d.€¦ · 2. fgd penyusunan naskah potensi wisata kuliner dan spa di ternate pada tanggal 7...
TRANSCRIPT
D. Realisasi Program dan Kegiatan Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata
Disamping capaian strategis, terdapat program dan kegiatan yang telah dilaksanakan oleh satuan kerja Deputi
Bidang Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata pada tingkat eselon II.
1. Asisten Deputi Pengembangan Wisata Budaya
1. Penetapan Destinasi Wisata Kuliner
2. Fasilitasi dan Konsolidasi Pengembangan
Destinasi Wisata Kuliner dan Spa
3. Sosialisasi Pedoman Pengembangan
Destinasi Wisata Kuliner dan Spa
4. Penyusunan Naskah Potensi Wisata
Kuliner dan Spa
5. Koordinasi Pengembangan Destinasi
Wisata Halal
6. Bimbingan Teknis Pengelolaan Wisata
Perdesaan Dan Perkotaan
7. Peningkatan Produk Wisata Perdesaan
Dan Perkotaan
8. Percepatan Pengembangan Destinasi
Wisata Perdesaan Dan Perkotaan
9. Seminar Nasional Pengembangan Wisata
Sejarah Dan Religi “Anatomi Pariwisata
Halal Global”
10.Koordinasi Pengembangan Wisata
Sejarah Dan Religi Di Forum Regional Dan
Internasional
11. Sosialisasi Pedoman Destinasi Wisata
Tradisi dan Seni Budaya di Surakarta
12. Koordinasi Pengembangan Wisata Sejarah
Dan Religi Di Forum Regional Dan
Internasional
13. Sosialisasi Pedoman Destinasi Wisata
Tradisi dan Seni Budaya di Surakarta
14. Bimtek Penyusunan Produk Wisata Culture
and Heritage ASEAN
15. Koordinasi Pengembangan Wisata Tradisi dan Seni Budaya di Forum Regional dan Internasional (Jawa Timur – DI Yogyakarta)
16. Sosialisasi Pedoman Wisata Tradisi dan Seni Budaya (NTB – Jawa Barat – Sulawesi Selatan – Jawa Tengah)
17. Pengelolaan Wisata Bimbingan Teknis Tradisi dan Seni Budaya (Jawa Barat – Banten)
1. Penetapan Destinasi Wisata Kuliner
Penetapan destinasi wisata kuliner dilaksanakan
guna melaksanakan misi yang diemban oleh
Kementerian Pariwisata yaitu mengembangkan
kepariwisataan khususnya wisata kuliner yang
berkelas dunia, berdaya saing, dan berkelanjutan
serta mampu mendorong pembangunan daerah.
Penetapan destinasi wisata kuliner dilakukan
melalui tahapan penilaian di beberapa daerah di
Indonesia yang dianggap mempunyai potensi wisata
kuliner dan memenuhi kriteria untuk dijadikan
daerah tujuan wisata kuliner di Indonesia. Hal
tersebut dimaksudkan agar sumber daya yang ada
dapat fokus secara bersama dalam menggerakkan
sektor kuliner agar mampu menjadikan suatu
daerah siap dalam menerima wisatawan kuliner
sehingga daerah tersebut layak untuk disebut
sebagai destinasi wisata kuliner. Adapun tujuan
Penetapan Destinasi Wisata Kuliner adalah
menetapkan destinasi pariwisata di Indonesia yang
memenuhi kriteria sebagai destinasi wisata kuliner
sehingga dapat menjadi panduan yang jelas bagi
wisatawan baik domestik maupun mancanegara
yang mempunyai minat terhadap wisata kuliner di
Indonesia.
Dalam menetapkan destinasi wisata kuliner pada
triwulan ketiga tahun 2016, tim melakukan survey
penilaian ke 3 (tiga) lokasi yaitu :
Malang (12 Agustus 2016)
Banjarmasin (4 Agustus 2016)
Pada pelaksanaan penilaian tersebut, tim
assessment berasal dari akademisi dan juga asosiasi
terkait kuliner selalu berkoordinasi dengan Dinas
terkait di daerah.
Penilaian terhadap ke 3 (tiga) lokasi tersebut
dilakukan berdasarkan kriteria dan indikator,
antara lain :
1. Kelayakan produk dan daya tarik utama
a. Kualitas produk kuliner
b. Kekhasan makanan, bahan baku, peralatan
dan atau pengolahannya
c. Kesehatan makanan
d. Harga
e. Kualitas tempat kegiatan wisata kuliner
2. Kelayakan pengemasan produk dan even
a. Keamanan dan kemanfaatan
b. Pembelajaran akan kuliner
c. Kualitas tempat kegiatan wiata kuliner
d. Even dan festival kuliner
e. Kompetisi kuliner
3. Kelayakan pelayanan
a. Keramahan pelayanan dan penampilan
pelayan
b. Waktu / kecepatan penyajian
c. Kekhasan sistem pelayanan
d. Standar terkait pelayanan makanan
e. Informasi detail dan interpretasi tentang
kuliner
4. Kelayakan lingkungan
a. Lingkungan alam
b. Lingkungan sosial ekonomi
c. Lingkungan budaya
5. Kelayakan bisnis
a. Kapasitas SDM
b. Kapasitas produksi
c. Kemampuan pemasaran
d. Kemampuan permodalan
e. Pemanfaatan teknologi
f. Jiwa kewirausahaan
6. Peranan pemerintah dalam pengembangan
destinasi wisata kuliner
a. Zonasi pengembangan
b. Perijinan
c. Fasilitasi
d. Pemberdayaan
e. Pengendalian sanitasi dan higienis
Ke depannya, nilai dari ketiga lokasi tersebut
direkapitulasi untuk dihitung total nilai yang
digabungkan dengan lokasi-lokasi lainnya yang telah
dinilai, untuk dibuat peringkat sehingga dapat
ditetapkan menjadi destinasi wisata kuliner
unggulan tahun 2016.
Penetapan Destinasi Wisata Kuliner pada triwulan
III dilakukan melalui kegiatan rapat dan perjalanan
dinas guna melakukan survey dan penilaian
langsung terhadap daerah – daerah yg telah
ditentukan. Adapun pihak yang diundang dalam
rapat di daerah tersebut adalah Dinas Kesehatan,
BAPPEDA, PHRI, Dinas Pariwisata, Asosiasi kuliner
dan akademisi.
2. Fasilitasi dan Konsolidasi Pengembangan
Destinasi Wisata Kuliner dan Spa
Kegiatan Fasilitasi dan Konsolidasi Pengembangan
Destinasi Wisata Kuliner dan Spa bertujuan untuk
memfasilitasi dan mengintegrasikan pengembangan
destinasi wisata kuliner dan spa antar
Kementerian/Lembaga terkait, pemerintah daerah,
pengelola pariwisata, pihak swasta, dan para
pemangku kepentingan lainnya yang terlibat
mengingat potensi wisata kuliner dan spa yang
dapat digunakan sebagai alat untuk
mendayagunakan sekaligus kendaraan untuk
melestarikan keanekaragaman potensi sumber daya
nasional. Kegiatan ini juga digunakan untuk
memfasilitasi kegiatan dalam rangka percepatan
pengembangan destinasi wisata kuliner dan belanja
yang menjadi salah satu fokus di Asdep
Pengembangan Destinasi Wisata Budaya c.q. Bidang
Pengembangan Destinasi Wisata Kuliner dan Spa.
Pada triwulan III, kegiatan ini dilaksanakan dalam
bentuk Workshop di beberapa lokasi yaitu:
1. Workshop di Palembang tanggal 3 Agustus 2016.
Jumlah peserta 50 orang.
2. Workshop di Yogyakarta tanggal 9 Agustus 2016.
Jumlah peserta 50 orang.
3. Workshop di Bali tanggal 23 Agustus 2016.
Jumlah peserta 50 orang.
4. Workshop di Solo tanggal 22 Agustus 2016.
Jumlah peserta 50 orang.
5. Workshop di Semarang tanggal 30 Agustus 2016.
Jumlah peserta 50 orang.
6. Workshop di Makassar tanggal 7 September
2016. Jumlah peserta 50 orang.
Adapun peserta yang diundang pada acara
workshop tersebut adalah:
1. Dinas Pariwisata
2. Dinas Kesehatan
3. Badan POM Daerah
4. Dinas Perindustrian
5. Dinas Perdagangan
6. UMKM daerah
7. DPD PHRI
8. DPD ASITA
9. PD Pasar setempat
10. DPD APPBI
11. Akademisi
12. Budayawan
13. Pelaku pariwisata
14. Dan pemangku kepentingan lainnya.
Pada workshop tersebut disampaikan hal-hal
sebagai berikut:
- Menyampaikan program-program pemerintah
pusat sesuai arahan Presiden Joko Widodo
terkait pariwisata dan upaya-upaya untuk
pencapaian target jumlah kunjungan
wisatawan khususnya melalui percepatan
pengembangan destinasi wisata kuliner dan
belanja yang berada di bawah Asdep
Pengembangan Destinasi Wisata Budaya.
- Mendorong daerah untuk berperan aktif dalam
mencapai target kunjungan wisatawan
mancanegara sebesar 20 jt dan 275 jt
wisatawan nusantara pada tahun 2019
khususnya pada sektor wisata kuliner dan
belanja melalui festival daerah, pembuatan
paket wisata kuliner daerah, database wisata
kuliner daerah, sentra kuliner daerah, dll.
- Berkoordinasi dengan pemerintah daerah dan
para pemangku kepentingan terkait untuk
bersama-sama berkomitmen dalam
mengembangkan potensi wisata kuliner dan
belanja daerah sehingga daerah tersebut
memiliki daya tarik yang berdaya saing untuk
mendatangkan wisatawan.
3. Sosialisasi Pedoman Pengembangan Destinasi
Wisata Kuliner dan Spa
Kegiatan ini bertujuan untuk mensosialisasikan
pedoman pengembangan destinasi wisata kuliner dan
spa yang telah disusun pada tahun 2015 kepada
pemerintah daerah dan para pemangku kepentingan
terkait lainnya.
Pedoman pengembangan destinasi wisata kuliner dan
spa diharapkan dapat menjadi referensi bagi
pemerintah daerah untuk mengembangkan potensi
wisata kuliner dan spa yang ada di daerahnya.
Untuk itu, guna meningkatkan kesadaran para SKPD di
daerah akan potensi wisata kuliner dan spa, diperlukan
sosialisasi pedoman tersebut. Pada triwulan III tahun
2016, kegiatan ini dilakukan dalam bentuk workshop
yang dilaksanakan di 2 (dua) lokasi yaitu:
1. Workshop Sosialisasi Pedoman Pengembangan
Destinasi Wisata Kuliner dan Spa di Balige,
Sumatera Utara, pada tanggal 22 Juli 2016. Jumlah
peserta 50 orang.
2. Workshop Sosialisasi Pedoman Pengembangan
Destinasi Wisata Kuliner dan Spa di Ternate tanggal
9 September 2016. Jumlah peserta 50 orang.
4. Penyusunan Naskah Potensi Wisata Kuliner dan Spa
Daya tarik/atraksi merupakan unsur yang paling
penting dan tulang punggung bagi kegiatan pariwisata.
Dalam penetapan satu tempat tujuan wisata, umumnya
yang dinilai pertama kali adalah keunikan atraksi yang
ada di lokasi tersebut baik berupa daya tarik
sumberdaya alam maupun budaya. Jika tidak ada atraksi
yang ditawarkan, maka berarti tidak ada pariwisata dan
wisatawan. Berdasarkan hasil penelitian di lapangan,
wistawan asing yang berkunjung ke Indonesia lebih dari
60% tertarik akan potensi akan produk wisata budaya,
35% produk wisata alam dan hanya 5% yang melakukan
kunjungan berdasarkan produk wisata buatan. Dan
untuk produk wisata kuliner dan spa, sebanyak 27%
dari total wisatawan yang berkunjung ke Indonesia
mengunjungi wisata kuliner dan spa. Potensi wisata
kuliner dan spa menjadi salah satu pilar utama dalam
mendatangkan jumlah wisatawan dan mencapai target
Presiden Joko Widodo pada tahun 2019 sebanyak 20
juta wisman datang ke Indonesia.
Melihat potensi wisata budaya yang salah satunya
adalah wisata kuliner dan spa sangat besar, maka sangat
penting untuk melakukan penyusunan naskah potensi
daya tarik wisata kuliner dan spa. Keberadaan naskah
potensi wisata kuliner dan spa ini memiliki nilai penting
diantaranya: untuk sarana informasi destinasi
pariwisata, inventarisasi objek daya tarik wisata kuliner
dan spa.
Sebagai sarana informasi destinasi kepariwisataan
Indonesia, naskah potensi wisata kuliner dan spa ini
berisi mengenai informasi potensi wisata kuliner dan
spa yang ada di daerah. Inventarisasi data wisata kuliner
dan spa diperlukan untuk kebutuhan dalam
pengembangan wisata kuliner dan spa sehingga menjadi
naskah potensi yang bisa dimanfaatkan baik pemerintah
pusat, pemerintah daerah, pengelola pariwisata,
investor, stakeholder terkait, masyarakat dan juga
wisatawan.
Oleh karena itu, kegiatan Penyusunan Naskah Potensi
Wisata Kuliner dan Spa ini menjadi sangat penting
mengingat begitu banyak daya tarik wisata di Indonesia
yang bisa dikembangkan untuk mendatangkan jumlah
wisatawan mancanagara.
Penyusunan Naskah Potensi Wisata Kuliner dan Spa
pada triwulan III dilakukan melalui beberapa kegiatan
diantaranya Focus Group Discusion (FGD) dan
konsinyering guna melakukan survey terhadap potensi
wisata kuliner dan spa yang ada di beberapa daerah
sekaligus melakukan koordinasi dengan dinas setempat
serta menyamakan persepsi dalam menyusun format
laporan akhir naskah potensi wisata kuliner dan spa.
Adapun pelaksanaan FGD tersebut dilakukan di 2 (dua)
lokasi yaitu:
1. Konsinyering Penyusunan Naskah Potensi Wisata
Kuliner dan Spa di Jakarta pada tanggal 18 Agustus
2016. Jumlah peserta 35 orang.
2. FGD Penyusunan Naskah Potensi Wisata Kuliner dan
Spa di Ternate pada tanggal 7 September 2016.
Jumlah peserta 50 orang.
Penyusunan Naskah Potensi Wisata Kuliner dan Spa
menghasilkan dokumentasi berupa Buku Naskah Potensi
Wisata Kuliner dan Buku yang rencananya akan dicetak
pada akhir tahun 2016 ini.
5. Koordinasi Pengembangan Destinasi Wisata Halal
Indonesia berpotensi menjadi destinasi wisata Halal
(Halal tourism) yang paling unggul di dunia.
Keberagaman destinasi dan kekayaan budaya Nusantara
merupakan modal utama dan tidak dimiliki negara lain.
Apalagi kesadaran masyarakat dan industri pariwisata
nasional akan perlunya pariwisata ramah wisatawan
muslim (muslim friendly tourism) semakin tinggi.
Keberhasilan Lombok, Nusa Tenggara Barat, menjadi
destinasi wisata Halal terbaik dunia yang memperoleh
World Halal Tourism Award (WHTA) 2015,
membuktikan bahwa Indonesia sangat unggul.
Keberhasilan ini menginspirasi destinasi-destinasi lain
di Indonesia mengembangkan Pariwisata Halal.
Pariwisata Halal Indonesia mulai didorong pemerintah
sejak tahun 2012. Dan dalam dua tahun terkahir,
pemerintah semakin gencar memasyarkatkan dan
mengembangkan Pariwisata Halal dengan sejumlah
kebijakan dan dukungan terhadap destinasi dan industri
Pariwisata Halal. Targetnya, Indonesia menjadi destinasi
Pariwisata Halal utama di dunia. Menurut Global Muslim
Tavel Index (GMTI, 2016), Indonesia menduduki
peringkat ke 4 dalam Top 10 Halal Friendly Holiday
Destination di dunia. Pemerintah Indonesia
menargetkan pada 2019 mencapai peringkat pertama.
Untuk itu, Menteri Pariwisata Arief Yahya membentuk
Tim Percepatan Pengembangan Pariwisata Halal (TP3H)
yang dipimpin oleh Ketua Riyanto Sofyan, pelaku
industri Pariwisata Halal. Wisatawan muslim yang
berkunjung ke Indonesia tahun 2014 mencapai 1,8 juta
wisatawan atau 20 persen dari total kunjungan
wisatawan mancanegara. Pariwisata Halal merupakan
pasar besar yang akan menambah kunjungan wisatawan
mancanegara yang akan meningkatkan mendapatan
negara dan masyarakat.
Pasar wisatawan muslim dunia sebesar USD 116 miliar
(2014) dan akan tumbuh mencapai USD 180 miliar pada
2020. Ketua TP3H Kementerian Pariwisata, Riyanto
Sofyan, memaparkan Indonesia telah menyiapkan “quick
win” Pariwisata Halal dalam tiga langkah strategis.
Pertama, global leadership, dengan program
pemenangan award internasional, peningkatan
peringkat dan aktif diberbagai forum internasional.
Kedua, pemasaran dan promosi, melalui integrasi
kampanye pemasaran di dalam dan luar negeri. Ketiga,
pengembangan destinasi dan kelembagaan. Kompetisi
Pariwisata Halal Nasional 2016 Salah satu program
TP3H Kementerian Pariwisata untuk memacu Pariwisata
Halal diantaranya dengan menyelenggarakan Kompetisi
Pariwisata Halal Nasional (KPHN) 2016. Kompetisi ini
juga merupakan ajang apresiasi terhadap destinasi dan
industri yang mengembangkan Pariwisata Halal. Para
pemenangnya akan diusulkan dalam kompetisi
Pariwisata Halal internasional, World Halal Tourism
Award 2016. Kompetisi yang dimulai sejak Juni 2016
hingga September 2016 sudah memasuki tahap asesmen
dan penjurian. Dari hasil penilaian dan pleno Dewan Juri,
sebanyak 111 destinasi dan industri pariwisata nasional
terpilih menjadi nominator dalam KPHN 2016.
Kementerian Pariwisata akan memberikan penghargaan
kepada para pemenangnya berupa 15 Anugerah
Pariwisata Halal Terbaik, dengan kategori sebagai
berikut:
1. Airport Ramah Wisatawan Muslim Terbaik
2. Hotel Keluarga Ramah Wisatawan Muslim Terbaik
3. Resort Pantai Ramah Wisatawan Muslim Terbaik
4. Biro Perjalanan Wisata Halal Terbaik
5. Website Travel Ramah Wisatawan Muslim Terbaik
6. Destinasi Bulan Madu Ramah Wisatawan Muslim
Terbaik
7. Operator Haji dan Umroh Terbaik
8. Destinasi Wisata Halal Terbaik
9. Destinasi Kuliner Halal Terbaik
10. Destinasi Budaya Terbaik
11. Sentra Kuliner Halal Terbaik
12. Pusat Belanja Ramah Wisatawan Muslim Terbaik
13. Restoran Halal Terbaik
14. Daya Tarik Wisata Terbaik
15. Kuliner Halal Terbaik
Masyarakat telah memilih nominator yang terbaik
melalui e-voting yang digelar secara online mulai tanggal
26 Agustus – 15 September 2015. Pemilihan e-voting
tersebut dapat diakses pada website
www.halaltourism.id. Penganugerahan penghargaan
(award) Pariwisata Halal telah dilaksanakan pada
tanggal 7 Oktober 2016. Pemenang KPHN akan
diusulkan mengikuti kompetisi Pariwisata Halal
internasional, mewakili Indonesia. Dewan Juri KPHN
2016 menggelar rapat pleno, Selasa, 23 Agustus 2016,
menetapkan para nominator tersebut. Nominator dipilih
dari para pendaftar yang dibuka sejak Juni 2016 dan
rekomendasi TP3H. Rapat pleno juga memutuskan
memperluas kategori dengan mengakomodasi kearifan
lokal. Aspek penilaian utama dalam KPHN 2016 meliputi
Profile, Key Achievement, Unique Characteristics. Aspek
penilaian Profile meliputi pofil destinasi atau usaha serta
komitmen pada kepatuhan untuk memenuhi kebutuhan
wisatawan muslim, sertifikasi Halal untuk produk
makanan dan minuman, penyediaan fasilitas kemudahan
untuk beribadah, dan komitmen yang tergambar dalam
kebijakan, struktur organisasi, kepemimpinan, sistem
operasional.
Aspek penilaian Key Achievements menggambarkan
performance destinasi atau usaha, data pasar dan
pekermbangannys, capaian dan target pasar, kepuasan
konsumen, kinerja keuangan, sistem prosedur serta
pembinaan SDM. Aspek Unique Characteristics
merupakan inovasi dan terobosan produk dan
pelayanan yang sesuai pada komitmen pemenuhan
kebutuhan wisatawan muslim. TP3H Kementerian
Pariwisata mengapresiasi partisipasi masyarakat,
pemerintah daerah, dan dunia usaha yang sudah
mengembangkan Pariwisata Halal dan turut serta dalam
KPHN 2016.
E-voting kompetisi ini telah ditutup pada 14 September
2016, oleh karena itu perlu dilaksanakan pertemuan
lanjutan berupa FGD Koordinasi Pengembangan
Destinasi Wisata Halal dalam rangka Kompetisi
Pariwisata Halal Nasional 2016 untuk memutuskan
pemenang-pemenang dari setiap kategori sekaligus
melaksanakan Press Conference pemenang KPHN 2016
ini.
FGD Koordinasi Pengembangan Destinasi Wisata Halal
dilaksanakan pada tanggal 21 September 2016, di Sofyan
Hotel Betawi. Pada FGD ditetapkan Pemenang/penerima
penghargaan 15 Kategori dari Kompetisi Pariwisata
Halal Nasional, strategi E-Voting untuk pemenangan
World Halal Tourism Award 2016 dan pemberitahuan
kepada media perihal penerima penghargaan kompetisi
ini.
6. Bimbingan Teknis Pengelolaan Wisata Perdesaan
Dan Perkotaan
Kegiatan Bimbingan Teknis Pengelolaan wisata perdesaan
dan perkotaan telah dilaksanakan di Kota Malang dengan
peserta berasal dari Pelaku wisata di KSPN Bromo,
Tengger, Semeru pada tanggal 31 Agustus 2016 sampai
dengan 2 September 2016. Kegiatan ini dilaksanakan
bertujuan memberikan pelatihan kepada pemerintah
daerah, pelaku wisata, komunitas dan asosiasi pariwisata
dalam rangka meningkatkan kemampuan dalam mengelola
wisata perdesaan dan perkotaan baik dari segi destinasi,
kelembagaan maupun pemasaran.
Kegiatan ini berlangsung selama 3 (tiga) hari (2 hari
fullboard), dengan narasumber antara lain Bapak Ary
Senjaya Suhandi, Ibu Wita Simatupang, Ibu Wiwien T
Wiyonoputri, dan Bapak Rifky Mustafa Sungkar. Adapun
materi yang disampaikan adalah tentang pemahaman awal
pedoman pengembangan wisata perdesaan dan perkotaan,
pemahaman situasi perwilayahan dan potensi wisata di
kab/kota sekitar KSPN Bromo,Tengger, Semeru, diskusi
SWOT, dan penyusunan wisata berdasarkan potensi
wilayah. Peserta diajarkan dalam bentuk kelompok dengan
suasana yang interaktif dan menerapkan langsung pada
tugas-tugas dengan studi kasus kab/kota masing-masing,
sehingga peserta dapat memahami dengan baik materi
yang disampaikan.
7. Peningkatan Produk Wisata Perdesaan Dan
Perkotaan
Kegiatan Pengingkatan Produk Wisata Perdesaan dan
Perkotaan telah dilaksanakan di di Kota Malang dengan
peserta berasal dari Pelaku wisata di KSPN Bromo,
Tengger, Semeru pada tanggal 2 September 2016 sampai
dengan tanggal 4 September 2016. Kegiatan ini merupakan
serangkaian kegiatan yang dilaksanakan melanjutkan
kegiatan Bimbingan Teknis Pengelolaan Wisata Perdesaan
dan Perkotaan. Bertujuan untuk meberikan pelatihan
kepada pemerintah daerah, pelaku wisata, komunitas dan
asosiasi pariwisata dalam rangka meningkatkan nilai
produk wisata perdesaan dan wisata perkotaan melalui
pengemasan produk wisata yang menarik dalam rangka
meningkatkan kualitas dan kuantitas kunjungan wisatawan
khususnya wisata perdesaan dan perkotaan.
Kegiatan ini berlangsung selama 3 (tiga) hari (2 hari
fullboard), dengan narasumber antara lain Bapak Ary
Senjaya Suhandi, Ibu Wita Simatupang, Ibu Wiwien T
Wiyonoputri, dan Bapak Rifky Mustafa Sungkar. Adapun
materi yang disampaikan adalah tentang pengenalan
produk wisata yang memberikan nilai lebih, kombinasi
produk wisata, pelayanan pariwisata, penilaian kebutuhan
sarana dan prasarana wisata, dampak pariwisata,
penetapan harga produk wisata, pemasaran produk wisata,
penguatan lembaga dan kemitraan pariwisata. Peserta
diajarkan dalam bentuk kelompok dengan suasana yang
interaktif dan menerapkan langsung pada tugas-tugas
dengan studi kasus kab/kota masing-masing, sehingga
peserta dapat memahami dengan baik materi yang
disampaikan.
8. Percepatan Pengembangan Destinasi Wisata
Perdesaan Dan Perkotaan
Tim percepatan pengembangan destinasi wisata perdesaan
dan perkotaan melaksanakan beberapa kali pertemuan
membahas tentang rencana aksi pada tahun 2016 dan 2017
– 2019.
Secara garis besar, bahasan yang dilakukan antara lain:
1. Menyampaikan dasar pemikiran stratejik
perlunya pariwisata perdesaan dan perkotaan.
Terutama berbasis pada target dari
Kementerian Pariwisata.
2. Definisi pariwisata perdesaan dan perkotaan
yang berlaku secara umum termasuk
benchmarking dengan desa dan kota lain.
3. Menetapkan desa dan kota prioritas. Tidak
terbatas pada 10 DPU maupun juga pada lokasi
yang dianggap memiliki prospek pertumbuhan
kunjungan wisman yang besar.
4. Menetapkan target kunjungan wisman di kota
dan desa pada destinasi terpilih. Target desa
dan kota merupakan satu kesatuan dan
ditetapkan mengikuti penetapan target
mendukung DPU.
5. Melakukan pilihan fokus pada desa dan kota
yang memenuhi kriteria (atas dasar kajian Tim)
sbb:
a. Memiliki kemungkinan dapat tercapainya
target yang ditetapkan (2019) secara lebih
cepat dan mudah.
b. Telah menjadi perhatian dan dukungan
antar Kementerian/Lembaga Negara serta
Daerah.
c. Berdampak besar pada percepatan
kunjungan wisman nasional juga citra
pariwisata nasional.
6. Melakukan kajian awal atas program sektoral
yang terkait langsung dan berkonsultasi dengan
unit kerja di Kementerian Pariwisata.
7. Menetapkan lokus desa dan kota yang menjadi
prioritas penyusunan Rencana Aksi 2016-2019
8. Mempersiapkan rincian inventarisasi untuk
menyelesaikan target Desember 2016 berupa
Rencana Aksi 2016-2017 yang telah dilengkapi
dengan indikasi program, rencana kegiatan dan
penanggung jawab kegiatan.
9. Menyiapkan diskusi terbatas di
Kementerian/Lembaga dan Daerah terpilih
untuk dasar kesepakatan sesuai target
pekerjaan Desember 2016. Adapun
Kementerian/Lembaga yang telah diajak
berdiskusi yaitu Kementerian Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal dan
Transmigrasi.
11. Seminar Nasional Pengembangan Wisata Sejarah
Dan Religi “Anatomi Pariwisata Halal Global”
Kegiatan seminar berlokasi di Aula Barat ITB,
diselenggarakan pada hari Kamis dan Jum’at, 1 – 2
September 2016. Seminar yang memiliki tema “Anatomi
Pariwisata Halal Global” ini dihadiri oleh ± 450 peserta dan
50 undangan dari berbagai kalangan. Kehadiran peserta
sesuai dengan target yang diharapkan. Tujuan
diselenggarakannya seminar ini adalah untuk
Mensosialisasikan pengetahuan kepada seluruh pemangku
kepentingan pariwisata mengenai teori, konsep, prinsip,
dan aspek-aspek terkait pariwisata halal;
Mensosialisasikan proses dan penerapan sertifikasi halal
pada usaha pariwisata (restoran, hotel, biro travel, dan spa)
di destinasi pariwisata halal di Indonesia; Membangun
jejaring (networking) dengan pemangku kepentingan
pariwisata halal di tingkat daerah, nasional, regional, dan
internasional. Secara umum, seminar mengangkat
beberapa isu terkait, yaitu: Teori, konsep, prinsip, dan
aspek-aspek terkait pariwisata halal; Kebijakan pariwisata
halal di Indonesia; Penerapan pariwisata halal pada usaha
pariwisata (restoran, hotel); Studi kasus beberapa destinasi
pariwisata halal di Indonesia; Anatomi pariwisata halal di
beberapa negara di dunia (Jepang dan Belgia)
Seminar dihadiri oleh para pejabat tinggi seperti Bapak Dr.
Arief Yahya (Menteri Pariwisata RI 2014 – 2019), Dr. Sapta
Nirwandar, SE. (Penggagas Pariwisata Halal Indonesia,
Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif 2011 -
2014), serta Dr. M. Zainul Majdi, MA. (Gubernur Nusa
Tenggara Barat). Berikut ini beberapa intisari seminar yang
diklasifikan berdasarkan masing-masing pembicara.
Paparan I : Dr. Ir. Syarif Hidayat (Ketua Pusat Halal Salman
& Yayasan Pembina Masjid Salman)
Kegiatan ini bertujuan mempromosikan dua hal yakni
pariwisata dan halal. Pariwisata akan memberikan
sumbangan devisa besar, tanpa perlu impor mesin dan
bahan baku dari luar. Bahan maupun sumber daya alam
semua tersedia, tinggal mengelolanya dengan baik.
‘Halal’ saat ini menjadi satu kata baru yang menjanjikan
setelah DPR mengesahkan Undang-Undang Jaminan Produk
Halal. “Halal” saat ini sudah menjadi nomenklatur dunia.”
Berbeda dengan syariah yang berkonotasi agama, halal
lebih dapat diterima oleh masyarakat.
Paparan II : Dr. Ir. Bambang Riyanto Trilaksono (Wakil
Rektor Bidang Riset, Inovasi dan Kemitraan ITB)
Pariwisata menjadi salah satu potensi, dan semua orang
dapat terlibat menjadi pelaku.
ITB memiliki Pusat Kajian Halal yang lebih fokus kepada
keilmuan –scientific- tentang makanan halal, farmasi (obat-
obatan maupun kosmetik) halal, dan yang akan digiatkan
adalah pariwisata halal.
ITB siap untuk berkontribusi menjadi salah satu bagian
dari perkembangan Pariwisata Halal, siap berkolaborasi
dengan Pemerintah Provinsi Jawa Barat untuk
mewujudkan Provinsi Jawa Barat sebagai salah satu
destinasi pariwisata halal di Indonesia bersama dengan
provinsi lain seperti Aceh, Sumatra Barat, dan Nusa
Tenggara Barat.
Paparan III : Dedi Mizwar (Wakil Gubernur Provinsi Jawa
Barat)
Indonesia memiliki potensi yang sangat bagus untuk dapat
mengembangkan pariwisata halal karena mayoritas
penduduknya beragama Islam; meskipun
perkembangannya tertinggal oleh negara nonMuslim
seperti Singapura; disebabkan oleh berbagai faktor,
misalnya pengemasan maupun pelayanan yang kurang
baik.
Pemerintah Provinsi Jawa Barat mengapresiasi
Kementerian Pariwisata dalam mengembangkan
pariwisata halal yang mana konsep Halal ini mengikuti
aturan-aturan Islam, termasuk sarana prasarana yang
ditampilkan; sebagai contoh hotel diwajibkan tidak
menyediakan makanan/minuman beralkohol, kolam
renang serta fasilitas spa yang terpisah untuk pria dan
wanita.
Pembenahan perlu dilakukan; pelayanan dari para pelaku
pariwisata, kemudahan fasilitasi sertifikasi halal produk
pangan khususnya maupun obat dan kosmetik (sejauh ini
sudah mencapai 11.572 sertifikat halal), juga promosi
destinasi pariwisata halal secara massif.
Perlu kerjasama dari berbagai unsur terkait untuk
membangun pariwisata halal; perlu sinergitas berbagai
pihak.
Manfaat yang diperoleh adalah adanya jaminan rasa aman
bagi masyarakat muslim maupun non Muslim, ketika
berwisata khususnya.
Paparan IV : Dr. Arief Yahya (Menteri Pariwisata RI 2014 -
2019)
Indonesia memiliki potensi pariwisata yang luar biasa
namun performa pelayanan pariwisata masih butuh
peningkatan. Jika ingin mengembangkan pariwisata halal,
maka Indonesia harus mengikuti standar dunia dalam
memilih destinasi pariwisata yang mengadopsi nilai-nilai
syariat Islam. Indonesia masih perlu berupaya
meningkatkan sektor ini, terutama melalui promosi dan
peningkatan prestasi di mata dunia. Sektor prioritas
pembangunan pada kabinet kerja ini adalah infrastuktur,
maritim, energy, makanan, dan pariwisata. Dari sisi
branding Kementrian Pariwisata dengan Pesona
Indonesia/Wonderful Indonesia, mendapat nilai 47 dari
100, ini lebih kecil dibandingkan Thailand dan Malaysia.
Pusat Kajian Halal ITB diharapkan dapat menjadi
Indonesia’s Halal Tourism Research Center (ITB
bertanggungjawab terhadap pembinaan dan pendidikan
SDM halal); area masjid dan kantin Salman menjadi
Bandung’s Halal Tourism Destination; sedangkan Walini
Estate akan menjadi model untuk Halal Agrotourism.
Produk pendukung perlu mengacu juga pada kriteria dan
standar halal dunia, sehingga sertifikasi untuk makanan,
fashion, kosmetik pun diperlukan. Mengedukasi
masyarakat untuk memiliki kesadaran pentingnya
sertifikasi halal menjadi salah satu prioritas semua elemen,
baik pemerintah maupun swasta dan lembaga lainnya.
Pelayanan atau service kepada wisatawan perlu
ditingkatkan, terutama wisatawan mancanegara. Sudah ada
penetapan destinasi pariwisata halal, namun yang populer
adalah Aceh, Sumatra Barat, dan Nusa Tenggara Barat.
Paparan V : Dr. Sapta Nirwandar, SE. (Penggagas Pariwisata
Halal Indonesia, Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif 2011 - 2014)
Landasan petunjuk dari Al-qur’an adalah Al-Jumu’ah (62) :
10 dan Qof (50) : 78
Traveling dalam terminologi Islam dapat berupa haji,
umrah, silaturahim, mengunjungi objek wisata alam,
budaya dan sejarah (ziarah), atau dalam rangka kesehatan.
Sebelum adanya istilah ‘wisata halal, dahulu lebih dikenal
dengan wisata religi, wisata ziarah, wisata spiritual, atau
wisata sejarah.
Salah satu tindak lanjut dalam mengembangkan pariwisata
halal adalah dengan mengadakan studi banding dan FGD
bertemakan syariah.
Negara-negara lain sudah mempelopori halal jauh
dibanding Indonesia; Korea (150 resto di Korea sudah
bersertifikasi halal), Thailand, Singapura.
Paparan VI : Dr. dr. Endy M. Astiwara, MA., CPLHI., FIIS.
(Ketua Bidang Bisnis dan Pariwisata Dewan Syariah
Nasional)
Ulama yang ada di Aceh dan Lombok dapat menjadi ‘agent’
dalam mengembangkan pariwisata halal di daerah
setempat. Pariwisata halal itu bukan pariwisata yang
bertemakan wisata religi atau wisata ziarah. Halal berlaku
tidak hanya untuk muslim, namun juga nonmuslim.
Indonesia perlu berkompetisi dengan Negara lain dalam
memberikan service terbaik bagi wisatawan muslim,
contoh kecilnya dengan menyediakan mushola senyaman
mungkin bagi wisatawan.
Paparan VII : Dr. Yo Nonaka, BA., MA., Ph. D. (Associate
Professor of Keio University, Japan; Researcher of
Southeast Asian Studies)
Meski jumlah Muslim di Jepang masih minoritas dan tidak
ada program dari pemerintah tentang pariwisata halal,
namun jumlah wisatawan Muslim ke Negeri Sakura
semakin meningkat.
Pemerintah tidak melarang, namun juga tidak mensupport
secara penuh; yang dilakukan adalah dengan menggalang
komunitas Muslim yang ada untuk bersama-sama turut
mengkampanyekan pariwisata halal dalam menarik
wisatawan Muslim ke Jepang.
Langkah yang dilakukan tidak jauh berbeda dengan negara
lain seperti menyediakan makanan dan restoran halal,
tempat shalat di hotel dan bandara hingga sekitar tempat
wisata dan tempat belanja; juga melakukan kerjasama
dengan beberapa komunitas, perusahaan dan lembaga
dalam pelatihan dan sosialisasi tentang halal; memberikan
pelatihan dan pengembangan serta penyediaan SDM
muslim yang handal dalam segala bidang termasuk industri
pariwisata halal.
Beberapa kendala diantaranya adalah masih ada beberapa
perusahaan yang enggan mengurus sertifikat halal
terhadap produk atau jasa yang diberikan kepada
wisatawan.
Diharapkan dalam beberapa tahun ke depan Jepang dapat
menjadi daerah tujuan utama bagi wisatawan Muslim
termasuk dari Indonesia.
Paparan VIII : Prof. Eng. Marc Deschamps (Director of
Belgium Halal Club)
Belgia bukan daerah tujuan utama wisatawan Muslim,
namun dalam tahun terakhir mengalami peningkatan yang
cukup signifikan.
Kaum Muslim di Belgia turut tertantang untuk mengambil
peran dalam industri pariwisata, termasuk menyediakan
segala keperluan selama kunjungannya dalam koridor
sesuai syariah Islam. Dalam lima tahun ini, restoran halal
maupun hotel khusus bagi wisatawan Muslim mulai
bermunculan. Meski Muslim masih minoritas dan
pariwisata halal belum masuk program pemerintah, namun
pihaknya dengan didukung oleh berbagai komunitas
Muslim di Belgia siap menyambut dan melayani wisatawan
Muslim dari berbagai negara. Terkait munculnya
‘islamophobia’ yang dihubungkan dengan tindakan radikal
dan terrorism, masyarakat Eropa sebagian besar sudah
dapat bersikap rasional yang dapat membedakan antara
tindakan dengan agama. Hal tsb menjadi bagian dari
kampanye yang dilakukan dan masyarakat Eropa
khususnya di Belgia tidak terlalu terpengaruh dengan
beberapa insiden terror tersebut.
Paparan IX : Dr. Nunung Rusmiati, M.Si. (Sekjen ASITA DPP
Jawa Barat);
Pariwisata halal adalah bagian dari industri pariwisata
untuk para wisatawan muslim. Pelayanan wisatawan dalam
pariwisata halal merujuk pada aturan Islam.
Istilah pariwisata halal mulai dikenal tahun 2015 dalam
acara World Halal Tourism Summit di Abu Dhabi.
Prospek wisata halal 100% lebih cepat dari sektor wisata
lainnya. Menurutnya, wisata halal diprediksikan akan
tumbuh hingga US$200 miliar pada tahun 2020.
Wisata halal akan menjadi sebuah generator besar bisnis
dalam jangka panjang dengan pendapatan maksimum.
Paparan X : Dr. M. Zainul Majdi, MA. (Gubernur Nusa
Tenggara Barat)
Visi pembangunan Provinsi NTB yaitu mewujudkan
masyarakat Nusa Tenggara Barat yang beriman, berbudaya,
berdaya saing dan sejahtera.
Pembangunan daerah turut memastikan nilai-nilai agama
yang kuat yang ada pada masyarakat; tentunya juga
ditunjang dengan semangat keberagaman. Nilai ini pula
dapat diaplikasikan dalam pembangunan kepariwisatan di
NTB.
Komitmen ini merujuk pada kebijakan yang sudah
ditetapkan, yaitu Peraturan Perda Pariwisata Halal;
komitmen ini mengantarkan pula NTB untuk meraih
penghargaan tingkat dunia, pada 2015 lalu mendapatkan 2
award diantaranya best halal destination dan best
honeymoon destination. Sehingga pada tahun 2016 ini NTB
mendapatkan dampak yang luar biasa, yaitu kunjungan
wisatawan yang meningkat cukup pesat. Target di tahun
2017 akan ada 2000 hotel dan restoran bersertifikasi halal.
Hal ini dapat membuka pasar baru yang ingin menikmati
pariwisata halal. Perlunya kesadaran dan komitmen untuk
mengembangkan pariwisata halal di NTB, salah satunya
adalah dengan mengedukasi para pelaku pariwisata sambil
terus promosi dan memasarkan NTB sebagai destinasi
pariwisata halal. NTB memiliki kawasan Mandalika, di
selatan Pulau Lombok yg luasnya lebih dari 1000 ha, di
dalam area tsb sekitar 250 ha akan dikembangkan sebagai
halal hub, untuk pembangunan berbagai fasilitas hotel dan
beragam aktivitas didalamnya. Untuk pengembangan
kawasan, NTB itu masuk dalam “Hilal 1”. Pariwisata halal
dan pariwisata konvensional sedapat mungkin berjalan
beriringan, dengan memberikan kemudahan dan
kenyamanan wisatawan dalam beribadah dan lainnya.
Diharapkan NTB dapat menjadi garda terdepan dalam
mengembangkan pariwisata halal.
Paparan XI : Muhammad Yanuar Bramuda, S.Sos., MBA.,
MM. (Kepala Dinas Pariwisata Kab. Banyuwangi)
Banyuwangi pada umumnya hanya menjadi lokasi transit
wisatawan yang ingin berkunjung ke Bali, belum adanya
promosi yang massif, namun saat ini image Banyuwangi
berubah. Terlebih ketika Banyuwangi membuktikan pada
dunia karena telah masuk dalam nominasi UNWTO Awards
di Madrid lalu.
Banyuwangi menjadi salah satu 10 destinasi prioritas
Kemenpar, “10 Bali Baru”.
Strateginya antara lain: menjadikan pariwisata sebagai
unggulan, mengubah mindset birokrasi, serta membangun
infrastruktur teknologi informasi.
Beberapa event yang telah diselenggarakan antara lain
Islamic Fashion Week, sebagai penguat brand, festival
santri. Telah ada juga beberapa hotel syariah sebagai
pendukung pariwisata halal.
Paparan XII : Hafizuddin Ahmad, Lc. (Wakil Ketua Tim
Percepatan Pengembangan Pariwisata Halal Kementerian
Pariwisata; Dewan Pengawas Syariah PT. Sofyan Hotels,
Tbk.)
Wisatawan muslim perlu kemudahan untuk beribadah,
mendapatkan makanan halal, terjaga dari kemaksiatan dan
kemunkaran, serta mendapat nilai tambah dari perjalanan.
Beberapa kebutuhan wisatawan muslim: bandara,
akomodasi, restoran, atraksi, spa, pusat perbelanjaan,
transportasi, biro travel.
Kenapa perlu sertifikasi? Karena ada titik kritis dimana
perlu melabeli produk sehingga konsumen percaya saat
mengkonsumsinya. Namun, bukan berarti yang belum
bersertifikasi itu haram.
Setiap hotel syariah memiliki kategorisasi, hilal 1, hilal 2
dan hilal 3. Masing-masing memiliki indikatornya sendiri.
Lembaga sertifikasi antara lain LPPOM untuk restoran,
makanan, minuman, obat, dan kosmetik serta DSN MUI
untuk hotel (jasa) BPW dan SPA.
Paparan XIII : Ir. Muti Arintawati, M.Si. (Wakil Direktur
LPPOM MUI)
Halal merupakan kebutuhan dan bagian dari hak asasi
manusia. Tujuannya adalah mengetahui dengan pasti di
mana produk diproduksi, bagaimana proses produksinya,
apa bahan yang digunakan, dari produsen mana dan
bagaimana status kehalalannya, Caranya adalah dengan
melakukan audit untuk memeriksa bahan, formula,
fasilitas, dokumen pendukung, dan sistem manajemen. Dua
lembaga yang terlibat dalam Sertifikasi Halal MUI :
a). LPPOM MUI (Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan
dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia) merupakan
sebuah lembaga yang dibentuk oleh MUI dengan tugas
menjalankan fungsi MUI untuk melindungi konsumen
muslim dalam mengkonsumsi makanan, minuman, obat-
obatan maupun kosmetika. LPPOM MUI berperan dalam
memberikan penilaian dari perspektif sains.
b). Komisi Fatwa MUI adalah salah satu komisi dalam MUI
yang bertugas memberikan ijtihad untuk menghasilkan
suatu hukum Islam terhadap persoalan-persoalan yang
sedang dihadapi umat Islam. Keanggotaan komisi fatwa
mewakili seluruh organisasi Islam yang ada di Indonesia.
Komisi Fatwa MUI berperan dalam memberikan penilaian
dari perspektif syariah.
12. Koordinasi Pengembangan Wisata Sejarah Dan
Religi Di Forum Regional Dan Internasional
Kegiatan Koordinasi Pengembangan Wisata Sejarah dan
Religi di Forum Regional dan Internasional dilaksanakan
pada hari Jum’at tanggal 9 September 2016 di D’Locomotif
Pantai Tongaci, Bangka. Acara dibuka oleh Bapak Bambang
Cahyo Murdoko selaku perwakilan Asdep Pengembangan
Destinasi Wisata Budaya. Dengan diadakannya kegiatan ini
diharapkan dapat memberi pengaruh untuk diplomasi
kebudayaan. Pariwisata merupakan sector utama dalam
pembangunan bangsa karena saat ini sumber daya mineral
dan energy semakin menipis sehingga dibutuhkan sector
lain yang dapat menunjang kesejahteraan bangsa dan
Negara. Saat ini Cheng Ho menjadi salah satu alternative
pembangunan pariwisata. Hal tersebut terlihat dari telah
dilaksanakannya peluncuran JSC di berbagai kota di
Indonesia. Terdapat 10 Destinasi JSC di Indonesia yaitu
Aceh, Batam, Palembang, Bangka, Cirebon, Semarang, Bali
dan Tuban dimana pada saat itu Tuban memiliki pelabuhan
laut yang cukup besar.
Semoga dengan diadakannya kegiatan ini dapat lahir ide-
ide baru tentang pengembangan JSC dari diskusi ini untuk
menjadi daya Tarik wisata khususnya di dunia.
13. Sosialisasi Pedoman Destinasi Wisata Tradisi dan
Seni Budaya di Surakarta
Sosialisasi Pedoman Pengembangan Destinasi Wisata
Tradisi dan Seni Budaya dilaksanakan pada tanggal 25
Agustus 2016 di Hotel Lampion, Surakarta. Kegiatan
dengan narasumber Prof. Yuwana Marjuka dan Agus
Hartono ini dihadiri peserta berjumlah 50 orang. Kegiatan
dibuka oleh Kabid Seni Budaya Perfilman, Sejarah
Purbakala dan Permuseuman, Ibu Vero Ekowati. Sebagai
perwakilan dari Kementerian Pariwisata dan memberikan
sambutan dalam acara tersebut adalah Kabid Destinasi
Wisata Tradisi dan Seni Budaya, Dra. Anna Sunarti, MM.
Hasil dari Sosialisasi Pedoman Pengembangan Destinasi
Wisata Tradisi dan Seni Budaya disimpulkan bahwa target
destinasi adalah 3A (memiliki atraksi berskala
international, memiliki aksesibilitas berskala international,
dan memiliki amenitas berskala international) dan 3G
(gunakan standar global, gunakan benchmark dengan
kompetitor, dan gunakan angka agar terukur dan mudah
mengatur atau mengelola). Target ini adalah pedoman
menjadi acuan bagi pemerintah daerah dan kota, termasuk
juga acuan dalam pembuatan pedoman destinasi wisata
tradisi dan seni budaya. Tradisi adalah intangible cultural
heritage, sedangkan seni dan budaya adalah tangible
cultural heritage. Sedangkan pedoman ini dibuat agar
antara harapan dan realita pengembangan destinasi wisata
tradisi dan seni budaya tidak terjadi ketimpangan.
14. Bimtek Penyusunan Produk Wisata Culture and
Heritage ASEAN
Kegiatan Bimtek Penyusunan Produk Wisata Culture and
Heritage ASEAN dilaksanakan di Hotel Bahamas Belitung
pada tanggal 2- 4 Agustus 2016. Kegiatan ini diikuti oleh 50
orang peserta dengan narasumber Ibu Tetty DS. Ariyanto
M.Par dan Prof. Yuwana Marjuka.
Kegiatan ini dilaksanakan dengan rute pelaksanaan bimtek
meliputi Desa Badau, Museum Kerajaan Badau, Rumah
Adat Belitong, Desa Wisata Terong, kawasan wisata
Tanjung Kelayang dan Tanjung Tinggi. Desa Badau
merupakan lokasi Kerajaan pertama di Belitung, yang
didalamnya terdapat Museum Badau, Sanggar Budaya
Badau, Penangkaran hewan Tarsius, Kesenian khas
Belitung “Belipat Bergong”, Pekebunan nanas Badau, dan
Pembuatan parang Badau.
Di rumah adat
Belitong, dilaksanakan
makan siang bersama
khas Belitung “Makan
Bedulang” dengan
sajian musik dan tarian selamat dating. Sedangkan di Desa
Terong terapat Kawasan Bukit Tebalu, Kesenian Gambus,
Budaya sungai, dan Kawasan mangrove.
15. Koordinasi Pengembangan Wisata Tradisi dan Seni
Budaya di Forum Regional dan Internasional (Jawa Timur – DI Yogyakarta)
a) Provinsi Jawa Timur - April 2016 :
Penyelenggaraan kegiatan Koordinasi Pengembangan Wisata Tradisi dan Seni Budaya di Forum Regional dan Internasional dilaksanakan di kota Surabaya, Provinsi Jawa Timur, pada tanggal 7 – 9 April 2016. Anggaran yang dikeluarkan untuk penyelenggaraan kegiatan ini adalah sebesar Rp 206.232.800 ,- dengan jumlah peserta 50 (limapuluh) orang yang terdiri dari beberapa unsur yaitu: Dinas Pariwisata/Kebudayaan Provinsi, Kabupaten/Kota, Stakeholder terkait dan pemangku kepentingan di bidang pariwisata.
b) Provinsi DI Yogyakarta – April 2016 :
Penyelenggaraan kegiatan Koordinasi Pengembangan Wisata Tradisi dan seni Budaya di Forum Regional dan Internasional yang dilaksanakan di Hotel Fortuna Dafam Daerah Istimewa Yogyakarta pada tanggal 27 – 29 April 2016. Anggaran yang dikeluarkan untuk
penyelenggaraan kegiatan tersebut adalah Rp 44.100.000,- dengan jumlah peserta 50 (limapuluh) orang terdiri dari berbagai unsur diantaranya: Dinas Pariwisata/Kebudayaan Provinsi, Kabupaten/Kota, Stakeholder terkait dan para pemangku kepentingan bidang kepariwisataan. Bentuk kegiatannya yaitu workshop Koordinasi Pengembangan Wisata Tradisi dan Seni Budaya di Forum regional dan Internasional, dalam rangka peningkatan koordinasi antar wilayah strategis dan cepat tumbuhkembang guna mengoptimalkan pemanfaatan potensi sumberdaya dalam mendukung terhadap peningkatan daya saing kawasan produkeunggulan di bidang wisata tradisi dan seni budaya daerah. Adapun tujuan diselenggarakannya Kegiatan Koordinasi Pengembangan Wisata Tradisi dan seni
Budaya di Forum Regional dan Internasional ini adalah untuk: a. Memberikan pemahaman mengenai makna,
manfaat dan pentingnya koordinasi antar pemerintah Provinsi, Kabupaten/Kota, stackholder terkait dan dengan para pemangku kepentingan serta pelaku wisata bidang tradisi dan seni budaya;
b. Melakukan penjajagan kerjasama dengan pemerintah daerah dan asosiasi serta komunitas penggerak wisat budaya;
c. Melakukan identifikasi daya saing pruduk wisata tradisi dan seni budaya terhadao pengembangan destinasi wisata budaya Indonesia;
d. Melakukan survey terhadap pengembangan destinasi wisata budaya di Indonesia, khususnya mengenai pengembangan wisata tradisi dan seni budaya serta melakukan pengukuran (assessment) terhadap product quality culture destination yang sesuai dengan minat dan trend pasar;
e. Mengembangkan destinasi pariwisata yang berdaya saing sehingga dapat memberikan kontribusi yang signifikan terhadap perekonomian nasional dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
16. Sosialisasi Pedoman Wisata Tradisi dan Seni
Budaya (NTB – Jawa Barat – Sulawesi Selatan – Jawa Tengah)
a) Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) – April 2016 :
Penyelenggaraan kegiatan Sosialisasi Pedoman Wisata Tradisi dan Seni Budaya yang dilaksanakan
di wilayah Dompu, Provinsi Nusa Tenggara Barat , pada tanggal 14 – 15 April 2016. Bentuk kegiatannya yaitu workshop. Anggaran yang dipergunakan untuk penyelenggaraan kegiatan ini adalah Rp 59.270.000 ,- dengan jumlah peserta 50 orang terdiri dari beberapa unsur yaitu: Dinas Pariwisata/Kebuadayaan Provinsi, Kabupaten/Kota, Stackholder terkait dan pemangku kepentingan di bidang pariwisata.
b) Provinsi Jawa Barat – Mei 2016 :
Penyelenggaraan kegiatan Sosialisasi Pedoman Wisata Tradisi dan Seni Budaya yang diselenggarakan di hotel Newton Bandung, Jawa Barat, pada tanggal 2 – 3 Mei 2016. Anggaran yang dipergunakan untuk penyelenggaraan kegiatan ini adalah Rp 59.400.000 ,- dengan jumlah peserta 50 orang terdiri dari beberapa unsur yaitu Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi, Kabupaten/Kota dan beberapa stackholder terkait dan para pemangku kepentingan di bidang pariwisata.
c) Provinsi Sulawesi Selatan - Mei 2016 : Penyelenggaraan kegiatan Sosialisasi Pedoman Wisata Tradisi dan seni Budaya yang diselenggarakan di hotel Fave Panakukkang, Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan pada tanggal 17 – 18 Mei 2016. Adapun anggaran yang dikeluarkan untuk pelaksanaan kegiatan tersebut adalah Rp 67.100.000,-. Peserta dalam kegiatan ini berjumlah 50 orang, terdiri dari beberapa unsur yaitu dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi, Kabupaten/Kota dan beberapa stackholder terkait serta pemangku pariwisata di bidang pariwisata.
d) Provinsi Jawa Tengah - Agustus 2016 : Penyelenggaraan kegiatan Sosialisasi Pedoman Wisata Tradisi dan Seni Budaya yang diselenggarakan di hotel Lampion Surakarta, Jawa Tengah, pad
a tanggal 25 Agustus 2016. Kegiatan dilaksanakan dalam bentuk workshop. Adapun anggaran yang dipergunakan untuk penyelenggaraan kegiatan ini adalah Rp70.292.000 ,- dengan jumlah peserta 50 orang terdiri dari beberapa unsur yaitu Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi, Kabupaten/Kota dan beberapa stackholder terkait dan para pemangku kepentingan di bidang pariwisata.
17. Pengelolaan Wisata Bimbingan Teknis Tradisi dan Seni Budaya (Jawa Barat – Banten)
a) Provinsi Jawa Barat - April 2016 :
Penyelenggaraan kegiatan Bimbingan Teknis Pengelolaan Wisata Tradisi dan Seni Budaya di hotel Santika Bandung, Jawa barat, pada tanggal 16 – 18 April 2016. Anggaran yang dikeluarkan untuk penyelenggaraan kegiatan ini adalah Rp 132.000.000,- dengan jumlah peserta 50 orang terdiri dari beberapa unsur yaitu: Dinas Pariwisata/Kebuadayaan Provinsi, Kabupaten/Kota, Stackholder terkait dan para pemangku kepentingan bidang pariwisata. Lokasi opservasi lapangan dalam kegiatan ini yaitu di pusat permainan tradisional Komunitas HONG kampung Kolecer, Desa Cibuluh, kecamatan Tanjung Siang, Kabupaten Subang dan di Saung Angklung UJO Bandung.
b) Provinsi Banten - Juni 2016 :
Penyelenggaraan kegiatan Bimbingan Teknis Pengelolaan Wisata Tradisi dan Seni Budaya di hotel Royale Krakatau Cilegon, Provinsi Banten , pada tanggal 1 – 3 Juni 2016. Anggaran yang dikeluarkan untuk penyelenggaraan kegiatan ini adalah Rp 115.800.000 ,- dengan jumlah peserta 50 orang terdiri dari beberapa unsur yaitu: Dinas Pariwisata/Kebuadayaan Provinsi, Kabupaten/Kota, Stackholder terkait dan pemangku kepentingan di bidang pariwisata. Lokasi opservasi lapangan dalam kegiatan ini adalah di kehidupan masyarakat Badui Luar kampung Kanekes, Lebak.
Kegiatannya yaitu workshop Bimbingan Teknis Pengelolaan Wisata Tradisi dan Seni Budaya dan obsevasi lapangan ke tempat-tempat seni kerajinan tradisional, dalam rangka pengembangan wilayah-wilayah strategis dan cepat tumbuhkembang untuk mengoptimalkan pemanfaatan potensi sumber daya dalam mendukung peningkatan daya saing kawasan produk unggulan di bidang tradisi dan seni budaya daerah.
Kegiatan Bimbingan Teknis Pengelolaan Wisata Tradisi dan Seni Budaya bertujuan untuk: Melakukan penjajakan kerjasama dengan
pemerintah daerah dan asosiasi serfta komunitas penggerak wisata budaya.
Melakukan identifikasi daya saing produk wisata tradisi dan seni budaya terhadap pengembangan destinasi wisata budaya di Indonesia.
Melakukan survei terhadap pengembangan destinasi wisata budaya di Indonesia, khususnya mengenai pengembangan wisata tradisi dan seni budaya serta melakukan pengukuran (assesment) terhadap product quality culture destination yang sesuai dengan minat dan trend pasar.
Mengembangkan destinasi pariwisata yang berdaya saing sehingga dapat memberikan kontribusi yang signifikan terhadap perekonomian nasional dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.