core.ac.uk · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i tinjauan yuridis kedudukan...

151
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN JAMINAN DALAM PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT SEBAGAI UPAYA PENYELAMATAN KREDIT BERMASALAH DI BANK RAKYAT INDONESIA Tbk. CABANG KARANGANYAR Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana S1 dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh : Rizky Limar Kinanthi Nasution NIM. E0007049 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

Upload: others

Post on 20-Oct-2019

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: core.ac.uk · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN JAMINAN DALAM PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT SEBAGAI UPAYA …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

i

TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN JAMINAN DALAM

PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT SEBAGAI UPAYA

PENYELAMATAN KREDIT BERMASALAH DI BANK RAKYAT

INDONESIA Tbk. CABANG KARANGANYAR

Penulisan Hukum

(Skripsi)

Disusun dan Diajukan untuk

Melengkapi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana S1 dalam

Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh :

Rizky Limar Kinanthi Nasution

NIM. E0007049

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

Page 2: core.ac.uk · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN JAMINAN DALAM PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT SEBAGAI UPAYA …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

Page 3: core.ac.uk · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN JAMINAN DALAM PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT SEBAGAI UPAYA …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

Page 4: core.ac.uk · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN JAMINAN DALAM PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT SEBAGAI UPAYA …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

PERNYATAAN

Nama : Rizky Limar Kinanthi Nasution

NIM : E0007049

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul :

TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN JAMINAN DALAM

PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT SEBAGAI UPAYA

PENYELAMATAN KREDIT BERMASALAH DI BANK RAKYAT

INDONESIA Tbk. CABANG KARANGANYAR adalah betul-betul karya

sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam penulisan hukum (skripsi) ini diberi

tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila dikemudian hari

terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi

akademik berupa pencabutan penulisan hukum (skripsi) dan gelar yang saya

peroleh dari penulisan hukum (skripsi) ini.

Surakarta, Juli 2011

yang membuat pernyataan

Rizky Limar Kinanthi Nasution

NIM. E0007049

Page 5: core.ac.uk · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN JAMINAN DALAM PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT SEBAGAI UPAYA …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

ABSTRAK

Rizky Limar Kinanthi Nasution. E0007049. 2011. TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN JAMINAN DALAM PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT SEBAGAI UPAYA PENYELAMATAN KREDIT BERMASALAH DI BANK RAKYAT INDONESIA Tbk CABANG KARANGANYAR. Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang pelaksanaan dan hambatan restrukturisasi kredit sebagai upaya penyelamatan kredit bermasalah serta kedudukan dan akibat hukum jaminan dalam pelaksanaan restrukturisasi kredit di BRI Cabang Karanganyar.

Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis kualitatif dengan model interaktif serta interpretasi terhadap hasil penelitian.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan restrukturisasi kredit di BRI Cabang Karanganyar melalui beberapa tahap yaitu: prakarsa restrukturisasi, negosiasi yang didokumentasikan, analisis dan evaluasi, putusan restrukturisasi kredit, pembuatan perjanjian restrukturisasi kredit, dokumentasi kredit serta monitoring dan pengawasan. Pelaksanaan restrukturisasi kredit tergantung pada kasus kredit bermasalah dan jenis restrukturisasi yang digunakan. Hambatan dalam pelaksanaan restrukturisasi kredit adalah perbedaan pendapat pada tahap negosiasi, upaya yang dilakukan yaitu kreditur melakukan pendekatan berdasarkan kewenangannya secara intensif dan kekeluargaan dengan debitur dalam bernegosiasi. Kedudukan jaminan dalam pelaksanaan restrukturisasi kredit yaitu dapat berubah ataupun tetap sesuai dengan jenis restrukturisasi kredit. Akibat hukum dari pengikatan jaminan dalam restrukturisasi kredit bagi debitur yaitu debitur tidak dapat melakukan perbuatan hukum apapun terhadap jaminan, sedangkan bagi kreditur yaitu kreditur berkedudukan sebagai kreditur preferen yang memiliki hak-hak khusus terhadap jaminan yaitu hak preferent, hak droit de suite, dan hak retensi.

Kata kunci : jaminan, restrukturisasi kredit, kredit bermasalah

Page 6: core.ac.uk · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN JAMINAN DALAM PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT SEBAGAI UPAYA …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

ABSTRACT

Rizky Limar Kinanthi Nasution. E0007049. 2011. A JURIDICAL REVIEW ON COLLATERAL POSITION IN THE IMPLEMENTATION OF CREDIT RESTRUCTURING AS THE ATTEMPT OF SAVING NON PERFORMING LOAN IN BANK RAKYAT INDONESIA CABANG KARANGANYAR. Law Faculty of Sebelas Maret University.

This research aims to find out the implementation and obstacle of credit restructuring as the attempt of saving non performing loan as well as position and legal consequence of collateral in the implementation of credit restructuring in Bank Rakyat Indonesia Cabang Karanganyar.

This research employed a qualitative approach method. Type of data used by primary and secondary data. Analysis of data using qualitative data analysis with interactive models as well as interpretation on the result of research.

The result of research shows that the implementation of credit restructuring in Bank Rakyat Indonesia Cabang Karanganyar passes through some stages: restructuring initiation, documented negotiation, analysis and evaluation, credit restructuring verdict, credit restructuring agreement, credit documentation, monitoring and supervision. The implementation of credit restructuring depends on the non-performing loan case and the restructuring type used. The obstacles in implementation of credit restructuring include: disagreement in negotiation stage, the attempt which the creditor carried out based on his/her authority intensively and in kinship manner in negotiating with the debtor. The collateral position in credit restructuring implementation can be changed or be fixed consistent with the credit restructuring type. The legal consequence of collateral binding in the credit restructuring to the debtor is that debtor can take any legal action against the collateral, while to the creditor, creditor serves as the preference creditor who has special rights to the collateral including preferent, droit de suite and retention rights.

Keywords: collateral, credit restructuring, non-performing loan.

Page 7: core.ac.uk · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN JAMINAN DALAM PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT SEBAGAI UPAYA …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kemampuannya” (Q.S. Al Baqarah :286)

“Lakukanlah semua kebaikan yang dapat kamu lakukan, dengan segala

kemampuanmu, dengan cara yang kamu bisa, di segala tempat, setiap saat

kepada semua orang selama kamu bisa”

-Samuel Wesley-

”Mereka yang menyambut tantangan adalah mereka yang memberi ruang

pada impian untuk menjadi kenyataan”

-Anonim-

Karya kecil ini kupersembahkan untuk :

© Mama dan Papa tercinta

© Kedua adikku tersayang

© Keluarga besarku tersayang

KATA PENGANTAR

Page 8: core.ac.uk · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN JAMINAN DALAM PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT SEBAGAI UPAYA …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

Bismillahirrohmannirrohim

Assalamu’alaikum Warohmatullahi wabarakatuh

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulisan skripsi dengan judul

“Tinjauan Yuridis Kedudukan Jaminan Dalam Pelaksanaan Restrukturisasi Kredit

Sebagai Upaya Penyelamatan Kredit Bermasalah di Bank Rakyat Indonesia Tbk

Cabang Karanganyar” dapat diselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya.

Penulisan hukum ini merupakan prasyarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan

Strata-1 dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

Penulisan hukum ini secara keseluruhan berisi mengenai pelaksanaan dan

hambatan restrukturisasi kredit di BRI Cabang Karanganyar serta kedudukan dan

akibat hukum jaminan dalam pelaksanaan restrukturisasi kredit sebagai upaya

penyelamatan kredit bermasalah di BRI Cabang Karanganyar.

Penulisan hukum ini mengkaji mengenai pelaksanaan restrukturisasi kredit

dengan mengambil sebuah contoh kasus kredit bermasalah yang terjadi di BRI

Cabang Karanganyar. Pelaksanaan restrukturisasi kredit ini sangat tergantung

pada masing-masing kasus kredit bermasalah yang terjadi. Terdapat berbagai jenis

restrukturisasi kredit yang dapat dilakukan, dimana pelaksanaan tersebut juga

dapat mempengaruhi kedudukan jaminan yang digunakan. Pelaksanaan

restrukturisasi kredit ini juga tidak luput dari hambatan yang terjadi, untuk itu

perlu dikaji dan analisis secara mendalam dan menyeluruh sehingga pelaksanaan

restrukturisasi kredit dapat berjalan lancar, efektif dan efisien serta dapat

meminimalisir hambatan yang terjadi.

Penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada para pihak yang telah

membantu kelancaran dalam penyelesaian Penulisan Hukum ini baik moril

spirituil maupun materiil, sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan

dengan baik. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada:

Page 9: core.ac.uk · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN JAMINAN DALAM PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT SEBAGAI UPAYA …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

1. Ibu Prof. Dr. Hartiwiningsih, S.H.,M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Ibu Djuwiyastuti, S.H., M.H selaku Ketua Bagian Hukum Perdata Fakultas

Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Bapak Suraji, S.H.,M.Hum selaku Dosen Pembimbing I penulisan hukum

(skripsi) yang telah banyak membimbing, memberi masukan,

mengarahkan dan menerima kehadiran penulis untuk berkonsultasi

sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan hukum (skripsi) ini.

4. Bapak Pranoto, S.H.,M.H, selaku Dosen Pembimbing II penulisan hukum

(skripsi) yang telah banyak membimbing, memberi masukan,

mengarahkan dan menerima kehadiran penulis untuk berkonsultasi

sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan hukum (skripsi) ini.

5. Bapak Albertus Sentot Sudarwanto, S.H,.M.Hum. selaku Pembimbing

Akademik yang telah membimbing, memberi saran dan arahan selama

penulis kuliah di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.

6. Bapak Lego Karjoko, S.H.,M.Hum, selaku Ketua Pengelola Penulisan

Hukum (PPH) Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret yang telah

memberikan pengarahan kepada penulis sehingga penulis dapat

menyelesaikan penulisan hukum (skripsi) ini sesuai dengan tata cara baru.

7. Yth. Segenap Dosen dan Staf pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas

Maret Surakarta yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan akademik

pada penulis, sehingga penulis bisa menempuh perkuliahan dengan lancar

hingga akhir studi.

8. Pimpinan serta segenap karyawan Bank Rakyat Indonesia Cabang

Karanganyar, yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan

penelitian dalam penulisan hukum ini.

9. Bapak Novy Sutarno Hernawan, S.H selaku Account Officer Bank Rakyat

Indonesia Cabang Karanganyar, yang telah membimbing, memberi

informasi dan masukan, saran dan arahan serta menyediakan waktu bagi

penulis selama melakukan penelitian untuk penulisan hukum ini.

Page 10: core.ac.uk · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN JAMINAN DALAM PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT SEBAGAI UPAYA …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

10. Orangtuaku tecinta dan tersayang, Bapak Ghofar Supardi, S.Sos, dan Ibu

Rochana Diwati yang telah membesarkan, merawat, mendidik, dan

membekaliku hingga pendidikan tertinggi. Serta doa dan dukungan yang

tidak pernah lepas menyertai langkah penulis dalam menapaki jenjang

pendidikan hingga penulis bisa menyelesaikan pendidikan Strata 1 (S1) di

Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.

11. Kedua adikku tersayang, Arung Gatra Barlian Nasution dan Karina Ayu

Zuneda Nasution serta keluarga besarku yang selama ini telah memberikan

kasih sayang, doa serta dukungannya sehingga penulis dapat

menyelesaikan penulisan hukum ini.

12. Ponakanku tercinta Wolfgang Jeconiah Rizki Sutansah yang selalu

menemani, mengganggu, menghibur dan menyemangatiku (secara tidak

langsung) dalam menyelesaikan penulisan hukum ini.

13. Rhoza Sewoko, teman seperjuanganku baik dalam suka maupun duka,

teman diskusi selama menempuh masa perkuliahan, yang selalu

menemaniku setiap waktu, perhatian, mencintai, menyayangi, menasehati,

membimbing, dan selalu siap siaga membantuku, terima kasih atas segala

kebaikan dan ketulusanmu.

14. Sahabat-sahabatku tercinta Viddya Putri dan Tiur Alviani, terimakasih atas

persahabatan kalian dalam suka maupun duka yang selalu menemani,

memberi ilmu, semangat, perhatian dan kasih sayang kepada penulis dan

senang bisa mengenal kalian.

15. Keluarga Besar KSP ”Principium” Fakultas Hukum UNS angkatan 2008,

terimakasih telah menerimaku sebagai anggota dan alumnus KSP, yang

telah memberikan banyak pengetahuan dalam bidang organisasi maupun

penulisan karya ilmiah dan terimakasih buat teman-teman dan alumnus

keluarga besar KSP.

16. Teman-teman di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret khususnya

Angkatan 2007 yang tidak bisa disebutkan satu per satu yang selama ini

banyak memberikan bantuan, spirit, dan semangat kepada penulis.

Page 11: core.ac.uk · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN JAMINAN DALAM PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT SEBAGAI UPAYA …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

17. Dan semua pihak yang telah membantu baik moril maupun materiil dalam

bentuk yang sekecil apapun sehingga terselesaikannya skripsi ini dengan

lancar yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.

Penulis menyadari bahwa penulisan hukum ini masih jauh dari sempurna,

untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan dari para

pembaca yang budiman. Akhir kata, semoga penulisan hukum ini dapat

memberikan manfaat bagi semua pihak.

Surakarta, Juli 2011

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................... i

Page 12: core.ac.uk · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN JAMINAN DALAM PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT SEBAGAI UPAYA …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ................................................... iii

HALAMAN PERNYATAAN ..................................................................... iv

ABSTRAK ................................................................................................... v

ABSTRACT ................................................................................................. vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................... vii

KATA PENGANTAR ................................................................................. viii

DAFTAR ISI ............................................................................................... xii

DAFTAR TABEL ........................................................................................ xv

DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xvii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ....................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................ 5

C. Tujuan Penelitian ................................................................. 5

D. Manfaat Penelitian ............................................................... 6

E. Metode Penelitian ................................................................ 7

F. Sistematika Penulisan Hukum (Skripsi) .............................. 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................ 15

A. Kerangka teori ...................................................................... 15

1. Tinjauan Tentang Jaminan ............................................. 15

2. Tinjauan Tentang Perjanjian ........................................... 25

3. Tinjauan Tentang Kredit dan Kredit Bermasalah ........... 20

4. .................................................................................. T

injauan Tentang Restrukturisasi Kredit ........... .............. 37

Page 13: core.ac.uk · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN JAMINAN DALAM PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT SEBAGAI UPAYA …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

B. Kerangka Pemikiran ............................................................. 39

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ......................... 41

A. HASIL PENELITIAN .......................................................... 41

1. .................................................................................. P

elaksanaan dan Hambatan Restrukturisasi Kredit

Sebagai Upaya Penyelamatan Kredit Bermasalah di

BRI Cabang Karanganyar ............................................... 41

a. ........................................................................... P

elaksanaan Restrukturisasi Kredit di BRI Cabang

Karanganyar ............................................................ 41

b. ........................................................................... H

ambatan dalam Pelaksanaan Restrukturisasi Kredit

di BRI Cabang Karanganyar ................................... 74

2. ................................................................................. K

edudukan Jaminan dan Akibat Hukumnya Dalam

Pelaksanaan Restrukturisasi Kredit di Bank Rakyat

Indonesia Cabang Karanganyar ..................................... 76

a. ........................................................................... K

edudukan Jaminan dalam Pelaksanaan

Restrukturisasi Kredit di BRI Cabang Karanganyar 76

b. ........................................................................... A

kibat Hukum Terhadap Jaminan dalam

Pelaksanaan Restrukturisasi Kredit di BRI Cabang

Karanganyar ............................................................ 84

B. PEMBAHASAN .................................................................. 84

1. Pelaksanaan dan Hambatan Restrukturisasi Kredit

Sebagai Upaya Penyelamatan Kredit Bermasalah di

Bank Rakyat Indonesia Cabang Karanganyar ............... 86

Page 14: core.ac.uk · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN JAMINAN DALAM PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT SEBAGAI UPAYA …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

a. ............................................................................. P

elaksanaan Restrukturisasi Kredit di BRI Cabang

Karanganyar............................................................... 86

b. ............................................................................. H

ambatan dalam Pelaksanaan Restrukturisasi Kredit

di BRI Cabang Karangnyar ....................................... 108

2. Kedudukan Jaminan dan Akibat Hukumnya Dalam

Pelaksanaan Restrukturisasi Kredit di Bank Rakyat

Indonesia Cabang Karanganyar ..................................... 110

a. ............................................................................. K

edudukan Jaminan dalam Pelaksanaan

Restrukturisasi Kredit di BRI Cabang Karanganyar . 123

b. ............................................................................. A

kibat Hukum Terhadap Jaminan dalam Pelaksanaan

Restrukturisasi Kredit di BRI Cabang Karanganyar . 121

BAB IV PENUTUP .................................................................................. 129

A. Simpulan .............................................................................. 129

B. Saran-saran ........................................................................... 131

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 15: core.ac.uk · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN JAMINAN DALAM PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT SEBAGAI UPAYA …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Eksposur Kredit .......................................................................... 64

Tabel 2. Analisis Agunan Tambahan ....................................................... 79

Page 16: core.ac.uk · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN JAMINAN DALAM PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT SEBAGAI UPAYA …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Model Analisis Interaktif ………………………………...... 11

Gambar 2. Kerangka Pemikiran ………………………………............... 37

Page 17: core.ac.uk · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN JAMINAN DALAM PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT SEBAGAI UPAYA …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat Ijin Penelitian

Lampiran 2 : Surat Keterangan Penelitian

Lampiran 3 : Surat Permohonan Restrukturisasi Kredit

Lampiran 4 : Berita Acara Hasil Negosiasi

Lampiran 5 : Laporan Kunjungan Nasabah

Lampiran 6 : Memorandum Analisis Restrukturisasi Kredit

Lampiran 7 : Putusan Kolektibilitas Kredit

Lampiran 8 : Putusan Penyelesaian Kredit

Page 18: core.ac.uk · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN JAMINAN DALAM PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT SEBAGAI UPAYA …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xviii

Page 19: core.ac.uk · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN JAMINAN DALAM PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT SEBAGAI UPAYA …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada saat ini, Indonesia sedang melakukan pembangunan nasional di

segala bidang secara giat dan menyeluruh. Salah satunya adalah pembangunan

ekonomi nasional yang merupakan bagian penting dari pelaksanaan pembangunan

nasional itu sendiri. Pada hakikatnya pembangunan nasional dalam bidang

ekonomi merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat

serta mewujudkan kesejahteraan rakyat yang adil dan makmur baik materiil

maupun spiritual berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Hal tersebut dapat

dicapai dengan pelaksanaan pembangunan yang harus senantiasa memperhatikan

keserasian, keselarasan, dan keseimbangan berbagai unsur pembangunan,

termasuk di bidang ekonomi dan keuangan.

Perkembangan ekonomi nasional dewasa ini, menunjukkan arah yang

semakin menyatu dengan ekonomi regional dan internasional serta senantiasa

bergerak cepat dengan tantangan global yang semakin kompleks. Salah satu

bagian dari pembangunan ekonomi nasional tersebut yaitu sektor perbankan.

Perbankan memiliki peran yang penting dalam pertumbuhan perekonomian

bangsa yakni merupakan salah satu cara untuk meningkatkan taraf hidup

masyarakat banyak serta mewujudkan kesejahteraan sosial di dalam kehidupan

bermasyarakat sebagai hakikat pembangunan nasional itu sendiri.

Dunia perbankan begitu menyatu dengan kehidupan masyarakat Indonesia

karena berbagai bentuk fasilitas dan layanan yang diberikan oleh perbankan

sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Salah satu bentuk layanan perbankan yang

cukup diminati oleh masyarakat yaitu fasilitas kredit. Undang-Undang Nomor 10

Page 20: core.ac.uk · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN JAMINAN DALAM PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT SEBAGAI UPAYA …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

Tahun 1998 tentang Perbankan menyebutkan salah satu usaha perbankan yang

paling penting ialah pemberian fasilitas kredit kepada masyarakat di samping

usaha-usaha lainnya. Hal ini terkait dengan fungsi bank untuk menghimpun dana

dan menyalurkan dana tersebut yang berhubungan erat dengan kepentingan umum

sehingga perbankan dapat menyalurkannya ke bidang-bidang produktif untuk

mencapai sasaran pembangunan nasional.

Fasilitas kredit juga diberikan kepada para pengusaha terkait dengan kredit

untuk modal usaha yang berupa modal untuk segala jenis usaha antara lain dalam

sektor industri, perdagangan, pertanian atau perhubungan yang berfungsi sebagai

bantuan permodalan agar kegiatan usaha yang dijalankan lancar dan berkembang.

Pemberian kredit kepada pengusaha sangat penting bagi pihak bank dalam

menjalankan kegiatan usahanya karena hal tersebut merupakan salah satu bentuk

kegiatan usaha bank yaitu menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan

kembali dana tersebut kepada masyarakat antara lain melalui pemberian kredit

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998

tentang Perbankan. Bank akan memperoleh pendapatan berupa bunga yang

diperoleh dari nasabah yang mendapatkan kredit dari bank tersebut sehingga

masing-masing pihak yaitu bank maupun nasabah akan mendapatkan keuntungan

baik jangka pendek maupun panjang. Pemberian fasilitas kredit tersebut juga

mensyaratkan adanya jaminan dan apabila diperlukan kreditur (pihak bank) dapat

meminta penyerahan agunan dari debitur sesuai dengan ketentuan Pasal 8

Undang-Undang No.10 Tahun 1998 tentang Perbankan.

Pemberian kredit dari bank kepada nasabah akan menimbulkan suatu

hubungan hukum atau perikatan yang berasal dari perjanjian kredit atau hutang-

piutang antara bank dengan nasabah berdasarkan Pasal 1320 dan Pasal 1338 Kitab

Undang-Undang Hukum Perdata. Apabila disyaratkan adanya agunan dari pihak

kreditur maka perjanjian kredit tersebut merupakan perjanjian pokok yang akan

Page 21: core.ac.uk · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN JAMINAN DALAM PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT SEBAGAI UPAYA …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

selalu diikuti oleh perjanjian accesoir atau tambahan mengenai jaminan yang

diserahkan oleh nasabah untuk menjamin hutangnya tersebut. Pihak bank dalam

perjanjian kredit akan disebut sebagai kreditur dan nasabah bank disebut sebagai

debitur, setelah adanya perjanjian kredit dan pengikatan jaminan yang disepakati

oleh para pihak maka dilanjutkan dengan penyerahan uang pinjaman dari kreditur

kepada debitur. Perjanjian kredit ini bersifat konsensuil obligatoir artinya dengan

adanya kata sepakat, baru akan menimbulkan hak dan kewajiban yang tunduk

pada Undang-Undang No.10 tahun 1998 tentang Perbankan.

Selama jangka waktu pelunasan hutang atau kredit bank, salah satu

peristiwa yang mungkin terjadi dan dapat menimbulkan resiko bagi kedua belah

pihak adalah terjadinya kredit bermasalah yang dapat disebabkan oleh debitur

tidak mampu lagi melunasi hutangnya karena adanya faktor internal maupun

eksternal. Kasus kredit bermasalah di dalam perjanjian kredit perbankan hampir

terjadi pada semua bank di Indonesia baik dalam jumlah besar maupun kecil.

Upaya untuk mengatasi kredit bermasalah atau non-perfoming loan

tersebut dapat ditempuh melalui dua cara yaitu penyelamatan kredit dan

penyelesaian kredit sesuai dengan Surat Edaran Bank Indonesia No. 26/4/BPPP

Tentang Tata Cara Penilaian Tingkat Kesehatan Bank. Penyelamatan kredit

merupakan suatu langkah penyelesaian kredit bermasalah melalui perundingan

kembali antara bank sebagai kreditur dan nasabah peminjam sebagai debitur

sedangkan penyelesaian kredit adalah suatu langkah penyelesaian kredit

bermasalah melalui lembaga hukum. Kedua upaya tersebut dapat dilaksanakan

secara bertahap, apabila upaya penyelamatan kredit tidak dapat menyelesaikan

kredit bermasalah yang kemudian menimbulkan kredit macet maka harus

dilakukan upaya penyelesaian kredit secara yudisial melalui jalur pengadilan,

pengadilan Niaga, melalui PUPN, dan melalui Lembaga Paksa Badan.

Page 22: core.ac.uk · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN JAMINAN DALAM PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT SEBAGAI UPAYA …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

Saat terjadi kredit bermasalah, langkah pertama yang dilakukan pihak

bank selaku kreditur yaitu melakukan penyelamatan kredit yang tepat guna

menekan kerugian seminimal mungkin. Secara operasional penanganan

penyelamatan kredit bermasalah dapat ditempuh melalui penjadwalan kembali,

persyaratan kembali dan penataan kembali (Hermansyah, 2005:71).

Bank Rakyat Indonesia (BRI) Cabang Karanganyar merupakan salah satu

bank milik pemerintah Indonesia yang memberikan fasilitas kredit kepada

masyarakat di wilayah Kabupaten Karanganyar dan sekitarnya. Bank tersebut

secara luas telah menyediakan pendanaan bagi masyarakat perorangan atau badan

usaha untuk meningkatkan dan memperluas kegiatan usahanya. Pemberian

fasilitas kredit tersebut menjadikan posisi BRI Cabang Karanganyar sebagai

kreditur. Penyaluran fasilitas kredit di BRI Cabang Karanganyar, selain

mensyaratkan adanya jaminan juga mensyaratkan adanya penyerahan agunan dari

debitur untuk keamanan pengembalian kredit oleh debitur sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 8 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan.

Jaminan tersebut antara lain berupa jaminan fidusia, hak tanggungan, hipotek,

gadai deposito, sertifikat deposito serta penanggungan (borg).

Penyaluran kredit di BRI Cabang Karanganyar juga tidak luput dari

adanya kredit bermasalah baik yang disebabkan oleh nasabah wanprestasi

maupun force majure. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi kredit bermasalah

tersebut juga menggunakan upaya penyelamatan kredit bermasalah yaitu melalui

restrukturisasi kredit. Restrukturisasi kredit merupakan suatu upaya penataan

kembali fasilitas kredit yang sedang bermasalah yang bertujuan agar debitur dapat

kembali melaksanakan kewajibannya kembali. Pelaksanaan restrukturisasi kredit

ini juga berpengaruh terhadap kedudukan jaminan kredit yang diserahkan oleh

debitur untuk menjamin fasilitas kreditnya karena dengan adanya penataan kredit

Page 23: core.ac.uk · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN JAMINAN DALAM PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT SEBAGAI UPAYA …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

kembali berarti pula merubah kesepakatan-kesepakatan termasuk mengenai

jaminan kredit yang telah disepakati di perjanjian kredit sebelumnya.

Berdasarkan pemaparan diatas, maka penyusun ingin mengetahui

mengenai proses pelaksanaan dan hambatan restrukturisasi kredit sebagai upaya

dalam penyelamatan kredit bermasalah di Bank Rakyat Indonesia Tbk Cabang

Karanganyar serta kedudukan dan akibat hukum terhadap jaminannya. Oleh

karena itu sangat penting dilakukan kajian yuridis lebih jauh dalam prakteknya di

lapangan, sehingga dalam penelitian ini penyusun memilih judul : TINJAUAN

YURIDIS KEDUDUKAN JAMINAN DALAM PELAKSANAAN

RESTRUKTURISASI KREDIT SEBAGAI UPAYA PENYELAMATAN

KREDIT BERMASALAH DI BANK RAKYAT INDONESIA Tbk

CABANG KARANGANYAR.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dalam penelitian ini penyusun

merumuskan dalam dua pokok permasalahan yaitu :

1. Bagaimana pelaksanaan dan hambatan restrukturisasi kredit sebagai upaya

penyelamatan kredit bermasalah di Bank Rakyat Indonesia Tbk Cabang

Karanganyar ?

2. Bagaimana kedudukan jaminan dan akibat hukumnya dalam pelaksanaan

restrukturisasi kredit di Bank Rakyat Indonesia Tbk Cabang Karanganyar ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian diperlukan untuk memberikan arah di dalam mencapai

suatu maksud dalam suatu penelitian. Adapun tujuan dalam penelitian ini yaitu :

Page 24: core.ac.uk · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN JAMINAN DALAM PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT SEBAGAI UPAYA …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

1. Tujuan Obyektif

a. Untuk mengetahui pelaksanaan restrukturisasi kredit sebagai upaya

penyelamatan kredit bermasalah di Bank Rakyat Indonesia Tbk Cabang

Karanganyar.

b. Untuk mengetahui kedudukan dan akibat hukum terhadap jaminan dalam

pelaksanaan restrukturisasi kredit untuk penyelamatan kredit bermasalah

di Bank Rakyat Indonesia Tbk Cabang Karanganyar.

2. Tujuan Subyektif

a. Untuk menambah dan memperluas wawasan, pengetahuan, pemahaman

serta kemampuan penyusun dalam mengkaji permasalahan yang diperoleh

dari teori dan praktek lapangan dalam bidang Hukum Perdata khususnya

mengenai pelaksanaan dan kedudukan jaminan dalam hal restrukturisasi

kredit.

b. Menerapkan ilmu dan teori hukum yang telah diperoleh penyusun, agar

dapat memberikan manfaat bagi penyusun sendiri pada khususnya dan

masyarakat pada umumnya.

c. Untuk memperoleh data-data dan informasi sebagai bahan utama

penyusunan penulisan hukum untuk melengkapi syarat akademis guna

memperoleh gelar sarjana dalam progam studi ilmu hukum di Fakultas

Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.

D. Manfaat Penelitian

Suatu penelitian tentunya diharapkan dapat memeberikan manfaat bagi

berbagai pihak. Adapun manfaat dari penelitian ini yaitu :

1. Manfaat Teoritis

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi

pengembangan ilmu hukum pada umumnya dan hukum perdata pada

Page 25: core.ac.uk · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN JAMINAN DALAM PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT SEBAGAI UPAYA …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

khususnya yang berkaitan dengan pelaksanaan dan kedudukan benda

jaminan dalam hal restrukturisasi kredit.

b. Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya referensi dan literatur dalam

dunia kepustakan tentang kajian mengenai pelaksanaan restrukturisasi

kredit.

c. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan terhadap penelitian

sejenis untuk tahap berikutnya.

2. Manfaat Praktis

a. Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan daya penalaran dan

membentuk pola pikir dinamis sehingga dapat mengetahui kemampuan

penyusun dalam menerapkan ilmu hukum yang diperoleh selama bangku

kuliah.

b. Penelitian ini diharapkan dapat membantu, memberikan tambahan

masukan dan pengetahuan kepada pihak-pihak yang terkait dengan

masalah yang sedang diteliti dan juga kepada berbagai pihak yang

berminat pada permasalahan yang sama.

c. Memberikan jawaban atas permasalahan yang diteliti.

E. Metode Penelitian

Metode penelitian sangat menentukan dalam suatu penelitian ilmiah

karena mutu, nilai dan validitas suatu hasil penelitian ilmiah sangat ditentukan

oleh penentuan metode ilmiah secara benar. Di dalam penelitian ini, penyusun

menggunakan metode penelitian sebagai berikut :

1. Jenis Penelitian

Jenis Penelitian yang digunakan penyusun dalam penelitian ini adalah

penelitian hukum empiris. Pada penelitian hukum empiris maka yang diteliti

pada awalnya adalah data sekunder, untuk kemudian dilanjutkan penelitian

Page 26: core.ac.uk · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN JAMINAN DALAM PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT SEBAGAI UPAYA …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

terhadap data primer di lapangan, atau terhadap masyarakat (Soerjono

Soekanto, 2010:52).

2. Sifat Penelitian

Sifat penelitian hukum ini adalah deskriptif yaitu suatu penelitian yang

dimaksud untuk memberikan data yang seteliti mungkin tentang manusia,

keadaan, atau gejala-gejala lainnya. Maksudnya adalah terutama mempertegas

hipotesa-hipotesa, agar dapat membantu memperkuat teori-teori lama, atau di

dalam kerangka menyusun teori-teori baru (Soerjono Soekanto, 2010:10).

Dalam penelitian deskriptif ini tidak terbatas hanya sampai

pengumpulan dan penyusunan data saja, tetapi juga meliputi analisa dan

interpretasi data yang pada akhirnya dapat diambil kesimpulan-kesimpulan

yang dapat didasarkan pada penelitian data tersebut.

3. Pendekatan Penelitian

Penelitian hukum ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan

kualitatif yaitu suatu pendekatan oleh peneliti dengan mendasarkan pada data-

data yang dinyatakan responden secara lisan atau tulisan dan juga perilaku

yang nyata, diteliti dan dipelajari sebagai sesuatu yang utuh (Soerjono

Soekanto, 2010:250).

4. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Bank Rakyat Indonesia Tbk Cabang

Karanganyar. Alasan pemilihan lokasi ini adalah di lokasi tersebut tersedia

data yang penulis butuhkan guna penyusunan penelitian hukum ini.

5. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian hukum ini adalah :

a. Data Primer

Data primer diperoleh dari sejumlah keterangan atau fakta yang

diperoleh secara langsung melalui penelitian di lapangan yaitu dengan

melalui wawancara (interview).

Page 27: core.ac.uk · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN JAMINAN DALAM PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT SEBAGAI UPAYA …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

b. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari studi kepustakaan yaitu tulisan

ilmiah, sumber tertulis, buku, arsip, majalah, literatur, jurnal, peraturan

perundang-undangan dan sumber-sumber tertulis lainnya yang berasal dari

media dan situs-situs resmi pemerintah.

6. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari dua sumber yaitu

sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer diperoleh

secara langsung dari lapangan berdasarkan keterangan dari pihak BRI Cabang

Karanganyar terkait dengan permasalahan yang sedang diteliti. Sedangkan

sumber data sekunder terdiri dari :

a. Data Primer

Data primer yaitu materi hukum yang sifatnya mengikat dan

mempunyai kedudukan yuridis seperti peraturan perundang-undangan. Data

primer yang penyusun gunakan antara lain :

1) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata).

2) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Perubahan Atas Undang-

Undang No 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan.

3) Undang-Undang No. 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan.

4) SK BRI NOKEP:S.94-DIR/ADK/12/2005 tentang Restrukturisasi

Kredit.

b. Data Sekunder

Data sekunder yang penyusun gunakan yaitu buku teks yang ditulis oleh

para ahli hukum, jurnal-jurnal hukum, hasil-hasil penelitian, pendapat para

sarjana yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

Page 28: core.ac.uk · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN JAMINAN DALAM PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT SEBAGAI UPAYA …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

c. Data Tersier

Data tersier yang penulis gunakan dalam penelitian ini yaitu kamus,

ensiklopedia, media internet yang memberikan petunjuk maupun

penjelasan terhadap data primer maupun sekunder.

7. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan penyusun dalam penelitian

ini adalah dengan studi lapangan dan studi kepustakaan yaitu:

a. Studi Lapangan

Studi lapangan merupakan pengumpulan data dengan cara

penelitian untuk mendapatkan data yang diperlukan yaitu dengan

melakukan wawancara. Dalam penelitian ini, wawancara akan dilakukan

berdasarkan kerangka pertanyaan yang telah disusun kepada responden

untuk memperoleh data. Hasil wawancara baik lisan maupun tertulis

kemudian dicatat dan diolah secara sistematik. Adapun wawancara

dilakukan dengan Petugas Account Officer BRI Cabang Karanganyar.

b. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan yang penyusun gunakan yaitu pengumpulan data

dengan cara membaca, mengkaji, dan mempelajari bahan-bahan pustaka

baik berupa peraturan perundang-undangan, artikel-artikel dari internet,

jurnal, makalah, dokumen, serta bahan-bahan lain yang berhubungan

dengan masalah yang diteliti.

8. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan penyusun dalam penelitian ini

adalah analisis kualitatif dengan model interaktif yaitu komponen reduksi data

dan penyajian data yang dilakukan bersama dengan pengumpulan data,

kemudian setelah terkumpul maka ketiga komponen tersebut berinteraksi dan

bila kesimpulan dirasakan kurang, maka perlu verifikasi dan penelitian

kembali mengumpulkan data lapangan (H.B Sutopo, 2002:8).

Page 29: core.ac.uk · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN JAMINAN DALAM PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT SEBAGAI UPAYA …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

Ketiga komponen tersebut adalah :

a. Reduksi Data

Merupakan suatu proses seleksi, penyederhanaan, dan abstraksi dari data

fieldone.

b. Penyajian Data

Merupakan suatu realita organisasi informasi yang memungkinkan

kesimpulan penelitian dapat dilakukan, sajian data meliputi berbagai jenis

matriks, gambar dan skema, jaringan kerja, kaitan kegiatan dan juga tabel.

c. Kesimpulan dan verifikasi

Dalam pengumpulan data peneliti harus sudah memahami arti berbagai hal

yang ditemui, dengan melakukan pencatatan-pencatatan, peraturan-

peraturan, pola-pola, pertanyaan-pertanyaan, konfigurasi-konfigurasi,

arahan sebab akibat dan berbagi reposisi kesimpulan yang diverifikasi

(H.B Sutopo, 2002:94).

Analisis data kualitatif dengan model interaktif tersebut dapat

digambarkan dengan skema sebagai berikut :

Gambar 1. Model Analisis Interaktif

Reduksi Data

Penarikan Kesimpulan/ verifikasi

Sajian Data

Pengumpulan Data

Page 30: core.ac.uk · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN JAMINAN DALAM PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT SEBAGAI UPAYA …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

Pada saat pengumpulan data, penyusun membuat reduksi dan sajian

data. Reduksi dan sajian data tersebut harus disusun pada saat penyusun sudah

memperoleh unit data dari sejumlah unit data yang diperlukan dalam

penelitian. Pada saat pengumpulan data berakhir, kemudian penyusun

menarik kesimpulan dan verifikasi berdasarkan pada semua hal yang terdapat

dalam reduksi maupun sajian datanya. Jika kesimpulan dirasa kurang mantap

karena kurangnya rumusan dalam reduksi maupun sajiannya, maka penyusun

dapat kembali melakukan kegiatan pengumpulan data yang sudah terfokus

untuk mencari pendukung kesimpulan yang ada dan juga bagi pendalaman

data (HB. Sutopo, 2002:95 – 96).

Setelah proses analisis data dengan model interaktif menghasilkan

hasil penelitian, kemudian penyusun melakukan interpretasi atau penafsiran

terhadap hasil penelitian tersebut yaitu dengan cara menafsirkan masukan

setiap kelompok data sesuai dengan kerangka teori yang digunakan. Hal ini

dilakukan dengan acuan teori yang dibandingkan dengan pengalaman, praktik,

atau penilaian dan pendapat penyusun. Dalam penelitian ini secara garis besar,

penyusun memperoleh data dari narasumber secara tertulis atau lisan,

kemudian dikumpulkan. Langkah berikutnya adalah mencari hubungan

dengan data yang ada dan disusun secara logis, sistematis berdasar kajian

yuridis, sehingga diperoleh gambaran secara jelas tentang pelaksanaan

restrukturisasi kredit serta kedudukan jaminan di dalam pelaksanaan

restrukturisasi kredit sebagai upaya penyelamatan kredit bermasalah di BRI

Cabang Karanganyar.

F. Sistematika Penulisan Hukum

Sistematika penulisan dalam penelitian hukum ini terdiri dari empat (4)

bab yaitu pendahuluan, tinjauan pustaka, pembahasan, dan penutup. Selain itu

Page 31: core.ac.uk · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN JAMINAN DALAM PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT SEBAGAI UPAYA …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

ditambah dengan daftar pustaka, adapun sistematika yang terperinci adalah

sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini penyusun mengemukakan mengenai latar

belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,

manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika

penulisan hukum.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini penyusun memaparkan sejumlah landasan teori

dari para pakar dan doktrin hukum berdasarkan literatur-

literatur yang berhubungan dengan permasalahan penelitian

yang diangkat. Tinjauan pustaka dibagi menjadi dua (2)

yaitu:

1. Kerangka teori, yang berisikan tinjauan mengenai

kedudukan jaminan di dalam pelaksanaan restrukturisasi

kredit sebagai upaya penyelamatan kredit bermasalah di

dalam dunia perbankan antara lain tinjauan tentang

jaminan, tinjauan tentang perjanjian, tinjauan tentang

kredit dan kredit bermasalah, serta tinjauan tentang

restrukturisasi kredit.

2. Kerangka pemikiran, yang berisikan gambaran alur

berpikir dari penyusun berupa konsep yang akan

dijabarkan dalam penelitian ini.

BAB III : PEMBAHASAN

Pada bab ini penyusun akan menguraikan pembahasan dan

hasil penelitian yang dilakukan. Berdasarkan dari rumusan

Page 32: core.ac.uk · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN JAMINAN DALAM PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT SEBAGAI UPAYA …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

masalah yang ada, maka dalam bab ini penyusun membahas

dua (2) pokok permasalahan yaitu pelaksanaan dan hambatan

restrukturisasi kredit sebagai upaya dalam penyelamatan

kredit bermasalah di Bank Rakyat Indonesia Cabang

Karanganyar serta tinjauan yuridis terhadap kedudukan dan

akibat hukum jaminan dalam pelaksanaan restrukturisasi

kredit di Bank Rakyat Indonesia Cabang Karanganyar.

BAB IV : PENUTUP

Pada bab ini penyusun mengemukakan kesimpulan dari hasil

penelitian serta memberikan saran yang relevan dengan

penelitian terhadap pihak-pihak yang terkait dengan

penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 33: core.ac.uk · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN JAMINAN DALAM PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT SEBAGAI UPAYA …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teoritis

1. Tinjauan Tentang Jaminan

a. Pengertian Jaminan

Istilah atau sebutan jaminan merupakan terjemahan dari Bahasa

Belanda yaitu zekerheid atau cautie yaitu kemampuan debitur untuk

memenuhi atau melunasi perhutangannya kepada kreditur, yang

dilakukan dengan cara menahan benda tertentu yang bernilai ekonomis

sebagai tanggungan atas pinjaman atau utang yang diterima debitur

terhadap krediturnya (Rachmadi Usman, 2008:66).

Pengertian jaminan dalam SK Direksi Bank Indonesia No.

23/69/KEP/DIR tanggal 28 Februari 1991 Tentang Jaminan Pemberian

Kredit yaitu “Jaminan adalah suatu keyakinan kreditur bank atas

kesanggupan debitur untuk melunasi kredit sesuai dengan yang

diperjanjikan”. Pengertian jaminan juga tersirat dalam ketentuan Pasal 8

Undang-Undang No.10 1998 Tentang Perbankan yang menyatakan

”jaminan yaitu suatu keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan

debitur untuk melunasi hutangnya atau mengembalikan pembiayaan

sesuai dengan yang diperjanjikan.”

Pengertian lain tentang jaminan dirumuskan oleh Mariam Darus

Badrulzaman dalam sebuah jurnal hukum bisnis yaitu suatu tanggungan

yang diberikan oleh seorang debitur dan/atau pihak ketiga kepada kreditur

untuk menjamin kewajibannya dalam suatu perikatan (Mariam Darus

Badrulzaman, 2000:12).

Page 34: core.ac.uk · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN JAMINAN DALAM PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT SEBAGAI UPAYA …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

Bedasarkan Undang-Undang Perbankan, dalam memberikan

fasilitas kredit bank diwajibkan untuk mensyaratkan adanya jaminan, hal

tersebut tersurat dalam Pasal 8 UU No.10 Tahun 1998 tentang Perubahan

UU No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan yang menyatakan bahwa

Dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip Syariah, Bank Umum wajib mempunyai keyakinan berdasarkan analisis yang mendalam atas itikad dan kemampuan serta kesanggupan nasabah debitur untuk melunasi hutangnya atau mengembalikan pembiayaan dimaksud sesuai dengan yang diperjanjikan (Pasal 8 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan).

Berdasarkan ketentuan pasal tersebut keharusan adanya jaminan

terkandung secara tersirat dalam kalimat “ keyakinan berdasarkan analisis

yang mendalam atas itikad dan kemampuan serta kesanggupan nasabah

debitur” dan sekaligus mencerminkan 5C yang salah satunya adalah

collateral (jaminan) yang harus disediakan debitur (Daeng Naja,

2005:206).

Keharusan adanya jaminan dikarenakan jaminan memiliki peran

yang sangat penting di dalam suatu pemberian fasilitas kredit. Hal ini

disebutkan dalam sebuah jurnal yang berjudul “Collateral And Credit

Rationing : A Review Of Recent Empirical Studies As a Guide For Future

Research” yaitu:

The relationship between firms and banks often suffers from uinformational opacity that may result in credit rationing. In theory, providing collateral to the bank can have a mitigating effect on these informational asymmetries and thus solve the credit-rationing problem (Tensie Steijvers and Wim Voordeckers, 2009:9).

Page 35: core.ac.uk · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN JAMINAN DALAM PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT SEBAGAI UPAYA …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

Jurnal tersebut menjelaskan bahwa dalam hubungan antara

pelaku usaha dan bank sering terjadi tidak adanya kejelasan informasi

yang dapat menyebabkan permasalahan di dalam perjanjian kredit. Secara

teori adanya jaminan yang diserahkan pada bank dapat meminimalisir

adanya akibat dari informasi yang tidak seimbang dan juga dapat

menyelesaikan adanya permasalahan di dalam perjanjian kredit. Hal ini

merupakan salah satu kegunaan dari jaminan di dalam pemberian fasilitas

kredit.

Dalam perspektif hukum perbankan, istilah ”jaminan” ini

dibedakan dengan istilah ”agunan”. Undang-Undang Nomor 14 Tahun

1967 Tentang Pokok-Pokok Perbankan tidak mengenal adanya istilah

”agunan” tetapi menggunakan istilah ”jaminan”. Akan tetapi dalam

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan sebagaimana

diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 memberikan

pengertian yang tidak sama dengan istilah ”jaminan” menurut Undang-

Undang Nomor 14 Tahun 1967 Tentang Pokok-Pokok Perbankan

(Rachmadi Usman, 2008:66).

Arti jaminan menurut Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1967

Tentang Pokok-Pokok Perbankan diberi istilah ”agunan” atau

”tanggungan”, sedangkan ”jaminan” menurut Undang-Undang Nomor 7

Tahun 1992 Tentang Perbankan sebagaimana diubah dengan Undang-

Undang Nomor 10 Tahun 1998 memiliki arti lain yaitu ”keyakinan atas

itikad dan kemampuan serta kesanggupan nasabah debitur untuk melunasi

utangnya atau mengembalikan pembiayaan yang dimaksud sesuai dengan

yang diperjanjikan” (Rachmadi Usman, 2008:66).

Page 36: core.ac.uk · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN JAMINAN DALAM PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT SEBAGAI UPAYA …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

Penjelasan Pasal 8 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998

Tentang Perbankan menyebutkan bahwa selain adanya keharusan untuk

mensyaratkan jaminan dalam pemberian fasilitas kredit, bank juga

diperbolehkan untuk mensyaratkan adanya agunan untuk menjamin

pelunasan hutang debitur. Hal tersebut juga diungkapkan oleh Rachmadi

Usman dalam bukunya yang berjudul ”Hukum Jaminan Keperdataan”

yakni bagaimanapun penting unsur-unsur lainnya selain collateral, hal itu

belum menjamin pelunasan atau pinjaman itu seyogyanya diamankan

melalui pengikatan agunan (tambahan) dan kalau perlu diamankan lagi

dengan personal quaranty dan coporate quaranty (Rachmadi Usman,

2008: 67-68).

Istilah agunan dalam ketentuan Pasal 1 angka 23 Undang-Undang

Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan sebagaimana diubah dengan

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 memiliki pengertian yaitu

jaminan tambahan yang diserahkan Nasabah Debitur kepada bank dalam

rangka pemberian fasilitas kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip

Syariah. Istilah agunan ini digunakan baik dalam pemberian fasilitas

kredit oleh bank umum atau konvensional maupun dalam pemberian

pembiayaan oleh bank syariah atau bank berdasarkan Prinsip Syariah.

Berdasarkan Pasal 1 angka 23 Undang-Undang Nomor 10 Tahun

1998 tersebut diatas maka istilah ”agunan” merupakan terjemahan dari

istilah collateral merupakan bagian dari istilah ”jaminan” pemberian

kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah. Artinya pengertian

”jaminan” lebih luas daripada pengertian ”agunan”, dimana agunan

berkaitan dengan barang sedangkan jaminan tidak hanya berkaitan

dengan barang saja tetapi juga berkaitan dengan dan character, capacity,

Page 37: core.ac.uk · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN JAMINAN DALAM PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT SEBAGAI UPAYA …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

capital condition of economic dari nasabah yang bersngkutan (Rachmadi

Usman, 2008:67).

Penjelasan Pasal 8 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992

Tentang Perbankan sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Nomor

10 Tahun 1998 menyatakan sebagai berikut :

Untuk mengurangi resiko tersebut, jaminan pemberian kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah dalam arti keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan Nasabah Debitur untuk melunasi kewajibannya sesuai dengan diperjanjikan merupakan faktor penting yang harus diperhatikan oleh bank. Untuk memperoleh keyakinan tersebut sebelum memberikan kredit, bank harus melakukan penilaian yang seksama terhadap watak, kemampuan, modal, agunan, dan prospek usaha dari Nasabah Debitur.

Lahirnya Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1967 Tentang Pokok-

Pokok Perbankan lebih bersifat collateral oriented. Undang-Undang

Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan sebagaimana diubah dengan

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 memiliki tujuan untuk mengubah

orientasi bank tersebut yakni dengan memberikan kelonggaran kepada

nasabah dalam hubungannya dengan kesulitan nasabah untuk dapat

menyerahkan agunan (Sutan Remy Sjahdeini, 1999:21-22).

b. Penggolongan Jaminan

Berdasarkan ketentuan dalam Pasal 1131 dan Pasal 1132 Kitab Undang-

Undang Hukum Perdata dapat diketahui pembedaan (lembaga hak)

jaminan berdasarkan sifatnya yaitu :

1) Hak jaminan yang bersifat umum

Jaminan yang bersifat umum ditujukan kepada kreditur dan

mengenai segala kebendaan debitur. setiap kreditur memiliki hak

yang sama untuk mendapatkan pelunasan hutang dari hasil

Page 38: core.ac.uk · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN JAMINAN DALAM PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT SEBAGAI UPAYA …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

pendapatan penjualan segala kebendaan yang dipunyai debitur,

dalam hal ini kreditur berkedudukan menjadi kreditur konkuren. Hak

jaminan yang bersifat umum ini timbul dari undang-undang,

sehingga hak jaminan yang bersifat umum tidak perlu diperjanjikan

sebelumnya sehingga kreditur konkuren secara bersamaan

memperoleh hak jaminan yang bersifat umum dikarenakan oleh

undang-undang.

2) Hak jaminan yang bersifat khusus

Hutang yang diberikan kepada debitur dapat diikat dengan hak

jaminan yang bersifat khusus sehingga kreditur memiliki hak

preferensi dalam pelunasan piutangnya. Berdasarkan ketentuan

Pasal 1133 KUHPerdata, diketahui bahwa hak jaminan yang

bersifat khusus itu terjadi karena :

a) diberikan atau ditentukan oleh undang-undang sebagai piutang

yang diistimewakan (Pasal 1134 KUHPerdata).

b) diperjanjikan antara debitur dan kreditur sehingga menimbulkan

hak preferensi bagi kreditur atas benda tertentu yang diserahkan

debitur.

Hak jaminan yang bersifat khusus ini dapat dibedakan atas:

a) Hak jaminan yang bersifat kebendaan (zakelijke

zekerheidsrecht).

b) Hak jaminan yang bersifat perorangan (persoonlijke

zekerheidsrecht) (Rachmadi Usman, 2008:76).

Hermansyah juga menggolongkan jaminan berdasarkan sifatnya

menjadi 2 (dua) yaitu:

1) Jaminan Kebendaan

Jaminan kebendaan merupakan suatu tindakan berupa suatu

penjaminan yang dilakukan oleh kreditur terhadap debiturnya, atau

Page 39: core.ac.uk · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN JAMINAN DALAM PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT SEBAGAI UPAYA …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

antara kreditur dengan seorang pihak ketiga guna menjamin

dipenuhinya kewajiban-kewajiban dari debitur (Hermansyah,

2011:74).

Jaminan materiil atau kebendaan yang masih berlaku dan

digunakan sebagai benda jaminan dalam perjanjian kredit perbankan

hingga saat ini terdiri dari :

a) Hipotik

Pengertian hipotik di dalam Pasal 1162 BW adalah suatu hak

kebendaan atas benda-benda tak bergerak, untuk mengambil

penggantian dari padanya bagi pelunasan suatu perikatan misalnya

hipotek pesawat terbang dan kapal laut.

b) Hak Tanggungan

Pengertian hak Tanggungan terdapat dalam Pasal 1 ayat (1)

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan

yaitu hak jaminan yang dibebankan pada hak atas tanah

sebagaimana yang dimaksud dalam Undang-Undang No. 15

Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria

berikut atau tidak berikut benda-benda lain yang merupakan satu

kesatuan dengan tanah itu untuk pelunasan hutang tertentu yang

memberikan kedudukan yang diutamakan kepada kreditur tertentu

dan terhadap kreditur-kreditur lainnya. Ada lima jenis hak atas

tanah yang dapat dijaminkan dengan hak tanggungan yaitu hak

milik, hak guna bangunan, hak guna usaha, hak pakai, serta hak

atas tanah berikut bangunan, tanaman, dan hasil karya yang telah

ada atau akan ada merupakan hak milik pemegang hak atas tanah.

c) Jaminan Fidusia

Jaminan Fidusia diatur di dalam Undang-Undang Nomor 42

Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia. Pengertian jaminan fidusia

Page 40: core.ac.uk · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN JAMINAN DALAM PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT SEBAGAI UPAYA …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

adalah hak jaminan atas benda bergerak baik yang berwujud

maupun yang tidak berwujud dan benda tidak bergerak khususnya

bangunan yang tidak dapat dibebani hak tanggungan sebagaimana

dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang

Hak Tanggungan.

2) Jaminan Perorangan (persoonlijke zekerheidsrecht).

Jaminan perseorangan atau jaminan pribadi adalah jaminan

seorang pihak ketiga yang bertindak untuk menjamin dipenuhinya

kewajiban-kewajiban dari debitur. Dalam pengertian lain, dikatakan

bahwa jaminan perseorangan adalah suatu perjanjian antara seorang

berpiutang (kreditur) dengan seorang pihak ketiga, yang menjamin

dipenuhinya kewajiban-kewajiban debitur (Hermansyah, 2011:74).

Jaminan perorangan dan garansi, diatur dalam Buku III Kitab

Undang-Undang Hukum Perdata, dalam bentuk:

a) Penanggungan hutang (Borgtoght) Pasal 1820 Kitab Undang-

Undang Hukum Perdata.

b) Perjanjian Garansi/indemnity (Surety Ship) Pasal 1316 Kitab

Undang-Undang Hukum Perdata.

Agunan dibedakan menjadi 2 (dua) macam dimana hal tersebut

ditegaskan dalam Penjelasan Pasal 8 Undang-Undang Nomor 10 Tahun

1998 Tentang Perbankan yaitu:

1) Agunan pokok

Pengertian agunan pokok adalah barang, surat berharga atau garansi

yang berkaitan langsung dengan objek yang dibiayai dengan kredit

yang bersangkutan, seperti barang-barang atau proyek-proyek yang

dibeli dengan kredit yang dijaminkan.

Page 41: core.ac.uk · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN JAMINAN DALAM PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT SEBAGAI UPAYA …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

2) Agunan tambahan

Agunan tambahan adalah barang, surat berharga atau garansi yang

tidak berkaitan langsung dengan objek yang dibiayai dengan kredit

yang bersangkutan.

c. Perjanjian Jaminan

Perjanjian jaminan tidak dapat berdiri sendiri tanpa adanya

perjanjian pendahuluan atau pokok yang mendahuluinya. Hal ini

dikarenakan perjanjian jaminan merupakan perjanjian asesor (accesoir),

tambahan, atau ikutan. Sebagai perjanjian asesor, eksistensi perjanjian

jaminan ditentukan oleh ada dan hapusnya perjanjian pokoknya. Pada

umumnya perjanjian pendahuluan ini berupa perjanjian hutang piutang,

perjanjian pinjam meminjam, perjanjian kredit, dan perjanjian lainnya.

Perjanjian hutang piutang atau kredit diperjanjikan pula antara debitur

dan kreditur bahwa pinjaman kredit telah dibebani dengan suatu jaminan

yang selanjutnya diikuti dengan pengikatan jaminan yang dapat berupa

pengikatan jaminan kebendaan maupun perorangan (Rachmadi Usman,

2008:86).

Prinsip dasar jaminan berupa agunan yang bersifat accesoir juga

diatur dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 Tentang Hak

Tanggungan, apabila salah satu jaminan yang digunakan dalam

pemberian kredit adalah jaminan hak tanggungan. Perjanjian hak

tanggungan lahir dengan adanya pendaftaran setelah disepakatinya

perjanjian kredit sebagai perjanjian pokok sehingga sifat perjanjian

jaminan hak tanggungan ini adalah tambahan (accesoir). Menurut Pasal 1

angka (5) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 Tentang Hak

Page 42: core.ac.uk · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN JAMINAN DALAM PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT SEBAGAI UPAYA …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

Tanggungan pengikatan jaminan terhadap hak tanggungan yang

merupakan perjanjian accesoir (tambahan) tersebut berupa “Akta

Pemberian Hak Tanggungan (APHT) yang merupakan akta PPAT yang

berisi pemberian hak tanggungan kepada kreditur tertentu sebagai

jaminan untuk pelunasan utang”.

d. Bentuk Perjanjian Jaminan

Perjanjian pembebanan jaminan dapat dilakukan dalam bentuk

lisan dan tertulis. Perjanjian pembebanan dalam bentuk lisan biasanya

dilakukan dalam kehidupan masyarakat pedesaan, masyarakat yang satu

membutuhkan pinjaman uang kepada masyarakat yang ekonominya lebih

tinggi. Biasanya pinjaman itu cukup dilakukan secara lisan. Adapun

perjanjian pembebanan jaminan dalam bentuk tertulis, biasanya dilakukan

dalam dunia perbankan, lembaga keuangan non-bank maupun lembaga

pegadaian (Salim HS, 2004: 30-31).

Rachmadi Usman mengatakan apabila pembebanan jaminan

dilakukan dalam bentuk tertulis, maka bisa dilakukan dengan

menggunakan akta dibawah tangan dan akta otentik. Akta dibawah tangan

adalah suatu akta yang dibuat dan ditandatangani oleh para pihak saja

tanpa bantuan seorang pejabat umum. Akta autentik adalah suatu akta

yang dibuat oleh atau di hadapan seorang pejabat umum yang berwenang

untuk itu sepeti notaris, dimana bentuk aktanya sudah ditentukan oleh

undang-undang (Rachmadi Usman, 2008:87).

Pembebanan perjanjian lembaga hak jaminan lainnya yang

diwajibkan dilakukan dengan akta autentik yaitu :

Page 43: core.ac.uk · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN JAMINAN DALAM PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT SEBAGAI UPAYA …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

1) Akta Hipotek Kapal untuk pembebanan perjanjian jaminan hipotek

atau kapal, yang dibuat oleh Pejabat Pendaftar dan Pencatat Balik

nama Kapal;

2) Surat Kuasa Membebankan Hipotek (SMHT) yang dibuat oleh atau di

hadapan notaris;

3) Akta Pemberian Hak Tanggunan (APHT), yang dibuat oleh Pejabat

Pembuat Akta Tanah;

4) Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan (SKMHT) yang dibuat

oleh Notaris atau Pejabat Pembuat Akta Tanah;

5) Akta Jaminan Fidusia (AJF) yang dibuat oleh Notaris (Rachmadi

Usman, 2008:88).

2. Tinjauan Tentang Perjanjian

Definisi perjanjian di dalam Pasal 1313 KUH Perdata yaitu suatu

perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih

mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih. Perjanjian adalah suatu

peristiwa di mana seorang berjanji kepada orang lain atau di mana 2 (dua)

orang itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal.

Perjanjian merupakan sumber terpenting yang melahirkan perikatan.

Perikatan yang berasal dari perjanjian dikehendaki oleh dua orang atau dua

pihak yang membuat perjanjian, sedangkan perikatan yang lahir dari undang-

undang dibuat atas dasar kehendak yang berhubungan dengan perbuatan

manusia yang terdiri dari dua pihak (Suharnoko, 2004:117).

Subekti menyebutkan definisi dari perjanjian adalah “suatu peristiwa

dimana seseorang berjanji kepada orang lain atau dimana dua orang itu saling

berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal” (Subekti, 2005: 9).

Page 44: core.ac.uk · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN JAMINAN DALAM PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT SEBAGAI UPAYA …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

Menurut Subekti, yang termasuk dalam subjek perjanjian antara lain:

a. Orang yang membuat perjanjian harus cakap atau mampu melakukan

perbuatan hukum tersebut, siapapun yang menjadi para pihak dalam suatu

perjanjian harus memenuhi syarat bahwa mereka adalah cakap untuk

melakukan perbuatan hukum.

b. Ada kesepakatan yang menjadi dasar perjanjian yang harus dicapai atas

dasar kebebasan menentukan kehendaknya (tidak ada paksaan, kekhilafan,

atau penipuan) dengan adanya kesepakatan diantara kedua belah pihak

yang membuat perjanjian, maka perjanjian itu mengikat mereka yang

membuatnya (Subekti, 2005:36).

Perjanjian yang sah artinya perjanjian yang memenuhi syarat yang

telah ditentukan oleh undang-undang, sehingga perjanjian tersebut diakui

oleh hukum (legally concluded contract). Pasal 1320 KUHPerdata

menyatakan untuk sahnya perjanjian diperlukan 4 (empat) syarat yaitu:

a. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya;

b. Cakap untuk membuat suatu perjanjian;

c. Mengenai suatu hal tertentu;

d. Suatu sebab yang halal (Subekti, 2005:17).

Berdasarkan hal-hal yang diperjanjikannya, perjanjian dibagi menjadi

tiga (3) macam yaitu:

a. perjanjian untuk memberikan atau menyerahkan suatu barang;

b. perjanjian untuk berbuat sesuatu;

c. perjanjian untuk tidak berbuat sesuatu (Subekti, 2005:34).

Subekti mengatakan bahwa ada tiga (3) sumber norma-norma yang

ikut mengisi suatu perjanjian yaitu :

a. undang-undang;

Page 45: core.ac.uk · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN JAMINAN DALAM PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT SEBAGAI UPAYA …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

b. kebiasaan;

c. kepatutan (Subekti, 2005:34).

Setiap perjanjian diperlengkapi dengan aturan-aturan yang terdapat

dalam undang-undang, yang terdapat dalam adat-kebiasaan (di suatu tempat

dan kalangan tertentu), sedangkan kewajiban-kewajiban yang diharuskan oleh

kepatutan (norma-norma kepatutan) juga harus diindahkan sehingga ketiga

norma tersebut saling berkaitan di dalam penerapannya (Subekti, 2005:34).

Asas-asas dalam hukum perjanjian adalah sebagai berikut:

a. Asas kebebasan berkontrak

Pengertian asas ini adalah setiap orang mengadakan suatu perjanjian

berupa apa saja, baik bentuknya, isinya dan pada siapa perjanjian itu

ditujukan. Asas ini dapat disimpulkan dari Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata

yang berbunyi “Semua persetujuan yang dibuat secara sah berlaku sebagai

Undang-Undang bagi mereka yang membuatnya”. Tujuan dari pasal di atas

adalah bahwa pada umumnya suatu perjanjian itu dapat dibuat secara bebas

untuk membuat atau tidak membuat perjanjian, bebas untuk mengadakan

perjanjian dengan siapapun, bebas untuk menentukan syarat-syarat, dan bebas

untuk menentukan bentuknya, yaitu tertulis atau tidak tertulis dan seterusnya.

Berdasarkan pasal tersebut dapat disimpulkan bahwa masyarakat

diperbolehkan membuat perjanjian yang berupa dan berisi apa saja dan

perjanjian itu mengikat mereka yang membuatnya seperti suatu Undang-

Undang. Kebebasan berkontrak dari para pihak untuk membuat perjanjian itu

meliputi:

1) Perjanjian yang telah diatur oleh undang-undang

2) Perjanjian-perjanjian baru atau campuran yang belum diatur dalam undang-

undang.

Page 46: core.ac.uk · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN JAMINAN DALAM PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT SEBAGAI UPAYA …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

Menurut pasal 1338 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata semua

perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka

yang membuatnya. Perjanjian itu tidak dapat ditarik kembali selain dengan

kesepakatan kedua belah pihak atau karena alasan-alasan yang oleh undang-

undang dinyatakan cukup untuk itu. Perjanjian itu harus dilakukan dengan

itikad baik oleh para pihak (Mariam Darus Badrulzaman, 2001:168).

b. Asas konsensualisme

Perkataan konsensualisme berasal dari bahasa latin consensus yang

berarti sepakat, maka sesuai dengan artinya bahwa konsensualisme adalah

kesepakatan. Asas ini menetapkan bahwa suatu perjanjian itu sudah terjadi

atau sudah dilahirkan pada saat tercapainya kata sepakat dari kedua belah

pihak yang mengadakan perjanjian. Jadi dalam perjanjian sudah ada dan

mempunyai akibat hukum apabila telah ada kata sepakat mengenai hal hal

pokok dalam suatu perjanjian, kecuali perjanjian yang bersifat formal.

c. Asas Kekuatan Mengikat (Pacta Sun Servanda)

Merupakan asas dalam perjanjian yang berhubungan dengan

mengikatnya suatu perjanjian. Perjanjian yang dibuat secara sah oleh para

pihak, mengikat mereka yang membuatnya dan perjanjian tersebut berlaku

seperti undang-undang. Dengan demikian para pihak tidak mendapat kerugian,

karena perbuatan mereka dan juga tidak mendapat keuntungan darinya,

kecuali kalau perjanjian tersebut dimaksudkan untuk pihak ketiga. Maksud

dari asas ini dalam perjanjian, tidak lain untuk mendapatkan kepastian hukum

bagi para pihak yang telah membuat perjanjian itu.

d. Asas berlakunya suatu perjanjian

Pada dasarnya semua perjanjian itu berlaku bagi mereka yang

membuatnya tak ada pengaruhnya bagi pihak ketiga, kecuali yang telah diatur

dalam undang-undang, misalnya perjanjian untuk pihak ketiga. Asas

berlakunya suatu perjanjian diatur dalam Pasal 1315 Kitab Undang-Undang

Hukum Perdata yang menyatakan bahwa “pada umumnya tidak seorang pun

Page 47: core.ac.uk · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN JAMINAN DALAM PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT SEBAGAI UPAYA …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

dapat mengikatkan diri atas nama sendiri atau meminta ditetapkannya suatu

perjanjian dari pada untuk dirinya sendiri”.

e. Asas Itikat baik.

Pada saat melaksakan perjanjian harus diingat ketentuan Pasal 1339

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang berbunyi “Perjanjian-perjanjian

itu tidak hanya mengikat untuk hal hal yang dengan tegas dinyatakan

didalamnya, tetapi juga untuk segala sesuatu yang menurut sifat perjanjian

diharuskan oleh kepatutan, kebiasaan atau undang-undang”.

Hal tersebut diatas dipertegas lagi dengan ketentuan dalam Pasal 1347

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang menyatakan bahwa “Hal-hal

yang menurut kebiasaan selamanya diperjanjikan dianggap secara diam diam

dimaksudkan dalam perjanjian meskipun tidak dengan tegas dinyatakan dalam

suatu perjanjian yang dibuat”. Berkaitan dengan pasal tersebut, maka

hendaknya dalam setiap pelaksanaan isi perjanjian didasari oleh itikad baik

(Purwahid Patrik, 1994:46).

Subekti menyatakan bahwa pengertian itikad baik memuat elemen-

elemen sebagai berikut :

1) Kejujuran yaitu dalam pembentukan dan pelaksanaan hak dan

kewajiban hukum;

2) Kepatutan adalah kesadaran dan niat dalam diri para pihak untuk

melakukan (atau tidak melakukan) sesuatu karena sesuatu itu disadari

sebagai tindakan yang baik, sesuai dengan kewajiban moral dan demi

kewajiban moral itu sendiri.

3) Tidak sewenang-wenang, dalam arti bahwa tidak ada fakta yang

menunjukkan niat dan kesadaran dari pihak dengan kedudukan tawar

(bargaining position) yang lebih kuat untuk memanfaatkan

kedudukannya itu untuk memperoleh keuntungan secara tidak wajar

(unreasonable advantage) dari pihak yang lain, yang memiliki posisi

tawar yang lemah (Subekti, 2005: 29).

Page 48: core.ac.uk · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN JAMINAN DALAM PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT SEBAGAI UPAYA …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

Pasal 1338 ayat (3) Kitab Undang Undang Hukum Perdata

menyebutkan bahwa “Semua perjanjian itu harus dilaksanakan dengan itikat

baik”. Hal ini berarti pada saat melaksanakan suatu perjanjian maka harus

berdasarkan kepatutan dan keadilan. Berkaitan dengan pasal ini, maka Subekti

mengemukakan bahwa “apabila itikad baik pada pembuatan perjanjian adalah

kejujuran maka itikad baik dalam pelaksanaan perjanjian adalah kepatutan

yaitu suatu penilaian baik terhadap tindak tanduk para pihak dalam

pelaksanaan perjanjian” (Subekti, 2005:13).

3. Tinjauan Tentang Kredit dan Kredit Bermasalah

a. Kredit

1) Pengertian Kredit

Kata “kredit” berasal dari bahasa latin yaitu Credere yang berarti

kepercayaan. Oleh karena itu dasar dari kredit adalah kepercayaan yang

diberikan seseorang (kreditur) kepada orang lain dan percaya bahwa si

penerima kredit tersebut (debitur) akan melunasi segala sesuatu yang

telah disepakati bersama (Jamal Wiwoho, 2011:89).

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) menyebutkan pengertian

kredit adalah pinjaman uang dengan pembayaran pengembalian secara

mengangsur atau pinjaman sampai batas jumlah tertentu yang diijinkan

oleh bank atau bank lain.

Pengertian kredit juga terdapat dalam Undang-Undang

Perbankan, yang menjelaskan bahwa :

Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak bank lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga (Pasal 1 angka 11 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan).

Page 49: core.ac.uk · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN JAMINAN DALAM PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT SEBAGAI UPAYA …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

Berdasarkan SK BRI NOKEP:S.94-DIR/ADK/12/2005 tentang

Restrukturisasi Kredit, menjelaskan bahwa :

Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga termasuk : a) Cerukan (overdarft) yaitu saldo negatif pada rekening giro

nasabah yang tidak dapat dibayar lunas pada akhir hari. b) Pengambilalihan tagihan dalam rangka kegiatan anjak piutang. c) Pengambilalihan atau pembelian kredit dari pihak lain.

Perjanjian kredit menurut hukum perdata termasuk dalam

perjanjian pinjam meminjam yang diatur dalam Pasal 1754-1769 Kitab

Undang-Undang Hukum Perdata. Pasal 1754 Kitab Undang-Undang

Hukum Perdata menyatakan bahwa:

Pinjam-meminjam ialah suatu persetujuan dengan mana pihak yang satu memberikan kepada pihak yang lain suatu jumlah tertentu barang-barang yang menghabisi karena pemakaian, dengan syarat bahwa pihak yang belakangan ini akan mengembalikan sejumlah yang sama dari macam dan keadaan yang sama pula.

Munir Fuady mengemukakan dasar-dasar hukum perjanjian kredit

bank antara lain sebagai berikut :

a) Perjanjian diantara para pihak;

b) Undang-undang tentang perbankan;

c) Peraturan Pelaksanaan dari undang-undang;

d) Yurisprudensi;

e) Kebiasaan perbankan;

f) Peraturan perundang-undangan terkait lainnya (Munir Fuady,

1996:35).

Page 50: core.ac.uk · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN JAMINAN DALAM PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT SEBAGAI UPAYA …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

2) Penggolongan kredit

Jenis-jenis kredit yang disalurkan oleh bank berdasarkan segi

kegunaannya dibagi menjadi 2 (dua) yaitu :

a) Kredit Investasi

Kredit investasi adalah kredit yang biasanya digunakan untuk

keperluan perluasan usaha atau membangun proyek atau pabrik

baru dimana masa pemakaiannya untuk periode yang relatif lebih

lama dan biasanya kegunaan kredit ini adalah untuk kegiatan utama

suatu perusahaan.

b) Kredit Modal Kerja

Pengertian kredit modal kerja yaitu kredit yang digunakan untuk

keperluan peningkatan produksi dalam operasionalnya misalnya

untuk membeli bahan baku, membayar gaji pegawai dll (Kasmir,

2004:76).

Jenis kredit apabila dilihat dari segi jaminan, juga dibagi

menjadi 2 (dua) yaitu :

a) Kredit dengan jaminan

Kredit yang diberikan dengan suatu jaminan tersebut dapat

berbentuk barang berwujud atau tidak berwujud atau jaminan orang.

Artinya setiap kredit yang dikeluarkan akan dilindungi minimal

senilai jaminan atau untuk kredit tertentu jaminan harus melebihi

jumlah kredit yang diajukan si calon debitur.

b) Kredit tanpa jaminan

Kredit yang diberikan tanpa jaminan barang atau orang tertentu.

Kredit jenis ini diberikan dengan melihat prospek usaha, character

Page 51: core.ac.uk · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN JAMINAN DALAM PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT SEBAGAI UPAYA …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

serta loyalitas atau nama baik si calon debitur selama berhubungan

dengan bank atau pihak lain (Jamal Wiwoho, 2011:94).

3) Prinsip kredit

Pemberian fasilitas kredit memerlukan analisis yang mendalam

mengenai debitur yang harus dilakukan oleh kreditur (pihak bank)

yang berdasarkan pada prinsip 5C yaitu sebagai berikut :

a) Character

Bahwa calon nasabah debitur memiliki watak, moral, dan sifat-

sifat pribadi yang baik. Penilaian terhadap karakter ini

dilakukan untuk mengetahui tingkat kejujuran, integritas, dan

kemauan dari calon nasabah debitur untuk memenuhi

kewajiban dan menjalankan usahanya, informasi dari usaha-

usaha yang sejenis.

b) Capacity (Kemampuan)

Capacity dalam hal ini adalah kemampuan calon nasabah

debitur untuk mengelola kegiatan usahanya dan mampu melihat

prospektif masa depan, sehingga usahanya akan dapat berjalan

dengan baik dan dapat memberikan keuntungan, yang

menjamin bahwa ia mampu melunasi utang kreditnya dalam

jumlah dan jangka waktu yang telah ditentukan.

c) Capital (Modal)

Dalam hal ini bank harus terlebih dahulu melakukan penelitian

terhadap modal yang dimiliki oleh pemohon kredit.

Penyelidikan ini tidak semata-mata didasarkan pada besar

kecilnya modal, akan tetapi lebih difokuskan kepada

bagaimana distribusi modal ditempatkan oleh pengusaha

tersebut, sehingga segala sumber yang telah ada dapat berjalan

efektif.

Page 52: core.ac.uk · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN JAMINAN DALAM PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT SEBAGAI UPAYA …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

d) Collateral (Agunan)

Collateral adalah jaminan untuk persetujuan pemberian kredit

yang merupakan sarana pengaman (back up) atas risiko yang

mungkin terjadi atas wanprestasinya nasabah debitur di

kemudian hari, misalnya terjadi kredit macet.

e) Condition of Economic (Kondisi Ekonomi)

Bahwa dalam pemberian kredit oleh bank, kondisi ekonomi

secara umum dan kondisi secara umum dan kondisi sektor

usaha pemohon kredit perlu memperoleh perhatian dari bank

untuk memperkecil risiko yang mungkin terjadi yang

diakibatkan oleh kondisi ekonomi tersebut (Hermansyah, 2011:

64-65).

4) Kolektibilitas Kredit

Untuk menentukan suatu fasilitas kredit termasuk dalam

kredit lancar atau tidak, maka dapat didasarkan pada kondisi

fasilitas kredit yang disalurkan. Kondisi fasilitas kredit tersebut

dapat dilihat berdasarkan ciri-ciri yang terjadi pada fasilitas kredit

dimana hal tersebut telah diatur dalam Pasal 12 ayat (3) Peraturan

Bank Indonesia No. 7 / 2 / PBI / 2005 tentang Penilaian Kualitas

Aktiva Bank Umum. Berdasarkan ketentuan Pasal 12 ayat (3)

tersebut maka kualitas suatu kredit dapat dibagi menjadi 5 (lima)

kolektibitas yaitu :

a) Kredit Lancar yaitu apabila memenuhi kriteria :

(1) Pembayaran angsuran pokok/bunga tepat;

(2) Memiliki mutasi rekening yang aktif;

(3) Bagian dari kredit yang dijamin agunan tunai.

Page 53: core.ac.uk · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN JAMINAN DALAM PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT SEBAGAI UPAYA …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

b) Kredit dalam perhatian khusus. apabila memenuhi kriteria

sebagai berikut :

(1) Terdapat tunggakan angsuran pokok dan atau bunga yang

belum melampaui 90 hari atau;

(2) Kadang – kadang terjadi cerukan atau;

(3) Mutasi rekening relatif rendah atau;

(4) Jarang terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang

diperjanjikan atau;

(5) Didukung oleh pinjaman baru.

c) Kredit kurang lancar, yaitu apabila memenuhi kriteria :

(1) Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang

telah melampaui 90 (sembilan puluh) hari atau;

(2) Sering terjadi cerukan atau;

(3) Frekuensi mutasi rekening relatif rendah atau;

(4) Terjadi pelanggaran kontrak yang diperjanjikan lebih dari 90

(sembilan puluh) hari atau;

(5) Terdapat indikasi masalah keuangan yang dihadapi debitur

atau;

(6) Dokumentasi pinjaman yang lemah.

d) Kredit yang diragukan yaitu apabila memenuhi kriteria:

(1) Terdapat tunggakan angsuran pokok dan atau bunga yang

telah melampaui 180 (seratus delapan puluh hari) atau;

(2) Sering terjadi cerukan yang bersifat permanen atau;

(3) Terjadi wanprestasi lebih dari 180 (seratus delapan puluh

hari).

e) Kredit macet yaitu apabila memenuhi kriteria sebagai berikut:

Page 54: core.ac.uk · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN JAMINAN DALAM PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT SEBAGAI UPAYA …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

(1) Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang

telah melampaui 270 (dua ratus tujuh puluh) hari atau;

(2) Kerugian operasional ditutup dengan perjanjian baru atau;

(3) Dari segi hukum maupun pasar, jaminan tidak dapat

dicairkan dengan nilai wajar.

b. Kredit Bermasalah

Kredit bemasalah atau non-performing loan merupakan resiko yang

terkandung dalam setiap pemberian kredit oleh bank. Resiko tersebut

berupa keadaan dimana kredit tidak kembali tepat pada waktunya (Jamal

Wiwoho, 20011:100).

Adanya kredit bermasalah yaitu apabila kredit yang diberikan

tersebut tidak memenuhi kriteria lancar, kurang lancar, dan diragukan atau

memenuhi kriteria diragukan, tetapi dalam jangka waktu 21 bulan sejak

digolongkan diragukan belum ada pelunasan atau usaha penyelamatan

kredit atau kredit tersebut penyelesaiannya telah diserahkan kepada

Pengadilan Negeri atau Badan Urusan Piutang Negara (BUPN), atau telah

diajukan penggantian ganti rugi kepada perusahaan asuransi kredit

(Muhammad Djumhana, 1996: 267).

Pengertian kredit bermasalah adalah kredit yang diklasifikasikan

pembayarannya tidak lancer, yang dilakukan oleh debitur yang

bersangkutan. Dalam hal ini mengandung arti bahwa suatu keadaan dimana

seorang debitur atau nasabah tidak mampu membayar lunas kredit bank

tepat pada waktunya, maka dari itu kredit macet harus secepatnya

diselesaikan agar kerugian yang lebih besar dapat dihindari (Malayu

Hasibuan, 2002:115).

Page 55: core.ac.uk · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN JAMINAN DALAM PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT SEBAGAI UPAYA …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

Kredit bermasalah yaitu apabila diketahui bahwa debitur tidak

mampu melaksanakan prestasinya sesuai jangka waktu yang telah

ditentukan dalam perjanjian maka dapat dikatakan sebagai kredit

bermasalah. Sehingga konsekuensi yuridis bagi debitur yang telah

melakukan wanprestasi tersebut adalah wajib membayar ganti kerugian

kepada krediturnya (Tan Kamello, 2007:4).

4. Tinjauan Umum Tentang Restrukturisasi Kredit

Pengertian restrukturisasi kredit di dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia yaitu penataan kembali. Pengertian restrukturisasi apabila dikaitkan

dengan perbankan menurut Hermansyah dalam bukunya “Hukum Perbankan

Indonesia” adalah:

Restruktursasi kredit merupakan penataan kembali mengenai persyaratan kredit atau perubahan syarat-syarat perjanjian kredit yang telah dibuat antara pihak bank dengan kreditur. Perubahan persyaratan kredit ini berupa perpanjangan waktu kredit, pemberian tambahan kredit atau melakukan konversi atas seluruh atau sebagian kredit menjadi perusahaan (Hermansyah, 2007:71-72).

Ketentuan Pasal 1 Peraturan Bank Indonesia No: 7/2/PBI/2005

Tentang Penilaian Kualitas Aktiva menyebutkan bahwa restrukturisasi kredit

merupakan upaya perbaikan yang dilakukan bank dalam kegiatan perkreditan

terhadap debitur yang mengalami kesulitan untuk memenuhi kewajibannya,

yang dilakukan antara lain melalui:

a. penurunan suku bunga;

b. perpanjangan jangka waktu kredit;

c. pengurangan tunggakan bunga kredit;

d. pengurangan tunggakan pokok kredit;

e. penambahan fasilitas kredit;

f. konversi kredit menjadi penyertaan modal sementara.

Page 56: core.ac.uk · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN JAMINAN DALAM PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT SEBAGAI UPAYA …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

Ketentuan dalam Pasal 51 Peraturan Bank Indonesia No: 7/2/PBI/2005

Tentang Penilaian Kualitas Aktiva menyatakan bahwa restrukturisasi kredit

hanya dapat dilakukan terhadap debitur yang memenuhi kriteria sebagai

berikut:

a. debitur mengalami kesulitan pembayaran pokok dan atau bunga kredit;

b. debitur memiliki prospek usaha yang baik dan mampu memenuhi

kewajiban setelah kredit direstrukturisasi.

Pasal 52 Peraturan Bank Indonesia No: 7/2/PBI/2005 Tentang

Penilaian Kualitas Aktiva menjelaskan bahwa bank dilarang melakukan

restrukturisasi kredit dengan tujuan hanya untuk menghindari:

a. penurunan penggolongan kualitas kredit;

b. peningkatan pembentukan Penyisihan Penghapusan Aktiva (PPA);

c. penghentian pengakuan pendapatan bunga secara akrual.

Page 57: core.ac.uk · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN JAMINAN DALAM PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT SEBAGAI UPAYA …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

B. Kerangka Pemikiran

Page 58: core.ac.uk · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN JAMINAN DALAM PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT SEBAGAI UPAYA …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

Gambar 2. Kerangka Pemikiran

Penjelasan :

Jaminan

Kredit

Perjanjian Kredit Pasal 1313,1320,1338

KUHPerdata

Kredit bermasalah

Penyelamatan kredit bermasalah

Debitur (Nasabah)

Kreditur (BRI Cabang Karanganyar)

Restrukturisasi Kredit

Bagaimana pelaksanaan dan hambatan

restrukturisasi kredit?

Bagaimana kedudukan dan akibat hukum

jaminan dalam restrukturisasi kredit?

Kredit Lancar

Page 59: core.ac.uk · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN JAMINAN DALAM PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT SEBAGAI UPAYA …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

Nasabah mengajukan permohonan fasilitas kredit kepada BRI Cabang

Karanganyar. Permohonan fasilitas kredit tersebut disetujui oleh pihak bank

setelah bank melakukan analisis terhadap nasabah dan jaminan serta agunan

yang telah diserahkan oleh nasabah sebagai syarat pemberian fasilitas kredit.

Pihak BRI Cabang Karanganyar dan nasabah kemudian membuat dan

menyepakati perjanjian kredit dan perjanjian pengikatan jaminan yang dibuat

secara notariil. Perjanjian tersebut dibuat berdasarkan pada ketentuan Pasal

1320, 1332, 1338 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dan menimbulkan

perikatan antara nasabah sebagai debitur dan BRI Cabang Karangnyar sebagai

kreditur yang masing-masing memiliki hak dan kewajiban sesuai yang telah

disepakati dalam perjanjian kredit oleh para pihak dan tunduk pada ketentuan

dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun1998 Tentang Perbankan.

Selama jangka waktu pengembalian pinjaman oleh debitur terdapat 2

(dua) kemungkinan yang terjadi yaitu kredit lancar dan kredit bermasalah.

Dalam hal terjadinya pembayaran kredit yang tidak lancar atau kredit

bermasalah oleh debitur baik berupa pokok hutang, bunga maupun denda maka

dapat menimbulkan kerugian bagi kreditur. Salah satu upaya yang dilakukan

oleh BRI Cabang Karanganyar untuk mengatasi kredit bermasalah tersebut

adalah melalui restrukturisasi kredit. Berdasarkan hal tersebut penulis ingin

mengetahui bagaimana pelaksanaan dan hambatan restrukturisasi kredit sebagai

upaya penyelamatan kredit bermasalah di BRI Cabang Karanganyar serta

bagaimana kedudukan dan akibat hukum jaminan dalam pelaksanaan

restrukturisasi kredit tersebut.

BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Page 60: core.ac.uk · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN JAMINAN DALAM PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT SEBAGAI UPAYA …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

A. Hasil Penelitian

1. Pelaksanaan dan Hambatan Restrukturisasi Kredit Sebagai Upaya

Penyelamatan Kredit Bermasalah di BRI Cabang Karanganyar

a. Pelaksanaan Restrukturisasi Kredit di BRI Cabang Karanganyar

Pemberian fasilitas kredit dari suatu lembaga keuangan yaitu bank

kepada masyarakat merupakan salah satu bentuk kegiatan atau usaha yang

wajib dilaksanakan oleh bank sesuai dengan ketentuan Pasal 3 Undang-

Undang No 10 Tahun 1998 tentang Perbankan. Hal ini terkait pula dengan

fungsi dasar bank yaitu menghimpun dana masyarakat dan menyalurkan

kembali dana tersebut kepada masyarakat. Penelitian ini juga mengambil

lokasi dan kasus di sebuah bank yaitu Bank Rakyat Indonesia Tbk Cabang

Karanganyar (BRI Cabang Karanganyar) untuk meneliti lebih lanjut

mengenai pelaksanaan fungsi bank tersebut.

Bank Rakyat Indonesia merupakan salah satu bank milik

pemerintah yang melaksanakan fungsi perbankan. Bank BRI dalam

mewujudkan visinya yaitu menjadi bank komersial terkemuka yang selalu

mengutamakan kepuasan nasabah, berusaha memberikan beragam jasa dan

layanan perbankan bagi para nasabah baik masyarakat di wilayah

Kabupaten Karanganyar maupun sekitarnya. Salah satu jasa dan layanan

perbankan yang diberikan oleh BRI Cabang Karanganyar yaitu fasilitas

pinjaman bagi para nasabah.

(http://www.bri.co.id/JasaLayanan/Pinjaman/tabid/72/Default.aspx, diakses

pada tanggal 20 April 2011, pukul 20.55 WIB).

Berdasarkan penelitian penulis, jenis fasilitas kredit yang diberikan

oleh BRI Cabang Karanganyar ada 2 (dua) yaitu :

1) Kredit Tanpa Jaminan.

Page 61: core.ac.uk · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN JAMINAN DALAM PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT SEBAGAI UPAYA …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

Fasilitas kredit yang tidak memerlukan adanya jaminan berupa agunan

yaitu Kredit Usaha Rakyat (KUR) BRI dan KUR TKI BRI.

2) Kredit Dengan Jaminan.

Fasilitas pinjaman atau kredit yang mensyaratkan adanya jaminan antara

lain fasilitas kredit dalam bidang kredit mikro, kredit ritel, kredit

menengah, dan kredit program (Wawancara dengan Bp Novy Sutarno

Hermawan selaku Account Officer BRI Cabang Karanganyar pada

tanggal 15 April 2011 pukul 15.00 WIB).

PT Bank Rakyat Indonesia Tbk merupakan salah satu bank milik

pemerintah yang juga menyediakan fasilitas kredit tanpa jaminan yakni

Kredit Usaha Rakyat (KUR) dalam rangka pengembangan pelayanan usaha

berskala mikro sekaligus mengantisipasi persaingan serta untuk

mendukung program pemerintah. KUR merupakan salah satu progam

pemerintah yang berupa pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan

Koperasi (UMKMK), penciptaan lapangan kerja, dan penanggulangan

kemiskinan berupa fasilitas pembiayaan yang dapat diakses oleh UMKM

dan koperasi terutama yang memiliki usaha yang layak namun belum

bankable yaitu dalam bidang usaha produktif berupa pertanian, perikanan

dan kelautan, perindustrian, kehutanan dan jasa keuangan simpan pinjam.

Dasar hukum fasilitas KUR ini adalah Peraturan Presiden No.2 Tahun 2008

tentang Lembaga Penjaminan dan Inpres No.6 Tahun 2007 Tentang

Kebijakan Percepatan Sektor Riil dan Pemberdayaan UMKMK serta nota

kesepahaman yang telah disepakati oleh pihak pemerintah, perusahaan

penjamin dan pihak perbankan termasuk PT Bank Rakyat Indonesia Tbk.

Berdasarkan penelitian penulis, BRI Cabang Karanganyar

menyediakan fasilitas pinjaman KUR yang pelaksanaannya didasarkan

pada SE Direksi BRI No:S.4-DIR/ADK/01/2008 tgl.21/01/2008 tentang

Page 62: core.ac.uk · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN JAMINAN DALAM PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT SEBAGAI UPAYA …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

Kredit Usaha Rakyat. Kredit Usaha Rakyat (KUR) Linkage Program adalah

kredit modal kerja dengan plafond kredit secara total eksposure sampai

dengan Rp.500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) yang diberikan kepada

Koperasi Simpan Pinjam (KSP), Badan Kredit Desa (BKD), Baitul Mal

Wa Tanwil (BMT), atau Lembaga Keuangan Mikro (LKM) lainnya dengan

pola penjaminan melalui Linkage Program. Berdasarkan Surat Edaran

tersebut, fasilitas pinjaman KUR ini merupakan kredit tanpa jaminan

artinya dalam pemberian KUR pihak bank hanya mensyaratkan adanya

agunan pokok berupa proyek/usaha yang dibiayai, apabila debitur dapat

menyediakan agunan tambahan maka nilainya tidak harus mengcover

pinjamannya (Wawancara dengan Bp Novy Sutarno Hermawan selaku

Account Officer BRI Cabang Karanganyar pada tanggal 28 Juni 2011 pukul

16.30 WIB).

Berdasarkan penelitian penulis, pemberian fasilitas KUR di BRI

Cabang Karanganyar juga tidak luput dari terjadinya kredit bermasalah.

Penyelesaian kredit bermasalah tersebut tidak melalui restrukturisasi kredit,

melainkan dengan mengajukan klaim ganti rugi dari perusahaan penjamin

yang telah ditunjuk pemerintah, yaitu PT Asuransi Kredit Indonesia (PT

Askrindo) dan Perum Jaminan Kredit Indonesia (Jamkrindo). Pengajuan

klaim ganti rugi tersebut hanya diperuntukan untuk kredit dengan tingkat

kolektibilitas ”Diragukan”. Besarnya maksimal prosentase penjaminan atas

klaim kredit bermasalah dijamin oleh perusahaan penjamin tersebut yaitu

sebesar 70% dari sisa plafond kredit yang belum dibayar oleh debitur

sedangkan bagian yang menjadi risiko BRI adalah sebesar 30% dari

plafond kredit yang tidak diganti oleh Penjamin (Wawancara dengan Bp

Novy Sutarno Hermawan selaku Account Officer BRI Cabang Karanganyar

pada tanggal 28 Juni 2011 pukul 16.30 WIB).

Page 63: core.ac.uk · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN JAMINAN DALAM PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT SEBAGAI UPAYA …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

Penulis mengambil sebuah contoh pelaksanaan restrukturisasi kredit

sebagai upaya penyelamatan kredit bermasalah yang merupakan kredit

dengan jaminan yang terjadi di BRI Cabang Karanganyar untuk

mempertajam analisa penulis dalam penelitian ini. Contoh pelaksanaan

restrukturisasi tersebut setidaknya dapat mewakili beberapa pelaksanaan

restrukturisasi kredit lainnya yang sama-sama menyangkut penyelamatan

kredit bermasalah di BRI Cabang Karanganyar. Fasilitas kredit yang diteliti

penulis ini merupakan kredit dengan jaminan dalam bidang bisnis ritel

yaitu Kredit Modal Kerja (KMK). Pelaksanaan restrukturisasi kredit ini

berdasarkan pada ketentuan dan arahan Bank Indonesia yang diatur dalam

Peraturan Bank Indonesia No.7/2/PBI/2005 Tentang Penilaian Kualitas

Aktiva Bank Umum.

Kredit Modal Kerja adalah salah satu layanan yang diberikan BRI

Cabang Karanganyar yang bertujuan untuk membiayai tambahan modal

kerja yaitu piutang dan tambahan persediaan. Seiring berkembangnya

usaha dan meningkatnya kebutuhan modal kerja para nasabah pengusaha,

Bank BRI mampu dan bersedia melayani kebutuhan penambahan plafond

(suplesi) kredit. Bank BRI memberikan alternatif bentuk pembiayaan kredit

dalam Kredit Modal Kerja ( KMK) sebagai berikut :

1) Skim plafond kredit menurun dengan jangka waktu maksimal 3 tahun;

2) Skim plafond kredit tetap dengan jangka waktu maksimal 1 tahun.

(Fasilitas Pinjaman Kredit Modal Kerja (KMK)

http://www.bri.co.id/JasaLayanan/Pinjaman/tabid/72/Default.aspx,

diakses pada tanggal 20 April 2011, pukul 21.00 WIB).

Pelaksanaan restrukturisasi kredit tersebut merupakan upaya yang

dilakukan untuk menyelamatkan kasus kredit bermasalah yang terjadi.

Kasus ini berawal pada tahun 2006 dimana Tuan X adalah nasabah yang

Page 64: core.ac.uk · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN JAMINAN DALAM PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT SEBAGAI UPAYA …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

berdomisili di Kabupaten Karanganyar mengajukan aplikasi Kredit Modal

Kerja (KMK) kepada BRI Cabang Karanganyar. Tujuan dari penggunan

kredit tersebut adalah untuk menambah modal kerja dagang hasil bumi atau

pertanian sebagai pengepul dan pengecer yang berlokasi di Pasar

Mojogedang, Kabupaten Karanganyar (Wawancara dengan Bp Novy

Sutarno Hermawan selaku Account Officer BRI Cabang Karanganyar pada

tanggal 15 April 2011 pukul 15.00 WIB).

Berdasarkan penelitian penulis, Account Officer BRI Cabang

Karanganyar melakukan analisis terhadap permohonan kredit calon debitur

dengan prinsip kehati-hatian sebagaimana yang telah diamanatkan dalam

Pasal 29 ayat (2) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang

Perbankan. Penerapan prinsip tersebut dilakukan dengan melakukan

analisis terhadap debitur berdasarkan analisis kelayakan 5C yaitu

character, capacity, capital, collateral, dan condition yang dimiliki oleh

calon debitur. Selain itu, pihak BRI Cabang Karanganyar juga melakukan

penilaian calon debitur yang disebut dengan ”on the spot” yaitu pencarian

informasi yang secara mendalam mengenai calon debitur melalui

pengamatan maupun observasi pada lingkungan sekitar debitur yaitu

tetangga, nasabah lama BRI, serta BRI Unit di sekitar tempat tinggal

debitur yang mengetahui secara langsung mengenai debitur hal ini

bertujuan untuk memperoleh informasi yang sebenar-benarnya mengenai

debitur (Wawancara dengan Bp Novy Sutarno Hermawan selaku Account

Officer BRI Cabang Karanganyar pada tanggal 28 Juni 2011 pukul 16.30

WIB).

Berdasarkan hasil analisis serta rekomendasi Account Officer maka

pengajuan aplikasi kredit tersebut disetujui. Pada tanggal 29 Mei 2006,

nasabah dan BRI Cabang Karanganyar menandatangani Surat Perjanjian

Page 65: core.ac.uk · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN JAMINAN DALAM PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT SEBAGAI UPAYA …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

Kredit No.258 tertanggal 29 Mei 2006 yang merupakan akta perjanjian

notariil. Perjanjian kredit tersebut dibuat oleh dan dihadapan notaris karena

menurut ketentuan pemberian kredit di BRI Cabang Karanganyar, jumlah

plafond kredit yang berjumlah lebih dari Rp 50.000.000,- (lima puluh juta

rupiah) perjanjian kreditnya harus dibuat secara notariil (Wawancara

dengan Bp Novy Sutarno Hermawan selaku Account Officer BRI Cabang

Karanganyar pada tanggal 19 April 2011 pukul 15.30 WIB).

Secara prakteknya di BRI Cabang Karanganyar seluruh syarat serta

ketentuan perjanjian kredit telah dipersiapkan oleh pihak bank kemudian

diserahkan kepada notaris untuk dirumuskan ke dalam akta notariil karena

pada dasarnya dalam pembuatan suatu perjanjian seorang notaris hanya

bertugas merumuskan apa yang diinginkan para pihak dalam suatu

perjanjian. Penandatanganan perjanjian kredit tersebut telah menimbulkan

hubungan hukum hutang-piutang yakni nasabah sebagai debitur dan BRI

Cabang Karanganyar sebagai kreditur.

Pihak BRI Cabang Karanganyar sebagai kreditur mensyaratkan

adanya jaminan serta agunan sesuai dengan Pasal 8 Undang-Undang

Nomor 10 Tahun1998 Tentang Perbankan. Agunan yang disyaratkan

tersebut adalah agunan pokok yang berupa usaha debitur yang dibiayai oleh

fasilitas KMK dan agunan tambahan antara lain sebagai berikut:

1) Sebidang tanah dengan Sertifikat Hak Milik (SHM) No.670;

2) Sebidang tanah dengan Sertifikat Hak Milik (SHM) No.1919;

3) Sebidang tanah dengan Sertifikat Hak Milik (SHM) No.1331;

4) Tanah dan bangunan dengan Sertifikat Hak Milik (SHM) No.1252

(Wawancara dengan Bp Novy Sutarno Hermawan selaku Account

Officer BRI Cabang Karanganyar pada tanggal 19 April 2011 pukul

15.30 WIB).

Page 66: core.ac.uk · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN JAMINAN DALAM PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT SEBAGAI UPAYA …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

Berdasarkan ketentuan dalam perjanjian kredit, plafond kredit yang

diberikan adalah Rp 50.000.000 (lima puluh juta rupiah) dengan bunga

sebesar 14% setahun. Beberapa waktu kemudian untuk menambah modal

usahanya, debitur menambah jumlah plafond kreditnya sebesar Rp

50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) kemudian debitur menambah

pinjaman lagi sebesar 75.000.000,- (tujuh puluh lima juta rupiah) sehingga

jumlah hutang pokok debitur secara keseluruhan berjumlah Rp

175.000.000,- (seratus tujuh puluh lima juta rupiah), dalam jangka waktu 1

tahun dengan tanggal realisasi pada 8 Oktober 2009 serta tanggal jatuh

tempo pada 8 Oktober 2010.

Pada awalnya debitur dapat membayar pengembalian kredit sesuai

dengan kesepakatan berupa hutang pokok beserta bunganya, namun pada

pertengahan tahun 2010 debitur mulai kesulitan membayar pokok

hutangnya dan hanya mampu membayar bunganya secara tidak penuh

(kurang). Hal ini terus berlangsung hingga melewati tanggal jatuh tempo

pembayaran kredit tersebut hingga awal tahun 2011. Pihak BRI Cabang

Karanganyar sudah berusaha melakukan penagihan agar debitur segera

melunasi seluruh kewajibannya kembali. Akan tetapi debitur menyatakan

tidak dapat memenuhi kewajiban pembayarannya dikarenakan usaha yang

dijalankan oleh debitur sedang mengalami penurunan usaha.

Pembayaran yang tidak lancar tersebut berpotensi menimbulkan

resiko terjadinya kredit bermasalah atau non-performing loan. Berdasarkan

tingkat kolektibilitasnya, fasilitas kredit tersebut termasuk dalam kategori

“Dalam Perhatian Khusus”. Hal tersebut mendorong kreditur untuk segera

bertindak agar kredit tersebut tidak berubah menjadi kredit macet karena

hal ini sangat berpengaruh terhadap penilaian kualitas aktiva bank itu

sendiri. Atas dasar inilah kreditur menganggap perlu melakukan

Page 67: core.ac.uk · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN JAMINAN DALAM PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT SEBAGAI UPAYA …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

penyelamatan terhadap kredit bermasalah dengan mengadakan prakarsa

restrukturisasi kredit yang dilakukan oleh Account Officer secara silang

(Wawancara dengan Bp Novy Sutarno Hermawan selaku Account Officer

BRI Cabang Karanganyar pada tanggal 19 April 2011 pukul 15.30 WIB).

Berdasarkan penelitian penulis, pelaksanaan restrukturisasi kredit di

BRI Cabang Karanganyar berpedoman pada peraturan perundang-

undangan yang berlaku yaitu Undang-Undang Nomor 10 Tahun1998

Tentang Perbankan, Peraturan Bank Indonesia No. 7/2/PBI/2005 Tentang

Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum, Surat Edaran Bank Indonesia No.

26/4/BPPP Tentang Tata Cara Penilaian Tingkat Kesehatan Bank, serta SK

BRI NOKEP:S.94-DIR/ADK/12/2005 tentang Restrukturisasi Kredit.

Landasan utama dalam pelaksanaan restrukturisasi kredit ini adalah SK

BRI NOKEP:S.94-DIR/ADK/12/2005 tentang Restrukturisasi Kredit. Hal

ini dikarenakan SK tersebut merupakan kebijakan yang dibuat secara

khusus sesuai dengan AD/ART PT Bank Rakyat Indonesia Tbk sehingga

apabila dalam pelaksanaan restrukturisasi kredit berpedoman terhadap SK

tersebut maka penerapannya akan lebih mudah dan sistematis (Wawancara

dengan Bp Novy Sutarno Hermawan, SH, selaku Account Officer BRI

Cabang Karanganyar pada tanggal 19 April 2011 pukul 15.30 WIB).

Berdasarkan penelitian penulis, untuk dapat dilakukan

restrukturisasi kredit, debitur harus memenuhi syarat-syarat restrukturisasi

kredit sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 4 ayat (2) SK BRI

NOKEP:S.94-DIR/ADK/12/2005 Tentang Restrukturisasi Kredit. Debitur

dalam kasus ini telah memenuhi syarat-syarat agar fasilitas kreditnya dapat

direstrukturisasi kredit antara lain sebagai berikut :

1) Debitur masih memiliki prospek usaha yang baik.

Prospek usaha tersebut antara lain :

Page 68: core.ac.uk · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN JAMINAN DALAM PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT SEBAGAI UPAYA …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

a) Potensi usaha debitur dalam menghasilkan cash flow;

b) Prospek pasar produk atau jasa yang dihasilkan masih cukup baik;

c) Peluang peningkatan efisiensi dan daya saing.

2) Debitur sedang mengalami kesulitan pembayaran pokok kredit.

3) Debitur masih menunjukan itikad yang positif untuk bekerja sama

(kooperatif) terhadap upaya restrukturisasi yang akan dijalankan. Itikad

baik dari debitur ini dapat dilihat dari kemauan dan kesediaan debitur

serta integritas debitur yaitu :

a) Debitur masih membayar kewajiban berupa bunga walaupun tidak

penuh (kurang);

b) Debitur juga memberikan data-data mengenai keadaan usahanya

sebagai pengepul dan pengecer hasil pertanian secara terbuka (full

disclosure);dan

c) Debitur telah membuat rencana restrukturisasi serta menyampaikan

rencana tersebut untuk dibahas dengan pihak kreditur (Wawancara

dengan Bp Novy Sutarno Hermawan selaku Account Officer BRI

Cabang Karanganyar pada tanggal 19 April 2011 pukul 15.30

WIB).

Pelaksanaan prakarsa restrukturisasi kredit di BRI Cabang

Karanganyar juga harus memperhatikan ketentuan Pasal 4 ayat (3) SK BRI

NOKEP:S.94-DIR/ADK/12/2005 Tentang Restrukturisasi Kredit karena

dapat digunakan sebagai tolak ukur serta bahan pada tahap selanjutnya

yaitu tahap negosiasi para pihak. Ketentuan tersebut antara lain :

1) Restrukturisasi kredit hanya dapat dilakukan apabila telah memenuhi syarat restrukturisasi kredit.

2) Restrukturisasi kredit dapat dilakukan untuk kredit dengan Kolektibilitas Lancar, Dalam Perhatian Khusus, Kredit Kurang Lancar, Kredit Diragukan dan Kredit Macet, dengan pengaturan sebagai berikut :

Page 69: core.ac.uk · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN JAMINAN DALAM PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT SEBAGAI UPAYA …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

a) Restrukturisasi kredit dengan cara perubahan tingkat suku bunga kredit sampai dengan serendah-rendahnya sebesar suku bunga restrukturisasi kredit, dapat diberlakukan untuk kredit dengan kolektibilitas Lancar, sedangkan untuk kredit dengan kolektibilitas Diragukan dan Macet, suku bunga restrukturisasi kredit disesuaikan dengan kemampuan (cash flow) debitur.

b) Restrukturisasi kredit berupa pengurangan tunggakan bunga dan atau penalty hanya dapat diberlakukan untuk kredit dengan kolektibilitas Diragukan dan Macet.

c) Restrukturisasi kredit berupa perpanjangan jangka waktu kredit atau penjadwalan kembali angsuran kredit, penjualan agunan dan pembayaran kewajiban bunga yang dilakukan kemudian (deferred interest payment) dapat dilakukan untuk kolektibilitas Lancar, Dalam Perhatian Khusus, Kurang Lancar, Diragukan dan Macet.

d) Restrukturisasi kredit dengan cara penambahan fasilitas kredit dapat dilakukan untuk kolektibilitas Lancar, Dalam Perhatian Khusus, Kurang Lancar, Diragukan, dan Macet.

e) Restrukturisasi kredit dengan cara konversi kredit menjadi penyertaaan sementara bank pada usaha debitur atau pengambilalihan asset debitur dapat dilakukan untuk kredit dengan kolektibilitas Kurang Lancar, Diragukan dan Macet.

f) Restrukturisasi kredit dengan cara pengurangan tunggakan pokok pinjaman dapat dilakukan untuk kredit dengan kolektibilitas Macet (Pasal 4 ayat (3) SK BRI NOKEP:S.94-DIR/ADK/12/2005).

Berdasarkan Pasal 3 SK BRI NOKEP:S.94-DIR/ADK/12/2005

Tentang Restrukturisasi Kredit, diatur mengenai jenis-jenis restrukturisasi

kredit tersebut antara lain sebagai berikut :

1) Perubahan atau penurunan Tingkat Suku Bunga

Perubahan tingkat suku kredit adalah untuk penurunan atau perubahan tingkat suku bunga menjadi lebih kecil dari suku bunga yang saat ini sedang berlaku. Perubahan tingkat suku bunga tersebut adalah untuk perhitungan bunga yang akan datang (setelah restrukturisasi kredit). Suku bunga yang diberikan kepada debitur diatur sebagai berikut : a) Penurunan suku bunga kredit yang paling rendah untuk

kredit yang direstrukturisasi dengan Kolektibilitas Lancar,

Page 70: core.ac.uk · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN JAMINAN DALAM PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT SEBAGAI UPAYA …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

Dalam Perhatian Khusus dan Kurang Lancar yang berpedoman pada ketentuan suku bunga restrukturisasi kredit sebagaimana ditetapkan oleh Asset Liability Committee (ALCO).

b) Penurunan suku bunga kredit yang paling rendah untuk kredit yang direstrukturisasi dengan Kolektibilitas Diragukan dan Macet disesuaikan dengan kemampuan ikan dengan kemampuan (cash flow) debitur dan penetapannya sesuai dengan ALCO atau Pendelegasian Wewenang Kredit (PDWK) pejabat yang berwenang.

2) Pengurangan Tunggakan Bunga dan atau Denda (Penalty) Pemberian keringanan tunggakan bunga dan atau denda maksimum sebatas tunggakan bunga dan atau penalty diatur sebagai berikut: a) Untuk kredit yang direstrukturisasi kredit dengan

Kolektibilitas Lancar, Dalam Perhatian Khusus, dan Kurang Lancar, tidak dimungkinkan untuk diberikan penguranagan tunggakan bunga dan atau penalty.

b) Untuk kredit yang direstrukturisasi dengan Kolektibilitas Diragukan dan Macet, pengurangan tunggakan bunga dan atau penalty dimungkinkan yang besarnya disesuaikan dengan kemampuan Debitur.

3) Pengurangan Tunggakan Pokok Kredit

Ketentuan mengenai pengurangan tunggakan pokok kredit berpedoman pada Anggaran Dasar Bank dan ketentuan peraturan perundang-undangan lain mengenai hapus tagih. Ketentuan mengenai pengurangan pokok kredit dalam rangka restrukturisasi kredit diatur dalam ketentuan yang mengatur tentang penghapusan secara mutlak. Pengurangan tunggakan pokok merupakan restrukturisasi kredit yang paling maksimal diberikan bank kepada debitur karena pengurangan tunggakan biasanya diikuti dengan penghapusan bunga dan atau denda seluruhnya.

4) Perpanjangan Jangka Waktu Kredit dan atau Penjadwalan Kembali

Perpanjangan jangka waktu kredit dilakukan dengan cara memberikan tambahan jangka waktu kredit termasuk perubahan jadwal dan besarnya angsuran pembayaran pokok dan atau bunga serta denda. Pengertian perpanjangan jangka

Page 71: core.ac.uk · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN JAMINAN DALAM PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT SEBAGAI UPAYA …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

waktu dalam konteks ini adalah dalam rangka menyehatkan usaha debitur. Perpanjangan jangka waktu kredit (rescheduling) disesuaikan dengan kemampuan membayar kembali (cashflow) debitur atau untuk kredit konsumtif disesuaikan dengan repayment capacity debitur yang bersangkutan. Selama perpanjangan (rescheduling) pinjaman yang direstrukturisasi, tidak ada pembatasan jangka waktu.

5) Penambahan Fasilitas Kredit atau Suplesi Kredit Penambahan fasilitas kredit merupakan pemberian

tambahan fasilitas kredit baik direct maupun contingent agar usaha debitur dapat beroperasi kembali dan atau usaha debitur dapat meningkatkan kapasitas produksinya sehingga menghasilkan pendapatan yang dapat digunakan untuk memenuhi kewajiban kepada bank. Penambahan fasilitas kredit tidak diperkenankan untuk melunasi tunggakan pokok dan atau bunga serta denda dan ditatakerjakan dalam rekening yang terpisah. Penambahan fasilitas kredit (suplesi kredit) dalam rangka restrukturisasi kredit harus didukung dengan agunan yang cukup untuk mengcover kewajibannya.

6) Pengambilalihan Asset Debitur sesuai Ketentuan Yang Berlaku Pengambilalihan asset debitur meliputi asset usaha

debitur baik yang dijaminkan maupun yang tidak dijaminkan atau yang tidak dijaminkan atau yang dijaminkan kepada pihak ketiga. Pengelolaan dan atau pengambilalihan asset debitur tersebut merupakan tindakan dalam rangka penyelamatan kredit baik secara aktif maupun pasif (pengawasan). Pengertian aktif yaitu pihak bank ikut secara aktif dalam melihat kondisi pasar dan mencari pembeli sedangkan secara pasif berarti pihak bank dalam hal pengambilalihan asset debitur, menyerahkannya melalui saluran hukum atau dalam hal ini hanya melakukan pengawasan saja terhadap jalannya pengambilalihan asset debitur.

7) Konversi Kredit Menjadi Penyertaan Modal Sementara Bank Pada Perusahaan Debitur

Konversi kredit menjadi penyertaan modal sementara pada perusahaan debitur hanya bersifat sementara yang dilakukan dalam rangka penyelamatan kredit bermasalah. Restrukturisasi kredit berupa penyertaan modal sementara hanya dapat dilakukan untuk kredit yang memiliki kualitas kredit Kurang Lancar, Diragukan, dan Macet.

8) Pembayaran Sejumlah Kewajiban Bunga yang Dilakukan Kemudian (Deferred Interest Payment/Interest Baloon Payment)

Page 72: core.ac.uk · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN JAMINAN DALAM PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT SEBAGAI UPAYA …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

Pembayaran sejumlah kewajiban bunga yang dilakukan kemudian merupakan salah satu bentuk restrukturisasi kredit yang dilakukan baik untuk menyehatkan usaha debitur dengan cara menangguhkan sementara sebagian atau seluruh beban bunga yang seharusnya dibayar oleh debitur, yang diakumulasikan selama jangka waktu tertentu. Bunga yang ditangguhkan pembayarannya tersebut harus dibayar kembali oleh debitur di kemudian hari sesuai jadwal pembayaran yang telah disepakati oleh kedua belah pihak. Atas bunga yang ditangguhkan tersebut tidak dikenakan bunga atau penalty.

9) Penjualan Agunan Penjualan agunan atau asset debitur yang dilakukan

secara di bawah tangan, yang diserahkan kepada bank dalam rangka penyelamatan. Adapun tujuan dari penjualan agunan adalah sebagai berikut : a) Memepercepat penjualan atau pencairan asset debitur

dengan prioritas penggunaan untuk mengurangi pokok pinjaman dan piutang ekstern.

b) Memperoleh harga jual yang optimal dengan alternatif cara pembayaran terbaik yang dapat diterima oleh bank.

Restrukturisasi kredit yang berupa penjualan agunan secara di bawah tangan berdasarkan kesepakatan para pihak (bank dengan debitur dan atau calon pembeli), maka apabila agunan yang akan dijual secara di bawah tangan tersebut telah diikat dengan hak tanggungan, maka sebelum dilakukan penjualan, harus mengikuti ketentuan sebagaimana termuat dalam Undang-Undang Hak Tangungan No.4 Tahun 1994 yang berlaku saat ini.

9) Kombinasi Dari Berbagai Alternatif Tersebut Di Atas Jenis restrukturisasi ini merupakan gabungan dari

berbagai alternatif restrukturisasi dari butir 1 sampai dengan butir 9 dan kombinasi tersebut dapat saja terdiri dari dua atau lebih alternatif yang ada (SK BRI NOKEP:S.94-DIR/ADK/12/2005)

Berdasarkan hasil penelitian penulis di Kantor BRI Cabang

Karanganyar yang dilakukan pada bulan April-Juni 2011 serta hasil

wawancara penulis dengan narasumber yaitu Account Officer yang

bertugas menangani restrukturisasi kredit ini yakni Bp Novy Sutarno

Hermawan, maka penulis dapat mengemukakan mengenai pelaksanaan

Page 73: core.ac.uk · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN JAMINAN DALAM PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT SEBAGAI UPAYA …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

restrukturisasi kredit sebagai upaya untuk menyelamatkan kredit

bermasalah yang dialami debitur dalam kasus ini, dimana pelaksanaannya

melalui beberapa tahap sesuai dengan Pasal 6 SK BRI NOKEP:S.94-

DIR/ADK/12/2005 tentang Restrukturisasi Kredit yaitu sebagai berikut :

1) Prakarsa Restrukturisasi Kredit.

Prakarsa restrukturisasi kredit merupakan tahap dimana pejabat

lini (Account Offcer) yang ditunjuk untuk menangani pelaksanaan

restrukturisasi kredit memrakarsai dilakukannya proses restrukturisasi

kredit terhadap fasilitas kredit yang dinilai termasuk dalam kredit

bermasalah serta memeriksa pemenuhan persyaratan restrukturisasi

kredit yang diajukan debitur (Wawancara dengan Bp Novy Sutarno

Hermawan selaku Account Officer BRI Cabang Karanganyar pada

tanggal 19 April 2011 pukul 15.30 WIB).

Prakarsa restrukturisasi kredit terhadap kredit bermasalah atau

non-performing loan dalam kasus yang diteliti oleh penulis ini

dilakukan oleh pejabat kredit lini (Account Offcer) lain secara silang

yang memiliki Pendelegasian Wewenang Kredit (PDWK) Non-

Performing Loan. Berdasarkan ketentuan Pasal 6 SK BRI NOKEP:S.94-

DIR/ADK/12/2005 tentang Restrukturisasi Kredit, Pejabat Kredit Lini

terakhir sebelum kredit direstrukturisasi baik selaku pejabat pemrakarsa,

pejabat penganalisis, maupun pejabat pemutus tidak boleh menjadi

pejabat pemrakarsa restrukturisasi kredit.

Ketentuan dalam pasal tersebut berkenaan dengan

diperlukannya aspek pengawasan kredit yang dilakukan oleh pihak bank

BRI yaitu adanya pemisahan pejabat kredit/analis kredit lancar dan

kredit bermasalah, untuk menghindari unsur objektifitas dan

kemungkinan timbulnya kolusi antara debitur dengan analis kredit

bermasalah tersebut diakibatkan oleh kesalahan atau fraud dari analis

Page 74: core.ac.uk · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN JAMINAN DALAM PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT SEBAGAI UPAYA …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

kredit itu sendiri. Hal ini merupakan suatu bentuk pengawasan secara

struktural dalam pelaksanaan restrukturisasi kredit untuk menghindari

adanya kepentingan pribadi antara debitur dengan pejabat yang

memberikan prakarsa maupun putusan restrukturisasi kredit

(Wawancara dengan Bp Novy Sutarno Hermawan selaku Account

Officer BRI Cabang Karanganyar pada tanggal 14 Juni 2011 pukul

15.30 WIB).

2) Negosiasi dengan debitur yang didokumentasikan.

Setelah dilakukan prakarsa restrukturisasi kredit oleh pejabat

pemrakarsa kredit yakni Account Officer, tahap selanjutnya adalah

pelaksanakan negosiasi oleh para pihak dalam rangka mencapai

kesepakatan mengenai jenis restrukturisasi kredit yang akan dilakukan.

Pelaksanaan negosiasi restrukturisasi kredit harus dicatat oleh pejabat

pemrakarsa kredit dan didokumentasikan dalam berkas kredit. Negosiasi

tersebut terdiri dari pihak kreditur yang diwakili Pemimpin Cabang,

Account Officer serta ADK telah dan pihak debitur. Surat permohonan

restrukturisasi kredit yang diajukan oleh debitur diperlukan dalam tahap

negosiasi untuk membahas jenis restrukturisasi kredit yang diinginkan

debitur.

Pihak bank hanya dapat melakukan restrukturisasi kredit apabila

ada permohonan restrukturisasi kredit dari debitur dengan cara debitur

membuat surat permohonan restrukturisasi yang berisi mengenai jenis

restrukturisasi kredit yang diinginkan. Lain halnya, apabila terjadi kredit

macet yaitu dalam hal debitur telah menunggak baik angsuran pokok

maupun bunganya selama tiga bulan atau tiga kali berturut-turut, maka

pihak bank dengan sendirinya berinisiatif untuk melakukan

restrukturisasi kredit dimana surat permohonan restrukturisasi dibuat

Page 75: core.ac.uk · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN JAMINAN DALAM PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT SEBAGAI UPAYA …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

oleh pihak itu sendiri. Berdasarkan surat permohonan tersebut pihak

bank dapat melakukan negosiasi dengan debitur untuk membahas jenis

restrukturisasi kredit yang diinginkan debitur (Wawancara dengan Bp

Novy Sutarno Hermawan selaku Account Officer BRI Cabang

Karanganyar pada tanggal 14 Juni 2011 pukul 15.30 WIB).

Ketentuan Pasal 9 ayat (1) K BRI NOKEP:S.94-

DIR/ADK/12/2005 tentang Restrukturisasi Kredit menyebutkan bahwa

pelaksanaan negosiasi restrukturisasi kredit dapat dilakukan sebelum

maupun sesudah analisis dan evaluasi restrukturisasi kredit. Negosiasi

yang dilaksanakan sebelum analisis dan evaluasi restrukturisasi kredit

dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran awal serta persepsi yang

sama mengenai rencana restrukturisasi oleh debitur. Pelaksanaan

negosiasi setelah analisis dan evaluasi restrukturisasi kredit

dimaksudkan untuk mendapatkan kesepakatan mengenai jenis

restrukturisasi, syarat, struktur dan tipe kredit.

Berdasarkan penelitian penulis, pelaksanaan negosiasi dalam

kasus ini dilakukan secara tatap muka langsung dimana pihak bank dan

debitur telah beberapa kali bertemu untuk melakukan negosiasi baik

sebelum maupun sesudah analisis dan evaluasi restrukturisasi kredit.

Negosiasi yang dilaksanakan sebelum analisis dan evaluasi telah

menghasilkan gambaran awal dan persepsi yang sama antara debitur dan

kreditur. Pelaksanaan negosiasi setelah analisis dan evaluasi telah

mencapai kesepakatan yang telah dituangkan dalam perjanjian

restrukturisasi kredit (Wawancara dengan Bp Novy Sutarno Hermawan

selaku Account Officer BRI Cabang Karanganyar pada tanggal 19 April

2011 pukul 16.00 WIB).

Page 76: core.ac.uk · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN JAMINAN DALAM PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT SEBAGAI UPAYA …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

Negosiasi yang telah dilaksanakan sebelum analisis dan evaluasi

didasarkan pada surat permohonan restrukturisasi kredit yang telah

diajukan oleh debitur yang berisi bahwa debitur menginginkan adanya

keringanan dalam pembayaran kewajibannya. Keringanan tersebut

berupa permintaan penjadwalan kembali atas pinjaman debitur selama

36 bulan dengan turun pokok sebesar Rp 80.000.000,- (delapan puluh

juta rupiah), dan sisa pokok pinjaman sebesar Rp 95.000.000,-

(sembilan puluh lima juta rupiah) akan direstrukturisasi dengan turun

pokok sebesar Rp 5.000.000/tahun. Debitur juga meminta agar seluruh

bunga dan penalty dibayarkan pada akhir periode, serta meminta bunga

serendah-rendahnya. Debitur juga meminta agunan yang telah

diserahkan yaitu Sertifikat Hak Milik No.670 dan Sertifikat Hak Milik

No.1331 dimana agunan tersebut akan dijual oleh debitur untuk

melunasi turun pokok hutang debitur.

Hasil negosiasi tersebut dituangkan dalam ”Berita Acara Hasil

Negosiasi/Kesepakatan Dengan Debitur Dalam Rangka Penyelesaian

Kredit” pada tanggal 16 Maret 2011 yang dilakukan di Kantor BRI

Cabang Karanganyar. Adapun isi dari kesepakatan tersebut adalah

sebagai berikut :

a) Debitur mengakui bahwa fasilitas pinjaman kredit modal kerja yang

telah diterima debitur dari kreditur, telah mengalami kredit

bermasalah dengan total keseluruhan pinjaman berupa pokok,

bunga dan pinalty pada tanggal 16 Maret 2011 sebesar Rp

178.904.475,- (seratus tujuh puluh delapan juta sembilan ratus

empat ribu empat ratus tujuh puluh lima juta rupiah).

b) Debitur menyatakan bahwa kinerja usahanya telah menurun

diakibatkan adanya piutang tidak tertagih, banyaknya tengkulak

Page 77: core.ac.uk · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN JAMINAN DALAM PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT SEBAGAI UPAYA …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

hasil bumi dengan sistem ijon serta cuaca yang tidak menentu yang

mempengaruhi hasil panen.

c) Debitur menyatakan kesanggupannya untuk membayar kewajiban

antara lain berupa :

(1) Tunggakan bunga sebesar Rp 3.904.475,- (tiga juta sembilan

ratus empat ribu empat ratus tujuh puluh lima rupiah) dan

ditambah bunga sampai dengan realisasi restrukturisasi kredit

serta pembayarannya akan dibayarkan pada akhir periode kredit

yaitu pada bulan ke 36.

(2) Tunggakan pinalty sampai dengan restrukturisasi kredit

tersebut ditandatangani yang akan dibayarkan pada akhir

periode.

(3) Pokok kredit sebesar Rp 80.000.000,- (delapan puluh juta

rupiah) hasil dari penjualan agunan debitur yaitu SHM No.670

dan SHM No.1331, sehingga sisa pokok kredit menjadi Rp

95.000.000,- (sembilan puluh lima juta rupiah). Sisa pokok

tersebut akan direstrukturisasi yaitu dengan cara debitur

membayar sisa pokok tersebut sebanyak 3 (tiga) kali angsuran.

(4) Penurunan suku bunga pinjaman yaitu dari suku bunga sebesar

14% pertahun menjadi 10% pertahun dan bunga akan dibayar

setiap bulan.

Hasil negosiasi tersebut kemudian ditindaklanjuti oleh pihak

bank sebagai kreditur dengan melakukan kunjungan terhadap debitur.

Hal ini dilakukan agar pihak kreditur dapat memperoleh data usaha

debitur secara valid atau sebenar-benarnya. Hasil kunjungan tersebut

kemudian dilaporkan oleh pejabat lini bank yaitu Account Officer yang

tertuang dalam “Laporan Kunjungan Nasabah : Riwayat Pemberian

Fasilitas Restrukturisasi” yang berisi antara lain sebagai berikut:

Page 78: core.ac.uk · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN JAMINAN DALAM PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT SEBAGAI UPAYA …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

a) Yang bersangkutan (debitur) adalah nasabah lama di Bank Rakyat

Indonesia Cabang Karanganyar dengan karakter baik.

b) Usaha yang bersangkutan (debitur) adalah usaha dagang hasil bumi

dan pengepul hasil pertanian.

c) Yang bersangkutan telah menjadi nasabah bank BRI Karanganyar

sejak tahun 2006 dengan kredit Rp 50.000.000,- (lima puluh juta

rupiah), kemudian meningkat menjadi Rp 100.000.000,- (seratus

juta rupiah), dan kemudian menjadi Rp 175.000.000,- (seratus tujuh

puluh lima juta rupiah).

d) Usaha debitur sejak pertengahan tahun 2010 mengalami penurunan

yang disebabkan oleh persaingan bisnis dimana banyak dijumpai

tengkulak yang ngijon langsung ke petani sehingga pasokan

berkurang serta banyaknya piutang debitur yang tidak bisa tertagih.

e) Dengan adanya piutang debitur oleh pedagang lain yang nilainya

sebesar + Rp 70.000.000,- (tujuh puluh juta rupiah) yang belum

terbayar menyebabkan terganggunya rencana debitur untuk

mengembangkan usahanya sehingga hal tersebut mengurangi laba

debitur.

f) Untuk memulihkan usahanya, debitur memohon agar pinjamannya

dijadwalkan kembali dengan pembayaran bunga dan pinalty di

akhir periode dan mohon agar provisi dihapuskan.

Atas dasar hasil kunjungan tersebut, petugas Account Officer

mengusulkan agar fasilitas kredit yang diberikan kepada debitur tersebut

diusulkan untuk direstrukturisasi. Adapun alasan pengusulan

restrukturisasi kredit tersebut adalah sebagai berikut :

a) Usaha debitur masih berjalan dan masih mempunyai prospek yang

lebih baik karena lokasi maupun daerah tersebut sangat strategis.

Page 79: core.ac.uk · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN JAMINAN DALAM PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT SEBAGAI UPAYA …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

b) Karakter debitur baik, hal ini dibuktikan dengan yang bersangkutan

masih membayar bunga walaupun kurang (tidak penuh).

c) Yang bersangkutan bersama keluarganya berkemauan untuk maju

mengembangkan usahanya tersebut (bangkit dari keterpurukan).

d) Adanya rencana yang bersangkutan untuk menjual sebagian asset

untuk dipakai sebagai modal usaha.

e) Diharapkan dengan direstrukturisasi, maka pinjaman akan menjadi

lancar karena beban bunga menjadi menjadi kecil.

3) Analisis dan Evaluasi

Tahap analisis dan evaluasi dilakukan terhadap hasil negosiasi

restrukturisasi kredit yang berdasarkan pada prospek usaha debitur dan

kemampuan debitur dalam membayar sesuai dengan proyeksi arus kas.

Tujuan dari analisis ini yaitu untuk mengetahui Repayment Capacity

dari debitur. Repayment Capacity yaitu kemampuan membayar kembali

kredit yang telah diberikan kepada debitur. Tujuan lainnya yaitu untuk

mengetahui lebih jauh tentang perilaku usaha maupun perilaku debitur

yang berkaitan dengan kepribadian serta itikad baiknya sehingga dengan

adanya analisis pihak bank dapat meyakini serta mempertimbangkan

perlunya dilaksanakan restrukturisasi atau tidak. Analisis dan evaluasi

dalam kasus ini dilakukan oleh Pejabat Kredit Lini yaitu Account

Officer BRI Karanganyar dan setiap tahapan dalam pelaksanaan

restrukturisasi kredit wajib didokumentasikan secara lengkap

(Wawancara dengan Bp Novy Sutarno Hermawan selaku Account

Officer BRI Cabang Karanganyar pada tanggal 19 April 2011 pukul

16.00 WIB).

Hal-hal yang dianalisis dan dievaluasi dalam restrukturisasi

kredit dalam kasus ini telah sesuai dengan ketentuan Pasal 8 ayat (6) SK

Page 80: core.ac.uk · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN JAMINAN DALAM PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT SEBAGAI UPAYA …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

BRI NOKEP:S.94-DIR/ADK/12/2005 yaitu berupa evaluasi terhadap

permasalahan debitur yang meliputi :

a) Penyebab terjadinya tunggakan pokok dan bunga yang didasarkan

pada laporan keuangan, arus kas (cash flow), proyeksi keuangan,

dan kondisi pasar adalah adanya faktor lain berupa penurunan usaha

debitur yang disebabkan persaingan usaha, kena tipu oleh rekan

bisnis, serta banyaknya piutang tak tertagih yang macet.

b) Perkiraan pengembalian seluruh pokok dan bunga kredit

berdasarkan perjanjian kredit sebelum dan sesudah restrukturisasi.

Perkiraan ini telah dilakukan oleh Pejabat Kredit Lini yang

didasarkan pada rasio keuangan dan proyeksi usaha debitur kedepan

serta kemampuan debitur untuk membayar kembali pinjamannya.

c) Evaluasi mengenai agunan yang diserahkan oleh debitur, dimana

terdapat persyaratan yaitu adanya agunan atau jaminan tambahan

baru apabila agunan dalam perjanjian kredit sebelum restrukturisasi

tidak mencukupi. Dalam kasus ini, agunan yang diserahkan oleh

debitur masih cukup untuk menjamin seluruh pinjamannya,

termasuk jumlah plafond kredit sebelum direstrukturisasi maupun

sisa hutang pokok setelah restrukturisasi kredit.

d) Pendekatan dan asumsi yang digunakan untuk menetapkan proyeksi

arus kas (cash projected flow) debitur, serta dalam

memperhitungkan nilai tunai (present value) dari angsuran pokok

dan bunga yang diterima oleh kreditur.

e) Analisis, kesimpulan dn rekomendasi yang dilakukan oleh pejabat

analisis dalam melakukan penyesuaian persyaratan kredit adalah

melakukan penurunan suku bunga kredit menjadi 10% per tahun,

perubahan jangka waktu kredit menjadi 36 bulan serta pengurangan

tunggakan pokok melalui penjualan agunan atau jaminan yang

dilakukan oleh debitur. Penyesuaian tersebut dilakukan dengan

Page 81: core.ac.uk · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN JAMINAN DALAM PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT SEBAGAI UPAYA …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

mempertimbangkan siklus usaha dan kemampuan membayar

debitur sehingga debitur dapat memenuhi kewajiban pembayaran

pokok dan bunga hingga tanggal jatuh tempo yaitu bulan ke-36.

f) Adanya penyesuaian atas penjadwalan kembali hutang debitur

selama jangka waktu 36 bulan menunjukan bahwa debitur dinilai

masih mempunyai kemampuan membayar.

g) Rincian yang terkait dengan persyaratan kredit termasuk

kesepakatan keuangan dalam perjanjian kredit, antara lain rencana

rekapitulasi usaha debitur serta adanya hak dari bank (kreditur)

untuk meningkatkan suku bunga sejalan dengan kemampuan

membayar debitur.

h) Rincian kelengkapan dokumen yang diperlukan dalam rangka

pelaksanaan restrukturisasi kredit.

i) Persyaratan bahwa perjanjian kredit dan dokumen lainnya yang

berkaitan dengan pelaksanaan restrukturisasi kredit harus

mempunyai kekuatan hukum.

Berdasarkan Pasal 8 ayat (7) SK BRI NOKEP:S.94

DIR/ADK/12/2005, dalam pelaksanaan analisis dan evaluasi

restrukturisasi kredit diperlukan adanya informasi-informasi mengenai

debitur secara jelas dan pasti. Informasi tersebut dianalisis dan

dievaluasi kemudian hasilnya dituangkan dalam Memorandum Analisis

Kredit (MAK). Memorandum Analisis Kredit (MAK) merupakan tolak

ukur dalam menentukan jenis restrukturisasi yang akan diputuskan oleh

pejabat pemutus kredit karena berisi mengenai data-data keuangan serta

laporan analisis nasabah (Wawancara dengan Bp Novy Sutarno

Hermawan selaku Account Officer BRI Cabang Karanganyar pada

tanggal 15 April 2011 pukul 16.00 WIB).

Page 82: core.ac.uk · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN JAMINAN DALAM PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT SEBAGAI UPAYA …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan oleh Account Officer

yang telah dituangkan dalam MAK tersebut diatas dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut :

a) Karakter debitur adalah baik hal ini dibuktikan dengan setiap bulan

debitur masih membayar bunga walaupun masih kurang (tidak

penuh).

b) Dengan dilakukannya restrukturisasi ini diharapkan usaha debitur

bisa berkembang sehingga pinjaman di BRI Cabang Karanganyar

dapat lancar kembali.

c) Diharapkan dengan diberikannya suku bunga restrukturisasi sebesar

10% diharapkan usaha debitur dapat bangkit kembali dan

berkembang sehingga mampu memenuhi kewajibannya baik pokok

maupun bunga.

d) Dengan dilaksanakannya restrukturisasi ini diharapkan kolektibilitas

kredit debitur terjaga (Lancar).

4) Putusan Restrukturisasi Kredit

Pada tingkat kantor cabang seperti pada BRI Cabang

Karanganyar selaku kreditur, pejabat kredit yang melaksanakan putusan

restrukturisasi kredit merupakan Pejabat Kredit Lini yang terdiri dari :

a) Pimpinan Cabang;

b) Manajer Pemasaran;

c) Account Officer;

d) Account Officer Kredit Konsumtif.

Sebelum dibuat suatu Putusan Kredit (PTK) mengenai

restrukturisasi kredit ini, Account Officer yang bertugas menganalisis

dan mengevaluasi permohonan restrukturisasi membuat Putusan

Penyelesaian Kredit No.B.-KC-VII/ADK/03/2011 yang merupakan

Page 83: core.ac.uk · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN JAMINAN DALAM PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT SEBAGAI UPAYA …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

format yang direkomendasikan untuk pejabat pemutus kredit. Putusan

penyelesaian kredit tersebut berisi antara lain sebagai berikut :

a) Data debitur

b) Konsep hubungan total pemohon kredit

Dalam konsep hubungan total pemohon kredit ini debitur

merupakan institusi customer atau perseorangan karena fasilitas

Kredit Modal Kerja (KMK) tersebut digunakan untuk menambah

modal usaha dagang debitur.

c) Eksposur kredit

Eksposur kredit merupakan jumlah dan jenis fasilitas kredit

yang diberikan oleh kreditur. Kanca Pengendali dan Pemberi Kredit

dalam eksposur kredit ini adalah Kantor Bank Rakyat Indonesia

Cabang Karanganyar. Eksposur kredit digambarkan sebagai berikut:

Tabel 2. Eksposur Kredit

(Rupiah)

Nama

Nasabah

Jenis

Fasilitas

Kredit

Maks. CO

Kredit

Baki Debet

Kredit

Jumlah

Kredit Yang

Diputus

Lama KMK 175.000.000 175.000.000 -

Baru 95.000.000 - 95.000.000

Total Eksposur Kredit 95.000.000

Sumber : Putusan Penyelesaian Kredit No.B.-KC-VII/ADK/03/2011

d) Agunan kas debitur

Dalam kasus ini debitur tidak menggunakan agunan kas (cash

collateral) karena untuk menjamin fasilitas pinjamannya, debitur

menggunakan jaminan kebendaan yaitu hak tanggungan berupa

Sertifikat Hak Milik (SHM).

Page 84: core.ac.uk · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN JAMINAN DALAM PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT SEBAGAI UPAYA …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

e) Alasan/Analisa pengeluaran biaya dalam rangka penyelesaian kredit

bermasalah.

Alasan restrukturisasi kredit ini diusulkan untuk

menyelesaikan kredit bermasalah yang dialami debitur yaitu dengan

adanya penyelesaian kredit ini biaya yang dikeluarkan pihak BRI

Cabang Karanganyar tidak ada sehingga lebih menguntungkan

apabila dengan melakukan restrukturisasi kredit daripada

penyelesaian melalui saluran hukum.

Putusan Penyelesaian Kredit tersebut diatas digunakan oleh

pejabat pemutus kredit dalam membuat putusan kredit (PTK) dalam

kasus ini. Berdasarkan ketentuan dalam SK BRI NOKEP:S.94-

DIR/ADK/12/2005 tentang Restrukturisasi Kredit, putusan

restrukturisasi kredit dibuat oleh pejabat pemutus kredit dengan

kewenangan yang setingkat lebih tinggi dari pejabat pemutus pada saat

pemberian kredit terakhir sebelum dilakukan restrukturisasi kredit.

Putusan restrukturisasi kredit ini diputus oleh Pimpinan BRI Cabang

Karanganyar dimana beliau juga merupakan pejabat pemutus kredit

sebelum restrukturisasi kredit ini (Wawancara dengan Bp Novy Sutarno

Hermawan selaku Account Officer BRI Cabang Karanganyar pada

tanggal 14 Juni 2011 pukul 15.30 WIB).

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan penulis oleh

Account Officer menyatakan bahwa pimpinan cabang dapat menjadi

pejabat pemutus kredit maupun pejabat pemutus restrukturisasi kredit

secara sekaligus dalam hal jumlah kredit yang direstrukturisasi tidak

lebih dari Rp 500.000.000 (lima ratus juta rupiah) dimana ketentuan

tersebut merupakan kebijakan internal dari Kantor Wilayah Yogyakarta

Bank Rakyat Indonesia. Jumlah kredit yang direstrukturisasi dalam

Page 85: core.ac.uk · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN JAMINAN DALAM PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT SEBAGAI UPAYA …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

kasus ini adalah Rp 175.000.000,- sehingga putusan restrukturisasi

kreditnya dapat diputus oleh Pimpinan BRI Cabang Karanganyar

sebagai pejabat pemutus kredit dan pejabat pemutus restrukturisasi

kredit (Wawancara dengan Bp Novy Sutarno Hermawan selaku Account

Officer BRI Cabang Karanganyar pada tanggal 19 April 2011 pukul

16.00 WIB).

Berdasarkan pada usulan putusan penyelesaian kredit maka

pihak bank selaku kreditur mengeluarkan putusan restrukturisasi kredit

(PTK) pada bulan Maret 2011 yang berisi mengenai mekanisme

restrukturisasi kredit yang akan dilakukan untuk menyelamatkan kredit

bermasalah yang dialami debitur. PTK tersebut antara lain berisi sebagai

berikut :

a) Fasilitas

Kredit Modal Kerja (KMK) yang digunakan debitur adalah bentuk

kredit RC dengan maksimum CO menurun.

b) Jumlah

resiko kredit yang diputus yaitu Rp 95.000.000,- (Sembilan puluh

lima juta rupiah) dengan jangka waktu selama 36 bulan sejak putusan

ini disetujui debitur. Hal ini sesuai dengan permintaan debitur yang

tertuang dalam surat permohonan restrukturisasi yang telah diajukan

oleh debitur.

c) Pembaya

ran angsuran akan dilakukan sebanyak 3 (tiga) kali selama kurun

waktu 36 bulan yakni angsuran pertama akan dibayar pada akhir

bulan ke-12 sebesar Rp 5.000.000,- (lima juta rupiah) sehingga sisa

pokok menjadi Rp 90.000.000,- (sembilan puluh juta rupiah).

Angsuran kedua akan dibayar debitur pada bulan ke-24 sebesar Rp

5.000.000,- (lima juta rupiah) sehingga sisa pokok hutang menjadi

Page 86: core.ac.uk · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN JAMINAN DALAM PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT SEBAGAI UPAYA …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

Rp 85.000.000,- (delapan puluh lima juta rupiah). Pada akhir bulan

ke-36, debitur akan membayar secara lunas sisa pokok yaitu sebesar

Rp 85.000.000,- (delapan puluh lima juta rupiah) ditambah dengan

pembayaran bunga yang telah dijadwal.

d) Suku

bunga yang diberlakukan saat restrukturisasi kredit adalah sebesar

10% pertahun dan setelah usaha debitur berkembang atau normal

kembali maka suku bunga tersebut akan ditinjau kembali sesuai

dengan kemampuan debitur serta ketentuan suku bunga yang berlaku

di Bank Rakyat Indonesia Cabang Karanganyar.

e) Propisi

kredit dan Commitment Fee dalam putusan restrukturisasi kredit

tersebut tidak dipungut oleh kreditur, hal ini bertujuan agar beban

kewajiban yang harus dibayar oleh debitur tidak terlalu banyak atau

besar.

f) Besarny

a pinalty rate adalah 50% dari besarnya suku bunga yang berlaku

terhadap tunggakan pokok maupun bunga.

g) Debitur

akan menjual 2 (dua) buah agunan tambahan yaitu SHM No.670 dan

SHM No.1331 untuk mengurangi tunggakan pokok hutang sebesar

Rp 80.000.000,- (delapan puluh juta rupiah).

h) Agunan

tambahan yang yang dipertahankan dalam restrukturisasi kredit ini

sebagai berikut :

(1) SHM No. 1913 sebagai Hak Tanggungan I No.1672/2006

dengan nilai pengikatan jaminan sebesar Rp 31.500.000,- (tiga

puluh satu juta rupiah) dan Hak Tanggungan II No.536/2007

Page 87: core.ac.uk · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN JAMINAN DALAM PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT SEBAGAI UPAYA …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

dengan nilai pengikatan jaminan sebesar Rp 14.500.000,- (empat

belas juta lima ratus ribu rupiah);

(2) SHM No.1252 sebagai Hak Tanggungan I No.427/2006 dengan

nilai pengikatan jaminan sebesar Rp 75.000.000,- (tujuh puluh

lima juta rupiah) (Wawancara dengan Bp Novy Sutarno

Hermawan selaku Account Officer BRI Cabang Karanganyar

pada tanggal 21 April 2011 pukul 16.00 WIB).

Agunan tersebut cukup untuk menjamin sisa hutang pokok

debitur sebesar Rp 95.000.000,- (Sembilan puluh lima juta rupiah)

serta bunga maupun denda. Kedua jaminan tersebut mendapat

asuransi agunan berupa asuransi kebakaran bangunan yang

diasuransikan pada rekanan Bank Rakyat Indonesia dengan Banker’s

Clause. Asuransi tersebut diberikan oleh Bank Rakyat Indonesia

Cabang Karanganyar atas SHM No.1252 dengan nilai asuransi

sebesar Rp 40.000.000,- (empat puluh juta rupiah).

i) Pembuatan SPMK yang berisi mengenai addendum surat perjanjian

restrukturisasi kredit dengan perubahan jangka waktu turun pokok,

pengambilan jaminan kredit yang harus dibuat dengan akta notariil.

SPMK ini merupakan acuan atau dasar dalam pembuatan perjanjian

restrukturisasi kredit yang dilakukan oleh debitur dan kreditur.

Setelah Putusan Restrukturisasi Kredit ini diputus maka

selanjutnya, petugas Account Officer membuat Offering Letter (OL)

yang merupakan surat penawaran tentang putusan restrukturisasi kredit

yang telah dituangkan ke dalam Putusan Kredit (PTK) untuk diserahkan

kepada debitur agar diketahui disetujui atau tidaknya putusan

restrukturisasi kredit ini. Apabila debitur menyetujuinya maka para

pihak dapat melanjutkan membuat perjanjian restrukturisasi kredit,

namun apabila tidak setuju maka PTK tersebut menjadi batal dan

Page 88: core.ac.uk · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN JAMINAN DALAM PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT SEBAGAI UPAYA …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

restrukturisasi kredit juga tidak dapat dilanjutkan dan kembali ke

perjanjian kredit sebelumnya (Wawancara dengan Bp Novy Sutarno

Hermawan selaku Account Officer BRI Cabang Karanganyar pada

tanggal 21 April 2011 pukul 16.30 WIB).

Berdasarkan penelitian penulis, putusan restrukturisasi kredit

tersebut tidak bersifat final karena putusan ini hanya merupakan putusan

mengenai cara penyelesaian kredit masalah yang dibuat oleh pihak

kreditur yang diwakili oleh pejabat pemutus kredit bermasalah dan

masih memerlukan persetujuan dari debitur. Debitur memiliki hak untuk

menolak atau menerima isi putusan tersebut, dalam kasus ini debitur

menyetujui isi putusan yang ditawarkan melalui surat Offering Letter

(OL) oleh Account Officer (Wawancara dengan Bp Novy Sutarno

Hermawan selaku Account Officer BRI Cabang Karanganyar pada

tanggal 21 April 2011 pukul 16.30 WIB).

5) Perjanjian Restrukturisasi Kredit

Perjanjian restrukturisasi kredit dapat dibuat maksimal 3 bulan

setelah dikeluarkannya Putusan Restrukturisasi Tredit (PTK).

Berdasarkan Pasal 11 ayat (1) SK BRI NOKEP:S.94-DIR/ADK/12/2005

tentang Restrukturisasi Kredit, putusan restrukturisasi kredit harus

dituangkan dalam perjanjian restrukturisasi kredit, dimana bentuk dari

perjanjian restrukturisasi kredit tersebut tergantung dari materi yang

diatur di dalamnya. Debitur dalam kasus ini telah menyetujui Putusan

Kredit (PTK) yang telah diputus oleh pejabat pemutus kredit yaitu

Pimpinan BRI Cabang Karanganyar serta telah menyerahkan uang tunai

sebesar Rp 80.000.000,- (delapan puluh juta rupiah) yang diperoleh

debitur dari hasil penjualan agunannya untuk mengurangi jumlah

tunggakan pokok. Atas dasar hal tersebut maka para pihak sepakat

Page 89: core.ac.uk · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN JAMINAN DALAM PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT SEBAGAI UPAYA …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

membuat Perjanjian Restrukturisasi Kredit sebagai dasar hukum

perikatan proses restukturisasi kredit yang dilakukan para pihak untuk

menyelamatkan kredit bermasalah (Wawancara dengan Bp Novy

Sutarno Hermawan selaku Account Officer BRI Cabang Karanganyar

pada tanggal 14 Juni 2011 pukul 15.30 WIB).

Isi dari perjanjian restrukturisasi kredit tersebut yaitu mengenai

proses restrukturisasi kredit yang telah disetujui debitur dalam putusan

kredit (PTK) serta klausula-klausula perjanjian yang berupa syarat-

syarat lain yang telah disepakati para pihak. Klausula perjanjian yang

berupa syarat-syarat lain dalam perjanjian restrukturisasi kredit ini

adalah sebagai berikut :

a) Perjanjian restrukturisasi kredit ini ditandatangani oleh para pihak

yaitu debitur serta kreditur yang diwakili oleh Pejabat Pemutus

Kredit yaitu Pimpinan BRI Cabang Karanganyar.

b) Pada saat realisasi restrukturisasi kredit, debitur diharuskan

membayar seluruh biaya yang timbul akibat restrukturisasi ini.

c) BAP yang tertunggak dibayar yang bersangkutan (debitur) di akhir

periode perjanjian kredit ini pada bulan ke-36 dengan sistem

pembayaran tunai.

d) Yang bersangkutan yaitu debitur menurunkan pokok kredit dari Rp

175.000.000,- (seratus tujuh puluh lima juta rupiah) turun sebesar Rp

80.000.000,- (delapan puluh juta rupiah) sehingga sisa kredit yang

direstrukturisasi menjadi Rp 95.000.000,- (sembilan puluh lima juta

rupiah).

e) Seluruh denda penalty yang timbul sampai dengan realisasi

restrukturisasi kredit ini dibayar diakhir periode.

f) Bunga berjalan sebesar 10% dibayar tiap bulan.

Page 90: core.ac.uk · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN JAMINAN DALAM PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT SEBAGAI UPAYA …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

g) Setelah terealisasinya restrukturisasi kredit ini apabila terjadi

tunggakan angsuran selama 3 (tiga) bulan berturut-turut, maka

perjanjian restrukturisasi kredit menjadi batal dan seluruh kewajiban

kembali ke posisi sebelum dilaksanakan restrukturisasi kredit ini.

h) Apabila pihak debitur tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana

perjanjian (wanprestasi) pada waktu yang ditetapkan dalam

perjanjian tersebut, maka wanprestasi tidak perlu dibuktikan kecuali

dengan lewatnya waktu yang telah ditetapkan maka dengan

mengesampingkan Pasal 1266 Kitab Undang-Undang Hukum

Perdata, maka perjanjian tersebut menjadi batal dan kewajiban

debitur kembali menjadi kewajiban semula

Perjanjian restrukturisasi kredit ini merupakan perjanjian

tambahan (addendum) dari perjanjian kredit sebelumnya yang dibuat

secara notariil dimana perjanjian restrukturisasi kredit ini tidak

terpisahkan dan tetap menjadi satu kesatuan dengan perjanjian kredit

sebelum dilakukan restrukturisasi kredit. Perjanjian tersebut berisi

mengenai penurunan tingkat suku bunga kredit, perpanjangan jangka

waktu, penjualan agunan sehingga perjanjian restrukturisasi kredit harus

dituangkan dalam bentuk perjanjian addendum (tambahan). Hal ini

didasarkan pada ketentuan Pasal 11 ayat (2) BRI NOKEP:S.94-

DIR/ADK/12/2005 tentang Restrukturisasi Kredit yang menyebutkan

bahwa :

Untuk materi restrukturisasi kredit yang isinya merubah syarat dan ketentuan kredit antara lain berupa penurunan tingkat suku bunga kredit, pemberian keringanan tunggakan bunga, perpanjangan jangka waktu, penjualan agunan dan penambahan fasilitas kredit dapat dibuat dalam bentuk addendum yang merupakan satu kesatuan dari perjanjian kredit semula (Pasal 11 ayat (2) BRI NOKEP:S.94-DIR/ADK/12/2005 tentang Restrukturisasi Kredit).

Page 91: core.ac.uk · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN JAMINAN DALAM PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT SEBAGAI UPAYA …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

Setelah dicapai kesepakatan dan dilakukan penandatanganan

perjanjian restrukturisasi kredit oleh para debitur dan kreditur, maka

perjanjian tersebut mulai berlaku dan proses restrukturisasi kredit dapat

dilaksanakan untuk menyelamatkan kredit bermasalah yang dialami oleh

debitur.

6) Dokumentasi Restrukturisasi Kredit

Dokumentasi kredit adalah keseluruhan dokumen yang

diperlukan dalam rangka pemberian kredit sebagai bukti perjanjian atau

ikatan hukum antara Bank BRI Cabang Karanganyar sebagai kreditur

dengan debitur, bukti kepemilikan barang agunan atau jaminan serta

dokumen-dokumen perkreditan lainnya. Suatu paket kredit harus

memiliki dokumentasi kredit dimana dokumentasi kredit menjadi bagian

yang tak terpisahkan dengan paket kredit tersebut. Dokumentasi kredit

memiliki aspek penting yang dapat menjadi penjamin pengembalian

kredit karena merupakan perbuatan hukum serta memiliki akibat hukum

bagi para para pihak sehingga harus dilaksanakan dengan baik, tertib,

dan lengkap (Wawancara dengan Bp Novy Sutarno Hermawan selaku

Account Officer BRI Cabang Karanganyar pada tanggal 17 Juni 2010

pukul 15.30 WIB).

Berdasarkan penelitian penulis, pengecekan dokumen

restrukturisasi kredit ini dilakukan oleh pejabat lini bank sebagai

petugas yang terkait dalam dalam pembuatan segala adminstrasi yang

berhubungan dengan proses pemberian kredit dan restrukturisasi kredit.

Dokumentasi tersebut dilakukan pada setiap tahap dokumen

restrukturisasi kredit yang dilakukan para pihak guna menjaga

ketertiban dan kelengkapan dokumen administrasi dokumen

Page 92: core.ac.uk · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN JAMINAN DALAM PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT SEBAGAI UPAYA …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

restrukturisasi kredit. Dokumen-dokumen yang didokumentasikan

dalam restrukturisasi ini antara lain :

a) Surat permohonan restrukturisasi kredit yang telah diajukan oleh

debitur.

b) Copy laporan kunjungan nasabah.

c) Copy berita acara negosiasi antara kreditur dengan debitur.

d) Copy surat penawaran pembelian agunan dari calon pembeli.

e) Copy hasil pemeriksaan dan penilaian agunan pada saat

restrukturisasi kredit tersebut.

f) Asli Memorandum Analisis Kredit yang telah ditandatangani oleh

pejabat pemrakarsa kredit.

g) Asli Credit Risk Review (CRR) dan Klasifikasi Warna Kredit dalam

rangka restrukturisasi kredit tersebut.

7) Monitoring atau Pengawasan

Berdasarkan ketentuan Pasal 14 SK BRI NOKEP:S.94-

DIR/ADK/12/2005 tentang Restrukturisasi Kredit, pelaksanaan putusan

dan perjanjian restrukturisasi kredit oleh para pihak diawasi oleh Pejabat

Wewenang Kredit (PDWK). Pengawasan tersebut berupa pemeriksaan

serta penilaian secara sampling terhadap putusan restrukturisasi kredit

guna memastikan bahwa restrukturisasi telah dilakukan dengan benar

dan telah sesuai dengan ketentuan yang ada. Pejabat pemrakarsa

(Account Officer) wajib melakukan kunjungan secara berkala guna

memantau kesanggupan dan perkembangan usaha yang dijalankan oleh

debitur.

Hasil dari pengawasan tersebut berupa review restrukturisasi

kredit yang harus dilakukan sesuai dengan putusan kredit (PTK). Review

tersebut diperlukan untuk mengetahui secara rinci mengenai

Page 93: core.ac.uk · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN JAMINAN DALAM PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT SEBAGAI UPAYA …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

permasalahan atau hambatan debitur dalam melaksanakan putusan serta

perjanjian restrukturisasi kredit serta melakukan tindak lanjut yang

diperlukan untuk mengantisipasi kemungkinan kegagalan pelaksanaan

restrukturisasi kredit tersebut. Apabila berdasarkan review tesebut

ditemukan hambatan atau permasalahan pada debitur maka pihak bank

selaku kreditur dapat melakukan perubahan putusan dan perjanjian

restrukturisasi kredit yang menyangkut antara lain suku bunga, jangka

waktu, jadwal angsuran dan lain-lain yang menyangkut pelaksanaan

restrukturisasi kredit.

b. Hambatan dalam Pelaksanaan Restrukturisasi Kredit di BRI Cabang

Karanganyar

Berdasarkan penelitian penulis, pelaksanaan restrukturisasi kredit

yang dilakukan oleh Bank Rakyat Indonesia Cabang Karanganyar tidaklah

bebas dari hambatan maupun permasalahan walaupun pada dasarnya

pelaksanaan restrukturisasi kredit tersebut bertujuan untuk menyelesaikan

atau menyelamatkan kredit bermasalah yang dialami oleh debitur dalam

kasus yang diteliti oleh penulis ini. Secara keseluruhan pelaksanaan

restrukturisasi kredit di BRI Cabang Karanganyar sudah dapat dikatakan

berhasil dan efektif. Walaupun masih ditemui berbagai kendala maupun

hambatan dalam pelaksanaan tahap-tahap restrukturisasi kredit, akan tetapi

hal tersebut tidak bersifat krusial sehingga masih dapat diatasi oleh pihak

bank sejauh ini. Permasalahan arau hambatan yang sering terjadi dalam

pelaksanaan restrukturisasi kredit di BRI Cabang Karanganyar yaitu

perbedaan pendapat dalam tahap negosiasi dalam restrukturisasi kredit

yang mengakibatkan tidak dijumpainya titik temu antara kedua belah pihak

(Wawancara dengan Bp Novy Sutarno Hermawan selaku Account Officer

BRI Cabang Karanganyar pada tanggal 21 April 2011 pukul 16.30 WIB).

Page 94: core.ac.uk · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN JAMINAN DALAM PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT SEBAGAI UPAYA …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

Debitur biasanya meminta cara restrukturisasi kredit yang paling

meringankan bagi mereka termasuk dalam hal pegurangan tunggakan

pokok, besarnya suku bunga kredit maupun perpanjangan jangka waktu

kredit yang lebih lama. Di sisi lain pihak kreditur yaitu BRI Cabang

Karanganyar menginginkan pelaksanaan restrukturisasi kredit yang

memungkinkan untuk menutupi atau meng-cover seluruh kerugian akibat

terjadinya kredit bermasalah tersebut yang tentunya berbeda dengan cara

yang diinginkan oleh debitur. Hal ini menyebabkan tidak ditemukannya

kata sepakat oleh para pihak sehingga proses negosiasi tidak berjalan lancar

dan tertunda (Wawancara dengan Bp Novy Sutarno Hermawan selaku

Account Officer BRI Cabang Karanganyar pada tanggal 21 April 2011

pukul 16.30 WIB).

Berdasarkan penelitian penulis di BRI Cabang Karanganyar,

perbedaan pendapat antara pihak debitur dan kreditur dalam tahap

negosiasi memang sering terjadi dalam pelaksanaan restrukturisasi kredit di

Rakyat Indonesia Cabang Karanganyar. Negosiasi yang sering tidak

berhasil sehingga menjadi tertunda tersebut menyebabkan kasus kredit

bermasalah yang terjadi tidak kunjung selesai dan hanya berhenti dalam

tahap negosiasi. Hal tersebut tentunya akan semakin membuat

menumpuknya kredit bermasalah yang terjadi di BRI Cabang Karanganyar

(Wawancara dengan Bp Novy Sutarno Hermawan selaku Account Officer

BRI Cabang Karanganyar pada tanggal 21 April 2011 pukul 16.30 WIB)

Terjadinya hambatan dalam tahap negosiasi ini harus segera

diselesaikan atau diatasi agar tidak berlarut-larut. Pihak BRI Cabang

Karanganyar selaku kreditur yang memberikan hutang atau pinjaman

berupa fasilitas kredit modal kerja (KMK) kepada debitur memiliki

kewenangan dan kebijakan sendiri dalam mengatasi terjadinya perbedaan

Page 95: core.ac.uk · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN JAMINAN DALAM PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT SEBAGAI UPAYA …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

pendapat dalam tahap negosiasi ini. Kreditur yakni pihak bank

menggunakan kewenangannya untuk meyakinkan dan melakukan

pendekatan kepada debitur secara intensif untuk mendorong debitur secara

terus-menerus agar segera melakukan negosiasi ulang untuk memperoleh

kesepakatan tentang jenis dan mekanisme restrukturisasi kredit yang akan

digunakan untuk menyelematkan kredit bermasalah yang terjadi

(Wawancara dengan Bp Novy Sutarno Hermawan selaku Account Officer

BRI Cabang Karanganyar pada tanggal 21 April 2011 pukul 16.30 WIB).

2. Kedudukan Jaminan dan Akibat Hukumnya dalam Pelaksanaan

Restrukturisasi Kredit di BRI Cabang Karanganyar

a. Kedudukan Jaminan dalam Pelaksanaan Restrukturisasi Kredit di BRI

Cabang Karanganyar

Berdasarkan hasil penelitian penulis, pemberian fasilitas Kredit

Modal Kerja (KMK) oleh BRI Cabang Karanganyar sebagai kreditur

kepada debitur dalam kasus yang diteliti oleh penulis, mensyaratkan

adanya penyerahan jaminan serta agunan sesuai dengan ketentuan Pasal 8

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan. Jaminan

tersebut berupa keyakinan atas kesanggupan dan kemampuan debitur

dalam melunasi hutangnya sesuai yang telah diperjanjikan. Fasilitas KMK

tersebut merupakan jenis kredit dengan jaminan sehingga selain

mensyaratkan adanya jaminan maka kreditur atau pihak bank juga meminta

adanya agunan dari debitur. debitur dalam kasus ini memberikan agunan

pokok berupa usaha pengepul hasil pertanian milik debitur dan agunan

tambahan berupa 4 (empat) buah Sertifikat Hak Milik dimana dalam

prakteknya di BRI Cabang Karanganyar agunan pokok maupun tambahan

merupakan jaminan dalam perjanjian kredit dan perjanjian restrukturisasi

kredit (Wawancara dengan Bp Novy Sutarno Hermawan selaku Account

Page 96: core.ac.uk · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN JAMINAN DALAM PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT SEBAGAI UPAYA …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

Officer BRI Cabang Karanganyar pada tanggal 14 Juni 2011 pukul 15.30

WIB).

Berdasarkan penelitian penulis, agunan tambahan yang sering

digunakan sebagai jaminan pemberian fasilitas kredit di BRI Cabang

Karanganyar adalah sebagai berikut :

1) Jaminan Kebendaan

Pengertian jaminan kebendaan yaitu jaminan yang berupa harta

kekayaan baik benda maupun hak kebendaan yang diberikan dengan

cara pemisahan bagian dari harta kekayaan baik dari si debitur maupun

pihak ketiga, guna menjamin pemenuhan kewajiban debitur kepada

kreditur, apabila debitur melakukan wanprestasi (cidera janji). Jaminan

kebendaan yang berlaku di BRI Cabang Karanganyar adalah :

a) Jaminan Benda Berwujud (Materiil)

(1) Jaminan Benda Tidak Bergerak

Jaminan benda tidak bergerak dilakukan pengikatan

jaminan berupa Pengikatan Hak Tanggungan/Hipotik. Jaminan

tersebut antara lain :

(a) Tanah dan Tanah Bangunan (HM, HGU,dan HGB);

(b) Mesin-mesin yang melekat pada tanah;

(c) Kapal laut > 20 ton.

(2) Jaminan Benda Bergerak

Jaminan benda bergerak yang dijadikan jaminan di BRI

Cabang Karanganyar dilakukan 2 (dua) cara pengikatan yaitu

pengikatan fidusia dan gadai. Pengikatan fidusia dilakukan

terhadap jaminan nasabah dimana benda jaminannya dikuasai

oleh nasabah sedangkan apabila gadai merupakan pengikatan

Page 97: core.ac.uk · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN JAMINAN DALAM PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT SEBAGAI UPAYA …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

jaminan dimana benda jaminannya secara fisik dikuasai oleh

BRI Cabang Karanganyar. Jaminan tersebut yaitu :

(a) Persediaan;

(b) Mobil atau motor;

(c) Peralatan Usaha;

(d) Perhiasan.

b) Jaminan Benda Tidak Berwujud (Immateriil)

Jaminan kebendaan yang bersifat immateriil dilakukan

pengikatan jaminan nasabah berupa Pengikatan Cessie. Jaminan

tersebut antara lain berupa :

(1) Piutang;

(2) Deposito/Wesel/Tabungan;

(3) Obligasi/Saham.

2) Jaminan Penanggungan (Borgtocht)

Jaminan penanggungan merupakan salah satu jaminan yang

digunakan di BRI Cabang Karanganyar yang memiliki pengertian yaitu

suatu persetujuan dimana untuk kepentingan si berpiutang (kreditur),

mengikatkan diri untuk memenuhi perikatannya si berutang (debitur)

melakukan wanprestasi. Atas jaminan penanggungan ini pihak BRI

Cabang Karanganyar melakukan pengikatan atas jaminan tersebut

dengan membuat akta autentik atau notariil. Penanggungan hutang yang

dapat dijadikan jaminan di BRI Cabang Karanganyar adalah sebagai

berikut :

a) Jaminan perorangan (Personal Guarantee)

Pengertian jaminan perorangan yaitu jaminan yang berupa

pernyataan kesanggupan oleh seseorang pihak ketiga guna menjamin

Page 98: core.ac.uk · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN JAMINAN DALAM PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT SEBAGAI UPAYA …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

pemenuhan kewajiban-kewajiban debitur kepada kreditur, apabila

debitur melakukan wanprestasi.

b) Jaminan Perusahaan (Corpoorate Guarantee)

Pengertian jaminan perusahaan yaitu jaminan berupa

pernyataan kesanggupan yang diberikan oleh perusahaan guna

menjamin pemenuhan kewajiban-kewajiban debitur kepada kreditur,

apabila debitur melakukan wanprestasi.

Berdasarkan penelitian penulis dalam prakteknya di BRI Cabang

Karanganyar, jenis agunan tambahan yang paling sering digunakan oleh

kreditur untuk menjamin fasilitas kreditnya adalah jaminan kebendaan

yang bersifat materiil (berwujud) berupa hak tanggungan. Hal ini

dikarenakan jaminan yang bersifat materiil tersebut akan lebih mudah

dieksekusi apabila terjadi cidera janji atau wanprestasi yang dilakukan oleh

debitur (Hasil wawancara dengan Bp Novy Sutarno Hermawan selaku

Account Officer BRI Cabang Karanganyar yang dilakukan pada tanggal 21

April 2011 pukul 16.00).

Hasil analisis kredit yang dilakukan oleh Account Officer yang

menangani dan memrakasai perjanjian kredit modal kerja terhadap jaminan

yang diserahkan debitur dalam kasus ini menyebutkan bahwa agunan

tambahan yang diserahkan debitur adalah sah dan asli kepemilikannya oleh

debitur dengan nilai pengikatan agunan yang digambarkan dalam tabel

berikut:

Tabel 3. Analisis Agunan Tambahan

Rp 000)

No Jenis

Agunan

No.

Bukti

THLS

saat ini

THLS

Saat

Jenis

Pengikatan

Nilai

Pengikatan

Page 99: core.ac.uk · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN JAMINAN DALAM PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT SEBAGAI UPAYA …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

Agunan Realisasi

1.

2

.

3.

4.

Tanah

Tanah

Tanah

Tanah/

Bangun

-an

SHM

No. 679

SHM

No.1913

SHM

No.1331

SHM

No.1252

68.400

41.400

10.800

65.000

68.400

41.400

10.800

65.000

HT I

HT II

HT II

HT II

HT I

HT I

36.000

30.000

31.500

14.500

12.000

75.000

Jumlah 185.600 185.600

Sumber :Memorandum Analisis Kredit

Pengertian dari Taksasi Harga Lelang Sita (THLS) saat ini adalah

penilaian harga yang dilakukan oleh pejabat kredit saat akan dilakukannya

penanganan kredit bermasalah berdasarkan harga lelang jika barang agunan

dijual secara lelang. Analisis THLS ini dilakukan oleh BRI Cabang

Karanganyar terkait dengan penjualan barang agunan sita memerlukan

waktu dan biaya sehingga nilai yang akan diterima saat ini harus

diperhitungkan dengan nilai yang akan datang yaitu Net Present Value

(NPV) apabila penanganan agunan dilakukan secara lelang sita. Taksasi

Harga Lelang Sita (THLS) saat realisasi merupakan penilaian harga yang

dilakukan oleh pejabat kredit saat kredit akan direalisasi berdasarkan harga

lelang jika jika barang agunan dijual secara lelang saat itu. Nilai pengikatan

Page 100: core.ac.uk · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN JAMINAN DALAM PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT SEBAGAI UPAYA …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

jaminan ditujukan untuk menentukan berapa nilai pengikatan yang telah

dilakukan untuk meng-cover fasilitas kredit yang diberikan kepada nasabah

ditambah dengan bunga dan penalti bunga serta biaya-biaya yang

dikeluarkan untuk pengembalian kredit yang telah diberikan kepada

debitur.

Bedasarkan tabel diatas dapat diketahui mengenai pengikatan

jaminan yang dilakukan oleh BRI Cabang Karanganyar sebagai kreditur

terhadap masing-masing agunan tambahan yang diserahkan oleh debitur

pada awal perjanjian kredit yaitu sebagai berikut :

1) Sertifikat Hak Milik (SHM) No. 670

Agunan tersebut merupakan sertifikat atas tanah milik debitur

dengan jenis pengikatan yaitu sebagai Hak Tanggungan (HT) I dengan

nilai pengikatan sebesar Rp 36.000.000,- (tiga puluh enam juta rupiah).

Terjadinya suplesi (penambahan plafond kredit) mengakibatkan agunan

ini kembali diikat sebagai HT II dengan nilai pengikatan sebesar Rp

30.000.000,- (tiga puluh juta rupiah). Agunan tersebut memiliki Taksasi

Harga Lelang Sita (THLS) pada saat realisasi kredit (9 Oktober 2009)

dan saat ini (restrukturisasi kredit) sebesar Rp 68.000.000,- (enam puluh

delapan juta rupiah).

2) Sertifikat Hak Milik (SHM) No.1913

Agunan kedua ini merupakan sertifikat atas tanah milik debitur

dengan jenis pengikatan yaitu sebagai Hak Tanggungan (HT) I dan nilai

pengikatan sebesar Rp 31.500.000,- (tiga puluh satu juta lima ratus ribu

rupiah). Terjadinya suplesi (penambahan plafond kredit) mengakibatkan

agunan ini diikat sebagai HT II dengan nilai pengikatan sebesar Rp

14.500.000,- (empat belas juta lima ratus ribu rupiah). Agunan tersebut

memiliki Taksasi Harga Lelang Sita (THLS) pada saat realisasi kredit

Page 101: core.ac.uk · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN JAMINAN DALAM PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT SEBAGAI UPAYA …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

(9 Oktober 2009) dan saat ini (restrukturisasi kredit) sebesar Rp

41.400.000,- (empat puluh satu juta empat ratus ribu rupiah).

3) Sertifikat Hak Milik (SHM) No.1331

Agunan ketiga yang diserahkan debitur ini merupakan sertifikat

atas tanah milik debitur dengan jenis pengikatan yaitu sebagai Hak

Tanggungan (HT) I dengan nilai pengikatan sebesar Rp 12.000.000,-

(dua belas juta rupiah). Agunan tersebut memiliki Taksasi Harga Lelang

Sita (THLS) pada saat realisasi kredit (9 Oktober 2009) dan saat ini

(restrukturisasi kredit) sebesar Rp 10.800.000,- (sepuluh juta delapan

ratus ribu rupiah).

4) Sertifikat Hak Milik (SHM) No.1252

Agunan keempat yang diserahkan debitur ini adalah sertifikat

atas tanah milik debitur dengan jenis pengikatan yaitu sebagai Hak

Tanggungan (HT) I dengan nilai pengikatan sebesar Rp 75.000.000,-

(tujuh puluh lima juta rupiah). Agunan tersebut memiliki Taksasi Harga

Lelang Sita (THLS) pada saat realisasi kredit (9 Oktober 2009) dan saat

ini (restrukturisasi kredit) sebesar Rp 65.000.000,- (enam puluh lima

juta delapan ratus ribu rupiah) (Wawancara dengan Bp Novy Sutarno

Hermawan selaku Account Officer BRI Cabang Karanganyar pada

tanggal 14 Juni 2011 pukul 15.30 WIB).

Pelaksanaan restrukturisasi kredit dapat segera dilakukan atau

dimulai apabila debitur telah mengurangi tunggakan pokok sesuai dengan

yang disepakati yaitu sebesar Rp 80.000.000,- (delapan puluh juta rupiah)

dimana untuk mendapatkan dana guna mengurangi tunggakan pokok

debitur memilih melakukan penjualan sebagian agunan tambahan yang

diserahkan pada BRI Cabang Karanganyar sebagai kreditur. Demi menjaga

resiko dan kepentingan hak-hak dari kreditur, maka penjualan agunan

tersebut dilakukan antara BRI Cabang Karanganyar dengan calon pembeli

Page 102: core.ac.uk · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN JAMINAN DALAM PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT SEBAGAI UPAYA …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

yang telah disiapkan oleh debitur. Mekanisme penjulan agunan tambahan

tersebut yaitu debitur mencari calon pembeli yang bersedia untuk membeli

agunan tambahannya dengan memberikan informasi mengenai status dan

kedudukan agunan tersebut. Beberapa waktu kemudian debitur berhasil

menemukan calon pembeli yang bersedia membeli agunan tambahan yang

selanjutnya calon pembeli mengkonfirmasi mengenai kebenaran status

agunan tambahan yang dijual tersebut kepada pihak BRI Cabang

Karanganyar. Calon pembeli setuju untuk membeli agunan tambahan

tersebut kemudian BRI Cabang Karanganyar dan pembeli melakukan jual-

beli terhadap agunan tambahan tersebut (Wawancara dengan Bp Novy

Sutarno Hermawan selaku Account Officer BRI Cabang Karanganyar pada

tanggal 28 Juni 2011 pukul 16.00 WIB).

Penjualan agunan tambahan milik debitur tersebut menggunakan

mekanisme atau cara serah terima barang dan pembayaran yang berbeda

pada umumnya yaitu calon pembeli membayar agunan tambahan yang

dijual dengan harga Rp 80.000.000,- (delapan puluh juta rupiah) dengan

cara membuka tabungan sejumlah harga tersebut di BRI Cabang

Karanganyar, setelah proses tersebut selesai maka pihak kreditur

menyerahkan SHM No.670 dan SHM No.1331 kepada pembeli sehingga

dengan hasil penjualan tersebut debitur dapat mengurangi tunggakan pokok

hutang sebesar Rp 80.000.000,- (delapan puluh juta rupiah) dan sisa pokok

hutang debitur yang akan direstrukturisasi adalah Rp 95.000.000,-

(sembilan puluh lima juta rupiah) (Wawancara dengan Bp Novy Sutarno

Hermawan selaku Account Officer BRI Cabang Karanganyar pada tanggal

28 Juni 2011 pukul 16.00 WIB).

Bedasarkan hasil penelitian penulis, sebagian besar motif calon

pembeli mau membeli agunan tambahan yang dijual oleh debitur adalah

Page 103: core.ac.uk · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN JAMINAN DALAM PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT SEBAGAI UPAYA …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85

sangat tergantung pada lokasi agunan tersebut berada dengan kriteria

sebagai berikut :

1) Lokasi strategis;

2) Memiliki akses umum yang baik;

3) Terdapat sarana dan prasarana yang memadai

4) Memiliki kontur tanah dan pengairan yang baik apabila berupa

persawahan atau perkebunan dan lain-lain (Wawancara dengan Bp

Novy Sutarno Hermawan selaku Account Officer BRI Cabang

Karanganyar pada tanggal 28 Juni 2011 pukul 16.00 WIB).

b. Akibat Hukum Terhadap Jaminan dalam Pelaksanaan Restrukturisasi Kredit

di BRI Cabang Karanganyar

Penjualan kedua agunan tambahan memiliki implikasi terhadap

jaminan yaitu memiliki akibat hukum bagi debitur maupun kreditur (BRI

Cabang Karangnyar). Agunan tambahan yang digunakan dalam perjanjian

restrukturisasi kredit ini diikat melalui perjanjian pengikatan jaminan yaitu

Akta Pembebanan Hak Tanggungan (APHT) secara notariil dan didaftarkan

ke Kantor Pertanahan Kabupaten Karanganyar. Akibat hukum pengikatan

jaminan dalam restrukturisasi kredit adalah sama dengan pengikatan jaminan

dalam perjanjian kredit pada umumnya yang menimbulkan hak-hak dan

kewajiban hukum yang mengikat dari masing-masing pihak (Wawancara

dengan Bp Novy Sutarno Hermawan selaku Account Officer BRI Cabang

Karanganyar pada tanggal 28 Juni 2011 pukul 16.00 WIB).

Pengikatan jaminan yang memiliki akibat hukum bagi debitur maupun

kreditur yang masih dipertahankan dalam perjanjian restrukturisasi kredit

antara lain sebagai berikut:

1) Sertifikat Hak Milik (SHM) No.1913

Page 104: core.ac.uk · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN JAMINAN DALAM PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT SEBAGAI UPAYA …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86

Agunan yang digunakan dalam restrukturisasi kredit ini merupakan

sertifikat atas tanah milik debitur dengan jenis pengikatan yang sama

dengan jenis pengikatan sebelum perjanjian restrukturisasi kredit yaitu

sebagai Hak Tanggungan (HT) I dengan nilai pengikatan sebesar Rp

31.500.000,- (tiga puluh satu juta lima ratus ribu rupiah) dan Hak

Tanggungan II dengan nilai pengikatan sebesar Rp 14.500.000,- (empat

belas juta lima ratus ribu rupiah). Agunan tersebut juga masih memiliki

Taksasi Harga Lelang Sita (THLS) yang sama yaitu pada saat realisasi

kredit (9 Oktober 2009) dan saat ini (restrukturisasi kredit) sebesar Rp

41.400.000,- (empat puluh satu juta empat ratus ribu rupiah).

2) Sertifikat Hak Milik (SHM) No.1252

Agunan berupa tanah/bangunan ini merupakan milik debitur dimana

dilakukan jenis pengikatan sebagai Hak Tanggungan I dengan nilai

pengikatan sebesar Rp 75.000.000,- (tujuh puluh lima juta rupiah) serta

dilakukan penambahan pengikatan jaminan yaitu sebagai Hak Tanggungan

II dengan nilai pengikatan sebesar 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah).

Pelaksanaan restrukturisasi kredit ini tidak mempengaruhi Taksasi Harga

Lelang Sita (THLS) agunan ini yakni THLS agunan ini pada saat realisasi

kredit (9 Oktober 2009) dan saat ini (restrukturisasi kredit) adalah sama

sebesar Rp 65.000.000,- (enam puluh lima juta delapan ratus ribu rupiah)

(Wawancara dengan Bp Novy Sutarno Hermawan selaku Account Officer

BRI Cabang Karanganyar pada tanggal 14 Juni 2011 pukul 15.30 WIB).

Page 105: core.ac.uk · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN JAMINAN DALAM PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT SEBAGAI UPAYA …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

87

B. Pembahasan

1. Pelaksanaan dan Hambatan Restrukturisasi Kredit Sebagai Upaya

Penyelamatan Kredit Bermasalah di BRI Cabang Karanganyar

a. Pelaksanaan restrukturisasi kredit di BRI Cabang Karanganyar

Pelaksanaan restrukturisasi kredit di BRI Cabang Karanganyar

merupakan sebuah upaya penyelamatan kredit bermasalah yang ditempuh

oleh para pihak dalam kasus yang diteliti oleh penulis. Penyelamatan kredit

bermasalah ini dilakukan terhadap fasilitas kredit dengan jaminan yaitu

kredit modal kerja (KMK) yang diberikan pada debitur karena tidak dapat

melaksanakan kewajiban pembayaran kurang lebih 4 bulan angsuran dari

jangka waktu 1 tahun. Hal tersebut menandai terjadinya kredit bermasalah

yang dapat berpotensi menjadi kredit macet terhadap fasilitas kredit yang

diberikan kepada debitur.

Berdasarkan penelitian penulis, Account Officer BRI Cabang

Karanganyar telah melakukan analisis terhadap permohonan kredit calon

debitur sebagai wujud penerapan prinsip kehati-hatian sebagaimana yang

telah diamanatkan dalam Pasal 29 ayat (2) Undang-Undang Nomor 10

Tahun1998 Tentang Perbankan. Penerapan prinsip tersebut dilakukan

dengan melakukan analisis terhadap debitur berdasarkan analisis kelayakan

5C yaitu character, capacity, capital, collateral, dan condition yang

dimiliki oleh calon debitur (Wawancara dengan Bp Novy Sutarno

Page 106: core.ac.uk · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN JAMINAN DALAM PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT SEBAGAI UPAYA …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

88

Hermawan selaku Account Officer BRI Cabang Karanganyar pada tanggal

28 Juni 2011 pukul 16.30 WIB).

Berdasarkan Pasal 29 ayat (2) UU No.19 Tahun 1998 Tentang

Perbankan, menyatakan bahwa dalam melakukan kegiatan usahanya bank

wajib menerapkan prinsip kehati-hatian. Hal ini berkaitan dengan

kewajiban bank untuk memiliki dan menerapkan system pengawasan intern

dalam rangka menjamin terlaksananya proses pengambilan keputusan

dalam pengelolaan bank yang harus sesuai dengan prinsip kehati-hatian.

Wujud dari penerapan prinsip kehati-hatian yaitu dalam memberikan kredit

bank diharuskan menerapakan prinsip 5C dan penilaian on the spot dalam

menganalisis suaru permohonan kredit dari calon debitur sehingga bank

tidak sembarangan memberi fasilitas kredit kepada calon debitur agar

fasilitas kredit tersebut tidak disalahgunakan oleh debitur yang dapat

menyebabkan terjadinya kredit bermasalah. Hal ini juga berkaitan dengan

sumber dana yang disalurkan oleh bank melalui fasilitas kredit tersebut,

dimana sebagian dana tersebut berasal dari tabungan masyarakat atau

nasabah yang disimpan atas dasar kepercayaan, sehingga setiap bank perlu

untuk terus menjaga kesehatannya dan memelihara kepercayaan dari

masyarakat dengan menerapkan prinsip kehati-hatian tersebut.

Terjadinya kredit bermasalah dalam kasus yang diteliti penulis ini,

tentunya telah menimbulkan kerugian bagi pihak kreditur yaitu BRI

Cabang Karanganyar. Hal ini dikarenakan pada awal permohonan

kreditnya, debitur menyatakan akan memenuhi semua kewajibannya

kepada kreditur. Selain itu berdasarkan hasil analisis kredit dari petugas

Account Officer dapat diketahui bahwa debitur mempunyai kemampuan

dan itikad baik untuk memenuhi kewajibannya serta mempunyai prospek

usaha yang baik. Timbulnya kredit bermasalah tersebut, sama sekali tidak

Page 107: core.ac.uk · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN JAMINAN DALAM PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT SEBAGAI UPAYA …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

89

diprediksi oleh petugas Account Officer pada saat melakukan analisis kredit

karena pihak bank sudah menerapkan prinsip kehati-hatian sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 29 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang

Perbankan.

Account Officer pada dasarnya telah menerapkan prinsip kehati-

hatian melalui analisis pemberian kredit berdasarkan analisis studi

kelayakan prinsip 5C untuk mengetahui sejauh mana itikad debitur, akan

tetapi hal tersebut belum cukup untuk menjamin penyaluran kredit ini akan

lancar atau berhasil, analisis tersebut dalam kasus ini antara lain sebagai

berikut sebagai berikut :

1) Character (Karakter)

Unsur karakter nasabah atau calon debitur merupakan unsur

yang paling utama disamping unsur-unsur lainnya yang digunakan

oleh Bank Rakyat Indonesia Cabang Karanganyar dalam memutuskan

mengabulkan atau tidak mengabulkan suatu permohonan kredit yang

diajukan oleh nasabah. Menurut pendapat penulis, pada dasarnya

karakter debitur dalam kasus ini memiliki itikad yang baik, hal ini

terbukti dengan masih dibayarnya bunga pinjaman walaupun secara

tidak penuh. Terjadinya kredit bermasalah ini, tidak dipengaruhi oleh

karakter debitur akan tetapi dipengaruhi oleh terjadinya penurunan

usaha milik debitur yang merupakan faktor eksternal (dari luar)

sehingga debitur tidak bisa memenuhi kewajibannya kepada kreditur.

2) Capacity (Kemampuan)

Seorang calon debitur harus pula diketahui kemampuan

bisnisnya, sehingga dapat diprediksikan kemampuan untuk melunasi

hutangnya. Apabila kemampuan bisnisnya kecil atau rendah, maka

Page 108: core.ac.uk · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN JAMINAN DALAM PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT SEBAGAI UPAYA …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

90

calon debitur tersebut tidak layak diberikan kredit dalam skala besar.

Pihak bank dalam menganalisis calon debiturnya tentunya harus

memperhatikan faktor kemampuan calon debiturnya dalam

menjalankan bisnisnya. Kemampuan tersebut meliputi skill dan

keahlian yang dimiliki oleh calon debitur.

Penilaian kemampuan debitur dalam kasus ini dilakukan

dengan menganalisa usaha yang dilakukan oleh debitur meliputi

manajemen, kegiatan, neraca keuangan hingga prospek

keberlangsungan usaha kedepannya. Pada awal permohonan kredit

debitur dinilai memiliki kemampuan bisnis yang baik termasuk

manajemen dan keuangannya sehingga diyakini mampu memenuhi

seluruh kewajibannya. Hal ini dilihat dari usaha yang dijalankan

debitur sudah berlangsung lebih dari 2 (dua) tahun dan cukup berhasil

sehingga layak diberikan kepada debitur.

Menurut pendapat penulis, hal tersebut sangat penting

diperhatikan karena apabila kemampuan bisnis yang dimiliki oleh

calon debitur baik maka usaha yang dijalankan oleh calon debitur akan

berhasil. Hal ini tentunya akan berpengaruh juga pada kemampuan

debitur dalam pelunasan kreditnya sehingga resiko terjadinya kredit

bermasalah dapat dihindari. Namun apabila terjadi kredit bermasalah

seperti dalam kasus ini, maka pihak bank harus lebih berhati-hati dan

cermat dalam menganalisis kemampuan bisnis yang dimiliki debitur.

hal ini dikarenakan kemampuan bisnis seseorang sangat tergantung

pada diri pribadi masing-masing artinya walaupun memiliki

kemampuan manajerial yang baik akan tetapi tidak memiliki

kesadaran dan keinginan untuk maju maka hal tersebut akan

menyebabkan kemunduran usahanya.

Page 109: core.ac.uk · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN JAMINAN DALAM PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT SEBAGAI UPAYA …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

91

Faktor lainnya yang mempengaruhi penurunan usaha debitur

adalah banyaknya saingan usaha melalui sistem ngijon yang

berhubungan dengan kemampuan bisnis debitur. Tidak dapat

dipungkiri saat ini, banyak pengusaha yang sejenis dengan debitur

berusaha mendapatkan keuntungan sebanyak-banyaknya dengan

melakukan jual-beli kepada produsen (petani) dengan sistem ngijon

yaitu membeli hasil panen pada saat padi masih hijau atau pada masa

sebelum panen tiba. Maraknya sistem ini, membuat debitur yang

merupakan pengusaha pengepul hasil pertanian menjadi kekurangan

pasokan karena debitur tidak menggunakan sistem ngijon dengan

alasan tertentu sehingga menyebabkan pendapatannya berkurang dan

terjadinya penurunan usaha. Berdasarkan hal tersebut, maka faktor

eksternal juga dapat mempengaruhi kemampuan (capacity) debitur

dalam menjalankan bisnisnya. Pengaruh dari faktor eksternal yaitu

timbulnya ketidakmampuan debitur dalam menghadapi persaingan

bisnis yang terjadi yakni debitur tidak siap menghadapi persaingan

bisnis dengan sistem ngijon. Hal ini seharusnya lebih dianalisa secara

mendalam oleh petugas analisis berdasarkan pada fakta-fakta yang

terjadi sebelumnya, saat ini dan kemungkinan-kemungkinan

munculnya hambatan tersebut pada masa yang akan dating sehingga

tidak hanya diperoleh suatu keyakinan atas kemampuan dan

kesanggupan debitur untuk melunasi hutangnya saja tetapi juga

diperoleh suatu ketepatan analisis terhadap debitur yang dapat

menjamin fasilitas kredit tersebut. Untuk melakukan hal ini tentunya

diperlukan keterbukaan dan kesadaran dari debitur secara menyeluruh.

3) Capital (Modal)

Debitur dalam kasus ini, juga terlebih dahulu sudah memiliki

modal awal sebesar 30% dari kebutuhan modal usaha seluruhnya

Page 110: core.ac.uk · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN JAMINAN DALAM PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT SEBAGAI UPAYA …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

92

sehingga menurut Account Officer BRI Karanganyar debitur layak

mendapatkan fasilitas kredit modal kerja. Penulis berpendapat bahwa

penilaian mengenai permodalan debitur memang sangat penting

dilakukan hal ini terkait dengan syarat pemberian fasilitas KMK serta

ketersediaan modal debitur untuk menjalankan usahanya karena modal

merupakan faktor utama yang dibutuhkan untuk menjalankan suatu

usaha bisnis dimana usaha debitur ini merupakan jaminan pokok

dalam pemberian fasilitas kredit ini. Sehingga unsur modal ini tetap

harus dipertimbangkan dalam pemberian fasilitas kredit selanjutnya.

4) Condition of Economic (Kondisi Ekonomi)

Berdasarkan penelitian penulis, petugas Account Officer yang

menangani pemberian kredit tersebut menilai bahwa kondisi

perkonomian terutama yang menyangkut bisnis debitur sebagai

pengepul dan pengecer hasil pertanian pada saat pengajuan kredit

KMK tergolong bagus dan layak. Hal ini dikarenakan pada saat

pengajuan kredit, usaha yang dijalankan debitur menunjukan prospek

yang bagus dan dapat berkembang serta memiliki potensi pasar dan

ekonomi yang baik pula. Hal tersebut dapat dilihat dari potensi

ekonomi di wilayah Kabupaten Karanganyar secara keseluruhan

khususnya lokasi usaha debitur yang bersifat agraris/pertanian sangat

mendukung kelangsungan usaha debitur pada saat itu (Wawancara

dengan Bp Novy Sutarno Hermawan selaku Account Officer BRI

Cabang Karanganyar pada tanggal 14 Juni 2011 pukul 15.30 WIB).

Penulis berpendapat bahwa dalam perkembangan beberapa

tahun terakhir ini, kondisi perekonomian maupun pasar tersebut telah

berubah dengan maraknya sistem ijon yang dilakukan oleh pengusaha

sejenis dengan debitur. Hal inilah yang menyebabkan penurunan usaha

Page 111: core.ac.uk · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN JAMINAN DALAM PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT SEBAGAI UPAYA …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

93

debitur hingga debitur tidak dapat memenuhi kewajibannya. Oleh

karena itu, dalam pelaksanaan analisis kredit terutama mengenai

prinsip condition of economic, perlu dilakukan pengkajian kondisi

perekonomian baik regional, nasional maupun internasional secara

terus-menerus yaitu pada masa lampau, sekarang dan yang akan datang

secara lebih cermat agar dapat diprediksi kemungkinan kondisi-kondisi

perekonomian yang akan terjadi yang dapat mempengaruhi pemberian

fasilitas kredit oleh pihak bank..

5) Collateral (Agunan)

Pada dasarnya, jaminan yang digunakan dalam pemberian

kredit oleh perbankan hanyalah berupa suatu keyakinan atas

kesanggupan dan kemampuan atas debitur untuk melunasi hutangnya

sesuai yang diperjanjikan, akan tetapi selain jaminan pihak bank juga

dapat mensyaratkan adanya agunan baik agunan pokok maupun

agunan tambahan. Tidak semua perjanjian kredit di BRI Cabang

Karanganyar mensyaratkan adanya agunan karena agunan ini hanya

dipersyaratkan dalam hal kredit dengan jaminan seperti fasilitas kredit

modal kerja ini.

Agunan tersebut ditujukan untuk menjamin hutang debitur

apabila sewaktu-waktu terjadi kredit bermasalah selain jaminan

utamanya adalah kepercayaan terhadap debitur. Analisa kredit yang

dilakukan oleh Account Officer menunjukan bahwa nilai agunan atau

jaminan yang diserahkan oleh debitur telah sesuai dengan jumlah nilai

pengikatan jaminan dimana nilai jaminan lebih tinggi dari jumlah

pinjaman atau kredit yang diambil oleh debitur sehingga keempat

jaminan tersebut dapat digunakan untuk menjamin kredit modal kerja

debitur.

Page 112: core.ac.uk · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN JAMINAN DALAM PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT SEBAGAI UPAYA …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

94

Menurut pendapat penulis, hasil analisis berdasarkan prinsip

pemberian kredit 5C tersebut diatas secara keseluruhan sudah dilakukan

dengan baik, akan tetapi masih terdapat kekurangan yaitu mengenai

capacity (kemampuan debitur) dalam debitur dalam menjalankan usahanya

sehingga belum dapat menjamin penyaluran kredit secara lancar. Petugas

Account Officer kurang tajam dalam menganalisis kemampuan (capacity)

debitur dalam menghadapi persaingan bisnis yang mungkin terjadi. Faktor

penyebab terjadinya kredit bermasalah dalam kasus ini adalah faktor intern

dan faktor ekstern. Faktor utama yang menyebabkan debitur mengalami

penurunan usaha adalah faktor intern yaitu debitur tidak dapat menghadapi

persaingan bisnis dengan sistem ngijon yang terjadi dikemudian hari. Hal

tersebut dapat dikatakan sebagai tidak kelayakan debitur. Faktor ekstern

yang juga turut menyebabkan kredit bermasalah ini yaitu menurunnya

kegiatan ekonomi dan banyaknya piutang tak tertagih maka selanjutnya

diharapkan dalam melakukan analisis kredit Account Officer harus lebih

cermat dan teliti dalam menganalisis kelayakan seorang debitur agar

kemungkinan terjadinya kredit bermasalah yang timbul karena

ketidakmampuan bisnis debitur dapat dihindari.

Pelaksanaan restrukturisasi kredit merupakan tindakan yang tepat

dilakukan oleh pihak bank selaku kreditur karena terjadinya kredit

bermasalah ini akan memberi dampak bagi pihak bank yaitu terhadap

kelancaran operasi bank pemberi kredit (BRI Cabang Karanganyar).

Dampak tersebut berupa aktiva produktif bank akan diragukan

kolektibilitasnya (kewajiban PPAP), menurunnya profitabilitas (ROA),

mengurangi jumlah modal pada bank yang berakibat pada menurunnya

prosentase car dimana bank harus memasukan modal. Berdasarkan hal

tersebut maka restrukturisasi kredit merupakan hal yang penting dilakukan

Page 113: core.ac.uk · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN JAMINAN DALAM PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT SEBAGAI UPAYA …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

95

atau diprakarsai oleh pihak bank apabila ditemui tanda-tanda terjadinya

kredit bermasalah.

Menurut penulis, pada dasarnya kredit bermasalah dalam hal

pemberian fasilitas kredit oleh perbankan dapat dicegah atau dihindari

apabila bank secara konsisten dan total menerapkan prinsip kehati-hatian

sesuai dengan Pasal 29 Undang-Undang Nomor 10 Tahun1998 Tentang

Perbankan yaitu pada tahap permohonan, analisis kredit, putusan kredit,

perjanjian, pengikatan jaminan, dropping kredit, pengawasan, pelunasan

atau perpanjangan. Berdasarkan penjelasan Undang-Undang Nomor 10

Tahun 1998 Tentang Perbankan maka kredit bermasalah juga dapat

dicegah dengan menerapkan asas-asas perkreditan yang sehat antara lain

sebagai berikut :

1) Bank tidak diperkenankan memberikan kredit tanpa surat perjanjian

tertulis.

2) Bank tidak diperkenankan memberikan kredit kepada usaha yg sejak

semula kurang sehat.

3) Bank tidak diperkenankan memberikan kredit utk pembelian saham.

4) Bank tidak diperkenankan memberikan kredit melampaui batas

maksimum pemberian kredit (Legal Lending Limit).

Pihak bank juga perlu melakukan pengamanan resiko kredit agar

kredit bermasalah tidak terjadi yaitu berupa :

1) Penyebaran kredit yang baik dari jumlah kredit yang diberikan hingga

tidak terjadi konsentrasi pemberian kredit kepada sejumlah kecil

debitur.

2) Penutupan ansuransi atas barang jaminan dengan Banker’s Clause.

Page 114: core.ac.uk · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN JAMINAN DALAM PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT SEBAGAI UPAYA …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

96

3) Memanfaatkan lembaga asuransi kredit, yaitu dengan jalan

mengasuransikan kredit yang diberikan dengan menutup perjanjian

pertanggungan (polis) dengan PT Askrindo (Asuransi kredit

Indonesia).

Sebelum terjadinya kredit bermasalah debitur memang mempunyai

usaha yang cukup sukses dan maju dibidangnya. Hal ini dapat dilihat dari

penambahan plafond kredit (suplesi) menjadi Rp 175.000.000,- (seratus

tujuh puluh lima juta rupiah), dengan alasan untuk menambah modal usaha

agar lebih berkembang. Proses suplesi ini dapat dilakukan di BRI Cabang

Karanganyar apabila bertujuan untuk menambah modal usaha serta

tambahan kredit tersebut tidak melebihi nilai jaminan. Apabila jumlah

kredit lebih besar dari nilai jaminan maka debitur wajib menambah jumlah

agunannya.

Penambahan plafond kredit ini merupakan penambahan pinjaman

atau hutang pokok yang pada awal perjanjian sebesar Rp 50.000.000 (lima

puluh juta rupiah) menjadi Rp 175.000.000 (seratus tujuh puluh lima juta

rupiah) yang tentunya juga mengubah isi perjanjian awalnya sehingga agar

berkekuatan hukum, maka harus dituangkan dalam perjanjian yang baru

(novasi). Namun secara prakteknya di dunia perbankan, penambahan

plafond kredit tersebut tidak perlu dituangkan dalam perjanjian yang baru

karena cukup ditambahkan dalam perjanjian kredit awal yaitu sebagai

perjanjian addendum (tambahan). Menurut penulis, hal ini bertujuan untuk

menjaga efektifitas dan efisiensi dalam prakteknya serta ketentuan tersebut

sudah ditentukan dalam kebijakan internal di Bank Rakyat Indonesia

sehingga walaupun tidak dituangkan dalam perjanjian baru, penambahan

plafond kredit tersebut tetap berkekuatan hukum dan mengikat para pihak.

Page 115: core.ac.uk · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN JAMINAN DALAM PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT SEBAGAI UPAYA …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

97

Penambahan plafond kredit yang diajukan oleh debitur dalam kasus

ini tidak melebihi nilai jaminannya maka dalam penambahan jumlah

plafond kredit debitur tidak perlu menambahkan jumlah agunannya akan

tetapi cukup dilakukan pengikatan jaminan baru terhadap agunan tambahan

yang telah diserahkan pada awal perjanjian kredit yaitu penambahan

pengikatan terhadap SHM No.670 dan SHM No.1913 sebagai Hak

Tanggungan (HT) II. Penambahan plafond kredit tersebut didasarkan pada

penilaian bahwa debitur masih mampu membayar kreditnya hingga lunas

sehingga penambahan jumlah plafond kredit tersebut disetujui oleh

kreditur.

Tingkat kolektibilitas fasilitas kredit KMK yang diberikan pada

kredit debitur berada dalam tingkat “Dalam Perhatian Khusus (DPK)”

sesuai dengan ketentuan Pasal 12 ayat (3) Peraturan Bank Indonesia No. 7 /

2 / PBI / 2005 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum, dimana

penyaluran fasilitas kredit tersebut telah memenuhi kriteria “Dalam

Perhatian Khusus” sebagai berikut :

1) Terdapat tunggakan angsuran pokok dan atau bunga yang belum

melampaui 90 hari atau;

2) Kadang – kadang terjadi cerukan atau;

3) Mutasi rekening relatif rendah atau;

4) Jarang terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperpanjanjikan;

5) Didukung oleh pinjaman baru yaitu adanya suplesi (penambahan)

plafond kredit yang dilakukan debitur untuk menambah modal usaha.

Berdasarkan tingkat kolektibilitas, fasilitas kredit debitur termasuk

dalam kredit bermasalah sehingga dilakukan upaya penyelamatan berupa

restrukturisasi kredit sesuai dengan Surat Edaran Bank Indonesia No.

26/4/BPPP Tentang Tata Cara Penilaian Tingkat Kesehatan Bank tanggal

Page 116: core.ac.uk · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN JAMINAN DALAM PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT SEBAGAI UPAYA …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

98

29 Mei 1993 yang pada prinsipnya mengatur penyelamatan kredit

bermasalah sebelum diselesaikan melalui lembaga hukum yaitu sebagai

berikut:

1) Rescheduling (penjadwalan kembali), yaitu suatu upaya hukum untuk melakukan perubahan terhadap beberapa syarat perjanjian kredit yang berkenaan dengan jadwal pembayaran kembali/ jangka waktu kredit termasuk tenggang (grace priod), termasuk perubahan jumlah angsuran. Bila perlu dengan penambahan fasilitas kredit.

2) Reconditioning (persyaratan kembali), yaitu melakukan perubahan atas sebagian atau seluruh persyaratan perjanjian, yang tidak terbatas hanya kepada perubahan jadwal angsuran, atau jangka waktu kredit saja. Tetapi perubahan kredit tersebut tanpa memberikan tambahan kredit atau tanpa melakukan konversi atas seluruh atau sebagian dari kredit menjadi equity perusahaan.

3) Restructuring (penataan kembali), yaitu upaya berupa melakukan perubahan syarat-syarat perjanjian kredit berupa pemberian tambahan kredit, atau melakukan konversi atas seluruh atau sebagian kredit menjadi perusahaan, yang dilakukan dengan atau tanpa rescheduling atau reconditioning (Surat Edaran Bank Indonesia No. 26/4/BPPP Tentang Tata Cara Penilaian Tingkat Kesehatan Bank)

Berdasarkan ketentuan tersebut, terdapat 3 (tiga) cara dalam

melakukan penyelamatan kredit yang salah satunya telah dilaksanakan oleh

pihak BRI Cabang Karanganyar sebagai kreditur. Ketiga cara tersebut

dapat dilakukan berupa salah satu maupun gabungan diantara ketiganya

sesuai dengan kasus kredit bermasalah yang terjadi. Pelaksanaan

restrukturisasi kredit oleh BRI Cabang Karanganyar yaitu dengan

menerapkan ketiga cara penyelamatan kredit bermasalah dimana

restructuring (penataan kembali) dikombinasikan dengan rescheduling dan

atau reconditioning sebagai pelengkap. Hal ini dikarenakan restructuring

(penataan kembali) lebih efektif dalam mengatasi kredit bermasalah ini

Page 117: core.ac.uk · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN JAMINAN DALAM PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT SEBAGAI UPAYA …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

99

karena dengan restrukturisasi kredit para debitur terbantu dalam mengatasi

kredit bermasalah yang terjadi.

Dasar hukum dari pelaksanaan restrukturisasi kredit dalam

menyelamatkan kredit bermasalah di dunia perbankan saat ini yaitu :

1) Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan.

2) PP No.14 tahun 2005 sebagaimana yang telah diubah dengan PP No.3

tahun 2006 tentang Tata Cara Penyelesaian Piutang Negara/Daerah.

3) PBI No.7/2/PBI/2005 tanggal 20 Januari 2005 dan SE BI No.7/3/DPNP

tanggal 31 Januari 2005 tentang Kualitas Aktiva Produktif.

4) PBI No.2/15/PBI/2000 tanggal 12 Juni 2000 tentang perubahan Surat

Keputusan Direksi bank Indonesia No.31/150/Kep/Dir tanggal 12

Nopemer 1998 tentang Restrukturisasi Kredit.

4) SE BI No.7/190/DPNP/IDPnP tanggal 26 April 2005, dan SE BI

No.7/319/DPNP/IDPnP tanggal 27 Juni 2005 tentang Kebijakan

Restrukturisasi Kredit.

Keempat dasar hukum restrukturisasi kredit tersebut kemudian

diadopsi sebagai peraturan atau kebijakan restrukturisasi kredit di Bank

Rakyat Indonesia Tbk yaitu dalam SK BRI NOKEP:S.94-

DIR/ADK/12/2005 Tentang Restrukturisasi Kredit. Surat keputusan

tersebut menjadi dasar hukum serta pedoman dalam pelaksanaan

restrukturisasi kredit di Bank Rakyat Indonesia dimana kebijakan serta

peraturan yang terkandung dalam surat keputusan tersebut telah sesuai

dengan keempat dasar hukum pelaksanaan restrukturisasi kredit oleh

perbankan di Indonesia.

Restrukturisasi Kredit merupakan upaya perbaikan yang dilakukan

bank dalam kegiatan perkreditan terhadap debitur yang mengalami

Page 118: core.ac.uk · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN JAMINAN DALAM PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT SEBAGAI UPAYA …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

100

kesulitan untuk memenuhi kewajibannya pada bank. Restrukturisasi kredit

ini dilakukan untuk mengembalikan tingkat kolektibilitas yang turun,

kembali menjadi tingkat kolektibilitas sebelumnya. Hal ini ditujukan agar

tidak menyebabkan semakin bertambahnya kasus kredit macet yang terjadi

serta sebagai upaya penyelamatan kredit sekaligus sebagai upaya

menyelamatkan usaha debitur agar kembali sehat. Upaya tersebut tetap

harus mengutamakan kepentingan pihak BRI Cabang Karanganyar

sehingga restrukturisasi kredit ini merupakan alternatif terbaik untuk

menyelamatkan kredit sekaligus usaha debitur.

Berdasarkan Pasal 2 ayat (4) SK BRI NOKEP:S.94-

DIR/ADK/12/2005 Tentang Restrukturisasi Kredit, dalam pelaksanaan

restrukturisasi kredit bank dilarang untuk melakukan restrukturisasi dengan

tujuan hanya untuk menghindari :

1) Penurunan penggolongan kualitas kredit

2) Peningkatan pembentukan PPAP

3) Penghentian pengakuan pendapatan bunga secara akrual.

Terhadap ketentuan tersebut diatas, pihak bank harus berhati-hati di

dalam mengeluarkan keputusan untuk melakukan prakarsa restrukturisasi

kredit terhadap kredit bermasalah yang terjadi di BRI Cabang Karanganyar.

Pihak bank harus menyeleksi dan menimbang secara bijak dalam

memutuskan kredit bermasalah yang dapat direstrukturisasi kredit dimana

harus memenuhi persyaratan bahwa debitur mengalami kesulitan

pembayaran pokok dan atau bunga serta debitur masih memiliki prospek

usaha yang baik. Hal ini bertujuan agar kemungkinan terjadinya hal yang

sama yaitu kredit bermasalah setelah pelaksanaan restrukturisasi kredit bisa

dihindari.

Page 119: core.ac.uk · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN JAMINAN DALAM PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT SEBAGAI UPAYA …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

101

Berdasarkan analisa penulis, jenis restrukturisasi yang dilakukan

oleh debitur dan kreditur (pihak BRI Cabang Karanganyar) adalah

restrukturisasi kredit dengan kombinasi rescheduling (penjadwalan

kembali) dan reconditioning (persyaratan kembali). Implementasi dari

restrukturisasi kredit tersebut berupa :

1) penurunan tingkat suku bunga;

2) perpanjangan jangka waktu kredit atau penjadwalan kembali;

3) penjualan agunan tambahan.

Pada tahap analisis dan evaluasi terutama dalam menganalisis

permasalahan debitur disebutkan bahwa berdasarkan perhitungan impilkasi

finansial, alternatif lainnya yang dapat digunakan selain penjualan agunan

adalah penerapan suku bunga serendah mungkin. Menurut penulis,

alternatif ini tepat dilakukan, mengingat kondisi usaha debitur yang sedang

mengalami penurunan sehingga dengan turunnya suku bunga kredit maka

beban pembayaran kredit debitur dapat sedikit berkurang. Hal ini akan

berdampak pada peningkatan kemampuan debitur untuk lebih

berkonsentrasi membangkitkan usahanya dan dengan peningkatan usaha

tersebut diharapkan debitur dapat melunasi seluruh kewajibannya kembali.

Klausula kedua dalam perjanjian restrukturisasi kredit menyebutkan

bahwa debitur diharuskan membayar seluruh biaya yang timbul akibat

restrukturisasi ini pada saat realisasi perjanjian ini. Kewajiban pembayaran

biaya yang timbul dari suatu perjanjian hutang-piutang memang secara

otomatis menjadi tanggung jawab debitur walaupun hal tersebut tidak

diatur secara tertulis. Hal ini didasarkan pada ketentuan Pasal 1395 Kitab

Undang-Undang Hukum Perdata yang berisi sebagai berikut “Biaya yang

harus dikeluarkan untuk melakukan pembayaran dipikul oleh si berutang“.

Berdasarkan pasal tesebut penulis menafsirkan bahwa yang dimaksud

Page 120: core.ac.uk · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN JAMINAN DALAM PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT SEBAGAI UPAYA …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

102

dengan “pembayaran” adalah perjanjian restrukturisasi kredit yang dalam

kasus ini digunakan sebagai mekanisme pembayaran oleh debitur,

sedangkan yang dimaksud “si berutang” adalah debitur yang wajib

membayar seluruh biaya yang timbul dalam perjanjian restrukturisasi kredit

yaitu sebesar Rp 750.000.00,- (tujuh ratus lima puluh ribu rupiah).

Klausula terakhir dalam perjanjian tersebut berisi mengenai

pengesampingan Pasal 1226 KUH Perdata yang berisi bahwa syarat batal

dianggap selalu dicantumkan dalam persetujuan dan pembatalannya harus

dimintakan kepada hakim. Terjemahan dari pasal tersebut adalah sebagai

berikut :

Dalam hal demikian persetujuan tidak batal demi hukum, tetapi pembatalan harus dimintakan kepada Pengadilan. Permintaan ini juga harus dilakukan, meskipun syarat batal mengenai tidak dipenuhinya kewajiban dinyatakan di dalam persetujuan. Jika syarat batal tidak dinyatakan dalam persetujuan, maka Hakim dengan melihat keadaan, atas permintaan tergugat, leluasa memberikan suatu jangka waktu untuk memenuhi kewajiban, tetapi jangka waktu itu tidak boleh lebih dan satu bulan (Pasal 1226 KUH Perdata).

Berdasarkan terjemahan pasal tersebut dapat diketahui bahwa

pengertian syarat batal berarti menyatakan suatu kondisi atau

keadaanbatalnya suatu kontrak yang hanya berlaku apabila salah satu pihak

melakukan wanprestasi atau tidak memenuhi kewajibannya. Pasal tersebut

menegaskan bahwa dalam suatu perjanjian timbal-balik (das Sein) dimana

para pihaknya telah mengatur secara khusus mengenai batalnya perjanjian

sebagai akibat wanprestasi, perjanjian tersebut tetap atau harus tunduk pada

ketentuan Pasal 1266 KUHPerdata (das Sollen). Kewajiban tersebut terlihat

dari penggunaan kata "dianggap selalu" yang berarti bahwa ada atau

tidaknya klausula mengenai batalnya perjanjian sebagai akibat wanprestasi,

Page 121: core.ac.uk · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN JAMINAN DALAM PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT SEBAGAI UPAYA …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

103

maka ketentuan yang berlaku adalah ketentuan Pasal 1266 KUHPerdata

tersebut.

Pasal 1266 KUHPerdata menegaskan bahwa ketentuan tersebut

merupakan suatu ketentuan umum yang berlaku untuk perjanjian-perjanjian

yang sifatnya timbal-balik. Artinya, syarat batal tidak boleh ditentukan lain

oleh para pihak sehingga bila terjadi wanprestasi pembatalan perjanjian

harus dimintakan kepada hakim. Apabila dilihat secara gramatikal (susunan

kata) bahwa Pasal 1266 KUHPerdata tersebut tidak mengandung suatu

kondisi yang dapat ditawar-tawar atau dikesampingkan.

Berdasarkan hasil penelitian penulis, Pasal 1266 KUHPerdata ini

merupakan pasal controversial. Hingga saat ini para ahli hukum masih

memperdebatkan kedudukan pasal tersebut dalam suatu perjanjian timbal-

balik karena dalam prakteknya masih banyak para pihak mengesampingkan

pasal ini dalam membuat suatu perjanjian termasuk dalam perjanjian

restrukturisasi kredit di BRI Cabang Karanganyar. Penulis mengambil dua

pendapat ahli hukum yang mempertahankan eksistensi dari Pasal 1266

KUHPerdata dalam suatu perjanjian hutang-piutang atau timbal-balik.

Pendapat pertama dinyatakan oleh Subekti dalam bukunya yang berjudul

Hukum Perjanjian yang menjelaskan bahwa:

Pasal 1266 KUHPerdata, wanprestasi bukanlah suatu syarat yang membatalkan perjanjian, melainkan suatu syarat yang dapat membatalkan perjanjian. Kelalaian atau wanperstasi tidak secara otomatis membuat batal atau membatalkan suatu perjanjian seperti halnya dengan suatu perjanjian bersyarat. Untuk dapat membatalkan perjanjian tersebut, maka pihak yang merasa dirugikan harus mengajukan permohonan batal kepada hakim. Putusan hakim tersebut bukanlah bersifat declaratoir (menyatakan batal), melainkan membatalkan perjanjian tersebut (constitutif) (Subekti, 2002:50).

Page 122: core.ac.uk · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN JAMINAN DALAM PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT SEBAGAI UPAYA …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

104

Pendapat tersebut maka menyatakan bahwa batalnya suatu

perjanjian harus berdasarkan pada putusan hakim. Hal ini dikarenakan

dengan keyakinan hakim dapat diputuskan bahwa wanprestasi telah terjadi

atau tidak sehingga apabila untuk membatalkan suatu perjanjian haruslah

dengan putusan hakim yang sifatnya constitutive (membatalkan).

Pendapat yang kedua, dinyatakan oleh Suharnoko dalam bukunya

yang berjudul Hukum Perjanjian: Teori dan Analisa Kasus yaitu :

Pasal 1266 KUHPerdata tidak dapat dikesampingkan dalam semua kasus. Penerapannya harus dilakukan secara hati-hati, harus dilihat kasus per kasus. Pembatalan perjanjian pada prinsipnya bertujuan untuk membawa segala sesuatu kembali ke keadaan semula, seolah-olah perikatan yang ditimbulkan oleh perjanjian tersebut tidak pernah terjadi. Bila perjanjian batal, maka para pihak yang telah menerima prestasi atau telah menerima haknya, diwajibkan untuk mengembalikannya (Suharnoko, 2004: 63)

Pendapat yang kedua ini memang sejalan dengan pendapat dari

Subekti, akan tetapi lebih bersifat moderat dimana dalam kasus-kasus

(perjanjian-perjanjian) tertentu saja yang dapat mengesampingkan

eksistensi Pasal 1266 KUHPerdata ini dimana perjanjian yang

mengesampingkan pasal tersebut haruslah bersifat krusial (penting)

menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Kedua pendapat tersebut cenderung mempertahankan dan

melindungi eksistensi atau kedudukan Pasal 1266 KUHPerdata dalam

suatu perjanjian timbal-balik. Hal ini dikarenakan apabila dikaitkan dengan

perlindungan terhadap pihak yang lebih lemah, pembatalan perjanjian

sepihak tanpa melalui proses pengadilan dapat merugikan pihak yang

lemah. Pihak yang lebih lemah umumnya hanya bisa menerima segala

kondisi yang ditawarkan oleh pihak lawan (perjanjian baku). Kondisi ini

Page 123: core.ac.uk · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN JAMINAN DALAM PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT SEBAGAI UPAYA …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

105

tentu tidak sesuai dengan prinsip kepatutan (Pasal 1339 KUHPerdata) yang

merupakan pembatasan terhadap prinsip kebebasan berkontrak (Pasal 1338

KUHPerdata).

Menurut pendapat penulis, penentuan kalusula batal tersebut berarti

para pihak menganggap bahwa Pasal 1266 KUHPerdata tersebut dianggap

tidak ada, hal ini tentunya bertentangan dengan ketentuan pasal itu sendiri

yang menegaskan bahwa pasal tersebut harus selalu dianggap ada

(diberlakukan) dalam setiap perjanjian timbal-balik termasuk perjanjian

restrukturisasi kredit yang disepakati para pihak. Akan tetapi, ketentuan

pasal tersebut tetap dikesampingkan karena dasar dari perjanjian ini yaitu

prestasi untuk menyerahkan sesuatu berupa uang dari debitur kepada

kreditur yang sifatnya pokok. Sehingga apabila lewat jangka waktu para

pihak sepakat bahwa hal tersebut merupakan wanprestasi tanpa harus

dibatalkan dengan putusan hakim. Pengesampingan Pasal 1266

KUHPerdata juga dikarenakan para pihak mempunyai kalusula sendiri

mengenai batalnya perjanjian kredit yang telah disepakati.

Klausula perjanjian kredit diatas menegaskan bahwa apabila debitur

melakukan wanprestasi maka perjanjian tersebut otomatis menjadi batal

tanpa harus dimintakan pembatalannya kepada hakim. Pembatalan dengan

sendirinya tersebut memiliki akibat hukum bahwa debitur harus tetap

memenuhi seluruh kewajibannya untuk membayar pokok, bunga serta

denda sesuai dengan perjanjian kredit semula yaitu perjanjian kredit

sebelum adanya resrtukturisasi kredit.

Pada dasarnya para pihak berhak melaksanakan suatu perjanjian

berdasarkan pada Pasal 1338 KUHPerdata. Dalam ketentuan Pasal 1338

ayat (1) KUHPerdata menyatakan bahwa ”semua kontrak (perjanjian) yang

Page 124: core.ac.uk · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN JAMINAN DALAM PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT SEBAGAI UPAYA …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

106

dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang

membuatnya”. Hal ini berarti bahwa perjanjian restrukturisasi kredit yang

disepakati para pihak berlaku sebagai undang-undang dan mengikat bagi

para pihak selama dilakukan dengan itikad baik karena seluruh isi

perjanjian kredit tersebut merupakan prakarsa dan kesepakatan debitur dan

kreditur.

Ketentuan pasal tersebut dapat disimpulkan sebagai penerapan asas

kebebasan berkontrak yang bersumber pada kebebasan individu untuk

mengadakan suatu kontrak atau perjanjian termasuk isi dari perjanjian

restrukturisasi kredit yang mengesampingkan ketentuan Pasal 1226

KUHPerdata. Berlakunya asas konsensualisme menurut hukum perjanjian

Indonesia memantapkan adanya asas kebebasan berkontrak. Suatu

perjanjian dapat berlaku apabila ada kesepakatan para pihak, keseluruhan

isi perjanjian restrukturisasi kredit termasuk pengesampingan Pasal 1226

KUHPerdata juga telah disepakati para pihak sehingga perjanjian tersebut

dapat berlaku dan sah.

Adanya klausula batal tersebut juga telah ditentukan dalam Pasal 11

ayat (4) SK BRI NOKEP:S.94-DIR/ADK/12/2005 tentang Restrukturisasi

Kredit yang menyatakan bahwa :

Dalam perjanjian restrukturisasi kredit harus dicantumkan recapture clause, dimana isinya berupa penegasan bahwa para pihak sepakat untuk mengesampingkan ketentuan Pasal 1266 KHPerdata, dimana dalam hal debitur wanprestasi, syarat kredit dalam perjanjian restrukturisasi menjadi tidak berlaku dan syarat kredit serta konsekuensinya kembali ke perjanjian semula (Pasal 11 ayat (4) SK BRI NOKEP:S.94-DIR/ADK/12/2005).

Berdasarkan ketentuan dalam pasal tersebut diatas maka pada

dasarnya perjanjian restrukturisasi kredit tersebut dapat berlaku asalkan

Page 125: core.ac.uk · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN JAMINAN DALAM PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT SEBAGAI UPAYA …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

107

tidak bertentangan dengan asas kepatutan, kebiasaan dan peraturan

perundang-undangan yang berlaku, dan pihak BRI Cabang Karanganyar

harus menerapkan ketentuan tersebut dalam pelaksanaan restrukturisasi

kredit sebagai upaya penyelamatan kredit bermasalah.

Penulis berpendapat secara keseluruhan pelaksanaan restrukturisasi

kredit terhadap kasus kredit bermasalah yang dialami debitur dalam kasus

ini sudah sesuai dengan ketentuan dalam SK BRI NOKEP:S.94-

DIR/ADK/12/2005 tentang Restrukturisasi Kredit. Salah satu faktor yang

mempengaruhi berhasil atau tidaknya pelaksanaan suatu restrukturisasi

kredit adalah kemauan kerjasama dan itikad baik dari debitur. Kemauan

serta itikad baik debitur tersebut dibutuhkan dalam pelaksanaan tahap-

tahap restrukturisasi kredit secara keseluruhan terutama dalam

melaksanakan kewajibannya sesuai dengan perjanjian restrukturisasi kredit.

Hal ini dikarenakan pada dasarnya pihak bank hanya berfungsi membantu

dari sisi strategi finansial, serta berperan sebagai konsultan dan risk doctor

dimana upaya lainnya harus dilakukan oleh debitur misalnya fungsi

manajemen, operasional, organisasi, sumber daya manusia, serta

pemasaran. Oleh karena itu, keberhasilan pelaksanaan restrukturisasi kredit

untuk menyelamatkan kredit bermasalah yang dialami debitur sangat

tergantung pada kemauan serta itikad baik dari debitur itu sendiri.

Agar restrukturisasi berhasil dengan baik, diperlukan itikad baik

dari debitur berupa:

1) Berinisiatif yakni debitur harus mempunyai inisiatif untuk

menyelesaikan atau menghadapi kesulitan bisnisnya.

2) Full disclosure artinya bank bertindak sebagai pihak yang akan

mengarahkan debitur dalam meyelesaikan kredit bermasalahnya

Page 126: core.ac.uk · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN JAMINAN DALAM PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT SEBAGAI UPAYA …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

108

sehingga debitur diharapkan mau terbuka dan transparan mengenai

kondisinya yang sebenarnya.

3) Bersedia memikul kerugian artinya dalam restrukturisasi kredit para

pihak difokuskan untuk mengurangi resiko kerugian sehingga pada

dasarnya debitur dan bank sama-sama mendapatkan kerugian dimana

pihak bank harus mencadangkan PPAP, yang dapat mengurangi

kesempatan bank untuk mengelola dana yang dihimpunnya guna

membiayai bisnis debitur lain yang membutuhkan

4) Mempunyai Bisnis Plan yang berarti dengan dibuatnya Bisnis Plan,

debitur masih dapat melihat prospek usaha ke depan sehingga dapat

membuat proyeksi arah usaha dan membuat cash flow-nya (Angreni,

2010:15).

Berdasarkan prospek usahanya restrukturisasi akan berhasil apabila

memenuhi kriteria sebagai berikut:

1) Net cash flow positif

Hal ini berarti debitur masih mempunyai laba operasional sehingga

masih dapat menutup biaya untuk operasional usahanya, membiayai

gaji karyawan, serta biaya lain agar usaha tetap berjalan

2) Adanya multiplier effect.

Usaha yang mempunyai efek multiplier harus mendapat perhatian,

karena dengan restrukturisasi diharapkan perusahaan dapat tetap

berjalan atau ada dimana hal tersebut akan mempengaruhi

perkembangan usaha lainnya.

3) Prospek produk dan jasa.

Berdasarkan sisi produk dan jasa yang dihasilkan, masih ada

kemungkinan untuk tumbuh dan mampu bersaing dengan usaha

lainnya.

4) Ada peluang efisiensi.

Page 127: core.ac.uk · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN JAMINAN DALAM PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT SEBAGAI UPAYA …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

109

Usaha debitur selain berupaya menghasilkan produk dan jasa yang

mampu bersaing di pasar, juga masih ada peluang efisiensi yang dapat

dilakukan, sehingga bilamana target cash flow tak tercapai, masih ada

margin yang berasal dari efisiensi.

5) Daya saing.

Hal ini berkaitan dengan produk dan jasa yang dihasilkan mempunyai

daya saing untuk mempertahankan perusahaan tetap hidup (Angreni,

2010:15).

Restrukturisasi kredit merupakan salah satu alternatif yang menurut

penulis cukup efektif untuk menyelamatkan kredit bermasalah yang terjadi

agar tidak berimbas menjadi kredit macet yang tidak dapat diperbaiki.

Efektifitas tersebut terlihat dari sekian banyak kredit bermasalah yang

terjadi dimana kebanyakan debitur enggan menyelesaikan atau

bertanggung jawab, restrukturisasi kredit muncul sebagai alternatif

penyelesaian yang bersifat lebih manusiawi. Hal ini dikarenakan debitur

diajak untuk duduk bersama-sama dengan kreditur melalui negosiasi yang

saling terbuka mengenai penyelesaian kredit bermasalah yang terjadi secara

damai tanpa melalui jalur hukum di pengadilan. Walaupun debitur berada

dalam posisi tidak dapat membayar hutangnya bukan berarti kreditur

berhak memaksakan kehendaknya untuk mendapatkan pelunasan saat itu

juga karena pada dasarnya negosiasi tersebut dilakukan untuk mencari titik

temu mengenai pelaksanaan restrukturisasi kredit.

Beberapa kasus kredit bermasalah yang terjadi di BRI Cabang

Karanganyar dalam penyelesaiannya dilaksanakan melalui restrukturisasi

kredit. Sebagian besar pelaksanaan restrukturisasi kredit tersebut tergolong

efektif dan berhasil serta menjadi alternatif penyelesaian yang banyak

dipilih oleh debitur karena hal tersebut tidak memberatkan debitur. Hal ini

Page 128: core.ac.uk · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN JAMINAN DALAM PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT SEBAGAI UPAYA …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

110

menjadi bukti bahwa pelaksanaan restrukturisasi kredit sebagai upaya

penyelamatan kredit bermasalah di BRI Cabang Karanganyar cukup

berhasil.

b. Hambatan dalam Pelaksanaan Restrukturisasi Kredit di BRI Cabang

Karanganyar

Hambatan yang terjadi dalam pelaksanaan restrukturisasi kredit

tersebut diatas merupakan hambatan yang sering terjadi pada umumnya

dalam pelaksanaan restrukturisasi kredit di dunia perbankan saat ini. Salah

satu hambatan yang sering terjadi adalah perbedaan pendapat antara para

pihak dalam tahap negosiasi. Begitu pula dalam kasus ini, pihak debitur

dan kreditur memiliki perbedaan pendapat sehingga tidak dapat menjumpai

titik temu. Tidak adanya keterbukaan antara kreditur dan debitur pada

tahap negosiasi juga dapat menimbulkan hambatan baru.

Hal tersebut diatas dapat disebabkan oleh sifat hubungan yang

antagonistik antara keduanya. Pihak bank sebagai kreditur cenderung

menetapkan persyaratan lebih mencerminkan besarnya kerugian yang dapat

ditolerirnya serta kepastian pembayaran sesegera mungkin tanpa

memperhatikan kondisi bisnis dan keuangan debiturnya. Pada sisi lain

pihak debitur selalu berupaya memperoleh keringanan yang maksimal

dengan menyerahkan agunan seminimal mungkin. Untuk mengatasi hal ini,

dalam prakteknya kreditur memiliki kewenangan dan kebijakan tersendiri

yakni mendorong debitur untuk segera malakukan negosiasi ulang dan

meyakinkan serta melakukan pendekatan kepada debitur secara intensif

agar debitur menyetujui tentang mekanisme dan jenis restrukturisasi kredit

yang akan dilaksanakan untuk menyelamatkan kredit yang dialami oleh

debitur.

Page 129: core.ac.uk · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN JAMINAN DALAM PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT SEBAGAI UPAYA …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

111

Menurut pendapat penulis, hal tersebut dapat dilakukan selama

tidak melanggar ketentuan dari peraturan perundang-undangan yang

berlaku karena dalam kasus ini kreditur merupakan pihak yang meminjami

uang sehingga memiliki posisi yang lebih kuat sedangkan debitur memiliki

posisi yang lebih lemah karena ia tidak dapat mengembalikan atau

membayar pinjamannya kepada debitur (wanprestasi). Debitur dapat

dikatakan wanprestasi karena tidak memenuhi kewajiban pembayaran

hutang pokok selama 4 (empat) bulan dan telah melewati tenggat waktu

jatuh tempo. Walaupun debitur telah berada dalam posisi wanprestasi yakni

dengan tidak melakukan Posisi debitur yang cenderung lemah tersebut

menyebabkan debitur mau tidak mau harus menyetujui tawaran kreditur

dalam negosiasi selama hal tersebut dilakukan dengan itikad baik untuk

menyelamatkan kredit bemasalah.

Kreditur melakukan hal tersebut sebagai upaya untuk melindungi

hak-haknya sebagai kreditur sehingga kreditur perlu berhati-hati dalam

melakukan restrukturisasi kredit. Akan tetapi alangkah lebih baiknya

apabila kreditur tidak terlalu menekan debitur untuk sepakat pada tahap

negosiasi karena pada dasarnya para pihak bernegosiasi untuk

mendapatkan jalan yang terbaik untuk menyelesaikan kredit bermasalah.

Kreditur harus mempertimbangkan kondisi keuangan maupun bisnis

debitur pada saat negosiasi serta debitur juga harus konsisten dan beritikad

baik untuk menyelesaikan kredit bermasalahnya.

2. Kedudukan Jaminan Dan Akibat Hukumnya Dalam Pelaksanaan

Restrukturisasi Kredit Di Bank Rakyat Indonesia Tbk Cabang

Karanganyar

a. Kedudukan Jaminan dalam Pelaksanaan Restrukturisasi Kredit di BRI

Cabang Karanganyar

Page 130: core.ac.uk · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN JAMINAN DALAM PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT SEBAGAI UPAYA …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

112

Berdasarkan penelitian penulis, kedudukan jaminan dalam

pelaksanaan restrukturisasi kredit dapat berubah atau tetap tergantung pada

jenis restrukturisasi yang digunakan. Hal ini berdasarkan pada sifat asesor

dari hak jaminan yang dapat menentukan kedudukan jaminan itu sendiri

antara lain sebagai berikut:

1) Ada dan hapusnya perjanjian jaminan itu tergantung dan ditentukan

oleh perjanjian pendahulunya;

2) Bila perjanjian pendahuluannya batal, maka dengan sendirinya

perjanjian jaminan sebagai perjanjian tambahan juga menjadi batal;

3) Bila perjanjian perjanjian pendahulunya beralih atau dialihkan, maka

dengan sendirinya perjanjian jaminan ikut beralih;

4) Bila perjanjian pendahulunya beralih karena cessie, subrogatie, maka

perjanjian jaminan ikut beralih tanpa penyerahan khusus;

5) Bila perjanjian jaminannya berakhir atau hapus, maka perjanjian

pendahulunya tidak dengan sendirinya berakhir atau hapus pula

(Rachmadi Usman, 2008: 86).

Pelaksanaan restrukturisasi kredit menyebabkan beralihnya

perjanjian pokok atau perjanjian kredit dalam kasus ini sehingga

berdasarkan sifat asesor dari jaminan maka perjanjian jaminan ikut beralih

dengan sendirinya. Peralihan perjanjian tersebut berupa beralihnya

perjanjian kredit menjadi perjanjian restrukturisasi kredit dimana terdapat

kesepakatan bahwa perjanjian pokok dapat berlaku kembali apabila debitur

melakukan wanprestasi terhadap perjanjian restrukturisasi kredit.

Restrukturisasi kredit dengan alternatif penjualan agunan tambahan

dalam kasus ini, juga berpengaruh terhadap kedudukan agunan yang telah

berubah karena adanya penjualan agunan tersebut. Selain itu, kedudukan

jaminan maupun agunan dalam pelaksanaan restrukturisasi kredit di BRI

Page 131: core.ac.uk · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN JAMINAN DALAM PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT SEBAGAI UPAYA …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

113

Cabang Karanganyar memiliki kedudukan yang sangat penting walaupun

tidak seimbang. Hal ini dikarenakan salah satu syarat dapat

dilaksanakannya restrukturisasi kredit tersebut adalah debitur harus terlebih

dahulu mengurangi tunggakan pokoknya yang dapat dilakukan dengan

penjualan agunan tambahan. Syarat penjualan tersebut yaitu jaminan pokok

berupa usaha debitur masih berjalan dan memiliki prospek ke depan serta

agunan tambahan yang diserahkan oleh debitur masih memiliki nilai

pengikatan yang cukup untuk meng-cover sisa pokok hutang debitur.

Berdasarkan hal tersebut kedudukan jaminan khususnya agunan

tambahan dalam restrukturisasi kredit dalam kasus yang diteliti oleh

penulis ini tidak hanya sebagai jaminan yang memiliki kekuatan

eksekutorial apabila debitur melakukan wanprestasi terhadap perjanjian

restrukturisasi kredit, akan tetapi juga menjadi salah satu alternatif untuk

mengurangi tunggakan pokok sebagai syarat dilaksanakannya

restrukturisasi kredit bagi debitur yang mengalami kredit bermasalah di

BRI Cabang Karanganyar. Hal tersebut terutama berlaku bagi kedudukan

agunan tambahan yang diserahkan oleh debitur.

Pelaksanaan restrukturisasi kredit ini pada dasarnya memiliki

tahap-tahap yang sama dengan pemberian fasilitas kredit yang

mensyaratkan adanya jaminan dan agunan yang harus diserahkan oleh

debitur. Jaminan yang disyaratkan oleh pihak kreditur yaitu adanya

keyakinan atas kemampuan atau kesanggupan debitur untuk melunasi

hutangnya. Jaminan tersebut diperoleh kreditur dari debitur melalui hasil

analisis permohonan kredit debitur. Pihak BRI Cabang Karanganyar tidak

mau mengambil resiko dengan hanya mensyaratkan jaminan maupun

agunan pokok saja dalam perjanjian kredit maupun perjanjian

restrukturisasi kredit. Oleh karena itu pihak bank menambahkan syarat

Page 132: core.ac.uk · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN JAMINAN DALAM PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT SEBAGAI UPAYA …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

114

agunan tambahan yang merupakan barang yang tidak berkaitan langsung

dengan objek yang dibiayai dengan kredit yang bersangkutan berupa

Sertifikat Hak Milik (SHM) yang dimiliki oleh debitur. Agunan tambahan

tersebut dimaksudkan menambah keyakinan kreditur atau bank atas

kemampuan dan kesanggupan debitur untuk melunasi hutangnya.

Persyaratan mengenai jaminan maupun agunan oleh kreditur (BRI Cabang

Karanganyar) tersebut telah sesuai dengan ketentuan Pasal 8 Undang-

Undang Nomor 10 Tahun1998 Tentang Perbankan.

Penggunaan Sertifikat Hak Milik sebagai jaminan tambahan juga

telah memenuhi syarat-syarat benda sebagai jaminan. Menurut R. Subekti,

syarat-syarat benda jaminan tersebut antara lain sebagai berikut:

1) benda yang secara mudah dapat membantu perolehan kredit itu oleh

pihak yang memerlukannya;

2) tidak melemahkan potensi (kekuatan) si pencari kredit untuk melakukan

(meneruskan) usahanya;

3) memberikan kepastian kepada pemberi kredit, bahwa barang jaminan

setiap waktu tersedia untuk dieksekusi, bahkan diuangkan untuk

melunasi utang si penerima (nasabah atau debitur) (R. Subekti, 1982:

29).

Berdasarkan hasil penelitian penulis, dalam restrukturisasi kredit

tersebut debitur memutuskan untuk menjual agunan tambahan yang

diserahkan dalam perjanjian kredit sebelumnya (awal) dimana penjualan

agunan tersebut dilakukan melalui BRI Cabang Karanganyar. Penulis

berpendapat bahwa mekanisme penjualan agunan tambahan milik debitur

yang dilakukan oleh pihak BRI Cabang Karanganyar dengan pembeli

adalah sudah tepat dilakukan dalam restrukturisasi kredit ini. Hal ini

dikarenakan dengan penjualan agunan tambahan tersebut beban hutang

Page 133: core.ac.uk · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN JAMINAN DALAM PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT SEBAGAI UPAYA …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

115

pokok debitur menjadi berkurang selain itu pembayaran yang dilakukan

pembeli melalui tabungan di BRI Cabang Karanganyar merupakan

alternatif yang tepat dan tidak melanggar peraturan perundang-undangan

yang berlaku. Pembayaran melalui tabungan pembeli tentunya juga

memberikan keuntungan karena dengan pembukaan tabungan tersebut

nasabah BRI Cabang Karanganyar menjadi bertambah. Selain itu dengan

penjualan secara langsung oleh pihak bank maka dapat diperoleh harga

yang wajar dan sesuai dengan harga agunan tersebut saat ini.

Agunan tambahan dalam praktek dunia perbankan memang

cenderung memiliki kedudukan yang lebih diutamakan daripada jaminan

karena agunan tambahan memiliki sifat yang mudah dipindahtangankan

(eksekusi). Kedudukan agunan yang penting tersebut dalam pelaksanaan

restrukturisasi kredit dapat dilihat dari kegunaannya antara lain sebagai

berikut :

1) memberikan hak dan kekuasaan kepada bank/kreditur untuk

mendapatkan pelunasan agunan, apabila debitur melakukan cidera janji

terhadap isi perjanjian restrukturisasi kredit.

2) menjamin agar debitur berperan serta dalam transaksi untuk membiayai

usahanya, sehingga kemungkinan untuk meninggalkan pelaksanaan

restrukturisasi kredit dapat dicegah karena hal tersebut dapat merugikan

pihak debitur sendiri dengan batalnya perjanjian restrukturisasi kredit

tersebut dan kembali berlakunya perjanjian kredit semula.

3) memberikan dorongan kepada debitur untuk memenuhi janjinya yaitu

melakukan pembayaran kewajiban sebagaimana yang telah disepakati

dalam perjanjian restrukturisasi kredit.

Page 134: core.ac.uk · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN JAMINAN DALAM PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT SEBAGAI UPAYA …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

116

Adanya agunan tersebut juga memberikan manfaat bagi kreditur

dalam pelaksanaan restrukturisasi kredit yaitu sebagai berikut :

1) terwujudnya keamanan yang dalam pelaksanaan restrukturisasi kredit

bagi para pihak.

2) memberikan kepastian hukum bagi kreditur mengenai pelaksanaan

kewajiban debitur dalam restrukturisasi kredit.

Penulis berpendapat, adanya jaminan dan agunan baik berupa

agunan pokok maupun agunan tambahan yang disyaratkan dalam

perjanjian kredit awal maupun dalam perjanjian restrukturisasi kredit

tersebut, disamping sebagai penerapan Pasal 8 Undang-Undang Nomor 10

Tahun 1998 Tentang Perbankan, juga merupakan salah satu penerapan

prinsip kehati-hatian oleh pihak bank sebagai kreditur sebagaimana

diamanatkan dalam Pasal 29 ayat (2) Undang-Undang Nomor 10 Tahun

1998 Tentang Perbankan yang menyatakan bahwa dalam melakukan

kegiatan usahanya bank wajib menerapkan prinsip kehati-hatian. Hal ini

berkaitan dengan kewajiban bank untuk memiliki dan menerapkan sistem

pengawasan intern dalam rangka menjamin terlaksananya proses

pengambilan keputusan dalam pengelolaan bank yang harus sesuai dengan

prinsip kehati-hatian terutama dalam pemberian fasilitas kredit

Pengikatan jaminan yaitu agunan tambahan dalam perjanjian

restrukturisasi kredit tersebut juga telah memenuhi asas-asas mengenai hak

jaminan seperti yang dinyatakan Munir Fuady dalam bukunya yang

berjudul Hukum Bisnis: dalam teori dan praktek yaitu sebagai berikut :

1) Asas teritorial

Pengertian asas ini yaitu barang jaminan yang ada di Indonesia

hanya dapat dijadikan sebagai jaminan utang sejauh perjanjian utang

Page 135: core.ac.uk · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN JAMINAN DALAM PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT SEBAGAI UPAYA …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

117

maupun pengikatan hipotik tersebut dibuat di Indonesia. Agunan

tambahan yang digunakan dalam perjanjian restrukturisasi kredit ini

secara fisik berada di wilayah Kabupaten Karanganyar, Indonesia.

2) Asas assesoir

Asas aksesoir berarti suatu perjanjian ada apabila terdapat

perjanjian pokoknya (Pasal 1821 BW). Pelaksanaan restrukturisasi

kredit ini berdasarkan pada perjanjian pokok berupa perjanjian

restrukturisasi kredit dan diikuti oleh perjanjian accesoir berupa

perjanjian jaminan hak tanggungan.

3) Asas hak preferensi

Pengertian asas ini yaitu pihak kreditur kepada siapa debitur

yang telah menjamin utangnya, pada umumnya mempunyai hak atas

jaminan kredit tersebut untuk pelunasan utangnya yang mesti

didahulukan dari kreditur lainnya. Pihak debitur telah menjaminkan

jaminan pokoknya berupa usaha debitur dan agunan tambahan berupa

jaminan hak tanggungan secara khusus dan penyerahan kepada

kreditur yaitu BRI Cabang Karanganyar.

4) Asas non-distribusi

Asas ini berarti suatu hak jaminan tidak dapat dipecah-pecah

kepada beberapa orang kreditur begitu pula terhadap agunan tambahan

yang telah diserahkan oleh debitur yaitu agunan tambahan tersebut

tidak dapat dibagi-bagi kepada kreditur lain apabila debitur mengalami

suatu kepailitan.

5) Asas publisitas

Publisitas berarti suatu jaminan utang harus dipublikasikan

sehingga diketahui umum. Agunan tambahan yang diserahkan oleh

debitur adalah sertifikat hak milik atas tanah dan bangunan sehingga

untuk memenuhi asas ini agunan tersebut harus didaftarkan ke Kantor

Page 136: core.ac.uk · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN JAMINAN DALAM PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT SEBAGAI UPAYA …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

118

Pertanahan Karanganyar untuk dibebani hak tanggungan melalui Akta

Pembebanan Hak Tanggungan (APHT).

6) Asas eksitensi benda

Asas ini berati bahwa suatu hipotik atau hak tanggungan hanya

dapat diletakkan pada benda yang benar-benar ada. Hak tanggungan

yang dibebankan pada agunan tambahan yang diserahkan debitur ini

adalah benar-benar ada dan sah menjadi milik debitur berdasarkan

pada hasil analisis kredit yang dilakukan oleh petugas Account Officer.

7) Asas eksitensi perjanjian pokok

Asas ini berarti bahwa benda jaminan dapat diikat setelah ada

perjanjian pokoknya. Pengikatan terhadap benda jaminan berupa hak

tanggungan ini dilakukan setelah debitur dan kreditur menyepakati dan

menandatangani perjanjian kredit maupun perjanjian restrukturisasi

kredit.

8) Asas larangan janji penggunaaan benda jaminan untuk

dimiliki sendiri

Pengertian asas ini adalah kreditur dilarang untuk memiliki

benda jaminan untuk dimiliki sendiri. Implementasi dari asas ini yaitu

apabila debitur telah melakukan wanprestasi terhadap perjanjian

restrukturisasi kredit sehingga perjanjian kredit sebelumnya berlaku

kembali akan tetapi debitur tetap tidak melaksanakan kewajibannya

maka kreditur berhak melakukan sita lelang dengan penjualan kepada

pihak lain (pihak ketiga). Pihak kreditur dengan alasan apapun tidak

boleh berniat dan memiliki benda jaminan yang telah diserahkan oleh

debitur.

9) Asas formalism

Asas formalism ini merupakan tata cara yang diharuskan oleh

undang-undang untuk melakukan suatu perjanjian yaitu keharusan

pembuatan akta, keharusan pencatatan, pelaksanaan di depan pejabat

Page 137: core.ac.uk · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN JAMINAN DALAM PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT SEBAGAI UPAYA …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

119

tertentu, dan penggunaan kata-kata tertentu. Hal tersebut juga

dilakukan dalam pengikatan jaminan ini yang dibuat secara notariil di

hadapan noataris.

10 Asas mengikuti benda

Pengertian dari asas ini adalah hak jaminan merupakan hak

kebendaan sehingga hak jaminan akan selalu pada benda tersebut

walaupun benda tersebut telah berpindah. Implementasi dari asas ini

yaitu pihak kreditur tetap memegang hak atas jaminannya selama

benda jaminan yang digunakan sebagai agunan tambahan tidak

dialihkan dan mempunyai kekuasaan untuk mengeksekusi apabila

debitur tetap melakukan wanprestasi dalam perjanjian restrukturisasi

kredit ini (Munir Fuady, 2002: 70-85).

Berdasarkan penelitian penulis, jaminan yang digunakan dalam

perjanjian restrukturisasi kredit ini merupakan jaminan yang bersifat

khusus karena jaminan ini hanya diperuntukan bagi kreditur tertentu

(kreditur preferent) yaitu BRI Cabang Karanganyar dimana benda

jaminannya ditunjuk secara khusus (tertentu) berupa hak tanggungan

sehingga pelunasan hutangnya diutamakan. Hal ini didasarkan pada

penggolongan jaminan berdasarkan perjanjian yakni karena adanya

perjanjian jaminan accesoir yaitu perjanjian jaminan hak tanggungan.

Pentingnya kedudukan jaminan terutama agunan tambahan dalam

pelaksanaan restrukturisasi kredit ini juga dapat dilihat dari jenis jaminan

kebendaan yang digunakan sebagai agunan kredit. Agunan yang digunakan

dalam perjanjian pengikatan jaminan dalam restrukturisasi kredit ini yaitu

SHM No.670 dan SHM No.1331. Perjanjian pengikatan jaminan tersebut

bersifat accesoir (tambahan) dari perjanjian pokoknya yaitu perjanjian

restrukturisasi kredit. Walaupun demikian perjanjian accesoir tersebut tetap

Page 138: core.ac.uk · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN JAMINAN DALAM PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT SEBAGAI UPAYA …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

120

mengikat para pihak berdasarkan asas kebebasan berkontrak dan

mempunyai kekuatan hukum eksekutorial apabila debitur wanprestasi.

Pengertian Hak Tanggungan yang digunakan sebagai agunan

tambahan dalam perjanjian kredit maupun perjanjian restrukturisasi kredit

dalam ketentuan Pasal 1 ayat (1) UU No.4 Tahun 1996 Tentang Hak

Tanggungan adalah :

Hak Tanggungan atas tanah beserta benda-benda yang berkaitan dengan tanah yang selanjutnya disebut Hak Tanggungan adalah jaminan yang dibebankan pada hak atas tanah sebagaimana dimaksud dalam UUPA, berikut atau tidak berikut benda-benda lain yang merupakan satu kesatuan dengan tanah itu, untuk pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada kreditur tertentu terhadap kreditur-kreditur lain (Pasal 1 ayat (1) UUHT).

Berdasarkan isi pasal tersebut agunan tambahan yang digunakan

dalam pelaksanaan restrukturisasi kredit ini diikat dengan jenis pengikatan

jaminan sebagai hak tanggungan seperti dalam pengertian tersebut diatas.

Pengikatan tersebut berupa :

1) Sertifikat Hak Milik (SHM) No.1913 atas tanah milik debitur dengan

jenis pengikatan sebagai Hak Tanggungan (HT) I dan Hak Tanggungan

(HT) II.

2) Sertifikat Hak Milik (SHM) No.1252 atas tanah/bangunan milik debitur

dengan jenis pengikatan sebagai Hak Tanggungan (HT) I dan Hak

Tanggungan (HT) II.

Pengikatan agunan tambahan dalam perjanjian restrukturisasi kredit

ini juga dilakukan berdasarkan ketentuan Pasal 4 Ayat (1) UU No.4 Tahun

1996 Tentang Hak Tanggungan yang menyatakan bahwa terhadap benda-

benda yang berada di atas tanah yang diikutsertakan sebagai jaminan maka

Page 139: core.ac.uk · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN JAMINAN DALAM PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT SEBAGAI UPAYA …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

121

harus dinyatakan dengan tegas dalam Akta Pemberian Hak Tanggungan

(APHT). Agunan tambahan yang berupa Sertifikat Hak Milik atas tanah

dan bangunan tersebut dilakukan pengikatan sebagai hak tanggungan

dalam Akta Pemberian Hak Tanggungan (APHT) yang dibuat secara

notariil oleh para pihak demi menjaga kepastian hukum terhadap eksistensi

atau kedudukan agunan tambahan tersebut.

Hubungan hukum yang timbul dari perjanjian accesoir mengenai

jaminan hak tanggungan dalam pelaksanaan restrukturisasi kredit ini terjadi

berdasarkan kesepakatan 2 (dua) subyek Hak Tanggungan itu sendiri sesuai

dengan ketentuan Pasal 8 dan 9 UUHT. Subyek dalam perjanjian

pengikatan jaminan ini yaitu pemberi Hak Tanggungan (debitur) yaitu

orang perseorangan yang mempunyai kewenangan untuk melakukan

perbuatan hukum terhadap obyek Hak Tanggungan tersebut dan pemegang

Hak Tanggungan (kreditur) adalah badan hukum yang berkedudukan

sebagai pihak yang berpiutang yakni BRI Cabang Karanganyar.

Berdasarkan hal tersebut diatas maka hak tanggungan yang

digunakan sebagai jaminan dalam pemberian fasilitas kredit dapat

memberikan suatu perlindungan khusus yang berkaitan dengan hubungan

hutang-piutang yang timbul diantara kedua belah pjhak. Salah satu

perlindungan hukum tersebut terutama dalam hal apabila debitur

melakukan wanprestasi terhadap perjanjian kredit maupun restrukturisasi

kredit dimana kreditur dapat melakukan eksekusi terhadap jaminan hak

tanggungan tersebut untuk mendapat pemenuhan hutang dan kewajiban

dari debitur.

Page 140: core.ac.uk · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN JAMINAN DALAM PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT SEBAGAI UPAYA …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

122

Agunan yang digunakan dalam pelaksanaan restrukturisasi kredit

terhadap kasus ini telah memenuhi syarat sebagai obyek Hak Tanggungan

antara lain sebagai berikut :

1) Kedua agunan tersebut dapat dinilai dengan uang yaitu dapat dilihat

dalam THLS saat realisasi dan THLS saat ini.

2) Agunan tersebut telah didaftarkan dalam daftar umum sebagai

pengikatam hak tanggungan.

3) Agunan tersebut memiliki sifat dapat dipindahtangankan atau

diperjualbelikan.

4) Agunan tersebut sah dan berlaku menurut peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

Berdasarkan hasil penelitian penulis, total nilai pengikatan

jaminan yang digunakan dalam perjanjian kredit ini adalah sebesar Rp

199.000.000,- (seratus sembilan puluh sembilan juta rupiah) dari nilai

jaminan sebesar Rp 185.000.000,- (seratus delapan puluh lima juta rupiah)

pada saat tanggal realisasi yaitu 9 Oktober 2009. Hal ini sesuai dengan

ketentuan tidak tertulis yang biasanya berlaku di dunia perbankan terutama

dalam pemberian fasilitas kredit dimana nilai benda jaminan harus bernilai

sama atau lebih dari 120% dari total pinjaman atau plafond kredit yang

disepakati. Ketentuan tersebut memang tidak diatur secara tertulis dalam

suatu peraturan perundang-undangan termasuk Undang-Undang No.10

Tahun 1998 Tentang Perbankan, akan tetapi ketentuan ini sudah menjadi

kebiasaan yang berlaku di dunia perbankan Indonesia dimana hampir

seluruh bank menerapkan ketentuan yang sama bahwa nilai jaminan harus

minimal bernilai 120% dari total pinjamannya. Ketentuan tidak tertulis ini

disebut sebagai kebiasaan dalam perbankan.

Page 141: core.ac.uk · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN JAMINAN DALAM PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT SEBAGAI UPAYA …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

123

Penulis berpendapat bahwa penerapan ketentuan mengenai nilai

jaminan tersebut tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan

dan tetap dapat berlaku. Hal ini dikarenakan sebagaimana kita ketahui

bahwa kebiasaan merupakan salah satu dasar hukum perjanjian kredit bank

yaitu sebagai berikut :

1) Perjanjian diantara para pihak;

2) Undang-undang tentang perbankan;

3) Peraturan Pelaksanaan dari undang-undang;

4) Yurisprudensi;

5) Kebiasaan perbankan;

6) Peraturan perundang-undangan terkait lainnya (Munir Fuady,

1996:35).

Kebiasaan memiliki pengertian yaitu suatu sumber atau dasar

hukum yang ada dalam kehidupan sosial masyarakat dan dipatuhi sebagai

nilai-nilai hidup yang positif. Demikian juga dalam bidang perkreditan,

kebiasaan dan dan praktik perbankan dapat juga menjadi suatu dasar

hukumnya. Ketentuan mengenai nilai jaminan yang harus bernilai sama

dengan atau lebih dari 120% dari jumlah plafond kredit merupakan suatu

kebiasaan yang dipatuhi dan berlaku di dunia perbankan. Ketentuan

tersebut dapat dikatakan sebagai kebiasaan di dalam perbankan karena

telah memenuhi syarat-syarat kebiasaan yaitu :

1) Syarat materiil

Ketentuan mengenai nilai jaminan yang harus bernilai sama

dengan atau lebih dari 120% dari jumlah plafond kredit tersebut telah

berlangsung secara terus-menerus dan tetap di dalam dunia perbankan

saat ini.

2) Syarat psikologis

Page 142: core.ac.uk · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN JAMINAN DALAM PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT SEBAGAI UPAYA …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

124

Terhadap ketentuan nilai jaminan tersebut terdapat suatu

keyakinan dari pelaku perbankan dan masyarakat bahwa ketentuan

tersebut masuk akal apabila dianggap sebagai suatu kewajiban yang

harus ditaati.

3) Syarat sanksi

Ketentuan mengenai nilai jaminan apabila dilanggar atau tidak

dilaksanakan oleh calon debitur dapat dikenai sanksi misalnya tidak

disetujuinya permohonan kredit yang diajukan oleh calon debitur. Hal

ini dikarenakan ketentuan nilai jaminan tersebut sangat penting bagi

pihak bank sebagai kreditur yaitu sebagai jaminan apabila debitur

wanprestasi dan terjadi penyusutan nilai jaminan dikemudian hari.

Berdasarkan hal tersebut diatas maka ketentuan mengenai nilai

jaminan yang harus bernilai sama dengan atau lebih dari 120% dari jumlah

plafond kredit merupakan suatu kebiasaan di dalam pemberian fasilitas

kredit di dunia perbankan Indonesia. Banyak hal yang telah lazim

dilaksanakan dalam praktek tetapi belum mendapat pengaturan dalam

peraturan perundang-undangan. Pada dasarnya, pemberlakuan ketentuan

tersebut ditujukan untuk melindungi kepentingan pihak bank sebagai

kreditur apabila debitur melakukan wanprestasi di kemudian hari.

Kebiasaan tersebut tidak bertentangan dengan peraturan perundang-

undangan termasuk Undang-Undang Nomor 10 Tahun1998 Tentang

Perbankan. Menurut undang-undang tersebut, bank bahkan dapat

melakukan kegiatan lain dari yang telah diperincikan oleh Pasal 6 Undang-

Undang Nomor 10 Tahun1998 Tentang Perbankan, apabila hal tersebut

merupakan kelaziman dalam dunia perbankan. Konsekuensi bagi debitur

atas berlakunya kebiasaan tersebut adalah dalam setiap permohonan

fasilitas kredit maka debitur wajib menyerahkan jaminan tambahan yang

Page 143: core.ac.uk · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN JAMINAN DALAM PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT SEBAGAI UPAYA …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

125

berupa agunan senilai sama dengan atau lebih dari 120% dari jumlah

plafond kredit yang disepakati.

b. Akibat Hukum Terhadap Jaminan dalam Pelaksanaan Restrukturisasi Kredit

di BRI Cabang Karanganyar

Pengikatan jaminan berupa hak tanggungan dalam restrukturisasi

kredit ini memiliki akibat hukum yang sama dengan perjanjian pengikatan

jaminan pada umumnya bagi para pihak. Pengikatan jaminan dilakukan

melalui pembuatan perjanjian pengikatan jaminan yang bersifat accesoir

(tambahan) dari perjanjian restrukturisasi kredit yang dituangkan dalam Akta

Pemberian Hak Tanggungan (APHT). APHT tersebut selanjutnya didaftarkan

di Kantor Pertanahan dan dicatat dalam buku tanah agar memiliki kekuatan

hukum yang tetap. Pendaftaran APHT tersebut memiliki akibat hukum bagi

para pihak yakni debitur dan kreditur.

Maksud adanya pendaftaran tersebut diatas yaitu untuk memenuhi asas

publisitas sekaligus merupakan jaminan kepastian terhadap kreditur mengenai

benda yang telah dibebani dengan jaminan hak tanggungan. Penyerahan benda

secara hak tanggungan yang digunakan sebagai pelunasan hutang, akan

menempatkan kreditur pada posisi yang menguntungkan, karena kreditur

mempunyai hak untuk didahului dalam pemenuhan hutangnya. Jika debitur

tidak mampu mengembalikan pinjamamnya, barang yang diikat sebagai

jaminan akan dijual lelang untuk pelunasan piutang debitur.

Bagi debitur konsekuensi atau akibat hukum dari penyerahan agunan

dalam perjanjian restrukturisasi kredit ini berasal dari adanya negative

covenant (klausa negatif) yang merupakan pengikatan Hak Tanggungan yang

sempurna sebagai akibat dari pendaftaran dan pencatatan APHT ke dalam

buku tanah. Negative covenant tersebut menyebutkan bahwa debitur tidak

akan melakukan perbuatan hukum apapun terhadap jaminan (agunan

Page 144: core.ac.uk · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN JAMINAN DALAM PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT SEBAGAI UPAYA …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

126

tambahan) yang diserahkan tanpa seijin atau sepengetahuan kreditur.

Pernyataan tersebut mengakibatkan debitur tidak dapat melakukan perbuatan

hukum apapun terhadap agunan tersebut misalnya mengalihkan,

memperjualbelikan, menyewakan jaminan tanpa seijin dari kreditur. Akan

tetapi debitur masih memiliki hak untuk menggunakan agunan tersebut

sebagai lokasi usaha dan tempat tinggal karena kreditur hanya menguasai

bukti kepemilikan saja yaitu sertifikat hak milik atas tanah dan bangunan yang

digunakan sebagai agunan dimana secara fisik benda jaminan masih dikuasai

oleh debitur.

Perjanjian pengikatan jaminan berupa APHT juga memberi

konsekuensi atau akibat hukum bagi bank sebagai kreditur yang menguasai

jaminan. Akibat hukum ini berasal dari penyerahan jaminan secara khusus

oleh debitur kepada pihak bank sehingga bank menjadi kreditur preferent.

Status bank sebagai kreditur preferent ini memiliki akibat hukum yang

menguntungkan bagi bank yaitu pelunasan hutangnya didahulukan atau

diutamakan daripada kreditur lainnya apabila debitur wanprestasi. Pengikatan

jaminan dalam kasus ini hanya dilakukan oleh BRI Cabang Karanganyar

sebagai kreditur sehingga selain pelunasan hutangnya diutamakan, kreditur

juga akan mendapatkan pelunasan secara penuh dari hasil penjualan atau

lelang eksekusi jaminan sesuai dengan jumlah hutang debitur secara

keseluruhan.

BRI Cabang Karanganyar sebagai kreditur preferen memiliki hak-hak

khusus (privelege) yang terhadap agunan tersebut antara lain sebagai berikut :

1) Hak Preferent (didahulukan)

Hak preferent adalah hak yang didahulukan atau diistimewakan

pelunasannya dari hasil penjualan benda jaminan. Adanya hak tersebut

memberikan keuntungan bagi kreditur yaitu BRI Cabang Karanganyar

Page 145: core.ac.uk · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN JAMINAN DALAM PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT SEBAGAI UPAYA …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

127

sebagai kreditur memiliki hak mendahului untuk mendapatkan pelunasan

hutang dari hasil penjualan agunan tambahan yang dibebani oleh hak

tanggungan dalam kasus ini apabila debitur melakukan wanprestasi

terhadap perjanjian restrukturisasi kredit. Hal tersebut sebagaimana

dinyatakan dalam Pasal 6 UU No.10 Tahun 1996 Tentang Hak

Tanggungan yaitu jika debitur cidera janji (wanprestasi) maka pemegang

Hak Tanggungan pertama mempunyai hak untuk menjual obyek hak

tanggungan atas kekuasaan sendiri melalui pelelangan umum serta

mengambil pelunasan piutangnya dari hasil penjualan dimana pemenuhan

atas hak tanggungan terhadap kreditur tidak dibatasi oleh jangka waktu

tertentu.

2) Hak berdasarkan Asas droit de suite

Pasal 7 UU No.4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan

menyatakan bahwa “Hak Tanggungan tetap mengikuti obyeknya dalam

tangan siapa pun obyek tersebut berada”. Berdasarkan ketentuan tersebut

dapat diartikan bahwa hak tanggungan tetap menjamin objeknya sekalipun

beralih kepada pihak ketiga sehingga akan tetap menjamin pelunasan

piutang kreditur. Hal ini memberi konsekuensi bahwa apabila debitur

mengalihkan agunannya sebelum perjanjian restrukturisasi kredit berakhir

tanpa seijin dari pihak bank sebagai kreditur maka perjanjian pengikatan

jual beli yang dilakukan debitur dengan pihak ketiga (pembeli) tersebut

batal demi hukum sehingga hak tanggungan atas agunan yang dikuasai

kreditur tetap dapat dieksekusi oleh kreditur untuk menjamin pelunasan

utangnya.

3) Hak Retensi

Pengertian hak retensi ini yaitu hak untuk menahan. Pemegang hak

tanggungan juga mempunyai hak retensi atas agunan yang digunakan

dalam pelaksanaan restrukturisasi kredit di BRI Cabang Karanganyar

Page 146: core.ac.uk · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN JAMINAN DALAM PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT SEBAGAI UPAYA …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

128

sebagaimana dimaksud Pasal 1812 KUHPerdata yang berisi sebagai

berikut :

Si kuasa adalah berhak untuk menahan segala apa kepunyaan si pemberi kuasa yang berada ditangannya, sekian lamanya, hingga kepadanya telah dibayar lunas segala apa yang dapat dituntutnya sebagai akibat pemberian kuasa (Pasal 1812 KUHPerdata)

Berdasarkan ketentuan tersebut diatas kreditur yakni BRI Cabang

Karanganyar memiliki hak untuk menahan sertifikat hak milik atas agunan

yang diserahkan debitur dalam perjanjian restrukturisasi kredit hingga

debitur memenuhi seluruh kewajibannya yaitu pembayaran hutang pokok,

bunga maupun denda pinalty. Hak retensi ini juga ditujukan untuk

mengantisipasi adanya pengalihan jaminan (agunan tambahan) oleh debitur

tanpa sepengetahuan kreditur karena surat bukti kepemilikan agunan telah

ditahan atau dibawa oleh kreditur sehingga debitur tidak dapat melakukan

pengalihan agunan kepada pihak ketiga.

Hukum perdata mengenal jaminan yang bersifat hak kebendaan dan

hak perorangan. Jaminan yang bersifat kebendaan merupakan jaminan hak

mutlak atas suatu benda, yang mempunyai ciri hubungan langsung atas benda

tertentu dari debitur, dapat dipertahankan terhadap siapapun, selalu mengikuti

bendanya (droit de suit) dan dapat diperalihkan. Agunan memiliki kedudukan

dan fungsi yang sangat penting terutama dalam pemberian fasilitas kredit

perbankan karena suatu permohonan kredit dari debitur akan disetujui apabila

debitur memiliki agunan yang bernilai dan mempunyai nilai pengikatan

jaminan/agunan yang dapat menjamin keseluruhan fasilitas kredit tersebut.

Hak tanggungan merupakan salah satu pengikatan dari jaminan kebendaan

atas tanah yang digunakan debitur sebagai agunan dalam restrukturisasi kredit

Page 147: core.ac.uk · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN JAMINAN DALAM PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT SEBAGAI UPAYA …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

129

Hak Tanggungan yang digunakan sebagai agunan dalam pelaksanaan

restrukturisasi kredit ini merupakan penyempurnaan dari lembaga hipotik

yang diatur ketentuannya dalam UU No.4 Tahun 1996 tentang Hak

Tanggungan. Jaminan berupa hak tanggungan tersebut memiliki kekuatan

hokum eksekutorial apabila debitur melakukan wanprestasi terhadap

perjanjian restrukturisasi kredit ini. Eksekusi terhadap jaminan (agunan

tambahan) tersebut tidak dapat dilakukan secara serta-merta apabila debitur

terbukti melakukan wanprestasi. Hal ini dikarenakan terjadinya wanprestasi

tersebut hanya mengakibatkan batalnya perjanjian restrukturisasi kredit dan

berlakunya kembali perjanjian kredit semula (sebelum restrukturisasi kredit)

sehingga untuk dapat dilakukan eksekusi atau roya harus melalui beberapa

proses lagi.

Berdasarkan Pasal 11 ayat (5) SK BRI NOKEP:S.94-

DIR/ADK/12/2005 Tentang Restrukturisasi Kredit menyatakan bahwa dalam

hal batalnya perjanjian restrukturisasi kredit, maka setoran yang telah diterima

sejak adanya perjanjian restrukturisasi tersebut tetap diakui sebagai setoran

dari debitur (sesuai dengan tujuan setoran yaitu untuk hutang pokok dan/atau

bunga). Berdasarkan ketentuan tersebut maka kewajiban debitur dalam

pemberlakukan kembali perjanjian kredit awal hanya sebatas pada sisa

kewajiban debitur yang belum dibayar setelah pelaksanaan perjanjian

restrukturisasi kredit. Apabila dalam pemberlakuan kembali perjanjian kredit

awal, debitur masih tetap melakukan wanprestasi maka kreditur harus terus

melakukan penagihan kepada debitur agar membayar kewajibannya. Apabila

penagihan tersebut belum berhasil maka kreditur dapat memberikan surat

peringatan sebanyak 3 (tiga) kali kepada kreditur dan jika peringatan tersebut

tetap tidak diindahkan oleh debitur maka kreditur dapat melakukan eksekusi

melalui roya jaminan terhadap agunan tambahan yang diserahkan oleh debitur

untuk melunasi hutang debitur dan pemenuhan hak-hak kreditur. Pelaksanaan

Page 148: core.ac.uk · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN JAMINAN DALAM PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT SEBAGAI UPAYA …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

130

eksekusi terhadap agunan yang diserahkan oleh debitur dapat dilaksanakan

seperti suatu keputusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum

tetap yaitu melalui tata cara parate executie.

BAB IV

PENUTUP

Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan dan hasil pembahasan yang

dilakukan mengenai pelaksanaan restrukturisasi kredit sebagai upaya penyelamatan

kredit bermasalah di BRI Cabang Karanganyar maka penulis dapat mengambil

simpulan dan memberikan saran sebagai berikut :

A. Simpulan

Page 149: core.ac.uk · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN JAMINAN DALAM PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT SEBAGAI UPAYA …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

131

1. Pelaksanaan dan Hambatan Restrukturisasi Kredit Sebagai Upaya

Penyelamatan Kredit Bermasalah di BRI Cabang Karanganyar.

Upaya penyelamatan kredit bermasalah melalui restrukturisasi kredit

yang dilakukan oleh BRI Cabang Karanganyar secara keseluruhan telah

berjalan efektif dan sesuai dengan ketentuan dalam SK BRI NOKEP:S.94-

DIR/ADK/12/2005 Tentang Restrukturisasi Kredit yang melalui beberapa

tahap yaitu : prakarsa restrukturisasi, negosiasi yang didokumentasikan,

analisis dan evaluasi, putusan restrukturisasi kredit, pembuatan perjanjian

restrukturisasi kredit, dokumentasi kredit serta monitoring dan pengawasan.

Pelaksanaan restrukturisasi kredit tersebut sangat tergantung pada masing-

masing kasus kredit bermasalah yang dan jenis restrukturisasi kredit yang

digunakan oleh para pihak yaitu debitur dan pihak bank sebagai kreditur.

Hambatan yang sering terjadi dalam pelaksanaan restrukturisasi kredit

di BRI Cabang Karanganyar adalah terjadinya perbedaan pendapat pada tahap

negosiasi yang mengakibatkan tidak dijumpainya titik temu antara kedua

belah pihak untuk mengatasi kredit bermasalah yang terjadi sehingga

menyebabkan penyelesaiannya menjadi tertunda. Upaya yang dilakukan oleh

BRI Cabang Karanganyar untuk mengatasi hambatan tersebut diatas adalah

pihak BRI Cabang Karanganyar sebagai kreditur melakukan pendekatan-

pendekatan berdasarkan kewenangannya sebagai kreditur secara intensif dan

kekeluargaan dengan debitur dalam melakukan negosiasi agar tercapai

kesepakatan bersama yang sesuai dengan keinginan para pihak.

2. Kedudukan dan Akibat Hukum Jaminan dalam Pelaksanaan Restrukturisasi

Kredit di BRI Cabang Karanganyar

Kedudukan jaminan dalam pelaksanaan restrukturisasi kredit di BRI

Cabang Karanganyar yaitu dapat berubah ataupun tetap dimana kedudukan

tersebut sangat tergantung pada jenis restrukturisasi kredit yang digunakan

Page 150: core.ac.uk · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN JAMINAN DALAM PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT SEBAGAI UPAYA …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

132

dalam perjanjian restrukturisasi kredit yang disepakati oleh para pihak.

Jaminan juga memiliki kedudukan dan fungsi yang penting yaitu dalam hal

debitur melakukan wanprestasi terhadap perjanjian restrukturisasi maka

kreditur dapat melakukan eksekusi jaminan untuk mendapat pelunasan

hutangnya.

Pelaksanaan restrukturisasi kredit di BRI Cabang Karanganyar juga

menimbulkan akibat hukum terhadap pengikatan jaminan yang timbul dari

perjanjian restrukturisasi kredit yaitu :

a. Bagi debitur

Akibat hukum dari penyerahan agunan dalam perjanjian restrukturisasi

kredit ini adalah debitur tidak dapat melakukan perbuatan hukum apapun

terhadap agunan tanpa seijin dan sepengetahuan dari kreditur.

b. Bagi Kreditur

Akibat hukum adanya agunan tambahan dalam pelaksanaan restrukturisasi

kredit bagi kreditur yaitu BRI Cabang Karanganyar merupakan kreditur

preferent yang memiliki hak-hak khusus (privelege) terhadap agunan

antara lain sebagai berikut :

1) Hak Preferent (didahulukan)

2) Hak berdasarkan Asas droit de suite

3) Hak Retensi

B. Saran-Saran

1. Untuk menghindari dan mengantisipasi

terjadinya kredit bermasalah dalam pemberian fasilitas kredit maka pihak

bank harus menerapkan prinsip kehati-hatian sebagaimana yang telah

diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan

terutama dalam melakukan analisis kredit terhadap permohonan kredit

maupun restrukturisasi kredit yang diajukan oleh debitur.

Page 151: core.ac.uk · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN JAMINAN DALAM PELAKSANAAN RESTRUKTURISASI KREDIT SEBAGAI UPAYA …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

133

2. Pihak bank perlu melakukan pendekatan

secara intensif dan kekeluargaan bahkan persuasif terhadap debitur serta para

pihak juga harus sadar dan mengurangi sikap egois atau mementingkan

kepentingan masing-masing dalam tahap negosiasi pada pelaksanaan

restrukturisasi kredit agar hambatan berupa tidak dijumpainya titik temu

antara debitur dan kreditur dapat dihindari dan diminimalisir.

3. Pihak bank perlu mempertimbangkan secara

bijak dan matang dalam memutuskan untuk melakukan restrukturisasi kredit

karena pelaksanaan restrukturisasi kredit sangat tergantung pada kesadaran

dan kemauan debitur untuk melaksanakannya.