corporate social responsibility

14
1 CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) : TANGGUNG JAWAB SOSIAL ATAU KEWAJIBAN Akuntansi sosial dan lingkungan atau lebih dikenal dengan Corporate Social Responsibility (CSR) telah lama menjadi perhatian para akuntan. Akuntansi ini menjadi penting karena perusahaan perlu menyampaikan informasi mengenai aktivitas sosial dan perlindungan terhadap lingkungan kepada stakeholder perusahahaan. Perusahaan tidak hanya menyampaikan informasi mengenai keuangan kepada investor dan kreditor yang telah ada serta calon investor atau kreditor perusahaan, tetapi juga perlu memperhatikan kepentingan sosial di mana perusahaan beroperasi. Selama ini perusahaan hanya menyampaikan informasi mengenai hasil operasi keuangan perusahaan kepada pemakai, tetapi mengabaikan eksternalitas dari operasi yang dilakukannya, misalnya polusi udara, pencemaran air, pemutusan hubungan kerja, dan lainnya. Akhir-akhir ini banyak sekali ditemukan berita di surat kabar mengenai dampak operasi perusahaan yang tidak memperhatikan lingkungan di mana mereka beroperasi. Misalnya berita di harian Kompas Tanggal 25 Juni 2010 mengenai eksploitasi batu bara yang kurang memperhatikan daya dukung kawasan

Upload: jouleha354

Post on 18-Nov-2015

3 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

CSR suatu bentuk tanggung jawab sosial atau kewajiban

TRANSCRIPT

CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) : TANGGUNG JAWAB SOSIAL ATAU KEWAJIBAN

CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) : TANGGUNG JAWAB SOSIAL ATAU KEWAJIBAN

Akuntansi sosial dan lingkungan atau lebih dikenal dengan Corporate Social Responsibility (CSR) telah lama menjadi perhatian para akuntan. Akuntansi ini menjadi penting karena perusahaan perlu menyampaikan informasi mengenai aktivitas sosial dan perlindungan terhadap lingkungan kepada stakeholder perusahahaan. Perusahaan tidak hanya menyampaikan informasi mengenai keuangan kepada investor dan kreditor yang telah ada serta calon investor atau kreditor perusahaan, tetapi juga perlu memperhatikan kepentingan sosial di mana perusahaan beroperasi.

Selama ini perusahaan hanya menyampaikan informasi mengenai hasil operasi keuangan perusahaan kepada pemakai, tetapi mengabaikan eksternalitas dari operasi yang dilakukannya, misalnya polusi udara, pencemaran air, pemutusan hubungan kerja, dan lainnya. Akhir-akhir ini banyak sekali ditemukan berita di surat kabar mengenai dampak operasi perusahaan yang tidak memperhatikan lingkungan di mana mereka beroperasi. Misalnya berita di harian Kompas Tanggal 25 Juni 2010 mengenai eksploitasi batu bara yang kurang memperhatikan daya dukung kawasan terus mengancam kelestarian lingkungan. Hal ini akan mengancam kehidupan masyarakat pada masa mendatang, seharusnya bidang akuntansi memperhatikan hal seperti ini dan berperan dalam mengatasi masalah sosial dan lingkungan sebagai bentuk pertanggung-jawaban sosial perusahaan terhadap pemangku kepentingan.

Tantangan mengelola bisnis pada masa yang akan datang semakin kompleks. Sumber daya yang disediakan alam untuk dikelola semakin terbatas. Kerusakan lingkungan yang terjadi saat ini juga sebagian berasal dari kontribusi para pelaku bisnis yang melakukan eksplorasi dan penebangan pohon tanpa memikirkan keseimbangan. Oleh karena itu, pebisnis sebaiknya berpikir ulang tentang pengelolaan bisnis dari cara-cara yang tradisional ke arah pengelolaan yang lebih bersifat ramah lingkungan. Sehingga diharapkan bisa bermanfaat bagi pihak-pihak yang memiliki kepentingan (stakeholder), seperti karyawan, masyarakat, pemerintah, pelanggan termasuk lingkungan.

Seoarang ahli pernah menyatakan bahwa bisnis yang dapat bertahan (sustain) adalah bisnis yang dapat menyeimbangkan berbagai harapan para stakeholder. Namun banyak perusahaan di Indonesia memaknai pendapat ini dengan melakukan berbagai kegiatan. Contohnya melakukan penanaman pohon/penghijauan, memberikan donasi, beasiswa, pengobatan gratis, dan sebagainya. Kegiatan seperti ini lebih dikenal dengan istilah Corporate Social Responsibility (CSR).

Definisi CSR menurut World Business Council on Sustainable Development adalah komitmen dari bisnis atau perusahaan untuk berperilaku etis dan berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi yang berkelanjutan, seraya meningkatkan kualitas hidup karyawan dan keluarganya, komunitas lokal dan masyarakat luas. Definisi lain, CSR adalah tanggung jawab perusahaan untuk menyesuaikan diri terhadap kebutuhan dan harapan stakeholders sehubungan dengan isu-isu etika, sosial dan lingkungan, di samping ekonomi (Warta Pertamina, 2004).

Sedangkan Petkoski dan Twose (2003) mendefinisikan CSR sebagai komitmen bisnis untuk berperan untuk mendukung pembangunan ekonomi, bekerjasama dengan karyawan dan keluarganya, masyarakat lokal dan masyarakat luas, untuk meningkatkan mutu hidup mereka dengan berbagai cara yang menguntungkan bagi bisnis dan pembangunan.Sekarang makin banyak perusahaan yang berupaya memperhatikan pelaksanaan program kepentingan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) dalam kegiatan kepedulian dan kedermawanan sosial terhadap masyarakat, tetapi secara praktik terdapat program kepedulian sosial perusahaan yang hanya bersifat secara fungsional atau instrumental. Artinya, pelaksanaan kepedulian terhadap tanggung jawab sosial perusahaan sekarang yang masih banyak berpandangan atau menganggap bahwa pelaksanaan CSR tersebut hanya bersifat sekadar sebagai aksesoris belaka dari suatu kegiatan pemanis program public relations, dan tujuan lain yang sesungguhnya program CSR adalah sebagai sarana untuk memaksimalkan profit yang menjadi target utama dalam kegiatan bisnisnya, maka program CSR telah dicanangkan tersebut bukanlah merupakan program prioritas utama atau secara integral yang merupakan sebagai bagian prioritas utama dalam kegiatan bisnis inti suatu perusahaan.

Bahkan kini, ada juga pihak perusahaan-perusahaan tertentu secara tegas untuk berpartisipasi menolak melaksanakan program CSR, karena dianggap dapat mengurangi pendapatan keuntungan, karena akan menambah menjadi beban berat bagi perusahaan yang bersangkutan, dan apalagi harus diatur mengenai pelaksanaan kewajiban program CSR ke dalam peraturan per Undang-undangan.

Dalam Undang-undang No. 40 Tahun 2007, CSR diatur dalam Bab V Pasal 74, yang menyatakan:

Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya dibidang dan/atau berkaitan dengan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan.

Tanggung jawab sosial dan lingkungan merupakan kewajiban perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya peseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran.Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

Ketentuan lebih lanjut mengenai tanggung jawab sosial dan lingkungan diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Dari bunyi pasal di atas terkandung ide dasar yang sarat nilai-nilai sosial serta moral yaitu aktivitas perusahaan diharapkan tidak hanya terfokus pada pengelolaan perusahaan guna mengejar keuntungan secara ekonomi, tetapi juga menaruh kepedulian pada lingkungan sekitarnya. Sejatinya, kemajuan perusahaan berjalan beriringan dengan kemakmuran dan kesejahteraan lingkungan sekitarnya.

Ada yang berpendapat bahwa dengan adanya undang-undang ini nampaknya semakin membuat konsep CSR di Indonesia bias maknanya. CSR bukan lagi sebagai tanggungjawab sosial yang bersifat sukarela dari perusahaan untuk masyarakat sekitar tapi berubah menjadi suatu keterpaksaan bagi perusahaan. Apapun alasan dalam pelaksanaan CSR, hendaknya perusahaan tetap berpijak pada prinsip dasar dari CSR itu sendiri.

Rendahnya komitmen perusahaan pada lingkungan (sosial) sekitarnya sebenarnya tidak dapat dilepaskan dari masih diterapkannya paradigma lama dalam pengelolaan perusahaan, yaitu keuntungan perusahaan hanya dapat diperoleh pada saat perusahaan mampu menerapkan strategi perusahaan secara tepat, di luar strategi perusahaan, seperti pemberdayaan masyarakat, pelestarian lingkungan, tidak akan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pencapaian keuntungan perusahaan. Padahal, adanya pendikotomian antara tujuan ekonomi dan sosial adalah pandangan yang keliru, karena perusahaan tidak berfungsi secara terpisah dari masyarakat sekitarnya.

Awalnya CSR bersifat sukarela (voluntary), dan dalam perkembangannya kini bersifat menjadi suatu kewajiban yang mengikat (mandatory atau obligatory responsibility). Pengaturan Undang-undang tentang tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility tersebut banyak menimbulkan pendapat yang pro dan kontra. Pihak yang kontra berpendapat, penerapan CSR pada sebuah perusahaan sebaiknya tidak perlu diatur, apalagi dijadikan sebagai sebuah kewajiban dengan disertai sanksi bagi yang tidak melaksanakanya. Alasannya, CSR merupakan tanggung jawab sosial sehingga kandungan moral atau etika lebih menonjol dibandingkan kewajiban hukun (juridical obligation). Karena itu terlalu berlebihan apabila perusahaan diwajibkan untuk menerapkannya.

Sebaliknya, pihak yang mendukung ditetapkannya CSR dalam Undang-undang PT baru berpendapat, diwajibkannya perusahaan untuk menerapkan CSR berarti setiap perusahaan didorong untuk memiliki kepedulian terhadap lingkungan sekitarnya karena disinyalir banyak perusahaan yang terkesan bersikap egois dan tidak peduli terhadap lingkungan, bahkan dalam beberapa kasus, kehadiran perusahaan banyak menimbulkan masalah sosial pada lingkungan sekitarnya, sekalipun lingkungan dimana perusahaan berdiri, secara langsung maupun tidak langsung, turut memberikan kontribusi pada kemajuan perusahaan.

Oleh karena itu, dengan memperhatikan belum meratanya pelaksanaan CSR pada perusahaan-perusahaan di Indonesia. Sebagai indikator lemahnya kepedulian perusahaan terhadap lingkungan sekitarnya serta meningkatnya masalah-masalah sosial yang timbul sebagai akibat dari keberadaan perusahaan, maka di dalam UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, CSR dimasukkan sebagai kewajiban perusahaan, sebagaimana yang diatur dalam Pasal 74.Menurut S. Wisnu (2009) dalam Bukunya Corporate Social Responsibility, Sebuah Kepedulian Perusahaan terhadap Lingkungan di Sekitarnya,, ada beberapa alasan perusahaan melakukan CSR, yaitu:

Alasan sosial

Perusahaan melakukan program CSR untuk memenuhi tanggung jawab sosial kepada masyarakat. Sebagai pihak luar yang beroperasi pada wilayah orang lain perusahaan harus memperhatikan masyarakat sekitarnya. Perusahaan harus ikut serta menjaga kesejahteraan ekonomi masyarakat dan juga menjaga lingkungan dari kerusakan yang ditimbulkan.

Alasan ekonomi

Motif perusahaan dalam melakukan CSR tetap berujung pada keuntungan. Perusahaan melakukan program CSR untuk menarik simpati masyarakat dengan membangun image positif bagi perusahaan yang tujuan akhirnya tetap pada peningkatan profit.

Alasan hukum

Alasan hukum membuat perusahaan melakukan program CSR hanya karena adanya peraturan pemerintah. CSR dilakukan perusahaan karena ada tuntutan yang jika tidak dilakukan akan dikenai sanksi atau denda dan bukan karena kesadaran perusahaan untuk ikut serta menjaga lingkungan. Akibatnya banyak perusahaan yang melakukan CSR sekedar ikut-ikutan atau untuk menghindari sanksi dari pemerintah.

Menurut P. Kotler dan N. Lee (2005) dalam bukunya Corporate Social Responsibility bahwa keuntungan yang dapat diperoleh dari penerapan CSR ini dapat digambarkan dalam beberapa bentuk, yaitu:

Meningkatkan penjualan dan penguasaan pasar, dalam survei yang pernah dilakukan, 75% dari konsumen mengatakan bahwa keputusan untuk membeli sesuatu dipengaruhi oleh reputasi dari perusahaan yang bertanggung jawab kepada lingkungan, dan 8 dari 10 orang mau untuk membayar lebih apabila produk tersebut ramah lingkungan.

Memperkuat penempatan merk/brand perusahaan. Sebagai contoh perusahaan-perusahaan yang melakukan program amal, nama/merek dari perusahaan tersebut akan dikenal oleh masyarakat contohnya yaitu The Coffee Beans.

Menambah atau memperbesar kekuatan dan image dari perusahaan. Sebagai contoh Mc Donald yang telah melakukan pemberdayaan komunitas sekitarnya, memiliki image yang bagus di mata publik. Pada waktu ada kerusuhan di Los Angeles tahun 1992, Mc Donald dapat terlindungi dengan baik.

Meningkatkan kemampuan untuk menarik, memotivasi, dan menahan pegawai/karyawan. Berdasarkan survei setengah dari 2.100 lulusan MBA, mau bekerja di perusahaan yang mengadakan CSR, walaupun dengan gaji yang lebih rendah.

Mengurangi biaya operasional. Contoh The Body Shop melakukan CSR dalam rangka tidak mencoba kosmetik kepada binatang No Animal Testing dengan ini The Body Shop lebih dikenal oleh orang dan tidak perlu mengeluarkan banyak biaya-biaya operasional seperti halnya biaya iklan.

Meningkatkan daya tarik investor dan peneliti keuangan. Dengan adanya CSR yang dilakukan oleh perusahaan, dapat meningkatkan nilai saham. Dari hal tersebut maka timbul adanya kemampuan untuk menarik investor-investor baru dan mengurangi risiko-risiko dalam acara dalam perusahaan.

Dalam hal ini perlu ditegaskan bahwa CSR berbeda dengan sumbangan sosial. CSR harus dijalankan di atas suatu program dengan memperhatikan kebutuhan dan keberlanjutan program dalam jangka panjang. Sementara sumbangan sosial lebih bersifat sesaat dan berdampak sementara. Semangat CSR diharapkan dapat mampu membantu menciptakan keseimbangan antara perusahaan, masyarakat dan lingkungan. Pada dasarnya tanggung jawab sosial perusahaan ini diharapkan dapat kembali menjadi budaya bagi bangsa Indonesia khususnya, dan masyarakat dunia dalam kebersamaan mengatasi masalah sosial dan lingkungan.

Tanggung jawab perusahaan terhadap kepentingan publik dapat diwujudkan melalui pelaksanaan program-program CSR yang berkelanjutan dan menyentuh langsung pada aspek-aspek kehidupan masyarakat. Dengan demikian realisasi program-program CSR merupakan sumbangan perusahaan secara tidak langsung terhadap penguatan modal sosial secara keseluruhan. Berbeda halnya dengan modal finansial yang dapat dihitung nilainya kuantitatif, maka modal sosial tidak dapat dihitung nilainya secara pasti. Namun demikian, dapat ditegaskan bahwa pengeluaran biaya untuk program-program CSR merupakan investasi perusahaan untuk memupuk modal sosial.

CSR seharusnya tetap menjadi bagian dari sifat sukarela yang muncul dari itikad baik perusahaan, bukan hanya sekedar menjalankan kewajiban karena telah diatur dalam undang-undang. Di negara-negara maju, tidak ada undang-undang yang mengatur CSR. Ini telah dibuktikan di Eropa, pemerintahannya telah mendorong perusahaan untuk melaksanakan CSR yang tidak dimulai dari regulasi (atau tidak membuat regulasi) atas CSR, tetapi mendorong perusahaan dengan tanpa regulasi. Di Indonesia CSR sudah memiliki peraturan yang legal formal dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas serta Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan Terbatas. Dengan adanya Undang-undang yang mengatur tanggung jawab sosial perusahaan tersebut, maka CSR bukan lagi menjadi bagian tanggung jawab sosial namun sudah menjadi kewajiban.

Menurut pendapat penulis, penerapan CSR di perusahaan-perusahaan Indonesia ada atau tidak adanya peraturan (regulasi) dalam UU Perseroan Terbatas, sejatinya harus diukung oleh semua pihak tidak terkecuali oleh Perusahaan. CSR hendaknya tidak dipandang sebagai beban bagi perusahaan dalam mengembangkan usahanya tetapi sebaliknya harus dipandang sebagai salah satu strategi perusahaan. Penerapan CSR hendaknya beranjak dari filosofi Jika masyarakat tidak berkembang, perusahaan juga akan sulit berkembang. Karena itu, dalam menerapkan CSR bisa terjadi perusahaan memang tidak mendapatkan profit, namun ada hal penting yang diraih yaitu citra perusahaan.

Salah satu upaya yang dapat ditempuh untuk mengawasi pelaksanaan CSR oleh perusahaan adalah diterapkannya audit eksternal guna mengaudit laporan tahunan perseroan yang mencakup pembangunan berkelanjutan dan masalah CSR. Agar audit eksternal dapat dilaksanakan secara mudah, maka perlu dilakukan standarisasi CSR secara partisipatif, transparan, dan akuntabel yang melibatkan semua pemangku kepentingan, termasuk lembaga swadaya masyarakat (LSM) dan perguruan tinggi

Agar CSR dapat berkembang, diharapkan setiap perusahaan yang telah menerapkan CSR dengan baik, tidak hanya sekedar upaya untuk meraih citra positif dari masyarakat dan pemerintah, tetapi melalui CSR kesejahteraan dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat l okal maupun masyarakat luas akan lebih terjamin. Kondisi ini pada gilirannya akan menjamin kelancaran seluruh proses atau aktivitas produksi perusahaan serta pemasaran hasil-hasil produksi perusahaan. Sedangkan terjaganya kelestarian lingkungan dan alam selain menjamin kelancaran proses produksi juga menjamin ketersediaan pasokan bahan baku produksi yang diambil dari alam.

Dalam pelaksanaan kegiatan CSR, akan menjadi lebih baik apabila program yang dijalankan bukan hanya di prioritaskan bagi masyarakat sekitar perusahaan, akan tetapi juga dilaksanakan di daerah-daerah yang betul-betul membutuhkan program tersebut walaupun itu bukan daerah area operasi terdekat perusahaan mengingat kondisi ekonomi masyarakat lemah dan masalah kerusakan lingkungan juga terjadi di daerah-daerah terpencil yang kebanyakan bukan lokasi terdekat perusahaan sehingga upaya untuk memajukan masyarakat Indonesia menjadi masyarakat yang makmur betul-betul terwujud dengan baik dan merata