cover forensik klinik

8
REFLEKSI KASUS MATI Dokter Pembimbing: dr. Beta Ahlam Gizela, Sp.F, DFM Disusun Oleh: Siti Ratriazqi Rachmayanti (030.09.219) Dudi Novri Wijaya (030.09.075) Tri Kartika Utomo (030.10.271) Jimmy (03-.10.143) KEPANITERAAN KLINIK

Upload: riza-tafson

Post on 16-Sep-2015

253 views

Category:

Documents


28 download

DESCRIPTION

masih kacau

TRANSCRIPT

REFLEKSI KASUS MATI

Dokter Pembimbing:

dr. Beta Ahlam Gizela, Sp.F, DFMDisusun Oleh:

Siti Ratriazqi Rachmayanti (030.09.219)

Dudi Novri Wijaya (030.09.075)

Tri Kartika Utomo (030.10.271)

Jimmy (03-.10.143)KEPANITERAAN KLINIK

ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL

PERIODE 25 MEI 20 JUNI 2015

RUMAH SAKIT UMUM PUSAT DR SARDJITO

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI

2015I. Identitas Korban

Nama

: Tn. Z Jenis kelamin

: Laki laki Usia

: 40 tahun Agama

: Islam Pekerjaan

: TNI AU Alamat

: Jl. Nusa Indah RT 012/004 Tanggal pemeriksaan: 2 Juni 2015 Jam pemeriksaan

: 01.17 03.32 Peristiwa

: KriminalII. Deskripsi KasusA. Anamnesis

Seorang jenazah laki laki tidak berlabel terletak diatas meja otopsi diselimuti kain berwarna biru beruliskan ICU RSPAU dan beralaskan tiga lapis kain. Jenazah dikirim oleh penyidik dari Pangkalan TNI AU Adi Soemarno Satuan Polisi Militer. Penyidik meminta Tim Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada/Instalasi Kedokteran Forensik RSUP Dr. Sardjito untuk melakukan pemeriksaan luka/pemeriksaan mayat/bedah mayat/otopsi. Otopsi dilakukan tanggal 2 Juni 2015, dimulai pukul 01.17 dan berakhir pukul 03.32. Jenazah diperkirakan luka/matinya korban karena penganiayaan.B. Kesimpulan laporan medis sementara1. Jenazah laki laki, panjang badan 172 cm, berat badan 67 kg.

2. Terdapat benjolan pada kepala samping kanan, memar pada kedua kelopak mata, luka lecet tekan dan geser pada dahi sebelah kanan, luka lecet tekan pada pipi kanan, luka memar pada pipi kiri akibat kekerasan tumpul.

3. Terdapat luka lecet tekan dan gores pada lengan atas kanan, memar pada lengan bawah kiri dan jari jari tangan kiri, memar pada lutut kiri akibat kekerasan tumpul.

4. Terdapat memar pada kulit kepala bagian dalam, memar pada tulang atap kepala bagian atas. Perdarahan dibawah selaput otak bagian kiri dan belakang akibat kekerasan tumpul.

5. Sebab kematian masih menunggu hasil pemeriksaan penunjang.6. Saat kematian diperkirakan 2 6 jam sebelum pemeriksaan.

III. Masalah yang Diangkat

Seharusnya pemeriksaan laboratorium lakohol itu harus diperiksa, meskipun korban sudah dirawat 2 hari , sedangkan ada eliminasi alcohol yang harusnya pemeriksaan alcohol tersebut pasti negative ?

IV. Analisis Kasus

Otopsi adalah pemeriksaan terhadap tubuh mayat, yang meliputi pemeriksaan terhadap bagian luar maupun dalam dengan tujuan menemukan proses penyakit dan atau adanya cedera. Melakukan interpretasi atau penemuan-penemuan tersebut. Menerangkan penyebab kematian serta mencari hubungan sebab akibat antara kelainan-kelainan yang ditemukan dengan penyebab kematian.

Berdasarkan tujuannya, dikenal dua jenis otopsi, yaitu otopsi klinik dan otopsi forensik/otopsi medikolegal.Otopsi forensik atau otopsi medikolegal dilakukan atas permintaan penyidik sehubungan dengan adanya penyidikan suatu perkara. otopsi forensik atau otopsi medikolegal dilakukan terhadap mayat seseorang berdasarkan peraturan undang-undang dengan tujuan:

1. Membantu dalam hal penentuan identitas mayat

2. Menentukan sebab pasti kematian, memperkirakan cara kematian serta memperkirakan saat kematian

3. Mengumpulkan serta mengenali benda-benda bukti untuk penentuan identitas benda penyebab serta identitas pelaku kejahatan

4. Membuat laporan tertulis yang obyektif dan berdasarkan fakta dalam bentuk visum et repertum

5. Melindungi orang yang tidak bersalah dan membantu dalam penentuan identitas serta penuntutan terhadap orang yang bersalah

Hasil pemeriksaan adalah temuan obyektif pada korban yang diperoleh dari pemeriksaan medis. Adapun persiapan yang dilakukan sebelum melakukan otopsi forensik/medikolegal adalah:

1. Melengkapi surat-surat yang berkaitan dengan otopsi yang akan dilakukan, termasuk surat ijin keluarga, surat permintaan pemeriksaan/pembuatan visum2. Memastikan mayat yang akan diotopsi adalah mayat yang dimaksud pada surat tersebut3. Mengumpulkan keterangan yang berhubungan dengan terjadinya kematian selengkap mungkin untuk membantu memberi petunjuk pemeriksaan dan jenis pemeriksaaan penunjang yang harus dilakukan

4. Memeriksa apakah alat-alat yang diperlukan telah tersedia

Aspek medikolegal:

1. KUHAP pasal 133 Ayat (1) dan (2) mengenai permintaan tertulis dari penyidik TERPENUHI. Surat nomor POM-405/A/IDIK-503/VI/2015/SMO Pangkalan TNI AU Adi Soemarno Satuan Polisi Militer, untuk pemeriksaan luka/pemeriksaan mayat/pemeriksaan bedah mayat/autopsi 2. KUHAP pasal 133 Ayat (3) mengenai pelabelan jenazah TIDAK TERPENUHI3. Berita acara penyerahan jenazah TERPENUHIBerdasarkan Pasal 133 KUHAP Ayat (1) yang berbunyi dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya dan Pasal 133 KUHAP Ayat (2) yang berbunyi permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan secara tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat maka penyidik berhak meminta dilakukan pemeriksaan sebagai alat bantu peradilan.Berdasarkan Pasal 133 KUHAP Ayat (3) yang berbunyi mayat yang dikirim kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter pada rumah sakit harus diperlakukan baik dengan penuh penghormatan terhadap mayat tersebut dan diberi label yang memuat identitas mayat diberi cap jabatan yang dilekatkan pada ibu jari kaki atau bagian lain badan mayat maka dokter tidak boleh melakukan autopsi sebelum jenazah diberi label terlebih dahulu. Hal ini untuk memastikan bahwa jenazah yang akan diauopsi memang sesuai dengan identitas pada surat permintaan autopsi dari penyidik.

Selain itu, berdasarkan Pasal 134 KUHAP Ayat (3) yang berbunyi apabila dalam waktu dua hari tidak ada tanggapan apapun dari keluarga atau pihak yang perlu diberitahu tidak diketemukan, penyidik segera melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 133 ayat (3) undang-undang ini maka jenazah yang tidak ditemukan anggota keluarganya harus dikirim kepada ahli kedokteran kehakiman dan diberi label.Namun demikian, kenyataan yang terjadi di lapangan adalah dokter tetap melakukan otopsi terhadap jenazah yang tidak berlabel dengan per dengan pihak penyidik.V. Kesimpulan

Berdasarkan hukum yang berlaku, seharusnya dokter baru dapat melakukan autopsi setelah mayat diberikan label terlebih dahulu agar jenazah yang akan diautopsi sesuai dengan identitas yang ada pada surat permintaan autopsi dari penyidik.VI. Referensi

1. Peraturan Perundang-undangan Bidang Kedokteran. Edisi I. Cetakan Kedua. Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta, 2004.2. Teknik Autopsi Forensik. Cetakan Keempat. Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta, 2000.3. Hamdani, Njowito. Autopsi. Dalam: Ilmu Kedokteran Kehakiman. Edisi Kedua. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 2000.4. Idries, AM. Prosedur Khusus. Dalam: Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi Pertama. Binarupa Aksara. Jakarta. 1997.PAGE 2