cop

Upload: yedija-samgar-pebriyanto

Post on 05-Mar-2016

8 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

community of practice

TRANSCRIPT

Komunitas seperti apa yang harus dikembangkan ? Apa perbedaan komunitas dengan gugus kerja (task force) dan meeting ? Bagaimana mengaitkan komunitas dengan kebutuhan organisasi ? Pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah bahan obrolan kita di artikel kali ini. Lets lay it down one at a time.Komunitas seperti apa yang harus dikembangkan ?Bisnis memerlukan komunitas. Kita sudah membahas alasan tersebut di artikel sebelumnya. Tetapi komunitas seperti apa ? Komunitas arisan bulanan ? Para bikers dan goweser ? Atau kumpul-kumpul ahli hisap alias perokok di warung kopi lantai basement kantor ? Jangan salah, contoh-contoh tersebut adalah bentuk komunitas juga. Kita menyebut komunitas hobi tersebut sebagai Community of Interest (CoI). Komunitas sosial yang cenderung terkait erat dengan pertemanan dan kesamaan minat.

Bagi bisnis, komunitas tersebut tidak banyak berguna selain untuk memberikan apresiasi hobi karyawan dan memperet hubungan sosial. Tapi dampaknya untuk bisnis ? Peningkatan nilai tambah dan penciptaan inovasi ? Seperti kita tahu, bisnis selalu menuntut profit dan profit hanya bisa dihasilkan melalui nilai tambah. Oleh karena itu, komunitas yang dikembangkan di bisnis haruslah memiliki hasil akhir berupa peningkatan nilai tambah dan inovasi.

Lalu komunitas apa yang harus dikembangkan ? Salah satu solusinya apa yang kita sebut sebagai Community of Practice (CoP). Seperti namanya, CoP terdiri dari para praktisi dan individu yang memiliki sesuatu untuk dipraktekkan. Etienne Wenger, salah seorang praktisi komunitas yang dikenal sebagai Bapak CoP memberikan definisi yang lebih jelas, yaitu

Communities of practice (CoP) are groups of people who share a concern or a passion for something they do and learn how to do it better as they interact regularly.Menurut Wenger dasar dari semua komunitas, khususnya CoP, ialah kebutuhan untuk belajar dan kesamaan minat terhadap suatu permasalahan. Tanpa keinginan untuk belajar dari diri sendiri dan kesamaan minat anggotanya, sebuah komunitas tidak akan berlangsung lama. Bahasa mudahnya ialah komunitas harus memiliki sesuatu yang menarik orang lain diluar anggota, sesuatu yang dapat bermanfaat bagi mereka dan tidak hanya sekedar berkumpul atau bersosialisasi. Kesamaan minat ini bisa berupa profesi, kompetensi, pengetahuan, spesialisasi, hubungan social, atau pengembangan jaringan. Roan Yong dalam bukunya Social Collaboration mengatakan, a smarter way to get sustained collaboration is, to align individuals interest with the bigger objective. Pada akhirnya, kunci dari komunitas yang terus tumbuh dan berkembang ialah pada keselarasan minat anggotanya untuk mencapai tujuan yang lebih besar. Dan itulah PR besar kita para KMers.

Topik yang menarik lainnya ialah bagaimana sebenarnya sebuah CoP berjalan dan berinteraksi. Untuk menjelaskan lebih detail interaksi CoP, saya mengutip definisi dari Wikipedia.

The process of social learning that occurs when people who have a common interest in some subject or problem collaborate over an extended period to share ideas, find solutions, and build innovations.CoP adalah sebuah proses belajar dengan konsep sosial. Bingung ? Berikut contoh sederhananya. Anda pasti pernah belajar kelompok. Biasanya kita belajar kelompok ketika ada PR yang sangat sulit atau ketika mau ujian. Kenapa kita belajar kelompok ? Untuk kasus ketika mau ujian, kita belajar kelompok karena tidak mengerti apa yang diajarkan dosen di kelas. Dengan belajar kelompok, teman-teman yang lain akan menjelaskan materi-materi yang tidak dimengerti dan entah bagaimana pelajaran yang tampaknya susah di kelas, menjadi mudah. Ketika belajar kelompok, tidak ada satu orang yang secara khusus menjadi guru. Semua ikut serta, dan saling membantu menjelaskan satu sama lain. Kita juga tidak malu untuk secara spontan bertanya dan minta penjelasan lebih jika ada yang tidak dimengerti. Suasana belajar pun lebih menyenangkan karena kita bersama teman-teman yang sudah dikenal dengan baik.

Inilah maksud dari belajar secara sosial. Alasan mengapa kita bisa dengan nyaman bertanya tanpa takut atau meminta penjelasan yang lebih lambat karena ada kedekatan sosial dan emosi antara anggota kelompok. Kita bisa belajar dengan cepat dan mau saling berbagi ilmu karena tingkat kepercayaan yang tinggi antara satu sama lain. Selain itu, kita juga merasa ada kesamaan derajat. Sama-sama siswa yang berusaha mendapatkan nilai bagus di ujian nanti, bukan guru yang posisinya lebih tinggi dan biasanya ditakuti. Selain itu, interaksi sosial yang baik selama proses belajar kelompok juga menentukan keberhasilan belajar tersebut. Bayangkan jika ada satu orang anggota yang terlalu mendominasi dan menjadi guru galak baru. Belajar kelompok yang awalnya menyenangkan akan berubah menjadi kelas yang membosankan dan tidak efektif. Atau ada salah seorang anggota karena malas malah mengajak yang lain jalan-jalan ke mall daripada belajar. Fokus yang awalnya untuk mendapatkan nilai bagus di ujian, menjadi terpecah oleh godaan film bioskop terbaru.

Hal yang sama dengan CoP. Keberhasilan sebuah komunitas sangat tergantung terhadap hubungan sosial antar anggotanya yang dibangun atas tingkat kepercayaan, kesamaan tujuan dan minat, serta kesetaraan (equality) antara masing-masing anggotanya. Hanya jika syarat tersebut terpenuhi, CoP dapat berjalan dengan baik, terus berlanjut, dan memberikan nilai tambah bagi anggotanya.

Apa perbedaan komunitas dengan gugus kerja (task force) dan meeting ?Pertanyaan ini sering sekali saya dengar dari klien kami. Sebagai sebuah organisasi berbasis profit, bisnis sudah memiliki mekanisme untuk menyelesaikan masalah dan menciptakan inovasi. Bentuknya bisa spontanitas seperti meeting atau struktur fungsional organisasi seperti departemen dan gugus kerja (task force). Komunitas membawa itu semua ke tingkatan yang lebih tinggi.

Banyak sumber yang menerangkan tentang perbedaaan komunitas, dalam hal ini CoP dengan struktur fungsional. Saya mengambil salah satunya menurut David Gurteen :

Perbedaan-perbedaan tersebut berdampak pada perbedaan interaksi antara CoP dan Task Force. Karena didasarkan pada suasana informal, santai, tidak adanya keterikatan dan tingkat kepercayaan anggota yang tinggi, kualitas pengetahuan yang dibagi juga berbeda. Sama seperti kerja kelompok dan kelas yang menegangkan, kita seringkali merasa takut untuk berbicara dan mengeluarkan isi pikiran dalam forum yang sifatnya formal dan terstruktur seperti meeting atau task force. Ada ketakutan akan berbuat salah, kehilangan muka dihadapan atasan, ketakutan akan mempermalukan diri sendiri, ketakutan akan dihakimi oleh rekan kerja serta pikiran negatif lainnya.

Inilah yang membuat ide, kreatifitas dan inovasi terhambat. Hal ini yang disadari oleh banyak praktisi manajemen dan mereka pun mengembangkan apa yang kita biasa sebut sebagai team engagement. Tujuannya jelas, meningkatkan kepercayaan (trust) agar ketakutan-ketakutan tersebut dapat diminimalisir. Akan tetapi, walaupun team engagement sudah sangat baik sekalipun, ada alasan lain mengapa struktur fungsional tidak bisa mengalahkan komunitas. Bagaimanapun juga, task force dan sejenisnya dibuat dengan perspektif formalitas dan dalam lingkup organisasi. Task force memiliki keuntungan lebih dalam hal ini karena adanya alokasi sumberdaya yang bisa berupa data, kekuatan untuk mengambil keputusan, mekanisme terstruktur dan organisasi yang jelas. Tetapi hal ini pula yang menyebabkan task force, bahkan dengan tingkat team engagement tertinggi pun tidak bisa mengalahkan komunitas. Segala sesuatu yang dibentuk dengan pendekatan dan pola pikir formal akan menghasilkan kekakuan dan interaksi yang menuntut struktur serta hasil yang bisa dipertanggung jawabkan.

Pada akhirnya, interaksi yang terjalin pun akan menimbulkan ketakutan dan tekanan-tekanan bagi anggotanya yagn menghambat proses belajar dan penciptaan nilai tambah. Ini mengapa sebelum memulai komunitas kita perlu melihat tujuan yang akan dicapai. Jika tujuannya untuk menyelesaikan pekerjaan dan mencapai target, maka bentuklah task force dan maksimalkan team engagement di dalamnya. Tetapi pilihlah komunitas jika tujuannya untuk meningkatkan pengetahuan, kompetensi dan efektifitas pelaksanaan pekerjaan. Komunitas hanya cocok digunakan jika anda tidak mengharapkan hasil (produk atau jasa) secara cepat. Komunitas bisa memberikan hasil secara cepat hanya jika sudah dewasa dan untuk mencapai tingkat kedewasaan tersebut membutuhkan waktu dan investasi yang tidak sedikit.

Keunggulan komunitas seperti CoP juga terletak pada fanatisme anggotanya. Komunitas yang sudah dewasa akan memiliki anggota yang sangat berdedikasi. Mereka terikat dan rela melakukan apa saja bagi komunitasnya. Bahkan pada level tertinggi dan bagi beberapa orang, komunitas menjadi lebih penting dari pekerjaan itu sendiri. Anda mungkin sering melihat ada beberapa rekan kerja yang tetap datang ke kantor lama mereka hanya sekedar untuk berkumpul dengan komunitasnya. Mereka tidak datang untuk bertemu dengan mantan bos atau mantan bawahan. Mereka datang karena keterikatannya pada komunitas.

Fenomena ini sebenarnya bisa dijelaskan dari motif pembentukan komunitas. Sebagai sebuah inisiatif, anggota komunitas memilki motif yang berbeda dari task force atau struktur fungsional lainnya. Komunitas terbentuk karena adanya kebutuhan pada aktualisasi diri dan penghargaan. Ingat Teori Kebutuhan Manusia Abraham Maslow ? Yup, aktualisasi diri ada pada tingkat pertama, jauh diatas kebutuhan fisik seperti uang dan sejenisnya. Ada buku menarik dari Dan Pink berjudul Drive. Buku tersebut menjelaskan bahwa ternyata uang pada tahapan tertentu bukan yang mendorong kita untuk melakukan sesuatu. Jika membaca buku dirasa terlalu lama, ada sebuah video di YouTube yang menjelaskan intisari buku tersebut. Silahkan lihat disiniBagaimana mengaitkan komunitas dengan kebutuhan organisasi ?Pertanyaan ini membuat kita kembali ke jenis komunitas yang dibahas sebelumnya. Secara umum, komunitas dibagi menjadi dua, yaitu komunitas yang berdasarkan minat dan hobi (Community of Interest) dan komunitas yang dibangun karena kebutuhan terhadap peningkatan kompetensi dan pengetahuan (Community of Practice). Sebenarnya kedua jenis komunitas ini memiliki dasar sama, yaitu kesamaan minat dan kesukaan (preferences). Yang membedakannya ialah dampaknya pada pekerjaan. Anggota Community of Interest (CoI) memiliki kesamaan minat pada sesuatu yang tidak ada hubungannya dengan pekerjaan. Biasanya berupa hobi, kebutuhan sosial atau spiritualitas, seperti sepeda, fotografi, dan sejenisnya. Community of Practice lebih fokus pada topik-topik yang berkaitan dengan pekerjaan dan bagaimana melakukan pekerjaan dengan lebih baik lagi. Oleh kerena itu, sebuah komunitas digolongkan sebagai CoI atau CoP sangat tergantung pada bisnis apa yang dikerjakan oleh anggota komunitas tersebut.

Seperti ini mudahnya. Komunitas fotografi bagi akan menjadi CoI ketika anggotanya ialah karyawan bank tetapi menjadi CoP ketika anggotanya adalah karyawan perusahaan pembuat kamera atau distributornya. Topik diskusi adalah faktor kritis dalam mengaitkan komunitas dengan kebutuhan organisasi. Apapun diskusi dan sharing pengetahuan yang terjadi dalam komunitas tersebut harus mengacu pada topik diskusi yang sudah ditentukan oleh komunitas sebelumnya. Di komunitas fotografi misalnya. Walaupun ada sepeda yang dibawa ke komunitas, anggotanya tidak akan membahas setting sepeda apa yang cocok untuk downhill tapi angle dan teknik fotografi yang dapat menghasilkan foto sepeda paling menarik.

Sebagai manajemen, ada 3 peran organisasi yang paling penting, yaitu mengidentifikasi pengetahuan penting yang dibutuhkan untuk meningkatkan kinerja dan menghasilkan nilai tambah. Selanjutnya organisasi mendukung pengembangan CoP yang fokus membahas pengetahuan penting tersebut.Tidak lupaorganisasi bisnis perlu memantau apakah topik diskusi sejalan dengan pengetahuan penting.

Nilai tambah anda dan organisasi ialah pada bagaimana menciptakan CoP yang siap menjalankan diskusi tersebut. Walaupun banyak orang menganggap membuat komunitas seperti CoP adalah hal yang mudah, believe me thats the hardest way to execute. Anda bisa menciptakan sistem, membuat prosedur dan instruksi kerja bahkan membangun sistem IT yang sangat canggih tetapi anda tidak bisa mengatur manusia. Jika membuat sistem, prosedur dan teknologi anda memiliki start date dan end date maka ketika berhubungan dengan manusia yang terjadi adalah ada start date selanjutnya is dead :).

Tantangannya kini menjadi bertambah. Bagaimana sebuah organisasi bisnis yang formal dan penuh dengan target mengembangkan komunitas seperti CoP dengan sifat yang sangat bertolak belakang. Wenger menyebutnya sebagai Sponsored CoP. Kuncinya ialah pada bagaimana anda memandang CoP tersebut. Wenger menyebutkan pandangannya dalam hal ini. The work of organizational supporting is not to formalize them by making them follow procedures or meet efficiency goals, but rather to strengthen them as informal entities.

Saya akan lebih banyak membahas tentang Sponsored CoP dan bagaimana memulainya di artikel selanjutnya.KMPlus adalah perusahaan jasa konsultan, training dan pelatihan knowledge management, corporate culture dan innovation di Jakarta -Jika kita berbicara mengenai kelangsungan perusahaan-perusahaan di dunia, ternyata banyak perusahaan-perusahaan bisnis yang ada di dunia tidak memiliki umur yang panjang. Hal ini merujuk dari penelitian yang Peter Senge lakukan. Peter Senge menyimpulkan bahwa perusahaan-perusahaan kelas dunia dan yang masuk dalam Fortune 500, memiliki umur rata-rata antara 40 50 tahun, artinya secara rata-rata hanya berumur sampai dua generasi.

Kenapa hal itu bisa terjadi?

Ternyata penyebab pendeknya umur perusahaan disebabkan karena perusahaan tersebut tidak mampu belajar atau tidak mampu menyesuaikan diri dengan tuntutan perubahan zaman, sehingga mengecewakan konsumen, dan pada akhirnya mati karena kehilangan pasar atau tutup karena ditolak oleh masyarakat dan lingkungannya.

Namun ada beberapa kasus di mana perusahaan memiliki umur panjang (lebih dari 150 tahun). De Geus (1997) menggambarkanbahwa ada korelasi antara perusahaan yang berumur panjang dengan kemampuannya menjadiLearning Organization(organisasi pembelajar).

Knowledge Management(KM) sangat dibutuhkan bagi setiap perusahaan yang ingin berkembang untuk meningkatkan daya saingnya. Salah satu kunci keberhasilan perusahaan dalam menerapkan KM adalah dengan memperbanyakknowedge sharingbaik antar karyawan maupun dengan karyawan lain di luar perusahaan guna mendapatkanknowledgeyang dibutuhkan.Aktivitasknowledgesharingyang digulirkan banyak dipicu oleh suatu komunitas tertentu,komunitas tersebut dinamakanCommunity of Practice(CoP).

CoP secara singkat adalah kumpulan orang yang terbentuk secara spontan berdasarkan kesamaan tujuan. Mereka membangun hubungan dan kepercayaan antar anggota dalam rangka berbagi pengetahuan (tacit).Kegiatan berbagi pengetahuan tersebut berkembang menjadi suatu ajang latihan (practice) secara bersama-sama. Kegiatan ini mampu menciptakan kecerdasan bersama yang menjadi pengetahuan tersirat (implisit) dalam setiap pertemuan.

CoP ini memiliki tujuan untuk dapatmenangkap, menyaring, mengelolasegalainformasi/ pengetahuan individu (tacit knowledge)dalam organisasi yang diperolehberkenaan dengan problem dalam proses bisnisuntuk dipecahkan bersamadan kembali disebarluaskan agar dapatmenjadi pengetahuan bersama(explicit knowledge).

Selain itu CoP juga dapat difungsikan sebagai suatu media untuk pengembangan (improvement) pengetahuan, sehingga dapat dimunculkan best practice-best practice yang sangat membantu dalam operasional kerja.

Membangun CoP merupakan salah satu cara yang dilakukan organisasi untuk menciptakan lingkungan kondusif bagi terciptanya suasana belajar sebagai knowledge driven company (perusahaan yang digerakkan berdasarkan pengetahuan).

PDK3MI didirikan pada tanggal tiga (3) Desember (1999) seribu sembilan ratus sembilan puluh sembilan di Surabaya untuk jangka waktu yang tidak ditentukan lamanya. PDK3MI merupakan organisasi profesi para dokter di bidang Ilmu Kedokteran Komunitas dan Ilmu Kesehatan Masyarakat di Indonesia yang bergerak dalam lapangan lmiah dan sosial. PDK3MI merupakan perhimpunan dokter seminat (PDSm) dibawah Ikatan Dokter Indonesia (IDI).

DASAR HUKUM :1. Akta Notaris Nyoman Gede Yudara, S.H. , tgl. 20 September 2002 No. : 27 , Jl. Kertajaya No. 178 Surabaya Tentang Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga PDKMI

2. Akta Notaris Nomor 03 Nyoman Ayu Reni Yunaeny Ratih , SH. Jl. Pucang Adi No. 32 Surabaya Tanggal 22 April 2014 Tentang Perubahan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Perhimpunan Dokter Kedokteran Komunitas dan Kesehatan Masyarakat Indonesia (PDK3MI)

3. Surat Keputusan PB-IDI Nomor 1155/PB/A.4/04/2011 Tentang Pengukuhan Susunan Personalia Pengurus Besar PDK3MI Periode 2011-2014 tanggal 7 April 2011.

situs web : www.pdk3mi.orgemail : [email protected] ; [email protected]

Sekretariat Pengurus Pusat :1. Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat - Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada d/a Jl. Farmako Sekip Utara Yogyakarta 55281. Tlp +62+274+565076 , Faks.+62+274+548156 u.p. Prof. dr. Siswanto Agus Wilopo, SU., MSc., ScD., (0816920554) email : [email protected]

2. Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat Kedokteran Pencegahan - Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga d/a Jl. Mayjen. Prof. Dr. Moestopo 47 Surabaya 60131 Tlp +62+31+ 91085727 Faks.+62+31+5932705 u.p. dr. Subur Prajitno ,MS., AKK. (0811349445) email : [email protected]

3. Laboratorium Ilmu Kesehatan Masyarakat - Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya d/a Jl. Veteran Malang Tlp +62+341575848, Faks.+62+341575849 u.p. dr. Harun Al Rasyid , MPH. (08123351659) email : [email protected]

IURAN :Iuran PDK3MI Anggota Rp 120.000,-/tahun dibayarkan ke Pengurus Cabang Regional setempat.Oleh Pengurus Cabang Regional setempat, 1/3 hasil pengumpulan Iuran tersebut disetor ke Bendahara Pengurus Pusat.

BENDAHARA PENGURUS PUSAT :1. Bank BCA KCP Galunggung Malang a/c 4401202891 a/n Sri Andarini ,dr., MKes. 0816554610 ; [email protected]. Bank BCA KCP Kramat Jaya Baru Jakarta a/c 7000261402 a/n Dr. Grace Debbie Kandou ,dr., MKes. , 081318898402 ; [email protected]

BENDAHARA PENGURUS CABANG :

Bendahara PC Regional I : dr. Rina Amelia, MARSFakultas Kedokteran Universitas Sumatera UtaraJl. Dr. T. Mansur No. 5, Medan 20155

HP 08126444284

Fax : [email protected]

Bank Mandiri cabang USU a/c 1060004309145 a/n dr. Rina Amelia, MARS.

Bendahara PC Regional II : dr. Asmarani Ma'mun, MKes.Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya, Palembang.HP [email protected] bendahara : dr. Anita Masidin, SpOK.HP [email protected] BCA KCU Palembang a/c 0213084191 a/n HJ ASMARANI DR

Bendahara PC Regional III : dr. Novendy, MKK. Fakultas Kedokteran Universitas TarumanegaraHP [email protected] bendahara : dr. Sri WahyuningsihFakultas Kedokteran Universitas Pembangunan VeteranHP [email protected] Mandiri a/c 1230006414611 a/n dr. Trevino Aristarkus Pakasi, MS., PhD./ Novendy

Bendahara PC Regional IV : dr. Bambang Hariyana, MKes.Fakultas Kedokteran Universitas DiponegoroJl. Dr. Sutomo No. 18 Semarang Tlp. 0248451747Jl. Kelud Timur II no. 2 Semarang Tlp. 0248311971HP [email protected][email protected] bendahara : dr. Hari Peni Julianti ,MKes.,SpKFRHP [email protected] BCA a/c 247-004-9670 a/n Bambang Hariyana

Bendahara PC Regional V : dr. Farida Rusnianah, MARSFakultas Kedokteran Universitas Islam MalangJl. Mayjen Haryono 193, Malang 65144HP [email protected] bendahara : dr. Febri Endra Budi Setyawan, M.KesHP [email protected] BCA KCU BOROBUDUR a/c 8160559331 a/n FARIDA RUSNIANAH DR

Bendahara PC Regional VI : Dr. Paulina Sp.Rad. MPHFakultas Kedokteran Universitas Cenderawasih, Papua. Abepura.HP [email protected] bendahara : dr. Jermina Usje N.I. Tampemawa, MKes.HP [email protected] Mandiri KCP Sam Ratulangi Manado a/c 150 00 10515011 a/n Jermina Usje N.I. Tampemawa

ASASPDK3MI berasaskan Pancasila dan berlandaskan Undang-Undang Dasar 1945

TUJUANPDK3MI bertujuan memelihara, memantau, meningkatkan dan mengembangkan Ilmu Kedokteran Komunitas dan Ilmu Kesehatan Masyarakat bagi para dokter di Indonesia dalam melakukan pelayanan kesehatan demi meningkatkan derajat kesehatan masyarakat

Untuk mencapai tujuannya PDK3MI melakukan usaha :

1. Menghimpun para dokter yang melakukan pekerjaan dalam bidang Ilmu Kedokteran Komunitas dan Ilmu Kesehatan Masyarakat

2. Menyelenggarakan Kongres Nasional PDK3MI

3. Berperan aktif dalam pembangunan kesehatan

4. Berperan aktif dalam bidang-bidang pendidikan, pelayanan kesehatan, pengabdian kepada masyarakat dan penelitian dalam Ilmu Kedokteran Komunitas dan Ilmu Kesehatan Masyarakat

5. Mengusahakan penyebarluasan Ilmu Kedokteran Komunitas dan Ilmu Kesehatan Masyarakat serta perkembangannya melalui penerbitan berbentuk monogram, buku, risalah, majalah, dan media lainnya

6. Meningkatkan ilmu dan keterampilan para anggota melalui kegiatan program pendidikan kedokteran berkelanjutan berupa ceramah, seminar, pertemuan ilmiah, simposium, pelatihan atau kursus, dan lain-lain

7. Membina dan meningkatkan hubungan kerjasama sejenis baik didalam maupun diluar negeri

8. Membina dan meningkatkan kerjasama dengan badan-badan pemerintahan, lembaga masyarakat terutama dalam usaha-usaha yang sejalan dengan tujuan PDK3MI

9. Memberikan pertimbangan terhadap kebijakan-kebijakan yang menyangkut masalah dalam bidang Ilmu Kedokteran Komunitas dan Ilmu Kesehatan Masyarakat baik kepada badan pemerintahan maupun lembaga masyarakat.

10. Membangun jejaring dan kerjasama antar organisasi profesi dan dengan pemangku kepentingan atau stakeholders dalam bidang bidang Ilmu Kedokteran Komunitas dan Ilmu Kesehatan Masyarakat.

KEANGGOTAAN1. Yang dapat diterima sebagai anggota biasa adalah : dokter, warga negara indonesia yang mempunyai ijazah atau sertifikat keahlian dalam Ilmu Kedokteran Komunitas dan Ilmu Kesehatan Masyarakat dan terdaftar sebagai anggota Ikatan Dokter Indonesia (IDI)

2. Yang dapat diterima sebagai anggota luar biasa adalah warga Indonesia yang berminat terhadap PDK3MI.

3. Yang dapat diterima sebagai anggota kehormatan ialah :

1. Anggota IDI yang telah berjasa dalam memajukan, mengembangkan PDK3MI.

2. Warga negara Indonesia atau warga negara asing yang telah berjasa didalam mengembangkan Ilmu Kedokteran Komunitas dan Ilmu Kesehatan Masyarakat dan berperan aktif ikut memajukan PDK3MI