copy of kertas kerja kel.ib
TRANSCRIPT
KATA PENGANTAR
Penulis mengucapkan syukur ke hadirat ALLAH SWT / Tuhan Yang Maha
Esa, yang telah melimpahkan nikmat dan karuniaNya, sehingga kami peserta
Pendidikan dan Pelatihan Keselamatan Transportasi dapat menyelesaikan tugas
penyusunan kertas kerja kelompok I dengan judul “Peningkatan Keselamatan
Transportasi Melalui Regulasi dan Kebijakan Transportasi Darat, Laut, Udara, dan
Perkeretaapian di Lingkungan Kementerian Perhubungan”.
Sektor Perhubungan terdiri dari sub sektor – sub sektor perhubungan darat,
perhubungan laut, perhubungan udara, dan perkeretaapian, yang masing-masing sub
sektor tersebut mempunyai tugas pokok dan fungsinya sendiri-sendiri tetapi dengan
visi yang sama yaitu memberikan pelayanan transportasi yang selamat, aman,
terjangkau, nyaman, efektif, dan efisien terhadap seluruh masyarakat yang
membutuhkannya. Selanjutnya kami mengucapkan terima kasih dan rasa syukur
kepada :
1. Pimpinan Pusdiklat Aparatur Perhubungan;
2. Para Widyaiswara;
3. Seluruh Pembimbing Materi;
4. Panitia Penyelenggara Diklat Keselamatan Transportasi;
5. Dan rekan-rekan Peserta Diklat Keselamatan Transportasi.
Mereka semua yang telah memberikan bimbingan, pengetahuan,
kesempatan, serta bantuan moril maupun materil sehingga terselesaikannya kertas
kerja kelompok ini, maka kami mengucapkan terima kasih, semoga ALLAH SWT /
Tuhan Yang Maha Esa membalasnya dan memberikan pahala yang berlipat ganda
kepada kita semua serta berguna bagi Kepentingan Bangsa dan Negara, khususnya
Para Aparatur di Kementerian Perhubungan/Pelayan Jasa dan umumnya Para
Pengguna Jasa Perhubungan.
Bogor, Agustus 2010
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................... 3
B. Isu Aktual ....................................................................................................... 3
C. Rumusan Masalah .......................................................................................... 4
D. Pengertian dan Lingkup Pembahasan............................................................. 4
BAB II GAMBARAN KEADAAN SEKARANG ......................................................... 6
A.Visi dan Misi....................................................................................................... 6
B.Tugas Pokok dan Fungsi......................................................................................8
C.Gambaran Sekarang ............................................................................................ 9
BAB III Gambaran Keadaan Yang Diinginkan ..............................................................13
A. Sasaran dan Kebijakan Operasional................................................................. 13
B. Penetapan Program dan Kegiatan Yang Ingin Ditingkatkan...........................15
BAB IV MASALAH DAN PEMECAHANNYA ......................................................... 17
A. Identifikasi Dan Analisis Masalah ................................................................... 17
B. Rencana Kerja................................................................................................... 18
BAB V PENUTUP......................................................................................................... 21
A. Kesimpulan ...................................................................................................... 21
B. Saran................................................................................................................. 21
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 22
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Peningkatan penanganan keselamatan transportasi merupakan salah
satu prioritas kebijakan pemerintah mengingat selama ini kecelakaan
transportasi masih sangat tinggi baik transportasi kereta api, darat, laut, dan
udara. Akibat yang ditimbulkan dari kecelakaan tersebut bukan saja
mengakibatkan kerugian harta benda, tetapi yang lebih memprihatinkan
banyaknya korban jiwa.
Mengingat masih cukup tingginya angka kecelakaan transportasi di
Indonesia, pemerintah telah berupaya agar tingkat kecelakaan transportasi
dapat di minimalisir dengan melalui upaya-upaya antara lain mencanangkan
program “Road Map to Zero Accident”, penegakan regulasi dan kebijakan
transportasi.
Berdasarkan uraian diatas maka kertas kerja ini mengambil judul
“Peningkatan Keselamatan Transportasi Melalui Regulasi dan Kebijakan
Transportasi Darat, Laut, Udara, dan Perkeretaapian”.
B. Isu Aktual
Kurangnya kualitas keselamatan transportasi mengenai regulasi dan
kebijakan transportasi;
1. Kurangnya kualitas keselamatan transportasi mengenai regulasi dan
kebijakan transportasi sektor kereta api;
2. Kurangnya kualitas keselamatan transportasi mengenai regulasi dan
kebijakan transportasi sektor darat;
3. Kurangnya kualitas keselamatan transportasi mengenai regulasi dan
kebijakan transportasi sektor laut;
4. Kurangnya kualitas keselamatan transportasi mengenai regulasi dan
kebijakan transportasi sektor udara.
C. Rumusan Masalah
Adapun perumusan masalah dari isu aktual yang ada diatas,
dirumuskan masalah yang menjadi topik bahasan adalah bagaimana
meningkatkan kualitas keselamatan transportasi ditinjau dari sisi regulasi dan
kebijakan empat moda transportasi yaitu darat, laut, udara, dan
perkeretaapian.
D. Pengertian dan Lingkup Pembahasan
1. Pengertian
a. Keselamatan menurut :
1. Wikipedia : Keselamatan adalah suatu keadaan aman, dalam
suatu kondisi yang aman secara fisik, sosial, spiritual, finansial,
politis, emosional, pekerjaan, psikologis, ataupun pendidikan dan
terhindar dari ancaman terhadap faktor-faktor tersebut. Untuk
mencapai hal ini, dapat dilakukan perlindungan terhadap suatu
kejadian yang memungkinkan terjadinya kerugian ekonomi atau
kesehatan;
2. Undang-Undang Nomor 1 tahun 2009 tentang penerbangan :
suatu keadaan terpenuhinya persyaratan keselamatan dalam
pemanfaatan wilayah udara pesawat udara, bandar udara,
angkutan udara, navigasi penerbangan, serta fasilitas penunjang
dan fasilitas umum lainnya;
3. Undang-Undang Nomor 22 tahun 2009 tentang lalu lintas dan
angkutan jalan : suatu keadaan terhindarnya setiap orang dari
resiko kecelakaan selama berlalu lintas yang disebabkan oleh
manusia, kendaraan, jalan, dan / atau lingkungan;
4. Undang-Undang Nomor 17 tahun 2008 tentang pelayaran:
keadaan kapal yang memenuhi persyaratan material, konstruksi,
bangunan, permesinan, dan perlistrikan, stabilitas, dan tata
susunan serta perlengkapan termasuk perlengkapan alat penolong
dan radio, elektronik kapal, yang dibuktikan dengan sertifikat
setelah dilakukan pemeriksaan dan pengujian.
b. Transportasi menurut :
1. Wikipedia : Transportasi adalah pemindahan manusia atau barang dari
satu tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan sebuah wahana
yang digerakkan oleh manusia atau mesin. Transportasi digunakan
untuk memudahkan manusia dalam melakukan aktivitas sehari-hari;
2. Undang - Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan adalah
sarana dalam memperlancar roda perekonomian, membuka akses ke
daerah pedalaman atau terpencil, memperkukuh persatuan dan
kesatuan bangsa, menegakkan kedaulatan negara, serta mempengaruhi
semua aspek kehidupan masyarakat.
Oleh Karena itu dapat disimpulkan bahwa keselamatan transportasi
adalah pemindahan manusia atau barang dari satu tempat ke tempat
lainnya dengan aman dan terhindar dari ancaman faktor emosional dan
psikologis / faktor internal yang pada akhirnya memungkinkan terjadinya
kerugian ekonomi dan kesehatan.
2 Lingkup Bahasan
Lingkup bahasan yang digunakan dalam penulisan kertas kerja
kelompok I adalah “Peningkatan kualitas keselamatan transportasi
ditinjau dari sisi regulasi dan kebijakan 4 (empat) moda transportasi yaitu
darat, laut, udara, dan perkeretaapian“
BAB II
GAMBARAN KEADAAN SEKARANG
A. Visi dan Misi
Visi Kementerian Perhubungan tahun 2014 adalah “Terwujudnya
pelayanan transportasi yang handal, berdaya saing dan memberikan nilai
tambah”. ”Pelayanan transportasi yang handal, diindikasikan oleh
penyelenggaraan transportasi yang aman (security), selamat (safety), nyaman
(comfortable), tepat waktu (punctuality), terpelihara, mencukupi kebutuhan,
menjangkau seluruh pelosok tanah air serta mampu mendukung
pembangunan nasional dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI).
Pelayanan transportasi yang berdaya saing diindikasikan oleh
penyelenggaraan transportasi yang efisien, dengan harga terjangkau
(affordability) oleh semua lapisan masyarakat, ramah lingkungan,
berkelanjutan, dilayani oleh Sumber Daya Manusia (SDM) yang profesional,
mandiri dan produktif.
Pelayanan perhubungan yang memberikan nilai tambah diindikasikan
oleh penyelenggaraan perhubungan yang mampu mendorong pertumbuhan
produksi nasional melalui iklim usaha yang kondusif bagi berkembangnya
peran serta masyarakat, usaha kecil, menengah dan koperasi, mengendalikan
laju inflasi melalui kelancaran mobilitas orang dan distribusi barang ke
seluruh pelosok tanah air, sehingga mampu memberikan kontribusi bagi
percepatan pertumbuhan ekonomi nasional serta menciptakan lapangan kerja
terutama pada sektor-sektor andalan yang mendapat manfaat dari kelancaran
pelayanan transportasi.
Untuk mencapai visi tersebut, dirumuskan misi dengan mengacu kepada
4 (empat) pendekatan sebagai berikut :
1. Memulihkan kinerja pelayanan jasa transportasi
Sejak terjadi krisis ekonomi yang didahului dengan krisis moneter
pada pertengahan tahun 1997, kinerja pelayanan jasa transportasi semakin
memburuk karena operator tidak mampu melakukan perawatan dan
peremajaan armada, pemerintah hampir tidak memiliki kemampuan
melakukan rehabilitasi dan pembangunan infrastruktur, sedangkan
masyarakat pengguna jasa tidak memiliki daya beli yang memadai. Untuk
mendukung keberhasilan pembangunan nasional, perlu diupayakan
pemulihan kinerja pelayanan jasa transportasi menuju kepada kondisi
normal, sejalan dengan pemulihan ekonomi nasional, melalui rehabilitasi
dan perawatan sarana dan prasarana transportasi.
2. Melaksanakan konsolidasi melalui restrukturisasi dan reformasi di
bidang peraturan perundang-undangan, kelembagaan dan sumber
daya manusia (SDM)
Sesuai dengan prinsip good governance diperlukan restrukturisasi dan
reformasi dalam penyelenggaraan transportasi dengan pemisahan yang jelas
antara peran pemerintah, swasta dan masyarakat. Restrukturisasi di bidang
kelembagaan, menempatkan posisi Kementerian Perhubungan sebagai
regulator dan melimpahkan sebagian kewenangan di bidang perhubungan
kepada daerah dalam bentuk dekonsentrasi, desentralisasi dan pembantuan.
Reformasi di bidang regulasi (regulatory reform) diarahkan kepada
penghilangan restriksi yang memungkinkan swasta berperan secara penuh
dalam penyelenggaraan jasa transportasi. Penegakkan hukum dilakukan
secara konsisten dengan melibatkan peran serta masyarakat dalam proses
perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan penyelenggaraan jasa
transportasi. Restrukturisasi dan reformasi di bidang Sumber Daya Manusia
(SDM) diarahkan kepada pembentukan kompetensi dan profesionalisme
insan perhubungan dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
memiliki wawasan global dengan tetap mempertahankan jati dirinya sebagai
manusia Indonesia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa.
3. Meningkatkan aksesibilitas masyarakat terhadap pelayanan jasa
transportasi
Kebutuhan aksesibilitas masyarakat terhadap pelayanan jasa
transportasi yang perlu mendapatkan perhatian adalah aksesibilitas di
kawasan pedesaan, kawasan pedalaman, kawasan tertinggal termasuk
kawasan perbatasan dan pulau-pulau kecil terluar yang masih menjadi
tanggung jawab pemerintah.
4. Meningkatkan kapasitas dan mendorong pengembangan teknologi
transportasi dalam rangka menjamin tersedianya pelayanan
transportasi yang berkelanjutan dengan kuantitas dan kualitas yang
memadai
Peningkatan kapasitas dan kualitas pelayanan dalam penyelenggaraan
jasa transportasi di titikberatkan kepada penambahan kapasitas sarana dan
prasarana transportasi, perbaikan pelayanan melalui pengembangan dan
penerapan teknologi transportasi sejalan dengan perkembangan permintaan
dan preferensi masyarakat. Dalam peningkatan kapasitas dan pelayanan jasa
transportasi senantiasa berpedoman kepada prinsip pembangunan
berkelanjutan yang dituangkan dalam rencana induk, pedoman teknis dan
skema pendanaan yang ditetapkan.
B. Tugas Pokok dan Fungsi
Kementerian Perhubungan adalah unsur Pelaksana Pemerintah di bidang
perhubungan dipimpin oleh Menteri Perhubungan yang berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Presiden.
Kementerian Perhubungan mempunyai tugas membantu Presiden dalam
menyelenggarakan sebagian urusan pemerintahan di bidang perhubungan.
Dalam melaksanakan tugas di atas Kementerian Perhubungan
menyelenggarakan fungsi :
1. Perumusan kebijakan nasional, kebijakan pelaksanaan, dan kebijakan teknis
di bidang perhubungan;
2. Pelaksanaan urusan pemerintahan di bidang perhubungan;
3. Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab
Kementerian Perhubungan;
4. Pengawasan atas pelaksanaan tugas dibidang perhubungan;
5. Penyampaian laporan hasil evaluasi, saran, dan pertimbangan di bidang tugas
dan fungsi bidang perhubungan kepada Presiden.
C. Gambaran Sekarang
1. Sub Sektor Perhubungan Darat
Pelaksanaan pengujian kendaraan bermotor di berbagai daerah saat ini
banyak menemui berbagai hambatan permasalahan akibat kondisi sebagai
berikut :
a. Kurang optimalnya pelaksanaan regulasi pengujian kendaraan
bermotor
Dalam pelaksanaan regulasi pengujian kendaraan bermotor banyak
terjadi permasalahan yaitu pelaksanaan regulasi yang tidak tegas, seperti
aturan batas dimensi kendaraan bermotor di Indonesia yang ditetapkan
panjang maksimal kendaraan, namun pada pelaksanaannya banyak
beroperasi kendaraan yang melebihi batas aturan dimensi yang
ditetapkan.
b. Kurangnya pengawasan pelaksanaan pengujian kendaraan
bermotor
Kondisi otonomi daerah saat ini mendelegasikan berbagai kegiatan
pengawasan pelaksanaan kepemerintahan dari pemerintah pusat kepada
pemerintah provinsi, karena mengingat luasnya rentang wilayah dan
rentang koordinasi yang terbatas dari pemerintah pusat. Namun dalam
pelaksanaannya masih terdapat pendelegasian kewenangan yang tidak
dilaksanakan secara maksimal oleh pemerintah provinsi termasuk
pengawasan pelaksanaan pengujian kendaraan bermotor. Kasus
tertangkapnya beberapa penguji kendaraan bermotor diberbagai wilayah
oleh pihak kepolisian akibat adanya penyimpangan pelaksanaan oknum
penguji kendaraan bermotor berupa pengujian tanpa cek fisik, yaitu
dengan meluluskan laik jalan kendaraan bermotor yang seharusnya
tidak laik jalan, hal ini menunjukkan adanya pengawasan yang tidak
maksimal.
Kondisi pertumbuhan pengujian kendaraan bermotor yang sangat
lambat diatas berbanding terbalik dengan pertumbuhan kendaraan
bermotor yang sangat cepat:
Akibat pertumbuhan yang tidak sebanding tersebut, maka angka
kecelakaan juga makin meningkat akibat dari salah satu faktor penyebab
kondisi kendaraan yang tidak laik jalan.
2. Sub Sektor Perkeretaapian
Dalam meningkatkan keselamatan perkeretaapian pemerintah sudah
melakukan langkah-langkah antara lain :
Regulasi
Undang-Undang Nomor 23 tahun 2007 tentang perkeretaapian
sebagai aturan pelaksanaan Undang-undang tersebut telah diterbitkan dua
peraturan pemerintah yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 56 tahun 2009
tentang Penyelenggaraan Perkeretaapian dan Peraturan Pemerintah Nomor
72 tahun 2009 tentang Lalu lintas dan angkutan. Sebagai amanah kedua
Peraturan Pemerintah tersebut diatas saat ini sedang dipersiapkan
Rancangan Peraturan Menteri (RPM) antara lain : RPM bidang perizinan,
RPM Bidang Sarana perkeretaapian, RPM Bidang Prasarana perkeretaapian,
RPM Bidang Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api.
3. Sub Sektor Perhubungan Udara
Upaya untuk mencapai tujuan nasional berdasarkan Pancasila dan
Undang – Undang Dasar 1945 bahwa mewujudkan wawasan nusantara serta
memantapkan ketahanan nasional diperlukan sistem transportasi nasional
yang mendukung pertumbuhan ekonomi, pengembangan wilayah,
mempercepat hubungan antar bangsa dan memperkukuh kedaulatan negara.
Penerbangan merupakan bagian dari sistem transportasi nasional yang
mempunyai karakteristik mampu bergerak cepat, menggunakan teknologi
tinggi, padat modal, manajemen yang handal, memerlukan jaminan
keselamatan dan keamanan yang optimal maka perlu dikembangkan potensi
dan peranannya yang efektif dan efisien, serta membantu terciptanya pola
distribusi nasional yang mantap dan dinamis.
Transportasi Udara adalah moda transportasi yang strategis dan
penting sehingga Undang-Undang Nomor 15 tahun 1992 tentang
penerbangan sudah tidak sesuai dengan kondisi dan perubahan lingkungan
yang strategis dan kebutuhan penyelenggaraan penerbangan saat ini sehingga
pemerintah mengambil langkah kebijakan untuk mengganti dengan Undang –
Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan.
Dalam penyelenggaraan transportasi udara Indonesia mengacu pada
Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (ICAO). Indonesia sebagai negara
anggota ICAO (International Civil Aviation Organization) wajib dan taat
melaksanakan aturan-aturan sesuai Annex hasil Convensi Chicago tahun
1944. Untuk menjamin keselamatan dan keamanan transportasi udara adalah
merupakan tanggung jawab regulator, operator, dan peran serta masyarakat.
Sub sektor perhubungan udara merupakan salah satu sub sektor yang
mendapat perhatian penuh dari Pemerintah dalam meningkatkan
keselamatan, pemerintah sudah melakukan langkah-langkah antara lain :
Penerbangan diselenggarakan dengan tujuan :
Mewujudkan penyelenggaraan penerbangan yang tertib, teratur,
selamat, aman, nyaman, dengan harga yang wajar, dan menghindari
praktek persaingan usaha yang tidak sehat;
Memperlancar arus perpindahan orang dan/atau barang melalui udara
dengan mengutamakan dan melindungi angkutan udara dalam rangka
memperlancar kegiatan perekonomian nasional;
Membina jiwa kedirgantaraan;
Menjunjung kedaulatan negara;
Menciptakan daya saing dengan mengembangkan teknologi dan industri
angkutan udara nasional;
Menunjang, menggerakkan, dan mendorong pencapaian tujuan
pembangunan nasional;
Memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa dalam rangka
perwujudan Wawasan Nusantara;
Meningkatkan ketahanan nasional; dan
Mempererat hubungan antarbangsa.
4. Sub Sektor Perhubungan Laut
Akhir-akhir ini terjadi fenomena yang menarik bahwa pada suatu
kecelakaan kapal di laut yang mengakibatkan hilangnya jiwa manusia dan
kerugian serta kerusakan kapal selalu dikaitkan dengan kelalaian regulator,
dalam hal ini ADPEL (Syahbandar) adalah unit kerja atau personil aparatur
yang paling bertanggung jawab. Personil aparatur yang dimaksud
(Syahbandar) selalu diperiksa sebagai tersangka utama dan bahkan ditahan
oleh pihak yang berwenang, hal lain yang menarik perlu dicermati adanya
keluhan dari pengguna transportasi laut (user) yang menyatakan bahwa
setiap kecelakaan kapal yang menyebabkan hilangnya jiwa manusia adalah
terletak pada kesalahan manusia yaitu Pelaut dan Syahbandar. Mengacu
kepada fenomena dan anggapan-anggapan tersebut maka kiranya perlu
diadakan suatu pengaturan tugas dan fungsi Syahbandar dalam
melaksanakan pengawasan pelayaran sebagai wujud implementasi
keselamatan transportasi di laut.
BAB III
GAMBARAN KEADAAN YANG DIINGINKAN
A. Sasaran dan Kebijakan Operasional
1. Sasaran dan Kebijakan Sub Sektor Perhubungan Darat
Sasaran sub sektor perhubungan darat diperlukan untuk memberikan
fokus pada penyusunan rencana kerja dan alokasi sumber daya organisasi
dalam kegiatan operasional organisasi tiap-tiap tahun untuk kurun waktu
lima tahun. Berikut ini adalah sasaran transportasi darat sesuai dengan misi
yang telah ditetapkan.
a. Terselenggaranya peningkatan pelayanan administrasi perkantoran;
b. Terselenggaranya peningkatan kelancaran arus lalu lintas;
c. Terselenggaranya peningkatan ketaatan pada peraturan teknis
operasional kendaraan dan angkutan darat.
Dalam rangka mencapai sasaran yang ada tersebut maka ditetapkan
kebijakan operasional, yaitu :
a. Melaksanakan pengembangan pengelolaan transportasi jalan yang
handal;
b. Melaksanakan koordinasi dalam pelaksanaan tugas dengan instansi-
instansi terkait dengan ketugasan di bidang perhubungan, khususnya
Dinas Perhubungan Propinsi, Kepolisian dan Instansi-instansi di
lingkungan Pemerintah Kota/ Pemerintah Daerah;
c. Meningkatnya kinerja peraturan dan kelembagaan melalui: penataan
sistem transportasi jalan, menyusun, merevisi dan menyempurnakan
peraturan-peraturan di bidang perhubungan berupa Perda, Perwali dan
SK Walikota merujuk pada undang undang LLAJ yang baru (Undang-
Undang No. 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan).
2. Sasaran dan Kebijakan Sub Sektor Perkeretaapian:
Sasaran sub sektor perkeretaapian adalah Memberikan pelayanan
jasa yang berkualitas dan berorientasi kepada kepuasan pengguna jasa
kereta api melalui pengelolaan secara profesional. Peremajaan kereta api
dan membebaskan jalur rel kereta api dari aktivitas warga sekitar yang
dapat mengganggu perjalanan kereta api, hal ini dengan sosialisasi dan
koordinasi dengan pihak-pihak terkait.
3. Sasaran dan Kebijakan Sub Sektor Perhubungan Udara:
Sasaran yang ingin dicapai dalam rangka meningkatkan keselamatan
dan keamanan transportasi udara sesuai pasal 10 UU No. 1 tahun 2009
tentang penerbangan, Ayat 2 : Pembinaan penerbangan meliputi aspek
pengaturan, pengendalian, dan pengawasan.
Maka sasaran yang menjadi arah tujuan / kebijakan adalah :
a. Meningkatkan pembinaan terhadap personil penerbangan;
b. Meningkatkan pengaturan terhadap pelaksanaan kegiatan penerbangan;
c. Meningkatkan pengawasan terhadap operator dalam pelaksanaan
kegiatan penerbangan;
d. Mengoptimalkan pengendalian terhadap personil penerbangan.
4. Sasaran dan Kebijakan Sub Sektor Perhubungan Laut:
Sasaran yang ditetapkan untuk keselamatan pelayaran adalah
meningkatkan kinerja pelaksanaan operasional keselamatan pelayaran dan
angkutan laut serta pengawasan dan pengendalian keselamatan pelayaran.
Kebijakan dan Sasaran Keselamatan meliputi :
a. Komitmen pimpinan penyedia jasa pelayaran;
b. Penunjukan penanggungjawab utama keselamatan;
c. Pembentukan unit manajemen kesehatan;
d. Penetapan target kinerja keselamatan;
e. Penetapan indikator kinerja keselamatan;
f. Pengukuran pencapaian keselamatan;
g. Dokumentasi data keselamatan;
h. Koordinasi penanggulangan gawat darurat.
B. Penetapan Program dan Kegiatan Yang Ingin Ditingkatkan
1. Sub Sektor Perhubungan Darat
Dalam rangka mencapai sasaran, Dinas Perhubungan menyusun Program
Rehabilitasi dan Pemeliharaan Peralatan Alat Pengujian Kendaraan
Bermotor dengan indikator capaian adalah terlaksananya pengadaan
perlengkapan operasional pengujian kendaraan bermotor dan pemeliharaan
alat pengujian kendaraan bermotor, yang dioperasikan oleh SDM yang
berkompeten di bidangnya.
2. Sub Sektor Perkeretaapian
Guna meningkatkan Keselamatan Perkeretaapian dalam hal
keselamatan dan teknik Sarana Kereta Api, program yang dilaksanakan
meliputi :
a) Peningkatan keselamatan dan pelayanan;
b) Peningkatan volume angkutan dan pendapatan;
c) Meningkatkan kelancaran kereta api yang melintas.
3. Sub Sektor Perhubungan Udara
Keadaan yang diinginkan adalah meningkatnya kinerja aparatur
pemerintah untuk dapat mengendalikan dan menjamin keselamatan
penerbangan, sehingga menjamin keselamatan penerbangan dalam rangka
mewujudkan “Road Map to Zero Accident” bagi penerbangan udara, baik
yang datang maupun berangkat. Selanjutnya untuk mengupayakan
peningkatan pengawasan secara berkelanjutan untuk melihat pemenuhan
peraturan keselamatan penerbangan sehingga diharapkan menghasilkan
suatu kepercayaan dimata masyarakat baik secara nasional maupun
internasional yang pada akhirnya akan meningkatkan kinerja aparatur
pemerintah.
4. Sub Sektor Perhubungan Laut
Syahbandar mempunyai hubungan dengan kapal saat kapal memasuki
pelabuhan selama berada di pelabuhan dan setiap kapal yang akan berlayar.
Dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsi terhadap pengawasan kapal di
pelabuhan, Syahbandar harus mematuhi / menjalankan ketentuan – ketentuan
dalam peraturan maupun keputusan menteri perhubungan tentang petunjuk
umum untuk Syahbandar, antara lain :
a) Syahbandar melaksanakan fungsi keselamatan dan keamanan pelayaran
yang mencakup, pelaksanaan, pengawasan dan penegakkan hukum di
bidang angkutan di perairan, kepelabuhanan, dan perlindungan
lingkungan maritim di pelabuhan;
b) Syahbandar membantu pelaksanaan pencarian dan penyelamatan (Search
and Rescue/SAR) di pelabuhan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
c) Syahbandar diangkat oleh Menteri setelah memenuhi persyaratan
kompetensi di bidang keselamatan dan keamanan pelayaran serta
kesyahbandaran.
BAB IV
MASALAH DAN PEMECAHANNYA
A. Identifikasi dan Analisis Masalah
1. Sub Sektor Perhubungan Darat
Dalam rangka mewujudkan penurunan tingkat pelanggaran dan
kecelakaan berlalu lintas, perlu dilakukan identifikasi permasalahan tingkat
pelanggaran dan kecelakaan berlalu lintas. Bahwa faktor penyebab tingginya
tingkat pelanggaran dan kecelakaan berlalu lintas saat ini karena rendahnya
keselamatan berlalu lintas kendaraan bermotor.
Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu :
a) Kurangnya kesadaran berlalu lintas yang baik dan benar;
b) Kurangnya kualitas hasil pengujian kendaraan bermotor;
c) Tidak optimalnya pelaksanaan regulasi pengujian kendaraan bermotor;
d) Kurangnya pengawasan pelaksanaan pengujian kendaraan bermotor.
2. Sub Sektor Perkeretaapian
Dalam rangka melakukan identifikasi masalah penyebab masih
tingginya tingkat kecelakaan perkeretaapian sebagai berikut :
a) Kurangnya Kesadaran Masyarakat dalam membayar Tiket;
b) Masih tingginya Tingkat Kecelakaan;
c) Kurangnya Sinergi antara Regulator dan Operator;
d) Kurangnya Pengawasan.
3. Sub Sektor Perhubungan Udara
Faktor-faktor yang mempengaruhi masalah yang ada, yaitu :
a) Kurangnya pemahaman peraturan keselamatan;
b) Masih tingginya Tingkat Kecelakaan;
c) Kurangnya Sinergi antara Regulator dan Operator;
d) Kurangnya Pengawasan oleh Regulator.
4. Sub Sektor Perhubungan Laut
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi masalah yang ada, yaitu :
a) Kurangnya pemahaman peraturan keselamatan;
b) Masih tingginya Tingkat Kecelakaan;
c) Kurangnya Sinergi antara Regulator dan Operator;
d) Kurangnya Pengawasan.
B. Rencana Kerja
1. Sub Sektor Perhubungan Darat
Dari rumusan sasaran, program dan kegiatan yang dirumuskan Dinas
Perhubungan yang ada, terlihat berbagai upaya yang dilakukan guna
meningkatkan kualitas kinerja. Namun pelaksanaan program tersebut
membutuhkan adanya dukungan bagi pelaksanaan pengujian kendaraan
bermotor, yaitu : Tercapainya pelaksanaan regulasi kendaraan bermotor
yang optimal.
Regulasi pengujian yang ada saat ini sebenarnya cukup lengkap dan
telah berusaha untuk selalu menyeimbangkan antara kemajuan teknologi
otomotif, kemampuan ekonomi masyarakat serta kebutuhan dunia industri
otomotif. Keseimbangan ini penting untuk terus dijaga mengingat stándar
pengujian yang diterapkan saat ini di Indonesia telah ketinggalan
dibandingkan di negara lain (negara maju). Namun bila stándar tersebut
diterapkan secara penuh di Indonesia dikhawatirkan timbulnya gejolak di
masyarakat terutama kemampuan daya beli yang tidak seimbang.
Konsep pengujian kendaraan bermotor di indonesia saat ini lebih
berkiblat pada paham laik dan tidak laik jalan, bukan kepada paham
pembatasan usia kendaraan sehingga di Indonesia tidak dikenal adanya
scrapping kendaraan usia tua. Namun kelonggaran ini juga harus didukung
dengan penerapan regulasi, meliputi :
a. Sosialisasi regulasi tentang pengujian kendaraan bermotor bagi
pejabat/atasan penguji kendaraan bermotor.
b. Meningkatkan koordinasi dan sinkronisasi antara Ditjen Perhubungan
Darat, Badan Diklat Perhubungan dan Kepala Dinas Perhubungan
Kabupaten/Kota.
c. Terwujudnya akreditasi dan sertifikasi unit pelaksana pengujian
kendaraan bermotor.
Perwujudan pelaksanaan regulasi ini juga bisa tetap
mempertahankan kondisi kemampuan masyarakat dalam menjalankan
kegiatan ekonomi dengan mengunakan kendaraan bermotor sebagai alat
transportasi utama.
Tercapainya pengawasan pelaksanaan pengujian kendaraan
bermotor akan tetapi lemahnya pengawasan terhadap kinerja Penguji
Kendaraan Bermotor selama ini sehingga dapat membuka peluang
terhadap segala bentuk penyimpangan dan berujung pada aspek
keselamatan dikorbankan.
Untuk menyelenggarakan pengawasan yang efektif dipandang
perlu menyikapi dengan langkah-langkah sebagai berikut ;
a. Meningkatkan pengawasan melalui pembakuan sistem monitoring dan
laporan hasil pelaksanaan pengujian kendaraan bermotor;
b. Meningkatkan kepatuhan pelaksanaan prosedur pengujian melalui
pengawasan dan pembinaan yang terus menerus;
c. Meningkatkan disiplin penguji kendaraan bermotor, baik melalui
kegiatan telaah dan penyamaan persepsi tentang tugas dan
tanggungjawabnya sebagai penguji kendaraan bermotor;
d. Memberikan sanksi yang tegas terhadap penguji kendaraan bermotor
yang terbukti melakukan pelanggaran dan penyimpangan.(mulai dari
tegoran sampai pencabutan sertifikat kompetensi);
e. Memberikan reward/penghargaan kepada penguji teladan mulai dari
tingkat Kabupaten/Kota, Tingkat propinsi dan Tingkat nasional;
f. Memberikan reward/penghargaan kepada Unit Pengujian Kendaraan
Bermotor yang membuktikan prestasinya dan melaksanakan
pelayanan prima.
2. Sub Sektor Perkeretaapian
Dalam meningkatkan keselamatan perkeretaapian langkah-langkah yang
dilakukan antara lain :
a) Terwujudnya koordinasi yang baik;
b) Penerapan peraturan perundang-undangan kereta api (Undang-
Undang Nomor 23 tahun 2007) apabila terjadi kecelakaan di
perlintasan kereta api. sehingga semua elemen yang terkait dapat
menjalankan tugasnya masing-masing dengan baik dan juga adanya
perlindungan hukum pelaksana/operator kereta api.
3. Sub Sektor Perhubungan Udara
Berdasarkan identifikasi permasalahan dan sasaran yang ingin dicapai
maka perlu upaya untuk mencapai sasaran yang diinginkan maka :
a. Melaksanakan sosialisasi peraturan keselamatan penerbangan;
b. Undang–Undang No. 1 Tahun 2009 bab 14 tentang keamanan
Penerbangan dan Bab 14 tentang Investigasi dan penyelidikan
kecelakaan pesawat udara.
Dalam melaksanakan investigasi dan penyelidikkan kecelakaan
pesawat udara dalam pelaksanaannya mengacu pada annex 13 tentang
Aircraft Incident and Accident Investigation dan untuk menjamin
proses investigasi dan penyelidikkan kecelakaan pesawat udara,
pemerintah membentuk suatu organisasi non struktural yaitu KNKT
(Komite Nasional Keselamatan Transportasi);
c. Koordinasi yang berkesinambungan antara regulator dan operator;
d. Optimalisasi pengawasan oleh Regulator terhadap Operator.
4. Sub Sektor Perhubungan Laut
Dalam meningkatkan keselamatan sektor perhubungan laut,
langkah-langkah yang dilakukan antara lain :
a) Peraturan maupun prosedur yang berlaku mengadopsi peraturan
internasional dan sudah cukup menjamin keselamatan pelayaran
namun masih banyak penyimpangan dan ketidaksesuaian di
lapangan, sehingga perlunya komitmen bersama yang di inisiasi oleh
pemerintah beserta pihak terkait;
b) Melaksanakan TUPOKSI syahbandar sesuai peraturan yang berlaku
dan tidak terpengaruh intervensi dari pihak lain;
c) Peningkatan pengawasan yang dilakukan oleh aparatur.
BAB V
P E N U T U P
A. Kesimpulan
Setelah membahas, menganalisa dan memecahkan masalah seperti pada
uraian sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Standard Operating Procedure;
2. Kurangnya sosialisasi;
3. Kurang optimalnya Waskat (Pengawasan Melekat), Pembinaan oleh
Pimpinan;
4. Pengawasan Internal tidak optimal;
5. Kurang optimalnya pengawasan pribadi atau pengawasan diri sendiri.
B. Saran
Untuk meningkatkan kualitas keselamatan transportasi melalui regulasi dan
kebijakan, perlu diambil langkah-langkah sebagai berikut :
1. Peningkatan pelaksanaan Standard Operating Procedure;
2. Perlu adanya sosialisasi tentang keselamatan transportasi;
3. Optimalisasi Waskat (Pengawasan Melekat);
4. Mengoptimalkan Pengawasan Internal;
5. Perlu adanya pengawasan pribadi atau pengawasan diri sendiri.
Seperti kata-kata akhir seorang Sang Guru kepada muridnya, Kapan Engkau
akan mewujudkan cita citamu, nak ?
Murid menjawab, Begitu kesempatan tiba !
Kesempatan tidak akan pernah tiba, kata Sang Guru,
Sekarang dan disinilah kesempatan itu
Mari kita tangkap keheningan, sebab keheningan itu esensi diri kita yang paling
dalam... semoga dan tetap semangat..!!!
Victor Hugo “ Hidup Tanpa Cinta Ibarat Hidup Penuh Dosa”.
KERTAS KERJA KELOMPOK I
Peningkatan Keselamatan Transportasi Melalui Regulasi dan Kebijakan Transportasi Darat, Laut, Udara, dan
Perkeretaapian
OLEH :
Peserta Diklat Keselamatan Transportasi KEMENTERIAN PERHUBUNGAN
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHANPUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN APARATUR PERHUBUNGAN
BOGOR, JAWA BARAT AGUSTUS 2010
PENYUSUN KERTAS KERJA KELOMPOK
Ketua : Akbar SedayuSekretaris : Ni Komang WidyastiniPenyaji : Sugiyo, Kurniawan Abadi, Wisma Moderator : -Tim Perumus : 1. Sugiyo
2. Akbar Sedayu3. Kurniawan Abadi4. Nana Sudiana5. Wisma Florianus6. Noak Makanuay7. M. Dahlan8. Rofriwen9. Irawan10. Ni Komang Widyastini