cystocentesis pada hewan.docx

24
Cystocentesis pada hewan Cystocentesis Pada Hewan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit pada traktus urinarius merupakan hal yang sering ditemukan pada hewan baik karena gagal ginjal ataupun batu ginjal. Tingginya kasus pada traktus urinari menyebabkan berkembangnya berbagai metode yang dapat digunakan untuk menangani kasus tersebut. Beberapa metode yang dapat digunakan untuk menangani kasus pada traktus urinari adalah dengan cara cystotomi, cystocentesis, maupun kateterisasi uretra. Cystotomy adalah prosedur operasi untuk membuka kantong kencing. Cystotomy menurut Martin (2007) dilakukan terutama untuk mengeluarkan kalkuli yang ada pada kantong kencing dan uretra, tumor kandung kemih, trauma akibat kecelakaan atau tertusuk oleh benda runcing, untuk tujuan biopsy, memperbaiki ureter ektopik dan kandung kemih pecah, dan membantu dalam diagnosis untuk mengobati infeksi saluran kencing. Cystostomy permanen dapat dilakukan dalam kasus atonia kandung kemih neurogenik atau kanker kandung kemih (Cornell. 2000). Cystocentesis adalah pengambilan cairan (urin) dari dalam vesica urinaria untuk menghindari kontaminasi dengan bakteri. Metode yang lebih aman dalam hal mengosongkan vesica urinaria

Upload: frisko-ramadhan

Post on 26-Dec-2015

88 views

Category:

Documents


26 download

DESCRIPTION

Laporan cystocentesis

TRANSCRIPT

Page 1: Cystocentesis pada hewan.docx

Cystocentesis pada hewan

Cystocentesis Pada Hewan

BAB I

PENDAHULUAN

A.       Latar Belakang

Penyakit pada traktus urinarius merupakan hal yang sering ditemukan pada hewan

baik karena gagal ginjal ataupun batu ginjal. Tingginya kasus pada traktus urinari

menyebabkan berkembangnya berbagai metode yang dapat digunakan untuk

menangani kasus tersebut. Beberapa metode yang dapat digunakan untuk menangani

kasus pada traktus urinari adalah dengan cara cystotomi, cystocentesis, maupun

kateterisasi uretra.

Cystotomy adalah prosedur operasi untuk membuka kantong kencing. Cystotomy

menurut Martin (2007) dilakukan terutama untuk mengeluarkan kalkuli yang ada pada

kantong kencing dan uretra, tumor kandung kemih, trauma akibat kecelakaan atau

tertusuk oleh benda runcing, untuk tujuan biopsy, memperbaiki ureter ektopik dan

kandung kemih pecah, dan membantu dalam diagnosis untuk mengobati infeksi saluran

kencing. Cystostomy permanen dapat dilakukan dalam kasus atonia kandung kemih

neurogenik atau kanker kandung kemih (Cornell. 2000).

Cystocentesis adalah pengambilan cairan (urin) dari dalam vesica urinaria untuk

menghindari kontaminasi dengan bakteri. Metode yang lebih aman dalam hal

mengosongkan vesica urinaria dalah dengan menggunakan katererisasi uretra.

Cystocentesis ini menurut Gatoria (2008) dapat dilakukan untuk tujuan identifikasi

bakteri tanpa harus melakukan cystotomy ataupun biopsi mukosa vesika urinaria pada

anjing yang menderita urothialisis.

Cystotomi maupun cystocentesis diawali dengan penyayatan pada dinding

abdomen atau yang disebut dengan laparotomi. Dalam kasus ini yang digunakan

adalah jenis laparotomi medianus posterior. Hal ini dikarenakan organ target yaitu

vesica urinaria berada di bagian hipogastrium (Aguilera. 2004). Praktikum kali ini

dilakukan cystocentesis sehingga mahasiswa dapat melakukan pengambilan cairan

Page 2: Cystocentesis pada hewan.docx

(urin) dalam vesica urinaria agar pasien terhindar kontaminasi dengan bakteri dan

melatih kemampuan untuk melakukan cystotomi.

B.       Tujuan

Praktikum kali ini bertujuan untuk melatih mahasiswa melakukan laparotomi

medianus posterior untuk prosedur cystocentesis sehingga dapat digunakan sebagai

salah satu prosedur untuk menangani kasus pada vesica urinaria.

BAB II

MATERIAL DAN METODE

A.       Bahan Praktikum

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini, yaitu seekor kucing, alkohol 70%,

betadine, Ringer laktat, benang cutgut, benang silk, premedikasi, yaitu Atropin sulfa

dengan dosis 0,025 mg/kgBB. Bahan anastethikum, yaitu Xylazine dengan dosis 2

mg/kgBB dan Ketamine dengan dosis 10 mg/kgBB, oxytetracycline dengan dosis 14

mg/kg BB, penicillin 50.000 IU, peniccilin dan amoxicillin dengan dosis 20 mg/Kg BB.

B.       Alat Praktikum

Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu seperangkat alat bedah minor (4

buah towel clamp, 2 buah pinset anatomis, 2 buah pinset sirurgis, 1 buah pinset scalpel

dan blade, 1 buah gunting lurus tajam-tajam,1 buah gunting lurus tajam-tumpul, 1 buah

gunting tumpul-tumpul, 1 buah gunting bengkok, 4 buah tang arteri anatomis lurus, 4

buah tang arteri sirurgis bengkok, 2 tang arteri lurus sirurgis,dan 1 buah needle holder).

Perlengkapan operator dan asisten (2 buah penutup kepala, 2 buah masker, 4 buah

sikat, 2 buah handuk, 2 pasang sarung tangan, dan 2 buah baju bedah), otoklaf, kain

duk, tali restraint, meja operasi, lampu operasi, stetoskop, timbangan, thermometer,

stopwatch, spoit 1 ml dan 3 ml, pencukur rambut, tampon, dan kapas, jarum penampang

segitiga diameter ½ lingkaran, jarum penampang bulat, penggaris, kassa, plester dan

gurita.

C.       Langkah Kerja Praktikum

Persiapan Pra Operasi

Page 3: Cystocentesis pada hewan.docx

1.    Persiapan Ruang Operasi

Ruang operasi dan meja operasi didesinfeksi menggunakan desinfektan. Selain

itu, perlengkapan alat juga didesinfeksi. Kemudian dilakukan fumigasi dengan

menggunakan formalin 10% dan KMnO4 1% (1:2) dan dibiarkan selama 15 menit.

2.    Persiapan Peralatan

Seperangkat alat bedah minor disiapkan, yaitu 4 buah towel clamp, 2 buah pinset

anatomis, 2 buah pinset sirurgis, 1 buah pinset scalpel dan blade, 1 buah gunting

lurus tajam-tajam,1 buah gunting lurus tajam-tumpul,1 buah gunting tumpul-

tumpul, 1 buah gunting bengkok, 4 buah tang arteri anatomis lurus, 4 buah tang

arteri sirurgis bengkok, 2 tang arteri lurus sirurgis,dan 1 buah needle holder.

Peralatan tersebut direndam dalam air yang diberi larutan pencuci, disikat dimulai

dari ujung yang paling steril (ujung yang pertama mengenai jaringan pasien)

kemudian dibilas dengan air yang mengalir 10-15 kali dimulai dari ujung yang

pertama disikat.

Peralatan tersebut dikeringkan dengan handuk yang steril, dimasukkan di dalam

wadah yang bersih secara berurutan mulai dari needle holder, tang arteri,

gunting, pinset scalpel dan blade, pinset sirurgis, pinset anatomis, dan towel

clam, kemudian dibungkus dengan dua lapis kain.

Kain pembungkus lapis pertama disiapkan terlebih dulu dengan posisi

memanjang kemudian peralatan dalam wadah diposisikan ditengah kain

tersebut. Kemudian sisi kain yang dekat dengan tubuh dilipat hingga menutupi

seluruh peralatan dan ujung lainnya dilipat mendekati tubuh, sisi kanan peralatan

dilipat selanjutnya sisi kiri. Setelah itu, kain penutup kedua disiapkan dan wadah

yang sudah dibungkus oleh kain sebelumnya diletakkan di tengah pada posisi

diagonal. Ujung kain yang dekat dengan tubuh dilipat hingga menutupi peralatan,

sisi kanan dilipat diikuti sisi kiri dan ujung yang lainnya dilipat mendekati tubuh

dan diselipkan tujuannya untuk memudahkan pelepasan kain pada saat

membuka penutup. Sterilisasi dengan oven dengan suhu 121°C selama 15 menit.

Page 4: Cystocentesis pada hewan.docx

Teknik pembukaan kain pembungkus peralatan terluar, yaitu lipatan pertama

ditarik kearah tubuh pembuka (personal yang berada di ruang operasi) kemudian

dilanjutkan dengan menarik masing-masing ujung lipatan. Selanjutnya kain

penutup kedua akan dibuka oleh pembuka yang lebih steril dan bersih dengan

cara menarik lipatan kearah tubuh yang diikuti dengan ujung lipatan berikutnya,

setelah itu diletakkan diatas meja alat yang steril.

3.    Persiapan Obat-obatan

Obat-obatan yang harus dipersiapkan, yaitu

         Desinfektan : Alkohol 70%

         Preanestesi : Atropin sulfa (dosis 0,025 mg/kg BB) diberikan secara SC.

    Sedatif : Xylazine (dosis 2 mg/kg BB) diberikan secara IM.

    Anestetik : Ketamine (dosis 10 mg/Kg BB) diberikan secara IM.

    Cairan infus : Ringer laktat.

    Antibiotik : Oxytetraxycline (dosis 14 mg/Kg BB) diberikan secara IM.

Amoxixillin (dosis 20 mg/kg BB) diberikan secara oral

Cara Pemberian dosis : Dosis obat x Bobot badan Hewan

Konsentrasi Obat

4.    Persiapan Perlengkapan Operator dan Asisten

         Perlengkapan operator dan asisten disiapkan, yaitu 2 buah penutup kepala, 2 buah

masker, 4 buah sikat, 2 buah handuk, 2 pasang sarung tangan, dan 2 buah baju bedah.

         Perlengkapan operasi dibungkus dengan dua lapis kain (diletakkan ditengah) dengan

urutan dari bawah, yaitu sarung tangan yang sudah dibungkus dengan

kertas/plastik/aluminium foil, baju operasi yang sudah dilipat, handuk yang sudah

dilipat, dua sikat yang bersih, masker dan penutup kepala. Setelah selesai menata

bahan-bahan, selanjutnya dilakukan pembungkusan menggunakan dua lapis kain.

Bahan-bahan yang sudah tersusun rapi diletakkan ditengah sejajar dengan sisi kain

yang pertama, dilipat sejajar dari sisi yang dekat dengan tubuh sisi yang didepannya

diikuti sisi kanan dan kiri. Kemudian bahan yang sudah terbungkus diletakkan di bagian

tengah kain lapis luar, dilipat sejajar dengan garis diagonal dan dimulai dari ujung yang

Page 5: Cystocentesis pada hewan.docx

ekat dengan tubuh kemudian sisi kanan, sisi kiri dan ujung yang lainnya dilipat

mendekati tubuh dan diselipkan tujuannya untuk memudahkan pelepasan kain pada

saat membuka pembungkus. Peratalatan disterilisasi dengan menggunakan autoklaf

pada suhu 100°C selama 30 menit.

         Cara menggunakan perlengkapan operasi dapat dimulai dari mencuci tangan dengan

sabun yang dibilas dengan air bersih beberapa kali, dikeringkan dengan handuk, satu

sisi untuk tangan kanan dan sisi lainnya untuk tangan kiri. Setelah itu, penutup kepala

dipasang, masker dipasang. Kemudian dilakukan pencucian tangan menggunakan

sabun, kedua tangan disikat dengan dua sikat yang berbeda, sikat pertama untuk

tangan kanan dan sikat kedua untuk tangan kiri, penyikatan dimulai dari ujung jari

hingga ujung siku. Setelah itu, dibilas dengan air mengalir sebanyak 10-15 kali dari

ujung kuku dialirkan ke siku, di keringkan dengan handuk, satu sisi untuk tangan kanan

dan sisi lainnya untuk tangan kiri. Setelah itu, memasang baju operasi dilanjutkan

dengan pemasangan sarung tangan. Pemasangan sarung tangan pertama dimulai

dengan memegang sisi dalam dari sarung tangan dan pemasangan sarung tangan

kedua dilakukan dengan memegang bagian luar dari sarung tangan yang bertujuan

agar sarung tangan tetap dalam keadaan steril ketika dipasang.

5.    Persiapan Hewan

Preparasi hewan ini meliputi, signalement (nama pemilik, nama hewan, bangsa

hewan, ras, jenis kelamin, umur, petanda khusus ataupun buatan dan berat badan),

anamnese, status present yang terdiri dari keadaan umum (frekuensi jantung, frekuensi

nafas, suhu badan, perawatan, habitus, gizi, sikap berdiri, pertumbuhan badan dan cara

berjalan) dan adaptasi lingkungan.

Kucing ditimbang guna menentukan jumlah pemberian pre anaesthetikum,

anaesthetikum dan antibiotik. Temperatur tubuh kucing diukur menggunakan

termometer (OC). Setelah itu dihitung frekuensi nafasnya (kali/menit) dengan melihat

gerakan abdomen atau toraks. Pernafasan kucing merupakan pernafasan tipe costal

sehingga untuk mengukur frekuensinya dapat dilihat pergerakan ossa costales. Selain

itu frekuensi pernafasan kucing juga dapat diukur dengan melihat gerakan benang yang

didekatkan di lubang hidungnya. Frekuensi denyut nadi (kali/menit) diukur dengan

Page 6: Cystocentesis pada hewan.docx

meraba atau sedikit menekan arteri femoralis di medial os femur. Diameter pupil (mm)

diukur dengan menggunakan penggaris karena itu merupakan parameter untuk

mengetahui hewan sudah terbius atau belum. Setelah semua hal–hal tersebut di atas

sudah diukur, kemudian disiapkan alat suntik dan obatnya.

Dilakukan pembiusan dan desinfeksi pada hewan. Pembiusan menggunakan

kombinasi dari ketamine 10 % dengan dosis 10-15 mg/kg BB (dipilih dosis 10 mg/kg

BB) dan xylazine 2 % dosis 1-2 mg/kg BB (dipilih 2 mg/kg BB). Gabungan obat tersebut

diaplikasikan melalui intramuscular (IM) pada musculus semitendinosus dan musculus

semimembranosus. Letak kedua otot tersebut adalah 2 jari di caudal dari tuber coxae.

Hal yang diamati adalah mengenai lamanya onset (lamanya obat setelah

diberikan/diaplikasikan sampai terlihat adanya efek), durasi (lamanya obat itu bekerja

sampai hilang efeknya, kucingnya sadar), frekuensi jantung, frekuensi nafas, dan

diameter pupil (secara horizontal atau vertikal) serta ada tidaknya refleks diukur kembali

sampai hewan tersebut siuman. Ketika hewan hendak bangun diberikan maintenance

berupa pemberian kombinasi ketamine dan xylazine dengan dosis ½ dari pemberian

anaesthesi awal.

Desinfeksi bagian yang akan dioperasi pada hewan dilakukan dengan cara

hewan dicukur. Lokasi pencukuran 5-10 cm di sebelah sayatan, arah pencukuran

berlawanan dengan arah bulu. Setelah dicukur, bagian yang dicukur dicuci dengan

sabun dan dibilas dengan air lalu dikeringkan menggunakan kapas. Setelah itu dibilas

dengan alkohol 70%, desinfeksi dengan iodium tincture 3-10% dan ditutup dengan kain

penutup.

Operasi

Setelah kucing teranestesi, keempat kakinya difiksir menggunakan simpul

tomfool ke meja operasi. Duk dipasang pada hewan hingga yang terlihat adalah daerah

orientasi operasi. Duk difiksasi dengan menggunakan towel clamp. Penyayatan

dilakukan menggunakan laparotomi medianus posterior pada daerah linea alba, 1-2 cm

anterior os pubis. Selama operasi berlangsung harus diperiksa frekuensi denyut

jantung, frekuensi nafas, suhu, diameter pupil, dan warna membran mukosa selama 15

menit sekali. Penyayatan pertama dilakukan pada lapisan kulit terluar. Pada saat

Page 7: Cystocentesis pada hewan.docx

penyayatan, sayatan dibuat lurus dan tidak terputus-putus (seminimal mungkin).

Sayatan juga dilakukan secara kontinyu dengan scalpel. Pisahkan fascia dan lapisan

lemak. Setelah ditemukan linea alba, maka linea alba harus difixir terlebih dahulu

dengan menggunakan towel clamp agar sayatan tepat di atasnya, sehingga tidak

menimbulkan adanya pendarahan. Setelah linea alba disayat, maka akan ditemukan

peritoneum dan omentum. Setelah itu omentum disingkirkan dan vesica urinaria dicari

dengan hati-hati.

Vesica urinaria diisolasi dari rongga abdomen menggunakan kassa steril. Hal ini

bertujuan untuk mencegah urine yang keluar masuk ke dalam abdomen. Selanjutnya

dilakukan pengambilan urin (inspirasi) dari dorsal vesica urinaria dengan menggunakan

syringe atau yang disebut dengan cystocentesis. Setelah selesai melakukan

cystocentesis vesica urinaria dikembalikan kedalam rongga abdomen dan disemprotkan

penicillin 50.000 IU. Kemudian dilakukan penjahitan pada lapisan peritoneum dan linea

alba dengan menggunakan jarum berpenampang bulat dan benang cat gut 3/0 dengan

tipe jahitan sederhana. Lapisan lemak dalam hal ini juga dijahit tersendiri karena lapisan

lemaknya sangat tebal menggunakan jarum berpenampang bulat dan benang cat gut

3/0 dengan tipe jahitan sederhana. Selanjutnya lapisan kutis-sub kutis dijahit dengan

menggunakan jarum berpenampang segitiga dan benang silk (sebelumnya

disemprotkan penicillin 50.000 IU) dengan tipe jahitan sederhana untuk memudahkan

pembukaan jahitan post operasi (setelah 7 hari). Selesai penjahitan, bekas sayatan

dioleskan betadine dan dibalut dengan kain kassa dan plester serta dikuatkan dengan

gurita untuk mengurangi beban tubuh kucing pada bagian jahitan. Terakhir, hewan

disuntikkan dengan antibiotik oxytetracyclin.

Perawatan Post Operasi

Alat setelah digunakan direndam dalam air yang diberi dengan larutan pencuci

kemudian disikat terutama ujung yang paling steril, dibilas dengan air sebanyak 10-15

kali, dikeringkan, ditata dalam wadah dan disterilisasi dengan menggunakan autoklaf.

Perlengkapan operator dan asisten pun dicuci dengan sabun hingga bersih, lalu

dikeringkan dan disterilisasi dengan menggunakan autoklaf.

Page 8: Cystocentesis pada hewan.docx

Selama post operasi dilakukan pemantauan kondisi hewan seperti temperatur,

frekuensi denyut jantung dan frekuensi nafas, nafsu makan, urinasi, defekasi serta

kondisi luka. Pengobatan post operasi dilakukan dengan memberikan antibiotik topikal

dan sistemik. Pada saat operasi diberikan (disemprotkan) antibiotik Penicillin 50.000 IU

pada daerah sayatan sesuai dengan dosis. Setelah operasi dilakukan, kucing disuntik

Oxytetracyclin dengan dosis 14 mg/kg BB secara intramuscular.

Selanjutnya dilakukan perawatan terhadap hewan hingga hari ke-7 post operasi.

Setiap harinya hewan diberikan antibiotik amoxicillin (dosus 20 mg/kg BB) selama 5 hari

secara per oral setiap 2 kali sehari. Selain itu diamati juga fisiologis tubuh kucing

(temperatur, frekuensi nafas, frekuensi denyut nadi), urinasi, defekasi, makan dan

minum kucing. Selain itu dilakukan pengamatan terhadap keadaan fisiologi tubuh

hewan, antara lain temperatur, frekuensi jantung, frekuensi respirasi, serta pengamatan

terhadap nafsu makan dan luka bekas jahitan. Setelah 7 hari post operasi, dilakukan

pembukaan jahitan.

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

A.       Data-data

Signalement

1. Anamnesis

Nama : Hening

2. Signalement

Jenis Hewan : Kucing

Jenis kelamin : jantan

Bangsa : Domestic House Cat

Berat badan : 1,5 kg

Umur : bulan

Warna bulu : kuning - p u t i h

Tanda khusus : -

Waktu operasi : Pukul 10.30 – 12.30

Page 9: Cystocentesis pada hewan.docx

Durasi Operasi : ± 2 jam

Perhitungan dosis

Berat badan kucing : 1,5 kg

1.    Jumlah Atropin yang diberikan

Atropin = 1,5 kg x 0,025 mg/kg = 0,15 ml

0,25 mg/ml

2.    Jumlah Xylazin 2 % yang diberikan

Xylazin = 1,5 kg x 2 mg/kg = 0,15 ml

20 mg/ml

3.    Jumlah Ketamin yang diberikan

Ketamin = 1,5 kg x 10 mg/kg = 0,15 ml

100 mg/ml

4.    Jumlah Oxytetrasiklin yang diberikan

Oxytetrasiklin = 1,5 kg x 20 mg/kg = 0,15 ml

200 mg/ml

5.    Jumlah Amoxilin yang diberikan (2x per hari)

Amoxilin = 1,5 kg x 20 mg/kg = 1,2 ml

25 mg/ml

Tabel 1. Hasil pengamatan frekuensi jantung, frekuensi nafas, temperatur, CRT,

tonus otot, dan mukosa pada saat operasi

StatusMenit ke-

0 15 30 45 60 75

Frek.

Jantung

(x/menit)

92 88 100 140 132 132

Frek. Nafas

(x/menit)32 32 32 32 20 24

Temperatur

(0 C)39 36,7 36,2 35,7 35 34,7

Page 10: Cystocentesis pada hewan.docx

CRT (detik) 1 1 2 2 2 2

Mukosa

( + pinx,

- pucat)

+ - - - - -

Tonus Otot ++ +++ ++ ++ + ++

Maintenanc

e

Atropin

Xilazin

e

ketami

n

- -

Xilazin

e

ketami

n

Xilazin

e

ketami

n

-

Tabel 2. Hasil pengamatan frekuensi jantung, frekuensi nafas, temperatur, CRT,

tonus otot, dan mukosa post operasi

Page 11: Cystocentesis pada hewan.docx

No Kamis Jumat SabtuPagi Sore Pagi Sore Pagi Sore

Frekuensi nafas (per menit)

22 24 20 28 28 28

Denyut

Jantung (per

menit)

104 112 116 112 116 120

Temeperatur

(°C)

33,9 36,1 38,7 39,2 39 38,6

CRT (detik) 2 1 1 1 1 1

Feses - - - + +++ -

Urin - + ++ ++ + ++

Page 12: Cystocentesis pada hewan.docx

B. Pembahasan

Hewan model operasi yang digunakan pada tindakan bedah kali ini adalah

kucing. Sebelum operasi, dilakukan pemeriksaan fisiologis terlebih dahulu terhadap

kucing meliputi frekuensi nafas, frekuensi jantung, suhu tubuh, refleks pupil, warna

mukosa, dan berat badan. Titik orientasi dalam operasi ini adalah 1-2 cm di depan atau

anterior os pubis dengan lebar sayatan 5-6 cm. Pada awal penyayatan lebar sayatan

sekitar 2-3 cm. Proses penyayatan dilakukan berurutan dari lapisan kulit, fascia, lapisan

lemak, linea alba, peritoneum dan omentum.

Anaesthetikum diberikan secara per injeksi Intra muskular pada otot kaki

belakang (m. triceps femoralis dan m.biceps femoralis). Stadium analgesia terjadi ketika

kucing mulai kehilangan rasa sakit tetapi belum kehilangan kesadaran. Ketika

kesadarannya mulai hilang, kucing juga terlihat sempoyongan, keadaan ini disebut

stadium eksitasi atau stadium involunter. Akhirnya kesadaran dan rasa sakit hilang

seluruhnya dengan pulsus yang normal dan pernapasan juga berlangsung secara

abdominal. Ini merupakan stadium pembedahan, yaitu saat yang tepat di mana operasi

dapat segera dilakukan. Sebagai premedikasi diberikan atropin sulfat. Hal ini bertujuan

untuk membantu mengurangi efek samping dari obat anastetikum seperti cardiac

ventricular aritmia, berontak, hypersalivasi dan sebagai anti emetikum.

Setelah kucing teranastesi dengan baik, terlebih dahulu daerah yang akan

dioperasi rambutnya di cukur lalu diberi betadine. Setelah itu, kucing diletakkan di meja

operasi, difiksir dengan menggunakan tali pada keempat kakinya lalu ditutup dengan

menggunakan duk sehingga yang terlihat hanya daerah orientasi operasi. Duk yang

digunakan untuk menutup bagian tubuh kucing, difiksir dengan menggunakan towel

clem. Operasi yang dilakukan kali ini menggunakan metode yang sama dengan

laparotomi medianus. Selanjutnya dilakukan penyayatan pada bagian abdomen kucing

tepatnya di anterior os pubis sepanjang 2 cm ke arah cranial dan 4 cm setelah

umbilikal. Hal ini dikarenakan vesica urinaria berada disekitar daerah hypogastrium dari

abdomen.

Penyayatan dilakukan dari bawah ke atas dengan menggunakan scalpel yang

tajam secara tegas dan tidak terputus-putus. Penyayatan awal dilakukan pada bagian

kulit dan sub kutis. Setelah kulit disayat terlihat lapisan lemak yang tidak terlalu tebal

Page 13: Cystocentesis pada hewan.docx

sehingga memudahkan operator untuk menemukan linea alba. Setelah linea alba yang

berupa aponeurose seperti garis berwarna putih ditemukan, maka dilakukan

penyayatan kembali pada lapisan tersebut. Setelah linea alba disayat terlihat bagian

dalam dari abdomen yaitu omentum lalu omentum dikuakkan dan operator mencari

posisi dari vesica urinaria dengan memasukkan jari ke dalam ruang abdomen.

Setelah vesica urinaria ditemukan, vesica urinaria lalu dikeluarkan dan

disekelilingnya diberi kasa. Pemberian kasa bertujuan untuk mencegah urine yang

keluar dari vesica urinaria masuk ke dalam ruang abdomen. Setelah itu vesica urinaria

ditusuk dengan menggunakan spoit yang ukuran jarumnya 22 G untuk mengeluarkan

cairan urine dari dalam vesica urinaria. Pengambilan cairan dilakukan pada bagian

dorsal vesica urinaria karena pada bagian ini tidak banyak terdapat pembuluh darah.

Selama proses pengeluaran cairan urine dari dalam vesica urinaria, spoit harus

dipegang tegak lurus oleh asisten 1 agar cairan yang disedot tidak tertumpah ke tempat

lain. Jumlah urine yang disedot pada saat operasi yaitu 1,1 ml. Vesica urinaria tidak

disedot sampai habis melainkan disisakan supaya vesica urinaria tidak kering.

Setelah proses pengambilan cairan selesai, vesica urinaria dikembalikan pada

posisi semula lalu diberi antibiotik penicilin 50.000 IU dalam bentuk cair dengan tujuan

untuk mencegah terjadinya infeksi, kemudian dilakukan penjahitan tipe sederhana pada

lapisan peritoneum dengan menggunakan jarum berpenampang bulat dan benang cat

gut ukuran 3,0. Setelah peritoneum dan line alba terjahit, selanjutnya daerah tersebut

diberi antibiotik kembali dan dilakukan penjahitan pada kulit dan sub kutis dengan

menggunakan jahitan sederhana, jarum berpenampang segitiga dan benang silk.

Setelah proses oenjahitan selesai, bekas jahitan diberi betadine kenmabi lalu ditutup

dengan menggunkan kasa dan bagian abdomen yang dioperasi dibungkus dengan

menggunakan gurita.

Selama proses operasi berlangsung, dilakukan pula pengamatan terhadap

frekuensi nafas, jantung, suhu, CRT, mukosa, tonus otot. Pada menit ke 0 frekuensi

nafas kucing 80 kali/menit, frekuensi jantung 92 kali/menit, suhu 39oC, CRT 1, mukosa

berwarna merah (+), tonus otot ++. 15 menit kemudian terjadi penurunan dari frekuensi

nafas menjadi 32 kali/menit, frekuensi jantung 88 kali/menit, suhu 36.7oC, CRT 1,

mukosa pucat, tonus otot meningkat menjadi +++. Pada menit ke 30 tidak terjadi

Page 14: Cystocentesis pada hewan.docx

perubahan frekuensi nafas, frekuensi jantung mrningkat menjadi 100 kali/menit, suhu

kembali menurun menjadi 36.2oC, CRT meningkat menjadi 2, mukosa tidak berwarna,

tonus otot menurun menjadi ++. 45 menit kemudian selama operasi berlangsung,

frekuensi nafas tidak beruabah, frekuensi jantung kembali meningkat menjadi 140

kali/menit, suhu tubuh semakin menurun menjadi 35.7oC, CRT 2, mukosa tidak

berwarna, tonus otot ++ dan pada menit yang sama pukul 11.16 WIB diberikan

maintenance yang pertama dengan jumlah dosis ¼ dosis dari dosis awal. Pada menit

ke 60, frekuensi nafas semakin menurun menjadi 20 kali/menit, frekuensi jantung

menjadi 132 kali/menit, suhu menjadi 35oC, CRT 2, mukosa tidak berwarna, tonus otot

semakin menurun dan pada menit ini pula pukul11.24 WIB diberikan maintenance yang

kedua dengan ¼ dosis dari jumlah dosis awal. Pada menit ke 75,, frekuensi nafas tidak

terhitung, frekuensi jantung tetap, suhu tubuh semakin menurun menjadi 34.7oC dan

hewan mengalami hipotermi, CRT 2, mukosa tetap sama tidak berwarna, tonus otot ++.

Operasi berlangsung selama 75 menit dan tidak lama setelah itu, kucing sadar. Hal ini

dikarenakan ukuran tubuh kucing yang kecil sehingga obat bius yang diberikan tidak

bekerja lama.

Pengamatan terhadap frekuensi nafas, frekuensi jantung, temperatur, makan,

minum, urinasi, defekasi, jahitan dan muntah setelah operasi (post operasi) dilakukan

dua kali sehari. Selama pengamatan post operasi dari hari ke-0, 5 jam setelah operasi,

hari pertama pagi hari kucing tidak mau makan, akan tetapi sorenya kucing berusaha

untuk memakan pelan-pelan makanan yang tersedia dikandangnya. Pada hari kedua

post operasi, kucing defekasi pagi hari. Hal ini dikarenakan makanan diabsorpsi tubuh

dengan baik dan motilitas usus juga tidak mengalami gangguaan.

Pada hari pertama sampai dengan kedua pagi hari kucing tidak melakukan

defekasi, akan tetapi terjadi peningkatan aktifitas. Awalnya kucing terlihat lemah post

operasi, namun pada hari ketiga kucing telah aktif kembali bahkan hari keempat kucing

sudah aktif karena mampu membuka perban sendiri dengan menjilati bagian perutnya.

Mulai hari pertama hingga hari keempat, hewan tidak mengalami muntah karena

makanan yang masuk diabsorpsi tubuh dengan baik

Temperatur pada hari kedua mengalami kenaikan dari 36.1 °C menjadi 38.7°C

tetapi masih dalam kondisi suhu normal yaitu 37.8-39.2 oC. Selain itu, setelah operasi

Page 15: Cystocentesis pada hewan.docx

kucing mengalami urinasi yang rutin hingga hari ketiga meski dalam jumlah sedikit.

Defekasi tidak terjadi pada hari pertama post operasi. Hal ini dikarenakan motilitas usus

yang belum stabil.

Pemberian amoxillin sebanyak 1.2 ml sebanyak 2 kali sehari selama 5 hari secara

teratur untuk mempercepat proses penyembuhan. Penggantian perban dilakukan 3 hari

setelah dilakukan operasi. Sedangkan untuk pembukaan jahitan dilakukan seminggu

setelah operasi dengan kondisi jahitan dan luka bedah sudah kering. Pembukaan

jahitan dilakukan satu persatu menggunakan gunting setelah itu diberikan yodium

tingtur sebagai antiseptic.

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktikum ini, dapat disimpulkan bahwa untuk melakukan

cystocentesis atau pengambilan cairan (urin) dari dalam vesica urinaria perlu dilakukan

laparotomi medianus posterior terlebih dahulu dengan titik orientasi 1 cm di anterior os

pubis. Untuk mengisolasi vesica urinaria maka lapisan yang perlu disayat berurutan dari

luar ke dalam adalah kulit, fascia, lapisan lemak, linea alba, peritoneum dan omentum.

Page 16: Cystocentesis pada hewan.docx

B. Saran

Perlunya peningkatan kemampuan masing-masing praktikan dan kekompakan

tim dalam melakukan tindakan bedah.

DAFTAR PUSTAKA

Aguilera PA, Choi T, Durham BA. 2004. Ultrasound-guided suprapubic cystostomy

catheter placement in the emergency department. J Emerg Med: 26 (3)

Page 17: Cystocentesis pada hewan.docx

Cornell, Karen. 2000. Clinical Techniques in Small Animal Practice. Department of

Small Animal Medicine, College of Veterinary Medicine, University of Georgia,

Athens, GA, USA. 11-16 (15)

Darmojono, H. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Veteriner (Hewan Kecil) 1. Jakarta: Pustaka

Populer Obor.

Fossum Theresa et al. 2002. Small Animal Surgery 2nd Edition. Cina: Mosby.

Franz S. 2009. Laparoscopic-assisted cystotomy: an experimental study in male sheep.

Veterinarni Medicina, 54, (8): 367–373. http://www.sciencedirect.com [01 Oktober

2010].

Gatoria. 2006. Journal of Small Animal Practice. Comparison of three techniques for the

diagnosis of urinary tract infections in dogs with urolithiasis. Britis Small Animal

Veterinary Association 727–732: (47)

Handoko, Tony. 1995. Farmakologi dan Terapi, edisi ke-4. Bagian Farmakologi Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.

Martin, Corole. 2007. Textbook of Veterinary Surgical Nursing. Elsivier

Rochlitz, Irene. 2005. The Welfare of Cats. Netherlands: Springer.