contoh kajian amdal

Upload: damon07

Post on 09-Jan-2016

130 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

Semoga Berguna

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangKebutuhan kertas semakin meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk. Pertumbuhan industri pulp dan kertas di Indonesia pun sungguh memperlihatkan angka yang menakjubkan. Data APKI (Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia) menunjukkan bahwa antara tahun 1987-1996 jumlah ekspor kertas Indonesia selalu lebih besar dari jumlah impornya, dengan tingkat pertumbuhan tahunan sebesar 26,11%. Namun, fenomena ini memberikan fakta bahwa tingkat penggunaan bahan baku, yang dalam hal ini adalah kayu, sangat besar. Hal ini mengakibatkan ketersediaan kayu yang semakin terbatas dan semakin parahnya degradasi yang terjadi di dalam hutan.Dalam proses produksinya industri pulp dan kertas membutuhkan air dalam jumlah yang sangat besar. Hal ini dapat mengancam kelestarian habitat di sekitarnya karena mengurangi tingkat ketersediaan air bagi kehidupan hewan air dan merubah suhu air. Pulp dibuat secara mekanis maupun kimia dengan memisahkan serat kayu atau selulosa dari bahan lain. Dalam proses kraft pulping, larutan campuran antara sodium hidroksida dan sodium sulfida digunakan untuk melarutkan bahan tidak berserat. Pulp kemudian diputihkan untuk menghasilkan kertas yang putih. Melihat Banyaknya dampak negatif yang dapat ditimbulkan dari pembangunan kawasan industri pulp dan kertas terhadap lingkungan, Salah satu upaya yang dilakukan untuk meminimasi dampak negatif yang timbul dari suatu kegiatan maka dilakukan penyusunan kajian kelayakan lingkungan berupa AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup) atau UKL & UPL (Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup). Sehingga melalui dokumen ini dapat diketahui dampak yang akan timbul dari suatu kegiatan kemudian bagaimana dampak-dampak tersebut dikelola baik dampak negatif maupun dampak positif. (Anna Shoba dalam tesis Evaluasi Pelaksanaan Pengelolaan Dan Pemantauan Lingkungan Pada Beberapa Industri Di Kabupaten Tangerang. Universitas Diponogoro,Semarang. 2006). Selain itu AMDAL merupakan salah satu langkah pencegahan terhadap terjadi kerusakan lingkungan hidup akibat adanya suatu kegiatan pembangunan (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup).Selain AMDAL, suatu kegiatan pembangunan harus mempunyai izin lingkungan. Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2012 Tentang Izin Lingkungan, izin lingkungan adalah izin yang diberikan kepada setiaporang yang melakukan Usaha dan/atau Kegiatan yangwajib Amdal atau UKL-UPL dalam rangka perlindungandan pengelolaan lingkungan hidup sebagai prasyaratmemperoleh izin Usaha dan/atau Kegiatan. Ini dilakukan agar setiap kegiatan dan/atau usaha yang ada tidak merusak ekosistem lingkungan yang ada disekitarnya.1.2 Tujuan dan Kegunaan StudiDalam bagian ini dijelaskan tujuan dari studi Andal terutama dalam : Mengidentifikasikan rencana kegiatan-kegiatan industri pulp dan kertas sejak dari tahap persiapan, operasi sampai dengan pasca operasi terutama pada kegiatan yang diperkirakan berpotensi menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan. Mengidentifikasikan rona lingkungan hidup awal, yaitu kondisi dan tatanan lingkungan wilayah setempat sebelum adanya kegiatan pembangunan kawasan industri. Memprakirakan dampak dan mengevaluasi dampak penting yang akan terjadi pada tahap persiapan, operasi sampai dengan pasca operasi kegiatan industri pulp dan kertas.1.3 Peraturan Perundanngan Yang Terkait Undang-Undang Undang Undang No.22 Tahun 1999 tentang otonomi daerah Undang Undang No. 5 Tahun 1990 Tentang : Konservasi Sumberdaya Alam Hayati Dan Ekosistemnya. Undang-Undang Republik Indonesia No 2006 tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Undang-Undang Republik IndonesiaNomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan. Undang-undang RI Nomor 5 Tahun 1985 tentang Perindustrian. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Peraturan Pemerintah Peraturan Menteri Kehutanan No. 43/Menhut-II/2008, tentang Pedoman Pinjam Pakai Kawasan Hutan. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 05 Tahun 2012 Tentang Jenis Rencana Usaha Dan/Atau Kegiatan Yang Wajib Memiliki Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1985 tentang Perlindungan Hutan. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung. Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 1990 tentang Perencanaan Hutan. Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1991 tentang Sungai. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1999 tentang Pemanfaatan Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1999 tentang Pencemaran dan atau Kerusakan Laut. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 1998 tentang Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara Peraturan Pemerintah RI nomor 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Intruksi dan Keputusan Presiden Instruksi Presiden No. 22 Tahun 1990 tentang Pengendalian Dampak Lingkungan.

Keputusan Menteri Kepmen LH Nomor 45/MenLH/10/1997 tentang Indeks Standar Pencemaran Udara. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor KEP-XIII/MENLH/X/95 tentang Pendoman Penetapan Baku Mutu Lingkungan. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor KEP-51/MENLH/X/95 tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi Kegiatan Industri. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 13 Tahun 1996 tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor KEP-48/MENLH/11/1996 tentang Baku Mutu Tingkat Kebisingan. Keputusan Kepala Bapedal No. 56 Tahun 1994 Tentang : Pedoman Mengenai Dampak Penting.

BAB IIRUANG LINGKUP STUDI

2.1 Lingkup Rencana Usaha Dan/Atau Kegiatan Yang Akan Ditelaah2.1.1 Uraian Singkat Rencana Usaha/KegiatanA. Studi AmdalKemajuan studi Amdal saat ini masih dimulai dari pembuatan Kerangka Acuan ANDAL dimana pada studi ini berisikan prioritas dampak penting, metode penelitian, rencana titik sampling dan batas wilayah studi yang akan dimohonkan penilaian kepada Komisi Penilai AMDAL Prov. Kalimantan Timur. Setelah disetujui, maka akan dilaksanakan pengambilan sampel rona lingkungan awal seperti kualitas udara dan kebisingan, kualitas air tanah, kualitas air permukaan, flora fauna, sosekbud dan lalu lintas. Kegiatan ini akan dilakukan selama 4 setengah bulan masa kerja. Ruang lingkup kegiatan yang harus dilakukan dalam rangka Studi AMDAL adalah sebagai berikut :1. Sosialisasi .2. Penyusunan dokumen Kerangka Acuan AMDAL (KA AMDAL).3. Survey komponen lingkungan.4. Evaluasi data dan perkiraan dampak.5. Penyusunan Dokumen ANDAL, RKL dan RPL.6. Presentasi KA-ANDAL, ANDAL, RKL dan RPL.7. Perbaikan Dokumen.8. Persetujuan Dokumen AMDAL.

B. Sosialisasi KegiatanUntuk proses sosialisasi AMDAL sesuai dengan Keputusan Kepala Bapedal No.8 Tahun 2000 tentang Ketertiban Masyarakat dan Keterbukaan Informasi dalam Proses Amdal, maka rencana Pembangunan Etalase Kelautan dan Perikanan ini harus diumumkan. Pengumuman rencana kegiatan akan dilakukan melalui :1. Media cetak2. Media elektronik3. Papan pengumuman resmi, sesuai dengan Keputusan Kepala Bapedal No.8 Tahun 2000.Sosisalisasi dengan tokoh dan perwakilan masyarakat setempat serta pihak Kabupaten Belitung (berkas acara terlampir). Dari pertemuan tersebut, dibahas beberapa hal yang menjadi perhatian masyarakat yang juga menjadi issu lingkungan dari kegiatan pembangunan Etalase Kelautan dan Perikanan.Untuk memperoleh penjelasan tentang rencana kegiatan proyek dan memperoleh tanggapan serta persepsi masyarakat terhadap rencana proyek, maka perlu dilakukan :1. Pengumuman kepada masyarakat di sekitar rencana proyek dan yang akan diperkirakan akan terkena dampak kegiatan proyek.2. Dengar pendapat dengan masyarakat sekitar rencana proyek dan yang akan diperkirakan akan terkena dampak kegiatan proyek.Pengumuman kepada masyarakat dilakukam sebelum penyusunan AMDAL. Dalam jangka 30 (tiga puluh) hari kerja sejak diumumkannya rencana usaha dan atau kegiatan, masyarakat berhak mengajukan saran, pendapat dan tanggapan. Dalam menyampaikan pengumuman ini melibatkan Pemerintah Daerah setempat dan atas koordinasi premarkarsa.

C. Lokasi KegiatanLetak geografis provinsi Kalimantan timur yaitu 022720 Lintang Selatan -042455 Lintang Utara dan 1134900 - 11957 Bujur Timur. Panjang pantai 1.185 km yang terbentang dari selatan di kabupaten pasir sampai di utara di kabupaten nunukan. Provinsi Kalimantan timur terdiri dari 14 kabupeten /kota dan sejumlah 19 di antaranya memiliki wilayah perairan laut dengan letak geografis (darat sampai kelaut). Ibu kota provinsi Kalimantan timur adalah Samarinda yang terletak di tepi sungai mahakam.Kota Samarinda memiliki luas wilayah 718 km, Samarinda terletak di wilayah khatulistiwa dengan koordinat di antara 021'81"109'16" LS dan 11615'16"11724'16" BT. Samarinda memiliki jumlah penduduk sebanyak 805.688 jiwa pada tahun 2013 (Badan Pusat Statistik Kota Samarinda) dan memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut:Tabel 2. 1.1 Batas Wilayah Kota SamarindaUtaraKecamatan Muara Badak, Kutai Kartanegara

SelatanKecamatan Loa Janan, Kutai Kartanegara

BaratKecamatan Tenggarong Seberang dan Muara Badak di Kabupaten Kutai Kartanegara.

TimurKecamatan Muara Badak, Anggana, dan Sanga-Sanga di Kabupaten Kutai Kartanegara.

(Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Samarinda#cite_note-5)

Gambar 2.1.1 Provinsi Kalimantan Timur (Sumber : http://www.google.co.id)Secara administratif, Samarinda dibagi menjadi 10 kecamatanantara lain: Loa Janan Ilir Palaran Samarinda Ilir Samarinda Kota Samarinda Seberang Samarinda Ulu Samarinda Utara Sambutan Sungai Kunjang Sungai Pinang2. 2 Komponen Kegiatan Yang Ditelaah Kegiatan Tahap PrakonstruksiKegiatan pada tahap prakonstruksi terdiri atas perencanaan teknik dan pengurusan peizinan. Kegiatan yang menyangkut pengurusan/perizinan untuk beberapa hal telah selesai dilaksanakan, namun ada pula yang masih berjalan. Pada waktu melakukan pengurusan perizinan proyek, proses yang dilalui adalah perencanaan/planning yang telah dibuat dimintakan persetujuan dari Pemerintah daerah Kota Samarinda. Setelah Blok Plan disetujui pihak Pemda ,kemudian dilengkapi dengan perencanaan arsitektur yang diajukan ke TPAK (Tim Penilai Arsitektur Kota) Kab. Kartanegara dan jika tidak ada masalah, maka dilanjutkan dengan perhitungan konstrusi dan hasilnya disidangkan di TPKA (Tim Penilai Konstruksi Bangunan), kemudian disidangkan di TPIB (Tim Penilai Instalasi Instalasi Bangunan). Setelah selesai TPAK dapat diajukan IMB untuk memperoleh izin pendahuluan (IP). Untuk mendapatkan IMB, maka salah satu dokumen yang harus dilengkapi adalah rekomendasi bahwa proyek telah lulus Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL). Kegiatan Tahap KonstruksiPada tahapan konstruksi, diperkirakan akan terserap tenaga kerja sebanyak 1.000 (seribu) orang untuk semua tahapan konstruksi. Sekitar 15 % pekerja kemungkinan direkruit dari wilayah sekitar Kota Samarinda, khususmya kecematan Samarinda Utara, dengan tetap memperhatikan keahlian/keterampilan mereka, terutama untuk yang bekerja sebagai pekerja kasar, kuli bongkar muat material, satpam. Peralatan dan bahan yang digunakan untuk pembangunan tersebut didatangkan dari sekitar lokasi terdekat, sehingga akan terjadi penignkatan frekuensi lalau lintas umum di beberapa bagian ruas jalan disekitarnya.

a) Pekerjaan PondasiDari hasil penyelidikan tanah, dapat direncanakan jenis pondasi yang akan digunakan untuk konstruksi. Sebelum dilaksanakan pekerjaan pondasi, perlu, untuk memeriksa kekuatan pondasi dalam menerima beban yang akan bekerja diatasnya. Pada pekerjaan pondasi tiang pancang, salah satu persyaratan yang harus dipenuhi adalah bahwa tiang pancang tersebut harus mampu menahan beban tersebut.b) Pekerjaan Konstruksi BangunanPembangunan konstruksi harus diupayakan agar tidak menimbulkan gangguan bagi penduduk sekitar terutama debu dan kebisingan. Konstruksi bangunan menggunakan struktur beton bertulang. c) Penghijauan dan LanscapingPenghijauan dimaksudkan agar lokasi proyek menjadi hijau dan nyaman, sedangkan landscaping dimaksudkan untuk mempercantik areal proyek. Dengan batasan wilayah keseluruhan proyek sebesar 35 %, maka ruang terbuka hijau dapat dialokasikan minimal 30 % dari luas total lahan. Penghijauan dan landscape dilakukan pada area lobby, atap dan tempat-tempat umum lainnya. Untuk tata letak, jenis serta jumlah tanaman yang masih akan ditanam di sekitar bangunan tengah dilakukan penelitian tersendiri oleh konsultan landscape. Kegiatan Tahap OperasiPada tahap ini terjadi berbagai kegiatan dari perdagangan dan layanan publik pada berbagai pusat kegiatan. Untuk itu diperlukan sarana penunjang dan juga pendugaan adanya limbah yang akan dihasilkan selama tahap operasi. Berbagai sarana penunjang yang terdapat pada kawasan industri pulp dan kertas yaitu ; sumber air, sistem distribusi air bersih, sumber tenaga listrik.

47

Tabel 2.2 Tabel Ringkasan Proses Pelingkupan

NoSumber DampakKomponen Lingkungan Yang Terkena DampakPelingkupanWilayah StudiBatas Waktu Kajian

Dampak PotensialEvaluasi Dampak PotensialDampak Penting Hipotetik (DPH)

1Pra-konstruksi

aPerencanaan pembangunanMasyarakatKeresahan masyarakatTimbulnya keresahan masyarakat, dan timbulnya ketidak puasan pemilik lahan atas kesepakatan yang adaMenjadi DPHLokasi perencannan di Kota Samarinda, Kalimantan Timur Kurang lebih 5 bulan

bPembebasan lahan

2Konstruksi

aPerekrutan tenaga kerjaMasyarakatKeresahan masyarakatTimbulnya keresahan masyarakat dan timbulnya presepsi negatifMenjadi DPHLokasi perencannan di Kota Samarinda, Kalimantan Timur Kurang lebih 3 bulan

2 bMobilisasi alat angkutKualitas udara (parameter debu) dan menimbulkan KebisinganPenurunan kualitas udaraBerlangsung sementara (pada tahap kontruksi saja), namun debu yang dihasilkan cukup banyak dan memiliki radius yang cukup jauhTidak menjadi DPH, namun harus adanya pengendalian yang dilakukanBatas ekologis dari lokasi perencanaan, yaitu sepanjang jalan angkut yang berdekatan dengan permukimanKurang lebih 1 minggu, dengan asumsi masa mobilisasi alat angkut selama 3 bulan dan memiliki ritasi yang sama

2 cPembersihan Lahan (Land clearing)Parameter Bilogi (keanekaragaman hayati)Semakin menurunnya keanekaragaman hayati yang adaPenebangan hutan secara ilegal yang tidak mementingkan habitat sekitarMenjadi DPHLokasi perencanaan di Kota Samarinda, Kalimantan Timur Kurang lebih 1 bulan

2 dPemadatan tanahKualitas air tanah Penurunan kualitas air tanahProses pemadatan tanah yang menghasilkan limbah dapat berdampak pada penurunan kualitas air tanahMenjadi DPHLokasi perencanaan di Kota Samarinda, Kalimantan Timur Kurang lebih 1 bulan

2 ePemasangan konstruksi sipilKualitas air sungai dan kebisinganPenurunan kualitas air sungai, dan terjadinya kebisingan Proses pemasangan konstruksi sipil akan menghasilkan bising dan berdampak kepada kualitas air disekitarnyaMenjadi DPHLokasi perencanaan di Kota Samarinda, Kalimantan Timur Kurang lebih 3 bulan

3Operasi

3 a

Proses produksiKualitas air sungai dan keanekaragaman hayatiPenurunan kualitas air sungai, penurunan keanekaragaman hayati yang adaProses produksi meliputi penggunaan bahan baku (kayu) yang akan menghasilkan limbah dan akan menyebabkan semakin sedikitnya keanekaragaman hayati yang adaMenjadi DPHBatas sosial dari lokasi perencanaan, yaitu daerah dengan skala luasan yang cukup besar disekitar lokasi perencanaan yang berdekatan dengan permukiman-

3 bPengunaan airKualitas air sungaiPenurunan kualitas air sungaiproses washing menyebabkan penurunan kualitas air (BOD,COD,TSS)Tidak menjadi DPH, namun harus adanya pengendalian yang dilakukanBatas ekologis dari lokasi perencanaan, yaitu sungai yang berdekatan dengan permukiman-

3 cPenggunaan listrikMasyarakatKeresahan masyarakatTimbulnya keresahan masyarakat dan timbulnya presepsi negatifTidak menjadi DPH, namun harus adanya sosialisasi yang dilakukanBatas sosial dari lokasi perencanaan, yaitu daerah dengan skala luasan yang cukup besar disekitar lokasi perencanaan yang berdekatan dengan permukiman-

3 dPengelolaan limbah kertasKualitas air sungaiPenurunan kualitas air sungaiPengelolaan limbah yang tidak dilakukan seacara baik dan benar dapat menimbulkan penurunan kualitas air sungai yang adaTidak menjadi DPH, namun harus adanya pengendalian yang dilakukanBatas ekologis dari lokasi perencanaan, yaitu sungai yang berdekatan dengan permukiman-

3 e

Transportasi hasil produk.Kualitas udara (parameter debu) dan menimbulkan KebisinganPenurunan kualitas udaraTransportasi produk menggunakan kendaraan angkut dapat menurunkan kualitas udara dan menimbulkan kebisinganTidak menjadi DPH, namun harus adanya pengendalian yang dilakukanBatas ekologis dari lokasi perencanaan, yaitu sepanjang jalan angkut yang berdekatan dengan permukiman-

4Pasca operasi

aPemantuan kualitas airKualitas air, udara, dan tanahPenurunan kualitas air, tanah, dan udaraPemantauan yang tidak dilakukan secara baik dan benarTidak menjadi DPH, namun pemantauan harus dilakukan secara rutinBatas administrasi dari lokasi perencanaan, yaitu Kota Samarinda itu sendiri-

bPemantuan kualitas udara

cPemantuan kualitas tanah

2.3 Lingkup Rona Lingkungan Awal Komponen Fisik-kimia : GeografisLetak geografis provinsi Kalimantan timur yaitu 022720 Lintang Selatan -042455 Lintang Utara dan 1134900 - 11957 Bujur Timur. Panjang pantai 1.185 km yang terbentang dari selatan di kabupaten pasir sampai di utara di kabupaten nunukan. Provinsi Kalimantan timur terdiri dari 14 kabupeten /kota dan sejumlah 19 di antaranya memiliki wilayah perairan laut dengan letak geografis (darat sampai kelaut). Ibu kota provinsi Kalimantan timur adalah Samarinda yang terletak di tepi sungai mahakam.Kota Samarinda memiliki luas wilayah 718 km, Samarinda terletak di wilayah khatulistiwa dengan koordinat di antara 021'81"109'16" LS dan 11615'16"11724'16" BT. Samarinda memiliki jumlah penduduk sebanyak 805.688 jiwa pada tahun 2013 (Badan Pusat Statistik Kota Samarinda) dan memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut:Tabel 2. 3.1 Batas Wilayah Kota SamarindaUtaraKecamatan Muara Badak, Kutai Kartanegara

SelatanKecamatan Loa Janan, Kutai Kartanegara

BaratKecamatan Tenggarong Seberang dan Muara Badak di Kabupaten Kutai Kartanegara.

TimurKecamatan Muara Badak, Anggana, dan Sanga-Sanga di Kabupaten Kutai Kartanegara.

(Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Samarinda#cite_note-5)

Fisiografis1. Daerah patahan yakni patahan menurun dan kasar, dengan permukaan yang besar dengan kemiringan tanah sangat bervariasi. Daerah patahan di Kota Samarinda seluas 29526 Ha dengan persentase 41,12 %, merupakan daerah terluas di Kota Samarinda.2. Daerah rawa pasang surut (tidal swamp) yaitu daerah dataran rendah di tepi pantai yang selalu dipengaruhi pasang surut air laut dan ditumbuhi hutan mangrove dan nipah, bentuk wilayah datar dengan variasi lereng kurang dari 2 % dan perbedaan tinggi kurang dari 2 meter. Seluas 218 Ha daerah Kota Samarinda terdiri atas rawa.3. Daerah dataran alluvial (alluvial plain) yaitu daerah dataran yang terbentuk dengan proses pengendapan, baik di daerah muara maupun daerah pedalaman. Kota Samarinda memiliki daerah alluvial seluas 9479 Ha atau 13,20 % dari luas Kota Samarinda.4. Daerah berombak/bergelombang yakni daerah dengan konfigurasi medan berat ditandai dengan penyebaran daerah perbukitan 8,15 %. Daerah berombak di Kota Samarinda seluas 9636 Ha, sedangkan daerah bergelombang seluas 1527 Ha.5. Daerah dataran (plain) yaitu daerah endapan, dataran karst, dataran vulkanik, dataran batuan beku (metamorf) masam, dataran basalt dengan bentuk wilayah bergelombang sampai berbukit, variasi lereng 2 s/d 15.94 % dengan beda ketinggian kurang dari 50 meter. Kota Samarinda memiliki daerah dataran yang cukup luas setelah daerah patahan, yaitu seluas 10524 Ha atau sebesar 14,66 %.6. Daerah berbukit (hill) yaitu daerah bukit endapan dan ultra basa, sistem punggungsedimen, metamorf dan kerucut vulkanik yang terpotong dengan pola drainase radial. 7. Bentuk wilayah bergelombang sampai agak bergunung, variasi lereng 16 s/d 60 %, dengan beda ketinggian antara 50 sampai 150 meter. Daerah berbukit merupakan daerah yang paling jarang ditemui di Kota Samarinda karena hanya seluas 634 Ha atau sebesar 0,88 % dari wilayah Kota Samarinda.8. Daerah sungai (river). Daerah ini berfungsi sebagai daerah reterdam, daerah pengendali atau waterponds. Kota Samarinda memiliki daerah sungai sebesar 5379 Ha atau 7,49% dari luas wilayah (Sumber : Bappeda Kota Samarinda tahun 2013). IklimKota samarinda memiliki iklim tropis yakni memiliki musim penghujan dan musim kemarau. pada tahun 2012, suhu udara kota samarinda berkisar antara 23,9 sampai 32,9 dengan kelembaban udara rata-rata 81 %. rata-rata curah hujan mencapai 201,7 mm per tahun. curah hujan tertinggi terjadi di bulan april 2012 mencapai 372 mm, sedangkan hari hujan terbanyak terjadi di bulan januari 2012.Dengan kecepatan anginratarata 2-5 knot per jam.(Sumber : Stasiun Meteorologi Samarinda Statistik Daerah)Tabel 2. 3.2 Rata-rata Curah Hujan, Penyinaran Matahari, dan Hari Hujan Kota Samarinda, 2012

Gambar 2. 3.1 Potensi Kemudahan Kebakaran Ditinjau Dari Analisa Parameter Cuaca (Sumber: BMKG,2015)

Tata RuangKota samarinda merupakan ibukota provinsi kalimantan timur, yang secara yuridis terbentuk berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 29 Tahun 1959. Secara administratif kota samarinda terdiri dari sepuluh kecamatan yaitu: samarinda ulu, samarinda utara, samarinda ilir, samarinda seberang, palaran, sungai kunjang, sambutan, samarinda kota, loa janan ilir, dan sungai pinang. Samarinda utara merupakan kecamatan terluas, meliputi 32 persen dari luas wilayah kota Samarinda. (Sumber: Badan Pertahanan Nasional (BPN) Kota Samarinda).

Komponen Biologi : Kesehatan MasyarakatKota Samarinda telah memiliki beberapa pusat fasilitas kesehatan yang cukup lengkap di provinsi Kalimantan Timur. Selain memiliki beberapa rumah sakit yang juga telah didukung oleh beberapa perguruan tinggi yang berkaitan dengan kesehatan, salah satunya adalah Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Wahab Sjahranie yang berafiliasi dengan Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman dan Politeknik Kesehatan Kemenkes Kalimantan Timur.Guna mendukung pelayanan kesehatan kepada masyarakat tersedia sarana kesehatan yang disediakan oleh Pemkot Samarinda seperti RSKD Atma Husada dan RSUD IA Moeis maupun oleh Swasta seperti RS Islam, RS Dirgahayu, RS H.Darjad, RS Siaga Ramania, RS Samarinda Medical Centre dan lain-lain.

Grafik 2. 3.1 Banyaknya Fasilitas Kesehatan, Kota Samarinda Tahun 2008-2012(Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Samarinda)

Keanekaragaman HayatiKalimantan memiliki keanekaragaman jenis satwa yang tergolong tinggi. Setidaknya terdapat 222 spesies mamalia, (44 spesies endemik), 13 spesies primata yang semuanya endemik, 10 spesies, 420 spesies burung (37 spesies endemik), 166 spesies endemik ular, lebih dari 100 spesies amphibi, 394 spesies ikan (149 spesies diantaranya endemik). Tipe hutan Kalimantan sangat beragam, diantaranya hutan bakau, hutan rawa gambut dan hutan air tawar, hutan kerangas, hutan Dipterocarpaceae dataran rendah, hutan kayu besi (ulin), hutan pada batu kapur dan tanah ultra basa, hutan bukit Dipterocarpaceae dan beberapa formasi hutan pegunungan, kalimantan memiliki lebih dari 3.000 pohon, termasuk 267 jenis Dipterocapaceae, lebih dari 2.000 jenis anggrek dan lebih dari 1.000 jenis pakis, lebih dari 146 rotan, dan pusat distribusi karnivora kantung semar. (Sumber :www.kaltimprov.go.id/potensi-6-kehutanan.html).

Komponen Sosial-Ekonomi-Budaya (SOSEKBUD): Pertumbuhan EkonomiPertumbuhan ekonomi menunjukkan pertumbuhan produksi barang dan jasa di suatu wilayah perekonomian dan dalam selang waktu tertentu. Produksi tersebut diukur dalam nilai tambah (value added) yang diciptakan oleh sektor-sektor ekonomi di wilayah bersangkutan yang secara total dikenal sebagai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).

Tabel 2. 3.3 PDRB dan Pertumbuhan Ekonomi Kota Samarinda Dengan Migas Tahun 2005 2009.

Dari tabel tersebut di atas terlihat bahwa pertumbuhan ekonomi Kota Samarinda, apabila memasukkan unsur migas dengan harga berlaku pada periode waktu 2005 2009, rata-rata tumbuh sebesar 11,85% sedangkan apabila dilihat dengan harga konstant, rata-rata tumbuh sebesar 5,14% per tahun.Tabel 2. 3.4 PDRB dan Pertumbuhan Ekonomi Kota Samarinda Dengan Migas Tahun 2005 2009.

Dari tabel di atas terlihat bahwa pertumbuhan ekonomi Kota Samarinda dalam 5 tahun terakhir, yaitu dari tahun 2005 sampai 2009 konstribusi pertumbuhan yang terbesar adalah pada sektor perdagangan, hotel dan restoran yaitu rata-rata sebesar 7,78 ini menunjukkan bahwa tipikal ekonomi Kota Samarinda adalah sebesar 7,76%, pengangkutan dan komunikasi 6,20%, keuangan, persewaan dan jasa perusahaan 5,89%, jasa-jasa 5,56, pertambangan dan penggalian 4,89, pertanian 4,36%, listrik, gas dan air bersih 2,32% serta industri pengolahan 1,19%.

Pertumbuhan PendudukPenduduk Kota Samarinda dari tahun ke tahun mencatat kenaikan yang cukup berarti. Sampai dengan tahun 2008 jumlah penduduk di Samarinda sebanyak 602.117 jiwa. Pada tahun 2008 sebagian besar penduduk Kota Samarinda berada di Kecamatan Samarinda Utara sebanyak 151.007 jiwa atau sekitar 25,08%. Pola persebaran penduduk di Samarinda tidak banyak berubah dari tahun ke tahun. Tingkat kepadatan penduduk Kota Samarinda adalah 893 jiwa/km2. Kepadatan penduduk setiap kecamatan menggambarkan pola persebaran penduduk secara keseluruhan. Berdasarkan pola persebaran dan luas wilayahnya, terlihat belum merata, sehingga terlihat adanya perbedaan kepadatan penduduk yang mencolok antar kecamatan. Dapat dilihat pada tabel 2.2.5 menunjukkan bahwa dalam tahun terakhir ini Kota Samarinda mengalami tingkat pertumbuhan penduduk rata-rata 1,37% baik yang berasal dari faktor migrasi maupun kelahiran, diprediksi untuk tahun 2010 rata-rata angka pertumbuhan penduduk Kota Samarinda mencapai 1,50% sampai 2%, untuk tahun 2011 pertumbuhan penduduk Kota Samarinda ini lebih kecil bila dibandingkan dengan rata-rata pertumbuhan penduduk Kaltim yang mencapai 2,30%.Tabel 2.3.5 Data Jumlah Penduduk Kota Samarinda Tahun 2005 - 2009

KepemerintahanBerdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 1981, maka di bentuk kota administratif Bontang di wilayah Kabupaten Kutai dan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1989, maka dibentuk pula Kota Madya Tarakan di wilayah Kabupaten Bulungan. Dalam perkembangan lebih lanjut sesuai dengan ketentuan di dalam Undang Undang No.22 Tahun 1999 tentang otonomi daerah, maka di bentuk 2 kota dan 4 Kabupaten, yaitu :1. Kabupaten Kutai Barat, beribukota di Sendawar,2. Kabupaten Kutai Timur,beribukota di Sangatta,3. Kabupaten Malinau, beribukota di Malinau,4. Kabupaten Nunukan, beribukota Nunukan,5. Kota Tarakan (peningkatan kota administratif tarakan menjadi kotamadya),6. Kota Bontang (peningkatan kota administratif bontang menjadi kotamadya).

Berdasarkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2002, maka Kabupaten Pasir mengalami pemekaran dan pemekarannya bernama Kabupaten Panajam Paser Utara. Pada tanggal 17 juli 2007, DPR RI sepakat menyetujui berdirinya Tana Tidung sebagai Kabupaten baru di Kalimantan Timur, maka jumlah keseluruhan Kabupaten/Kota di Kalimantan timur menjadi 14 wilayah. Pada tahun yang sama, nama Kabupaten Pasir berubah menjadi Kabupaten Paser berdasarkan PP No.49 Tahun 2007.

Aspek BudayaMasyarakat Kalimantan Timur utamanya suku asli, dalam upacara-upacara adat selalu menghubungkan antara seni tari, seni musik, dan seni rupa dikaitkan dengan kepercayaan mereka. Seni tari di Kalimantan Timur antara lain meliputi seni tari melayu, seni tari Dayak dan di Banjar yang terkenal dengan tari japin yang merupakan tarian tradisionil dari suku melayu. Senjata tradisional Kalimanatan Timur pada umumnya sama dengan senjata tradisional daerah Kalimantan lainnya yaitu senjata Mandau yang merupakan senjata tradisional suku Dayak. Bahasa-bahasa daerah di Kalimantan timur merupakan bahasa Austronesia dari rumpun Malayo-Polynesia, diantaranya adalah bahasa tidung, bahasa banjar, bahasa berau dan bahasa kutai. Bahasa lainya adalah bahasa Lundayeh.

Pelayanan UmumUntuk melayani kebutuhan air bersih, pemerintah kota melalui PDAM Samarinda berbenah demi peningkatan pelayanan air bersih kepada pelanggannya,di antaranya dengan peningkatan kapasitas produksi di berbagai IPA (Instalasi Pengolahan Air) bersih. Instalasi Pengolahan Air (IPA) Cendana dengan debit 300 lt/dt, sumber air sungai Mahakam. Instalasi Pengolahan Air (IPA) Tirta Kencana dengan debit 160 lt/dt, sumber air sungai Mahakam. Instalasi Pengolahan Air (IPA) Samarinda Seberang dengan debit 100 lt/dt, sumber air sungai Mahakam. Instalasi Pengolahan Air (IPA) IKK desa Lempake dengan debit 2,5 lt/dt, sumber air baku waduk Lempake. Instalasi Pengolahan Air (IPA) IKK Kecamatan Palaran dengan debit 17,5 lt/dt, sumber air baku sungai Mahakam.Untuk mengantisipasi kebutuhan energi listrik, di kota ini telah dibangun beberapa pembangkit listrik, antara PLTD Keledang dan PLTD Karang Asam yang berafiliasi dengan jaringan listrik Sektor Mahakam. Namun, pemadaman listrik masih terjadi.Untuk jaringan telekomunikasi, hampir disetiap kawasan dalam kota ini telah terjangkau terutama untuk jaringan telepon genggam, dan pada kawasan tertentu telah tersedia layanan gratis internet tanpa kabel (Wi-Fi) atau dikenal juga dengan hotspot yang terdapat pada beberapa perguruan tinggi, pusat perbelanjaan, dan hotel.Dalam menangani masalah sampah, pemerintah kota memfungsikan lahan di kecamatan Samarinda Ulu di TPA Bukit Pinang seluas 10 hektare, yang berjarak 15 km dari pusat kota. Tidak kurang dari 1.008 m sampah masyarakat dari seluruh penjuru Samarinda dibuang ke TPA Bukit Pinang.2.4 Isu-Isu PokokIndutrialisasi telah menyebabkan banyak perubahan dalam masyarakat, yang sebelumnnya didominasi oleh masyarakat pedesaan dan pertanian menjadi terutama masyarakat perkotaan dan tinggal sebagian kecil saja yang masih bekerja di pertanian. Kegiatan industri juga telah mendorong pertumbuhan ekonomi bagi sebagian masyarakat dengan meningkatnya pendapatan sehingga mendapatkan kesempatan yang lebih besar terhadap pendidikan dan peningkatan standar kehidupan yang lebih baik. Namun demikian ada harga yang harus dibayar yaitu berupa menurunnya kualitas lingkungan dan meningkatnya kebutuhan akan sumberdaya.Pada dasarnya kegiatan suatu industri adalah mengolah masukan (input) menjadi keluaran (output). Keluaran yang dihasilkan suatu industri adalah berupa produk yang diinginkan beserta limbah. Limbah dapat yang bernilai ekonomis sehingga dapat dijual atau dipergunakan kembali dan yang tidak bernilai ekonomis yang akan menjadi beban lingkungan. Limbah ini dikeluarkan melalui media udara, air dan tanah yang merupakan komponen ekosistem alam. Lingkungan, yang merupakan wadah penerima akan menyerap bahan limbah tersebut sesuai dengan kemampuan asimilasinya. Kemampuan lingkungan untuk memulihkan diri sendiri karena interaksi pengaruh luar, disebut daya tampung lingkungan. Daya tampung lingkungan antara tempat yang satu dengan tempat yang lain berbeda.Menurut OECD (1991) dalam Laporan Komisi WHO Mengenai Kesehatan dan Lingkungan (2001), Dikalangan negara-negara yang tergabung dalam Organisasi Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD), sektor industri menghasilkan sekitar sepertiga total Produk Bruto. Buangan polusi atau permintaan sumber daya dari industri pada tahun 1987 adalah sebagai berikut : 15% konsumsi air (tidak termasuk air yang dipakai untuk pendinginan) 25% emisi oksida nitrogen 35% penggunaan energi akhir 40-50% emisi oksida sulfur 50% ikut menyebabkan efek rumah kaca 60% kebutuhan oksigen biologis dan substansi in suspension 75% limbah non inert 90% substansi beracun dibuang keair.

Pertumbuhan industri pada negara-negara berkembang justru memberikan kontribusi terhadap perusakan lingkungan. World Resource Institute menyebutkan pada tahun 1990-an pertumbuhan industri di negara-negara berkembang mencapai 5,6% bila dibandingkan dengan pertumbuhan di negara-negara yang sudah maju (1%) (Surna T. Djajadiningrat, 2004). Pada umumnya industri yang tumbuh di negara berkembang adalah industri kimia, kertas, tekstil dan pertambangan, yang merupakan industri dengan kadar pencemaran pada udara, air maupun terhadap lahan/tanah.Dalam proses produksi suatu kawasan industri pasti akan menghasilkan limbah.

Gambar 2.4.1 Proses dan Produksi industri pulp and paperGambar diatas (Gambar 2.4.1) merupakan gambaran tahapan proses dan produksi industri pulp and paper. Dari tahapan proses dan produksi tersebut menghasilkan limbah yang dapat mencemari lingkungan hidup. Sementara lingkungan hidup merupakan hal pokok yang harus diperhitungkan dalam setiap kegiatan manusia, karena untuk memenuhi kebutuhan hidupnya akan selalu terkait dengan lingkungan. Fungsi lingkungan bagi manusia, pertama adalah sebagai ruang bagi keberadaannya juga sebagai sumberdaya untuk memenuhi kebutuhannya. Selain fungsi lingkungan yang sifatnya tereksploitasi untuk memenuhi kebutuhan hidup, manusia juga mempunyai ketergantungan terhadap lingkungan. Karenanya perlu dilakukan pengelolaan lingkungan untuk mengatur sehingga kegiatan manusia berupa pembangunan dapat berlangsung secara berkelanjutan.Menurut World Comission on Environment and Development (1987), Pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan yang memenuhi kebutuhan masa kini tanpa mengurangi kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri. Untuk mencapai konsep pembangunan berkelanjutan maka setiap industri yang wajib melakukan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) yang tercantum dalam Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 05 Tahun 2012 Tentang Jenis Rencana Usaha Dan/Atau Kegiatan Yang Wajib Memiliki Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup, kegiatan bidang perindustrian pada umumnya menimbulkan pencemaran air, udara, tanah, gangguan kebisingan, bau, dan getaran. Beberapa jenis industri menggunakan air dengan volume sangat besar, yang diperoleh baik dari sumber air tanah ataupun air permukaan. Penggunaan air ini berpengaruh terhadap sistem hidrologi sekitar. Berbagai potensi pencemaran, gangguan fisik dan gangguan pasokan air tersebut di atas menimbulkan dampak sosial. Beberapa jenis industri yang sudah memiliki teknologi memadai untuk mengatasi dampak negatif yang muncul, sehingga tidak termasuk dalam daftar berikut, tetapi menggunakan areal yang luas tetap wajib dilengkapi dengan AMDAL.Sedangkan bagi industri yang tidak wajib memiliki AMDALtetap mempunyai kewajiban melakukan kajian lingkungan seperti yang tercantum dalam pasal 3 ayat 4, Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, bagi rencana usaha dan/atau kegiatan di luar usaha dan/atau kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib melakukan upaya pengelolaan lingkungan hidup dan upaya pemantauan lingkungan hidup yang pembinaannya berada pada instansi yang membidangi usaha dan/atau kegiatan tersebut.

2.5 Lingkup Ruang StudiWilayah studi itu mencangkup :a. Batas Proyek, yaitu ruang dimana suatu rencana usaha atau kegiatan akan melakukan kegiatan persiapan, operasi dan pasca operasi. ( Kecamatan Samarinda Utara)b. Batas ekologi, adalah berupa ruang persebaran dampak dari suatu rencana usaha atau kegiatan menurut media transportasi limbah (air, udara) dimana proses alam yang berlangsung di dalam ruang tersebut diperkirakan akan mengalami perubahan mendasar.c. Batas sosial, terkait dengan kesatuan-kesatuan sosial masyarakat lokal dan masyarakat pendatang yang potensial mengalami perubahan mendasar akibat dilaksanakannya rencana kegiatan.d. Batas Administrasi, terkait dengan batas administrasi pemerintah (Desa,Kecamatan, Kabupaten, Propinsi) serta batas areal kerja industri. Di samping itu dapat menunjukkan pula adanya peluang tumpang tindih kepentingan (antara lain dengan kehutanan, transmigrasi, pertanian, dll).e. Resultante dari keempat batas wilayah di atas adalah wilayah teknis yang merupakan studi ANDAL.f. Batas wilayah studi ANDAL di atas perlu dituangkan dalam peta dengan skala yang memadai (peta skala 1 :25.000 sampai 1 : 100.000 dan sesuai dengan kaidah kartografi yang berlaku) serta diberi tanda (warna yang berbeda)BAB IIIMETODE STUDI

A. Metode Pengumpulan dan Analisis Data Data Primer (data penelitian yang diperoleh sendiri) melalui : Wawancara, Observasi, Tes. Kuesioner (Daftar Pertanyaan). Pengukuran Fisik. Percobaan Laboratorium

Data Sekunder diperoleh dari instansi-instansi terkait untuk mendukung data primer, diperoleh dari hasil penelitian yang relevan, infromasi dari instansi yang terkait dengan dan informasi pihak pemrakarsa, terutama yang berkaitan dengan data-data berikut : Data meteorologi yaitu curah hujan, suhu udara, kelembaban kecepatan dan arah angin akan diambil dari Stasiun Badan Meteorologi dan geofisika Kota Samarinda; Data fisiografi akan dikumpulkan dari data yang tersedia di proyek (pemrakarsa) dan hasil publikasi instansi terkait, Data kegiatan disekitar lokasi proyek akan diperoleh dari pemrakarsa kegiatan dan laporan studi yang relevan, Data kesehatan masyarakat akan diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Samarinda, khususnya Kecematan Samarinda Utara. Data sekunder mengenai jaringan jalan, prasarana transportasi akan diperoleh dari Dinas Perhubungan Kota Samarinda Tabel 3.1.1 Jenis, Kategori, Sumber dan Metode analisis Data

NoJenis dataParameter yang diamatiKategori dataMetode AnalisisPeralatanSumberMetode analisis data

Komponen Fisik-Kimia

1IklimSuhu, kelembaban, curah hujan, arah kecepatan anginSekunder--BMKG-

2Kualitas udaraSO2PrimerPararosanilinSpektoforometerPP no 41 tahun 1999 tentang Baku Mutu Udara Ambien Nasional Sesuai dengan Kep.Men.LH no 45 tahun 1997

CONDIRNDIR analyzer

NO2SaltzmanSpektoforometer

TSPGravimetriHVAS

O3ChemiluminescentSpektoforometer

3Kebisingan dan getaranKebisingan dan getaranPrimer-Sound Level Meter dan Vibration meterKep.Men.LH no 48 tahun 1996 tentang Baku Tingkat KebisinganSesuai denganKep.Men.LH no 48 tahun 1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan

4

Kualitas airAir permukaan Primer/Sekunder--PP no 82 tahun 2001-

Air LautKep.Men.LH no 51 tahun 2004

5FisiografiTopografiPrimer/SekunderPengukurang denga GPS (Global Positioning System)GPS--

Struktur geologi

Jenis tanahPengambilan sampel secara manual dengan hand auger (bor tangan), serta analisis laboratoriumhand auger (bor tangan)--

Komponen Biologi

6

Flora

Daratan (ekosistem hutan)PrimerKeanekaragaman yang ada, banyaknya jenis flora atau fauna--Inventarisasi jenis vegetasi

Perairan (terumbu karang)Papan Manta-metode RRA (Rapid Reef Resource Assessment), metode Line Intercept Transect (LIT) dan metode Quadrant (Plot).

Fauna

Daratan (Burung)Binokuler-Pengamatan langsung

Perairan (Plankton & bentos)Plankton net, Echman Graf-Pengamatan langsung

7Kesehatan masyarakatJumlah fasilitas kesehatan yang ada, penyakit yang ditimbulkan akibat kondisi lingkungan sekitarSekunder--Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Samarinda -

Komponen SOSEKBUD

8Jumlah pendudukLaju kepadatan penduduk per tahunnyaSekunder--BPS Kota SamarindaDeskriptif analisis

9Keadaan ekonomiPeningkatan fasilitas ekonomi Kota Samarinda, keadaan ekonomi masyarakatPrimer/Sekunder--Wawancara / BPS Kota SamarindaDeskriptif analisis

10BudayaPendidikan, budaya di sekitar Kota Samarinda, presepsi masyarakatPrimer/Sekunder--Wawancara / BPS Kota SamarindaDeskriptif analisis

B. Metode Evaluasi Dampak Besar dan PentingUntuk mengidentifikasikan dampak digunakan diagram alir atau jaring sebab akibat (cause effect network) dengan tujuan untuk memperkirakan/menduga dampak primer maupun sekunder, baik yang bersifat positif maupun negatif serta matriks check list untuk menggambarkan interaksi antara komponen kegiatan dan komponen lingkungan pada setiap tahap kegiatan.Sedangkan untuk memperkirakan dampak aktivitas kegiatan terhadap komponen lingkungan dan atau sebaliknya, digunakan baik meodel formal maupun informal. Model formal digunakan untuk parameter-parameter lingkungan yang sifatnya dapat diketahui atau diestimasi, sehingga hasil prakiraan dapat lebih objectif. Sedangkan model informal yang digunakan adalah metode yang didasarkan pada analogi dengan kegiatan serupa yang telah ada dan pengalaman. Metodi ini digunakan untuk parameter-parameter lingkungan yang sifatnya sulit dipahami dengan pendekatan formal. Metode pendekatan yang digunakan dalam model formal maupun informal adalah : AnalogiPendekatan ini dilakukan dengan mempelajari dampak lingkungan yang timbul akibat kegiatan sejenis yang telah berlangsung pada areal tertentu di tempat yang sama dan atau di tempat lain yang kondisi lingkungannya identik dengan kondisi lingkungan wilayah studi, sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam memprakirakan dampak di wilayah studi. Pendekatan ini digunakan untuk memprakirakan dampak sosekbud dan lingkungan binaan.

Penilaian Para AhliDalam pendekatan ini, hubungan dampak terhadap komponen/sub-komponen/parameter lingkungan ditetapkan berdasarkan pengetahuan dan pengelaman para ahli yan tergabung dalam tim studi ini. Pendekatan ini digunakan untuk memprakirakan dampak biologi, kualitas udara dan air.

MatematikaDalam metode ini, hubungan sebab akibat yang menggambarkan dampak kegiatan terhadap komponen/sub-komponen/parameter lingkungan tertentu dirumuskan secara matematis.Untuk memprakirakan dampak yang dapat ditimbulkan akibat adanya pembangunan industri pulp dan kertas di Kota Samarinda, dilakukan menggunakan metode matriks (Metode Leopold), Tabel 3.2.1 Matriks Identifikasi DampakKegiatanPra konstruksiKontruksiOperasiPasca Operasi

Komponen123456789101112131415

Fisik Kimia

Kebisingan dan GetaranVVVVVV

Penurunan Kualitas Air TanahVVVVV

Penurunan Kualitas Air SungaiVVVVVV

Penurunan Kualitas UdaraVVVVVVV

Biologi

Kesehatan MasyarakatVVVVVVVV

Kenarakaragaman hayatiV

SOSEKBUD

LalulintasVV

Keresahan MasyarakatVVVVVVVVVVVVVVV

(Dibuat sesuai dengan Keputusan Kepala Bapedal No. 56 Tahun 1994 Tentang : Pedoman Mengenai Dampak Penting)

Tabel 3.2.2 Keterangan Kegiatan

NoPra Konstruksi

1 Perencanaan Pembangunan

2Pembebasan lahan

Konstruksi

3Perekrutan tenaga kerja

4 Mobilisasi alat angkut

5Pembersihan Lahan (Land clearing)

6Pemadatan tanah

7 Pemasangan Konstruksi Sipil

Operasi

8Proses Produksi

9Pengunaan Air

10Pengunaan Listrik

11Pengelolaan Limbah Kertas

12 Transportasi Bahan Baku

Pasca Operasi

13Pemantauan Kualitas Air Sungai

14Pemantauan Kualitas Udara

15Pemantauan Kualitas Air Tanah

BAB IVPELAKSANA STUDI

4.1 Pemrakarsa Kegiatan A. Nama PerusahaanNama Perusahaan : PT. INDOPAPERAlamat Kantor: Jl. Tantina I No.98, Kec. Samarinda Utara, Samarinda, 75119, IndonesiaNomor Telepon: 0541 998244091

B. Nama dan Alamat Penanggung Jawab KegiatanNama : Ferdinan TriputraJabatan : General Manager PT. INDOPAPERAlamat Kantor : Jl. Tantina I No.98, Kec. Samarinda Utara, Samarinda, 75119, Indonesia No Telepon : 0541 998244091

4.2 Identitas Penyusun AMDALA. Nama dan Alamat InstansiNama : Pusat Studi Lingkungan Hidup Universitas TrisaktiAlamat : Jl. Kyai Tapa No. 1, Grogol, Jakarta Barat 11440, IndonesiaE-mail : [email protected]. : (021) 789213Fax. : (021) 98120B. Penanggung Jawab StudiNama : Haekal Harana AbduhJabatan : Kepala Pusat Studi Lingkungan Hidup Universitas TrisaktiAlamat : Jl. Lingkungan Budaya, Sekip Utara Yogyakarta 55281E-mail : [email protected]. : (021) 789213Fax. : (021) 98120

B. Tim Pelaksana Studi AMDALTim pelaksana Studi AMDAL ini terdiri dari beberapa bagian, yaitu: ketua tim, koordinator bidang fisik kimia, koordinator bidang biologi, koordinator bidang sosial ekonomi dan budaya, koordinator bidang kesehatan masyarakat dan beberapa narasumber. Susunan tim penyusun AMDAL selengkapnya disajikan pada Tabel 4.2.1.Tabel 4.2.1 JabatanNamaKeahlianSertfikat Amdal

Ketua TimHaekal Harana AbduhAhli Kepala LingkunganA

Koordinator Bid.Hukum LingkunganRifqy AskharyAhli Hukum A

Koordinator Bid. BiologiWindy Zahrina FauhaniAhli Kepala Lingkungan A

Koordinator Bid. TransportasiMaria Manda KledenAhli Kepala TransportasiA

Koordinator Bid. Geofisik- KimiaDicky Dwi Haryanto PutraAhli Kepala LingkunganA

Koordinator Bidang Kes.MasRiski AmbariniAhli Kepala Kes. MasA

Koordinator Bidang Sos-BudAdzra RaihanaAhli Kepala Sos-BudA

Koordinator Bidang EkonomiHendri NofriandiAhli Kepala EkonomiA

4.3. BIAYA STUDIPerkiraan biaya studi AMDAL PT. INDOPAPER termasuk kegiatan konsultasi masyarakat sebagai kewajiban yang tercantum pada Keputusan Kepala BAPEDAL No. 08 Tahun 2000 adalah sebagai berikut :1. Konsultasi Masyarakata. Jasa tenaga ahli : 11%b. Survei lapangan/kegiatan konsultasi masyarakat : 19%c. Dokumentasi/pelaporan : 4%2. Penyusunan KA-ANDAL, ANDAL, RKL dan RPLa. Tenaga ahli : 21%b. Survei lapangan dan analisis laboratorium : 29%c. Proses persetujuan dokumen : 10%d. Dokumentasi/administrasi : 6% TOTAL : 100 %

4.4 Waktu StudiStudi ANDAL tersebut dilakukan dalam 5 bulan dari bulan Januari s/d Mei 2015Tabel 4.4.1 Perkiraan Waktu StudiNoKegiatanBulan Ke

IIIIIIIVV

12341234123412341234

1a. Perijinan Ke Instansi terkait

b. Koordinasi dengan pemerintah setempat

2PENGUMUMAN PUBLIK

a. Memasang papan pengumuman di desa dan kecamatan

b. Pengumuman di media elektronik

c. Pengumuman di media cetak

d. Pengumpulan data tanggapan masyarakat

3KONSULTASI MASYARAKAT

a. Koordinasi dengan pemerintah setempat

b. Konsultasi masyarakat di desa/kecamatan

c. Pengolahan data hasil konsultasi masyarakat

d. Pengumpulan data sekunder

4PENYUSUNAN KA-ANDAL

a. Penulisan draf KA-ANDAL

b. Konsultasi KA-ANDAL dengan pemrakarsa

c. Penyempurnaan KA-ANDAL

d. Penyerahan KA-ANDAL ke pemrakarsa

e. Presentasi KA-ANDAL di komisi penilai AMDAL

f. Penyempurnaan dan persetujuan KA-ANDAL

5PENYUSUNAN ANDAL, RKL, RPL

a. Pengumpulan data lapangan

b. Analisis laboratorium

c. Pengolahan data

d. Penyusunan ANDAL, RKL, RPL

e. Penyempurnaan ANDAL, RKL, RPL

f. Penyerahan ANDAL,RKL,RPL ke pemrakarsa

g. Presentasi ANDAL,RKL,RPL ke komisi penilai AMDAL

h. Penyempurnaan dan persetujuan ANDAL,RKL,RPL

BAB VDAFTAR PUSTAKA

Anna Shoba dalam tesis Evaluasi Pelaksanaan Pengelolaan Dan Pemantauan Lingkungan Pada Beberapa Industri Di Kabupaten Tangerang. Universitas Diponogoro,Semarang. 2006Badan Pertahanan Nasional (BPN) Kota SamarindaBadan Pusat Statistik Kota SamarindaBappeda Kota Samarinda tahun 2013Keputusan Kepala Bapedal No. 56 Tahun 1994 Tentang : Pedoman Mengenai Dampak PentingOECD (1991) dalam Laporan Komisi WHO Mengenai Kesehatan dan Lingkungan (2001)Peraturan Daerah Kota Samarinda Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Samarinda Tahun 2014-2034Peraturan Menteri Kehutanan No. 43/Menhut-II/2008, tentang Pedoman Pinjam Pakai Kawasan HutanPeraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 05 Tahun 2012 Tentang Jenis Rencana Usaha Dan/Atau Kegiatan Yang Wajib Memiliki Analisis Mengenai Dampak Lingkungan HidupPeraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak LingkunganPeraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 1981Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2002Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1995 Tentang Izin Usaha IndustriPeraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2012 Tentang Izin LingkunganPP No.49 Tahun 2007Prakarsa pemerintah Kota Samarinda nomor 2 tahun 1998 tanggal 21 januari 1998 pasal 5Rahayuningsih dalam jurnal tentang Perkembangan Industri Pulp dan kertas di Jawa Timur. Universitas Diponogoro,Semarang.2002Resti Fhilla Tantim, Analisis Rona Lingkungan Rencana Pertambangan Batu Bara Di Kutai Negara. Universitas Mulawarman.2014SK Menhut No. 79/Kpts-II/2001 tanggal 15 Maret 2001 tentang Penunjukan Kawasan Hutan dan Perairan Provinsi Kalimantan TimurStasiun Meteorologi Samarinda Statistik DaerahSurna T. Djajadiningrat, 2004Undang Undang No.22 Tahun 1999 tentang otonomi daerahUndang Undang No. 5 Tahun 1990 Tentang : Konservasi Sumberdaya Alam Hayati Dan EkosistemnyaUndang-Undang Republik Indonesia No 2006 tahun 2007 tentang Penataan RuangUndang-Undang Republik Indonesia No. 29 Tahun 1959Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan HidupUndang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 Tentang KehutananUNEP 2003, dalam jurnal purwanto tentang isu lingkungan dalam dinamika industri pulp dan kertas IndonesiaWorld Comission on Environment and Development (1987), Pembangunan berkelanjutan

http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Samarinda#cite_note-5http://www.google.co.idwww.kaltimprov.go.id/potensi-6-kehutanan.html