core communication competencies in patient centered care and safety patient using informatic

10
CORE COMMUNICATION COMPETENCIES IN PATIENT CENTERED CARE AND SAFETY PATIENT USING INFORMATIC ABSTRAK Komunikasi yang efektif antara pasien dan perawat merupakan persyaratan penting di dalam memberikan perawatan khususnya perawatan berfokus pasien. Petugas kesehatan yang profesional harus mempunyai keterampilan dan pengetahuan di dalam memberikan pelayanan Perawatan berpusat pasien, di dalam melakukan kolaborasi interprofessional, pasien safety serta menggunakan sistem informatika dalam rangka memenuhi kebutuhan pasien sehingga dapat meningkatkan kualitas dan keselamatan sistem lingkungan prawatan kesehatan. Seiring dengan perkembangan teknologi informasi dunia Keperawatan semakin mudah untuk mewujudkan profesionalisme dalam pemberian asuhan Keperawatan kepada klien secara cepat, tepat dan akurat. Tulisan ini berisikan tentang kompetensi keperawatan dalam melakukan komunikasi yang efektif dalam pemberian pelayanan berfokus pasien guna meningkatkan safety pasien dengan menggunakan alat komunikasi ( teknologi informasi) dalam melakukan kolaborasi interprofesional Latar Belakang Keamanan merupakan prinsip yang paling dasar di terapkan dalam pemberian pelayanan di rumah sakit terutama dalam pemberian pelayanan keperawatan dan merupakan aspek yang paling diperhatikan karena berkaitan dengan kuantitas dan kualitas yang ada di rumah sakit. Keselamatan pasien ( patient safety ) merupakan sebuah sistem yang di jumpai di rumah sakit dimana rumah sakit membuat suatu asuhan yang bertujuan untuk membuat pasien lebih aman, mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh kesalahan yang tidak diharapkan terjadi. Sistem keselamatan pasien meliputi pengenalan resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden, tindak lanjut dan implementasi solusi untuk meminimalkan resiko (Depkes 2008) Adapun Tujuan diterapkannya program keselamatan pasien ( patient safety ) di rumah sakit adalah guna menciptakan budaya keselamatan pasien di rumah sakit, meningkatkan akuntabilitas rumah sakit, sertas menurunkan Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD ) di rumah sakit, dan

Upload: cicie-poenya

Post on 19-Jul-2015

212 views

Category:

Healthcare


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: CORE COMMUNICATION COMPETENCIES IN PATIENT CENTERED CARE AND SAFETY PATIENT USING INFORMATIC

CORE COMMUNICATION COMPETENCIES IN PATIENT CENTERED CARE AND

SAFETY PATIENT USING INFORMATIC

ABSTRAK

Komunikasi yang efektif antara pasien dan perawat merupakan persyaratan penting di dalam

memberikan perawatan khususnya perawatan berfokus pasien. Petugas kesehatan yang

profesional harus mempunyai keterampilan dan pengetahuan di dalam memberikan pelayanan

Perawatan berpusat pasien, di dalam melakukan kolaborasi interprofessional, pasien safety serta

menggunakan sistem informatika dalam rangka memenuhi kebutuhan pasien sehingga dapat

meningkatkan kualitas dan keselamatan sistem lingkungan prawatan kesehatan. Seiring dengan

perkembangan teknologi informasi dunia Keperawatan semakin mudah untuk mewujudkan

profesionalisme dalam pemberian asuhan Keperawatan kepada klien secara cepat, tepat dan

akurat. Tulisan ini berisikan tentang kompetensi keperawatan dalam melakukan komunikasi

yang efektif dalam pemberian pelayanan berfokus pasien guna meningkatkan safety pasien

dengan menggunakan alat komunikasi ( teknologi informasi) dalam melakukan kolaborasi

interprofesional

Latar Belakang

Keamanan merupakan prinsip yang paling dasar di terapkan dalam pemberian pelayanan di

rumah sakit terutama dalam pemberian pelayanan keperawatan dan merupakan aspek yang

paling diperhatikan karena berkaitan dengan kuantitas dan kualitas yang ada di rumah sakit.

Keselamatan pasien ( patient safety ) merupakan sebuah sistem yang di jumpai di rumah sakit

dimana rumah sakit membuat suatu asuhan yang bertujuan untuk membuat pasien lebih aman,

mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh kesalahan yang tidak diharapkan terjadi.

Sistem keselamatan pasien meliputi pengenalan resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang

berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari

insiden, tindak lanjut dan implementasi solusi untuk meminimalkan resiko (Depkes 2008)

Adapun Tujuan diterapkannya program keselamatan pasien ( patient safety ) di rumah sakit

adalah guna menciptakan budaya keselamatan pasien di rumah sakit, meningkatkan akuntabilitas

rumah sakit, sertas menurunkan Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD ) di rumah sakit, dan

Page 2: CORE COMMUNICATION COMPETENCIES IN PATIENT CENTERED CARE AND SAFETY PATIENT USING INFORMATIC

terlaksananya program-program dalam melakukan pencegahan sehingga tidak terjadi

pengulangan kejadian yang tidak diharapkan.

Oleh karena banyaknya masalah yang berkaitan dengan keselamatan pasien yang di temukan di

rumah sakit, maka di perlukan suatu standar yang dapat digunakan sebagai acuan rumah sakit

di Indonesia dalam menangani keselamatan pasien ( patient safety ). Adapun Standar

keselamatan pasien rumah sakit yang saat ini digunakan mengacu pada “Hospital Patient Safety

Standards” yang dikeluarkan oleh Join Commision on Accreditation of Health Organization di

Illinois pada tahun 2002 yang kemudian disesuaikan juga dengan situasi dan kondisi yang ada di

Indonesia. Penilaian keselamatan yang dipakai di Indonesia pada saat ini adalah dengan

menggunakan instrumen Akreditasi Rumah Sakit yang dikeluarkan oleh Komite akreditasi RS (

KARS, 2012 )

Departemen Kesehatan RI telah membuat dan menerbitkan satu buku Panduan Nasional

Keselamatan Pasien Rumah Sakit (Patient Safety) yang di dalamnya terdapat 7 standar yang

membahas tentang keselamatan pasien pada tahun 2008 yakni: Hak pasien, Mendididik pasien

dan keluarga, Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan, Penggunaan metoda metoda

peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien,

Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien, Mendidik staf tentang

keselamatan pasien, dan dalam hal ini Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai

keselamatan pasien .

Perawat sebagai tenaga kesehatan yang profesional dan merupakan tenaga kesehatan terbesar

yang ada di rumah sakit mempunyai peranan yang sangat penting dalam mewujudkan

keselamatan pasien. Perawat berperan dalam melindungi, melakukan promosi dan mencegah

terjadinya sakit dan injury, mengurangi penderitaan melalui diagnosa dan pengobatan , serta

melindungi dalam perawatan terhadap individu, keluarga, komunitas dan populasi ( ANA,

2003). Dari pengertian tersebut dapat di rumuskan bahwa perawat mempunyai peranan yang

sangat penting dalam mewujudkan Patient safety di rumah sakit yaitu sebagai pemberi

pelayanan keperawatan, perawat harus mematuhi semua standar pelayanan dan SOP yang telah

dibuat dan ditetapkan oleh rumah sakit serta tidak luput pula dalam menerapkan prinsip-prinsip

etik dalam pemberian pelayanan keperawatan, memberikan pendidikan kepada pasien dan

keluarga tentang asuhan yang diberikan, menerapkan kerjasama tim kesehatan yang handal

dalam pemberian pelayanan kesehatan, peka dan proaktif dalam melakukan penyelesaian

Page 3: CORE COMMUNICATION COMPETENCIES IN PATIENT CENTERED CARE AND SAFETY PATIENT USING INFORMATIC

masalah terhadap kejadian yang tidak diharapkan, melakukan pendokumentasian dengan benar

dari semua asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien dan keluarga serta komunikasi

efektif yang merupakan hal yang sangat berperan terhadap keberhasilan suatu pelayanan yang

diberikan kepada pasien dan keluarganya.

Komunikasi efektif yang dilakukan antara pasien dan perawat merupakan syarat yang penting

dalam memberikan pelayanan keperawatan terutama pelayanan keperawatan yang berfokus

kepada pasien. Komunikasi merupakan salah satu standar dalam praktek keperawatan

profesional terutama dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasein begitu pula yang di

gambarkan America Nurse Association ( ANA, 2010) kompetensi profesional dalam praktek

keperawatan tidak hanya psikomotor dan kemampuan melakukan diagnosa klinik melainkan

kemampuan dalam melakukan komunikasi interpersonal.

Diperlukan pengetahuan dan keterampilan berkomunikasi di dalam memberikan Pelayanan

berpusat pada pasien ( Patient centered care ), kolaborasi interpersonal dan informatika dalam

rangka memenuhi kebutuhan pasien, meningkatkan kualitas dan keselamatan dalam sistem

lingkungan perawatan kesehatan.

Dibutuhkan alat komunikasi dan sistem informatika dalam melakukan komunikasi yang efektif

sehingga pelayanan keperawatan berfokus pasien dapat diberikan secara profesional serta

mengurangi kejadian yang tidak dinginkan terjadi. Dengan adanya sistem informasi dan

teknologi informatika, tenaga keperawatan profesional dapat mendiskusikan pelayanan

kesehatan dengan tenaga profesional lain tanpa melakukan tatap muka misalnya melalui e- mail,

maupun telephone Sehingga hal tersebut sangat memudahkan pihak tenaga profesional dalam

memberikan asuhan keperawatan secara berkelanjutan.

Cronenwett, et all., 2007, Cronenwett., 2009 mengatakan bahwa Informatika merupakan

penggunaan teknologi informasi dalam melakukan komunikasi, , mengelola pengetahuan,

mengurangi kesalahan dan sebagai alat pendukung dalam pengambilan keputusan, selain itu

perawat juga menggunakan teknologi informasi untuk memberikan pengajaran kesehatan dan

promosi kesehatan serta informasi pencegahan penyakit kepada pasien dengan berbagai cara (

AACN, 2011).yaitu bisa dengan menggunakan e-Health ataupun IT.

.

Page 4: CORE COMMUNICATION COMPETENCIES IN PATIENT CENTERED CARE AND SAFETY PATIENT USING INFORMATIC

Patient centered care dan komunikasi

Patient cenetered care menurut Institute of Medicine ( IOM ) 2003, sebagai asuhan yang

menghormati dan responsif terhadap pilihan, kebutuhan dan nilai-nilai pribadi pasien serta

memastikan nilai tersebut menjadi panduan bagi semua keputusan klinis. Tujuan dalam Patient

centered care terkait dengan komunikasi adalah memperbaiki sistem perawatan kesehatan

dengan menggunakan komunikasi dan teknologi informasi serta mempersiapakan petugas yang

ingin melakukan perubahan terhadap lingkungan perawatan kesehatan karena sistem kesehatan

terbaru abad ke 21 mempunyai target meningkatkan sistem perawatan baik dalam struktur

maupun proses dalam merubah lingkungan perawatan kesehatan.

Dalam rangka memenuhi standar paraktek keperawatan yang profesional perawat harus

meningkatkan, mengubah, dan mendesain ulang sistem perawatan kesehatan serta mengkaji

hambatan- hambatan yang ada dalam melakukan komunikasi. Hambatan komunikasi antara

pasien dan perawat mungkin berhubungan dengan bahasa, tingkat perkembangan, kondisi medis

yang dialamai misalnya : kecacatan, gaya belajar, psikososial, keuangan dan faktor budaya

(ANA, 2010; Massachusetts Departement of Higher Education Nurse of the Future Competency

committee, 2010). Perawat harus bersedia dan mampu memahami gaya yang berbeda dari

komunikasi yang digunakan oleh pasien, keluarga, dan profesional perawatan kesehatan lainnya,

melakukan komunikasi dengan pasien, keluarga dan sistem selama transisi dalam perawatan, dan

menggunakan teknologi informasi untuk melakukan edukasi dan promosi kesehatan kepada

pasien dalam berbagai cara.

Perawat juga mengkomunikasikan risiko kesehatan lingkungan dan strategi untuk mengurangi

paparan risiko kepada pasien, keluarga, dan masyarakat (ANA, 2010). Perawat terus

menganjurkan pencegahan penyakit, kesehatan, dan promosi gaya hidup sehat, termasuk fokus

pada kesehatan penduduk saat memberikan pelayanan berpusat pada pasien dengan

menggunakan komunikasi yang efektif (IOM, 2003).

perawatan berpusat pasien dan ketika bekerja dengan tim.

Interprofesional kolaborasi dan komunikasi

Kolaborasi interprofessional dalam lingkungan kerja profesional telah diakui oleh keperawatan,

dan tim kesehatan lain serta organisasi profesional kesehatan sebagai komponen penting dalam

keselamatan yang mempunyai kualitas tinggi dalam memberikan pelayanan perawatan berpusat

pada pasien (Interprofessional Education Colaborative Expert Panel, 2011).

Page 5: CORE COMMUNICATION COMPETENCIES IN PATIENT CENTERED CARE AND SAFETY PATIENT USING INFORMATIC

Kolaborasi interprofesional adalah bekerja bersama dengan profesi kesehatan lain dalam

melakukan kolaborasi, komunikasi, yang memastikan bahwa perawatan yang diberikan reliable

dan berkelanjutan ( IOM, 2003). Perawat juga harus mampu membangun keterampilan

komunikasi dan keterampilan kepemimpinan dalam prakteknya sehingga dapat berfungsi secara

efektif dalam melakukan keperawatan dengan tim interprofessional lainnya, mendorong

komunikasi terbuka, serta menunjukkan rasa saling menghormati serta dapat dilibatkan dalam

pengambilan keputusan bersama untuk mencapai perawatan yang berkualitas (American

Association of Colleges of Nursing (AACN), 2008; Cronenwett, et al., 2007; Cronenwett, et al.,

2009).

Salah satu kompetensi inti dalam melakukan praktek kolaborasi interprofesional adalah dengan

melakukan komunikasi interprofesional dimana untuk melakukan kolaborasi dan kerja tim

perawat harus mampu berkomunikasi secara efektif dengan tim kesehatan lainnya sehingga

ddapat mengintegrasikan perawatan yang aman dan efektif bagi pasien dan tenaga kesehatan

lainnya (ANA, 2010). Contoh komunikasi interprofesional yang di gunakan adalah SBAR

(Situation-Background Assessment-Recommendation). SBAR merupakan tehnik dalam

mengkomunikasikan informasi yang penting yang membutuhkan perhatian dan tindakan dengan

segera sehingga keselamatan pasien dapat terjamin dan terlindungi. Contoh lain dari tujuan

keselamatan pasien adalah dengan meningkatkan komunikasi, mengidentifikasi serta

meningkatkan efektivitas komunikasi antara para tenaga kesehatan.

Interprofessional Education Collaborative Expert Panel, 2011 mengatakan bahwa kompetensi

merupakan hal yang paling penting di dalam melakukan komunikasi interprofessional, perawat

berkomunikasi dengan pasien, keluarga, masyarakat, dan profesional kesehatan lainnya secara

responsif dan bertanggung jawab sehingga akan mendukung pendekatan tim di dalam

pemeliharaan kesehatan dan pengobatan penyakit.

Informatika dan komunikasi

Penggunaan informatika merupakan bagian dari kompetensi semua tenaga profesional kesehatan

dan merupakan teknologi komunikasi yang baru dalam meningkatkan dan mengkoordinasi

pelayanan perawawatan ( IOM, 2003).

Informatika adalah penggunaan informasi dan teknologi untuk berkomunikasi, dengan

mengelola pengetahuan, mengurangi kesalahan, dan dukungan dalam pengambilan keputusan (

Page 6: CORE COMMUNICATION COMPETENCIES IN PATIENT CENTERED CARE AND SAFETY PATIENT USING INFORMATIC

Cronenwett et all , 2007). Banyak literatur yang mendefinisikan teknologi informasi. Secara

simpel, teknologi informasi dapat didefinisikan sebagai suatu teknologi yang berfungsi untuk

menghasilkan, menyimpan, mengolah, dan menyebarkan informasi dengan berbagai bentuk

media dan format (image, suara, text, motion pictures, dsb)

The Technology Informatic Guiding Education Reform ( TIGER) dibentuk di dalam

keperawatan guna meningkatkan praktik keperawatan, pendidikan, dan pemberian perawatan

pasien melalui penggunaan teknologi informasi kesehatan dimana di dalam penggunaan

teknologi ini di butuhkan kompetensi dasar yaitu komputer, literasi informasi, dan manajemen

informasi dan hal ini merupakan dasar dari TIGER kompetensi. Perawat juga menggunakan

teknologi informasi untuk memberikan pendidikan kesehatan serta mempromosikan kesehatan

dan informasi pencegahan penyakit kepada pasien menggunakan komunikasi yang efektif

dengan menggunakan teknologi informasi ini.

Technologi informasi kesehatan ( IT) atau Electronic Health ( e-Health) digunakan oleh perawat

sebagai sarana teknologi informasi dan komunikasi di dalam meningkatkan kesehatan dan

perawatan kesehatan serta digunakan dalam melakukan pendidikan kesehatan kepada pasien, dan

dapat digunakan pula sebagai alat informasi dalam pencegahan penyakit ( AACN, 2011 ).

e-Health sendiri dapat diartikan tidak hanya sebagai pengembangan teknologi pelayanan

kesehatan, namun juga mencakup pengembangan sikap, perilaku, komitmen, dan tata cara

berpikir untuk mengembangkan pelayanan kesehatan dengan menggunakan teknologi informasi

dan komunikasi. e-Health dapat diterapkan di dalam program pelayanan kesehatan yang

membantu dokter, perawat, dan tenaga kesehatan lainnya saling bertukar infomasi secara

elektronik, mengambil data rekam medis pasien kapan dan dimanapun diperlukan, serta dapat

melakukan kolaborasi dengan memberi layanan jasa kesehatan lainnya secara real time melalui

internet. Layanan kesehatan seperti ini akan memberikan banyak keuntungan terhadapa kedua

belah pihak seperti penghematan dari sisi biaya dokumen dan administrasi layanan dan

memberikan pemberian keputusan layanan kesehatan yang terbaik kepada pasien dengan efektif

dan lebih cepat.

Dengan adanya teknologi informasi petugas kesehatan profesional dapat memantau kesehatan

pasien dengan menggunaka fasilitas intenert ataupun telephone selain dengan melakukan tatap

muka. Adapun fasilitas yang dapat digunaka menggunaka e- health adalah dengan melakukan

komunikasi dengan komunitas secara online dan mendapatkan dukungan kelompok,

Page 7: CORE COMMUNICATION COMPETENCIES IN PATIENT CENTERED CARE AND SAFETY PATIENT USING INFORMATIC

mendapatkan informasi kesehatan, dan sebagai alat dalam manajemen diri kesehatan, serta dapat

digunakan juga dalam melakukan pelaporkan kondisi kesehatan seseorang.

Adapun teknologi kesehatan yang dapat digunakan dalam mendukung perawatan kesehatan

pasien dimana perawat juga harus terlibat di dalamnya adalah melalui elektronik kesehatan dan

medical record beserta sistem monitoring pasien dan sistem administrasi pengobatan. Electronik

Medical Record ( EMR) atau disebut juga Elektronik Health Record (HER )digunakan dalam

sitem pelayanan keperawatan tidak hanya digunakan sebagai alat untuk mengkomunikasikan

informasi spesifik klinis pasien tetapi digunakan juga sebagai alat berkomunikasi dengan

profesional kesehatan lainnya melalui jaringan internet e-mail. Penggunaan HIT ini juga diatur

dalam undang-undang sehingga pertukaran informasi yang di lakukan di kalangan tenaga

kesehatan profesional menjadi terlindungi dengan adanya hukum tersebut.

American Nurses Association (ANA, 2011) dan CDC mempunyai prinsip dan pedoman yang

telah di implementasikan bahwa dalam melakukan praktek melalui jejaring social pesan

perlindungan kesehatan dan informasi pasien diidentifikasi dan masalah privasi lainnya dapat

ditangani oleh badan-badan nasional dalam melakukan komunikasi interprofesional

menggunakan teknologi informasi sehingga tenaga keperawatan profesional dapat memilih alat

dan teknik yang efektif untuk memfasilitasi diskusi dan interaksi sehingga tim interprofesional

dapat meningkat fungsinya. (Interprofessional Pendidikan Collaborative Expert Panel, 2011).

Adapun Manfaat dari Penggunaan HIT Menurut Department of Health and Human Services,

(2007), manfaat dari penggunaan HIT adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan

2. Mencegah kesalahan medis

3. Mengurangi biaya perawatan kesehatan

4. Meningkatkan efisiensi administrasi

5. Menurunkan dokumen

6. Memperluas akses jangkauan perawatan

Selain itu ada beberapa hal yang harus di perhatikan di dalam menggunakan jejaring sosial yang

di tujukan untuk perawat seperti yang di kemukakan oleh Principle for social networking and the

nurse : Gaidance for the registered nurse ( ANA, 2011) meliputi :

- Perawat tidak boleh mengirimkan atau menempatkan secara individu informasi pasien

secara online

Page 8: CORE COMMUNICATION COMPETENCIES IN PATIENT CENTERED CARE AND SAFETY PATIENT USING INFORMATIC

- Perawat harus mengamati dan menggambarkan secara profesinal batasan etik pasien-

perawat

- Perawat harus memahami bahwa yang di posting adalah pasien, kolega, institusi dan

lembaga

- perawat harus mengambil keuntungan dalam mengatur privasi dan memisahkan antara

informasi profesional dan personal secara online

- Perawat harus membawa konten yang dapat membahayakan privasi dan hak pasien,

kepada pihak yang berwewenang

- Perawat harus berpartisipasi dalam mengembangkan kebijakan institusional yang

mengatur perilaku secara online

Kesimpulan

- Komunikasi efektif merupakan dasar kompetensi yang harus dimiliki oelah seorang

tenaga pelayanan profesional dalam memberikan asuhan perawatan kepada pasien

sebagai focus pelayanan karena dengan komunikasi yang efektif dapat mencegah atau

menghindari kejadian yang tidak diharapkan terjadi dalam hal ini keselamatan atau

patient safety dapat terjamin.

- Komunikasi yang efektif juga digunakan dalam sistem teknolofi informasi kesehatan

teruatama dalam mempromosikan, memberikan pendidikan kepada pasien melalui akses

internet seperti informasi-informasi yang bisa di searcing oleh pasien terkait dengan

kesehatannya di internet selain itu e-Health dapat diterapkan di dalam program

pelayanan kesehatan yang dapat membantu dokter, perawat, dan tenaga kesehatan

lainnya saling bertukar infomasi secara elektronik, mengambil data rekam medis pasien

kapan dan dimanapun diperlukan, serta dapat melakukan kolaborasi dengan memberi

layanan jasa kesehatan lainnya secara real time melalui internet. Layanan kesehatan

seperti ini akan memberikan banyak keuntungan terhadapa kedua belah pihak seperti

penghematan dari sisi biaya dokumen dan administrasi layanan dan memberikan

pemberian keputusan layanan kesehatan yang terbaik kepada pasien dengan lebih cepat.

Page 9: CORE COMMUNICATION COMPETENCIES IN PATIENT CENTERED CARE AND SAFETY PATIENT USING INFORMATIC

Daftar Pustaka

American Association of Colleges of Nursing. (2008). The essentials of baccalaureate

education for professional nursing practice. Washington, DC: Author.

American Association of Colleges of Nursing. (2011 ). The essentials of master's education in

nursing. Washington, DC: Author.

American Nurses Association. (2010). Nursing: Scope and standards of practice. Second Edition.

Silver Spring, MD: Author.

American Nurses Association. (2011 ). Principles for social networking and the nurse: Guidance

for the registered nurse. Silver Spring, MD: Author.

Boykins, Anita Davis. (2014). Core Communication Competencies in Patient Centered Care.

ABNV Journal

Center For Disease Control and Prevention (CDC). Social media tools: Guidelines and best

practices. Diunduh 22 Oktober 2014. http://www.cdc.gov/socialmedia/tools/guidelines/

Depkes RI. (2008)\. Panduan nasional keselamatan pasien rumah sakit (Patient Safety), edisi ke

2 . Jakarta: Bakti Husada

Institute of Medicine. ( 2001 ). Crossing the quality chasm: A new health system for the 21 st

century. Washington, DC: National Academy Press.

Institute of Medicine. (2003). Health professions education: A bridge to quality. Washington,

EXT: National Academies Press.

Institute of Medicine. (2003). Keeping patients safe: Transforming the work environment of

nurses. Washington, EXE: National Academies Press.

Institute of Medicine. (2010). The future of nursing: Leading change, advancing health.

Washington, DC: The National Academies Press.

Interprofessional Education Collaborative Expert Panel. (201 l).Core competencies for

interprofessional collaborative practice: Report of an expert panel. Washington, D.C.:

Interprofessional Education Collaborative.

JCI., 2011, Joint Commission International Accreditation Standards for Hospitals, 4th Edition.

Oakbrook Terrace, Illinois USA

Page 10: CORE COMMUNICATION COMPETENCIES IN PATIENT CENTERED CARE AND SAFETY PATIENT USING INFORMATIC

The Joint Commission. (2010). Advancing effective communication, cultural competence, and

patientand family-centered care: A roadmap for hospitals. Oakbrook Terrace, IL: The Joint

Commission.

The Joint Commission. (2013). National patient safety goals. Di unduh tanggal 22 Oktober 2014

melalui http://www.jointcommission.org/standards_information/npsgs.aspx\

Technology Informatics Guiding Education Reform (TIGER). Diunduh tanggal 22 Oktober 2014

melalui http://www.tigersummit.com/ .

U.S. Department Health and Human Services Office of Disease Prevention and Health

Promotion, (n.d.). Healthy People 2020. Diunduh tanggal 22 Oktober 2014 dari http://

www.healthypeople.gov/2020/default.aspx