bab ii tinjauan pustakarepository.ub.ac.id/124333/4/4._bab_2.pdfkonsistensi bahan ini adalah putty...

13
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bahan cetak yang terdapat dalam kedokteran gigi terdiri dari dua jenis yaitu bahan cetak elastis dan non elastis. Bahan yang bersifat non-elastis adalah impression compound, impression wax, plaster of paris dan zinc oxide eugenol impression material. Bahan cetak elastis pula terdiri dari hidrokoloid material dan elastomer impression material. Contoh bahan cetak elastomer adalah silikon, polieter dan polisulfida. Elastomer diperkenalkan selepas Perang Dunia II hasil meningkatnya teknologi polimer dari sintetik rubber material (Anusaviace, 2003). 2.1 Bahan Cetak Elastomer Elastomer adalah bahan cetak bersifat elastis yang apabila digunakan dan dikeluarkan dari rongga mulut, akan tetap bersifat elastis dan fleksibel. Bahan ini diklasifikasikan sebagai nonaqueous elastomeric impression material oleh ANSI/ADA Spesification No.19. Biasanya digunakan untuk mencetak pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan, gigi tiruan immediat dan mahkota serta gigi tiruan cekat yang mana diperlukan cetakan yang akurat pada detail gigi dan daerah vestibulum (Keyf, 1994). Suatu bahan elastomer terdiri atas molekul atau polimer besar yang diikat oleh sejumlah kecil ikatan. Ikatan silang tersebut mengikat rantai polimer yang melingkar pada titik tertentu untuk membentuk jalinan 3 dimensi yang sering disebut sebagai gel (Anusavice, 2003). Anusavice (2003) membagi elastomer menjadi 4 kelas kekentalan yaitu Light body, Medium atau regular body, Heavy body, dan Putty. McCabe (2008)

Upload: others

Post on 02-Sep-2020

24 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ub.ac.id/124333/4/4._BAB_2.pdfkonsistensi bahan ini adalah putty dan bahan wash. Bahan putty merupakan bahan dengan kekentalan amat tinggi. Bahan

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Bahan cetak yang terdapat dalam kedokteran gigi terdiri dari dua jenis

yaitu bahan cetak elastis dan non elastis. Bahan yang bersifat non-elastis adalah

impression compound, impression wax, plaster of paris dan zinc oxide eugenol

impression material. Bahan cetak elastis pula terdiri dari hidrokoloid material dan

elastomer impression material. Contoh bahan cetak elastomer adalah silikon,

polieter dan polisulfida. Elastomer diperkenalkan selepas Perang Dunia II hasil

meningkatnya teknologi polimer dari sintetik rubber material (Anusaviace, 2003).

2.1 Bahan Cetak Elastomer

Elastomer adalah bahan cetak bersifat elastis yang apabila digunakan

dan dikeluarkan dari rongga mulut, akan tetap bersifat elastis dan fleksibel.

Bahan ini diklasifikasikan sebagai nonaqueous elastomeric impression material

oleh ANSI/ADA Spesification No.19. Biasanya digunakan untuk mencetak

pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan, gigi tiruan immediat dan mahkota serta

gigi tiruan cekat yang mana diperlukan cetakan yang akurat pada detail gigi dan

daerah vestibulum (Keyf, 1994).

Suatu bahan elastomer terdiri atas molekul atau polimer besar yang diikat

oleh sejumlah kecil ikatan. Ikatan silang tersebut mengikat rantai polimer yang

melingkar pada titik tertentu untuk membentuk jalinan 3 dimensi yang sering

disebut sebagai gel (Anusavice, 2003).

Anusavice (2003) membagi elastomer menjadi 4 kelas kekentalan yaitu

Light body, Medium atau regular body, Heavy body, dan Putty. McCabe (2008)

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ub.ac.id/124333/4/4._BAB_2.pdfkonsistensi bahan ini adalah putty dan bahan wash. Bahan putty merupakan bahan dengan kekentalan amat tinggi. Bahan

6

menggolongkan elastomer menjadi 4 tipe yang digunakan secara umum, yaitu

Polisulfida, Silikon polimerisasi kondensasi (silikon kondensasi), Silikon

polimerisasi tambahan (polyvynilsiloxane), dan Polieter.

2.2 Penggunaan Bahan Cetak Elastomer dalam Bidang Kedokteran Gigi

Penggunaan elastomer sebagai bahan cetak sangat luas yaitu dalam

pencetakan pada pembuatan berbagai jenis gigi tiruan seperti gigi tiruan penuh,

gigi tiruan sebagian lepasan, dan gigi tiruan cekat (crown dan bridge), dan

tumpatan inlay. Pemakaian bahan cetak ini digunakan untuk pengambilan

cetakan jaringan keras dan lunak dimana elastisitas sangat diperlukan untuk

mendapatkan suatu cetakan yang akurat (Siregar, 2006).

2.2.1 Pembuatan Gigi Tiruan Penuh

Pada pembuatan gigi tiruan penuh, bahan cetak elastomer digunakan

pada pengambilan cetakan fisiologis untuk mendapatkan model kerja yang

akurat, sehingga didapatkan retensi dan stabilitas yang baik. Penggunaan bahan

cetak elastomer adalah didasarkan bahwa bahan cetak ini dapat menyebar luas

dan merata pada setiap bagian yang harus dicetak tanpa adanya tekanan pada

jaringan mukosa (Siregar, 2006).

2.2.2 Pembuatan Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

Bahan ini terutama digunakan pada keadaan dimana terdapat undercut

yang besar sehingga sangat diperlukan bahan cetak yang elastis untuk

mencegah koyak atau rusaknya cetakan sewaktu dilepaskan dari mulut. Selain

itu, juga pada pembuatan metal frame, dimana model kerja dari metal frame

harus menunjukkan adaptasi yang akurat dan tepat dari metal frame terhadap

enamel gigi yang masih ada dan hal ini tidak boleh berkurang, harus benar-benar

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ub.ac.id/124333/4/4._BAB_2.pdfkonsistensi bahan ini adalah putty dan bahan wash. Bahan putty merupakan bahan dengan kekentalan amat tinggi. Bahan

7

beradaptasi dengan tepat sehingga nantinya akan diperoleh stabilisasi yang baik

(Siregar, 2006).

2.2.3 Pembuatan Tumpatan Inlay

Pada pembuatan tambalan inlay pencetakan dengan bahan cetak

elastomer dilakukan dengan menggunakan injeksi dengan bahan yang cair

dimana dengan cara injeksi maka bahan cetak dapat mengalir ke setiap celah

dari kavitas yang telah dipreparasi dapat tercetak dengan baik. Bahan cetak

diinjeksikan dengan syringe pertama kali dilakukan pada bagian terdalam dari

kavitas yang perlu untuk dicetak. Jika hal tersebut dilakukan dengan tepat maka

tidak akan terdapat gelembung udara pada permukaan cetakan dari die sehingga

dapat dihasilkan die yang baik (Siregar, 2006).

2.3 Bahan Cetak Silikon Kondensasi

2.3.1 Susunan Kimia

Polimer mengandung α-ω-hydroxy-terminated polydimethyl siloxane.

Polimerisasi kondensasi dari bahan ini melibatkan reaksi dengan trifungsi dan

tetrafungsi alkil silikat, biasanya tetraetil orthosilikat, dengan adanya rantai oktoat

mengandung timah. Reaksi ini dapat terjadi pada temperatur rata-rata; jadi bahan

ini sering disebut silikon vulkanisasi temperatur ruangan (RTV). Pembetukan

elastomer terjadi melalui ikatan silang antara kelompok terminal dari polimer

silikon dan alkil silikat untuk membentuk jalinan kerja 3 dimensi (Anusavice,

2003).

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ub.ac.id/124333/4/4._BAB_2.pdfkonsistensi bahan ini adalah putty dan bahan wash. Bahan putty merupakan bahan dengan kekentalan amat tinggi. Bahan

8

Gambar 2.1 Rantai Ikatan Kimia Silikon Kondensasi Keterangan: A. Rumus struktur molekul α-ω-hydroxy-terminated polydimethyl siloxane. B. Reaksi antara ujung OH gugus α-ω-hydroxy-terminated polydimethyl siloxane dengan tetraetil orthosilikat pada keadaan ada oktoat yang mengandung timah. Reaksi menghasilkan pelepasan 2 molekul etanol (Anusavice, 2003 : 127).

2.3.2 Komposisi Pasta basis biasanya berisi dimethylsiloxane dengan gugus hidroksi

terminal (-OH), sebuah gugus orthoalkylsilicate untuk cross-linking, dan bahan

pengisi anorganik. Sebuah pasta akan mengandung 30% sampai 40% filler,

sedangkan putty akan berisi sebanyak 75%. Pasta katalis atau cairan biasanya

berisi ester logam organik, seperti timah oktoat atau dibutil timah dilaurate, dan

pengencer berminyak. Zat bahan pengental digunakan ketika membuat pasta

katalis. Kadang-kadang katalis akan berisi kedua orthoalkylsilicate dan metal

organic ester (Joseph, 2002).

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ub.ac.id/124333/4/4._BAB_2.pdfkonsistensi bahan ini adalah putty dan bahan wash. Bahan putty merupakan bahan dengan kekentalan amat tinggi. Bahan

9

2.3.3 Manipulasi

Manipulasi silikon kondensasi sama seperti polysulfida yaitu bahan ini di

aduk dengan perbandingan panjang pasta basis dan katalis yang sama pada

mixing pad menggunakan spatula, kecuali bahwa bahan silikon mungkin

diberikan sebagai pasta dasar ditambah katalis cair. Ketika disuplai dalam bentuk

ini, takaran yang biasa dianjurkan adalah satu tetes per inci pasta basis. Setting

time (6 sampai 8 menit) lebih lama dibandingkan dengan polysulfida. Karena

penyusutan polimerisasi tinggi, cast atau die harus dituangkan sesegera

mungkin. Suhu yang lebih tinggi dan kelembaban mempersingkat setting time

(Joseph, 2002).

Perbandingan waktu kerja dan pengerasan dapat dilihat dalam tabel.

Mengubah perbandingan basis dan katalis adalah metode yang efektif dan

praktis dalam mengubah kecepatan pengerasan bahan cetak ini (Anusavice,

2003).

Tabel 2.2 Waktu Kerja dan Pengerasan untuk Silikon Kondensasi dan Gips

Material Waktu Pengadukan

(detik)

Waktu Kerja (menit)

Setting time (menit)

Total Waktu (menit)

Silikon Kondensasi

30 - 60 2 - 4 3 - 8 7 - 14

Gips (Stone tipe III)

60 3 30 - 60 35 - 65

Keterangan: silikon kondensasi membutuhkan waktu pengadukan 30-60 detik, waktu kerja 2-4 menit, dan setting time 3-8 menit, sehingga total waktu yang dibutuhkan 7-14 menit. Material gips (stone tipe III) membutuhkan waktu pengadukan 1 menit, waktu kerja 3 menit, dan setting time 30-60 menit,sehingga total waktu yang dibutuhkan 35-65 menit.

2.3.4 Elastisitas

Sifat elastis bahan cetak silikon kondensasi lebih ideal dibandingkan

polisulfida. Bahan cetak ini menunjukkan deformasi permanen minimal dan dapat

kembali ke bentuk semula dengan cepat bila direnggangkan. Bahan ini tidak

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ub.ac.id/124333/4/4._BAB_2.pdfkonsistensi bahan ini adalah putty dan bahan wash. Bahan putty merupakan bahan dengan kekentalan amat tinggi. Bahan

10

terlalu kaku sehingga tidak sulit mengeluarkannya dari undercut tanpa

menyebabkan distorsi (Anusavice, 2003).

2.3.5 Rheologi

Rheologi merupakan ilmu yang menjelaskan cairan atau karakteristik

aliran suatu materi seperti viskoelastisitas, viskositas, dan pseudoplastis.

Karakteristik viskoelastik pada elastomer jenis silikon kondensasi menunjukkan

bahwa bahan tersebut dapat memberikan respons elastik. Kebanyakan

konsistensi bahan ini adalah putty dan bahan wash. Bahan putty merupakan

bahan dengan kekentalan amat tinggi. Bahan wash adalah setara dengan light

body (Anusavice, 2003).

2.3.6 Energi Robek

Ketahanan robek untuk bahan ini rendah. Memberi gaya secara cepat

menjamin ketahanan robek yang tinggi, jadi penting untuk mengeluarkan cetakan

dengan cepat begitu segel udara dibuka (Anusavice, 2003).

2.3.7 Biokompatibilitas

Silikon merupakan bahan yang paling dapat diterima secara biologis oleh

tubuh manusia. Oleh karena itu, amat tidak mungkin bahan cetak elastomer

dengan jenis silikon kondensasi menyebabkan masalah biokompatibilitas. Salah

satu bahaya adalah kemungkinan tertinggalnya bahan cetak yang robek pada

sulkus gingiva karena bahan silikon tidak radiopak jadi sulit untuk mendeteksi

adanya robekan bahan cetak yang tertinggal dalam sulkus gingiva. Pemeriksaan

visual secara hati-hati pada cetakan untuk melihat adanya sobekan diperlukan

untuk menjamin bahwa detail yang diperlukan telah tercetak dengan baik. Bila

adanya robekan yang terdeteksi saat pemeriksaan ini, operator harus langsung

memeriksa jaringan mulut dan mengeluarkan sisa cetakan untuk mencegah

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ub.ac.id/124333/4/4._BAB_2.pdfkonsistensi bahan ini adalah putty dan bahan wash. Bahan putty merupakan bahan dengan kekentalan amat tinggi. Bahan

11

inflamasi pada sulkus gingiva karena adanya benda asing yang tertinggal

(Anusavice, 2003).

2.3.8 Stabilitas Dimensi

Terdapat lima sumber utama perubahan dimensi dari bahan cetak

elastomer, yaitu pengerutan pada saat polimerisasi (polymerisation shrinkage),

kehilangan hasil samping (by-product) berupa air atau alkohol selama proses

polimerisasi, kontraksi oleh perubahan panas (thermal constraction) dari

temperatur mulut ke ruangan, imbibisi bila terkena air, desifektan atau

kelembaban lingkungan yang tinggi lebih dari satu periode waktu tertentu dan

kembali ke bentuk semula (recovery) yang tidak sempurna dari deformasi karena

karakteristik viskoelastik. Efek perendaman hasil cetakan dalam desinfektan

pada stabilitas dimensi masih terus diteliti. Perubahan dimensi perlu

dipertimbangkan dalam kedokteran gigi karena perubahan dimensi apapun yang

terjadi menyebabkan hasil cetakan tidak akurat (Anusavice, 2003).

Sedangkan Joseph (2002) menyebutkan bahwa ada 3 hal yang

mempengaruhi akurasi cetakan, yaitu reologi, perubahan dimensi saat setting,

dan elastisitas. Tiga hal ini merupakan faktor yang mempengaruhi akurasi

material cetak selama periode insersi di dalam rongga mulut, saat setting, dan

pelepasan cetakan dari rongga mulut. Secara reologi, agar dapat mencetak

rincian halus jaringan keras dan lunak rongga mulut, material cetak harus

berbentuk cair ketika dimasukkan ke dalam mulut pasien. Hal ini memerlukan

viskositas yang rendah atau derajat pseudoplastisitas. Saat pencetakan, material

cetak dapat berinteraksi dengan saliva. Hal ini dapat mempengaruhi reproduksi

rincian halus. Ada material cetak yang bersifat hydrophobic (tidak suka air)

sehingga dapat menimbulkan lubang-lubang kecil pada hasil cetakan. Beberapa

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ub.ac.id/124333/4/4._BAB_2.pdfkonsistensi bahan ini adalah putty dan bahan wash. Bahan putty merupakan bahan dengan kekentalan amat tinggi. Bahan

12

material cetak bersifat hydrophilic sehingga Iebih kompatibel dengan kelembaban

dan saliva namun sifat hydrophilic ini dapat menyebabkan ekspansi pada bahan

cetak tersebut karena kecenderungannya menyerap air. Material cetak yang

mengalami kontraksi selama setting akan menghasilkan ekspansi/pembesaran

rongga cetakan, sedangkan material cetak yang mengembang selama setting

akan menghasilkan model yang ukurannya lebih kecil. Material cetak akan

mengalami perubahan temperatur sekitar 10o saat dikeluarkan dan mulut pasien.

Hal tersebut dapa menimbulkan kontraksi termal. Material cetak harus memiliki

elastisitas dan tear resistance yang cukup baik agar dapat mencetak undercut.

Material cetak yang elastis akan mampu mencetak undercut secara akurat.

Material cetak yang plastis akan mengalami distorsi selama pelepasan cetakan

dan tidak dapat mencetak undercut. Material cetak viskoelastis menghasilkan

bentuk yang berubah dari semula. Saat dilepas dari rongga mulut, material cetak

akan mengalami tegangan tank yang besar di daerah undercut. Material cetak

harus mampu menahan tegangan tersebut tanpa robek. Dengan demikian,

diperlukan material cetak dengan tear resistance (ketahanan terhadap

perobekan) yang tinggi (Joseph, 2002).

Setelah cetakan dilepas dan rongga mulut, dilakukan pengisian cetakan

untuk mendapatkan reproduksi positif. Tahap ini seringkali ditunda karena

beberapa alasan, misal dokter tidak mengisi cetakan sendiri dan mengirimnya ke

laboratorium. Pengisian dapat tertunda karena pekerjaan laboran banyak atau

letak laboratorium yang jauh. Stabilitas dimensi merupakan tingkat akurasi

cetakan selama periode setelah pelepasan hingga pengisian cetakan (selama

penyimpanan atau transportasi). Beberapa faktor dapat memberi kontribusi

terhadap perubahan dimensi selama periode tersebut adalah berlanjutnya reaksi

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ub.ac.id/124333/4/4._BAB_2.pdfkonsistensi bahan ini adalah putty dan bahan wash. Bahan putty merupakan bahan dengan kekentalan amat tinggi. Bahan

13

setting (setelah waktu setting nyata), hal ini dapat menyebabkan perubahan

dimensi selama jangka waktu tertentu; pemulihan elastik yang lambat pada

material viskoelastik mungkin berlanjut beberapa saat setelah cetakan dilepas,

hal ini dapat menyebabkan perubahan dimensi; terjadinya tegangan internal saat

pendinginan dari suhu mulut ke suhu kamar yaitu saat penyimpanan dapat terjadi

distorsi karena bahan mencoba memulihkan tegangan internal, hal ini terutama

terjadi pada material cetak termoplastik; dan yang terakhir adalah penguapan

komponen material cetak selama penyimpanan, hal ini menimbulkan pengerutan

material cetak dan menyebabkan perubahan dimensi (McCabe, 2008).

Pengerutan polimerisasi yang berlebihan dari silikon kondensasi

memerlukan suatu modifikasi teknik pembuatan cetakan supaya menghasilkan

cetakan yang akurat. Teknik putty-wash digunakan untuk silikon kondensasi

(Anusavice, 2003).

2.4 Kontrol Infeksi

2.4.1 Infeksi Silang

Semua pekerja kesehatan termasuk dokter gigi, penyuluh kesehatan,

perawat, dan pekerja laboratorium amat rentan terhadap bakteri-bakteri patogen.

Di ruang praktik dokter gigi maupun di laboratorium, banyak tempat-tempat yang

berpotensi menjadi sumber infeksi. Pada dasarnya, danger zone in dental

practice berawal dari tiga hal penting dalam transmisi, yaitu droplet infection atau

aerosol infection, smear infection atau indirect infection, dan yang terakhir adalah

direct contact transmission dari satu orang ke orang lain (Khairunnisa, 2012).

Infeksi adalah berkembangbiaknya mikroorganisme asing pada hospes

disertai dengan respons imunologik dengan gejala klinik atau tanpa gejala klinik

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ub.ac.id/124333/4/4._BAB_2.pdfkonsistensi bahan ini adalah putty dan bahan wash. Bahan putty merupakan bahan dengan kekentalan amat tinggi. Bahan

14

(Joseph, 2002). Infeksi silang adalah transmisi bakteri patogen dari seorang

pasien ke pasien lain (Baum et al, 1994).

Menurut Goeno yang dikutip oleh Khairunnisa, penyakit hepatitis dan

human immunodeficiency virus (HIV) disebut bicod borne disease, yaitu penyakit

yang dapat ditularkan melalui darah atau cairan tubuh. Tingkat potensialisme

penularan penyakit hepatitis ternyata lebih tinggi dibandingkan HIV karena daya

hidup virus hepatitis yang lebih tinggi di luar tubuh. Akan tetapi baik dokter gigi

maupun pasien biasanya lebih takut pada HIV, padahal hepatitis lebih banyak

menyebabkan kematian bagi orang yang tertular akibat risiko pekerjaan. Jenis

hepatitis yang cukup berkembang di Indonesia dan cukup mematikan adalah

hepatitis B. Peningkatan insiden infeksi HIV dan virus hepatitis B (HBV)

menyebabkan kewaspadaan terhadap infeksi silang semakin meningkat (Wibowo

et al, 2009).

2.4.2 Desinfeksi Cetakan

Desinfeksi adalah penghancuran bakteri-bakteri patogenik dengan cara

pemberian langsung bahan-bahan kimia atau fisik, sedangkan disinfektan adalah

bahan-bahan kimia yang dapat membunuh organisme patogen bila diaplikasikan

pada obyek mati (Baum et al, 1994). Dalam praktek kedokteran gigi, kontrol

infeksi merupakan tindakan yang sangat penting. Hasil cetakan merupakan

media utama pembawa virus dan bakteri karena terkontaminasi dengan air liur

dan sering kali ada bercak darah. Proses desinfeksi ini memutus rantai infeksi

antara praktisi dental, pekerja laboratorium dan teknisi gigi. Hasil cetakan harus

sesegera mungkin didesinfeksi setelah dikeluarkan dari mulut pasien, semakin

menunda proses desinfeksi ini maka semakin meningkat juga jumlah

mikroorganisme yang ada di hasil cetakan tersebut. Dalam kebanyakan kasus,

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ub.ac.id/124333/4/4._BAB_2.pdfkonsistensi bahan ini adalah putty dan bahan wash. Bahan putty merupakan bahan dengan kekentalan amat tinggi. Bahan

15

proses desinfeksi cetakan dengan menggunakan metode spray tidak dapat

menjangkau seluruh permukaan cetakan, oleh karena itu proses desinfeksi

dengan metode perendaman dapat dikatakan lebih efektif dibandingkan dengan

metode spray (Wostmann, 2008)

2.4.2.1 Bahan Desinfeksi Cetakan

Bahan desinfeksi yang beredar di pasaran ada beberapa macam yaitu

sodium hipoklorida, iodophor (biocide), phenol, glutaraldehide (sporicidin),

glyoxal glutaraldehid (impresept), dan khlorheksidin (Khairunnisa, 2012). Untuk

disinfeksi bahan cetak alginat, Joseph (2002), menyarankan untuk melakukan

perendaman di dalam larutan sodium hipoklorit atau iodophor. Namun jenis

disinfektan ini nampaknya hanya berpengaruh kecil terhadap perubahan dimensi

yang diukur pada model gips.

2.4.2.2 Teknik Desinfeksi Cetakan

Pemakaian desinfektan pada bahan cetak dapat dengan cara

perendaman ataupun penyemprotan dengan menggunakan sprayer.

Berdasarkan aplikasi, disinfeksi dengan teknik perendaman dianggap sebagai

metode yang paling sesuai dan aplikatif untuk dokter gigi (Khairunnisa, 2012).

2.5 Daun Sirih (Piper betle L.)

2.5.1 Klasifikasi ilmiah

Klasifikasi ilmiah atau taksonomi dari daun sirih adalah sebagai berikut

(Atni, 2010):

Kingdom : Plantae

Division : Magnoliophyta

Class : Magnoliopsida

Ordo : Piperales

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ub.ac.id/124333/4/4._BAB_2.pdfkonsistensi bahan ini adalah putty dan bahan wash. Bahan putty merupakan bahan dengan kekentalan amat tinggi. Bahan

16

Family : Piperaceae

Genus : Piper

Species : P. Betle

2.5.2 Gambaran umum

Sirih merupakan tanaman menjalar dan merambat pada batang pohon di

sekelilingnya dengan daun yang berbentuk jantung, berujung runcing, tumbuh

bersilang-seling, bertangkai, tekstur agak kasar dan mengeluarkan bau jika

diremas. Batang berwarna cokelat kehijauan, berbentuk bulat dan berkerut. Sirih

hidup subur dengan ditanam di daerah tropis dengan ketinggian 300-1000 m di

atas permukaan laut terutama di tanah yang banyak mengandung bahan organik

dan air (Rini et al, 2003). Sirih merupakan tumbuhan obat yang sangat besar

manfaatnya (Atni, 2010).

Penggunaan ekstrak daun sirih untuk berkumur dianjurkan jika mukosa

mulut mengalami pembengkakan, membersihkan nafas yang berbau (halitosis)

akibat gigi gangren serta untuk menghentikan darah dan membersihkan luka

pencabutan gigi (Atni, 2010).

2.5.3 Kandungan Farmakologi Daun Sirih

Daun sirih memiliki aroma yang khas yaitu rasa pedas dan tajam. Rasa

dan aroma yang khas tersebut disebabkan oleh kavikol dan bethelphenol yang

terkandung dalam minyak atsiri. Selain itu itu, faktor lain yang menentukan aroma

dan rasa daun sirih adalah jenis sirih itu sendiri, umur sirih, jumlah sinar matahari

yang sampai ke bagian daun dan kondisi dedaunan bagian atas tumbuhan (Atni,

2010).

Daun sirih mengandung minyak atsiri di mana komponen utamanya terdiri

atas fenol dan senyawa turunannya seperti kavikol, kavibetol, karvacol, eugenol,

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ub.ac.id/124333/4/4._BAB_2.pdfkonsistensi bahan ini adalah putty dan bahan wash. Bahan putty merupakan bahan dengan kekentalan amat tinggi. Bahan

17

dan allilpyrocatechol (Adeltrudes et al, 2010). Selain minyak atsiri, daun sirih juga

mengandung karoten, tiamin, riboflavin, asam nikotinat, vitamin C, tannin, gula,

pati dan asam amino (Atni, 2010). Kandungan eugenol dalam daun sirih

mempunyai sifat antifungal (Adeltrudes et al, 2010). Daun sirih yang sudah

dikenal sejak tahun 600 SM ini mengandung zat antiseptik yang dapat

membunuh bakteri sehingga banyak digunakan sebagai antibakteri dan antijamur

(Atni, 2010). Hal ini disebabkan oleh turunan fenol yaitu kavikol dalam sifat

antiseptiknya lima kali lebih efektif dibandingkan fenol biasa. Dengan sifat

antiseptiknya, sirih sering digunakan untuk menyembuhkan kaki yang luka dan

mengobati pendarahan hidung atau mimisan. Daun sirih juga memiliki efek

antibakteri terhadap Streptococcus mutans, Streptococcus sanguis,

Streptococcus viridans, Actinomyces viscosus, dan Staphylococcus aureusI

(Nalina et al, 2007).

2.5.4 Efek Farmakologis Daun Sirih

Daun sirih mengandung senyawa fenol dan turunannya yang dapat

mengubah sifat protein sel bakteri. Senyawa fenol tersebut antara lain katekin

dan tannin. Dalam mencegah pembentukan plak gigi, katekin bekerja dengan

cara mendenaturasi protein dari bakteri. Protein yang mengalami denaturasi

akan kehilangan aktivitas fisiologis sehingga tidak dapat berfungsi dengan baik.

Perubahan struktur protein pada dinding sel bakteri akan meningkatkan

permeabilitas sel sehingga pertumbuhan sel akan terhambat dan kemudian sel

menjadi rusak (Hidayaningtias, 2008).