d1215027.docx · web viewbagaikan fenomena gunung es, jumlah penderita yang melapor hanyalah...

21
JURNAL STRATEGI KOMUNIKASI KOMISI PENANGGULANGAN AIDS KABUPATEN BOYOLALI DALAM MELAKUKAN SOSIALISASI PENYAKIT HIV/AIDS DI KABUPATEN BOYOLALI Oleh : KRISTANDYO DWI NUGROHO D1215027 Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

Upload: lydien

Post on 12-May-2018

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: D1215027.docx · Web viewBagaikan fenomena gunung es, jumlah penderita yang melapor hanyalah sebagian kecil dari kasus sesungguhnya terjadi, hal tersebut sedikit memberikan gambaran

JURNAL

STRATEGI KOMUNIKASI

KOMISI PENANGGULANGAN AIDS KABUPATEN BOYOLALI DALAM

MELAKUKAN SOSIALISASI PENYAKIT HIV/AIDS

DI KABUPATEN BOYOLALI

Oleh :

KRISTANDYO DWI NUGROHO

D1215027

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Guna Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2018

Page 2: D1215027.docx · Web viewBagaikan fenomena gunung es, jumlah penderita yang melapor hanyalah sebagian kecil dari kasus sesungguhnya terjadi, hal tersebut sedikit memberikan gambaran

Strategi Komunikasi Komisi Penanggulangan AIDS

Kabupaten Boyolali Dalam Melakukan Sosialisasi Penyakit HIV/AIDS

Di Kabupaten Boyolali

Kristandyo Dwi Nugroho

Chatarina Heny Dwi Surwati

Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik

Universitas Sebelas Maret Surakarta

AbstractThe number of spread of HIV / AIDS in Boyolali cumulatively until 2017

increased by the number of 403 inhabitants. Location Boyolali strategic among the city of Semarang with HIV / AIDS as many as 4481 people and the city of Solo as many as 2724 inhabitants. The number of sufferers in Boyolali is far below the two cities, but with increasing graphics and strategic location of Boyolali, if not handled properly, it is feared to explode the number of its spread like the two cities. The government in fighting the spread of the disease formed the AIDS control commission of Boyolali distric (KPAK) spread to the area one of them is Boyolali. This study aims to find out how communication strategy conducted by AIDS control Commission of Boyolali district in conducting socialization of HIV / AIDS disease in Boyolali district. This research is descriptive qualitative research by using stages of formulation of communication strategy design starting from know audience, compose message, set method and determine media and also with theory proposed by Harold Lasswell by answer Who question? Says What? in Which Channel? To Whom? With What Effect? This study uses primary data collection techniques, in the form of interviews and secondary data in the form of documentation and data on the development of HIV / AIDS disease from the District Health Office. Boyolali and KPAK Boyolali. The sampling technique used purposive sampling technique, the tendency of the researcher to select the informant who considered to know the information and the problem in depth. In the stage of knowing the audience, the communicant is divided by age group and the key population. Communicators are health workers, the preparation of messages made penyesuain message material that will be delivered based audiens. The method used redudancy, canalizing, informative, persuasive, educative. Media used by KPAK Boyolali software power point, film, website, internet, leaflet, sticker, poster, calendar, standing banner and mmt / banner. Monitoring and evaluation were conducted with regular coordination meetings with Boyolali Health Office, partner NGOs of KPAK, health care facilities in Boyolali and related regional organizations.Keywords : Communication Strategy, HIV/AIDS, AIDS Control Commission

1

Page 3: D1215027.docx · Web viewBagaikan fenomena gunung es, jumlah penderita yang melapor hanyalah sebagian kecil dari kasus sesungguhnya terjadi, hal tersebut sedikit memberikan gambaran

Pendahuluan

Angka persebaran HIV/AIDS di Boyolali secara kumulatif hingga tahun 2017

terus mengalami peningkatan dengan jumlah 403 jiwa. Sebanyak 71 penderita

HIV/AIDS meninggal dunia dalam rentang waktu 2005 hingga agustus 2017 dan

332 masih bertahan hidup. Yang menjadi perhatian dari fenomena penyakit

HIV/AIDS ini khususnya di kabupaten Boyolali adalah penyakit tersebut paling

banyak menyerang orang dengan kelompok umur produktif. penderita HIV/AIDS

di Boyolali berdasarkan kelompok umur hingga akhir tahun 2016 terjadi pada

penderita usia produktif yaitu sekitar 258 jiwa. Persebaran penyakit HIV/AIDS di

kalangan usia produktif apabila tidak segera diatasi dengan baik dikhawatirkan

akan terus menambah angka penderitanya. Salah satu cara penularan penyakit

tersebut adalah dengan hubungan seks, apabila terdapat seseorang pengidap

HIV/AIDS di Boyolali yang tidak memahamai sama sekali informasi seputar

penyakitnya terlebih cara penularannya, ketika melakukan hubungan seks dengan

orang lain yang tidak terpapar HIV/AIDS sebelumnya dan orang tersebut juga

minim pengetahuan tentang HIV/AIDS maka dari situlah sumber dari penularan

yang mengakibatkan bertambahnya angka penderita HIV/AIDS.

Letak Boyolali yang strategis di antara kota Semarang dengan penderita

HIV/AIDS sebanyak 4481 jiwa dan kota Solo sebanyak 2724 jiwa. Jumlah

penderita di Boyolali jauh di bawah dua kota tersebut, namun dengan grafik yang

meningkat dan letak Boyolali yang strategis apabila tidak ditangani dengan baik

dikhawatirkan meledak angka persebarannya seperti dua kota tersebut. Pemerintah

dalam memerangi persebaran penyakit tersebut membentuk Komisi

Penanggulangan Aids yang tersebar hingga ke daerah salah satunya adalah

Boyolali, berdiri sesuai dengan Surat Keputusan Bupati Boyolali tahun 2009

tentang PEMBENTUKAN KOMISI PENANGGULANGAN AIDS

KABUPATEN BOYOLALI.

Fenomena penyakit HIV/AIDS di Indonesia tak lepas dari masalah

komunikasi. Bagaikan fenomena gunung es, jumlah penderita yang melapor

hanyalah sebagian kecil dari kasus sesungguhnya terjadi, hal tersebut sedikit

memberikan gambaran bahwa komunikasi dilakukan bukan tanpa masalah, ada

2

Page 4: D1215027.docx · Web viewBagaikan fenomena gunung es, jumlah penderita yang melapor hanyalah sebagian kecil dari kasus sesungguhnya terjadi, hal tersebut sedikit memberikan gambaran

saja hambatan-hambatan yang menghadang. Komunikasi kesehatan menjadi salah

satu hal yang harus diperhatikan oleh KPAK Boyolali untuk menjalankan proses

sosialisasi kepada sasaran masyarakat. Penelitian ini menjadi hal yang penting

untuk dilakukan karena dalam penelitian ini dibahas bagaimana proses KPAK

Boyolali dalam menyusun hingga melaksanakan strategi komunikasi yang dibuat

dalam rangka menjalankan fungsi untuk menekan jumlah penderita penyakit

HIV/AIDS di Boyolali. Selain itu dalam penelitian ini digambarkan tentang peran

dan upaya KPAK Boyolali dalam memberantas virus HIV/AIDS sesuai dengan

rumusan rancangan strategi komunikasi mulai dari proses pengenalan khalayak,

pembuatan pesan, pemilihan media, cara penyampaian, hingga realisasi dan

monitoring kegiatan yang dilakukan di kabupaten Boyolali.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah dalam

penelitian ini yaitu:

“Bagaimana strategi Komunikasi Komisi Penanggulangan Aids kabupaten

Boyolali dalam melakukan soialisasi penyakit HIV/AIDS di Kabupaten

Boyolali?”

Tinjauan Pustaka

1. Komunikasi

Komunikasi menurut Carl I. Hovland, dalam (Effendy, 2006, p. 10)

ilmu komunikasi adalah: upaya yang sistematis untuk merumuskan secara

tegar asas-asas penyampaian informasi serta pembentukkan pendapat.

Sedangkan definisi khususnya tentang komunikasi adalah proses

mengubah perilaku orang lain (communication is the process to modify the

behavior of the other individuals). Selain beberapa pengertian diatas,

untuk memahami pengertian komunikasi sehingga dapat dilancarkan

secara efektif dalam (Effendy, 2006, p. 10) para peminat komunikasi

seringkali mengutip paradigma yang dikemukakan oleh Harold Lasswell

3

Page 5: D1215027.docx · Web viewBagaikan fenomena gunung es, jumlah penderita yang melapor hanyalah sebagian kecil dari kasus sesungguhnya terjadi, hal tersebut sedikit memberikan gambaran

dalam karyanya, The Structure and Function in Communication in Society.

Lasswell mengatakan bahwa cara yang baik untuk menjelaskan

komunikasi ialah menjawab pertanyaan sebagai berikut: “Who Says What

in Which Channel To Whom With What Effect?”

2. Strategi Komunikasi

Strategi pada hakikatnya adalah perencanaan, (planning) dan

manajemen (management) untuk mencapai suatu tujuan. Namun, untuk

mencapai suatu tujuan tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan

yang hanya menunjukan arah saja, tetapi harus menunjukan bagaimana

taktik operasionalnya. Demikian pula strategi komunikasi merupakan

paduan dari perencanaan komunikasi (communication planning) dan

manajemen (management communication) untuk mencapai suatu tujuan.

Untuk mencapai tujuan tersebut strategi komunikasi harus dapat

menunjukan bagaimana operasionalnya secara taktis ahrus dilakukan,

dalam arti kata bahwa pendekatan (approach) bisa berbeda sewaktu-waktu,

bergantung kepada situasi dan kondisi. (Effendy, 2004, p. 29)

Sebelum melakukan strategi komunikasi, ada baiknya komunikator

melakukan perencanaan komunikasi. Perencanaan komunikasi adalah

proses pemanfaatan berbagai bentuk, metode dan teknik komunikasi yang

terencana dan terkoordinir untuk mencapai tujuan tertenntu di masa yang

akan datang. Proses perencanaan tersebut meliputi:

1) Analisa program dan masalah

2) Analisa situasi dan khalayak

3) Mengembangkan perencanaan

4) Menyusun strategi komunikasi

5) Evaluasi dan monitoring

Untuk susunan perancangan strategi komunikasi seperti yang

dijelaskan dalam (Arifin, 1984, p. 73) bahwa rumusan rancangan strategi

komunikasi terdiri dari:

4

Page 6: D1215027.docx · Web viewBagaikan fenomena gunung es, jumlah penderita yang melapor hanyalah sebagian kecil dari kasus sesungguhnya terjadi, hal tersebut sedikit memberikan gambaran

1) Mengenal Khalayak

Komunikator harus menciptakan persamaan kepentingan

dengan khalayak, terutama pesan, metode dan media. Untuk

menyamakan kepentingan tersebut maka komunikator harus

mengerti dan memahami pola pikir (frame of reference) dan

lapangan pengalaman (field of experince) khalayak secara

tepat dan seksama.

2) Menyusun Pesan

Syarat utama dalam mempengaruhi khalayak dari pesan

tersebut ialah mampu membangkitkan perhatian. Hal ini

sesuai dengan AA Procedure atau From Attention to Action

Procedur artinya membangkitkan perhatian (attention) untuk

selanjutnya menggerakkan seseorang atau banyak orang

melakukan suatu kegiatan (action) sesuai tujuan yang

dirumuskan.

3) Menetapkan Metode

Pemilihan metode ini harus disesuaikan dengan bentuk pesan,

keadaan khalayak, fasilitas dan biaya. Metode komunikasi

yang efektif menurut Arifin:

a) Redundancy (repetition)

b) Canalizing

c) Informatif

d) Persuasif

e) Educative Method

f) Cursive method

4) Seleksi Penggunaan Media

Sebelum suatu pesan disampaikan, perlu dipertimbangkan

tentang penggunaan media atau saluran yang paling efektif.

Di dalam ilmu komunikasi, dikenal komunikasi langsung

(face to face) dan media massa. Namun efektivitas dari

masing-masing media itu sendiri juga berbeda. Karena itu

5

Page 7: D1215027.docx · Web viewBagaikan fenomena gunung es, jumlah penderita yang melapor hanyalah sebagian kecil dari kasus sesungguhnya terjadi, hal tersebut sedikit memberikan gambaran

seorang komunikator yang handal harus dapat memahami

karakteristik media komunikasi, sehingga pada akhirnya dapat

memilih media apa yang tepat dan sesuai dengan karakter

pesan maupun karakter khalayaknya.

Dalam (Effendy, 2004, pp. 29-30) Dijelaskan bahwa, untuk

mantapnya strategi komunikasi, maka segala sesuatunya harus

dipertautkan dengan komponen-komponen yang merupakan jawaban

terhadap pertanyaan dalam rumus Lasswell yaitu Who, Says What, In

Which Channel, To Whom, With What Effect dengan tambahan

pertanyaan When, How dan Why. Tambahan pertanyaan tersebut dalam

strategi komunikasi sangat penting karena pendekatan (approach)

terhadap efek yang diharapkan dari suatu kegiatan komunikasi bisa

berjenis-jenis, yakni:

a) Information

b) Persuasion

c) Instruction

Metodologi

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian deskriptif kualitatif.

Penelitian deskriptif yaitu penelitian yang memaparkan situasi atau peristiwa,

tidak mencari atau menjelaskan hubungan, menguji hipotesa, atau membuat

prediksi. Data yang dikumpulkan dalam penelitian kualitatif terutama berupa kata-

kata, kalimat, atau gambar yang memiliki arti lebih daripada sekedar angka atau

frekuensi. (Sutopo, 2002, p. 35) Penelitian ini menggambarkan secara rinci

bagaimana terjadinya aktivitas strategi komunikasi yang dilakukan oleh Komisi

Penanggulangan Aids kabupaten Boyolali dalam mensosialisasikan pencegahan

dan bahaya virus HIV/AIDS kepada masyarakat.

Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data primer, berupa

wawancara dan data sekunder berupa dokumentasi dan data yang mendukung.

Teknik pengambilan Sampel menggunakan teknik purposive sampling,

kecenderungan peneliti memilih informan yang dianggap mengetahui informasi

6

Page 8: D1215027.docx · Web viewBagaikan fenomena gunung es, jumlah penderita yang melapor hanyalah sebagian kecil dari kasus sesungguhnya terjadi, hal tersebut sedikit memberikan gambaran

dan masalahnya secara mendalam. Teknik validitas data digunakan untuk menguji

valid tidaknya data yang telah diperoleh serta untuk menguji kebenarannya adalah

triangglasi. Teknik analisis data yang digunkan dalam penelitian ini adalah Proses

analisis menurut Miles dan Huberman, 1994 dalam (Sutopo, 2002, p. 96) yaitu

terdapat tiga komponen utama yang harus benar-benar dipahami. Tiga komponen

utama tersebut adalah reduksi data, sajian data, penarikan kesimpulan serta

verifikasinya. Tiga komponen tersebut terlibat dalam proses analisis dan saling

berkaitan serta menentukan hasil akhir analisis.

Sajian dan Analisis Data

1. Strategi Komunikasi Komisi Penanggulangan AIDS Kabupaten Boyolali

Dalam Melakukan Sosialisasi Penyakit HIV/AIDS

Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi Komisi Penanggulangan

Aids kabupaten Boyolali sebelum menjalankan setiap kegiatannya pastinya

dilakukan suatu perencanaan. Strategi pada hakikatnya adalah perencanaan,

(planning) dan manajemen untuk mencapai suatu tujuan. Namun, untuk

mencapai suatu tujuan tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan

yang hanya menunjukan arah saja, tetapi harus menunjukan bagaimana taktik

operasionalnya.

Demikian pula strategi komunikasi merupakan paduan dari perencanaan

komunikasi (communication planning) dan manajemen (management

communication) untuk mencapai suatu tujuan. Untuk mencapai tujuan

tersebut strategi komunikasi harus dapat menunjukan bagaimana

operasionalnya secara taktis harus dilakukan, dalam arti kata bahwa

pendekatan (approach) bisa berbeda sewaktu-waktu, bergantung kepada

situasi dan kondisi. (Effendy, 2004, p. 29) Sebelum melakukan strategi

komunikasi, ada baiknya komunikator melakukan perencanaan komunikasi.

Perencanaan komunikasi adalah proses pemanfaatan berbagai bentuk, metode

dan teknik komunikasi yang terencana dan terkoordinir untuk mencapai

7

Page 9: D1215027.docx · Web viewBagaikan fenomena gunung es, jumlah penderita yang melapor hanyalah sebagian kecil dari kasus sesungguhnya terjadi, hal tersebut sedikit memberikan gambaran

tujuan tertenntu di masa yang akan datang. Proses perencanaan tersebut

meliputi:

1) Analisa program dan masalah

2) Analisa situasi dan khalayak

3) Mengembangkan perencanaan

4) Menyusun strategi komunikasi

5) Evaluasi dan monitoring

Rumusan rancangan strategi komunikasi seperti yang dijelaskan dalam

(Arifin, 1984, p. 73) mencakup beberapa hal dibawah ini, dan rumusan

tersebut sekaligus akan menjawab pertanyaan tentang teori yang

dikemukakan oleh lasswell sebagai teori yang relevan untuk mendukung

strategi komunikasi sebagai berikut :

1) Mengenal khalayak akan menjawab Who, to whom

2) Menyusun pesan akan menjawab says what (how,why,when)

3) Menetapkan metode sekaligus menjawab information and persuasion

4) Seleksi penggunaan media sekaligus menjawab in which channel

5) Monitoring dan evaluasi sekaligus menjawab with what effect

Dalam melaksanakan sosialisasi penyakit HIV/AIDS di kabupaten

Boyolali Komisi Penanggulangan Aids kabupaten Boyolali telah

melaksanakan lima hal sebagai rumusan perancangan strategi komunikasi

meliputi, tahap mengenal khalayak, menyusun pesan, menetapkan metode,

seleksi penggunaan media, hingga monitoring dan evaluasi, sebagai berikut:

1. Tahap mengenal khalayak

Komisi Penanggulangan AIDS kab. Boyolali menentukan

komunikan menjadi beberapa bagian diantaranya, masyarakat umum

Boyolali, usia remaja (SMA), pekerja/karyawan, Ibu rumah tangga,

intinya pada usia produktif, mengingat penderita HIV/AIDS paling

banyak menyerang usia produktif. Kemudian populasi kunci yang terdiri

dari Lelaki suka laki (LSL), waria (Trans Gender), wanita penjaja seks

(WPS), Ibu hamil. Kemudian anggota internal KPAK Boyolali yang

8

Page 10: D1215027.docx · Web viewBagaikan fenomena gunung es, jumlah penderita yang melapor hanyalah sebagian kecil dari kasus sesungguhnya terjadi, hal tersebut sedikit memberikan gambaran

masuk dalam struktur seperti Dinas Pemuda dan Olahraga, Dinas Sosial,

Dinas Pariwisata dan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang

berhubungan dengan upaya penanggulangan HIV/AIDS, juga jejaring

yang dimiliki KPAK Boyolali seperti Lembaga Swadaya Masyarakat

sebagai mitra, kelompok kerja, dan warga peduli AIDS. Kemudian

komunikator dalam proses sosialisasi ialah petugas kesehatan dari

KPAK Boyolali yaitu Titiek Sumartini SKM, MSi, Esti Purnaning

Widiasih A.Md.Kep, selain itu adalah petugas kesehatan yang

berkompeten terhadap penyakit HIV/AIDS dari Puskesmas dan juga

Rumah Sakit di Boyolali.

2. Tahap menyusun pesan

Dalam tahap menyusun pesan, materi yang disampaikan untuk

sosialisasi sudah disediakan pakemnya dari Komisi Penanggulangan

Aids Nasional (pusat). Namun KPAK Boyolali menyesuaikan kembali

isi pesan yang akan disampaikan kepada komunikan target sasaran,

Seperti bahasa yang terlalu medis ataupun teoritis biasanya diganti

dengan bahasa yang mudah dimengerti. Juga dengan menganalogikan

penyakit HIV/AIDS dengan hal yang dekat kehidupan sehari-hari agar

pesan lebih mudah diterima oleh komunikan. Pesan yang disampaikan

hampir selalu sama, berisi informasi dasar sepeeti apa itu HIV/AIDS,

bagaimana cara penularannya, bagaimana agar tidak tertular, bagaimana

cara mencegah, dan sebagainya.

3. Menetapkan metode

Komisi Penanggulangan Aids kabupaten Boyolali menyesuaikan

kembali bagaimana dan kepada siapa sebuah pesan tersebut akan

disampaikan. Metode yang dilakukan meliputi redudancy (pengulangan

pesan) yaitu dengan cara dimanapun dan menggunakan media apapun

KPAK Boyolali dalam menyampaikan sosialisasi pasti memberikan

informasi yang sama seputar pengetahuan dasar penyakit HIV/AIDS.

Kemudian canalizing (penyediaan saluran tertentu) yaitu dengan cara

membentuk Warga Peduli AIDS (WPA) dan Kelompok Kerja (Pokja)

9

Page 11: D1215027.docx · Web viewBagaikan fenomena gunung es, jumlah penderita yang melapor hanyalah sebagian kecil dari kasus sesungguhnya terjadi, hal tersebut sedikit memberikan gambaran

agar perkembangan penyakit HIV/AIDS di tengah masyarakat dapat

semakin terkendali. Informatif bahwa setiap informasi yang

disampaikan oleh KPAK Boyolali pasti bersifat baru, seperti informasi

tentang perkembangan terbaru penyakit HIV/AIDS, jumlah penderita

terbaru dan sebagainya.. Kemudian persuasif biasa dilakukan KPAK

Boyolali dengan membuat acara hiburan ditengah masyarakat dengan

disisipkan sosialisasi penyakit HIV/AIDS dan yang terakhir educative

(edukasi) diberikan dalam bentuk arahan untuk menggunakan kondom

yang benar kepada target komunikan tertentu, cara memulasarkan

jenazah ODHA yang benar hingga pemberian soal komprehensif terkait

HIV/AIDS terhadap pelajar.

4. Tahap seleksi penggunaan media

Dalam tahap ini KPAK Boyolali hanya memilih dan menggunakan

beberapa media sebagai pendukung sosialisasi saja. Media tersebut

diantaranya : software power point, film,website, internet, leaflet, stiker,

poster, kalender, standing banner dan mmt/spanduk. Semua media

tersebut berisikan informasi dasar penyakit HIV/AIDS yang dibagikan

kepada komunikan dan juga dipasang ditempat-tempat strategis.

5. Tahap monitoring dan evaluasi

Monitoring yang dilakukan KPAK Boyolali dilakukan dengan

melihat pelaporan dan pencatatan kasus HIV/AIDS yang bersumber dari

sistem informasi HIV/AIDS (SIHA). Monitoring dan evaluasi juga

dilakukan dengan melakukan rapat koordinasi rutin yang diikuti oleh

Dinas Kesehatan Boyolali, LSM mitra KPAK, Fasilitas pelayanan

kesehatan (untuk tes HCT) yang berada di Puskesmas dan Rumah Sakit

di Boyolali dan dengan Organisasi Perangkat Daerah terkait di Boyolali.

Hasil sosialisasi selama ini terjadi peningkatan orang yang

memeriksakan dirinya untuk tes HCT atau tes status HIV, dengan

semakin banyak orang yang mau melakukan tes HCT otomatis angka

temuan kasus juga akan terus bertambah. Kasus diskriminasi terhadap

ODHA dan jenazah ODHA juga telah berkurang.

10

Page 12: D1215027.docx · Web viewBagaikan fenomena gunung es, jumlah penderita yang melapor hanyalah sebagian kecil dari kasus sesungguhnya terjadi, hal tersebut sedikit memberikan gambaran

Kesimpulan

Hasil penelitian ini menunjukkan Komisi Penanggulangan Aids kab.

Boyolali telah melaksanakan kelima tahapan rumusan perancangan strategi

komunikasi seperti yang dijelaskan dalam (Arifin, 1984, p. 73) yaitu tahap

mengenal khalayak, komunikan dibagi berdasarkan kelompok umur, kelompok

populasi kunci, masyarakat secara umum dan anggota internal KPAK Boyolali

sendiri. Komunikator adalah petugas kesehatan dipilih berdasarkan kompetensi

dan kewenangan. Tahap penyusunan pesan KPAK Boyolali melakukan

penyesuain materi pesan yang akan disampaikan berdasarkan komunikannya.

Tahap menentukan metode, yang digunakan adalah redudancy, canalizing,

informatif, persuasif, educative. Tahap seleksi penggunaan media, KPAK

Boyolali menggunakan media pendukung diantaranya : software power point,

film,website, internet, leaflet, stiker, poster, kalender, standing banner dan

mmt/spanduk. Tahap monitoring dan evaluasi dilakuan dengan rapat koordinasi

yang rutin dilakukan dengan Dinas Kesehatan Boyolali, LSM mitra KPAK,

Fasilitas pelayanan kesehatan yang berada di Puskesmas dan Rumah Sakit di

Boyolali dan dengan Organisasi Perangkat Daerah terkait di Boyolali.

Daftar Pustaka

Anwar, Arifin. 1984. Strategi Komunikasi:Suatu Pengantar Ringkas. Bandung: Amico

Arikunto, S. 2010. Prosedur penelitian : Suatu Pendekatan Praktik. (Edisi. Revisi). Jakarta: Rineka Cipta.

Asmara, Damar Aryateja. 2006. Peranan Notariat Sebagai Pejabat Lelang dalam Upaya Sosialisasi Lelang di Indonesia. Semarang: Naskah Publikasi Universitas Diponegoro

Azikin, Rijadi. 2009. Implementasi Tugas -tugas Pokok Komisi Penanggulangan “Acquired Immune Deficiency Syndrome” (AIDS) Daerah (KPAD) dalam penanggulangan HIV/AIDS di kabupaten Grobogan Tahun 2009. Program pascasarjana Universitas Diponegoro Semarang

Effendy, Onong Uchjana. 2003. Ilmu, Teori & Filsafat Komunikasi. Bandung: Citra Aditya Bakti

_____________________2004. Dinamika Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya

11

Page 13: D1215027.docx · Web viewBagaikan fenomena gunung es, jumlah penderita yang melapor hanyalah sebagian kecil dari kasus sesungguhnya terjadi, hal tersebut sedikit memberikan gambaran

_____________________2006. Ilmu Komunikasi : Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya

Fajar, Marhaeni. 2009 Ilmu Komunikasi: Teori & Praktek.. Yogyakarta: Graha Ilmu

Kriyantono, Rachmat. 2010. Teknik Praktis Riset Komunikasi Disertai Contoh Praktis Riset Media, Public Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran. Jakarta: Kencana Prenada Grup

Liliweri, Alo. 2007. Dasar-Dasar Komunikasi Kesehatan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Narwoko, J. Dwi & Bagong Suyanto. 2006. Sosiologi : Teks Pengantar dan Terapan. Jakarta: Kencana

Nur, RR. Gielang Tri. 2011. “Strategi Komunikasi dalam Mensosialisasikan Program Pemberantasan Buta Aksara di Kecamatan Loa Kulu, Kutai Kartanegara”. Skripsi tidak diterbitkan. Samarinda : Fakultas ISIPOL Universitas Mulawarman

R, Angela Dian. 2013. Strategi Komunikasi DPPKAD kabupaten Sragen dalam Sosialisasi Program Pengalihan PBB-P2 (Studi Deskriptif Kualitatif terhadap Strategi Komunikasi Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) dalam Sosialisasi Program PBB-P2 Menjadi Pajak Daerah di Kabupaten Sragen).Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta

Sartika, Ariny. 2015. Strategi Komunikasi Komisi Penanggulangan AIds (KPA) Dalam Melakukan Sosialisasi HIV/AIDS Di Kota Samarinda. eJournnal.ilkom.fisip-unmul.org

Silvia, Dinna Rafika. 2017. Strategi komunikasi yayasan Gaya Dewata dalam sosialisasi layanan Voluntary Counseling and Testing (VCT) untuk pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS di kalangan Gay.Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Udayana

Sutopo, H B. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: Sebelas Maret University Press

http://www.aidsindonesia.or.id/home , diakses pada 20 Maret 2017 pukul 10.00WIB. Dan 30 Oktober 2017 pukul 10.00 WIB.

http://www.kpakabboyolali.or.id/, diakses pada 20 Maret 2017 pukul 10.30 WIB. Dan 30 Oktober 2017 pukul 10.30 WIB.

https://www.facebook.com/aidsboyolali, diakses pada 30 Oktober 2017 pukul 11.00 WIB.

http:// www.solopos.com / , diakses pada 24 Januari 2018, pukul 10.00WIB

http:// www.murianews.com / , diakses pada 24 Januari 2018, pukul 10.10.WIB

http:// www.jateng.tribunnews.com / , diakses pada 24 Januari, pukul 10.12WIB

12