contoh ktia 19 januari 2012.pdf

42
PENYAKIT GENETIK DAN PERKEMBANGAN TERAPI PADA MATA SAAT INI Diajukan Ke Fakultas Kedokteran UKI Sebagai Pemenuhan Salah Satu Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Kedokteran Disusun Oleh : Ressy Hastopraja 0961050185 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA JAKARTA 2011

Upload: herty-felicia

Post on 08-Apr-2016

105 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Contoh KTIA 19 januari 2012.pdf

PENYAKIT GENETIK DAN PERKEMBANGAN TERAPI

PADA MATA SAAT INI

Diajukan Ke Fakultas Kedokteran UKI

Sebagai Pemenuhan Salah Satu Syarat

Mendapatkan Gelar Sarjana Kedokteran

Disusun Oleh :

Ressy Hastopraja

0961050185

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA

JAKARTA

2011

Page 2: Contoh KTIA 19 januari 2012.pdf

PENYAKIT GENETIK DAN PERKEMBANGAN TERAPI PADA MATA SAAT INI

Diajukan Ke Fakultas Kedokteran UKI

Sebagai Pemenuhan Salah Satu Syarat

Mendapatkan Gelar Sarjana Kedokteran

Disusun Oleh :

Ressy Hastopraja

0961050185

Telah disetujui oleh Pembimbing

Tgl/bln/thn

(dr. Gilbert W.S. Simanjuntak, Sp.M)

NIP : .......................

Mengetahui,

(Prof Rondang Soegianto, Ph.D)

Ketua Tim KTIA

Page 3: Contoh KTIA 19 januari 2012.pdf

PERNYATAAN MAHASISWA

Nama Mahasiswa : Ressy Hastopraja

NIM : 0961050185

Menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa KTIA berjudul Penyakit Genetik dan

Perkembangan Terapi Pada Mata Saat Ini adalah betul-betul karya sendiri. Hal-hal yang

bukan karya saya, dalam KTIA tersebut telah diberi tanda citation dan ditunjukkan dalam

daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia

menerima sanksi akademik

Jakarta, ....................

Yang membuat pernyataan,

(Ressy Hastopraja)

NIM : 0961050185

KATA PENGANTAR

Page 4: Contoh KTIA 19 januari 2012.pdf

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan

karunia-Nya lah karya tulis ilmiah yang berjudul Hiperplasia Prostat ini dapat

terselesaikan. Tujuan penulisan karya tulis ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat

mendapatkan gelar sarjana kedokteran dan untuk menambah wawasan mengenai penyakit

genetik dan perkembangan terapi mata pada saat ini.

Karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik bukan tanpa bantuan dari

pihak lain, untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof Rondang Soegianto, Ph.D, selaku pembimbing teknis.

2. dr. Gilbert W.S. Simanjuntak, Sp.M, selaku pembimbing materi.

3. Kedua orang tua penulis yang telah banyak memberikan bantuan baik

secara moral maupun spiritual.

4. Teman-teman penulis yang telah memberikan inspirasi kepada penulis.

5. Semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung telah

berkontribusi dalam penyelesaian karya tulis ilmiah ini.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari kata sempurna.

Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca. Semoga karya tulis

ini dapat bermanfaat kepada yang membacanya.

Jakarta, November 2011

Penulis

DAFTAR ISI

Page 5: Contoh KTIA 19 januari 2012.pdf

Judul i

Lembar Pengesahan ii

Pernyataan iii

Kata Pengantar iv

Daftar Isi v

Daftar Gambar vii

Daftar Singkatan viii

Abstrak ix

BAB I Pendahuluan

A. Latar Belakang 1

B. Tujuan Penulisan 2

C. Manfaat Penulisan 3

BAB II Tinjauan Pustaka

A. Definisi Genetika 4

B. Kelainan dan Penyakit Genetik 5

C. Mekanisme Pewarisan 7

D. Pewarisan Mendelian Beserta Macam-macam Penyakit 9

E. Pewarisan Maternal Beserta Macam-macam penyakit 14

F. Kelainan Kromosom 15

G. Aspek Genetik pada Kelainan Uvea 17

Page 6: Contoh KTIA 19 januari 2012.pdf

H. Diagnosis Pranatal 24

I. Terapi Penyakit Genetik pada Mata 24

BAB III Pembahasan 31

BAB IV Penutup

A. Kesimpulan 34

B. Saran

Daftar Pustaka35

DAFTAR GAMBAR

Page 7: Contoh KTIA 19 januari 2012.pdf

Gambar 1. Pewarisan dominan autosom 10

Gambar 2. Silsilah buta senja stasioner kongenital 11

Gambar 3. Pewarisan resesif autosom 12

Gambar 4. Silsilah buta warna 14

DAFTAR SINGKATAN

DNA DeoxyriboNucleic Acid

WAGR Wilms tumor, Aniridia, Genitourinary anomalies,and mental Retardataion

Page 8: Contoh KTIA 19 januari 2012.pdf

USG Ultrasonografi

LCA Leber’s Congenital Amaurosis

RPE65 Retinal Pigment Epithelium- spesific 65kDa protein

CMH Choroideraemia

RP Retinitis Pigmentosa

DMP Degenerasi Makular akibat Penuaan

ABSTRAK

Penyakit genetik merupakan penyakit yang muncul karena tidak berfungsinya faktor-faktor genetik yang mengatur struktur dan fungsi fisiologi tubuh manusia. Banyak penyakit yang dilaporkan dipengaruhi oleh faktor genetik. Mata termasuk salah satu yang sangat rentan terhadap penyakit genetik. Pada penyakit oftalmologi ada beberapa penyakit yang disebabkan oleh kelainan genetik diantaranya kelainan bentuk iris dan kelainan warna iris. Mendiagnosis suatu kelainan genetik tentunya saat ini banyak dirancang teknik untuk mengidentifikasi kelainan pada tingkat gen dengan menggunakan penelitian DNA linkage (pada retinitis pigmentosa terkait-X) atau probe DNA. Stem cell

Page 9: Contoh KTIA 19 januari 2012.pdf

dan terapi gen termasuk salah satu dari perkembangan terapi pada saat ini yang memberikan suatu harapan kualitas hidup bagi seseorang yang mempunyai penyakit genetik.

Kata kunci : Genetik, Penyakit genetik, Mata, Kelainan uvea, DNA linkage, stem cell, terapi gen

ABSTRACT

Genetic diseases are diseases that arise due to non-functioning of the genetic factors that govern the structure and function of human physiology. Many diseases are reported to be influenced by genetic factors. Eye including one that is very susceptible to genetic diseases. In ophthalmology diseases there are some diseases that are caused by genetic abnormalities including iris deformities and abnormalities of the iris color. Diagnose a genetic disorder of course today many techniques designed to identify abnormalities at the gene level using DNA linkage studies (on the X-linked retinitis pigmentosa) or DNA probes. Stem cell and gene therapy is one of the development of therapies at this time which gives an expectation of quality of life for someone who has a genetic disease.

Key words: Genetic, Genetic Disease, Eye, uvea abnormalities, DNA linkage, stem cell, gene therapy

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kelainan genetik sangat sering dijumpai dengan frekuensi sepanjang hidup yang

diperkirakan sekitar 670 per 1000, jumlah tersebut tidak hanya meliputi kelainan genetik

Page 10: Contoh KTIA 19 januari 2012.pdf

yang “klasik” dengan pewarisan mendelian. Kelainan genetik (genetic abnormality)

merupakan penyimpangan dari sifat umum atau sifat rata-rata fenotip. Kelainan genetik

merupakan penyebab penyakit yang lazim, kecatatan, dan kematian pada bayi dan anak.

Kelainan genetik ini merupakan diagnosis primer 11-16% dari penderita yang dirawat di

bagian anak rumah sakit pendidikan. Satu persen bayi yang baru lahir memiliki

malformasi herediter, dan sekitar 0,5% lagi menderita cacat bawaan metabolisme atau

kelainan kromosom seks yang tidak menyebabkan kelainan fisik dan yang dapat dideteksi

hanya dengan uji laboratorium spesifik. Penyakit genetik (genetic disorder) merupakan

penyakit yang muncul karena tidak berfungsinya faktor-faktor genetik yang mengatur

struktur dan fungsi fisiologi tubuh manusia.

Semakin banyak penyakit yang dilaporkan dipengaruhi oleh faktor genetik, dan

pada banyak keadaan peran kausatif dari defek genetik tersebut telah berhasil dibuktikan.

Mata tampaknya sangat rentan terhadap penyakit genetik, dan diagnosis pasti penyakit

mata biasanya dapat ditegakkan berdasarkan pemeriksaan klinis yang cermat.

Genetika adalah ilmu yang mempelajari sifat-sifat keturunan (hereditas) serta

segala seluk beluknya secara ilmiah.

Di dalam perkembangan terapi pada penyakit genetik pada mata, ilmu kedokteran

selalu berusaha untuk memperpanjang dan memperbaiki kualitas kehidupan manusia;

praktis seluruh penelitian dan usaha pengobatan diarahkan untuk mencapai tujuan

tersebut. Serta dengan tujuan untuk memperbaiki kualitas hidup pada seseorang yang

mengalami suatu penyakit maka dalam beberapa tahun kebelakangan ini ilmu kedokteran

semakin berkembang dan memberikan suatu harapan kualitas hidup bagi seseorang yang

Page 11: Contoh KTIA 19 januari 2012.pdf

mempunyai penyakit tertentu. Khususnya pada bidang oftalmologi ada beberapa terapi

yang memang sudah menjadi andalan serta kemajuan yang memang bermanfaat.

Maka dari itu penyakit genetika dan perkembangan terapi pada mata menjadikan

latar belakang dalam karya tulis ilmiah ini.

B. Tujuan Penulis

Umum : Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana kedokteran.

Khusus :

1. Mengetahui beberapa penyakit genetik dan pewarisannya

2. Mengetahui terapi pada mata saat ini.

C. Manfaat Penulis

Diharapkan penelusuran ini dapat bermanfaat untuk penulis sendiri, fakultas

kedokteran dan masyarakat.

Page 12: Contoh KTIA 19 januari 2012.pdf

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Genetika

Genetika adalah ilmu yang mempelajari sifat-sifat keturunan (hereditas) serta

segala seluk beluknya secara ilmiah. Genetika merupakan ilmu mengenai unit dasar

keturunan dan transmisi serta karakteristik dari generasi ke generasi. Gen merupakan

urutan unit asam deoksiribonukleat (DNA) yang merupakan kode untuk protein tertentu.

Page 13: Contoh KTIA 19 januari 2012.pdf

Beberapa gangguan dan penyakit diketahui merupakan penurun suatu gen tunggal.

Beberapa penyakit lainnya tergantung pada penurunan sekelompok gen atau kromosom

defektif.1 Gen adalah "substansi hereditas" yang terletak di dalam kromosom. Gen

bersifat sebagai materi tersendiri yang terdapat dalam kromosom, mengandung informasi

genetika dan dapat menggandakan diri pada peristiwa pembelahan sel.

Genetika adalah ilmu yang mempelajari sebab, perkembangan dan pewarisan

perbedaan sifat individu. Sedangkan genetika medik adalah cabang genetika yang

mempelajari pewarisan dan efek gen pada berbagai penyakit. Di dalam genetika, susunan

gen pada individu disebut genotip sedangkan apa yang tampak pada individu disebut

fenotip.2

Genotip adalah informasi genetik yang dimiliki oleh individu sedangkan fenotip

adalah bentuk struktural atau biokimia atau fisiologik yang terlihat yang dipengaruhi oleh

genotip dan faktor lingkungan.2

B. Kelainan dan Penyakit Genetik

Kelainan genetik sangat sering dijumpai dengan frekuensi sepanjang hidup yang

diperkirakan sekitar 670 per 1000, jumlah tersebut tidak hanya meliputi kelainan genetik

yang “klasik” dengan pewarisan mendelian.3 Kelainan genetik (genetic abnormality)

merupakan penyimpangan dari sifat umum atau sifat rata-rata fenotip. Kelainan genetik

merupakan penyebab penyakit yang lazim, kecatatan, dan kematian pada bayi dan anak.

Kelainan genetik ini merupakan diagnosis primer 11-16% dari penderita yang dirawat di

bagian anak rumah sakit pendidikan. Satu persen bayi yang baru lahir memiliki

malformasi herediter, dan sekitar 0,5% lagi menderita cacat bawaan metabolise atau

Page 14: Contoh KTIA 19 januari 2012.pdf

kelainan kromosom seks yang tidak menyebabkan kelainan fisik dan yang dapat dideteksi

hanya dengan uji laboratorium spesifik.5 Penyakit genetik (genetic disorder) merupakan

penyakit yang muncul karena tidak berfungsinya faktor-faktor genetik yang mengatur

struktur dan fungsi fisiologi tubuh manusia.4

Semakin banyak penyakit yang dilaporkan dipengaruhi oleh faktor genetik, dan

pada banyak keadaan peran kausatif dari defek genetik tersebut telah berhasil dibuktikan.

Mata tampaknya sangat rentan terhadap penyakit genetik, dan diagnosis pasti penyakit

mata biasanya dapat ditegakan berdasarkan pemeriksaan klinis yang cermat.6

Penyakit pada umumnya dapat digolongkan menjadi penyakit yang sebabnya

karena faktor lingkungan, penyakit yang sebabnya karena faktor genetik, dan penyakit

yang sebabnya karena gabungan antara faktor lingkungan dan faktor genetik. Lamy

(1975) membagi penyakit genetik menjadi penyakit gen, penyakit kromosom, penyakit

embriopati.7

Penyakit gen mutan, genopati dapat dibagi menjadi genopati malformatif,

genopati tisuler, dan genopati molekuler. Berdasarkan sifat mutasi gen (dominan atau

resesif) dan letak gen dalam kromosom inti sel ( pada autosom atau kromosom kelamin-

X atau Y), maka pewarisan penyakit gen (penyakit genetik dalam arti sempit) dapat

dibagi menjadi penyakit dominan autosom (DA), resesif autosom (RA), dominan terkait-

X (D-X), resesif terkait-X (R-X), dan terkait-Y atau holandrik. Di samping gen dalam inti

sel juga terdapat gen mitokondria. Mutasi gen mitokondria akan menyebabkan penyakit

mitokondria. Karena sel benih (garnet) mitokondria hanya terdapat pada sel telur, maka

Page 15: Contoh KTIA 19 januari 2012.pdf

pewarisan penyakit mitokondria adalah istimewa, yaitu mengikuti garis ibu (maternal

line), artinya hanya diwariskan dari ibu yang sakit.7

Penyakit kromosom disebabkan oleh kelainan jumlah kromosom atau kelainan

struktur kromosom. Penyakit kromosom biasanya menyebabkan kelainan berat, baik fisik

maupun mental, dan bahkan letal (menyebabkan kematian), kecuali pada kelainan

kromosom kelamin bentuk tertentu. Kelainan kromosom tidak selalu dapat dideteksi pada

analisis kromosom, terutama pada delesi yang sangat kecil. Karena kelakuan kromosom

saat pembentukan garnet juga mengikuti kaidah mendel, maka pada dasarnya pewarisan

penyakit kromosom adalah seperti pewarisan penyakit dominan, asalkan kelainan

kromosom tadi tidak berefek letal, cacat berat, atau infertilitas.7

Embriopati adalah penyakit embrio dapatan akibat terpaparnya si ibu saat

kehamilan muda dengan bahan teratogenik. Jadi embriopati bukan penyakit genetik.

Tetapi karena gambaran fenotip embriopati tertentu sering menyerupai sindrom penyakit

genetik yang dikenal (efek fenokopi), maka embriopati penting sebagai diagnosis

banding.7

C. Mekanisme Pewarisan

Identitas genetik seseorang (genotip) terdapat di dalam DNA yang terletak di inti

sel dan mitokondria. DNA di dalam inti sel somatic manusia normal tersusun dalam 23

pasang kromosom. Dikenal dua macam kromosom, yaitu kromosom badan (autosom) dan

kromosom kelamin/kromosom seks (gonosom). Dua puluh dua dari pasangan tersebut

bersifat agak mirip (homolog) dan dengan demikian disebut autosom. Pasangan kedua

puluh tiga terdiri dari kromosom seks (X dan Y).6 Kromosom seks ini yang menentukan

Page 16: Contoh KTIA 19 januari 2012.pdf

jenis kelamin seseorang. pada wanita pasangan ini homolog (XX), sedangkan pada pria

heterolog (XY).2

Genotip tersusun dari banyak satuan fungsional kecil yang disebut gen, yang

terletak di tempat-tempat tertentu (lokus) di sepanjang DNA. Lokus adalah lokasi yang

diperuntukkan bagi gen dalam kromosom. Dengan demikian gen juga tersusun

berpasangan. Bentuk alternatif suatu gen di lokus yang mengontrol karakteristik tertentu

dikenal sebagai alel. Apabila alel di lokus tertentu sama, maka individu dikatakan bersifat

homozigot, dan apabila berbeda dikatakan heterozigot.6 Alel ganda (Multiple Alleles)

adalah adanya lebih dari satu alel pada lokus yang sama.

Gamet (spermatozoa dan ovum) dihasilkan dari pembelahan sel jenis khusus yang

disebut meiosis reduksi-divisi, dimana 23 pasang kromosom terpisah dan masing-masing

sel anak menerima satu kromosom dari setiap pasangan.6 Satu dari setiap pasangan

diwariskan ke masing-masing sel anak secara acak. Pertukaran bahan kromosom

(translokasi) antara anggota masing-masing pasangan juga dapat terjadi. Pada saat

pembuahan, masing-masing kromosom pada spermatozoa bersatu dengan kromosom

yang sesuai pada ovum untuk menghasilkan sebuah sel dengan 46 kromosom dan

konstitusi genetik yang unik. DNA mitokondria seluruhnya berasal dari ovum. Semua

pembelahan sel setelah pembuahan (mitosis) terdiri dari duplikasi dan pemisahan semua

kromosom untuk menghasilkan sel dengan jumlah kromosom tetap 46 dan konstitusi

genetik yang sama.6

Ekspresi genotip dalam sifat-sifat fisik dikenal sebagai fenotip. Pewarisan sifat

tertentu pada fenotip manusia, misalnya warna mata, dapat dijelaskan berdasarkan

Page 17: Contoh KTIA 19 januari 2012.pdf

interaksi antara dua alel di lokus kromosom yang sama. Masing- masing alel menentukan

perkembangan salah satu bentuk karakteristik yang bersangkutan. Pada individu yang

homozigot, bentuk ini terekspresikan bersama-sama. Pada individu heterzigot, salah satu

alel dikatakan dominan, karena menentukan fenotip, sementara yang lain resesif (tidak

terekspresikan). Ini adalah dasar pewarisan mendelian, yang merupakan asal dari

berbagai istilah yang digunakan untuk menjelaskan pola pewarisan. Namun, pewarisan

banyak karakteristik fenotip tidak selalu mudah diklasifikasikan dengan cara ini. Hal ini

menyebabkan timbulnya modifikasi-modifikasi terhadap konsep mendelian, termasuk

ekspresi variable dan penetrasi gen yang bervariasi. Kemajuan dalam pemahaman

mengenai regulasi dan ekspresi gen, serta diketahuinya peran faktor lingkungan,

membuktikan mengapa model tersebut disangkal. Bagaimanapun, kerangka konsep

pewarisan mendelian masih bernilai tinggi dalam genetika klinis sebagai cara untuk

menjelaskan pola pewarisan dan memperkirakan resiko transmisi kelainan genetik

tertentu. Pola pewarisan alternatif yang utama adalah pola yang ditimbulkan oleh

kelainan kromosom dan pola yang dianggap sebagai multifaktor, melibatkan banyak gen

atau pengaruh lingkungan dan pewarisan maternal akibat defek pada DNA mitokondria.6

D. Pewarisan Mendelian Berserta Macam-macam Penyakit Mata.

Pewarisan mendelian dapat dibagi menjadi tiga pola utama : dominan autosom,

resesif autosom, dan resesif terkait-X.

Pewarisan Dominan Autosom

Suatu gen dominan abnormal tetap menimbulakan kelainan spesifik walaupun gen

sepasangnya (alel) normal. Pria dan wanita sama-sama terkena dan karena heterozigot

Page 18: Contoh KTIA 19 januari 2012.pdf

memiliki kemungkinan teoritis 50% mewariskan gen yang sakit (dan dengan demikian

kelainannya) ke setiap anak walaupun menikah dengan individu yang genotipnya normal

(gambar 1).6

Gambar 1. Pewarisan dominan autosom

Pada suatu kelompok silsilah tertentu, maka pewarisan dominan autosom

dipastikan apabila kondisi-kondisi berikut terpenuhi : (1) Pria dan wanita terkena sama

banyak. (2) Transmisi langsung terjadi pada dua atau lebih generasi. (3) sekitar 50%

individu dalam silsilah terkena.6

Cukup banyak penyakit serius tetapi jarang dengan manifestasi di mata

diwariskan dengan cara ini : bentuk-bentuk glukoma juvenilis, sindrom Marfan, buta

senja stasioner congenital (Gambar 2), osteogenesis imperfekta, neurofibromatosis tipe 1

dan 2, von Hippel-Lindau disease, dan Tuberose sclerosis. Proses seleksi alamiah

cenderung menjaga insidens penyakit ini tetap rendah karena banyak pengidap yang tidak

bereproduksi.6

Page 19: Contoh KTIA 19 januari 2012.pdf

Pria

Wanita

Terkena

Terkena

Gambar 2 . Silsilah buta senja stasioner kongenital

Dari generasi ke generasi, penyakit yang diwariskan secara dominan ini mungkin

lebih parah atau kurang parah bergantung pada ekspresinya, suatu penyakit dengan

“ekspresi bervariasi” adalah penyakit yang dapat timbul dalam bentuk ringan atau parah.

Salah satu contoh adalah neurofibromatosis tipe 1. Individu yang secara genotip

mengidap penyakit tersebut mungkin hanya memperlihatkan beberapa macula café au

lait atau sebaliknya mengalami manifestasi yang serius. Kita tidak dapat memperkirakan

jika atau kapan penyakit akan lebih serius (dengan tumor susunan saraf pusat atau glioma

saraf optikus) pada generasi berikutnya. Apabila terdapat pola genetik tetapi tidak

terdapat tanda penyakit, maka dikatakan bahwa penetrasi penyakitnya berkurang.

Page 20: Contoh KTIA 19 januari 2012.pdf

Mungkin agak sulit dibedakan antara pewarisan dominan dengan penurunan penetrasi

dari pewarisan resesif.6

Pewarisan Resesif Autosom

Gen-gen resesif abnormal harus berada berpasangan (keadaan dupleks) agar dapat

memanifestasikan abnormalitasnya. Dengan demikian, masing-masing orangtua harus

menyumbang satu gen abnormal resesif. Masing-masing orangtua secara klinis tidak sakit

(secara genotip sakit tetapi secara fenotip normal), karena gen dominan normal

menyebabkan gen abnormal menjadi resesif (Gambar 3).6

Gambar 3 . Pewarisan resesif autosom

Sebagai kriteria yang digunakan untuk menetapkan pewarisan resesif autosom

adalah sebagai berikut: (1) Adanya penyakit yang sama di cabang-cabang kolateral

keluarga. (2) Riwayat konsanguinitas, semakin tinggi tingkat konsanguinitas dalam suatu

silsilah suatu penyakit yang bersangkutan bersifat resesif. (3) Adanya penyakit pada

sekitar 25% saudara kandung. Terdapat 25% kemungkinan bahwa dua gen abnormal akan

diwariskan ke satu individu. Terdapat 50% kemungkinan bahwa suatu gen normal akan

memodifikasi gen penyakit. Dalam hal ini, individu adalah pembawa (carrier) penyakit

Page 21: Contoh KTIA 19 januari 2012.pdf

(seperti orangtuanya) tetapi tidak menderita penyakit tersebut (yakni, secara genotip salit

tetapi fenotip normal). Pada 25% kandung sisanya, dua gen normal berada bersama-sama

dan gen abnormal sama sekali hilang.6

Banyak proses penyakit yang telah dipastikan terjadi akibat pewarisan resesif

autosom, dan banyak lagi yang dicurigai memiliki latar belakang genetik serupa. Yang

termasuk kasus-kasus definitive adalah sindrom Lauren-ce-Moon_biedl dan gangguan

metabolisme bawaan misalnya albinisme okulokutaneosa, defisiensi galaktokinase, dan

penyakit Tay-Sachs.6

Pewarisan Resesif Terkait-X

Banyak gen pada kromosom X tidak ditandingi oleh gen di kromosom Y.

Kelainan gen-gen ini menyebabkan penyakit pada pria, sedangkan pada wanita gen

resesif abnormal pada kromosom X ditutupi oleh alel normalnya. Dengan demikian,

hamper semua penyakit terkait-X bermanifestasi pada pria, sedangkan diwariskan oleh

wanita. Pria dan kakek dari pihak ibunya terkena, sedangkan wanita di antaranya adalah

pembawa.6

Di antara penyakit-penyakit mata dengan pewarisan terkait-X adalah buta warna

(Gambar 4), albinisme ocular, dan salah satu jenis retinitis pigmentosa.6

Wanita memiliki mosaik sel-sel somatik yang terdiri dari kelompok-kelompok sel

dengan satu kromosom X berfungsi dan kelompok-kelompok sel dengan kromosom X

yang lain yang berfungsi (hipotesis Lyon). Apabila seorang wanita pembawa bagi suatu

penyakit terkait-X, maka mosaicism ini kadang-kadang dapat terdeteksi. Hal ini misalnya

Page 22: Contoh KTIA 19 januari 2012.pdf

pada pembawa wanita untuk penyakit albinisme okular, yang secara oftalmoskopis dapat

dilihat adanya kelompok-kelompok sel epitel retina yang albino dan berpigmen.6

Gambar 4 . silsilah buta warna

E. Pewarisan Maternal Berserta Macam-macam Penyakit Mata.

Pewarisan maternal adalah suatu kelainan yang diwariskan hanya dari ibu, tidak

mengikuti hukm-hukum dari salah satu bentuk pewarisan mendelian. Pewarisan ini

memiliki relevansi khusus dengan oftalmologi karena eksistensinya diketahui melalui

penelitian terhadap pola pewarisan neuropati optikus herediter Leber, yang menyebabkan

neuropati optikus bilateral parah pada dewasa muda. Penjelasan untuk pewarisan

maternal adalah adanya defek pada DNA mitokondria, yang seluruhnya berasal dari ibu.6

Pewarisan maternal akan menghasilkan kelainan genetik yang diwariskan hanya

melalui keturunan wanita kemudian secara potensial ke semua keturunan, tidak pernah

ditemukan pada anak dari pasien pria, dan dapat dideteksi pada setiap generasi, dengan

pria dan wanita terkena sama banyak.6

Pada hampir semua keluarga yang mengidap neuropati optikus herediter Leber,

dapat diidentifikasi adanya sebuah mutasi titik pada DNA mitokondria yang mengenai

Page 23: Contoh KTIA 19 januari 2012.pdf

gen yang berperan dalam pembentukan suatu protein yang penting dalam fosforilasi

oksidatif. Mutasi yang paling sering dijumpai, yang dikenal sebagai mutasi Wallace,

terjadi di pasangan basa 11778. Pola pewarisan neuropati optikus herediter Leber pada

kenyataannya tidak memenuhi semua gambaran yang disebut diatas, yang

mengisyaratkan adanya pengaruh lain. Anomali yang signifikan adalah bias jenis kelamin

pria yang mencolok dalam ekspresi klinis penyakit.6

F. Kelainan Kromosom

Apabila mitosis dihentikan pada tahap metafase, maka kromosom dapat

disebarkan pada suatu slide, dihitung, dan difoto. Penelitian-penelitian sitogenik ini

memungkinkan kita mengklasifikasikan kromosom menjadi tujuh kelompok berdasarkan

sifat-sifatnya misalnya ukuran dan letak sentromer. Kelompok-kelompok tersebut

mengandung dua samapi tujuh kromosom. Kromosom dari setiap kelompok tidak dapat

dibedakan dengan kromosom lainnya dalam kelompok yang sama. Penelitian sitogenetik

juga memastikan bahwa beberapa penyakit dapat dihubungkan dengan kelainan jumlah

kromosom, terutama kelebihan satu (trisomi) atau kadang-kadang kurang satu

(monosomi) dari jumlah normal 46. Sebagian kecil sindrom yang sering ditemukan

dibahas secara singkat di bawah ini. Karena penambahan atau pengurangan sebuah gen

seluruhnya jelas adalah suatu kelainan genetik mayor, sindrom-sindrom ini ditandai oleh

deformitas yang luas dan banyak. Banyak pembuahan yang abnormal tersenut

menyebabkan abortus dini dan lahir mati.6

Sindrom yang berhubungan dengan kelainan jumlah kromosom

1. Trisomi 13 (Sindrom Patau)

Page 24: Contoh KTIA 19 januari 2012.pdf

Anoftalmos, mikroftalmos, dysplasia retina, atrofi optikus, koloboma uvea, dan

katarak adalah anomalia mata mayor.6

2. Trisomi 18 ( Sindrom Edwards)

Gambaran utama sindrom yang jarang ini adalah retardasi mental dan fisik, defek

jantung congenital, dan kelainan ginjal. Pernah dilaporkan kekeruhan kornea dan

lensa, ptosis, unilateral, dan atrofi optikus.6

3. Trisomi 21 (Sindrom Down)

Walaupun sindrom Down cukup sering ditemukan dan merupakan entitas yang

banyak diketahui, pola herediternya lama tidak diketahui. Kelainan pada mata

mencakup hyperplasia iris, penyempitan fisura palpebra dengan sipit oriental,

strabismus, eptikantus, katarak, myopia tinggi (33%), keratokonus, dan bercak

Brushfield (abu-abu perak) di iris.6

Kelainan yang melibatkan kromosom seks

Sindrom Turner adalah suatu monosomi (45 kromosom) karena beberapa alasan,

wanita penyakit ini hanya menerima satu kromosom X. Yang menarik dari segi

oftalmologi adalah tingginya insidens buta warna (8%). Insidens ini sama frekuensinya

seperti pada pria (insidens wanita 0,4%) dan dapat dijelaskan oleh kenyataan bahwa gen

resesif normal tertutupi dan diekspresikan seperti pada pria.6

Sindrom Klinefelter adalah suatu trisomi yang melibatkan kromosom X. Pria

pengidap memiliki 47 kromosom: 44 autosom normal dan tiga kromosom seks, XXY.

Kelainan mata yang menarik adalah sangat jarangnya buta warna, karena kromosom X

resesif ditutupi oleh dominan normal (seperti pada wanita normal).6

Page 25: Contoh KTIA 19 januari 2012.pdf

A. Aspek Genetik pada Kelainan Uvea

Dalam hal ini hanya akan dibicarakan beberapa kelainan uvea anterior (iris), baik

mengenai kelainan bentuk, kelainan pigmentasi (warna), dan radang pada iris.

Kelainan bentuk iris

a. koloboma iris

koloboma iris adalah celah iris kongenital pada sektor nasal bawah, yang terjadi

karena kegagalan penutupan mangkok optik pada daerah fisura fetalis.

Kelainan ini dapat beragam dari adanya lekukan pada pupil sampai defek sektoral

jaringan uvea yang meluas dari iris sampai nervus optikus. Fisura fetalis ini secara

normal menutup pada minggu kelima dan keenam pada saat embrio berukuran 10 sampai

18mm.7

Mengenai pewarisan kelainan ini sebenarnya Snell pada tahun 1908 telah

memperlihatkan pewarisan koloboma iris pada 5 generasi yang menunjukan adanya

pewarisan dominan autosom. Kajian silsilah keluarga sampai saat ini tetap menyokong

adanya pewarisan dominan autosom. Kelainan ini mungkin berbeda dengan aniridia. Gen

untuk koloboma iris, khoroid, dan retina telah diketahui berada pada kromosom nomor

2.7

b. aniridia

aniridia yang berdiri sendiri atau disertai kelainan mata yang lain memperlihatkan

ekspresivitas (penampakan) yang sangat bragam. Aniridia biasanya disertai dengan

pengurangan visus, nistagmus, katarak, strabismus, ambliopia, dan hipolasia nervus

optikus. Kelainan iris sendiri dapat berupa (1) aniridia total, (2) tersisanya sedikit iris, (3)

Page 26: Contoh KTIA 19 januari 2012.pdf

koloboma atipik, (4) koloboma tipik dengan penipisan iris, dan (5) penipisan iris dengan

pupil yang bulat(3.8). pada pembawa gen yang mempunyai pupi bulat, Mintz-Hittner et

al. (1992) dapat memperlihatkan adanya ketidak sempurnaan koloret dan pengurangan

zona avaskuler fovea.7

Pewarisan aniridia pertama kali dilaporkan oleh Macklin pada tahun 1927, dan

bersifat dominan autosom. Pewarisan demikian tetap terbukti sampai sekarang dan

bahkan letak gennya dalam kromosom telah diketahui, letak gen aniridia bisa berada pada

kromosom nomor 2, yaitu pada 2p25 dekat dengan gen koloboma uvea, dan pada

kromosom nomor 11, yaitu pada 11p13. Aniridia yang disebabkan oleh mutasi gen pada

kromosom nomor 2 dan nomor 11 tidak dapat dibedakan. Aniridia yang disebabkan oleh

mutasi gen pada kromosom 11 disebut aniridia-2. Angka mutasi untuk aniridia-1 dan

aniridia-2 secara keseluruhan adalah 2,5 sampai 5 x 10-6 per garnet per generasi.

Disampaing aniridia autosomal dominan, ternyata pada orang-orang Jepang juga

dijumpai aniridia autosomal resesif. Anirida jenis ini mempunyai nakula yang baik.7

c. Aniridia bersama dengan tumor Wilms (sindrom WAGR)

tumor Wilms adalah tumor embrional ginjal yang analog dengan retinoblastoma

dalah arti bahwa tumor diwariskan secara Mendel dan disebabkan oleh gangguan pada

gen penekan tumor atau tumor suppresor gene. Ternyata gen untuk timbulnya tumor

Wilms ini sangat berdekatan letaknya dengan gen untuk aniridia-2, yaitu pada 11p13.

Delesi pada 11p13 ternyata mempunyai asosiasi dengan sindrom WAGR (Wilms tumor,

Aniridia, Genitournary anomalies, adn mental Retardation). Keadaan demikian adalah

Page 27: Contoh KTIA 19 januari 2012.pdf

serupa dengan asosiasi antara delesi 13q14 dengan retinoblastoma. Demikian pula teori

dua kali mutasi dari Knudson juga berlaku untuk tumor Wilms.7

Kalau asosiasi antara delesi 13q14 pertama kali ditemukan oleh Miller et al pada

tahun 1964, maka asosiasi antara delesi 11p13 dengan sindrom WAGR ditemukan oleh

Riccardi et al pada tahun 1978. Jadi aniridia-2 dapat berdiri atau sebagai dari sindrom

WAGR.7

Demikian pula tumor Wilms juga bisa berdiri sendiri atau sebagai bagian dari

sindrom WAGR. Rupanya patahan pada 11p13 akan menyebabkan aniridia-2, sedangkan

delesi daerah 11p13 akan menyebabkan sindrom WAGR. Dengan demikian adanya

aniridia yang disertai kelainan genitourinaria atau retardasi mental perlu dicari apakah

juga menderita tumor Wilms dengan pemeriksaan USG berkala.7

d. Pupil ektopik

Pupil ektopik biasanya merupakan bagian dari ektopia lentis dan pupil. Ektopia

lentis dan pupil merupakan 7-19% dari keseluruhan ektopia lentis, dan ektopia lentis

tanpa ektopia pupil adalah 81-9%.7

Pada kelainan ini pupil berbentuk lonjong atau berbentuk celah, terletak ektopik,

dan sulit dilatasinya, kelainan ini biasanya bilateral, asimetris, dan kadang-kadang

terdapat mikrosferofakia. Katarak, glaukoma, dan ablasio retina dapat menyertai kelainan

ini. Pupil ektopik dapat pula vertikal sehingga menyerupai mata kucing.7

Page 28: Contoh KTIA 19 januari 2012.pdf

Mengenai pewarisan pupil ektopik telah diperlihatkan oleh Waardenburg pada

tahun 1932. Kelainan ini sebagaian diwariskan secara domonan autosom dan sebagian

diwariskan secara resesif autosom (s0rsby, 1951; Nelson & Maumene, 1986).7

e. Kelainan bentuk iris yang lain

beberapa sindrom genetik maupun kromosomik sering disertai adana kelainan

bentuk iris yang abnormal. Beberapa sindrom yang disebukan antara lain :7

1. Sindrom kuku-patela

Sindrom ini mempunyai tanda utama berupa displasia kuku, hipoplasia patcla, dan

spina iliaka yang menonol. Pada penderita ini kadang-kadang ditemukan iris yang

berbentuk daun semanggi. Sindrom kuku-patela diwariskan secara dominan

autosom.7

2. Neurofibromatosis

Neurofibromatosis merupakan salah satu anggota faktomatosis (hamartoma)

dengan tanda utama berupa neurofibromata multipel, bercak kulit warna kopi susu

(tache cafe au tail), dan lesi tulang. Pada iris penderita suing ditemukan nodula Lisch

(hamartomata iris pigmentosa). Penyakit ini diwariskan secara dominan autosom

dengan ekspresivitas yang sangat beragam.7

3. Sindrom okulodentodigital

Sindrom ini ditandai oleh mikroftalmia, hipoplasi email, dan kamptodaktili

kelingking. Selain mikroftalmia pada mata juga ditemukan iris yang halus dan

berpori-pori. Pewarisan ini adalah dominan autosom dengan ekspresivitas yang

beragam.7

Page 29: Contoh KTIA 19 januari 2012.pdf

4. Sindrom mata kucing (cat eye syndrome)

Sindrom ini mempunyai gejala utama berupa utama berupa koloboma iris, atresia

ani, dan apendages preaurikuler. Kelainan merupakan penyakit kromosom, yaitu

suatu trisomi parsial kromosom 22, karena adanya tambahan 22q.7

Kelainan warna iris

a. albinisme

warna mata ditentukan oleh warna iris, dan warna iris ini merupakan salah satu

kriteria penentuan kekembaran secara fisik. Galton pada tahun 1889 membagi warna iris

menjadi 8 kategori, yaitu : cerah, biru dan biru gelap, hijau dan hijau biru, abu-abu gelap,

coklat muda, coklat dan coklat tua, gelap dan hitam.7

Albinisme termasuk dalam satu kelompok besar kelainan okulokuaneus. Ada dua

jenis albio yaitu albino okulokutaneus dan albino okuler. Albinisme okulokutaneus

disebabkan oleh kekurangan atau ketiadaan pigmentasi pada kulit, rambut, dan mata.

Pada labinisme okuler, terutama yang mengalami gangguan pigmentasi adalah mata.

Kedua bentuk albinisme ini masih dibagi lagi menjadi beberapa bentuk. Kedua bentuk

albinisme tadi sering hipoplasia fovea, fotofobia, nostagmus dan pengurangan tajam

pengelihatan.7

Page 30: Contoh KTIA 19 januari 2012.pdf

Albino okulokutaneus secara garis besar dibagi menjadi negatif tirosine dengan

frekuensi 1 dalam 15.000 kelainan path Negro dan 1 dalam 40.000 pada kulit putih

(Worobec-Victor et al., 1986). Albino okuler ditandai oleh hipopigmentasi fokal pada

kulit. Pewarisan albino okuler dapat secara terangkai-X, resesif autosom, maupun

dominan autosom (Worobec-Victor et al, 1986).7

b. Kelainan pigmentasi iris lain

beberapa sindrom kromosomik juga sering ditandai oleh kelainan warna

(pigementasi) iris. Beberapa sindrom yang perlu dikenal adalah(12,14,16) :

1. Sindrom angelman

Sindrom angelman atau sindrom boneka gembira (happy puppet

syndrome) ditandai oleh cara berjalan seperti boneka gembira, tertawa paroksimal

dan muka (wajah) yang khas. Penderita ini memperlihatkan iris berwarna biru

pucat. Sindrom ini mungkin diwariskan secara resesif autosom.7

2. Sindrom Down

Sindrom ini disebut pula mongolisme atau lebih tepa disebut trisomi 21.

Trisomi 21 ini kelainan kromosom yang paling sering dijumpai. Trisomi 21

mempunyai tanda utama hipotoni, bulat Brushfield pada iris, daun telinga kecil

dan leher lebar.7

3. Sindrom X-fragil

Page 31: Contoh KTIA 19 januari 2012.pdf

Sindrom X-fragil atau sindrom Martin-Bell merupakan penyakit

kromosom yang lebih sering mengenai laki-laki. Sinthorn ini ditandai dengan

definisi mental, displasia ringan jaringan ikat, dan markoorkhidisme. Pada mata

ditemukan adanya iris yang berwarna biru pucat.7

A. Diagnosis Pranatal

Pada beberapa kasus, kepada keluarga yang beresiko pengidap suatu penyakit

herediter dapat ditawarkan pilihan diagnosis pranatal. Diagnosis ini mungkin berupa

pencarian adanya kelainan kromosom atau defek protein structural spesifik misalnya

defisiensi enzyme. Pada saat ini banyak dirancang teknik untuk mengidentifikasi kelainan

pada tingkat gen dengan menggunakan penelitian DNA linkage (misalnya, pada retinitis

pigmentosa terkait-X) atau probe DNA. Diagnosis prenatal dengan memeriksa sel-sel

cairan amnion yang diperoleh dengan amino-sintesis pada usia kehamilan 14-16 minggu

telah menjadi suatu tindakan yang aman dan praktis. Daftar penyakit herediter yang dapat

didiagnosis dengan metode ini cepat bertambah. Namun, terdapat selang sekitar 3 minggu

sebelum hasil analisis sitogenik diketahui. 6

B. Terapi penyakit genetik pada mata

Ilmu kedokteran selalu berusaha untuk memperpanjang dan memperbaiki kualitas

kehidupan manusia; praktis seluruh penelitian dan usaha pengobatan diarahkan untuk

mencapai tujuan tersebut.

Dengan tujuan untuk memperbaiki kualitas hidup pada seseorang yang

mengalami suatu penyakit maka dalam beberapa tahun kebelakangan ini ilmu kedokteran

semakin berkembang dan memberikan suatu harapan kualitas hidup bagi seseorang yang

Page 32: Contoh KTIA 19 januari 2012.pdf

mempunyai penyakit tertentu. Khususnya pada bidang oftalmologi ada beberapa terapi

yang memang sudah menjadi andalan serta kemajuan yang memang bermanfaat.

Beberapa di antaranya:

Stem cell

Stem cell adalah sel yang tidak/belum terspesialisasi yang mempunyai 2 sifat:8

1. Kemampuan untuk berdiferensiasi menjadi sel lain (differentiate). Dalam hal ini

stem cell mampu berkembang menjadi berbagai jenis sel matang, misalnya sel

saraf, sel otot jantung, sel otot rangka, sel pankreas, dan lain-lain.

2. Kemampuan untuk memperbaharui atau meregenerasi dirinya sendiri (self-

regenerate/self-renew). Dalam hal ini stem cell dapat membuat salinan sel yang

persis sama dengan dirinya melalui pembelahan sel.

Stem cells adalah sel-sel yang memiliki potensi tinggi untuk berkembang menjadi

berbagai jenis sel dalam tubuh. Pada dasarnya, stem cells berfungsi sebagai salah satu

mekanisme perbaikan tubuh. Dengan kemampuan membelah diri yang dapat dikatakan

tak terhingga, stem cells dapat menggantikan sel-sel yang rusak atau mati sepanjang

hidup suatu organisme. Jika suatu stem cell membelah, sel anakan yang baru memiliki

potensi untuk tetap menjadi stem cell atau menjadi suatu jenis sel dengan fungsi spesifik,

misalnya sel otot, sel darah, atau sel otak. 9,13

Berdasarkan asalnya, stem cell dibedakan menjadi stem cell embrio dan stem cell dewasa. Stem

cell embrio diperoleh dari embrio yang berkembang dari sel telur yang dibuahi sel

sperma secara in vitro, dilakukan di klinik fertilisasi in vitro, dan didonasikan untuk riset

Page 33: Contoh KTIA 19 januari 2012.pdf

dengan sepengetahuan donor. Berbeda dengan stem cell embrio, stem cell dewasa

umumnya berada di beberapa jaringan tertentu dan berfungsi menghasilkan sel-sel yang

membentuk jaringan tersebut. Contohnya stem cell hematopoetik pada sumsum tulang

belakang dapat menghasilkan berbagai jenis sel darah seperti eritrosit dan leukosit. Stem

cell embrio memiliki potensi tertinggi (totipotensi atau multipotensi) untuk berkembang

menjadi hampir semua jenis sel pada tubuh, sedangkan stem cell dewasa memiliki potensi

berkembang yang lebih rendah (pluripotensi) karena umumnya terbatas pada jenis-jenis

sel tertentu.9,13

• Stem cells untuk pengobatan

Transplantasi stem cells pada berbagai jaringan dan organ, terutama penggunaan stem

cells hematopoetik dari darah tali pusat (cord blood) untuk pengobatan penyakit darah,

sangat menjanjikan. Dalam beberapa tahun terakhir terjadi peningkatan penggunaan

darah tali pusat untuk pengobatan pasien dari berbagai golongan usia. Jepang telah

menggunakan darah tali pusat pada lebih dari 50% transplantasi pada pasien anak-anak

maupun dewasa. Di Amerika Serikat, darah tali pusat juga telah digunakan lebih dari

50% dari total transplantasi pada anak-anak, sedangkan pada pasien dewasa mendekati

20%.9,13

• Transplantasi pada retina

Transplantasi menggunakan enten (graft) retina pada otak inang neonatal

menunjukkan bahwa enten retina dapat sintas (survive), berkembang, dan bahkan

membuat hubungan saraf dengan otak inang. Hasil eksperimen tersebut menimbulkan

Page 34: Contoh KTIA 19 januari 2012.pdf

asumsi bahwa penggunaan enten retina yang ditransplantasikan pada retina lain bisa lebih

mudah menghasilkan hubungan saraf dibandingkan enten retina pada otak. Sayangnya,

ternyata tidak semudah itu. Selama lebih dari satu dekade terakhir para peneliti retina

masih berkutat pada permasalahan pengentenan, sintasan, dan diferensiasi sel-sel yang

ditransplantasikan.9

Teknik bedah mata modern telah memungkinkan transplantasi sel pada daerah

subretina. Transplantasi menggunakan kumpulan sel-sel yang berbentuk lembaran

diperkirakan lebih menjanjikan daripada transplantasi menggunakan sel-sel tunggal.

Salah satu hasil eksperimen yang menggunakan metode tersebut dilaporkan oleh group

Maureen A. McCall. Retina dari fetus tikus normal ditransplantasikan pada retina tikus

yang memiliki mutasi pada gen rhodopsin. Rhodopsin adalah pigmen di retina yang

berperan dalam pembentukan sel fotoreseptor pada fetus dan dalam persepsi cahaya pada

mata dewasa. Karena tidak adanya rhodopsin, tikus mutan mengalami degenerasi retina

seperti pada RP (Retinitis Pigmentosa). Beberapa minggu setelah transplantasi, uji

histologi menunjukkan bahwa retina donor dapat mengenten dengan baik. Yang lebih

menarik lagi, retina tikus inang menunjukkan respon saat diberi rangsangan cahaya pada

daerah transplantasi, sementara daerah yang tidak mendapat transplan tidak memberikan

respon karena fotoreseptornya telah mengalami degenerasi. Walaupun hasil penelitian ini

sangat menjanjikan, kelemahannya adalah diperlukannya banyak embrio sebagai donor

retina untuk dapat meliput seluruh retina mata dewasa. Hal ini jelas tidak mungkin

dilakukan pada manusia dan dalam hal ini stem cells menjadi donor yang lebih

menjanjikan. 9

Page 35: Contoh KTIA 19 januari 2012.pdf

Sebagaimana penggunaan stem cells pada penyakit saraf lainnya, stem cell untuk

mengobati kebutaan akibat RP (Retinitis Pigmentosa) atau DMP (Degenerasi macular

akibat penuaan) hingga saat ini masih dalam tahap penelitian.9

Terapi gen

Terapi gen adalah suatu teknik terapi yang digunakan untuk memperbaiki gen-gen

mutan (abnormal/cacat) yang bertanggung jawab terhadap terjadinya suatu penyakit.

Pada awalnya, terapi gen diciptakan untuk mengobati penyakit keturunan (genetik) yang

terjadi karena mutasi pada satu gen, seperti penyakit fibrosis sistik. Penggunaan terapi

gen pada penyakit tersebut dilakukan dengan memasukkan gen normal yang spesifik ke

dalam sel yang memiliki gen mutan. Terapi gen kemudian berkembang untuk mengobati

penyakit yang terjadi karena mutasi di banyak gen, seperti kanker. Selain memasukkan

gen normal ke dalam sel mutan, mekanisme terapi gen lain yang dapat digunakan adalah

melakukan rekombinasi homolog untuk melenyapkan gen abnormal dengan gen normal,

mencegah ekspresi gen abnormal melalui teknik peredaman gen, dan melakukan mutasi

balik selektif sehingga gen abnormal dapat berfungsi normal kembali.

Kini muncul harapan bagi para penderita penyakit keturunan yang disebut Leber`s

congenital amaurosis (LCA) setelah sejumlah peneliti melakukan percobaan terapi gen

yang mampu memperbaiki penglihatan sejumlah penderita penyakit semacam rabun senja

tersebut.

LCA diderita sekitar 3.000 orang di Amerika Serikat. Mereka yang lahir dengan LCA

mulai kehilangan penglihatan pada saat lahir dan menjadi butal total pada usia 40 tahun.

Page 36: Contoh KTIA 19 januari 2012.pdf

Anak yang lahir dengan LCA memiliki cacat pada gen RPE65 yang membantu retina

membuat rhodopsin, pigmen yang diperlukan untuk menyerap cahaya. Tanpa rhodopsin,

sel photoreceptor secara bertahap akan mati. Bila pada orang yang menderita LCA

mendapatkan terapi gen pada mata maka akan menunjukkan perbaikan fungsi retina.10,12

Selain pada penderita LCA, terapi gen yang dilakukan pada choroideraemia(CHM)

juga mendapatkan hasil yang membaik. Kebutaan tipe choroideraemia (CHM) adalah

gangguan genetik langka yang menyebabkan hilangnya penglihatan secara progresif

akibat degenerasi koroid dan retina. Penyakit ini susah disembuhkan tapi dengan temuan

ada harapan untuk kesembuhan penderitanya.

CHM adalah gangguan genetik langka, yang menyebabkan hilangnya penglihatan

secara progresif akibat degenerasi koroid dan retina. Pada masa kanak-kanak, kebutaan

malam adalah gejala pertama yang paling umum terjadi. Seiring perkembangan penyakit,

dapat trjadi kehilangan pengelihatan.

Kehilangan penglihatan seringkali dimulai dengan pola cincin tidak teratur yang

secara bertahap meluas mengarah pada penglihatan sentral dan keluar menuju pinggiran

yang ekstrim.CHM hanya terjadi pada pria dan hingga sekarang belum terdapat

pengobatan yang spesifik untuk penyakit tersebut. Diagnos penyakit tersebut biasanya

dilakukan di masa kecil ketika gejala makin memburuk. Penyakit tersebut akan dapat

menyebabkan kebutaan sekitar usia 40 tahun. Penyakit tersebut terjadi karena kekurangan

gen REP1 yang terletak pada kromosom X.

Page 37: Contoh KTIA 19 januari 2012.pdf

Pada pasien yang menjalani operasi di mana terapi gen disuntikkan ke dalam satu

mata. Mata lainnya kemudian akan bertindak sebagai kontrol terhadap mata yang telah

disuntik dengan gen. Hal tersebut bertujuan untuk menilai efek pengobatan.

Terapi tersebut menggunakan virus, yang pada dasarnya DNA virus digunakan

sebagai agen pengiriman gen yang hilang ke bagian mata. Virus tersebut telah direkayasa

untuk menginfeksi sel-sel peka cahaya di retina yang dikenal sebagai fotoreseptor.

Kemudian ada gen yang diaktifkan dan gen tersebut menjadi aktif. Dengan terapi gen

tertentu, satu kali pengobatan dapat memberikan koreksi permanen pada penyakit

tersebut. Karena gen diperkirakan tetap berada di sel-sel retina tanpa batas.

BAB III

PEMBAHASAN

Page 38: Contoh KTIA 19 januari 2012.pdf

Genetika adalah ilmu yang mempelajari sifat-sifat keturunan (hereditas) serta

segala seluk beluknya secara ilmiah. Genetika merupakan ilmu mengenai unti dasar

keturunan dan transmisi serta karakteristik dari generasi ke generasi. Gen merupakan

urutan unik asam deoksiribonukleat (DNA) yang merupakan kode untuk protein tertentu.

Beberapa gangguan dan penyakit diketahui merupakan penurun suatu gen tunggal.

Beberapa penyakit lainnya tergantung pada penurunan sekelompok gen atau kromosom

defektif.1 Gen adalah "substansi hereditas" yang terletak di dalam kromosom. Gen

bersifat sebagai materi tersendiri yang terdapat dalam kromosom, mengandung informasi

genetika dan dapat menduplikasi diri pada peristiwa pembelahan sel.

Penyakit genetik (genetic disorder) merupakan penyakit yang muncul karena

tidak berfungsinya faktor-faktor genetik yang mengatur struktur dan fungsi fisiologi

tubuh manusia.4

Semakin banyak penyakit yang dilaporkan dipengaruhi oleh faktor genetik, dan

pada banyak keadaan peran kausatif dari defek genetik tersebut telah berhasil dibuktikan.

Mata tampaknya sangat rentan terhadap penyakit genetik, dan diagnosis pasti penyakit

mata biasanya dapat ditegakan berdasarkan pemeriksaan klinis yang cermat.6

Penyakit pada umumnya dapat digolongkan menjadi penyakit yang sebabnya

karena faktor lingkungan, penyakit yang sebabnya karena faktor genetik, dan penyakit

yang sebabnya karena gabungan antara faktor lingkungan dan faktor genetik. Lamy

(1975) membagi penyakit genetik menjadi penyakit gen, penyakit kromosom, penyakit

embriopati.7

Page 39: Contoh KTIA 19 januari 2012.pdf

Penyakit gen mutan, genopati dapat dibagi menjadi genopati malformatif,

genopati tisuler, dan genopati molekuler. Berdasarkan sifat mutasi gen (dominan atau

resesif) dan letak gen dalam kromosom inti sel ( pada autosom atau kromosom kelamin-

X atau Y), maka pewarisan penyakit gen (penyakit genetik dalam arti sempit) dapat

dibagi menjadi penyakit dominan autosom (DA), resesif autosom (RA), dominan terkait-

X (D-X), resesif terkait-X (R-X), dan terkait-Y atau holandrik. Di samping gen dalam inti

sel juga terdapat gen mitokondria. Mutasi gen mitokondria akan menyebabkan penyakit

mitokondria, misalnya penyakit Leber. Karena pada sel benih (garnet) mitokondria hanya

terdapat pada sel telur, maka pewarisan penyakit mitokondria adalah istimewa, yaitu

mengikuti garis ibu (maternal line), artinya hanya diwariskan dari ibu yang sakit.7

Dengan tujuan untuk memperbaiki kualitas hidup pada seseorang yang

mengalami suatu penyakit maka dalam beberapa tahun kebelakangan ini ilmu kedokteran

semakin berkembang dan memberikan suatu harapan kualitas hidup bagi seseorang yang

mempunyai penyakit tertentu. Khususnya pada bidang oftalmologi ada beberapa terapi

yang memang sudah menjadi andalan serta kemajuan yang memang bermanfaat.

Beberapa di antaranya: Stem cell dan Terapi gen.

Stem cells adalah sel-sel yang memiliki potensi tinggi untuk berkembang menjadi

berbagai jenis sel dalam tubuh. Pada dasarnya, stem cells berfungsi sebagai salah satu

mekanisme perbaikan tubuh.

Terapi gen adalah suatu teknik terapi yang digunakan untuk memperbaiki gen-gen

mutan (abnormal/cacat) yang bertanggung jawab terhadap terjadinya suatu penyakit.

Page 40: Contoh KTIA 19 januari 2012.pdf

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kelainan genetik merupakan kasus yang sering dijumpai dan penyebab yang lazim

kecacatan dan kemaitan pada bayi dan anak. Khususnya pada bagian oftalmologi,

kelainan-kelainan seperti kelainan bentuk iris dan kelainan warna iris dengan pewarisan

Page 41: Contoh KTIA 19 januari 2012.pdf

mendelian maupun pewarisan maternal. DNA linkage atau probe DNA merupakan teknik

untuk mengidentifikasi kelainan pada tingkat gen yang merupakan suatu cara menegakan

diagnosis. Dalam memperbaiki kualitas hidup pada seseorang yang mengalami suatu

kelainan genetik, maka pada saat ini Stem cell dan terapi gen berperan penting dalam

terapi kelainan genetik khususnya pada mata.

B. Saran

Setelah melakukan penulisan karya tulis ini, penulis sadar bahwa masih banyak yang

harus ditelusuri lebih dalam lagi, termasuk bagaimana macam-macam penyakit genetik

dan perkembangan terapi pada mata saat ini. Dengan penulisan ini, penulis berharap

kepada penulis lain untuk dapat melakukan pengembangan dalam penulisan tentang

penyakit genetik dan perkembangan terapi pada mata.

DAFTAR PUSTAKA

1. James, J., B, C. & Swain, H. Principles of Science for Nurses. Erlangga medical series. 2008

2. Sudoyo, A.W. et al. Ilmu Penyakit Dalam ed.5. Jakarta: InternaPublishing. 2009

3. Richard N. Mitchell, e.a. In Dasar Patologis penyakit ed.7. Erlangga. 2006

4. Aryulina, D. & Muslim, C. Biologi. Erlangga. 2004

5. Arvin, B.K. Ilmu Kesehatan Anak. In Nelson ed.15. 1996

6. Riordan-Eva P, Whitcher JP. Aspek Genetik Penyakit Mata. In: Susanto D, editor.

Vaughn & Asbury: Oftalmologi Umum ed.17. Jakarta: EGC, 2009: 364-369

Page 42: Contoh KTIA 19 januari 2012.pdf

7. Hartono. Aspek Genetika Pada Kelainan Uvea. Cermin Dunia Kedokteran. 1993:

No. 87. 34-38

8. Saputra, V. Dasar-dasar Stem cell dan Potensi Aplikasinya Dalam Ilmu Kedokteran. Cermin Dunia Kedokteran. 2006

9. Djojosubroto, M.W. Stem Cell Retina : Harapan Baru untuk mengatasi kebutaan. Cermin Dunia kedokteran. 2006

10.Anon. Genetics Home Reference : Leber congenital amaurosis. Diunduh dari: http://ghr.nlm.nih.gov/condition/leber-congenital-amaurosis . 9 Desember 2011.

11. Song, B.J., Tsang, S.H. & Lin, C.S. Genetic models of retinal degeneration and targets for gene therapy. 2007

12. Cideciyan, A.V., n.d. Leber congenital amaurosis due to RPE65 mutations and its treatment with gene therapy. Retinal and eye research.

13. Maclaren, R. & Pearson, R. Stem cell therapy and the retina. cambridge ophthalmology stmposium. 2007

Anon. Genetics Home Reference : Leber congenital amaurosis. Diunduh dari: http://ghr.nlm.nih.gov/condition/leber-congenital-amaurosis . 9 Desember 2011.

Song, B.J., Tsang, S.H. & Lin, C.S. Genetic models of retinal degeneration and targets for gene therapy. 2007

Cideciyan, A.V., n.d. Leber congenital amaurosis due to RPE65 mutations and its treatment with gene therapy. Retinal and eye research.

Maclaren, R. & Pearson, R. Stem cell therapy and the retina. cambridge ophthalmology stmposium. 2007