d1215027.docx · web viewbagaikan fenomena gunung es, jumlah penderita yang melapor hanyalah...
TRANSCRIPT
JURNAL
STRATEGI KOMUNIKASI
KOMISI PENANGGULANGAN AIDS KABUPATEN BOYOLALI DALAM
MELAKUKAN SOSIALISASI PENYAKIT HIV/AIDS
DI KABUPATEN BOYOLALI
Oleh :
KRISTANDYO DWI NUGROHO
D1215027
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Guna Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2018
Strategi Komunikasi Komisi Penanggulangan AIDS
Kabupaten Boyolali Dalam Melakukan Sosialisasi Penyakit HIV/AIDS
Di Kabupaten Boyolali
Kristandyo Dwi Nugroho
Chatarina Heny Dwi Surwati
Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
Universitas Sebelas Maret Surakarta
AbstractThe number of spread of HIV / AIDS in Boyolali cumulatively until 2017
increased by the number of 403 inhabitants. Location Boyolali strategic among the city of Semarang with HIV / AIDS as many as 4481 people and the city of Solo as many as 2724 inhabitants. The number of sufferers in Boyolali is far below the two cities, but with increasing graphics and strategic location of Boyolali, if not handled properly, it is feared to explode the number of its spread like the two cities. The government in fighting the spread of the disease formed the AIDS control commission of Boyolali distric (KPAK) spread to the area one of them is Boyolali. This study aims to find out how communication strategy conducted by AIDS control Commission of Boyolali district in conducting socialization of HIV / AIDS disease in Boyolali district. This research is descriptive qualitative research by using stages of formulation of communication strategy design starting from know audience, compose message, set method and determine media and also with theory proposed by Harold Lasswell by answer Who question? Says What? in Which Channel? To Whom? With What Effect? This study uses primary data collection techniques, in the form of interviews and secondary data in the form of documentation and data on the development of HIV / AIDS disease from the District Health Office. Boyolali and KPAK Boyolali. The sampling technique used purposive sampling technique, the tendency of the researcher to select the informant who considered to know the information and the problem in depth. In the stage of knowing the audience, the communicant is divided by age group and the key population. Communicators are health workers, the preparation of messages made penyesuain message material that will be delivered based audiens. The method used redudancy, canalizing, informative, persuasive, educative. Media used by KPAK Boyolali software power point, film, website, internet, leaflet, sticker, poster, calendar, standing banner and mmt / banner. Monitoring and evaluation were conducted with regular coordination meetings with Boyolali Health Office, partner NGOs of KPAK, health care facilities in Boyolali and related regional organizations.Keywords : Communication Strategy, HIV/AIDS, AIDS Control Commission
1
Pendahuluan
Angka persebaran HIV/AIDS di Boyolali secara kumulatif hingga tahun 2017
terus mengalami peningkatan dengan jumlah 403 jiwa. Sebanyak 71 penderita
HIV/AIDS meninggal dunia dalam rentang waktu 2005 hingga agustus 2017 dan
332 masih bertahan hidup. Yang menjadi perhatian dari fenomena penyakit
HIV/AIDS ini khususnya di kabupaten Boyolali adalah penyakit tersebut paling
banyak menyerang orang dengan kelompok umur produktif. penderita HIV/AIDS
di Boyolali berdasarkan kelompok umur hingga akhir tahun 2016 terjadi pada
penderita usia produktif yaitu sekitar 258 jiwa. Persebaran penyakit HIV/AIDS di
kalangan usia produktif apabila tidak segera diatasi dengan baik dikhawatirkan
akan terus menambah angka penderitanya. Salah satu cara penularan penyakit
tersebut adalah dengan hubungan seks, apabila terdapat seseorang pengidap
HIV/AIDS di Boyolali yang tidak memahamai sama sekali informasi seputar
penyakitnya terlebih cara penularannya, ketika melakukan hubungan seks dengan
orang lain yang tidak terpapar HIV/AIDS sebelumnya dan orang tersebut juga
minim pengetahuan tentang HIV/AIDS maka dari situlah sumber dari penularan
yang mengakibatkan bertambahnya angka penderita HIV/AIDS.
Letak Boyolali yang strategis di antara kota Semarang dengan penderita
HIV/AIDS sebanyak 4481 jiwa dan kota Solo sebanyak 2724 jiwa. Jumlah
penderita di Boyolali jauh di bawah dua kota tersebut, namun dengan grafik yang
meningkat dan letak Boyolali yang strategis apabila tidak ditangani dengan baik
dikhawatirkan meledak angka persebarannya seperti dua kota tersebut. Pemerintah
dalam memerangi persebaran penyakit tersebut membentuk Komisi
Penanggulangan Aids yang tersebar hingga ke daerah salah satunya adalah
Boyolali, berdiri sesuai dengan Surat Keputusan Bupati Boyolali tahun 2009
tentang PEMBENTUKAN KOMISI PENANGGULANGAN AIDS
KABUPATEN BOYOLALI.
Fenomena penyakit HIV/AIDS di Indonesia tak lepas dari masalah
komunikasi. Bagaikan fenomena gunung es, jumlah penderita yang melapor
hanyalah sebagian kecil dari kasus sesungguhnya terjadi, hal tersebut sedikit
memberikan gambaran bahwa komunikasi dilakukan bukan tanpa masalah, ada
2
saja hambatan-hambatan yang menghadang. Komunikasi kesehatan menjadi salah
satu hal yang harus diperhatikan oleh KPAK Boyolali untuk menjalankan proses
sosialisasi kepada sasaran masyarakat. Penelitian ini menjadi hal yang penting
untuk dilakukan karena dalam penelitian ini dibahas bagaimana proses KPAK
Boyolali dalam menyusun hingga melaksanakan strategi komunikasi yang dibuat
dalam rangka menjalankan fungsi untuk menekan jumlah penderita penyakit
HIV/AIDS di Boyolali. Selain itu dalam penelitian ini digambarkan tentang peran
dan upaya KPAK Boyolali dalam memberantas virus HIV/AIDS sesuai dengan
rumusan rancangan strategi komunikasi mulai dari proses pengenalan khalayak,
pembuatan pesan, pemilihan media, cara penyampaian, hingga realisasi dan
monitoring kegiatan yang dilakukan di kabupaten Boyolali.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah dalam
penelitian ini yaitu:
“Bagaimana strategi Komunikasi Komisi Penanggulangan Aids kabupaten
Boyolali dalam melakukan soialisasi penyakit HIV/AIDS di Kabupaten
Boyolali?”
Tinjauan Pustaka
1. Komunikasi
Komunikasi menurut Carl I. Hovland, dalam (Effendy, 2006, p. 10)
ilmu komunikasi adalah: upaya yang sistematis untuk merumuskan secara
tegar asas-asas penyampaian informasi serta pembentukkan pendapat.
Sedangkan definisi khususnya tentang komunikasi adalah proses
mengubah perilaku orang lain (communication is the process to modify the
behavior of the other individuals). Selain beberapa pengertian diatas,
untuk memahami pengertian komunikasi sehingga dapat dilancarkan
secara efektif dalam (Effendy, 2006, p. 10) para peminat komunikasi
seringkali mengutip paradigma yang dikemukakan oleh Harold Lasswell
3
dalam karyanya, The Structure and Function in Communication in Society.
Lasswell mengatakan bahwa cara yang baik untuk menjelaskan
komunikasi ialah menjawab pertanyaan sebagai berikut: “Who Says What
in Which Channel To Whom With What Effect?”
2. Strategi Komunikasi
Strategi pada hakikatnya adalah perencanaan, (planning) dan
manajemen (management) untuk mencapai suatu tujuan. Namun, untuk
mencapai suatu tujuan tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan
yang hanya menunjukan arah saja, tetapi harus menunjukan bagaimana
taktik operasionalnya. Demikian pula strategi komunikasi merupakan
paduan dari perencanaan komunikasi (communication planning) dan
manajemen (management communication) untuk mencapai suatu tujuan.
Untuk mencapai tujuan tersebut strategi komunikasi harus dapat
menunjukan bagaimana operasionalnya secara taktis ahrus dilakukan,
dalam arti kata bahwa pendekatan (approach) bisa berbeda sewaktu-waktu,
bergantung kepada situasi dan kondisi. (Effendy, 2004, p. 29)
Sebelum melakukan strategi komunikasi, ada baiknya komunikator
melakukan perencanaan komunikasi. Perencanaan komunikasi adalah
proses pemanfaatan berbagai bentuk, metode dan teknik komunikasi yang
terencana dan terkoordinir untuk mencapai tujuan tertenntu di masa yang
akan datang. Proses perencanaan tersebut meliputi:
1) Analisa program dan masalah
2) Analisa situasi dan khalayak
3) Mengembangkan perencanaan
4) Menyusun strategi komunikasi
5) Evaluasi dan monitoring
Untuk susunan perancangan strategi komunikasi seperti yang
dijelaskan dalam (Arifin, 1984, p. 73) bahwa rumusan rancangan strategi
komunikasi terdiri dari:
4
1) Mengenal Khalayak
Komunikator harus menciptakan persamaan kepentingan
dengan khalayak, terutama pesan, metode dan media. Untuk
menyamakan kepentingan tersebut maka komunikator harus
mengerti dan memahami pola pikir (frame of reference) dan
lapangan pengalaman (field of experince) khalayak secara
tepat dan seksama.
2) Menyusun Pesan
Syarat utama dalam mempengaruhi khalayak dari pesan
tersebut ialah mampu membangkitkan perhatian. Hal ini
sesuai dengan AA Procedure atau From Attention to Action
Procedur artinya membangkitkan perhatian (attention) untuk
selanjutnya menggerakkan seseorang atau banyak orang
melakukan suatu kegiatan (action) sesuai tujuan yang
dirumuskan.
3) Menetapkan Metode
Pemilihan metode ini harus disesuaikan dengan bentuk pesan,
keadaan khalayak, fasilitas dan biaya. Metode komunikasi
yang efektif menurut Arifin:
a) Redundancy (repetition)
b) Canalizing
c) Informatif
d) Persuasif
e) Educative Method
f) Cursive method
4) Seleksi Penggunaan Media
Sebelum suatu pesan disampaikan, perlu dipertimbangkan
tentang penggunaan media atau saluran yang paling efektif.
Di dalam ilmu komunikasi, dikenal komunikasi langsung
(face to face) dan media massa. Namun efektivitas dari
masing-masing media itu sendiri juga berbeda. Karena itu
5
seorang komunikator yang handal harus dapat memahami
karakteristik media komunikasi, sehingga pada akhirnya dapat
memilih media apa yang tepat dan sesuai dengan karakter
pesan maupun karakter khalayaknya.
Dalam (Effendy, 2004, pp. 29-30) Dijelaskan bahwa, untuk
mantapnya strategi komunikasi, maka segala sesuatunya harus
dipertautkan dengan komponen-komponen yang merupakan jawaban
terhadap pertanyaan dalam rumus Lasswell yaitu Who, Says What, In
Which Channel, To Whom, With What Effect dengan tambahan
pertanyaan When, How dan Why. Tambahan pertanyaan tersebut dalam
strategi komunikasi sangat penting karena pendekatan (approach)
terhadap efek yang diharapkan dari suatu kegiatan komunikasi bisa
berjenis-jenis, yakni:
a) Information
b) Persuasion
c) Instruction
Metodologi
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian deskriptif kualitatif.
Penelitian deskriptif yaitu penelitian yang memaparkan situasi atau peristiwa,
tidak mencari atau menjelaskan hubungan, menguji hipotesa, atau membuat
prediksi. Data yang dikumpulkan dalam penelitian kualitatif terutama berupa kata-
kata, kalimat, atau gambar yang memiliki arti lebih daripada sekedar angka atau
frekuensi. (Sutopo, 2002, p. 35) Penelitian ini menggambarkan secara rinci
bagaimana terjadinya aktivitas strategi komunikasi yang dilakukan oleh Komisi
Penanggulangan Aids kabupaten Boyolali dalam mensosialisasikan pencegahan
dan bahaya virus HIV/AIDS kepada masyarakat.
Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data primer, berupa
wawancara dan data sekunder berupa dokumentasi dan data yang mendukung.
Teknik pengambilan Sampel menggunakan teknik purposive sampling,
kecenderungan peneliti memilih informan yang dianggap mengetahui informasi
6
dan masalahnya secara mendalam. Teknik validitas data digunakan untuk menguji
valid tidaknya data yang telah diperoleh serta untuk menguji kebenarannya adalah
triangglasi. Teknik analisis data yang digunkan dalam penelitian ini adalah Proses
analisis menurut Miles dan Huberman, 1994 dalam (Sutopo, 2002, p. 96) yaitu
terdapat tiga komponen utama yang harus benar-benar dipahami. Tiga komponen
utama tersebut adalah reduksi data, sajian data, penarikan kesimpulan serta
verifikasinya. Tiga komponen tersebut terlibat dalam proses analisis dan saling
berkaitan serta menentukan hasil akhir analisis.
Sajian dan Analisis Data
1. Strategi Komunikasi Komisi Penanggulangan AIDS Kabupaten Boyolali
Dalam Melakukan Sosialisasi Penyakit HIV/AIDS
Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi Komisi Penanggulangan
Aids kabupaten Boyolali sebelum menjalankan setiap kegiatannya pastinya
dilakukan suatu perencanaan. Strategi pada hakikatnya adalah perencanaan,
(planning) dan manajemen untuk mencapai suatu tujuan. Namun, untuk
mencapai suatu tujuan tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan
yang hanya menunjukan arah saja, tetapi harus menunjukan bagaimana taktik
operasionalnya.
Demikian pula strategi komunikasi merupakan paduan dari perencanaan
komunikasi (communication planning) dan manajemen (management
communication) untuk mencapai suatu tujuan. Untuk mencapai tujuan
tersebut strategi komunikasi harus dapat menunjukan bagaimana
operasionalnya secara taktis harus dilakukan, dalam arti kata bahwa
pendekatan (approach) bisa berbeda sewaktu-waktu, bergantung kepada
situasi dan kondisi. (Effendy, 2004, p. 29) Sebelum melakukan strategi
komunikasi, ada baiknya komunikator melakukan perencanaan komunikasi.
Perencanaan komunikasi adalah proses pemanfaatan berbagai bentuk, metode
dan teknik komunikasi yang terencana dan terkoordinir untuk mencapai
7
tujuan tertenntu di masa yang akan datang. Proses perencanaan tersebut
meliputi:
1) Analisa program dan masalah
2) Analisa situasi dan khalayak
3) Mengembangkan perencanaan
4) Menyusun strategi komunikasi
5) Evaluasi dan monitoring
Rumusan rancangan strategi komunikasi seperti yang dijelaskan dalam
(Arifin, 1984, p. 73) mencakup beberapa hal dibawah ini, dan rumusan
tersebut sekaligus akan menjawab pertanyaan tentang teori yang
dikemukakan oleh lasswell sebagai teori yang relevan untuk mendukung
strategi komunikasi sebagai berikut :
1) Mengenal khalayak akan menjawab Who, to whom
2) Menyusun pesan akan menjawab says what (how,why,when)
3) Menetapkan metode sekaligus menjawab information and persuasion
4) Seleksi penggunaan media sekaligus menjawab in which channel
5) Monitoring dan evaluasi sekaligus menjawab with what effect
Dalam melaksanakan sosialisasi penyakit HIV/AIDS di kabupaten
Boyolali Komisi Penanggulangan Aids kabupaten Boyolali telah
melaksanakan lima hal sebagai rumusan perancangan strategi komunikasi
meliputi, tahap mengenal khalayak, menyusun pesan, menetapkan metode,
seleksi penggunaan media, hingga monitoring dan evaluasi, sebagai berikut:
1. Tahap mengenal khalayak
Komisi Penanggulangan AIDS kab. Boyolali menentukan
komunikan menjadi beberapa bagian diantaranya, masyarakat umum
Boyolali, usia remaja (SMA), pekerja/karyawan, Ibu rumah tangga,
intinya pada usia produktif, mengingat penderita HIV/AIDS paling
banyak menyerang usia produktif. Kemudian populasi kunci yang terdiri
dari Lelaki suka laki (LSL), waria (Trans Gender), wanita penjaja seks
(WPS), Ibu hamil. Kemudian anggota internal KPAK Boyolali yang
8
masuk dalam struktur seperti Dinas Pemuda dan Olahraga, Dinas Sosial,
Dinas Pariwisata dan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang
berhubungan dengan upaya penanggulangan HIV/AIDS, juga jejaring
yang dimiliki KPAK Boyolali seperti Lembaga Swadaya Masyarakat
sebagai mitra, kelompok kerja, dan warga peduli AIDS. Kemudian
komunikator dalam proses sosialisasi ialah petugas kesehatan dari
KPAK Boyolali yaitu Titiek Sumartini SKM, MSi, Esti Purnaning
Widiasih A.Md.Kep, selain itu adalah petugas kesehatan yang
berkompeten terhadap penyakit HIV/AIDS dari Puskesmas dan juga
Rumah Sakit di Boyolali.
2. Tahap menyusun pesan
Dalam tahap menyusun pesan, materi yang disampaikan untuk
sosialisasi sudah disediakan pakemnya dari Komisi Penanggulangan
Aids Nasional (pusat). Namun KPAK Boyolali menyesuaikan kembali
isi pesan yang akan disampaikan kepada komunikan target sasaran,
Seperti bahasa yang terlalu medis ataupun teoritis biasanya diganti
dengan bahasa yang mudah dimengerti. Juga dengan menganalogikan
penyakit HIV/AIDS dengan hal yang dekat kehidupan sehari-hari agar
pesan lebih mudah diterima oleh komunikan. Pesan yang disampaikan
hampir selalu sama, berisi informasi dasar sepeeti apa itu HIV/AIDS,
bagaimana cara penularannya, bagaimana agar tidak tertular, bagaimana
cara mencegah, dan sebagainya.
3. Menetapkan metode
Komisi Penanggulangan Aids kabupaten Boyolali menyesuaikan
kembali bagaimana dan kepada siapa sebuah pesan tersebut akan
disampaikan. Metode yang dilakukan meliputi redudancy (pengulangan
pesan) yaitu dengan cara dimanapun dan menggunakan media apapun
KPAK Boyolali dalam menyampaikan sosialisasi pasti memberikan
informasi yang sama seputar pengetahuan dasar penyakit HIV/AIDS.
Kemudian canalizing (penyediaan saluran tertentu) yaitu dengan cara
membentuk Warga Peduli AIDS (WPA) dan Kelompok Kerja (Pokja)
9
agar perkembangan penyakit HIV/AIDS di tengah masyarakat dapat
semakin terkendali. Informatif bahwa setiap informasi yang
disampaikan oleh KPAK Boyolali pasti bersifat baru, seperti informasi
tentang perkembangan terbaru penyakit HIV/AIDS, jumlah penderita
terbaru dan sebagainya.. Kemudian persuasif biasa dilakukan KPAK
Boyolali dengan membuat acara hiburan ditengah masyarakat dengan
disisipkan sosialisasi penyakit HIV/AIDS dan yang terakhir educative
(edukasi) diberikan dalam bentuk arahan untuk menggunakan kondom
yang benar kepada target komunikan tertentu, cara memulasarkan
jenazah ODHA yang benar hingga pemberian soal komprehensif terkait
HIV/AIDS terhadap pelajar.
4. Tahap seleksi penggunaan media
Dalam tahap ini KPAK Boyolali hanya memilih dan menggunakan
beberapa media sebagai pendukung sosialisasi saja. Media tersebut
diantaranya : software power point, film,website, internet, leaflet, stiker,
poster, kalender, standing banner dan mmt/spanduk. Semua media
tersebut berisikan informasi dasar penyakit HIV/AIDS yang dibagikan
kepada komunikan dan juga dipasang ditempat-tempat strategis.
5. Tahap monitoring dan evaluasi
Monitoring yang dilakukan KPAK Boyolali dilakukan dengan
melihat pelaporan dan pencatatan kasus HIV/AIDS yang bersumber dari
sistem informasi HIV/AIDS (SIHA). Monitoring dan evaluasi juga
dilakukan dengan melakukan rapat koordinasi rutin yang diikuti oleh
Dinas Kesehatan Boyolali, LSM mitra KPAK, Fasilitas pelayanan
kesehatan (untuk tes HCT) yang berada di Puskesmas dan Rumah Sakit
di Boyolali dan dengan Organisasi Perangkat Daerah terkait di Boyolali.
Hasil sosialisasi selama ini terjadi peningkatan orang yang
memeriksakan dirinya untuk tes HCT atau tes status HIV, dengan
semakin banyak orang yang mau melakukan tes HCT otomatis angka
temuan kasus juga akan terus bertambah. Kasus diskriminasi terhadap
ODHA dan jenazah ODHA juga telah berkurang.
10
Kesimpulan
Hasil penelitian ini menunjukkan Komisi Penanggulangan Aids kab.
Boyolali telah melaksanakan kelima tahapan rumusan perancangan strategi
komunikasi seperti yang dijelaskan dalam (Arifin, 1984, p. 73) yaitu tahap
mengenal khalayak, komunikan dibagi berdasarkan kelompok umur, kelompok
populasi kunci, masyarakat secara umum dan anggota internal KPAK Boyolali
sendiri. Komunikator adalah petugas kesehatan dipilih berdasarkan kompetensi
dan kewenangan. Tahap penyusunan pesan KPAK Boyolali melakukan
penyesuain materi pesan yang akan disampaikan berdasarkan komunikannya.
Tahap menentukan metode, yang digunakan adalah redudancy, canalizing,
informatif, persuasif, educative. Tahap seleksi penggunaan media, KPAK
Boyolali menggunakan media pendukung diantaranya : software power point,
film,website, internet, leaflet, stiker, poster, kalender, standing banner dan
mmt/spanduk. Tahap monitoring dan evaluasi dilakuan dengan rapat koordinasi
yang rutin dilakukan dengan Dinas Kesehatan Boyolali, LSM mitra KPAK,
Fasilitas pelayanan kesehatan yang berada di Puskesmas dan Rumah Sakit di
Boyolali dan dengan Organisasi Perangkat Daerah terkait di Boyolali.
Daftar Pustaka
Anwar, Arifin. 1984. Strategi Komunikasi:Suatu Pengantar Ringkas. Bandung: Amico
Arikunto, S. 2010. Prosedur penelitian : Suatu Pendekatan Praktik. (Edisi. Revisi). Jakarta: Rineka Cipta.
Asmara, Damar Aryateja. 2006. Peranan Notariat Sebagai Pejabat Lelang dalam Upaya Sosialisasi Lelang di Indonesia. Semarang: Naskah Publikasi Universitas Diponegoro
Azikin, Rijadi. 2009. Implementasi Tugas -tugas Pokok Komisi Penanggulangan “Acquired Immune Deficiency Syndrome” (AIDS) Daerah (KPAD) dalam penanggulangan HIV/AIDS di kabupaten Grobogan Tahun 2009. Program pascasarjana Universitas Diponegoro Semarang
Effendy, Onong Uchjana. 2003. Ilmu, Teori & Filsafat Komunikasi. Bandung: Citra Aditya Bakti
_____________________2004. Dinamika Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya
11
_____________________2006. Ilmu Komunikasi : Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya
Fajar, Marhaeni. 2009 Ilmu Komunikasi: Teori & Praktek.. Yogyakarta: Graha Ilmu
Kriyantono, Rachmat. 2010. Teknik Praktis Riset Komunikasi Disertai Contoh Praktis Riset Media, Public Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran. Jakarta: Kencana Prenada Grup
Liliweri, Alo. 2007. Dasar-Dasar Komunikasi Kesehatan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Narwoko, J. Dwi & Bagong Suyanto. 2006. Sosiologi : Teks Pengantar dan Terapan. Jakarta: Kencana
Nur, RR. Gielang Tri. 2011. “Strategi Komunikasi dalam Mensosialisasikan Program Pemberantasan Buta Aksara di Kecamatan Loa Kulu, Kutai Kartanegara”. Skripsi tidak diterbitkan. Samarinda : Fakultas ISIPOL Universitas Mulawarman
R, Angela Dian. 2013. Strategi Komunikasi DPPKAD kabupaten Sragen dalam Sosialisasi Program Pengalihan PBB-P2 (Studi Deskriptif Kualitatif terhadap Strategi Komunikasi Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) dalam Sosialisasi Program PBB-P2 Menjadi Pajak Daerah di Kabupaten Sragen).Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta
Sartika, Ariny. 2015. Strategi Komunikasi Komisi Penanggulangan AIds (KPA) Dalam Melakukan Sosialisasi HIV/AIDS Di Kota Samarinda. eJournnal.ilkom.fisip-unmul.org
Silvia, Dinna Rafika. 2017. Strategi komunikasi yayasan Gaya Dewata dalam sosialisasi layanan Voluntary Counseling and Testing (VCT) untuk pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS di kalangan Gay.Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Udayana
Sutopo, H B. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: Sebelas Maret University Press
http://www.aidsindonesia.or.id/home , diakses pada 20 Maret 2017 pukul 10.00WIB. Dan 30 Oktober 2017 pukul 10.00 WIB.
http://www.kpakabboyolali.or.id/, diakses pada 20 Maret 2017 pukul 10.30 WIB. Dan 30 Oktober 2017 pukul 10.30 WIB.
https://www.facebook.com/aidsboyolali, diakses pada 30 Oktober 2017 pukul 11.00 WIB.
http:// www.solopos.com / , diakses pada 24 Januari 2018, pukul 10.00WIB
http:// www.murianews.com / , diakses pada 24 Januari 2018, pukul 10.10.WIB
http:// www.jateng.tribunnews.com / , diakses pada 24 Januari, pukul 10.12WIB
12