kantor Akuntan Publik sebisa mungkin

mempekerjakan auditor yang memiliki kemampuan yang mumpuni dalam mengaudit

dan pengalaman yang cukup agar kewajaran atas laporan keuangan memiliki

kredibilitas dan menimbulkan kepercayaan bagi penggunanya. Menurut penelitian

Lestari (2010), kualitas auditor memiliki pengaruh terhadap audit delay, karena KAP

yang mempunyai sumber daya yang lebih baik dari segi kuantitas maupun kualitas pasti

Page 34: DAFTAR PUSTAKArepository.ub.ac.id/6535/1/Pratama, Angga Yudha.pdfStudi Kasus, Desain dan Metode, Penerjemah Mudzakir. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar

32

memiliki reputasi yang harus dijaga sehingga laporan audit akan lebih cepat

diselesaikan. Namun penelitian Carslaw dan Kaplan (1991), menyebutkan tidak

adanya hubungan positif yang signifikan antara audit delay dan kualitas auditor.

Profesionalisme seorang auditor dapat ditandai berdasarkan ketepatan waktu auditor

tersebut dalam menyampaikan laporan auditnya. Ketertundaan dalam

mempublikasikan laporan keuangan dapat disebabkan oleh lamanya auditor dalam

menyelesaikan pekerjaan auditnya. Agar proses audit dapat terselesaikan secara tepat

waktu maka auditor harus memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup dalam

melaksanakan prosedur audit. (Fachriyah, 2011).

2.1.4.7. Ukuran Kantor Akuntan Publik

Untuk menilai kewajaran atas laporan keuangan yang telah dibuat oleh auditor

internal suatu entitas, maka entitas tersebut harus menyewa jasa penilaian dan audit

atas laporan keuangan tersebut kepada lembaga yang berhak dan capable serta

memperoleh izin untuk melakukan tugas audit. Lembaga tersebut dinamakan Kantor

Akuntan Publik (KAP). KAP besar dijelaskan oleh Ariyanti dan Budiartha (2010),

umumnya memiliki sumber daya yang banyak dan lebih baik. Mayoritas KAP besar

memiliki sistem yang canggih dan akurat karena biasanya didukung dengan kerjasama

internasional dengan sumber dana yang besar. Hal yang biasa terjadi adalah KAP besar

akan memperoleh insentif yang lebih tinggi untuk menyelesaiakan pekerjaan auditnya

sebagai imbalan karena lebih cepat menyelesaikan tugas auditnya dibanding KAP yang

ukurannya lebih kecil. KAP besar juga akan berusaha mempertahankan reputasinya

dengan waktu audit yang lebih cepat.

Page 35: DAFTAR PUSTAKArepository.ub.ac.id/6535/1/Pratama, Angga Yudha.pdfStudi Kasus, Desain dan Metode, Penerjemah Mudzakir. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar

33

Di Indonesia KAP dapat digolongkan menjadi 2 yaitu KAP yang beroperasi

secara universal dan mempunyai kantor cabang di banyak negara di dunia atau dikenal

dengan big four, dan KAP lainnya non big four. Untuk dapat beroperasi di Indonesia

KAP big four harus mengakuisisi KAP lokal. Perbedaan antara KAP big four dengan

non big four terletak pada lebih canggih dan akuratnya sistem yang digunakan oleh

KAP big four yang akan berdampak pada waktu penyelesaian audit. Adapun kantor

akuntan publik di Indonesia yang berafiliasi dengan KAP Big Four di Indonesia

(Saputri, 2012) adalah:

1. KAP Price Waterhouse Coopers, yang bekerja sama dengan KAP Tanudiredja,

Wibisana & Rekan.

2. KAP KPMG (Klynveld Peat Marwick Goerdeler), yang bekerja sama dengan

KAP Siddharta dan Widjaja.

3. KAP Ernst & Young, yang bekerja sama dengan KAP Purwantono, Suherman

dan Surja.

4. KAP Deloitte Touche Tohmatsu, yang bekerja sama dengan KAP Osman Bing

Satrio.

KAP besar, dalam hal ini the big four, cenderung lebih cepat menyelesaikan

tugas audit yang mereka terima bila dibandingkan dengan non big four dikarenakan

reputasi yang harus mereka jaga.

Page 36: DAFTAR PUSTAKArepository.ub.ac.id/6535/1/Pratama, Angga Yudha.pdfStudi Kasus, Desain dan Metode, Penerjemah Mudzakir. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar

34

2.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian audit delay telah banyak dilakukan. Hasil dari penelitian-penelitian

tersebut menunjukkan bahwa banyak faktor-faktor yang mempengaruhi audit delay

dalam melaporkan laporan keuangannya diantaranya yaitu:

1. Lucyanda dan Nura’ni (2013) meneliti pengujian faktor-faktor yang

mempengaruhi audit delay Faktor-faktor ini terdiri dari ukuran perusahaan,

rasio hutang terhadap aset, pengungkapan kerugian perusahaan, opini audit,

akuntan publik. Sampel yang digunakan dalam penelitian adalah 225

perusahaan tahun yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari Jakarta pada

tahun 2008-2010. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rasio hutang

terhadap aset berpengaruh positif terhadap keterlambatan audit, dan ukuran

perusahaan akuntan publik memiliki pengaruh negatif terhadap audit delay.

2. Che-Ahmad dan Shamharin (2009) meneliti pengaruh dari variabel jumlah

aset, jumlah anak perusahaan, ukuran KAP, opini audit, dan kepemilikan

saham direksi terhadap variabel audit delay. Sampel penelitian yang

digunakan adalah 343 perusahaan yang listing di Bursa Malaysia periode

tahun 1993. Hipotesis diuji menggunakan model regresi linier berganda

yang menunjukkan bahwa hanya kepemilikan saham direksi yang memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap audit delay.

3. Modugu, Eragbhe, dan Ikhatua (2012) meneliti pengaruh ukuran

perusahaan, debt-equity Ratio, profitabilitas, cabang perusahaan

multinasional, reputasi KAP, audit fees, dan jenis industri. Hasil dari

penelitian tersebut adalah variabel cabang perusahaan multinasional,

Page 37: DAFTAR PUSTAKArepository.ub.ac.id/6535/1/Pratama, Angga Yudha.pdfStudi Kasus, Desain dan Metode, Penerjemah Mudzakir. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar

35

ukuran perusahaan, dan audit fees yang berpengaruh terhadap audit delay,

variabel independen lainnya tidak berpengaruh signifikan.

Berdasarkan paparan peneletian terdahulu diatas dapat dilihat bahwa terjadinya

audit delay merupakan permasalahan yang dinamis karena bergantung dari tempat

penelitian, variabel, dan waktu penelitian.

Page 38: DAFTAR PUSTAKArepository.ub.ac.id/6535/1/Pratama, Angga Yudha.pdfStudi Kasus, Desain dan Metode, Penerjemah Mudzakir. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar

36

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Penelitian kualitatif

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan desain deskriptif,

yaitu penelitian yang memberi gambaran secara cermat mengenai individu atau

kelompok tertentu tentang keadaan dan gejala yang terjadi (Koentjaraningrat,

1993:89). Metodologi kualitatif menurut Moleong (2007:6), adalah penelitian yang

bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek

penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll. Secara holistik, dan

dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks

khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.

Dijelaskan kembali oleh Moleong (2007:5), mengemukakan bahwa penelitian

kualitatif adalah pengumpulan data pada suatu latar alamiah, dengan menggunakan

metode alamiah, dan dilakukan oleh orang atau peneliti yang tertarik secara

alamiah.

Selanjutnya peneliti memberikan gambaran dengan cermat mengenai

fenomena yang terjadi tentang faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi

terjadinya audit delay, yang mana studi kasus dilakukan pada Kantor Akuntan

Publik MTD, TR, dan DBSD&A di Kota Malang. Studi kasus digunakan sebagai

penjelasan komprehensif yang berkaitan dengan berbagai aspek seseorang, suatu

kelompok, suatu organisasi, suatu program, atau suatu situasi dalam masyarakat

yang diteliti, diupayakan dan ditelaah sedalam mungkin. Studi kasus juga memiliki

pengertian berkaitan dengan penelitian yang terperinci tentang seseorang atau suatu

unit sosial dalam kurun waktu tertentu (Yin, 2008).

Page 39: DAFTAR PUSTAKArepository.ub.ac.id/6535/1/Pratama, Angga Yudha.pdfStudi Kasus, Desain dan Metode, Penerjemah Mudzakir. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar

37

Tujuan dari penelitian kualitatif adalah untuk memperoleh gambaran

seutuhnya mengenai suatu hal menurut pandangan yang sedang diteliti. Penelitian

kualitatif ini berhubungan erat dengan ide, persepsi, pendapat serta kepercayaan

yang sedang diteliti dan semuanya tidak dapat diukur dengan angka.

Pada studi ini peneliti akan menganalisis faktor–faktor penyebab audit delay

berdasarkan keterangan Senior auditor dan Senior manager yang pernah mengalami

audit delay pada KAP MTD, TR, dan DBSD&A di Kota Malang selaku informan.

Pendekatan penelitian untuk menjawab pertanyaan penelitian ini lebih cenderung

kepada metode studi kasus. Seperti halnya strategi-strategi penelitian lainnya,

metode studi kasus merupakan suatu cara penelitian terhadap masalah secara

deskriptif melalui pengungkapan dan penemuan.

3.2. Objek Penelitian

Peneliti memilih Kantor Akuntan Publik MTD, TR, dan DBSD&A di Kota

Malang, Jawa Timur sebagai tempat penelitian dikarenakan ketiga KAP tersebut

memenuhi kriteria yang dibutuhkan peneliti untuk melakukan penelitian. Kriteria

tersebut antara lain (a) ketiga KAP tersebut pernah mengalami audit delay dan (b)

ketiga KAP tersebut mengizinkan peneliti untuk melakukan penelitian melalui

wawancara terkait audit delay.

3.3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara yang digunakan oleh peneliti

yang bertujuan untuk memperoleh data dalam suatu penelitian. Pada penelitian ini,

peneliti memilih jenis penelitian kualitatif dan data yang diperoleh harus mendalam,

jelas, spesifik, dan akurat. Sugiyono (2009:225) menjelaskan bahwa pengumpulan

Page 40: DAFTAR PUSTAKArepository.ub.ac.id/6535/1/Pratama, Angga Yudha.pdfStudi Kasus, Desain dan Metode, Penerjemah Mudzakir. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar

38

data dapat diperoleh dari hasil observasi, wawancara, dokumentasi, dan

gabungan/triangulasi. Peneliti memilih teknik wawancara sebagai teknik

pengumpulan data karena dinilai relevan dalam memperoleh data serta temuan-

temuan guna mencapai tujuan penelitian. Menurut Jogiyanto (2010), wawancara

adalah komunikasi dua arah untuk mendapatkan data dari informan dengan

berbagai model wawancara antara lain wawancara personal, wawancara intersep,

dan wawancara telepon. Wawancara personal adalah wawancara dengan

melakukan tatap muka langsung dengan responden. Sedangkan wawancara intersep

hampir sama dengan wawancara personal tetapi informan dipilih di lokasi umum,

dan wawancara telepon adalah wawancara yang dilakukan melalui media telepon.

Model teknik wawancara yang dipakai peneliti dalam melakukan penelitian

adalah wawancara personal dengan senior auditor maupun senior manager yang

pernah mengalami audit delay pada Kantor Akuntan Publik MTD, TR, dan

DBSD&A di Kota Malang.

3.4. Sumber Data

Sumber data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah data

primer, yaitu informan yang terdiri dari 2 orang Senior auditor dan 1 orang Senior

manager yang pernah mengalami audit delay di KAP MTD, TR, dan DBSD&A di

Kota Malang, dan bersedia untuk menjalani wawancara. Data Primer adalah data

dalam bentuk verbal atau kata-kata yang diucapkan secara lisan, gerak-gerik atau

perilaku yang dilakukan oleh subjek yang dapat dipercaya, yakni subjek penelitan

atau informan yang berkenaan dengan variabel yang diteliti atau data yang

diperoleh dari informan secara langsung (Arikunto, 2010:22).

Page 41: DAFTAR PUSTAKArepository.ub.ac.id/6535/1/Pratama, Angga Yudha.pdfStudi Kasus, Desain dan Metode, Penerjemah Mudzakir. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar

39

3.5. Teknik Analisis Data

Analisis data kualitatif menurut Moleong (2007:248), adalah upaya yang

dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah

menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan

pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa

yang dapat diceriterakan kepada orang lain. Berdasarkan pada definisi yang telah

dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa langkah awal analisis data adalah

mengumpulkan data yang ada, menyusun secara sistematis, lalu

menginterpretasikan hasil penelitiannya dalam tulasan serta mempresentasikan

hasil penelitian kepada orang lain. Selanjutnya Moleong (2007:248), menjabarkan

tahapan analisis data kualitatif adalah sebagai berikut:

1. Membaca/mempelajari data, menandai kata-kata kunci dan gagasan yang

ada dalam data.

2. Mempelajari kata-kata kunci itu, berupaya menemukan tema-tema yang

berasal dari data.

3. Menentukan ‘model’ yang ditemukan.

4. Mencatat yang telah dilakukan.

Analisis data dimulai dengan melakukan wawancara personal dengan

informan kunci, yaitu seseorang yang benar-benar memahami dan mengetahui

situasi suatu objek penelitian. Setelah melakukan wawancara, analisis data dimulai

dengan membuat transkrip dari hasil wawancara tersebut, dengan cara memutar

kembali hasil rekaman dari wawancara tersebut dan mendengarkan dengan

seksama. Lalu menuliskan sesuai dengan apa yang terekam pada rekaman tersebut.

Page 42: DAFTAR PUSTAKArepository.ub.ac.id/6535/1/Pratama, Angga Yudha.pdfStudi Kasus, Desain dan Metode, Penerjemah Mudzakir. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar

40

Setelah peneliti menulis hasil wawancara tersebut ke dalam transkrip,

selanjutnya peneliti harus membaca dan menelaah secara cermat kemudian

dibuatlah reduksi data. Peneliti membuat reduksi data dengan cara membuat

abstraksi, yakni mengambil dan mencatat informasi-informasi yang bermanfaat

sesuai dengan konteks penelitian atau mengabaikan kata-kata yang tidak perlu

sehingga didapatkan inti dari kalimatnya saja, tetapi bahasanya sesuai dengan

bahasa informan. Selanjutnya peneliti akan mencantumkan hasil dari analisis data

kedalam pembahasan.

Page 43: DAFTAR PUSTAKArepository.ub.ac.id/6535/1/Pratama, Angga Yudha.pdfStudi Kasus, Desain dan Metode, Penerjemah Mudzakir. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar

41

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Audit Delay Pada Kantor Akuntan Publik MTD, TR, dan DBSD&A di

Kota Malang

Audit delay merupakan salah satu risiko yang ditimbulkan dari proses

auditing. Auditing melibatkan dua pihak yaitu auditee selaku klien yg diaudit dan

auditor independen dari Kantor Akuntan Publik. Informasi yang dibutuhkan

auditor independen untuk mengaudit dicerminkan oleh laporan keuangan klien.

Adapun audit delay pada penelitian ini mengacu pada lamanya waktu

penyelesaian proses audit atas laporan keuangan ditentukan oleh tanggal yang

disepakati antara klien dengan KAP saat perikatan hingga diselesaikannya laporan

audit oleh auditor. Penjelasan tersebut sesuai dengan tahapan-tahapan audit yang

disebutkan Agoes (2012:9) tentang proposal audit yang di dalamnya tercantum

kapan proses audit dimulai dan diselesaikan yang kemudian disetujui melalui

kontrak kerja audit dalam surat perikatan.

Alasan peneliti mengacu pada pengertian tersebut dikarenakan mayoritas

klien dari KAP MTD, TR, dan DBSD&A yang mengalami audit delay merupakan

klien yang non listing di Bursa Efek Indonesia, sehingga tolak ukur terjadinya

audit delay diukur berdasarkan jumlah hari lamanya waktu penyelesaian audit

yang melebihi tanggal yang disepakati saat perikatan, bukan batas waktu

pelaporan laporan keuangan yang sudah ditetapkan Otoritas Jasa Keuangan

maupun BAPEPAM-LK.

Page 44: DAFTAR PUSTAKArepository.ub.ac.id/6535/1/Pratama, Angga Yudha.pdfStudi Kasus, Desain dan Metode, Penerjemah Mudzakir. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar

42

Dalam konteks penelitian ini, peneliti sudah melakukan penelitian terkait

terjadinya audit delay pada Kantor Akuntan Publik MTD, TR, dan DBSD&A di

Kota Malang.

4.1.1 Pengetahuan Audit Delay Pada Kantor Akuntan Publik MTD

Analisis penelitian yang pertama pada Kantor Akuntan Publik MTD di

Kota Malang pada hari Kamis, tanggal 8 Juni 2017 dengan informan X selaku

Senior auditor berusia 29 tahun. Dalam hasil wawancaranya beliau menjelaskan

bahwa di Kantor Akuntan Publik MTD pernah mengalami audit delay. Penjelasan

yang diberikan X terkait audit delay adalah:

“Audit delay itu merupakan audit yang proses

pelaksanaannya melebihi batas waktu yang sudah

ditentukan.”

Hasil penjelasan yang dikemukakan oleh informan X dinilai sudah cukup

relevan dengan pengertian audit delay menurut Ahmad dan Kamarudin (2003),

yaitu jumlah hari antara tanggal laporan keuangan dan tanggal laporan audit.

Didukung oleh Rachmawati (2008) mengemukakan bahwa audit delay adalah

rentang waktu penyelesaian pelaksanaan audit laporan keuangan tahunan diukur

berdasarkan lamanya hari yang dibutuhkan untuk memperoleh laporan auditor

independen atas audit laporan keuangan perusahaan.

Selanjutnya dijelaskan oleh narasumber X terkait batas waktu yang sudah

disebutkan terkait audit delay:

“Itu tergantung dari kontrak yang disepakati saat

perikatan.”

Keterangan yang diberikan informan X menunjukkan bahwa pelaporan

yang dilakukan oleh KAP MTD terdapat keterlambatan karena auditor merasa

bahwa audit delay disebabkan tidak sesuainya waktu penyelesaian audit hingga

Page 45: DAFTAR PUSTAKArepository.ub.ac.id/6535/1/Pratama, Angga Yudha.pdfStudi Kasus, Desain dan Metode, Penerjemah Mudzakir. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar

43

penerbitan opini dengan kontrak audit yang disepakati saat perikatan. Keterangan

informan X sesuai dengan tahapan audit yang disebutkan Agoes (2012:9) tentang

proposal audit yang di dalamnya tercantum kapan proses audit dimulai dan

diselesaikan yang kemudian disetujui melalui kontrak kerja audit dalam surat

perikatan. Jika laporan auditor terbit setelah waktu yang disepakati maka terjadi

audit delay.

Dampaknya adalah semakin panjang audit delay maka semakin lama

entitas memperoleh opini audit. Dampak negatif juga didapat oleh KAP karena

semakin lama auditor menyelesaikan pekerjaan auditnya, maka semakin banyak

waktu dan biaya yang dikorbankan diluar perencanaan audit. Selain itu jika audit

delay semakin panjang, akan berpengaruh terhadap tingkat ketidakpastian

keputusan berdasarkan terlambatnya informasi yang dipublikasikan.

Ketepatan waktu juga menunjukkan bahwa laporan keuangan harus

disajikan pada kurun waktu yang teratur untuk memperlihatkan perubahan

keadaan entitas yang mungkin akan mempengaruhi prediksi dan keputusan

pemakai. Ketepatan waktu tidak menjamin relevansi, tapi relevansi informasi

tidak dimungkinkan tanpa ketepatan waktu informasi mengenai kondisi dan

proses perusahaan harus cepat dan tepat sampai kepada pengguna laporan

keuangan. Manfaat sebuah laporan keuangan yang diaudit akan berkurang jika

laporan yang disajikan tidak tersedia tepat waktu sesuai Carslaw dan Kaplan

(1991), yang menyatakan bahwa ketepatan waktu (timeliness) pelaporan

merupakan atribut utama dalam laporan keuangan. Semakin lama audit delay

maka semakin lama auditor dalam menyelesaikan pekerjaan auditnya. Yang

terpenting adalah laporan keuangan tersebut bisa selesai tepat waktu dan dapat

Page 46: DAFTAR PUSTAKArepository.ub.ac.id/6535/1/Pratama, Angga Yudha.pdfStudi Kasus, Desain dan Metode, Penerjemah Mudzakir. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar

44

diandalkan. Sehingga opini yang dihasilkan sesuai dengan standar auditing.

Auditor tidak boleh asal cepat menyelesaikan namun opini yang dihasilkan tidak

bisa diandalkan.

Mengingat pentingnya ketepatan waktu pelaporan keuangan bagi pembuat

keputusan, dimana audit delay menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi

terlambatnya pelaporan keuangan, maka audit delay serta faktor-faktor yang

mempengaruhinya dinilai dapat menjadi salah satu objek yang dapat diteliti.

Salah satunya adalah pemahaman auditor dalam menangani masalah pelaporan

informasi keuangan pada publik.

4.1.2 Pengetahuan Audit Delay Pada Kantor Akuntan Publik TR

Analisis penelitian yang kedua pada KAP TR di Kota Malang, Jawa Timur

pada hari Jumat, tanggal 16 Juni 2017 dengan informan Y selaku Senior Auditor

berusia 49 tahun. Dalam hasil wawancaranya beliau menjelaskan bahwa di Kantor

Akuntan Publik TR pernah mengalami audit delay.

Audit delay yang terjadi pada Kantor Akuntan Publik TR dijelaskan oleh

informan Y merupakan keterlambatan pelaporan opini melewati waktu yang

sudah disepakati. Penjelasan tersebut hampir sama dengan penjelasan informan X

dari Kantor Akuntan Publik MTD karena menekankan pada keterlambatan

pelaporan opini dengan waktu penyelesaian yang sudah disepakati. Adapun waktu

yang disepakati merupakan kesepakatan saat melakukan perikatan. Hal tersebut

dijelaskan dalam hasil wawancara berikut ini:

“Audit delay itu merupakan keterlambatan pelaporan

opini.”

Atas penjelasan di atas maka pengetahuan tentang audit yang dimiliki oleh KAP

TR sudah baik karena senada audit delay menurut Rachmawati (2008), yang

Page 47: DAFTAR PUSTAKArepository.ub.ac.id/6535/1/Pratama, Angga Yudha.pdfStudi Kasus, Desain dan Metode, Penerjemah Mudzakir. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar

45

mengemukakan bahwa audit delay adalah rentang waktu penyelesaian

pelaksanaan audit laporan keuangan tahunan diukur berdasarkan lamanya hari

yang dibutuhkan untuk memperoleh laporan auditor independen atas audit laporan

keuangan perusahaan. Selanjutnya informan Y menjelaskan lamanya waktu

penyeselesaian audit yang sudah disepakati dalam hasil wawancara berikut ini:

“Itu tergantung kita (pihak KAP) dan kliennya, biasanya

kalo kliennya bisa kerja sama dengan baik rata-rata 5

minggu sudah selesai namun tergantung dari ukuran

klien”.

Dari hasil wawancara di atas maka dapat dikatakan bahwa batas waktu

yang harus disepakati untuk menghindari audit delay bergantung dari pihak KAP

TR dengan klien, beliau menambahkan idealnya proses penyelesaian laporan audit

rata-rata 5 minggu sudah selesai, tergantung dari ukuran klien. Keterangan

informan Y menghasilkan beberapa informasi terkait audit delay. Yang pertama

adalah lemahnya komitmen yang terjadi antara kerjasama klien dan pihak

lembaga sendiri karena kerja sama yang tidak baik dapat menimbulkan

keterlambatan penyelesaian laporan audit. Kedua, adalah penjelasan informan Y

menguatkan penjelasan Agoes (2012:9) tentang tahapan-tahapan audit mengenai

proposal audit yang di dalamnya tercantum kapan proses audit dimulai dan

diselesaikan yang kemudian disetujui melalui kontrak kerja audit dalam surat

perikatan. Ketiga, ukuran perusahaan juga berpengaruh terhadap keterlambatan

pelaporan opini audit sesuai dengan penelitian Utami (2006), yang menyebutkan

audit delay akan semakin lama apabila ukuran entitas yang diaudit semakin besar.

Hal semacam ini berkaitan dengan semakin banyaknya sampel yang diambil dan

semakin luasnya prosedur audit yang harus dijalani.

Page 48: DAFTAR PUSTAKArepository.ub.ac.id/6535/1/Pratama, Angga Yudha.pdfStudi Kasus, Desain dan Metode, Penerjemah Mudzakir. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar

46

Ketepatan waktu penerbitan laporan keuangan audit merupakan hal yang

sangat penting baik bagi entitas yang listing maupun non listing di BEI. Untuk

entitas listing BEI yang menggunakan pasar modal sebagai salah satu sumber

pendanaan, ketepatan waktu menjadi hal yang sangat penting karena jika

penerbitan opini atas laporan keuangan entitas tersebut terlambat, maka ada

kecenderungan bahwa terdapat permasalahan pada entitas tersebut yang

menyebabkan terlambatnya penerbitan opini atas laporan keuangan entitas

tersebut dan sebaliknya. Sedangkan pada entitas non listing BEI audit delay

berakibat pada berkurangnya manfaat yang dapat diambil oleh pihak internal yang

diakibatkan terlambatnya penyelesaian audit atas laporan keuangan mereka. Hal

ini disebutkan Carslaw dan Kaplan (1991), yang menyatakan bahwa ketepatan

waktu (timeliness) pelaporan merupakan atribut utama dalam laporan keuangan.

Waktu yang telah disepakati saat perikatan antara KAP dengan klien

menjadi tolak ukur penyebab terjadinya audit delay dan pada pelaksanaannya

KAP cenderung menjadi pusat kesalahan atas keterlambatan penyampaian

informasi pada publik. Pada dasarnya keterlambatan pelaporan yang terjadi tidak

sepenuhnya kesalahan dari kinerja KAP sendiri karena seberapapun lama waktu

yang sudah ditentukan akan tergantung pada pihak klien KAP itu sendiri.

4.1.3 Pengetahuan Audit Delay Pada Kantor Akuntan Publik DBSD&A

Analisis penelitian yang ketiga pada KAP DBSD&A di Kota Malang,

Jawa Timur pada hari Selasa, 11 Juli 2017 dengan informan Z selaku Senior

manager berusia 33 tahun. Dalam hasil wawancara beliau menjelaskan bahwa di

Kantor Akuntan Publik DBSD&A sendiri pernah mengalami audit delay saat

pelaporan.

Page 49: DAFTAR PUSTAKArepository.ub.ac.id/6535/1/Pratama, Angga Yudha.pdfStudi Kasus, Desain dan Metode, Penerjemah Mudzakir. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar

47

Informan Z menyebutkan audit delay merupakan waktu yang ditimbulkan

oleh keterlambatan report audit laporan keuangan sejak tanggal perjanjian antara

kedua belah pihak sampai tanggal pelaporan audit maupun sesuai pada peraturan

yang berlaku. Hal tersebut didapat dari keterangan beliau sebagai berikut:

“Audit delay merupakan keterlambatan report audit dari

apa yang ada dalam perjanjian maupun apa yang ada

dalam peraturan.”

Penjelasan di atas dinilai cukup bagus karena didukung Rachmawati

(2008) yang mengemukakan bahwa audit delay adalah rentang waktu

penyelesaian pelaksanaan audit laporan keuangan diukur berdasarkan lamanya

hari dibutuhkan untuk memperoleh laporan auditor independen atas audit laporan

keuangan perusahaan. Semakin lama auditor menyelesaikan pekerjaan auditnya,

semakin lama pula audit delay. Jika audit delay semakin panjang, mengakibatkan

berkurangnya kualitas isi informasi yang terkandung dalam laporan keuangan

sehingga mempengaruhi tingkat ketidakpastian keputusan yang didasarkan pada

informasi yang dipublikasikan. Selain itu beliau juga menyebutkan bahwa audit

delay terjadi karena telah melebihi batas waktu yang sudah tercantum pada

peraturan. Peraturan yang dimaksud adalah Peraturan Otoritas Jasa Keuangan

Nomor 29 /POJK.04/2016 Tentang Laporan Tahunan Emiten Atau Perusahaan

Publik Pasal 7 Ayat (1) menyebutkan bahwa emiten atau perusahaan publik wajib

menyampaikan laporan tahunan kepada otoritas jasa keuangan paling lambat pada

akhir bulan keempat setelah tahun buku berakhir. Adapun keterlambatan report

yang dikatakan informan Z dijelaskan sebagai berikut:

“Lamanya keterlambatan bergantung dari perjanjian

perikatan.”

Page 50: DAFTAR PUSTAKArepository.ub.ac.id/6535/1/Pratama, Angga Yudha.pdfStudi Kasus, Desain dan Metode, Penerjemah Mudzakir. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar

48

Informan Z menjelaskan bahwa batas waktu yang harus dipenuhi supaya tidak

terjadi audit delay tidak menentu karena bergantung dari kesepakatan dengan

klien saat perikatan. Penjelasan beliau sesuai dengan penjelasan Agoes (2012:9),

tentang tahapan-tahapan audit mengenai proposal audit yang di dalamnya

tercantum kapan proses audit dimulai dan diselesaikan yang kemudian disetujui

melalui kontrak kerja audit dalam surat perikatan. Apabila batas waktu

penyelesaian audit melebihi waktu yang disepakati maka terjadi audit delay.

Laporan keuangan yang melebihi perjanjian yang sudah disepakati saat

perikatan, maka informasi yang terkandung dalam laporan keuangan tersebut

dapat dikatakan berkurang manfaatnya untuk membantu pengambilan keputusan.

Hal ini dijelaskan oleh Carslaw dan Kaplan (1991), menyatakan bahwa ketepatan

waktu (timeliness) pelaporan merupakan atribut utama dalam laporan keuangan.

Keterlambatan publikasi laporan keuangan akan berdampak pada meningkatnya

ketidakpastian atas keputusan yang diambil dari informasi yang ada didalam

laporan keuangan. Untuk menghindari dampak dari keterlambatan publikasi

laporan keuangan, maka laporan keuangan harus dipublikasikan secara tepat

waktu.

4.2 Pengalaman Audit Delay

4.2.1 Pengalaman Audit Delay Pada Kantor Akuntan Publik MTD

Berdasarkan hasil analisa peneliti pada informan dijelaskan bahwa dalam

selama bekerja di KAP MTD, informan X pernah mengalami audit delay pada

klien di tahun 2016 namun menolak memberikan nama jelas klien sehingga

disamarkan oleh peneliti. Ketika ditanya apakah pernah mengalami audit delay

beliau menjawab:

Page 51: DAFTAR PUSTAKArepository.ub.ac.id/6535/1/Pratama, Angga Yudha.pdfStudi Kasus, Desain dan Metode, Penerjemah Mudzakir. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar

49

“Ya, pernah di klien ABC tahun 2016.”

Proses terjadinya Audit delay pada KAP MTD terjadi karena klien lalai

memenuhi pembayaran fee audit yang sudah disepakati saat perikatan yang

seharusnya dilakukan secara berkala hingga audit selesai. Atas kejadian ini pihak

KAP MTD terpaksa menahan laporan opini audit yang sudah selesai dikerjakan

hingga pembayaran fee dipenuhi oleh klien. Hal ini tersebut disampaikan melalui

hasil wawancara berikut ini:

“Saat itu kita sudah menyepakati kontrak audit ketika

perikatan termasuk fee audit di dalamnya yang akan

dibayarkan secara berkala hingga selesainya audit.

Namun pada waktu berjalan klien lalai dalam melakukan

pembayaran hingga mendekati waktu penerbitan opini

sehingga kami memutuskan untuk menahan laporan hasil

audit hingga klien membayar fee yang sudah disepakati.

Kemudian sempat beberapa kali klien juga susah ditemui

setelah perikatan. Tentu hal ini bisa menghambat

pekerjaan kami”.

Dari penuturan tersebut di atas dijelaskan bahwa fee merupakan hal yang

sensitif dan menyebabkan KAP MTD harus menahan laporan audit yang

seharusnya diinformasikan sesuai tanggal yang ditentukan namun menjadi

terlambat karena adanya keterlambatan pembayaran fee dari pihak klien sendiri.

Hal ini tentu akan mengakibatkan Audit delay di KAP MTD. Selain itu, klien juga

susah ditemui setelah perikatan. Hal ini juga menyebabkan terhambatnya proses

audit yang dilakukan oleh KAP MTD.

Page 52: DAFTAR PUSTAKArepository.ub.ac.id/6535/1/Pratama, Angga Yudha.pdfStudi Kasus, Desain dan Metode, Penerjemah Mudzakir. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar

50

4.2.2 Pengalaman Audit Delay Pada Kantor Akuntan Publik TR

Berdasarkan hasil analisis penelitian yang berasal dari informan Y pada

KAP TR menunjukkan bahwa pernah terjadi audit delay pada saat mengaudit

klien. Audit delay terjadi saat mengaudit pada tahun 2015-2016, yang diselesaikan

pada tahun 2016. Ketika peneliti menanyakan apakah informan pernah mengalami

audit delay atau tidak, beliau menjawab melalui hasil wawancara sebagai berikut:

“Pernah saat mengaudit klien pada tahun 2015-2016,

penyelesaiannya pada tahun 2016.”

Penyelesaian audit yang dilakukan KAP TR yang seharusnya diselesaikan

tahun 2015 baru dapat diselesaikan tahun 2016. Hal ini disebabkan oleh adanya

kendala kurang lengkapnya data dari klien sendiri. Dijelaskan dalam hasil

wawancara berikut ini:

“Audit delay terjadi disebabkan sempat ada kendala

seperti dari pihak mereka datanya terlambat karena

kurang lengkap. Mereka kan menyiapkan laporan

keuangan dahulu, setelah siap baru kita mengaudit. Terus

yang sering kita alami data hilang di perjalanan. Jadi saat

pengiriman kita tunggu tidak kunjung sampai kemudian

kita konfirmasi ke pihak klien. Kemudian klien hanya

mengatakan kalau datanya hilang saat pengiriman entah

kendalanya apa yang jelas datanya tidak sampai ke KAP.

Hal ini menyebabkan waktu audit yang dibutuhkan

semakin lama karena klien membutuhkan waktu untuk

mengumpulkan data-data yang hilang”.

Penjelasan dari wawancara di atas menunjukkan bahwa kendala

penyelesaian laporan keuangan sendiri terkadang berasal dari pihak klien sendiri.

Dimulai dari kendala hilangnya data, atau tidak sampainya data kepada pihak

KAP sehingga waktu penyelesaian laporan informasi kepada publik menjadi

panjang dan lama terbukti hingga terjadi audit delay dalam jangka 1 tahun.

Page 53: DAFTAR PUSTAKArepository.ub.ac.id/6535/1/Pratama, Angga Yudha.pdfStudi Kasus, Desain dan Metode, Penerjemah Mudzakir. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar

51

Keterlambatan penyelesaian laporan keuangan seringkali menimbulkan

masalah yang pengaruhnya begitu besar bagi suatu lembaga seperti tertundanya

proses audit. Peran laporan keuangan menjadi sangat penting ketika dibuat tepat

pada waktunya, sehingga informasi yang disampaikan lebih akurat dan keputusan

yang diambil oleh pengguna laporan keuangan menjadi lebih relevan.

4.2.3 Pengalaman Audit Delay Pada Kantor Akuntan Publik DBSD&A

Hasil analisis peneliti pada objek penelitian ketiga, dilansir dari informan

Z menyatakan bahwa audit delay juga pernah terjadi di KAP DBSD&A selama

beberapa kali terutama pada klien non listing di BEI (Bursa Efek Indonesia).

Sebagaimana ungkapan narasumber sebagai berikut:

“Pernah, beberapa kali kita mengalami keterlambatan

terutama pada klien non listing di BEI (Bursa Efek

Indonesia).”

Beliau menambahkan, faktor yang menyebabkan mengapa mayoritas audit

delay terjadi pada klien yang non listing di Bursa Efek Indonesia dikarenakan

rata-rata klien yang mengalami audit delay merupakan entitas non listing BEI dan

tidak terikat dengan standar tanggal maksimum yang ditetapkan oleh Badan

Pengawas Pasar Modal–Laporan Keuangan (BAPEPAM-LK) maupun Otoritas

Jasa Keuangan (OJK). Maka otomatis klien yang non listing di Bursa Efek

Indonesia tidak terjerat sanksi yang ditetapkan BAPEPAM-LK maupun OJK jika

terlambat menyampaikan laporan keuangan yang telah diaudit.

Beragam proses audit delay yang terjadi di setiap KAP. Terdapat dua kali

peristiwa audit delay yang terjadi pada KAP DBSD&A. Yang pertama adalah

masuknya data audit di waktu yang sudah mendesak dikarenakan data belum

lengkap sehingga pihak KAP tidak bisa melakukan pengujian lebih awal dan

Page 54: DAFTAR PUSTAKArepository.ub.ac.id/6535/1/Pratama, Angga Yudha.pdfStudi Kasus, Desain dan Metode, Penerjemah Mudzakir. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar

52

kedua adalah melebarnya lingkup kerja audit setelah perikatan. Hal ini

diungkapkan dalam hasil wawancara berikut ini:

“Proses terjadinya beragam. Yang pertama karena

tanggal report/tanggal audit adalah tanggal terakhir kami

menerima data, jadi report baru bisa keluar setelah data

komplit dan kami sudah melakukan pengujian. Jika

mereka terlambat memberikan data dan baru diberikan di

akhir-akhir tanggal audit yang sudah disepakati maka

kemungkinan terjadinya Audit delay sangat besar. Yang

kedua disebabkan scope of work itu berkembang setelah

perikatan.”

Setelah perikatan, laporan audit hampir sepenuhnya menjadi tanggung

jawab auditor karena saat itu lah auditor melakukan pekerjaan audit lapangan

sementara klien hanya menunggu hasil dan memberkan informasi yang

dibutuhkan auditor dalam menyelesaikan proses audit. Sehingga merujuk dari data

wawancara di atas dapat dijelaskan bahwa lingkup kerja benar-benar harus

diperhitungkan serta data klien harus dipastikan lengkap demi kelancaran proses

audit itu sendiri.

Pihak klien bertanggung jawab untuk menyusun laporan keuangan

sedangkan auditor bertanggung jawab dalam memberikan pendapat atas laporan

keuangan. Namun, sering kali pada kenyataannya pihak internal belum

mempersiapkan data terkait informasi entitas mereka dengan baik dan tidak

menjelaskan gambaran umum terkait entitas mereka secara jujur sehingga proses

audit yang dikerjakan auditor dari pihak Kantor Akuntan Publik menjadi lebih

sulit dan lama. Dua hal ini yang menyebabkan terjadinya audit delay pada KAP

DBSD&A.

Page 55: DAFTAR PUSTAKArepository.ub.ac.id/6535/1/Pratama, Angga Yudha.pdfStudi Kasus, Desain dan Metode, Penerjemah Mudzakir. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar

53

4.3 Analisis Faktor-Faktor Penyebab Audit Delay Eksternal KAP

Audit delay bisa disebabkan oleh pihak klien selaku eksternal dan pihak

internal Kantor Akuntan Publik. Adapun faktor eksternal KAP yang meyebabkan

audit delay adalah kompleksitas operasi bisnis. Kemudian dari hasil penelitian

melalui wawancara pada KAP MTD, KAP TR, dan KAP DBSD&A di Kota

Malang, peneliti menemukan temuan baru yaitu pembayaran audit, data hilang

saat pengiriman, dan data tidak lengkap.

1. Kompleksitas Operasi Bisnis

Kompleksitas operasi bisnis sangat berhubungan dengan audit delay

dikarenakan banyaknya anak perusahaan yang dimiliki suatu entitas akan

membuat auditor mengerjakan audit yang cukup lama dan sangat kompleks dan

menyebabkan terjadinya audit delay. Kompleksitas operasi bisnis dapat diukur

menggunakan jumlah anak perusahaan yang berakuisisi dengan perusahaan induk

sebagai salah satu tolak ukurnya. Semakin banyak anak perusahaan yang dimiliki

maka tingkat operasi perusahaan juga akan semakin kompleks. Entitas yang

memiliki perusahaan anak diharuskan untuk membuat laporan keuangan

konsolidasi. Laporan keuangan konsolidasi bertujuan untuk menyajikan kinerja

keuangan baik dari entitas induk maupun anak menjadi satu layaknya satu entitas

yang utuh. Hal ini selaras dengan penelitian yang telah diuji oleh Saputri (2012)

yang telah menunjukkan kompleksitas operasi bisnis suatu entitas dapat

memperpanjang audit delay. Hal ini dikarenakan auditor akan menghabiskan lebih

banyak waktu untuk menyelesaikan tugas audit pada entitas klien yang mengalami

peningkatan kompleksitas operasi bisnis perusahaan.

Page 56: DAFTAR PUSTAKArepository.ub.ac.id/6535/1/Pratama, Angga Yudha.pdfStudi Kasus, Desain dan Metode, Penerjemah Mudzakir. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar

54

Dari hasil wawancara terhadap informan Z yang bekerja pada KAP

DBSD&A, beliau mengemukakan bahwa terdapat pengaruh kompleksitas operasi

bisnis terhadap audit delay pada KAP DBSD&A. Hal tersebut disampaikan beliau

sebagai berikut:

“Kami menganalisa risiko di awal, di tengah jalan risiko

berubah sehingga pengujian harus semakin detail yang

menyebabkan scope of work kami berubah dan pengujian lebih

detail. Kami punya pre-engagement dan perencanaan awal

namun di tengah jalan perencanaan itu bisa berubah. Karena

hasil pengujian yang tidak memuaskan kami membutuhkan

bukti yang cukup dan relevan sehingga kami harus

memperluas pengujian. Jika ini sampai terjadi maka kami

harus melakukan pengujian ulang atau kami membutuhkan

bantuan ahli, kami akan komunikasikan dengan klien bahwa

kami tidak bisa release report di tanggal yang sudah

disepakati bersama karena kami membutuhkan jasa pihak

ketiga untuk mendapatkan bukti yang cukup dan relevan.

Misal, sebuah entitas mempunyai side job. Contohnya ada

sebuah entitas perdagangan namun ternyata dia memiliki

usaha lain yang kita tidak tahu di awal. Ternyata entitas

tersebut mempunyai tambang kecil-kecilan. Dalam laporan

keuangan side job tambang tersebut mereka memiliki

cadangan berlian di dalam tanah yang nilainya sekian. Kami

auditor, kami tidak punya keahlian cukup untuk menilai

kandungan berlian tersebut. Maka kami panggil ahli geologi

untuk menguji, kemudian kami panggil pihak appraisal untuk

menguji harga berlian tersebut. Seperti itu.”

Berdasarkan keterangan tersebut, dapat dilihat bahwa klien ternyata

memiliki kompleksitas operasi bisnis yang lebih luas yang mana hal tersebut tidak

disampaikan saat melakukan perikatan. Apalagi usaha sampingan tersebut

merupakan usaha yang sulit dipahami oleh seorang auditor dimana informan

mencontohkan usaha sampingan tersebut bergerak di bidang tambang. Auditor

tidak memiliki keahlian dalam menilai kandungan yang dimiliki tambang tersebut.

Hal ini menyebabkan pihak Kantor Akuntan Publik kembali menghubungi klien

untuk menyewa jasa ahli geologi untuk menguji, dan menyewa pihak appraisal

Page 57: DAFTAR PUSTAKArepository.ub.ac.id/6535/1/Pratama, Angga Yudha.pdfStudi Kasus, Desain dan Metode, Penerjemah Mudzakir. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar

55

untuk menilai dan menguji harga kandungan tersebut. Rangkaian proses tersebut

tentu saja memakan waktu yang lebih lama dan mengakibatkan audit delay.

Setelah melakukan penelitian melalui wawancara pada KAP MTD, KAP

TR, dan KAP DBSD&A, peneliti menemukan temuan-temuan baru. Temuan-

temuan tersebut antara lain:

2. Pembayaran Audit

Dari hasil wawancara terhadap informan X selaku Senior manager berusia

29 tahun yang bekerja untuk KAP MTD di Kota Malang, peneliti memperoleh

temuan bahwa pembayaran audit dapat mengakibatkan audit delay. Hal ini

didapat melalui keterangan sebagai berikut:

“Saat itu kita sudah menyepakati kontrak audit ketika

perikatan termasuk fee audit di dalamnya yang akan

dibayarkan secara berkala hingga selesainya audit.

Namun pada waktu berjalan klien lalai dalam melakukan

pembayaran hingga mendekati waktu penerbitan opini

sehingga kami memutuskan untuk menahan laporan hasil

audit hingga klien membayar fee yang sudah disepakati.”

Keterangan tersebut menjelaskan bahwa pembayaran audit dapat

menyebabkan audit delay karena tidak adanya profesionalitas dari klien dalam

memenuhi kewajiban atas pembayaran audit yang sudah dijanjikan saat kontrak

audit di perikatan. Akibat dari lalainya pembayaran audit yang seharusnya

dipenuhi oleh klien adalah keputusan dari pihak KAP MTD untuk menahan

sementara laporan hasil audit hingga klien memenuhi pembayaran audit yang

sudah disepakati. Tentu saja hal ini menimbulkan audit delay dari waktu

penyelesaian yang sudah disepakati saat perikatan. Karena hasil laporan audit

hingga penerbitan opini baru akan diterbitkan ketika klien bisa memenuhi

pembayaran audit yang sudah dijanjikan.

Page 58: DAFTAR PUSTAKArepository.ub.ac.id/6535/1/Pratama, Angga Yudha.pdfStudi Kasus, Desain dan Metode, Penerjemah Mudzakir. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar

56

Lebih dalam beliau menambahkan melalui hasil wawancara sebagai berikut:

“Penyebab utamanya ya karena mereka belum mempunyai

biaya yang cukup untuk membayar jasa audit. Padahal

masalah fee sudah dibicarakan dan disetujui saat perikatan

tapi mereka tidak profesional karena tidak bisa memenuhi

perjanjian yang sudah disepakati. Dampak dari permasalahan

ini bagi klien adalah opini mereka semakin lama terbit dan

dampaknya bagi kami adalah pekerjaan kami semakin lama

yang bisa menyebabkan timeline yang sudah kami susun

berantakan dan berdampak pada terbengkalainya tugas audit

lainnya”

Adanya keterlambatan pembayaran audit yang dilakukan klien tentu akan sangat

menghambat adanya kinerja KAP sendiri. Komitmen dan perikatan yang sudah

disusun dan disetujui di awal justru tidak dipenuhi oleh sang klien. Dijelaskan

oleh beliau bahwa hal tersebut dimungkinkan data yang akan diaudit belum

selesai dan pihak perusahaan sudah masuk waktu audit sehingga audit delay

terjadi ditambah dengan pembayaran audit yang seharusnya dilakukan juga

terlambat.

3. Data Hilang Saat Pengiriman

Setelah mewawancarai informan Y selaku Senior auditor berusia 49 tahun

yang bekerja pada KAP TR di Kota Malang, informan menemukan temuan yang

tergolong unik karena jarang sekali ditemukan pada penelitian-penelitian

sebelumnya. Temuan terebut merupakan data yang hilang di jalan. Lebih lanjut

dipaparkan oleh informan Y:

“Terus yang sering kita alami data hilang di perjalanan.

Jadi saat pengiriman kita tunggu tidak kunjung sampai

kemudian kita konfirmasi ke pihak klien. Kemudian klien

hanya mengatakan kalau datanya hilang saat pengiriman

entah kendalanya apa yang jelas datanya tidak sampai ke

KAP. Hal ini menyebabkan waktu audit yang dibutuhkan

semakin lama karena klien membutuhkan waktu untuk

mengumpulkan data-data yang hilang.”

Page 59: DAFTAR PUSTAKArepository.ub.ac.id/6535/1/Pratama, Angga Yudha.pdfStudi Kasus, Desain dan Metode, Penerjemah Mudzakir. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar

57

Saat mengaudit, informan Y yang bekerja sebagai Senior auditor pada

KAP TR mengalami peristiwa yang jarang terjadi namun berdampak terhadap

audit delay. Peristiwa tersebut disebabkan hilangnya data yang dibutuhkan dalam

proses audit ketika dikirimkan. Jadi saat pihak KAP TR meminta data terkait

informasi klien yang butuhkan, klien awalnya mengatakan sudah mengirimkan

data tersebut. Namun setelah lama ditunggu data tersebut tidak kunjung sampai.

Kemudian pihak KAP TR menghubungi klien untuk menanyakan data tersebut.

Dan setelah ditelusuri oleh klien ternyata data tersebut hilang saat dikirimkan. Hal

tersebut mengakibatkan keterlambatan atas waktu penyelesaian audit dikarenakan

klien membutuhkan waktu tambahan untuk mengumpulkan data-data yang hilang

untuk kemudian diaudit oleh pihak KAP TR sehingga hal tersebut menyebabkan

terjadinya audit delay.

Atas terjadinya hilangnya data saat dikirimkan, pihak KAP TR harus

mengambil keputusan dengan mempertimbangkan materialitas dari data yang

hilang tersebut. Materialitas menurut Agoes (2012) merupakan, besarnya

informasi akuntansi yang apabila terjadi penghilangan atau salah saji, dilihat dari

keadaan yang melingkupinya, mungkin dapat mengubah atau mempengaruhi

pertimbangan orang yang meletakkan kepercayaan atas informasi tersebut.

Definisi tersebut mengakui pertimbangan materialitas dilakukan dengan

memperhitungkan keadaan yang melingkupi dan perlu melibatkan baik

pertimbangan kuantitatif maupun kualitatif. Setelah menentukan materialitas,

langkah selanjutnya yang harus dilakukan pihak KAP TR adalah menentukan

harus melakukan mandatory audit procedures atau alternative audit procedures

Page 60: DAFTAR PUSTAKArepository.ub.ac.id/6535/1/Pratama, Angga Yudha.pdfStudi Kasus, Desain dan Metode, Penerjemah Mudzakir. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar

58

untuk memenuhi kebutuhan atas penyajian data hilang tersebut bergantung dari

materialitas data tersebut.

4. Data Tidak Lengkap

Data yang tidak lengkap menjadi temuan terakhir yang ditemukan peneliti

saat melakukan penelitian melalui wawancara pada KAP MTD, KAP TR, dan

KAP DBSD&A di Kota Malang. Data tidak lengkap menjadi satu-satunya faktor

penyebab audit delay yang dialami oleh ketiga informan yang diwawancara oleh

peneliti.

Dimulai dari informan X yang bekerja sebagai Senior auditor pada KAP

MTD. Beliau mengatakan saat wawancara:

“Kemungkinan klien sulit ditemui dikarenakan data yang kita

butuhkan untuk mengaudit belum selesai dikerjakan. Jadi saat

kita meminta data tersebut mereka tidak memberikan

konfirmasi hingga data tersebut selesai menjadi laporan.”

Setelah wawancara, klien sangat sulit untuk ditemui padahal hal tersebut

dibutuhkan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam mengaudit.

Beliau menyebutkan alasan klien sulit ditemui setelah perikatan disebabkan oleh

data yang dibutuhkan untuk mengaudit belum selesai dikerjakan. Sehingga ketika

pihak KAP MTD meminta data tersebut pihak klien tidak memberikan konfirmasi

hingga data tersebut sudah selesai menjadi laporan. Hal ini tentu menghambat

jalannya proses pengerjaan audit karena pihak KAP MTD bingung harus

mendapatkan data darimana jika bukan dari klien. Dan untuk sementara waktu

pihak KAP MTD harus menunggu tanpa melakukan progress apapun dalam

proses pengerjaannya hingga data tersebut diselesaikan oleh klien dan diserahkan

kepada pihak Kantor Akuntan Publik. Hal ini tentu saja memicu terjadinya audit

delay karena proses auditing tidak selesai pada waktu yang sudah disepakati saat

Page 61: DAFTAR PUSTAKArepository.ub.ac.id/6535/1/Pratama, Angga Yudha.pdfStudi Kasus, Desain dan Metode, Penerjemah Mudzakir. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar

59

perikatan diakibatkan oleh lamanya menunggu data yang belum diserahkan oleh

klien karena belum lengkap.

Ketika klien menemui kesulitan pada kelengkapan datanya yang

disebabkan keterlambatan atas penyelesaian laporan keuangan internalnya, auditor

KAP MTD bisa melakukan alternative audit procedures berupa penawaran jasa

dalam membantu menyelesaikan laporan keuangan auditee yang disebut write-off.

Tentu saja jasa write-off menambah biaya yang harus dibayarkan kepada KAP

MTD, namun jika alternative audit procedures tersebut dilakukan dapat

meminimalisir terjadinya audit delay.

Kejadian data yang tidak lengkap sebagai faktor penyebab audit delay juga

terjadi pada KAP TR di Kota Malang, Jawa Timur. Informan Y menjelaskan

bahwa data yang diserahkan tidak lengkap. Hal ini disebutkan oleh beliau pada

hasil wawancara:

“Audit delay terjadi disebabkan sempat ada kendala

seperti dari pihak mereka datanya terlambat karena

kurang lengkap. Mereka kan menyiapkan laporan

keuangan dahulu, setelah siap baru kita mengaudit.”

Saat mengaudit pada tahun 2015 pihak KAP TR menemukan hambatan

dalam mengaudit berupa data yang dibutuhkan terlambat disetorkan akibat dari

belum lengkapnya data tersebut. Sama halnya dengan KAP MTD, pihak KAP TR

tidak bisa melakukan progress apapun selain menunggu data tersebut lengkap dan

diserahkan oleh auditee kemudian mereka siap untuk mengaudit. Akibatnya

adalah waktu penyelesaian audit menjadi lebih lama dari tanggal yang disepakati

saat perikatan. Lebih dalam beliau menambahkan:

“Akuntan internal mereka tidak lengkap memberikan data

karena terjadi pergantian pengurus. Dari pengurus lama

sudah tidak perduli dan pengurus yang baru tidak tahu kalau

Page 62: DAFTAR PUSTAKArepository.ub.ac.id/6535/1/Pratama, Angga Yudha.pdfStudi Kasus, Desain dan Metode, Penerjemah Mudzakir. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar

60

pengurus lama mengajukan audit kepada kita, bisa dikatakan

salah paham. Jadi kita harus menghubungi pengurus yang

lama sampai mendapat kepastian karena kita taunya yang

lama bukan yang baru. Kemudian setelah semuanya jelas baru

kita bisa melanjutkan audit. Waktu yang dibutuhkan untuk

menunggu kejelasan dari mereka lumayan lama sehingga

audit selesai melebihi waktu yang sudah disepakati.”

Penyebab belum lengkapnya data yang seharusnya disajikan auditee

dikarenakan adanya pergantian pengurus pada internal mereka. Pengurus lama

sudah tidak perduli akan kelengkapan data mereka dan pengurus yang baru selaku

penerus bahkan tidak mengetahui bahwa mereka sudah mengajukan audit kepada

pihak KAP TR. Selanjutnya pihak KAP TR kewalahan karena harus

menghubungi pengurus lama yang sudah menyetujui perjanjian atas proses audit

dan meminta data yang dibutuhkan untuk mengaudit. Setelah semua data lengkap

baru pihak KAP TR bisa melanjutkan proses audit terhadap auditee. Peristiwa ini

jelas akan menyulitkan pihak KAP TR dan berdampak pada mundurnya waktu

penyelesaian dari waktu yang sudah disepakati sehingga opini juga menjadi

terlambat diterbitkan dan terjadilah audit delay. Sebenarnya alternative

procedures audit yang dilakukan sudah sesuai dengan cara menghubungi

pengurus lama dari auditee bersangkutan. Namun audit delay tetap terjadi yang

disebabkan lamanya waktu yang dibutuhkan dalam meminta konfirmasi atas data

informasi keuangan dari pengurus lama pada auditee yang bersangkutan.

Pergantian pengurus dalam sebuah entitas ternyata sangat mempengaruhi

adanya audit delay karena dapat menimbulkan terbengkalainya data yang sudah

disiapkan pengurus terdahulu yang tidak dipahami oleh kepengurusan yang baru.

Kasus seperti ini jelas memiliki sanksi berupa sanksi administrasi bukan sanksi

nominal karena hubungannya bahwa terkendalanya pelaporan ini akhirnya juga

Page 63: DAFTAR PUSTAKArepository.ub.ac.id/6535/1/Pratama, Angga Yudha.pdfStudi Kasus, Desain dan Metode, Penerjemah Mudzakir. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar

61

memberikan sanksi pada KAP terkait. Hal ini dijelaskan dalam hasil wawancara

berikut ini:

“Iya jadi ada sanksi administrasi, bukan nominal, kita kan

tidak mengurus nominal. Kita mendapatkan sanksi dari

Pemerintah Kota bersangkutan yang kita audit, berupa kita

tidak bisa mengaudit klien tersebut lagi”.

Dari wawancara narasumber KAP TR tersebut menunjukkan bahwa sanksi

yang diterima pihak KAP akibat kelalaian klien cukup berat dimana KAP harus

berhadapan secara penuh dengan Pemerintah Kota Pasuruan dan tidak bisa

mengaudit klien tersebut di masa yang akan datang karena dianggap tidak

kompeten dalam pengerjaan audit atas laporan keuangan.

Dalam konteks yang sama di objek penelitian yang berbeda, dilansir dari

hasil observasi wawancara peneliti bahwa di KAP DBSD&A di Kota Malang,

Jawa Timur, informan Z selaku Senior manager pada KAP DBSD&A mengatakan

bahwa keterlambatan data dari klien yang disebabkan oleh tidak lengkapnya data

berpengaruh terhadap audit delay. Berikut penuturannya:

“Sebagian besar Audit delay disebabkan karena klien

terlambat memenuhi kebutuhan data yang kami minta

sehingga kami tidak bisa release report. Sebagian besar kalau

keterlambatan data disebabkan oleh internal klien. Perlu

diingat bahwa laporan keuangan dibuat oleh klien sedangkan

kami menguji laporan keuangan tersebut. Jadi ketika laporan

mereka belum lengkap atau belum sesuai standar kami pasti

request. Misal, laporan keuangan disajikan menggunakan

IFRS. Didalam IFRS diminta bahwa perlu adanya penilaian

untuk tanah, bangunan, dan sebagainya yang sifatnya rutin.

Ketika mereka belum menyajikan hasil dari appraisal tersebut

maka kami tidak bisa release report. Selain itu misalnya,

kewajiban imbalan pasca kerja disyaratkan diterbitkan oleh

pihak independen yang disebut aktuaris. Sebelum report itu

keluar dari aktuaris maka kami juga tidak bisa melakukan

pengujian. Jadi semakin kedepan laporan keuangan

kompleksitasnya semakin tinggi. Banyak jasa-jasa pihak

independen yang dibutuhkan dalam penyusunan laporan

keuangan. Hal-hal macam itu yang memang harus dipenuhi

Page 64: DAFTAR PUSTAKArepository.ub.ac.id/6535/1/Pratama, Angga Yudha.pdfStudi Kasus, Desain dan Metode, Penerjemah Mudzakir. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar

62

oleh perusahaan. Kami auditor tugasnya menguji, termasuk

menguji data dari pihak independen. Kalau data dari pihak

tersebut belum masuk maka kami tidak bisa melakukan

pengujian artinya kami tidak bisa menerbitkan report.”

Diketahui bahwa bila data kurang lengkap maka hal ini jelas menjadi

alasan utama auditor tidak bisa segera menyelesaikan audit laporan melalui

opininya. Penyebab dari belum lengkapnya data klien disebutkan beliau

dikarenakan laporan keuangannya belum sesuai standar. Adapun standar

akuntansi keuangan di Indonesia menurut Pernyataan Standar Akuntansi

Keuangan (PSAK) No. 1 (2012), tentang penyajian laporan keuangan

menyeebutkan bahwa ada beberapa karakteristik yang harus dipenuhi dalam

menyajikan laporan keuangan pada penggunanya. Karakteristik tersebut antara

lain:

1. Dapat dipahami

Penyajian laporan keuangan diharapkan mampu memberikan pemahaman

dan pengetahuan yang memadai kepada penggunanya tentang aktivitas

ekonomi, bisnis dan akuntansi. Kemudahan untuk segera dipahami oleh

pengguna membuat kualitas dari sebuah laporan keuangan akan meningkat

2. Relevan

Informasi dapat dikatakan relevan jika informasi yang disampaikan dapat

mempengaruhi keputusan ekonomi penggunannya sebagai dasar evaluasi

peristiwa di masa lalu, sekarang dan prediksi di masa depan.

3. Materialitas

Materialitas dalam sebuah informasi diukur dari tingkat kelalaian atau

kesalahan dalam pencatatan informasi dapat mempengaruhi pengambilan

Page 65: DAFTAR PUSTAKArepository.ub.ac.id/6535/1/Pratama, Angga Yudha.pdfStudi Kasus, Desain dan Metode, Penerjemah Mudzakir. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar

63

keputusan berdasarkan informasi tersebut. Dalam penyajian laporan

keuangan diharapkan tingkat materialitas dapat dipertimbangkan dengan

baik sehingga kesalahan pada pos-pos penting dapat diminimalisir.

4. Keandalan/Reliabiitas

Informasi dapat dikatakan memiliki keandalan adalah informasi yang

bebas dari kesalahan material dan tidak bias serta disajikan sesuai dengan

keadaan yang sebenar-benarnya terjadi.

5. Subtansi menggunguli bentuk

Transaksi dan peristiwa disajikan sesuai dengan substansi dan realitas

ekonomi yang terjadi.

6. Pertimbangan yang sehat

Pertimbangan yang sehat dibutuhkan dalam rangka menilai sumber daya

yang dimiliki perusahaan. Didalamnya terdapat unsur kehati-hatian dalam

memberikan pertimbangan pada kondisi tertentu sehingga pos-pos dalam

laporan keuangan dapat disajikan secara wajar.

7. Kelengkapan

Kelengkapan informasi dalam laporan keuangan harus diperhatikan baik

dalam segi materialitas maupun biaya. Kesengajaan tidak mengungkapkan

informasi dapat mempengaruhi keandalan dari laporan keuangan tersebut.

8. Dapat diperbandingkan / Komparabilitas

Penyajian laporan keuangan harus sesuai dengan standar yang telah

ditentukan agar informasi didalamnya dapat diperbandingkan dari satu

perusahaan dengan satu perusahaan lainnya dalam tujuan menilai kinerja

perusahaan tersebut dalam periode tertentu. Hal tersebut digunakan untuk

Page 66: DAFTAR PUSTAKArepository.ub.ac.id/6535/1/Pratama, Angga Yudha.pdfStudi Kasus, Desain dan Metode, Penerjemah Mudzakir. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar

64

bahan evaluasi dan perbandingan kinerja antar perusahaan.

9. Tepat Waktu

Ketepatan waktu penyajian laporan keuangan kepada penggunanya dapat

mempengaruhi tingkat keandalan informasi tersebut. Ketepatan waktu

mempengaruhi keputusan ekonomi yang diambil. Semakin lama penyajian

keuangan menandakan informasi yang dihasilkan semakin tidak relevan.

10. Keseimbangan antara biaya dan manfaat

Manfaat ekonomi haruslah lebih tinggi daripada biaya yang dikeluarkan.

Namun evaluasi dari keduanya merupakan sebuah pertimbangan yang

digunakan untuk mengukur tingkat manfaat yang dapat dihasilkan dengan

biaya yang telah dikeluarkan.

Selanjutnya Dewan Standar Akuntansi Keuangan telah mengesahkan

penyesuaian atas Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 1 (2014)

tentang Penyajian Laporan Keuangan yang menyebutkan komponen laporan

keuangan lengkap terdiri dari:

1. Laporan posisi keuangan pada akhir periode

Pada umumnya laporan posisi keuangan menyajikan rincian aset yang

dimiliki perusahaan yang disajikan pada sisi debit dan rincian

kewajiban serta ekuitas perusahaan yang disajikan pada sisi kredit.

2. Laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain selama periode

Laporan ini menunjukkan kemampuan sebuah perusahaan dalam

menghasilkan laba dan penghasilan komprehensif lain selama satu

periode tertentu dengan membandingkan pendapatan yang diperoleh

dengan beban usaha yang telah dikeluarkan. Laba atau rugi yang

Page 67: DAFTAR PUSTAKArepository.ub.ac.id/6535/1/Pratama, Angga Yudha.pdfStudi Kasus, Desain dan Metode, Penerjemah Mudzakir. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar

65

ditunjukkan dapat dijadikan salah satu tolak ukur keberhasilan kinerja

sebuah perusahaan.

3. Laporan perubahan ekuitas selama periode

Laporan yang menunjukkan perubahan atas aset perusahaan setelah

dikurangi dengan seluruh kewajibannya. Laporan ini umumnya

meliputi modal saham, laba usaha dan deviden.

4. Laporan arus kas selama periode

Laporan yang menyajikan aliran kas yang diterima dan dikeluarkan

oleh perusahaan beserta sumber-sumbernya dalam satu periode

tertentu. Pada umumnya penggunaan kas dapat dibedakan menjadi 3

aktivitas, yaitu: aktivitas operasi, aktivitas investasi, dan aktivitas

pembiayaan.

5. Catatan atas laporan keuangan

Jika laporan keuangan klien belum sesuai standar dan belum

memenuhi komponen yang ditetapkan oleh PSAK maka auditor dari

pihak KAP DBSD&A merasa ragu dan mengalami kesulitan dalam

pengerjaan auditnya.

Sama halnya dengan KAP MTD, KAP DBSD&A bisa melakukan

alternative audit procedures yang mana dalam kasus ini KAP DBSD&A

menawarkan jasa write-off untuk membantu mengerjakan laporan keuangan

auditee agar sesuai dengan standar yang berlaku dalam upaya menghindari

terjadinya audit delay.

Page 68: DAFTAR PUSTAKArepository.ub.ac.id/6535/1/Pratama, Angga Yudha.pdfStudi Kasus, Desain dan Metode, Penerjemah Mudzakir. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar

66

4.4 Analisis Faktor-Faktor Penyebab Audit Delay Internal KAP

1. Kualitas Auditor

Dalam penelitian ini faktor internal yang dianalisa ditemukan adanya

ketidakmaksimalan pihak Kantor Akuntan Publik dalam melaksanakan

kinerjanya. Pada wawancara yang dilakukan terhadap informan X selaku Senior

auditor pada KAP MTD ditemukan bahwa faktor internal yang muncul adalah

adanya kesalahan auditor dalam penentuan resiko audit yang diklasifikasikan

sebagai kualitas auditor. Berikut penjelasan informan terkait hal tersebut:

“Pernah, namun kejadian saat itu tidak sepenuhnya

disebabkan oleh internal KAP karena ada andil akuntan

internal mereka juga. Saat itu penyebabnya adalah kesalahan

dalam menentukan risiko audit. Saya tidak begitu ingat

kliennya, jadi kita kurang mempertimbangkan risiko audit dari

si klien dan ketika kita mengaudit langsung si klien terjadi hal

diluar dugaan yaitu ketika kita mengecek aplikasi mereka yaitu

MYOB (software akuntansi) itu tidak balance sehingga kita

harus melakukan pengecekan ulang yang menyebabkan

terjadinya keterlambatan penyelesaian audit”.

Informan X dari KAP MTD menjelaskan bahwa sebenarnya tidak

sepenuhnya kesalahan terjadi di Kantor Akuntan Publik MTD kesalahan

pertimbangan resiko yang dilakukan oleh auditor dari Kantor Akuntan Publik

disebabkan atas tidak balancenya aplikasi akuntansi MYOB yang mereka

gunakan sehingga auditor dari KAP MTD harus melakukan pengecekan ulang

yang menyebabkan terjadinya audit delay.

Ketika melakukan tugas audit, Kantor Akuntan Publik sebisa mungkin

mempekerjakan auditor yang memiliki kemampuan yang mumpuni dalam

mengaudit dan pengalaman yang cukup agar kewajaran atas laporan keuangan

memiliki kredibilitas dan menimbulkan kepercayaan bagi penggunanya.

Profesionalisme seorang auditor dapat ditandai berdasarkan ketepatan waktu

Page 69: DAFTAR PUSTAKArepository.ub.ac.id/6535/1/Pratama, Angga Yudha.pdfStudi Kasus, Desain dan Metode, Penerjemah Mudzakir. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar

67

auditor tersebut dalam menyampaikan laporan auditnya. Ketertundaan dalam

mempublikasikan laporan keuangan dapat disebabkan oleh lamanya auditor dalam

menyelesaikan pekerjaan auditnya. Agar proses audit dapat terselesaikan secara

tepat waktu maka auditor harus memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang

cukup dalam melaksanakan prosedur audit (Fachriyah, 2011).

2. Ukuran Kantor Akuntan Publik

Sama halnya dengan Kantor Akuntan Publik DBSD&A melalui informan

Z selaku Senior manager yang juga menyatakan mengalami adanya faktor

eksternal dalam audit delay yang terjadi meskipun kemungkinannya hanya 1%

saja. Dijelaskan dalam hasil wawancara berikut ini:

“Untuk faktor internal kemungkinan terjadinya mungkin hanya

1% sisanya 99% disebabkan dari klien. Penyebabnya bisa

disebabkan peak season sehingga hampir semua klien

deadlinenya di waktu yang sama atau berdekatan.”

Berdasarkan keterangan tersebut bisa disimpulkan bahwa menurut Z,

kemungkinan audit delay yang disebabkan oleh internal KAP DBSD&A sangat

kecil bahkan menurut beliau perbandingan persentasenya mencapai 99% dari

pihak klien selaku eksternal dan 1% dari pihak internal KAP DBSD&A.

Kemungkinan terjadinya audit delay dari pihak internal Kantor Akuntan Publik

bisa disebabkan oleh peak season dimana hampir semua klien meminta deadline

di waktu yang berdekatan bahkan bersamaan sehingga pihak Kantor Akuntan

Publik menjadi kewalahan dalam memprioritaskan laporan mana yang harus

diselesaikan terlebih dahulu. Sisa pekerjaan yang yang belum ditangani akan

terbengkalai dan memungkinkan terjadinya audit delay.

Faktor internal ini menunjukkan pengaruh Ukuran Akuntan Publik

terhadap audit delay. Sebagaimana dijelaskan Ariyanti dan Budiartha (2010),

Page 70: DAFTAR PUSTAKArepository.ub.ac.id/6535/1/Pratama, Angga Yudha.pdfStudi Kasus, Desain dan Metode, Penerjemah Mudzakir. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar

68

umumnya Kantor Akuntan Publik besar memiliki sumber daya yang banyak dan

lebih baik, karena mayoritas Kantor Akuntan Publik besar memiliki sistem yang

canggih dan akurat karena biasanya didukung dengan kerjasama internasional

dengan sumber dana yang besar. Karena memiliki sistem yang canggih dan akurat

tentu saja jadwal pengerjaan audit atas klien lebih terorganisir dan peristiwa yang

terjadi pada Kantor Akuntan Publik DBSD&A tidak terjadi. Hal yang biasa terjadi

adalah KAP besar akan memperoleh insentif yang lebih tinggi untuk

menyelesaiakan pekerjaan auditnya sebagai imbalan karena lebih cepat

menyelesaikan tugas auditnya dibanding KAP yang ukurannya lebih kecil. KAP

besar juga akan berusaha mempertahankan reputasinya dengan waktu audit yang

lebih cepat.

Berbeda dengan KAP MTD dan DBSD&A, KAP TR melalui informan Y

selaku Senior auditor menyatakan bahwa selama ini tidak pernah ada faktor

internal yang menyebabkan adanya audit delay karena rata-rata penyebab

utamanya terletak pada pihak klien. Berikut pengakuan senior auditor TR:

“Selama ini tidak pernah ada faktor yang disebabkan oleh pihak kami.”

Dari keseluruhan penjelasan tersebut di atas maka tentunya muncul

pemikiran mengenai harapan-harapan auditor independen agar audit delay yang

disebabkan internal Kantor Akuntan Publik tidak terjadi lagi. Dijelaskan oleh

senior auditor Kantor Akuntan Publik MTD sebagai berikut:

“Untuk Audit delay disebabkan oleh KAP mungkin

kedepannya harus lebih teliti dan berhati-hati dalam

menganalisis dan menentukan risiko audit klien yang akan

audit supaya hal tersebut tidak terjadi lagi karena bisa

merugikan citra KAP”.

Page 71: DAFTAR PUSTAKArepository.ub.ac.id/6535/1/Pratama, Angga Yudha.pdfStudi Kasus, Desain dan Metode, Penerjemah Mudzakir. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar

69

Prinsip kehati-hatian menjadi kunci utama pihak Kantor Akuntan Publik

sendiri dalam melakukan pelaksanaan audit. Sehingga auditor dari Kantor

Akuntan Publik MTD bisa lebih teliti dalam menganalisis dan menentukan resiko

audit agar tidak mengurangi kualitas serta citra KAP itu sendiri. Sedangkan

harapan pihak KAP MTD sendiri atas faktor eksternal yang terjadi adalah adanya

komitmen dari pihak klien. Dijelaskan dalam hasil wawancara berikut ini:

“Menghindarinya sebenarnya simple. Mereka harus

professional dan bisa diajak bekerja sama. Fee yang sudah

disepakati harus dipenuhi dengan cara menyiapkan uang yang

cukup. Selain itu pihak klien diharapkan bisa menyiapkan data

yang kita perlukan sejak awal. Sehingga kapanpun kita butuh

data, mereka ada.”

Kerjasama menjadi kunci utama antara pihak Kantor Akuntan Publik

dengan klien. Hal ini tentu klien harus selalu sedia atas apa yang dibutuhkan

Kantor Akuntan Publik termasuk data serta fee yang menjadi hak KAP atas

kinerjanya. Hal senada juga disampaikan oleh senior auditor KAP TR sendiri

sebagai berikut:

“Harapan saya sebelum diaudit mohon disiapkan semua data

yang kita perlukan mulai laporan keuangan beserta

pendukungnya contohnya akun kas mempunyai kas berbentuk

tunai atau rekening bank.”

Sama halnya dengan Kantor Akuntan Publik MTD bahwa harapan

kelengkapan data menjadi pokok utama lancarnya audit yang dilakukan.

Selanjutnya, harapan lain yang diinginkan pihak Kantor Akuntan Publik

DBSD&A di Kota Malang disampaikan dalam hasil wawancara sebagai berikut:

“Auditor itu selalu berharap bahwa, (1) klien itu paham benar

tentang proses penyusunan laporan keuangan, (2) Kami

berharap klien well-informed, full disclosure. Jadi mereka

memberikan informasi dan akses yang penuh kepada kami

tanpa menutupi apapun. (3) Kami berharap klien bisa bekerja

Page 72: DAFTAR PUSTAKArepository.ub.ac.id/6535/1/Pratama, Angga Yudha.pdfStudi Kasus, Desain dan Metode, Penerjemah Mudzakir. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar

70

sama dengan baik dengan kami sehingga proses audit bisa

berjalan dengan lancar.”

Lebih lanjut disampaikan sebagai berikut:

“Jadi di internal kami selalu berusaha membagi pekerjaan staf

secara efektif dan efisien sehingga tidak ada pekerjaan yang

tidak selesai. Karena tidak bisa dipungkiri saat peak season,

satu staf bisa mengerjakan belasan, jadi kita harus well-

maintained agar mereka bisa selesai berbarengan”.

Kedua wawancara tersebut di atas menunjukkan bahwa harapan yang

diinginkan pihak Kantor Akuntan Publik DBSD&A di Kota Malang sendiri

adalah klien yang bisa bekerja sama dengan baik dan transparan terkait gambaran

umum terkait entitas mereka. Selain itu pemahaman mendalam klien atas

penyusunan laporan keuangan menjadi harapan terakhir agar proses auditing

berjalan lancar dan diselesaikan tepat pada waktu yang sudah disepakati. Adapun

harapan untuk internal Kantor Akuntan Publik sendiri diperlukan adanya

pembagian tugas yang efektif dan efisien sehingga terwujub pembagian kerja

yang seimbang agar tidak memberatkan satu sama lain dan auditor bisa bekerja

sama satu sama lain dengan baik.

Page 73: DAFTAR PUSTAKArepository.ub.ac.id/6535/1/Pratama, Angga Yudha.pdfStudi Kasus, Desain dan Metode, Penerjemah Mudzakir. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar

71

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan pada bab

sebelumnya, dapat diambil simpulan sebagai berikut :

1. Faktor eksternal dari KAP yang menyebabkan terjadinya audit delay

antara lain kompleksitas operasi, pembayaran audit, data tidak lengkap,

dan data hilang saat pengiriman

2. Faktor internal dari KAP yang menyebabkan terjadinya audit delay

disebabkan oleh kualitas auditor dari KAP dan ukuran KAP.

5.2 Keterbatasan Penelitian

Peneliti menyadari bahwa dalam penelitian ini masih memiliki

keterbatasan yaitu tidak semua Kantor Akuntan Publik di Kota Malang

mengizinkan peneliti untuk melakukan penelitian.

5.3 Saran

Berdasarkan hasil analisis dan simpulan, dapat diajukan beberapa saran

untuk penelitian selanjutnya.

1. Bagi Klien diharapkan bisa terbuka secara informasi dan kooperatif

sehingga audit delay tidak terjadi lagi. Bagi auditor diharapkan mampu

meningkatkan kualitas dan kompetensi sehingga bisa menyelesaikan audit

secara tepat waktu.

Page 74: DAFTAR PUSTAKArepository.ub.ac.id/6535/1/Pratama, Angga Yudha.pdfStudi Kasus, Desain dan Metode, Penerjemah Mudzakir. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar

72

2. Penelitian selanjutnya, diharapkan dapat menyempurnakan penelitian ini

dengan memperluas lingkup penelitian yang dapat menyebabkan

terjadinya audit delay supaya bisa mengembangkan temuan-temuan yang

sudah ada dan menemukan temuan-temuan baru.

Page 75: DAFTAR PUSTAKArepository.ub.ac.id/6535/1/Pratama, Angga Yudha.pdfStudi Kasus, Desain dan Metode, Penerjemah Mudzakir. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AUDIT DELAY

(STUDI KASUS PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK MTD, TR, DAN

DBSD&A DI KOTA MALANG)

Disusun oleh:

ANGGA YUDHA PRATAMA

115020300111085

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih

Gelar Sarjana Ekonomi

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2017

Page 76: DAFTAR PUSTAKArepository.ub.ac.id/6535/1/Pratama, Angga Yudha.pdfStudi Kasus, Desain dan Metode, Penerjemah Mudzakir. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar
Page 77: DAFTAR PUSTAKArepository.ub.ac.id/6535/1/Pratama, Angga Yudha.pdfStudi Kasus, Desain dan Metode, Penerjemah Mudzakir. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar
Page 78: DAFTAR PUSTAKArepository.ub.ac.id/6535/1/Pratama, Angga Yudha.pdfStudi Kasus, Desain dan Metode, Penerjemah Mudzakir. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar

v

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AUDIT DELAY

(STUDI KASUS PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK MTD, TR,

DBSD&A DI KOTA MALANG)

Angga Yudha Pratama

Universitas Brawijaya, Jl. MT. Haryono 165, Malang

Email: [email protected]

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi

audit delay pada Kantor Akuntan Publik MTD, TR, dan DBSD&A di Kota

Malang. Penelitian menggunakan metode kualitatif dengan desain deskriptif. Data

penelitian diperleh melalui wawancara. Berdasarkan hasil wawancara pada Kantor

Akuntan Publik MTD, TR, dan DBSD&A di Kota Malang, dapat diambil

kesimpulan yang meliputi (1) Faktor eksternal kantor akuntan publik yang

menyebabkan terjadinya audit delay antara lain kompleksitas operasi bisnis,

pembayaran audit, data hilang saat pengiriman, dan kelengkapan data. Kemudian,

(2) Faktor internal dari kantor akuntan publik yang menyebabkan terjadinya audit

delay merupakan kualitas auditor dan ukuran Kantor Akuntan Publik. Hasil dari

penelitian ini membantu profesi auditor independen dalam upaya meningkatkan

efektifitas proses audit sehingga dapat mengurangi bahkan menghindari terjadinya

audit delay pada kantor akuntan publik MTD, TR, dan DBSD&A di Kota Malang.

Kata Kunci: Audit delay, kualitas auditor, ukuran kantor akuntan publik,

pembayaran audit, kompleksitas operasi bisnis.

Page 79: DAFTAR PUSTAKArepository.ub.ac.id/6535/1/Pratama, Angga Yudha.pdfStudi Kasus, Desain dan Metode, Penerjemah Mudzakir. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar

vi

ANALYSIS OF FACTORS THAT AFFECTING AUDIT DELAY (A CASE

STUDY AT PUBLIC ACCOUNTING FIRMS OF MTD, TR, DBSD&A IN

MALANG)

Angga Yudha Pratama

Universitas Brawijaya, Jl. MT. Haryono 165, Malang

Email: [email protected]

ABSTRACT

This study aims to analyze the factors that affect audit delay at Public Accounting

Firms in Malang. The research used qualitative method with descriptive design.

The research data was obtained through interview. From the result of interview

data on Public Accountant Office of MTD, TR, and DBSD&A in Malang, can be

concluded which include (1) external factor that affects audit delay among others

complexity of business operation, audit payments, missing data on delivery, and

data completeness. Then, (2) internal factor of public accounting firms that affects

audit delay caused by auditor quality and public accounting firms size. The results

of this study assists the independent auditor in an effort to improve the

effectiveness of the audit process so as to reduce and even avoid the occurrence of

audit delay at Public Accounting Firms MTD, TR, and DBSD&A in Malang.

Keywords: Audit delay, complexity of business operation, audit payments,

size of public accounting firms, auditor quality

Page 80: DAFTAR PUSTAKArepository.ub.ac.id/6535/1/Pratama, Angga Yudha.pdfStudi Kasus, Desain dan Metode, Penerjemah Mudzakir. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala

rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul:

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit Delay (Studi Kasus Pada Kantor

Akuntan Publik di Kota Malang).

Adapun tujuan dari penulis skripsi adalah untuk memenuhi syarat dalam

memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Brawijaya Malang. Sehubungan dengan selesainya karya akhir tersebut, penulis

menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. ALLAH SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya

2. Keluarga khususnya Orang tua saya Alm. Dasuki Hardjosetomo dan Nurhayati

yang telah memberikan dukungan serta doa sehingga saya dapat menyelesaikan

skripsi ini. Terima kasih banyak telah membimbing saya hingga akhir hayat dan

mohon maaf atas keterlambatan kelulusannya. Semoga bahagia melihat Angga

lulus, Pak.

3. Bapak Drs. Nukholis, SE., M.Bus., Ph.D., Ak selaku Ketua Jurusan Akuntansi.

4. Ibu Virginia Nur Rahmanti, MSA., Ak. Sebagai pembimbing yang telah sabar,

tulus dan ikhlas dalam meluangkan waktu, pikiran dan tenaga untuk

memberikan arahan dan motivasi selama penyusunan skripsi ini.

5. Teman-Teman Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis angkatan 2011,

Betek Fams, JSC, Porntabak, Kejo Malang dan teman-teman lainnya yang

Page 81: DAFTAR PUSTAKArepository.ub.ac.id/6535/1/Pratama, Angga Yudha.pdfStudi Kasus, Desain dan Metode, Penerjemah Mudzakir. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar

belum bias disebutkan satu per satu, terimakasih telah memberikan banyak

bantuan dan dukungan moral hingga hari ini. Sukses untuk kalian semua.

Page 82: DAFTAR PUSTAKArepository.ub.ac.id/6535/1/Pratama, Angga Yudha.pdfStudi Kasus, Desain dan Metode, Penerjemah Mudzakir. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar

i

DAFTAR ISI

Surat Pernyataan Non Plagiat.....................................................................................

Surat Keterangan Penelitian .......................................................................................

Daftar Isi................................................................................................................... i

Daftar Lampiran ..................................................................................................... iv

Abstrak ..................................................................................................................... v

Abstract .................................................................................................................. vi

BAB I. PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang .......................................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah ..................................................................................... 8

1.3. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 8

1.4. Manfaat Penelitian .................................................................................... 8

BAB II. KAJIAN PUSTAKA ................................................................................ 9

2.1. Landasan Teori.......................................................................................... 9

2.1.1. Laporan Keuangan........................................................................... 9

2.1.2. Audit .............................................................................................. 13

2.1.2.1. Pengertian Audit ................................................................ 13

2.1.2.2. Jenis-jenis Audit ................................................................ 14

2.1.2.3. Tujuan Auditing ................................................................. 18

2.1.2.4. Standar Auditing ................................................................ 21

2.1.2.5. Tahapan-tahapan Auditing................................................. 23

2.1.3. Audit Delay................................................................................... 24

2.1.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Audit Delay .......................... 26

2.1.4.1. Ukuran Entitas ................................................................... 26

2.1.4.2. Jenis Entitas ....................................................................... 27

2.1.4.3. Tingkat Profitabilitas ......................................................... 28

2.1.4.4. Tingkat Solvabilitas ........................................................... 29

2.1.4.5. Kompleksitas Operasi Bisnis ............................................. 31

2.1.4.6. Kualitas Auditor................................................................. 31

Page 83: DAFTAR PUSTAKArepository.ub.ac.id/6535/1/Pratama, Angga Yudha.pdfStudi Kasus, Desain dan Metode, Penerjemah Mudzakir. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar

ii

2.1.4.7. Ukuran Kantor Akuntan Publik ......................................... 32

2.2. Penelitian Terdahulu ............................................................................... 34

BAB III. METODE PENELITIAN .................................................................... 36

3.1. Penelitian Kualitatif ................................................................................ 36

3.2. Objek Penelitian ...................................................................................... 37

3.3. Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 37

3.4. Sumber Data............................................................................................ 38

3.5. Teknik Analisis Data............................................................................... 39

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 41

4.1.Audit Delay Pada Kantor Akuntan Publik MTD, TR dan DBSD&A di

Kota Malang............................................................................................. 41

4.1.1. Pengetahuan Audit Delay Pada Kantor Akuntan Publik MTD .... 42

4.1.2. Pengetahuan Audit Delay Pada Kantor Akuntan Publik TR ........ 44

4.1.3. Pengetahuan Audit Delay Pada Kantor Akuntan Publik

DBSD&A ..................................................................................... 46

4.2. Pengalaman Audit Delay ......................................................................... 48

4.2.1. Pengalaman Audit Delay Pada Kantor Akuntan Publik MTD ..... 48

4.2.2. Pengalaman Audit Delay Pada Kantor Akuntan Publik TR ......... 50

4.2.3. Pengalaman Audit Delay Pada Kantor Akuntan Publik

DBSD&A ..................................................................................... 51

4.3. Analisis Faktor-Faktor Penyebab Audit Delay Eksternal KAP .............. 53

4.4. Analisis Faktor-Faktor Penyebab Audit Delay Internal KAP ................. 66

BAB V. PENUTUP ............................................................................................... 71

1.1. Kesimpulan ............................................................................................. 71

1.2. Keterbatasan Penelitian ........................................................................... 71

1.3. Saran ....................................................................................................... 71

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 73

LAMPIRAN ........................................................................................................... 75

Lampiran 1 ........................................................................................................ 75

Lampiran 2 ........................................................................................................ 78

Page 84: DAFTAR PUSTAKArepository.ub.ac.id/6535/1/Pratama, Angga Yudha.pdfStudi Kasus, Desain dan Metode, Penerjemah Mudzakir. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar

iii

Lampiran 3 ........................................................................................................ 81