contoh bentuk tradisi jawa
TRANSCRIPT
7/15/2019 Contoh Bentuk Tradisi Jawa
http://slidepdf.com/reader/full/contoh-bentuk-tradisi-jawa 1/27
Contoh bentuk-bentuk Tradisi Budaya Jawa.
1. Slametan.
Slametan berasal dari kata slamet yang berarti selamat, bahagia,
sentausa. Selamat dapat dimaknai sebagai keadaan lepas dari insiden-insiden yang tidak dikehendaki. Sementara itu, menurut Clifford Geertz
slamet berarti gak ana apa-apa (tidak ada apa-apa), atau lebih tepat
“tidak akan terjadi apa-apa” (pada siapa pun).
Konsep tersebut dimanifestasikan melalui praktik-praktik slametan.
Slametan adalah kegiatan-kegiatan komunal Jawa yang biasanya
digambarkan oleh ethnografer sebagai pesta ritual, baik upacara di rumah
maupun di desa, bahkan memiliki skala yang lebih besar, mulai dari tedaksiti (upacara menginjak tanah yang pertama), mantu (perkawinan),
hingga upacara tahunan untuk memperingati ruh penjaga. Dengan
demikian, slametan merupakan memiliki tujuan akan penegasan dan
penguatan kembali tatanan kultur umum. Di samping itu juga untuk
menahan kekuatan kekacauan (talak balak ).
Slametan dalam skala kecil yang dilakukan oleh individu atau
keluarga tampak ketika mereka mulai membangun rumah, pindahan,ngupati (slametan mendoakan calon bayi yang masih umur empat bulan
dalam kandungan), mithoni (slametan untuk calon bayi yang masih umur
tujuh bulan dalam kandungan), puputan (lepas pusar), dan masih banyak
lainnya. Skala yang lebih besar dapat dijumpai praktik-praktik seperti
bersih desa, resik kubur , dan lainnya. Menurut Pamberton praktik yang
sarat dengan makna slametan dengan sajen (sesaji) tersebut
dilaksanakan dengan maksud agar dapat membangun kembali hubungandengan roh, terutama dengan ruh penunggu desa (dhanyang). Dengan
kata lain, bersih desa bertujuan untuk menjalin hubungan damai dengan
dunia ruh setempat1[2].
Dapat dipahami bahwa slametan seringkali merupakan pesta
komunal sebagaimana disebutkan pada slametan dalam skala besar.
Hanya saja, slametan bentuk ini (skala) besar justru tidak tampak nilai
kebersamaannya, tetapi yang menonjol adalah pesta ritual pembagian
1
7/15/2019 Contoh Bentuk Tradisi Jawa
http://slidepdf.com/reader/full/contoh-bentuk-tradisi-jawa 2/27
“buah tangan”, jajan pasar, dalam bentuk makanan. Yang menarik adalah
ketika warga desa mendatangi slametan bukanlah kemungkinan untuk
makan bersama —sebagai wujud kebersamaan—, tetapi justru keinginan
untuk membawa pulang makanan bertuah (berkat). Slametan dimaknaisebagai sebuah konsep dan ritual yang selanjutnya dimaknai dalam
bingkai yang lebih luas, yakni penciptaan tata, tertib, aman (selamat), dan
wilujeng (selamat). Bahkan, Orde Baru —yang syarat dengan tradisi Jawa
—, menginterpretasikan konsep ini dengan menciptakan satuan-satuan
pengamanan dengan maksud menciptakan ketertiban, in order condition,
dengan dalih keselamatan bangsa2[3].
Praktik Ritual Slametan; Beberapa Kasus
Dalam makalah ini akan ditampilkan beragam ritual slametan, yang
menurut penulis merupakan representasi dari slametan yang skupnya
kecil (individual) dan slametan kolosal (melibatkan orang banyak). Hal ini
penting karena jenis ritual slametan dalam tradisi Jawa sangat banyak.
a. Ngupati dan Mithoni
Dalam tradisi Jawa, terdapat slametan yang bernama ngupati atau
kupatan. Ngupati berasal dari kata kupat, yakni nama makanan yang
terbuat dari beras dengan daun kelapa (janur) sebagai pembungkus.
Slametan ini biasanya dilakukan di saat usia kehamilan sekitar 4 (empat)
bulan. Tradisi ngupati adalah slametan yang bertujuan untuk memohon
kepada Tuhan, agar anak yang masih dalam kandungan ibu tersebut
memiliki kualitas baik, sesuai dengan harapan orangtua. Slametan ini
biasanya menggunakan kupat sebagai hidangan utama.3[4] Dalam
slametan ini, penyelenggara (tuan rumah) mengundang tetangga dekat,
sekitar radius 50 meter untuk berdoa kepada Tuhan yang kemudian
dilanjutkan dengan menyuguhkan kupat dan berbagai variasi lauk dan
sayur sebagai pelengkap hidangan.
2
3
7/15/2019 Contoh Bentuk Tradisi Jawa
http://slidepdf.com/reader/full/contoh-bentuk-tradisi-jawa 3/27
Tradisi serupa dapat dijumpai dengan istilah mithoni. Mithoni
berasal dari kata pitu (tujuh). Sebuah ritual hajat slametan pada saat usia
kehamilan tujuh bulan. Dalam acara tersebut, disiapkansebuah kelapa
gading yang digambari wajah dewa Kamajaya dan Dewi Kamaratih.Maksud dan tujuannya agar bayi memiliki wajah seperti Dewa Kamajaya
jika laki-laki, dan seperti Dewi Kamaratih jika perempuan. Di samping
kelapa gading, dalam slametan tersebut disajikan kluban/
kuluban/uraban/ gudangan (campuan antara taoge, kacang panjang,
bayam, wortel, kelapa parut yang dibumbui), lauk-pauk (ikan, tempe,
tahun), dan rujak buah. Kepercayaan mitologi dari sebagian masyarakat
Jawa, di saat ibu (yang mengandung bayi yang di-slameti) makan rujak,
jika dia merasa pedas atau kepedasan, maka besar kemungkinan bayi
yang dikandung adalah laki-laki, demikian juga sebaliknya. Dalam acara
mithoni, ibu tertua mulai memandikan ibu yang mengandung (mithoni)
dengan air kembang (bunga) setaman (air yang ditaburi bunga mawar,
melati, kenanga, dan kanthil). Proses ini disebut tingkeban, di mana ibu
yang mengandung (mithoni) berganti tujuh kain (baju). Setelah selesai,
dilanjutkan dengan berdoa dan makan nasi dengan urap dan rujak.
Slametan ini sebagaimana disebut di atas sebagai upaya untuk memohon
kepada Tuhan agar anak yang dikandung nantinya menjadi anak yang
dapat mikul duwur mendhem jero (mengangkat derajat) orangtua dan
keluarga4[5].
b. Brokohan
Saat kelahiran dibeberapa tempat di daerah Jawa diadakan upacara
adat brokohan dan sudah menjadi tradisi turun temurun yang masihdilestarikan masyarakat. Brokohan adalah salah satu upacara adat Jawa
untuk menyambut kelahiran bayi. Upacara adat ini mempunyai makna
sebagai ungkapan syukur dan sukacita karena kelahiran itu selamat5[6].
Upacara adat seperti ini merupakan warisan kebudayaan nenek moyang
khususnya pada zaman Hindu-Budha, sejak masuknya Islam ke Jawa
tradisi ini diubah namanya oleh para Wali menjadi brokohan yang di ambil
4
5
7/15/2019 Contoh Bentuk Tradisi Jawa
http://slidepdf.com/reader/full/contoh-bentuk-tradisi-jawa 4/27
dari bahasa arab ”barokah” yang berarti mengharap berkah dari Tuhan.
Upacara brokohan ini memiliki berbagai tujuan yaitu :
1. Mensyukuri karunia Allah
2.
Memohon agar bayinya mendapat banyak karunia Allah3. Terima kasih kerpada seluruh famili dan kerabat
Upacara brokohan diselenggarakan pada sore hari setelah kelahiran anak
dengan mengadakan selamatan atau kenduri yang dihadiri oleh dukun
perempuan (dukun beranak), para kerabat, dan ibu-ibu tetangga terdekat.
Setelah kenduri selesai, para hadirin segera membawa pulang sesajian
yang telah didoakan. Sesajian dikemas dalam besek dan encek, yaitu
suatu wadah yang terbuat dari sayatan bambu yang di anyam6[7].
Sesajian serta maknanya yang dipersiapkan pada upacara brokohan, antara lain:
Dhawet cendol gula jawa lambang kesegaran dan kelancaran usaha hidup dan kemanisan
hidup dan syukur atas kelahiran bayi
Jenang abang dan putih lambang kemanunggalan ayah ibunya
Sekul ambeng: nasi dicampur lauk pauk jeroan atau iwak sakiris (daging seiris), pecel
dicampur lauk ayam matang lambang kekuatan besar lahir batin
Telur ayam kampung mentah sebanyak jumlah neptu lahir lambang pasaran lahir
Kembang setaman, mengandung makna kesucian
Kelapa melambangkan ketahanan fisik
Ingkung melambangkan si bayi yang baru lahir
Beras melambangkan kemakmuran dan kecukupan pangan
Jajanan pasar melambangkan kekayaan7[8]
c. Mantenan
Dalam tradisi Jawa, mantenan atau pernikahan merupakan peristiwa penting, selain
kelahiran dan kematian, sehingga ada upacara khusus untuk menyambutnya. Garis besar adat
pernikahan Jawa memang sama, misalnya adanya lamaran, siraman, midodareni, panggih,
dan sebagainya.
6
7
7/15/2019 Contoh Bentuk Tradisi Jawa
http://slidepdf.com/reader/full/contoh-bentuk-tradisi-jawa 5/27
a . Tepangan dan tembung
Jaman dulu, pasangan suami isteri dijodohkan oleh orang tuanya; sekarang, cara itu
sudah tidak dipakai lagi. Remaja yang telah dewasa, berkenalan, saling mengungkap
perasaan, lalu berpacaran (‘jadian’), dalam arti ingin menikah. Untuk menuju jenjang
pernikahan, orang tua harus terlibat. Remaja pria, sebaiknya menyampaikan keinginan untuk
menikah pada orang tua remaja wanita (dan orang tuanya sendiri, tentu saja), sehingga orang
tua remaja wanita merasa dihormati dan tenang jika anaknya, misalnya, diajak pergi.
Tahap berikutnya, adalah orang tua remaja pria tepangan (berkenalan) dengan
orang tua remaja wanita; dan menyampaikan maksud hati anaknya untuk ngembun-
embun enjing ajejawah sonten (mengharap embun turun di pagi hari, dan hujan turun
di sore hari), atau mengharap sesuatu yang menyenangkan, yaitu ingin menikahi anak orang
tua remaja wanita. Ukara “ngembun-embun enjing ajejawah sonten” juga
merupakan wangsalan. Dalam Bahasa Jawa nama embun pagi adalah awun-awun ,
hujan gerimis sore hari disebut rerabi ; maksudnya nyuwun rabi atau minta
menikah8[9].
Setelah kedua keluarga sepakat melangsungkan saat hajat pernikahan, dilakukan acara
puncak, yaitu mantenan
a) Pasang Tarub dan blekketepe
Sehari-dua hari sebelum upacara pernikahan, mulai dipasang tarub atau terob di
rumah orang tua wanita. Tarub berarti 1) kajang (anyaman bambu) yang dipasang sebagai
atap, 2) berkumpul. Jadi, pasang tarub berarti memasang kajang tempat tamu
berkumpul. Sekarang, yang dipakai bukan kajang , tetapi tratag dari terpal (kain tebal
tahan air). Tarub merupakan keratabasa ‘ditata dimen murub ’ (ditata agar
menyala), maksudnya diatur agar menerangi lingkungan. Dalam Bahasa Arab ta’arub
berarti pengumuman atau tanda akan ada hajat. .
Selain itu juga dipasang blekketepe . Blekketepe adalah anyaman daun kelapa tua
(bukan janur). Pelepah daun kelapa dibelah dua membujur, lalu dianyam, dipasang di atas
pintu depan. Ini menandakan, bahwa keluarga itu akan mempunya hajat mantu.. Pada kiri
kanan pintu masuk tarub dipasang tuwuhan (tumbuhan)9[10]. Tuwuhan terdiri atas
8
9
7/15/2019 Contoh Bentuk Tradisi Jawa
http://slidepdf.com/reader/full/contoh-bentuk-tradisi-jawa 6/27
1. Pisang Raja suluh
Dipakai Pisang Raja suluh (matang) lengkap dengan batang, daun dan setandan buahnya
yang matang, besar-besar, jumlah sisirnya genap, sebanyak 2 batang, dipasang di kiri kanan
pintu masuk tarub. Pisang raja mengandung harapan agar pasangan yang akan menikah
kelak akan mulia dan terhormat seperti raja, dan mempunyai sifat hambeg para marta ,
mengutamakan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi. Dipilih pisang yang
matang, agar pasangan yang akan menikah memiliki pemikiran dewasa
2. Tebu wulung, dua batang
Tebu ini berwarna wulung (ungu), dan dipakai batang tebu utuh, lengkap dengan
daunnya. Tembung (kata) tebu wulung merupakan kerata basa ’Ante ping kalbu
wu juding lelung an’ ; maksudnya, pasangan baru itu sudah mantap (antep ) hati
(kalbu ) untuk mewujudkan (wujud ) perjalanan (lunga ) menuju kehidupan yang baru.
3. Cengkir Gading
Cengkir adalah buah kelapa muda, di dalamnya berisi air kelapa yang bersih Ini
lambang kesucian dan hasrat membantu sesama.
4. Ron randu lan pari sewuli
Ron randu adalah daun randu, sedang pari sewuli adalah padi seikat. Randu
melambangkan sandang (pakaian), dan par i melambangkan pangan (makanan).Ini
mengandung doa agar pasangan baru itu selalu tercukupi sandang dan pangannya
5. Ron-ronan
Terdiri atas berbagai dedaunan, antara lain ron salam, maja, alang-alang ,
apa-apa, kara (kacang-kacangan), kluwih, dadap srep , ringin Daun apa-apa
termasuk kacang-kacangan, anak daunnya tiga. Di daerah Pasundan disebut hahapaan , di
Madura disebut pok-kepokan. Daun salam , maja , alang-alang , dan apa-apa
melambangkan “slam et aja ana alang an apa-apa”, atau ‘selalu selamat, tidak
ada halangan apa pun’ selama kehidupan pasangan baru itu.
Dipakai juga daun kara dengan harapan tidak ada sikara (cobaan), sukreta (siksaan),
atau perkara (kesulitan) yang menghalangi kehidupan. Daun kluwih , melambangkan
harapan agar pasangan baru itu selalu diberi kaluwihan (kelebihan), baik harta, benda,
maupun ilmu, untuk membantu sesama.
7/15/2019 Contoh Bentuk Tradisi Jawa
http://slidepdf.com/reader/full/contoh-bentuk-tradisi-jawa 7/27
Daun dadap srep ; mengandung doa agar pasangan baru diberi sumerep (mengetahui,
melihat, pengetahuan) yang baru dan manfaat. Dadap srep juga mengandung arti
permohonan agar keluarga pasangan baru selalu asrep atau sejukhidupnya. Ron ringin
(beringin), mengandung doa agar semua pepengin (keinginan)-nya terkabul. Tajuk daun beringin yang rimbun melambangkan pengayoman
6. Janur
Janur adalah daun kelapa muda Keratabasa janur adalah “se ja - tine (sungguh-
sungguh) nur (cahaya, sinar)”. Ini berarti, pasangan baru itu, nantinya benar-benar
memancarkan cahaya, memancarkan aura
b) Siraman
Siraman berasal dari kata siram yang berarti mandi, biasanya siraman dilakukan di
kamar mandi, tetapi jika terlalu sempit dapat dilakukan di tempat lain, dengan persiapan
seperlunya.
1. Pecah kendi
Setelah siraman, dilakukan upacara pecah kendi. Ibu pengantin putri (atau juru
rias) memecahkan kendi yang berisi toya perwitosari sambil berkata “ Niat ingsun
ora mecah kendi, nanging mecah pamore anakku… (nama pengantenputri)”. Pecah pamor-e berarti sudah dewasa. Ini melambangkan, ibu sudah siap
melepaskan anak gadisnya yang sudah dewasa.
2. Pangkas dan tanem rikma
Rambut (rikma ) penganten dipotong (pangkas ) sedikit, lalu ditanam di belakang
rumah. Ini berarti penganten putri tetap menjadi bagian dari keluarga besar orang tuanya,
sekali pun telah berkeluarga sendiri
3. Gendongan
Kedua orangtua pengantin menggendong anak mereka untuk terakhir kali, dari tempat
siraman ke kamar penganten, melambangkan sudah ngentaske anaknya
4. Midodareni
7/15/2019 Contoh Bentuk Tradisi Jawa
http://slidepdf.com/reader/full/contoh-bentuk-tradisi-jawa 8/27
Midodareni berlangsung di kamar penganten putri, pada malam hari sebelum panggih.
Acara midodareni terdiri atas tantingan , dan turunnya kembar mayang. Sementara itu,
di luar, berlangsung acara srah-srahan, jonggolan dan wilujengan ini adalah bentuk
permohonan keselamatan
5. Pasrah sanggan
Pasrah sanggan atau srah-srahan berasal dari kata srah atau serah dan
sanggan . Srah-srahan berarti menyerahkan. Sanggan berasal dari kata sangga ,
yang berarti 1) melipat tangan, 2) menjalani (misalnya hukuman), 3) membiayai; di sini,
sangga tukon , dari kata tuku (membeli). Kata tukon di sini, tidak dalam arti membeli,
tetapi lebih bersifat ikut membiayai upacara. Uba rampe pasrah sanggan ini diserahkan
oleh keluarga pihak kakung pada keluarga pihak putri. Uba rampe srah-srahan terdiri
atas:
a. Kalpika atau cincin, kalau bisa yang penampangnya berbentuk lingkaran (tidak nyigar
penjalin , atau setengah lingkaran), dan lingkaran cincinnya utuh, tidak terpotong. Ini
melambangkan kasih sayang yang abadi, tidak pernah putus
b. Ageman putri sakpengadeg atau pakaian wanita lengkap, seperti kebaya, nyamping
batik, sepatu, selop, dan sebagainya Ini berarti, suami akan menutupi kekurangan, kelemahan
atau aib isterinya
c. Rerenggan pelik-pelik terdiri atas perhiasan, seperti gelang, kalung, cincin, anting-
anting Ini melambangkan, bahwa suami akan menjaga, melindungi, dan merawat cahaya, dan
keindahan istrinya
d. Jadah, wajik, lapis abang putih melambangkan sumsum yang merah dan tulang yang
putih, yang saling terikat / kakung dan putri sudah menjadi loro-loroning atunggal
e. Woh-wohan melambangkan kakung dan putri menginginkan adanya wohing ngurip ,
atau buah kehidupan, yaitu kebahagiaan dunia akhirat setelah menikah
f. Suruh temu rose-e lan pisang raja Sirih ini melambangkan, bahwa pasangan itu
sudah bertemu atau menyatu hatinya. Pisang raja, mengandung makna, nantinya pasangan itu
menjaga keluhuran dan kesucian budi dan martabat mereka seperti raja
g. Cengkir Gading melambangkan kesetiaan
7/15/2019 Contoh Bentuk Tradisi Jawa
http://slidepdf.com/reader/full/contoh-bentuk-tradisi-jawa 9/27
h. Urip-urip berupa sepasang ayam, atau bebek atau angsa sebagai lambang pasangan baru itu
akan bertanggung jawab atas kehidupan keluarganya10[11]
c) Pasrah tampi penganten kakung
Pasrah berarti menyerahkan, sedang tampi berarti menerima. Keluarga calon
penganten kakung menyerahkan calon penganten kakung pada keluarga calon penganten
putri untuk di-ijab kabul-kan. Secara administrasi, status calon penganten kakung harus satu
domisili dengan calon penganten putri, sehingga calon penganten kakung harus pindah
sementara ke domisili calon penganten putri
d) Ijab kabul
Nikah adalah persetujuan pria dan wanita untuk bersuami-isteri. Ijab adalah kalimat
menikahkan yang diucapkan oleh fihak wali (wakil) penganten putri, kabul berarti ucapan
tanda persetujuan dinikahkan, yang dilakukan oleh penganten kakung. Jadi, ijab kabul
adalah proses menikahkan oleh wali penganten putri, yang disetujui oleh penganten kakung.
Akad adalah perjanjian, jadi akad nikah berarti perjanjian untuk menikah
Setelah acara agama ini, dilakukan acara adat, yaitu panggih . Setelah ijab kabul, orang
tua penganten kakung, nyanggrah (dari kata sanggrah , istirahat) di rumah kerabat atau
tetangga yang dekat. Selama panggih, orang tua penganten kakung (besan), tidak bolehmenyaksikan. Tetapi, sekarang, banyak yang melanggar adat ini. Nantinya, pada acara
mertuwi. orang tua penganten kakung akan dijemput untuk mengikuti acara selanjutnya
e) Liru kembar mayang
Setelah ijab kabul, yang merupakan acara agama, diteruskan dengan acara adat Jawa.
Rombongan penganten kakung memasuki rumah penganten putri dan rombongan penganten
kakung diterima oleh keluarga penganten putri,
Panggih diawali dengan liru kembar mayang . Liru berarti menukar. Penganten
kakung beserta rombongan datang membawa sepasang kembar mayang kakung yang
dibawa oleh dua satriya kembar . Penganten putri beserta rombongan juga membawa
sepasang kembar mayang putri yang dibawa oleh dua putri domas . Ke empat
remaja itu saling menukarkan kembar mayang . Ini merupakan lambang, bahwa keluarga
kakung menyatu dengan keluarga putri dan sebaliknya. Nantinya, kembar mayang
putri dibuang atau dilarung, sedang kembar mayang kakung tetap mengikuti upacara,
10
7/15/2019 Contoh Bentuk Tradisi Jawa
http://slidepdf.com/reader/full/contoh-bentuk-tradisi-jawa 10/27
diletakkan di samping pelaminan. Ini melambangkan, bahwa kakung akan menjadi imam atau
pemimpin keluarga11[12].
f) Panggih
Setelah ijab kabul , dan liru kembar mayang , acara berikutnya adalah panggih atau
temu atau bertemu. Panggih adalah tanda, bahwa penganten kakung dan putri sudah resmi
menjadi garwa atau suami istri sah secara adat Jawa.
g) Ngunduh mantu
Hakekatnya, mantenan adalah tanggung jawab keluarga putri. Kadang-kadang,
pihak kakung (apalagi jika tempat tinggal kedua orang tua berjauhan), ingin mengadakan
mantenan juga ; yang disebut ngunduh manten atau ngunduh mantu .
Ngunduh berarti mengunduh, atau memetik. Ada juga yang menyebut boyong manten .
Tidak ada acara spesifik dalam ngunduh mantu, penganten boleh berpakaian adat Jawa atau
model barat12[13]
d. Kematian
Berkenaan dengan kematian ada macam-macam tradisi Jawa yang mempercayai
eksistensi roh setelah berpisah dari raga, yang ditujukan sebagai penghormatan terakhir :
1) Brobosan, Upacara brobosan diselenggarakan dihalaman rumah orang yang meninggal,
sebelum dimakamkan, dan dipimpin oleh anggota keluarga yang paling tua. Upacara
tradisional ini merupakan pengejawantahan sesanti (pepetah) “Mikul dhuwur mendhem jero”
( menjunjung tinggi, menghormati, mengenang jasa-jasa almarhum semasa hidupnya dan
memendam hal-hal yang kurang baik dan tidak perlu diungkit-ungkit )13[14]
2) Tigang dinten yaitu tiga hari meninggalnya Almarhum/ mah, Pitong Dinten yaitu tujuh hari
meninggalnya Almarhum/ mah, Petang Puluh Dinten yaitu Empat Puluh hari meninggalnya
Almarhum/ mah, Nyatos Dinten yaitu seratus hari meninggalnya Almarhum/ mah, Mendhak
yaitu setahun dan Dua Tahun meninggalnya Almarhum/ mah, Nyewu yaitu Seribu hari
meninggalnya Almarhum/ mah, Kol (Kol kolan) yaitu peringatan setelah Seribu hari dan
11
12
13
7/15/2019 Contoh Bentuk Tradisi Jawa
http://slidepdf.com/reader/full/contoh-bentuk-tradisi-jawa 11/27
peringatan ini bertepatan dengan hari dan bulan meninggalnya Almarhum/ mah dan semua
acara sebagaimana tersebut diatas dilakukan dengan mengundang tetangga dan kerabat
masudnya untuk kirim doa/ mendoakan Almarhum/ ah agar kehidupannya di akhirat selamat
dan bahagia dan dilanjutkan dengan shodaqohan yang bertujuan dengan shodaqoh semua
hajat keluarga yang ditujukan kepada Almarhum/ ah dapat terkabul.
Contoh simbolisasi dalam kematian adalah : Daun kelor / dadhap srep yang menyertai
pemandian mayit, kelor (Lungsur dosa-dosanya), dadhap srep (menghadap dengan tenang),
Kelapa Muda : mempunyai arti Toyo wening/ toyo suci (air yang melambangkan keheningan
dan kesucian) Payung melambangkan tanda belas kasih cinta sanak keluarga terhadap orang
yang baru saja meninggal, Kembang Setaman bermakna penghormatan kepada jenazah dan
untuk mengenang kebaikan-kebaikan yang dilakukan selama hidupnya dan juga suatu upayakeluarga untuk mendoakan agar arwahnya diterima Tuhan
Read more: http://bambangindrayana.blogspot.com/2013/02/nilai-filosofis-dalam-tradisi-
budaya.html#ixzz2WmyNJJFc
Ketupat-Bakda Syawal, SimbolKesempurnaan
KETUPAT bagi masyarakat Jawa tak hanya sekadar makanan, tetapi jugabagian tak terpisahkan dengan tradisi sejak dahulu kala. Tak percaya,coba bertanya kepada seseorang, mereka pasti akan mengingat tradisiyang dirayakan satu minggu setelah perayaan Idul Fitri, Bakda Syawalatau Bakda Kupat.
Ketupat bahkan dipakai untuk memberi nama perayaan tersebut. Karena
itu, Bakda Syawal pun sering disebut dengan nama Bakda Kupat.
Kemarin, masyarakat Solo dan sekitar merayakan tradisi tersebut.Setelah perayaan Lebaran pada 6-7 Desember berlangsung seminggu,Jumat kemarin saatnya merayakan Bakda Syawal. Gaung perayaan punsudah terasa dua hari menjelang hari H.
Karena itu jangan heran bila selongsong ketupat dijumpai di mana-mana.Tak hanya di rumah, di pasar-pasar juga ada. Sebab, memangselongsong tersebut diperjualbelikan. Yang ahli membuat bungkus
ketupat, kini waktu yang tepat untuk mengais rezeki.
7/15/2019 Contoh Bentuk Tradisi Jawa
http://slidepdf.com/reader/full/contoh-bentuk-tradisi-jawa 12/27
Jangan kaget pula, bila sulit menemukan nasi saat perayaan BakdaSyawal, lantaran untuk sementara makanan pokok sehari-hari itu digantidengan lontong ketupat. Ya bahannya memang sama dari beras, tapirasanya lain di lidah. Wah sungguh lezat bila dilengkapi opor.
Simbol
Belum diketahui sejak kapan tradisi itu ada. Hanya saja lantaranperayaan itu berkaitan dengan Idul Fitri, kemungkinan tradisi itu adasejak agama Islam masuk ke Jawa.
Sumanto SKar MS, dosen Kebudayaan Jawa Sekolah Tinggi SeniIndonesia (STSI) Surakarta, menyatakan belum ada kepastian sejakkapan tradisi itu mulai berlangsung. ''Memang belum ada jejak, mulaikapan tradisi itu berlangsung.''
Meski demikian dia mengemukakan, jika memandang sebuah tradisisebagai sebuah budaya (Jawa), itu akan selalu identik dengan simbol-simbol, sama halnya dengan perayaan tradisi Bakda Kupat. MasyarakatJawa sering menggunakan simbol bila memandang sesuatu hal. Begitu juga dengan ketupat yang dalam pandangannya merupakan simbolkesempurnaan. ''Jika dicermati, bentuk ketupat itu hampir mirip denganbentuk stupa di Candi Borobudur. Dan, bentuk itu perlambang pencapaiankesempurnaan hidup.''
Dalam kaitan itu, tentu saja dilakukan setelah seseorang menjalani puasasebulan penuh dan kemudian mencapai kesempurnaan pada Idul Fitri.Masyarakat Jawa lalu menyimbolkan hal itu dengan ketupat. ''Fitri ituartinya bersih. Pada seseorang yang mencapai kesempurnaan hidup,kebersihan akan selalu ada padanya.''
Jika sudah mencapai taraf kesempurnaan, dosen yang juga PembantuKetua I STSI Surakarta tersebut menjelaskan, seseorang akan dapatmengendalikan hawa nafsunya. Selain sebagai simbol kesempurnaan,ujar dia, ada juga masyarakat Jawa yang meyakini Bakda Kupat adalahsaat lebaran hewan berkaki empat.
''Sebab, ada masyarakat Jawa yang mengatakan kupat itu jarwadasa suku papat (kaki empat). Karena itu kemudian terjadi saat Bakda Syawal,sapi atau kerbau dikalungi ketupat.''
Namun lepas dari itu semua, dengan tetap bertahan tradisi itu, berartimasyarakat Jawa masih mau nguri-uri budayanya.
7/15/2019 Contoh Bentuk Tradisi Jawa
http://slidepdf.com/reader/full/contoh-bentuk-tradisi-jawa 13/27
Tradisi Nyadran masyarakat Jawa Bagi masyarakat Jawa, kegiatan tahunan yang bernama nyadran atau sadranan
merupakan ungkapan refleksi sosial-keagamaan. Hal ini dilakukan dalam rangka
menziarahi makam para leluhur. Ritus ini dipahami sebagai bentuk pelestarian
warisan tradisi dan budaya para nenek moyang. Nyadran dalam tradisi Jawa
biasanya dilakukan pada bulan tertentu, seperti menjelang bulan Ramadhan,
yaitu Sya'ban atau Ruwah.
Nyadran dengan ziarah kubur merupakan dua ekspresi kultural keagamaan yang
memiliki kesamaan dalam ritus dan objeknya. Perbedaannya hanya terletak
pada pelaksanaannya, di mana nyadran biasanya ditentukan waktunya oleh
pihak yang memiliki otoritas di daerah, dan pelaksanaannya dilakukan secara
kolektif.
Tradisi nyadran merupakan simbol adanya hubungan dengan para leluhur,
sesama, dan Yang Mahakuasa atas segalanya. Nyadran merupakan sebuah pola
ritual yang mencampurkan budaya lokal dan nilai-nilai Islam, sehingga sangat
tampak adanya lokalitas yang masih kental islami.
Budaya masyarakat yang sudah melekat erat menjadikan masyarakat Jawa
sangat menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dari kebudayaan itu. Dengan demikian
tidak mengherankan kalau pelaksanaan nyadran masih kental dengan budaya
Hindhu-Buddha dan animisme yang diakulturasikan dengan nilai-nilai Islam oleh
Wali Songo.
Secara sosio-kultural, implementasi dari ritus nyadran tidak hanya sebatas
membersihkan makam-makam leluhur, selamatan (kenduri), membuat kue
apem, kolak, dan ketan sebagai unsur sesaji sekaligus landasan ritual doa.
Nyadran juga menjadi ajang silaturahmi keluarga dan sekaligus menjadi
transformasi sosial, budaya, dan keagamaan.
Prosesi ritual nyadran biasanya dimulai dengan membuat kue apem, ketan, dan
kolak. Adonan tiga jenis makanan dimasukkan ke dalam takir, yaitu tempat
makanan terbuat dari daun pisang, di kanan kiri ditusuki lidi (biting). Kue-kue
tersebut selain dipakai munjung/ater-ater (dibagi-bagikan) kepada sanak
saudara yang lebih tua, juga menjadi ubarampe (pelengkap) kenduri. Tetanggadekat juga mendapatkan bagian dari kue-kue tadi. Hal itu dilakukan sebagai
ungkapan solidaritas dan ungkapan kesalehan sosial kepada sesama.
Selesai melakukan pembersihan makam, masyarakat kampung menggelar
kenduri yang berlokasi di sepanjang jalan menuju makam atau lahan kosong
yang ada di sekitar makam leluhur (keluarga). Kenduri dimulai setelah ada bunyi
kentongan yang ditabuh dengan kode dara muluk (berkepanjangan). Lalu
seluruh keluarga dan anak-anak kecil serta remaja hadir dalam acara kenduri itu.
Tiap keluarga biasanya akan membawa makanan sekadarnya, beragam jenis,lalu duduk bersama dalam keadaan bersila. Kemudian, kebayan desa membuka
7/15/2019 Contoh Bentuk Tradisi Jawa
http://slidepdf.com/reader/full/contoh-bentuk-tradisi-jawa 14/27
acara, isinya bermaksud untuk mengucapkan rasa syukur dan terima kasih
kepada warga yang sudah bersedia menyediakan makanan, ambengan, dan lain-
lain termasuk waktunya. Setelah itu, Mbah Kaum (ulama lokal) yang sudah
dipilih menjadi rois, maju untuk memimpin doa yang isinya memohon maaf dan
ampunan atau dosa para leluhur atau pribadi mereka kepada Tuhan Yang
Mahakuasa.
Doanya menggunakan tata cara agama Islam, warga dan anak-anak mengamini.
Suasana ceria anak-anak tergambar dengan semangat melafalkan amin sambil
berteriak. Selesai berdoa, semua yang hadir mencicipi makanan yang digelar.
Pada saat itu ada yang tukar-menukar kue, ada yang asyik ngobrol dengan
kanan-kiri, maklum beberapa warga pulang dari perantauan hadir dalam kenduri.
Biasanya Mbah Kaum diberi uang wajib dan makanan secukupnya, sedangkan
yang tak hadir atau si miskin diberi gandhulan, nasi, kue yang dikemas khusus
kemudian diantar ke rumah yang sudah disepakati diberi gandhulan.
Dari tata cara tersebut, jelas nyadran tidak sekadar ziarah ke makam leluhur,
tetapi juga ada nilai-nilai sosial budaya, seperti budaya gotongroyong, guyub,
pengorbanan, ekonomi. Bahkan, seusai nyadran ada warga yang mengajak
saudara di desa ikut merantau dan bekerja di kota-kota besar.
Di sini ada hubungan kekerabatan, kebersamaan, kasih sayang di antara warga
atau anggota trah. Di samping itu, semakin jelas adanya nilai transformasi
budaya dan tradisi dari yang tua kepada yang muda.
Mengenai pola keberagamaan yang ada di Jawa, C Geertz (1981) melalui
penelitiannya di Mojokerto menghasilkan sebuah konsep keberagamaan
masyarakat yang bersifat abangan, santri, dan priayi. Ketiganya merupakan
akumulasi dari hasil akulturasi budaya lokal masyarakat, Hidhu-Buddha dengan
nilai-nilai Islam. Pola interaksi antara budaya lokal dan nilai Islam menjadikan
Islam warna-warni.
Nyadran merupakan ekspresi dan ungkapan kesalehan sosial masyarakat di
mana rasa gotong- royong, solidaritas, dan kebersamaan menjadi pola utama
dari tradisi ini. Ungkapan ini pada akhirnya akan menghasilkan sebuah tatahubungan vertikal-horizontal yang lebih intim. Dalam konteks ini, maka nyadran
akan dapat meningkatkan pola hubungan dengan Tuhan dan masyarakat
(sosial), sehingga akhirnya akan meningkatkan pengembangan kebudayaan dan
tradisi yang sudah berkembang menjadi lebih lestari.
Dalam konteks sosial dan budaya, nyadran dapat dijadikan sebagai wahana dan
medium perekat sosial, sarana membangun jati diri bangsa, rasa kebangsaan
dan nasionalisme (Gatot Marsono). Dalam prosesi ritual atau tradisi nyadran kita
akan berkumpul bersama tanpa ada sekat-sekat dalam kelas sosial dan status
sosial, tanpa ada perbedaan agama dan keyakinan, golongan ataupun partai.
7/15/2019 Contoh Bentuk Tradisi Jawa
http://slidepdf.com/reader/full/contoh-bentuk-tradisi-jawa 15/27
Nyadran menjadi ajang untuk berbaur dengan masyarakat, saling mengasihi,
saling menyayangi satu sama lain. Nuansa kedamaian, humanitas dan familiar
sangat kental terasa. Apabila nyadran ditingkatkan kualitas jalinan sosialnya,
rasanya Indonesia ini menjadi benar-benar rukun, ayom-ayem, dan tenteram.
Nyadran dalam konteks Indonesia saat ini telah menjelma sebagai refleksi,wisata rohani kelompok masyarakat di tengah kesibukan sehari-hari.
Masyarakat, yang disibukkan dengan aktivitas kerja yang banyak menyedot
tenaga sekaligus (terkadang) sampai mengabaikan religiusitas, melalui nyadran,
seakan tersentak kesadaran hati nuraninya untuk kembali bersentuhan dan
bercengkrama dengan nilai-nilai agama: Tuhan.
Kebiasaan Orang Jawa
September 1, 2008 oleh ay
Saya orang jawa dan banyak sekali kebiasaan-kebiasaan orang jawa di sekitar saya yang
terbilang unik bahkan sama sekali nggak nyambung kalo pake logika. Untuk contohnya yang
sering dilakukan orang tua kepada anaknya ketika makan. Nach apabila anak makan dan
tidak dihabiskan pasti bilang seperti ini “nek ra ditelaske, kuthuk’e mati” (kalo tidak
dihabiskan anak ayamnya mati), kalo dipikir2 apa hubungannya antara makanan tidak dihabiskan dengan anak ayam mati???? itu yang membuat saya kepikiran sampe sekarang .
Selain itu juga ada kebiasaan unik lagi yakni antara cabe dengan geles gede (cepat besar).
Banyak sekali orang jawa yang meyakini kalo anak kecil berani makan cabe nanti cepat
besar. Nach loe apa nggak tambah penasaran lagi+bingung juga heran, apa hubungannya
coba antara cabe dengan cepat besar??? mang ada cabe yang bikin pertumbuhannya cepat
(cepat besar), kalo mau pertumbuhan yang cepet mah gizinya harus tercukupi. Mbok makan
cabe sampe 1 kg pun gak bakal cepet gede yang ada perut mules hehehehe.
Oh ya saya juga masih inget sampe sekarang yang bikin geli dan tertawa sendiri. Dulu pas
masih kecil ya umuran masih bau kencur, sering banyak orang bilang “nek dolan ojo adoh-
adoh mengko ndak digondol montor pelet” (kalo maen jangan jauh-jauh nanti ndak dibawamobil pelet). Tau mobil pelet??? Orang dulu yang masih -maaf- kolot, mobil pelet itu mobil
7/15/2019 Contoh Bentuk Tradisi Jawa
http://slidepdf.com/reader/full/contoh-bentuk-tradisi-jawa 16/27
yang ada bermusik dengan bantuan toa sehingga musik terdengar kemana-mana. Padahal
waktu itu yang make mobil kaya gityu mobil yang jualan jamu keliling, masak mobil jualan
jamu dibilang mobil pelet, yang bener saja. Jujur sampe saya besar sampe umur saya yang
hampir kepala 2 ini belum pernah melihat yang namanya mobil pelet. Heran kenapa orang
dulu banyak bilang kaya gitu kalo ndak ada buktinya ya, jian aneh bener .
Yach sebenarnya kreatif juga walaupun nggak nyambung . Itu dilakukan orang tua tempo
dulu bahkan sampe sekarang pun masih ada juga kebiasaan seperti itu dan semata-mata
dilakukan agar si anak menurut (baiknya). Celoteh diatas sekedar refresh aja di hari pertama
puasa. Semoga puasa pertama ini berkesan
KEBUDAYAAN MASYARAKAT JAWA
Suku bangsa jawa adalah suku bangsa terbesar di indonesia. Jumlahnya mungkin ada sekitar
90 juta atau lebih. Mereka berasal dari pulau jawa dan terutama ditemukan di provinsi jawa
tengah dah jawa timur, tetapi di provinsi jawa barat banyak ditemukan suku jawa, terutama
dikabupaten indramayu dan cirebon yang mayoritas masyarakatnya merupakan orang-orang
jawa yang berbahasa dan berbudaya jawa. Dan di wilayah-wilayah lain juga terdapat populasi
mereka. Suku jawa juga memiliki sub-suku, yaitu seperti osing dan tengger
bahasa jawa memiliki aturan perbedaan kosa kata dan intonasi berdasarkan hubungan antara
pembicara dan lawan bicara yang biasa dikenal dengan ungguh-ungguh. Hal tersebutlah yang
membedakan antara bahasa jawa yang dianggap kasar dan halus.
Sedangkan kepercayaan suku jawa yaitu sebagian besar menganut agama islam. Tetapi yang
menganut agama protestan dan khatolik juga banyak. Mereka juga terdapat di daerah pedesaan. Selain itu juga ada penganut agama buddha dan hindu, ada pula agama
kepercayaan suku jawa yang disebut sebagai agama kejawen. Kepercayaan ini terutama
berdasarkan kepercayaan animisme. Sedangkan profesi suku jawa di indonesia mempunyai
pekerjaan disegala bidang, terutama pegawai negri sipil dan militer. Orang jawa agak lemah
dalam bidang bisnis dan industri, dan tidak asing lagi masyarakat jawa lebih menonjol di
bidang pertanian sebagai petani.
Orang jawa memiliki stereotipe sebagai sukubangsa yang sopan dan halus, akan tetapi
mereka juga terkenal sebagai suku bangsa yang tertutup dan tidak mau terus terang. Ini
disebabkan karena mereka tidak ingin terjadi konflik. Karena itulah mereka justru cenderung
diam dan tidak membantah bila terjadi perbedaan pendapat. Namun tidak semua orang jawamemiliki sikap tertutup, banyak juga terdapat masyarakat suku jawa yang memiliki watak
lugas, terbuka, terus terang, apa adanya, dan tidak suka basa-basi.
Masyarakat jawa juga terkenal akan pembagian golongan-golongan sosialnya. Pada tahun
1960-an seorang pakar antropologi amerika yg bernama Clifford Geertz membagi masyarakat
jawa menjadi tiga kelompok yaitu kaum santri, abangan dan priyayi. Kelompok santri adalah
penganut islam yang taat, sedangkan kelompok abangan adalah kelompok penganut islam
secara nominal atau penganut kejawen, dan kaum priyayi adalah kaum bangsawan atau yang
sering kita sebut sebagai kaum darah biru.
Orang jawa juga terkenal dengan budaya seninya terutama dipengaruhi oleh agama hindu- buddha, yaitu pementasan wayang. Repertoar cerita wayang atau lakon sebagian besar
7/15/2019 Contoh Bentuk Tradisi Jawa
http://slidepdf.com/reader/full/contoh-bentuk-tradisi-jawa 17/27
berdasarkan wiracarita ramayana dan mahabrata. Tetapi pengaruh islam dan dunia barat ada
pula.
KARAKTER KHAS SUKU JAWA DENGAN TRADISI
TRADISINYA Diposkan oleh pamomong semar , 10:22 AM 5 Comments so far
Suku Jawa merupakan salah satu suku terbesar yang berdiam di negaraIndonesia. Sebagai buktinya, kemana pun Anda melangkah kan kaki kebagian pelosok penjuru negeri ini, Anda pasti akan menemukan suku-suku
Jawa yang mendiami kawasan tersebut meskipun terkadang jumlahnyaminorotas,dengan kata lain di mana ada kehidupan di seluruh IndonesiaOrang Jawa selalu ada.
Suku Jawa hidup dalam lingkungan adat istiadat yang sangat kental.Adat istiadat Suku Jawa masih sering digunakan dalam berbagai kegiatanmasyarakat. Mulai masa-masa kehamilan hingga kematian. Di dalam halini di manapun Suku Jawa berada akan selalu dilaksanakan dan di jadkanUgeman atau Pathokan dalam kehidupannya.
Banyak yang bisa di gali dari literatur literatur yang sdh ada bahwa suku jawa punya banyak keaneka ragaman ciri khas dan budaya besertatradisi tradisinya
Dan bila kita seumpama sebagai suku lain yang ada di Indonesia akansangat dengan mudahnya berinteraksi dengan suku jawa di karenakansuku ini mempunyai sifat dan karakter yang sangat santun dalambermasyarakat dengan di terimanya suku Jawa sebagai bagian darianggota masyarakat oleh suku lain di seluruh Indonesia.
7/15/2019 Contoh Bentuk Tradisi Jawa
http://slidepdf.com/reader/full/contoh-bentuk-tradisi-jawa 18/27
Sifat dan Karakter Orang Jawa
Suku jawa diidentikkan dengan berbagai sikap sopan, segan,menyembunyikan perasaan alias tidak suka langsung-langsung, menjagaetika berbicara baik secara konten isi dan bahasa perkataan maupunobjek yang diajak berbicara. Dalam keseharian sifat Andap Asor terhadapyang lebih tua akan lebih di utamakan, Bahasa Jawa adalah bahasaberstrata, memiliki berbagai tingkatan yang disesuaikan dengan objekyang diajak bicara.
Suku Jawa umumnya mereka lebih suka menyembunyikan perasaan.Menampik tawaran dengan halus demi sebuah etika dan sopan santunsikap yang dijaga. Misalnya saat bertamu dan disuguhi hidangan. Karakterkhas seorang yang bersuku Jawa adalah menunggu dipersilahkan untukmencicipi, bahkan terkadang sikap sungkan mampu melawan kehendakatau keinginan hati.
Suku Jawa memang sangat menjunjung tinggi etika. Baik secara sikapmaupun berbicara. Untuk berbicara, seorang yang lebih muda hendaknya
menggunakan bahasa Jawa halus yang terkesan lebih sopan.
Berbeda dengan bahasa yang digunakan untuk rekan sebaya maupunyang usianya di bawah. Demikian juga dengan sikap, orang yang lebihmuda hendaknya betul-betul mampu menjaga sikap etika yang baikterhadap orang yang usianya lebih tua dari dirinya, dalam bahasa jawaNgajeni
Ciri khas Narimo ing pandum adalah salah satu konsep hidup yangdianut oleh Orang Jawa. Pola ini menggambarkan sikap hidup yang serbapasrah dengan segala keputusan yang ditentukan oleh Tuhan. Orang
Jawa memang menyakini bahwa kehidupan ini ada yang mengatur dantidak dapat ditentang begitu saja.
7/15/2019 Contoh Bentuk Tradisi Jawa
http://slidepdf.com/reader/full/contoh-bentuk-tradisi-jawa 19/27
Setiap hal yang terjadi dalam kehidupan ini adalah sesuai dengankehendak sang pengatur hidup. Kita tidak dapat mengelak, apalagimelawan semua itu. Inilah yang dikatakan sebagai nasib kehidupan. Dan,nasib kehidupan adalah rahasia Tuhan, kita sebagai makhluk hidup tidakdapat mengelak. Orang Jawa memahami betul kondisi tersebut sehingga
mereka yakin bahwa Tuhan telah mengatur segalanya.
Pola kehidupan orang jawa memang unik. Jika kita mencoba untuk menelusuripola hidup orang jawa, maka ada banyak nilai positif yang kita dapatkan. Bagiorang jawa, Tuhan telah mengatur jatah penghidupan bagi semua makhlukhidupnya, termasuk manusia. Setiap hari kita melihat banyak orang yang keluarrumah, seperti juga, banyak burung yang keluar sarang untuk mencaripenghidupan. Pagi mereka keluar rumah dan sore pulang dengan kondisi yanglebih baik
Urip Ora Ngoyo
Konsep hidup nerimo ing pandum ( ora ngoyo ) selanjutnyamengisyaratkan bahwa orang Jawa hidup tidak terlalu berambisi. Jalanisaja segala yang harus di jalani. Tidak perlu terlalu ambisi untukmelakukan sesuatu yang nyata-nyata tidak dapat di lakukan. Orang Jawatidak menyarankan hal tersebut.Hidup sudah mengalir sesuai dengan koridornya. Kita boleh sajamempercepat laju aliran tersebut, tetapi laju tersebut jangan terlaludrastis. Perubahan tersebut hanya sebuah improvisasi kita atas kehidupanyang lebih baik dari sebelumnya. Orang Jawa mengatakan dengan istilah
jangan ngoyo. Biarkan hidup membawamu sesuai dengan alirannya. Jangan membawa hidup dengan tenagamu!Bagi orang jawa hidup dan kehidupan itu sama dengan kendaraan. Diaakan membawa kita pada tujuan yang pasti. Orang jawa memposisikandiri sebagai penumpang. Kendaraan atau hiduplah yang membawamereka menuju kehidupan yang lebih baik. Mereka tidak membawakendaraan tersebut, melainkan dibawa oleh kendaraan.Seperti air di dalam saluran sungai, jika mereka mengalir biasa, makakondisinya aman dan nyaman. Tetapi ketika alirannya dipaksa untukbesar, maka aliran sungai tersebut tidak aman lagi bagi kehidupan. Orang
Jawa memahami hal tersebut sehingga menerapkan konsep hidup janganngoyo. Ngoyo artinya memaksakan diri untuk melakukan sesuatu. Jika kita memaksakan diri untuk melakukan sesuatu, maka kemungkinanbesar kita akan mengalami sesuatu yang kurang baik, misalnya kita akansakit. Rasa sakit terjadi karena ada pemaksaan terhadap kemampuansesungguhnya yang kita miliki.
Ciri khas lain yang tak bisa di tinggalkan adalah sifat Gotong royongatau saling membantu sesama orang di lingkungan hidupnya apalagi lebihkentara sifat itu bila kita bertandang ke pelosok pelosok daerah suku Jawadi mana sikap gotong royong akan selalu terlihat di dalam setiap sendi
kehidupannya baik itu suasana suka maupun duka.
7/15/2019 Contoh Bentuk Tradisi Jawa
http://slidepdf.com/reader/full/contoh-bentuk-tradisi-jawa 20/27
Pola kehidupan orang jawa memang telah tertata sejak nenek moyang.Berbagai nilai luhur kehidupan adalah warisan nenek moyang yang adiluhung. Dan, semua itu dapat kita ketahui wujud nyatanya. Bagaimanaeksistensi orang jawa terjaga begitu kuat sehingga sampai detik ini pola-pola tersebut tetap diterapkan dalam kehidupan.
Pola hidup kerjasama ini dapat kita ketemukan pada kerja gotongroyongyang banyak diterapkan dalam masyarakat Jawa. Orang Jawa sangatmemegang teguh pepatah yang mengatakan: ringan sama dijinjing, beratsama dipikul. Ini merupakan konsep dasar hidup bersama yang penuhkesadaran dan tanggungjawab.Kita harus mengakui bahwa kehidupan orang jawa memang begituspesifik. Dari sekian banyak suku bangsa di Indonesia, bahkan yang ada didunia, orang Jawa mempunyai pola hidup yang berbeda. Kebiasaan hidupsecara berkelompok menyebabkan rasa diri mereka sedemikian dekatsatu dengan lainnya, sehingga saling menolong merupakan sebuahkebutuhan.Mereka selalu memberikan pertolongan kepada orang lain yangmembutuhkan pertolongan. Bahkan dengan segala cara mereka ikutmembantu seseorang keluar dari permasalahan, apalagi jika sesaudaraatau sudah menjadi teman.
Ngajeni Pada Orang Yang Lebih TuaDan, yang tidak dapat kita abaikan adalah sikap hidup orang Jawa yangmenejunjung tinggi nilai-nilai positif dalam kehidupan. Dalam interaksiantar personal di masyarakat, mereka selalu saling menjaga segala katadan perbuatan untuk tidak menyakiti hati orang lain.
Mereka begitu menghargai persahabatan sehingga eksistensi orang lain sangatdijunjung sebagai sesuatu yang sangat penting. Mereka tidak ingin orang lainatau dirinya mengalami sakit hati atau terseinggung oleh perkataan danperbuatan yang dilakukan sebab bagi orang Jawa, ajining diri soko lathi, ajiningrogo soko busono artinya, harga diri seseorang dari lidahnya (omongannya),
harga badan dari pakaia - See more at:
http://pamomongs.blogspot.com/2012/03/karakter-khas-suku-jawa-dengan-
tradisi.html#sthash.bkZ2Z2FL.dpuf
Menengok Lebih Jauh Tradisi “ Nyumbang “ Masyarakat Jawa
OPINI | 13 April 2013 | 16:26 Dibaca: 199 Komentar: 1 0
Akhir-akhir ini tampaknya sedang “ Musim Kawinan “. Terbukti, setumpuk undangan
pernikahan dari rekan kerja ada di laci meja kerja saya. Dari si Santi, mas Erwan, kang Ari,
mbak Dewi, Bu Rita, dan lainnya. Belum lagi undangan dari teman di luar kota via SMS.
Mungkin, bulan ini memang “ bulan baik “ bagi masyarakat Jawa untuk melangsungkan
pernikahan. Bagi sebagian besar masyarakat Jawa, mereka masih percaya akan pentingnya
7/15/2019 Contoh Bentuk Tradisi Jawa
http://slidepdf.com/reader/full/contoh-bentuk-tradisi-jawa 21/27
Itungan Jawa. Hal tersebut dianggap sakaral. Hari atau bulan yang baik dan yang dipantang,
orang cenderung mematuhinya dan tidak berani melanggar.
Kembali ke undangan…….
Dengan menumpuknya undangan tersebut, tentu saja saya harus mengalokasikan pos
tambahan dalam anggaran pengeluaran keluarga. Ya, kebutuhan untuk Nyumbang. Pada
masyarakat Jawa, dikenal semacam tradisi untuk menghadiri acara suatu hajatan, misalnya
Pernikahan, Khitanan, Ruwatan, Kelahiran, dan lain sebagainya.
Pada saat menghadiri acara tersebut, biasanya membawa Cangkingan atau buah
tangan untuk yang punya hajat. Kebanyakan berupa makanan atau Sembilan bahan pokok.
Tradisi inilah yang dikenal masyarakat Jawa dengan istilah Nyumbang. Adapula yang
menyebutnya dengan istilah Lagan ataupun Jagong.
Seiring berkembangnya jaman, banyak masyarakat Jawa tidak lagi Nyumbang
menggunakan barang atau makanan. Mereke lebih memilih Nyumbang berupa uang sebagai
penggantinya . Hal itu dengan alasan kepraktisan. Orang tidak mau repot-repot mententeng
beras, gula,minyak goreng, atau lainnya. Cukup dengan sebuah amplop, sudah dapat
dimasukkan ke saku celana. Jauh lebih praktis. Namun, di daerah tertentu ( biasanya di
kampung ) ada juga yang masih Nyumbang berupa barang.
Mengenai besaran jumlah uang atau barang untuk Nyumbang ke Shohibul Hajat ,sebenarnya tidak ada aturan baku. Sebab pada hakekatnya, Nyumbang bersifat suka rela atau
seikhlasnya saja. Biasanya orang akan mengikuti kebiasaan pada masyarakat tersebut. Sebab,
antara daerah yang satu dengan daerah lainnya terkadang memiliki besaran yang berbeda.
Semisal begini : Di daerah A , Nyumbang untuk ukuran umum ( bukan keluarga, kerabat atau
sahabat ) standarnya 40 -50 ribu rupiah. Tetapi di daerah B, dengan 20- 30 ribu saja sudah
cukup.
Biasanya ketika Nyumbang berupa uang, maka dibagian luar amplop akan di
cantumkan nama dan alamat orang yang menyumbang. Namun, ada pula yang sengaja tidakdicantumkan. Kalau dicermati lebih jauh lagi berkaitan hal tersebut, ternyata ada hal unik.
Kebanyakan dari amplop yang tak beridentitas, bernilai kecil atau lebih kecil dari
umumya. Pun sebaliknya jika amplop bernilai besar, hampir dapatkan dipastikan bahwa nama
si penyumbang dicantumkan. Hal tersebut wajar dan sah-sah saja. Sebab masyarakat Jawa
masih mengenal Mbalek’ke Sumbang atau mengembalikan.. Maksudnya adalah, ketika si A
Nyumbang kepada kita sebesar 200 ribu misalnya, maka kelak jika si A mempunyai hajat,
maka kita Nyumbang minimal 200 ribu.
7/15/2019 Contoh Bentuk Tradisi Jawa
http://slidepdf.com/reader/full/contoh-bentuk-tradisi-jawa 22/27
Akan tetapi, hal tersebut bukanlah suatu keharusan. Artinya, jika kita Nyumbang
dibawah 200 ribu pun boleh-boleh saja. Namun demkian, orang Jawa tidak akan lepas dari sifat
Pekiwuh, Rikuh, Ora Penak .. Masak dulu kita dikasih 200 ribu, sekarang kok kita mau ngasih
100 ribu, yo ora penak to, mungkin begitu kata mereka.
Yang jelas, apapun wujudnya dan berapapun nilainya kita Nyumbang, yang terpenting
adalah keihlasan dan kerelaan. Nyumbang kecil tetapi ikhlas akan lebih baik dari pada
Nyumbang besar tapi tidak Ikhlas. Yang paling baik adalah Nyumbang besar dengan Ikhlas.
Sedangkan, Nyumbang dalam pengertian luas sebernatnya merupakan wujud daripada
kepedulian sosial. Ketika tetangga, saudara, maupun teman sedang mempunyai hajat, tentu
saja mereka membutuhkan bantuan. Bantuan dalam arti disini, bukan hanya sekedar materi.
Sedikit tenaga, pikiran, dan gagasan kita, akan sangat berarti bagi mereka yang mempunyai
Hajat. Tuhan menciptakan manusia untuk saling tolong menolong antar sesama….
Adat Istiadat Masyarakat Jawa Tengah
Ada beberapa adat istiadat yang biasa dilakukan oleh masyarakat Jawa Tengah. Mupu
adalah salah satu di antaranya. Mupu berarti memungut anak. Tujuannya agar kelak
juga dapat menyebabkan hamilnya ibu yang memungut anak. Pada saat si ibu hamil,
jika mukanya tidak kelihatan bersih dan secantik biasanya, disimpulkan bahwa anaknya
adalah laki-laki. Jika sebaliknya, maka anaknya perempuan.
Pada saat usia kehamilan 7 bulan, diadakan acara nujuh bulanan atau mitoni. Pada
acara ini disiapkan sebuah kelapa gading dengan gambar wayang Dewa Kamajaya (jika
laki-laki akan tampan seperti Dewa Kamajaya) dan Dewi Kamaratih (jika perempuan
akan cantik seperti Dewi Kamaratih), gudangan (sayuran) yang dibumbui, lauk lainnya,
serta rujak buah.
Ketika bayinya lahir, diadakan slametan, yang dinamakan brokohan. Pada brokohan ini
biasanya disediakan nasi tumpeng lengkap dengan sayur dan lauknya. Ketika bayi
berusia 35 hari, diadakan acara slametan selapanan. Pada acara ini rambut sang bayi
dipotong habis. Tujuannya agar rambut sang bayi tumbuh lebat.
Adat selanjutnya adalah tedak-siten. Adat ini dilakukan pada saat sang bayi berusia 245
hari. Ini adalah adat di mana sang bayi untuk pertama kalinya menginjakkan kaki ke atas
tanah.
Setelah si anak berusia menjelang 8 tahun, namun masih belum mempunyai adik, maka
7/15/2019 Contoh Bentuk Tradisi Jawa
http://slidepdf.com/reader/full/contoh-bentuk-tradisi-jawa 23/27
dilakukan acara ruwatan. Ini dilakukan untuk menghindarkan bahaya. Ketika menjelang
remaja, tiba waktunya sang anak ditetaki atau dikhitan.
Orang Jawa kuno sejak dulu terbiasa menghitung dan memperingati usianya dalam
satuan windu atau setiap 8 tahun. Peristiwa ini dinamakan windon.
Tradisi masyarakat jawa
Ciblon
Ciblon adalah jenis kesenian yang hanya dapat dilakukan di dalam air, baik kolam maupun
sungai. Ciblon biasa dilakukan dengan menepuk-nepukan tangan ke dalam air sehingga
menghasilkan suara yang nyaring dan enak didengar. Ciblon ini biasa dilakukan oleh wargayang tinggal di pinggir sungai, untuk menghilangkan kelelahan setelah mencuci, ciblon
biasanya dilakukan sambil mandi di sungai atau di kolam.
Seperti di kolam / umbul yang tidak jauh dari rumah saya, yaitu umbul pluneng, seni ciblon
dipentaskan sebagai pertunjukan kesenian pada umumnya. pentas seni Ciblon
diselenggarakan setiap tahun sebagai tanda syukur kepada Tuhan atas terssedianya air yang
melimpah di wilayah Pluneng. Pentas seni Ciblon diselenggarakan apada malam hari di
pemandian Tirtomulyana dihadapan ratusan penonton. bersama dengan musik ciblon ini
biasanya diiringi oleh lagu-lagu daerah, yang isinya tentang ucapan rasa syukur kepada
Tuhan. Pementasan Seni ciblon juga disertai dengan pementasan seni rakyat yang lain, seperti
karawitan, tarian, srunthul, dolanan anak, dan sarasehan.
Padusan
Padusan diartikan sebagai mandi besar sebelum menyambut bulan Ramadahan, dalam tradisi
rakyat yang diselenggarakan setiap tahunnya ini, para warga di Pluneng berkumpul di
Pemamandian untuk bersuci menyambut bulan Ramadahan secara bersama-sama, mereka
terjun ke dalam air dan mandi bersama, tanpa membeda-bedakan status sosial, hal ini
ditujukan untuk mempererat hubungan antar warga sekaligus sebagai ritual pensucian diri.
Nyadran / Sadranan
Nyadran merupakan tradisi yang diadakan setiap tahunnya, tepatnya beberapa hari sebelum
bulan Ramadhan. Tradisi Nyadran diadakan oleh penduduk lokal sebagai tanda syukur ke
hadirat Tuhan YME atas rezeki yang telah dilimpahkan. Nyadran juga diselenggarakan
sebagai upacara untuk menyambut datangnya bulan suci Ramadhan. Hidangan dalam tradisi
Nyadran berupa nasi, sayuran dan buah-buahan.
Merti Desa
Merti Desa merupakan sebuah prosesi tradisi lokal dalam bentuk kegiatan bersih desa.
Kegiatan ini dilakukan werga secara gotong royong, tujuannya supaya senantiasa mendapat
berkah dan perlindungan dari Tuhan YME.
Sambatan
Sambatan merupakan kegiatan yang dilakukan para warga secara gotong royong dalamrangka memperbaiki salah satu rumah warga.
7/15/2019 Contoh Bentuk Tradisi Jawa
http://slidepdf.com/reader/full/contoh-bentuk-tradisi-jawa 24/27
Kumbakarnan
Tradisi ini merupakan kegiatan yang dilakukan para warga dalam rangka mempersiapkan
hajatan yang akan diadakan salah satu warganya, khususnya hajatan perkawinan. Dalam
tradisi kumbakarnan, para warga dikumpulkan dan diberi tanggung jawab untuk
melaksanakan tugasnya masing-masing. Istilah Kumbakarnan sendiri muncul karena padatradisi ini, warga yang datang disediakan makanan yang berlimpah, layaknya ketika raja
Kumbakarna akan diangkat menjadi senopati perang dalam perang Bharatayuda.
Miwit
Miwit merupakan tradisi lokal yang diadakan oleh para petani, tradisi miwit dilaksanakan
sebelum petani mulai memanen padi di sawahnya, tradisi ini diadakan secara individual, yaitu
petani yang akan panen memasak berbagai macam sayur(biasanya gudangan atau pecel)
untuk dibagikan kepada anak-anak yang mengikuti miwit. Upacara Miwit diadakan di sawah
yang akan dipanen padinya. Sebagai tanda syukur kepada Tuhan YME, petani meletakkan
sebungkus nasi lengkap dengan sayuran di sudut-sudut sawah.
Sinoman, Tradisi Jawa yang Nyaris Terlupakan
Saya dilahirkan menjadi salah satu bagian dari suku terbesar di Indonesia yakni Suku Jawa.
Kedua orang tua saya yang berasal dari Jawa Tengah dan Jawa Timur telah membuat darah
Jawa mengalir di dalam diri ini. Apalagi saya juga tinggal di Kota Salatiga yang meskipun
terkenal dengan sebutan "Indonesia Mini" saking majemuknya penduduk di kota kecil ini,
tapi lingkungan saya tinggal masih didiami oleh mayoritas orang-orang Jawa yang mau tak
mau membuat nilai-nilai dan tradisi-tradisi Jawa masih terasa di aspek kehidupan saya. Yah,
meskipun tidak sekuat dan seintens pengaruh ke-Jawa-an masyarakat di Surakarta, Jogjakarta
atau pedesaan akan tetapi sedikit-sedikit beberapa tradisi Suku Jawa masih saya jalankan
hingga detik ini. Salah satu tradisi dari beraneka ragam tradisi Suku Jawa yang sering saya
lakukan adalah tradisi sinoman. Ada yang tahu apa itu Sinoman?
Pada dasarnya sinoman sebenarnya merupakan salah satu bentuk dari budaya Jawa yang
sangat mendasar yakni gotong royong. Sinoman adalah sebutan bagi orang-orang yang
menjadi juru laden atau orang-orang yang melayani para tamu manakala ada hajatan (acara
besar seperti pernikahan atau khitanan) yang tengah dilakukan oleh tetangga atau apabila
tengah ada acara di kampung (halal bihalal, tujuhbelasan, dsb). Kegiatan ini biasanya
dilakukan oleh para pemuda dan pemudi desa meskipun terkadang para orang tua juga ikut
membantu. Pekerjaan para sinoman benar-benar bagaikan pramusaji, manakala hidangan
telah selesai dipersiapkan para sinoman harus segera bergerak untuk membagikan hidangan
tersebut ke para tamu satu per satu lalu setelah para tamu selesai menyantap hidangan parasinoman pun bergerak kembali dengan mengambil piring, gelas ataupun mangkok yang
ditinggalkan oleh para tamu dan segera diberikan kepada para tukang cuci piring. Hap hap
hap semua tamu harus terlayani dengan baik dan tidak boleh ada tumpukan piring kotor di
sekitar tempat hajatan.
Sinoman itu cukup melelahkan bahkan terkadang kalau pas apes ya bisa sangat melelahkan.
Itu semua tergantung dari jumlah tamu undangan, jumlah hidangan, serta jumlah personel
para sinoman. Coba saja dibayangkan, misalnya dalam suatu acara pernikahan yang
mengundang sekitar 500-an tamu undangan. Itu berarti dalam satu sesi makan akan ada 500
hidangan yang harus diantar kepada para tamu dan akan ada 500 piring kotor yang harus
diambil kembali. Itu baru satu sesi, padahal biasanya di kampung saya sesi makan itu bisa berkali-kali lo mulai dari minuman, makanan ringan (snack), makan besar, barulah makan
7/15/2019 Contoh Bentuk Tradisi Jawa
http://slidepdf.com/reader/full/contoh-bentuk-tradisi-jawa 25/27
penutup. Sadis. Untuk itulah biasanya jumlah personel sinoman harus disesuaikan dengan
jumlah para tamu. Idealnya sih menurut saya untuk acara pernikahan dengan mengundang
500-an orang setidaknya membutuhkan 15-20 personel sinoman itu saja terkadang masih
keteteran kemana-mana. Sayangnya, jumlah pemuda pemudi di kampung saya terus
berkurang sehingga misalnya tanpa dibantu bapak-bapak dan ibu-ibu yang lain, kami para
pemuda pemudi yang melakukan sinoman pasti sehabis acara usai akan menggelepar kelelahan. Huhuhuh.
Salah satu hal yang unik dari tradisi sinoman adalah biasanya para sinoman
memakai seragam. Umumnya sih menggunakan atasan berupa kemeja/hem
berwarna putih dan bawahan berupa celana/rok berwarna hitam. Hal ini
digunakan agar para sinoman mudah dikenali oleh pemilik acara hajatan, panitia
dan juga para tamu. Sekarang sih untunglah model atasan bawahan putih hitam
tergantikan dengan atasan batik dan bawahan hitam. Voila, entah kenapa saya
sekarang agak sensi kalau melihat warna putih hitam yang bagi saya tak
ubahnya pakaian para pekerja magang dan juga mengingatkan saya akan sidang
skripsi (skripsi apa kabar? tidaak *curhat berdarah*). Belum lagi memakai atasan
warna putih itu menurut saya tidak cocok karena pekerjaan seorang sinoman
sangat rentan terkena noda-noda membandel dari kuah hidangan atau
minuman. Sebel aja gitu. Hal unik lainnya adalah sinoman dilakukan secara
sukarela. Tidak ada kewajiban bagi pemilik acara hajatan untuk membayar para
sinoman meskipun terkadang ada yang berbaik hati memberikan kompensasi
berupa uang atau rokok (dan saya bukan seorang perokok, boleh saya minta
mentahnya saja? *eh*). Pekerjaan sinoman sejatinya murni dilakukan untuk
menolong tetangga kita yang tengah membutuhkan bantuan saja. Salah satu
imbalan tak resmi yang diberikan oleh para pemilik acara hajatan biasanya
adalah para sinoman dibebaskan untuk mengambil makan dan minuman
sepuasnya. Asyik! Heheh.
Baru-baru ini, saya dan para pemuda di kampung saya menjalani tugas sebagai sinoman di
acara pernikahan salah seorang tetangga kami. Waktu datang ke rapat panitia, saya kaget
bukan main. Tamu diperkirakan 700-an orang dengan 12 personel sinoman, prasmanan dan
acara pernikahan dilaksanakan di gedung! Benar saja, di hari H-nya semuanya pun terlihat
kacau. Tamu yang datang melebihi jumlah undangan sedangkan hidangan dan alat-alat
makan yang disediakan tidak sebanyak orang yang datang. Hal ini diperparah dengansedikitnya petugas cuci piring sehingga piring, gelas dan mangkok kotor pun terus
menumpuk. Yang kelabakan? Semua orang! Termasuk para sinoman. Saya dan tetangga-
tetangga yang lain pun terus hilir mudik mengambil piring-piring kotor yang ditinggalkan
para tamu, menyodorkan ke para tukang cuci piring, mengambil kembali piring yang telah
dicuci dan diserahkan kembali ke petugas penjaga stand makanan. Semuanya dilakukan serba
cepat dan berulang-ulang. Argh! Untung saja, kekacauan tersebut tidak mengganggu acara
pernikahan yang tengah dilaksanakan. Tidak pula terlihat para tamu undangan yang marah-
marah secara frontal walau saya yakin di dalam hati mungkin ada rasa kekecewaan mereka.
Catatan saja sih, acara pernikahan itu adalah acara sakral yang seharusnya tidak tercoreng
oleh hal-hal sepele semacam itu. Untuk itulah, semuanya harus diperhitungkan dengan
matang sampai hal-hal terkecil. Well, semua orang harus ikutan berbahagia kan?
7/15/2019 Contoh Bentuk Tradisi Jawa
http://slidepdf.com/reader/full/contoh-bentuk-tradisi-jawa 26/27
Sinoman. Salah satu tradisi asli Suku Jawa yang mungkin nyaris dilupakan oleh orang
dewasa ini. Fenomena penggunaan catering dalam acara hajatan, membuat peran sinoman
tergantikan oleh para pramusaji dari pengusaha catering yang tentunya lebih profesional.
Padahal, banyak pelajaran yang bisa kita ambil dari tradisi sinoman. Sinoman telah
mengajarkan saya untuk selalu ikhlas dalam menolong sesama sesuai dengan nilai gotong
royong yang terpatri kuat bagi orang-orang Jawa. Tradisi sinoman juga membuat saya lebihdekat dengan para tetangga yang lain dalam caranya sendiri. Kerjasama dan semangat
melayani orang lain tanpa pamrih. Inilah yang seharusnya tetap diuri-uri oleh masyarakat
Jawa kini yang kemudian nilai-nilai dan pelajarannya diterapkan dalam keseharian mereka.
Jadi, masih adakah tradisi sinoman di daerah anda?
Tradisi Suran (Suroan) Masyarakat Jawa
Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh
Apa kabar sobat Adiluhur ? Tanpa begitu kita sadari, ternyata waktu berjalan begitu cepat.
Rasanya baru kemarin hari raya Idul Fitri kita rayakan, belum begitu terasa sudah sampai
pada hari raya Idul Adha kemarin. Sekarang kita malah sudah memasuki babak baru dalam
sistem kalender hijriyah maupun Jawa. Meskipun telat, saya ingin mengucapkan "Selamat
Tahun Baru Hijriyah 1434H" pada sobat semua. Semoga apa yang sudah kita lalui di tahun
1433 H kemarin bisa kita jadikan bahan untuk introspeksi diri demi memperbaiki kehidupan
kita ditahun yang akan kita jalani ini.
Berbicara tentang tahun baru hijriyah yaitu bulan Muharram dalam kalender Islam atau bulan
Sura dalam sistem kalender Jawa, khususnya bagi masyarakat Jawa dan sekitarnya, pastitidak lepas dari berbagai macam ritual dan tradisi-tradisi yang sudah berlangsung secara turun
temurun. Tradisi-tradisi tersebut menurut masyarakat merupakan sebuah perayaan sebagai
wujud rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan begitu banyak
rahmat dan karunia-Nya kepada makhluk didunia ini.
Bulan Muharram/Sura merupakan bulan yang istimewa bagi masyarakat Jawa, bulan yang
keramat dan suci. Untuk itulah beberapa orang yang masih setia melestarikan Budaya Jawa
menjadikan bulan ini sebagai bulan untuk mensucikan diri dengan ritual-ritual seperti
tirakatan khususnya pada saat malam satu Sura kemarin, berpuasa, semedi dan berbagai ritual
lain. Bagi mereka yang memiliki benda-benda pusaka seperti keris, tombak, akik dan lain-
lain, mereka juga mengadakan ritual pembersihan benda pusaka tersebut dengan dimandikan pakai air kembang.
Penamaan bulan Sura dalam penanggalan Jawa sebenarnya juga diambil dari istilah Islam.
Dalam Islam, ada yang namanya hari 'Asyura yang jatuh pada tanggal 10 Muharram dimana
pada hari itu terjadi peristiwa-peristiwa penting yang dialami para nabi-nabi terdahulu. Untuk
itu Rasulullah SAW menyuruh umatnya untuk melakukan puasa sunnah pada tanggal 10
Muharram. Tidak heran jika masyarakat Jawa juga melakukan puasa pada bukan Sura karena
selain menjadi tradisi juga merupakan perintah dari Rasulullah SAW.
Bagi anak muda, terutama di daerah tempat tinggal saya, bulan Sura juga merupakan bulan
yang penuh hiburan. Karena di bulan ini masyarakat-masyarakat pedesaan mengadakan ritualyang dinamakan Ruwat Bumi dengan melakukan selamatan masal dan ditutup dengan acara
7/15/2019 Contoh Bentuk Tradisi Jawa
http://slidepdf.com/reader/full/contoh-bentuk-tradisi-jawa 27/27
hiburan seperti pagelaran wayang kulit, tarian lengger, calung, kuda kepang (embeg), campur
sari dan lainnya untuk menghibur masyarakat. Hiburan ini biasanya diselenggarakan selama
satu hari satu malam. Bahkan dibeberapa tempat, ada yang menyelenggarakan sampai 2
sampai 3 hari khususnya untuk lenggeran.
Di desa saya sendiri ada tradisi khusus yang sudah jarang saya temukan di desa-desa tetanggayaitu selamatan weton untuk memperingati hari kelahiran seseorang. Biasa kami
menyebutkan bahwa bulan Sura adalah bulan yang penuh bubur. Karena selamatan weton ini
menggunakan bubur sebagai hidangan selamatan. Selamatan ini diselenggarakan oleh setiap
warga dengan waktu yang berbeda-beda tergantung hari kelahiran anggota keluarganya.
Intinya semua tradisi dan ritual Suran ini adalah untuk memperingati tahun baru hijriyah.
Berbagai tradisi tersebut tujuannya tidak lain adalah sebagai ungkapan para syukur kepada
Tuhan yang masih memberi kesempatan untuk menikmati kehidupan didunia sampai tahun
kembali berganti. Bagi saya pribadi, tidaklah penting segala tradisi dan ritual tersebut tapi
untuk menjaga kelestarian budaya jangan pula kita meninggalkannya asal jangan jadikan hal-
hal tersebut untuk kemusyrikan. Yang terpenting dalam setiap pergantian tahun adalah bagaimana kita menyikapinya. Apa saja yang pernah kita perbuat di tahun sebelumnya,
apakah sudah baik dan sesuai dengan ajaran yang kita anut atau belum. Jika belum, mari kita
perbaiki perilaku kita di tahun yang akan kita jalani, jika sudah, kita jadikan tahun yang ini
untuk lebih memperbaikinya lagi.
Orang yang hari ini lebih baik dari hari kemarin adalah orang yang beruntung, orang yang
hari ini sama dengan hari kemarin adalah orang yang merugi, dan orang yang hari ini lebih
buruk dari hari kemarin adalah orang yang celaka
Wassalamualaikum warahmatullah wabarakatuh