contoh eksepsi mooting perapid
DESCRIPTION
contoh surat eksepsi pada mooting peradilan pidana, bagian dari tugas mata kuliah Praktek Peradilan PidanaTRANSCRIPT
EKSEPSI
Atas Perkara No. 134/Pid.B/2009/PN.Tgr
Kepada Yth.
Hakim Ketua dan Anggota Majelis Hakim
Yang memeriksa dan mengadili
perkara pidana No. 134/Pid.B/2009/PN.Tgr.
di Pengadilan Negeri Tangerang.
Dengan hormat,
Majelis Hakim dan saudara Jaksa Penuntut Umum yang kami hormati, perkenankanlah
Kami penasehat hukum terdakwa mengajukan Nota Keberatan (Eksepsi) terhadap Surat
Dakwaan Penuntut Umum No. Reg. Perk : PDM-008/SMG/EP.23/1/2009 yang dibacakan
di dalam persidangan tanggal 23 Januari 2009 yang mendakwa terdakwa dengan dakwaan
sebagai berikut :
DAKWAAN 1
PRIMAIR :
Pasal 340 KUHP
SUBSIDAIR :
Pasal 338 KUHP
DAKWAAN 2
Pasal 181 KUHP
Tanggapan Atas Surat Dakwaan:
I. Surat Dakwaan Cacat Hukum
Majelis hakim yang mulia,
Sebagaimana telah diketahui dalam tiap-tiap perkara pidana, surat dakwaan
adalah surat yang memuat rumusan tindak pidana yang didakwakan kepada terdakwa
yang disimpulkan dan ditarik dari hasil pemeriksaan penyidikan, dan merupakan dasar
serta landasan bagi hakim dalam pemeriksaan di muka sidang pengadilan.
Sudah menjadi ketentuan bahwa sebelumnya surat dakwaan dibuat oleh saudara
Jaksa Penuntut Umum, terdakwa telah dilakukan pemeriksaan pendahuluan “PRO
JUSTITIA” (Untuk Keadilan) yaitu Berita Acara Pemeriksaan (BAP) yang menjadi
satu-satunya dasar saudara Jaksa Penuntut Umum membuat surat dakwaan yang
selanjutnya dilimpahkan ke pengadilan untuk diperiksa kebenarannya.
Karena setiap Berita Acara Pemeriksaan selalu berkepala dan didahului kata-
kata “PRO JUSTITIA” (Untuk Keadilan), maka mutlak hak-hak seorang
tersangka/terdakwa harus dijamin antara lain hak mendapat bantuan hukum
sebagaimana diatur dalam KUHAP. diantaranya Pasal 114 KUHAP menyatakan
bahwa : “Dalam hal seorang disangka melakukan suatu tindak pidana, sebelum
dimulainya pemeriksaan oleh penyidik, penyidik wajib memberitahukan kepadanya
tentang haknya untuk mendapatkan bantuan hukum atau ia dalam perkaranya itu wajib
didampingi oleh penasehat hukumnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 KUHP.
Hak tersebut bersifat formalitas, melainkan bersifat final kongkrit dan imperatif
artinya seorang tersangka harus didampingi oleh penasehat hukumnya selama proses
pemeriksaan dalam rangka terpenuhinya prinsip DUE PROCESS OF LAW.
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas hak-hak terdakwa dan pelanggaran terhadap
hukum acara pidana sebagaimana diatur dalam Pasal 56 dan Pasal 114 Kitab Undang-
undang Hukum Acara Pidana.
Dengan demikian pelanggaran tersebut berakibat seluruh hasil penyidikan yang
tertuang dalam Berita Acara Pemeriksaan (BAP) tersebut cacat hukum, dan berakibat
pula surat dakwaan tidak dapat diterima/tidak sah, karena dibuat berdasarkan Berita
Acara Pemeriksaan (BAP) yang cacat hukum tersebut.
II. Surat Dakwaan Jaksa Penuntut Umum Tidak Memenuhi Ketentuan Pasal 43 ayat (2)
KUHPidana
Bahwa dalam surat dakwaan harus mmenuhi 2 (dua) syarat:
1. Syarat Formil
2. Syarat Materil
Bahwa untuk syarat formil Kami sebagai Penasihat Hukum tidak akan membahas
lebih lanjut, karena telah memenuhi syarat formil yaitu mngenai identitas terdakwa.
Bahwa Surat Dakwaan Jaksa Penuntut Umum telah mengabaikan syarat materil
yaitu dakwaan tidak diuraikan secara cermat, jelas dan lengkap sebagaimana yang
disyaratkan oleh Pasal 143 ayat (2) KUHPidana yang merupakan syarat mutlak.
Bahwa atas syarat materil tersebut, saudara Jaksa Penuntut Umum terlihat timbul
keragu-raguan dan tidak adanya kepastian hukum yang diajukan oleh saudara Jaksa
Penuntut Umum atas diri terdakwa.
DAKWAAN KESATU
DAKWAAN PRIMAIR
Bahwa dakwaan primair yang didakwakan kepada terdakwa sebagaimana diatur
dalam Pasal 340 KUHPidana.
Bahwa dakwaan Jaksa Penuntut Umum yang berbunyi :
Bahwa kematian Korban disebabkan oleh luka yang terdapat pada perut,
sepanjang 4 cm, sedalam 5 cm di lambung, yang menyebabkan Korban mengalami
pendarahan hebat. Akibatnya, Korban dengan segera mengalami kematian somatik,
yang berlanjut pada proses kematian sekuler
Bahwa dakwaan Jaksa Penuntut Umum tersebut tidak menguraikan secara cermat,
jelas dan lengkap mengenai adanya motif terdakwa sehingga dakwaan tersebut
menjadi kabur (Obscuur Libel), maka surat dakwaan yang demikian harus dinyatakan
batal demi hukum
DAKWAAN SUBIDAIR
Bahwa dakwaan subsidair yang didakwakan kepada terdakwa sebagaimana diatur
dalam Pasal 338 KUHP
Rumusan unsur-unsur dalam dakwaan ini tidak jelas dan cermat apabila kita
hubungkan dengan kematian disebabkan karena kehabisan darah yang dimaksud oleh
aksa Penuntut Umum, karena tidak ada uraian yang jelas mengenai sebab kematian
dimaksud, oleh karena itu menjadikan kedudukan hukum terhadap diri terdakwa
dalam perkara ini tidak pasti atau kabur, maka dakwaan subsidair harus dinyatakan
batal demi hukum.
DAKWAAN KEDUA
Bahwa dakwaan kedua yang didakwakan kepada terdakwa sebagaimana diatur
pasal 181 KUHP
Bahwa uraian Penuntut Umum tentang perbuatan terdakwa sama sekali tidak
menggambarkan niat dari Terdakwa untuk menutupi kematian daripada korban
Hendra Madesu.
Bahwa dakwaan Jaksa Penuntut Umum tersebut tidak menguraikan secara cermat,
jelas dan lengkap mengenai adanya motif terdakwa sehingga dakwaan tersebut
menjadi kabur (Obscuur Libel), maka surat dakwaan yang demikian harus dinyatakan
batal demi hukum
Berdasarkan uraian tersebut di atas kami mohon kepada Ketua Majelis Hakim dan
Anggota Majelis Hakim yang memeriksa dan mengadili perkara ini dapat kiranya
mempertimbangkan eksepsi dari penasihat hukum terdakwa serta memberikan putusan
atas eksepsi sebagai berikut :
1. Menyatakan surat dakwaan Jaksa Penuntut Umum batal demi hukum atau
dinyatakan batal demi hukum.
2. Atau setidak-tidaknya dakwaan Jaksa Penuntut Umum tidak dapat diterima
3. Melepaskan terdakwa Sri Rumiyati binti Andhika oleh karenanya
Demikianlah Nota Keberatan (Eksepsi) ini Kami sampaikan, mohon dipertimbangkan
dengan rasa keadilan sepenuhnya. Atas perhatian majelis hakim yang terhormat kami
sampaikan terima kasih,
Tangerang, 30 Januari 2009
Hormat kami,Penasehat hukum
Satrio Hadisaputro SH