contoh

20
Pengertian Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan. [2] Menurut Salvicion dan Celis (1998) di dalam keluarga terdapat dua atau lebih dari dua pribadi yang tergabung karena hubungan darah , hubungan perkawinan atau pengangkatan, di hidupnya dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan di dalam perannya masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan . [3] Jenis Ada beberapa jenis keluarga, yakni: keluarga inti yang terdiri dari suami, istri, dan anak atau anak-anak, keluarga konjugal yang terdiri dari pasangan dewasa (ibu dan ayah) dan anak-anak mereka, di mana terdapat interaksi dengan kerabat dari salah satu atau dua pihak orang tua. [4] : Selain itu terdapat juga keluarga luas yang ditarik atas dasar garis keturunan di atas keluarga aslinya. [5] Keluarga luas ini meliputi hubungan antara paman, bibi, keluarga kakek, dan keluarga nenek. [6] Peranan Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku antar pribadi, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan pribadi dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan pribadi dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat . [6] Berbagai peranan yang terdapat dalam keluarga adalah sebagai berikut: Ayah sebagai suami dari istri dan anak -anak, berperan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya

Upload: lindoenk-hasibuan

Post on 05-Dec-2014

19 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

adwa

TRANSCRIPT

Page 1: contoh

Pengertian

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan.[2]

Menurut Salvicion dan Celis (1998) di dalam keluarga terdapat dua atau lebih dari dua pribadi yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan, di hidupnya dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan di dalam perannya masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan.[3]

Jenis

Ada beberapa jenis keluarga, yakni: keluarga inti yang terdiri dari suami, istri, dan anak atau anak-anak, keluarga konjugal yang terdiri dari pasangan dewasa (ibu dan ayah) dan anak-anak mereka, di mana terdapat interaksi dengan kerabat dari salah satu atau dua pihak orang tua.[4]: Selain itu terdapat juga keluarga luas yang ditarik atas dasar garis keturunan di atas keluarga aslinya.[5]Keluarga luas ini meliputi hubungan antara paman, bibi, keluarga kakek, dan keluarga nenek.[6]

Peranan

Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku antar pribadi, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan pribadi dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan pribadi dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat.[6]

Berbagai peranan yang terdapat dalam keluarga adalah sebagai berikut:

Ayah sebagai suami dari istri dan anak-anak, berperan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.[6]Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.[6]Anak-anak melaksanakan peranan psikosial sesuai dengan tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial, dan spiritual.[6]

Tugas

Pada dasarnya tugas keluarga ada delapan tugas pokok sebagai berikut:[rujukan?]

1. Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya.2. Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga.

Page 2: contoh

3. Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan kedudukannya masing-masing.

4. Sosialisasi antar anggota keluarga.5. Pengaturan jumlah anggota keluarga.6. Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga.7. Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih luas.8. Membangkitkan dorongan dan semangat para anggotanya.

Fungsi

Fungsi yang dijalankan keluarga adalah:

1. Fungsi Pendidikan dilihat dari bagaimana keluarga mendidik dan menyekolahkan anak untuk mempersiapkan kedewasaan dan masa depan anak.[4]

2. Fungsi Sosialisasi anak dilihat dari bagaimana keluarga mempersiapkan anak menjadi anggota masyarakat yang baik.[4]

3. Fungsi Perlindungan dilihat dari bagaimana keluarga melindungi anak sehingga anggota keluarga merasa terlindung dan merasa aman.[4]

4. Fungsi Perasaan dilihat dari bagaimana keluarga secara instuitif merasakan perasaan dan suasana anak dan anggota yang lain dalam berkomunikasi dan berinteraksi antar sesama anggota keluarga. Sehingga saling pengertian satu sama lain dalam menumbuhkan keharmonisan dalam keluarga.[4]

5. Fungsi Agama dilihat dari bagaimana keluarga memperkenalkan dan mengajak anak dan anggota keluarga lain melalui kepala keluarga menanamkan keyakinan yang mengatur kehidupan kini dan kehidupan lain setelah dunia.[4]

6. Fungsi Ekonomi dilihat dari bagaimana kepala keluarga mencari penghasilan, mengatur penghasilan sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi rkebutuhan-kebutuhan keluarga.[4]

7. Fungsi Rekreatif dilihat dari bagaimana menciptakan suasana yang menyenangkan dalam keluarga, seperti acara nonton TV bersama, bercerita tentang pengalaman masing-masing, dan lainnya.[4]

8. Fungsi Biologis dilihat dari bagaimana keluarga meneruskan keturunan sebagai generasi selanjutnya.[4]

9. Memberikan kasih sayang, perhatian, dan rasa aman di antara keluarga, serta membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga.[4]

Bentuk keluarga

Ada dua macam bentuk keluarga dilihat dari bagaimana keputusan diambil, yaitu berdasarkan lokasi dan berdasarkan pola otoritas [7].

Berdasarkan lokasi

Page 3: contoh

Adat utrolokal, yaitu adat yang memberi kebebasan kepada sepasang suami istri untuk memilih tempat tinggal, baik itu di sekitar kediaman kaum kerabat suami ataupun di sekitar kediamanan kaum kerabat istri;

Adat virilokal, yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang suami istri diharuskan menetap di sekitar pusat kediaman kaum kerabat suami;

Adat uxurilokal, yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang suami istri harus tinggal di sekitar kediaman kaum kerabat istri;

Adat bilokal, yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang suami istri dapat tinggal di sekitar pusat kediaman kerabat suami pada masa tertentu, dan di sekitar pusat kediaman kaum kerabat istri pada masa tertentu pula (bergantian);

Adat neolokal, yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang suami istri dapat menempati tempat yang baru, dalam arti kata tidak berkelompok bersama kaum kerabat suami maupun istri;

Adat avunkulokal, yaitu adat yang mengharuskan sepasang suami istri untuk menetap di sekitar tempat kediaman saudara laki-laki ibu (avunculus) dari pihak suami;

Adat natalokal, yaitu adat yang menentukan bahwa suami dan istri masing-masing hidup terpisah, dan masing-masing dari mereka juga tinggal di sekitar pusat kaum kerabatnya sendiri .

Berdasarkan pola otoritas

Patriarkal, yakni otoritas di dalam keluarga dimiliki oleh laki-laki (laki-laki tertua, umumnya ayah)

Matriarkal, yakni otoritas di dalam keluarga dimiliki oleh perempuan (perempuan tertua, umumnya ibu)

Equalitarian, yakni suami dan istri berbagi otoritas secara seimbang.

Subsistem sosial

Terdapat tiga jenis subsistem dalam keluarga, yakni subsistem suami-istri, subsistem orang tua-anak, dan subsitem sibling (kakak-adik).[8] Subsistem suami-istri terdiri dari seorang laki-laki dan perempuan yang hidup bersama dengan tujuan eksplisit dalam membangun keluarga.[8] Pasangan ini menyediakan dukungan mutual satu dengan yang lain dan membangun sebuah ikatan yang melindungi subsistem tersebut dari gangguan yang ditimbulkan oleh kepentingan maupun kebutuhan darti subsistem-subsistem lain.[8] Subsistem orang tua-anak terbentuk sejak kelahiran seorang anak dalam keluarga, subsistem ini meliputi transfer nilai dan pengetahuan dan pengenalan akan tanggungjawab terkait dengan relasi orang tua dan anak.[8]

Referensi

1. ^ a b c Situs Warta Warga Universitas Guna Darma: Keluarga2. ̂ Sugeng Iwan, “Pengasuhan Anak dalam Keluarga”3. ̂ Baron, R. A dan Donn Byrne. 2003. Psikologi Sosial. Jakarta: Erlangga4. ^ a b c d e f g h i j Richard R Clayton. 2003. The Family, Mariage and Social Change. hal. 58

Page 4: contoh

5. ̂ Anita L. Vangelis.2004.Handbook of Family Comunication.USA:Lawrence Elbraum Press. hal 349.

6. ^ a b c d e Jhonson, C.L. 1988. Ex Familia. New Brunswick: Rutger University Press.7. ̂ Fr Tderique Holdert dan Gerrit Antonides, “Family Type Effects on Household

Members Decision Making”, Advances in Consumer Research Volume 24 (1997), eds. Merrie Brucks and Deborah J. MacInnis, Provo, UT: Association for Consumer Research, Pages: 48-54

8. ^ a b c d Minuchin, S (1974). Families and Family Therapy. Cambridge, MA: Harvard University Press.

Sikap ingin menghormati dan menghargai orang tua adalah sesuatu yang ditanamkan Tuhan Allah di dalam hati manusia. Setiap kebudayaan dan tradisi mempunyai suatu cara untuk menghormati nenek moyang, terutama orang tua. Tuhan telah menanamkan sikap itu dalam hati kita karena suatu alasan. Dorongan hati seperti itu membantu untuk menjamin keluarga yang mantap – dan keluarga itu adalah tempat dimana Tuhan ingin kita belajar mencintai. Cinta itu berarti menerima dan mengasihi mereka yang berbeda.

Kita memilih teman-teman kita, tapi kita “ditempatkan” di dalam keluarga. Teman-teman itu berkumpul berdasarkan keinginan dan selera yang sama. Anggota-anggota keluarga belum tentu ada kesamaan. Saudara kakak dan adik itu adalah dua jenis mahkluk yang berbeda. Seperti anjing dan kucing, mereka biasanya tak bisa hidup akur bersama! Apalagi seorang ayah dan anak remajanya… mereka mempunyai dunia masing-masing yang luar biasa berbeda! Keluargalah yang menyatukan individu-individu yang berbeda ini. Cinta kasih yang membuat keluarga itu tetap satu dalam keanekaragaman.

Menerima Perbedaan

SATURDAY, 27 OCTOBER 2012

Total View : 1354 times

Page 5: contoh

Di dalam sebuah pernikahan yang sehat pasti ditemukan sejumlah perbedaan antara diri kita dengan pasangan. Hal ini tidak mungkin bisa dihindari ataupun diingkari karena pada dasarnya Anda berdua adalah individu.

Oleh sebab itulah, konsultan pernikahan maupun para gembala gereja selalu mengingatkan di dalam masa pra-pernikahan kita yakni agar kita mau dan siap saling menerima masing-masing diri kita. Saling menerima disini bukanlah hanya saling menerima kebaikan atau hal-hal yang kita sukai dari pasangan kita, tetapi juga kejelekan atau hal-hal yang kurang kita sukai darinya.

Untuk melakukan ini, kita butuh yang namanya kerelaan berkorban. Kita perlu untuk melapangkan hati kita untuk menerima hal-hal yang kurang berkenan yang ditunjukkan oleh pasangan kita kepada kita.

Apabila kita tidak mau mengembangkan sikap rela berkorban di dalam menjalin hubungan dengan suami atau istri kita maka dipastikan tidak perlu menunggu waktu dua tahun, rumah tangga pasti hancur.

Hanya saja ada beberapa hal yang perlu digarisbawahi berkenaan menerima perbedaan di dalam sebuah keluarga :

1. Menerima perbedaan itu bukan berarti kita diam seribu bahasa. Ingatlah, bahwa manusia adalah manusia sosial yang suka dengan interaksi, komunikasi dengan lainnya. Anda tidak bisa mengharapkan pasangan Anda mengerti benar dengan isi hati atau pikiran Anda. Jika ada yang ingin Anda utarakan kepada pasangan Anda, utarakanlah dengan kasih.

2. Menerima perbedaan itu adalah sebuah proses. Anda jangan menjadi stress apabila Anda tidak bisa menerima satu kelemahan atau kekurangan dari pasangan Anda. Sebaliknya, Anda perlu mendekat lebih lagi kepada Tuhan. Minta Tuhan untuk mengajarkan Anda rendah hati dan penuh kasih.

3. Menerima perbedaan itu bukan tindakan saling balas budi. Menerima perbedaan artinya menerima perbedaan. Disana tidak ada motif dibalas di kemudian hari. Kalaupun pasangan Anda tidak bisa menerima kekurangan Anda, Anda tetap harus bisa menerima kekurangan pasangan Anda.

Berkorban itu memang tidak enak dan tidak akan pernah enak karena disana ada bagian dari diri kita yang harus kita lepaskan. Akan tetapi, jika kita terus setia mengerjakannya di dalam kehidupan berumahtangga kita sehari-hari, ada dampak positif yang pasti kita rasakan atau alami, cepat atau lambat.

Page 6: contoh

Baca juga:

Kisah Nyata Andre yang Telah Pacaran Lebih Dari 20 Kali

Forum JC : Baksos dan Natal Forum JC di Panti Werdha Milenia

Cara Tepat Atasi dan Cegah Diare

Mezbah Korban Bakaran

Chord Lagu, Jumat (26/10) : Indonesia Penuh KemuliaanMu

Sumber : Jawaban.com / bm

Tag Keyword : menerima, pasangan, rela, berkorban, pengorbanan, perbedaan, diam, komunikasi, proses

BAB I PENDAHULUAN

Dalam Bab ini akan diuraikan secara berturut-turut tentang : A) Latar Belakang Masalah, B) Rumusan Masalah, C) Tujuan Penelitian, D) Kegunaan Penelitian, E) Hipotesis Penelitian, F) Asumsi dan Keterbatasan Penelitian, G) Ruang Lingkup Penelitian dan H) Definisi Istilah atau Definisi Operasional Judul.

A. Latar Belakang

Pendidikan dalam keluarga merupakan dasar bagi pendidikan anak selanjutnya, atau dapat pula dikatakan bahwa keluarga merupakan peletak dasar bagi pendidikan yang pertama dan utama.

Dikatakan demikian karena segala pengetahuan, kecerdasan, intelektual, maupun minat anak diperoleh pertama-tama dari orang tua (keluarga) dan anggota keluarga lainnya. Oleh karena itu orang tua harus menanamkan nilai-nilai yang sangat diperlukan bagi perkembangan kepribadian anak-anaknya, sehingga anak akan tumbuh menjadi pribadi yang tangguh dan memiliki sifat-sifat kepribadian yang baik pula, seperti tidak cepat marah, tidak cepat emosional mampu beradaptasi dan lain sebagainya.

Berdasarkan suatu pengamatan tidak semua orang tua (keluarga) dalam membimbing anaknya mempunyai suatu pandangan yang sama, tergantung pada bentuk-bentuk kepemimpinan yang

Page 7: contoh

diterapkan oleh orang tua dalam keluarga itu sendiri. Secara umum bentuk kepemimpinan orang tua dalam keluarga ada tiga macam yakni demokratis, otoriter dan liberal (laissez faire).

Dalam pelaksanaannya ketiga bentuk kepemimpinan orang tua tersebut memiliki khas/kecerdasan yang dapat memadai apakah kepentingan orang tua tersebut termasuk dalam bentuk kepemimpinan yang demokratis, otoriter ataukah liberal (faissez faire). Sesuai yang dikemukakan dalam buku menuju keluarga Sakinah (Salman, 2000 : 80-81). Bahwa ciri khas/kecenderungan dari masing-masing bentuk kepemimpinan tersebut adalah sebagai berikut :

Kepemimpinan yang demokratis, orang tua menunjukkan perhatian dan kasih sayang, berperan serta dalam kegiatan anak, percaya pada anak, tidak terlalu banyak mengharap dari anak serta memberi dorongan dan nasehat kebijaksanaan pada anak

Kepemimpinan yang otoriter, dimana orang tua (keluarga) menuntut kepatuhan mutlak anak, pengawasan ketat terhadap anak dalam segala kegiatannya, memperhatikan hal-hal yang sepele dan banyak mengeritik anak.

Kepemimpinan yang liberal (faissez faire), orang tua tidak dapat mengendalikan anaknya, disiplin lemah dan tidak konsisten, anak dibiarkan mengikuti aturan-aturan di rumah serta anak dibiarkan mendominir orang tua (Salam, 2000 : 80-81).

Kepemimpinan orang tua tersebut di atas, tentunya akan membawa dampak yang berbeda-beda terhadap kematangan diri anak-anaknya. Dampak pola asuhan demokratis ini adalah anak memliki kepercayaan diri yang wajar, bersikap optimis, memiliki daya kreatif yang pada akhir berpengaruh positif terhadap kematangan diri anaknya, dampak pola asuhan ototiter ini adalah anak yang tidak aman, kurang percaya diri, mudah ragu dan putus asa, pasif dan tidak bisa berkembang.

Sedangkan dampak pola asuh liberal ini anak masa bodoh, acuh ta’acuh, tidak menghargai orang lain serta tidak memperdulikan keadaan orang lain dan dampaknya tidak baik terhadap pembentukan kematangan diri anak. Oleh karena itu keluarga merupakan yang terdekat membesarkan, mendewasakan dan di dalamnya anak mendapatkan pendidikan yang pertama kali. Orang tua memiliki perananan yang sangat penting dalam perkembangan anaknya.

Lingkungan sekolah misalnya siswa sering melakukan hal-hal yang tidak di ketahui oleh orang tuanya, di rumah seperti kurang hormat kepada guru,tidak mematuhi’mentaati peraturan sekolah, anak yang nakal,dan pergaulan siswa siswi sekarang yang sangat merisaukan pihak sekolah orang tua dan sebagainya.

Karena itu tanggung jawab, perhatian orang tua sangat diperlukan agar dapat membantu anak dalam proses kematangan diri dan proses untuk bisa menemukan jati dirinya. Berdasarkan kenyataan inilah, penulis merasa tertarik untuk mengadakan penelitian lebih lanjut tentang :”Pengaruh Kepemimpinan Orang Tua dalam Keluarga Dengan Pembentukan kematangan Diri Siswa SMP Negeri 13 Mataram tahun pelajaran 2007/2008”

Page 8: contoh

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: ”Apakah ada pengaruh kepemimpinan orang tua dalam keluarga dengan pembentukan kematangan diri siswa SMP Negeri 13 Mataram tahun pelajaran 2007/2008

C. Tujuan Penelitian

Dari uraian masalah tersebut di atas, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : untuk mengetahui apakah ada pengaruh kepemimpinan orang tua dalam keluarga dengan pembentukan kematangan diri siswa SMP Negeri 13 Mataram Tahun Pelajaran 2007/2008

D. Manfaat Penelitian

Adapun kegunaan yang diharapkan dalam penelitian ini, baik secara teoritis maupun secara praktis yaitu sebagai berikut :

1. Kegunaan Teoritis

Hasil penelitian ini, diharapkan dapat bermanfaat untuk mengembangkan konsep-konsep pendidikan pada umumnya dan konsep-konsep kepemimpinan orang tua pada khususnya

Hasil penelitian ini, diharapkan dapat memberikan sumbangan yang berharga didalam memperkaya khazanah ilmu pengetahuan dalam bidang pendidikan pada umumnya, dan di bidang bimbingan dan konseling khususnya

Hasil penelitian ini, diharapkan dapat merangsang peneliti lain untuk mengadakan penelitian lebih lanjut tentang hal-hal yang belum terungkap dalam penelitian ini sebagai bahan pembanding

Hasil penelitian ini, diharapkan dapat berguna bagi konselor untuk memberikan layanan bimbingan dan konseling di sekolah dan upaya membantu para siswa dalam pembentukan kematangan diri.

Hasil Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi ilmuan di bidang pendidikan umumnya agar dapat mengenal sifat anak-anak untuk diberi bimbingan lebih jauh dan mendalam, sehingga pelayanan yang diberikan diterima oleh siswa

2. Kegunaan Praktis

Page 9: contoh

Hasil penelitian ini, diharapkan dapat berguna bagi guru pembimbing untuk memberikan layanan bimbingan dan konseling di sekolah dalam upaya membatu meningkatkan kematangan diri siswa

Hasil penelitian ini, diharapkan dapat memberi masukkan bagi para orang tua/wali murid dalam upaya menerapkan kepemimpinan yang sesuai dengan keadaan anak dalam upaya membantu menumbuhkan kematangan diri anak.

Hasil penelitian ini, diharapkan agar informasi yang diperoleh dapat dijadikan bahan bagi penelitian yang lebih mendalam dalam lingkup yang lebih luas tentang bimbingan dan konseling dalam kaitannya dengan pembentukan kematangan diri siswa.

Hasil penelitian ini, diharapkan dapat memberikan masukkan serta bimbingan kepada siswa dalam membantu proses kematangan diri dan memberikan manfaat, pengetahuan, dan pengalaman kerja bagi guru bimbingan dan konseling di sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat khususnya bagi petugas bimbingan dan konseling guna dalam menerapkan fungsi dan peran sebagai guru konselor.

E. Hipotesis

Buku metodologi penelitian dijelaskan bahwa “Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang kebenarannya masih harus diuji secara empiris” (Suryabrata, 2003 : 21). Sedangkan pendapat lain mengatakan bahwa “Hipotesis adalah dugaan sementara yang dijukan peneliti berupa pernyataan-pernyataan untuk diuji kebenarannya” (Winarsanu, 2002 : 10).

Kedua pendapat ahli tersebut, maka yang dimaksud dengan hipotesis adalah jawaban yang bersifat sementara dari permasalahan penelitian yang kebenarannya masih harus diuji secara empiris. Sehubungan dengan penelitian ini maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut : “Ada Pengaruh Kepemimpinan Orang Tua dalam Keluarga Dengan Pembentukan kematangan Diri Siswa SMP Negeri 13 Mataram tahun pelajaran 2007/2008”

F. Asumsi dan Keterbatasan Penelitian 

a. Asumsi Penelitian

Buku Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik dijelaskan bahwa : ”Asumsi atau anggapan dasar adalah hal yang diyakini kebenaranya oleh peneliti yang harus dirumuskan secara jelas” (Arikunto, 1987 : 59). Sedangkan dalam Buku Pedoman Penyusunan Skripsi (2003 : 14) asumsi adalah anggapan dasar tentang suatu hal yang dijadikan pijakan berfikir dalam melaksanakan penelitian”.

Page 10: contoh

Berdasarkan kedua pendapat para ahli tersebut di atas, maka yang dimaksud dengan asumsi adalah anggapan dasar yang sudah diyakini kebenaranya yang dijadikan pijakan berfikir dalam melaksanakan penelitian. Sehubungan dengan penelitian ini, maka asumsi yang diajukan adalah :

1. Asumsi Teoritik 

Setiap orang tua memiliki tipe kepemimpinannya yang berbeda-beda Setiap tipe kepemimpinan akan membawa dampak yang berbeda-beda terhadap

pembentukan kematangan diri anak

2. Asumsi metodik

Metode-metode yang digunakan dalam penelitian ini, diasumsikan dapat mengukung keberhasilan dalam pelaksanaan penelitian. Adapun metode-metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Metode penentuan subyek penelitian menggunakan metode statifed proportional random sampling

Metode pengumpulan data menggunakan metode angket sebagai metode pelengkap Metode analisis data adalah menggunakan metode analisis koefisien korelasi product

moment (rxy).

b. Keterbatasan Penelitian

Mengingat adanya keterbatasan waktu, biaya dan tenaga, maka subyek penelitian ini dibatasi pada siswa kelas I dan II SMP Negeri 13 Mataram, sedangkan obyek penelitian dibatasi pada kepemimpinan orang tua dalam keluarga dan kematangan diri siswa. Karena dari jumlah dan karakteristik yang diteliti harus betul-betul repersentatif (mewakili).

G. Ruang Lingkup Penelitian

Adapun ruang lingkup dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

- Subyek penelitian adalah siswa kelas I dan II SMP Negeri 13 Mataram tahun pelajaran 2007/2008. sementara kelas III tidak diteliti karena akan menghadapi ujian akhir. 

Page 11: contoh

- Obyek penelitian

Kepemimpinan orang tua dalam keluarga yang diteliti adalah kepemimpinan yang demokratis, otoriter dan liberal

Kematangan diri yang diteliti adalah kematangan diri dalam hal mampu menerima lingkunganya, mampu berdiri sendiri (mandiri), serius tanggung jawab, toleran, tidak egoistis, selalu gembira, optimistis, memiliki kematangan dan sanggup menerima penderitaan hidup

H. Defenisi Istilah Judul

Agar tidak terjadi kekeliruan dalam penafsiran istilah-istilah yang ada dalam penelitian yang berbunyi : Pengaruh Kepemimpinan Orang Tua dalam Keluarga Dengan Pembentukan kematangan Diri Siswa SMP Negeri 13 Mataram tahun pelajaran 2007/2008, maka perlu dijelaskan beberapa istilah yang dianggap penting yaitu sebagai berikut : 1) Hubungan, 2) Kepemimpinan, 3) Orang tua, 4) keluarga dan, 5) kematangan diri.

1. Hubungan

Buku Metodologi Penelitian dijelaskan bahwa : “Hubungan adalah kaitan/ hubungan antara dua gejala yang berbeda” (Pasaribu, 1989 : 110). Sedangkan Surachmad (1998 : 19) menjelaskan bahwa “hubungan adalah kaitan antara dua variabel atau lebih yang dinyatakan dalam angka atau garis grafis”.

Kedua pendapat di atas, maka yang dimaksud dengan hubungan adalah adanya kaitan/hubungan antara dua variabel atau lebih yang dinyatakan dalam angka atau garis grafis. Sehubungan dengan peneliti ini, maka yang dimaksud dengan hubungan adalah kaitan antara dua variabel yakni variabel kepemimpinan orang tua dalam keluarga dengan kematangan diri siswa SMP Negeri 13 Mataram tahun Pelajaran 2007/2008.

2. Kepemimpinan

Kamus besar bahasa Indonesia dijelaskan bahwa :”Kepemimpinan yakni perihal pemimpin, cara memimpin” (Krisdalaksana, dkk : 1996 : 769). Sedangkan menurut Orday Tead seperti yang dikutip oleh Cahyono dalam buku psikologi kependidikan (1984 : 14) dijelaskan bahwa : “Kepemimpinan adalah merupakan kombinasi dari serangkaian perangai yang memungkinkan seseorang mampu mendorong orang lain untuk menjalankan tugas-tugas tertentu”.

Kedua pendapat tersebut di atas, maka yang dimaksud dengan kepemimpinan adalah prihal pemimpin atau cara memimpin yang merupakan kombinasi dari serangkaian perangai yang memungkinkan seseorang mampu mendorong orang lain untuk menjalankan tugas-tugas tertentu. Sehubungan dengan penelitian ini, mak ayang dimaksud dengan kepemimpinan adalah perihal

Page 12: contoh

pemimpin atau cara memimpin yang dilakukan oleh orang tua dalam suatu keluarga yang berbentuk otoriter, demokratis dan liberal (laissez faire) pada siswa kelas I dan II SMP Negeri 13 Mataram Tahun Pelajaran 2007/2008.

3. Orang Tua

Kamus besar bahasa Indonesia dijelaskan bahwa “orang tua adalah ayah, ibu kandung, dua orang yang dianggap tua” (Kridalaksana, dkk 1996 : 706). Kartono (1982 : 2) mengatakan bahwa : “orang tua adalah bapak/ibu yang memiliki wewenang dan tanggung jawab untuk membesarkan anak-anaknya”

Kedua pendapat di atas, maka yang dimaksud dengan orang tua adalah ayah ibu kandung yang memiliki wewenang dan tanggung jawab untuk membesarkan anak-anaknya. Sehubungan dengan penelitian ini, dimaksud dengan penelitian ini, dimaksud dengan orang tua adalah ayah dan ibu atau wali siswa kelas I dan kelas II SMP Negeri 13 Mataram.

4. Keluarga

Buku menuju keluarga sakinah dijelaskan bahwa :”keluarga adalah sekelompok orang yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak, suami-istri dan anak-anaknya” (Salam, 2000 : 7). Sedangkan Krisdalaksana (1996 : 471) mengatakan bahwa keluarga adalah “Ibu bapak dengan anak-anaknya seisi rumah”.

Kedua pendapat tersebut, maka yang dimaksud dengan keluarga adalah sekelompok orang yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anaknya, seisi rumah. Sehubungan dalam penelitian ini, maka yang dimaksud dengan keluarga adalah sekelompok orang yang terdiri dari ayah, ibu, anak-anaknya dan seisi rumahnya.

5. Kematangan diri

Buku kesehatan Mental dijelaskan bahwa : “Kematangan diri adalah kemampuan untuk membuat rencana dan mengorganisasi respons-respons sedemikian rupa, sehingga bisa mengatasi segala macam kepedihan, kesulitan frustasi-frustasi secara efisien (Drajat, 1997 : 25). Sementara Krisdalaksana (1991 : 637) mengatakan bahwa : “kematangan diri adalah perkembangan seseorang yang terlihat dari adanya perasaan penilaian diri dan adanya kemampuan untuk membawa diri secara wajar dalam kelompok/lingkungan sosial”.

Kedua pendapat tersebut di atas, maka yang dimaksud dengan kematangan diri adalah kemampuan seseorang untuk membuat saluran rencana, membawa diri dan mengorganisasi respons-respons sedemikian rupa dalam sesuatu atau lingkungan sehingga bisa mengatasi segala macam kepedihan, kesulitan dan frustasi-frustasi secara efisien, sehubungan dengan penelitian ini, maka yang dimaksud dengan kematangan diri adalah kemampuan siswa untuk membuat rencana, membawa diri dan mengorganisasi respons-respons sedemikian rupa dalam suatu

Page 13: contoh

kelompok atau lingkungan sehingga bisa mengatasi segala macam kepedihan kesulitan dan frustasi-frustasi secara efisien.

Dengan demikian, maka judul skripsi yang berbunyi :”Pengaruh kepemimpinan orang tua dalam keluarga dengan pembentukan kematangan diri siswa SMP Negeri 13 Mataram Tahun Pelajaran 2007/2008, adalah kaitan antara cara-cara memimpin orang tua dalam keluarganya dalam membentuk kemampuan seorang siswa untuk membuat rencana, membawa diri dan mengorganisasi respons-respons sedemikian rupa dalam suatu kelompok atau lingkungan sehingga bisa mengatasi segala macam kepedihan, kesulitan dan frustasi-frustasi secara efisien. Sarjana.com

Menikmati Perbedaan Pendapat Dalam Keluarga

Share on stumbleupon Share on wordpress Share on facebook

artikel terkait

Ragu Saat Menikah, Jalan Menuju Perceraian Ketakutan Pria Terhadap Pernikahan Nikmatnya Menikah di Usia 25 Tahun Hindari Penyebab Rusaknya Pernikahan Menghadapi Pasangan Dengan Sifat Narsistik Hindari Hal Yang Merusak Hubungan Baru

Sebuah pertengkaran di dalam hubungan sering dikatakan sebagai bumbu untuk menguatkan hubungan yang sedang dijalin tersebut. Ada banyak hal yang bisa memicu pertengkaran di antara kedua belah pihak. Jika keduanya mampu menemukan inti dari masalah yang terjadi dan segera

Page 14: contoh

menyelesaikannya, tentu selanjutnya hubungan pun akan lebih hangat karena keduanya menjadi saling mengenal sifat yang dimiliki.

Ketika sudah menikah, pertengkaran di antara pasangan suami istri pun tidak bisa dielakkan, bahkan bisa menjadi lebih hebat dampaknya dibanding dengan masa pacaran sebelumnya. Selalu menahan emosi atau bahkan menunjukkannya secara berlebihan bisa membuat suami menjauh dari Anda.

Agar pertengkaran yang terjadi tidak semakin memburuk dan menimbulkan hal yang tidak diinginkan, maka pelajari terlebih dahulu cara yang tepat untuk menunjukkan kemarahan Anda, seperti yang dikutip dari Boldsky berikut ini.

Kontrol emosiSaat pasangan Anda sudah benar-benar membuat kesal karena suatu hal, jangan langsung marah-marah dan berteriak kepadanya. Selain membuat Anda dan pasangan bertambah stres, lebih baik simpan saja amarah yang ada untuk hal lain. Dengan begitu Anda bisa menghindari banyak pertengkaran di dalam pernikahan.

Jangan menyiksa diri sendiriJika Anda marah dengan pasangan, ekspresikan kemarahan kepadanya, bukan pada diri sendiri. Dengan berteriak dan menangis hanya akan menguras energi secara fisik dan batin. Lebih baik biarkan pasangan memasak makan malamnya sendiri sebagai hukuman, daripada Anda harus membuang energi untuk marah-marah.

Keluarkan emosi sesekaliSelalu menahan emosi tidak selalu baik. Lama-kelamaan satu masalah kecil bisa membuat emosi Anda menjadi tidak terkendali dan bisa menyebabkan pertengkaran hebat. Ada baiknya sesekali Anda perlu marah ketika memang saatnya. Namun, jangan setiap pertengkaran Anda menjadi marah-marah, karena itu akan membuat pasangan menjauh.

Abaikan sejenakAda kalanya Anda tidak perlu mengungkapkan langsung kemarahan secara meluap-luap dengan kata-kata. Mengabaikan pasangan selama beberapa waktu bisa menjadi alternatif terbaik untuk memberi pelajaran pada mereka.

Jangan terlihat marahAnda juga perlu mengontrol kemarahan yang ada, dan tidak secara terang-terangan menunjukkannya. Begitu pasangan mengetahui bahwa Anda sedang marah, mereka dapat dengan mudah mengambil keuntungan dari keadaan emosi Anda. Hukumlah dia dengan cara lain dan jangan sampai Anda dibuat depresi karena kelakuannya.

Semarah apapun Anda dengan pasangan, selain beberapa cara di atas, jangan lupa untuk tetap berkomunikasi. Bicarakan hal yang menjadi masalah dan segera temukan solusi untuk mengatasinya, tentunya dengan kepala dingin dan hati yang tenang.

([email protected])

Page 15: contoh