d1215030.doc · web viewpengertian dan proses komunikasi sebuah definisi singkat dibuat oleh harold...

35
JURNAL STUDI KASUS POLA KOMUNIKASI GURU DENGAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DALAM MENINGKATKAN KIAT BELAJAR DI SMA NEGERI 8 SURAKARTA TAHUN 2017 Oleh: MARDZIYASTUTI MULYO UTAMI D1215030 PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Upload: others

Post on 11-Nov-2020

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: D1215030.doc · Web viewPengertian dan Proses Komunikasi Sebuah definisi singkat dibuat oleh Harold D. Lasswell (dalam Suranto, 2010:8) bahwa cara yang tepat untuk menerangkan suatu

JURNAL

STUDI KASUS POLA KOMUNIKASI GURU DENGAN ANAK

BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DALAM MENINGKATKAN KIAT

BELAJAR DI SMA NEGERI 8 SURAKARTA TAHUN 2017

Oleh:

MARDZIYASTUTI MULYO UTAMI

D1215030

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2017

Page 2: D1215030.doc · Web viewPengertian dan Proses Komunikasi Sebuah definisi singkat dibuat oleh Harold D. Lasswell (dalam Suranto, 2010:8) bahwa cara yang tepat untuk menerangkan suatu

STUDI KASUS POLA KOMUNIKASI GURU DENGAN ANAK

BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DALAM MENINGKATKAN KIAT

BELAJAR DI SMA NEGERI 8 SURAKARTA TAHUN 2017

Mardziyastuti Mulyo Utami

Dwi Tiyanto

Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik

Universitas Sebelas Maret Surakarta

AbstractChildren with Special Needs can be described as children with special characteristics which is different from children in general, without always showing any mental, emotional or physical disability. Currently Children with Special Needs can attend school in inclusion, side by side with other non-special needs children. Inclusion school is an ordinary education where those education system adapts to the special needs of every child in the class, both non-special needs and special needs children.This research is a qualitative research using case study method. Data collection was done by interviewing main source, field observation and documentation. The sampling technique in this research is purposive sampling. The sample are 5 Children with Special Needs or called inclusive student with visual impairment (low vision).The result of this research is that the teacher of SMA Negeri 8 Surakarta using various communication pattern when delivering the subject and while interacting with the students of SMA Negeri 8 Surakarta, that is: one way communication pattern, two way communication pattern, and multi direction communication pattern. The obstacles in improving the learning of Children with Special Needs are the nature of the those children that are introvert to the teacher, the lack of closeness between the teachers with the special needs children, Children with Special Needs feel inferior or lack of confidence while around the regular students.

Keyword: Children with Special Needs, Low vision, Communication pattern, Interpersonal Communication, Inclusive School

1

Page 3: D1215030.doc · Web viewPengertian dan Proses Komunikasi Sebuah definisi singkat dibuat oleh Harold D. Lasswell (dalam Suranto, 2010:8) bahwa cara yang tepat untuk menerangkan suatu

Pendahuluan

Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) dapat dijelaskan sebagai anak dengan

karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu

menunjukan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik. Yang termasuk kedalam

ABK antara lain: tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, kesulitan

belajar, gangguan perilaku, anak berbakat, anak dengan gangguan kesehatan.

Sejak September tahun 2013, Pemerintah Pusat Kota Solo mencanangkan “Solo

Kota Inklusi”, yang berarti semua sekolah di Kota Solo tidak boleh diskriminatif

terhadap Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Namun tidak jarang kelompok ABK

masih merasakan yang namanya diskriminasi atau di pandang sebelah mata oleh

orang lain. Perlakuan berbeda atau diskriminasi yang Anak Berkebutuhan Khusus

(ABK) dapatkan di sekolah mengakibatkan kurangnya kiat belajar Anak

Berkebutuhan Khusus (ABK). Saat minat belajar Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)

menurun, sehingga tidak adanya rasa persaingan dalam mendapatkan nilai yang baik

di sekolah. Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) merasa lemah dalam pelajaran namun

tidak ada keinginan untuk mendapatkan nilai yang lebih baik.

Melihat permasalahan ini, diperlukan komunikasi interpersonal secara lebih

mendalam antara guru dengan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) untuk

meningkatkan kiat belajar Anak Berkebutuhan Khusus (ABK).

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka didapatkan rumusan masalah sebagai

berikut:

1. Bagaimana pola komunikasi guru dengan ABK di sekolah inklusi?

2. Bagaimana cara guru dalam meningkatkan kiat belajar ABK?

3. Apa saja hambatan ABK dalam belajar dan saat melakukan komunikasi

dengan guru maupun masyarakat di sekolah inklusi?

2

Page 4: D1215030.doc · Web viewPengertian dan Proses Komunikasi Sebuah definisi singkat dibuat oleh Harold D. Lasswell (dalam Suranto, 2010:8) bahwa cara yang tepat untuk menerangkan suatu

Kajian Pustaka

Pengertian dan Proses Komunikasi

Sebuah definisi singkat dibuat oleh Harold D. Lasswell (dalam Suranto, 2010:8)

bahwa cara yang tepat untuk menerangkan suatu tindakan komunikasi ialah

menjawab pertanyaan “Who Says What in Which Channel To Whom With What

Effect?” (Siapa yang menyampaikan, apa yang disampaikan, melalui saluran apa,

kepada siapa dan apa pengaruhnya).

Selanjutnya banyak definisi yang dibuat oleh para ahli, seperti menurut Book,

dalam Cangara (2003), “Komunikasi adalah suatu transaksi, proses simbolik yang

menghendaki orang-orang mengatur lingkungannya dengan (1) membangun

hubungan antar sesama manusia (2) melalui pertukaran informasi (3) untuk

menguatkan sikap dan tingkah laku orang lain (4) serta berusaha mengubah sikap dan

tingkah laku itu”.

Rogers bersama D. Lawrence Kincaid (1981) mengembangkan teori yang sudah

dibuat sebelumnya sehingga melahirkan suatu definisi baru yang menyatakan bahwa:

“Komunikasi adalah suatu proses di mana dua orang atau lebih membentuk atau

melakukan pertukaran informasi dengan satu sama lainnya, yang pada gilirannya

akan tiba pada saling pengertian yang mendalam” (Cangara, 2003:19).

Pola Komunikasi

Pola komunikasi dapat diartikan sebagai bentuk atau pola hubungan dua orang

atau lebih dalam proses pengiriman dan penerimaan cara yang tepat sehingga pesan

yang dimaksud dapat dipahami (Djamarah, 2004:1)

Menurut Effendy (1986:32), Pola Komunikasi terdiri dari 3 macam, yaitu:

1. Pola komunikasi satu arah (one way communication) adalah proses

penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan baik menggunakan

media maupun tanpa media, tanpa ada umpan balik dari komunikan. Dalam

hal ini komunikan bertindak sebagai pendengar saja.

3

Page 5: D1215030.doc · Web viewPengertian dan Proses Komunikasi Sebuah definisi singkat dibuat oleh Harold D. Lasswell (dalam Suranto, 2010:8) bahwa cara yang tepat untuk menerangkan suatu

2. Pola komunikasi dua arah atau timbal balik (two way traffic communication)

yaitu komunikator dan komunikan menjadi saling tukar fungsi dalam menjalin

fungsi mereka. Komunikator pada tahap pertama menjadi komunikan dan

pada tahap berikutnya saling bergantian fungsi. Namun pada hakekatnya yang

memulai percakapan adalah komunikator utama. Komunikator utama

memiliki tujuan tertentu melaui proses komunikasi tersebut, prosesnya

dialogism serta umpan balik terjadi secara langsung.

3. Pola komunikasi multi arah yaitu proses komunikasi terjadi dalam satu

kelompok yang lebih banyak di mana komunikator dan komunikan akan

saling bertukar pikiran secara dialogis.

Sama halnya dengan pendapat Djamarah (2010:12) dalam proses interaksi

edukatif, pola komunikasi antara guru dan peserta didik ada tiga pola yaitu,

komunikasi sebagai aksi, komunikasi sebagai interaksi, dan komunikasi sebagai

transaksi.

Komunikasi sebagai aksi atau komunikasi satu arah menempatkan guru sebagai

pemberi aksi, dan peserta didik besifat pasif. Dalam komunikasi sebagai interaksi

atau komunikasi dua arah, guru berperan sebagai pemberi aksi atau penerima aksi.

Demikian pula halnya peserta didik, bisa sebagai penerima aksi, bisa pula sebagai

pemberi aksi. Antara guru dengan peserta didik akan terjadi dialog.

Kemudian komunikasi sebagai transaksi atau komunikasi banyak arah,

komunikasi tidak hanya terjadi antara guru dan peserta didik. Namun peserta didik

dituntut lebih aktif saat mengikuti proses belajar mengajar.

Komunikasi Interpersonal

Menurut De Vito mendefinisikan komunikasi interpersonal merupakan

pengiriman pesan-pesan dari seseorang dan diterima oleh orang lain, atau

sekelompok orang dengan efek dan umpan balik yang langsung (Liliweri, 1991:13).

Dari definisi tersebut, komunikasi interpersonal bisa berlangsung antara dua orang

4

Page 6: D1215030.doc · Web viewPengertian dan Proses Komunikasi Sebuah definisi singkat dibuat oleh Harold D. Lasswell (dalam Suranto, 2010:8) bahwa cara yang tepat untuk menerangkan suatu

yang berinteraksi atau berbincang, seperti ayah dengan anaknya, atau guru dengan

muridnya.

Onong U, Effendy mendefinisikan komunikasi interpersonal adalah komunikasi

antar dua orang, dimana terjadi kontak langsung dalam bentuk percakapan,

komunikasi jenis ini bisa langsung secara berhadapan muka (face to face) bisa juga

melalui medium, contoh: telepon. Ciri khas komunikais interpersonal adalah dua arah

atau timbal balik (Effendy, 1993:61)

Sedangkan menurut Joseph A. Devito dalam Marhaeni Fajar (2009) menjelaskan

definisi komunikasi antarpribadi dalam bukunya yang berjudul “The Interpersonal

Communication Book” sebagai: “proses pengiriman dan penerimaan pesan antara dua

orang atau lebih di antara sekelompok kecil orang-orang, dengan beberapa efek dan

beberapa umpan balik seketika” (Fajar, 2009:78).

Metode Penelitian

Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui pola komunikasi guru dengan Anak

Berkebutuhan Khusus (ABK) dalam meningkatkan kiat belajar di SMA Negeri 8

Surakarta Tahun 2017. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan

menggunakan metode studi kasus. Data yang dipergunakan dalam penelitian ini

meliputi jenis, yaitu: data primer dan data sekunder. Pengumpulan data dilakukan

dengan metode wawancara dengan narasumber, observasi di lapangan dan

dokumentasi. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah purposive

sampling. Sampel berjumlah 5 Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) atau disebut

dengan siswa inklusi dengan kecacatan low vision.

Sajian dan Analisis Data

1. Proses Komunikasi dan Pola Komunikasi Guru Dengan Anak

Berkebutuhan Khusus (ABK) Di SMA Negeri 8 Surakarta

Selain sebagai makhluk individu, manusia juga sebagai makhluk sosial. Artinya

manusia memiliki kebutuhan dan kemampuan untuk berkomunikasi dan berinteraksi

5

Page 7: D1215030.doc · Web viewPengertian dan Proses Komunikasi Sebuah definisi singkat dibuat oleh Harold D. Lasswell (dalam Suranto, 2010:8) bahwa cara yang tepat untuk menerangkan suatu

dengan manusia yang lain. Proses komunikasi minimal harus mengandung kesamaan

makna antara dua pihak yang terlibat. Dikatakan minimal karena kegiatan

komunikasi tidak hanya informatif, yakni agar orang lain mengerti dan tahu, tetapi

juga persuasif, yaitu agar orang lain bersedia menerima suatu paham atau keyakinan,

melakukan suatu perbuatan atau kegiatan dan lain-lain.

Hal ini sesuai dengan definisi komunikasi menurut Rogers dan D. Lawrence

Kincaid (1981) yang menyatakan bahwa: “Komunikasi adalah suatu proses di mana

dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi dengan satu

sama lainnya, yang pada gilirannya akan tiba pada saling pengertian yang mendalam”

(Cangara, 2003:19).

Pendidikan dapat disebut pula sebagai proses komunikasi. Karena terjadinya

interaksi antara pengajar dan peserta didik dalam proses belajar mengajar. Bila

ditinjau dari prosesnya, pendidikan adalah komunikasi dalam arti kata bahwa dalam

proses tersebut terlibat dua komponen yang terdiri atas manusia, yakni pengajar atau

guru sebagai komunikator dan peserta didik sebagai komunikan. Pada umumnya

pendidikan berlangsung secara berencana di dalam kelas secara tatap muka (face-to-

face). Pengajar atau guru menyampaikan materi pelajaran dengan kepada peserta

didik. Saat menyampaikan informasi atau menyampaikan materi pelajaran kepada

peserta didik, itu artinya guru sudah melakukan komunikasi dan interaksi kepada

peserta didik.

Guru menggunakan berbagai metode atau pola komunikasi dengan arah pola

komunikasi yang berbeda. Dalam penelitian ini akan difokuskan kepada pola

komunikasi yang terjadi antara guru dengan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) atau

siswa inklusi sebagai peserta didik di SMA Negeri 8 Surakarta.

Pengertian dari pola komunikasi dapat diartikan sebagai bentuk atau pola

hubungan dua orang atau lebih dalam proses pengiriman dan penerimaan cara yang

tepat sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami (Djamarah, 2004:1).

6

Page 8: D1215030.doc · Web viewPengertian dan Proses Komunikasi Sebuah definisi singkat dibuat oleh Harold D. Lasswell (dalam Suranto, 2010:8) bahwa cara yang tepat untuk menerangkan suatu

Dalam proses interaksi edukatif, menurut Djamarah (2010:12), pola komunikasi

antara guru dan peserta didik ada tiga pola yaitu, komunikasi sebagai aksi,

komunikasi sebagai interaksi, dan komunikasi sebagai transaksi.

Pada dasarnya guru yang akan memulai interaksi kepada peserta didik. Guru

akan menyampaikan materi pelajaran di kelas. Dalam interaksi guru dengan pesrta

didik itu memiliki tujuan pedagogis.

“Nassaji and Wells (2001) believed that in the classroom, the dominant mode of interaction is not ‘casual conversation’, since most talk between teacher and students has a pedagogical purpose. In teacher-whole-class interaction, in particular, it is almost always teachers who initiate sequences. Nassaji and Wells (2001) percaya bahwa di kelas, cara interaksi yang dominan bukan 'percakapan santai', karena kebanyakan pembicaraan antara guru dan siswa memiliki tujuan pedagogis. Dalam interaksi guru-kelas, khususnya, hampir selalu guru yang memulai urutan” (Hashamdar, 2012).

Pola komunikasi yang terjadi pada Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) sebagai

peserta didik dengan guru di SMA Negeri 8 Surakarta dapat terjadi dalam beberapa

pola:

a. Pola Komunikasi Satu Arah

Komunikasi satu arah dapat disebut juga dengan komunikasi sebagi aksi.

Dimana dalam komunikasi satu arah ini, guru berperan sebagai pemberi aksi

dan peserta didik sebagai penerima yang bersifat pasif. Metode yang digunakan

biasanya dengan metode ceramah. Metode ceramah ini dianggap efektif dalam

penyampaian pesan atau informasi dari komunikator kepada komunikan.

Namun pola komunikasi ini membuat peserta didik menjadi pasif dan tidak aktif

di dalam kelas.

Seperti yang dilakukan oleh Bu Ninik saat mengajar di kelas XI MIPA 4, ia

melakukan pola komunikasi satu arah kepada siswanya. Bu Ninik akan

menyampaikan materi pelajaran dengan metode ceramah didepan kelas. Peserta

didik akan mendengarkan dan menyimak dengan baik. Kapasitas peserta didik

hanya sebagai pendengar saja. (Observasi pada tanggal 17 Mei 2017).

7

Page 9: D1215030.doc · Web viewPengertian dan Proses Komunikasi Sebuah definisi singkat dibuat oleh Harold D. Lasswell (dalam Suranto, 2010:8) bahwa cara yang tepat untuk menerangkan suatu

Hal ini di dukung oleh teori pola komunikasi menurut Effendy (1986:32), yaitu: “Pola komunikasi satu arah (one way communication) adalah proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan baik menggunakan media maupun tanpa media, tanpa ada umpan balik dari komunikan. Dalam hal ini komunikan bertindak sebagai pendengar saja”.

Contoh diatas merupakan pola komunikasi antara guru dengan peserta didik

secara umum. Sedangkan pola komunikasi satu arah yang terjadi antara guru

dengan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) secara lebih kecil lingkupnya

seperti yang dilakukan oleh Bapak Slamet, selaku wali kelas XI IPS 3:

“Kita lihat konteksnya dulu ya. Atau problemnya. Kadang saya menggunakan dua arah. Kadang satu arah. Jadi saya kadang-kadang agak mengintimidasi. Dalam arti intimidasi positif loh ya. Misalnya intimidasi positif saya begini, ini saya beri tugas, tapi dia tidak mengerjakan, lalu saya tanya“kenapa tidak mengerjakan? Kamu itu kan juga siswa yang sama. Kamu juga harus mengerjakan. Itu kewajiban kamu”. seperti itu” (wawancara dengan Bapak Slamet, tanggal 19 Mei 2017, bertempat di Ruang Guru SMA Negeri 8 Surakarta).

Tidak jarang pola komunikasi satu arah ini gunakan oleh guru untuk

memotivasi peserta didik, untuk meningkatkan kiat belajar peserta didik. Guru

bersifat dominan sehingga akan lebih mudah untuk mengarahkan peserta didik.

Saat pola komunikasi satu arah berlangsung tidak banyak respon yang berarti

dari peserta didik, karena kapasitasnya hanya sebagai pendengar. Namun, hanya

beberapa guru saja yang menggunakan pola komunikasi satu arah. Lainnya

menggunakan komunikasi dua arah.

b. Pola Komunikasi Dua Arah

Komunikasi dua arah dapat disebut juga dengan komunikasi sebagai

interaksi, dimana komunikan dan komunikator dapat berperan sama, yaitu

sebagai pemberi aksi dan penerima aksi. Pola komunikasi dua arah ini, dapat

terjadi saat guru dan peserta didik melakukan percakapan. Tetapi terbatas pada

guru dan siswa secara individual. Peserta didik yang lainnya tidak dapat

bergabung dalam interaksi tersebut. Namun begitu pola komunikasi dua arah ini

lebih baik dari pola komunikasi satu arah.

8

Page 10: D1215030.doc · Web viewPengertian dan Proses Komunikasi Sebuah definisi singkat dibuat oleh Harold D. Lasswell (dalam Suranto, 2010:8) bahwa cara yang tepat untuk menerangkan suatu

Pada komunikasi dua arah ini, dapat terjadi saat guru dan peserta didik

melakukan percakapan. Peneliti melakukan observasi di lapangan, saat itu Bu

Ninik melakukan komunikasi dua arah dengan siswa inklusi bernama Ridwan.

Bu Ninik bertanya kepada Ridwan, mengapa Ridwan tidak mengikuti kegiatan

bimbingan khusus yang telah disediakan oleh sekolah. Lalu Ridwan menjawab

bahwa ia belum membutuhkannya. Karena ia merasa dapat mengikuti KBM

seperti biasa. Sehingga ia tidak mengikuti kegiatan bimbingan khusus tersebut.

Namun Bu Ninik menjelaskan kegunaan dan manfaat dari kegiatan bimbingan

khusus itu. Lalu di respon langsung Ridwan, bahwa ia akan mengikuti kegiatan

tersebut. (Observasi pada tanggal 15 Mei 2017).

Selain pola komunikasi satu arah, ada pula komunikasi dua arah atau timbal

balik (two way traffic communication) Hal ini di dukung oleh teori pola

komunikasi menurut Effendy, yaitu:

“Komunikator dan komunikan menjadi saling tukar fungsi dalam menjalin fungsi mereka. Komunikator pada tahap pertama menjadi komunikan dan pada tahap berikutnya saling bergantian fungsi. Namun pada hakekatnya yang memulai percakapan adalah komunikator utama. Komunikator utama memiliki tujuan tertentu melaui proses komunikasi tersebut, prosesnya dialogism serta umpan balik terjadi secara langsung” (Effendy, 1986:32).

Dalam pola komunikasi dua arah ini akan terjadi umpan balik (feedback),

karena komunikan dapat merespon atau menanggapi ucapan komunikator

bahkan komunikan dapat langsung bertanya kepada komunikator.

Seperti yang di katakan oleh Bu Heni, “kalau komunikasi dengan Anisa ini biasanya dua arah, mbak. Saya menyampaikan sesuatu, dia bisa menanggapi dengan baik. Dia selalu memberi respon. Dengan dia menjawab kan saya tahu, bahwa dia sudah mengerti atau belum” (wawancara dengan Ibu Heni, tanggal 9 Oktober 2017 bertempat di Ruang Guru SMA Negeri 8 Surakarta).

Komunikasi yang terjadi antara guru dan peserta didik dalam ruang kelas

termasuk komunikasi kelompok (group communication), karena terjadi dalam

sebuah kelompok meskipun kelompoknya relatif kecil. (Effendy, 2006:101).

9

Page 11: D1215030.doc · Web viewPengertian dan Proses Komunikasi Sebuah definisi singkat dibuat oleh Harold D. Lasswell (dalam Suranto, 2010:8) bahwa cara yang tepat untuk menerangkan suatu

Guru sewaktu-waktu bisa mengubahnya menjadi komunikasi antarpersona.

Terjadilah komunikasi dua arah atau dialog dimana peserta didik menjadi

komunikan dan komunikator, demikian pula dengan guru. Terjadinya

komunikasi dua arah ini ialah apabila peserta didik bersikap responsif,

mengetengahkan pendapat atau mengajukan pertanyaan, diminta atau tidak

diminta. Jika peserta didik pasif saja, dalam arti kata hanya mendengarkan tanpa

ada gairah untuk mengekspresikan suatu pernyataan atau pertanyaan, maka

meskipun komunikasi itu bersifat tatap muka tetap saja berlangsung satu arah

dan komunikasi tersebut tidak efektif.

c. Pola Komunikasi Multi Arah

Komunikasi multi arah dapat disebut juga sebagai komunikasi transaksi.

Komunikasi ini tidak hanya melibatkan interaksi dinamis antara guru dan siswa,

tetapi juga melibatkan interaksi yang dinamis antara siswa dengan siswa yang

lainnya. Proses belajar mengajar dengan pola komunikasi ini membuat peserta

didik menjadi lebih aktif, karena mereka dapat saling berinteraksi dengan guru

dan juga peserta didik yang lain.

Menurut Pak Slamet, tiap guru memiliki caranya masing-masing dalam

berkomunikasi dengan siswa-siswinya.

“Tapi bagi saya, saya mencoba misalnya kita berdiskusi. Saya beri waktu khusus untuk Rida, saya bilang gini, “coba kamu pikirkan dulu, dari tema ini apa yang ingin kamu sampaikan? Kalau tidak di forum dulu, atau dengan rekan-rekan dulu, minimal kamu punya satu ide. Sampaikan ke teman-teman. Nanti kalau kamu kesulitan saat menyampaikan, ini bisa dibantu oleh teman-temanmu. Tapi pada akhirnya, kamu harus bisa menyampaikan sendiri. Tidak boleh lewat temanmu. Tapi minimal kamu punya ide dulu”. Saya bilang gitu ke Rida. Akhirnya kan nanti terjadi diskusi juga mbak, antara saya dengan Rida, dan Rida dengan teman-temannya juga”. (wawancara dengan Bapak Slamet, tanggal 5 Oktober 2017 bertempat di Ruang Guru SMA Negeri 8 Surakarta).

Hal ini di dukung oleh teori pola komunikasi menurut Effendy, yaitu:

“Proses komunikasi terjadi dalam satu kelompok yang lebih banyak di mana

komunikator dan komunikan akan saling bertukar pikiran secara dialogis.

10

Page 12: D1215030.doc · Web viewPengertian dan Proses Komunikasi Sebuah definisi singkat dibuat oleh Harold D. Lasswell (dalam Suranto, 2010:8) bahwa cara yang tepat untuk menerangkan suatu

Dalam pola komunikasi multi arah seperti ini melibatkan bukan hanya guru

dengan siswa, melainkan juga antar siswa dengan siswa”. (Effendy, 1986:32).

Upaya untuk meningkatkan kiat belajar siswa inklusi dapat dilakukan

dengan beberapa cara, yakni dengan memberikan motivasi kepada siswa

inklusi, memberi saran dan nasihat. Penyampaian motivasi kepada siswa inklusi

akan mudah dilakukan bila guru, sebagai pemberi motivasi, memiliki hubungan

yang baik dengan siswa inklusi sebagai peserta didik. Namun sifat Anak

Berkebutuhan Khusus (ABK) sedikit lebih pasif dibandingkan siswa reguler

lainnya. Hal ini dikarenakan rasa minder akan kekurangan yang mereka miliki.

Motivasi menurut Janu Murdiyatmoko (2007:70-72) yaitu dorongan yang

diberikan kepada individu kepada individu lainnya. Tujuan motivasi adalah agar

orang yang diberi motivasi atau dorongan untuk menuruti dan bersemangat.

Motivasi inilah yang sering diberikan oleh guru-guru SMA Negeri 8

Surakarta kepada para peserta didik, inklusi maupun reguler, Motivasi ini

diberikan untuk mendorong kiat belajar peserta didik agar mendapatkan nilai

akademik yang lebih baik lagi. Pemberian motivasi sering dilakukan kepada

siswa inklusi agar mereka tidak minder dan dapat berbaur atau berteman dengan

siswa reguler.

Dengan memberi motivasi kepada peserta didik, diharapkan kiat belajar

peserta didik dapat meningkat dan mendapat prestasi yang baik di sekolah.

2. Komunikasi Interpersonal Antara Guru Dengan Anak Berkebutuhan

Khusus (ABK) Dalam Meningkatkan Kiat Belajar Siswa Inklusi

Upaya untuk meningkatkan kiat belajar peserta didik, dapat dilakukan oleh

guru dengan menggunakan komunikasi interpersonal. Komunikasi interpersonal

adalah komunikasi antar dua orang, dimana terjadi kontak langsung dalam

bentuk percakapan, komunikasi jenis ini bias langsung secara berhadapan muka

(face to face) bias juga melalui medium, contoh: telepon. Ciri khas komunikais

interpersonal adalah dua arah atau timbal balik (Effendy, 1993:61).

11

Page 13: D1215030.doc · Web viewPengertian dan Proses Komunikasi Sebuah definisi singkat dibuat oleh Harold D. Lasswell (dalam Suranto, 2010:8) bahwa cara yang tepat untuk menerangkan suatu

Dengan komunikasi interpersonal, diharapakan proses komunikasi yang

terjadi dapat berjalan lebih efektif, karena hanya melibatkan dua orang yang

mana satu pihak bertugas menjadi komunikator dan pihak yang lainnya menjadi

komunikan. Yang berperan sebagai komunikator ialah guru, dan yang manjadi

komunikan ialah peserta didik.

Dalam komunikasi interpersonal yang terjadi antara guru dengan siswa

inklusi, guru menggunakan pendekatan-pendekatan tertentu untuk

menyampaikan maksudnya. Seperti yang diungkapkan oleh Bu Heni, beliau

menggunakan pendekatan pribadi:

“Pendekatan paling secara pribadi misalnya, ada tugas-tugas yang mungkin dia kurang paham, ya silakan bertanya. misalnya saat belajara di kelas dia kurang paham, biasanya dia ke saya secara pribadi, bertanya lebih lanjut mengenai apa yang dia tidak paham itu. dan saya menjelaskan lagi ke dia pelan-pelan hingga dia mengerti. jadi ya pendekatannya secara pribadi gitu mbak” (wawancara dengan Ibu Heni, tanggal 9 Oktober 2017 bertempat di Ruang Guru SMA Negeri 8 Surakarta).

Pendekatan yang digunakan oleh Bapak Slamet dalam komunikasi

interpersonal yang ia lakukan dengan Rida, adalah pendekatan kasih sayang.

“Mungkin tidak ada di teori-teori kebanyakan ya. Yang saya lakukan adalah dengan pendekatan kasih sayang kalau saya. Jadi Rida saya posisikan istimewa tapi bukan nilainya saya beri bagus. Misalnya saya anggap anak ini adalah anak saya. Dengan komunikasi antara bapak dengan anak, berbeda dengan guru dan murid. Jadi saya kalau berkomunikasi itu berputar dulu. Artinya saya bahas keluarga, teman baru ke tema apa yang akan disampaikan. Jadi saya kadang-kadang agak melenceng dari teori-teori yang sudah ada sih mbak. Hehehehe. Saya ini punya trik sendiri, bagaimana tujuannya bisa tersampaikan kepada Rida dan Rida ini tidak tertinggal jauh oleh teman-temannya soal materi, maupun soal berkomunikasi. Dan hasilnya juga ada. kemaren dia berani mengungkapkan sebuah problem” (wawancara dengan Bapak Slamet, tanggal 5 Oktober 2017 bertempat di Ruang Guru SMA Negeri 8 Surakarta).

Mesikupun dengan cara yang berbeda, namun pendekatan yang digunakan

oleh guru-guru adalah pendekatan individual. Pendekatan individual artinya

setia individu anak berbeda sehingga membutuhkan pendekatan dengan cara

yang berbeda pula. Sehingga mereka memperlakukan tiap anak pun berbeda.

12

Page 14: D1215030.doc · Web viewPengertian dan Proses Komunikasi Sebuah definisi singkat dibuat oleh Harold D. Lasswell (dalam Suranto, 2010:8) bahwa cara yang tepat untuk menerangkan suatu

3. Faktor Pendukung Dan Faktor Penghambat Dalam Belajar Dan Saat

Melakukan Komunikasi Dengan Guru Di Sekolah Inklusi

Dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar tentunya ada beberapa

faktor yang mempengaruhi berhasil atau tidaknya kegiatan belajar mengajar.

Faktor yang mempengaruhi belajar dibedakan menjadi dua, yaitu faktor internal

dan faktor eksternal. Faktor internal  adalah faktor yang ada dalam diri individu

yang sedang belajar, sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang berada di

luar individu. Slameto. (2003:54).

Faktor internal yaitu faktor yang ada dalam diri individu, yang sangat besar

pengaruhnya terhadap aktivitas belajar seseorang. Yang termasuk faktor internal

antara lain:

1. Faktor jasmani. Faktor jasmani menjadi salah faktor yang memiliki

pengaruh yang besar dalam proses belajar siswa. Faktor jasmani ini

meliputi: faktor kesehatan dan faktor cacat tubuh. Dari kelima ABK yang

menjadi obyek penelitian, semuanya memiliki kekurangan pada indera

penglihatannya (low vision.). Dengan kekurangannya itu, secara otomatis

dapat mempengaruhi proses belajar. Mereka mengalami kesulitan dalam

mengikuti kegiatan belajar mengajar di kelas, mereka juga sulit untuk

menulis catatan yang ada di papan tulis, dan mengerjakan soal latihan

yang diberikan oleh guru.

2. Faktor psikologi meliputi: intelegensi, perhatian, minat, bakat, dan

kesiapan dalam menerima materi pelajaran. Faktor psikologi ini berkaitan

dengan kepribadian dari masing-masing individu. Sifat kepribadian dari

siswa inklusi ini ada yang aktif namun ada juga yang pasif. Siswa yang

aktif, dapat dikatakan memiliki perhatian yang baik terhadap materi yang

disampaikan oleh guru. Siswa inklusi yang termasuk siswa yang aktif

adalah Ridwan dan Aris. Namun siswa yang pasif, dapat dikatakan bahwa

perhatiannya kurang terhadap materi yang disampaikan oleh guru. Ia

13

Page 15: D1215030.doc · Web viewPengertian dan Proses Komunikasi Sebuah definisi singkat dibuat oleh Harold D. Lasswell (dalam Suranto, 2010:8) bahwa cara yang tepat untuk menerangkan suatu

kurang memiliki minat belajar serta tidak sigap atau tidak siap selama

berinteraksi dengan guru. Siswa inklusi yang termasuk siswa yang pasif

adalah Rida, Aldia dan Anisa. Namun bukan berarti mereka tidak

memiliki perhatian dan minat belajar yang baik, hanya saja tidak sebaik

yang lainnya.

Selanjutnya faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar individu,

yang dapat mempengaruhi aktivitas belajar seseorang. Yang termasuk faktor

eksternal salah satunya:

1. Faktor keluarga meliputi keadaan keluarga dan relasi antar anggota

keluarga.

Keluarga menjadi faktor yang dapat mempengaruhi aktivitas belajar.

Hal ini karena keluarga adalah pihak yang sangat dekat dengan siswa

sehingga dapat mempengaruhinya. Keluarga tidak selamanya berpengaruh

baik, ada pula yang berpengaruh tidak baik. Namun pengaruh tidak baik

ini tidak selamanya terjadi seperti itu. Hanya pada saat-saat tertentu,

seperti saat keluarga memiliki suatu masalah, sehingga memperngaruhi

minat belajar siswa yang sedang mengalami masalah keluarga.

Menurut Ibu Ninik, keluarganya Ridwan dalam keadaan yang baik.

Artinya Ridwan mendapatkan perhatian dari keluarganya.

“Kalau keluarganya itu baik semua sih mbak. Jadi yang sering komunikasi dengan saya itu bapaknya. Bapaknya yang selalu datang saat ambil rapot. Bapaknya itu perhatian sekali dengan Ridwan, karena merasa kasihan dengan kondisi Ridwan. Jadi bapaknya itu juga sudah bilang, “yang penting anak saya itu dapat naik kelas”. Pihak keluarganya Ridwan sangat mendukung untuk Ridwan” (wawancara dengan Ibu Ninik, tanggal 7 Oktober 2017 bertempat di Ruang Guru SMA Negeri 8 Surakarta).

Namun berbeda dengan Rida, Bapak Slamet menceritakan secara

singkat bahwa Rida memiliki masalah keluarga yang cukup membuat

minat belajar Rida menurun.

14

Page 16: D1215030.doc · Web viewPengertian dan Proses Komunikasi Sebuah definisi singkat dibuat oleh Harold D. Lasswell (dalam Suranto, 2010:8) bahwa cara yang tepat untuk menerangkan suatu

“Kebetulan Rida ini memiliki masalah keluarga ya mbak. Dia ini tidak tinggal dengan keluarganya, tapi tinggal di asrama. Sepengetahuan saya juga, dia ini diasuh oleh familynya yang lain. Nah keluarganya itu sedang memiliki masalah keluarga sendiri, jadi berdampaklah kepada Rida. Dia jadi kepikiran hal itu terus, dan menurunkan minat belajarnya” (wawancara dengan Bapak Slamet, tanggal 5 Oktober 2017 bertempat di Ruang Guru SMA Negeri 8 Surakarta).

Namun selama penulis melakukan penelitian, didapatkan beberapa faktor

yang menjadi penghambat dalam penerapan pola komunikasi guru dengan Anak

Berkebutuhan Khusus (ABK) dalam meningkatkan kiat belajar siswa antara

lain:

- Sifat ABK Yang Tertutup Terhadap Guru

Seperti sifat salah satu siswi inklusi yang bernama Rida, ia merupakan siswi

yang tertutup bahkan terhadap wali kelasnya sendiri. Ia merasa kalau hal yang

berhubungan dengannya lebih baik ia simpan sendiri, tidak perlu diadukan atau

diceritakan kepada guru:

“Kalau ada yang mengejek atau membully, saya biasanya diemin aja sih mbak. Siapa sih saya ini? Biarin aja mereka mau ngomong apa tentang saya. Ga perlu dibilangin ke guru lah. Diemin aja” (wawancara dengan Rida pada tanggal 8 Mei 2017 bertempat di Perpustakaan SMA Negeri 8 Surakarta).

Peneliti sangat menyayangkan akan hal tersebut. Penerapan pola

komunikasi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) akan berjalan lebih baik apabila

Anak Berkebutuhan Khusus ABK atau siswa inklusi ini dapat menceritakan

keluh kesahnya kepada guru atau koordinator pendidikan inklusi, untuk ditindak

lanjuti agar tidak ada masalah yang sama dikemudian hari.

- Kurangnya Kedekatan Antara Guru Dengan ABK.

Yang menjadi penghambat dalam optimalisasi penerapan pola komunikasi

Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) dengan guru, selain sifat ABK yang

tertutup, masalah kurangnya kedekatan guru dengan ABK juga turut menjadi

faktor penghambat.

15

Page 17: D1215030.doc · Web viewPengertian dan Proses Komunikasi Sebuah definisi singkat dibuat oleh Harold D. Lasswell (dalam Suranto, 2010:8) bahwa cara yang tepat untuk menerangkan suatu

Diakui oleh beberapa guru yang sekaligus menjadi wali kelas, mereka

merasa tidak begitu dekat atau akrab dengan siswa inklusi yang ada dikelasnya.

Kedekatan yang ada hanya sebatas hubungan guru dengan muridnya seperti

biasa saja. Tidak ada kedekatan yang berlebihan.

Seperti yang dirasakan oleh Ibu Heny, ia mengaku bahwa hubungannya

dengan siswa inklusi bernama Anisa, hanya sewajarnya saja:

“Kalau terlalu dekat juga tidak jadi saya sebisa mungkin menyamakan dengan yang lainnya. Untuk tidak menimbulkan rasa kecemburuan sosial tadi ya. Jadi paling hanya lebih seringnya ke WA (aplikasi chat). Kalau secara lisan gitu mungkin tidak terlalu sering. Jadi misalnya kalau dia ada tugas, atau ada latihan atau besoknya mau kemana, sehingga memberitahukan ke Saya lewat WA. Jadi kan mending dia memberitahu dulu sebelum ada latihan atau lain sebagainya itu” (wawancara dengan bu Heny, pada tanggal 10 Mei, bertempat di Ruang Guru Piket SMA Negeri 8 Surakarta).

Namun ada juga yang mengaku memiliki hubungan yang lebih baik.

Misalnya Bu Ninik, beliau menganggap siswa-siswanya sama seperti anak

sendiri. Sehingga ia memperlakukannya seperti hubungan orang tua dengan

anaknya:

“Nek dekat, saya itu memang dengan anak-anak seperti dengan anak sendiri ya. Jadi kaya Ridwan itu ya kita sama anak-anak seperti orang tua dengan anak. Ya saya cuma kalau ada keluhan apa dari orang tuanya saya mesti, jujur saja baru menanyakan kepada dia. Soalnya saya takut, anak itu kan tidak selalu sama, kadang-kadang ada anak yang mau membuka hati untuk cerita, tapi kan kaya Ridwan dia itu kan susah untuk cerita, untuk diambil apa ya, misalnya punya masalah itu ndak pernah mau cerita sama saya sebagai wali. Tapi kalau orang tuanya saya dekat. Maksudnya sering curhat sama orang tuanya. Cuma ke anaknya sendiri karena itu tadi, ndak mau cerita. Misalnya saya tanya apa gitu, ya ndak mau ngomong apa-apa” (wawancara dengan Bu Ninik, pada tanggal 15 Mei 2017, bertempat di Teras Mushola SMA Negeri 8 Surakarta).

Aspek kedekatan hubungan ini menjadi salah satu faktor penghambat dalam

optimalisasi penerapan pola komunikasi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)

dengan guru.Bila faktor penghambat ini dapat diatasi, maka penerapan pola

komunikasi. Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) dengan guru dapat berjalan

dengan baik.

16

Page 18: D1215030.doc · Web viewPengertian dan Proses Komunikasi Sebuah definisi singkat dibuat oleh Harold D. Lasswell (dalam Suranto, 2010:8) bahwa cara yang tepat untuk menerangkan suatu

- ABK Merasa Minder Atau Kurang Percaya Diri

Faktor penghambat lainnya yakni, ABK merasa minder atau kurang percaya

diri saat berada disekitar siswa reguler. Hal ini dikarenakan ABK merasa

berbeda dengan siswa reguler karena kekurangan fisik yang mereka miliki.

Seperti yang dialami oleh Aldia, ia mengaku pernah membaur dengan siswa

reguler, namun akhirnya ia merasa minder. Ia lebih nyaman untuk bergabung

dengan siswa sesama inklusi saja:

“Aku pernah membaur sama mereka tapi ujung-ujungnya kaya dikacangin gitu. Di cuekin. Jadinya yaudahlah ya. Aku sekarang jadi kaya minder sendiri sih kalo gabung sama mereka. Makanya aku kalo kemana-mana sendiri. Aku kalo kemana-mana palingan cuma sama sesama anak inklusi aja, ga pernah sama anak reguler” (wawancara dengan Aldia pada tanggal 8 Mei 2017 bertempat di Perpusatakaan SMA Negeri 8 Surakarta).

Dari hasil penelitian dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada

narasumber, hampir semua narasumber merasakan hal yang sama seperti yang

dirasakan Aldia, yakni merasa minder saat berada disekitar siswa reguler.

Misalnya seperti yang dirasakan oleh Rida: “Aku kurang nyaman sih mbak. Ya

minder gitu. Soalnya kan mereka normal, sedangkan aku ya begini. Jadi ya

kurang suka aja” (wawancara dengan Rida pada tanggal 8 Mei 2017 bertempat

di Perpusatakaan SMA Negeri 8 Surakarta).

Namun masih ada siswa inklusi yang bersikap cuek saat bersama dengan

siswa reguler. Yakni Aris, ia dapat berbaur dengan siswa reguler tanpa harus

merasa minder: “Kalo aku biasa aja mbak. Ngapain minder? Kan kita sama-

sama sekolah disini. Jadi udah sama-sama aja gak apa-apa” (wawancara dengan

Aris pada tanggal 8 Mei 2017 bertempat di Perpusatakaan SMA Negeri 8

Surakarta)

Sama halnya dengan yang dirasakan oleh Ridwan, ia setuju dengan yang

dikatakan oleh Aris, sehingga ia dapat berbaur dengan siswa reguler seperti

biasa:

17

Page 19: D1215030.doc · Web viewPengertian dan Proses Komunikasi Sebuah definisi singkat dibuat oleh Harold D. Lasswell (dalam Suranto, 2010:8) bahwa cara yang tepat untuk menerangkan suatu

“Aku juga biasa aja sih mbak. Soalnya kan biasanya juga aku main bareng sama mereka. Apa-apa juga sama mereka. Jadi ngapain minder? Kalo minder malah diledekin sama temen-temen. Jadi biasa aja” (wawancara dengan Ridwan pada tanggal 8 Mei 2017 bertempat di Perpusatakaan SMA Negeri 8 Surakarta).

Setelah mendengar jawaban dari narasumber, memang beberapa faktor

tersebut diatas dapat mempengaruhi optimalisasi penerapan pola komunikasi

Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) dengan guru. Proses pola komunikasi dapat

berjalan lancar apabila faktor-faktor penghambat diatas dapat diatasi. Oleh

karena itu, komunkator dalam hal ini guru, harus sebisa mungkin meminimalisir

agar faktor-faktor tersebut mengganggu kelancaran pola komunikasi.

Penutup

Berdasarkan dari hasil pengamatan dan pengumpulan data yang dilakukan

peneliti, maka dapat ditarik kesimpulan yang sesuai dengan masalah penelitian ini

yaitu sebagai berikut:

1. Guru SMA Negeri 8 Surakarta menggunakan berbagai metode atau pola

komunikasi dengan arah pola komunikasi yang berbeda saat menyampaikan

materi pelajaran maupun saat berinteraksi dengan siswa-siswi SMA Negeri 8

Surakarta. Pola komunikasi yang terjadi pada Anak Berkebutuhan Khusus

(ABK) atau siswa inklusi sebagai peserta didik dengan guru di SMA Negeri 8

Surakarta dapat terjadi dalam beberapa pola, yaitu:

a. Pola Komunikasi Satu Arah

Dari hasil penelitian, pola komunikasi satu arah biasanya digunakan oleh

guru saat menyampaikan materi pelajaran dengan metode ceramah di depan

kelas. Kekurangan dari pola komunikasi satu arah ini adalah guru bersifat

lebih dominan sehingga membuat peserta didik menjadi pasif dan tidak aktif

di dalam kelas. Selain itu respon dari masing-masing peserta didik pun

beragam, ada yang memperhatikan namun ada pula yang sibuk dengan

urusannya sendiri.

18

Page 20: D1215030.doc · Web viewPengertian dan Proses Komunikasi Sebuah definisi singkat dibuat oleh Harold D. Lasswell (dalam Suranto, 2010:8) bahwa cara yang tepat untuk menerangkan suatu

b. Pola Komunikasi Dua Arah

Dari hasil penelitian, pola komunikasi dua arah ini dilakukan oleh guru dan

siswa saat melakukan percakapan. Tetapi terbatas pada guru dan siswa

secara individual. Siswa yang lainnya tidak dapat bergabung dalam interaksi

tersebut. Pola komunikasi dua arah ini lebih baik dari pola komunikasi satu

arah karena siswa yang berperan sebagai komunikan dapat memberikan

responnya (feedback) secara langsung kepada komunikator.

c. Pola Komunikasi Multi Arah.

Dari hasil penelitian, pola komunikasi multi arah ini tidak hanya melibatkan

interaksi dinamis antara guru dan siswa, tetapi juga melibatkan interaksi

yang dinamis antara siswa dengan siswa yang lainnya. Proses belajar

mengajar dengan pola komunikasi ini membuat peserta didik menjadi lebih

aktif, karena mereka dapat saling berinteraksi dengan guru dan juga peserta

didik yang lain.

2. Saat proses belajar mengajar, guru menggunakan komunikasi interpersonal

untuk memberikan motivasi dan nasihat langsung kepada siswa inklusi dalam

meningkatkan kiat belajar siswa inklusi. Karena komunikasi interpersonal

terjadi antara komunikator dengan komunikan secara tatap muka. Namun tidak

menutup kemungkinan komunikasi tersebut terjadi menggunakan bantuan

media perantara.

3. Faktor yang menjadi penghambat dalam penerapan pola komunikasi guru

dengan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) dalam meningkatkan kiat belajar

siswa antara lain:

- Sifat Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) atau siswa inklusi yang tertutup

terhadap guru. Hal ini membuat guru sulit untuk memberikan masukan atau

motivasi kepada siswa inklusi.

- Kurangnya kedekatan antara guru dengan Anak Berkebutuhan Khusus

(ABK) sehingga guru tidak mengetahui apabila siswa sedang mengalami

19

Page 21: D1215030.doc · Web viewPengertian dan Proses Komunikasi Sebuah definisi singkat dibuat oleh Harold D. Lasswell (dalam Suranto, 2010:8) bahwa cara yang tepat untuk menerangkan suatu

kesulitan atau sedang memiliki masalah yang menyebabkan siswa menjadi

tidak semangat belajar. Hal ini dapat mengakibatkan penurunan prestasi

akademik siswa.

- Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) merasa minder atau kurang percaya diri

saat berada di sekitar siswa reguler. Meskipun siswa inklusi dapat

berinteraksi dan bergaul dengan siswa reguler lainnya, tidak dapat

dipungkiri bahwa siswa inklusi juga terkadang merasa minder atau tidak

percaya diri. Hal ini membuat siswa inkusi sulit untuk menerima masukan

atau motivasi yang disampaikan oleh siswa reguler yang notabene adalah

teman-temannya sendiri.

Daftar Pustaka

Cangara, Hafied. (2003). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Djamarah, Syaiful Bahri. (2004). Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak dalam Keluarga: Sebuah Perspektif Pendidikan Islam. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Effendy, Onong Uchjana. (1986) Dimensi-Dimensi Komunikasi. Bandung: Alumni.––––. (1993). Ilmu, Teori & Filsafat Komunikasi. Bandung: PT Citra Aditya Bakti. ––––. (2006). Ilmu Komunikasi; Teori dan Praktek. Bandung: Penerbit Remaja

Rosda Karya.Fajar, Marhaeni. (2009). Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktik. Yogyakarta: Graha

Ilmu.Hashamdar, Mohammad. (2012). The Teacher-Student Communication Pattern: A

Need To Follow? BRAIN. Broad Research in Artifical Intelligence and Neuroscience. Volume 3, Issue 4, "Brain and Language", December 2012, ISSN 2067-3957 (online), ISSN 2068 - 0473 (diunduh pada tanggal 28 Juni 2017 pukul 22:02 WIB)

Liliweri, Alo. (1991). Komunikasi Antarpribadi. Bandung: PT Citra Aditya Bakti.Murdiyatmoko, Janu. 2007. Sosiologi: Memahami Dan Mengkaji Masyarakat.

Jakarta: PT Grafindo Media Pratama.

20