contoh bentuk tradisi jawa

27
Contoh bentuk-bentuk Tradisi Budaya Jawa. 1. Slametan. Slametan berasal dari kata slamet yang berarti selamat, bahagia, sentausa. Selamat dapat dimaknai sebagai keadaan lepas dari insiden- insiden yang tidak dikehendaki. Sementara itu, menurut Clifford Geertz slamet ber art i gak ana apa -ap a (ti dak ada apa-apa) , atau lebih tep at “tidak akan terjadi apa-apa” (pada siapa pun). Konsep tersebut dimanifestasikan melalui praktik-praktik slametan. Slametan adalah kegiatan-kegiata n komunal Ja wa yang biasanya digambarkan oleh ethnografer sebagai pesta ritual, baik upacara di rumah maupun di desa, bahkan memiliki skala yang lebih besar, mulai dari tedak siti (upacara menginjak tanah yang pertama), mantu (perkawinan), hi ngga upacara tahunan untuk memperingati ruh penj aga. Dengan demiki an, slametan merupa kan memili ki tuj uan aka n penegasan dan penguatan kemb al i tatanan kult ur umum. Di samping it u juga untuk menahan kekuatan kekacauan ( talak balak ). Slametan dalam skala kecil yang dilakukan oleh indi vi du atau kel uar ga tampak ketika mereka mulai membangun rumah, pindahan, ngupati (slametan mendoakan calon bayi yang masih umur empat bulan dalam kandungan), mithoni (slametan untuk calon bayi yang masih umur tujuh bulan dalam kandungan),  puputan (lepas pusar), dan masih banyak lai nnya. Ska la yang lebih bes ar dap at dij ump ai pra kti k-praktik sepert i bersih desa, resik kubur , dan lainnya. Menurut Pamberton praktik yang sarat dengan makna slametan dengan sajen (sesaji ) tersebut dilaksanakan dengan maksud agar dapat membangun kembali hubungan dengan roh, terutama dengan ruh penunggu desa ( dhanyang). Dengan kata lain, bersih desa bertu juan untuk menjalin hubungan damai dengan dunia ruh setempat 1 [2]. Dapat di paha mi bahwa sla metan seri ngkali merupakan pesta komuna l sebaga imana dis ebu tkan pad a slametan dal am skala bes ar. Hanya saja, slametan bentuk ini (skala) besar justru tidak tampak nilai keber samaan nya, tetapi yang menonjol adala h pesta ritual pemba gian 1

Upload: astri-w-a

Post on 30-Oct-2015

1.276 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: Contoh Bentuk Tradisi Jawa

7/15/2019 Contoh Bentuk Tradisi Jawa

http://slidepdf.com/reader/full/contoh-bentuk-tradisi-jawa 1/27

Contoh bentuk-bentuk Tradisi Budaya Jawa.

1. Slametan.

Slametan berasal dari kata slamet yang berarti selamat, bahagia,

sentausa. Selamat dapat dimaknai sebagai keadaan lepas dari insiden-insiden yang tidak dikehendaki. Sementara itu, menurut Clifford Geertz

slamet  berarti gak ana apa-apa (tidak ada apa-apa), atau lebih tepat

“tidak akan terjadi apa-apa” (pada siapa pun).

Konsep tersebut dimanifestasikan melalui praktik-praktik slametan.

Slametan adalah kegiatan-kegiatan komunal Jawa yang biasanya

digambarkan oleh ethnografer sebagai pesta ritual, baik upacara di rumah

maupun di desa, bahkan memiliki skala yang lebih besar, mulai dari tedaksiti (upacara menginjak tanah yang pertama), mantu (perkawinan),

hingga upacara tahunan untuk memperingati ruh penjaga. Dengan

demikian, slametan merupakan memiliki tujuan akan penegasan dan

penguatan kembali tatanan kultur umum. Di samping itu juga untuk

menahan kekuatan kekacauan (talak balak ).

Slametan dalam skala kecil yang dilakukan oleh individu atau

keluarga tampak ketika mereka mulai membangun rumah, pindahan,ngupati (slametan mendoakan calon bayi yang masih umur empat bulan

dalam kandungan), mithoni (slametan untuk calon bayi yang masih umur

tujuh bulan dalam kandungan), puputan (lepas pusar), dan masih banyak

lainnya. Skala yang lebih besar dapat dijumpai praktik-praktik seperti

bersih desa, resik kubur , dan lainnya. Menurut Pamberton praktik yang

sarat dengan makna slametan dengan sajen (sesaji) tersebut

dilaksanakan dengan maksud agar dapat membangun kembali hubungandengan roh, terutama dengan ruh penunggu desa (dhanyang). Dengan

kata lain, bersih desa bertujuan untuk menjalin hubungan damai dengan

dunia ruh setempat1[2].

Dapat dipahami bahwa slametan seringkali merupakan pesta

komunal sebagaimana disebutkan pada slametan dalam skala besar.

Hanya saja, slametan bentuk ini (skala) besar justru tidak tampak nilai

kebersamaannya, tetapi yang menonjol adalah pesta ritual pembagian

1

Page 2: Contoh Bentuk Tradisi Jawa

7/15/2019 Contoh Bentuk Tradisi Jawa

http://slidepdf.com/reader/full/contoh-bentuk-tradisi-jawa 2/27

“buah tangan”, jajan pasar, dalam bentuk makanan. Yang menarik adalah

ketika warga desa mendatangi slametan bukanlah kemungkinan untuk

makan bersama —sebagai wujud kebersamaan—, tetapi justru keinginan

untuk membawa pulang makanan bertuah (berkat). Slametan dimaknaisebagai sebuah konsep dan ritual yang selanjutnya dimaknai dalam

bingkai yang lebih luas, yakni penciptaan tata, tertib, aman (selamat), dan

wilujeng (selamat). Bahkan, Orde Baru —yang syarat dengan tradisi Jawa

—, menginterpretasikan konsep ini dengan menciptakan satuan-satuan

pengamanan dengan maksud menciptakan ketertiban, in order condition,

dengan dalih keselamatan bangsa2[3].

Praktik Ritual Slametan; Beberapa Kasus

Dalam makalah ini akan ditampilkan beragam ritual slametan, yang

menurut penulis merupakan representasi dari slametan yang skupnya

kecil (individual) dan slametan kolosal (melibatkan orang banyak). Hal ini

penting karena jenis ritual slametan dalam tradisi Jawa sangat banyak.

a. Ngupati dan Mithoni

Dalam tradisi Jawa, terdapat slametan yang bernama ngupati atau

kupatan. Ngupati berasal dari kata kupat, yakni nama makanan yang

terbuat dari beras dengan daun kelapa (janur) sebagai pembungkus.

Slametan ini biasanya dilakukan di saat usia kehamilan sekitar 4 (empat)

bulan. Tradisi ngupati adalah slametan yang bertujuan untuk memohon

kepada Tuhan, agar anak yang masih dalam kandungan ibu tersebut

memiliki kualitas baik, sesuai dengan harapan orangtua. Slametan ini

biasanya menggunakan kupat sebagai hidangan utama.3[4] Dalam

slametan ini, penyelenggara (tuan rumah) mengundang tetangga dekat,

sekitar radius 50 meter untuk berdoa kepada Tuhan yang kemudian

dilanjutkan dengan menyuguhkan kupat dan berbagai variasi lauk dan

sayur sebagai pelengkap hidangan.

2

3

Page 3: Contoh Bentuk Tradisi Jawa

7/15/2019 Contoh Bentuk Tradisi Jawa

http://slidepdf.com/reader/full/contoh-bentuk-tradisi-jawa 3/27

 Tradisi serupa dapat dijumpai dengan istilah mithoni. Mithoni

berasal dari kata pitu (tujuh). Sebuah ritual hajat slametan pada saat usia

kehamilan tujuh bulan. Dalam acara tersebut, disiapkansebuah kelapa

gading yang digambari wajah dewa Kamajaya dan Dewi Kamaratih.Maksud dan tujuannya agar bayi memiliki wajah seperti Dewa Kamajaya

 jika laki-laki, dan seperti Dewi Kamaratih jika perempuan. Di samping

kelapa gading, dalam slametan tersebut disajikan kluban/

kuluban/uraban/ gudangan (campuan antara taoge, kacang panjang,

bayam, wortel, kelapa parut yang dibumbui), lauk-pauk (ikan, tempe,

tahun), dan rujak buah. Kepercayaan mitologi dari sebagian masyarakat

 Jawa, di saat ibu (yang mengandung bayi yang di-slameti) makan rujak,

 jika dia merasa pedas atau kepedasan, maka besar kemungkinan bayi

yang dikandung adalah laki-laki, demikian juga sebaliknya. Dalam acara

mithoni, ibu tertua mulai memandikan ibu yang mengandung (mithoni)

dengan air kembang (bunga) setaman (air yang ditaburi bunga mawar,

melati, kenanga, dan kanthil). Proses ini disebut tingkeban, di mana ibu

yang mengandung (mithoni) berganti tujuh kain (baju). Setelah selesai,

dilanjutkan dengan berdoa dan makan nasi dengan urap dan rujak.

Slametan ini sebagaimana disebut di atas sebagai upaya untuk memohon

kepada Tuhan agar anak yang dikandung nantinya menjadi anak yang

dapat mikul duwur mendhem jero (mengangkat derajat) orangtua dan

keluarga4[5].

b.  Brokohan

Saat kelahiran dibeberapa tempat di daerah Jawa diadakan upacara

adat brokohan dan sudah menjadi tradisi turun temurun yang masihdilestarikan masyarakat. Brokohan adalah salah satu upacara adat Jawa

untuk menyambut kelahiran bayi. Upacara adat ini mempunyai makna

sebagai ungkapan syukur dan sukacita karena kelahiran itu selamat5[6].

Upacara adat seperti ini merupakan warisan kebudayaan nenek moyang

khususnya pada zaman Hindu-Budha, sejak masuknya Islam ke Jawa

tradisi ini diubah namanya oleh para Wali menjadi brokohan yang di ambil

4

5

Page 4: Contoh Bentuk Tradisi Jawa

7/15/2019 Contoh Bentuk Tradisi Jawa

http://slidepdf.com/reader/full/contoh-bentuk-tradisi-jawa 4/27

dari bahasa arab ”barokah” yang berarti mengharap berkah dari Tuhan.

Upacara brokohan ini memiliki berbagai tujuan yaitu :

1.  Mensyukuri karunia Allah

2. 

Memohon agar bayinya mendapat banyak karunia Allah3.   Terima kasih kerpada seluruh famili dan kerabat

Upacara brokohan diselenggarakan pada sore hari setelah kelahiran anak

dengan mengadakan selamatan atau kenduri yang dihadiri oleh dukun

perempuan (dukun beranak), para kerabat, dan ibu-ibu tetangga terdekat.

Setelah kenduri selesai, para hadirin segera membawa pulang sesajian

yang telah didoakan. Sesajian dikemas dalam besek dan encek, yaitu

suatu wadah yang terbuat dari sayatan bambu yang di anyam6[7].

Sesajian serta maknanya yang dipersiapkan pada upacara brokohan, antara lain:

  Dhawet cendol gula jawa lambang kesegaran dan kelancaran usaha hidup dan kemanisan

hidup dan syukur atas kelahiran bayi

  Jenang abang dan putih lambang kemanunggalan ayah ibunya

  Sekul ambeng: nasi dicampur lauk pauk jeroan atau iwak sakiris (daging seiris), pecel

dicampur lauk ayam matang lambang kekuatan besar lahir batin

  Telur ayam kampung mentah sebanyak jumlah neptu lahir lambang pasaran lahir 

  Kembang setaman, mengandung makna kesucian

  Kelapa melambangkan ketahanan fisik 

  Ingkung melambangkan si bayi yang baru lahir 

  Beras melambangkan kemakmuran dan kecukupan pangan

  Jajanan pasar melambangkan kekayaan7[8]

c.  Mantenan

Dalam tradisi Jawa, mantenan atau pernikahan merupakan peristiwa penting, selain

kelahiran dan kematian, sehingga ada upacara khusus untuk menyambutnya. Garis besar adat

 pernikahan Jawa memang sama, misalnya adanya lamaran, siraman, midodareni, panggih,

dan sebagainya.

6

7

Page 5: Contoh Bentuk Tradisi Jawa

7/15/2019 Contoh Bentuk Tradisi Jawa

http://slidepdf.com/reader/full/contoh-bentuk-tradisi-jawa 5/27

a . Tepangan dan tembung

Jaman dulu, pasangan suami isteri dijodohkan oleh orang tuanya; sekarang, cara itu

sudah tidak dipakai lagi. Remaja yang telah dewasa, berkenalan, saling mengungkap

 perasaan, lalu berpacaran (‘jadian’), dalam arti ingin menikah. Untuk menuju jenjang

 pernikahan, orang tua harus terlibat. Remaja pria, sebaiknya menyampaikan keinginan untuk 

menikah pada orang tua remaja wanita (dan orang tuanya sendiri, tentu saja), sehingga orang

tua remaja wanita merasa dihormati dan tenang jika anaknya, misalnya, diajak pergi.

Tahap berikutnya, adalah orang tua remaja pria tepangan (berkenalan) dengan

orang tua remaja wanita; dan menyampaikan maksud hati anaknya untuk  ngembun-

embun enjing ajejawah sonten (mengharap embun turun di pagi hari, dan hujan turun

di sore hari), atau mengharap sesuatu yang menyenangkan, yaitu ingin menikahi anak orang

tua remaja wanita. Ukara “ngembun-embun enjing ajejawah sonten”  juga

merupakan wangsalan. Dalam Bahasa Jawa nama embun pagi adalah awun-awun ,

hujan gerimis sore hari disebut rerabi ; maksudnya nyuwun rabi atau minta

menikah8[9].

Setelah kedua keluarga sepakat melangsungkan saat hajat pernikahan, dilakukan acara

 puncak, yaitu mantenan

a)  Pasang Tarub dan blekketepe

Sehari-dua hari sebelum upacara pernikahan, mulai dipasang tarub atau terob di

rumah orang tua wanita. Tarub berarti 1) kajang (anyaman bambu) yang dipasang sebagai

atap, 2) berkumpul. Jadi, pasang tarub berarti memasang kajang tempat tamu

 berkumpul. Sekarang, yang dipakai bukan kajang , tetapi tratag dari terpal (kain tebal

tahan air).  Tarub merupakan keratabasa ‘ditata dimen murub ’ (ditata agar 

menyala), maksudnya diatur agar menerangi lingkungan. Dalam Bahasa Arab ta’arub

 berarti pengumuman atau tanda akan ada hajat. .

Selain itu juga dipasang blekketepe . Blekketepe adalah anyaman daun kelapa tua

(bukan janur). Pelepah daun kelapa dibelah dua membujur, lalu dianyam, dipasang di atas

 pintu depan. Ini menandakan, bahwa keluarga itu akan mempunya hajat mantu.. Pada kiri

kanan pintu masuk tarub dipasang tuwuhan (tumbuhan)9[10]. Tuwuhan terdiri atas

8

9

Page 6: Contoh Bentuk Tradisi Jawa

7/15/2019 Contoh Bentuk Tradisi Jawa

http://slidepdf.com/reader/full/contoh-bentuk-tradisi-jawa 6/27

1. Pisang Raja suluh 

Dipakai Pisang Raja suluh (matang) lengkap dengan batang, daun dan setandan buahnya

yang matang, besar-besar, jumlah sisirnya genap, sebanyak 2 batang, dipasang di kiri kanan

 pintu masuk  tarub. Pisang raja mengandung harapan agar pasangan yang akan menikah

kelak akan mulia dan terhormat seperti raja, dan mempunyai sifat hambeg para marta ,

mengutamakan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi. Dipilih pisang yang

matang, agar pasangan yang akan menikah memiliki pemikiran dewasa

2. Tebu wulung, dua batang

Tebu ini berwarna wulung (ungu), dan dipakai batang tebu utuh, lengkap dengan

daunnya. Tembung (kata) tebu wulung merupakan kerata basa ’Ante ping kalbu

wu juding lelung an’  ; maksudnya, pasangan baru itu sudah mantap (antep ) hati

(kalbu ) untuk mewujudkan (wujud ) perjalanan (lunga ) menuju kehidupan yang baru.

3. Cengkir Gading 

Cengkir adalah buah kelapa muda, di dalamnya berisi air kelapa yang bersih Ini

lambang kesucian dan hasrat membantu sesama.

4. Ron randu lan pari sewuli 

Ron randu adalah daun randu, sedang pari sewuli adalah padi seikat. Randu

melambangkan sandang (pakaian), dan  par  i melambangkan  pangan (makanan).Ini

mengandung doa agar pasangan baru itu selalu tercukupi sandang dan pangannya

5. Ron-ronan 

Terdiri atas berbagai dedaunan, antara lain ron salam, maja, alang-alang ,

apa-apa, kara (kacang-kacangan), kluwih, dadap srep , ringin Daun apa-apa

termasuk  kacang-kacangan, anak daunnya tiga. Di daerah Pasundan disebut hahapaan , di

Madura disebut pok-kepokan. Daun salam , maja , alang-alang , dan apa-apa

melambangkan “slam et aja ana alang an apa-apa”, atau ‘selalu selamat, tidak 

ada halangan apa pun’ selama kehidupan pasangan baru itu.

Dipakai juga daun kara dengan harapan tidak ada sikara (cobaan), sukreta (siksaan),

atau perkara (kesulitan) yang menghalangi kehidupan. Daun kluwih , melambangkan

harapan agar pasangan baru itu selalu diberi kaluwihan (kelebihan), baik harta, benda,

maupun ilmu, untuk membantu sesama.

Page 7: Contoh Bentuk Tradisi Jawa

7/15/2019 Contoh Bentuk Tradisi Jawa

http://slidepdf.com/reader/full/contoh-bentuk-tradisi-jawa 7/27

Daun dadap srep ; mengandung doa agar pasangan baru diberi sumerep (mengetahui,

melihat, pengetahuan) yang baru dan manfaat. Dadap srep juga mengandung arti

 permohonan agar keluarga pasangan baru selalu asrep atau sejukhidupnya. Ron ringin 

(beringin), mengandung doa agar semua  pepengin (keinginan)-nya terkabul. Tajuk daun beringin yang rimbun melambangkan pengayoman

6. Janur 

 Janur adalah daun kelapa muda Keratabasa janur adalah “se ja -  tine  (sungguh-

sungguh) nur   (cahaya, sinar)”. Ini berarti, pasangan baru itu, nantinya benar-benar 

memancarkan cahaya, memancarkan aura

b)  Siraman

Siraman  berasal dari kata siram yang berarti mandi, biasanya siraman dilakukan di

kamar mandi, tetapi jika terlalu sempit dapat dilakukan di tempat lain, dengan persiapan

seperlunya.

1.  Pecah kendi

Setelah siraman, dilakukan upacara pecah kendi. Ibu pengantin putri (atau juru

rias) memecahkan kendi yang berisi toya perwitosari sambil berkata “ Niat ingsun

ora mecah kendi, nanging mecah pamore anakku… (nama pengantenputri)”. Pecah pamor-e berarti sudah dewasa. Ini melambangkan, ibu sudah siap

melepaskan anak gadisnya yang sudah dewasa.

2.  Pangkas dan tanem rikma

Rambut (rikma ) penganten dipotong (pangkas ) sedikit, lalu ditanam di belakang

rumah. Ini berarti penganten putri tetap menjadi bagian dari keluarga besar orang tuanya,

sekali pun telah berkeluarga sendiri

3.  Gendongan

Kedua orangtua pengantin menggendong anak mereka untuk terakhir kali, dari tempat

siraman ke kamar penganten, melambangkan sudah ngentaske anaknya

4.  Midodareni 

Page 8: Contoh Bentuk Tradisi Jawa

7/15/2019 Contoh Bentuk Tradisi Jawa

http://slidepdf.com/reader/full/contoh-bentuk-tradisi-jawa 8/27

Midodareni berlangsung di kamar penganten putri, pada malam hari sebelum panggih.

Acara midodareni terdiri atas tantingan , dan turunnya kembar mayang. Sementara itu,

di luar, berlangsung acara srah-srahan, jonggolan dan wilujengan ini adalah bentuk 

 permohonan keselamatan

5.  Pasrah sanggan

Pasrah sanggan atau srah-srahan  berasal dari kata srah atau serah dan

sanggan . Srah-srahan  berarti menyerahkan. Sanggan berasal dari kata sangga ,

yang berarti 1) melipat tangan, 2) menjalani (misalnya hukuman), 3) membiayai; di sini,

sangga tukon , dari kata tuku (membeli). Kata tukon di sini, tidak dalam arti membeli,

tetapi lebih bersifat ikut membiayai upacara. Uba rampe pasrah sanggan ini diserahkan

oleh keluarga pihak kakung pada keluarga pihak putri. Uba rampe srah-srahan terdiri

atas:

a.  Kalpika atau cincin, kalau bisa yang penampangnya berbentuk lingkaran (tidak  nyigar

penjalin , atau setengah lingkaran), dan lingkaran cincinnya utuh, tidak terpotong. Ini

melambangkan kasih sayang yang abadi, tidak pernah putus

 b.  Ageman putri sakpengadeg atau pakaian wanita lengkap, seperti kebaya, nyamping

 batik, sepatu, selop, dan sebagainya Ini berarti, suami akan menutupi kekurangan, kelemahan

atau aib isterinya

c.  Rerenggan pelik-pelik terdiri atas perhiasan, seperti gelang, kalung, cincin, anting-

anting Ini melambangkan, bahwa suami akan menjaga, melindungi, dan merawat cahaya, dan

keindahan istrinya

d.   Jadah, wajik, lapis abang putih melambangkan sumsum yang merah dan tulang yang

 putih, yang saling terikat / kakung dan putri sudah menjadi loro-loroning atunggal

e.  Woh-wohan melambangkan kakung dan putri menginginkan adanya wohing ngurip ,

atau buah kehidupan, yaitu kebahagiaan dunia akhirat setelah menikah

f.  Suruh temu rose-e lan pisang raja Sirih ini melambangkan, bahwa pasangan itu

sudah bertemu atau menyatu hatinya. Pisang raja, mengandung makna, nantinya pasangan itu

menjaga keluhuran dan kesucian budi dan martabat mereka seperti raja

g.  Cengkir Gading melambangkan kesetiaan

Page 9: Contoh Bentuk Tradisi Jawa

7/15/2019 Contoh Bentuk Tradisi Jawa

http://slidepdf.com/reader/full/contoh-bentuk-tradisi-jawa 9/27

h.  Urip-urip  berupa sepasang ayam, atau bebek atau angsa sebagai lambang pasangan baru itu

akan bertanggung jawab atas kehidupan keluarganya10[11]

c)  Pasrah tampi penganten kakung 

Pasrah  berarti menyerahkan, sedang tampi berarti menerima. Keluarga calon

 penganten kakung menyerahkan calon penganten kakung pada keluarga calon penganten

 putri untuk di-ijab kabul-kan. Secara administrasi, status calon penganten kakung harus satu

domisili dengan calon penganten putri, sehingga calon penganten kakung harus pindah

sementara ke domisili calon penganten putri

d)  Ijab kabul 

Nikah adalah persetujuan pria dan wanita untuk bersuami-isteri. Ijab adalah kalimat

menikahkan yang diucapkan oleh fihak wali (wakil) penganten putri, kabul berarti ucapan

tanda persetujuan dinikahkan, yang dilakukan oleh penganten kakung. Jadi, ijab kabul

adalah proses menikahkan oleh wali penganten putri, yang disetujui oleh penganten kakung.

Akad adalah perjanjian, jadi akad nikah berarti perjanjian untuk menikah

Setelah acara agama ini, dilakukan acara adat, yaitu panggih . Setelah ijab kabul, orang

tua penganten kakung, nyanggrah (dari kata sanggrah , istirahat) di rumah kerabat atau

tetangga yang dekat. Selama panggih, orang tua penganten kakung (besan), tidak bolehmenyaksikan. Tetapi, sekarang, banyak yang melanggar adat ini. Nantinya, pada acara

mertuwi. orang tua penganten kakung akan dijemput untuk mengikuti acara selanjutnya

e)  Liru kembar mayang 

Setelah ijab kabul, yang merupakan acara agama, diteruskan dengan acara adat Jawa.

Rombongan penganten kakung memasuki rumah penganten putri dan rombongan penganten

kakung diterima oleh keluarga penganten putri,

Panggih diawali dengan liru kembar mayang . Liru berarti menukar. Penganten

kakung beserta rombongan datang membawa sepasang kembar mayang kakung yang

dibawa oleh dua satriya kembar . Penganten putri beserta rombongan juga membawa

sepasang kembar mayang putri yang dibawa oleh dua putri domas . Ke empat

remaja itu saling menukarkan kembar mayang . Ini merupakan lambang, bahwa keluarga

kakung menyatu dengan keluarga putri dan sebaliknya. Nantinya, kembar mayang

putri dibuang atau dilarung, sedang kembar mayang kakung tetap mengikuti upacara,

10

Page 10: Contoh Bentuk Tradisi Jawa

7/15/2019 Contoh Bentuk Tradisi Jawa

http://slidepdf.com/reader/full/contoh-bentuk-tradisi-jawa 10/27

diletakkan di samping pelaminan. Ini melambangkan, bahwa kakung akan menjadi imam atau

 pemimpin keluarga11[12].

f)  Panggih 

Setelah ijab kabul , dan liru kembar mayang , acara berikutnya adalah panggih atau

temu atau bertemu. Panggih adalah tanda, bahwa penganten kakung dan putri sudah resmi

menjadi garwa atau suami istri sah secara adat Jawa.

g)  Ngunduh mantu 

Hakekatnya, mantenan adalah tanggung jawab keluarga putri. Kadang-kadang,

 pihak kakung (apalagi jika tempat tinggal kedua orang tua berjauhan), ingin mengadakan

mantenan juga ; yang disebut ngunduh manten atau ngunduh mantu .

Ngunduh berarti mengunduh, atau memetik. Ada juga yang menyebut boyong manten .

Tidak ada acara spesifik dalam ngunduh mantu, penganten boleh berpakaian adat Jawa atau

model barat12[13]

d.  Kematian

Berkenaan dengan kematian ada macam-macam tradisi Jawa yang mempercayai

eksistensi roh setelah berpisah dari raga, yang ditujukan sebagai penghormatan terakhir :

1)  Brobosan, Upacara brobosan diselenggarakan dihalaman rumah orang yang meninggal,

sebelum dimakamkan, dan dipimpin oleh anggota keluarga yang paling tua. Upacara

tradisional ini merupakan pengejawantahan sesanti (pepetah) “Mikul dhuwur mendhem jero”

( menjunjung tinggi, menghormati, mengenang jasa-jasa almarhum semasa hidupnya dan

memendam hal-hal yang kurang baik dan tidak perlu diungkit-ungkit )13[14]

2)  Tigang dinten yaitu tiga hari meninggalnya Almarhum/ mah, Pitong Dinten yaitu tujuh hari

meninggalnya Almarhum/ mah, Petang Puluh Dinten yaitu Empat Puluh hari meninggalnya

Almarhum/ mah, Nyatos Dinten yaitu seratus hari meninggalnya Almarhum/ mah, Mendhak 

yaitu setahun dan Dua Tahun meninggalnya Almarhum/ mah, Nyewu yaitu Seribu hari

meninggalnya Almarhum/ mah, Kol (Kol kolan) yaitu peringatan setelah Seribu hari dan

11

12

13

Page 11: Contoh Bentuk Tradisi Jawa

7/15/2019 Contoh Bentuk Tradisi Jawa

http://slidepdf.com/reader/full/contoh-bentuk-tradisi-jawa 11/27

 peringatan ini bertepatan dengan hari dan bulan meninggalnya Almarhum/ mah dan semua

acara sebagaimana tersebut diatas dilakukan dengan mengundang tetangga dan kerabat

masudnya untuk kirim doa/ mendoakan Almarhum/ ah agar kehidupannya di akhirat selamat

dan bahagia dan dilanjutkan dengan shodaqohan yang bertujuan dengan shodaqoh semua

hajat keluarga yang ditujukan kepada Almarhum/ ah dapat terkabul.

Contoh simbolisasi dalam kematian adalah : Daun kelor / dadhap srep yang menyertai

 pemandian mayit, kelor (Lungsur dosa-dosanya), dadhap srep (menghadap dengan tenang),

Kelapa Muda : mempunyai arti Toyo wening/ toyo suci (air yang melambangkan keheningan

dan kesucian) Payung melambangkan tanda belas kasih cinta sanak keluarga terhadap orang

yang baru saja meninggal, Kembang Setaman bermakna penghormatan kepada jenazah dan

untuk mengenang kebaikan-kebaikan yang dilakukan selama hidupnya dan juga suatu upayakeluarga untuk mendoakan agar arwahnya diterima Tuhan

Read more: http://bambangindrayana.blogspot.com/2013/02/nilai-filosofis-dalam-tradisi-

 budaya.html#ixzz2WmyNJJFc

Ketupat-Bakda Syawal, SimbolKesempurnaan

KETUPAT bagi masyarakat Jawa tak hanya sekadar makanan, tetapi jugabagian tak terpisahkan dengan tradisi sejak dahulu kala. Tak percaya,coba bertanya kepada seseorang, mereka pasti akan mengingat tradisiyang dirayakan satu minggu setelah perayaan Idul Fitri, Bakda Syawalatau Bakda Kupat.

Ketupat bahkan dipakai untuk memberi nama perayaan tersebut. Karena

itu, Bakda Syawal pun sering disebut dengan nama Bakda Kupat.

Kemarin, masyarakat Solo dan sekitar merayakan tradisi tersebut.Setelah perayaan Lebaran pada 6-7 Desember berlangsung seminggu,Jumat kemarin saatnya merayakan Bakda Syawal. Gaung perayaan punsudah terasa dua hari menjelang hari H.

Karena itu jangan heran bila selongsong ketupat dijumpai di mana-mana.Tak hanya di rumah, di pasar-pasar juga ada. Sebab, memangselongsong tersebut diperjualbelikan. Yang ahli membuat bungkus

ketupat, kini waktu yang tepat untuk mengais rezeki.

Page 12: Contoh Bentuk Tradisi Jawa

7/15/2019 Contoh Bentuk Tradisi Jawa

http://slidepdf.com/reader/full/contoh-bentuk-tradisi-jawa 12/27

Jangan kaget pula, bila sulit menemukan nasi saat perayaan BakdaSyawal, lantaran untuk sementara makanan pokok sehari-hari itu digantidengan lontong ketupat. Ya bahannya memang sama dari beras, tapirasanya lain di lidah. Wah sungguh lezat bila dilengkapi opor.

Simbol

Belum diketahui sejak kapan tradisi itu ada. Hanya saja lantaranperayaan itu berkaitan dengan Idul Fitri, kemungkinan tradisi itu adasejak agama Islam masuk ke Jawa.

Sumanto SKar MS, dosen Kebudayaan Jawa Sekolah Tinggi SeniIndonesia (STSI) Surakarta, menyatakan belum ada kepastian sejakkapan tradisi itu mulai berlangsung. ''Memang belum ada jejak, mulaikapan tradisi itu berlangsung.''

Meski demikian dia mengemukakan, jika memandang sebuah tradisisebagai sebuah budaya (Jawa), itu akan selalu identik dengan simbol-simbol, sama halnya dengan perayaan tradisi Bakda Kupat. MasyarakatJawa sering menggunakan simbol bila memandang sesuatu hal. Begitu juga dengan ketupat yang dalam pandangannya merupakan simbolkesempurnaan. ''Jika dicermati, bentuk ketupat itu hampir mirip denganbentuk stupa di Candi Borobudur. Dan, bentuk itu perlambang pencapaiankesempurnaan hidup.''

Dalam kaitan itu, tentu saja dilakukan setelah seseorang menjalani puasasebulan penuh dan kemudian mencapai kesempurnaan pada Idul Fitri.Masyarakat Jawa lalu menyimbolkan hal itu dengan ketupat. ''Fitri ituartinya bersih. Pada seseorang yang mencapai kesempurnaan hidup,kebersihan akan selalu ada padanya.''

Jika sudah mencapai taraf kesempurnaan, dosen yang juga PembantuKetua I STSI Surakarta tersebut menjelaskan, seseorang akan dapatmengendalikan hawa nafsunya. Selain sebagai simbol kesempurnaan,ujar dia, ada juga masyarakat Jawa yang meyakini Bakda Kupat adalahsaat lebaran hewan berkaki empat.

''Sebab, ada masyarakat Jawa yang mengatakan kupat itu jarwadasa suku papat (kaki empat). Karena itu kemudian terjadi saat Bakda Syawal,sapi atau kerbau dikalungi ketupat.''

Namun lepas dari itu semua, dengan tetap bertahan tradisi itu, berartimasyarakat Jawa masih mau nguri-uri budayanya.

Page 13: Contoh Bentuk Tradisi Jawa

7/15/2019 Contoh Bentuk Tradisi Jawa

http://slidepdf.com/reader/full/contoh-bentuk-tradisi-jawa 13/27

Tradisi Nyadran masyarakat Jawa Bagi masyarakat Jawa, kegiatan tahunan yang bernama nyadran atau sadranan

merupakan ungkapan refleksi sosial-keagamaan. Hal ini dilakukan dalam rangka

menziarahi makam para leluhur. Ritus ini dipahami sebagai bentuk pelestarian

warisan tradisi dan budaya para nenek moyang. Nyadran dalam tradisi Jawa

biasanya dilakukan pada bulan tertentu, seperti menjelang bulan Ramadhan,

yaitu Sya'ban atau Ruwah.

Nyadran dengan ziarah kubur merupakan dua ekspresi kultural keagamaan yang

memiliki kesamaan dalam ritus dan objeknya. Perbedaannya hanya terletak

pada pelaksanaannya, di mana nyadran biasanya ditentukan waktunya oleh

pihak yang memiliki otoritas di daerah, dan pelaksanaannya dilakukan secara

kolektif.

 Tradisi nyadran merupakan simbol adanya hubungan dengan para leluhur,

sesama, dan Yang Mahakuasa atas segalanya. Nyadran merupakan sebuah pola

ritual yang mencampurkan budaya lokal dan nilai-nilai Islam, sehingga sangat

tampak adanya lokalitas yang masih kental islami.

Budaya masyarakat yang sudah melekat erat menjadikan masyarakat Jawa

sangat menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dari kebudayaan itu. Dengan demikian

tidak mengherankan kalau pelaksanaan nyadran masih kental dengan budaya

Hindhu-Buddha dan animisme yang diakulturasikan dengan nilai-nilai Islam oleh

Wali Songo.

Secara sosio-kultural, implementasi dari ritus nyadran tidak hanya sebatas

membersihkan makam-makam leluhur, selamatan (kenduri), membuat kue

apem, kolak, dan ketan sebagai unsur sesaji sekaligus landasan ritual doa.

Nyadran juga menjadi ajang silaturahmi keluarga dan sekaligus menjadi

transformasi sosial, budaya, dan keagamaan.

Prosesi ritual nyadran biasanya dimulai dengan membuat kue apem, ketan, dan

kolak. Adonan tiga jenis makanan dimasukkan ke dalam takir, yaitu tempat

makanan terbuat dari daun pisang, di kanan kiri ditusuki lidi (biting). Kue-kue

tersebut selain dipakai munjung/ater-ater (dibagi-bagikan) kepada sanak

saudara yang lebih tua, juga menjadi ubarampe (pelengkap) kenduri. Tetanggadekat juga mendapatkan bagian dari kue-kue tadi. Hal itu dilakukan sebagai

ungkapan solidaritas dan ungkapan kesalehan sosial kepada sesama.

Selesai melakukan pembersihan makam, masyarakat kampung menggelar

kenduri yang berlokasi di sepanjang jalan menuju makam atau lahan kosong

yang ada di sekitar makam leluhur (keluarga). Kenduri dimulai setelah ada bunyi

kentongan yang ditabuh dengan kode dara muluk (berkepanjangan). Lalu

seluruh keluarga dan anak-anak kecil serta remaja hadir dalam acara kenduri itu.

 Tiap keluarga biasanya akan membawa makanan sekadarnya, beragam jenis,lalu duduk bersama dalam keadaan bersila. Kemudian, kebayan desa membuka

Page 14: Contoh Bentuk Tradisi Jawa

7/15/2019 Contoh Bentuk Tradisi Jawa

http://slidepdf.com/reader/full/contoh-bentuk-tradisi-jawa 14/27

acara, isinya bermaksud untuk mengucapkan rasa syukur dan terima kasih

kepada warga yang sudah bersedia menyediakan makanan, ambengan, dan lain-

lain termasuk waktunya. Setelah itu, Mbah Kaum (ulama lokal) yang sudah

dipilih menjadi rois, maju untuk memimpin doa yang isinya memohon maaf dan

ampunan atau dosa para leluhur atau pribadi mereka kepada Tuhan Yang

Mahakuasa.

Doanya menggunakan tata cara agama Islam, warga dan anak-anak mengamini.

Suasana ceria anak-anak tergambar dengan semangat melafalkan amin sambil

berteriak. Selesai berdoa, semua yang hadir mencicipi makanan yang digelar.

Pada saat itu ada yang tukar-menukar kue, ada yang asyik ngobrol dengan

kanan-kiri, maklum beberapa warga pulang dari perantauan hadir dalam kenduri.

Biasanya Mbah Kaum diberi uang wajib dan makanan secukupnya, sedangkan

yang tak hadir atau si miskin diberi gandhulan, nasi, kue yang dikemas khusus

kemudian diantar ke rumah yang sudah disepakati diberi gandhulan.

Dari tata cara tersebut, jelas nyadran tidak sekadar ziarah ke makam leluhur,

tetapi juga ada nilai-nilai sosial budaya, seperti budaya gotongroyong, guyub,

pengorbanan, ekonomi. Bahkan, seusai nyadran ada warga yang mengajak

saudara di desa ikut merantau dan bekerja di kota-kota besar.

Di sini ada hubungan kekerabatan, kebersamaan, kasih sayang di antara warga

atau anggota trah. Di samping itu, semakin jelas adanya nilai transformasi

budaya dan tradisi dari yang tua kepada yang muda.

Mengenai pola keberagamaan yang ada di Jawa, C Geertz (1981) melalui

penelitiannya di Mojokerto menghasilkan sebuah konsep keberagamaan

masyarakat yang bersifat abangan, santri, dan priayi. Ketiganya merupakan

akumulasi dari hasil akulturasi budaya lokal masyarakat, Hidhu-Buddha dengan

nilai-nilai Islam. Pola interaksi antara budaya lokal dan nilai Islam menjadikan

Islam warna-warni.

Nyadran merupakan ekspresi dan ungkapan kesalehan sosial masyarakat di

mana rasa gotong- royong, solidaritas, dan kebersamaan menjadi pola utama

dari tradisi ini. Ungkapan ini pada akhirnya akan menghasilkan sebuah tatahubungan vertikal-horizontal yang lebih intim. Dalam konteks ini, maka nyadran

akan dapat meningkatkan pola hubungan dengan Tuhan dan masyarakat

(sosial), sehingga akhirnya akan meningkatkan pengembangan kebudayaan dan

tradisi yang sudah berkembang menjadi lebih lestari.

Dalam konteks sosial dan budaya, nyadran dapat dijadikan sebagai wahana dan

medium perekat sosial, sarana membangun jati diri bangsa, rasa kebangsaan

dan nasionalisme (Gatot Marsono). Dalam prosesi ritual atau tradisi nyadran kita

akan berkumpul bersama tanpa ada sekat-sekat dalam kelas sosial dan status

sosial, tanpa ada perbedaan agama dan keyakinan, golongan ataupun partai.

Page 15: Contoh Bentuk Tradisi Jawa

7/15/2019 Contoh Bentuk Tradisi Jawa

http://slidepdf.com/reader/full/contoh-bentuk-tradisi-jawa 15/27

Nyadran menjadi ajang untuk berbaur dengan masyarakat, saling mengasihi,

saling menyayangi satu sama lain. Nuansa kedamaian, humanitas dan familiar

sangat kental terasa. Apabila nyadran ditingkatkan kualitas jalinan sosialnya,

rasanya Indonesia ini menjadi benar-benar rukun, ayom-ayem, dan tenteram.

Nyadran dalam konteks Indonesia saat ini telah menjelma sebagai refleksi,wisata rohani kelompok masyarakat di tengah kesibukan sehari-hari.

Masyarakat, yang disibukkan dengan aktivitas kerja yang banyak menyedot

tenaga sekaligus (terkadang) sampai mengabaikan religiusitas, melalui nyadran,

seakan tersentak kesadaran hati nuraninya untuk kembali bersentuhan dan

bercengkrama dengan nilai-nilai agama: Tuhan.

Kebiasaan Orang Jawa

September 1, 2008 oleh ay 

Saya orang jawa dan banyak sekali kebiasaan-kebiasaan orang jawa di sekitar saya yang

terbilang unik bahkan sama sekali nggak nyambung kalo pake logika. Untuk contohnya yang

sering dilakukan orang tua kepada anaknya ketika makan. Nach apabila anak makan dan

tidak dihabiskan pasti bilang seperti ini “nek ra ditelaske, kuthuk’e mati” (kalo tidak 

dihabiskan anak ayamnya mati), kalo dipikir2 apa hubungannya antara makanan tidak dihabiskan dengan anak ayam mati???? itu yang membuat saya kepikiran sampe sekarang .

Selain itu juga ada kebiasaan unik lagi yakni antara cabe dengan geles gede (cepat besar).

Banyak sekali orang jawa yang meyakini kalo anak kecil berani makan cabe nanti cepat

 besar. Nach loe apa nggak tambah penasaran lagi+bingung juga heran, apa hubungannya

coba antara cabe dengan cepat besar??? mang ada cabe yang bikin pertumbuhannya cepat

(cepat besar), kalo mau pertumbuhan yang cepet mah gizinya harus tercukupi. Mbok makan

cabe sampe 1 kg pun gak bakal cepet gede yang ada perut mules hehehehe.

Oh ya saya juga masih inget sampe sekarang yang bikin geli dan tertawa sendiri. Dulu pas

masih kecil ya umuran masih bau kencur, sering banyak orang bilang “nek dolan ojo adoh-

adoh mengko ndak digondol montor pelet” (kalo maen jangan jauh-jauh nanti ndak dibawamobil pelet). Tau mobil pelet??? Orang dulu yang masih -maaf- kolot, mobil pelet itu mobil

Page 16: Contoh Bentuk Tradisi Jawa

7/15/2019 Contoh Bentuk Tradisi Jawa

http://slidepdf.com/reader/full/contoh-bentuk-tradisi-jawa 16/27

yang ada bermusik dengan bantuan toa sehingga musik terdengar kemana-mana. Padahal

waktu itu yang make mobil kaya gityu mobil yang jualan jamu keliling, masak mobil jualan

 jamu dibilang mobil pelet, yang bener saja. Jujur sampe saya besar sampe umur saya yang

hampir kepala 2 ini belum pernah melihat yang namanya mobil pelet. Heran kenapa orang

dulu banyak bilang kaya gitu kalo ndak ada buktinya ya, jian aneh bener .

Yach sebenarnya kreatif juga walaupun nggak nyambung . Itu dilakukan orang tua tempo

dulu bahkan sampe sekarang pun masih ada juga kebiasaan seperti itu dan semata-mata

dilakukan agar si anak menurut (baiknya). Celoteh diatas sekedar refresh aja di hari pertama

 puasa. Semoga puasa pertama ini berkesan

KEBUDAYAAN MASYARAKAT JAWA

Suku bangsa jawa adalah suku bangsa terbesar di indonesia. Jumlahnya mungkin ada sekitar 

90 juta atau lebih. Mereka berasal dari pulau jawa dan terutama ditemukan di provinsi jawa

tengah dah jawa timur, tetapi di provinsi jawa barat banyak ditemukan suku jawa, terutama

dikabupaten indramayu dan cirebon yang mayoritas masyarakatnya merupakan orang-orang

 jawa yang berbahasa dan berbudaya jawa. Dan di wilayah-wilayah lain juga terdapat populasi

mereka. Suku jawa juga memiliki sub-suku, yaitu seperti osing dan tengger

 bahasa jawa memiliki aturan perbedaan kosa kata dan intonasi berdasarkan hubungan antara

 pembicara dan lawan bicara yang biasa dikenal dengan ungguh-ungguh. Hal tersebutlah yang

membedakan antara bahasa jawa yang dianggap kasar dan halus.

Sedangkan kepercayaan suku jawa yaitu sebagian besar menganut agama islam. Tetapi yang

menganut agama protestan dan khatolik juga banyak. Mereka juga terdapat di daerah pedesaan. Selain itu juga ada penganut agama buddha dan hindu, ada pula agama

kepercayaan suku jawa yang disebut sebagai agama kejawen. Kepercayaan ini terutama

 berdasarkan kepercayaan animisme. Sedangkan profesi suku jawa di indonesia mempunyai

 pekerjaan disegala bidang, terutama pegawai negri sipil dan militer. Orang jawa agak lemah

dalam bidang bisnis dan industri, dan tidak asing lagi masyarakat jawa lebih menonjol di

 bidang pertanian sebagai petani.

Orang jawa memiliki stereotipe sebagai sukubangsa yang sopan dan halus, akan tetapi

mereka juga terkenal sebagai suku bangsa yang tertutup dan tidak mau terus terang. Ini

disebabkan karena mereka tidak ingin terjadi konflik. Karena itulah mereka justru cenderung

diam dan tidak membantah bila terjadi perbedaan pendapat. Namun tidak semua orang jawamemiliki sikap tertutup, banyak juga terdapat masyarakat suku jawa yang memiliki watak 

lugas, terbuka, terus terang, apa adanya, dan tidak suka basa-basi.

Masyarakat jawa juga terkenal akan pembagian golongan-golongan sosialnya. Pada tahun

1960-an seorang pakar antropologi amerika yg bernama Clifford Geertz membagi masyarakat

 jawa menjadi tiga kelompok yaitu kaum santri, abangan dan priyayi. Kelompok santri adalah

 penganut islam yang taat, sedangkan kelompok abangan adalah kelompok penganut islam

secara nominal atau penganut kejawen, dan kaum priyayi adalah kaum bangsawan atau yang

sering kita sebut sebagai kaum darah biru.

Orang jawa juga terkenal dengan budaya seninya terutama dipengaruhi oleh agama hindu- buddha, yaitu pementasan wayang. Repertoar cerita wayang atau lakon sebagian besar 

Page 17: Contoh Bentuk Tradisi Jawa

7/15/2019 Contoh Bentuk Tradisi Jawa

http://slidepdf.com/reader/full/contoh-bentuk-tradisi-jawa 17/27

 berdasarkan wiracarita ramayana dan mahabrata. Tetapi pengaruh islam dan dunia barat ada

 pula.

KARAKTER KHAS SUKU JAWA DENGAN TRADISI

TRADISINYA Diposkan oleh pamomong semar , 10:22 AM 5 Comments so far 

Suku Jawa merupakan salah satu suku terbesar yang berdiam di negaraIndonesia. Sebagai buktinya, kemana pun Anda melangkah kan kaki kebagian pelosok penjuru negeri ini, Anda pasti akan menemukan suku-suku

 Jawa yang mendiami kawasan tersebut meskipun terkadang jumlahnyaminorotas,dengan kata lain di mana ada kehidupan di seluruh IndonesiaOrang Jawa selalu ada.

Suku Jawa hidup dalam lingkungan adat istiadat yang sangat kental.Adat istiadat Suku Jawa masih sering digunakan dalam berbagai kegiatanmasyarakat. Mulai masa-masa kehamilan hingga kematian. Di dalam halini di manapun Suku Jawa berada akan selalu dilaksanakan dan di jadkanUgeman atau Pathokan dalam kehidupannya.

Banyak yang bisa di gali dari literatur literatur yang sdh ada bahwa suku jawa punya banyak keaneka ragaman ciri khas dan budaya besertatradisi tradisinya

Dan bila kita seumpama sebagai suku lain yang ada di Indonesia akansangat dengan mudahnya berinteraksi dengan suku jawa di karenakansuku ini mempunyai sifat dan karakter yang sangat santun dalambermasyarakat dengan di terimanya suku Jawa sebagai bagian darianggota masyarakat oleh suku lain di seluruh Indonesia.

Page 18: Contoh Bentuk Tradisi Jawa

7/15/2019 Contoh Bentuk Tradisi Jawa

http://slidepdf.com/reader/full/contoh-bentuk-tradisi-jawa 18/27

Sifat dan Karakter Orang Jawa

Suku jawa diidentikkan dengan berbagai sikap sopan, segan,menyembunyikan perasaan alias tidak suka langsung-langsung, menjagaetika berbicara baik secara konten isi dan bahasa perkataan maupunobjek yang diajak berbicara. Dalam keseharian sifat Andap Asor terhadapyang lebih tua akan lebih di utamakan, Bahasa Jawa adalah bahasaberstrata, memiliki berbagai tingkatan yang disesuaikan dengan objekyang diajak bicara.

Suku Jawa umumnya mereka lebih suka menyembunyikan perasaan.Menampik tawaran dengan halus demi sebuah etika dan sopan santunsikap yang dijaga. Misalnya saat bertamu dan disuguhi hidangan. Karakterkhas seorang yang bersuku Jawa adalah menunggu dipersilahkan untukmencicipi, bahkan terkadang sikap sungkan mampu melawan kehendakatau keinginan hati.

Suku Jawa memang sangat menjunjung tinggi etika. Baik secara sikapmaupun berbicara. Untuk berbicara, seorang yang lebih muda hendaknya

menggunakan bahasa Jawa halus yang terkesan lebih sopan.

Berbeda dengan bahasa yang digunakan untuk rekan sebaya maupunyang usianya di bawah. Demikian juga dengan sikap, orang yang lebihmuda hendaknya betul-betul mampu menjaga sikap etika yang baikterhadap orang yang usianya lebih tua dari dirinya, dalam bahasa jawaNgajeni

Ciri khas Narimo ing pandum adalah salah satu konsep hidup yangdianut oleh Orang Jawa. Pola ini menggambarkan sikap hidup yang serbapasrah dengan segala keputusan yang ditentukan oleh Tuhan. Orang

 Jawa memang menyakini bahwa kehidupan ini ada yang mengatur dantidak dapat ditentang begitu saja.

Page 19: Contoh Bentuk Tradisi Jawa

7/15/2019 Contoh Bentuk Tradisi Jawa

http://slidepdf.com/reader/full/contoh-bentuk-tradisi-jawa 19/27

Setiap hal yang terjadi dalam kehidupan ini adalah sesuai dengankehendak sang pengatur hidup. Kita tidak dapat mengelak, apalagimelawan semua itu. Inilah yang dikatakan sebagai nasib kehidupan. Dan,nasib kehidupan adalah rahasia Tuhan, kita sebagai makhluk hidup tidakdapat mengelak. Orang Jawa memahami betul kondisi tersebut sehingga

mereka yakin bahwa Tuhan telah mengatur segalanya.

 Pola kehidupan orang jawa memang unik. Jika kita mencoba untuk menelusuripola hidup orang jawa, maka ada banyak nilai positif yang kita dapatkan. Bagiorang jawa, Tuhan telah mengatur jatah penghidupan bagi semua makhlukhidupnya, termasuk manusia. Setiap hari kita melihat banyak orang yang keluarrumah, seperti juga, banyak burung yang keluar sarang untuk mencaripenghidupan. Pagi mereka keluar rumah dan sore pulang dengan kondisi yanglebih baik

Urip Ora Ngoyo

Konsep hidup nerimo ing pandum ( ora ngoyo ) selanjutnyamengisyaratkan bahwa orang Jawa hidup tidak terlalu berambisi. Jalanisaja segala yang harus di jalani. Tidak perlu terlalu ambisi untukmelakukan sesuatu yang nyata-nyata tidak dapat di lakukan. Orang Jawatidak menyarankan hal tersebut.Hidup sudah mengalir sesuai dengan koridornya. Kita boleh sajamempercepat laju aliran tersebut, tetapi laju tersebut jangan terlaludrastis. Perubahan tersebut hanya sebuah improvisasi kita atas kehidupanyang lebih baik dari sebelumnya. Orang Jawa mengatakan dengan istilah

 jangan ngoyo. Biarkan hidup membawamu sesuai dengan alirannya. Jangan membawa hidup dengan tenagamu!Bagi orang jawa hidup dan kehidupan itu sama dengan kendaraan. Diaakan membawa kita pada tujuan yang pasti. Orang jawa memposisikandiri sebagai penumpang. Kendaraan atau hiduplah yang membawamereka menuju kehidupan yang lebih baik. Mereka tidak membawakendaraan tersebut, melainkan dibawa oleh kendaraan.Seperti air di dalam saluran sungai, jika mereka mengalir biasa, makakondisinya aman dan nyaman. Tetapi ketika alirannya dipaksa untukbesar, maka aliran sungai tersebut tidak aman lagi bagi kehidupan. Orang

 Jawa memahami hal tersebut sehingga menerapkan konsep hidup janganngoyo. Ngoyo artinya memaksakan diri untuk melakukan sesuatu. Jika kita memaksakan diri untuk melakukan sesuatu, maka kemungkinanbesar kita akan mengalami sesuatu yang kurang baik, misalnya kita akansakit. Rasa sakit terjadi karena ada pemaksaan terhadap kemampuansesungguhnya yang kita miliki.

Ciri khas lain yang tak bisa di tinggalkan adalah sifat Gotong royongatau saling membantu sesama orang di lingkungan hidupnya apalagi lebihkentara sifat itu bila kita bertandang ke pelosok pelosok daerah suku Jawadi mana sikap gotong royong akan selalu terlihat di dalam setiap sendi

kehidupannya baik itu suasana suka maupun duka.

Page 20: Contoh Bentuk Tradisi Jawa

7/15/2019 Contoh Bentuk Tradisi Jawa

http://slidepdf.com/reader/full/contoh-bentuk-tradisi-jawa 20/27

Pola kehidupan orang jawa memang telah tertata sejak nenek moyang.Berbagai nilai luhur kehidupan adalah warisan nenek moyang yang adiluhung. Dan, semua itu dapat kita ketahui wujud nyatanya. Bagaimanaeksistensi orang jawa terjaga begitu kuat sehingga sampai detik ini pola-pola tersebut tetap diterapkan dalam kehidupan.

Pola hidup kerjasama ini dapat kita ketemukan pada kerja gotongroyongyang banyak diterapkan dalam masyarakat Jawa. Orang Jawa sangatmemegang teguh pepatah yang mengatakan: ringan sama dijinjing, beratsama dipikul. Ini merupakan konsep dasar hidup bersama yang penuhkesadaran dan tanggungjawab.Kita harus mengakui bahwa kehidupan orang jawa memang begituspesifik. Dari sekian banyak suku bangsa di Indonesia, bahkan yang ada didunia, orang Jawa mempunyai pola hidup yang berbeda. Kebiasaan hidupsecara berkelompok menyebabkan rasa diri mereka sedemikian dekatsatu dengan lainnya, sehingga saling menolong merupakan sebuahkebutuhan.Mereka selalu memberikan pertolongan kepada orang lain yangmembutuhkan pertolongan. Bahkan dengan segala cara mereka ikutmembantu seseorang keluar dari permasalahan, apalagi jika sesaudaraatau sudah menjadi teman.

Ngajeni Pada Orang Yang Lebih TuaDan, yang tidak dapat kita abaikan adalah sikap hidup orang Jawa yangmenejunjung tinggi nilai-nilai positif dalam kehidupan. Dalam interaksiantar personal di masyarakat, mereka selalu saling menjaga segala katadan perbuatan untuk tidak menyakiti hati orang lain.

Mereka begitu menghargai persahabatan sehingga eksistensi orang lain sangatdijunjung sebagai sesuatu yang sangat penting. Mereka tidak ingin orang lainatau dirinya mengalami sakit hati atau terseinggung oleh perkataan danperbuatan yang dilakukan sebab bagi orang Jawa, ajining diri soko lathi, ajiningrogo soko busono artinya, harga diri seseorang dari lidahnya (omongannya),

harga badan dari pakaia - See more at:

http://pamomongs.blogspot.com/2012/03/karakter-khas-suku-jawa-dengan-

tradisi.html#sthash.bkZ2Z2FL.dpuf 

Menengok Lebih Jauh Tradisi “ Nyumbang “ Masyarakat Jawa

OPINI | 13 April 2013 | 16:26 Dibaca: 199 Komentar: 1 0

Akhir-akhir ini tampaknya sedang “ Musim Kawinan “. Terbukti, setumpuk undangan

pernikahan dari rekan kerja ada di laci meja kerja saya. Dari si Santi, mas Erwan, kang Ari,

mbak Dewi, Bu Rita, dan lainnya. Belum lagi undangan dari teman di luar kota via SMS.

Mungkin, bulan ini memang “ bulan baik “ bagi masyarakat Jawa untuk melangsungkan

pernikahan. Bagi sebagian besar masyarakat Jawa, mereka masih percaya akan pentingnya

Page 21: Contoh Bentuk Tradisi Jawa

7/15/2019 Contoh Bentuk Tradisi Jawa

http://slidepdf.com/reader/full/contoh-bentuk-tradisi-jawa 21/27

Itungan Jawa. Hal tersebut dianggap sakaral. Hari atau bulan yang baik dan yang dipantang,

orang cenderung mematuhinya dan tidak berani melanggar.

Kembali ke undangan…….

Dengan menumpuknya undangan tersebut, tentu saja saya harus mengalokasikan pos

tambahan dalam anggaran pengeluaran keluarga. Ya, kebutuhan untuk Nyumbang. Pada

masyarakat Jawa, dikenal semacam tradisi untuk menghadiri acara suatu hajatan, misalnya

Pernikahan, Khitanan, Ruwatan, Kelahiran, dan lain sebagainya.

Pada saat menghadiri acara tersebut, biasanya membawa Cangkingan atau buah

tangan untuk yang punya hajat. Kebanyakan berupa makanan atau Sembilan bahan pokok.

Tradisi inilah yang dikenal masyarakat Jawa dengan istilah Nyumbang. Adapula yang

menyebutnya dengan istilah Lagan ataupun Jagong.

Seiring berkembangnya jaman, banyak masyarakat Jawa tidak lagi Nyumbang

menggunakan barang atau makanan. Mereke lebih memilih Nyumbang berupa uang sebagai

penggantinya . Hal itu dengan alasan kepraktisan. Orang tidak mau repot-repot mententeng

beras, gula,minyak goreng, atau lainnya. Cukup dengan sebuah amplop, sudah dapat

dimasukkan ke saku celana. Jauh lebih praktis. Namun, di daerah tertentu ( biasanya di

kampung ) ada juga yang masih Nyumbang berupa barang.

Mengenai besaran jumlah uang atau barang untuk Nyumbang ke Shohibul Hajat ,sebenarnya tidak ada aturan baku. Sebab pada hakekatnya, Nyumbang bersifat suka rela atau

seikhlasnya saja. Biasanya orang akan mengikuti kebiasaan pada masyarakat tersebut. Sebab,

antara daerah yang satu dengan daerah lainnya terkadang memiliki besaran yang berbeda.

Semisal begini : Di daerah A , Nyumbang untuk ukuran umum ( bukan keluarga, kerabat atau

sahabat ) standarnya 40 -50 ribu rupiah. Tetapi di daerah B, dengan 20- 30 ribu saja sudah

cukup.

Biasanya ketika Nyumbang berupa uang, maka dibagian luar amplop akan di

cantumkan nama dan alamat orang yang menyumbang. Namun, ada pula yang sengaja tidakdicantumkan. Kalau dicermati lebih jauh lagi berkaitan hal tersebut, ternyata ada hal unik.

Kebanyakan dari amplop yang tak beridentitas, bernilai kecil atau lebih kecil dari

umumya. Pun sebaliknya jika amplop bernilai besar, hampir dapatkan dipastikan bahwa nama

si penyumbang dicantumkan. Hal tersebut wajar dan sah-sah saja. Sebab masyarakat Jawa

masih mengenal Mbalek’ke Sumbang atau mengembalikan.. Maksudnya adalah, ketika si A

Nyumbang kepada kita sebesar 200 ribu misalnya, maka kelak jika si A mempunyai hajat,

maka kita Nyumbang minimal 200 ribu.

Page 22: Contoh Bentuk Tradisi Jawa

7/15/2019 Contoh Bentuk Tradisi Jawa

http://slidepdf.com/reader/full/contoh-bentuk-tradisi-jawa 22/27

Akan tetapi, hal tersebut bukanlah suatu keharusan. Artinya, jika kita Nyumbang

dibawah 200 ribu pun boleh-boleh saja. Namun demkian, orang Jawa tidak akan lepas dari sifat

Pekiwuh, Rikuh, Ora Penak .. Masak dulu kita dikasih 200 ribu, sekarang kok kita mau ngasih

100 ribu, yo ora penak to, mungkin begitu kata mereka.

Yang jelas, apapun wujudnya dan berapapun nilainya kita Nyumbang, yang terpenting

adalah keihlasan dan kerelaan. Nyumbang kecil tetapi ikhlas akan lebih baik dari pada

Nyumbang besar tapi tidak Ikhlas. Yang paling baik adalah Nyumbang besar dengan Ikhlas.

Sedangkan, Nyumbang dalam pengertian luas sebernatnya merupakan wujud daripada

kepedulian sosial. Ketika tetangga, saudara, maupun teman sedang mempunyai hajat, tentu

saja mereka membutuhkan bantuan. Bantuan dalam arti disini, bukan hanya sekedar materi.

Sedikit tenaga, pikiran, dan gagasan kita, akan sangat berarti bagi mereka yang mempunyai

Hajat. Tuhan menciptakan manusia untuk saling tolong menolong antar sesama….

Adat Istiadat Masyarakat Jawa Tengah

 Ada beberapa adat istiadat yang biasa dilakukan oleh masyarakat Jawa Tengah. Mupu

adalah salah satu di antaranya. Mupu berarti memungut anak. Tujuannya agar kelak

 juga dapat menyebabkan hamilnya ibu yang memungut anak. Pada saat si ibu hamil,

 jika mukanya tidak kelihatan bersih dan secantik biasanya, disimpulkan bahwa anaknya

adalah laki-laki. Jika sebaliknya, maka anaknya perempuan.

Pada saat usia kehamilan 7 bulan, diadakan acara nujuh bulanan atau mitoni. Pada

acara ini disiapkan sebuah kelapa gading dengan gambar wayang Dewa Kamajaya (jika

laki-laki akan tampan seperti Dewa Kamajaya) dan Dewi Kamaratih (jika perempuan

akan cantik seperti Dewi Kamaratih), gudangan (sayuran) yang dibumbui, lauk lainnya,

serta rujak buah.

Ketika bayinya lahir, diadakan slametan, yang dinamakan brokohan. Pada brokohan ini

biasanya disediakan nasi tumpeng lengkap dengan sayur dan lauknya. Ketika bayi

berusia 35 hari, diadakan acara slametan selapanan. Pada acara ini rambut sang bayi

dipotong habis. Tujuannya agar rambut sang bayi tumbuh lebat.

 Adat selanjutnya adalah tedak-siten. Adat ini dilakukan pada saat sang bayi berusia 245

hari. Ini adalah adat di mana sang bayi untuk pertama kalinya menginjakkan kaki ke atas

tanah.

Setelah si anak berusia menjelang 8 tahun, namun masih belum mempunyai adik, maka

Page 23: Contoh Bentuk Tradisi Jawa

7/15/2019 Contoh Bentuk Tradisi Jawa

http://slidepdf.com/reader/full/contoh-bentuk-tradisi-jawa 23/27

dilakukan acara ruwatan. Ini dilakukan untuk menghindarkan bahaya. Ketika menjelang

remaja, tiba waktunya sang anak ditetaki atau dikhitan.

Orang Jawa kuno sejak dulu terbiasa menghitung dan memperingati usianya dalam

satuan windu atau setiap 8 tahun. Peristiwa ini dinamakan windon.

Tradisi masyarakat jawa

Ciblon

Ciblon adalah jenis kesenian yang hanya dapat dilakukan di dalam air, baik kolam maupun

sungai. Ciblon biasa dilakukan dengan menepuk-nepukan tangan ke dalam air sehingga

menghasilkan suara yang nyaring dan enak didengar. Ciblon ini biasa dilakukan oleh wargayang tinggal di pinggir sungai, untuk menghilangkan kelelahan setelah mencuci, ciblon

 biasanya dilakukan sambil mandi di sungai atau di kolam.

Seperti di kolam / umbul yang tidak jauh dari rumah saya, yaitu umbul pluneng, seni ciblon

dipentaskan sebagai pertunjukan kesenian pada umumnya. pentas seni Ciblon

diselenggarakan setiap tahun sebagai tanda syukur kepada Tuhan atas terssedianya air yang

melimpah di wilayah Pluneng. Pentas seni Ciblon diselenggarakan apada malam hari di

 pemandian Tirtomulyana dihadapan ratusan penonton. bersama dengan musik ciblon ini

 biasanya diiringi oleh lagu-lagu daerah, yang isinya tentang ucapan rasa syukur kepada

Tuhan. Pementasan Seni ciblon juga disertai dengan pementasan seni rakyat yang lain, seperti

karawitan, tarian, srunthul, dolanan anak, dan sarasehan.

Padusan

Padusan diartikan sebagai mandi besar sebelum menyambut bulan Ramadahan, dalam tradisi

rakyat yang diselenggarakan setiap tahunnya ini, para warga di Pluneng berkumpul di

Pemamandian untuk bersuci menyambut bulan Ramadahan secara bersama-sama, mereka

terjun ke dalam air dan mandi bersama, tanpa membeda-bedakan status sosial, hal ini

ditujukan untuk mempererat hubungan antar warga sekaligus sebagai ritual pensucian diri.

Nyadran / Sadranan

 Nyadran merupakan tradisi yang diadakan setiap tahunnya, tepatnya beberapa hari sebelum

 bulan Ramadhan. Tradisi Nyadran diadakan oleh penduduk lokal sebagai tanda syukur ke

hadirat Tuhan YME atas rezeki yang telah dilimpahkan. Nyadran juga diselenggarakan

sebagai upacara untuk menyambut datangnya bulan suci Ramadhan. Hidangan dalam tradisi

 Nyadran berupa nasi, sayuran dan buah-buahan.

Merti Desa

Merti Desa merupakan sebuah prosesi tradisi lokal dalam bentuk kegiatan bersih desa.

Kegiatan ini dilakukan werga secara gotong royong, tujuannya supaya senantiasa mendapat

 berkah dan perlindungan dari Tuhan YME.

Sambatan

Sambatan merupakan kegiatan yang dilakukan para warga secara gotong royong dalamrangka memperbaiki salah satu rumah warga.

Page 24: Contoh Bentuk Tradisi Jawa

7/15/2019 Contoh Bentuk Tradisi Jawa

http://slidepdf.com/reader/full/contoh-bentuk-tradisi-jawa 24/27

Kumbakarnan

Tradisi ini merupakan kegiatan yang dilakukan para warga dalam rangka mempersiapkan

hajatan yang akan diadakan salah satu warganya, khususnya hajatan perkawinan. Dalam

tradisi kumbakarnan, para warga dikumpulkan dan diberi tanggung jawab untuk 

melaksanakan tugasnya masing-masing. Istilah Kumbakarnan sendiri muncul karena padatradisi ini, warga yang datang disediakan makanan yang berlimpah, layaknya ketika raja

Kumbakarna akan diangkat menjadi senopati perang dalam perang Bharatayuda.

Miwit

Miwit merupakan tradisi lokal yang diadakan oleh para petani, tradisi miwit dilaksanakan

sebelum petani mulai memanen padi di sawahnya, tradisi ini diadakan secara individual, yaitu

 petani yang akan panen memasak berbagai macam sayur(biasanya gudangan atau pecel)

untuk dibagikan kepada anak-anak yang mengikuti miwit. Upacara Miwit diadakan di sawah

yang akan dipanen padinya. Sebagai tanda syukur kepada Tuhan YME, petani meletakkan

sebungkus nasi lengkap dengan sayuran di sudut-sudut sawah.

Sinoman, Tradisi Jawa yang Nyaris Terlupakan

Saya dilahirkan menjadi salah satu bagian dari suku terbesar di Indonesia yakni Suku Jawa.

Kedua orang tua saya yang berasal dari Jawa Tengah dan Jawa Timur telah membuat darah

Jawa mengalir di dalam diri ini. Apalagi saya juga tinggal di Kota Salatiga yang meskipun

terkenal dengan sebutan "Indonesia Mini" saking majemuknya penduduk di kota kecil ini,

tapi lingkungan saya tinggal masih didiami oleh mayoritas orang-orang Jawa yang mau tak 

mau membuat nilai-nilai dan tradisi-tradisi Jawa masih terasa di aspek kehidupan saya. Yah,

meskipun tidak sekuat dan seintens pengaruh ke-Jawa-an masyarakat di Surakarta, Jogjakarta

atau pedesaan akan tetapi sedikit-sedikit beberapa tradisi Suku Jawa masih saya jalankan

hingga detik ini. Salah satu tradisi dari beraneka ragam tradisi Suku Jawa yang sering saya

lakukan adalah tradisi sinoman. Ada yang tahu apa itu Sinoman?

Pada dasarnya sinoman sebenarnya merupakan salah satu bentuk dari budaya Jawa yang

sangat mendasar yakni gotong royong. Sinoman adalah sebutan bagi orang-orang yang

menjadi  juru laden atau orang-orang yang melayani para tamu manakala ada hajatan (acara

 besar seperti pernikahan atau khitanan) yang tengah dilakukan oleh tetangga atau apabila

tengah ada acara di kampung (halal bihalal, tujuhbelasan, dsb). Kegiatan ini biasanya

dilakukan oleh para pemuda dan pemudi desa meskipun terkadang para orang tua juga ikut

membantu. Pekerjaan para sinoman benar-benar bagaikan pramusaji, manakala hidangan

telah selesai dipersiapkan para sinoman harus segera bergerak untuk membagikan hidangan

tersebut ke para tamu satu per satu lalu setelah para tamu selesai menyantap hidangan parasinoman pun bergerak kembali dengan mengambil piring, gelas ataupun mangkok yang

ditinggalkan oleh para tamu dan segera diberikan kepada para tukang cuci piring. Hap hap

hap semua tamu harus terlayani dengan baik dan tidak boleh ada tumpukan piring kotor di

sekitar tempat hajatan.

Sinoman itu cukup melelahkan bahkan terkadang kalau pas apes ya bisa sangat melelahkan.

Itu semua tergantung dari jumlah tamu undangan, jumlah hidangan, serta jumlah personel

 para sinoman. Coba saja dibayangkan, misalnya dalam suatu acara pernikahan yang

mengundang sekitar 500-an tamu undangan. Itu berarti dalam satu sesi makan akan ada 500

hidangan yang harus diantar kepada para tamu dan akan ada 500 piring kotor yang harus

diambil kembali. Itu baru satu sesi, padahal biasanya di kampung saya sesi makan itu bisa berkali-kali lo mulai dari minuman, makanan ringan (snack), makan besar, barulah makan

Page 25: Contoh Bentuk Tradisi Jawa

7/15/2019 Contoh Bentuk Tradisi Jawa

http://slidepdf.com/reader/full/contoh-bentuk-tradisi-jawa 25/27

 penutup. Sadis. Untuk itulah biasanya jumlah personel sinoman harus disesuaikan dengan

 jumlah para tamu. Idealnya sih menurut saya untuk acara pernikahan dengan mengundang

500-an orang setidaknya membutuhkan 15-20 personel sinoman itu saja terkadang masih

keteteran kemana-mana. Sayangnya, jumlah pemuda pemudi di kampung saya terus

 berkurang sehingga misalnya tanpa dibantu bapak-bapak dan ibu-ibu yang lain, kami para

 pemuda pemudi yang melakukan sinoman pasti sehabis acara usai akan menggelepar kelelahan. Huhuhuh.

Salah satu hal yang unik dari tradisi sinoman adalah biasanya para sinoman

memakai seragam. Umumnya sih menggunakan atasan berupa kemeja/hem

berwarna putih dan bawahan berupa celana/rok berwarna hitam. Hal ini

digunakan agar para sinoman mudah dikenali oleh pemilik acara hajatan, panitia

dan juga para tamu. Sekarang sih untunglah model atasan bawahan putih hitam

tergantikan dengan atasan batik dan bawahan hitam. Voila, entah kenapa saya

sekarang agak sensi kalau melihat warna putih hitam yang bagi saya tak

ubahnya pakaian para pekerja magang dan juga mengingatkan saya akan sidang

skripsi (skripsi apa kabar? tidaak *curhat berdarah*). Belum lagi memakai atasan

warna putih itu menurut saya tidak cocok karena pekerjaan seorang sinoman

sangat rentan terkena noda-noda membandel dari kuah hidangan atau

minuman. Sebel aja gitu. Hal unik lainnya adalah sinoman dilakukan secara

sukarela. Tidak ada kewajiban bagi pemilik acara hajatan untuk membayar para

sinoman meskipun terkadang ada yang berbaik hati memberikan kompensasi

berupa uang atau rokok (dan saya bukan seorang perokok, boleh saya minta

mentahnya saja? *eh*). Pekerjaan sinoman sejatinya murni dilakukan untuk

menolong tetangga kita yang tengah membutuhkan bantuan saja. Salah satu

imbalan tak resmi yang diberikan oleh para pemilik acara hajatan biasanya

adalah para sinoman dibebaskan untuk mengambil makan dan minuman

sepuasnya. Asyik! Heheh.

Baru-baru ini, saya dan para pemuda di kampung saya menjalani tugas sebagai sinoman di

acara pernikahan salah seorang tetangga kami. Waktu datang ke rapat panitia, saya kaget

 bukan main. Tamu diperkirakan 700-an orang dengan 12 personel sinoman, prasmanan dan

acara pernikahan dilaksanakan di gedung! Benar saja, di hari H-nya semuanya pun terlihat

kacau. Tamu yang datang melebihi jumlah undangan sedangkan hidangan dan alat-alat

makan yang disediakan tidak sebanyak orang yang datang. Hal ini diperparah dengansedikitnya petugas cuci piring sehingga piring, gelas dan mangkok kotor pun terus

menumpuk. Yang kelabakan? Semua orang! Termasuk para sinoman. Saya dan tetangga-

tetangga yang lain pun terus hilir mudik mengambil piring-piring kotor yang ditinggalkan

 para tamu, menyodorkan ke para tukang cuci piring, mengambil kembali piring yang telah

dicuci dan diserahkan kembali ke petugas penjaga stand makanan. Semuanya dilakukan serba

cepat dan berulang-ulang. Argh! Untung saja, kekacauan tersebut tidak mengganggu acara

 pernikahan yang tengah dilaksanakan. Tidak pula terlihat para tamu undangan yang marah-

marah secara frontal walau saya yakin di dalam hati mungkin ada rasa kekecewaan mereka.

Catatan saja sih, acara pernikahan itu adalah acara sakral yang seharusnya tidak tercoreng

oleh hal-hal sepele semacam itu. Untuk itulah, semuanya harus diperhitungkan dengan

matang sampai hal-hal terkecil. Well, semua orang harus ikutan berbahagia kan?

Page 26: Contoh Bentuk Tradisi Jawa

7/15/2019 Contoh Bentuk Tradisi Jawa

http://slidepdf.com/reader/full/contoh-bentuk-tradisi-jawa 26/27

Sinoman. Salah satu tradisi asli Suku Jawa yang mungkin nyaris dilupakan oleh orang

dewasa ini. Fenomena penggunaan catering dalam acara hajatan, membuat peran sinoman

tergantikan oleh para pramusaji dari pengusaha catering yang tentunya lebih profesional.

Padahal, banyak pelajaran yang bisa kita ambil dari tradisi sinoman. Sinoman telah

mengajarkan saya untuk selalu ikhlas dalam menolong sesama sesuai dengan nilai gotong

royong yang terpatri kuat bagi orang-orang Jawa. Tradisi sinoman juga membuat saya lebihdekat dengan para tetangga yang lain dalam caranya sendiri. Kerjasama dan semangat

melayani orang lain tanpa pamrih. Inilah yang seharusnya tetap diuri-uri oleh masyarakat

Jawa kini yang kemudian nilai-nilai dan pelajarannya diterapkan dalam keseharian mereka.

Jadi, masih adakah tradisi sinoman di daerah anda?

Tradisi Suran (Suroan) Masyarakat Jawa

Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh

Apa kabar sobat Adiluhur ? Tanpa begitu kita sadari, ternyata waktu berjalan begitu cepat.

Rasanya baru kemarin hari raya Idul Fitri kita rayakan, belum begitu terasa sudah sampai

 pada hari raya Idul Adha kemarin. Sekarang kita malah sudah memasuki babak baru dalam

sistem kalender hijriyah maupun Jawa. Meskipun telat, saya ingin mengucapkan "Selamat

Tahun Baru Hijriyah 1434H" pada sobat semua. Semoga apa yang sudah kita lalui di tahun

1433 H kemarin bisa kita jadikan bahan untuk introspeksi diri demi memperbaiki kehidupan

kita ditahun yang akan kita jalani ini.

Berbicara tentang tahun baru hijriyah yaitu bulan Muharram dalam kalender Islam atau bulan

Sura dalam sistem kalender Jawa, khususnya bagi masyarakat Jawa dan sekitarnya, pastitidak lepas dari berbagai macam ritual dan tradisi-tradisi yang sudah berlangsung secara turun

temurun. Tradisi-tradisi tersebut menurut masyarakat merupakan sebuah perayaan sebagai

wujud rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan begitu banyak 

rahmat dan karunia-Nya kepada makhluk didunia ini.

Bulan Muharram/Sura merupakan bulan yang istimewa bagi masyarakat Jawa, bulan yang

keramat dan suci. Untuk itulah beberapa orang yang masih setia melestarikan Budaya Jawa

menjadikan bulan ini sebagai bulan untuk mensucikan diri dengan ritual-ritual seperti

tirakatan khususnya pada saat malam satu Sura kemarin, berpuasa, semedi dan berbagai ritual

lain. Bagi mereka yang memiliki benda-benda pusaka seperti keris, tombak, akik dan lain-

lain, mereka juga mengadakan ritual pembersihan benda pusaka tersebut dengan dimandikan pakai air kembang.

Penamaan bulan Sura dalam penanggalan Jawa sebenarnya juga diambil dari istilah Islam.

Dalam Islam, ada yang namanya hari 'Asyura yang jatuh pada tanggal 10 Muharram dimana

 pada hari itu terjadi peristiwa-peristiwa penting yang dialami para nabi-nabi terdahulu. Untuk 

itu Rasulullah SAW menyuruh umatnya untuk melakukan puasa sunnah pada tanggal 10

Muharram. Tidak heran jika masyarakat Jawa juga melakukan puasa pada bukan Sura karena

selain menjadi tradisi juga merupakan perintah dari Rasulullah SAW.

Bagi anak muda, terutama di daerah tempat tinggal saya, bulan Sura juga merupakan bulan

yang penuh hiburan. Karena di bulan ini masyarakat-masyarakat pedesaan mengadakan ritualyang dinamakan Ruwat Bumi dengan melakukan selamatan masal dan ditutup dengan acara

Page 27: Contoh Bentuk Tradisi Jawa

7/15/2019 Contoh Bentuk Tradisi Jawa

http://slidepdf.com/reader/full/contoh-bentuk-tradisi-jawa 27/27

hiburan seperti pagelaran wayang kulit, tarian lengger, calung, kuda kepang (embeg), campur 

sari dan lainnya untuk menghibur masyarakat. Hiburan ini biasanya diselenggarakan selama

satu hari satu malam. Bahkan dibeberapa tempat, ada yang menyelenggarakan sampai 2

sampai 3 hari khususnya untuk lenggeran.

Di desa saya sendiri ada tradisi khusus yang sudah jarang saya temukan di desa-desa tetanggayaitu selamatan weton untuk memperingati hari kelahiran seseorang. Biasa kami

menyebutkan bahwa bulan Sura adalah bulan yang penuh bubur. Karena selamatan weton ini

menggunakan bubur sebagai hidangan selamatan. Selamatan ini diselenggarakan oleh setiap

warga dengan waktu yang berbeda-beda tergantung hari kelahiran anggota keluarganya.

Intinya semua tradisi dan ritual Suran ini adalah untuk memperingati tahun baru hijriyah.

Berbagai tradisi tersebut tujuannya tidak lain adalah sebagai ungkapan para syukur kepada

Tuhan yang masih memberi kesempatan untuk menikmati kehidupan didunia sampai tahun

kembali berganti. Bagi saya pribadi, tidaklah penting segala tradisi dan ritual tersebut tapi

untuk menjaga kelestarian budaya jangan pula kita meninggalkannya asal jangan jadikan hal-

hal tersebut untuk kemusyrikan. Yang terpenting dalam setiap pergantian tahun adalah bagaimana kita menyikapinya. Apa saja yang pernah kita perbuat di tahun sebelumnya,

apakah sudah baik dan sesuai dengan ajaran yang kita anut atau belum. Jika belum, mari kita

 perbaiki perilaku kita di tahun yang akan kita jalani, jika sudah, kita jadikan tahun yang ini

untuk lebih memperbaikinya lagi.

Orang yang hari ini lebih baik dari hari kemarin adalah orang yang beruntung, orang yang

hari ini sama dengan hari kemarin adalah orang yang merugi, dan orang yang hari ini lebih

 buruk dari hari kemarin adalah orang yang celaka

Wassalamualaikum warahmatullah wabarakatuh