contoh pelanggaran etika dalam keperawatan rey
DESCRIPTION
dTRANSCRIPT
CONTOH PELANGGARAN ETIKA DALAM
KEPERAWATAN
Nama : Muhammad Reynaldi Adhi Yatma
Kelas : 1B
Adapun permasalahan etik yang yang sering muncul antara lain :
Konflik etik antara teman sekerja
Keperawatan pada dasarnya ditujukan untuk membantu
pencapaian kesejahteraan pasien. Untuk dapat menilai pemenuhan
kesejahteraan pasien, maka perawat harus mampu mengenal/tanggap
bila ada asuhan keperawatan yang buruk dan tidak bijak, serta
berupaya untuk mengubah keadaan tersebut. Kondisi inilah yang
sering sering kali menimbulkan konflik antara perawat sebagai pelaku
asuhan keperawatan dan juga terhadap teman sejawat. Dilain pihak
perawat harus menjaga nama baik antara teman sejawat, tetapi bila
ada teman sejawat yang melakukan pelanggaran atau dilema etik hal
inilah yang perlu diselesaikan dengan bijaksana.
Menghadapi penolakan pasien terhadap Tindakan keperawatan
atau pengobatan
Masalah ini sering juga terjadi, apalagi pada saat ini banyak
bentuk-bentuk pengobatan sebagai alternative tindakan. Dan
berkembangnya tehnologi yang memungkinkan orang untuk mencari
jalan sesuai dengan kondisinya. Penolakan pasien menerima
pengobatan dapat saja terjadi dan dipengaruhi oleh beberapa factor,
seperti pengetahuan, tuntutan untuk dapat sembuh cepat, keuangan,
social dan lain-lain. Penolakan atas pengobatan dan tindakan asuhan
keperawatan merupakan hak pasien dan merupakan hak outonmy
pasien, pasien berhak memilih, menolak segala bentuk tindakan yang
mereka anggap tidak sesuai dengan dirinnya, yang perlu dilakukan
oleh perawat adalah menfasilitasi kondisi ini sehingga tidak terjadi
konflik sehingga menimbulkan masalah-masalah lain yang lebih tidak
etis.
Masalah antara peran merawat dan mengobati
Berbagai teori telah dijelaskan bahwa secara formal peran
perawat adalah memberikan asuhan keperawatan, tetapi dengan
adanya berbagai factor sering kali peran ini menjadai kabur dengan
peran mengobati. Masalah antara peran sebagai perawat yang
memberikan asuhan keperawatan dan sebagai tenaga kesehatan
yang melakuka pengobatan banyak terjadi di Indonesia, terutama
oleh perawat yang ada didaerah perifer (puskesmas) sebagai ujung
tombak pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Dari hasil
penelitian, Sciortio (1992) menyatakan bahwa pertentangan antara
peran formal perawat dan pada kenyataan dilapangan sering timbul
dan ini bukan saja masalah Nasional seperti di Indonesia, tetapi juga
terjadi di Negara-negara lain.Walaupun tidak diketahui oleh
pemerintah, pertentangan ini mempunyai implikasi besar. Antara
pengetahuan perawat yang berhubungan dengan asuhan
keperawatan yang kurang dan juga kurang aturan-aturan yang jelas
sebagai bentuk perlindungan hukum para pelaku asuhan keperawatan
hal inisemakin tidak jelas penyelesaiannya.
Berkata Jujur atau Tidak jujur
Didalam memberikan asuhan keperawatan langsung sering kali
perawat tidak merasa bahwa, saat itu perawat berkata tidak jujur.
Padahal yang dilakukan perawat adalah benar (jujur) sesuai kaedah
asuhan keperawatan.
Sebagai contoh: sering terjadi pada pasien yang terminal, saat
perawat ditanya oleh pasien berkaitan dengan kondisinya, perawat
sering menjawab “tidak apa-apa ibu/bapak, bapak/ibu akan baik,
suntikan ini tidak sakit”. Dengan bermaksud untuk menyenangkan
pasien karena tidak mau pasiennya sedih karena kondisinya dan tidak
mau pasien takut akan suntikan yang diberikan, tetapi didalam kondisi
tersebut perawat telah mengalami dilema etik. Bila perawat berkata
jujur akan membuat sedih dan menurunkan motivasi pasien dan bila
berkata tidak jujur, perawat melanggar hak pasien.
Tanggung jawab terhadap peralatan dan barang
Dalam bahasa Indonesia dikenal istilah menguntil atau pilfering,
yang berarti mencuri barang-barang sepele/kecil. Sebagai contoh: ada
pasien yang sudah meninggal dan setalah pasien meninggal ada
barang-barang berupa obat-obatan sisa yang belum dipakai pasien,
perawat dengan seenaknya membereskan obat-obatan tersebut dan
memasukan dalam inventarisasi ruangan tanpa seijin keluarga pasien.
Hal ini sering terjadi karena perawat merasa obat-obatan tersebut
tidak ada artinya bagi pasien, memang benar tidak artinya bagi pasien
tetapi bagi keluarga kemungkinan hal itu lain. Yang penting pada
kondisi ini adalah komunikasi dan informai yang jelas terhadap
keluarga pasien dan ijin dari keluarga pasien itu merupakan hal yang
sangat penting, Karena walaupun bagaimana keluarga harus tahu
secara pasti untuk apa obat itu diambil.
Perawat harus dapat memberikan penjelasan pada keluarga dan
orang lain bahwa menggambil barang yang seperti kejadian diatas
tidak etis dan tidak dibenarkan karena setiap tenaga kesehatan
mempunyai tanggung jawab terhadap peralatan dan barang ditempat
kerja.
Selain itu ada juga permasalahan etik yg terjadi yaitu:
1. Malpraktek
Balck’s law dictionary mendefinisikan malpraktek sebagai ”
kesalahan profesional atau kurangnya keterampilan tidak masuk akal
"kegagalan atau satu layanan render profesional untuk melatih bahwa
tingkat keterampilan dan pembelajaran umum diterapkan dalam
semua keadaan masyarakat oleh anggota terkemuka rata bijaksana
profesi dengan hasil dari cedera, kerugian atau kerusakan kepada
penerima layanan tersebut atau mereka yang berhak untuk
bergantung pada mereka ".
Bila dilihat dari definisi diatas maka malpraktek dapat terjadi
karena tindakan yang disengaja (intentional) seperti pada misconduct
tertentu, tindakan kelalaian (negligence), ataupun suatu kekurang-
mahiran/ketidakkompetenan yang tidak beralasan (Sampurno, 2005).
Malpraktek dapat dilakukan oleh profesi apa saja, tidak hanya dokter,
perawat. Profesional perbankan dan akutansi adalah beberapa profesi
yang dapat melakukan malpraktek.
2. Neglience (Kelalaian)
Kelalaian tidak sama dengan malpraktek, tetapi kelalaian
termasuk dalam arti malpraktik, artinya bahwa dalam malpraktek
tidak selalu ada unsur kelalaian.
Kelalaian adalah segala tindakan yang dilakukan dan dapat
melanggar standar sehingga mengakibatkan cidera/kerugian orang
lain (Sampurno, 2005).
Sedangkan menurut amir dan hanafiah (1998) yang dimaksud
dengan kelalaian adalah sikap kurang hati-hati, yaitu tidak melakukan
apa yang seseorang dengan sikap hati-hati melakukannya dengan
wajar, atau sebaliknya melakukan apa yang seseorang dengan sikap
hati-hati tidak akan melakukannya dalam situasi tersebut.
Negligence, dapat berupa Omission (kelalaian untuk melakukan
sesuatu yang seharusnya dilakukan) atau Commission (melakukan
sesuatu secara tidak hati-hati). (Tonia, 1994).
Dapat disimpulkan bahwa kelalaian adalah melakukan sesuatu
yang harusnya dilakukan pada tingkatan keilmuannya tetapi tidak
dilakukan atau melakukan tindakan dibawah standar yang telah
ditentukan. Kelalaian praktek keperawatan adalah seorang perawat
tidak mempergunakan tingkat ketrampilan dan ilmu pengetahuan
keperawatan yang lazim dipergunakan dalam merawat pasien atau
orang yang terluka menurut ukuran dilingkungan yang sama.
a. Jenis-jenis kelalaian
Bentuk-bentuk dari kelalaian menurut sampurno (2005),
sebagai berikut:
1. Malfeasance : yaitu melakukan tindakan yang menlanggar hukum
atau tidak tepat/layak.
Misal: melakukan tindakan keperawatan tanpa indikasi yang
memadai/tepat
2. Misfeasance : yaitu melakukan pilihan tindakan keperawatan yang
tepat tetapi dilaksanakan dengan tidak tepat.
Misal: melakukan tindakan keperawatan dengan menyalahi
prosedur
3. Nonfeasance : Adalah tidak melakukan tindakan keperawatan
yang merupakan kewajibannya.
Misal: Pasien seharusnya dipasang pengaman tempat tidur tapi
tidak dilakukan.
Sampurno (2005), menyampaikan bahwa suatu perbuatan
atau sikap tenaga kesehatan dianggap lalai, bila memenuhi empat
(4) unsur, yaitu:
1. Duty atau kewajiban tenaga kesehatan untuk melakukan tindakan
atau untuk tidak melakukan tindakan tertentu terhadap pasien
tertentu pada situasi dan kondisi tertentu.
2. Dereliction of the duty atau penyimpanagan kewajiban.
3. Damage atau kerugian, yaitu segala sesuatu yang dirasakan oleh
pasien sebagai kerugian akibat dari layanan kesehatan yang
diberikan oleh pemberi pelayanan.
4. Direct cause relationship atau hubungan sebab akibat yang nyata,
dalam hal ini harus terdapat hubungan sebab akibat antara
penyimpangan kewajiban dengan kerugian yang setidaknya
menurunkan “Proximate cause”.
b. Dampak Kelalaian
Kelalaian yang dilakukan oleh perawat akan memberikan
dampak yang luas, tidak saja kepada pasien dan keluarganya, juga
kepada pihak Rumah Sakit, Individu perawat pelaku kelalaian dan
terhadap profesi. Selain gugatan pidana, juga dapat berupa gugatan
perdata dalam bentuk ganti rugi. (Sampurna, 2005).
Bila dilihat dari segi etika praktek keperawatan, bahwa kelalaian
merupakan bentuk dari pelanggaran dasar moral praktek
keperawatan baik bersifat pelanggaran autonomy, justice,
nonmalefence, dan lainnya. (Kozier, 1991) dan penyelesainnya
dengan menggunakan dilema etik. Sedangkan dari segi hukum
pelanggaran ini dapat ditujukan bagi pelaku baik secara individu dan
profesi dan juga institusi penyelenggara pelayanan praktek
keperawatan, dan bila ini terjadi kelalaian dapat digolongan
perbuatan pidana dan perdata (pasal 339, 360 dan 361 KUHP)