samiaji corporate social responsibility
DESCRIPTION
Pendahuluan Setelah sekian tahun perjalanan implementasi kebijakan desentralisasi, persoalan-persoalan yang menyangkut isu-isu pembangunan masyarakat masih menjadi pekerjaan rumah yang mendesak untuk segera diselesaikan. Kendati Indonesia ikut serta dalam kesepakatan global melaksanakan Millenium Development Goals (MDGs) untuk mengurangi kemiskinan dan meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang dicanangkan PBB sejak 2000, namun dalam Human Development Report 2007 yang dikeluarkan oleh UNDP, menunjukkan bahwa kualitas manusia Indonesia belum menggembirakan. Dalam laporan tersebut, ternyata di kawasan Asia Tenggara peringkat Indonesia masih berada di bawah. Sementara secara global peringkat Indonesia berada pada ranking ke 110 (UNDP, 2007TRANSCRIPT
| 1
CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY : SEBUAH PRAKTEK COMMUNITY DEVELOPMENT
( Studi Kasus di PT. Badak NGL Bontang )1
Samiaji Pusat Inovasi Pelayanan Publik
Deputi Bidang Inovasi Administrasi Negara Lembaga Administrasi Negara
Jl. Veteran 10, Jakarta 10110, Indonesia Phone. (021 3868201 ext 119 , E-mail: [email protected]
Pendahuluan
Setelah sekian tahun perjalanan implementasi kebijakan
desentralisasi, persoalan-persoalan yang menyangkut isu-isu pembangunan
masyarakat masih menjadi pekerjaan rumah yang mendesak untuk segera
diselesaikan. Kendati Indonesia ikut serta dalam kesepakatan global
melaksanakan Millenium Development Goals (MDGs) untuk mengurangi
kemiskinan dan meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang
dicanangkan PBB sejak 2000, namun dalam Human Development Report
2007 yang dikeluarkan oleh UNDP, menunjukkan bahwa kualitas manusia
Indonesia belum menggembirakan. Dalam laporan tersebut, ternyata di
kawasan Asia Tenggara peringkat Indonesia masih berada di bawah.
Sementara secara global peringkat Indonesia berada pada ranking ke 110
(UNDP, 2007).
1 Tulisan ini merupakan bagian dari hasil kajian tentang Model Community Development di Daerah
yang dilakukan oleh Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah Tahun 2010 dengan Tim Kajian : Adi
Suryanto, Elly Fatimah, Suryanto, Abdul Muis, Kartika Retno Pertiwi, Muhammad Arjul, Meita Ahadiyati
K, Samiaji, Sukamto, Endang Purwati, Zainuna dan Revianeza Aziz
2 |
Sejumlah data yang diterbitkan oleh berbagai instansi
mengindikasikan adanya persoalan serius dalam pembangunan masyarakat.
Di tahun 2007 Kementrian Pembangunan Daerah Tertinggal mencatat 11
kabupaten berada pada kategori sangat parah, 50 kabupaten sangat
tertinggal, 53 kabupaten tertinggal, 57 kabupaten agak tertinggal. Tahun
2009 Bappenas mencatat sebanyak 183 daerah tertinggal. Di samping itu
berdasarkan publikasi BPS tentang angka kemiskinan, dari tahun ke tahun
dapat dilihat bahwa jumlah daerah yang memiliki angka kemiskinan di atas
rata-rata nasional masih cukup banyak. Dari data BPS tersebut juga
diindikasikan bahwa kantong-kantong kemiskinan sebagian besar diisi oleh
masyarakat pedesaan. Namun menarik untuk digarisbawahi bahwa kondisi
kemiskinan juga dijumpai pada masyarakat perkotaan. Oleh karena itu
persoalannya bukan lagi hanya terletak pada lokasi, namun apakah
pembangunan telah benar-benar menyentuh upaya memperkuat kapasitas
kelompok-kelompok masyarakat, sampai pada level yang terkecil.
Kondisi tersebut terkait dengan persoalan-persoalan yang tidak
hanya berakar pada persoalan ekonomi, namun juga terkait kelemahan
pengembangan sumber daya manusia, pembangunan infrastruktur,
aksesibilitas, keuangan, lingkungan, dan sebagainya. Persoalan-persoalan
pembangunan tersebut tidak sedikit pula yang diakibatkan oleh ekses
negatif pembangunan yang tidak diharapkan. Karakteristik permasalahan
lokal yang bervariasi turut menambah kompleksitas permasalahan
pembangunan di Indonesia. Kondisi ini menyiratkan bahwa pembangunan
selama ini belum mampu menciptakan pembangunan yang berkelanjutan
dan inklusif, dalam artian menyentuh setiap elemen masyarakat dengan
berbagai problematika yang dihadapinya.
| 3
Sejalan dengan semakin diterimanya strategi pembangunan melalui
konsep pembangunan yang berkelanjutan, upaya untuk memperkuat
kapasitas masyarakat baik secara individu maupun kelompok perlu
mendapat perhatian. Hal ini mendorong berbagai kalangan untuk
membangun kesadaran kritis masyarakat untuk menuju kemandirian
dengan memposisikan masyarakat sebagai subyek pembangunan. Untuk itu
konsep-konsep pembangunan atau yang sering diidentikkan sebagai
pembangunan berbasis masyarakat menjadi salah satu pilihan konsep
pembangunan masyarakat sampai pada level terkecil.
Community development (Comdev) banyak mendapat perhatian
sebagai konsep pembangunan utamanya karena ide partisipasi bersama
yang melekat di dalamnya. Community development dianggap sebagai proses
di mana upaya-upaya masyarakat disinergikan dengan upaya pemerintah
untuk meningkatkan kondisi ekonomi, sosial, dan budaya masyarakat,
mengintegrasikan kelompok-kelompok masyarakat tersebut dalam
kehidupan berbangsa dan memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk
berkontribusi dalam pembangunan bangsa.
Adapun sasarannya dapat menjangkau kelompok-kelompok terkecil.
Hal ini merupakan daya tarik lain dari penerapan konsep community
development dalam pembangunan. Secara umum dapat dikatakan bahwa
sasaran dari comdev adalah pembangunan kapasitas dan pengembangan
masyarakat guna meningkatkan kualitas hidup masyarakat dalam segenap
aspek pembangunan melalui pemberdayaan masyarakat. Dengan
dukungan dari pemerintah daerah dan lembaga lain, program community
development dapat pula diarahkan untuk memberdayakan masyarakat
4 |
dalam upaya mengatasi permasalahan-permasalahan lokal. Frank and Smith
(1999) menyebutkan bahwa community development dapat menjadi proses
pada tataran “akar rumput” sehingga masyarakat menjadi lebih memiliki
rasa tanggung jawab, memiliki perencanaan dan terorganisir dengan lebih
baik, mampu mengembangkan pilihan-pilihan bagi masyarakat,
memberdayakan diri, meningkatkan kesadaran, menurunkan kemiskinan,
mengembangkan kesempatan kerja dan usaha, serta mencapai tujuan-
tujuan pembangunan antara lain dalam bidang sosial, ekonomi, budaya, dan
lingkungan. Terlihat bahwa secara konsep ada argumen bahwa dengan
upaya bersama tersebut, persoalan-persoalan yang secara spesifik oleh
kelompok-kelompok masyarakat tersebut bisa teratasi. Konsep tersebut
juga membawa harapan bahwa kelompok-kelompok yang selama ini kurang
mendapat manfaat pembangunan dapat lebih memperbaiki kondisi mereka.
Pembangunan daerah melalui community development idealnya
merupakan salah satu elemen dari paradigma pembangunan secara inklusif
dan berkelanjutan sejalan dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat.
Searah dengan proses pembangunan daerah melalui prinsip otonomi daerah
dimana prakarsa dan aspirasi masyarakat sangat dihargai, community
development menjadi salah satu upaya yang penting dilakukan dalam
rangka mewujudkan tujuan-tujuan pembangunan daerah secara inklusif
tersebut. Misi otonomi daerah sendiri adalah memperkuat posisi
masyarakat atau rakyat di daerah (baik secara politik, ekonomi, maupun
budaya) dengan menjadikan pemerintah sebagai fasilitator dan pelindung
masyarakat, bukan sebaliknya memperkuat kembali posisi Negara (aparat
pemerintah). Community development diperlukan untuk memperkuat
masyarakat dengan mengoptimalkan potensi masyarakat setempat.
| 5
Pembangunan komunitas memang membutuhkan perhatian dari
banyak pihak dan strategi yang tepat. Dengan adanya pergeseran paradigma
pembangunan daerah melalui proses desentralisasi, pemerintah daerah
menjadi salah satu tumpuan harapan untuk berperan aktif dalam
mengembangkan potensi masyarakat, di antaranya melalui pembangunan
masyarakat. Persoalannya apakah pemerintah daerah telah cukup menaruh
perhatian dalam hal ini. Di samping itu adanya keterlibatan masyarakat dan
sejumlah elemen lainnya, dapat menguntungkan bahkan bisa menjadi
tantangan tersendiri.
Praktek pembangunan komunitas tidak saja dilakukan/difasilitasi
oleh pemerintah dan lembaga-lembaga non pemerintah, namun juga
terdapat praktek-praktek yang merupakan wujud tanggung jawab sosial
perusahaan (Corporate Social Responsibility/CSR). Menurut Rahman
terdapat tiga alasan penting mengapa perusahaan melakukan program
comdev, yaitu 1). Izin lokal yang dalam konteks ini adalah usaha untuk
melibatkan komunitas lokal dalam cakupan usaha dan perusahaan sebagai
bagian dari komunitas; 2) Kemampuan perusahaan dalam beradaptasi
dengan komunitas lokal akan memberi kesempatan kepada perusahaan
untuk meningkatkan reputasi yang berimplikasi pada adanya peluang usaha
baru; dan 3). Sebagai cara mencapai tujuan bersama.
Tanggungjawab sosial perusahaan atau Corporate Social
Responsibility (CSR) merupakan salah satu kewajiban yang harus
dilaksanakan oleh perusahaan sejalan dengan amanat Undang-Undang
Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Pasal 25 butir e dari
Undang-Undang tersebut yang menyebutkan bahwa “Setiap penanam modal
6 |
berkewajiban melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan”. Pada
pasal 17 Undang-undang tersebut secara tegas juga menyebutkan agar
penanam modal yang mengusahakan sumber daya alam yang tidak
terbarukan wajib mengalokasikan dana secara bertahan untuk pemulihan
lokasi yang memenuhi standar kelayakan lingkungan. Adapun Badan Usaha
atau usaha perseorangan yang tidak memenuhi kewajiban melaksanakan
tanggungjawab sosial tersebut akan dikenai sanksi administratif.
Pelaksanaan CSR khususnya pada perusahaan yang bergerak pada
bidang sumber daya alam tidak terbaharukan kembali mendapat penekanan
sebagaimana dijumpai dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007
tentang Perseroan Terbatas. Pasal 74 ayat (1) Undang-Undang tersebut
menggariskan bahwa “ Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di
bidang dan atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanaan
tanggung jawab sosial dan lingkungan.
Konsepsi Corporate Social Responsibility
Di tahun 1970-an, topik Corporate Social Responsibility mengemuka
melalui tulisan Milton Friedman tentang bentuk tunggal tanggungjawab
sosial dari kegiatan bisnis. Bahkan Estes menilai bahwa roh atau
semangatnya telah ada sejak mula berdirinya perusahaan-perusahaan (di
Inggris), yang tugas utamanya adalah untuk membantu pemerintah dalam
memberikan pelayanan dan memenuhi kebutuhan masyarakat. Sikap dan
pendapat pro-kontra selalu merupakan bagian dari sejarah kehidupan
perusahaan dan perkembangan konsep Corporate Social Responsibility itu
sendiri.
| 7
Pro dan kontra terhadap perkembangan Corporate Social
Responsibility terus bergulir. Salah satunya, apakah tanggungjawab sosial
tersebut sifatnya wajib atau sukarela, dimana ketika kegiatan Corporate
Social Responsibility (untuk selanjutnya disebut CSR) diwajibkan dalam
Undang-Undang. Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
(UU.PT), Sontak menuai protes. Pasalnya aktivitas CSR diasumsikan sebagai
aktivitas berdasarkan kerelaan dan bukanya ”paksaan”. Memang bibit-bibit
CSR berawal dari semangat filantropis perusahaan.
Namun, tekanan dari komunitas yang keras, terutama ditengah
masyarakat yang kritis semacam masyarakat Eropa, yang menjadikan CSR
menjadi semacam social license to operation, dan ini dilakukan oleh
komunitas, bukan oleh Negara. Kritik lainnya, dalam pelaksanannya CSR
masih memiliki kekurangan. Program-program CSR yang banyak dijalankan
oleh perusahaan banyak yang hanya memiliki pengaruh jangka pendek
dengan skala yang terbatas.
Program-program CSR yang dilaksanakan seringkali kurang
menyentuh akar permasalahan komunitas yang sesungguhnya. Seringkali
pihak perusahan masih mengangap dirinya sebagai pihak yang paling
memahami kebutuhan komunitas, sementara komunitas dianggap sebagai
kelompok pinggiran yang menderita sehingga memerlukan bantuan
perusahaan. Di samping itu, aktivitas CSR dianggap hanya semata-mata
dilakukan demi terciptanya reputasi perusahaan yang pasif bukan demi
perbaikan kualitas hidup komunitas dalam jangka panjang . Kritik lain dari
pelaksanaan CSR adalah karena seringkali diselenggarakan dengan jumlah
biaya yang tidak sedikit, maka CSR identik dengan perusahan besar yang
8 |
ternama. Yang menjadi permasalahan adalah dengan kekuatan sumberdaya
yang ada dengan kekuatan sumber daya yang dimilikinya, perusahan-
perusahan besar dan ternama ini mampu membentuk opini publik yang
mengesankan seolah-olah mereka telah melaksanakan CSR, padahal yang
dilakukanya hanya semata-mata hanya aktivitas filantropis, bahkan boleh
jadi dilakukan untuk menutupi perilaku-perilaku yang tidak etis serta
perbuatan melanggar hukum.
Diidentikkannya CSR dengan perusahaan besar dan ternama
membawa implikasi lain. Bila perusahaan besar dan ternama tersebut
melakukan perbuatan yang tidak etis bahkan melanggar hukum , maka
sorotan tajam publik akan mengarah kepada mereka. Namun bila yang
melakukanya perusahaan kecil atau menengah yang kurang ternama, maka
publik cenderung untuk kurang peduli, perhatian yang diberikan tidak
sebesar bila yang melakukannya adalah perusahaan besar yang ternama.
Padahal perilaku-perilaku yang tidak etis serta perbuatan melanggar hukum
yang dilakukan oleh siapapun tidak dapat diterima . Seberapa penting CSR
bagi perusahaan tetap menjadi wacana dalam praktis bisnis, pro dan kontra
ini tidak bisa dilepaskan dari fenomena perbenturan kepentingan antara
pencapaian profit dengan pencapaian tujuan sosial. Jika diperhatikan,
masyarakat sekarang hidup dalam kondisi yang dipenuhi beragam informasi
dari berbagai bidang, serta dibekali kecanggihan ilmu pengetahuan dan
tehnologi. Pola seperti ini mendorong terbentuknya cara pikir, gaya hidup,
dan tuntutan masyarakat yang lebih tajam. Seiring dengan perkembangan
ini, tumbuh suatu gerakan konsumen yang dikenal sebagai vigilante
consumerism yang kemudian berkembang menjadi ethonical consumerism .
| 9
Riset yang dilakukan oleh Roper Search Worldwide menujukan 75%
responden memberi nilai lebih kepada produk dan jasa yang dipasarkan
oleh perusahaan yang memberi kontribusi nyata kepada komunitas melalui
program pembangunan. Sekitar 66% responden juga menunjukan mereka
siap berganti merk kepada merek perusahaan yang memiliki citra sosial
yang positif. Hal ini membuktikan terjadinya perluasan ”minat” konsumen
dari produk menuju korporat. Konsumen menaruh perhatianya terhadap
tanggungjawab sosial perusahaan yang lebih luas, yang menyangkut etika
bisnis dan tanggungjawab sosialnya. Kepedulian konsumen telah meluas
dari sekedar kepada korporetnya .
Konsumen semacam ini tidak hanya peduli pada faktor pemenuhan
kebutuhan pribadi sesaat saja. Tetapi juga peduli pada penciptaan
kesejahteraan jangka panjang. Meningkatnya tingkat kepedulian kualitas
kehidupan, harmonisasi sosial dan lingkungan ini juga mempengaruhi
aktivitas dunia bisnis, maka, lahirlah gugatan terhadap peran perusahaan
agar mempunyai tanggungjawab sosial. Disinilah salah satu manfaat yang
dapat dipetik perusahaan dari kegiatan CSR. Dalam konteks inilah aktifitas
Corporate Social Responsibility (CSR) menjadi menu wajib bagi perusahaan,
di luar kewajiban yang digariskan undang-undang. Hubungan antara
komunitas dan perusahaan telah mengalami pergeseran.
Awalnya perusahaan meluncurkan program Community Development
(CD) dalam upayanya membina hubungan dengan komunitas. Kemudian
dengan aktivitas CSR sebagai lisensi social untuk beroperasi. Terakhir,
perusahaan dituntut untuk mempunyai peranan kepemimpinan dalam
komunitasnya. Namun, ternyata hanya sekedar menjalankan aktivitas CSR
10 |
tidaklah lagi mencukupi. Sekali lagi, ini bukan berarti CSR kehilangan
relevansinya. CSR tetap penting dan harus dijalankan. Namun disamping
CSR, perusahaan perlu mengambil insentif kepemimpinan sosial. Inilah
yang diistilahkan oleh Hills dan Gibbon dengan Corporate Social Leadership
(CSL) .
Konteks CSL menegaskan bahwa perusahaan bukan hanya dituntut
untuk menjalankan tanggungjawab sosialnya, namun juga harus menjadi
sebuah institusi yang memimpin, memberikan inspirasi bagi terjadinya
perubahan sosial dalam masyarakat, sehingga kualitas hidup masyarakat
secara umum meningkat dalam jangka panjang. Perusahaan harus
menyadari bahwa dirinya adalah bagian yang tidak terpisahkan dari
masyarakat yang lebih luas, sehingga hal buruk yang menimpa dan
merugikan masyarakat pada giliranya akan berdampak pada mereka juga.
Oleh karena perusahaan harus memerlukan komunitasnya sebagai mitra,
program-program yang dilaksanakan harus mampu benar-benar
memberdayakan masyarakat, artinya masyarakat yang memiliki daya tahan
yang tinggi serta mampu memecahakan setiap persoalan yang dihadapi
dengan kekuatan sendiri dalam jangka panjang.
Tidak dapat dipungkiri bahwa kemampuan dalam menguasai
industry menjadi parameter kualitas kehidupan manusia. Masalahnya
adalah bagaimana mengolah jalan simpang diantara dua kepentingan.
Kepentingan industry dan kelestarian lingkungan. Tekanan dari
stakeholders yang tumbuh dari kesadaran terhadap kelestarian lingkungan
telah merasuk kedalam dunia korporasi dan praktek-praktek manajemen,
misalnya institusionalisasi yang dituangkan dalam ISO 14000.
| 11
Demikian juga konsep produksi telah mengalami kemajuan dari
konsep cradle to grave menjadi daur ulang. Cradle to cradle seperti yang
diterapkan oleh Xerox. Berarti industri tidak hanya mengamankan agar
sampah atau limbah tidak mencemari lingkungan, tetapi juga berusaha agar
sampah atau limbahnya dapat didaur ulang. Menjadi “hijau” bukan hanya
mengubah proses dan produk, yang hanya berkuat diproses internal pabrik
belaka. Tetapi juga memperdulikan ke “hijauan”nya mulai dari bahan baku
yang digunakan dan kualitas perusahaan pemasok dipandang dari kacamata
sadar lingkungan, seperti yang tertuang dalam standarisasi ISO 14000.
Perusahaan juga harus bertanggungjawab terhadap aktivitas-
aktivitas untuk meminimalkan dampak negative dari sisa produk yang
dihasilkan, penanganan limbah maupun “sampah” dari produk yang sudah
terpakai seperti kemasan, namun kesemuanya hanya dapat terlaksana
secara efektif dan efisien bila didukung dengan system manajemen yang
baik, serta dilandasi oleh budaya perusahaan yang peduli terhadap
lingkungan, dimana hal ini dapat dilakukan terutama pada perusahaan-
perusahaan besar.
Karena itu salah satu cara untuk menyebarkan ide-ide “hijau” adalah
dengan mendorong perusahan-perusahaan besar agar memaksa para
pemasoknya atau sub kontraknya untuk lebih ramah terhadap lingkungan.
Tekanan masyarakat agar perusahan lebih peduli kepada lingkungan
merupakan kesempatan untuk memperkuat antara perusahaan dengan
konsumen, bahkan dapat dijadikan keunggulan kompetitif. Konsumen yang
semakin sadar terhadap isu lingkungan akan mencari produk yang
bersahabat dengan lingkungan.
12 |
Sebagai dampak ikutannya perusahaan akan mencari pemasok yang
bisa memecahkan persoalan-persoalan lingkungan Hubungan antar
perusahaan pun akan berubak, karena sama-sama ditekan untuk menjadi
hijau. Maka banyak perusahaan, terutama perusahaan besar, mulai cerewet
terhadap perusahaan-perusahaan pemasoknya. Bagi perusahaan-
perusahaan besar reputasi adalah aset terpenting perusahaan. Walaupun
hanya belakangan ini istilah CSR dikenal, sesungguhnya aktivitas community
outreach atau penjangkauan masyarakat sudah dilakukan oleh perusahaan
sejak dahulu kala. Bentuk community outreach yang paling primitif adalah
corporate philanthropy.
Yang terakhir ini merupakan sebuah usaha yang dilakukan oleh
perusahaan, atau seseorang, untuk memberikan dana kepada individu atau
kelompok masyarakat, misalnya dalam bentuk beasiswa. Waktu berlalu,
Corporate philanthropy (CP) kemudian berkembang menjadi Corporate
Social Responsibility (CSR). CSR berbeda dengan philantropy dari dimensi
keterlibatan si pemberi dana dalam aktivitas yang dilakukannya. Kegiatan
CSR seringkali dilakukan sendiri oleh perusahaan, atau dengan melibatkan
pihak ketiga (misalnya yayasan atau lembaga swadaya masyarakat) sebagai
penyelenggara kegiatan tersebut.
Corporate social responsibility adalah sebuah konsep yang tidak hadir
secara instan. CSR merupakan hasil dari proses panjang dimana konsep dan
aplikasi dari konsep CSR pada saat sekarang ini telah mengalami banyak
perkembangan dan perubahan dari konsep-konsep terdahulunya.
Meskipun belum ada definisi CSR yang dapat diterima secara
universal, pada umumnya definisi yang beranekaragam tersebut memiliki
cirri-ciri yang sama mengenai cara pandang terhadap inti dari definisi CSR
| 13
itu sendiri. Adapun definisi-definisi CSR menurut pandangan para ahli dan
berbagai organisasi dunia antara lain:
1. World Business Council for Sustainable Development : komitmen
berkesinambungan dari kalangan bisnis untuk berperilaku etis dan
member konstribusi bagi pembangunan ekonomi, seraya meningkatkan
kualitas kehidupan karyawan dan keluarganya, serta komunitas local
dan masyarakat luas pada umumnya;
2. Commission of the European Communities : tanggungjawab social
perusahaan pada dasarnya adalah sebuah konsep dimana perusahaan
memutuskan secara sukarela untuk memberikan kontribusi demi
mewujudkan masyarakat yang lebih baik dan lingkungan yang lebih
bersih;
3. CSR Asia : komitmen perusahaan untuk beroperasi secara berkelanjutan
berdasarkan prinsip ekonomi, social dan lingkungan, seraya
menyeimbangkan beragam kepentingan para pihak yang
berkepentingan;
4. Business for Social Responsibility : CSR adalah pencapaian kesuksesan
komersil dalam artian penghargaan terhadap nilai kesusilaan dan
penghormatan terhadap manusia, masyarakat dan lingkungan;
5. Ethic in Action Awards : CSR adalah istilah yang menjelaskan tentang
kewajiban perusahaan yang harus dipertanggungjawabkan kepada para
pihak yang berkepentingan disetiap operasi dan aktivitasnya;
6. Khurey : CSR adalah keseluruhan hubungan antara perusahaan dengan
pihak yang berkepentingan (stakeholders);
14 |
Pengertian CSR di Indonesia sendiri telah diangkat dalam peraturan
normatif yakni dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas (UUPT). Didalam
Pasal 74 UUPT disebutkan, CSR memiliki definisi sebagai komitmen
perseroan untuk berperan serta dalam pembanguan ekonomi berkelanjutan
guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat,
baik bagi perseroan sendiri, komunitas setempat, maupun masyarakat
umumnya. Selain UUPT, terdapat peraturan lain yang menyingggung
tentang CSR, yaitu penjelasan Pasal 15 Undang-Undang Penanaman Modal
yang mana dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan tanggungjawab social
perusahaan adalah tanggungjawab yang melekat pada setiap perusahaan
penanaman modal untuk tetap menciptakan hubungan yang serasi,
seimbang dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma dan budaya
masyarakat setempat.
Berbagai pengertian CSR sebagaimana diatas sebagian besar hanya
terletak pada tata bahasanya saja dan bukannya terletak pada prinsip dasar
CSR itu sendiri. Jika diperhatikan, pengertian-pengertian CSR pada akhirnya
bertemu pada suatu pemahaman tentang kesuksesan aktivitas bisnis yang
harus dibarengi dan didukung dengan peningkatan kehidupan masyarakat
dan lingkungan.
Berbagai Model Corporate Social Responsibility
Setidaknya terdapat sedikitnya empat model atau pola CSR yang
umumnya diterapkan oleh perusahaan di Indonesia, yaitu :
1. Keterlibatan langsung. Perusahaan menjalankan program CSR secara
langsung dengan menyelenggarakan sendiri kegiatan social atau
menyerahkan sumbangan ke masyarakat tanpa perantara. Untuk
| 15
menjalankan tugas ini, perusahaan biasanya menugaskan salah satu
pejabat seniornya seperti corporate secretary atau public affair manager
atau menjadi bagian dari tugas pejabat public relation;
2. Melalui yayasan atau organisasi social perusahaan. Perusahaan
mendirikan yayasan sendiri di bawah perusahaan atau groupnya. Model
ini merupakan adopsi dari model yang lazim diterapkan oleh
perusahaan-perusahaan di Negara maju. Biasanya perusahaan
menyediakan dana awal, dana rutin atau dana abadi yang dapat
digunakan secara teratur bagi kegiatan yayasan.
3. Bermitra dengan pihak lain. Perusahaan menyelenggarakan CSR melalui
kerjasama dengan lembaga social/organisasi non pemerintah
(NGO/LSM), instansi pemerintah, universitas atau media massa, baik
dalam mengelola dana maupun melaksanakan kegiatan sosialnya;
4. Mendukung atau bergabung dalam suatu konsorsium. Perusahaan turut
mendirikan, menjadi anggota atau mendukung suatu lembaga social
yang didirikan untuk tujuan social tertentu. Dibandingkan dengan model
lainnya, pola ini lebih berorientasi pada pemberian hibah perusahaan
yang bersifat “hibah pembangunan”. Pihak konsorsium atau lembaga
semacam ini yang dipercaya oleh perusahaan yang mendukungnya
secara pro aktif mencari mitra kerjasama dari kalangan lembaga
operasional dan kemudian mengembangkan program yang disepakati.
Prinsip-Prinsip Corporate Social Responsibility
Penerapan CSR hendaknya memiliki landasan yang kuat sehingga
dengan demikian tidak ada suatu alasan apapun yang dapat membiaskan
16 |
pemahaman terhadap CSR sebagai suatu tuntutan untuk menciptakan
kehidupan yang lebih baik bagi dunia. CSR sebagai suatu konsep pada
aplikasinya telah didasarkan pada berbagai prinsip yang telah di
standarisasikan oleh perkembangan dunia usaha. Hal ini tentu saja
memberikan pembatasan terhadap prinsip CSR baik itu yang
melatarbelakangi lahirnya CSR maupun prinsip dalam penerapan CSR itu
sendiri.
Beberapa prinsip CSR diantaranya :
1. Good Corporate Governance (GCG)
Good Corporate Governance memiliki kaitan yang erat dengan CSR. GCG
menekankan pada tindakan perusahaan bertanggungjawab terhadap
dampak eksternal yang pada akhirnya mengarahkan kepada
pertanggungjawaban social. Secara garis besar, GCG terdiri dari 5 prinsip,
yaitu :
a. Keterbukaan informasi. Secara sederhana, bisa diartikan sebagai
keterbukaan informasi. Dalam mewujudkan prinsip ini, perusahaan
dituntut untuk menyediakan informasi yang cukup, akurat dan tepat
waktu kepada stakeholdersnya;
b. Akuntabilitas. Merupakan kejelasan fungsi, struktur, system dan
pertanggungjawaban elemen perusahaan. Apabila prinsip ini
diterapkan secara efektif, maka akan ada kejelasan akan fungsi, hak
dan kewajiban dan wewenang serta tanggungjawab pemegang
saham, dewan komisaris dan dewan direksi;
c. Pertanggungjawaban. Bentuk pertanggungjawaban perusahaan
adalah kepatuhan terhadap peraturan yang berlaku, kebiasaan dan
etika bisnis. Dengan demikian, prinsip ini diharapkan menyadarkan
| 17
perusahaan bahwa kegiatan usahanya harus dipertanggungawabkan
kepada shareholders maupun kepada stakeholders;
d. Kemandirian. Intinya adalah agar perusahaan dikelola secara
professional tanpa ada benturan kepentingan dan tanpa adanya
tekanan atau intervensi dari pihak manapun yang tidak sesuai
dengan peraturan yang berlaku;
e. Kesetaraan dan kewajaran. Adanya perlakuan yang adil dalam
pemenuhan hak stakeholder sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Diharapkan fairness dapat menjadi
pendorong yang dapat memonitor dan memberikan jaminan
perlakuan adil diantara beragam kepentingan dalam perusahaan;
2. Caux Principles for Business
Caux Princples merupakan sekumpulan rekomendasi yang mencakup
banyak wilayah dari corporate behavior. Rekomendasi-rekomendasi
tersebut berupaya untuk mengekspresikan standar umum corporate
behavior yang etis dan bertanggungjawab dan ditawarkan sebagai dasar
untuk dibicarakan dan di implementasikan oleh kalangan bisnis dan
pemimpin diseluruh dunia. Dikeluarkan pada tahun 1994, principles
disponsori oleh caux roundtable (yang terdiri dari pemimpin bisnis
senior dari Eropa, Jepang dan Amerika). Tidak ada mekanisme formal
bagi perusahaan untuk berkomitmen terhadap prinsip ini. Adapun
prinsip dalam caux ini, yakni :
a. Penghormatan terhadap pemegang kepentingan diatas pemegang
saham
18 |
b. Berpartisipasi dalam kemajuan ekonomi, sosial dan lingkungan
c. Mentaati hukum tersurat dan tersirat
d. Mentaati peraturan dan konvensi
e. Mendukung globalisasi
f. Penghormatan terhadap lingkungan
g. Penghindaran perbuatan illegal
Metodologi Kajian
1. Jenis Kajian
Jenis kajian ini merupakan kajian deskriptif eksploratif, yaitu suatu
model kajian yang berusaha untuk memberikan gambaran/paparan dan
menggali secara cermat serta mendalam tentang fenomena sosial
tertentu. Obyek kajian disini meliputi upaya pemerintah, swasta, LSM
dan perguruan tinggi serta masyarakat dalam pengembangan comdev,
kendala-kendala yang dihadapi serta strategi yang ditawarkan untuk
mengembangkan community development di daerah. Di samping itu
kajian ini juga bersifat asosiatif, di mana terdapat upaya untuk mencari
hubungan-hubungan tertentu dari fenomena yang dikaji.
2. Data Kajian
Berdasarkan karakteristik data yang digunakan, data kajian bersifat
kualitatif sehingga kajian ini lebih dikategorikan sebagai penelitian
kualitatif. Penelitian dengan metode kualitatif ini didefinisikan sebagai
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.
Kajian ini menggunakan data dari banyak kasus kualitatif (qualitative
multiple case study) untuk menjawab pertanyaan penelitian.
| 19
Data kajian dikumpulkan dengan melalui beberapa kegiatan, yaitu
pengumpulan data primer dilakukan dengan in-depth interview, diskusi
dengan narasumber dan data sekunder berupa progress report, laporan
studi yang pernah dilakukan ditempat yang sama, kliping berita dan
sebagainya.
3. Daerah Kajian
Kajian ini dilakukan pada 7 (tujuh) daerah provinsi, dimana dari
masing-masing provinsi, diambil 2 (dua) kabupaten/kota. Dimana setiap
provinsi yang dipilih secara purposive ini diasumsikan memiliki fokus
commmunity development beragam yang dapat ditelaah. Selain hal
tersebut juga memperkaya pengetahuan akan aspek-aspek yang penting
dalam pelaksanaan community development, juga membantu kajian ini
untuk membangun strategi pengembangan community development di
daerah ke depan. Ada pun daerah kajian ini sebagaimana dalam tabel
berikut ini :
No. Provinsi Kabupaten
1. Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam
Kota Banda Aceh Kabupaten Aceh Besar
2. Provinsi Kepulauan Riau Kota Tanjung Pinang Kabupaten Bintan
3. Provinsi D.I. Yogyakarta Kabupaten Sleman Kabupaten Bantul
4. Provinsi Jawa Tengah Kabupaten Banyumas Kabupaten Purbalingga
5. Provinsi Jawa Timur Kota Batu Kabupaten Malang
6. Provinsi Kalimantan Timur Kota Bontang
20 |
No. Provinsi Kabupaten
Kabupaten Kutai Timur
7. Provinsi Bali Kabupaten Gianyar Kabupaten Bangli
Sumber : PKKOD-LAN, kajian model community development di daerah, LAN, 2010
Implementasi Corporate Social Responsibility : studi kasus di PT. Badak
NGL, Bontang Kalimantan Timur
PT Badak NGL dibentuk pada 26 Nopember 1974 oleh Pertamina,
Huffco Inc., dan JILCO (Japan Indonesia LNG Company) dengan komposisi
kepemilikan saham Pertamina (55%), Huffco Inc.(30%) dan JILCO (15%).
Dalam perjanjian kerjasama disebutkan bahwa PT Badak NGL tidak akan
memperoleh keuntungan dari usaha ini. PT Badak NGL hanya menjadi salah
satu jaringan di tengah rantai bisnis LNG. Dengan demikian PT Badak NGL
lebih merupakan operating organization yang bersifat non profit. Pada
tahun 1980, konstruksi train C and D dimulai dikarenakan meningkatnya
permintaan LNG dari Jepang. Pada tahun 1988 fasilitas LPG diproduksi dan
diekspor ke nagara Jepang.
Sehubungan dengan terus meningkatnya permintaan LNG di Jepang,
Taiwan, dan Korea, kemudian TrainE dibangun pada tahun 1987-1989,
sedangkan Train F dibangun pada 1991-1993. Sejak tahun 1992 beberapa
produksi LNG dari Pabrik LNG ini juga telah diekspor ke Korea Selatan.
Perkembangan Pabrik LNG Badak telah dilanjutkan dengan pembangunan
Train G yang selesai pada tahun 1997 dan Train H yang selesai pada akhir
| 21
1999. Dengan operasi 8 Train, kapasitas produksi mampu mencapai ke ± 22
juta ton LNG / tahun.
Memasuki milleniums ketiga, pabrik LNG Badak telah berkembang
dan mampu menghasilkan produksi LNG terbesar di dunia. Sampai dengan
tanggal 13 Desember 2001, pabrik LNG Badak telah mengekspor LNG 4500
dan proyeksi 5000 pengapalan di kuartal kedua tahun 2003. Pabrik LNG
juga memiliki kemampuan untuk menangani 3 pengapalanpada saat yang
sama, dengan melengkapi dermaga loading 3 pada akhir tahun 1999, yang
dibangun untuk mengantisipasi peningkatan frekuensi pengapalan di masa
mendatang, seperti yang diharapkan untuk dapat mempertahankan tingkat
pelayanan kepada pembeli LNG.
Cadangan gas alam untuk menghasilkan LNG masih cukup untuk
melayani pembeli dalam jangka panjang di bawah kontrak dan kepastian
pengiriman.Untuk menjaga kepercayaan pembeli untuk jumlah cadangan
gas, 42 "pipa ditambahkan. Empat paralel pipa yang mampu mengirim 3600
juta kaki kubik (MMFSD) gas alam ke pabrik untuk proses lebih lanjut.
Akhirnya, pabrik LNG Badak LNG menjadi salah satu pabrik dengan
pengalaman besar dalam industri LNG dunia, dan menjadi aset vital untuk
rantai bisnis LNG Indonesia. Dengan semua kemampuan dan pengalaman
lebih dari 33 tahun dalam memproduksi LNG, PT Badak NGL siap
menghadapi tantangan di abad ke-21, dan berkesinambungan dengan
dukungan yang kuat dari semua pihak yang terlibat dalam bisnis LNG.
Beberapa perusahaan menerapkan community development sebagai
bagian dari Corporate Social Responsibility. Dimensi yang disentuh dalam
berbagai program tersebut bervariasi, namun terdapat kecenderungan
22 |
program yang ditawarkan berfokus pada dimensi sosial. Sejak awal berdiri,
PT Badak NGL menyadari sepenuhnya bahwa partisipasi aktif dalam
pembangunan masyarakat dan Kota Bontang juga merupakan sebuah peran
penting yang perlu diprioritaskan oleh perusahaan. Untuk tujuan itu,
perusahaan, baik secara langsung tidak langsung, merancang program-
program yang mampu mendorong kemandirian masyarakat. Menyadari
pentingnya peran perusahaan dalam mendorong kemajuan masyarakat
Botang, PT Badak NGL meskipun berstatus sebagai perusahaan non profit,
namun dengan kemampuan terbaik berperan aktif mendukung Pemerintah
Kota Bontang dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat. Khususnya
mereka yang tinggal di sekitar perusahaan melalui program-program
tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility).
Pelaksanaan Program Tanggung Jawab Sosial PT Badak NGL
dilakukan secara langsung maupun secara tidak langsung. Program
tanggung jawab sosial perusahaan yang bersifat tidak langsung
dilaksanakan oleh berbagai elemen perusahaan antara lain berupa :
a. Peran serta organisasi internal perusahaan yang dilakukan oleh
perusahaan Eks KORPRI, organisasi keagamaan (YAUMIL/laz yaumil,
GOPKB, Katholik, Hindu), PWP, YPVDP, yayasan LNG Badak, yayasan
HOP, yayasan LNGTV, klub-klub olah raga, perkumpulan sosial dan lain-
lain.
b. Peran serta langsung pekerja dan keluarga, misalnya dalam program
Gerakan Nasional Orang Tua Asuh (GNOTA), bantuan bencana alam.
c. Memfasilitasi peran serta pihak ketiga, bekerjasama dengan PT Badak
dalam menyalurkan kegiatan-kegiatan bersifat sosial ke masyarakat,
| 23
misalnya yayasan OGFICE yang memberikan beasiswa kepada
siswa/siswi/mahasiswa Kota Bontang.
Sedangkan program tanggung jawab sosial perusahaan yang bersifat
langsung diwujudkan dalam pelaksanaan berbagai kegiatan pengembangan
masyarakat yang diwadahi dalam program comdev. Program comdev PT.
Badak dilaksanakan oleh fungsi Public Relations (HUPMAS= Hubungan
Pemerintahan dan Masyarakat).
Program tanggung jawab sosial perusahaan dalam bentuk program
Community Development PT Badak secara formal telah dilaksanakan oleh PT
Badak NGL sejak tahun 1984. Salah satu tujuannya adalah agar peran sosial
perusahaan terhadap masyarakat sekitar semakin terorganisir dengan lebih
baik. Oleh karena itu perusahaan melalui public relations section
bertanggung jawab melaksanakan program-program comdev. Meski hal ini
tidak bisa menghilangkan fakta bahwa kiprah perusahaan dalam
pengembangannya masyarakat Bontang pada dasarnya telah dilaksanakan
sejak berdirinya PT Badak NGL tahun 1974, dan bahkan sejak dimulainya
masa konstruksi atau pembangunan.
Dengan adanya program comdev, diharapkan juga akan timbul
hubungan timbal balik yang saling bermanfaat di antara berbagai pihak
yang saling berkepentingan. Yang tidak kalah penting dari adanya program
comdev adalah adanya keinginan perusahaan untuk hidup dan maju
bersama masyarakat. Program comdev pada dasarnya difokuskan pada
usaha-usaha mendesain program-program yang bisa mendorong
kemandirian masayarakat sekitar. Berbagai bantuan telah diberikan baik
berupa bantuan fisik semisal bantuan infrastruktur, material, dan lain-lain.
24 |
Juga bantuan lain yang bersifat ”intangible” misalnya peningkatan kualitas
sumber daya manusia, pendidikan, capacity building dan sejenisnya.
Dalam mendesain program community development, perusahaan
melaksanakan kegiatannya didasarkan pada analisis kebutuhan masyarakat
di sekitar perusahaan. Kajian tentang kebutuhan masyarakat ini dilakukan
dengan pendekatan PRA (Parcipatory Rural Appraisal), yakni sebuah
pendekatan yang tekanannya pada keterlibatan masyarakat dalam
menentukan masalah cara memecahkan masalah dan menentukan
kebutuhan mereka sendiri dengan maksud untuk menggali bersama,
mengembangkan alternatif-alternatif bersama, menyepakati bersama,
mencari pemecahan masalah bersama. Pendekatan ini menempatkan
masyarakat sebagai perencana dan pelaksana program bukan sekedar
obyek pembangunan, (studi pengembangan masyarakat di sekitar kompleks
industri gas PT Badak NGL Bontang, UGM –ITB, 1997).
Pelaksanaan program comdev PT Badak NGL dilandasi dengan
prinsip stewardship dan charity. Dalam hal tertentu, pelaksanaan CSR
memang masih dilakukan dengan pola-pola tradisional, seperti pemberian
sumbangan langsung berbentuk dana, akomodasi, konsumsi, infrastruktur
dan lain-lain. Namun PT. Badak NGL juga menerapkan prinsip pembinaan
(stewardship) dalam melaksanakan program comdev, dengan fokus pada
peningkatan SDM , sehingga diharapkan masyarakat mampu secara mandiri
meningkatkan kualitas hidup. Dilihat dari perkembangan Kota Bontang dan
masyarakatnya, khususnya wilayah di sekitar perusahaan yang sangat pesat,
bisa disimpulkan bahwa sebenarnya sasaran-sasaran pokok program
comdev yang dilakukan oleh PT badak NGL telah tercapai.
| 25
Community Development PT Badak NGL berfokus pada 7 bidang
sasaran, yaitu bidang pemberdayaan masyarakat, pendidikan, infrastruktur,
keagamaan, kesehatan, olahraga/kesenian/kebudayaan/kepemudaan serta
bidang Government & Community Relations. Fokus utama program ini adalah
peningkatan kualitas sumber daya manusia dan pendidikan. Dengan focus
utama ini diharapkan akan terwujud masyarakat yang mendiri dan juga
untuk mendorong kesiapan masyarakat sekitar terhadap kemungkinan
kondisi Bontang pasca migas.
1. Bidang Pemberdayaan Masyarkat :
Program pemberdayaan masyarakat merupakan program yang
memberikan dukungan terhadap peningkatan SDM, ketrampilan
hidup/dasar masyarakat dan peningkatan kemampuan ekonomi
masyarakat. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan tahun 2009 antara
lain:
Praktek Kerja di PT Badak NGL. Program ini dilaksanakan oleh
perusahaan dengan memberikan kesempatan kepada lulusan SLTA,
universitas, mahasiswa atau siswa untuk mengenal dunia kerja di
lingkungan PT Badak NGL. Program berupa :
- Magang Cooperative Education (CO-OP). Bekerja sama dengan
jajaran humas MIGAS Kaltim, perusahaan memberi kesempatan
kepada mahasiswa S1 semester akhir di wilayah Kalimantan
Timur untuk magang selama 6 bulan di PT Badak NGL. Untuk
tahun ini terdapat 2 angkatan, masing-masing angkatan
melakukan program selama 6 bulan.
26 |
- Program Magang Lab. Program ini diberikan kepada siswa yang
telah lulus dari SMK Kimia untuk mengenal dunia pekerjaan di
laboratorium technical dept PT Badak NGL. Waktu magang
selama 1 tahun. Program ini merupakan cikal bakal bakal
program magang di PT Badak NGL, dan mantan peserta magang
telah banyak diserap di perusahaan-perusahaan besar di Kaltim
maupun luar Kaltim.
- Selain program magang yang ditangani oleh HUPMAS, PT Badak
juga melaksanakan program praktik kerja lapangan bagi
mahasiswa yang memenuhi syarat. Juga telah dilaksanakan
Program Magang Operations (sejenis program magang lab) yang
ditangani langsung oleh HRD Dept. PT Badak selain itu juga
memfasilitasi peserta magang Pemkot yang dialokasikan ke PT
Badak untuk dimagangkan di departemen terkait misalnya IT,
mekanikal dan teknik.
Peningkatan Keterampilan Melalui Pelatihan dan Sertifikasi
Pada tahun 2009, PT Badak NGL bekerja sama dengan beberapa
pihak melakukan pelatihan dan sertifikasi guna mendukung
peningkatan kualitas SDM masyarakat Bontang, antara lain :
- Sertifikasi Juru las Bontang bekerja sama dengan DITJEN ESDM
- Pelatihan mekanik alat berat, bekerja sama dengan BPPKM dan
BLKI Samarinda
- Pelatihan Instalasi Listrik
- Training ESQ (emotional spiritual quotient) baik in house maupun
mengirimkan peserta ke tempat lain.
- Pelatihan pemeliharaan kilang bidang mekanikal bagi mitra kerja.
| 27
Program Dana Bergulir. Sebagai wujud dukungan PT Badak NGL
terhadap usaha kecil, perusahaan mulai tahun 2007 telah memproses
dana bergulir. Beberapa perbaikan telah dilakukan antara lain
bekerja sama dengan pihak ketiga yang kompeten untuk
berdampingan. Dana ini diperuntukkan untuk usaha kecil dan
menengah, dan pelaksanaannya bekerja sama dengan lembaga
keuangan profesional.
Infrastruktur Penunjang Usaha Rakyat. Bontang paska migas akan
bersandar salah satunya pada sektor pesisir dan kelautan. PT Badak
NGL melalui comdev master plan-nya, telah memberikan sumbangan
pemikiran kepada pemerintah tentang bidang-bidang yang telah
mulai dikerjakan secara intensif. Selain peningkatan kapasitas
nelayan, juga disediakan oleh perusahaan, 2 unit jemuran rumput
laut di wilayah Selangan dan Tihi-Tihi. Infrastruktur penunjang ini
merupakan proyek hasil masukan dari masyarakat dan pemerintah
kota, yang memang sangat diperlukan oleh masyarakat.
2. Bidang Pendidikan
Kepedulian PT. Badak NGL terhadap pendidikan telah diakui oleh
masyarakat dan pemerintah Kalimantan Timur dengan diterimanya
Awang Farouk Education Award pada tahun 2009. Program community
development di bidang pendidikan tahun 2009 secara umum meliputi
penyediaan sarana/prasarana pendidikan, pemberian beasiswa,
pemberian dana insentif guru, pemberian buku ajar, dukungan
28 |
kunjungan industri, Gerakan Orang Tua Asuh (GN-OTA) dan penyaluran
bantuan pihak ketiga.
3. Bidang Infrastuktur
Program community development bidang insfrastruktur diutamakan
pada hal-hal yang belum tersentuh program pemerintah, bersifat
pioneer yang mendorong pihak lain untuk melanjutkan pembangunan
tersebut, mempunyai fungsi mendukung peningkatan ekonomi
masyarakat serat mempunyai multiplier effect. Beberapa infrastruktur
yang dibangun pada tahun 2009 adalah jalan perintis di Baltim dan
Gapura Berbas Tengah. Infrastruktur pendukung air bersih juga
dibangun khususnya bagi pekerja N3 yang selama ini harus mengambil
air bersih dari dalam kompleks untuk kebutuhan keluarga. Fasilitas ini
juga dapat dimanfaatkan oleh warga sekitar yang memerlukan.
4. Bidang Keagamaan
Program comdev di bidang keagamaan secara umum bertujuan untuk
mendukung pembentukan sumber daya manusia yang religius dan
berkarakter paripurna. Bantuan keagamaan mencakupbantuan
infrastruktur, yaitu pembangunan atau renovasi tempat ibdaha seperti
masjid, gereja yang dapat berupa sumbangan material ataupun dana
partisipasi.
5. Bidang Kesehatan
Program comdev di bidang kesehatan pada tahun 2009 meliputi
kegiatan bantuan pengobatan di rumah sakit PT. Badak NGL bagi
| 29
masyarakat dan instansi militer di wilayah Kota Bontang, pengurus
organisasi keagamaan (Yaumil, GOPKB, Katolik) yang mengajukan
permohonan dan secara ekonomi kurang mampu. Pengobatan hanya
untuk menyakit ringan. Sedangkan pengobatan rawat inap tidak di
prioritaskan. Selain itu perusahaan juga berpartisipasi dan mendukung
kegiatan-kegiatan untuk peningkatan kesehatan masyarakat seperti hari
kesehatan nasional, kegiatan PMI, fogging massal, kampanye anti
narkoba, khitanan massal dan sebagainya.
6. Bidang Olahraga, Kesenian, Kebudayaan dan Kepemudaan
Perusahaan mendukung pengembangan kreativitas masyarakat di
bidang olahraga, seni dan budaya melalui pemberian dana partisipasi,
peralatan atau sarana lainnya. Kegiatan yang termasuk bidang ini antara
lain Erau Pelas Benua di Guntung, Pesta Laut di Bontang Kuala,
dukungan pada kegiatan etnis lokal Kalimantan Timur, kegiatan KNPI,
Karang Taruna dan sebagainya.
7. Bidang Goverment & Community Relations
Government relations adalah dukungan bagi pemerintah sipil dan militer.
Seiring dengan semakin mandirinya pemerintah Kota Bontang, bantuan
terhadap instansi sipil di lingkungan Kota Bontang semakin lama
semakin mengecil dan dapat dialokasikan ke bidang lain. Pada tahun
2009 perusahaan memberi dukungan pada Polri berupa dua unit rumah
Perwira dan satu bis transportasi untuk POLDA Kalimantan Timur.
30 |
Community relations adalah dukungan terhadap elemen masyarakat
misalnya LSM, Ormas, organisasi kepemudaan, organisasi profesi,
kelompok minat dan kelompok-kelompok lainnya. Pada tahun 2009,
perusahaan melanjutkan upaya menjaring pendapat masyarakat dan
mensosialisasikan rencana program cpmdev dengan cara komunikasi
langsung dengan tokoh masyarakat. Usaha ini juga dimaksudkan untuk
mempererat hubungan sosial antara perusahaan dan masyarakat. PT.
Badak NGL juga berperan aktif dalam menanggulangi bencana nasional
gempa bumi di jawa barat dan sumatera barat dengan mengumpulkan
dana, menyalurkan dana serta memfasilitasi pembangunan infrastruktur
di daerah bencana.
Kesimpulan : Catatan Penutup
Corporate Social Responsibility merupakan salah satu bentuk
community development dalam rangka memberdayakan masyarakat
diwilayah usaha suatu perusahaan. Dengan adanya program community
development tersebut diharapkan peran serta perursahaan dalam
meningkatkan taraf hidup masyarakat sekitar dapat dimanfaatkan dengan
sebaik-baiknya. Sebagai sebuah program, CSR tentunya harus dapat
menyentuh langsung kehidupan masyarakat disekitar, dan dengan demikian,
masyarakat akan merasakan dampak langsung dari adanya perusahaan
yang beroperasi di wilayah mereka.
Apa yang sudah dilakukan oleh PT. Badak NGL melalui corporate social
responsibility dengan 7 (tujuh) bidang sasaran tentunya sangat bermanfaat
| 31
bagi kehidupan masyarakat di wilayah Bontang pada khususnya dan
Kalimantan Timur pada umumnya.
Daftar Pustaka
Frank, Flo and Anne Smith, The Community Development Handbook: A Tool to Build Community Capacity, Minister of Public Works and Government Services Canada,1999.
Laporan Berkelanjutan Tahun 2009 PT. Badak NGL
Lembaga Administrasi Negara, Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah, 2010, Kajian Model Community Development di Daerah, Jakarta.
Margiono, Menuju Corporate Social Leadership, Harian Suara Pembaruan, 11 Mei 2006
Rahman, Reza. Corporate Social Responsibility. 2009. PT Buku Kita: Jakarta
Saidi, Zaim dan Hamid Abidin, 2004, menjadi bangsa pemurah, wacana dan praktek kedermawanan social di Indonesia, Jakarta, Piramedia, hal. 64-65
Susanto, AB, 2007, Corporate Social Responsibility, The Jakarta Consulting Group
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
United National Development Programme, Human Developemt Report, 2007
www.interscience.wiley.com, Corporate Social Responsibility and Enviromental Management (in press), Published online in Wileh InterScience, (diakses pada tanggal 12 Januari 2012